TESIS - Digital Library UNS · PENGARUH UMPAN BALIK HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET commit to...
-
Upload
truongtuong -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of TESIS - Digital Library UNS · PENGARUH UMPAN BALIK HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET commit to...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU AUDIO-VISUAL DAN
UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN
HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET
DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK
(Studi Eksperimen pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh
Joko Sunarso
A121308066
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU AUDIO-VISUAL DAN
UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN
HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET
DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK
(Studi Eksperimen pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen)
TESIS
Oleh
Joko Sunarso
A121308066
Komisi
Pembimbing
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sugiyanto
NIP. 194911081976091001
………….... …………2015
Pembimbing II Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd
NIP. 196503231993031012
…………...... …………2015
Telah dinyatakan memenuhi syarat
Pada tanggal………………2015
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
NIP. 196511281990031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU AUDIO-VISUAL DAN
UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN
HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET
DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK
(Studi Eksperimen pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen)
TESIS
Oleh
Joko Sunarso
A 121308066
Telah dipertahankan di depan penguji
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ………………….2015
Tim Penguji :
Jabatan Nama TandaTangan
Ketua Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
NIP. 196511281990031001
..........………...
Sekretaris
Prof. Dr. Kiyatno, dr.,PFK.,M.Or.,AIFO
NIP. 194801181976031002
..........................
Anggota
Penguji
1. Prof. Dr. Sugiyanto
NIP. 194911081976009101
2. Dr. Sapta Kunta Purnama, M. Pd
NIP. 196503231993031012
....……………
......……………
Mengetahui:
Direktur
Program Pascasarjana
Ketua Program Studi
Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.
NIP. 196107171986011001
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
NIP. 196511281990031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul,“ PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU
AUDIO - VISUAL DAN UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET
DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK (Studi Eksperimen Pada Siswa
SMP Negeri 2 Sragen) ” adalah benar-benar karya sendiri dan bebas plagiat, serta
tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan dan disebutkan dalam sumber
acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam
karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai
institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan
sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau
keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS berhak
mempublikasikanya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu
Keolahragaan PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan
publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 31 Maret 2015
Mahasiswa,
Joko Sunarso
A121308066
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Berangkat dengan penuh Keyakinan
Berjalan dengan penuh Keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi Cobaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. Bpk (alm) dan ibu Mainem yang telah merawat, membesarkanku,
membimbingku dengan penuh keikhlasan, kasih sayang dan pengorbanan.
2. Sri Widyastuti, SE. Istriku yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat
dan penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
3. Ketiga buah hatiku Nabil Amar Winarso, Salma Widya Masyita dan Khansa
Widya Syakira yang menjadi semangat dalam menjalani hidup ini.
4. Keluarga besar SMP Negeri 2 Sragen .
5. MGMP PJOK Kabupaten Sragen.
6. Almamater Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmad dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam
menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat dorongan, bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Semuanya itu telah menunjang kelancaran kerja sejak
menyiapkan penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis sampai pada penulisan tesis
ini. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati diucapkan terima-kasih yang
sedalam-dalamnya. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti
pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur PPs UNS yang telah memberikan ijin
penelitian dan penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Keolahragaan yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan dan
motivasi kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan tesisi ini.
4. Prof. Dr. Sugiyanto, yang telah memberi bimbingan, petunjuk dan pengarahan
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
5. Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd., yang telah memberi bimbingan, petunjuk dan
pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
6. Kepala SMP Negeri 2 Sragen yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian disekolah yang dipimpinnya.
7. Seluruh keluarga yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga tesis
ini dapat selesai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
8. Rekan-rekan guru Penjas-Orkes yang tergabung dalam MGMP Penjas-Orkes
SMP Kabupaten Sragen yang telah membantu peneliti dalam pengambilan data
penelitian.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu keolahragaan, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam
penelitian ini.
10. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya peneliti hanya dapat berdo‟a semoga Tuhan Yang Maha Esa
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua, dan mudah-mudahan tesis ini
bermanfaat bagi pembaca. Amin
Surakarta, April 2015
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .............................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
ABSTRAK ...................................................................................................... xvi
ABSTRACT ...................................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
D. Perumusan Masalah .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ............................................... 7
A. Kajian Teori .............................................................................. 7
1. Permainan Bolabasket ....................................................... 7
a. Hakekat Permainan Bolabasket ..................................... 8
b. Keterampilan Bolabasket ............................................... 8
2. Belajar Keterampilan Gerak .............................................. 26
a. Hakekat Belajar Gerak ………………………………... 27
b. Tahapan Belajar Keterampilan ...................................... 38
c. Strategi dan Pembelajaran Keterampilan Bolabasket .... 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
d. Pembelajaran Keterampilan dengan Pendekatan
Bermain.. ....................................................................... 30
e. Kondisi Belajar Gerak .................................................... 48
3. Umpan Balik (Feedback) .................................................... 49
a. Pengertian Umpan Balik ............................................... 49
b. Jenis-jenis Umpan Balik ............................................... 49
c. Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-Visual ............ 51
d. Umpan Balik Langsung................................................. 53
e. Peranan Umpan Balik dalam Penguasaan Keterampilan
Bolabasket ..................................................................... 53
4. Persepsi Kinestetik ............................................................. 54
a. Pengetian Persepsi Kinestetik ........................................ 54
b. Peranan Persepsi Kinestetik terhadap Keterampilan
Bolabasket ...................................................................... 55
B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 56
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 58
D. Pengajuan Hipotesis .................................................................. 62
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 63
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 63
B. Metode Penelitian ..................................................................... 63
C. Variabel Penelitian .................................................................... 65
D. Definisi Operasional ................................................................. 65
E. Populasi dan Sampel ................................................................. 66
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 68
G. Teknik Analisis Data................................................................. 69
BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 73
A. Deskripsi Data ........................................................................... 73
B. Pengujian Persyaratan Analisis Varians ................................... 85
C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 87
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 90
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 95
A. kesimpulan ................................................................................ 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
B. Implikasi ................................................................................... 95
C. Saran ......................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 3.............................................. 64
Tabel 2. Ringkasan Anava Dua Faktor .......................................................... 71
Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Belajar Keterampilan Bolabasket ......... 74
Tabel 4. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket
Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik
Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual ................................ 75
Tabel 5. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang
Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual ................................ 76
Tabel 6. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang
Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual ................................ 77
Tabel 7. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik
Umpan Balik Langsung ................................................................... 78
Tabel 8. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang
Umpan Balik Langsung ................................................................... 79
Tabel 9. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang
Umpan Balik Langsung ................................................................... 80
Tabel 10. Statistik Deskriptif Hasil Tes Belajar Keterampilan Bolabasket
Tiap Kelompok Berdasarkan Umpan Balik dan Tingkat
Persepsi Kinestetik ........................................................................... 81
Tabel 11. Nilai Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Masing-Masing Sel
(Kelompok Perlakuan) .................................................................... 83
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ........................................... 85
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ........................................ 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 14. Ringkasan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Keterampilan
Bolabasket Berdasarkan Umpan balik dan Tingkat Persepsi
Kinestetik ........................................................................................ 87
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Umpan
Balik (A1 dan A2) ............................................................................ 88
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Persepsi
Kinestetik (B1, B2 dan B3) .............................................................. 88
Tabel 17. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ................................. 88
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis
Varians ............................................................................................. 89
Tabel 19. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A
dan B Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Permainan
Bolabasket. ....................................................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Cara Memegang Bola .................................................................. 12
Gambar 2 Mengoper .................................................................................... 13
Gambar 3 Teknik Dasar Menggiring ........................................................... 14
Gambar 4 Gerakan Shooting ........................................................................ 19
Gambar 5 Gerakan Shooting Fase Pelaksanaan ........................................... 20
Gambar 6 Gerakan Shooting Fase Gerak lanjut ........................................... 21
Gambar 7 Menembak Bola .......................................................................... 22
Gambar 8 Komponen-komponen Pendukung Gerakan Efisiensi ................ 46
Gambar 9. Ilustrasi tipe-tipe umpan balik yang berkaitan dengan belajar
dan keterampilan gerak .............................................................. 50
Gambar 10. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Videotape terhadap
Performa Keseimbangan Pada Balance Beam ........................... 57
Gambar 11. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Tiap Kelompok
Berdasarkan Penggunaan Umpan Balik dan Tingkat
Persepsi Kinestetik ..................................................................... 82
Gambar 12. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Keterampilan
Bolabasket Pada Tiap Kelompok Perlakuan. .............................. 84
Gambar 13. Bentuk Interaksi Perubahan Hasil Belajar Keterampilan
Bolabasket ................................................................................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................ 100
Lampiran 2. Data Siswa Kelas 8 SMP N 2 Sragen sebagai Sampel
Penelitian ................................................................................ 102
Lampiran 3. Data Tes Awal Keterampilan Dribel Bolabasket ................... 104
Lampiran 4. Data Tes Awal Keterampilan Passing Bolabasket ................. 106
Lampiran 5. Data Tes Awal Keterampilan Shoting Bolabasket ................. 108
Lampiran 6. Data Tes Akhir Keterampilan Dribel Bola Basket ................. 110
Lampiran 7. Data Tes Akhir Keterampilan Passing Bolabasket ................ 112
Lampiran 8. Data Tes Akhir Keterampilan Shoting Bola Basket ............... 114
Lampiran 9. Data Persepsi Kinestetik Kelompok Audio-Visual ................. 116
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Tes Awal, Tes Akhir dan
Peningkatan Keterampilan Bolabasket ................................... 118
Lampiran 11. Uji Normalitas ........................................................................ 122
Lampiran 12. Uji Homogenitas ..................................................................... 130
Lampiran 13. Uji Anava 2 x 3 ....................................................................... 135
Lampiran 14. Uji Lanjut Newman Keuls ...................................................... 138
Lampiran 15. Tabel-Tabel Penelitian ............................................................ 142
Lampiran 16. Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran Persepsi Kinestetik ......... 146
Lampiran 17. Petunjuk Pelaksanaan Test Keterampilan Bolabasket ............ 150
Lampiran 18. Program Latihan Keterampilan Bolabasket Menggunakan
Umpan Balik Audio-visual .................................................... 155
Lampiran 19. Program Latihan Keterampilan Bolabasket Menggunakan
Umpan Balik Langsung .......................................................... 164
Lampiran 20. Foto-foto Penelitian ................................................................ 175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Joko Sunarso, A 121308066.2015 Pengaruh Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-
Visual dan Umpan Bali Langsung terhadap Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan
Bolabasket Ditinjau dari Persepsi Kinestetik (Studi Eksperimen pada Siswa SMP
Negeri 2 Sragen). Tesis, Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing (1) Prof.Dr.Sugiyanto (2) Dr. Sapta
Kunta Purnama, M.Pd.
Latar belakang penelitian ini adalah hasil belajar yang belum optimal sehingga
perlu diberikan umpan balik. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui
mengenai:1.Perbedaan pengaruh antara penerapan umpan balik menggunakan alat bantu
audio-visual dan umpan balik langsung (live feedback) terhadap peningkatan hasil
belajar keterampilan bolabasket. 2.Perbedaan pengaruh peningkatan hasil belajar
keterampilan bolabasket antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan persepsi
kinestetik baik, sedang, dan kurang. 3.Di antara variabel-variabel penerapan umpan
balik dan persepsi kinestetik, variabel mana sajakah yang memiliki pengaruh interaksi
terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen, dengan rancangan factorial 2 x 3. Populasi penelitian adalah siswa putra
kelas 8 SMP Negeri 2 Sragen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposiv
random sampling besarnya sampel 60 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan
tes dan pengukuran. Tes Persepsi Kinestetik menggunakan Distance Perception Jump,
Vertical Linear Space Test dan Bass stick Test. Tes Ketrempilan Bolabasket
menggunakan tes AAHPERD basket test dari Bradford dan Rolayne W. Teknik Analisi
data menggunakan analisis Varian (ANAVA) dua jalan.
Hasil penelitian menunjukkan pada siswa yang mendapatkan umpan balik audio-
visual mempunyai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan umpan balik langsung. Pada
kelompok siswa yang mempunyai persepsi kinestetik baik mempunyai peningkatan
hasil belajar keterampilan bolabasket yang lebih baik daripada kelompok siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
persepsi kinestetik sedang maupun kurang. Ada interaksi antara persepsi kinestetik dan
keterampilan bolabasket.
Kesimpulan: ada perbedaan yang signifikan antara umpan balik dengan alat bantu
audio-visual dengan umpan balik langsung dalam meningkatkan hasil belajar
keterampilan bolabasket. Ada perbedaan yang signifikan antara persepsi kinestetik baik,
sedang dan kurang terhadap hasil belajar keterampilan bolabasket. Ada interaksi yang
signifikan antara umpan balik dan persepsi kinestetik.
Kata kunci: Umpan Balik, Hasil Belajar, Keterampilan Bolabasket, Persepsi
Kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
Joko Sunarso ,A 121308066.2015.The influence of feedback using an audio-visual aid
and live feedback to improve the learning result of basketball skill based on kinesthetic
perception. ( The experiment study on the boy students of SMP N 2 Sragen )Thesis,
Sport Science Program Study, Post Graduate Program of Sebelas Maret University
Surakarta. Advisor (1) Prof. Dr. Sugiyanto.(2) Dr.Sapta Kunta purrnama,M.Pd.
The background of this research is learning result that hasn‟t been optimal yet. so it
needs to give feedback. the purposes of this research is knowing about: 1). The
differences of the influence between apply feedback by using audio visual aid and live
feedback to improve the learning result skill of the basketball. 2). The differences of
influence to improve the learning result skill of the basketball among the group of
students who have medium kinesthetic perception or minimum kinesthetic
perception.3). Among the variables apply the feedback and kinesthetic perception .What
variables does it have an influence the interaction to improve the learning result skill of
the basketball.
The result method in this research is the experiment research method using factorial
planning 2 X 3 . The population is the boy students of SMP N Sragen grade 8.The
Sample technical is Purposing random Sampling. There are 60 students. Collection
technical data is using test and measurement. The test of kinesthetic perception is
Distance Perception Jump, vertical linear test and bass stick test. The skill test of the
basketball is by using the AAHPERD test that it‟s from Bradford and Rolayne W. The
analyzing data technical is by using Varian Analyze ( ANAVA ) two ways.
The result of research shows that the student who has got feedback of audio –
visual aid , their learning result skill is more better than the student who has used live
feedback. For the student who has good kinesthetic, their capability learning result skill
of basketball is more better than the student who uses medium kinesthetic or minimum
kinesthetic. There is an interaction of kinesthetic perception skill of basketball.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Conclusion: There are differences more significant more significant between
feedbacks by using an audio – visual aids through live feedback to improve learning
result skill of basketball .There are differences more significant among the perception
moreover medium or less to the learning result skill of basketball. There is interaction
more significant between feedback and kinesthetic perception.
Key words: Feedback, Learning Result, Basketball skill, Kinesthetic Perception
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan secara keseluruhan, yang berorientasi pada pengembangan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan
sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga. Tujuan
yang hendak dicapai dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah “Membantu siswa untuk menigkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui
pengenalan dan penanaman sikap positip, serta kemampuan gerak dasar dan aktifitas. “
(Depdikbud, 1993:1)
Karena itu dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006:1)
dijelaskan bahwa “Pendidikan jasmani dan kesehatan bertujuan untuk mengembangkan
aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakana moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan hidup bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional “.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari
pendidikan jasmani adalah penguasaan domain motorik sedangkan perkembangan sifat-
sifat psikologis dalam domain afektif dan perkembangan domain kognitif merupakan
dampak pengiring. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan lebih diutamakan pemahaman pertumbuhan dan perkembangan yang
proporsional dari domain belajar yakni domain psikomotor, kognitif dan afektif. Dalam
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan haruslah menekankan pada
ketiga domain tersebut.
Seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dituntut kreatifitasnya
dalam memberikan bentuk pembelajaran olahraga di sekolah. Hal ini selain untuk
menambah pengetahuan guru itu sendiri juga untuk menghindari rasa jenuh peserta
didik dalam menerima pelajaran. Selain itu dengan menciptakan bentuk-bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
permainan yang bervariasi dapat mengatasi kekurangan fasilitas maupun sarana
olahraga yang ada disekolah.
Mengingat anak usia sekolah pendidikan dasar sangat gemar bermain, maka
sangat tepat apabila seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah
menyajikan pembelajran olahraga melalui bentuk-bentuk permainan. Dengan adanya
perasaan senang pada diri peserta didik dalam mengikuti pelajaran olahraga di sekolah,
maka peserta akan lebih aktif dalam melakukan aktifitas jasmaninya, sehingga peserta
akan secara otomatis memperoleh pengulangan gerakan serta memiliki kesegaran
jasmani yang tinggi. Selain itu dengan memberikan pelajaran olahraga melalui bentuk-
bentuk permainan, seorang guru dengan mudah menanamkan sifat sportifitas, disiplin
serta kerjasama pada peserta didik.
Olahraga di sekolah mempunyai tujuan, tentang tujuan tersebut Aip Syarifudin
(1979:36) mengemukakan sebagai berikut:
a. Meningkatkan pertumbuhan tubuh
b. Membina dan meningkatkan kesegaran jasmani
c. Meningkatkan kesehatan
d. Meningkatkan ketangkasan dan keterampilan
e. Meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan
f. Mendapatkan rasa senang, puas dan dapat bergaul serta berguna bagi
masyarakat.
Bolabasket merupakan olahraga permainan dan salah satu materi yang diajarkan
disekolah. Perkembangan permainan bolabasket sangat pesat sekali. Permainan
bolabasket merupakan cabang olahraga yang semakin banyak digemari oleh
masyarakat, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal ini disebabkan karena
permainan bolabasket merupakan olahraga yang bisa dilakukan oleh kelompok dari
berbagai lapisan masyarakat. Disamping itu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
permainan ini, baik fisik, mental, maupun sosial. Selain itu juga dengan banyaknya
pertandingan-pertandingan yang bersifat kompetisi, maupun turnamen baik lokal
maupun luar negeri dan lain-lain yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi dan
meningkatkan perkembangan cabang olahraga bolabasket khususnya di tanah air. Selain
itu permainan olahraga bolabasket juga menjadi salah satu materi pembelajaran mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di jenjang Sekolah Menengah
Pertama.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, materi
pelajaran bolabasket diajarkan pada kelas VII, VIII dan IX, setiap semester dengan
alokasi waktu 6 ( enam ) jam pelajaran atau 3 (tiga) kali tatap muka. Setiap tatap muka
terdiri dari 2 (dua) jam pelajaran dan setiap jam pelajaran lamanya 40 menit.
Penilaian belajar dalam materi permaian bolabasket di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) meliputi kebenaran gerak (penilaian berdasarkan kualitas gerakan). Hal
ini berarti bahwa pembelajaran bolabasket pada siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) lebih mengutamakan pada kebenaran gerak. Kebenaran gerak yang dinilai
meliputi unsur – unsur gerak atau teknik dasar bermain bola basket, yaitu menggiring
bola, mengoper bola, menembak bola, lay-up dan bermain bolabasket. Kenyataan
dilapangan hasil belajar bolabasket di SMP Negeri 2 Sragen masih jauh dari harapan.
Nilai rata-rata keseluruhan siswa masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
untuk bolabasket adalah 75.
Untuk dapat menguasai keterampilan bermain bolabasket dengan baik, diperlukan
belajar dan latihan dengan benar. Dengan belajar dan latihan secara benar akan
diperoleh efisiensi gerakan. Gerakan yang efisien akan sangat menguntungkan, karena
selain dapat menghemat tenaga atau energi, juga dapat meningkatkan prestasi. Menurut
Sugiyanto (1998:296) untuk mencapai efisiensi gerakan diperlukan dukungan dari
beberapa unsur kemampuan yang ada pada diri pelakunya. Unsur pendukung tersebut
meliputi : kecepatan reaksi, kekuatan, ketahanan, kecepatan, fleksibilitas dan ketajaman
indera (Sugiyanto, 1998:297). Ketajaman indera yang dibutuhkan dalam melakukan
berbagai macam gerakan keterampilan adalah indera penglihatan dan indera gerak
(kinesthetic sense) (Sugiyanto, 1998:298-299). Selain faktor pendukung diatas, peran
umpan balik atau feedback juga sangat besar terhadap penguasaan keterampilan.
Menurut Magill (1993:307), umpan balik tambahan(Augmented Feedback) memiliki
dua peranan dalam proses belajar. Peranan yang pertama adalah memberikan informasi
performa mengenai seberapa jauh keberhasilan atau kemajuan terhadap gerakan yang
dilakukan sedangkan peranan kedua adalah untuk memotivasi siswa dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Robb (1972:94), umpan balik dapat memberikan
motivasi, penguatan dan atau pengaturan (regulasi) perilaku. Hasil penelitian Sugiyanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
(1984:262), menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penyajian model gerakan
terhadap prestasi belajar gerak pada fase asosiasi dan otonom. Ini berarti pada fase
asosiatif dan otonom ini, faktor lain yang lebih dominan berpengaruh terhadap prestasi
belajar gerak. Dalam kasus ini, menurut Sugiyanto (1984:262) praktik dan umpan balik
lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan instruksi verbal dan demonstrasi
gerakan.
Dari pendapat ahli yang telah dikemukakan di atas, jelas sekali bahwa pemberian
umpan balik merupakan salah satu kondisi eksternal yang berperan penting dalam
meningkatkan prestasi belajar gerak, terutama pada fase asosiatif dan otonom, dimana
pada fase-fase ini kebenaran dan efisiensi gerak menjadi kriteria utama.
Umpan balik dapat diberikan dalam beberapa cara, antara lain umpan balik
langsung (live feedback) tanpa alat bantu, dan umpan balik yang menggunakan alat
bantu. Alat bantu yang digunakan dapat berupa kamera yang menghasilkan gambar atau
foto, video recorder (audio-visual aid) yang menghasilkan video. Rekaman gerak yang
berupa video memiliki kelebihan dibandingkan rekaman yang berupa foto-foto, karena
gerakan dapat diamati secara utuh sesuai aslinya, dan dapat diputar dengan gerak
lambat, serta dapat dilakukan analisis gerakan dengan lebih akurat. Penggunaan alat
bantu audio-visual dalam menerapkan umpan balik sangat membantu guru penjas-orkes,
terutama untuk gerakan-gerakan yang kompleks dan terjadi dalam momen yang begitu
cepat. Pada gerak teknik dasar bolabasket , fase gerakan terjadi begitu singkat, dan
dalam momen yang begitu cepat, sehingga untuk memberikan umpan balik yang
didasarkan pada analisis gerak yang akurat dibutuhkan alat bantu yang dapat
memudahkan seorang guru menganalisis gerakan secara akurat. Penggunaan alat bantu
audio-visual dapat menjadi salah satu solusinya.
Dari pengalaman, pengamatan, dan hasil sharing peneliti dengan rekan-rekan guru
penjas-orkes yang tergabung dalam MGMP Penjas-Orkes SMP Kabupaten Sragen,
masih banyak guru yang belum memanfaatkan umpan balik dalam proses pembelajaran,
terutama umpan balik yang menggunakan alat bantu audio-visual. Secara umum para
guru penjas-orkes masih memberikan umpan balik secara langsung, dan sebagian besar
diberikan secara verbal. Apabila gerakan-gerakan yang dilakukan itu sangat cepat dan
kompleks, tentu umpan balik yang demikian ini menjadi kurang akurat dan mungkin
agak sulit dipahami oleh para siswa. Oleh karena itu pemberian umpan balik dengan alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
bantu audio-visual dapat menjadi alternatif pilihan, karena dapat merekam gerakan
sesuai dengan aslinya dan dapat memberikan informasi gerakan yang lebih akurat. Dari
uraian di atas, kiranya perlu dikembangkan model penerapan umpan balik yang cocok,
apakah menggunakan alat bantu audio-visual ataukah umpan balik langsung, sehingga
dapat diketahui sampai seberapa jauh pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar
keterampilan bolabasket.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa permasalahan-
permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apakah benar penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audio-visual dapat
meningkatkan hasil belajar keterampilan bolabasket?
2. Apakah penerapan umpan balik langsung (live feedback) masih sesuai dan efektif
untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan bolabasket?
3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara penerapan umpan balik menggunakan alat
bantu audio-visual dan model umpan balik langsung (live feedback) terhadap
peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket, jika persepsi kinestetik ikut
dipertimbangkan?
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda, sangatlah perlu
diberikan batasan-batasan sehingga ruang lingkup masalah yang diteliti menjadi jelas.
Penelitian ini tidak akan membahas semua faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan keterampilan bolabasket, namun hanya akan meneliti pada permasalahan
sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh penerapan umpan balik yang menggunakan alat bantu audio-
visual (recorded feedback), dan umpan balik langsung (live feedback) terhadap
peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
2. Perbedaan peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket , antara siswa yang
mepunyai persepsi kinestetik baik, sedang dan kurang.
3. Interaksi antara pengaruh umpan balik dan persepsi kinestetik terhadap peningkatan
hasil belajar keterampilan bolabasket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Perumusan Masalah
1. Adakah perbedaan pengaruh umpan balik dengan alat bantu audio visual dan
umpan balik langsung terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan
bolabasket.?
2. Adakah perbedaan peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket antara siswa
yang memiliki persepsi kinestetik baik, sedang dan kurang.?
3. Adakah pengaruh interaksi antara umpan balik dan persepsi kinestetik terhadap
peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai:
1. Perbedaan pengaruh antara penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audio-
visual dan umpan balik langsung (live feedback) terhadap peningkatan hasil belajar
keterampilan bolabasket.
2. Perbedaan pengaruh peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket antara
kelompok siswa yang memiliki kemampuan persepsi kinestetik baik, sedang, dan
kurang.
3. Di antara variabel-variabel penerapan umpan balik dan persepsi kinestetik, variabel
mana sajakah yang memiliki pengaruh interaksi terhadap peningkatan hasil belajar
keterampilan bolabasket.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari sisi teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan bidang keolahragaan, khususnya pembelajaran permainan bola
basket di Sekolah Menengah Pertama. Di samping itu hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk
penelitian sejenis di masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
Dari sisi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang berguna bagi para guru pendidikan jasmani-olahraga dan
kesehatan (penjas-orkes) dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran bolabasket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Permainan Bolabasket
a. Hakekat Permainan Bolabasket
Permainan bolabasket merupakan permainan beregu, dimana setiap regu yang
main adalah lima pemain. Dipimpin oleh dua orang wasit dan dibantu oleh petugas
meja, yang bertugas mencatat angka dan semua kejadian pelanggaran atau kesalahan
baik yang dilakukan oleh pemain maupun pelatih. Tujuan dari masing-masing regu
adalah berusaha untuk memasukkan bola ke ring atau basket untuk membuat angka
sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan dengan cara melindungi
atau menjaga agar ring basketnya tidak kemasukan bola. Kemenangan suatu regu
ditentukan oleh banyaknya bola yang dimasukkan ke dalam keranjang lawan
(Perbasi,1990:2).
Bolabasket merupakan suatu cabang olahraga permainan yang dalam pelaksanaan
permainannya bola dapat dimainkan dengan satu tangan atau dua tangan dengan cara
bola dioper, dilempar dan dipantul-pantulkan sesuai dengan peraturan dan ketentuan
yang berlaku. Wissel (2000:2) mengemukakan bahwa “permainan bolabasket diberikan
hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan mendribblenya (batting,
pushing atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan satu tangan
atau dua tangan secara bersamaan”. Untuk memenangkan pertandingan, maka suatu tim
harus memasukkan bola ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya. Kualitas tim menjadi
baik dan akan mampu memenangkan pertandingan, jika para pemainnya menguasai
teknik dasar bolabasket dengan baik dan benar.
Permainan bola basket termasuk jenis permainan yang memiliki gerakan yang
kompleks. Artinya gerakannya terdiri atas unsur gerak yang terkoordinir dengan rapi,
sehingga dapat dimainkan dengan baik. Agar dapat bermain dengan efektif dan efisien
maka diperlukan teknik gerakan yang sempurna. Dengan teknik gerakan yang sempurna
tersebut dapat menimbulkan efisiensi bermain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
berlatih secara teratur dan mempelajari teknik secara baik(Muhadjir,2005:32).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Keterampilan Bolabasket
Untuk terampil bolabasket, pemain harus menguasai teknik dasarnya. Teknik
merupakan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pemain agar tercapai prestasi yang
semaksimal mungkin. Menurut Hamidsyah Noer (1996:271) “Teknik adalah suatu
proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk
menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga.” Sedangkan menurut
Suharno (1986:47) bahwa: “Teknik dasar adalah suatu teknik dimana proses gerakannya
merupakan dasar, dan gerakan itu dalam kondisi sederhana dan mudah”.
Unsur teknik yang harus dikuasai oleh pemain bolabasket menurut Akros Abidin
(1999:48-68) dapat diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu:
1) Menggiring bola (dribling)
2) Mengoper bola (passing)
3) Merayah (rebound)
4) Menembak (shooting)
Semua teknik dasar ini harus dikuasai oleh setiap pemain bolabasket, sehingga
akan dapat menjadi pemain bolabasket yang handal dan berprestasi. Karena apabila
telah menjadi pemain bolabasket yang tangguh dan berprestasi, tentunya ini akan
mendukung menjadi pemain bolabasket yang tangguh dan dapat bermain lebih baik dari
pemain yang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik dasar adalah cara
melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan olahraga tertentu secara
efektif dan efisien. Dengan demikian teknik dasar bolabasket dapat diartikan sebagai
cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan
yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal.
Teknik suatu cabang olahraga selalu berkembang sesuai dengan tujuan dan
peraturan olahraga, dimana makin lama makin tinggi tuntutan persyaratannya. Teknik
dikatakan baik apabila diterapkan dalam praktek dapat memberikan hasil yang baik
terhadap pencapaian prestasi maksimal. Dalam olahraga teknik merupakan kemampuan
dasar yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi.
Penguasaan teknik dasar dalam suatu cabang olahraga merupakan salah satu unsur
yang menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan di
samping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Kesempurnaan teknik dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tersebut sangat penting, karena akan menentukan gerak keseluruhan. Kelengkapan
pokok tersebut hanya dapat dicapai oleh setiap pemain bolabasket dengan latihan yang
sistematis, berulang-ulang dan kontinyu serta melakukan pertandingan persahabatan
yang direncanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan teknik,
kemampuan fisik, taktik dan mental pemain secara terus menerus dan berkelanjutan
guna menghadapi suatu pertandingan untuk memperebutkan kejuaraan.
Kesempurnaan teknik dalam permainan bolabasket dapat dicapai melalui latihan
teknik yang dimulai dari teknik dasar ke teknik tinggi yang akhirnya harus menuju
kepada gerakan-gerakan otomatis. Untuk meningkatkan mutu permainan bolabasket,
maka teknik dasar ini harus benar-benar sudah dikuasai oleh setiap pemain terlebih
dahulu dan dilatih sejak awal. Soebagyo Hartoko (1992:21) berpendapat bahwa seorang
pelatih bolabasket harus memahami teknik dan taktik dalam permainan bolabasket
sedalam-dalamnya, sebagai tugas praktis pertama kewajiban seorang pelatih bolabasket,
di antaranya yang terpokok ialah mengajarkan dasar teknik keterampilan bolabasket
sebaik-baiknya.
Dengan penguasaan teknik dasar bolabasket, maka setiap pemain akan dapat
menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan yang berubah-ubah. Kualitas
penguasaan teknik dasar bolabasket tidak lepas dari unsur-unsur fisik dan taktik yang
akan menentukan tingkat permainan suatu regu bolabasket. Makin baik tingkat
keterampilan teknik pemain dalam memainkan dan menguasai bola, makin cepat
kerjasama yang dicapai.
Oleh karena itu dalam permainan bolabasket pertama-tama yang harus dikuasai
adalah macam-macam teknik dasar dalam bermain. Melihat kenyataan ini, maka
seorang pelatih bolabasket dituntut untuk memahami dasar-dasar teknik dan taktik
dalam permainan bolabasket serta membimbing pemain agar dapat memacu
perkembangan keterampilan teknik dasar dengan benar dan kontinyu yang pada
akhirnya merupakan gerakan-gerakan yang otomatis, sehingga tujuan dari latihan dapat
tercapai.
Untuk memenangkan suatu pertandingan, maka dibutuhkan regu yang benar-benar
tangguh dan mampu menampilkan kualitas permainan yang baik serta memiliki
kerjasama tim yang kompak. Untuk mencapai kerjasama yang baik dan kompak dalam
suatu regu bolabasket diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai semua macam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
teknik keterampilan yang sesuai dengan apa yang diperlukan dalam permainan
bolabasket. A. Sarumpaet, dkk.(1992:223) mengemukakan pendapat bahwa tujuan
permainan bolabasket adalah membuat kemenangan dengan memasukkan bola ke
basket lebih banyak. Untuk mencapai tujuan ini syarat utamanya harus terampil.
Keterampilan dapat dicapai sampai tingkat tinggi apabila gerak dasarnya baik. Oleh
karena itu gerak (teknik dasar) perlu dilakukan dengan cara-cara yang benar,
keterampilan dapat ditingkatkan.
Menurut Imam Sodikun (1992:47) bahwa pada pemain bolabasket, untuk
mendapatkan gerakan efektif dan efisien ini perlu didasarkan pada penguasaan teknik
dasar yang baik. Adapun teknik dasar tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
1) Teknik melempar dan menangkap
2) Teknik menggiring bola
3) Teknik menembak
4) Teknik gerakan berporos
5) Teknik lay up shoot
6) Merayah
Menurut A. Sarumpaet, dkk. (1992:223) membagi teknik-teknik dasar dalam
permainan bolabasket menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Teknik melempar dan menangkap (passing dan catching)
2) Teknik menggiring bola (dribbling)
3) Teknik menembak (shooting)
4) Pivot dan olah kaki
5) Merayah (rebound)
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik dasar dalam
permainan bolabasket meliputi: melempar dan menangkap, menggiring bola,
menembak, olah kaki serta merayah bola. Dibawah ini akan dijelaskan teknik-teknik
dasar bermain bolabasket:
1. Lempar Tangkap Bola (Passing dan Catching)
Lemparan dan tangkapan (passing dan catching) merupakan kecakapan
dwi tunggal, untuk dapat menghidupkan permainan bolabasket. Teknik lempar
bola yang diharapkan bagi seorang pemain basket mampu memberi dan
menerima bola dengan baik. Memberi bola dengan baik adalah kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
seseorang dalam mengoper bola dan dapat menguasai bola dengan mudah.
Sebaliknya seorang yang dikatakan memiliki kemampuan dalam menerima bola
yang baik, apabila orang tersebut memiliki kemampuan dalam menguasai
tangkapan bola dari hasil operan atau rampasan yang dilakukan dengan segala
bentuk situasi posisi tubuh, dan arah datangnya bola.
Keterampilan pemain dalam melakukan operan dan tangkapan dalam
kerjasama yang solid akan membuat jalannya pertandingan menjadi indah dan
enak ditonton. Hal ini sesuai dengan pendapat Wissel (2000:71) bahwa “operan
dan tangkapan yang baik penting bagi permainan tim, dan keahlian seperti itulah
yang membuat bolabasket menjadi permainan tim yang indah”. Penguasaan
teknik operan dan tangkapan merupakan unsur yang paling penting pada
permainan bolabasket. Sebenarnya kegairahan permainan bolabasket terletak
pada unsur menembak. Tetapi untuk melakukan tembakan, diperlukan usaha
untuk mendekati basket. Hal ini dapat dicapai terutama dengan mengoper dan
menangkap. Operan yang dilakukan dengan tepat dan akurat akan menciptakan
peluang untuk membuat skor bagi tim.
Sebelum melakukan kegiatan melempar bola perlu dijelaskan dulu
bagaimana cara memegang bola yang baik, sehingga lemparan dapat dilakukan
dengan baik pula. Cara memegang bola adalah membuka jari-jari kedua tangan
dan bola berada diantara kedua telapak tangan. Semua telapak tangan dan jari-
jari bagian dalam mengenai dan menekan bola sehinggat tidak mudah lepas.
Cara memegang bola ini sekaligus berguna untuk menerima atau menangkap
bola. Cara melakukannya sebagai berikut:
1) Bola dipegang dengan kedua tangan terbuka, seluruh telapak tangan
mengenai bola.
2) Letak tangan berada pada bagian samping bola agak sedikit ke belakang, jari-
jari terbuka, ibu jari menghadap ke dalam, dan antara ibu yang satu dengan
yang lainnya kira-kira satu telapak tangan.
3) Pada waktu menerima operan, hendaknya bola disambut dengan kedua tangan
dan ditarik ke arah dada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 1. Cara Memegang Bolabasket
(A. Sarumpaet, dkk., 1992:224)
Operan atau passing pada permainan bolabasket ada beberapa macam.
Berdasarkan penggunaan tangan, jenis operan dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Operan dua tangan (Two Hand Pass)
2) Operan dengan satu tangan (One Hand Pass)
Operan dengan dua tangan biasanya digunakan untuk operan jarak dekat.
Sedangkan operan dengan satu tangan sering digunakan untuk operan jarak jauh.
Ditinjau dari pelaksanaannya operan dapat dilakukan dengan lurus setinggi dada,
melambung, menyamping, atau dengan dipantulkan ke lantai. Pada permainan
bolabasket biasanya operan yang paling banyak digunakan adalah operan dada.
Cara melakukan operan dua tangan setinggi dada yaitu:
1) Bola dipegang dengan kedua tangan terbuka.
2) Siku ditekuk dan diletakkan di samping badan, serta atur jarak jangan
terlalu dekat dengan dada.
3) Kaki sejajar atau depan-belakang (sikap kuda-kuda).
4) Lutut sedikit ditekuk, badan sedikit condong ke depan dengan
memperhatikan keseimbangan dan sikap rileks.
5) Operan dimulai dengan menarik bola ke arah dada untuk mengambil
awalan, kemudian tolakkan bola ke depan dengan kedua lengan dan
diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan sehingga jari-jari tangan
menghadap ke bawah.
6) Arah operan setinggi dada.
7) Setelah melemparkan bola lakukan gerak lanjut dengan melangkah ke
depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2. Mengoper (Passing) Dua Tangan Bola Setinggi Dada
(A. Sarumpaet, dkk., 1992:224)
2. Menggiring Bola (Dribble)
Menggiring bola adalah salah satu dasar bolabasket yang pertama kali
diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting bagi
setiap pemain yang terlibat dalam permainan bolabasket. Setiap pemain basket
bisa menjadi pendribble karena latihan dribble dapat dilakukan di mana pun dan
kapan pun dan tidak diperlukan peralatan lain selain bolabasket.
Keterampilan dribble harus dikuasai oleh setiap pemain bolabasket.
Wissel (2000:95) manfaat dribble antara lain: Banyak manfaat yang diperoleh
dari penguasaan keterampilan melakukan dribble tersebut:
1) Memindahkan bola keluar dari daerah padat penjagaan ketika
operan tidak memungkinkan (contoh ketika setelah melakukan rebound
atau dijaga dua orang).
2) Memindahkan bola pada saat fast break karena rekan tim tidak bebas
penjagaan untuk mencetak angka.
3) Menembus penjagaan ke arah ring.
4) Menarik perhatian penjaga untuk membebaskan rekan tim.
5) Menyiapkan permainan menyerang.
6) Memperbaiki posisi atau sudut (angle) sebelum mengoper ke rekan.
7) Membuat peluang untuk menembak.
Teknik menggiring merupakan teknik dasar bermain bolabasket, sebab
menggiring selalu digunakan dalam bermain bolabasket. Menggiring bola
diperbolehkan hanya dengan satu tangan, kanan saja atau kiri saja, atau
bergantian kanan dan kiri. Sesuai dengan kebutuhan menggiring bola ada dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
cara, yaitu: menggiring bola tinggi (setinggi pinggang) dan menggiring bola
rendah (setinggi lutut).
Teknik dribble harus dilakukan dengan benar sesuai dengan peraturan
permainan. Selain itu teknik yang dilakukan harus merupakan teknik gerakan
yang efektif. Untuk dapat melakukan teknik menggiring bola yang efektif
diperlukan latihan menggiring bola dengan teknik gerakan yang benar. Teknik
menggiring dimulai dari memegang bola dengan dua tangan, tangan kanan
menghadap ke bawah, di atas bola, dan tangan kiri menyangga bola di depan
badan. Sikap berdiri rileks, kaki kiri sedikit di depan kaki kanan dan badan
sedikit dicondongkan ke depan. Lepaskan bola (menarik tangan kiri) dan
gerakan memantul-mantulkan bola dimulai dengan tangan kanan. Ikuti gerakan
lengan yaitu memantulkan bola ke lantai tahan dengan tangan kanan terus
dipantulkan kembali, begitu seterusnya. Gerakan ini dimulai ditempat sambil
merasakan sifat bolanya, Gerakan diulang-ulang sampai tidak perlu dilihat,
berganti tangan kanan dan kiri. Setelah mahir baru dicoba bergerak maju (sambil
jalan atau berlari).
Gambar 3. Teknik Dasar Menggiring Bola
(A. Sarumpaet, dkk., 1992:229)
Kesalahan yang sering dilakukan adalah bola ditepuk dengan telapak
tangan, bukan lecutan dengan jari-jari. Selain itu sering hanya gerakan
pergelangan tangan saja, tanpa diikuti gerakan lengan secara keseluruhan,
sehingga pantulan bolanya tidak kuat dan sukar dikontrol. Oleh karena itu
gerakan hendaknya di mulai dari lengan bawah, telapak tangan dan ujung jari
secara berkesinambungan, serta yang terakhir adalah lecutan jari-jari secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
teratur. Pada waktu bola memantul ke atas sebaiknya bola jangan langsung
dipantulkan kembali, namun hendaknya diikuti dulu ke atas sambil mengerem.
Untuk memahirkan gerakan ini perlu dilakukan latihan mulai memantulkan bola
ditempat, tangan kanan dan kiri bergantian, tanpa melihat bola, kemudian maju-
mundur, ke kiri - ke kanan baik menggiring bola tinggi maupun rendah dan
berikutnya adalah latihan menggiring bola dengan lawan.
3. Menembak (Shooting)
Menurut Imam Sodikun (1992:59) ada beberapa jenis tembakan yaitu: 1)
tembakan dengan dua tangan di dada, 2) tembakan dengan dua tangan di atas
kepala, 3) tembakan satu tangan, 4) tembakan lay up, 5) tembakan didahului
dengan menggiring bola dan langsung mengadakan tembakan lay up, 6)
tembakan loncat satu tangan, 7) tembakan loncat dengan dua tangan, 8)
tembakan kaitan, dan 9) tembakan lain-lain gaya.
Menembak merupakan salah satu teknik dasar permainan bolabasket
yang harus dikuasai olah setiap pemain. Menembak merupakan unsur penting
dalam suatu pertandingan karena kemenangan ditentukan oleh banyaknya bola
yang masuk ke dalam ring atau keranjang. Dengan demikian agar regu dapat
bermain dengan baik dan memenangkan permainan, maka mereka dituntut untuk
dapat melakukan unsur gerak tembakan yang benar. Penguasaan teknik
menembak harus didahulukan dengan cara melatih gerak dasar tersebut secara
sistematis dan kontinyu.
Pada permainan bolabasket terdapat bermacam-macam teknik
menembak. Menurut A. Sarumpaet, dkk. (1992:230-233) ada beberapa teknik
menembak dalam permainan bolabasket yang perlu dikuasai oleh setiap pemain
guna menunjang prestasi, yaitu:
1) Tembakan dengan dua tangan dari dada.
2) Tembakan dengan dua tangan dari atas kepala.
3) Tembakan dengan satu tangan di atas kepala.
4) Tembakan dengan satu tangan dengan meloncat
5) Tembakan lay-up (lay up shot).
Tembakan dalam permainan bola basket tersebut di atas terdapat salah
satu jenis tembakan yang mana sering kali digunakan oleh setiap pemain dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pertandingan untuk membuat angka, yaitu tembakan bebas. Tembakan bebas
adalah suatu gerakan tembakan bola yang dilepaskan melalui lengan,
pergelangan, jari tangan, dengan seluruh tenaga, kemudian angkat bola secara
serentak ke atas dengan kaki, punggung dan bahu tanpa ada gerakan lompatan.
Dalam tembakan bebas bola harus diangkat tinggi dan menembak ke ring basket.
Dalam permainan bola basket melakukan tembakan bebas merupakan tembakan
yang paling baik dalam rangka melakukan tembakan ke basket lawan. Dengan
tembakan bebas dapat mencapai sasaran yang tepat.
Shooting atau tembakan yang dimaksud adalah menembakkan bola ke
ring dari belakang garis hukuman dengan jarak 1,8 meter. Secara teknis, kunci
pokok keberhasilan tembakan adalah pola gerakan (dasar mekanika) shooting
tersebut. Dasar mekanika dalam melakukan tembakan, menurut Wissel
(2000:46) antara lain “pandangan, keseimbangan, posisi tangan, pengaturan
siku, irama tembakan, dan pelaksanaannya”.
(a) Pandangan
Pada saat melakukan tembakan, pandangan mata harus
cermat dan terpusat pada keranjang. Pemain harus memusatkan
perhatian dan pandangan mata ke arah keranjang. Pandangan
mata harus terfokus pada sasaran yang akan dituju. Dengan
pandangan yang cermat akan dapat menambah keakuratan dalam
melakukan tembakan.
(b) Keseimbangan
Dalam melakukan tembakan, keseimbangan tubuh harus
dijaga. Dengan keseimbangan tubuh yang baik, akan dapat
menambah kemampuan dalam memberikan tenaga pada bola,
selain itu irama gerakan dalam melakukan tembakan akan lebih
baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wissel (2000:46) bahwa
“berada dalam keseimbangan memberikan anda tenaga dan
kontrol irama tembakan anda”. Kemampuan dalam memberikan
tenaga dan mengontrol irama tembakan tersebut akan menambah
keakuratan dalam melakukan tembakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Menurut Wissel (2000:46) bahwa “posisi kaki adalah dasar
keseimbangan, dan menjaga kepala segaris kaki sebagai kontrol
keseimbangan”. Oleh karena itu posisi kaki harus tepat dan sikap
kepala harus segaris dengan kaki. Dasar penumpu tubuh manusia
pada waktu berdiri adalah kaki. Agar keseimbangan dapat dijaga,
dalam melakukan tembakan kaki harus direntangkan selebar bahu
dan badan tegak agar kepala segaris dengan dasar penumpu.
(c) Posisi Tangan
Posisi tangan sangat penting saat melakukan tembakan.
Untuk menembak adalah penting menempatkan tangan yang tidak
menembak di bawah bola sebagai penjaga keseimbangannya.
Posisi ini disebut blac-ung-tuck. Tangan untuk menembak bebas
dan tidak perlu menjaga keseimbangan bola. Tangan cukup rapat
dengan rileks dan jari-jari terentang secukupnya. Ibu jari tangan
penembak rileks dan tidak terentang lebar (menghindarkan
tegangan pada tangan dan lengan atas). Posisi tangan yang rileks
akan menjadi arah alami, bola berada pada jari, jadi tidak pada
telapak tangan. Tangan yang tidak menembak di bawah bola.
Lengan dan tangan yang tidak menembak pada sisi yang leluasa
dengan siku menunjuk ke belakang dan ke samping. Tangan yang
menembak secara langsung di belakang bola, jari telunjuk pada
titik tengah. Bola dilepaskan dari jari telunjuk. Pada lemparan
bebas jari telunjuk tepat di katup atau tanda lain pada bagian
tengah bola, agar kontrol dan sentuhan ujung jari yang sudah
terbangun dapat menghasilkan lemparan yang lembut tapi tepat.
(d) Pengaturan Siku
Bola di depan dan di atas bahu untuk menembak, antara
telinga dan bahu. Siku-siku tetap di dalam. Saat siku penembak di
dalam, bola sejajar dengan basket. Beberapa pemain tidak
memiliki kelenturan untuk menempatkan tangan yang menembak
di belakang bola saat siku di dalam. Pada kasus seperti ini,
pertama-tama tangan di belakang bola dan kemudian gerakan siku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
ke dalam sejauh mana. Menembak adalah sinkronisasi antara
kaki, pinggang, bahu, siku tembak, kelenturan pergelangan dan
jari tangan. Tembakan bola dengan halus, bersamaan dengan
gerakan mengangkat yang ritmis. Kekuatan inti dan ritmis
tembakan berasal dari gerakan naik turun kaki. Lutut sedikit
lentur. Tekuk lutut dan kemudian rentangkan sepenuhnya di
dalam gerakan naik turun. Saat kaki terentang sepenuhnya,
punggung dan bahu terentang ke arah atas. Ketika tembakan
dimulai, bola di tata kembali mulai dari tangan penyeimbang ke
tangan menembak. Cara terbaik saat menyinggungkan bola adalah
dengan menarik pergelangan tangan sampai terlihat lipatan kulit.
Sudut ini memberikan pelepasan yang cepat dan follow through
yang konsisten. Arah lengan, pergelangan tangan dan jari lurus
pada ring dengan sudut kemiringan 45 sampai 60 derajat, rentang
lengan lurusnya sampai siku. Dorongan dan kontrol terakhir
tembakan berasal dari pelenturan pergelangan tangan dan jari
depan ke bawah. Bola lepas dari jari tengah dengan sentuhan
ujung jari yang lembut untuk membuat putaran sisi belakang bola
dan memperhalus tembakan. Keseimbangan tangan dipertahankan
pada bola sampai titik pelepasan.
(e) Irama Tembakan
Suatu hal yang sangat penting dalam melakukan tembakan
adalah koordinasi antara padangan mata, posisi kaki, gerakan
batang tubuh dan gerakan lengan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wissel (2000:47) bahwa “menembak adalah sinkronisasi antara
kaki, pinggang, bahu, siku tembak, kelenturan pergelangan dan
jari tangan”. Tenaga dorongan yang diberikan pada bola
tergantung dari jarak tembakan. Untuk jarak dekat lengan
pergelangan tangan dan jari memberikan dorongan besar.
Tembakan jarak jauh memerlukan tenaga atau dorongan kaki,
punggung dan bahu. Ritme yang lancar dan follow-through yang
sempurna juga akan meningkatkan jarak tembak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Setelah bola lepas dari jari tengah, lengan bertahan untuk
tetap di atas dan terentang sepenuhnya dengan jari tengah
menunjuk lurus pada target. Telapak tangan menghadap ke bawah
dan telapak tangan keseimbangan menghadap ke atas. Mata
bertahan pada sasaran, dan lengan tetap di atas pada posisi
penyelesaian follow through sampai bola menyentuh ring lalu
bersiap kembali masuk.
(f) Pelaksanaan Tembakan
Berdasarkan pelaksanaannya teknik shooting dibagi
menjadi beberapa tahap, tahap-tahap gerakan di dalam melakukan
shooting merupakan gerak yang berkesinambungan dan harus
dilakukan dengan koordinasi gerakan yang baik. Menurut Wissel
(2000:47) bahwa “secara garis besar pelaksanaan tembakan terdiri
dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan follow throught”.
Pelaksanaan tiap tahapan teknik shooting adalah sebagai berikut:
(1) Tahap persiapan gerakan shooting:
Gambar 4. Gerakan Shooting pada Fase Persiapan
(Wissel, 2000:47)
Keterangan:
1. Lihat target
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2. Kaki terentang selebar bahu
3. Jari kaki lurus
4. Lutut dilenturkan
5. Bahu rileks
6. Tangan yang tidak menembak berada di bawah bola
7. Tangan untuk menembak di belakang bola
8. Ibu jari rileks
9. Siku masuk ke dalam
10. Bola diantara telinga dan bahu.
(2) Tahap pelaksanaan gerakan shooting:
Gambar 5. Gerakan Shooting pada Fase Pelaksanaan
(Wissel, 2000:47)
Keterangan:
1. Lihat Target.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Rentangkan kaki, punggung, bahu.
3. Rentangkan siku.
4. Lenturkan pergelangan dan jari-jari ke depan.
5. Lepaskan ibu jari.
6. Tangan penyeimbang pada bola sampai terlepas.
7. Irama yang seimbang.
(3) Tahap gerak lanjut setelah shooting:
Gambar 6. Gerakan Shooting pada Fase Gerak Lanjutan
(Wissel, 2000:47)
Keterangan :
1. Lihat target.
2. Lengan terentang.
3. Jari telunjuk menunjuk pada target.
4. Telapak tangan ke bawah saat shooting.
5. Seimbangkan dengan telapak tangan ke atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tembakan satu tangan di atas kepala, sikap penembak sebaiknya
dilakukan dengan kaki di depan, pertama bola dipegang dengan dua tangan
dan dua tangan di atas kepala, siku kanan membuat sudut 90°, pergelangan
tangan di muka dahi sedikit ke atas. Pegangan bola, bola dikenai seluruh
telapak tangan dengan jari berjauhan pada saat akan mengadakan
tembakan tangan kiri terlepas dari bola. Sebelum melakukan tembakan ini
harus dalam sikap lentur.
Pelaksanaannya adalah: (1) lutut ditekuk sedalam mungkin, (2) siku
tetap 90°, (3) kaki diluruskan dan bersama dengan waktu itu tangan
diluruskan juga, (4) gerakan di atas diakhiri dengan lecutan pergelangan
tangan dan jari menghadap ke bawah.
Gambar 7. Menembakkan Bola
(Muhadjir, 2005:40)
Disamping seorang pemain harus menguasai teknik dasar bermain bolabasket,
juga perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permainan bolabasket.
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi olahraga bolabasket menurut Sajoto
(1995:2-5) adalah sebagai berikut:
1. Aspek biologis terdiri dari :
a. Potensi atau kemampuan dasar tubuh
b. Fungsi organ-organ tubuh
c. Struktur dan postur tubuh '
d. Gizi
2. Aspek psikologis terdiri dari:
a. Intelektual, ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan bakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Motivasi
c. Kepribadian
d. Koordinasi kerja otot dan syaraf.
3. Aspek lingkungan terdiri dari:
a. Sosial
b. Sarana dan prasarana olahraga yang tersedia
c. Cuaca
d. Orang tua, keluarga dan masyarakat
4. Aspek penunjang terdiri dari:
a. Pelatih yang berkualitas tinggi
b. Program yang tersusun secara sistematis
c. Penghargaan dari masyarakat danpemerintah
d. Dana yang memadai
e. Organisasi yang tertib
Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi pemain, pelatih
dan semua pihak yang bersangkutan dengan pembinaan prestasi dalam permainan
bolabasket. Selain faktor-faktor tersebut dalam setiap cabang olahraga selalu
membutuhkan unsur-unsur khusus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Unsur-
unsur yang menentukan dalam pencapaian prestasi permainan bolabasket secara garis
besar terdiri dari kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat unsur kelengkapan
pokok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kondisi Fisik
Dalam semua cabang olahraga termasuk bolabasket, faktor kondisi fisik
merupakan faktor utama yang harus dibina, disamping penguasaan teknik dan taktik.
Pada pertandingan bolabasket seringkali terjadi dengan tempo yang sangat
tinggi,sehingga diperlukan kerja otot yang tinggi. Dalam hal ini jelas diperlukan
kondisi fisik yang prima. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi
pemain bolabasket yang berprestasi diperlukan kondisi fisik yang baik. Dalam usaha
pencapaian prestasi tinggi dalam permainan bolabasket peningkatan kondisi fisik
perlu dilakukan secara terus menerus.
Teknik dan taktik dalam permainan bolabasket, tidak mungkin dapat diterapkan
secara sempurna apabila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang baik dari pemain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Meskipun unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk masing-masing cabang
olahraga berbeda, tetapi unsur kondisi fisik sangat diperlukan oleh semua cabang
olahraga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sajoto (1995:8) bahwa “kondisi fisik
adalah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi
seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat
ditunda atau ditawar-tawar lagi”.
Demikian halnya dengan cabang olahraga bolabasket, unsur fisik yang
memadai merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh semua pemainnya. Adapun
unsur-unsur fisik yang harus dimiliki oleh pemain menurut Sajoto (1995:8) adalah
mencakup:
1. Kekuatan
2. Dayatahan
3. Dayaledak
4. Kecepatan
5. Daya lentur
6. Kelincahan
7. Koordinasi
8. Keseimbangan
9. Ketepatan
10. Reaksi
Unsur-unsur tersebut harus diperhatikan oleh pelatih maupun pemain
bolabasket.Untuk dapat memiliki kondisi fisik yang prima, pemain bolabasket
dituntut untuk melakukan latihan fisik yang sistematis, terprogram dan kontinyu.
Apabila seorang pemain memiliki kemampuan fisik yang prima, maka pemain
tersebut dapat memungkinkan bermain dengan cepat serta mengikuti pola taktik dan
strategi dalam permainan bolabasket yang telah diintruksikan oleh pelatih.
2) Unsur Teknik
Penguasaan teknik merupakan unsur utama dalam olahraga. Latihan teknik
yang bertujuan untuk mengembangkan penguasaan gerak dalam cabang olahraga
tersebut. Penguasaan teknik merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai
prestasi yang optimal. Demikian juga dalam permainan bolabasket, untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
prestasi dalam permainan bolabasket faktor utama yang harus dikembangkan adalah
unsur keterampilan teknik dasar bermain bolabasket.
Menurut Suharno (1986:42) bahwa “teknik adalah suatu proses gerakan dan
pembuktian dalam praktek sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti
dalam cabang olahraga”. Penguasaan teknik dasar permainan bolabasket merupakan
salah satu unsur yang menentukan menang dan kalahnya satu regu dalam
pertandingan, disamping unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Sehingga apabila
ingin meningkatkan mutu prestasi pemain bolabasket, maka teknik dasar ini harus
benar-benar dikuasai oleh pemain terlebih dahulu. Untuk dapat menguasai
keterampilan teknik dasar bermain bolabasket, harus melakukan latihan secara
sistematis, teratur dan kontinyu dan berulang-ulang dengan mengikuti prinsip pola
gerak yang benar.
3) Taktik dan Strategi
Dalam cabang olahraga khususnya permainan, apabila kemampuan teknik
dan fisik telah memadai, maka tahap selanjutnya dalam meningkatkan prestasi atau
kemampuan permainan tim adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan
tentang strategi dan taktik dalam bermain.
Menurut Suharno (1986:42) yang dimaksud dengan “taktik ialah siasat atau akal
yang digunakan pada saat pertandingan untuk mencari kemenangan secara sportif”.
Dalam permainan bolabasket, kemampuan dalam strategi dan taktik juga mutlak
diperlukan untuk memperoleh kemenangan dalam suatu pertandingan. Tanpa
memiliki kemampuan dalam taktik dan strategi dalam permainan, maka pemain
tidak akan dapat mengembangkan pertandingan, sehingga sangat mustahil untuk
dapat meraih prestasi yang tinggi dalam permainan bolabasket.
4) Mental
Mental yang tinggi merupakan salah satu modal utama untuk menuju jenjang
kematangan juara, setelah menguasai teknik, taktik maupun fisik. Tanpa memiliki
mental yang baik, sulit kiranya untuk dapat mencapai prestasi yang optimal,
meskipun memiliki kemampuan teknik, fisik dan taktik yang baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Harsono (1988:101) bahwa “Betapa sempurnanya perkembangan
fisik, teknik dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang prestasi
tinggi tidak mungkin akan dapat dicapai”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pembinaan mental dan kematangan juara dalam bolabasket sama pentingnya
dengan pembinaan teknik, fisik dan taktik. Pembinaan mental pemain harus
ditujukan pada penanaman unsur-unsur psikologis yang mendukung terhadap
pencapaian prestasi dalam olahraga. Pembinaan mental dan kematangan juara, dapat
dilakukan melalui pemberian pengertian kepada siswa serta melalui berbagai
pertandingan uji coba didalam tim sendiri maupun uji coba dengan tim yang lain.
2. Belajar Keterampilan Gerak
Pembelajaran merupakan proses mengajar yang dilakukan oleh guru dan
belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik. Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan
sesuatu kepada peserta didik di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta
didik mempelajarinya. (Sukintaka, 2004:55). Dalam pelaksanaan pembelajaran
terjadi interaksi antara pengajar (guru) yang bertugas mengajar dan pembelajar
(siswa) sebagai individu yang melakukan proses belajar, dimana interaksi itu
merupakan interaksi yang bersifat edukatif.
Belajar merupakan peristiwa atau kejadian yang memberikan pengalaman
belajar bagi siswa atau pembelajar. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar,
menurut Rusli Lutan & Adang Suherman (2000:29) adalah, “seperangkat kejadian
yang berisikan aktivitas dan kondisi belajar untuk memberi struktur terhadap
pengalaman siswa dan kejadian tersebut terkait untuk pencapaian tujuan”.Mengajar
merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pengajar untuk memberikan
pengalaman kepada siswa selaku pembelajar. Rusli Lutan (1988:381) menyatakan
bahwa, “mengajar adalah seperangkat kegiatan sengaja oleh seseorang yang
memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dan pada yang diajar”.
Nana Sudjana (2000:25) menyatakan bahwa, “Hakikat belajar mengajar adalah
peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
belajar yang diatur oleh guru”. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya
peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai
hasil belajar. Belajar merupakan pengembangan kemampuan yang terdiri dan tiga
aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar keterampilan merupakan
proses belajar yang tujuan utamanya mengembangkan aspek psikomotor.
a. Hakekat Belajar gerak
Pembelajaran keterampilan gerak memiliki ciri khusus jika dibandingkan
dengan pembelajaran lainnya, karena berhubungan langsung dengan aktivitas
fisik siswa. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah peningkatan keterampilan
gerak yang terlihat dan kinerja gerak yang ditampilkan oleh siswa. Penguasaan
keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh melalui pelaksanaan gerak dengan
program pembelajaran yang terencana, sistematis dan berkelanjutan.
Keterampilan gerak merupakan perubahan yang diperoleh dan proses
belajar motorik atau belajar gerak. Schmidt yang dikutip Rusli Lutan (1988:102)
menyatakan bahwa, “belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian
dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan
permanen dalam perilaku terampil”. Magill (1985:8) menyatakan bahwa,
“Belajar gerak adalah perubahan dari individu yang didasarkan dari
perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil
praktek”. Drowtzky seperti dikutip Sugiyanto (1998:269) mengemukakan
bahwa, “belajar motorik atau belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan
melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau
bagian tubuh”.
Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular
yang diekspresikan gerakan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh. Pada belajar
gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan tubuh,
misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan
gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya, kemudian menirukan
dan mencoba melakukannya berulang kali. Dalam menerapkan pola-pola gerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
yang dikuasai pada kondisi tertentu yang dihadapi dan pada akhirnya diharapkan
siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas gerak tertentu.
Tujuan utama belajar gerak adalah meningkatkan keterampilan. Menurut
Sugiyanto (1998:289) bahwa, “keterampilan gerak bisa diartikan sebagai
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan
baik”.Gerakan yang baik adalah gerakan yang memiliki kriteria efektif dan
efisien.
Pembelajaran keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk
meningkatkan tingkat efisiensi dan efektivitas dalam melakukan gerakan yang
kompleks, yang di dalam melaksanakannya memerlukan koordinasi beberapa
bagian tubuh atau bagian-bagian tubuh secara keseluruhan, untuk memperoleh
keberhasilan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dalam pembelajaran
keterampilan gerak, konsep kesiapan belajar siswa sangat penting untuk
diperhatikan. Kesiapan belajar dan aspek fisik-fisiologis merupakan faktor
mendasar bagi penguasaan keterampilan gerak.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, pembelajaran
keterampilan teknik dasar bermain bola basket merupakan proses yang
dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan efektivitas gerakan
keterampilan teknik pada permainan bola basket. Gerakan keterampilan teknik
dasar bermain bola basket merupakan gerakan yang di dalam melaksanakannya
memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian tubuh secara
keseluruhan. Gerakan teknik dasar bermain bola basket meliputi, melempar,
menangkap bola, dribbling dan shooting.
b. Tahapan Belajar Keterampilan
Tujuan belajar keterampilan, adalah agar dapat melakukan suatu gerakan
secara terampil, otomatis dan reflektif dengan gerakan yang benar. Suatu
keterampilan gerak dapat dicapai melalui proses belajar gerak. Penguasaan suatu
keterampilan dapat dicapai melalui beberapa tahapan. Menurut Fitts & Posner
yang dikutip menurut Singer (1981:87) bahwa, “tahapan atau fase belajar
keterampilan terdiri dari, (1) Tahap kognitif, (2) Tahap assosiatif, dan (3) Tahap
outonom”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Fase kognitif merupakan fase awal dan proses belajar gerak.
Perkembangan yang menonjol dalam fase awal ini yaitu daya pikir siswa,
dimana siswa mengetahui dan memahami mengenai konsep gerakan yang
dipelajari. Dalam tahap awal belajar keterampilan gerak pembelajar harus
mengetahui dan memahami gerak yang benar dan informasi verbal dan
bayangan (visual). Informasi tentang gerakan yang dipelajari ditangkap melalui
indera, kemudian diproses dalam mekanisme perseptual. Selanjutnya gerakan
yang akan dilakukan terkonsep di dalam pikiran. Agar bisa melakukan gerak
tertentu, terlebih dahulu pemain harus tahu tentang gerakan yang akan
dilakukan. Dalam fase kognitif, gerakan yang akan dilakukan terkonsep di dalam
pikiran.
Fase assosiatif yaitu suatu fase menghubung-hubungkan bagian-bagian
gerakan yang telah mampu dilakukan sebelumnya. Fase asosiatif merupakan
bagian penting dan proses belajar gerak, karena berkaitan dengan kemampuan
merangkaikan gerakan yang dipelajani secara terpadu. Dalam tahap asosialif
pembelajar telah menguasai gerak yang benar, tetapi belum menjadi gerak
otomatis. Dengan praktek berulang-ulang suatu gerakan makin dapat
dikuasai.Kesalahan-kesalahan yang dilakukan semakin berkurang.
Tahap akhir dalam proses belajar keterampilan gerak adalah tahap otonom.
Fase otonom atau fase akhir yaitu suatu fase dimana gerakan-gerakan
keterampilan sudah mampu dilakukan hampir secara otomatis. Gerakan dapat
dilakukan dengan lancar, tidak terputus-putus, akurat, penampilan terbaiknya
bisa dicapai secara ajeg. Otomatisasi gerakan ini dapat dicapai melalui latihan
secara teratur dan berulang-ulang.
Dalam mempelajani suatu pola gerak keterampilan diperlukan jangka
waktu tertentu. Lama waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu
keterampilan sesual dengan jenis keterampilan yang dipelajari. Semakin
kompleks jenis keterampilan gerak yang dipelajari.waktu yang diperlukan
semakin lama.
c. Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Keterampilan Bola Basket
Pada pelaksanaan pembelajaran keterampilan bola basket diperlukan
strategi pendekatan pembelajaran yang sesuai. Guru memerlukan penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
strategi mengajar yang baik. Yang dimaksud dengan strategi mengajar, menurut
Sugiyanto (1998:427) yaitu, “pengaturan penerapan cara-cara mengajar agar
proses belajar bisa berlangsung dengan baik dan tujuannya bisa tercapai”. Guru
perlu memiliki keterampilan medofikasi komponen-komponen yang ada dalam
proses pengajaran. Menurut Yoyo Bahagia & Adang Suherman (1999:2) bahwa
“aspek-aspek dalam pengajaran meliputi, (1) tujuan, (2) karakteristik materi, (3)
kondisi lingkungan dan (4) evaluasinya”. Aspek-aspek tersebut harus dipahami
oleh guru, selanjutnya guru harus dapat melakukan modifikasi sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.
Pengajar dan Pembina dapat melakukan pembelajaran dengan metode dan
model yang bervariasi, agar jalannya pembelajaran menjadi lebih menarik dan
menyenangkan. Model pendekatan pembelajaran keterampilan bermain bola
basket dapat dilaksanakan dengan bervariasi. Prosedur pembelajaran
keterampilan, khususnya dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan
pendekatan bermain dan pendekatan berlatih. Pendekatan bermain dan
pendekatan latihan, secara praktis sering digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran bermain bola basket. Dengan melalui pembelajaran yang
sistematis, teratur dan kontinyu serta dengan pendekatan yang sesuai, maka
penguasaan keterampilan bermain bola basket akan dapat tercapai. Dalam
pelaksanaan proses pembelajaran bola basket, khususnya teknik bermain bola
basket pembina atau pengajar dapat menggunakan berbagai jenis pendekatan
d. Pembelajaran Keterampilan Dengan Pendekatan Bermain
Bermain merupakan peristiwa hidup yang sangat digemari oleh anak-anak
orang dewasa. Bermain merupakan hal yang paling disukai siswa. Bagi mereka,
bermain adalah tugasnya. Melalui bermain, banyak yang dipelajari siswa. Mulai
dari belajar bersosialisasi, menahan emosi, atau belajar hal lain, yang semuanya
diperoleh secara integrasi. Ingatlah bahwa anak belajar melalui berbuat (learning
by doing) dengan diberi kesempatan untuk selalu mencoba hal-hal baru,
bereksplorasi, siswa akan banyak memeroleh pengalaman baru, dan inilah yang
disebut proses belajar yang sebenarnya (Suyatno, 2008). Melalui bermacam-
macam kegiatan yang ada dalam permainan, banyak fungsi-fungsi kejiwaan dan
kepribadian yang dapat ditanamkan dan dikembangkan. Misalnya keseimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
mental, kecepatan proses berfikir, daya konsentrasi, kepemimpinan, pendekatan
sosial dan lain-lain.
Kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat diperlukan oleh
setiap manusia tanpa memandang usia manusia. Khususnya untuk anak-anak
kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan yang bersifat sangat penting, sebab
melalui kegiatan bermain potensi yang dimiliki oleh anak dapat tergali secara
optimal.
Keinginan bermain timbul karena minat pada diri seseorang untuk
bergerak sesuai dengan kebutuhan, memelihara kondisi tubuh serta untuk
menghilangkan kejenuhan. Bermain merupakan kegiatan yang penuh daya
hayal, penuh aktivitas, dan anak-anak melakukannya dengan cara mereka sendiri
menggunakan tangan dan tubuh mereka.
1. Konsep Dasar Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian
besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato,
merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis
dan bermain. Anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatikan melalui
situasi bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi,
memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak. Bermain
merupakan cara untuk berekplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar
sehingga anak akan menemukan sesuatu dan pengalaman bermain (M. Furqon,
2008).
Rusli Lutan (1991:4) memberikan batasan tentang bermain sebagai
berikut, “bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, suka
rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan
peraturan”.Berdasarkan Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan (1998:16)
dikemukakan bahwa, “Bermain merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan
pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat
mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
waktu luang”. Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan bermain jika
aktivitas itu dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan
dalam batas waktu, tempat dengan tanpa adanya tujuan untuk memperoleh
keuntungan material, dan terikat pada peraturan tertentu yang harus dipatuhi
bersama.
Bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya,
mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan
untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan. Bermain menurut
Mulyadi, S. (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak
yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain antara lain:
1. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
2. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
3. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas
dipilih oleh anak
4. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan
bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial dan sebagainya
Menurut Garvey (1990) seperti yang dikutip Savitri Hanny Wreksoo
(2008) mengemukakan mengenai, beberapa ciri bermain sebagai berikut:
1. Menyenangkan
2. Tidak memiliki tujuan. Tidak boleh ada intervensi tujuan dan luar si anak
yang memotivasi dilakukannya kegiatan bermain
3. Bersifat spontan dan volunter
4. Bermain berarti anak aktif melakukan kegiatan.
5. Memiliki hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain,
seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran
sosial, perkembangan kognitif, dan sebagainya
Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak melalui aktivitas bemain.
Pada usia prasekolah, anak perlu menguasai berbagai konsep dasar tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, dan sebagainya. Konsep dasar ini akan
lebih mudah diperoleh anak melalui kegiatan bermain.
Bermain, jika ditinjau dan sumber kegembiraannya di bagi menjadi dua,
yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Sedangkan jika ditinjau dan aktivitasnya,
bermain dapat dibagi menjadi empat, yaitu bermain fisik, bermain kreatif,
bermain imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis bermain tersebut juga
merupakan ciri bermain pada anak usia pra sekolah dengan menekankan
permainan dengan alat (balok, bola, dan sebagainya) dan drama.
Berdasarkan definisi bermain yang telah diungkapkan oleh para ahli
tersebut, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang
dapat memicu kreativitas serta daya fikir anak secara optimal tanpa anak
tersebut merasa dipaksa untuk melakukannya. Kegiatan bermain untuk setiap
anak dapat memberi pelajaran atau pengalaman bagaimana beradaptasi baik itu
dengan lingkungan, orang lain, maupun dengan dirinya sendiri. Dalam kegiatan
bermain anak-anak tidak sungguh-sungguh, melainkan bertindak sesuai
perannya, akan tetapi walaupun demikian bermain merupakan suatu hal yang
serius bagi mereka.
Menurut Sukintaka, ada dua bentuk permainan yang dilakukan anak-anak,
yaitu: (1) Permainan yang dilakukan oleh mereka sendiri, peraturan, hukuman
dan perwasitan ditentukan oleh mereka sendiri dan (2) Bentuk permainan yang
diberikan oleh orang dewasa baik itu guru Penjasorkes, orang tua dan pihak lain.
Permainan pada umumnya mempunyai tujuan untuk mempengaruhi agar
anak dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Jadi anak yang
bermain itu baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja seluruh aspek
pribadinya dapat berkembang. Asian Brain.com (2008) bahwa, “Permainan anak
tidak terlepas dengan masa kanak-kanak yang indah dan menggembirakan.”
Apabila kita ditanya tentang masa kanak-kanak, tentu kita akan dengan suka cita
menceritakan berbagai pengalaman menyenangkan yang pernah dialami
Semuanya begitu indah dan menggembirakan. Mengapa demikian? Karena masa
kanak-kanak adalah masa bermain. Hampir atau bahkan semua aktivitas anak-
anak adalah bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Sukintaka (1991:6-8) mengemukakan tentang teori bermain (1) Teori
rekreasi atau teori pelepasan, (2) Teori surplus atau teori kelebihan tenaga, (3)
Teori sublimasi, 4) Teori Buhler, (5) Teori reinkarnasi.
(a) Teori Rekreasi Atau Teori Pelepasan
Teori ini diutarakan oleh bangsa Jerman yang bernama Schaller dan
Lizarazus, menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiatan manusia
yang berlawanan dengan kinerja dan kesungguhan hidup, tetapi permainan
itu merupakan imbangan antara kerja dengan istirahat.
(b) Teori Surplus Atau Teori Kelebihan Tenaga
Kelebihan tenaga (kekuatan atau vitalitas) pada anak atau orang
dewasa yang belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Kelebihan tenaga
yang dimaksudkan sebagai kelebihan energi, kelebihan kekuatan hidup dan
vitalitas, yang dianggap oleh manusia untuk memeliharanya melalui
permainan.
(c) Teori Sublimasi
Oleh El Clafarede (Swiss), bahwa permainan bukan hanya
mempelajari fungsi hidup (Teori Groos), tetapi juga merupakan proses
sublimasi (menjadi lebih mulia, tinggi atau indah), yaitu dengan bermain
insting, yang tadinya rendah dapat mengalami peningkatan menjadi tinggi.
(d) Teori Buhier
Oleh Karl Buhier (Jerman), bahwa permainan itu kecuali mempelajari
fungsi hidup (Teori Groos), juga merupakan “function Lost” (nafsu
berfungsi). Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti berjalan,
berlari, dan lompat itu mempunyai kegunaan bagi kehidupannya kelak, di
samping itu haruslah anak mempunyai kemauan untuk berjalan, berlari dan
lompat.
(e) Teori Reinkarnasi
Maksud teori tersebut ialah bahwa anak-anak selalu bermain dengan
permainan yang telah dilakukan oleh nenek moyangnya.
2. Jenis-jenis Bermain
Salah satu bentuk pembelajaran olahraga yang cukup menarik, khususnya
anak-anak adalah bermain. Bermain merupakan kegiatan yang disenangi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
anak-anak. Bentuk-bentuk aktivitas bermain yang sering dilakukan manusia
sangat banyak. Jenis permainan dapat dibagi berdasarkan cirinya, yaitu antara
lain:
a. Permainan fungsi
Dalam permainan ini yang diutamakan adalah gerak seperti berlari-lari
atau kejar-kejaran. Contoh: Permainan Boy-boyan, Bebentengan, Hitam
hijau, dan lain-lain.
b. Permainan konstruktif
Yang dimaksud dengan permainan ini adalah senang sekali
membangun seperti membangun rumah-rumahan, mobil-mobilan dan lain-
lain.
c. Permainan destruktif
Dalam permainan ini anak senang bermain dengan cara merusak alat-
alat permainan itu lalu di susun kembali. Contoh : Permainan Kartu, dan
lain-lain:
d. Permainan resetif
Permainan ini yaitu dengan cara orang tua menceritakan suatu cerita
anak, dan anak di dalam jiwanya menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam
cerita itu. Contoh: Permainan Si kancil dan si kura-kura (kuya).
e. Permainan peranan
Dalam permainan ini anak berperan sebagai pelaku dalam
permainannya. Contoh: Permainan kucing dan anjing.
f. Permainan sukses
Dalam permainan ini anak saling berlomba untuk menonjolkan
kelebihannya. Contoh: Permainan Tenis meja, dan lain-lain. Masih banyak
lagi jenis-jenis permainan yang lain. Berdasarkan analisisnya Caillois yang
dikutip Rush Lutan (1991:5) membagi permainan (game) menjadi empat
kategori utama yaitu “agon, alea, mimikri dan ilinx”.
Agon merupakan jenis permainan yang mencakup semua bentuk
kesempatan yang sama. Hal ini diatur oleh peraturan. Dalam permainan ini
diperlukan keberadaan wasit sebagai penengah dan orang yang mengatur
jalannya pentandingan agar tetap berjalan sesuai dengan peraturan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
berlaku. Karena itu, wasit yang mengatur jalannya pertandingan
menjalankan tugasnya tanpa niat memihak. Tujuan akhir ialah mencapai
kemenangan. Karena itu, perjuangan fisik begitu menonjol seperti terungkap
dalam kualitas kemampuan organ tubuh berfungsi, misalnya kecepatan,
daya tahan, dan lain-lain. Permainan tennis, bulutangkis, bolavoli, bola
basket dan lain-lain yang sejenis merupakan contoh dan permainan yang
tergolong agon. permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan.
Permainan ini biasanya dilakukan oleh dua pihak yang saling berkompetisi.
Permainan jenis alea berbeda dengan Agon. Perbedaannya terletak
pada keterlibatan fisik dan keterampilan dalam permainan. Alea merupakan
sekelompok permainan yang hasilnya bersifat untung-untungan atau
keberuntungan salah satu pihak. Permainan dadu, rulet, bakarat,
pelaksanaannya, si pemain cenderung pasif dan tak memperagakan
kemampuannya yang bersumber pada penguasaan keterampilan, otot, atau
kecerdasan. Beberapa jenis permainan yang menggunakan kartu seperti
domino atau bridge merupakan kombinasi dari agon dan alea. Selain masih
besar faktor untung-untungan, si pemain berikhtiar untuk mengakali lawan
dengan siasat tertentu. Seperti dalam permainan bridge, si pemain
memanfaatkan alasan-alasan logis atau teori untuk memainkan kartunya.
Mimikri adalah jenis ini mencakup semua bentuk permainan yang
mengandung ciri pokok bermain seperti kebebasan, batasan waktu dan
ruang, dan bukan sungguhan. Tersirat di dalamnya ilusi, imajinasi, dan
interprestasi. Permainan jenis mimikri umumnya, banyak dilakukan oleh
anak-anak. Semua jenis permainan anak-anak yang cenderung berperan
berpura-pura, seperti main perang-perangan, memanusiakan benda, dan
memperlakukan satu objek dengan fungsi lain (misalnya, kursi sebagai
mobil) tergolong jenis mimikri.
Ilinx merupakan jenis permainan yang mencakup semua bentuk
permainan yang mencerminkan pelampiasan keinginan untuk bergerak,
bertualang, dan dalam ujud kegiatan dinamis, sebagai lawan dari keadaan
diam, stabil atau seimbang. Mendaki gunung, olahraga di alam terbuka,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
permainan ayunan anak-anak, merupakan contoh dan permainan yang
termasuk kategon ilinx.
3. Manfaat Bermain Bagi Anak
Bermain adalah merupakan peristiwa hidup yang sangat digemari oleh
anak-anak maupun orang dewasa, melalui bermacam-macam kegiatan yang ada
dalam olahraga permainan yang diberikan disekolah, banyak fungsi-fungsi
kejiwaan dan kepribadian yang dapat ditanamkan dan dikembangkan. Misalnya
keseimbangan mental, kecepatan proses berfikir, daya konsentrasi,
kepemimpinan, pendekatan sosial dan lain-lain.
Suyatno (2008) mengemukakan bahwa, “Permainan merupakan
kendaraan untuk belajar bagaimana belajar (learning how to learn) untuk
kepentingan siswa. Lewat permainan, siswa bertanya, meneliti lingkungan,
belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial, dan secara umum
memerkuat seluruh aspek kehidupan anak sehingga membuat anak menyadari
kemampuan dan kelebihannya”.Fungsi-fungsi kepribadian dan kejiwaan sangat
mungkin dikembangkan melalui kegiatan bermain. Hal ini disebabkan karena
didalam bermain banyak kejadian yang melibatkan keaktifan kejiwaan dan
kepribadian pada setiap individu. Dalam bermain dituntut adanya kejujuran,
dapat bekerjasama dengan orang lain atau anggota kelompoknya, sportifitas,
disiplin dan patuh terhadap peraturan yang telah ditetapkan.
Kegiatan permainan yang diberikan di sekolah oleh guru yang berwenang
akan banyak membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara
menyeluruh, dalam arti baik yang bersifat jasmaniah kejiwaan maupun sosial,
Dalam bermain banyak tantangan yang harus dapat ditunggulangi. Didalam
lapangan permainan tidak ada tempat bagi anak-anak hanya berfantasi saja tanpa
diikuti oleh tidakan realisasinya. Melalui kegiatan bermain dapat ditanamkan
rasa percaya pada kemampuan diri sendiri, sehingga akan mengurangi rasa
ketergantungan pada orang lain.
Dalam bermain terutama dalam pertandingan-pertandingan banyak
pengalaman yang bermanfaat bagi pengembangan daya penyesuaian diri,
pengertian terhadap temannya dan kesediaan menerima keadaan yang kadang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kadang seperti yang diharapkan. Bermain merupakan salah satu cara efektif
untuk belajar, sebab bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi
anak. Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan
suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk
membentuk satu memori baru. Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan
mudah belajar sesuatu melalui permainan.
Di samping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji
kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebayanya dan mengembangkan
perasaan realistis akan dirinya. Melalui permainan memberi kesempatan pada
anak untuk mengembangkan otak kanan, pola sosialisasi dan emosi, kemampuan
yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah.
Bermain memberikan kontribusi yang unik bagi perkembangan anak.
Bermain dapat digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan potensi
fisik, kognitif, social, dan emosi. M. Furqon (2008) secara rinci
menngemukakan mengenai manfaat ini, bermain bagi perkembangan anak
sebagai berikut:
1) Perkembangan keterampilan gerak
2) Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani.
3) Dorongan berkomunikasi
4) Penyalur bagi energy emosional yang terpendam.
5) Penyalur bagi kebutuhan dan keinginan
6) Sumber belajar
7) Rangsangan bagi kreativitas
8) Perkembangan wawasan diri
9) Belajar bermasyarakat
10) Perkembangan kepribadian.
Selain belajar keterampilan, dalam permainan kelompok, anak belajar
tentang sosialisasi yang menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Anak
mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu
kelompok. Ketika anak memainkan peran „baik‟ atau „jahat‟ membuat anak kaya
akan pengalaman emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari
ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi. Dengan kegiatan bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan rasa percayanya
kepada orang lain dan kemampuan dalam bernegosiasi, memecahkan masalah
(problem solving) atau sekedar bergaul dengan orang sekitarnya.
Bagi anak, olahraga bisa menjadi satu permainan yang menyenangkan
yang mengandung kesenangan, hiburan, dan bermain, tetapi tidak juga terlepas
dari unsur partisipatif dan keinginan untuk unggul. Dalam permainan olahraga
anak mengembangkan kemampuan kinestetik dan pengembangan motivasi
untuk menunjukkan keungulan dirinya (penekanan bukan pada persaingan tapi
pada kemampuan) memberi kekuatan pada dirinya sendiri seth belajar
mengembangkan diri setiap waktu.
Beberapa ahli berpendapat tentang teori permainan sebagai alat pendidikan
sebagai berikut (Imam Suyudi,1979 : 90-91):
1) Bigot dan kawan-kawan mengatakan, permainan memberikan kepuasan,
kegembiraan dan kebahagiaan dalam kehidupan anak dan akan menjadi alat
pendidikan yang sangat bernilai.
2) Bucher. Permainan yang telah lama dikenal oleh anak-anak dan orang tua,
laki-laki dan wanita, mampu menggerakkan untuk berlatih, gembira dan
relax. Permainan merupakan salah satu komponen pokok pada tiap program
pendidikan jasmani, maka tiap-tiap guru olahraga harus mengenal secara
mendalam tentang seluk beluk permainan.
3) Drijarkara. Dorongan untuk bermain itu ada pada tiap manusia, lebih-lebih
pada manusia muda, Sebab itu semestinya permainan dipergunakan untuk
pendidikan.
4) Hadisukatno berpendapat lain, Memang kita kaum Taman Peserta didik
mempunyai keyakinan setebal-tebalnya, bahwa dengan permainan kanak-
kanak sebagai alat dalam pendidikan itu dapat membimbing anak-anak kita
kearah kedewasaan, kesempurnaan hidup, kebangsaan semurni-murninya.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
umumnya anak sangat menyukai permainan, maka permainan itu menjadi pusat
perhatian anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Belajar dari permainan (Learning by playing)
Permainan seharusnya memiliki nilai seimbang dengan belajar. Anak
dapat belajar melalui permainan (learning by playing). Banyak hal yang
dapat anak pelajari dengan permainan, keimbangan antara motorik halus dan
motorik kasar sangat memengaruhi perkembangan psikologi anak. Seperti
kata Reamonn O Donnchadha dalam bukunya The Confident Child bahwa,
“Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi
kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah”
b. Permainan mengembangkan otak kanan
Disamping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji
kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebayanya dan
mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Bermain melalui permainan
memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan,
kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah.
c. Permainan mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang
menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai
keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak
memainkan peran „baik‟ atau jahat‟ membuat anak kaya akan pengalaman
emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan
penolakan dari sitüasi yang dia hadapi. Dengan kegiatan bermain
memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan rasa percayanya
kepada orang lain dan kemampuan dalam bernegosiasi, memecahkan
masalah (problem solving) atau sekedar bergaul dengan orang sekitarnya.
Kegiatan bermain memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan anak,
secara fisik, sosial, mental maupun emosional. Manfaat yang diperoleh dan
aktivitas bermain antara lain
1) Membantu manusia mengenali dunia, alam kehidupannya sendiri dan
lingkungan dunia sekitar tempat hidupnya.
2) Meningkatkan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial serta kegairahan hidup.
3) Menimbulkan kegemaran bergerak, keluwesan gerakan kekayaan
keterampilan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4) Memberikan bimbingan ke arah penguasaan gerak sebagai orang dewasa,
sebagai pribadi yang mantap dan kreatif serta kerjasama.
Kegiatan bermain bagi anak-anak sangat penting untuk penyesuaian diri
terhadap lingkungan hidupnya, meskipun pada masa anak-anak bermain
dilakukan karena dorongan naluri tanpa disadari untuk apa mereka
melakukannya. Unsur gerak yang dilakukan pada saat bermain bermanfaat untuk
merangsang perkembangan fisik dan mental anak, karena pada masa anak.-anak
merupakan masa yang penting dalam memperbaiki dan menyelaraskan gerakan
dasar untuk menopang kemampuan motoriknya.
Pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk
atau situasi permainan. Bemain merupakan cara yang sangat efektif untuk anak
belajar sesuatu. Sebab, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi
anak. Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan
suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk
membentuk satu memori baru.Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan
mudah belajar sesuatu melalui permainan.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran keterampilan olahraga, maka
pendekatan bermain merupakan salah satu cara pembelajaran yang memberikan
situasi dan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan gerak,
serta keterampilan siswa. Bermain dapat meningkatkan motivasi dan
menggembirakan, di samping dapat digunakan sebagai salah satu bentuk
aktifitas jasmani untuk pembelajaran.
Berdasarkan Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan (1998:16)
dikemukakan bahwa, “Di dalam bermain terkandung nilai pendidikan sehingga
perlu dimanfaatkan sebagai upaya menuju pendewasaan melalui pemberian
rangsangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, sosial dan
moral yang berguna pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan secara
normal dan wajar”.
Pembina atau pelatih dapat memanfaatkan pendekatan bermain sebagai
alat untuk pembelajaran keterampilan tertentu. Melalui bermain anak dapat
memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui kegiatan bermain, dengan
arti kata belajar bermain. Orientasi dan belajar gerak tidak hanya pada usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak, melainkan juga pada
perkembangan keseluruhan anak didik.
Aktivitas bermain dapat dirancang dengan berisikan berbagai keterampilan
gerak yang diperlukan sesuai tujuan pembelajaran. Gerakan yang dilakukan
dalam bermain dapat disusun mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau
dasar hingga keterampilan gerak yang kompleks. Anak dapat belajar berbagai
keterampilan melalui permainan. Oleh karena itu dengan bermain akan
memberikan perkembangan keterampilan bagi anak.
Bentuk-bentuk permainan yang dipilih secara cermat merupakan bagian
yang sangat berarti dalam program pembelajaran dan memiliki sumbangan nyata
bagi perkembangan anak-anak secara menyeluruh. Bentuk permainan yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran bermain bola basket yaitu dalam bentuk
pertandingan. Bentuk bermain dalam bentuk pertandingan ini dapat disebut agon
(Rush Lutan, 1991:5). Lebih lanjut Rush Lutan (1991:5) menyatakan bahwa,
“agon merupakan jenis permainan yang mencakup semua bentuk permainan
yang bersifat pertandingan atau perlombaan”. Model-model permainan yang
dapat diterapkan untuk pembelajaran keterampilan teknik bermain bola basket
antara lain:
1) Tantangan mengumpan
2) Umpan dan menunduk beranting.
3) Drible titik-titik api.
4) Drible jatuh bangun
5) Tepukan drible cepat.
6) Shooting dua puluh satu.
7) Kecepatan menembak (Keven A. Prusak, 2007)
Selama pembelajaran siswa aktif bergerak meskipun dia tidak sedang
menguasai bola. Aktivitas gerak anak pada pendekatan bermain lebih banyak
dibandingkan dengan pendekatan latihan. Dengan demikian, pendekatan
bermain merupakan pendekatan yang cocok digunakan dalam pembelajaran bola
basket karena sesuai dengan minat dan keinginan anak. Dengan pendekatan
bermain banyak hal yang diperoleh anak, baik dari segi kesehatan,
pengembangan kepribadian, kreatifitas, maupun sikap sosialnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Permainan merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan,
sehingga bentuk permainan akan dapat meningkatkan gairah dan motivasi
mereka untuk menguasai teknik yang diberikan. Pembelajaran ini harus
dirancang secara sederhana dengan aturan-aturan yang dapat dipahami oleh anak
sehingga mereka dapat bermain dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat
dicapai.
Permainan merupakan cara untuk menciptakan suasana kompetitif pada
siswa, seperti untuk mencapai kemenangan yang peraturannya telah disepakati
terlebih dahulu. Motivasi atau dorongan belajar berperanan penting bagi
tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu pelajar perlu ditumbuhkan
motivasi dan semangat belajarnya. Motivasi belajar dapat ditumbuhkan
diantaranya melalui penciptaan rasa kompetitif. Sugiyanto (1998:330)
mengemukakan bahwa, “Mengenai semangat berusaha bisa ditimbulkan atau
ditingkatkan antara lain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara
pelajar. Dengan adanya suasana kompetitif, pelajar akan berusaha berbuat
sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dan teman-teman yang lain”.
Adanya sifat kompetitif ini membawa peserta merasa tertantang untuk
memperoleh kemajuan dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui
dalam permainan. Sedangkan dengan adanya peraturan dapat menumbuh
kembangkan sikap disiplin, saling menghargai dan bertanggung jawab dalam
mentaati peraturan yang berlaku secara seksama. Terciptanya situasi yang
kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk
melakukan aktivitas gerak dengan sebaik-baiknya.
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengelolaan kondisi-
kondisi lingkungan belajar yang terdiri dari siswa, guru, media dan alat bantu
pendukung sehingga siswa dapat mencapai kompetensi tertentu. Belajar merupakan
sebuah proses, dengan tujuan untuk mengubah perilaku. Menurut Robb (1972:6) belajar
mempunyai implikasi perubahan perilaku yang relatif permanen. Perubahan perilaku ini
direfleksikan dalam perubahan performa atau penampilan. Menurut Charles Galloway
dalam Sugiyanto (1998:26) belajar adalah perubahan kecenderungan tingkah laku yang
relatif permanen, yang merupakan hasil dan berbuat berulang-ulang. Menurut Gallahue
(1998:17) belajar merupakan proses internal yang menghasilkan perubahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
konsisten dalam perilaku yang muncul sebagai bukti peristiwa belajar. Belajar itu
sendiri merupakan hasil dari pengalaman, pendidikan, dan latihan yang berinteraksi
dengan proses biologi.
Menurut Ormrod (2008:269) belajar atau pembelajaran didefinisikan sebagai
perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil dari
pengalaman. Ada tiga hal yang terjadi pada proses belajar, yaitu : (1) perubahan jangka
panjang, (2) melibatkan representasi atau asosiasi mental, (3) dihasilkan dari
pengalaman. Sedangkan menurut Singer(1981:8), “belajar adalah perubahan-perubahan
perilaku yang potensial yang tercermin sebagai akibat dari latihan dan pengalman masa
lalu terhadap situasi tugas tertentu”.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang atau
siswa telah mengalami belajar (learning) apabila pada diri siswa tersebut yang terjadi
perubahan perilaku, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak tahu menjadi tahu, dan perubahan tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Di
samping itu perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang tercermin dalam perubahan
penampilan atau performa yang sifatnya relatif permanen. Hasil belajar yang diperoleh
siswa melalui aktivitas belajar dapat dikategorikan ke dalam tiga domain, yaitu : domain
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Materi belajar gerak dalam penelitian ini termasuk dalam keterampilan gerak.
Menurut Sugiyanto (2007:90) keterampilan gerak adalah kemampuan melakukan
gerakan secara efisien dan efektif, sebagai hasil dari kontrol dan koordinasi bagian-
bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan. Keterampilan ini bisa diperoleh dari proses
belajar gerak. Bermain bolabasket merupakan salah satu jenis aktivitas atau kegiatan
olahraga yang memerlukan keterampilan. Menurut Dal Monte (1975:96) kegiatan yang
berdasarkan keterampilan atau skill adalah kegiatan-kegiatan yang mementingkan
stimulasi sistem syaraf melalui tindakan motorik yang sangat teliti. Menurut Magill
(1993:7) keterampilan gerak menunjukkan sebuah tindakan atau tugas yang memiliki
tujuan yang menuntut gerakan yang disadari atau dikehendaki dari tubuh atau anggota
tubuh untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi ada beberapa karakteristik yang
menunjukkan keterampilan gerak yaitu : ada tujuan yang akan dicapai, gerakan
ditampilkan secara sadar atau dikehendaki, bukan gerakan refleks, ada gerakan dari
tubuh atau anggota tubuh untuk mencapai tujuan tindakan atau tugas. Dari pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
para ahli yang sudah dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain bolabasket
termasuk dalam keterampilan gerak karena gerakan yang ada dalam bolabaske
tmemiliki tujuan, dilakukan oleh tubuh dan anggota tubuh secara sadar atau disengaja,
dan menuntut tindakan motorik yang terkontrol dan terkoordinasi dengan baik.
Belajar gerak merupakan aspek belajar dimana gerakan merupakan bagian yang
utama (Gallahue, 1998:17). Menurut Sugiyanto (1998:268) belajar gerak adalah belajar
yang menekankan pada aktivitas gerak tubuh. Pada proses belajar gerak aspek yang
dominan terlibat adalah adalah aspek fisik dan psikomotor. Ini tidak berarti bahwa
aspek yang lain seperti kognitif dan efektif tidak terlibat sama sekali. Aspek kognitif
dan afektif tetap terlibat, namun dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan
aspek psikomotor. Dalam belajar gerak ada fase-fase atau tahapan-tahapan yang harus
dilalui. Menurut Fitts dan Posner dalam Richard A. Magill (1993:59-60) belajar
keterampilan gerak terjadi dalam tiga tahap, yaitu : (a). tahap kognitif, (b). tahap
asosiatif, dan (c) tahap otonom. Sedangkan menurut Adam dalam Magill (1993:60) ada
dua tahap yang dilalui dalam belajar keterampilan gerak, yaitu tahap gerak verbal
(verbal-motor stage) dan tahap gerak (motor stage). Menurut Robb (1972:51) proses
belajar keterampilan (termasuk keterampilan gerak) dibagi dalam tiga fase, yaitu : (1)
fase kognitif, (2) fase fiksasi, dan (3) fase otonom. Dari para pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa belajar gerak dilakukan dalam tahapan-tahapan atau fase-fase,
dan tidak hanya melibatkan aspek psikomotor saja, namun juga aspek kognitif dan
afektif. Aspek psikomotor berkenaan dengan perilaku gerak dan atau kontrol tubuh.
Aktifitas psikomotor berorientasi pada gerakan tubuh dan menekankan respon-respon
fisik yang tampak atau dengan mudah dapat dilihat. Aspek kognitif berkenaan dengan
aktifitas berfikir meliputi ingatan, pengenalan pengetahuan, dan kemampuan atau
kecakapan intelektual. Sedangkan Afektif berkenaan dengan perilaku perasaan (feeling),
emosi, atau derajad penerimaan atau penolakan.
Istilah keterampilan gerak (motor skill) secara konseptual dapat diartikan dalam
dua cara. Yang pertama, keterampilan dipandang sebagai sebuah tugas atau kerja (task),
dan yang kedua keterampilan dipandang sebagai taraf kecakapan unjuk kerja (level of
performance proficiency) yang dapat membedakan taraf keterampilan tinggi dan rendah
(Richard A. Schmidt dan Craig D. Wrisberg, (2004:5). Menurut Sugiyanto (2007:90)
keterampilan gerak adalah kemampuan melakukan gerakan secara efisien dan efektif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sebagai hasil dari kontrol dan koordinasi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam
gerakan. Keterampilan gerak ini diperoleh melalui proses belajar gerak, untuk mencapai
tingkat keterampilan tertentu diperlukan waktunya sangat variatif antar individu, dan
juga tergantung dari kompleksitas gerakan yang dipelajari.
Faktor bakat, minat, kesungguhan berusaha, dan tingkat kemampuan gerak juga
menentukan lamanya waktu belajar yang diperlukan untuk menjadi terampil. Dikatakan
memiliki gerakan yang terampil apabila seseorang tersebut mampu melakukan gerakan
dengan benar, efisien, dan efektif.
Menurut John N. Drowatzky ada 3 komponen yang mendukung gerakan yang
efisien, yaitu kesegaran dan kemampuan gerak, kemampuan sensori, dan proses
perseptual. Ketiga komponen dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 8. Komponen-komponen pendukung gerakan efisien
. (Dimodifikasi dari Barsch, 1968)
Gerakan
Efisien
Kekuatan
Daya Tahan
Waktu Reaksi
Koordinasi
Keseimbangan
Kecepatan
Kelincahan
Kelentukan
Pandangan
Kinestesis
Pendengaran
Pengecap
Pembau
Perasa
Peraba
Propriosepsi
Kesadaran tubuh
Kedalaman persepsi
Konsistensi
Perencanaan gerak
Kesadaran ruang
Pemrosesan informasi
Kesadaran waktu
Kesegaran dan Kemampuan Gerak
Kemampuan Sensori Proses Perseptual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Karena dalam belajar gerak juga melibatkan aspek kognitif, maka perlu juga
dipertimbangkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak selaras dengan pertambahan
usia. Menurut Teori Piaget (Ormrod, 2008:43) tahap-tahap perkembangan kognitif
meliputi :
a. Tahap Sensorimotor, terjadi setelah kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun. Pada
tahap sensorimotor ini, anak-anak berfokus pada apa yang mereka lakukan dan
lihat pada saat itu, anak-anak mulai bereksperimen dengan lingkungannya
melalui prinsip trial and error.
b. Tahap Praoperasional, berlangsung pada usia 2 tahun hingga usia sekitar 6 atau 7
tahun.
Pada awal tahap ini, keterampilan bahasa berkembang pesat, ditandai dengan
penguasaan kosa kata yang meningkat. Namun pada masa ini anak menunjukkan
egosentrisme praoperasional yaitu ketidakmampuan memandang situasi dari
perspektif orang lain.
c. Tahap Operasional Konkret, terjadi pada usia sekitar 6 atau 7 tahun hingga usia
11 atau 12 tahun.
Pada tahap ini proses-proses berpikir mulai terorganisasi ke sistem proses-proses
mental yang lebih besar yang memudahkan mereka berpikir lebih logis daripada
sebelumnya. Anak-anak pada masa ini sudah mampu melakukan penalaran
deduktif
d. Tahap Operasional Formal, berlangsung pada usia sekitar 11 atau 12 tahun
hingga usia dewasa.
Anak-anak yang berada pada tahap operasional formal dapat memikirkan dan
membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret.
Menurut Persepektif Piaget, kemampuan matematika siswa pada tahap ini
cenderung meningkat. Soal-soal matematika yang cenderung abstrak menjadi
lebih mudah dipecahkan daripada masa sebelumnya.
Berdasarkan teori Piaget di atas, maka anak-anak usia SMP sudah dapat
menangkap konsep-konsep dasar gerakan yang disampaikan secara verbal dan bersifat
relatif abstrak. Konsepsi gerakan fisik dalam beberapa cabang olahraga seperti senam,
atletik, renang, ski dan lain sebagainya dapat ditangkap oleh anak, walaupun konsepsi
itu disampaikan melalui uraian secara verbal, namun demikian konsepsi tersebut akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
lebih cepat ditangkap apabila disampaikan melalui gerakan konkret, misalnya melalui
modelling.
5) Kondisi Belajar Gerak
Selain melalui tahapan-tahapan, proses belajar gerak menuntut adanya kondisi
belajar. Yang dimaksud dengan kondisi belajar gerak adalah suatu persyaratan yang
diperlukan agar terjadi proses belajar gerak(Sugiyanto, 2007:95). Kondisi belajar
gerak secara garis besar terdiri dari kondisi internal dan eksternal. Menurut
Sugiyanto (1998:325) kondisi internal merupakan keadaan yang seharusnya ada pada
diri si pelajar (orang yang belajar gerak), yang meliputi dua hal, yaitu :
a. Pelajar harus mengingat bagian-bagian gerakan keterampilan
b. Pelajar harus mengingat urut-urutan rangkaian gerakan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi eksternal dalam belajar gerak adalah
stimulus dari luar luar diri pelajar atau perlakuan yang dikenakan pada diri pelajar
agar proses belajar bisa terjadi. (Sugiyanto, 2007:95). Kondisi eksternal ini meliputi :
a. Instruksi verbal atau pemberian penjelasan gerakan
Penjelasan tentang gerakan perlu diberikan ketika mengajarkan keterampilan
baru, dan diberikan oleh guru atau pelatih. Pada fase awal belajar, prosedur atau
rencana gerakan harus dikuasai. Melalui instruksi verbal langkah-langkah
gerakan bias diberikan. Pelajar bisa mebayangkan instruksi verbal tersebut pada
memori jangka pendek (short term memory) selama proses belajar berlangsung.
b. Instruksi visual atau Pemberian contoh gerakan
Memberikan contoh gerakan seiring dengan pemberian penjelasan berfungsi
untuk melengkapi dan memperjelas instruksi verbal. Pemberian contoh gerakan
berfungsi lebih efektif dibandingkan hanya dengan kata-kata untuk menjelaskan
bentuk atau gerakan yang diajarkan. Setelah pemberian contoh gerakan,
bayangan atau imajinasi gerakan akan timbul pada diri pelajar. Imajinasi gerakan
akan membimbing pelajar dalam usaha melakukan gerakan itu.
c. Instruksi mempraktikkan gerakan
Praktek merupakan kondisi eksternal yang penting dalam usaha untuk
penguasaan keterampilan gerak. Siswa diberi kesempatan mempraktikkan
gerakan berulang-ulang sampai siswa menunjukkan peningkatan dan menguasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
gerakan. Pengaruh praktek berulang-ulang akan tampak pada pelaksanaan
gerakan yang semakin baik dan benar.
d. Pemberian umpan balik.
Umpan balik adalah informasi yang diperoleh siswa setelah praktik gerak yaitu
mengenai gerakan yang dilakukan sudah benar atau masih salah. Umpan balik
berperan untuk meningkatkan taraf kebenaran gerak.
c. Umpan Balik (Feedback)
a. Pengertian Umpan Balik
Istilah umpan balik sudah tidak terlalu asing, guru maupun pelatih olahraga.
Para pakar pendidikan menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk umpan balik ini.
Bilodeau menggunakan istilah information feedback (Robb, 1972:93). Sedangkan Smith
and Smith (dalam Robb, 1972:93) menggunakan istilah dynamic sensory feedback.
Menurut Magill (1993:306) umpan balik dapat dipandang sebagai suatu istilah umum
yang menunjukkan informasi yang berasal dari sebuah sumber dan ditujukan kepada
sebuah mekanisme yang menggunakan informasi tersebut untuk membuat koreksi
terhadap kesalahan. Menurut Bilodeau (dalam Robb, 1972:93) umpan balik merupakan
informasi ketidaksesuaian antara tujuan dengan respon yang diperoleh, atau dengan kata
lain merupakan informasi kesalahan. Menurut Robb (1972:93), umpan balik merupakan
informasi yang muncul selama, dan sebagai konsekuensi dari respon pelaku sendiri,
atau yang muncul sebagai sebuah informasi masukan baru dari sumber eksternal. Dari
pendapat para ahli tersebut, pada dasarnya umpan balik atau feedback merupakan
informasi tentang gerakan yang sudah dilakukan. Informasi tersebut bisa merupakan
informasi tentang benar tidaknya gerakan yang dilakukan, kesalahan gerakan mana
yang telah dilakukan. Informasi ini sangat penting bagi siswa atau orang yang belajar
gerak, baik itu sebagai koreksi terhadap kesalahan, maupun penguatan bagi gerakan
yang sudah benar
b. Jenis-Jenis Umpan Balik
Ditinjau dari sumbernya, umpan balik dapat dibedakan menjadi dua yaitu umpan
balik internal dan umpan balik eksternal. Menurut Sugiyanto (2007:96) umpan balik
internal berasal dari diri pelajar sendiri, yaitu umpan balik kinestetik yang berbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
rasa gerak. Sedangkan umpan balik eksternal berasal dari luar diri pelajar, yaitu
mungkin dari pelatih, guru, teman latihan, atau hasil rekaman terhadap gerakan yang
dilakukan. Ditinjau dari waktu pemberian umpan balik (arrival time), umpan balik
dibedakan menjadi dua yaitu concurrent feedback dan terminal feedback. Concurrent
feedback berkenaan dengan rasa gerak atau kinesthetic sense terjadi atau diberikan
seiring dengan pelaksanaan gerak. Sedangkan terminal feedback berkenaan dengan
informasi mengenai gerak setelah gerakan itu selesai dilakukan.
Gambar 9. Ilustrasi tipe-tipe umpan balik yang berkaitan dengan belajar dan
keterampilan gerak
Sumber : Richard A. Magill. Motor Learning : Concepts and Aplications.Indiana : Wm
C. Brown Comminications, Inc. 1993. halaman 306.
Dari diagram Feedback Family di atas, dapat dijelaskan bahwa sensory feedback
merupakan umpan balik yang berkaitan dengan rasa gerak yang dipengaruhi oleh
fungsi-fungsi penglihatan, pendengaran, proprioseptik, dan taktil. Sedangkan
augmented feedback yang terdiri dari Knowledge of Results (KR), Knowledge of
Performance (KP), dan Augmented Sensory Feedback merupakan umpan balik
tambahan yang dapat berasal dari luar maupun dalam. Knowledge of Performance dan
Knowledge of Results merupakan umpan balik eksternal yang berasal dari luar diri siswa
atau orang yang sedang belajar, sedangkan Augmented Sensory Feedback, merupakan
umpan balik tambahan yang berasal dari diri siswa setelah selesai melakukan gerakan,
yang berkaitan dengan kualitas gerakan yang dapat dirasakan oleh pelaku atau siswa itu
sendiri. Knowledge of Results berkenaan dengan informasi tentang hasil dari sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
gerakan (outcomes). Knowledge of Performance berkenaan dengan informasi tentang
kualitas atau kebenaran gerak yang ditampilkan (nature of movement).
Umpan balik dapat diberikan dalam beberapa cara. Menurut Magill (1993:317)
umpan balik dapat diberikan kepada siswa dalam cara yang berbeda-beda, seperti secara
verbal (secara langsung), dan dengan videotape atau secara grafis kinematis melalui
komputer. Menurut Barlett (2005:247) umpan balik yang ditujukan untuk memperbaiki
atau meningkatkan performa, dapat menggunakan:
demonstrasi langsung
rekaman serial (rekaman video)
rekaman paralel(berupa rangkaian gerak dalam bentuk gambar)
textbook technique (berisi deskripsi teknik secara rinci)
model grafis
model simulasi computer
bagan analisis dari pelatih
Masing-masing cara, baik yang menggunakan alat bantu maupun yang tanpa alat
bantu atau secara langsung memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pemilihan model umpan balik tentu harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti
: ketersediaan fasilitas pendukung, sumber daya manusia (SDM) pengguna umpan balik,
kompleksitas dan tingkat kesulitan gerakan yang sedang dipelajari.
c. Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual
Penggunaan alat bantu audio visual saat ini sudah sangat sering dilakukan,
terutama di bidang pendidikan. Alat bantu ini secara garis besar terdiri dari video
perekam (video camcorder, handycam) dan alat tayang video yang terdiri dari proyektor
dan monitor. Proyektor dapat berupa LCD (Liquid Crystal Display), DLP (Digital Light
Processing), dan berbagai macam video player, sedangkan untuk monitor dapat berupa
TV, atau white screen. Untuk penggunaan LCD dan DLP diperlukan alat bantu
komputer atau laptop. Hasil rekaman dari alat bantu audio-visual berupa video klip atau
film. Alat audio visual model lama yang masih menggunakan roll film sebagai
instrumen perekamnya akan menghasilkan rekaman video yang berupa video kaset film,
sedangkan yang model baru biasanya menggunakan kamera digital akan menghasilkan
video klip yang dapat langsung disimpan dalam berbagai jenis hardware seperti :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
harddisk, flashdisk, flopydisk, compactdisk, dan media penyimpanan lainnya. Alat
bantu ini sekarang lebih dikenal dengan media digital. Menurut Arif S. Sadiman
(1986:68-69) film atau video sebagai media memiliki beberapa keunggulan, antara lain :
a) Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Siswa yang cerdas dan kurang
cerdas akan memperoleh sesuatu sama dari film atau video.
b) Merupakan media yang bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan
dapat diputar berulang-ulang dan dapat diperlambat untuk tujuan memperjelas
gerakan secara detail.
c) Dapat menampilkan kembali masa lalu, dan kejadian-kejadian yang sudah
berlangsung.
d) Dapat memikat perhatian siswa.
e) Dapat mengatasi keterbatasan indera penglihatan kita, karena gerak yang sebenarnya
cepat dapat diputar dengan diperlambat dan diulang-ulang.
f) Dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.
Menurut Gerlach dan Ely, dalam Sugiyanto (1984:91) banyak kelebihan yang dimiliki
dengan penggunaan videokaset, antara lain :
a) Dalam bentuk gambar bergerak dapat terekam peristiwa sebagaimana terjadinya,
dan memungkinkan peristiwa itu diungkapkan kembali.
b) Dengan teknik pengaturan kecepatan dalam perekaman gambar, proses yang terjadi
sangat lambat, lama, dan hampir tak bisa diamati prosesnya, melalui gambar
bergerak ini bisa dilihat dengan jelas dalam waktu yang sangat singkat.
c) Peristiwa yang terjadi dengan cepat dan dinamis, dapat diputar ulang dengan
diperlambat, sehingga lebih mudah diamati.
Di samping memiliki keunggulan atau kelebihan, penggunaan alat bantu audio-visual
yang menghasilkan video atau film juga memiliki kelemahan, antara lain:
a) Harganya relatif mahal.
b) Untuk membuat rekaman dan menampilkan hasil rekaman, dibutuhkan tenaga-
tenaga yang terampil dalam bidangnya. Artinya tidak setiap orang dapat
mengoperasikan peralatan ini.
c) Membutuhkan tempat khusus agar penggunaan alat bantu ini bisa lebih optimal.
d) Untuk bisa ditampilkan kembali, diperlukan waktu tertentu, yang dapat
menimbulkan Knowledge Results – Delay Interval(KR-Delay Interval), yaitu waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
antara berakhirnya sebuah gerakan dan penyampaian umpan balik. Menurut
Ammons (dalam Magill, 1993 : 341), perpanjangan KR-Delay Interval akan
menyebabkan penurunan belajar karena nilai informasi Knowledge Results akan
berkurang sejalan dengan pertambahan/berlalunya waktu. Model umpan balik ini
biasanya diberikan pada akhir pembelajaran atau post trial.
d. Umpan Balik Secara Langsung (Live Feedback)
Umpan balik tambahan juga dapat diberikan secara langsung tanpa alat bantu.
Umpan balik ini dapat diberikan oleh guru, pelatih, atau teman dari orang yang sedang
belajar gerak. Menurut Magill (1993:317) umpan balik yang diberikan secara langsung
biasa disebut umpan balik verbal yang memanfaatkan verbal knowledge of performance
sebagai umpan balik. Ada beberapa kelebihan dari umpan balik jenis ini, antara lain :
a) Tidak memerlukan alat dan biaya yang mahal.
b) Dapat langsung diberikan setelah gerakan selesai dilakukan, sehingga KR-Delay
Interval dapat dihindari.
c) Dapat dilakukan dimana dan kapan saja diperlukan.
Selain memiliki kelebihan, cara pemberian umpan balik secara langsung juga memiliki
kelemahan, antara lain :
a) Informasi gerakan sering kurang akurat, karena keterbatasan guru atau pelatih
dalam menangkap gerakan melalui indera penglihatan, apalagi kalau gerakan itu
terjadi dalam momen yang cepat.
b) Siswa tidak memperoleh gambaran tentang gerakan yang dilakukan secara utuh, dan
bersifat agak abstrak karena gambaran gerakan diberikan secara verbal.
c) Siswa yang tingkat pemahaman dan rasa geraknya kurang baik, akan mengalami
hambatan dalam memperoleh gambaran tentang gerak yang dilakukan.
d) Membutuhkan kemampuan khusus bagi guru atau pelatih untuk dapat memberikan
umpan balik secara baik agar bisa diterima siswa dengan jelas.
Model umpan balik langsung ini biasa diberikan pada inter-trial interval yaitu di antara
dua trial.
e. Peranan Umpan Balik Dalam Penguasaan Keterampilan Bolabasket
Dalam pembelajaran gerak, umpan balik tambahan ini sangat besar dalam proses
belajar, yaitu peranannya. Menurut Magill (1993:307) umpan balik tambahan
mempunyai dua peranan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
a) Memberikan informasi kepada siswa, performa atau unjuk kerja mengenai
gerakan benar yang telah dilakuakan dilakukan, dan atau gerakan-gerakan
yang semestinya dilakukan agar gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
benar. Jadi informasi ini berfungsi sebagai koreksi untuk gerakan yang
salah, dan penguatan untuk gerakan yang benar.
b) Memberikan motivasi kepada siswa untuk berusaha keras mencapai tujuan
belajar.
Menurut Robb (1972:94) umpan balik berguna untuk memberikan motivasi,
penguatan dan atau mengatur perilaku. Mengatur perilaku dalam pengertian
memberikan informasi dari satu momen ke momen lain yang relevan dengan
pengorganisasian fase respon berikutnya. Menurut Sugiyanto (1984:79) umpan balik
berperan untuk meningkatkan taraf kebenaran gerakan. Dari pendapat para pakar yang
sudah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa umpan balik memiliki peranan
yang penting dalam belajar gerak. Di satu sisi, umpan balik dapat berfungsi untuk
mengoreksi kesalahan gerak agar dapat dicapai gerakan yang benar, di sisi lain umpan
balik dapat berfungsi untuk penguatan gerakan yang sudah benar dan sesuai dengan
tujuan. Sehingga kalau dalam melakukan gerakan sudah benar tentu akan meningkatkan
hasil belajar.
d. Persepsi Kinestetik
a. Pengertian Persepsi Kinestetik
Istilah persepsi kinestetik menurut Johnson (1970:182) diartikan sebagai
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan tubuh dan persendian-persendiannya
selama terjadinya aksi atau gerakan otot. Menurut Sugiyanto (2007:86) persepsi
kinestetik adalah kemampuan menginterpretasikan rasa posisi dan gerak tubuh atau
bagian tubuh, yang merupakan fungsi dari indera yang ada pada otot, sendi, dan tendon.
Persepsi kinestetik ini berguna untuk merasakan posisi dan gerakan, baik gerakan yang
benar maupun gerakan yang salah dari tubuh, anggota tubuh, dan persendian.
Menurut Haywood (1986:180-183) persepsi kinestetik meliputi beberapa aspek,
antara lain :
a) Tactile Location, yaitu3 kemampuan untuk mengidentifikasi (tanpa melihat
atau mata terpejam) tempat pada tubuh yang disentuh oleh orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b) Multiple Tactile Points, yaitu kemampuan untuk membedakan dua titik
sentuhan pada kulit yang berdekatan.
c) Perception of Objects : mengenali benda tanpa melihat melalui perabaan.
d) Perception of the Body (Body Awareness) : kemampuan untuk mengenali
bagian-bagian tubuh secara akurat.
e) Limb Movements : kemampuan melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh
secara akurat tanpa bantuan indera penglihatan.
f) Spatial Orientation : meliputi persepsi letak tubuh dan orientasi atau
mengenali ruang tanpa bantuan indera penglihatan.
g) Perception of Direction : kemampuan untuk memproyeksikan tubuh dalam
hubungannya dengan dimensi ruang terhadap ruang sekelilingnya, sering
dikaitkan dengan arah gerak.
h) Balance : stabilitas atau kesetimbangan tubuh.
b. Peranan Persepsi Kinestetik Terhadap Keterampilan Bolabasket
Menurut Anthony A. Annarino (1986:65), kemampuan perseptual merupakan
kemampuan yang diperlukan untuk mengenali, menginterpretasikan, dan merespon
stimulus untuk melakukan beberapa bentuk tugas. Kemampuan perseptual ini meliputi :
keseimbangan, kinestesis, deskriminasi visual, deskriminasi auditori, dan koordinasi
gerak – visual. Pengertian kinestesis menurut Anthony A. Annarino adalah kesadaran
akan posisi dan gerakan tubuh atau anggota tubuh pada suatu ruang gerak (space)
(1986:66). Kinestesis meliputi :body image, body awareness, laterality, directionality,
dan dominance.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi kinestetik atau
rasa gerak merupakan kemampuan tubuh untuk dapat mengenali dan merasakan posisi
dan gerak tubuh dan bagian tubuhnya secara akurat. Rasa gerak ini terdapat pada otot,
sendi dan tendon. Kemampuan rasa gerak ini tentu berbeda-beda untuk masing-masing
individu. Dalam pembelajaran penjas-orkes, dimana aktivitas gerak merupakan aktivitas
yang dominan, kemampuan persepsi kinestetik sangat diperlukan, terutama untuk
gerakan yang relatif kompleks. Dengan kemampuan persepsi kinestetik yang baik,
seseorang dapat dengan mudah merasakan gerak yang telah dilakukan, apakah sudah
sesuai dengan konsep gerakan yang diterima pada fase kognitif atau belum. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kemampuan persepsi kinestetik yang baik, seseorang juga lebih mudah untuk
melakukan koreksi terhadap gerakan yang belum benar. Dengan kata lain bahwa
kemampuan persepsi kinestetik sangat dibutuhkan dalam penguasaan keterampilan
gerak.
Gerakan keterampilan bolabasket meliputi gerak mengumpan, menggiring dan
menembak dan gerak Persepsi kinestetik yang berkaitan dengan gerak bermain
bolabasket, meliputi kemampuan memperkirakan jarak dalam mengumpan, menggiring,
menembak bola, dan kemampuan kinestetik untuk menjaga keseimbangan tubuh.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan sangat dibutuhkan untuk mendukung atau memperkuat
kajian teori untuk selanjutnya dipergunakan sebagai landasan pengajuan hipotesis.
Sejauh ini, belum penulis temukan penelitian dari dalam dalam negeri (Indonesia) yang
membahasa tentang manfaat atau pengaruh model penerapan umpan balik, baik yang
menggunakan alat bantu audio-visual maupun umpan balik langsung (live-feedback)
terhadap pembelajaran gerak, khususnya bolabasket. Namun ada penelitian tentang
pengaruh penggunaau videokaset, kualitas model gerakan, kelompok umur, jenis
kelamin, dan persepsi kinestetik terhadap prestasi belajar keolahragaan pelajar SD, yang
dilakukan oleh Sugiyanto(1984). Hasil penelitian Sugiyanto antara lain : (1) ada
pengaruh metode penyajian model gerakan terhadap nilai total prestasi belajar gerak, (2)
ada pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi belajar gerak pada semua fase belajar, (3)
ada pengaruh kemampuan persepsi kinestetik terhadap prestasi belajar gerak pada
semua fase belajar. Sajian model yang merupakan variabel perlakuan dalam penelitian
ini meliputi penggunaan videokaset peragaan spesialis senam, videokaset peragaan
guru, dan model hidup peragaan guru. Dalam penelitian tersebut, prestasi belajar gerak
diukur atau dinilai pada tiga fase, yaitu fase kognitif, asosiatif dan fase otonom.
Di samping itu juga dipaparkan hasil yang dikutip dari buku referensi tentang
belajar gerak atau motor learning. Penelitian yang dilakukan oleh Selder dan Del Rolan
pada tahun 1979 (Magill, 1993:327) yang meneliti perbedaan pengaruh pemberian
umpan balik dengan videotape dan umpan balik verbal terhadap performa
keseimbangan pada balok keseimbangan, pada siswa perempuan umur 12 tahun dan 13
tahun. Hasilnya ada perbedaan pengaruh pemberian umpan balik dengan alat bantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
videotape dan tanpa menggunakan videotape terhadap performa keseimbangan pada
balok keseimbangan (balance beam). Performa keseimbangan yang diukur ada 8 aspek
yaitu : ketepatan seluruh bagian, orientasi dan arah, ritme, keluwesan, amplitudo,
koordinasi, keringanan atau kemudahan dalam melakukan lompatan dan guling.
Penelitian menunjukkan perbedaan antara dua variabel yang diteliti setelah berlangsung
6 minggu. Hasil penelitian Selder dan Del Rolan secara lengkap disajikan dalam bentuk
diagram berikut. Pada sumbu y (axis vertikal) menunjukkan persentase peningkatan
skor dari minggu ke minggu (selama perlakuan diberikan, sedangkan sumbu x (axis
horisontal) menunjukkan 8 faktor atau unsur-unsur keseimbangan yang diamati
perkembangannya atau peningkatannya.
Gambar 10. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Videotape terhadap Performa
Keseimbangan Pada Balance Beam
Sumber : Richard A. Magill. 1993. Motor Learning : Concepts and Applications.
halaman 328. Indianapolis : Wm.C.Brown Communications, Inc.
Dari hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan bahwa umpan balik memiliki
peranan yang positif terhadap penguasaan gerak. Di samping itu penggunaan alat bantu
audio-visual (videokaset) sebagai model sajian materi pembelajaran juga memberikan
kontribusi yang positif terhadap prestasi olahraga secara keseluruhan. Kemampuan
persepsi kinestetik juga berpengaruh terhadap prestasi belajar gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
C. Kerangka Berpikir
Materi pembelajaran bolabasket, merupakan salah satu materi pembelajaran gerak
yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).Pada kelas VII, VIII dan
IX. . Permainan bolabasket termasuk salah satu keterampilan gerak, artinya untuk dapat
menampilkan keterampilan bolabasket dengan baik, seseorang dituntut memiliki
gerakan yang terampil. Gerakan dapat ditampilkan dengan terampil apabila dapat
dilakukan secara efisien dan benar secara mekanis atau efektif. Dikatakan efisien
apabila dalam menyelesiakan gerak tenaga yang dikeluarkan sekecil mungkin.
Pengertian efektif di sini diartikan melakukan gerak seperlunya saja, tidak perlu
melakukan gerak yang memang tidak diperlukan. Untuk dapat melakukan gerakan yang
efisien dan efektif seseorang perlu belajar dan berlatih. Kecepatan dalam menguasai
gerakan sifatnya individual, ada yang cepat, agak cepat, dan ada yang lambat.
Untuk dapat bermain bolabasket secara efisien dan efektif perlu didukung unsur-
unsur kesegaran dan kemampuan gerak. Unsur kekuatan, kecepatan, keseimbangan, dan
kelentukan tidak hanya menjadi pendukung gerak efisien dalam permainan bolabasket,
namun juga menjadi unsur pendukung prestasi atau terampil dalam bermain bolabasket.
Dengan gerak yang efisien dan efektif akan berpengaruh terhadap keterampilan bola
basket, karena gerakan dapat dilakukan akan memberikan keuntungan-keuntungan
secara mekanis, sehingga faktor-faktor penghambat gerakan dapat diminimalkan.
Disamping unsur-unsur diatas, masih adalagi yaitu mengenai umpan balik. Karena
dengan adanya umpan balik, ketika terjadi gerakan yang masih kurang benar akan
segera diberikan masukan-masukan atau motivasi. Sehingga perserta didik akan
melakukan gerakan-gerakan sampai benar.
Dengan mendasarkan pada kajian teoritis yang telah dikemukakan, dan
didukung oleh hasil penelitian yang relevan, maka disusun suatu kerangka berpikir yang
akan digunakan sebagai landasan ilmiah untuk pengajuan beberapa hipotesis dalam
penelitian ini:
1. Perbedaan pengaruh penerapan umpan balik terhadap peningkatan hasil
belajar keterampilan bolabasket
Penelitian ini melibatkan dua kelompok siswa yang dikenai perlakukan yang
berbeda. Kelompok yang pertama diberi perlakuan umpan balik dengan alat bantu
audio-visual, sedangkan kelompok kedua diberi perlakukan umpan balik langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(live feedback). Kedua perlakuan ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan
bolabasket.
Manfaat umpan balik sangat besar dalam pembelajaran gerak, termasuk gerak
dalam permainan bolabasket. Umpan balik dapat memberikan informasi yang
mengenai performa yang telah dilakukan oleh siswa. Informasi ini sangat berguna
untuk mengoreksi gerakan-gerakan yang salah dan menguatkan gerakan-gerakan
yang sudah benar. Gerakan-gerakan dalam permainan bola basket merupakan
rangkaian dari gerakan menggiring, mengumpan dan menembak. Karena gerakan
dalam bola basket merupakan perpaduan dari beberapa gerakan, maka kesalahan
satu unsur gerakan akan mempengaruhi dalam keterampilan bermain bolabasket.
Untuk dapat mengetahui mengenai gambaran gerakan yang telah dilakukan, siswa
memerlukan umpan balik.
Umpan balik ini dapat berupa Knowledge of Result dan Knowledge of
Performance. Knowledge of Result bolabasket berupa informasi tentang hasil
sedangkan Knowledge of Performance berkaitan dengan kualitas atau kebenaran
gerak yang telah dilakukan. Semua bentuk umpan balik akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar gerak bolabasket secara keseluruhan. Knowledge of
Performanceakan dapat meningkatkan kualitas gerak bolabasket, karena dengan
informasi ini siswa dapat memperbaiki gerakan yang salah, dan semakin
menguatkan gerakan yang sudah benar. Di samping itu Knowledge of Performance
ini secara tidak langsung juga dapat meningkatkan prestasi belajar gerak bolabasket.
Dasar pemikirannya adalah, dengan meningkatnya kualitas gerak atau kebenaran
gerak, maka akan dicapai gerak yang efisien dan efektif. Tercapainya gerak yang
efisien dan efektif akan dapat menghemat energi, artinya energi atau tenaga yang
dikeluarkan untuk melaksanakan suatu gerak yang efisien dan efektif tidak sebesar
apabila gerakan tersebut tidak efisien dan efektif. Hal ini berarti rangkaian gerak
bolabasket yang efisien dan efektif dapat meningkatkan keterampilan bermain
bolabasket. Knowledge of Results yang berupa informasi hasil dapat memberikan
motivasi kepada siswa untuk berusaha lebih keras lagi meningkatkan dalam
keterampilan bolabasket. Siswa yang diberi Knowledge of Result atau informasi
hasil akan cenderung termotivasi untuk selalu meningkatkan prestasi dan
termotivasi untuk berkompetisi dengan teman-temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Umpan balik dapat diberikan dengan alat bantu dan tanpa alat bantu atau
secara langsung. Umpan balik dengan alat bantu dapat diberikan dengan
memanfaatkan peralatan audio-visual, yang berupa video recorder, handycam, video
camcorder dan sebagainya. Kelebihan dan kelemahan dari masing-masing umpan
balik sudah dipaparkan pada kajian teori. Kedua bentuk pemberian umpan balik ini
dapat memberikan informasi, baik yang berupa Knowledge of Performance maupun
Knowledge of Result. Dengan mempertimbangkan segala bentuk kelebihan dan
kelemahan dari masing-masing bentuk atau model penerapan umpan balik, maka
diduga bahwa secara keseluruhan, tanpa mempertimbangkan variabel yang lain
dalam penelitian ini, maka akan terjadi perbedaan pengaruh antara penerapan umpan
balik menggunakan alat bantu audio-visual dan umpan balik langsung terhadap
peningkatan keterampilan bermain bola basket. Penerapan umpan balik
menggunakan alat bantu audio-visual diduga memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap peningkatan keterampilan bermain bolabasket.
2. Perbedaan peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket antara siswa
yang memiliki persepsi kinestetik baik, sedang dan rendah.
Selain penggunaan penerapan umpan balik yang akan mempengaruhi
terhadap penguasaan keterampilan bermain bolabasket, dalam penelitian ini adalah
persepsi kinestetik setiap individu.
Telah dijelaskan bahwa, persepsi kinestetik merupakan rasa gerak yang
berguna untuk merasakan gerak yang benar dan salah, merupakan faktor yang
sangat penting dalam belajar keterampilan gerak. Terbentuknya gerak yang efisien,
salah satunya dipengaruhi oleh persepsi kinestetik. Gerak yang efisien menjadi
parameter kualitas atau kebenaran gerak. Selanjutnya dalam cabangolahraga bola
basket, kualitas gerak akan mempengaruhi prestasi yang diukur. Siswa
yangmempunyai persepsi kinestetik baik, cenderung akan lebih cepat dan lebih
mudah menguasai keterampilan gerak, sebaliknya siswa yang memiliki persepsi
kinestetik kurang, cenderung akan lebih lambat dan lebih sulit dalam penguasaan
keterampilan gerak. Artinya untuk menguasai keterampilan gerak tertentu,
dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama bagi siswa dengan persepsi kinestetik
kurang dibanding yang persepsi kinestetiknya baik, apabila kondisi lain yang
mempengaruhi penguasaan keterampilan gerak dibuat sama. Siswa dengan persepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kinestetik baik, kualitas geraknya relatif lebih baik dibanding siswa dengan persepsi
kinestetik sedang dan kurang.
Dengan demikian, apabila tidak ada manipulasi kondisi belajar gerak
(terutama kondisi eksternal), maka akan terjadi variasi hasil belajar yang sangat
besar. Gap prestasi belajar gerak antar siswa menjadi sangat besar. Hal ini menjadi
tantangan bagi guru pendidikan jasmani untuk dapat mencari solusi terhadap
masalah tersebut. Kondisi belajar gerak yang sifatnya eksternal meliputi : pemberian
penjelasan gerakan, pemberian contoh gerakan, instruksi mempraktikkan gerakan,
dan pemberian umpan balik. Salah satu kondisi belajar gerak yang dapat
dimanipulasi adalah pemberian umpan balik. Umpan balik tambahan (augmented
feedback) menjadi sangat berarti terutama bagi siswa dengan persepsi kinestetik
kurang. Di samping itu siswa dengan persepsi kinestetik kurang, memerlukan
umpan balik yang detail, jelas, diberikan berulang-ulang. Kondisi seperti ini
membutuhkan rekaman gerakan yang lengkap dan dapat diputar berulang-ulang,
dengan diperlambat agar gerakan-gerakan lebih jelas. Sebaliknya siswa dengan
persepsi kinestetik tinggi cukup diberikan umpan balik singkat dan verbal saja.
3. Pengaruh interaksi penerapan umpan balik dan persepsi kinestetik terhadap
peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
Setiap siswa mempunyai kemampuan gerak yang berbeda-beda. Dengan
penerapan umpan balik menggunakan audio-visual dan umpan balik langsung dapat
dibandingkan tingkat efektifitasnya terhadap peningkatan penguasaan keterampilan
bola basket. Dalam penelitian ini dibatasi pada teknik mengumpan, menggiring dan
menembak. Cara penyajian materi pelajaran permainan bolabasket menggunakan
media audio-visual sangat menarik.Siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik
mempunyai karakteristik lebih cepat dan mudah dapat mengikuti maupun
menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru dan memiliki kemampuan yang lebih
tinggi dalam melakukan tugas pembelajaran. Dengan penerapan umpan balik
langsung siswa yang mempunyai persepsi kinestetik baik dengan cepat memahami
materi pembelajaran. Bagi siswa yang persepsi kinestetiknya kurang, akan sulit
melaksanakan pembelajaran dengan penerapan umpan balik langsung. Siswa yang
memiliki persepsi kinestetik baik memiliki kemampuan untuk lebih cepat menguasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
keterampilan teknik dasar bermain bolabasket, daripada siswa yang memiliki
persepsi kinestetik kurang. Pembelajaran teknik dasar bolabasket dengan penerapan
umpan balik audio-visual lebih cocok untuk siswa yang memilki persepsi
kinestetiknya rendah. Sedangkan bagi siswa yang memiliki persepsi kinestetiknya
baik, cocok untuk penerapan umpan balik langsung.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis, dan didukung oleh penelitian yang relevan serta
kerangka berpikir, maka diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh umpan balik menggunakan alat bantu audio visual dan
umpan balik langsung terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
2. Ada perbedaan peningkatan hasil belajar keterampilan bermain bolabasket antara
kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik,sedang dan kurang.
3. Ada pengaruh interaksi antara penggunaan umpan balik dan persepsi kinestetik
terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sragen. Dipilihnya SMP Negeri 2
Sragen secara sengaja (purposive) sebagai tempat penelitian karena beberapa
pertimbangan, antara lain:
Pertama, di SMP Negeri 2 Sragen terdapat siswa dalam jumlah yang cukup banyak,
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Kedua, fasilitas untuk belajar bolabasket dipandang cukup layak dan memadai untuk
dijadikan tempat penelitian. Selain tersedia fasilitas lapangan secara lengkap, juga
tersedia peralatan audio-visual dan ruang multimedia yang memungkinkan
diselenggarakannya pembelajaran yang berbasis multimedia (memanfaatkan alat bantu
audio-visual).
Ketiga, adanya bantuan dan dorongan semangat dari sekolah dan rekan-rekan guru,
terutama para guru penjas-orkes.
2. Waktu Penelitian
Penelitian eksperimen ini berlangsung selama 6 minggu, dengan frekuensi atau
pembelajaran 3 kali seminggu. Lama penelitian 6 minggu dengan frekuensi 3 latihan
kali seminggu mengacu pada :
Hasil penelitian Selder dan Rolan dalam Magill (1993:327) yang membandingkan
pengaruh umpan balik dengan videotape dan umpan balik verbal, dimana perbedaan
antara 2 kelompok yang mendapat perlakuan berbeda tersebut baru nampak setelah 6
minggu. Durasi latihan setiap pertemuan adalah 80 menit (2 jam pelajaran) sesuai
dengan seting pembelajaran penjas-orkes di SMP.
B. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pengaruh variabel bebas, penerapan
umpan balik menggunakan alat bantu audio-visual (recorded feedback) dan umpan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
balik langsung (live feedback) dengan menyertakan variabel persepsi kinestetik sebagai
variabel yang ikut diteliti. Variabel penerapan umpan balik sebagai variabel manipulatif,
sedangkan persepsi kinestetik sebagai variabel atributif.
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dipilih adalah rancangan faktorial 2 X 3. Untuk
keperluan analisis, rancangan penelitian ini dibagi dalam blok-blok, yang berisi sampel
dengan jumlah yang sama dan bersifat homogen. Secara skematis, rancangan penelitian
digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 3
PERSEPSI
KINESTETIK
(B)
UMPAN BALIK
(A)
ALAT AUDIO-VISUAL
(A1)
LANGSUNG
(A2)
BAIK(B1) a1b1 a2b1
SEDANG(B2) a1b2 a2b2
KURANG(B3) a1b3 a2b3
Keterangan:
A : Umpan Balik
A1 : Umpan Balik Menggunakan Audio-visual
A2 : Umpan Balik Langsung
B : Persepsi Kinestetik
B1 : persepsi Kinestetik Baik
B2 : Persepsi Kinestetik Sedang
B3 : persepsi Kinestetik Kurang
a1b1 : Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik
baik dengan penerapan umpan balik Audio-visual.
a1b2 : Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik
sedang dengan penerapan umpan balik Audio-visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
a1b3 : Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik
kurang dengan penerapan umpan balik Audio-visual.
a2b1 : Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik
baik dengan penerapan umpan balik langsung.
a2b2 : Keterampilaan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik
sedang dengan penerapan umpan balik langsung.
a2b3 : Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik
kurang dengan penerapan umpan balik langsung.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas (independent) dan satu variabel
terikat (dependent). Variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (Independent)
a. Variabel Manipulatif (A), yaitu penerapan umpan balik, yang terdiri dari dua
level yaitu:
1). penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audio-visual (recorded
feedback)
2). penerapan umpan balik langsung (live feedback)
b. Variabel atributif, meliputi:
Variabel persepsi kinestetik (B) yang meliputi tiga level, yaitu:
1). persepsi kinestetik baik
2).persepsi kinestetik sedang
3). persepsi kinestetik kurang
2. Variabel terikat (dependent) (Y) : peningkatan hasil belajar keterampilan bola
basket.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel hanya dijelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan
interpretasi yang berbeda.
1. Umpan Balik
Yang dimaksud umpan balik atau feedback dalam penelitian ini adalah informasi
tentang gerakan yang sudah dilakukan. Informasi tersebut bisa merupakan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
tentang benar tidaknya gerakan yang dilakukan, kesalahan gerakan mana yang telah
dilakukan atau knowledege of performance, dan informasi mengenai hasil yang telah
dicapai atas gerakan yang telah dilakukan atau knowledge of result.
Dalam penelitian ini, umpan balik sebagai variabel manipulatif diberikan dengan
2 cara, yaitu menggunakan alat bantu audio-visual dan diberikan secara langsung.
Menggunakan alat bantu audio-visual, umpan balik diberikan dengan cara merekam
gerakan yang dilakukan siswa, kemudian rekaman berupa video, diputar sesuai dengan
kebutuhan dan diperlihatkan kepada siswa. Pemutaran video dilakukan di ruang
multimedia yang dilengkapi peralatan yang memadai seperti, laptop dan LCD, diberikan
setiap akhir pelajaran, sebagai masukan siswa terhadap gerakan yang telah dilakukan.
Sedangkan umpan balik langsung diberikan setiap siswa selesai melakukan gerakan
(antar trial). Umpan balik diberikan secara verbal, tanpa alat bantu.
2. Persepsi Kinestetik
Pengertian persepsi kinestetik dalam penelitian ini adalah kemampuan
menginterpretasikan rasa posisi dan gerak tubuh atau bagian tubuh, yang merupakan
fungsi dari indera yang ada pada otot, sendi, dan tendon. Persepsi kinestetik ini diukur
dengan tes persepsi kinestetik. Tes ini merupakan rangkaian tes (battery test) yang
terdiri dari 3 butir tes, yaitu (1) Distance Perception Jump, (2) Vertical Linear Space
test, dan (3) Bass Stick Test (Lenghtwise).Tes persepsi kinestetik ini merupakan
modifikasi dari Practical Tests of Kinesthetic Perception dari Barry L. Johnson
(1970:182).
3. Hasil Belajar keterampilan bola basket
Hasil belajar keterampilan bolabasket adalah hasil proses yang menimbulkan atau
merubah perilaku siswa melalui latihan mengumpan (passing), menggiring
(mendribble) dan menembak (shooting) bolabasket. Setelah siswa menerima perlakuan
akan diketahui seberapa besar peningkatan yang diperoleh.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra SMP Negeri 2 Sragen. Semua
anggota populasi memiliki karakteristik yang sama yaitu :
1. Semua anggota populasi merupakan siswa SMP Negeri 2 Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2. Semua anggota populasi berumur antara 12 tahun sampai dengan 16 tahun.
3. Semua anggota populasi terdiri dari siswa laki-laki.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dari siswa kelas VIII.Dari
seluruh siswa laki-laki kelas VIII ini, dipilih secara acak (random) sebagai sampel
penelitian.
Sebelum perlakukan diberikan, seluruh siswa laki-laki diwajibkan mengikuti tes
persepsi kinestetik, yang terdiri dari 3 butir tes, yaitu : Distance Perception Jump,
Vertical Linear Space test, dan Bass Stick Test (Lenghtwise). Skor persepsi kinestetik
diperoleh dengan cara menggabungkan ketiga skor yang diperoleh dari masing-masing
butir tes tersebut. Penggabungan skor dengan cara mengubah skor butir tes ke dalam T-
Score, baru kemudian dijumlahkan. Konversi skor ke dalam T-score dilakukan karena
satuan skor dari masing-masing butir tes tidak sama. Setelah skor digabung, maka
dilakukan pengurutan (ranking) secara descending artinya dari skor yang paling tinggi
ke yang paling rendah. Dari hasil pe-ranking-an, sepertiga bagian atas digolongkan pada
persepsi kinestetik baik, sepertiga bagian di tengah, digolongkan pada taraf persepsi
kinestetik sedang, dan sisanya, sepertiga bagian bawah digolongkan pada taraf persepsi
kinestetik kurang.
Dengan telah dilakukan penggolongan berdasarkan taraf persepsi kinestetik, maka
diperoleh tiga kelompok sampel penelitian, yaitu:
Pertama, kelompok yang terdiri dari siswa yang memiliki taraf persepsi kinestetik
baik.
Kedua, kelompok yang terdiri dari siswa yang memiliki taraf persepsi kinestetik
sedang.
Ketiga, kelompok yang terdiri dari siswa yang memiliki taraf persepsi kinestetik
kurang.
Tahap berikutnya adalah membagi masing-masing kelompok sampel di atas
dengan cara random (acak) menjadi dua sub kelompok (sel) dengan jumlah yang sama.
Dengan diadakannya pembagian kelompok-kelompok ke dalam sel-sel, maka sekarang
terdapat 6 sel. Hasil akhir dari pengelompokkan ini adalah :
a. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Baik, Perlakuan Umpan Balik menggunakan
Alat Bantu Audio-Visual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Baik, Perlakuan Umpan Balik Langsung.
c. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Sedang, Perlakuan Umpan Balik
menggunakan Alat Bantu Audio-Visual.
d. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Sedang, Perlakuan Umpan Balik Langsung.
e. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Kurang, Perlakuan Umpan Balik menggunakan
Alat Bantu Audio-Visual.
f. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Kurang, Perlakuan Umpan Balik Langsung.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada dua macam data yang dibutuhkan sesuai dengan
variabel-veriabel yang diteliti, yaitu :
1. Data mengenai kemampuan persepsi kinestetik
2. Data mengenai keterampilan bolabasket.
Untuk dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan maka diperlukan teknik
pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipergunakan
adalah teknik tes. Teknik tes diperlukan untuk memperoleh data mengenai kemampuan
persepsi kinestetik dan keterampilan bolabasket. Ada dua macam tes yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Persepsi Kinestetik
Untuk mengukur persepsi kinestetik dilakukan tes persepsi kinestetik dari Johnson
(1970:182-194). Tes ini merupakan tes gabungan (battery test), terdiri dari 3 butir tes,
yaitu :
a. Distance Perception Jump
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan merasakan jarak dengan cara
memusatkan usaha yang berkaitan dengan lompatan (jumping). Tes ini telah
diujicobakan kepada sebagian dari populasi penelitian, sebanyak 40 siswa, 22 siswa
perempuan dan 18 siswa laki-laki. Dengan menggunakan teknik belah dua,
didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,81 Adapun validitas diukur dengan
menggunakan face validity.
b. Vertical Linear Space Test
Tujuan tes ini adalah mengukur kemampuan menentukan atau memperkirakan jarak
vertikal tertentu dengan mengandalkan pada perasaan kinestetik. Tes ini telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
diujicobakan, dan dengan teknik belah dua diperoleh koefisien reliabilitas 0,98.
Validitas tes diukur dengan face validity.
c. Bass Stick Test (Lenghtwise)
Tes ini bertujuan untuk mengukur keseimbangan statis saat berdiri pada permukaan
sempit dengan ujung kaki. Dari ujicoba instrumen yang telah dilakukan, diperoleh
koefisien reliabilitas sebesar 0,69. Koefisien ini diperoleh dengan teknik belah dua
(split half). Tes ini dilakukan dengan 6 trial.Skor yang diperoleh adalah gabungan
dari skor 6 trial.
Skor tes persepsi kinestetik merupakan gabungan dari ketiga skor di atas.
Sebelum digabung, masing-masing skor butir tes dikonversikan ke dalam T-score
terlebih dahulu. Tes persepsi kinestetik dilakukan sebanyak 1 kali, pada awal penelitian,
sebelum perlakuan diberikan, dengan tujuan sebagai alat pengelompokan sesuai dengan
taraf persepsi kinestetik.
2. Tes keterampilan bolabasket
Pengambilan data keterampilan bolabasket digunakan battery tes dari AAHPERD
basket tes dari Bradford dan Rolayne W (1984;95) berupa tes passing, dribbling dan
shooting.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varian (ANAVA)
rancangan vaktorial 2x3 pada α = 0,05. Jika F yang diperoleh (F0) signifikan, analisis
dilanjutkan dengan uji rentang Hewman-Keuls (Sudjana, 2002:36). Untuk memenuhi
asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (Uji Lillifors) dan uji
Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett) (Sudjana, 2002:261-264). Urutan langkah-
langkah analisis data penelitian ini adalah:
1. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji prasarat analisis yaitu uji
normalitas (Uji Lillifors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett). Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada data yang digunakan dalam
penelitian berasal dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
bertujuan untuk mengetahui apakah varians pada tiap=tiap kelompok homogen atau
tidak.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data penelitian ini menggunakan metode Liliefors (Sudjana,
2002:466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengamatan x1, x2, ……., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ……., zn dengan
menggunakan rumus:
zi =
Keterangan :
= Rata-rata
= Nilai variabel
s =Simpangan baku
2) Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi).
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ……., zn yang lebih kecil atau sama dengan
zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi), maka
S(zi) =
4) Hitung selisih F(zi) - S(zi), kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Harga terbesar ini merupakan Lhitung.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Langkah-langkah pengujiannya
sebagai berikut:
1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel; dk
(n-1); 1/dk; SDi2, dan (dk) log SDi
2.
2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel, dengan rumus:
SD2 = ……. (1)
B = Log SDi2 (n-1)
3) Menghitung χ2, dengan rumus:
χ2 = (Ln) B – (n–1) Log SDi ……….. (2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya (χ2
hitung) kemudian dibandingkan dengan χ2
tabel, pada taraf
signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).
4) Apabila χ2
hitung< χ2
tabel, maka Ho diterima.
Artinya varians sampel bersifat homogen.Sebaliknya apabila χ2
hitung> χ2
tabel,
maka Ho ditolak, artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Langkah-langkah melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Anava Rancangan Faktorial 2x3
1) Metode AB untuk Perhitungan Anava Dua Faktor
Tabel 2. Ringkasan Anava Dua Faktor
Sumber Variasi dk JK RJK F
Rata-rata
Perlakuan
A
B
AB
Kekeliruan
1
a – 1
b – 1
(a-1)(b-1)
ab (n-1)
Ry
Ay
By
ABy
Ey
R
A
B
AB
E
A/B
B/E
AB/E
Keterangan: A = Kelompok A
B = Kelompok B
AB = Interaksi antara kelompok A dengan kelompok B
dk = derajat kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rerata Jumlah Kuadrat
F = F Hitung
2) Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika F ≥ F(1-α) (v1-v2), maka hipotesis nol ditolak. Jika F <F(1-α) (v1-
v2), maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dk pembilang v1 (k-1)
dan dk penyebut v2 = (n1 + … nk – k), α = taraf signifikansi untuk pengujian
hipotesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava
Menurut Sudjana (2004:36) langkah-langkah untuk melakukan uji
Newman-Keuls adalah sebagai berikut:
1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang paling
kecil sampai kepada yang terbesar.
2. Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJKe disertai dk-nya.
3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus:
Sy =
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman anava.
4. Tentukan taraf signifikansi α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman-Keuls, di ambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2,3...,k.
Harga-harga yang di dapat dari badan daftar sebanyak (k-1) untuk v dan p
supaya di catat.
5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik (...) di atas masing-masing dengan
Sy, dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan
terkecil (RST).
6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p=(k-1), dan
seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua
rata-rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua
dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya.
Dengan jalan begini, semuanya akan ada ½ k (k-1) pasangan yang harus
dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-
nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikansi di antara rata-rata perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat yang diteliti.
Variabel bebas terdiri dari variabel manipulatif atau variabel perlakuan, yaitu penerapan
umpan balik (A). Variabel ini terdiri dari dua taraf, yaitu penerapan umpan balik dengan
alat bantu Audio-visual(a1) yang merupakan recorded feedback, dan umpan balik
langsung (a2) yang merupakan live feedback. Variabel bebas lainnya yang ikut diteliti
adalah variabel persepsi kinestetik (B) yang terdiri dari 3 level, yaitu persepsi kinestetik
baik (b1), persepsi kinestetik sedang (b2), dan persepsi kinestetik kurang (b3). Sebagai
variabel terikat adalah peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket (Y).
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan
pada tes awal dan tes akhir hasil belajar keterampilan bolabasket. Berturut-turut berikut
disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Data hasil belajar keterampilan bolabasket yang digunakan untuk analisis adalah
nilai tes keterampilan bolabasket setiap subyek setelah mengikuti latihan selama 6
minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Dengan menggunakan instrumen yang
telah disusun sesuai dengan jenis variabel yang diteliti, maka akan diadakan analisis
secara deskriptif dan inferensial. Analisis tersebut berupa: (1) deskripsi data penelitian,
dan (2) pengujian hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan pengujian persyaratan analisis data. Pengujian hipotesis menggunakan
analisis varians (ANAVA) dengan rancangan factorial 2 x 3 pada α = 0,05
Deskripsi data akan disesuaikan dengan jenis-jenis variable penelitian. Sesuai
dengan variable penelitian, yaitu menggunakan instrument tes hasil belajar keterampilan
bolabasket dan persepsi kinestetik. Deskripsi hasil analisis data hasil belajar
keterampialan bolabasket yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan
dalam bentuk table sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Belajar Keterampilan Bolabasket.
Kinestetik Statistik
Umpan Balik
Audio-visual (A1) Langsung (A2) Total
Baik (B1)
N 10 10 20
∑X 99.68 60.37 160.05
∑X2 1067.89 505.60 1573.49
Mean 9.97 6.04 8.00
SD 2.87 3.96 3.92
Sedang (B2)
N 10 10 20
∑X 67.23 48.32 115.55
∑X2 478.71 290.66 769.36
Mean 6.72 4.83 5.78
SD 1.72 2.52 2.31
Kurang
(B3)
N 10 10 20
∑X 55.30 64.76 120.07
∑X2 353.87 566.50 920.37
Mean 5.53 6.48 6.00
SD 2.31 4.04 3.241
Total
N 30 30 60
∑X 222.21 173.46 395.67
∑X2 1900.46 1362.76 3263.22
Mean 7.41 5.78 6.59
SD 2.963 3.522
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
1. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa
yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Menggunakan Umpan Balik dengan
Alat Bantu Audio-visual.
Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang
memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik dengan alat bantu
Audio-visual dapat dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar
keterampilan bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik baik
disajikan sebagai berikut :
Tabel 4. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang
Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Menggunakan Umpan Balik dengan Alat
Bantu Audio-visual
Perlakuan Persepsi
Kinestetik
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
peningkatan
Umpan Balik
Audio-visual
Baik
Jumlah 454.63 554.31 99.68
Rerata 45.46 55.43 9.97
SD 5.01 6.16 1.14
Dari tabel 4 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar
keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik
menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 45.46, standar
deviasinya 5.01. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket
kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan
balik alat bantu Audio-visual adalah 55.43, standar deviasinya 6.16. Peningkatan
hasil belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi
kinestetik baik menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 9.97,
standar deviasinya 1.14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Menggunakan Umpan
Balik dengan Alat Bantu Audio-visual.
Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang
memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik dengan alat bantu
Audio-visual dapat dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar
keterampilan bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik sedang
disajikan sebagai berikut :
Tabel 5. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang
Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Menggunakan Umpan Balik dengan Alat
Bantu Audio-visual
Perlakuan Persepsi
Kinestetik
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
peningkatan
Umpan Balik
Audio-visual
Sedang
Jumlah 486.26 553.49 67.23
Rerata 48.63 55.35 6.72
SD 2.79 3.02 0.23
Dari tabel 5 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar
keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik
sedang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 48.63, standar
deviasinya 2.79. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket
kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan
balik alat bantu Audio-visual adalah 55.35, standar deviasinya 3.02. Peningkatan
hasil belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi
kinestetik sedang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 6.72,
standar deviasinya 0.23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
3. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang Menggunakan Umpan
Balik dengan Alat Bantu Audio-visual.
Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang
memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik dengan alat bantu
Audio-visual dapat dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar
keterampilan bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik kurang
disajikan sebagai berikut :
Tabel 6. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang
Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang Menggunakan Umpan Balik dengan Alat
Bantu Audio-visual
Perlakuan Persepsi
Kinestetik
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
peningkatan
Umpan Balik
Audio-visual
Kurang
Jumlah 464.78 520.09 55.30
Rerata 46.48 52.01 5.53
SD 3.77 3.31 -0.46
Dari tabel 6 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar
keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik
kurang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 46.48, standar
deviasinya 3.77. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket
kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan
balik alat bantu Audio-visual adalah 52.01, standar deviasinya 5.53. Peningkatan
hasil belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi
kinestetik kurang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 5.53,
standar deviasinya -0.46.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Menggunakan Umpan Balik
langsung
Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang
memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik langsung dapat
dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan
bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik baik disajikan sebagai
berikut :
Tabel 7. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang
Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Menggunakan Umpan Balik Langsung
Perlakuan Persepsi
Kinestetik
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
peningkatan
Umpan Balik
Langsung
Baik
Jumlah 446.46 506.83 60.37
Rerata 44.65 50.68 6.04
SD 3.30 3.06 -0.24
Dari tabel 7 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar
keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik
menggunakan umpan balik langsung adalah 44.65, standar deviasinya 3.30. Rata-
rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki
persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik langsung adalah 50.68,
standar deviasinya 3.06. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket
kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan
balik langsung adalah 6.04, standar deviasinya -0.24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
5. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Menggunakan Umpan
Balik Langsung.
Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang
memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik langsung dapat
dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan
bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik sedang disajikan sebagai
berikut :
Tabel 8. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang
Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Menggunakan Umpan Balik Langsung
Perlakuan Persepsi
Kinestetik
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
peningkatan
Umpan Balik
Langsung
Sedang
Jumlah 482.73 531.05 48.32
Rerata 48.27 53.11 4.83
SD 4.99 4.07 -0.91
Dari tabel 8 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar
keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik
sedang menggunakan umpan balik langsung adalah 48.27, standar deviasinya
4.99. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa
yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik langsung
adalah 53.11, standar deviasinya 4.07. Peningkatan hasil belajar keterampilan
bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang
menggunakan umpan balik langsung adalah 4.83, standar deviasinya -0.91.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
6. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang Menggunakan Umpan
Balik Langsung .
Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang
memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik langsung dapat
dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan bolabasket
yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik kurang disajikan sebagai berikut :
Tabel 9. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang
Memiliki Persepsi Kinestetik rendah Menggunakan Umpan Balik Langsung
Perlakuan Persepsi
Kinestetik
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
peningkatan
Umpan Balik
Langsung
Kurang
Jumlah 467.30 532.06 64.76
Rerata 46.73 53.21 6.48
SD 4.68 3.31 -1.37
Dari tabel 9 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar
keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik
kurang menggunakan umpan balik langsung adalah 46.73, standar deviasinya
4.68. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa
yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik langsung
adalah 53.21, standar deviasinya 3.31. Peningkatan hasil belajar keterampilan
bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang
menggunakan umpan balik langsung adalah 6.48, standar deviasinya -1.37.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dari tabel 3 diatas, Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan bolabasket
yang diklasifikasi menurut kelompok umpan balik dan persepsi kinestetik dapat
terlihat dari gambaran setiap kelompok sel. Berdasarkan umpan balik (umpan
balik Audio-visual dan umpan balik lansung ) serta persepsi kinestetik (baik,
sedang dan kurang) disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 10. Statistik Deskriptif Hasil Tes Belajar Keterampilan Bolabasket Tiap
Kelompok Berdasarkan Pengunaan Umpan Balik dan Tingkat Persepsi
Kinestetik
Perlakuan
Tingkat
Persepsi
Kinestetik
Statistik
Hasil
Tes
Awal
Hasil
Tes
Akhir
Peningkatan
Umpan balik
Audio- visual
Baik Jumlah 454.63 554.31 99.68
Rerata 45.46 55.43 9.97
SD 5.01 6.16 1.14
Sedang Jumlah 486.26 553.49 67.23
Rerata 48.63 55.35 6.72
SD 2.79 3.02 0.23
Kurang Jumlah 464.78 520.09 55.30
Rerata 46.48 52.01 5.53
SD 3.77 3.31 -0.46
Umpan balik
langsung
Baik Jumlah 446.46 506.83 60.37
Rerata 44.65 50.68 6.04
SD 3.30 3.06 -0.24
Sedang Jumlah 482.73 531.05 48.32
Rerata 48.27 53.11 4.83
SD 4.99 4.07 -0.91
Kurang Jumlah 467.30 532.06 64.76
Rerata 46.73 53.21 6.48
SD 4.68 3.31 -1.37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata hasil belajar keterampilan bolabasket
maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
Pre Test 46.86 46.55 45.05 48.45 46.6
Post Test 54.26 52.33 53.06 54.23 52.61
UB AV
(A1)
UB L
(A2)
PK T
(B1(
PK S
(B2)
PK R
(B3)
Gambar 11.Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Hasil Belajar
Keterampilan Bolabasket Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan
Umpan Balik dan Persepsi Kinestetik
Keterangan:
UBVA = Kelompok pendekatan pembelajaran umpan balik alat bantu audio- visual
UBL = Kelompok pendekatan pembelajaran umpan balik langsung
PK T = Kelompok persepsi kinestetik baik
PK S = Kelompok persepsi kinestetik sedang
PKR = Kelompok persepsi kinestetik kurang
Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel dan histogram di
atas adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan antara kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran
dengan umpan balik alat bantu audio- visual dan umpan balik langsung diketahui
bahwa kelompok perlakuan dengan umpan balik alat bantu audio visual memiliki
peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket sebesar 1.62 lebih baik dari pada
kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
2. Perbandingan kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik, sedang dan
kurang dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik
baik memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket sebesar 2.23 lebih
baik dari pada kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang dan 2.00
lebih baik dari pada kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang.
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan hasil belajar
keterampilan bolabasket yang berbeda. Nilai peningkatan hasil belajar keterampilan
bolabasket masing-masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Nilai Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Masing-Masing Sel (Kelompok
Perlakuan)
No Kelompok Perlakuan (Sel) Gain Score
1 A1B1 (KP1) 9.97
2 A1B2 (KP2) 6.72
3 A1B3 (KP3) 5.53
4 A2B1 (KP4) 6.04
5 A2B2 (KP5) 4.83
6 A2B3 (KP6) 6.48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Nilai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket pada tiap kelompok
perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gain Score 9.97 6.72 5.53 6.04 4.83 6.48
A1B1
(KP1)
A1B2
(KP2)
A1B3
(KP3)
A2B1
(KP4)
A2B2
(KP5)
A2B3
(KP6)
Gambar 12. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Pada
Tiap Kelompok Perlakuan.
Keterangan:
KP1 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio-
visual pada tingkat persepsi kinestetik baik
KP2 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio-
visual pada tingkat persepsi kinestetik sedang
KP3 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio
-visual pada tingkat persepsi kinestetik kurang
KP4 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik langsung pada
tingkat persepsi kinestetik baik
KP5 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik langsung pada
tingkat persepsi kinestetik sedang
KP6 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik langsung pada
tingkat persepsi kinestetik kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
B. Pengujian Persyaratan Analisis Varians
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas
data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok
Perlakuan N M SD Lhitung
Ltabel
5% Kesimpulan
KP1 10 9.97 2.87 0.149 0.258 Berdistribusi Normal
KP2 10 6.72 1.72 0.196 0.258 Berdistribusi Normal
KP3 10 5.53 2.31 0.168 0.258 Berdistribusi Normal
KP4 10 6.04 3.96 0.196 0.258 Berdistribusi Normal
KP5 10 4.83 2.52 0.119 0.258 Berdistribusi Normal
KP6 10 6.48 4.04 0.185 0.258 Berdistribusi Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo = 0.149. Di
mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5%
yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP1 termasuk
berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP2 diperoleh nilai
Lo = 0.196, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol
menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data pada KP2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan
pada KP3 diperoleh nilai Lo = 0.168. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas
penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berdistribusi normal.
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.196. Di
mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi
5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 termasuk
berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP5 diperoleh nilai
Lo = 0.119. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan
signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP5
termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
KP6 diperoleh nilai Lo = 0.185, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas
penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data pada KP6 juga termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok.
Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlett. Hasil uji homogenitas
data antara kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Kelompok Jumlah
Kelompok Ni SD gab
2hit
2
tabel
5% Kesimpulan
Antar
perlakuan 2 30 10.5918 0.893 3.84 Varians homogen
Antar
Kinetetik 3 20 10.42 5.340 5.991 Varians homogen
Anter Sel 6 10 9.1549 10.170 11.070 Varians homogen
Dari hasil uji homogenitas antar perlakuan yaitu antara kelompok umpan balik
audio- visual dengan umpan balik langsung diperoleh nilai 2
hitung = 0.893.
Sedangkan 2 tabel dengan db = k – 1 = 2 – 1 = 1, angka tabel
2 = 3.84, yang terayata
bahwa nilai 2
hitung = 0.893 lebih kecil dari 2
tabel = 3.84. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa antara kelompok perlakuan dalam penelitian ini memiliki varians
yang homogen.
Uji homogenitas antar persepsi kinestetik yaitu antara persepsi kinestetik baik,
sedang dan kurang diperoleh nilai 2
hitung = 5.340. Sedangkan 2 tabel dengan db = k
– 1 = 3 – 1 = 2, angka tabel 2 = 5.991, yang ternyata bahwa nilai
2 hitung = 5.340
lebih kecil dari 2
tabel = 5.991, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara persepsi
kinestetik dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
Uji homogenitas antar sel yaitu antara umpan balik audio -visual kinestetik baik,
umpan balik Audio-visual kinestetik sedang, umpan balik Audio-visual kinestetik
kurang kemudian umpan balik langsung kinestetik baik, umpan balik langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kinestetik sedang dan umpan balik langsung kinestetik kurang, diperoleh nilai 2
hitung
= 10.170. Sedangkan 2 tabel dengan db = k – 1 = 6 – 1 = 5, angka tabel
2 = 11.070,
yang ternyata bahwa nilai 2
hitung = 10.170 lebih kecil dari 2
tabel = 11.070,
sehingga dapat disimpulkan bahwa antara sel kelompok perlakuan dalam penelitian ini
memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan
interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-
langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji
rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian
disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II.
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 14. Ringkasan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket
Berdasarkan Penggunaan Pembelajaran Umpan balik dan Tingkat Persepsi
Kinestetik
Variabel
Rerata hasil
belajar Bolabasket
A1 A2
B1 B2 B3 B1 B2 B3
Hasil tes awal 45.46 48.63 46.48 44.65 48.27 46.73
Hasil tes akhir 55.43 55.35 52.01 50.68 53.11 53.21
Peningkatan 9.97 6.72 5.53 6.04 44.83 6.48
Keterangan:
A1 = Pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual.
A2 = Pembelajaran dengan umpan balik langsung.
B1 = Kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik.
B2 = Kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang.
B3 = Kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Pembelajaran (A1 dan
A2)
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo Ft
A 1 39.603 39.603 4.326* 4.02
Kekeliruan 54 494.364 9.155
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Persepsi Kinestetik (B1, B2
dan B3)
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo Ft
B 2 59.988 29.994 3.2763* 3.17
Kekeliruan 54 494.364 9.155
Tabel 17. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo Ft
Rata-rata
Perlakuan 1 2609.287 2609
A 1 39.603 39.603 4.326 * 4.02
B 2 59.988 29.994 3.2763 * 3.17
AB 2 59.974 29.987 3.2755 * 3.17
Kekeliruan 54 494.364 9.155
Total 60 3263.216
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians
KP A1B1 A1B2 A2B3 A2B1 A1B3 A2B2
RST Rerata 9.97 6.72 6.48 6.04 5.53 4.83
A1B1 9.97 - 3.25* 3.49* 3.93* 4.44* 5.14* 3.98
A1B2 6.72
- 0.25 0.69 1.19 1.89 3.81
A2B3 6.48
- 0.44 0.95 1.64 3.58
A2B1 6.04
- 0.51 1.21 3.25
A1B3 5.53
- 0.70 2.71
A2B2 4.83
-
Keterangan:
Tanda * signifikan pada p ≤ 0,05.
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai
berikut:
1. Pengujian Hipotesis I
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan umpan balik
Audio-visual memiliki peningkatan yang berbeda dengan pembelajaran dengan umpan
balik langsung. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung 4.326 > Ftabel = 4.02. Dengan
demikian hipotesa nol (Ho) ditolak. Yang berarti bahwa pembelajaran dengan umpan
balik alat bantu audio visual memiliki peningkatan yang berbeda dengan pembelajaran
dengan umpan balik langsung dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan
diperoleh bahwa ternyata pembelajaran dengan umpan balik alat bantu Audio-visual
memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada pembelajaran dengan umpan balik
langsung, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 7.41 dan 5.78.
2. Pengujian Hipotesis II
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki persepsi
kinestetik baik memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang
berbeda dengan siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang maupun kurang. Hal ini
dibuktikan dari nilai Fhitung = 3.2763 > Ftabei = 3.17. Dengan demikian hipotesa nol
(Ho) ditolak. Yang berarti bahwa siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik, sedang
dan kurang memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki persepsi kinestetik
baik memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang lebih baik dari
pada siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang maupun kurang, dengan rata-rata
peningkatan masing-masing yaitu 8.00, 5.78 dan 6.00.
3. Pengujian Hipotesis III
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perbedaan pendekatan
pembelajaran dan tingkat persepsi kinestetik siswa bermakna. Karena Fhitung = 3.2755
> Ftabel = 3.17. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Yang berarti bahwa
keberhasilan pendekatan pembelajaran dipengaruhi oleh tingkat persepsi kinestetik yang
dimiliki siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian
hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu:
(a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian
(b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua
faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai
berikut:
1. Perbedaan Pengaruh antara Umpan Balik Menggunakan Alat Bantu Audio-
Visual dan Umpan Balik Langsung Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Keterampilan Bolabasket
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan umpan
balik alat bantu audio- visual dan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan umpan balik langsung. Pada kelompok siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan umpan balik alat bantu Audio-visual mempunyai peningkatan
hasil belajar keterampilan bolabasket yang lebih baik dibandingkan dengan
kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan umpan balik langsung.
Pembelajaran keterampilan bolabasket dengan menggunakan umpan balik
alat bantu audio-visual, memiliki kelebihan dalam umpan balik pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
keterampilan bolabasket. Kelebihan umpan balik dengan menggunakan alat bantu
Audio-visual diantaranya merupakan suatu denominator belajar yang umum. Siswa
yang cerdas dan kurang cerdas akan memperoleh sesuatu yang sama dari film atau
visual. Gerakan-gerakan dapat diputar berulang-ulang dan dapat diperlambat untuk
tujuan memperjelas gerakan secara detail. Dapat menampilkan kembali masa lalu,
dan kejadian-kejadian yang sudah berlangsung. Dapat memikat perhatian siswa
untuk tertuju fokus pada materi yang disampaikan seorang guru. Dapat mengatasi
keterbatasan indera penglihatan kita, karena gerak yang sebenarnya cepat dapat
diputar dengan diperlambat dan diulang-ulang. Dapat merangsang atau memotivasi
kegiatan anak-anak. Sehingga dengan menggunaka umpan balik alat bantu Audio-
visual kekurangan dan kesalahan dalam gerakan keterampilan bola basket dapat
ditampilkan dan dapat diantisipasi dengan memberikan gambaran visual yang
melakukan gerakan yang telah tepat pada keterampilan bolabasket, sehingga siswa
akan lebih mudah untuk memahami kesalahan-kesalahan pada keterampilan
bolabasket dan dapat memperbaiki dengan gerakan yang sesuai.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa
perbandingan rata-rata peningkatan T- score hasil belajar keterampilan p bolabasket
yang dihasilan oleh pendekatan umpan balik dengan alat bantu audio visual lebih
baik 1,62 dari pada dengan umpan balik langsung.
2. Perbedaan Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Antara Siswa yang
Memiliki Persepsi Kinestetik Baik, Sedang dan Kurang
Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan persepsi kinestetik baik,
persepsi kinestetik sedang dan persepsi kinestetik kurang terhadap hasil belajar
keterampilan bolabasket. Pada kelompok siswa dengan persepsi kinestetik baik
mempunyai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket lebih baik dibanding
kelompok siswa dengan persepsi kinestetik sedang maupun kurang. Pada kelompok
siswa persepsi kinestetik baik memiliki potensi yang lebih baik dari pada siswa yang
memiliki persepsi kinestetik sedang dan kurang.
Persepsi kinestetik merupakan modalitas untuk melakukan pembelajaran
bola basket. Persepsi kinestetik adalah kemampuan seseorang dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
mengintegrasikan antara gerakan mata (pandangan) dengan gerakan tangan secara
efektif. Gerakan pada permainan bolabasket termasuk gerakan yang cukup
kompleks, karena gerakan dalam permainan bolabasket merupakan gabungan
beberapa gerakan yang harus dilakukan secara terpadu dan selaras. Keberhasilan
keterampilan bolabasket dipengaruhi oleh kemampuan siswa untuk melakukan
gerakan secara terpadu dan selaras. Persepsi kinestetik dapat menunjang
keberhasilan belajar keterampilan bola basket, karena dengan persepsi kinestetik
yang baik, siswa dapat mengontrol gerakan-gerakan yang dilakukan sehingga
menjadi lebih akurat. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik memiliki
kemampuan untuk lebih cepat menguasai keterampilan bolabasket, dari pada siswa
yang memiliki persepsi kinestetik sedang dan kurang.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa
perbandingan rata-rata peningkatan T- Score hasil belajar keterampilan bolabasket
pada siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik 2.23 lebih baik dari pada
kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang, dan 2.00 lebih baik dari
pada kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang.
3. Pengaruh Interaksi Antara Umpan Balik dan Persepsi Kinestetik Terhadap
Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket
Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-
faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata.
Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel dibawah ini.
Tabel 19. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A dan B
Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket.
Faktor A = Pembelajaran Umpan Balik
B =
Persepsi
Kinestetik
Taraf A1 A2 Rerata
B1 9.97 6.04 8.01
B2 6.72 4.83 5.78
B3 5.53 6.48 6.01
Rerata 7.41 5.78 6.60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
A1
A1
A1A2
A2
A2
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
1 2 3
B1
B1B2
B2B3
B3
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
11,00
1 2
Gambar 13. Bentuk Interaksi Perubahan Hasil Belajar Keterampilan Bola basket
Keterangan :
A1 = Pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual
A2 = Pembelajaran dengan umpan balik langsung.
B1 = Persepsi kinestetik baik
B2 = Persepsi kinestetik sedang
B2 = Persepsi kinestetik kurang
Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai hasil
belajar keterampilan bolabasket adalah tidak sejajar atau bersilangan. Meski
demikian garis tersebut memiliki suatu titik pertemuan antara penggunaan metode
dalam pendekatan umpan balik pembelajaran dan persepsi kinestetik. Berarti
terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
bahwa persepsi kinestetik memiliki pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan
bolabasket.
Kefektifan penggunaan metode dalam pembelajaran hasil belajar
keterampilan bolabasket dipengaruhi oleh baik kurangnya persepsi kinestetik yang
dimiliki siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang
memiliki persepsi kinestetik baik memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan
bolabasket yang besar jika menggunakan pendekatan umpan balik dengan alat bantu
audio- visual. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang lebih baik jika
dengan menggunakan umpan balik dengan alat bantu audio- visual. Sedangkan
siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang lebih baik jika dengan menggunakan
umpan balik langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dengan
umpan balik alat bantu audio- visual dan umpan balik langsung dalam
meningkatkan hasil belajar keterampilan bolabasket. Pengaruh pendekatan
pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual lebih baik dari pada
umpan balik langsung dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan bola basket.
2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara persepsi kinestetik baik, persepsi
kinestetik sedang dengan persepsi kinestetik kurang terhadap hasil belajar
bolabasket. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket pada siswa yang
memiliki persepsi kinestetik baik lebih baik dari pada yang memiliki persepsi
kinestetik sedang maupun persepsi kinestetik kurang.
3. Terdapat interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan persepsi
kinestetik terhadap hasil belajar bolabasket.
a. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik lebih cocok jika diberikan
pendekatan umpan balik dengan alat bantu audio -visual.
b. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang lebih cocok jika diberikan
pendekatan umpan balik dengan alat bantu audio -visual.
c. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang lebih cocok jika diberikan
pendekatan umpan balik langsung.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya secara umum dapat
dikatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Pertama, melihat hasil penelitian dan kajian teori belajar gerak bahwa peran
umpan balik sangatlah besar dalam penguasaan gerak, khususnya belajar keterampilan
bolabasket, maka sangat perlu untuk selalu memberikan umpan balik dalam setiap
belajar gerak.
Kedua, menilai dari kelebihan yang ada, media audio-visual baik sebagai alat
peraga gerak, maupun sebagai penyaji umpan balik, maka perlu dipertimbangkan
penggunaan alat ini, tidak hanya sebagai alat bantu peraga gerakan namun juga sebagai
alat bantu penyampaian umpan balik.
Ketiga, dengan terbuktinya penerapan umpan balik dengan alat bantu audio-
visual memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan umpan balik langsung,
maka perlu dipertimbangkan model pembelajaran gerak yang berbasis mulitimedia,
terutama sebagai alat bantu peragaan gerak dan penyampaian umpan balik.
Keempat, hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuna persepsi kinestetik
berpengauh terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket dan memegang
peranan penting dalam belajar gerak, sehingga perlu mengajarkan materi yang dapat
meningkatkan kemampuan persepsi kinestetik.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan tuntutan sebagai guru yang profesional hendaknya guru pendidikan
jasamani olahraga dan kesehatan :
1. Dalam pembelajarn gerak selalu memberikan umpan balik kepada siswa, baik
sebagai koreksi terhadap gerakan yang salah, penguatan gerakan yang benar atau
sebagai bentuk motivasi.
2. Menyangkut gerakan yang komplek, guru penjasorkes dapat memmanfaatkan alat
audio-visual atau multimedia dalam penyampaian peragaan gerak, maupun umpan
balik.
3. Selain menguasai keterampilan gerak, hendaknya guru penjasorkes juga menguasai
teknologi informasi, terutama yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu audio-
visual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
4. Mengingat persepsi kinestetik merupakan unsur yang penting dalam belajar gerak,
maka sebaiknya guru atau pelatih dapat mengajarkan materi yang secara langsung
dapat meningkatkan kemampuan persepsi kinestetik.
5. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan populasi yang lebih luas, dan ukuran
sampel yang lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
DAFTAR PUSTAKA
Akros Abidin.1991. Buku Penuntun Bola Basket Kembar. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Anthony, Deutsch J. & Diana, Deutsch. 1973. Physiological Psychology. Chicago: The
Dorsey Press.
Barlett, Roger. 2005. Sports Biomechanics : Reducing Injury and Improving
Performance. New York : Routledge.
Rolayne Wilson and Bradford. Assesing Sport Skill1984
Dal Monte, Antonio.1975. Masalah-Masalah dalam Kedokteran Olahraga, Latihan
Olahraga, dan Coaching. (Terjemahan Soebroto). Jakarta : Dirjen PLS
Depdikbud.
Gallahue, David L. and John C. Ozmun.1998.Understanding Motor Development:
Infants,Childern, Adolencents, Adults”.
Dep.dikbud Dirjen Pemuda dan Olahraga. 1989. Coaching Bola Basket. Jakarta :
Proyek Pendidikan Olahraga Perguruan Tinggi.
Hamidsyah Noer. 1993. Ilmu Pelatihan Dasar.Surakarta : FKIP UNS
Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta:
Ditjen Dikti.
Haywood, Kathleen M. 1986. Life Span Motor Development.Illinois : Human Kinetics
Publishers, Inc.
Imam Sodikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket.Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti
PPTK.
Iwan Setiawan. 1985. Teori Belajar Mengajar Motorik. Jakarta: PIO KONI Pusat.
Johnson, B. L., and Nelson, J. K. 1970.Practical Measurements for Evaluation in
Pshysical Education. Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Magill, Richard A. 1985. Motor Learning.Concepts and Applications. Dubuque Iowa:
Wm. C. Brown Company Publishers
Muhadjir. 2005. Teori dan Praktek Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Jakarta:
PT. Ghalia Indonesia
Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang (TerjemahanWahyu Indiani, dkk.) Jakarta : Penerbit Erlangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Robb, Margareth D. 1972.The Dynamics of Motor Acquisition. Englewood Cliffs
Prentice-Hall,
Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.
Jakarta: Dirjen Dikti Dep P dan K
Sadiman, Arief S, dkk. 1986. Media Pendidikan : Pengertian, Penmgembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang:
Dahara Prize.
Sarumpet, A. Parno dan Zulfar Djaset. 1992. Permainan Besar. Jakarta: Depdikbud.
Dirjen Dikti.
Schmidt, Richard A, and Wrisberg, Craig A. 2004.Motor Learning and
Performance.Champaign : Human Kinetics
Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York: Mc
Millan Publishing Company, Inc.
______________. 1982. The Learning of Motor Skills. New York: Macmillan
Publishing Co., Inc.
Soebagyo Hartoko. 1992. Teori dan Praktek Bola Basket I. Surakarta : FKIP UNS
Sudjana. 2002. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung. Tarsito.
______. 2004. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.
Sugiyanto. 1984. Pengaruh Penggunaan Videokaset, Kualitas Model Gerakan,
Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Persepsi Kinestetik terhadap Prestasi
Belajar Gerak Keolahragaan Pelajar Sekolah Dasar. (Desertasi).Jakarta :
Fakultas Pasca Sarjana IKIP.
. 2007. “Pembelajaran Gerak Keterampilan Anak Usia Dini” dalam Pelatihan
Olahraga Anak Usia Dini. Jakarta : Kemenegpora.
_________. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
Depdikbud
_________. 1994. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud.
Suharno HP. 1986.Kepelatihan olahraga.Yogyakarta.FPOK.
Wissel, Hal. 1996. Bola Basket Dilengkapi Dengan Program Pemahiran dan Teknik.
Alih Bahasa. Bagus Pribadi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.