Tes Pendengaran

12
Tes Pendengaran 29DEC Tes Pendengaran Oleh : Muhammad al-Fatih II Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi pendengaran penderita, yaitu : Tes bisik. Tes bisik modifikasi. Tes garpu tala. Pemeriksaan audiometri. Tes Bisik Ada 3 syarat utama bila kita melakukan tes bisik, yaitu : Syarat tempat. Syarat penderita. Syarat pemeriksa. Ada 3 syarat tempat kita melakukan tes bisik, yaitu : Ruangannya sunyi. Tidak terjadi echo / gema. Caranya dinding tidak rata, terbuat dari soft board, atau tertutup kain korden. Jarak minimal 6 meter. Ada 4 syarat bagi penderita saat kita melakukan tes bisik, yaitu : Kedua mata penderita kita tutup agar ia tidak melihat gerakan bibir pemeriksa. Telinga pasien yang diperiksa, kita hadapkan ke arah pemeriksa. Telinga pasien yang tidak diperiksa, kita tutup (masking). Caranya tragus telinga tersebut kita tekan ke arah meatus akustikus eksterna atau kita menyumbatnya dengan kapas yang telah kita basahi dengan gliserin. Penderita mengulangi dengan keras dan jelas setiap kata yang kita ucapkan. Ada 2 syarat bagi pemeriksa saat melakukan tes bisik, yaitu : Pemeriksa membisikkan kata menggunakan cadangan udara paru-paru setelah fase ekspirasi. Pemeriksa membisikkan 1 atau 2 suku kata yang telah dikenal penderita. Biasanya kita menyebutkan nama benda-benda yang ada disekitar kita.

description

tes tes

Transcript of Tes Pendengaran

Page 1: Tes Pendengaran

Tes Pendengaran

29DECTes Pendengaran

Oleh : Muhammad al-Fatih II

Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi pendengaran penderita, yaitu :

Tes bisik.

Tes bisik modifikasi.

Tes garpu tala.

Pemeriksaan audiometri.

Tes Bisik

Ada 3 syarat utama bila kita melakukan tes bisik, yaitu :

Syarat tempat.

Syarat penderita.

Syarat pemeriksa.

Ada 3 syarat tempat kita melakukan tes bisik, yaitu :

Ruangannya sunyi.

Tidak terjadi echo / gema. Caranya dinding tidak rata, terbuat dari soft board, atau tertutup kain korden.

Jarak minimal 6 meter.

Ada 4 syarat bagi penderita saat kita melakukan tes bisik, yaitu :

Kedua mata penderita kita tutup agar ia tidak melihat gerakan bibir pemeriksa.

Telinga pasien yang diperiksa, kita hadapkan ke arah pemeriksa.

Telinga pasien yang tidak diperiksa, kita tutup (masking). Caranya tragus telinga tersebut kita tekan ke

arah meatus akustikus eksterna atau kita menyumbatnya dengan kapas yang telah kita basahi dengan

gliserin.

Penderita mengulangi dengan keras dan jelas setiap kata yang kita ucapkan.

Ada 2 syarat bagi pemeriksa saat melakukan tes bisik, yaitu :

Pemeriksa membisikkan kata menggunakan cadangan udara paru-paru setelah fase ekspirasi.

Pemeriksa membisikkan 1 atau 2 suku kata yang telah dikenal penderita. Biasanya kita menyebutkan

nama benda-benda yang ada disekitar kita.

Page 2: Tes Pendengaran

Teknik pemeriksaan pada tes bisik, yaitu :

Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri. Hanya pemeriksa yang boleh berpindah tempat. Pertama-

tama pemeriksa membisikkan kata pada jarak 1 meter dari penderita. Pemeriksa lalu mundur pada jarak

2 meter dari penderita bilamana penderita mampu mendengar semua kata yang kita bisikkan. Demikian

seterusnya sampai penderita hanya mendengar 80% dari semua kata yang kita bisikkan kepadanya.

Jumlah kata yang kita bisikkan biasanya 5 atau 10. Jadi tajam pendengaran penderita kita ukur dari jarak

antara pemeriksa dengan penderita dimana penderita masih mampu mendengar 80% dari semua kata

yang kita ucapkan (4 dari 5 kata).

Kita dapat lebih memastikan tajam pendengaran penderita dengan cara mengulangi pemeriksaan.

Misalnya tajam pendengaran penderita 4 meter. Kita maju pada jarak 3 meter dari pasien lalu

membisikkan 5 kata dan penderita mampu mendengar semuanya. Kita kemudian mundur pada jarak 4

meter dari penderita lalu membisikkan 5 kata dan penderita masih mampu mendengar 4 kata (80%).

Ada 2 jenis penilaian pada tes pendengaran, yaitu :

Penilaian kuantitatif seperti pemeriksaan tajam pendengaran pada tes bisik maupun tes bisik modifikasi.

Penilaian kualitatif seperti pemeriksaan jenis ketulian pada tes garpu tala dan audiometri.

Ada 3 jenis ketulian, yaitu :

Tuli sensorineural / sensorineural hearing loss (SNHL).

Tuli konduktif / conductive hearing loss (CHL).

Tuli sensorineural & konduktif / mix hearing loss (MHL).

Tuli sensorineural / sensorineural hearing loss (SNHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar

suara berfrekuensi tinggi. Misalnya tidak dapat mendengar huruf S dari kata susu sehingga penderita

mendengarnya uu.

Tuli konduktif / conductive hearing loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara

berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita

mendengarnya ss.

Ada 3 jenis frekuensi, yaitu :

Frekuensi rendah. Meliputi 16 Hz, 32 Hz, 64 Hz, dan 128 Hz.

Frekuensi normal. Frekuensi yang dapat didengar oleh manusia berpendengaran normal. Meliputi 256

Hz, 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048 Hz.

Frekuensi tinggi. Meliputi 4096 Hz dan 8192 Hz.

Tes Bisik Modifikasi

Tes bisik modifikasi merupakan hasil perubahan tertentu dari tes bisik. Tes bisik modifikasi kita gunakan

sebagai skrining pendengaran dari kelompok orang berpendengaran normal dengan kelompok orang

berpendengaran abnormal dari sejumlah besar populasi. Misalnya tes kesehatan pada penerimaan

CPNS.

Page 3: Tes Pendengaran

Cara kita melakukan tes bisik modifikasi, yaitu :

Kita melakukannya dalam ruangan kedap suara.

Kita membisikkan 10 kata dengan intensitas suara lebih kecil dari tes bisik konvensional karena jaraknya

juga lebih dekat dari jarak pada tes bisik konvensional.

Cara kita memperlebar jarak dengan penderita yaitu dengan menolehkan kepala kita atau kita berada

dibelakang penderita sambil melakukan masking (menutup telinga penderita yang tidak kita periksa

dengan menekan tragus penderita ke arah meatus akustikus eksternus).

Pendengaran penderita normal bilamana penderita masih bisa mendengar 80% dari semua kata yang

kita bisikkan.

Tes Garpu Tala

Ada 4 jenis tes garpu tala yang bisa kita lakukan, yaitu :

Tes batas atas & batas bawah.

Tes Rinne.

Tes Weber.

Tes Schwabach.

Tes Batas Atas & Batas Bawah

Tujuan kita melakukan tes batas atas & batas bawah yaitu agar kita dapat menentukan frekuensi garpu

tala yang dapat didengar pasien dengan hantaran udara pada intensitas ambang normal.

Cara kita melakukan tes batas atas & batas bawah, yaitu :

Semua garpu tala kita bunyikan satu per satu. Kita bisa memulainya dari garpu tala berfrekuensi paling

rendah sampai garpu tala berfrekuensi paling tinggi atau sebaliknya.

Cara kita membunyikan garpu tala yaitu dengan memegang tangkai garpu tala lalu memetik secara lunak

kedua kaki garpu tala dengan ujung jari atau kuku kita.

Bunyi garpu tala terlebih dahulu didengar oleh pemeriksa sampai bunyinya hampir hilang. Hal ini untuk

mendapatkan bunyi berintensitas paling rendah bagi orang normal / nilai normal ambang.

Secepatnya garpu tala kita pindahkan di depan meatus akustikus eksternus pasien pada jarak 1-2 cm

secara tegak dan kedua kaki garpu tala berada pada garis hayal yang menghubungkan antara meatus

akustikus eksternus kanan dan kiri.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes batas atas & batas bawah yang kita lakukan, yaitu :

Normal. Jika pasien dapat mendengar garpu tala pada semua frekuensi.

Tuli konduktif. Batas bawah naik dimana pasien tidak dapat mendengar bunyi berfrekuensi rendah.

Tuli sensorineural. Batas atas turun dimana pasien tidak dapat mendengar bunyi berfrekuensi tinggi.

Kesalahan interpretasi dapat terjadi jika kita membunyikan garpu tala terlalu keras sehingga kita tidak

dapat mendeteksi pada frekuensi berapa pasien tidak mampu lagi mendengar bunyi.

Tes Rinne

Page 4: Tes Pendengaran

Tujuan kita melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran

udara pada satu telinga pasien.

Ada 2 cara kita melakukan tes Rinne, yaitu :

Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum

mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya,

segera garpu tala kita pindahkan di depan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika

pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.

Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tankainya secara tegak lurus pada

planum mastoid pasien. Segera pindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksternus. Kita

menanyakan kepada pasien apakah bunyi garpu tala di depan meatus akustikus eksterna lebih keras

daripada di belakang meatus akustikus eksterna (planum mastoid). Tes Rinne positif jika pasien

mendengarnya lebih keras. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien mendengarnya lebih lemah.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang kita lakukan, yaitu :

Normal. Jika tes Rinne positif.

Tuli konduktif. Jika tes Rinne negatif.

Tuli sensorineural. Jika tes Rinne positif.

Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan pseudo negatif. Hal ini dapat terjadi

manakala telinga pasien yang tidak kita tes menangkap bunyi garpu tala karena telinga tersebut

pendengarannya jauh lebih baik daripada telinga pasien yang kita periksa.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien.

Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak lurus, tangkai garpu tala mengenai

rambut pasien dan kaki garpu tala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum

mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar

bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua

kaki garpu tala sudah berhenti saat kita memindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksterna.

Tes Weber

Tujuan kita melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga

pasien.

Cara kita melakukan tes Weber yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak

lurus pada garis median (dahi, verteks, dagu, atau gigi insisivus) dengan kedua kakinya berada pada

garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras.

Page 5: Tes Pendengaran

Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi

telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar

maka berarti tidak ada lateralisasi.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan, yaitu :

Normal. Jika tidak ada lateralisasi.

Tuli konduktif. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.

Tuli sensorineural. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.

Misalnya terjadi lateralisasi ke kanan maka ada 5 kemungkinan yang bisa terjadi pada telinga pasien,

yaitu :

Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri normal.

Telinga kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga kanan lebih parah.

Telinga kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan normal.

Telinga kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi telinga kiri lebih parah.

Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri mengalami tuli sensorineural.

Tes Schwabach

Tujuan kita melakukan tes Schwabach adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara pemeriksa

dengan pasien.

Cara kita melakukan tes Schwabach yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak

lurus pada planum mastoid pemeriksa. Setelah bunyinya tidak terdengar oleh pemeriksa, segera garpu

tala tersebut kita pindahkan dan letakkan tegak lurus pada planum mastoid pasien. Apabila pasien masih

bisa mendengar bunyinya berarti Scwabach memanjang. Sebaliknya jika pasien juga sudah tidak bisa

mendengar bunyinya berarti Schwabach memendek atau normal.

Cara kita memilih apakah Schwabach memendek atau normal yaitu mengulangi tes Schwabach secara

terbalik. Pertama-tama kita membunyikan garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus pada planum

mastoid pasien. Setelah pasien tidak mendengarnya, segera garpu tala kita pindahkan tegak lurus pada

planum mastoid pemeriksa. Jika pemeriksa juga sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti

Schwabach normal. Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach

memendek.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu :

Normal. Schwabch normal.

Tuli konduktif. Schwabach memanjang.

Tuli sensorineural. Schwabach memendek.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai garpu tala tidak berdiri

dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.

Page 6: Tes Pendengaran

Tuli Konduksi Tes Pendengaran Tuli Sensori Neural

Tidak dengar huruf lunak

Dengar huruf desis Tes Bisik Dengar huruf lunak

Tidak dengar huruf desis

Normal Batas Atas Menurun

Naik Batas Bawah Normal

Negatif Tes Rinne Positif, false positif / false negatif

Lateralisasi ke sisi sakit Tes Weber Lateralisasi ke sisi sehat

Memanjang Tes Schwabach Memendek

Daftar Pustaka

Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr.

Sri Sukesi, Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000

Audiometri Dasar

11MARAudiometri dasar

Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, audiologist dan pasien yang

kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :

* audiometri nada murni

* audiometri tutur

* immittance audiometri

Audiometri nada murni

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada murni. Nilai

ambang diukur dengan frkwensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal

grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone ( air

conduction ) dan skull vibrator ( bone conduction ). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan

adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

Page 7: Tes Pendengaran

 Simbol Audiometer

Normal

CHL

Page 8: Tes Pendengaran

SNHL

MHL

Terima kasih atas pertanyaannya

Pada dasarnya memang tes pendengaran terbagi menjadi 2 macam :

1. Tes pendengaran tanpa alat : test bisik , tes suara ( sifatnya subyektif dan menentukan derajat ketulian

hanya secara kasar).

2. Tes pendengaran dengan alat :

    – dengan garpu tala

    – dengan alat audiometry ( dengan jenis yang macam-macam denga harga berkisar diatas 30 juta ).

Semakin canggih maka bisa menilai gangguan pendengaran lebih tepat baik secara derajat maupun

kemungkinan penyebab dan teknik rehabilitasi yang paling tepat, untuk pemilihan alat bantu dengar.

Audiometri tutur : pada prinsipnya pasien disuruh mendegar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas

mana mulai terjadi gangguan sampai 50 % tidak dapat menirukan kata-kat dengan tepat.

Kriteria orang dikatakan tuli ?

Tuli terdiri dari beberapa derajat :

1. Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB

Page 9: Tes Pendengaran

2. Sedang =========================== 40-60 dB

3. Berat sudah tidak dapat mendengar pada === 60-80 dB

4. Berat sekali ======================== > 80 dB

pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa

pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada

diamplifikasi dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar.

Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruangan kedap suara, minimal

sunyi. Karena kita meberikan tes pada frekwensi tertentu dengan intensitas lemah , TiiiiT….. kalau ada

gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian kita.

Pada audiometru tutur, memang kata-kata tertentu denagn vokal dan konsonan tertentu yang dipaparkan

ke penderita.

Intensitas pada pemeriksaan audiometri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB dst, bila

mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik.

Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congek atau tidak ( ada

cairan dalam telinga ), apakah ada kotoran telinga ( serumen ), apakah ada lubang pada gendang telinga.

Untuk menentukan penyebab kurang pendengaran.

THT (Tes Bisik)Tes Bisik

Tes bisik adalah melakukan pemeriksaan dengan mengucapkan suara Yng lirih seperti berbisik-bisik kepada orang yang diperiksa ( orang normal maupun orang dengan gangguan pendengaran)

TujuanUntuk mengetahui kelainan pada pendengaran pada orang yang diperiksa

Indikasi Pada klien yang dicurigai mengalami gangguan pendengaran

Kontraindikasi Klien dengan adanya sumbatan benda asing pada telinga

Klien dengan trauma pada telinga

Klien dengan perdarahan telinga

Prosedur tindakan

Page 10: Tes Pendengaran

a. Persiapan alat

1. 2 buah kursi 2. Kain penutup mata 3. Kapas bervaselin 4. Alat tulis menulis

b. Persiapan klien

1. Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Memberikan klien posisi duduk (fowler) pada kursi yang telah disediakan

3. Menjaga privasi klien

c. Persiapan tempat

1. Ruang sunyi kedap suara ukuran minimal 4x5 meter

d. Pelaksanan

1. Mata orang yang diperiksa harus ditutup sehingga tidak melihat bibir pemeriksa (agar tidak meniru gerakan bibir pemeriksa)

2. Telinga orang yang diperiksa harus dibebaskan dari penghalang dan dihadapkan kepada pemeriksa. Telinga yang satu ditutup dengan kapas bervaselin, atau ada asisten sehingga menggunakan tangannya untuk menutup lubang telinganya dengan cara buka tutup

3. Orang yang diperiksa diberi tahu bahwa ia harus mengulang kat-kata yang dibisikkan oleh pemeriksa dengan jelas

4. Pemeriksa diharuskan menggunakan kata-kata yang 100% dapat dipahami oleh orang yang diperiksa

5. Kata-kata pendek, yaitu 1-2 suku kata, bernada desis (nada tinggi) dan kata-kata yang lunak (nada rendah) misalnya: sapu,susu,satu,dll

6. Semua kata-kata harus diucapkan pada akhir expirasi

7. Tempatkan klien pada tempat duduk yang nyaman

8. Pemeriksa mmulai membisikkan kata-kata yang harus diulang oleh orang yang diperiksa dan pengulangan kata-kata harus jelas

9. Membisikkan kata-kata ini mulai dari jarak dekat, kemudian mundur lebih jauh lagi

10. Setiap jarak hendaknya dibisikkan kata-kata sebanyak 10 kata

11. Bila pada suatu jarak orang yang diperiksa hanya dapat mengulang kata-kata kurang dari 80% maka jarak tersebut dicatat sebagai batas pendengaran, lakukan untuk telinga kanan dan kiri.

Page 11: Tes Pendengaran

e. Evaluasi

1. Pada tuli konduksi:

Hanya mendengar suara desis (huruf S)

Suara lunak tidak terdengar

2. Pada tuli persepsi:

Hanya mendengar suara huruf U dan A

Tidak mendengar suara desis

Mendengar suara lunak

Daftar PustakaTim Keperawatan Medikal Bedah PSIK FIKES UMM