TESIS - · PDF file(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X ... Tabel...
Transcript of TESIS - · PDF file(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X ... Tabel...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF
TPS DAN NHT DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester
II SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama : Kimia
Oleh :
IKA MARYANI
NIM S 831008027
P R O G R A M P A S C A S A R J A N A
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF
TPS DAN NHT DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester II
SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
IKA MARYANI
(S831008027)
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dosen Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 19510102 197501 1001
.......................
...............
Pembimbing II : Drs. Haryono, M.Pd
NIP. 19520423 197603 1 002
.......................
...............
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF
TPS DAN NHT DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester II
SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
IKA MARYANI
(S831008027)
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 195201161980031001
.......................
...............
Sekretaris : Dra. Soeparmi, M.A, Ph.D
NIP. 19520915 1976032001
.......................
...............
Anggota I : Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 19510102 197501 1001
.......................
...............
Anggota II : Drs. Haryono, M.Pd
NIP. 19520423 197603 1 002
.......................
...............
Mengetahui,
Direktur Program Pasca Sarjana
Prof. Drs.Suranto, M.Sc.,Ph.D
NIP. 195708201985031004
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Ika Maryani
NIM : S 831008027
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kimia
Menggunakan Metode Kooperatif 'TPS dan NHT Ditinjau dari Kemampuan
Memori dan Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Kasus Pembelajaran Kimia
Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester II SMK Muhammadiyah 6 Gemolong
Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Oktober 2011
Yang membuat pernyataan
Ika Maryani
NIM. S831008027
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Siapa Yang Bersungguh-sungguh, akan berhasil
Siapa Yang Bersabar, akan beruntung
(A.Fuadi dalam Negeri 5 Menara)
“Niatkan segala bentuk ikhtiar semata-mata untuk ibadah” (Penulis)
PERSEMBAHAN
Untuk Bapak & Ibu yang telah mengajarkan kebijakan dan kebajikan
dengan-penuh keikhlasan
Untuk adik-adikku yang memberi warna dalam setiap ikhtiar
Untuk semua guru yang cinta perubahan ke arah yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul : Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Kooperatif 'TPS dan
NHT Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Kemampuan Berpikir Kritis
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester II
SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Tahun Pelajaran 2010/2011) dengan baik.
Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin proposal ini dapat
terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Sains,
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs Suparmi, MA. Ph.D. selaku sekretaris Program Pendidikan Sains,
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. H. Ashadi. selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan laporan
tesis ini.
5. Drs. Haryono, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan laporan
tesis ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Khususnya Program Studi Pendidikan Sains, Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bekal pengetahuan kepada penulis.
7. Staf karyawan program studi pendidikan Sains yang telah banyak membantu
dalam urusan administrasi.
8. Drs. Rahmato selaku Kepala SMK Muhammadiyah 6 Gemolong yang telah
memberikan ijin penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
9. Drs. H. Budi Santoso, M.M Kepala SMK Negeri Miri yang telah memberikan
ijin uji coba instrumen.
10. Teman teman mahasiswa Program Pendidikan Sains-minat utama Kimia,
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan semua pihak
yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu
terselesainya laporan tesis ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan laporan tesis ini masih
banyak kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan laporan tesis ini kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan
tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Surakarta, Oktober 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN .......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
ABSTRAK .................................................................................................. xviii
ABSTRACT.................................................................................................. xix
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 13
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 14
D. Perumusan Masalah ........................................................................... 16
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 17
F. Manfaat Penelitian............................................................................. 18
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS .... 19
A. Kajian Teori ...................................................................................... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
1. Belajar dan pembelajaran .............................................................. 19
a. Teori Belajar Konstruktivisme................................................ 20
b. Teori Perkembangan Kognitif ................................................ 22
1) Teori Piaget ..................................................................... 22
2) Teori Belajar Bermakna................................................... 23
3) Teori Pemrosesan Informasi ............................................ 24
c. Teori Kognitif Sosial .............................................................. 25
d. Teori Psikologi Sosial (Bandura) ............................................ 26
2. Pembelajaran Kooperatif ............................................................... 27
3. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) ............................... 31
4. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) .................... 33
5. Kemampuan Memori .................................................................... 35
6. Kemampuan Berpikir Kritis .......................................................... 40
7. Keterampilan Metakognitif .......................................................... 49
8. Prestasi Belajar ............................................................................. 52
9. Materi Pokok Hidrokarbon ............................................................ 57
a. Senyawa Karbon .................................................................... 58
b. Hidrokarbon ........................................................................... 60
c. Reaksi pada Senyawa Hidrokarbon ........................................ 69
B. Penelitian yang Relevan..................................................................... 72
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 76
D. Hipotesis ........................................................................................... 88
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 90
1. Tempat penelitian ......................................................................... 90
2. Waktu penelitian ......................................................................... 90
B. Metode Penelitian .............................................................................. 90
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 92
1. Penetapan Populasi ..................................................................... 92
2. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... 92
D. Variabel Penelitian .......................................................................... 94
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 94
2. Skala Pengukuran Variabel Penelitian ........................................ 95
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 96
1. Metode Tes ................................................................................ 96
2. Metode Angket .......................................................................... 97
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 97
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 98
2. Instrumen Pengambilan Data ...................................................... 98
G. Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................................... 98
1. Instrumen penilaian Prestasi Belajar, Tes Kemampuan Memori, Tes
Kemampuan Berpikir Kritis ........................................................ 99
2. Instrumen Penilaian Keterampilan Metakognitif ......................... 103
3. Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................... 105
H. Teknik Analisis Data Penelitian ........................................................ 108
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................. 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Uji Hipotesis .............................................................................. 109
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................... 118
A. Deskripsi Data ................................................................................... 118
1. Data Kemampuan Memori ........................................................... 118
2. Data Kemampuan Berpikir Kritis................................................. 120
3. Data Prestasi Belajar Kognitif ...................................................... 123
4. Data Keterampilan Metakognitif .................................................. 128
B. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................ 134
1. Uji Normalitas ............................................................................. 134
2. Uji Homogenitas.......................................................................... 135
C. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 136
1. Uji Manova ................................................................................ 136
2. Uji Lanjut ................................................................................... 140
D. Pembahasan ...................................................................................... 141
1. Hipotesis Pertama ........................................................................ 143
2. Hipotesis Kedua .......................................................................... 147
3. Hipotesis Ketiga .......................................................................... 149
4. Hipotesis Keempat....................................................................... 150
5. Hipotesis Kelima ......................................................................... 152
6. Hipotesis Keenam ........................................................................ 153
7. Hipotesis Ketujuh ........................................................................ 154
E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 155
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
A. Simpulan ........................................................................................... 158
B. Implikasi ........................................................................................... 161
1. Implikasi Teoritis ........................................................................ 161
2. Implikasi Praktis .......................................................................... 163
C. Saran ................................................................................................. 164
1. Kepada Pendidik ......................................................................... 164
2. Kepada Peneliti ........................................................................... 165
3. Kepada Siswa .............................................................................. 165
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 167
LAMPIRAN ................................................................................................ 172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Nilai Rata-Rata Ujian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kimia ....................................................................................... 7
Tabel 2.1 Deret Homolog Alkana ............................................................. 62
Tabel 2.2 Data Titik Didih Senyawa Alkana ............................................ 66
Tabel 3.1 Tahapan Penelitian ................................................................... 90
Tabel 3.2 Desain Faktorial Untuk Prestasi Belajar .................................... 91
Tabel 3.3 Data Uji t .................................................................................. 93
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ................................................... 105
Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ................................................ 106
Tabel 3.6. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Kognitif ............... 106
Tabel 3.7. Hasil Uji Beda Soal Tes Prestasi Kognitif ................................. 107
Tabel 3.8. Tabel Kerja Multivariat ............................................................ 113
Tabel 4.1 Deskripsi data Prestasi Kognitif Siswa yang mempunyai
Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah ................................. 119
Tabel 4.2 Deskripsi data Keterampilan Metakognitif Siswa yang
mempunyai Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah .............. 120
Tabel 4.3 Deskripsi data Prestasi Siswa yang Mempunyai Kemampuan
Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah ............................................ 121
Tabel 4.4 Deskripsi data Keterampilan Metakognitif Siswa yang
Mempunyai Kemampuan Berpikir kritis Tinggi dan Rendah.... 122
Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Kognitif ............................................... 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas TPS dan NHT ...... 123
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori ................................................................ 125
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kritis ...................................................... 126
Tabel 4.9. Sebaran Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa untuk Tiap-
Tiap Sel .................................................................................... 128
Tabel 4.10. Deskripsi Data Keterampilan metakognitif ............................... 128
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Keterampilan Metakognitif Kelas TPS
dan NHT .................................................................................. 129
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori ................................................................ 130
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kritis ...................................................... 132
Tabel 4.14. Sebaran Data Keterampilan Metakognitif Siswa untuk Tiap-
Tiap Sel .................................................................................... 133
Tabel 4.15. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai-Nilai Prestasi Belajar
pada Masing-masing Kelompok ............................................... 134
Tabel 4.16. Hasil Pengujian Homogenitas .................................................. 135
Tabel 4.17. Multivariate Test ...................................................................... 136
Tabel 4.18. Test of Between-Subjects Effect ................................................ 137
Tabel 4.19. Rangkuman Uji Lanjut ANOVA Scheffe pada Keterampilan
Metakognitif. ............................................................................ 140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.20. Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif
dan keterampilan Metakognitif ................................................. 141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Teori Kognitif Sosial Bandura ............................................... 25
Gambar 2.2 Tahapan proses mengingat ......................................................... 38
Gambar 2.3 Skema Penelitian .................................................................... 88
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Kognitif Kelas TPS ................................ 124
Gambar 4.2. Histogram Prestasi Kognitif Kelas NHT ................................ 124
Gambar 4.3. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Memori Tinggi .................................................. 125
Gambar 4.4. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Memori Tinggi .................................................. 126
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi ........................................ 127
Gambar 4.6. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Berpikir Kritis Rendah ....................................... 127
Gambar 4.7. Histogram Keterampilan Metakognitif Kelas TPS ................. 129
Gambar 4.8. Histogram Keterampilan Metakognitif Kelas TPS ................. 130
Gambar 4.9. Histogram Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori Tinggi .................................................. 131
Gambar 4.10. Histogram Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori Rendah ................................................. 131
Gambar 4.11. Histogram Keterampilan Metakognitif Siswa yang
Mempunyai Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi ..................... 132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 4.12. Histogram Keterampilan Metakognitif Siswa yang
Mempunyai Kemampuan Berpikir Kritis Rendah ................... 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ................................................................................ 173
Lampiran 2 RPP TPS .............................................................................. 176
Lampiran 3 RPP NHT............................................................................. 189
Lampiran 4 Lembar Kegiatan Siswa ....................................................... 201
Lampiran 5 Instrumen tryout Prestasi Kognitif........................................ 244
Lampiran 6 Instrumen tes Prestasi Kognitif ............................................ 259
Lampiran 7 Instrumen tryout Keterampilan Metakognitif........................ 270
Lampiran 8 Instrumen angket Keterampilan Metakognitif ...................... 278
Lampiran 9 Instrumen kemampuan memori ............................................ 282
Lampiran 10 Instrumen kemampuan berpikir kritis ................................... 285
Lampiran 11 Analisis Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran
dan Reliabilitas Tes Kognitif ................................................ 297
Lampiran 12 Analisis Validitas dan Reliabilitas Keterampilan
metakognitif ......................................................................... 300
Lampiran 13 Skor Kemampuan Memori ................................................... 309
Lampiran 14 Skor Kemampuan Berpikir Kritis ......................................... 311
Lampiran 15 Daftar Nilai MID Semester Genap (Uji Rerata Sampel) ....... 313
Lampiran 16 Data Induk ........................................................................... 315
Lampiran 17 Hasil Analisis Uji Statistik dengan SPSS 18.0 ...................... 317
Lampiran 18 Pembagian kelompok siswa pada metode TPS dan
NHT .................................................................................... 335
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRAK
Ika Maryani , S831008027, 2011, “Pembelajaran Kimia Menggunakan
Metode Kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Numbered Heads Together
(NHT) Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Kemampuan Berpikir Kritis”
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester
II SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Tahun Pelajaran 2010/2011). Pembimbing:
1) Prof. Dr. H. Ashadi; 2) Drs. Haryono, M.Pd. Program Pendidikan Sains,
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh penggunaan
metode Think Pair Share (TPS) Numbered Heads Together (NHT), Kemampuan
Memori, Kemampuan Berpikir Kritis, dan interaksi variabel-variabelnya
terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari
bulan Februari-Agustus 2011. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X
SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Tahun Pelajaran 2010/2011. Sampel
diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas, X
TMO3 dan X TSM3. Kelas X TMO3 diberi pembelajaran dengan metode TPS dan
kelas X TSM3 diberi pembelajaran dengan metode NHT. Data dikumpulkan
dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif, kemampuan memori, dan
kemampuan berpikir kritis, dan angket untuk keterampilan metakognitif siswa.
Hipotesis diuji menggunakan Manova (Multivariat of Varians)
Dari hasil olah data disimpulkan: 1) Tidak ada pengaruh penggunaan
metode kooperatif menggunakan TPS dan NHT terhadap prestasi belajar siswa
tetapi ada pengaruhnya terhadap keterampilan metakognitif, 2) Ada pengaruh
kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa tetapi tidak ada pengaruhnya
terhadap keterampilan metakognitif, 3) Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar siswa tetapi adapengaruhnya terhadap
keterampilan metakognitif , 4) Tidak ada interaksi antara metode dengan
kemampuan memori terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif
siswa, 5) Tidak ada interaksi antara metode dan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa, 6) Tidak ada
interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar siswa tetapi ada interaksi antara keduanya terhadap keterampilan
metakognitif , 7) Tidak ada interaksi antara metode, kemampuan memori, dengan
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar dan keterampilan
metakognitif siswa.
Kata Kunci :TPS, NHT, Kemampuan Memori, Kemampuan Berpikir Kritis,
Prestasi Belajar , keterampilan Metakognitif, Hidrokarbon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
ABSTRACT
Ika Maryani, S831008027, 2011, " Chemistry Learning Using Think Pair
Share (TPS) and Numbered Head Together (NHT) Method Overviewed From
Memory Skills And Critical Thingking Skills “(A Case Study On the Subject
Matter of Hidrocarbon for Grade X SMK Muhammadiyah 6 Gemolong
Academic Year 2010/2011 Semester II). Advisor: 1) Prof. Dr. H. Ashadi, 2) Drs.
Haryono, M.Pd. Sains Education Program of Postgraduate Study, Sebelas Maret
University Surakarta, Oktober 2011.
The aims of this study were to determine The effect of the use of Think
Pair Share (TPS) and Numbered Head Together (NHT) Method, memory skill,
critical thinking skill and interaction between their variables toward student
achievement and metacognitive skill of student.
This research used experimental method and was conducted from
February to August 2011. The population was all students in grade X SMK
Muhammadiyah 6 Gemolong Academic Year 2010/2011. The sample was taken
using cluster random sampling consisted of two class X TMO3 and X TSM3.
Class X TMO3 learnt using TPS and X TSM3 using NHT. The data was collected
using test for student cognitive achievement, memory skills, critical thinking
skills, and questioner for metacognitive skills. The data were analyzed using
Manova (Multivariate of Varians) Method.
From the data analysis can be concluded that : 1) There was no effect of
learning methods toward student achievement but there was an effect of it toward
metacognitive skills, 2) There was an effect of memory skills toward student
achievement but there was no effect of it toward metacognitive skills, 3) There
was no effect of critical thinking skills toward student achievement but there was
an effect of it toward metacognitive skills,4) There was no interaction between
learning method an memory skills toward student achievement and
metacognitive skills, 5) There was no interaction between method and critical
thinking skills toward student achievement and metacognitive skills, 6) There
was no interaction between memory skills and critical thinking skills toward
student achievement but there was an interaction between both of them toward
metacognitive skills, 7) There was no interaction among le
arning method, memory skills, and critical thinking skills toward student
achievement and metacognitive skills.
Keywords: TPS, NHT, Memory Skills, Critical Thinking Skills, Cognitive
Learning Achievement, Metacognitive Skills, Hidrocarbon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan
oleh berbagai pihak. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa
pentingnya peranan pendidikan dalam pengembangan SDM dan pengembangan
watak bangsa (Nation Character Building) untuk kemajuan masyarakat dan
bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas
pendidikannya. Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal yakni mengacu pada
proses dan hasil pendidikan. Proses pendidikan dikatakan bermutu apabila seluruh
komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri (Feiby Ismail,
2008: 1). Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah pencapaian
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Saat ini pemerintah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
penyempurna kurikulum 2004. Kurikulum 2004 atau yang dikenal dengan KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) berkaitan dengan pengembangan kurikulum
yang menghasilkan standar nasional dan berorientasi pada kecakapan hidup (life
skill) serta pendidikan akademik. Kurikulum Berbasis Kompetensi ini
menekankan pada pengembangan kemampuan menyelesaikan tugas-tugas
sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta didik
dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kurikulum Berbasis Kompetensi bertujuan untuk menciptakan lulusan
yang berkompeten untuk membangun kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan
negara. Dalam kurikulum ini, guru diberi peluang yang luas untuk
mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sistem belajar
tuntas benar-benar dituntut untuk diterapkan, dimana siswa dapat melanjutkan ke
kompetensi berikutnya apabila kompetensi sebelumnya telah dikuasai. Penilaian
KBK merupakan penilaian tentang kemajuan belajar siswa yang diperoleh pada
proses pembelajaran (penilaian proses) sehingga penilaiannya tidak hanya
diperoleh pada akhir periode tetapi dilakukan secara berkesinambungan dengan
kegiatan pembelajaran. Jadi dalam hal ini, kemajuan belajar dinilai dari proses
bukan semata-mata hasil. Berdasarkan teori belajar tuntas (Depdiknas, 2003: 4),
maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu
menyelesaikan dan menguasai kompetensi pembelajaran minimal 65% dari
seluruh tujuan pembelajaran.
Eve Krakow (2005) dalam Winsolu mengemukakan bahwa pengajaran
berbasis kompetensi adalah keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active
learning) dimana guru membantu siswa untuk belajar bagaimana belajar dari pada
hanya mempelajari isi (Learn How To Learn Rather Than Just Cover Content).
Lebih jauh Christine Gilbert sebagai Chief Inspector Ofsted pada dokumen visi
2020 dari Ofsted menyebutkan bahwa:
“Learning how to learn half a dozen times, as it describes the imperatives for
developing the 21st-century curriculum. In the last decade, it seems that we
have established the notion that an appreciation of the „how‟ students learn is
at least as important as „what‟ they learn. The National Strategies at primary
and secondary level are promoting learning competencies and the mantra for
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Every Child Matters includes enjoyment and engagement with learning as a
key outcome”
Pendapat di atas menekankan bahwa pengembangan kurikulum di abad ke-21
lebih ditekankan pada bagaimana mengembangkan suatu konsep “learning how to
learning”.
Dari definisi-definisi di atas kurikulum berbasis kompetensi menekankan
pada mengeksplorasi kemampuan/potensi peserta didik secara optimal,
mengkonstruk apa yang dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam kurikulum berbasis kompetensi berupaya mengkondisikan
setiap peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses
penyampaiannya harus bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan faktor
kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai
kecakapan kinerja, dengan kata lain KBK berorientasi pada pendekatan
konstruktivisme, hal ini terlihat dari ciri-ciri KBK, yaitu: a) Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal;
b)Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman; c) Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; d) Sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang memenuhi
unsur edukasi; e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (winsolu, 2009. http://my.opera.
com / winsolu/blog/2009/04/19/pengertian-kurikulum-berbasis-kompetensi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberi kesempatan
kepada guru untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga
guru dituntut untuk kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi
pembelajaran yang akan disampaikan di sekolah. Materi yang dipilih disesuaikan
dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan masing-masing sekolah. Dengan
kurikulum ini, maka guru sebagai pendidik harus bisa memilih strategi
pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya. Teori konstruktivisme guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Seorang guru hendaknya
mampu membantu siswa dalam membangun keterkaitan antara informasi
(pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka
miliki atau mereka kuasai dan memperkenankan siswa untuk bekerja secara
bersama-sama (cooperative).
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang
didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses
pembelajaran, komponen utama adalah siswa dan guru. Sesuai kurikulum KTSP,
kita tidak dapat lagi mempertahankan paradigma lama yaitu pembelajaran
berpusat pada guru (Teacher Centered Learning). Pada kenyataannya, saat ini
masih banyak pendidik yang belum menerapkan pembelajaran yang mengacu
pada KTSP. Pembelajaran TCL (Teacher Centered Learning) masih banyak
diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas dengan alasan pembelajaran TCL
adalah praktis dan tidak banyak menyita waktu. Guru hanya menyajikan materi
secara teoritik dan abstrak sedangkan siswa pasif, siswa hanya mendengarkan
guru ceramah di depan kelas. Akibat dari kebiasaan tersebut siswa menjadi kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kreatif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam
kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efisien dan pada
akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Dalam praktik mengajar di kelas, guru direkomendasikan agar
memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk saling berdiskusi dan bertukar
pengalaman dalam belajar. Harapannya agar setiap individu siswa dapat menilai
kemampuan diri mereka masing-masing dalam belajar, setiap siswa dapat
menentukan kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka
sendiri, dan yang paling penting, setiap siswa dapat belajar efektif dengan
memberdayakan modalitas belajar dirinya sendiri yang unik dan tak
terbandingkan. Dengan berdiskusi dan bertukar pengalaman siswa diharapkan
semakin aktif dan mempunyai tanggung jawab pribadi yang besar terhadap
keberhasilan belajarnya. Kesadaran diri siswa akan meningkat seiring dengan
peningkatan tanggung jawab pribadi. Hal ini tentu saja akan berdampak positif
bagi peningkatan keterampilan metakognitif siswa. Keterampilan metakognitif
merupakan keterampilan berpikir mengenai apa yang diketahui dan apa yang tidak
diketahui. Siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan
dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk
belajar efektif. Dengan tingginya keterampilan metakognitif, siswa dapat
mengetahui bagaimana belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar
yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif. Jika
setiap individu mampu menilai diri dalam belajar, mereka akan dapat menentukan
kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka sendiri, dan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
paling penting, setiap siswa dapat belajar efektif dengan memberdayakan
modalitas belajar dirinya sendiri yang unik dan tak terbandingkan.
Pentingnya keterampilan metakognitif terhadap pencapaian hasil belajar
siswa rupanya belum banyak diketahui oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap beberapa guru di SMK Muhammadiyah 6 Gemolong, mereka pada
umumnya hanya terfokus pada pencapaian prestasi belajar siswa tanpa
memperhatikan faktor-faktor intern yang dimiliki siswa. Padahal apabila potensi
intern siswa seperti keteramplan metakognitif ini dimaksimalkan untuk
mendukung proses belajar, bukan tidak mungkin peningkatan prestasi dapat
tercapai dan bahkan melebihi dari yang ditargetkan selama ini. Karena alasan
itulah, maka perlu adanya penerapan strategi pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan metakognitif serta prestasi belajar siswa.
Helen Ngozi Ibe dalam jurnalnya yang berjudul:”Metacognitive Strategies
on Classroom Participation and Student Achievement in Senior Secondary School
Science Classrooms”, menyatakan bahwa metakognitif dapat memotivasi siswa
dan memberi kesempatan belajar kepada siswa, memahami dan mengenali
informasi yang diterima di dalam kelas maupun kehidupan mereka sehari-hari.
Metakognitif akan membuat siswa lebih mandiri dalam menghadapi situasi baru.
Kemandirian siswa ini secara langsung akan mendukung proses belajar siswa
secara efektif sehingga peningkatan hasil belajar siswa akan tercapai.
Pembelajaran kimia adalah mata pelajaran adaptif di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Prestasi belajar siswa untuk pelajaran kimia masih relatif
rendah, seperti halnya yang terjadi di SMK Muhammadiyah 6 Gemolong. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
data nilai rata-rata kimia pada materi pokok hidrokarbon siswa kelas X SMK
Muhammadiyah 6 Gemolong, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1.Nilai Rata-Rata Ujian Kompetensi Dasar Materi Hidrokarbon Kelas X
Semester II SMK Muhammadiyah 6 Gemolong
Tahun
Ajaran
Kelas Smt Rata-rata
nilai Kimia
KKM < KKM
(%)
> KKM
(%)
2009/2010
X.MO1
X.MO2
X.MO3
X.SM1LP
X.SM2
X.SM3
II
II
II
II
II
II
62,69
57,97
62,28
58,57
60,84
61,90
70
70
70
70
70
70
56 %
67 %
55 %
69 %
60 %
62 %
44 %
33 %
45 %
31 %
40 %
38 %
Analisis terhadap rendahnya nilai kimia kelas X SMK Muhammadiyah 6
Gemolong disebabkan karena beberapa permasalahan berikut: 1). Metode
ceramah masih dominan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga menimbulkan
kejenuhan pada siswa, 2). Kurangnya pemahaman diri siswa terhadap apa yang
diketahui dan yang tidak diketahuinya, serta strategi mana yang paling baik untuk
belajar efektif dalam usaha memperoleh pemahaman bermakna, 3). Siswa kurang
aktif dalam menggali informasi materi kimia sehingga pengetahuannya tentang
kimia hanya berasal dari guru, 4). Dominasi guru masih lebih besar dibanding
keaktifan siswa dalam pembelajaran (Teaching Center Learning), 5). Metode
ceramah dan tugas yang diberikan belum sepenuhnya mengatasi kesulitan siswa,
6). Kemampuan pemahaman siswa dalam menerima pendapat perlu dilatih sesuai
dengan kemampuan kognitifnya, 7). Guru kurang memperhatikan pentingnya
keterampilan metakognitif siswa terhadap hasil belajarnya, 8). Salah satu materi
pembelajaran yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa adalah materi
pembelajaran hidrokarbon, hal ini mengakibatkan kurang maksimalnya kualitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
hasil belajar kimia. Data hasil uji kompetensi dasar hidrokarbon pada tahun ajaran
2008/2009 menyatakan bahwa tidak lebih dari 56% siswa tuntas (nilai batas tuntas
adalah 70).
Dari permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya
prestasi belajar kimia karena kurangnya kesadaran diri siswa tentang pengetahuan
apa yang sudah dan belum mereka miliki. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak
dapat merencanakan waktu dan strategi yang tepat untuk memahami materi kimia.
Metode pembelajaran yang bersifat konvensional dari guru semakin menambah
ketidakaktifan siswa untuk saling bertukar pikiran dalam hal evaluasi diri tentang
pencapaian tujuan belajarnya. Untuk mendapatkan kesuksesan belajar, guru harus
melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan
belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Ketiga hal tersebut belum
terlihat dalam pembelajaran kimia di SMK Muhammadiyah 6 Gemolong.
Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa di SMK
Muhammadiyah 6 Gemolong adalah proses belajar mengajar yang masih berpusat
pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar
mengajar tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan peran guru untuk memberikan
motivasi dan memperkenalkan materi kimia dengan lebih menarik, menyenangkan
dan bersahabat sehingga siswa akan termotivasi dalam mempelajari kimia. Selain
dominannya peran guru, kondisi SMK Muhammadiyah 6 Gemolong yang
mayoritas siswanya laki-laki juga turut mempengaruhi proses belajar siswa. Siswa
laki-laki pada umumnya membentuk kelompok-kelompok sendiri dan cenderung
enggan membaur dengan kelompok lain. Hal ini menyebabkan terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kesenjangan antara kelompok. Maka dari itu guru perlu menerapkan metode
pembelajaran yang dapat menghilangkan kesenjangan tersebut. Alternatif yang
dapat ditempuh adalah dengan penerapan metode kooperatif.
Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif tidak hanya bertujuan
untuk meningkatkan prestasi belajar. Banyak keluaran yang didapat dari
penerapan pembelajaran kooperatif selain tercapainya prestasi. Keluaran tersebut
antara lain peningkatan kreatifitas siswa dalam merencanakan teknik belajarnya
yang merupakan bagian dari keterampilan metakognitif, peningkatan hubungan
antarkelompok, rasa harga diri, norma-norma pro-akademik. Sehingga dengan
pembelajaran kooperatif diharapkan dapat memberi bekal life skills bagi siswa,
terutama pada aspek ketrampilan pribadi dan sosial.
Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak model. Salah satu model
pembelajaran kooperatif adalah Think-Pair-Share (TPS). Langkah-langkah dalam
pembelajaran TPS sederhana yaitu diawali dengan guru meminta siswa untuk
memikirkan suatu topik permasalahan yang diajukan guru, berpasangan dengan
siswa lain, dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas.
Model dalam pembelajaran kooperatif yang lain diantaranya adalah Number
Head Together (NHT). Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah diawali dengan numbering yaitu guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok kecil kemudian tiap-tiap anggota kelompok diberi nomor.
Setelah kelompok terbentuk, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus
dijawab oleh tiap-tiap kelompok dan guru memberikan kesempatan untuk
menemukan jawabannya. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kepalanya head together berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari
guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi
jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus
hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing
kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.
Metode pembelajaran Number Head Together dan Think -Pair-Share
merupakan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
ketergantungan positif, tanggung jawab perorangan, dan keterampilan sosial.
Kedua metode pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan
semua tingkat usia siswa. Selain itu TPS dan NHT merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang sederhana, dalam artian tidak memerlukan
persiapan khusus dari guru dibanding metode kooperatif lainnya dan mudah
dalam pengelolaan di kelas. Perbedaan metode pembelajaran kooperatif
kemungkinan akan memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Selain metode
pembelajaran di atas, faktor internal dalam diri siswa juga berperan penting dalam
keberhasilan belajarnya. Ada beberapa faktor internal siswa yang harus menjadi
perhatian guru, diantaranya adalah kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
memori siswa.
Materi hidrokarbon bersifat sangat kompleks dan merupakan gabungan
dari pengetahuan abstrak yang berupa aturan tata nama, keisomeran, reaksi,
namun secara konkret contoh senyawanya sangat melimpah di alam. Materi ini
merupakan salah satu materi pendukung untuk dapat memahami materi polimer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang akan disampaikan di kelas tiga. Selain itu pada mata pelajaran produktif,
siswa juga akan memperoleh mata pelajaran bahan bakar bensin dan diesel yang
keduanya memerlukan dasar yang kuat pada hidrokarbon. Beberapa alasan di atas
mempertegas bahwa siswa harus mampu menguasai materi hidrokarbon dengan
baik. Kompleksitas materi hidrokarbon menuntut siswa untuk benar-benar
memahami konsep dengan cara menghafal, penyelesaian masalah, latihan soal,
maupun berdiskusi. Banyaknya aturan dan istilah dalam materi ini menuntut siswa
mempunyai daya ingat yang tinggi serta mampu berpikir kritis agar dapat
menerapkannya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di dalamnya
Kemampuan berpikir kritis sangat mempengaruhi pembentukan sistem
konseptual siswa. Berpikir kritis merupakan usaha mengaplikasikan rasional,
kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Wenglinsky dalam James Allen (2004:16-17) menegaskan bahwa pembelajaran
dengan mengutamakan keterampilan berpikir kritis mampu mendukung
tercapainya prestasi belajar yang lebih tinggi. Berpikir kritis akan sangat
membantu siswa dalam memberi penilaian tentang berbagai macam
permasalahan. Berpikir kritis merupakan aspek penting yang harus dimiliki siswa
baik dalam pembelajaran maupun kehidupan sosialnya, seperti yang diungkapkan
oleh Good (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Teaching Critical Thinking
Skills To Students With Learning Disabilities:
Modeling critical thinking is the most effective means in advancing critical
thinking skills in students. The instructor should demonstrate the critical
thinking process in daily problem-solving activities and be an effective
role model for students to follow. Showing students how to evaluate
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
information, identify assumptions, and discover implications of the
decision-making process is vital in providing students the opportunity to
develop good critical thinking skills in their lives.
Dalam berpikir kritis kita dituntut untuk memberdayakan keterampilan
atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah
menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-
merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan
masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan
membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara
efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala
menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.
Potensi dalam diri siswa berupa kemampuan memori yang tinggi akan
sangat mendukung penguasaan siswa terhadap materi Hidrokarbon. Memori atau
ingatan merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk
menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan
menimbulkan kembali (remembering) hal- hal yang telah lampau. Istilah lain yang
sering digunakan dalam materi pelajaran kimia adalah memasukkan (recording),
menyimpan (storage), dan menimbulkan kembali (retrieval). Seseorang yang
mendapat informasi akan dimasukkan pada memorinya kemudian disimpan dan
pada saat tertentu akan diungkap kembali sesuai dengan informasi yang telah
diterima. Karakteristik materi Hidrokarbon yang kompleks dan terdapat banyak
istilah serta konsep membutuhkan ingatan yang kuat agar tidak kesulitan dalam
menguasainya. Siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi tentu tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
akan kesulitan dalam memberi nama struktur, menggambar struktur senyawa
hidrokarbon, serta menuliskan reaksi senyawa hidrokarbon.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu adanya penelitian
mengenai pengaruh penerapan metode kooperatif tipe TPS dan NHT pada materi
hidrokarbon dengan memperhatikan kemampuan memori dan kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
Harapannya agar penerapan kedua metode dengan memperhatikan kemampuan
memori serta kemampuan berpikir kritis ini akan dapat berpengaruh secara positif
terhadap optimalnya pencapaian prestasi belajar siswa serta keterampilan
metakognitifnya.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan
yang muncul antara lain:
1. Pengajaran Kimia di SMK Muhammadiyah 6 Gemolong masih berjalan satu
arah dan terpusat pada guru padahal berbagai pendekatan telah dikembangkan
seperti pendekatan kooperatif, eksperimen, demonstrasi, Problem Based
Learning (PBL), Inkuiri, Contextual Teaching and Learning (CTL), peer
tutoring (tutor sebaya) dan sebagainya, namun belum banyak guru yang
menggunakannya.
2. Ada berbagai metode pembelajaran yang telah dikembangkan antara lain
Jigsaw, STAD, TGT, TPS dan NHT tetapi belum banyak guru yang
memanfaatkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Pembelajaran masih didominasi metode konvensional oleh guru sehingga
siswa cenderung kurang aktif dalam menggali informasi tentang materi kimia
yang menyebabkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kimia
masih rendah.
4. Kondisi siswa yang mencakup minat belajar siswa, kemampuan awal siswa,
kreativitas siswa, motivasi belajar siswa, motivasi berprestasi siswa,
kemampuan memori, kemampuan berpikir kritis, maupun gaya belajar siswa
berbeda-beda namun guru belum memperhatikannya.
5. Kemampuan memori siswa merupakan faktor intern yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun belum banyak guru yang
memperhatikannya.
6. Kemampuan berpikir kritis juga merupakan faktor intern yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun belum banyak guru yang
memperhatikannya.
7. Penilaian hasil belajar yang selama ini dilakukan oleh guru pada umumnya
hanya aspek kognitif saja, padahal sesungguhnya hasil belajar mencakup
banyak aspek seperti aspek afektif dan aspek psikomotor.
8. Pengetahuan guru tentang keterampilan metakognitif masih kurang sehingga
hal ini belum pernah diperhatikan secara mendalam, padahal keterampilan
metakognitif sangat mendukung proses belajar siswa dan akan memberi
dampak yang positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.
9. Materi Kimia yang disajikan pada siswa kelas X meliputi struktur atom, sifat
periodik unsur, tata nama senyawa, ikatan kimia, stoikiometri, hukum dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kimia, dan kimia hidrokarbon tetapi guru belum mengajarkan sesuai dengan
karakteristik siswa.
C. Pembatasan Masalah
1. Metode Pembelajaran
Pembelajaran kimia yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada
penggunaan metode kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Number Head
Together (NHT).
2. Kemampuan Memori
Kemampuan memori yang dimaksud adalah kemampuan memori jangka
pendek (Short Term Memory) dengan pembagian kategori memori tinggi dan
memori rendah.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah keterampilan menganalisis
materi dengan pembagian kategori tinggi dan rendah.
4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif
5. Keterampilan metakognitif
Keterampilan metakognitif yang dimaksud adalah keterampilan siswa dalam
perencanaan belajar.
6. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang disampaikan adalah Hidrokarbon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
D. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode
kooperatif TPS dan metode kooperatif NHT terhadap prestasi belajar dan
keterampilan metakognitif siswa?
2. Apakah terdapat pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa?
3. Apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dengan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan
metakognitif siswa?
5. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dengan
kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan
metakognitif siswa?
6. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan
berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif
siswa?
7. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran kooperatif,
kemampuan memori, dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi
belajar dan keterampilan metakognitif siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan pembatasan masalah, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode kooperatif TPS
dan metode kooperatif NHT terhadap prestasi belajar dan keterampilan
metakognitif siswa.
2. Pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar dan
keterampilan metakognitif siswa.
3. Pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
4. Interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dengan kemampuan memori
siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
5. Interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dengan kemampuan berpikir
kritis siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
6. Interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis siswa
terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
7. Interaksi antara metode pembelajaran kooperatif, kemampuan memori, dan
kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan
metakognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada dunia pendidikan.
Adapun manfaat yang dapat diharapkan adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah penelitian mengenai penerapan pembelajaran kooperatif Think
Pair Share dan Numbered Head Together.
b. Menambah penelitian mengenai kemampuan memori dan kemampuan
berpikir kritis siswa sebagai faktor pendukung pencapaian hasil belajar
kimia.
c. Menambah penelitian mengenai keterampilan metakognitif siswa.
d. Masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran
kooperatif.
b. Memberikan informasi bagi guru pentingnya kemampuan memori dan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pencapaian hasil belajar kimia.
c. Memberikan masukan bagi siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang baik
memerlukan peran aktif siswa.
d. Meningkatkan prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan yang menyebabkan perubahan perilaku pada
individu sebagai akibat pengalaman (Gagne dalam Ratna Wilis Dahar, 1989:11).
Perilaku sebagai hasil belajar mengandung pengertian yang luas. Menurut
Sumiati dan Asra (2008:38) perilaku mencakup penampilan ( behavioral
performance ) dan kecenderungan perilaku (behavioral tendency ). Penampilan
dapat berupa kemampuan menjelaskan, melakukan suatu perbuatan, ketrampilan,
atau menyebutkan sesuatu. Sedangkan kecenderungan perilaku berupa
pengetahuan, pemahaman, minat, penghargaan terhadap sesuatu.
Kegiatan belajar tidak dapat dilepaskan dengan pembelajaran. Kualitas
proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar. Konsep “learning how to
learning” harus diterapkan pada proses pembelajaran untuk memberi kesempatan
kepada siswa agar berpartisipasi secara aktif sehingga memberikan proses belajar
yang berkualitas. Proses belajar yang menyenangkan (enjoyment) dan melibatkan
siswa (engagement) merupakan kunci utama dari maksimalnya hasil belajar.
Berdasarkan definisi-definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan kegiatan memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang dilakukan secara bersama melalui sebuah pengalaman. Teori tentang belajar
dan pembelajaran sangat bervariasi. Beberapa teori yang menjadi acuan dalam
penelitian ini antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pandangan yang didasarkan pada pemikiran
bahwa semua orang mengkonstruksi perspektifnya sendiri tentang dunia lewat
pengalaman. Inti dari konstruktivisme adalah pengetahuan dikonstruksi dari
pengalaman.
Paul Suparno (1997: 28), belajar merupakan proses mengkonstruksi
(membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena,
pengetahuan, dan lingkungan. Sehingga diperlukan keaktifan dari masing-masing
siswa. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk dan
dibangun sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu
yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.
Keaktifan seseorang amat berperan dalam perkembangan pengetahuan tersebut.
Pembentukan pengetahuan terjadi akibat subjek aktif menciptakan
struktur-struktur kognitifnya dalam interaksinya dengan lingkungan. Struktur
kognitif harus senantiasa diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan
lingkungan. Proses pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme
menekankan pada kualitas dari keaktifan siswa dalam menginterpretasikan dan
membangun pengetahuannya. Setiap siswa menyusun pengalamannya dengan
jalan menciptakan struktur mental dan menerapakan dalam pembelajaran. Suatu
proses aktif dimana siswa berinteraksi dengan lingkungannya dan
mentransformasikan ke dalam pikirannya dengan bantuan struktur kognitif yang
telah ada dalam pikirannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Belajar menurut konstruktivisme mempunyai ciri-ciri : 1) belajar berarti
membentuk makna, makna diciptakan oleh pebelajar dari apa yang mereka lihat,
dengar, rasa, dan alami, 2) dalam belajar, proses konstruksi arti berlangsung terus-
menerus terlebih saat berhadapan dengan persoalan baru, diadakan rekonstruksi
baik secara kuat maupun lemah, 3) belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan
fakta, melainkan lebih dari suatu pengembangan pemikiran, 4) proses belajar yang
sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang
pemikiran lebih lanjut, 5) hasil belajar dipengaruhi pengalaman dengan dunia fisik
dan lingkungannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pembelajaran
yaitu 1)mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang
relevan, 2)mengutamakan proses, 3) menanamkan pembelajaran dalam konteks
pengalaman sosial, 4)pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi
pengalaman.
Harlen (1991:51) mengembangkan model konstruktivisme dalam
pembelajaran di kelas, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1).Orientasi
dan elisitasi ide, merupakan proses untuk memotivasi siswa dalam mengawali
proses pembelajaran. Dalam elisitasi siswa mengungkapkan ide dalam berbagai
cara. 2).Restrukturisasi ide, meliputi beberapa tahapan yaitu klarifikasi ide,
merombak ide, mengkonstruksi dan mengevaluasi ide yang baru. 3).Aplikasi,
menerapkan ide yang telah dipelajari. 4).Review, mengadakan tinjauan terhadap
perubahan ide.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pembelajaran model TPS dan NHT sejalan dengan konstruktivisme.
Dalam pembelajaran, siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman
sosial dengan berdiskusi dalam kelompok. Siswa melakukan klarifikasi,
perombakan, dan penerapan ide di dalam kerja kelompok.
b. Teori Perkembangan Kognitif
Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh atau mengubah
pemahaman dan struktur kognitif. Struktur kognitif merupakan persepsi tentang
lingkungan yang mempengaruhi perilaku. Kognitivisme memandang bahwa
aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal yaitu pengolahan
informasi dari lingkungan.
Berikut beberapa teori belajar aliran kognitivisme:
1) Teori Piaget
Piaget (1954) dalam Santrock (2009) menyatakan bahwa ketika anak
berusaha membangun pemahaman dunia, otak berkembang membentuk skema
(Schema). Inilah tindakan atau representasi mental yang mengatur pengetahuan.
Dalam teori Piaget, skema perilaku (aktifitas fisik) merupakan ciri dari masa bayi,
dan skema mental (aktifitas kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak
Piaget memberikan konsep asimilasi dan akomodasi untuk menjelaskan
bagaimana anak-anak menggunakan dan menyesuaikan skema mereka. Asimilasi
(Assimilation) terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru ke dalam
skema mereka yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi (accomodation) terjadi
ketika anak-anak menyesuaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi dan
pengalaman baru mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dengan demikian belajar harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
dan pertumbuhan kognitif siswa. Siswa Sekolah Menengah Atas/ Kejuruan berada
pada tahap perkembangan operasional formal. Pada tahap ini anak dapat:
1)membuat hipotesis, penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti dan
teori,2) membangun dan memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian
deduktif dan logika.
2) Teori Belajar Bermakna (Ausubel)
Pendapat lain tentang kognitivisme yaitu dari Ausubel. Ausubel
berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa
melalui proses belajar yang bermakna. Proses belajar akan mendatangkan hasil
atau bermakna bila guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkan dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur
kognitif siswa. Dalam pembelajaran hidrokarbon, siswa dengan kemampuan
memori tinggi serta mampu berpikir kritis akan dengan mudah menguasai
kompetensi yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa dapat menghubungkan
permasalahan dalam hidrokarbon dengan kemampuan siswa mengingat dan
berpikir secara kritis yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
Menurut Wallace, Engel, dan Mooney dalam Sumiati (2008:48),
kognitivisme memiliki empat postulat, yaitu : 1) belajar diikat dengan pengalaman
sehari-hari, 2) penyelesaian masalah lebih baik dibanding menghapal saja, 3)
transfer akan terjadi jika pembelajarannya berlangsung pada konteks yang sama
dengan aplikasinya, 4) pembelajaran harus melibatkan diskusi kelompok untuk
mengembangkan penalaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dalam penelitian ini, proses pembelajaran bermakna terjadi pada kedua
metode yaitu TPS dan NHT. Pada kedua metode ini pembelajaran bermakna
terjadi pada saat diskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Dalam proses
diskusi tersebut, belajar dilakukan dengan menyamakan pendapat setiap anggota
tim sehingga masing-masing siswa dapat menghubungkan informasi baru dengan
struktur kognitif yang sebelumnya sudah ada padanya. Hal ini akan meminimalisir
miskonsepsi pada diri siswa dan membuat situasi belajar tidak hanya sekedar
hafalan tetapi menjadi lebih bermakna.
3) Teori Pemprosesan Informasi (Gagne)
Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989), dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemprosesan informasi
terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi
eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Tahapan proses
pembelajaran meliputi fase motivasi, pengenalan, perolehan, retensi,
pemanggilan, generalisasi, penampilan, dan umpan balik.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran TPS dan NHT sesuai dengan teori
belajar kognitif. Dimana TPS dan NHT menekankan pada pembentukan struktur
kognitif melalui diskusi kelompok. Siswa melakukan proses asimilasi informasi
yaitu mencocokkan apa yang ia ketahui dengan yang diketahui siswa lain dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
proses akomodasi dimana siswa menyusun kembali struktur kognitif dari hasil
diskusi kelompok.
c. Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial adalah sebuah teori belajar yang memandang perilaku
individu tidak semata-mata refleks otomatis atau stimulus (S-R Bond), melainkan
juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif individu itu sendiri (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02
02/teori-teori-belajar). Hal ini memberi kejelasan kepada kita bahwa interaksi
sosial memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku siswa.
Menurut Vygotsky dalam Santrock (2009) , fungsi-fungsi mental
mempunyai hubungan eksternal atau hubungan sosial. Vygotsky menyatakan
bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep yang lebih sistematis, logis,
dan rasional. Dalam teori Vygotsky, orang lain dan bahasa memerankan peran
kunci dalam perkembangan kognitif seorang anak.
Menurut Vygotsky dalam Masofa (2008), ada empat prinsip kunci dalam
pembelajaran, yaitu: 1) penekanan pada hakikat sosio-kultural pada pembelajaran,
Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam
pembelajaran, 2) zone of proximal development. (ZPD), dalam proses
perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa ZPD yaitu jarak
antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan
potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai jika mendapat bimbingan atau
bantuan dari orang lain yang lebih kompeten, 3) pemagangan kognitif (cognitive
apprenticeship), suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli, 4) perancahan
(scaffolding), pemberian sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama
tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian secara perlahan bantuan dikurangi
dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung
jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
Pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-
sumber sosial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif
dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya
peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa implikasi dari teori Vygotsky
dalam pembelajaran adalah upaya menciptakan tatanan pembelajaran kooperatif
dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar dengan tingkat kemampuan
berbeda. Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama
antar individu.
d. Teori Psikologi Sosial (Bandura)
Teori belajar sosial menurut Choi dan Petosa (2005) dalam Santrock,
(2009) menyatakan bahwa faktor-faktor sosial dan kognitif, serta perilaku,
memainkan peranan penting dalam pembelajaran. Faktor-faktor kognitif meliputi
harapan siswa untuk berhasil, faktor-faktor sosial juga meliputi pengamatan siswa
terhadap perilaku pencapaian orang tua mereka.
Bandura mengembangkan sebuah model determinisme timbal balik yang
terdiri atas tiga faktor utama: perilaku, lingkungan, dan orang/kognitif. Faktor-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
faktor ini dapat berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. seperti terlihat
pada gambar 2.1.
Perilaku
Orang/Kognitif Lingkungan
Gambar 2.1. Teori Psikologi Sosial Bandura
Faktor-faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi
lingkungan, faktor orang (kognitif) mempengaruhi perilaku, dan seterusnya.
Konsep-konsep utama dalam teori kognitif sosial meliputi 1) Pemodelan
(modelling); 2) Fase Belajar (Fase perhatian, Fase retensi, Fase reproduksi, Fase
motivasi)’ 3) Belajar Vicarious, 4) Pengetahuan-sendiri.
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam model pengajaran
di mana para siswa bekerja pada kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin,
2008:4). Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,
berdiskusi, beragumentasi untuk mengasah pengetahuan yang dikuasai dan
menutup kesenjangan.
Berdasarkan hasil penelitian dari Ayhan Dikici (2006), mengatakan
bahwa:
Cooperative learning method is differnt from individual and competitive
learning methods in that it is based on the students cooperating to reach a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
solution to a problem. Looking for a solution for a problem means
producing more presenting solutions. While the individual tries to
persuade others to accept their ideas, they learn to analyze, synthesize,
and critically analyze others ideas, which contributes much to the
improvement of critical thinking.
Pernyataan ini memberikan gambaran mengenai kekhasan pembelajaran
kooperatif jika dibandingkan dengan pembelajaran individual ataupun kompetitif.
Pembelajaran kooperatif didasarkan pada kerja sama siswa untuk menyelesaikan
masalah, mencari solusi dari suatu masalah yang hasilnya dipresentasikan. Dalam
pembelajarannya ada usaha-usaha membujuk orang lain agar menerima ide
mereka, mereka belajar menganalisa, menyatukan, dan menganalisa ide-ide kritis
lainnya, yang sangat membantu untuk perbaikan dari pemikiran kritis mereka.
Etin Solihatin dan Raharjo (2007:1) mengemukakan bahwa “kualitas dan
keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan
guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran”. Dalam hal ini guru
dituntut untuk menguasai berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi dan siswa. Hal ini sangat relevan dengan tugas seorang guru
dalam mengenali perbedaan individual siswanya. Dalam memilih model, kadar
keaktifan siswa harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan
menggunakan beragam model (multi model), seperti learning by doing, learning
by listening, dan learning by playing.
Model yang akan digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas
harus lebih dikenal dan dipahami untuk dipilih yang paling tepat untuk membawa
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Salah satu model
yang dapat dipertimbangkan adalah belajar dengan kerjasama (Cooperative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
learning) dalam kelompok kecil yang heterogen. “Cooperative learning refers to
instructional methods in which students work together in small groups to help
each other learn” (Slavin,R.E, 1997: 284). Kebanyakan pelajaran dengan
pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik sebagai berikut: siswa
bekerjasama dalam tim untuk menguasai materi akademik, tim dibuat dari siswa-
siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Arends (1997: 113)
terdapat enam langkah utama dalam pelaksanaan pelajaran kooperatif yaitu:
1)Pendahuluan; 2)Penyajian materi pelajaran; 3)Pembentukan kelompok;
4)Bekerja dan belajar kelompok; 5) Evaluasi; dan 6) Penghargaan kelompok
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur pembelajaran
kooperatif dengan benar memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih
efektif. Menurut Anita Lie (2002), terdapat lima unsur yang harus diterapkan
dalam pembelajaran gotong royong yaitu : 1) Saling ketergantungan positif; 2)
Tanggung jawab perseorangan; 3)Tatap muka; 4) Komunikasi antar anggota; dan
5) Evaluasi proses kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting seperti yang dikemukakan Ibrahim, ddk
(2000: 7-9), yang meliputi 1) Hasil pembelajaran akademik; 2) Penerimaan
terhadap perbedaan individu; dan 3) Pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan Hasil pembelajaran akademik siswa
dibandingkan pembelajaran tradisional. Para pengembang pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kooperatif telah menunjukan bahwa keterandalan siswa dan penghargaan
kelompok dapat memberikan efek positif dan meningkatkan nilai yang diperoleh
siswa. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa
yang memiliki prestasi belajar rendah maupun tinggi yang bekerja sama
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif memberikan
peluang pada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling
tergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan dengan penghargaan
bersama siswa akan belajar saling menghargai. Keterampilan ini amat penting
untuk dimiliki di dalam masyarakat, dimana banyak kerja orang dewasa sebagian
besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain.
Sedangkan menurut Anita Lie dalam Khoirul Anam (2000: 2) beberapa
manfaat proses pembelajaran kooperatif, yaitu : (a) Siswa dapat meningkatkan
kemampuannya untuk bekerjasama dengan siswa yang lain; (b) Siswa mempunyai
lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan; (c) Partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran dapat meningkat; (d) Mengurangi kecemasan siswa
(kurang percaya diri); (e)Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif; dan
(f) Meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dampak dari pembelajaran kooperatif tidak hanya peningkatan prestasi
belajar, tapi sangat luas. Slavin (2008) menyebutkan dampak pembelajaran
kooperatif selain prestasi belajar antara lain meningkatkan hubungan antar
kelompok, rasa harga diri, norma-norma pro-akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
Model pembelajaran Think-Pair- Share dikembangkan oleh Frank Lyman
dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Guru menyampaikan pelajaran,
menyampaikan pertanyaan kepada kelas, siswa diminta memikirkan jawaban
(think), kemudian siswa berpasangan untuk mencapai kesepakatan terhadap
jawaban (pair), terakhir guru meminta pasangan untuk berbagi jawaban dengan
seluruh kelas (share) (Slavin,2008:257).
Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ibrahim
(2000: 26-27) meliputi Thinking (berpikir), Pairing, dan Sharing (berbagi). Dalam
tahap Thinking (berpikir), Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Dalam tahap
Pairing, Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini,
setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran
mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling
meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk
berpasangan. Sedangkan dalam tahap Sharing (berbagi), guru meminta kepada
pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka
bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan
menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja
kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat
pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Sebagai contoh pada pembelajaran hidrokarbon, guru memberi pertanyaan
tentang kekhasan atom karbon. Guru meminta siswa untuk memikirkan jawaban
dari pertanyaan tersebut secara mandiri. Kemudian guru meminta siswa untuk
berpasangan dengan teman satu meja, dan berdiskuai tentang jawaban yang telah
dipikirkan pada tahap pertama. Dalam tahap ini setiap anggota kelompok
membandingkan jawaban yang paling benar dan paling unik. Pada tahap terakhir
guru meminta kepada pasangan untuk mempresentasikan/ berbagi kepada seluruh
kelas tentang jawaban yang telah mereka sepakati.
Pada pembelajaran TPS, memungkinkan partisipasi siswa secara aktif.
Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat
secara aktif, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di
depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban kepada pasangannya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembagian siswa berpasangan
menghasilkan pencapain pada bidang ilmu pengetahuan yang jauh lebih besar
daripada kelompok yang terdiri empat atau lima orang (Slavin,2008:91). Hal ini
bisa terjadi karena tanggung jawab individual untuk mencapai tujuan kelompok
pada kelompok berpasangan lebih besar dari kelompok dengan jumlah anggota
empat atau lima.
Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran TPS adalah sebagai
berikut: Kelebihan: 1) meningkatkan partisipasi antar anggota kelompok. 2) cocok
untuk tugas sederhana. 3) lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-
masing anggota kelompok. 4) interaksi menjadi lebih mudah dan cepat
membentuknya. Kelemahan: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dimonitor. 2) lebih sedikit ide yang muncul. 3) jika ada perselisihan, tidak ada
penengah.
Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab individual
anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar
individual semua anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan
kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat
melihat bahwa kerja sama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok
sangat penting (Ngozi ibe, 2009: 26). Sedangkan kelemahan yang ada dapat
diminimalisasi dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa
yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk
belajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
4. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Numbered Heads Together merupakan model pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan oleh Spancer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT pada dasarnya adalah
sebuah varian dari Group Discussion; pembelokkannya yaitu pada hanya ada satu
siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberitahu siapa yang
akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan tersebut memastikan
keterlibatan secara total dari semua siswa.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga tahap utama yaitu : Pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kelompok, diskusi masalah, dan tukar jawaban antar kelompok. Dalam
pembentukan kelompok, guru membagi siswa dalam kelompok yang
beranggotakan 3-5 siswa. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. Dalam
kegiatan diskusi masalah, guru memberikan pertanyaan atau permasalahan, siswa
berpikir bersama untuk menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan dan
memastikan semua anggota kelompok paham jawaban tersebut. Sedangkan dalam
kegiatan tukar jawaban antar kelompok, guru memanggil nomor tertentu, siswa
dari tiap kelompok yang memiliki nomor tersebut menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas.
Sebagai contoh pembelajaran NHT pada materi pokok hidrokarbon,
setelah guru membagi siswa dalam kelompok kecil dan memberi nomor kepada
setiap angota kelompok, guru memberikan permasalahan tentang keunikan atom
karbon. Guru meminta siswa berpikir bersama dengan cara diskusi. Dan pada
tahap akhir, guru memanggil nomor tertentu dari setiap kelompok untuk
mengemukakan jawaban hasil diskusi kepada seluruh kelas.
Kelebihan dan kelemahan Numbered Heads Together (NHT) adalah
sebagai berikut: Kelebihan: 1) adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk
menyelesaikan masalah akan meningkatkan ketrampilan sosial siswa. 2) baik
siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh
manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif. 3) kemungkinan siswa lebih mudah
memahami konsep dan memperoleh kesimpulan. 4) memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan bertanya, berdiskusi, dan
mengembangkan bakat kepemimpinan. Kelemahan: 1) siswa yang pandai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari
siswa yang kurang pandai. 2) diskusi tidak akan berjalan lancar jika siswa hanya
menyalin pekerjaan siswa yang pandai. 3) pengelompokan siswa membutuhkan
tempat duduk berbeda dan membutuhkan waktu.
Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab individual
anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar
individual semua anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan
kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat
melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok
sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan peran
guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat
berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk berlajar bersama, dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan.
5. Kemampuan Memori
Memori atau ingatan (memory) menurut Schacter (2001) dalam Santrock
(2009) adalah penyimpanan informasi di setiap waktu. Para psikolog pendidkan
mempelajari bagaimana informasi pada awalnya ditempatkan atau dikodekan
menjadi ingatan, bagaimana informasi disimpan setelah dikodekan , dan
bagaimana informasi ditemukan atau dipanggil kembali untuk tujuan tertentu di
waktu yang akan datang. Memori menetapkan diri pada kontinuitas. Tanpa
memori kita tidak akan mungkin bisa menghubungkan apa yang terjadi dalam
hidup kita kemarin dan apa yang terjadi pada hidup kita hari ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Memori sering pula diidentikkan dengan kecerdasan. Seorang yang
memiliki memori yang kuat disinyalir juga memiliki inteligensi yang baik.
Memori seringkali dikaitkan dengan pengalaman masa lampau yang dimiliki
seseorang melalui daya jiwa yang lain. Salmaini Yeli dalam tulisan singkatnya
berjudul “Memori dan Pembelajaran” mencoba menjelaskan beberapa hasil
penelitian tentang memori antara lain: Hermann Ebbinghaus (1850-1909 M)
disinyalir sebagai orang pertama yang melakukan eksperimen tentang memori.
Eksperimen yang dilakukan Ebbinghaus menggunakan dirinya sendiri sebagai
subyek penelitian. Penelitian dilakukan dengan menghafal suku kata-suku kata
yang telah disusunnya sedemikian rupa sampai ia mampu mengingat kembali
suku kata tersebut, dan kemudian dicatat berapa lama waktu yang digunakan
untuk proses tersebut.
Memori merupakan kombinasi imajinasi dan sensus communis (indera
bersama). Ada imaji terhadap sesuatu ditambah kesadaran terhadap masa lampau.
Imajinasi juga menyediakan hubungan antara pengetahuan dan perbuatan karena
keinginan mensyaratkan imajinasi akhir yang dicapai, yang mungkin disengaja
jika dipengaruhi oleh akal. Keinginan tergantung pada sensasi dan pikir. Bower
dan Hilgard mendefinisikan memori sebagai berikut: “memory is the faculty of
retaining and recalling past experience, or the ability to remembering is defined
as recalling an experience to mind or thingking of it again.”. Memori merupakan
upaya mengingat pengalaman masa lampau atau pengalaman untuk mengingat
pemikiran itu lagi. Sedangkan Drever mengemukakan memori (ingatan) sebagai:
”memory in the abstract and most general sense, that characteristic of
living organisms, in virtue of which what they experience leaves behind
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
effects which modify future experiences and behaviour, in virtue of which
they have a history, and that history is recorded in themselves; than
characteristic which underlines all learning, the essential feature of which
is retention; in narraw sense it covers recall and recognition–what we call
remembering–but there may be learning without remembering.”
Memori secara umum digambarkan sebagai karakteristik yang dimiliki makhluk
hidup yang berasal dari apa yang mereka alami dan meninggalkan efek yang dapat
memodifikasi pengalaman masa depan dan perilaku mereka. Senada dengan
Drever Woodworth, Marquis menggambarkan ”:
“memory consists in remembering what has previously been learned. It
would be better, however to say that memory consists in learning, retaining
and remembering, what has previously been learned. We have thus three
main topics under the general head of memory: learning, retention,
remembering”.
Memori terdiri dari learning (memasukkan, mencamkan, mempelajari),retention
(menyimpan), dan remembering (mengingat kembali apa yang sebelumnya
dipelajari).
Dengan demikian, memori (ingatan) dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang melibatkan keseluruhan system koordinasi yang dinamis yang
mencakup kemampuan learning (mencamkan, memasukkan), retention
(menyimpan), dan remembering (mengingat kembali) obyek yang diterima.
Memori tidak hanya terbatas pada tercakupnya ketiga aspek tersebut, namun
mungkin saja hanya satu aspek saja yang terjadi yaitu learning tanpa terjadinya
remembering.
Supaya memori berfungsi, anak-anak harus mengambil informasi,
menyimpannya atau menyampaikannya, serta kemudian mendapatkannya kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
untuk tujuan tertentu di kemudian hari. Pengkodean adalah proses dimana
informasi masuk ke dalam memori. Penyimpanan adalah penahanan informasi di
setiap waktu. Pemanggilan kembali berarti mengeluarkan informasi dari
penyimpanan
Tahapan mengingat menurut Atkonson dan Shiffirin (1968), Morgan dkk
(1984) dalam Beddeley (2002: 2) ditunjukkan dalam gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2. Tahapan proses mengingat Atkinson dan Shiffrin (1968), Morgan
(1984)
Menurut Kerngenhahn dan olson (1997) dalam Walgito (2005: 148),
membedakan memori menjadi tiga: 1) short term memory, 2) long term memory,
3) sensory memory. Menurut morgan,dkk (1984) dalam Purwanti (2006:47),
Environmental
input
Sensory registers
Visual
Auditory
Haptic
Short-term store (STS)
Temporary
working memory
Control processes:
Rehearsal
Coding
Decision
Retrieval strategies
Response output
Long-term store
(LTS)
Permanent
memory store
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
perbedaan ketiga macam memori itu terletak pada waktu masuknya stimulus
untuk dipersepsi ditimbulkan kembali sebagai output. Apabila jarak waktu antara
pemasukan stimulus dan penimbulan kembali sebagai memory output berkisat 20-
30 detik, ini merupakan short term memory, sedangkan selebihnya disebut long
term memory.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelidiki memori,
yaitu (1) metode dengan melihat waktu atau usaha belajar (the learning method),
yaitu metode yang dilakukan dengan cara melihat sejauh mana waktu yang
diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subyek untuk menguasai materi yang
dipelajari; (2) metode mempelajari kembali (the relearning method), yaitu dengan
menyuruh subyek mempelajari kembali apa yang pernah dipelajari sampai pada
suatu kriteria tertentu; (3) metode rekonstruksi, yaitu dengan menyuruh subyek
mengonstruksi kembali suatu materi yang diberikan kepadanya, yang akan
diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat dan lain
sebagainya; (4) metode mengenal kembali (rekognisi), di mana subyek disuruh
mempelajari sesuatu materi, kemudian diberikan evaluasi untuk mengetahui
sampai sejauh mana yang dapat diingat dengan memberikan beberapa bentuk
pilihan ganda (multiple choice); (5) metode mengingat kembali (recall), di mana
subyek disuruh mempelajari sesuatu materi, kemudian diberikan evaluasi untuk
mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pertanyaan
lepas (essay); (6) metode asosiasi berpasangan, di mana subyek disuruh
mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Kemudian salah satu pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
digunakan sebagai stimulus untuk mengatahui memori pasangannya terhadap
materi.
Metode-metode yang digunakan untuk penyelidikan memori di atas dapat
pula digunakan sebagai metode serta evaluasi hasil pembelajaran, sehingga dapat
diketahui perbedaan individual yang ada pada diri siswa. Dengan metode melihat
waktu atau usaha belajar (the learning method) dan metode mempelajari kembali
(the relearning method) dapat diketahui siswa mana yang cepat dalam learning
(mencamkan, memasukkan), dan siswa mana pula yang lambat dalam fungsi
learning (mencamkan, memasukkan).
Dalam penelitian ini, kemampuan memori siswa diukur dengan metode
recall, dimana siswa diminta mempelajari dan mengingat daftar istilah kimia
dalam waktu tertentu. Kemudian dalam waktu sepuluh menit siswa diminta
menulis ulang istilah-istilah yang telah mereka pelajari ke dalam lembar kerja
yang disediakan.
6. Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Webster’s New Encyclopedic All New 1994 Edition “kritis”
(critical) adalah “Using or involving careful judgement” sehingga “berpikir kritis”
dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat
keputusan. Pengertian yang lain diberikan oleh Ennis (1996) yaitu: berpikir kritis
merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk
akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Costa
(Liliasari, 2000: 136) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir
tingkat tinggi kedalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah
(problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis
(critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir kritis
diperlukan dalam kehidupan di masyarakat, karena dalam kehidupan di
masyarakat manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan
pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tentu diperlukan data-data
agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang
tepat, diperlukan kemampuan berpikir kritis yang baik.
Karena begitu pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai
tujuan utama dari pembelajaran. Selain itu berpikir kritis memainkan peranan
yang penting dalam berbagai macam pekerjaan, khususnya pekerjaan-pekerjaan
yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis (Watson dan Glaser (1980:1)).
Menurut Krulik dan Rudnick (1995: 2) penalaran meliputi berpikir dasar
(basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative
thinking). Terdapat delapan buah deskripsi yang dapat dihubungkan dengan
berpikir kritis, yaitu menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek
dari sebuah situasi atau masalah, memfokuskan pada bagian dari sebuah situasi
atau masalah, mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi, memvalidasi dan
menganalisis informasi, mengingat dan menganalisis informasi, menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
masuk akal tidaknya sebuah jawaban, menarik kesimpulan yang valid, memiliki
sifat analitis dan refleksif.
Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis,
adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi
yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi,
merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan
yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan (Dressel dan
Mayhew) (Watson dan Glaser, 1980:1). Dari pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.
Bonnie dan Potts (2003) berpendapat bahwa terdapat beberapa
kemampuan yang terpisah yang berkaitan dengan kemampuan yang menyeluruh
untuk berpikir kritis, yaitu: menemukan analogi-analogi dan macam hubungan
yang lain antara potongan-potongan informasi, menentukan kerelevanan dan
kevalidan informasi yang dapat digunakan untuk pembentukan dan penyelesaian
masalah, serta menemukan dan mengevaluasi penyelesaian atau cara-cara lain
dalam menyelesaikan masalah. Meskipun semua pendapat di atas berbeda, namun
pada hakekatnya memiliki kesamaan pada aspek mengumpulkan, mengevaluasi,
dan menggunakan informasi secara efektif.
Dengan demikian agar para siswa tidak salah pada waktu membuat
keputusan dalam kehidupannya, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir
kritis yang baik. Menurut Ruber (Romlah, 2002: 9) dalam berpikir kritis siswa
dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta
kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Tapilouw (Romlah, 2002:9),
bahwa “berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan oleh
kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana,
mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui”.
Dari uraian di atas tampak bahwa berpikir kritis berkaitan erat dengan
argumen, karena argumen sendiri adalah serangkaian pernyataan yang
mengandung pernyataan penarikan kesimpulan. Seperti diketahui kesimpulan
biasanya ditarik berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diberikan sebelumnya
atau yang disebut premis. Dalam argumen yang valid sebuah kesimpulan harus
ditarik secara logis dari premis-premis yang ada.
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis yang
meliputi: a)Kegiatan merumuskan pertanyaan, b)Membatasi permasalahan,
c)Menguji data, d)menganalisis berbagai pendapat, e) menghindari pertimbangan
yang sangat emosional, f)menghindari penyederhanaan berlebihan,
g)mempertimbangan berbagai interpretasi, dan h) mentoleransi ambiguitas.
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan
Beyer (1995:12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yang meliputi:
Watak (dispositions), Kriteria (criteria), Argumen (Argument), Pertimbangan atau
Pemikiran (reasoning), Sudut Pandang (Point Of View), dan Prosedur Penerapan
Kriteria (Procedures for applying criteria). Watal Seseorang yang mempunyai
keterampilan berikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap
kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan
akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
Dalam berpikir kritis kita mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai
ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.
Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun
akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan
standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan, fakta-fakta,
berdasarkan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru,
logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang. Argumen adalah
pernyataan atau preposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir
kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
Pertimbangan atau Pemikiran (reasoning) Yaitu kemampuan untuk
merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi
kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data. Sudut pandang
adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan
konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah
fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Prosedur penerapan berpikir
kritis sangat komplek dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi
merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan
mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Selanjutnya, Ennis (1985, 55-56), mengidentifikasi 12 indikator berpikir
kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau pertanyaan; Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas
mempertimbangkan sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta
mempertimbangkan suatulaporan hasil observasi; Menyimpulkannya, yang terdiri
atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat
serta menentukan nilai pertimbangan; Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri
atas mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi,
serta mengidentifikasi asumsi dan mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas
menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu padu
membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah beberapa indikator saja.penemuan
indikator keterampilan berpikir kritis dapat diungkapkan melalui aspek-aspek
perilaku yang diungkapkan dalam definisi berpikir kritis. Menurut beberapa
definisi yang diungkapkan terdahulu, terdapat beberapa kegiatan atau perilaku
yang mengindikasikan bahwa perilaku tersebut merupakan kegiatan-kegiatan
dalam berpikir kritis. Tahapan berpikir kritis antara lain: Keterampilan
Menganalisis, Keterampilan Menganalisis, Keterampilan Mengenal dan
Memecahkan Masalah, Keterampilan Menyimpulkan, Keterampilan
Mengevaluasi atau Menilai,.
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan
sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut (http://www.uwsp/cognitif.htm). Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global
dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian
yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca
mengidentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir
hingga sampai pada sudut kesimpulan (Harjasujana, 1987: 44). Kata-kata
operasional yang mengindikasi keterampilan berpikir analitis, diantaranya:
menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan,
mengubungkan, memerinci, dsb.
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan
dengan keterampilan menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.
Pertanyaa sistesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi
yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru
yang tidak dinyatakan secara eksplisit untu berpikir bebas kontrol.
Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah menurut Walker (2001)
merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru.
Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis
sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa
pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan
keterampilan ini adalah agar pembaca mampu memahami dan menerapkan
konsep-konsep ke dalam permadalahan atau ruang lingkup baru.
Keterampilan menyimpulkan adalah kegiatan akal pikiran manusia
berdasarkan pengertian/ pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
beranjak mencapai pengertian/ pengetahuan (kebenaran) yang lain. Keterampilan
mengevaluasi atau menilai ini menuntut pemikiran yang matang dalam
menentukan nilai sesuatu dengan berbagi kriteria yang ada. Keterampilan menilai
menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur
dengan mengunakan standar tertentu.
Universal intellectual Standars adalah standarisasi yang harus
diaplikasikan dalam berpikir yang digunakan untuk mengecek kualitas pemikiran
dalam merumuskan permasalahan, isu-isu, atau situasi-situasi tertentu. Berpikir
kritis harus selalu mengacu dan berdasar kepada standar tersebut (Eider dan paul,
2001:1). Aspek-aspek yang harus ada dalam berpikir kritis meliputi: Clarity
(Kejelasan), Accuracy (Keakuratan, ketelitian, keseksamaan), Precision
(Ketepatan), Relevance (relevansi, keterkaitan), Depth (kedalaman), Breadth
(keleluasaan), dan Logic (logika).
Clarity atau Kejelasan merupakan pondasi standarisasi. Jika pernyataan
tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan.
Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka kita tidak akan dapat berbicara
apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut. Accuracy (Keakuratan,
ketelitian, keseksamaan) merupakan keseksamaan sebuah pernyataan dapat
ditelusuri melalui pertanyaan: ”apakah pernyataan itu kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan?”, “Bagaimana cara mengecek kebenarannya?”,
”Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?”. Pernyataan dapat saja jelas, tetapi
tidak akurat, seperti dalam pernyataan berikut, ”Pada umumya anjing berbobot
lebih dari 300 pon”. Precision (Ketepatan) mengacu pada perincian data-data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pendukung yang sangat mendetail. Pertanyaan ini dapat disajikan panduan untuk
mencgecek ketepatan sebuah pernyataan,”Apakah pernyataan yang diungkapkan
sudah sangat terurai?”, “Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?”. Sebuah
pernyataan dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat,
misalnya,”Aming sangat berat” (tidak diketahui berapat berat Among, apakah 1
Kg atau 500 Kg)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikeumukakan
berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Permasalahan dapat saja jelas,
teliti, dan tepat, tetapi tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa
sering berpikir, usaha apa yang harus dilakukan dalam belajar untu meningkatkan
kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur kualitas belajar
siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan ketepatan mereka
dalam meningkatkan kemampuannya. Makna kedalaman diartikan sebagai
jawaban yang dirumuskan tertuju kepada pertanyaan dengan kompleks,
permasalahan dalam pertanyaan diuraikan sedemikian rupa, permasalahan telah
dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan terhadap pemecahan masalah.
Keleluasaan dapat bermakna sebagai pernyataan yang dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang. Pernyataan memerlukan tinjauan atau teori lain dalam
merespon pernyataan yang dirumuskan. Logika berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut: ada penyusunan perngertian yang disesuaikan dengan konsep
yang benar, pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak lanjut, dan
merencanakan tindak lanjut yang sesuai. Ketika kita berpikir dengan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan mendukung perumusan
pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis.
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980)
melakukan pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu
mengenal asumsi, melakukan inferensi, deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi
argumen. Dalam penelitian ini, pengukuran kemampuan berpikir kritis dilakukan
dengan menggunakan peta konsep. Siswa harus menganalisis bacaan yang
disediakan untuk selanjutnya menemukan pokok pikiran dari masing-masing sub
bahasan, mencari hubungan pikiran pokok satu dengan yang lain,
menghubungkannya dengan pokok pikiran bahasan lain, kemudian merangkainya
ke dalam sebuah peta konsep yang dapat mewakili tahapan berpikir siswa.
7. Keterampilan Metakognitif
Pengetahuan metakognisi dapat dibedakan dari aktivitas metakognitif.
Pengetahuan metakognisi melibatkan pemantauan dan refleksi pemikiran terbaru
seseorang. Ini mencakup pengetahuan faktual, seperti pengetahuan tentang tugas,
tujuan diri sendiri, dan pengetahuan strategi seperti bagaimana dan kapan kita
harus menggunakan prosedur tertentu untuk menyelesaikan masalah. Aktivitas
metakognitif terjadi ketika para siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur
strategi pemikiran mereka selama penyelesaian masalah dan pemikiran yang
memiliki maksud tertentu (Ferrari & Sternberg, 1998 dalam Santrock,2009).
“Metacognition is a important concept in cognitive theory. It consists of
two basic procecces occuring simultaneously, monitoring your progress as
you learn, and making changes and adapting your strategies if you
percieve you are not doing so well, it is about self reflection, self-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
responsibility, and initiative, as well as goal setting and time
management“, (Winn,W. & Snyder, D., 1998)
Dari pembahasan di atas maka metakognitif dapat diartikan sebagai
kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.
Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar,
mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui
strategi belajar terbaik untuk belajar efektif.
Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus
melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan
belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Ada tiga strategi metakognitif
yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya:
Tahap proses sadar belajar, tahap perencanaan belajar, dan tahap monitoring dan
refleksi belajar. Tahap proses sadar belajar meliputi proses untuk mendapatkan
tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses
(contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan,
mengakses internet di lab komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan
berbagai kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat
motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa. Tahap
merencanakan belajar meliputi proses untuk menyelesaikan tugas belajar,
merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal, serta menentukan skala
prioritas dalam belajar, mengorganisasi materi pelajaran, mengambil langkah-
langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar
(outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lain). Sedangkan
tahap monitoring dan refleksi belajar meliputi proses merefleksi proses belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self testing, seperti
mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna bagi saya?. Bagaimana
pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, Mengapa saya mudah/sukar
menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar.
Dalam praktik mengajar di kelas, guru direkomendasikan untuk
memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk saling berdiskusi dan bertukar
ide pengalaman dalam belajar, harapannya, setiap individu dapat menilai
kemampuan diri mereka masing-masing dalam belajar, setiap siswa dapat
menentukan kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka
sendiri, dan yang paling penting, setiap siswa dapat belajar efektif dengan
memberdayakan modalitas belajr dirinya sendiri yang unik dan tak terbandingkan
Adapun beberapa indikator siswa memiliki keterampilan metakognitif
yang baik adalah sebagai berikut: 1) Siswa menyadari tujuan belajarnya, disini
siswa dapat mempertimbangkan sumber belajar yang akan digunakan, dapat
menentukan kesulitan belajar yang akan dihadapi dan memotivasi dirinya untuk
menghadapi kesulitan tersebut; 2) Siswa mampu menyelesaikan tugas belajarnya,
mampu merencanakan waktu belajarnya, menentukan skala prioritas dalam
belajar, mampu mengorganisasi materi pelajaran, mengambil langkah-langkah
yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar; dan 3)
Siswa mampu merefleksi proses belajarnya serta memantau proses belajar dengan
cara penilaian diri (self assesment)
Pengukuran keterampilan metakognitif dapat dilakukan dengan berbagai
metode penilaian. Self assesment atau penilaian diri merupakan salah satu jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
penilaian yang biasanya digunakan untuk mengukur keterampilan metakognitif
siswa. Assessment meliputi pengumpulan informasi tentang kualitas dan kuantitas
suatu perubahan dari seorang murid, kelompok, kelas, sekolah, guru, atau
administrator (Johnson dan Johnson, 2002), pengumpulan informasi ini dilakukan
oleh siswa itu sendiri untuk mendiagnosa tingkat kemampuan atau keterampilan
siswa pada saat itu dan sekaligus memonitor pencapaian tujuan pembelajaran.
Self-assessment bahkan bisa digunakan untuk menilai 4 area utama, yaitu
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (Wilson dan Jan, 1998). Bentuknya
assessmentnya pun bisa berupa objektif atau uraian. Namun biasanya self-
assessment jarang dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan nilai
akhir dari hasil belajar siswa, lebih sebagai analisa progress. Metode lain yang
biasanya digunakan adalah metode angket. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup dengan pilihan jawaban SS(Sangat Setuju). S
(Setuju), Tidak Sejutu (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket digunakan
untuk mengukur skor keterampilan metakognitif siswa. Angket dipilih sebagai
instrumen penilaian keterampilan metakognitif karena praktis dan dapat
menampilkan skor hasil pembelajaran.
8. Prestasi Belajar
Kegiatan yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah proses
kegiatan belajar-mengajar. Dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses kegiatan belajar-mengajar yang
dilakukan sekolah. Nana Sudjana (1995: 22) mengemukakan bahwa, prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
belajar adalah pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki siswa setelah ia
memperoleh pengamalan belajarnya. Sedangkan menurut Howard Kingsley,
prestasi belajar yaitu keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian;
sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis prestasi belajar dapat diisi dengan bahan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Menurut Gagne, menyebutkan bahwa ada lima kategori hasil belajar yaitu
informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan
motoris. Pada pendidikan nasional menggunakan klasifikasi prestasi belajar
menurut Bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik dalam
kurikulum 2004, prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa yang berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari ketiga
bantuk ini, bentuk kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pelajaran. Menurut Nana Sudjana (1995: 3-4) ada beberapa fungsi penilaian
prestasi belajar diantaranya sebagai berikut: 1) Alat untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pembelajaran; 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-
mengajar; dan 3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada
orang tuanya.
Prestasi belajar siswa dapat digunakan untuk memotivasi siswa dan untuk
memperbaiki serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru. Selain itu
pemanfaatan prestasi belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, serta orang tua
siswa. Dukungan akan dapat diperoleh apabila mereka memperoleh informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
prestasi belajar yang lengkap dan akurat (Depdiknas, 2003: 21). Jadi fungsi
prestasi belajar paling penting bagi siswa yaitu sebagai indikator pencapaian
tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai umpan balik bagi guru dalam rangka
peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Berkaitan dengan uraian di atas, menurut Sardiman (2004: 50)
menyebutkan bahwa suatu prestasi belajar atau suatu hasil pengajaran dikatakan
benar-benar apabila memiliki ciri di antaranya: 1) Hasilnya tahan lama dan dapat
digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Apabila hasil itu tidak tahan lama dan
lekas hilang maka hasil pengajaran itu dikatakan tidak efektif; dan 2) Hasil itu
merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar-
mengajar itu bagi siswa seolah-oleh telah merupakan bagian kepribadian bagi diri
setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya
mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna
bagi diri pebelajar.
Dalam KTSP (KTSP SMK,2008:3), dijelaskan bahwa sistem penilaian
yang berlaku dalam pembelajaran KTSP, tidak hanya dilakukan pada akhir
periode tetapi dilakukan secara integrasi dengan kegiatan pembelajaran dalam arti
kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata-mata hasil. Penilaian dilakukan
secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi
belajar dibatasi pada ranah kognitif dan keterampilan metakognitif.
Ranah kognitif merupakan ranah yang berkaitan dengan kompetensi
berpikir, memperoleh pengetahuan, pemerolehan pengetahuan, pengenalan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Menurut Bloom untuk
mendapatkan prestasi belajar kognitif, seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan
kognitif, yaitu: (1) pengetahuan (knowledge), yaitu sebagai perilaku mengingat
atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dicapai sebelumnya,
(2) pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh makna
dari materi pembelajaran. Hal ini ditujukan melalui penerjemahan materi
pembelajaran, (3) penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada
kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi
baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, model, konsep,
prinsip-prinsip,dalil dan teori, (4) analisis (analysis), yaitu mengacu pada
kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat
dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian,
analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian, (5) sintesis
(synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian
dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang
unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau
seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi), (6)
penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat keputusan
tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap,
derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Ada lima tipe
karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Kelima karakteristik afektif tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
akan digunakan dalam penelitian ini. Sikap merupakan kecenderungan merespon
secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Minat
merupakan watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu
mencari objek, aktivitas, pengertian, ketrampilan untuk tujuan penguasaan atau
perhatian. Konsep diri merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Nilai merupakan suatu keyakinan yang
dalam tentang suatu pendapat, kegiatan, atau objek. Moral adalah pendapat atau
tindakan yang dianggap baik atau dianggap tidak baik.
Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik peserta didik. Ranah efektif
merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang penting.
Keberhasilan pembelajaran ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh
kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki sikap positif terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari pelajaran tersebut, sehingga dapat
diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal.
Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl (Departemen
Pendidikan Nasional, 2003) ada lima yaitu : 1) receiving, peserta didik memiliki
keinginan memperhatikan suatu stimulus, 2) responding, partisipasi aktif peserta
didik, 3) valuing, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi
dan komitmen, 4) organisasi, pada peringkat ini terjadi konseptualisasi nilai, 5)
characterization, peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan
perilaku.
Dalam pembelajaran harus mengaktifkan faktor-faktor yang memberi
kontribusi positif pada pencapaian prestasi siswa. Banyak faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
mempengaruhi prestasi belajar, yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
faktor internal (dari diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar siswa).
Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis
antara lain kesehatan, kondisi fisik, adanya cacat tubuh. Aspek psikologis antara
lain minat, bakat, motivasi, kecerdasan. Kemampuan memori dan kemampuan
berpikir kritis juga merupakan kemampuan yang akan mempengaruhi prestasi dari
dalam diri siswa.
Faktor eksternal meliputi :1) faktor keluarga, antara lain keadaaan
ekonomi, cara mendidik orangtua, suasana rumah, relasi antar anggota keluarga,
latar belakang budaya, 2) faktor sekolah, antara lain kurikulum, media belajar,
model pembelajaran, relasi guru dengan siswa, 3) faktor masyarakat, antara lain
budaya dalam masyarakat, teman bergaul.
Prestasi yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar. Dalam penelitian ini faktor
internal yang dibahas adalah kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis,
sedangkan faktor eksternal adalah model pembelajaran.
9. Materi Pokok Hidrokarbon
Senyawa organik perlu mendapat perhatian khusus, karena beberapa
alasan berikut. Pertama, karena jumlahnya yang sangat banyak. Kini, senyawa
organik yang telah dikenal ada sekitar sepuluh juta jenis senyawa, sedangkan
senyawa anorganik yang dikenal hanya sekitar satu juta jenis senyawa. Kedua,
karena peranannya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Senyawa-senyawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
penting dalam makhluk hidup, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
hormon, dan DNA adalah senyawa organik. Ketiga, karena senyawa organik
mempunyai sifat-sifat dan klasifikasi yang khas, yang berbeda dari senyawa
anorganik.
a. Senyawa Karbon
1) Menunjukkan Karbon dan Hidrogen dalam Senyawa Karbon
Bahan yang berasal dari makhluk hidup merupakan senyawa karbon. Hal ini
dapat kita buktikan dalam kejadian sehari-hari. Adanya unsur karbon dan
Hidrogen dalam sampel organik, secara lebih pasti dapat ditunjukkan dengan
percobaan sederhana yaitu dengan uji pembakaran. Pembakaran sampel organik
akan mengubah karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H)
menjadi air (H2O). Gas karbon dioksida dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang
mengeruhkan air kapur, sedangkan air dapat dikenali dengan kertas kobalt karena
air mengubah warna kertas kobalt dari biru menjadi merah mudah.
Selain karbon dan hidrogen, unsur yang sering terdapat dalam senyawa
karbon adalah oksigen, nitrogen, fosforus, halogen, dan beberpa unsur logam.
Keberadaan unsur-unsur tersebut dapat ditunjukkan melalui berbagai percobaan.
2) Keunikan Atom Karbon
Keistimewaan atom karbon berkaitan dengan letaknya dalam sistem periodik
unsur. Karbon (Z=6) terletak pada periode kedua golongan IV A. Posisi itulah
yang memberi keistimewaan pada sifat karbon.
a) Karbon mempunyai 4 elektron valensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Sesuai dengan nomor golongannya, karbon mempunyai 4 elektron valensi.
Hal itu menguntungkan karena untuk mencapai kestabilan, karbon dapat
membentuk 4 ikatan kovalen. Unsur dari golongan lain tidak dapat membentuk
ikata sebanyak itu kecuali jika melebihi konfigurasi oktet. Boron (golongan III A)
dan nitrogen (golongan V A) sebagai contoh, hanya dapat membentuk 3 ikatan
kovalen. Karbon membentuk ikatan kovalen dengan bergabai unsur non logam,
terutama dengan hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan halogen (F, Cl, Br,
I), bahkan dengan beberapa unsur logam, seperti Mg.
b) Atom karbon relatif kecil
Sesuai dengan nomor periodenya, yaitu periode kedua, atom karbon hanya
mempunyai 2 kulit atom sehingga jari-jari atom karbon relatif kecil. Hal ini
menyumbang dua keuntungan yang meliputi: 1) Ikatan kovalen yang dibentuk
karbon relatif kuat; dan 2) Karbon dapat membentuk ikatan rangkap dan ikatan
rangkap tiga.
Kekuatan ikatan kovalen bergantung pada jari-jari dari atom yang berikatan.
Semakin besar jari-jai atom, semakin lemah ikatan yang terbentuk. Sementara itu,
ikatan rangkap hanya dapat dibentuk oleh atom yang relatif kecil, yaitu unsur
periode kedua dan beberapa unsur periode ketiga. Unsur periode keempat tidak
dapat membentuk ikatan rangkap.
3) Rantai Atom Karbon
Atom karbon dengan empat elektron valensi dapat membentuk ikatan
antaratom karbon berupa ikatan tunggal, ikatan rangkap, atau ikatan rangkap tiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Selain itu, atom karbon dapat pula membentuk rantai lingkar (siklik). Hal itulah
yang menyebabkan mengapa jumlah senyawa karbon menjadi sangat banyak.
4) Kedudukan atom karbon dalam rantai karbon
Berdasarkan jumlah atom karbon yang diikatnya, atom karbon dengan
empat ikatan kovalen tunggal dibedakan atas atom karbon promer (1o), sekunder
(2o), tersier (3
o), dan kuartener (4
o). Atom karbon primer adalah atom karbon yang
terikat langsung pada 1 atom karbon lainnya; atom karbon sekunder terikat pada 2
atom karbon, dan seterusnya.
C - C - C - C - C - C
CH3
CH3
CH3
atom Cprimer
atom Csekunder
atom C kuartener
atom Ctersier
b. Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling sederhana.
Hidrokarbon hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Walaupun
hanya terdiri dari dua jenis unsur, hidrokarbon merupakan suatu kelompok
senyawa yang besar.
1) Penggolongan Hidrokarbon
Penggolongan rantai karbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan
jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan
ke dalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, atau aromatik. Hidrokarbon alifatik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
- C C -
adalah hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatik
memiliki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatik
berikatan konjugat, yaitu ikatan tungal dan rangkap yang tersusun selang-seling.
Contohnya adalah, C6H6, semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatik
digolongkan ke dalam hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatik
mempunyai sifat-sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip
dengan hidrokarbon alifatik. Nama alisiklik itu menyatakan adanya rantai lingkar
(siklik), tetapi sifatnya menyerupai senyawa alifatik.
Berdasarkan jenis ikatan antaratom karbonnya, hidrokarbon dibedakan
atas jenuh dan tak jenuh. Jika semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan
tunggal (- C – C - ), ia digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu
saja katan rangkap ( - C = C - ) atau ikata rangkap tiga ( ), ia disebut
hidrokarbon tak jenuh.
2) Alkana
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu senyawa
hidrokarbon dengan rantai atom C terbuka dan semua ikatannya tunggal. Alkana
termasuk kelompok senyawa yang kurang reaktif maka disebut parafin (dari kata
affinis = daya tampung kecil)
Rumus umum alkana: CnH2n+1
N = bilangan bulat 1, 2, 3, ...
Sekelompok senyawa alkana merupakan deret homolog (deret sepancaran)
Deret homolog alkana disebutkan dalam table 2.1 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 2.1. Deret Homolog Alkana
Suku ke- Rumus Molekul Nama
1. CH4 Metana
2. C2H6 Etana
3. C3H8 Propana
4. C4H10 Butana
5. C5H12 Pentana
6. C6H14 Heksana
7. C7H16 Heptana
8. C8H18 Oktana
9. C9H20 Nonana
10. C10H22 Dekana
Tata nama alkana menurut aturan IUPAC (International Union of Pure
and Applied Chemistry). The International Union of Pure and Applied Chemistry
(IUPAC mengembangkan sebuah pendekatan sistematis untuk menamai alkana
dan sikloalkana berdasar pada langkah-langkah sebagai berikut:
a) Temukan rantai terpanjang yang tersusun secara kontinyu dari atom karbon
dalam strukturnya. Beri nama rantai utama tersebut sesuai dengan jumlah
atom C yang menyusunnya. Sebagai contoh:
H H H H
H - C - C - C - C - C - H
H H H H H
H H- C - H
Senyawa di atas merupakan turunan dari pentana karena rantai terpanjangnya
terdiri dari 5 atom karbon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b) Temukan substituen/ rantai cabang yang terikat pada rantai utama. Beri nama
cabang tersebut sesuai nama alkana hanya saja akhiran –ana diganti dengan-
il. Sebagai contoh: senyawa di bawah mempunyai satu cabang yang terdiri
dari satu atom C, sehingga cabang tersebut diberi nama metil (- CH3).
H H H H
H - C - C - C - C - C - H
H H H H H
H H- C - H
c) Penomoran rantai utama dimulai dari salah satu ujung rantai utama dimana
posisi cabang mempunyai nomor terkecil. Sebagai contoh: senyawa di atas
mempunyai nama 2-metilpentana, bukan 4- metilpentana
H H H H
H - C - C - C - C - C - H
H H H H H
H H- C - H
1 2 3 4 5
d) Gunakan awalan di-, tri-, atau tetra untuk menunjukkan jumlah cabang yang
ditemukan.
e) Susun nama cabang sesuai abjad.
(Leigh, Favre, Metanomski, 1998: 78)
Beberapa contoh penamaan alkana adalah sebagai berikut:
CH3 - CH2 - CH2 - CH3 n-butana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
CH3 - CH2 - CH2 - CH - CH3
CH2
CH3
(6) (5) (4) (3)
(2)
(1)
3-metil heksana
CH3 - CH2 - CH - CH - CH3
CH3CH3
(5) (4) (3) (2) (1)
2,3-dimetil-pentana
CH3 - CH2 - CH2 - CH - CH2 - CH3
CH3C2H5
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3-etil-4-metil-heksana
3) Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh yang mempunyai
sati ikatan rangkap – C = C -. Alkana relatif lebih reaktif daripada alkana.
Rumus umum alkena: CnH2n
Nama- nama alkena sesuai nama alkana dengan mengganti akhiran – ana
dengan –ena. Senyawa-senyawa deret alkena adalah:
C2H4 (etena)
C3H6 (propena)
C4H8 (butena)
C5H10 (pentena), dan seterusnya.
Penamaan isomer-isomer alkena sebagai berikut:
a) Alkena rantai lurus, di depan nama alkena dituliskan bilangan angka yang
menyatakan posisi ikatan rangkap. Penomoran rantai atom C dimulai dari
ujung terdekat ikatan rangkap.
Contoh: CH3 - CH2 - CH = CH - CH3 : 2-pentena
(5) (4) (3) (2) (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
- C C -
b) Alkena rantai bercabang, nama alkena didasarkan pada rantai utama, yaitu
rantai atom C terpanjang yang mengandung ikatan rangkap. Penulisan
cabang-cabang seperti pada alkana.
Contoh:
CH2 = CH - CH2 - CH3 : 2-metil-1-butena
CH3
(1) (2) (3) (4)
CH3 - CH - CH - CH = CH - CH3 : 4-etil-5-metil-2-heksena
CH3
(6) (5) (4) (3) (2) (1)
C2H5
4) Alkuna
Alkuna merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh yang mempunyai ikatan
rangkap tiga ( ).
Rumus umum alkuna: CnH2n-2
Nama-nama alkuna sesuai nama alkana dengan mengganti akhiran –ana
dengan –una. Senyawa deret alkuna adalah sebagai berikut:
C2H2 (etuna)
C3H4 (propuna)
C4H6 (butuna)
C5H8 (pentuna), dan seterusnya.
Tata nama isomer-isomer alkuna seperti pada alkena.
Contoh:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
CH3 - CH2 - C CH : 1-butuna (4) (3) (2) (1)
CH3 - C C - CH - CH3 : 4-metil-2-pentuna
(1) (2) (3) (4) (5)
CH3
5) Hubungan Titik Didih dan Massa Molekul Hidrokarbon
Titik didih senyawa hidrokarbon dipengaruhi oleh massa molekul relatif
senyawa dan struktur senyawa. Semakin besar massa molekl relatif (Mr) senyawa
hidrokarbon atau semakin panjang rantai karbon, maka semakin tinggi titik
didihnya. Lebih tinggi daripada hidrokarbon rantai lurus dan semakin banyak
cabang semakin rendah titih didihnya. Data titik didih senyawa alkana dapat
dilihat pada table 2.2.
Tabel 2.2.Data Titik Didih Senyawa Alkana
Nama Senyawa Rumus
Molekul
Mr Rumus struktur Titik Didih
(oC)
Metana CH4 16 CH4 -161,5
Etana C2H6 30 CH3CH3 -89,0
Propana C3H8 44 CH3CH2CH3 -42,1
n-butana C4H10 58 CH3(CH2)2CH3 -0,55
Iso butane C4H10 58 CH3CH(CH3)CH3 -11,7
n-pentana C5H12 72 CH3(CH2)3CH3 36,0
Iso pentane C5H12 72 CH3C(CH3)2 27,9
Neo pentane C5H12 72 CH3C(CH3)2 9,5
n-heksana C6H18 86 CH3(CH2)4CH3 68,6
n-heptana C6H18 100 CH3(CH2)5CH3 98,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
6) Isomer
Isomer adalah senyawa-senyawa karbon yang mempunyai rumus-rumus
molekul sama tetapi rumus strukturnya berbeda. Perbedaan struktur isomer-
isomer menyebabkan perbedaan sifat fisis maupun sifat kimianya. Isomer
dibedakan menjadi isomer struktur dan isomer ruang. Isomer struktur meliputi
isomer rangka, isomer posisi, dan isomer fungsi. Sedangkan isomer ruang
meliputi isomer geometri dan isomer optik.
a) Isomer pada Alkana
Pada alkana terjadi isomer rangka karena terdapat perbedaan susunan
9kerangka) atom C pada rantai karbon dan tergolong sebagai isomer struktur.
Isomer pada alkana mulai terdapat pada butana (C4H10) yang mempunyai 2 isomer
yaitu:
CH-CH2 - CH2 - CH3 : n-butana
CH-CH - CH3 : 2-metil-propana
CH3
b) Isomer pada Alkena
Pada alkena terjadi isomer struktur yang berupa isomer rangka dan posisi
(perbedaan posisi/ ikatan rangkap) dan juga dapat terjadi isomer ruang yang
berupan isomer geometri atai isomer cis-trans (perbedaan kedudukan gugus atau
atom sejenis di sekitar ikatan rangkap).
Contoh:
(1). Isomer struktur pada butena (C4H10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
CH= CH - CH2 - CH3 : 1-butena
CH- CH = CH2 - CH3 : 2-butena
CH = C- CH3 : 2-metil propena
CH3
1-butena dan 2-butena : isomer posisi
1 butena dan 2-metil-propena : isomer rangka
(2). Isomer geometri (cis-trans) pada 2-butena
C = C
H3C CH3
H H
cis-2-butena
C = C
H3C
CH3H
H
trans-2-butena
Cis: kedudukan atom atau gugus sejenis sepihak (pada sisi sama) dari ikatan C=C
Trans: kedudukan atom atau gugus sejenis berseberangan dari ikatan C=C
c) Isomer pada Alkuna
Contoh:
CH C - CH2 - CH2 - CH3 : 1-pentuna
CH C - CH - CH3 : 3-metil-1-butuna
CH3
CH - C CH2 - CH2 - CH3 : 2-pentuna
1-pentuna dan 2-metil-1-butuna : isomer rangka
1-pentuna dan 2-pentuna : isomer posisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
7) Reaksi Pada Senyawa Hidrokarbon
a) Reaksi pada Alkana
Alkana tergolong zat yang sukar bereaksi sehingga disebut parafin yang artinya
afinitas kecil. Reaksi terpenting dari alkana adalah reaksi pembakaran, substitusi,
dan perengkahan.
(1). Reaksi Pembakaran.
Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon menghasilkan CO2 dan H2O.
Contoh:
CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l)
Pembakaran tak sempurna dari senyawa hidrokarbon menghasilkan gas CO
(bersifat racun) dan H2O atau jelaga (partikel karbon).
(2). Reaksi Substitusi
Reaksi substitusi adalah reaksi peggantian atom atau gugus atom dalam suatu
molekul oleh atom atau gugus yang lain, khususnya halogen. Contoh:
Substitusi atom H pada metana oleh atom klorin
H H
H - C - H + Cl2 H - C - Cl + HCl
H H
(3). Reaksi Perengkahan (Cracking)
Perengkahan ialah pemutusan rantai karbon menjadi potongan-potongan yang
lebih pendek. Perengkahan dapat terjadi bila alkana dipanaskan pada suhu dan
tekanan tinggi tanpa oksigen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Contoh:
C14H30 C7H16 + C7H14
Seperti terlihat pada contoh di atas, perengkahan alkana menghasilkan
alkena, sehingga reaksi ni digunakan untuk membuat alkena. Perengkahan juga
dapat digunakan untuk membuat gas hidrogen dari alkana.
b) Reaksi pada Alkena
Alkena lebih reaktif dibandingkan dengan alkana. Hal ini disebabkan
adanya ikatan rangkan – C = C – . reaksi alkena terutama terjadi pada ikatan
rangkap itu sendiri. Reaksi penting alkena adalah pembakaran, adisi, polimerisasi.
(1). Reaksi pembakaran
Seperti halnya alkana, alkena suku rendah mudah terbakar. Jika dibakar di udara
terbuka, alkena menghasilkan jelaga lebih banyak daripada alkana. Hal ini terjadi
karena alkena mempunyai kadar karbon lebih tinggi daripada alkana, sehingga
pembakarannya menuntut lebih banyak oksigen. Pembakaran sempurna alkena
menghasilkan CO2 dan H2O.
(2). Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi pengubahan senyawa hidrokarbon tak jenuh menjadi
hidrokarbon jenuh.
(a) Adisi Hidrogen (Hidrogenasi)
Contoh: adisi hidrogen pada etena menghasilkan etana
CH2 = CH2 + H2 CH3 - CH3
(Ni atau Pt sebagai katalis, zat yang mempercepat reaksi)
Ni/ Pt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(b) Adisi Halogen (Halogenasi)
Contoh: adisi klorin pada propena menghasilkan 1,2-dikloropropana
CH2 = CH - CH3 + Cl2 CH2 - CH - CH3
Cl Cl
(c) Adisi Hidrogen Halida (Hidrohalogenasi)
Adisi hidrogen halida (HX) pada alkena dan alkuna mengikuti aturan
Markovnikov, yaitu bahwa atom H dari HX akan terikat pada atom C
berikatan rangkap yang mengikat atom H lebih banyak.
Contoh:
Adisi HCl pada propena menghasilkan 2-kloropropana
CH2 = CH - CH3 + HCl CH3 - CH - CH3
Cl
(3). Reaksi Polimerisasi
Polimerisasi adalah penggabungan molekul-molekul sederhana menjadi
molekul besar. Molekul sederhana yang mengalami polimerisasi itu disebut
monomer, sedangkan hasilnya disebut polimer. Pada reaksi polimerisasi, molekul
alkena saling menjenuhkan. Contoh:
nCH2 = CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - (-CH2 - CH2 -)n
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
c) Reaksi pada Alkuna
Reaksi-reaksi alkuna mirip dengan alkena. Untuk menjenuhkan ikatan
rangkapnya, alkuna membutuhkan pereaksi dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan alkena. Contoh:
Alkuna dengan hidrogen membentuk alkana:
H H
H - C C - H + 2H2 H - C - C - H
H H
Etuna etana
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan Rusli Hidayah (2008) dengan judul “Pendekatan
Struktural Think-Pair-Shared dan Numbered-Head-Together Pada Materi
Pokok Reaksi Oksidasi-Reduksi”, populasi sampel siswa kelas X SMA
Negeri I Arosbaya Madura. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-
sama menerapkan model TPS dan NHT dalam pembelajaran. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang
diajarkan dengan model TPS dan NHT. Prestasi belajar siswa yang diajar
dengan model TPS lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model NHT.
Semakin banyak jumlah siswa yang terlibat dalam satu kelompok, makin
besar kecenderungan adanya siswa yang lebih aktif mendominasi interaksi
dalam kelompok, semakin besar kecenderungan adanya siswa yang kurang
aktif. Relevansi dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama
membandingkan metode kooperatif TPS dan NHT yang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar. Akan tetapi materi yang
digunakan memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini kemungkinan akan
memberikan hasil yang berbeda pula.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Farichah (2009) dengan judul “
Pembelajaran Kimia Model Student Teams Achievement Division (STAD)
dan Think-Pair-Share (TPS) dengan Memperhatikan Orientasi Kepribadian
dalam Kerjasama”, dengan populasi penelitian siswa kelas X SMA 1 Cepogo
tahun ajaran 2008/2009. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama
menerapkan model TPS dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model TPS memberikan pengaruh lebih positif pada prestasi belajar
kimia dibandingkan STAD. Pengaruhnya dapat dilihat dari aktivitas, karena
dengan pembelajaran model TPS siswa punya lebih banyak kesempatan
mengembangkan ide-idenya dan menunjukkan partisipasinya pada orang lain
daripada pembelajaran dengan model STAD.
Penelitian tersebut menunjukkan pembelajaran kooperatif dengan
pembagian siswa berpasangan menghasilkan pencapaian prestasi yang lebih
baik daripada kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang. Penelitian
ini juga akan membandingkan pengaruh pembelajaran kooperatif dengan
pembagian siswa berpasangan (TPS) dan kelompok yang terdiri dari empat
atau lima orang (NHT), maka dimungkinkan akan memberi dampak yang
sama.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Prihatin (2009) dengan judul
“Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Think Pair Share (TPS) pada Pelajaran Biologi Ditinjau Dari Kemampuan
Memori Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dengan siswa
yang memiliki kemampuan memori rendah. Kemampuan memori memiliki
pengaruh pada pencapain prestasi belajar biologi. Relevansi dengan
penelitian ini terletak pada variabel moderator yang digunakan, yaitu
kemampuan memori. Kemampuan memori yang dikategorikan tinggi dan
rendah akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi dan
keterampilan metakognitif.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Hashemi, Naderi, Shariatmadari, Naraghi &
Mehrabi (2010) dengan judul “Science Production in Iranian Educational
System by The Use of Critical Thinking ”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa berpikir kritis menyajikan pola baru dalam pendidikan dan berisi
konsep penting dan kuat. Pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan
berpikir kritis ternyata mampu memberikan hasil yang baik pada
perkembangan moral, sosial, kognitif, mental, serta perkembangan sains.
Oleh karena itu Hashemi dkk merekomendasikan agar kemampuan berpikir
kritis dalam diri siswa diperhatikan dalam setiap pembelajaran.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Regina M. Shia, Bruce C. Howard, dan
Steven McGee (2010) dengan judul “Metacognition, Multiple Intellegence,
and Cooperative Learning”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan metakognisi siswa dengan skor keaktifan dalam kerja sama pada
model kooperatif. Relevansi dengan penelitian ini terletak pada variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
terikat yang digunakan yaitu metakognitif. Metakognitif siswa diprediksi
sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi siswa.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Helen Ngozi ibe (2009) dengan judul
“Metacognitive Strategy on Classroom Participation and Student
Achievement in Senior Secondary School Science Classrooms”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa strategi metakognitif lebih efektif dalam
meningkatkan prestasi akademik jika diikuti dengan TPS. Peneliti
merekomendasikan strategi ini digunakan dalam kelas untuk membantu siswa
memahami materi dengan lebih efisien dan mendapatkan informasi yang
lebih banyak. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada metode TPS
yang digunakan. Perbedaannya terletak pada metakognitif, dalam penelitian
Helen Ngozi ibe metakognitif digunakan sebagai strategi, sedangkan dalam
penelitian ini metakognitif merupakan variabel terikat hasil pengaruh dari
metode TPS dan NHT.
7. Penelitian yang dilakukan Yula Miranda dengan judul “ Pembelajaran
Metakognitif dalam Strategi kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Think
Pair Share + Metakognitif terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa pada
Biologi di SMA Negeri Palangkaraya”. Relevansi dengan penelitian ini yaitu
strategi pembelajaran kooperatif TPS+M secara signifikan lebih berpotensi
meningkatkan kemampuan metakognitif dibanding strategi pembelajaran
lainnya. Pada penelitian ini ditemukan bahwa strategi pembelajaran TPS+M
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan persoalan dengan
berlatih berpikir merencanakan bagaimana masalah itu dapat diselesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
bersama teman lain, kemudian berpikir apakah persoalan itu sudah dapat
diselesaikan dengan baik, selanjutnya berpikir apakah tujuan belajarnya telah
tercapai, ternyata berdampak pada tindakan siswa lebih kepada tindakan
rasional ketimbang tindakan pikiran emosional. Persamaannya dengan
penelitian ini terletak pada metode TPS. Perbedaannya terletak pada
metakognitif yang berfungsi sebagai ko-varian yang ikut memperkuat
pengaruh metode TPS terhadap pencapaian prestasi siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, dibuatlah pemikiran
yang merangkai teori-teori tersebut sehingga dapat menghasilkan jawaban
sementara dari permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini. Adapun
kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
melalui model TPS dan model NHT terhadap prestasi belajar siswa dan
keterampilan metekognitif.
Teori pemrosesan informasi dari Robert Gagne menyebutkan bahwa
prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara kondisi-
kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Salah satu faktor eksternal yang perlu diperhatikan diantaranya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat dan efektif. Model mengajar
yang digunakan oleh guru sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
memahami suatu konsep materi tertentu. Model mengajar yang baik merupakan
model yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana
yang tersedia serta tujuan pembelajarannya sehingga dapat terlihat apakah model
yang diterapkan efektif.
Pada pembelajaran TPS, memungkinkan partisipasi siswa secara aktif.
Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat
secara aktif. Tanggung jawab individual juga lebih besar jika dibandingkan
dengan model kooperatif dengan jumlah anggota kelompok lebih besar. Pada TPS
penilaian kinerja kelompok hanya ditanggung dua orang. Hal ini menuntut siswa
untuk berperan lebih aktif agar dapat memahami materi, karena adanya tanggung
jawab moral terhadap nilai pasangan dalam kelompok.
Pembelajaran NHT menekankan pada kesiapan semua anggota kelompok
untuk menjawab pertanyaan guru. Hal ini menuntut tiap anggota kelompok paham
materi pelajaran. Akan tetapi, jumlah anggota kelompok yang lebih besar dari
TPS, dapat mengakibatkan kurangnya tanggung jawab individual siswa pada
pembelajaran NHT dibanding TPS. Terlebih jika ada beberapa siswa yang tidak
paham materi dalam kelompok, ada kemungkinan siswa tersebut kurang motivasi
untuk mempelajari materi, karena merasa kinerja kelompok dapat dianggap jelek
bukan karena siswa seorang.
Pada pembelajaran TPS memberi kesempatan lebih banyak pada siswa
untuk mengkaji pemahaman secara individu dibanding dengan NHT. Pengkajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pemahaman secara individu sangat penting bagi proses konstruksi skema kognitif.
Menurut teori konstruktivisme dan kognitivisme, proses belajar diawali dari
situasi keragu-raguan akibat perbedaan skema kognitif yang telah ada dengan
situasi baru. Pada pembelajaran TPS siswa akan mengalami situasi disequilibrium
atau keraguan saat membandingkan skema kognitif yang dimiliki dengan
pemahaman pasangan dalam kelompok. Hal ini akan merangsang pemikiran lebih
lanjut hingga siswa merasa memiliki skema kognitif yang utuh.
Tanggung jawab moral dalam kelompok disamping memacu siswa untuk
paham materi juga mendukung tumbuhnya norma-norma pro-akademik.
Keinginan untuk mencapai tujuan kelompok yaitu kinerja kelompok sebaik
mungkin hanya dapat diraih bila anggota kelompok memiliki norma pro-
akademik, antara lain kepedulian terhadap teman kelompok, penerimaan
perbedaan individu, kejujuran, sikap dan minat positif pada pelajaran. Semakin
besar distribusi tanggung jawab individu dalam kelompok, perkembangan aspek
afektif harapannya juga makin baik.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan metakognitif
siswa. Alasan yang paling utama bahwa pembelajaran kooperatif cenderung dapat
meningkatkan kesadaran diri siswa tentang strategi belajar efektifnya, siswa akan
belajar bagaimana cara mempelajari materi dengan cara yang terbaik untuk
dirinya sendiri karena mereka mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
siswa lain. Kesadaran diri siswa yang tinggi inilah yang akan berdampak positif
terhadap kemampuan berpikir siswa dan kreatifitasnya. Model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dapat meningkatkan kesadaran diri siswa, juga akan dapat meningkatkan
keterampilan metakognitif siswa.
Materi hidrokarbon terdiri dari empat dimensi pengetahuan yaitu
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan metakognitif. Pengetahuan faktual materi ini juga terdiri dari empat
dimensi proses berpikir yaitu mengingat, memahami, menerapkan, dan
menganalisis. Berdasarkan Taksonomi Bloom, pengetahuan faktual berisi tentang
pengetahuan istilah dan spesifik, pengetahuan konseptual berisi tentang
klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, dan model atau struktur, pengetahuan
prosedural berisi teknik atau metose, dan pengetahuan metakognitif berisi strategi,
penyelesaian tugas dan pengetahuan diri sendiri. Kompleksitas materi ini bisa
dikuasai oleh siswa ketika siswa memiliki tanggung jawab pribadi serta dukungan
antar kelompok yang besar dalam proses pembelajaran. Kesadaran diri siswa akan
kemampuan dirinya juga berperan penting dalam penguasaan materi.
Karakteristik TPS yang mampu mewujudkan tanggung jawab pribadi yang lebih
besar daripada NHT tentunya akan memberikan peran yang lebih besar pula
terhadap kesadaran diri siswa dalam upaya menguasai materi hidrokarbon.
Dari pemikiran di atas, diduga pembelajaran TPS dapat memberikan
pengaruh lebih baik pada prestasi belajar serta keterampilan metakognitif siswa
dibanding pembelajaran NHT.
2. Pengaruh kemampuan memori siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar dan keterampilan metakognitif siswa .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Ausebel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna bila guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkan dengan konsep yang relevan yang sudah ada
dalam struktur kognitif siswa. Materi hidrokarbon merupakan materi yang
bersifat kompleks. Terdapat banyak sekali istilah yang harus diketahui oleh siswa
untuk mempermudah mempelajari konsep-konsep yang ada dalam materi ini.
Sehingga kemampuan memori sangat diperlukan untuk mendukung siswa dalam
memahami dan mengingat istilah-istilah tersebut. Sementara itu kemampuan
memori yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
memasukkan(learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau. Siswa dengan kemampuan
memasukkan informasi yang tinggi akan memperoleh lebih banyak informasi
dibanding siswa lain yang kemampuan memasukkan informasi rendah. Informasi
yang masuk kemudian disimpan untuk ditimbulkan kembali pada saat diperlukan.
Siswa dengan kemampuan memori tinggi akan dapat mengingat informasi yang
diterimanya dengan baik. Hal ini dimungkinkan akan membantu siswa dalam
memahami berbagai konsep dan aturan yang ada di dalam materi hidrokarbon.
Keterampilan metakognitif siswa dapat meningkat manakala siswa mampu
menerima informasi dengan baik dan menimbulkannya kembali manakala
informasi itu dipanggil. Siswa akan mampu menyusun strategi yang terbaik untuk
dapat menerima sebanyak informasi yang datang padanya dan menyimpannya
untuk dipanggil lagi saat diperlukan. Faktor internal siswa sangat mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
proses perencanaan diri siswa. Siswa yang memiliki faktor internal baik akan
mampu menyusun strategi terbaik untuk dirinya sendiri dibanding dengan siswa
dengan faktor internal yang kurang mendukung. Kemampuan memori sebagai
faktor internal, dapat memberi pengaruh positif pada keterampilan metakognitif
seseorang.
Selain terdiri dari empat dimensi pengetahuan, materi hidrokarbon ini juga
terdiri dari empat dimensi proses berpikir yaitu mengingat, memahami,
menerapkan, dan menganalisis. Proses mengingat mempunyai bagian paling besar
dalam pembagian kompetensi pada materi hidrokarbon. Dari keseluruhan
kompetensi, siswa dituntut untuk mengingat berbagai macam istilah baru yang
sebelumnya belum mereka kenal. Hal ini semakin memperjelas peranan dari
kemampuan memori siswa terhadap penguasaan materi. Siswa dengan
kemampuan memori tinggi diharapkan dapat lebih menguasai materi
dibandingkan siswa dengan kemampuan memori rendah. Dari perbedaan
kemampuan memori inilah siswa akan merefleksi dirinya dan kemudian berpikir
bagaimana seharusnya dia belajar sesuai dengan kemampuan yang ada padanya
kemudian memilih strategi belajar yang sesuai untuknya.hal ini tentu saja akan
berdampak langsung pada keterampilan metakognitif dan prestasi belajar siswa.
Dari pemikiran di atas, diduga siswa yang memiliki kemampuan memori
akan memiliki prestasi belajar serta keterampilan metakognitif yang lebih baik
dibanding siswa dengan kemampuan memori rendah.
3. Pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar dan keterampilan metakognitif siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Kemampuan berpikir kritis sangat mempengaruhi pembentukan sistem
konseptual siswa. Berpikir kritis merupakan usaha mengaplikasikan rasional,
kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis , mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah
kemampuan menganalisis materi. Berpikir kritis merupakan aspek penting yang
harus dimiliki siswa baik dalam pembelajaran maupun kehidupan sosialnya.
Dalam berpikir kritis kita dituntut untuk memberdayakan keterampilan atau
strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah
menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-
merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan
masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan
membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara
efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala
menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.
Keterampilan metakognitif siswa dapat meningkat manakala siswa mampu
menganalisis materi maupun masalah yang dihadapi. Siswa akan sadar betul
bagaimana dia belajar selama ini, kemudian merencanakan strategi yang terbaik
untuknya, selain itu siswa harus mampu memantau dan merefleksi strategi yang
dipilihnya. Faktor internal siswa sangat mempengaruhi proses refleksi diri ini.
Siswa yang memiliki faktor internal baik akan mampu merefleksi dirinya
dibanding siswa dengan faktor internal yang kurang mendukung. Kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
berpikir kritis sebagai faktor internal, dapat memberi pengaruh positif pada
keterampilan metakognitif seseorang.
Dimensi proses berpikir yang juga ada pada materi hidrokarbon adalah
menganalisis. Dalam dimensi proses berpikir ini siswa dituntut memecah materi
menjadi bagian-bagian konstituen dan menentukan hubungan antara satu bagian
dengan bagian lain dengan struktur atau maksud keseluruhan. Pada proses
berpikir ini siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi akan dengan mudah
menganalisis materi yang ada. Penguasaan materi akan lebih mudah tercapai dan
prestasi belajar akan maksimal. Dengan beripikir kritis, siswa akan lebih mudah
menyesuaikan dirinya dengan strategi yang lebih kompleks. Siswa lebih leluasa
dalam membawa dirinya mendalami materi secara lebih mendalam. Dengan
demikian keterampilan metakognitif siswa akan lebih tinggi.
Dari pemikiran di atas, diduga siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi akan memiliki prestasi belajar serta keterampilan metakognitif yang
lebih baik dibanding siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.
4. Interaksi antara penggunaan model TPS dan model NHT dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga bahwa siswa yang memiliki
kemampuan memori tinggi apabila dikenai pengajaran dengan model TPS akan
mempunyai perbedaan prestasi belajar dan keterampilan metakognitif dengan
siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi tetapi dikenai pengajaran
dengan model NHT, demikian juga dengan prestasi belajar dan keterampilan
metakognitif siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah, karena dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
model NHT, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut,
sehingga tidak menutup kemungkinan ada siswa yang tidak mempelajari pokok
bahasan hidrokarbon dan hanya bergantung kepada teman satu kelompoknya.
Siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi dengan menggunakan model
apapun, akan menghasilkan prestasi belajar kimia pokok bahasan hidrokarbon
yang tinggi serta keterampilan metakognitif yang tinggi, demikian pula siswa
yang mempunyai kemampuan memori rendah dengan menggunakan model
apapun juga akan menghasilkan prestasi belajar dan keterampilan metakognitif
yang rendah. Dari uraian pemikiran diatas, diduga terdapat interaksi antara
penggunaan model TPS dan NHT dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar dan keterampilan metakognitif pada pokok bahasan hidrokarbon.
5. Interaksi antara penggunaan model TPS dan model NHT dengan kemampuan
berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif
siswa.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diduga bahwa siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi apabila dikenai pengajaran dengan model TPS
akan mempunyai perbedaan prestasi belajar dan keterampilan metakognitif
dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi tetapi
dikenai pengajaran dengan model NHT, demikian juga dengan prestasi belajar
dan keterampilan metakognitif siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis
rendah. Interaksi penggunaan model pembelajaran kooperatif model TPS dan
NHT dengan kemampuan berpikir kritis siswa terlihat pada saat mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
menganalisis materi pokok hidrokarbon. Karena dalam model NHT, jumlah
anggota kelompok lebih besar dibanding pada model TPS, sehingga pada saat
diskusi pemecahan masalah dalam tim, ada kemungkinan pada model NHT masih
terdapat siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah tidak mempelajari pokok
bahasan hidrokarbon dan hanya bergantung kepada teman satu kelompoknya.
Atau dengan kata lain tanggung jawab individu pada model NHT cenderung lebih
rendah dbandingkan model TPS. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diduga
terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif model TPS
dan NHT dengan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan
keterampilan metakognitif siswa.
6. Interaksi interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis
siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
Siswa dengan kemampuan memori tinggi akan memperoleh lebih
banyak informasi dibanding siswa lain yang kemampuan memori rendah.
Informasi yang masuk kemudian disimpan untuk ditimbulkan kembali pada
saat diperlukan. Siswa dengan kemampuan memori tinggi akan dapat
mengingat informasi yang diterimanya dengan baik. Hal ini akan mendukung
siswa dalam proses analisis pemecahan masalah pada materi pokok
hidrokarbon. Kemampuan memori yang tinggi dapat mendukung proses
berpikir kritis pada siswa yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, serta
mengevaluasi hasil. Begitu juga sebaliknya dengan siswa yang memiliki
kemampuan memori rendah. Jadi diduga terdapat interaksi antara kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
memori dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan
keterampilan metakognitif siswa pada materi pokok hidrokarbon.
7. Interaksi antara penggunaan model TPS dan model NHT, kemampuan
memori siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar
dan keterampilan metakognitif siswa.
Bertolak dari uraian sebelumnya yaitu kemungkinan siswa yang
menerima pembelajaran dengan model TPS memiliki prestasi belajar kimia
dan keterampilan metakognitif yang lebih baik daripada siswa yang menerima
pembelajaran dengan model NHT dan siswa yang memiliki kemampuan
memori tinggi memiliki prestasi belajar kimia dan keterampilan metakognitif
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah,
serta dilihat dari karakteristik kedua model pembelajaran yang mana
kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis siswa mempunyai peran
yang sama dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga dimungkinkan apapun
model pembelajaran yang diterapkan, baik model TPS atau model NHT, siswa
yang memiliki kemampuan memori tinggi akan memiliki prestasi belajar
kimia dan keterampilan metakognitif yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kemampuan memori rendah. Sebaliknya berapapun tingkat
kemampuan memori, baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima
pembelajaran dengan model TPS akan memiliki prestasi belajar kimia dan
keterampilan metakognitif yang lebih baik daripada model NHT. Begitu pula
dengan kemampuan berpikir kritis siswa, apapun model pembelajaran yang
diterapkan, baik model TPS atau NHT, siswa yang memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
berpikir kritis tinggi akan memiliki prestasi belajar kimia dan keteampilan
metakognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis rendah. Sebaliknya berapapun tingkat kemampuan berpikir
kritis siswa, baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran
dengan model pembelajaran TPS akan memiliki prestasi belajar kimia dan
keterampilan metakognitif yang lebih baik daripada model NHT. Sehingga
dapat diduga bahwa tidak terjadi interaksi antara model pembelajaran,
kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi
belajar kimia dan keterampilan metakognitif pokok bahasan hidrokarbon.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan skema penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.3. Skema penelitian
Keterangan :
X
X1Y1Z1
X1Y1Z2
X1Y2Z1
X1Y2Z2
X2Y1Z1
X2Y1Z2
X2Y2Z1
X2Y2Z2
X1
X2
Y1
Y2
Y1
Y2
Z1
Z2
Z1
Z2
Z1
Z2
Z1
Z2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
X : model pembelajaran
X1 : model TPS
X2 : model NHT
Y1 : kemampuan memori siswa tinggi
Y2 : kemampuan memori siswa rendah
Z1 : kemampuan berpikir kritis siswa tinggi
Z2 : kemampuan berpikir kritis siswa rendah
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah yang diajukan,
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif melalui model TPS dan model NHT terhadap prestasi belajar dan
keterampilan metakognitif siswa.
2. Ada pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
3. Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
4. Ada interaksi antara model pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
5. Ada interaksi antara model pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan
berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
6. Ada interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan berpikir kritis
siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa.
7. Ada interaksi antara model pembelajaran TPS dan NHT, kemampuan
memori, dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan
keterampilan metakognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X semester 2 SMK
Muhammadiyah 6 Gemolong pada tahun pelajaran 2010/2011
2.Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2010 - Juni 2011.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap
pelaksanaannya sebagai berikut :
Tabel 3.1. Tahapan Penelitian
Kegiatan Bulan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penyusunan
proposal
X X X X
Permohonan ijin X
Pembuatan dan uji
coba instrumen
X X X X
Pengambilan data
penelitian
X X X
Penyusunan
laporan dan
konsultasi
X X X X X X X
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan dua kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen pertama diberi
perlakuan dengan metode pembelajaran TPS, sedangkan kelompok kedua diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
perlakuan dengan metode pembelajaran NHT. Kedua kelompok tersebut di atas,
sebelum proses belajar mengajar dimulai diberikan tes kemampuan memori, tes
kemampuan berpikir kritis, dan angket untuk mengukur keterampilan
metakognitif siswa. Dari data hasil tes kemampuan memori dibagi menjadi dua
kategori, yaitu kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah.
Begitu juga dengan hasil tes kemampuan berpikir kritis dibagi menjadi dua
kategori, yaitu kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis
rendah. Setelah proses pembelajaran selesai diadakan penilaian prestasi belajar
untuk ranah kognitif dan afektif. Pengukuran keterampilan metakognitif kembali
dilakukan setelah proses pembelajaran, sehingga didapat selisih skor keterampilan
metakognitif sebelum dan sesudah pembelajaran. Desain faktorial penelitian ini
ditunjukkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Desain Faktorial Untuk Prestasi Belajar
Model Pembelajaran (A)
TPS (A1) NHT (A2)
Kemampuan
Memori Tinggi
(B1)
Kemampuan Berpikir Kritis
Tinggi (C1)
Kemampuan Berpikir Kritis
Rendah (C2)
Kemampuan
Memori Rendah
(B2)
Kemampuan Berpikir Kritis
Tinggi (C1)
Kemampuan Berpikir Kritis
Rendah (C2)
Keterangan:
A : Model Pembelajaran
A1 : TPS (Think Pair Share)
A2 : NHT (Numbered Head Together)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
B : Kemampuan Memori (B1: Tinggi, B2 : Rendah)
C : Kemampuan Berpikir Kritis (C1: Tinggi, C2 : Rendah)
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Muhammadiyah
6 Gemolong Tahun Pelajaran 2010/2011. Populasi terdiri dari 6 kelas yaitu X-
TMO1, X-TMO2, X-TMO3, X-TSM1, X-TSM2, X-TSM3.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Langkah-langkah pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Penentuan kelas eksperimen
Memilih kelas secara acak (cluster random sampling) yaitu teknik memilih
sampel dari kelompok-kelompok unit-unit kecil dari populasi secara acak dengan
cara undian. Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan dua kali
pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai kelas
eksperimen I. Nomor undian yang keluar berikutnya sebagai kelas eksperimen II.
b. Penentuan penerapan model pembelajaran kooperatif
Memilih kelas secara acak (cluster random sampling) yaitu teknik memilih
sampel dari kelompok-kelompok unit-unit kecil dari populasi secara acak dengan
cara undian. Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan satu kali
pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai kelas
eksperimen I yang diajar dengan menggunakan metode TPS. Kelas yang tersisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
tentu saja kelas eksperimen II yang diajar menggunakan metode NHT.
c. Hasil Penentuan Kelas
Berdasarkan teknik penentuan kelas eksperimen yang telah dilakukan,
diperoleh dua kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dengan metode TPS
maupun NHT. Kelas X-TMO3 akan diberi pembelajaran dengan metode TPS,
sedangkan kelas X-TSM3 akan diberi pembelajaran dengan metode NHT. Akan
tetapi, sebelum diberi perlakuan, masing-masing sampel diuji terlebih dahulu
kesamaan rata-ratanya. Adapun hasil komputasi uji kesamaan rata-rata
menggunakan SPSS 18 dapat dilihat pada Lampiran 36 halaman 232. Dari
perhitungan Uji t independent samples test (equal variances assumed) didapatkan
nilai sig = 0,863 (sig > 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa Ho (tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar antara kedua sampel yang akan digunakan sebagai
kelas eksperimen) . Pengambilan keputusan ini didasarkan pada uji normalitas dan
homogenitas yang terlebih dahulu dilakukan pada kedua sampel. Karena sampel
tidak normal dan homogen, maka data yang digunakan adalah data signifikansi
pada equal variances assumed.
Tabel 3.3 data uji T (equal Variances Assumed)
Sig. Keputusan Ho Kesimpulan
0,863 diterima
Tidak ada
perbedaan
Berdasarkan data di atas, dapat dinyatakan bahwa pada kelas X-TKR3 dan
X-TSM3 mempunyai keadaan awal yang sama. Sehingga dapat digunakan sebagai
kelas sampel dalam penelitian untuk mengetahui apakah penggunaan model yang
berbeda dapat memberikan pengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu metode pembelajaran,
kemampuan memori, dan kemampuan berpikir kritis. Variabel terikat terdiri dari
prestasi belajar dan keterampilan metakognitif.
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
1). Metode Pembelajaran
Pembelajaran metode TPS (Think-Pair-Share) merupakan metode
pembelajaran yang menekankan pada kerjasama secara berpasangan. Guru
menyampaikan pelajaran, menyampaikan pertanyaan kepada kelas, siswa diminta
memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan untuk mencapai kesepakatan
terhadap jawaban, terakhir guru meminta pasangan untuk berbagi jawaban dengan
seluruh kelas.
Sedangkan pembelajaran metode NHT (Number Head Together)
merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dalam upaya penguasaan materi yang
dilaksanakan dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang setiap
kelompok. Metode ini menekankan pada kesiapan semua anggota kelompok
untuk menjawab pertanyaan guru. Guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok kecil kemudian tiap-tiap kelompok diberi nomor. Kelompok berdiskusi
selanjutnya guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari
tiap-tiap kelompok untuk memberi jawaban atas pertanyaan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
b. Variabel Moderator
1) Kemampuan memori
Kemampuan memori yang dimaksud adalah kemampuan memasukkan
informasi, kemampuan menyimpan informasi, serta kemampuan pemanggilan
kembali informasi yang telah disimpan.
2) Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan
menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan mengenal dan memecahkan
masalah, keterampilan menyimpulkan, serta keterampilan mengevaluasi atau
menilai.
b.Variabel Terikat
1) Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang telah
dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran pada waktu tertentu.
2) Keterampilan metakognitif
Keterampilan metakognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kesadaran diri siswa dalam belajar, perencanaan strategi belajar, serta monitoring
dan refleksi terhadap strategi belajar yang dipilihnya.
2.Skala Pengukuran dari Variabel Penelitian
Variabel metode pembelajaran berupa metode TPS dan NHT berskala
nominal. Variabel kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis berskala
pengukuran ordinal, yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Perbedaan kategori ini berdasarkan skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan
perolehan skor sama dan di atas rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi,
sedangkan siswa dengan perolehan skor di bawah rata-rata dimasukkan dalam
kategori rendah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun sumber data penelitian ini disusun relevan dengan variabel
penelitian dan metode pengumpulan data. Instrumen penelitian untuk prestasi
belajar, kemampuan memori, dan kemampuan berpikir kritis berupa tes, dan untuk
keterampilan metakognitif berupa angket.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data skor kemampuan memori,
kemampuan berpikir kritis, dan nilai prestasi belajar. Tes yang digunakan dalam
pengukuran prestasi belajar kognitif adalah tes objektif berbentuk pilihan dengan
menyilang ( X ) jawaban yang benar (satu jawaban benar). Dengan metode ini
diharapkan mampu mengungkap sejauh mana penguasaan terhadap konsep-
konsep dalam materi pokok hidrokarbon untun mendapatkan nilai prestasi belajar.
Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan memori adalah tes esay singkat.
Siswa diberi daftar istilah yang berhubungan dengan kimia. Siswa diberi waktu
sepuluh menit untuk menghafal seluruh istilah, dan sepuluh menit kemudian harus
menulis ulang istilah-istilah tersebut dengan urut dan tepat. Tes yang digunakan
dalam pengukuran kemampuan berpikir kritis berupa pembuatan peta konsep.
Siswa diberi bacaan yang terkait dengan materi hidrokarbon, kemudian melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
petunjuk yang diberikan siswa diminta untuk membuat peta konsep sesuai dengan
kreatifitas mereka masing-masing.
2. Metode Angket
Metode angket berupa sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang
harus dijawab oleh siswa. Metode angket digunakan untuk memperoleh data
tentang seberapa jauh keterampilan metakognitif siswa. Angket yang digunakan
adalah jenis angket langsung dan tertutup, yaitu daftar pertanyaan diberikan
langsung kepada responden dan alternatif jawaban sudah disediakan.Data yang
diperoleh berupa skor hasil pengisian angket dari responden (Siswa) dua kelas
eksperimen.
Pemberian skor untuk angket keterampilan metakognitif digunakan skala 1
sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai
berikut: skor 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), skor 3 untuk jawaban setuju (S),
skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak
setuju (STS). Sementara untuk item yang mengarah jawaban negatif, pemberian
skornya sebagai berikut: skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 3
untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 2 untuk jawaban setuju (S), dan skor 1
untuk jawaban sangat setuju (SS)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan
adalah terdiri dari instrumen pelaksanaan penelitian dan instrumen pengambilan
data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Instrumen pelaksanaan pembelajaran berupa satuan pelajaran (SP), Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk metode TPS dan NHT, Lembar Kegiatan
(LKS), Panduan Diskusi, dan lembar diskusi siswa. Instrumen ini ndigunakan
ketika penelitian dilaksanakan. Untuk menjamin validitas isi instrumen
pelaksanaan penelitian ini, dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya:
menyusun kisi-kisi
2. Instrumen Pengambilan Data
Dalam penelitian ini instrumen pengambilan data yang digunakan berupa tes
kemampuan memori, tes kemampuan berpikir kritis, tes prestasi belajar, dan
angket keterampilan metakognitif. Semua instrumen yang akan digunakan untuk
mengambil data penelitian harus diujicoba terlebih dahulu dengan uji validitas dan
reliabilitas untuk mengetahui kualitas item soal tes maupun angket.
G. Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam suatu penelitian yang baik adalah
sudah diuji validitas maupun reliabilitasnya, sehingga instrumen yang baik harus
valid dan reliabel. Oleh karena itu, sebelum instrumen itu digunakan maka perlu
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Untuk instrumen yang berupa angket akan diuji validitas dan reliabilitasnya saja,
sedangkan untuk tes digunakan juga uji taraf kesukaran dan uji daya pembedanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
1. Instrumen Penilaian Prestasi Belajar, Tes Kemampuan Memori, dan Tes
Kemampuan Berpikir Kritis
Instrumen yang akan digunakan dalam penilaian kognitif , tes kemampuan
memori berupa esay singkat, dan tes kemampuan berpikir kritis berupa bacaan
kemudian siswa diminta membuat peta konsep. Untuk tes prestasi belajar terdiri
dari 40 butir soal objektif, sedangkan tes kemampuan memori terdiri dari 40 butir
soal. Skala penilaian menggunakan skala 100, dengan penilaian jumlah jawaban
benar dibagi jumlah soal dan dikalikan 100.
a. Uji Validitas Butir Soal
Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap aspek yang
dinilai, sehingga betul-betul dapat menilai sesuatu yang seharusnya dinilai.
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur sesuatu yang hendak
diukur. Validitas tes ini dicari melalui uji coba tes hitung korelasi antara skor item
dengan skor total.
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah
menggunakan teknik korelasi Point Biserial dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
rpbis : koefisien korelasi point biserial
Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt : rerata skor total
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
q : proporsi siswa yang menjawab salah
Kriteria pengujian
Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel
Kriteria validitas suatu tes (rxy) adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Anas Sudijono, 2006:257-258)
b. Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang
sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu
yang sama. Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk obyektif digunakan
rumus Kuder Richardson (KR 20) yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
: koefisien realibilitas
n : jumlah item
S : deviasi standar
p : indeks kesukaran
q : 1-p
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995:233)
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks
yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil
perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang
seharusnya diperoleh dari suatu item
Keterangan :
IK : indeks kesukaran
B : jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu
item
N : kelompok siswa
skor maksimal : besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawabab benar dari
suatu item
N x skor maksimal : jumlah jawaban yang benar yang harus diperoleh dari suatu
item
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,81 ─ 1,00 : Mudah Sekali (MS)
0,61 ─ 0,80 : Mudah (Md)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
0,41 ─ 0,60 : Sedang/Cukup (Sd-C)
0,21 ─ 0,40 : Sukar (Sk)
0,00 ─ 0,20 : Sukar Sekali (SS)
(Masidjo, 1995:189-192)
d. Daya Pembeda Soal
Taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai di mana jumlah jawaban
benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa-
siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai) untuk suatu item
(Masidjo, 1995:196). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong kelompok
atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID).
Keterangan :
ID : indeks diskriminasi
KA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari
siswa tergolong kelompok atas
KB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari
siswa tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas
atau bawah
NKA atau NKB x Skor maksimal : perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa
yang tergolong kelompok atas dan bawah yang
seharusnya diperoleh.
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,80 ─ 1,00 : Sangat Membedakan (SM)
0,60 ─ 0,79 : Lebih Membedakan (LM)
0,40 ─ 0,59 : Cukup Membedakan (CM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
0,20 ─ 0,39 : Kurang Membedakan (KM)
Negatif ─ 0,19 : Sangat Kurang Membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995:198-201)
2. Instrumen Penilaian Keterampilan metakognitif
Instrumen penilaian keterampilan metakognitif yang akan digunakan
dalam penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket
langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban.Siswa memberikan
jawaban yang dengan memilih salah satu jawaban yang telah disediakan.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor
untuk keterampilan metakognitif ini digunakan skala 1 sampai 4. Sebelum
digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih
dahulu dengan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui kualitas angket.
a. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus product
moment sebagai berikut :
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X : hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y : kriteria yang dipakai
N : jumlah subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Kriteria pengujian :
Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel
Kriteria validitas suatu tes (rxy ) adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995:246)
b. Uji Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan
hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek
yang sama. Untuk mengetahui tingkat realibilitas suatu butir soal yang
menghendaki gradualisasi penilaian digunakan penilaian rumus alpha (digunakan
untuk mencari realibilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut :
rtt = α =
2
2
11
t
i
S
S
N
N
Keterangan :
rtt : koefisien realibilitas instrumen
N : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
ΣSi2 : jumlah kuadrat S tiap-tiap item
St2
: kuadrat dari S total keseluruhan item
St = 221 XXN
N
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995:209-239)
3. Hasil Uji Coba Instrumen
Berdasarkan hasil uji coba instrument yang dilaksanakan, maka dapat
diperoleh hasil validitas, reliabilitas untuk instrument dalam bentuk tes (prestasi
kognitif) dan angket (keterampilan metakognitif) kemudian dilanjutkan dengan
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal untuk instrument
dalam bentuk tes. Hasilnya dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 3. 4 Hasil Uji Validitas Instrumen
Valid Invalid
Total Nomor Soal Total Nomor Soal
Prestasi
Kognitif 23
1,2,3,5,6,8,9,10,11,12,13,15,
16,17,18,21,22,27,30,31,34,
36,38
17
4,7,14,19,20,23,
25,26,28,29,32,
33,35,37,39,40
Keterampilan
Metakpgnitif 41
2,3,4,7,8,10,11,12,13,14,16,
18,20,23,26,27,28,30,31,32,
33,34,37,38,39,40,41,42,43,
44,45,46,47,48,49,50,51,52,
56,57,60
19
1,5,6,9,15,17,19
,21,22,24,25,29,
35,36,53,54,55,
58,59
Dari hasil analisis tersebut untuk instrument prestasi belajar kognitif
diperoleh 23 soal yang valid dan 17 soal yang invalid, dan untuk instrument
keterampilan metakognitif diperoleh 41 soal yang valid dan 19 soal yang invalid.
Maka untuk soal yang valid akan dipakai sedangkan soal yang invalid akan
dibuang karena setiap indikator dalam tiap instrument sudah terwakili oleh soal
yang valid. Akan tetapi untuk instrumen prestasi kognitif ada 2 soal yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
direvisi karena soal yang dibutuhkan sebanyak 25 soal sedangkan yang valid
hanya 23 soal.
Tabel 3. 5. Hasil Reliabilitas Instrumen
Hasil Reliabilitas
Jumah Soal Reliabilitas Kriteria
Prestasi Kognitif 40 0,873 Tinggi
Keterampilan Metakognitif 60 0,8759992 Tinggi
Dari hasil analisis tersebut untuk instrument prestasi belajar kognitif dengan
jumlah soal 40 dengan nilai reliabilitas 0,873 kriteria tinggi. Untuk instrument
keterampilan metakognitif dengan jumlah soal 60 dengan nilai reliabilitas
0,8759992 kriteria tinggi. Dapat disimpulkan bahwa soal-soal tersebut akan
memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali pada
subyek yang berbeda pada waktu yang berlainan.
Tabel 3. 6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Kognitif
Variabel Kriteria Nomor Soal Jumlah
Sukar
7, 12, 13,20,24,23,29, 30,
31,32,33,37,39,40
14
Prestasi
Kognitif Sedang
1,2,4,5,9,10,11,14,15,16,17,18,21,22,
27,38
16
Mudah 3, 6,8,19,25,26,28,34,35,36 10
Berdasarkan hasil validitas maka soal yang diuji taraf kesukarannya adalah
soal yang valid. Tabel 3.6 menyatakan hasil uji taraf kesukaran soal dihitung
dengan persamaan uji taraf kesukaran yang diperoleh untuk soal tes prestasi
kognitif dengan kriteria sukar sebanyak sukar sebanyak 14 soal, soal sedang
sebanyak 16 soal, dan soal mudah sebanyak 10 soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Tabel 3. 7 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Kognitif
Variabel Kriteria Nomor Soal
Jumlah
Prestasi Belajar
Kognitif
Lebih Membedakan (LM) 17,18,21,22,30 5
Cukup Membedakan (CM) 2,3,9,11,12,13,16,
31,36,38
10
Kurang Membedakan (KM)
1,4,5,6,7,8,10,14,
15,19,20,23,24,25
,26,27,28,29,32,
33,34,35,37,39,40
25
Berdasarkan hasil validitas maka soal yang diuji taraf kesukarannya adalah
soal yang valid.Tabel 3.7 menyatakan hasil uji daya beda soal tes prestasi kognitif
yang telah dihitung dengan persamaan daya pembeda soal, diperoleh soal dengan
kriteria lebih membedakan sebanyak 5 soal, cukup membedakan sebanyak 10
soal, kurang membedakan sebanyak 25 soal.
Berdasarkan hasil validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda
maka diperoleh keputusan bahwa untuk soal tes prestasi kognitif hanya diambil 25
butir soal. Dari 23 soal yang valid maka diperlukan tambahan 2 soal dari soal
yang tidak valid dengan ketentuan bahwa soal tersebut harus direvisi. Soal yang
direvisi tersebut adalah soal nomor 29 dan 35. Revisi soal dilakukan dengan
meningkatkan daya beda soal dari yang kurang membedakan menjadi cukup
membedakan. Revisi soal juga dilakukan untuk merubah soal nomor 29 dari sulit
menjadi sedang dan soal nomor 35 dari mudah menjadi sedang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
H. Teknik Analisis Data Penelitian
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat ini terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menyelidiki apakah data dalam
penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian yang akan dilakukan
untuk uji normalitasnya akan digunakan program SPSS 17 dengan prosedur
sebagai berikut:
1).Menetapkan Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Ha : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
2). Menetapkan taraf signifikansi (α)
Taraf signifikansi adalah angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisa. Taraf signifikansi yang akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah 0,05 atau 5%.
3). Keputusan uji
H0 ditolak jika p-value < α
b.Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi
dari sejumlah populasi sama atau tidak. Prosedur pengujiannya sebagai berikut :
1). Menetapkan Hipotesis
Hipotesis :
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Ha : sampel berasal dari populasi berdistribusi homogenya
2). Menetapkan taraf signifikansi (α)
Taraf signifikansi adalah angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisa. Taraf signifikansi yang akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah 0,05 atau 5%.
3). Keputusan Uji
Ho ditolak jika p-value > α
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Variansi Multivariat.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Multivariate Analysis
of Variance (Manova).
Metode ijkh l + k + lk +ℓlkr
dimana:
= rerata se!uruh data
l = efektaktor A kategori ke-1
k= efek faktor B kategori ke-k pada variabel
lk= efek interaksi faktor A dan B pada kategori ke-1 dan ke-k
ℓlk = variabel random multinormal
dimana 1 = k = 1k = 1kr = 0
1 = 1,2 g = faktor kategori pada variabel A
k = 1, 2 b = faktor kategori pada variabel B
r = 1, 2....n n = banyaknya dataamatan pada setiap sel
denganxlkr = + ( l - ) + ( k - ) + ( lk - l - k + ) + ( lkr+ lk)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
a. Desain Data
Model Pembelajaran (A)
TPS (A1) NHT (A2)
Kemampuan
Memori Tinggi
(B1)
Kemampuan Berpikir Kritis
Tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1
Kemampuan Berpikir Kritis
Rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2
Kemampuan
Memori Rendah
(B2)
Kemampuan Berpikir Kritis
Tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1
Kemampuan Berpikir Kritis
Rendah (C2) A1B2C2 A2B2C2
b. Prosedur
1) Hipotesis
a) H0-pembelajaran =
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝑇𝑃𝑆
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −𝑇𝑃𝑆 =
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝑁𝐻𝑇
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −𝑁𝐻𝑇
H1-pembelajaran =
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝑇𝑃𝑆
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −𝑇𝑃𝑆 ≠
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝑁𝐻𝑇
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −𝑁𝐻𝑇
b) H0-memori=
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 − memori tinggi
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 − memori tinggi =
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 − memori rendah
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 − memori rendah
H1-memori:
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −memori tinggi
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −memori tinggi ≠
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠 𝑡𝑎𝑠𝑖 − memori rendah
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 − memori rendah
c) H0-berpikir kritis=
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 − berpikir kritis tinggi
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 − berpikir kritis tinggi =
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 − berpikir kritis rendah
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 − berpikir kritis i rendah
H1-berpikir kritis=
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 − berpikir kritis tinggi
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 − berpikir kritis tinggi ≠
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 − berpikir kritis rendah
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 − berpikir kritis i rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
d) H0-pembelajaran : = 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝑇𝑃𝑆= 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝑁𝐻𝑇
H1-pembelajaran :𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝑇𝑃𝑆 ≠ 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝑁𝐻𝑇
e) H0-memori:𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kemmp memori tinggi = 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kmamp memori rendah
H1-memori: 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kemmp memori tinggi ≠ 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kmamp memori rendah
f) H0-berpikir kritis :𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kemmp berpikir kritis tinggi =
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kmamp berpikir kritis 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎
H1-berpikirkritis:
𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kemmp berpikir kritisi tinggi ≠ 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kmamp berpikir kritisrendah
g) H0-pembelajaran :𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −𝑇𝑃𝑆= 𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −𝑁𝐻𝑇
H1-pembelajaran: 𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −𝑇𝑃𝑆 ≠ 𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −𝑁𝐻𝑇
h) H0-memori:𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −kemmp memori tinggi =
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −kmamp memori rendah
H1-memori:
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −kemmp memori tinggi ≠ 𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 −kmamp memori rendah
i) H0-berpikir kritis :𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑡𝑓 −kemmp berpikir kritis tinggi =
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑡𝑓 −kmamp berpikir kritis 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎
H1-memori:
𝜇𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑔𝑛𝑡𝑓 −kemmp berpikir kritisi tinggi ≠ 𝜇𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 −kmamp berpikir kritisrendah
2) α = 0,05
3) Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah Multivariat Analysis Of Variance (Manova) yaitu
dengan Uji Pillai-Bartlett Trace.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
a) Untuk hipotesis efek kemampuan memori adalah
fA = 1− 𝑎∗
𝑎∗
𝑔𝑏 𝑛−1 −𝑝+1 2
𝑔−1 −𝑝 +1 /2
Dimana : *a = 𝑆𝑆𝑃𝑟𝑒𝑠
𝑆𝑆𝑃𝑓𝑎𝑐 𝐴+ 𝑆𝑆𝑃𝑟𝑒𝑠
V1= 11 pg
V1 = gb (n-1) – p + 1
b) Untuk hipotesis efek kemampuan berpikir kritis adalah
FB = 1− 𝑎∗
𝑎∗
𝑔𝑏 𝑛−1 −𝑝+1 2
𝑔−1 −𝑝 +1 /2
Dimana : *a = 𝑆𝑆𝑃𝑟𝑒𝑠
𝑆𝑆𝑃𝑓𝑎𝑐 𝐴+ 𝑆𝑆𝑃𝑟𝑒𝑠
V1= 11 pg
V1 = gb (n-1) – p + 1
c) Untuk hipotesis metode pembelajaran adalah :
FC = 1− 𝑏∗
𝑏∗
𝑔𝑏 𝑛−1 −𝑝+1 2
𝑏−1 −𝑝 +1 /2
dimana :
*b = 𝑆𝑆𝑃𝑟𝑒𝑠
𝑆𝑆𝑃𝑓𝑎𝑐 𝐵 + 𝑆𝑆𝑃𝑟𝑒𝑠
V1= 11 pb
V1 = gb (n-1) – p + 1
Uji univariat tiga jalan yang digunakan :
a) Untuk hipotesis kemampuan memori adalah
FA= 𝑆𝑆𝑃𝑓𝑎𝑐 𝐴
(𝑔−1)
V1 = g-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
V2 = gb (n - 1)
b) Untuk hipotesis kemampuan berpikir kritis adalah
FB= 𝑆𝑆𝑃𝑓𝑎𝑐 𝐵
(𝑔−1)
V1 = g-1
V2 = gb (n - 1)
c) Untuk hipotesis efek metode pembelajaran
FC= 𝑆𝑆𝑃𝑓𝑎𝑐 𝐶
(𝑏−1)
V1 = b-1
V2 = gb(n-1)
4) Komputasi
Tabel 3.8.. Tabel Kerja Multivariat
Uraian Matrik penjumlahan dan produk perkalian Derajat
kebebasan
Memori
memori(A)
SSP fak A= 𝑏𝑛𝑔𝑙=1 (𝑥l- 𝑥) (𝑥l- 𝑥)
g-1
Berpikir
kritis (B) SSP fak B= 𝑛
𝑙=1 (𝑥l- 𝑥) (𝑥l- 𝑥) h-1
Metode
pembelajaran
(C)
SSP fak C= 𝑔𝑛𝑏𝑘=1 (𝑥k- 𝑥) (𝑥k- 𝑥) b-l
Interaksi SSP int = 𝑛𝑏𝑘=1
𝑔𝑙=1 (𝑥lk- 𝑥k+𝑥) (𝑥lk-𝑥k +𝑥) (g-1)(b-l)
Residu /error SSP res = 𝑛𝑟=1
𝑏𝑘=1
𝑔𝑙=1 (𝑥lkr- 𝑥lk) (𝑥lkr- 𝑥lk ) gb(n-l)
Total
SSP res = 𝑛𝑟=1
𝑏𝑘=1
𝑔𝑙=1 (𝑥lkr- 𝑥lk) (𝑥lkr- 𝑥lk )
gbn-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
5) Daerah kritik
Uji Multivariat
a) DK = 𝑓𝐴 𝑓𝐴 > 𝐹𝑣1𝑣2 (𝛼)
b) DK = 𝑓𝐵 𝑓𝐵 > 𝐹𝑣1𝑣2 (𝛼)
c) DK = 𝑓𝐴𝐵 𝑓𝐴𝐵 > 𝐹𝑣1𝑣2 (𝛼)
6) Keputusan Uji
H0 ditolak apabila Fhit∈ DK
(Johnson. R.A. dan Wichhern D.W, 1991:249-258)
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda dilakukan apabila terdapat Ho
yang ditolak. Uji lanjut yang dilakukan menggunakan metode Scheefe. Uji ini
untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan kolom dan pasangan sel.
Dalam uji ini digunakan metode Scheffe dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan
hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
2) Menentukan tingkat signifikansi α
3) Mencari nilai statistik uji F dan menentukan daerah kritik dengan
menggunakan formula berikut :
a) Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar baris.
Dengan,
Fi-j = Nilai pada pembanding baris ke i dan j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Xi = Rataan pada baris ke-i
Xj = Rataan pada baris ke-j
RKG = Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
ni. = Ukuran sampel baris ke-i
nj. = Ukuran sampel baris ke-j
Dk = {F / F > (p – 1) Fα ;p-1, N-pq}
b) Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom
Dengan,
Fi-j = Nilai pada pembanding baris ke i dan j
Xi = Rataan pada kolom ke-i
Xj = Rataan pada kolom ke-j
RKG = Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
ni. = Ukuran sampel kolom ke-i
nj. = Ukuran sampel kolom ke-j
Dk = {F / F > (p – 1) Fα ;p-1, N-pq}
c) Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Fij-kj =Nilai F pada pembandingan baris ke-ij dan baris ke-kj
Xij = Rataan sel ke-ij
Xkj = Rataan pada sel ke-kj
RKG = Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
nij = Ukuran sampel sel ke-ij
nkj = Ukuran sampel sel ke-kj
Dk = {F / F > (pq-1)Fα ;pq-1,N-pq}
d) Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama.
Dengan
Fij-ik =Nilai F pada pembandingan baris ke-ij dan baris ke-kj
Xij = Rataan sel ke-ij
Xik = Rataan pada sel ke-ik
RKG = Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
nij = Ukuran sampel sel ke-ij
njk =Ukuran sampel sel ke-jk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Dk = {F / F > (pq-1)Fα ;pq-1,N-pq}
4) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.
5) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh meliputi skor kemampuan memori, skor kemampuan
berpikir kritis, skor keterampilan metakognitif, dan skor prestasi belajar siswa
pada materi hidrokarbon yang meliputi prestasi kognitif. Data diperoleh dari kelas
X-TKR3 sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran NHT dan kelas X-
TSM3 sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran TPS.
1. Data Kemampuan Memori
Data kemampuan memori dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu
kemampuan memori tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan memori
≥ rata-rata nilai kemampuan memori seluruh kelas dan kategori kemampuan
memori rendah bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan memori ˂ rata-rata
nilai kemampuan memori seluruh kelas. Nilai rata-rata yang didapat sebesar 24,7.
Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 70 siswa yang terdiri dari 37 siswa
kelas eksperimen dengan model pembelajaran NHT dan 33 siswa kelas
eksperimen dengan model pembelajaran TPS, terdapat 37 siswa mempunyai
kemampuan memori tinggi dan 33 siswa mempunyai kemampuan memori rendah.
Secara rinci disajikan dalam tabel 4.1 dan tabel 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Tabel 4.1 Deskripsi data Prestasi Kognitif Siswa yang mempunyai
Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah
MODEL TPS Model NHT
K.Memori
Tinggi
K.Memori
Rendah
K.Memori
Tinggi
K.Memori
Rendah
N 17,00 16,00 20,00 17,00
SD 13,62 9,78 13,62 13,75
MEAN 62,35 51,50 69,20 56,24
MIN 44,00 40,00 48,00 36,00
MAX 80,00 60,00 88,00 88,00
Tabel 4.1 menunjukan penguasaan konsep untuk kemampuan kognitif,
pada model pembelajaran TPS siswa yang mempunyai kemampuan memori
tinggi diperoleh nilai minimum 44,00; nilai maksimum 80,00 dengan rata-rata
62,35 dan standar deviasi 13,62 sedangkan untuk siswa yang mempunyai
kemampuan memori rendah dengan diperoleh nilai minimum 40,00 nilai
maksimum 60,00 dengan rata-rata 51,50 dan standar deviasi 9,78. Sedangkan
pada model pembelajaran NHT siswa yang mempunyai kemampuan memori
tinggi diperoleh nilai minimum 48,00; nilai maksimum 88,00; dengan rata-rata
69,20; dan standar deviasi 13,62. Untuk siswa dengan kemampuan memori rendah
diperoleh nilai minimum 36,00; nilai maksimum 88,00; rata-rata 56,24; dan
standar deviasi 13,75. Untuk deskripsi data keterampilan metakognitif siswa yang
mempuyai kemampuan memori tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Tabel 4.2 Deskripsi data Keterampilan Metakognitif Siswa yang mempunyai
Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah.
Model TPS Model NHT
K.Memori
Tinggi
K.Memori
Rendah
K.Memori
Tinggi
K.Memori
Rendah
N 17,00 16,00 20,00 17,00
SD 6,90 8,92 6,67 11,29
MEAN 69,59 66,25 78,35 73,12
MIN 58,00 53,00 64,00 40,00
MAX 82,00 78,00 90,00 86,00
Tabel 4.2 menunjukan keterampilan metakognitif siswa pada model
pembelajaran TPS siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi diperoleh
nilai minimum 58,00 nilai maksimum 82,00 dengan rata-rata 69,59 dan standar
deviasi 6,90 sedangkan untuk siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah
dengan diperoleh nilai minimum 40,00 nilai maksimum 60,00 dengan rata-rata
51,50 dan standar deviasi 9,78. Sedangkan pada model pembelajaran NHT siswa
yang mempunyai kemampuan memori tinggi diperoleh nilai minimum 64,00; nilai
maksimum 90,00; dengan rata-rata 78,35; dan standar deviasi 6,67. Untuk siswa
dengan kemampuan memori rendah diperoleh nilai minimum 40,00; nilai
maksimum 86,00; rata-rata 73,12; dan standar deviasi 11,29.
2. Data Kemampuan Berpikir Kritis
Data kemampuan berpikir kritis juga dikelompokkan dalam 2 kategori,
yaitu kemampuan berpikir kritis tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai
kemampuan berpikir kritis ≥ rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis seluruh
kelas dan kategori kemampuan berpikir kritis rendah bagi siswa yang mempunyai
nilai kemampuan berpikir kritis ˂ rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
seluruh kelas. Nilai rata-rata yang didapat sebesar 29,2. Dengan menggunakan
kriteria tersebut dari 70 siswa yang terdiri dari 37 siswa kelas eksperimen dengan
model pembelajaran NHT dan 33 siswa kelas eksperimen dengan model
pembelajaran TPS, terdapat 29 siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis
tinggi dan 41 siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah. Secara rinci
disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi data Prestasi Siswa yang Mempunyai Kemampuan
Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah
MODEL TPS Model NHT
K.Berpikir
Kritis Tinggi
K.Berpikir
Kritis Rendah
K.Berpikir
Kritis Tinggi
K.Berpikir
Kritis Rendah
N 19 14 15 22
SD 12,99 10,91 15,26 15,17
MEAN 59 56 63 63
MIN 40 40 44 36
MAX 80 80 88 88
Tabel 4.3 menunjukan penguasaan konsep untuk kemampuan kognitif,
pada model pembelajaran TPS siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis
tinggi diperoleh nilai minimum 40,00; nilai maksimum 80,00 dengan rata-rata
59,00 dan standar deviasi 12,99 sedangkan untuk siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir kritis rendah dengan diperoleh nilai minimum 40,00 nilai
maksimum 80,00 dengan rata-rata 56,00 dan standar deviasi 10,91. Sedangkan
pada model pembelajaran NHT siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis
tinggi diperoleh nilai minimum 44,00; nilai maksimum 88,00; dengan rata-rata
63,00; dan standar deviasi 15,26. Untuk siswa dengan kemampuan berpikir kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
rendah diperoleh nilai minimum 36,00; nilai maksimum 88,00; rata-rata 63,00;
dan standar deviasi 15,17.
Tabel 4.4 Deskripsi data Keterampilan Metakognitif Siswa yang
Mempunyai Kemampuan Berpikir kritis Tinggi dan Rendah.
MODEL TPS Model NHT
K.Berpikir
Kritis Tinggi
K.Berpikir
Kritis Rendah
K.Berpikir
Kritis Tinggi
K.Berpikir
Kritis Rendah
N 19 14 15 22
SD 6,51 10,91 6,66 6,66
MEAN 70 56 80 80
MIN 58 53 64 40
MAX 79 82 90 88
Tabel 4.4 menunjukan keterampilan metakognitif siswa pada model
pembelajaran TPS siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi
diperoleh nilai minimum 58,00 nilai maksimum 79,00 dengan rata-rata 70 dan
standar deviasi 6,51 sedangkan untuk siswa yang mempunyai kemampuan
berpikir kritis rendah dengan diperoleh nilai minimum 53,00 nilai maksimum
82,00 dengan rata-rata 56 dan standar deviasi 10,91. Sedangkan pada model
pembelajaran NHT siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi
diperoleh nilai minimum 64,00; nilai maksimum 90,00; dengan rata-rata 80,00;
dan standar deviasi 6,66. Untuk siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah
diperoleh nilai minimum 40,00; nilai maksimum 88,00; rata-rata 80; dan standar
deviasi 6,66.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
3. Data Prestasi Belajar Kognitif
Rentang skor prestasi kognitif yaitu 0 – 100. Secara umum deskripsi data
prestasi kognitif sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Kognitif
Kategori Pengelompokan
Model
Pembelajaran
Kemampuan Kemampuan
Memori Berpikir Kritis
TPS NHT Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Mean 57,00 63,00 66,00 54,00 61,10 59,80
Minimum 40,00 36,00 44,00 36,00 40,00 40,00
Maksimum 80,00 88,00 88,00 88,00 88,00 88,00
Standar Deviasi 11,72 14,99 12,85 12,05 14,18 13,68
Perbandingan prestasi belajar kognitif kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran NHT dan TPS dapat dilihat pada tabel 4.5 dan
gambar 4.1. Untuk perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi dan rendah dapat dilihat pada tabel 4.7 dan gambar
4.2. Sedangkan perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah dapat dilihat pada tabel 4.8 dan
gambar 4.3.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas TPS dan NHT
Interval
Kelas TPS Kelas NHT
Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
Frekuensi Frekuensi
Relatif (%)
36 – 44 6 18,2 5 13,5
45 – 53 9 27,3 6 16,2
54 – 62 7 21,2 8 21,6
63 – 71 5 15,2 7 18,9
72 – 80 6 18,2 4 10,8
81 – 89 0 0,0 7 18,9
Jumlah 33 100,00 37 100,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Kognitif Kelas TPS
Gambar 4.2. Histogram Prestasi Kognitif Kelas NHT
0123456789
36 – 44 45 – 53 54 – 62 63 – 71 72 – 80 81 – 89
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Histogram Prestasi belajar Model TPS
0
1
2
3
4
5
6
7
8
36 – 44 45 – 53 54 – 62 63 – 71 72 – 80 81 – 89
Fre
kuen
si
Interval Nilai
Histogram Prestasi Kognitif Kelas NHT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kemampuan
Memori
Interval
Kemampuan Memori Tinggi Kemampuan Memori Rendah
Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
36 – 44 1 2,8 10 29,4
45 – 53 6 16,7 9 26,5
54 – 62 8 22,2 7 20,6
63 – 71 7 19,4 5 14,7
72 – 80 8 22,2 2 5,9
81 – 89 6 16,7 1 2,9
Jumlah 36 100,00 34 100,00
Gambar 4.3. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan
Memori Tinggi
012345678
36 – 44 45 – 53 54 – 62 63 – 71 72 – 80 81 – 89
Fre
kuen
si
Interval Nilai
Histogram Prestasi Kognitif Kemampuan Memori
Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Gambar 4.4. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan
Memori Tinggi
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kemampuan
Berpikir Kritis.
Interval
Kemampuan Berpikir Kritis
Tinggi
Kemampuan Berpikir Kritis
Rendah
Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
36 – 44 5 17,2 6 14,6
45 – 53 6 20,7 9 22,0
54 – 62 4 13,8 11 26,8
63 – 71 7 24,1 5 12,2
72 – 80 4 13,8 6 14,6
81 – 89 3 10,3 4 9,8
Jumlah 29,0 100,0 41,0 100,0
0
2
4
6
8
10
36 – 44 45 – 53 54 – 62 63 – 71 72 – 80 81 – 89
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Histogram Prestasi Kognitif Kemampuan Memori
Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan
Berpikir Kritis Tinggi
Gambar 4.6. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan
Berpikir Kritis Rendah
Data prestasi kognitif yang dpengaruhi oleh model pembelajaran,
kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 4.9
berikut:
0
1
2
3
4
5
6
7
36 – 44 45 – 53 54 – 62 63 – 71 72 – 80 81 – 89
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi
0
2
4
6
8
10
12
36 – 44 45 – 53 54 – 62 63 – 71 72 – 80 81 – 89
Fre
kuen
si
Interval Nilai
Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Berpikir Kritis Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Tabel 4.9. Sebaran Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa untuk Tiap-Tiap Sel
VARIABEL SEBARAN
DATA
MODEL
PEMBELAJARAN
TPS NHT
Memori
Tinggi
Keterampilan
Berpikir Kritis
Tinggi
MEAN 67,00 69,33
SD 9,01 15,23
N 8 9
Keterampilan
Berpikir Kritis
Rendah
MEAN 58,22 69,09
SD 11,68 12,91
N 9 11
Memori
Rendah
Keterampilan
Berpikir Kritis
Tinggi
MEAN 47,33 54,67
SD 7,76 4,59
N 6 6
Keterampilan
Berpikir Kritis
Rendah
MEAN 54,00 57,09
SD 10,37 11,21
N 10 11
4. Data Keterampilan Metakognitif
Rentang skor keterampilan metakognitif yaitu 0 – 100. Secara umum
deskripsi data keterampilan metakognitif dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Deskripsi Data Keterampilan metakognitif
Kategori Pengelompokan
Model Pembelajaran Kemampuan Kemampuan
Memori Berpikir Kritis
TPS NHT Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Mean 57,00 63,00 74,32 69,79 75,17 70,07
Minimum 40,00 36,00 58,00 40,00 58,00 40,00
Maksimum 80,00 88,00 90,00 86,00 90,00 88,00
Standar Deviasi 12,38 14,93 8,02 10,64 8,32 9,89
Perbandingan skor keterampilan metakognitif kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran NHT dan TPS dapat dilihat pada tabel 4.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
dan gambar 4.4. Untuk perbandingan skor keterampilan metakognitif siswa yang
mempunyai kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah dapat
dilihat pada tabel 4.12 dan gambar 4.5. Sedangkan perbandingan skor
keterampilan metakognitif siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis
tinggi dan rendah dapat dilihat pada tabel 4.13 dan gambar 4.6
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Keterampilan Metakognitif Kelas TPS dan
NHT
Interval
Kelas TPS Kelas NHT
Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
40 – 48 0 0,0 1 2,7
49 – 57 2 6,1 0 0,0
58 – 66 11 33,3 3 8,1
67 – 75 14 42,4 12 32,4
76 – 84 6 18,2 16 43,2
85 – 93 0 0,0 5 13,5
Jumlah 33 100,0 37 100,0
Gambar 4.7. Histogram Keterampilan Metakognitif Kelas TPS
0
2
4
6
8
10
12
14
40 – 48 49 – 57 58 – 66 67 – 75 76 – 84 85 – 93
Fre
kuen
si
Interval Nilai
Histogram Keterampilan Metakognitif Model TPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Gambar 4.8. Histogram Keterampilan Metakognitif Kelas TPS
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori.
Interval
Kemampuan Memori Tinggi Kemampuan Memori Rendah
Frekuensi Frekuensi
Relatif (%) Frekuensi
Frekuensi
Relatif (%)
40 – 48 0 0,0 1 3,0
49 – 57 0 0,0 2 6,1
58 – 66 6 16,2 8 24,2
67 – 75 16 43,2 10 30,3
76 – 84 13 35,1 9 27,3
85 - 93 2 5,4 3 9,1
Jumlah 37 100,0 33 100,0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
40 – 48 49 – 57 58 – 66 67 – 75 76 – 84 85 – 93
Fre
kuen
si
Interval Nilai
Histogram Keterampilan Metakognitif Model NHT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Gambar 4.9. Histogram Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori Tinggi
Gambar 4.10. Histogram Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori Rendah
02468
10121416
40 – 48 49 – 57 58 – 66 67 – 75 76 – 84 85 - 93
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Histogram Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori Tinggi
0
2
4
6
8
10
40 – 48 49 – 57 58 – 66 67 – 75 76 – 84 85 - 93
Fre
kuen
si
Interval Nilai
Histogram Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Memori Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kritis.
Interval
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi Kemampuan Berpikir
Kritis Rendah
Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Frekuensi Frekuensi
Relatif (%)
40 – 48 0 0,0 1 2,4
49 – 57 0 0,0 2 4,9
58 – 66 6 20,7 8 19,5
67 – 75 8 27,6 18 43,9
76 – 84 11 37,9 11 26,8
85 - 93 4 13,8 1 2,4
Jumlah 29 100,0 41 100,0
Gambar 4.11. Histogram Keterampilan Metakognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi
0
2
4
6
8
10
12
40 – 48 49 – 57 58 – 66 67 – 75 76 – 84 85 - 93
Fre
kuen
si
Interval Nilai
Histogram Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Gambar 4.12. Histogram Keterampilan Metakognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Berpikir Kritis Rendah
Data keterampilan metakognitif yang dipengaruhi oleh model
pembelajaran, kemampuan memori, dan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat
pada Tabel 4.14berikut:
Tabel 4.14. Sebaran Data Keterampilan Metakognitif Siswa untuk Tiap-Tiap Sel
Variabel Sebaran
Data
Model
Pembelajaran
TPS NHT
Memori
Tinggi
Keterampilan Berpikir Kritis
Tinggi
MEAN 69,00 79,11
SD 5,73 7,85
N 8 9
Keterampilan Berpikir Kritis
Rendah
MEAN 70,11 76,70
SD 8,12 5,87
N 9 11
Memori
Rendah
Keterampilan Berpikir Kritis
Tinggi
MEAN 71,00 81,67
SD 7,85 4,59
N 6 6
Keterampilan Berpikir Kritis
Rendah
MEAN 63,40 68,45
SD 8,62 11,21
N 10 11
0
5
10
15
20
40 – 48 49 – 57 58 – 66 67 – 75 76 – 84 85 - 93
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Histogram Keterampilan Metakognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kritis Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak.Jika di dapat signifikansi ˃ 0,05,
maka H0 (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Nilai signifikansi yang
digunakan mengacu pada rumus Kolmogorov-Smirnova. Hasil komputasi dengan
SPSS 18 dapat dilihat pada lampiran 24, hasilnya disajikan pada tabel 4.15.
Tabel 4.15. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai-Nilai Prestasi Belajar pada
Masing-masing Kelompok
No Uji
Normalitas
Sig. terhadap
prestasi belajar
Sig.Keterampilan
metakognitif
Keputusan Kesimpulan
1 A 0,200*> 5 % 0,200
*> 5 % Ho ditolak Data normal
2 B 0,200*> 5 % 0,200
*> 5 % Ho ditolak Data normal
3 C 0,106 > 5 % 0,200*> 5 % Ho ditolak Data normal
4 D 0,200*> 5 % 0,200
*> 5 % Ho ditolak Data normal
5 E 0,200*> 5 % 0,200
*> 5 % Ho ditolak Data normal
6 F 0, ,056> 5 % 0,112> 5 % Ho ditolak Data normal
7 G 0,200*> 5 % 0,126> 5 % Ho ditolak Data normal
8 H 0,136> 5 % 0,200*> 5 % Ho ditolak Data normal
9 I 0,200*> 5 % 0,062> 5 % Ho ditolak Data normal
10 J 0,200*> 5 % 0,200
*> 5 % Ho ditolak Data normal
11 K 0,200*> 5 % 0,126> 5 % Ho ditolak Data normal
12 L 0,171> 5 % 0,200*> 5 % Ho ditolak Data normal
13 M 0,200*> 5 % 0,200
*> 5 % Ho ditolak Data normal
14 N 0,200*> 5 % 0,060> 5 % Ho ditolak Data normal
Keterangan:
A : Siswa yang diberi model TPS
B : Siswa yang diberi model NHT
C : Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi
D : Siswa yang memiliki kemampuan memori rendah
E : Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
F : Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah
G : Siswa yang diberi model TPS dengan kemampuan memori tinggi dan
kemampuan berpikir kritis tinggi
H : Siswa yang diberi model TPS dengan kemampuan memori rendah dan
kemampuan berpikir kritis tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
I : Siswa yang diberi model TPS dengan kemampuan memori tinggi dan
kemampuan berpikir kritis rendah
J : Siswa yang diberi model TPS dengan kemampuan memori rendah dan
kemampuan berpikir kritis rendah
K : Siswa yang diberi model NHT dengan kemampuan memori tinggi dan
kemampuan berpikir kritis tinggi
L : Siswa yang diberi model NHT dengan kemampuan memori rendah dan
kemampuan berpikir kritis tinggi
M : Siswa yang diberi model NHT dengan kemampuan memori tinggi dan
kemampuan berpikir kritis rendah
N : Siswa yang diberi model NHT dengan kemampuan memori rendah dan
kemampuan berpikir kritis rendah
Berdasarkan hasil uji normalitas, di dapat sig ˃ 0,05, sehingga H0 (data tidak
berdistribusi normal) ditolak. Diperoleh kesimpulan semua data berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Jika diperoleh sig ˃ 0,05, maka H0 (data tidak
homogen) ditolak. Hasil komputasi dengan SPSS 18 dapat dilihat pada lampiran
25, hasilnya disajikan pada tabel 4.16.
Tabel 4.16. Hasil Pengujian Homogenitas
No Faktor
Sig.
Terhadap
prestasi
Sig.
Terhadap
metakognitif
Keputusan
Ho Kesimpulan
1. Model Pembelajaran 0,126 0,998 Ho ditolak Homogen
2. Kemampuan Memori 0,404 0,137 Ho ditolak Homogen
3. Kemampuan Berpikir
Kritis
0,545 0,508 Ho ditolak Homogen
4. Uji Lanjut (Interaksi
antara kemampuan
memori dengan
kemampuan berpikir
kritis terhadap
keterampilan
metakognitif)
0,728 0,416 Ho ditolak Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Berdasarkan hasil di atas, diperoleh sig ˃ 0,05, sehingga H0 (data tidak homogen)
ditolak. Diperoleh kesimpulan bahwa data mempunyai varian yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis varians multivariate (Manova).
Dalam menyelesaikan analisis varians multivariate (Manova) digunakan
program komputasi SPSS 18.Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.17 dan 4.18.
Tabel 4.17.Multivariate Test
Multivariate Testsb
Effect Value F Hypothesis
df
Error
df Sig.
Intercept Pillai's
Trace
0,99 3009,509a 2 61 0
Model Pillai's
Trace
0,239 9,595a 2 61 0
Memory Pillai's
Trace
0,223 8,752a 2 61 0
Critical Pillai's
Trace
0,109 3,748a 2 61 0,029
Model * Memory Pillai's
Trace
0,002 ,048a 2 61 0,953
Model * Critical Pillai's
Trace
0,022 ,697a 2 61 0,502
Memory * Critical Pillai's
Trace
0,154 5,544a 2 61 0,006
Model * Memory *
Critical
Pillai's
Trace
0,018 ,564a 2 61 0,572
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Tabel 4.18.Test of Between-Subjects Effect
Tests of Between-Subjects Effects
Source Dependent Variable Type III
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Model
dimension1
Prestasi
Kognitif
580,024 1 580,024 3,805 ,056
Metakogn
itif
1162,54
3
1 1162,543 18,329 ,000
Memory
dimension1
Prestasi
Kognitif
2655,79
2
1 2655,792 17,420 ,000
Metakogn
itif
135,712 1 135,712 2,140 ,149
Critical
dimension1
Prestasi
Kognitif
,005 1 ,005 ,000 ,995
Metakogn
itif
461,952 1 461,952 7,283 ,009
Model *
Memory dimension1
Prestasi
Kognitif
8,018 1 8,018 ,053 ,819
Metakogn
itif
4,182 1 4,182 ,066 ,798
Model *
Critical dimension1
Prestasi
Kognitif
19,150 1 19,150 ,126 ,724
Metakogn
itif
68,294 1 68,294 1,077 ,303
Memory *
Critical dimension1
Prestasi
Kognitif
340,837 1 340,837 2,236 ,140
Metakogn
itif
438,361 1 438,361 6,911 ,011
Model *
Memory *
Critical dimension1
Prestasi
Kognitif
169,655 1 169,655 1,113 ,296
Metakogn
itif
10,097 1 10,097 ,159 ,691
Dari hasi analisis manova diatas jika sig. > Alpha = 0,05 maka Ho :
diterima (tidak ada ada perbedaan/tidak berpengaruh), jika sig < Alpha = 0,05 Ho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
ditolak (ada perbedaan/ berpengaruh), dan jika sig > Alpha = 0,05 maka Ho :
diterima (tidak ada interaksi/tidak berpengaruh), jika sig < Alpha = 0,05 Ho :
ditolak (ada interaksi/berpengaruh).
Jadi dari data diatas dapat disimpulkan hasil uji hipotesis untuk data
prestasi kognitif dan keterampilan metakognitif sebagai berikut:
1. Uji pengaruh/perbedaan prestasi belajar dengan menerapkan TPS dan NHT :
Pada tabel General Linear Model kemampuan berpikir kritis menunjukan
nilai signifikansi sebesar 0,056 (sig > 5 %; Ho diterima) untuk prestasi dan
0,000 (sig < 5 %, Ho ditolak) untuk keterampilan metakognitif. Data ini
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran TPS dan NHT tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar, tetapi
memberikan pengaruh terhadap keterampilan metakognitif siswa.
2. Uji pengaruh/perbedaan prestasi belajar yang mempunyai kemampuan
memori tinggi dan rendah : Pada tabel General Linear Model menunjukan
nilai signifikansi sebesar 0,000 (sig < 5 %; Ho ditolak) untuk prestasi dan
0,149 (sig > 5 %, Ho diterima) untuk keterampilan metakognitif. Data ini
menunjukkan bahwa kemampuan memori tinggi dan rendah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar, tetapi tidak memberikan
pengaruh terhadap keterampilan metakognitif siswa.
3. Uji pengaruh/perbedaan prestasi belajar yang mempunyai kemampuan
memori tinggi dan rendah : Pada tabel General Linear Model menunjukan
nilai signifikansi sebesar 0,995 (sig > 5 %; Ho diterima) untuk prestasi dan
0,009 (sig < 5 %, Ho ditolak) untuk keterampilan metakognitif. Data ini
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar, tetapi
memberikan pengaruh terhadap keterampilan metakognitif siswa.
4. Interaksi penggunaan model pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif; Pada
tabel General Linear Model menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,819 (sig
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
> 5 %; Ho diterima) untuk prestasi dan 0,798 (sig > 5 %, Ho diterima) untuk
keterampilan metakognitif. Data ini menunjukkan bahwainteraksi antara
penggunaan model pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan memori
tinggi - rendah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar maupun keterampilan metakognitif siswa.
5. Interaksi penggunaan model pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan
berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif;
Pada tabel General Linear Model menunjukan nilai signifikansi sebesar
0,724 (sig > 5 %; Ho diterima) untuk prestasi dan 0,303 (sig > 5 %, Ho
diterima) untuk keterampilan metakognitif. Data ini menunjukkan bahwa
interaksi antara penggunaan model pembelajaran TPS dan NHT dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi - rendah tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar maupun keterampilan metakognitif siswa.
6. Interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan berpikir kritis siswa
terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif; Pada tabel General
Linear Model menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,140 (sig > 5 %; Ho
diterima) untuk prestasi dan 0,011 (sig < 5 %, Ho ditolak) untuk keterampilan
metakognitif. Data ini menunjukkan bahwa interaksi antara kemampuan
memori dengan kemampuan berpikir kritis tinggi - rendah tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar tetapi memberikan
pengaruh terhadap keterampilan metakognitif siswa.
7. Interaksi penggunaan model pembelajaran TPS dan NHT, kemampuan
memori, dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
keterampilan metakognitif; Pada tabel General Linear Model menunjukan
nilai signifikansi sebesar 0,296 (sig > 5 %; Ho diterima) untuk prestasi dan
0,691 (sig > 5 %, Ho diterima) untuk keterampilan metakognitif. Data ini
menunjukkan bahwa interaksi antara penggunaan model pembelajaran TPS
dan NHT, kemampuan memori, dan kemampuan berpikir kritis tinggi -
rendah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar
maupun keterampilan metakognitif siswa.
2. Uji Lanjut
Uji lanjut dilakukan ketika ada hipotesis Ho ditolak. Hipotesis nol (Ho)
yang ditolak pada penelitian ini antara lain Ho (1) terhadap keterampilan
metakognitif, Ho (2) terhadap prestasi belajar, Ho (3) terhadap keterampilan
metakognitif dan Ho (6) terhadap keterampilan metakognitif, maka peneliti
melakukan uji lanjut. Dengan bantuan SPSS 18, dengan menggunakan Uji Lanjut
Anova Scheffe diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.19
Tabel 4.19. Rangkuman Uji Lanjut ANOVA Scheffe pada Keterampilan
Metakognitif.
Memori-critical Memori-critical Sig. Kesimpulan
MR-CTR
MR-CTT 0.030 Tidak ada perbedaan
MT-CTR 0,180 Ada perbedaan
MT-CTT 0.063 Ada perbedaan
MR-CTT
MR-CTR 0.030 Tidak ada perbedaan
MT-CTR 0.729 Ada perbedaan
MT-CTT 0.955 Ada perbedaan
MT-CTR
MR-CTR 0,180 Ada perbedaan
MR-CTT 0.729 Ada perbedaan
MT-CTT 0.945 Ada perbedaan
MT-CTT
MR-CTR 0.063 Ada perbedaan
MR-CTT 0.955 Ada perbedaan
MT-CTR 0.945 Ada perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Berdasarkan data di atas, dapat memberikan informasi bahwa adanya
interaksi antara kemampuan memori dengan kemampuan berpikir kritis, dan
interaksi ini berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan metakognitif.
Berdasarkan nilai signifikansi maka dapat diperoleh hasil bahwa ada perbedaan
keterampilan metakognitif pada siswa dengan kemampuan memori rendah-
kemampuan berpikir kritis rendah, kemampuan memori rendah-dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi, kemampuan memori tinggi-dengan kemampuan
berpikir kritis rendah, dan kemampuan memori tinggi-kemampuan berpikir kritis
tinggi. Setelah dilakukan uji compare means dapat terlihat mana yang lebih
unggul. Rangkuman uji compare means antara masing-masing Ho yang ditolak
dapat dilihat pada tabel 4.20
Tabel 4.20. Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif dan
keterampilan Metakognitif.
Independent Dependent Mean N Standar
Deviasi
Model TPS
Model NHT
Keterampilan
Metakognitif
66,88
75,95
33
37
8,05356
9,33615
Memori
Rendah
Memori Tinggi
Prestasi 45,94
58,38
33
37
12,04663
13,34864
B.Kritis
Rendah
B.Kritis Tinggi
Keterampilan
Metakognitif
69,20
75,17
41
29
10,12724
8,31981
MR-CTR
MR-CTT
MT-CTR
MT-CTT
Keterampilan
Metakognitif
66,05
76,33
72,50
74,35
21
12
20
17
10,14631
8,28288
9,22525
8,49957
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
pembelajaran Kimia materi pokok Hidrokarbon dengan menggunakan model
pembelajaran TPS dan NHT terhadap prestasi belajar dan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
metakognitif siswa, ada atau tidaknya pengaruh kemampuan memori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif, ada atau tidaknya
pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
dan keterampilan metakognitif, ada atau tidaknya interaksi antara model
pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan memori siswa, ada atau tidaknya
interaksi antara model pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan berpikir
kritis, ada atau tidaknya interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan
berpikir kritis siswa, ada atau tidaknya interaksi antara TPS dan NHT,
kemampuan memori, dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi
Hidrokarbon. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster
random sampling atau sampel acak dengan cara undian kelas dan dengan
menggunakan uji kesamaan rata-rata dihasilkan 2 kelas, 1 kelas sebagai kelompok
eksperimen pertama (kelas X-TKR3), dikenai model pembelajaran TPS dan 1
kelas sebagai kelompok eksperimen kedua (kelas X-TSM3), dikenai model
pembelajaran NHT.
Pengukuran kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis dilakukan
sebelum pembelajaran. Instrumen yang dipakai untuk mengukur kemampuan
memori berupa daftar istilah yang berhubungan dengan kimia. Siswa diminta
menghafal istilah secara berurutan dalam waktu 10 menit. Kemudian menulis
ulang istilah tersebut ke dalam lembar jawab yang disediakan. Sedangkan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis, siswa disediakan suatu bacaan tentang
materi Hidrokarbon. Dari bacaan tersebut siswa diminta membuat peta konsep.
Kedua instrumen ini telah sebelumnya divalidasi melalui konsultasi pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
dan uji pendahuluan pada kelompok kecil. Setelah pembelajaran selesai,
dilakukan test akhir pembelajaran materi Hidrokarbon untuk mengukur aspek
kognitif dan mengisi angket keterampilan metakognitif . Model pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah TPS dan NHT yang merupakan salah
satu jenis cooperative learning (pembelajaran kelompok), dimana dalam
pembentukan kelompok harus dibuat secara heterogen. Hal ini dimaksudkan agar
terjadi interaksi siswa di dalam kelompoknya. Di dalam setiap kelompok, siswa
yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa
yang berkemampuan rendah sehingga akan dapat segera menyesuaikan dalam
proses pemahaman materi.
1. Hipotesis Pertama
Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang
ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi kognitif siswa, ini juga
merupakan cara untuk menciptakan lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas,
memperluas perkembangan interpersonal, dan mendukung perkembangan aspek-
aspek psikologis siswa (Slavin, 2008). Banyak penelitian yang telah dilakukan
untuk mengkaji pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif. Penelitian tidak
hanya difokuskan pada pengaruh terhadap prestasi kognitif, tapi juga terhadap
aspek-aspek lain pada diri siswa, terutama aspek sosial dan psikologi.
Penelitian yang dilakukan Cirila Peklaj “Effects of Cooperative versus
Individualistic Learning on Cognitive, Affective, Metacognitive and Social
Processes in Students” merupakan salah satu penelitian yang mengkaji capaian
pembelajaran kooperatif dalam beberapa aspek. Kesimpulan dari penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
tersebut antara lain menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif secara umum
berpengaruh secara positif pada capaian kognitif, afektif, metakognitif, dan proses
sosial. Menurut Slavin (2008) pengaruh dari pembelajaran kooperatif tidak
konsisten secara menyeluruh. Namun, dari banyak kajian penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa apabila kondisi-kondisi dalam teori kontak
dipenuhi, maka beberapa pengaruh positif dari pembelajaran kooperatif akan
dicapai.
Salah satu kajian dalam penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya
perbedaan prestasi kognitif dan keterampilan metakognitif antara siswa yang
diberi pembelajaran dengan model TPS dan siswa yang diberi pembelajaran
dengan model NHT. Dari analisis multivariat, untuk Uji Pillai's Trace
menunjukkan signifikansi yang diperoleh sebesar 0,056 pada prestasi dan 0,000
pada keterampilan metakognitif. Berdasarkan uji multivariat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
diberi pembelajaran model TPS maupun NHT. Berbeda dengan hal tersebut,
terdapat perbedaan keterampilan metakognitif antara siswa yang diberi
pembelajaran model TPS dan NHT. Mean prestasi kognitif dan keterampilan
metakognitif siswa dengan pembelajaran TPS berturut-turut sebesar 57,09 dan
67,97. Sedangkan pada pembelajaran NHT mean prestasi kognitif dan
keterampilan metakognitif siswa berturut-turut 63,24 dan 75,95.
Perbedaan model pembelajaran kooperatif akan diikuti oleh perbedaan
model interaksi atau kontak sosial. Belajar ( learning ) menurut Marshall dalam
Margaret E. Gredler (2006), ”sosial interaction that constructs and reconstructs
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
contexts”. Belajar merupakan proses konstruksi dan rekonstruksi makna melalui
interaksi sosial. Berdasarkan histogram pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa
rerata prestasi belajar pada model NHT lebih unggul daripada rerata prestasi
belajar pada model pembelajaran TPS. Hal ini bisa dikatakan bukan karena
adanya perbedaan model pembelajaran, tetapi kemungkinan karena adanya
perbedaan faktor intern dari masing-masing kelas eksperimen yang berpengaruh
langsung terhadap prestasi belajar. Dalam tabel 4.1 dapat dilihat adanya
perbedaan frekuensi antara kemampuan memori tinggi dengan kemampuan
memori rendah pada masing-masing model pembelajaran. Hal inilah yang
kemungkinan memegang peranan penting dalam mempengaruhi perbedaan
prestasi belajar siswa. Ada tidaknya pengaruh kemampuan memori terhadap
prestasi belajar akan dikaji dalam hipotesis 2.
Pada aspek keterampilan metakognitif, dapat terlihat adanya perbedaan
antara siswa yang diberi model pembelajaran NHT dan siswa yang diberi
pembelajaran TPS. Kelompok siswa pada model pembelajaran NHT mempunyai
keterampilan metakognitif lebih tinggi daripada siswa pada model pembelajaran
TPS. NHT merupakan pembelajaran secara kelompok dimana siswa saling
berinteraksi dan berusaha menyamakan pengetahuan dengan diskusi kelompok
sehingga menjadikan pemahaman yang mendalam, berpikir kreatif, melatih siswa
berpikir kritis dan aktif dalam menangkap materi pelajaran serta menuntun siswa
berdiskusi, berekspolarasi dan menganalisis sehingga membangkitkan semangat
kompetisi untuk menyamakan pengetahuan dan meningkatkan semangat belajar
siswa. Pengalaman belajar dengan model pembelajaran NHT dapat membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
siswa belajar efektif dan efisien serta siswa melakukan pembelajaran secara aktif
tidak sekedar membaca dan mendengar tetapi memberikan kesempatan untuk
menyamakan pengetahuan dengan melakukan dikusi kelompok. Hal ini sesuai
dengan teori Gagne yang lebih menitikberatkan pemrosesan informasi sehingga
terjadi interaksi dengan lingkungan.
Model kooperatif NHT membantu mengarahkan siswa untuk
memaksimalkan proses interaksi sosial sehingga masing-masing individu dalam
kelompok mampu berbagi pengalaman belajar. Dari berbagi inilah akan tumbuh
suatu kesadaran berpikir tentang informasi yang belum dan telah diketahui.
Kesadaran ini akan menumbuhkan kemampuan yang ada dalam diri siswa untuk
menyusun strategi efektif dalam memperoleh informasi tersebut. Pada proses
inipun interaksi sosial masih memegang peranan penting. Siswa dapat berbagi
satu sama lain tentang strategi terbaik dalam belajar. Dapat saling mengadopsi
strategi siswa lain, atau sekedar memberi masukan ketika strategi yang digunakan
dirasa masih belum maksimal. Proses yang terakhir adalah evaluasi yang meliputi
monitoring dan refleksi. Dalam proses ini siswa secara tidak langsung dituntut
untuk mengevaluasi dirinya sendiri terkait dengan proses sadar belajar dan
penyusunan strategi dalam belajar. NHT memberi ruang yang cukup luas untuk
berdiskusi dan saling mengevaluasi antar anggota kelompok. Evaluasi secara
kelompok jauh lebih efektif daripada dilakukan secara mandiri karena siswa dapat
saling membenahi siswa lain dan memberikan masukan sebagai bahan refleksi.
Kontradiksi dengan hal tersebut, model pembelajaran TPS memiliki
kelemahan dalam hal interaksi sosial. TPS kurang memberi ruang terbuka untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
proses diskusi dan bertukar pendapat. Pembelajarannya kurang maksimal karena
siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah cenderung mengandalkan
pasangannya yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Proses sharing pasangan
menjadi tumpuan utama sehingga secara keseluruhan proses TPS berlangsung
kurang maksimal. Hal ini menyebabkan prestasi belajarnya lebih rendah dari
kelompok yang menggunakan NHT.
2. Hipotesis Kedua
Dari analisis multivariat, untuk Uji test of between-subjects effect
menunjukkan signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 (sig < 0,05) terhadap
prestasi belajar dan 0,149 (sig > 0,05) terhadap keterampilan metakognitif.
Berdasar uji multivariat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum ada
perbedaan prestasi belajar ranah kognitif antara siswa yang memiliki kemampuan
memori tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. Akan tetapi
tidak ada perbedaan keterampilan metakognitif antara keduanya. Mean prestasi
kognitif dan keterampilan metakognitif siswa dengan kemampuan memori tinggi
berturut-turut sebesar 66,06 dan 74,32. Sedangkan mean prestasi kognitif dan
keterampilan metakognitif siswa dengan kemampuan memori rendah berturut-
turut 53,94 dan 69,79.
Dalam pembelajaran, perlu upaya mengaktifkan faktor-faktor yang
memberi kontribusi positif pada pencapaian hasil belajar. Kemampuan memori
merupakan salah satu faktor internal yang mendukung pencapaian hasil belajar,
khususnya pada materi hidrokarbon. Pada penelitian ini prestasi belajar sebagai
bagian dari hasil belajar, secara umum dipengaruhi oleh kemampuan memori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
siswa. Sedangkan keterampilan metakognitif tidak dipengaruhi oleh kemampuan
memori.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna bila guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkan dengan konsep yang relevan yang sudah ada
dalam struktur kognitif siswa. Materi hidrokarbon merupakan materi yang bersifat
sangat kompleks dan memuat berbagai macam konsep dan istilah. Sementara itu
kemampuan memori yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
memasukkan(learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau. Siswa dengan kemampuan
memasukkan informasi yang tinggi akan memperoleh lebih banyak informasi
dibanding siswa lain yang kemampuan memasukkan informasi rendah. Informasi
yang masuk kemudian disimpan untuk ditimbulkan kembali pada saat diperlukan.
Siswa dengan kemampuan memori tinggi akan dapat mengingat informasi yang
diterimanya dengan baik. Hal ini dimungkinkan akan membantu siswa dalam
memahami berbagai konsep dan aturan yang ada di dalam materi hidrokarbon.
Faktor internal sangat mempengaruhi kesadaran diri siswa tentang
kemampuannya dan langkahnya dalam menentukan strategi yang baik untuk
belajar. Keterampilan metakognitif siswa merupakan faktor intern yang telah ada
dalam diri siswa dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor intern yang lain.
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa keterampilan metakognitif tidak
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kemampuan memori siswa. Perbedaan mean
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
keterampilan metakognitif pada siswa dengan kemampuan memori tinggi dan
kemampuan memori rendah dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Hipotesis Ketiga
Dari analisis multivariat, untuk Uji test of between-subjects effect
menunjukkan signifikansi yang diperoleh sebesar 0,995 (sig > 0,05) terhadap
prestasi belajar dan 0,009 (sig < 0,05) terhadap keterampilan metakognitif.
Berdasar uji multivariat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum tidak ada
perbedaan prestasi belajar ranah kognitif antara siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.
Akan tetapi terdapat perbedaan keterampilan metakognitif antara keduanya. Mean
prestasi kognitif dan keterampilan metakognitif siswa dengan kemampuan
berpikir kritis tinggi berturut-turut sebesar 61,10 dan 75,17. Sedangkan mean
prestasi kognitif dan keterampilan metakognitif siswa dengan kemampuan
memori rendah berturut-turut 59,80 dan 70,07.
Berpikir kritis merupakan usaha mengaplikasikan rasional, kegiatan
berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis , mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dalam
penelitian ini kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan
menganalisis materi. Berpikir kritis merupakan aspek penting yang harus dimiliki
siswa baik dalam pembelajaran maupun kehidupan sosialnya. Dalam berpikir
kritis kita dituntut untuk memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif
dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala
menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.
Keterampilan metakognitif siswa dapat meningkat manakala siswa
mampu menganalisis materi maupun masalah yang dihadapi. Siswa akan sadar
betul bagaimana dia belajar selama ini, kemudian merencanakan strategi yang
terbaik untuknya, selain itu siswa harus mampu memantau dan merefleksi strategi
yang dipilihnya. Faktor internal siswa sangat mempengaruhi proses refleksi diri
ini. Siswa yang memiliki faktor internal baik akan mampu merefleksi dirinya
dibanding siswa dengan faktor internal yang kurang mendukung. Kemampuan
berpikir kritis sebagai faktor internal, dapat memberi pengaruh positif pada
keterampilan metakognitif seseorang.
4. Hipotesis Keempat
Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi prestasi kognitif sebesar
0,819, sedangkan nilai signifikansi keterampilan metakognitif sebesar 0,798. Jika
nilai signifikansi < alfa 0,05 maka hipotesis Ho: Tidak terdapat interaksi antara
penggunaan model NHT dan TPS dengan kemampuan memori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif ditolak dan hipotesis
alternatifnya H1 diterima artinya terdapat interaksi antara penggunaan model
NHT dan TPS kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
dan keterampilan metakognitif. Jadi dari hasil analisis tersebut dikatakan bahwa
tidak terdapat interaksi antara penggunaan model NHT dan TPS kemampuan
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Siswa dengan kemampuan memori tinggi jika di ajar dengan model TPS
memiliki rataan prestasi dan keterampilan metakognitif yang tidak jauh beda
dengan siswa dengan kemampuan memori tinggi yang diajar dengan NHT.
Demikian pula pada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah yang diajar
dengan model TPS prestasi dan keterampilan metakognitifnya tidak jauh berbeda
dengan yang diajar menggunakan model NHT. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi interaksi antara model TPS dan NHT dengan kemampuan
memori siswa. Artinya tingkat memori dan penggunaan model pembelajaran
mempunyai pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar kimia dan keterampilan
metakognitif siswa pada materi pokok hidrokarbon. Hal ini dimungkinkan karena
banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik
dari dalam maupun dari luar diri siswa di luar faktor model pembelajaran,
kemampuan memori, dan kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam
penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga
peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar
mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
5. Hipotesis Kelima
Dari hasil analisis didapatkan harga signifikansi prestasi kognitif sebesar
0,724 dan signifikansi keterampilan metakognitif sebesar 0,303. Keduanya
memperlihatkan bahwa sig > 0,05, maka hipotesis Ho : tidak ada interaksi antara
model pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan
rendah diterima, sehingga hipotesis alternatifnya (H1) ditolak. Jadi dari hasil
analisis tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antara model
pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif siswa pada materi pokok
hidrokarbon siswa kelas X SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Tahun Ajaran
2010/2011.
Kemampuan berpikir kritis lebih berperan terhadap keterampilan
metakognitif siswa. Hal ini dibuktikan dengan skor keterampilan metakognitif
pada siswa kemampuan berpikir kritis tinggi yang mempunyai rerata lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa kemampuan kritis rendah. Akan tetapi jika dilihat dari
skor prestasi kognitif berdasarkan model pembelajaran, perbedaan yang terjadi
tidak terlalu besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi
antara model pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar maupun keterampilan metakognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
6.Hipotesis Keenam
Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi prestasi kognitif sebesar
0,140 sedangkan nilai signifikansi keterampilan metakognitif sebesar 0,011. Jika
nilai signifikansi < alfa 0,05 maka hipotesis Ho: Terdapat interaksi antara
kemampuan memori tinggi-rendah dengan kemampuan berpikir kritis tinggi-
rendah terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif ditolak dan
hipotesis alternatifnya H1 diterima artinya terdapat interaksi antara kemampuan
memori tinggi-rendah dengan kemampuan berpikir kritis tinggi-rendah terhadap
prestasi belajar dan keterampilan metakognitif. Jadi dari hasil analisis tersebut
dikatakan bahwa tidak ada interaksi kemampuan memori tinggi-rendah dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi-rendah terhadap prestasi belajar kognitif, akan
tetapi terdapat interaksi antara kemampuan memori tinggi-rendah dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi-rendah terhadap keterampilan metakognitif.
Bedasarkan uji lanjut scheffe yang telah disajikan pada tabel 4.16 dapat
dilihat bahwa ada perbedaan keterampilan metakognitif pada siswa yang
mempunyai memori rendah-keterampilan berpikir kritis rendah dengan siswa
yang mempunyai kemampuan memori rendah-keterampilan berpikir kritis tinggi.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,030. Sedangkan untuk
memori tinggi-kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan memori
tinggi-kemampuan berpikir kritis rendah tidak ada perbedaan keterampilan
metakognitif. Uji yang selanjutnya dilakukan adalah uji compare means untuk
mengetahui seberapa besar perbedaan antar masing-masing komponen. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.17 yang menyatakan bahwa rerata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
keterampilan metakognitif siswa dengan kemampuan memori rendah-kemampuan
berpikir kritis rendah sebesar 66,05; siswa dengan kemampuan memori rendah-
kemampuan berpikir kritis tinggi sebesar 76,33; siswa dengan kemampuan
memori tinggi-kemampuan berpikir kritis rendah sebesar 72,50; siswa dengan
kemampuan memori tinggi-kemampuan berpikir kritis tinggi sebesar 74,35.
7.Hipotesis Ketujuh
Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi prestasi kognitif sebesar
0,296 sedangkan nilai signifikansi keterampilan metakognitif sebesar 0,619. Jika
nilai signifikansi > alfa 0,05 maka hipotesis Ho: Tidak terdapat interaksi antara
penggunaan metode NHT dan TPS dengan Kemampuan memori dan kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif diterima
dan hipotesis alternatifnya H1 ditolak artinya tidak ada interaksi antara
penggunaan metode NHT dan TPS dengan Kemampuan memori dan kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif. Jadi dari
hasil analisis tersebut dikatakan bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan
metode metode NHT dan TPS dengan Kemampuan memori dan kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar dan keterampilan metakognitif pada materi
Hidrokarbon siswa kelas X SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Tahun Ajaran
2010/2011.
Tidak terdapatnya interaksi antara metode NHT dan TPS, Kemampuan
memori dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dijelaskan bahwa hasil
statistik menunjukan bahwa metode pembelajaran NHT lebih baik daripada
metode pembelajaran TPS, siswa dengan kemampuan memori tinggi lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
daripada siswa dengan kemampuan memori rendah, siswa dengan kemampuan
berpikir kritis tinggi lebih baik dari kemampuan berpikir kritis rendah. Metode
pembelajaran, kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis secara
simultan tidak mempengaruhi prestasi belajar dan keterampilan berpikir kritis.
Namun metode pembelajaran NHT, kemampuan memori tinggi dan kemampuan
berpikir kritis tinggi mempengaruhi prestasi belajar dan keterampilan
metakognitif secara parsial.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan, antara lain
instrumen yang digunakan untuk menilai keterampilan metakognitif siswa hanya
berupa angket. Model penilaian lain yang bisa digunakan adalah model observasi
dan self assesment (model penilaian diri). Penggunaan model observasi
didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik keterampilan metakognitif dapat
dilihat dari perilaku yang ditampilkan. Model penilaian diri didasarkan pada
asumsi bahwa yang mengetahui tingkat keterampilan metakognitif seseorang
adalah dirinya sendiri. Penggunaan angket, sebagai salah satu bentuk model
penilaian diri, menunutut adanya kejujuran dalam pengisian untuk mengungkap
karakteristik metakognitif diri sendiri. Selain itu angket hanya mampu mengukur
kecenderungan perilaku (behavioral tendency) belum sampai pada tahapan
penampilan(behavioral performance). Jawaban siswa dalam angket perlu
dicocokkan dengan hasil observasi perilaku siswa, sehingga keterampilan
metakognitif siswa dapat lebih diketahui dengan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Soal tes kognitif yang digunakan masih kurang mewakili kelima tingkat
kesukaran yaitu mudah sekali, mudah, sedang, sukar dan sukar sekali. Instrumen soal tes
kognitif juga belum mewakili kelima tingkat daya pembeda yaitu sangat membedakan,
lebih membedakan, cukup membedakan, kurang membedakan, dan sangat kurang
membedakan. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa respon
yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya.
Donald Ary (2007:30) menyatakan “ penelitian di bidang pendidikan
,pengendalian subyek manusia jauh lebih terbatas daripada penelitian di bidang
IPA”. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa respon
yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya. Sampel yang digunakan
dalam penelitian inipun juga merupakan keterbatasan dari penelitian ini. Semua
sampel berasal dari siswa laki-laki. Secara heterogenitas jenis kelamin hal ini
mempunyai kekurangan. Karakteristik metode kooperatif sendiri salah satunya
adalah dapat digunakan dalam kondisi siswa yang heterogen, padahal untuk siswa
SMK Muhammadiyah 6 Gemolong terdiri dari siswa laki-laki yang bisa dikatakan
tidak heterogen secara jenis kelamin.
Penelitian ini juga memiliki kekurangan dalam pelaksanaan model
pembelajaran. Pembagian kelompok pada model TPS, tahapan yang semestinya
harus dilalui ternyata tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Setelah penyampaian
informasi dan pemberian masalah, siswa seharusnya dapat berpikir (thinking)
secara individu tentang jawaban dari permasalahan tersebut untuk selanjutnya
berbagi (share) dengan teman satu tim untuk mendapatkan kesepakatan. Akan
tetapi tahap ini seringkali terlewat karena siswa lebih senang langsung berdiskusi
dengan teman daripada harus memperoleh jawabannya sendiri. Hal yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
juga terjadi pada saat pembagian kelompok, baik TPS maupun NHT
dikelompokkan secara heterogen berdasarkan nilai sebelumnya. Hal ini tentu saja
merubah kebiasaan tempat duduk siswa. Ini mengakibatkan adanya penolakan
(rejection) pada beberapa siswa karena merasa belum terbiasa dengan teman satu
timnya. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan tidak maksimalnya pelaksanaan
model pembelajaran baik TPS maupun NHT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa simpulan
antara lain:
1. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan
metode TPS dan NHT terhadap prestasi kognitif siswa, akan tetapi penggunaan
kedua metode tersebut memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keterampilan
metakognitif siswa pada pada materi pokok hidrokarbon siswa kelas X SMK
Muhammadiyah 6 Gemolong tahun ajaran 2010/2011. Adanya perbedaan prestasi
kognitif bukan dipengaruhi oleh metode yang digunakan, akan tetapi lebih
diperkirakan karena faktor lain. Dapat dilihat bahwa rerata prestasi kognitif kelas
yang dikenai pembelajaran NHT lebih tinggi daripada TPS. Kontradiksi dengan
hal tersebut, penggunaan metode yang berbeda ternyata memberikan perbedaan
interaksi sosial dan kesempatan diskusi siswa untuk saling bertukar pengalaman
belajar. Model kooperatif NHT membantu mengarahkan siswa untuk
memaksimalkan proses interaksi sosial sehingga masing-masing individu dalam
kelompok mampu berbagi pengalaman belajar. Metode NHT lebih unggul dalam
hal interaksi sosial sehingga memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
keterampilan metakognitif jika dibandingkan dengan metode TPS.
2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa berarti bahwa ada pengaruh kemampuan
memori tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif siswa, tetapi tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
pengaruh kemampuan memori tingg-dan rendah terhadap keterampilan
metakognitif pada materi pokok hidrokarbon siswa kelas X SMK Muhammadiyah
6 Gemolong tahun ajaran 2010/2011. Siswa yang memiliki kemampuan memori
tinggi cenderung lebih mudah menyerap informasi, lebih maksimal menyimpan
informasi tersebut, dan lebih cepat mereview kembali apabila informasi tersebut
dipanggil.
3. Dari hasil penelitian bahwa tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi
dan rendah terhadap prestasi kognitif siswa, tetapi ada pengaruh kemampuan
berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap keterampilan metakognitif pada materi
pokok hidrokarbon siswa kelas X SMK Muhammadiyah 6 Gemolong tahun ajaran
2010/2011. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi cenderung
lebih mudah menganalisis materi yang dihadapi, siswa akan sadar betul bagaimana
dia belajar selama ini, kemudian merencanakan strategi yang terbaik untuknya,
selain itu siswa harus mampu memantau dan merefleksi strategi yang dipilihnya.
Hal inilah yang menyebabkan keterampilan metakognitifnya lebih tinggi
dibandingkan siswa dengan kemampuan metakognitif rendah.
4. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara model
pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan memori terhadap prestasi
kognitif dan keterampilan metakognitif pada materi pokok hidrokarbon siswa
kelas X SMK Muhammadiyah 6 Gemolong tahun ajaran 2010/2011. Siswa yang
belajar dengan metode TPS-memori tinggi dan NHT-memori tinggi mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
prestasi kognitif dan keterampilan yang tidak jauh berbeda. Hal serupa juga terjadi
pada TPS-memori rendah dan NHT-memori rendah.
5. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara model
pembelajaran TPS dan NHT dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
kognitif dan keterampilan metakognitif pada materi pokok hidrokarbon siswa
kelas X SMK Muhammadiyah 6 Gemolong tahun ajaran 2010/2011. Siswa yang
belajar dengan metode TPS-kemampuan berpikir kritis tinggi dan NHT-
kemampuan berpikir kritis tinggi mempunyai prestasi kognitif dan keterampilan
yang tidak jauh berbeda. Hal serupa juga terjadi pada TPS- kemampuan berpikir
kritis rendah dan NHT- kemampuan berpikir kritis rendah.
6. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan
memori dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi kognitif, tetapi dan ada
interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis terhadap
keterampilan metakognitif pada materi pokok hidrokarbon siswa kelas X SMK
Muhammadiyah 6 Gemolong tahun ajaran 2010/2011. Keterampilan metakognitif
siswa paling tinggi diperoleh oleh siswa dengan memori rendah-kemampuan
berpikir kritis tinggi, kemudian diikuti oleh siswa dengan memori tinggi-
kemampuan berpikir kritis tinggi, siswa dengan memori tinggi-kemampuan
berpikir kritis rendah, dan yang paling rendah adalah siswa dengan memori
rendah-kemampuan berpikir kritis rendah
7. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara model
pembelajaran TPS dan NHT, kemampuan memori, dan kemampuan berpikir kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
terhadap prestasi kognitif dan keterampilan metakognitif pada materi pokok
hidrokarbon siswa kelas X SMK Muhammadiyah 6 Gemolong tahun ajaran
2010/2011. Metode pembelajaran, kemampuan memori dan kemampuan berpikir
kritis tidak menunjukkan adanya interaksi secara simultan namun nampak
memberikan interaksi secara parsial.
B. Implikasi
Dari kesimpulan penelitian tersebut diatas, dapat dikemukakan implikasi
secara teoritis dan praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
a. Pengunaan model pembelajaran NHT dapat diterapkan pada pembelajaran
kimia materi hidrokarbon sehingga mempermudah siswa dalam mempelajari
dan menguasai materi tersebut.
b. Kemampuan memori merupakan faktor intern siswa yang mempunyai pengaruh
pada prestasi belajar kimia. Guru hendaknya memperkatikan dan terus melatih
kemampuan memori yang ada dalam diri siswa agar dapat mendukung
pencapaian prestasi belajarnya. Khususnya pada materi-materi yang
membutuhkan daya ingat tinggi seperti materi hidrokarbon.
c. Kemampuan berpikir kritis yang merupakan faktor intern siswa yang
mempunyai pengaruh pada keterampilan metakognitif siswa. Dalam penelitian
ini siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi mempunyai keterampilan
metakognitif yang tinggi pula. Hal ini tentu saja akan berdampak positif bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
maksimalnya prestasi belajar kimia. Guru hendaknya memperhatikan dan
melatih kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa.
d. Dalam upaya peningkatan penguasaan konsep siswa, dapat dilihat dari model
pembelajaran, dan kemampuan memori dalam belajar. Model pembelajaran
TPS dan NHT , prestasi belajar sisiwa yang kemampuan memorinya tinggi
lebih baik daripada siswa dengan kemampuan memori rendah sehingga untuk
meningkatkan prestasi belajar pada model pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan dengan meningkatkan kemampuan memori.
e. Dalam upaya peningkatan keterampilan metakognitif siswa, dapat dilihat dari
model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran
TPS dan NHT , keterampilan metakognitif siswa yang dengan kemampuan
berpikir kritis tinggi lebih baik daripada siswa dengan kemampuan berpikir
kritis rendah, sehingga untuk meningkatkan keterampilan metakognitif dapat
dilakukan dengan pemilihan metode pembelajaran dengan memperhatikan
kemampuan berpikir kritis setiap siswa.
f. Dalam upaya peningkatan keterampilan metakognitif siswa, dapat dilihat dari
kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis siswa. Pada siswa dengan
kemampuan memori tinggi-kemampuan berpikir kritis tinggi mempunyai
keterampilan metakognitif yang lebih baik dibandingkan siswa yang
mempunyai kemampuan memori rendah- kemampuan berpikir kritis rendah,
sehingga untuk meningkatkan keterampilan metakognitif dapat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
dengan meningkatkan kemampuan memori dan kemampuan berpikir kritis
setiap siswa.
g. Prestasi belajar dan keterampilan metakognitif peserta didik dapat ditingkatkan
dengan menggunakan model pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan
memori dan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan bagi seorang pendidik dan calon pendidik untuk
meningkatkan prestasi belajar kimia dan keterampilan metakognitif siswa pada
materi hidrokarbon dengan menggunakan metode pembelajaran NHT dengan
meningkatkan kemampuan memori dan memperhatikan kemampuan berpikir
kritis.
2. Implikasi Praktis
a. Untuk mengajar materi hidrokarbon sebaiknya menggunakan model NHT.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran dengan
metode NHT lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran TPS pada
pembelajaran kimia materi hidrokarbon.
b. Untuk mengajar materi hidrokarbon sebaiknya memperhatikan kemampuan
memori , karena siswa dengan kemampuan memori tinggi mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan memori
rendah.
c. Untuk mengajar materi hidrokarbon sebaiknya memperhatikan kemampuan
berpikir kritis karena siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
mempunyai keterampilan metakognitif yang lebih baik dibandingkan siswa
dengan kemampuan berpikir kritis rendah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada Pendidik:
a. Pada penerapan metode pembelajaran NHT ini memerlukan persiapan yang baik,
supaya pembelajaran dapat berjalan sesuai denga rencana yang tertuang dalam
RPP. Selain itu perlu disiapkan kelompok-kelompok siswa yang heterogen, lembar
kerja dan panduan bekerja dalam kelompok yang jelas.
b. Kemampuan memori mempengaruhi prestasi belajar siswa sehingga guru perlu
memperhatikan kemampuan memori setiap siswa. Guru perlu melakukan
pengukuran kemampuan memori sebelum pembelajaran dengan metode seperti
pada penelitian ini. Kemampuan memori setiap siswa dapat ditingkatkan dengan
cara mereview secara kontinyu materi pembelajaran dan konsep yang penting.
Guru juga dapat meningkatkan kemampuan memori dengan menggunakan
jembatan keledai ataupun metode lain yang bersifat mempermudah siswa dalam
memahami dan mengingat konsep.
c. Kemampuan berpikir kritis mempengaruhi keterampilan metakognitif sehingga
perlu diperhatikan, karena dengan memperhatikan kemampuan berpikir kritis, guru
dapat menentukan metode pembelajaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
keterampilan metakognitif. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat
dilakukan dengan cara melatih kemampuan analisis siswa, dengan pemberian
masalah saat diskusi, ataupun melatih siswa dalam pembuatan peta konsep seperti
yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Kepada Peneliti:
a. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang merupakan faktor
internal dan eksternal yang dimungkinkan akan mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
b. Perlu dilakukan penelitian penggunaan metode pembelajaran yang lain sesuai
dengan karakteristik materi pembelajaran kimia yang akan dipelajari.
c. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode pembelajaran
TPS dan NHT pada materi lain yang bersifat informatif.
3. Kepada Siswa:
a. Belajar dengan meminimalkan ketergantungan terhadap guru dapat dilakukan
dengan berinteraksi dengan teman dalam kelompok maupun dengan sumber
belajar secara langsung, belajar dalam kelompok dapat meningkatkan interaksi
antar individu dan antar anggota kelompok dan juga antar siswa dengan sumber
belajar. Jadi dalam belajar kelompok dapat meningkatkan ketergantungan positif
antar semua individu dan kelompok.
b. Saling membantu dan menghargai dalam kerjasama kelompok dapat meningkatkan
motivasi anggota untuk memajukan kelompok dan diri sendiri, serta dapat bertukar
pendapat mengenai strategi belajar yang selama ini dilakukan sehingga masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
masing anggota kelompok dapat saling memberi masukan. Hal ini dapat
meningkatkan prestasi belajar dan keterampilan metakognitif.