Tes Pendengaran
-
Upload
devia-widhianingsih -
Category
Documents
-
view
64 -
download
0
description
Transcript of Tes Pendengaran
Tes Pendengaran
29DECTes Pendengaran
Oleh : Muhammad al-Fatih II
Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi pendengaran penderita, yaitu :
Tes bisik.
Tes bisik modifikasi.
Tes garpu tala.
Pemeriksaan audiometri.
Tes Bisik
Ada 3 syarat utama bila kita melakukan tes bisik, yaitu :
Syarat tempat.
Syarat penderita.
Syarat pemeriksa.
Ada 3 syarat tempat kita melakukan tes bisik, yaitu :
Ruangannya sunyi.
Tidak terjadi echo / gema. Caranya dinding tidak rata, terbuat dari soft board, atau tertutup kain korden.
Jarak minimal 6 meter.
Ada 4 syarat bagi penderita saat kita melakukan tes bisik, yaitu :
Kedua mata penderita kita tutup agar ia tidak melihat gerakan bibir pemeriksa.
Telinga pasien yang diperiksa, kita hadapkan ke arah pemeriksa.
Telinga pasien yang tidak diperiksa, kita tutup (masking). Caranya tragus telinga tersebut kita tekan ke
arah meatus akustikus eksterna atau kita menyumbatnya dengan kapas yang telah kita basahi dengan
gliserin.
Penderita mengulangi dengan keras dan jelas setiap kata yang kita ucapkan.
Ada 2 syarat bagi pemeriksa saat melakukan tes bisik, yaitu :
Pemeriksa membisikkan kata menggunakan cadangan udara paru-paru setelah fase ekspirasi.
Pemeriksa membisikkan 1 atau 2 suku kata yang telah dikenal penderita. Biasanya kita menyebutkan
nama benda-benda yang ada disekitar kita.
Teknik pemeriksaan pada tes bisik, yaitu :
Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri. Hanya pemeriksa yang boleh berpindah tempat. Pertama-
tama pemeriksa membisikkan kata pada jarak 1 meter dari penderita. Pemeriksa lalu mundur pada jarak
2 meter dari penderita bilamana penderita mampu mendengar semua kata yang kita bisikkan. Demikian
seterusnya sampai penderita hanya mendengar 80% dari semua kata yang kita bisikkan kepadanya.
Jumlah kata yang kita bisikkan biasanya 5 atau 10. Jadi tajam pendengaran penderita kita ukur dari jarak
antara pemeriksa dengan penderita dimana penderita masih mampu mendengar 80% dari semua kata
yang kita ucapkan (4 dari 5 kata).
Kita dapat lebih memastikan tajam pendengaran penderita dengan cara mengulangi pemeriksaan.
Misalnya tajam pendengaran penderita 4 meter. Kita maju pada jarak 3 meter dari pasien lalu
membisikkan 5 kata dan penderita mampu mendengar semuanya. Kita kemudian mundur pada jarak 4
meter dari penderita lalu membisikkan 5 kata dan penderita masih mampu mendengar 4 kata (80%).
Ada 2 jenis penilaian pada tes pendengaran, yaitu :
Penilaian kuantitatif seperti pemeriksaan tajam pendengaran pada tes bisik maupun tes bisik modifikasi.
Penilaian kualitatif seperti pemeriksaan jenis ketulian pada tes garpu tala dan audiometri.
Ada 3 jenis ketulian, yaitu :
Tuli sensorineural / sensorineural hearing loss (SNHL).
Tuli konduktif / conductive hearing loss (CHL).
Tuli sensorineural & konduktif / mix hearing loss (MHL).
Tuli sensorineural / sensorineural hearing loss (SNHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar
suara berfrekuensi tinggi. Misalnya tidak dapat mendengar huruf S dari kata susu sehingga penderita
mendengarnya uu.
Tuli konduktif / conductive hearing loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara
berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita
mendengarnya ss.
Ada 3 jenis frekuensi, yaitu :
Frekuensi rendah. Meliputi 16 Hz, 32 Hz, 64 Hz, dan 128 Hz.
Frekuensi normal. Frekuensi yang dapat didengar oleh manusia berpendengaran normal. Meliputi 256
Hz, 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048 Hz.
Frekuensi tinggi. Meliputi 4096 Hz dan 8192 Hz.
Tes Bisik Modifikasi
Tes bisik modifikasi merupakan hasil perubahan tertentu dari tes bisik. Tes bisik modifikasi kita gunakan
sebagai skrining pendengaran dari kelompok orang berpendengaran normal dengan kelompok orang
berpendengaran abnormal dari sejumlah besar populasi. Misalnya tes kesehatan pada penerimaan
CPNS.
Cara kita melakukan tes bisik modifikasi, yaitu :
Kita melakukannya dalam ruangan kedap suara.
Kita membisikkan 10 kata dengan intensitas suara lebih kecil dari tes bisik konvensional karena jaraknya
juga lebih dekat dari jarak pada tes bisik konvensional.
Cara kita memperlebar jarak dengan penderita yaitu dengan menolehkan kepala kita atau kita berada
dibelakang penderita sambil melakukan masking (menutup telinga penderita yang tidak kita periksa
dengan menekan tragus penderita ke arah meatus akustikus eksternus).
Pendengaran penderita normal bilamana penderita masih bisa mendengar 80% dari semua kata yang
kita bisikkan.
Tes Garpu Tala
Ada 4 jenis tes garpu tala yang bisa kita lakukan, yaitu :
Tes batas atas & batas bawah.
Tes Rinne.
Tes Weber.
Tes Schwabach.
Tes Batas Atas & Batas Bawah
Tujuan kita melakukan tes batas atas & batas bawah yaitu agar kita dapat menentukan frekuensi garpu
tala yang dapat didengar pasien dengan hantaran udara pada intensitas ambang normal.
Cara kita melakukan tes batas atas & batas bawah, yaitu :
Semua garpu tala kita bunyikan satu per satu. Kita bisa memulainya dari garpu tala berfrekuensi paling
rendah sampai garpu tala berfrekuensi paling tinggi atau sebaliknya.
Cara kita membunyikan garpu tala yaitu dengan memegang tangkai garpu tala lalu memetik secara lunak
kedua kaki garpu tala dengan ujung jari atau kuku kita.
Bunyi garpu tala terlebih dahulu didengar oleh pemeriksa sampai bunyinya hampir hilang. Hal ini untuk
mendapatkan bunyi berintensitas paling rendah bagi orang normal / nilai normal ambang.
Secepatnya garpu tala kita pindahkan di depan meatus akustikus eksternus pasien pada jarak 1-2 cm
secara tegak dan kedua kaki garpu tala berada pada garis hayal yang menghubungkan antara meatus
akustikus eksternus kanan dan kiri.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes batas atas & batas bawah yang kita lakukan, yaitu :
Normal. Jika pasien dapat mendengar garpu tala pada semua frekuensi.
Tuli konduktif. Batas bawah naik dimana pasien tidak dapat mendengar bunyi berfrekuensi rendah.
Tuli sensorineural. Batas atas turun dimana pasien tidak dapat mendengar bunyi berfrekuensi tinggi.
Kesalahan interpretasi dapat terjadi jika kita membunyikan garpu tala terlalu keras sehingga kita tidak
dapat mendeteksi pada frekuensi berapa pasien tidak mampu lagi mendengar bunyi.
Tes Rinne
Tujuan kita melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran
udara pada satu telinga pasien.
Ada 2 cara kita melakukan tes Rinne, yaitu :
Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum
mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya,
segera garpu tala kita pindahkan di depan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika
pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.
Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tankainya secara tegak lurus pada
planum mastoid pasien. Segera pindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksternus. Kita
menanyakan kepada pasien apakah bunyi garpu tala di depan meatus akustikus eksterna lebih keras
daripada di belakang meatus akustikus eksterna (planum mastoid). Tes Rinne positif jika pasien
mendengarnya lebih keras. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien mendengarnya lebih lemah.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang kita lakukan, yaitu :
Normal. Jika tes Rinne positif.
Tuli konduktif. Jika tes Rinne negatif.
Tuli sensorineural. Jika tes Rinne positif.
Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan pseudo negatif. Hal ini dapat terjadi
manakala telinga pasien yang tidak kita tes menangkap bunyi garpu tala karena telinga tersebut
pendengarannya jauh lebih baik daripada telinga pasien yang kita periksa.
Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien.
Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak lurus, tangkai garpu tala mengenai
rambut pasien dan kaki garpu tala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum
mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar
bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua
kaki garpu tala sudah berhenti saat kita memindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksterna.
Tes Weber
Tujuan kita melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga
pasien.
Cara kita melakukan tes Weber yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak
lurus pada garis median (dahi, verteks, dagu, atau gigi insisivus) dengan kedua kakinya berada pada
garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras.
Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi
telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar
maka berarti tidak ada lateralisasi.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan, yaitu :
Normal. Jika tidak ada lateralisasi.
Tuli konduktif. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.
Tuli sensorineural. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.
Misalnya terjadi lateralisasi ke kanan maka ada 5 kemungkinan yang bisa terjadi pada telinga pasien,
yaitu :
Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri normal.
Telinga kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga kanan lebih parah.
Telinga kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan normal.
Telinga kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi telinga kiri lebih parah.
Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri mengalami tuli sensorineural.
Tes Schwabach
Tujuan kita melakukan tes Schwabach adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara pemeriksa
dengan pasien.
Cara kita melakukan tes Schwabach yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak
lurus pada planum mastoid pemeriksa. Setelah bunyinya tidak terdengar oleh pemeriksa, segera garpu
tala tersebut kita pindahkan dan letakkan tegak lurus pada planum mastoid pasien. Apabila pasien masih
bisa mendengar bunyinya berarti Scwabach memanjang. Sebaliknya jika pasien juga sudah tidak bisa
mendengar bunyinya berarti Schwabach memendek atau normal.
Cara kita memilih apakah Schwabach memendek atau normal yaitu mengulangi tes Schwabach secara
terbalik. Pertama-tama kita membunyikan garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus pada planum
mastoid pasien. Setelah pasien tidak mendengarnya, segera garpu tala kita pindahkan tegak lurus pada
planum mastoid pemeriksa. Jika pemeriksa juga sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti
Schwabach normal. Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach
memendek.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu :
Normal. Schwabch normal.
Tuli konduktif. Schwabach memanjang.
Tuli sensorineural. Schwabach memendek.
Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai garpu tala tidak berdiri
dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.
Tuli Konduksi Tes Pendengaran Tuli Sensori Neural
Tidak dengar huruf lunak
Dengar huruf desis Tes Bisik Dengar huruf lunak
Tidak dengar huruf desis
Normal Batas Atas Menurun
Naik Batas Bawah Normal
Negatif Tes Rinne Positif, false positif / false negatif
Lateralisasi ke sisi sakit Tes Weber Lateralisasi ke sisi sehat
Memanjang Tes Schwabach Memendek
Daftar Pustaka
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr.
Sri Sukesi, Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
Audiometri Dasar
11MARAudiometri dasar
Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, audiologist dan pasien yang
kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
* audiometri nada murni
* audiometri tutur
* immittance audiometri
Audiometri nada murni
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada murni. Nilai
ambang diukur dengan frkwensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal
grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone ( air
conduction ) dan skull vibrator ( bone conduction ). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan
adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
Simbol Audiometer
Normal
CHL
SNHL
MHL
Terima kasih atas pertanyaannya
Pada dasarnya memang tes pendengaran terbagi menjadi 2 macam :
1. Tes pendengaran tanpa alat : test bisik , tes suara ( sifatnya subyektif dan menentukan derajat ketulian
hanya secara kasar).
2. Tes pendengaran dengan alat :
– dengan garpu tala
– dengan alat audiometry ( dengan jenis yang macam-macam denga harga berkisar diatas 30 juta ).
Semakin canggih maka bisa menilai gangguan pendengaran lebih tepat baik secara derajat maupun
kemungkinan penyebab dan teknik rehabilitasi yang paling tepat, untuk pemilihan alat bantu dengar.
Audiometri tutur : pada prinsipnya pasien disuruh mendegar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas
mana mulai terjadi gangguan sampai 50 % tidak dapat menirukan kata-kat dengan tepat.
Kriteria orang dikatakan tuli ?
Tuli terdiri dari beberapa derajat :
1. Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB
2. Sedang =========================== 40-60 dB
3. Berat sudah tidak dapat mendengar pada === 60-80 dB
4. Berat sekali ======================== > 80 dB
pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa
pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada
diamplifikasi dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar.
Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruangan kedap suara, minimal
sunyi. Karena kita meberikan tes pada frekwensi tertentu dengan intensitas lemah , TiiiiT….. kalau ada
gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian kita.
Pada audiometru tutur, memang kata-kata tertentu denagn vokal dan konsonan tertentu yang dipaparkan
ke penderita.
Intensitas pada pemeriksaan audiometri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB dst, bila
mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik.
Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congek atau tidak ( ada
cairan dalam telinga ), apakah ada kotoran telinga ( serumen ), apakah ada lubang pada gendang telinga.
Untuk menentukan penyebab kurang pendengaran.
THT (Tes Bisik)Tes Bisik
Tes bisik adalah melakukan pemeriksaan dengan mengucapkan suara Yng lirih seperti berbisik-bisik kepada orang yang diperiksa ( orang normal maupun orang dengan gangguan pendengaran)
TujuanUntuk mengetahui kelainan pada pendengaran pada orang yang diperiksa
Indikasi Pada klien yang dicurigai mengalami gangguan pendengaran
Kontraindikasi Klien dengan adanya sumbatan benda asing pada telinga
Klien dengan trauma pada telinga
Klien dengan perdarahan telinga
Prosedur tindakan
a. Persiapan alat
1. 2 buah kursi 2. Kain penutup mata 3. Kapas bervaselin 4. Alat tulis menulis
b. Persiapan klien
1. Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Memberikan klien posisi duduk (fowler) pada kursi yang telah disediakan
3. Menjaga privasi klien
c. Persiapan tempat
1. Ruang sunyi kedap suara ukuran minimal 4x5 meter
d. Pelaksanan
1. Mata orang yang diperiksa harus ditutup sehingga tidak melihat bibir pemeriksa (agar tidak meniru gerakan bibir pemeriksa)
2. Telinga orang yang diperiksa harus dibebaskan dari penghalang dan dihadapkan kepada pemeriksa. Telinga yang satu ditutup dengan kapas bervaselin, atau ada asisten sehingga menggunakan tangannya untuk menutup lubang telinganya dengan cara buka tutup
3. Orang yang diperiksa diberi tahu bahwa ia harus mengulang kat-kata yang dibisikkan oleh pemeriksa dengan jelas
4. Pemeriksa diharuskan menggunakan kata-kata yang 100% dapat dipahami oleh orang yang diperiksa
5. Kata-kata pendek, yaitu 1-2 suku kata, bernada desis (nada tinggi) dan kata-kata yang lunak (nada rendah) misalnya: sapu,susu,satu,dll
6. Semua kata-kata harus diucapkan pada akhir expirasi
7. Tempatkan klien pada tempat duduk yang nyaman
8. Pemeriksa mmulai membisikkan kata-kata yang harus diulang oleh orang yang diperiksa dan pengulangan kata-kata harus jelas
9. Membisikkan kata-kata ini mulai dari jarak dekat, kemudian mundur lebih jauh lagi
10. Setiap jarak hendaknya dibisikkan kata-kata sebanyak 10 kata
11. Bila pada suatu jarak orang yang diperiksa hanya dapat mengulang kata-kata kurang dari 80% maka jarak tersebut dicatat sebagai batas pendengaran, lakukan untuk telinga kanan dan kiri.
e. Evaluasi
1. Pada tuli konduksi:
Hanya mendengar suara desis (huruf S)
Suara lunak tidak terdengar
2. Pada tuli persepsi:
Hanya mendengar suara huruf U dan A
Tidak mendengar suara desis
Mendengar suara lunak
Daftar PustakaTim Keperawatan Medikal Bedah PSIK FIKES UMM