terumbu

download terumbu

of 15

description

tugas

Transcript of terumbu

12

PENDAHULUAN

Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar dan beragam. Beberapa sumberdaya tersebut misalnya sumberdaya perikanan tangkap dan perikanan budidaya, hutan bakau yang yang terdapat disepanjang pantai atau muara sungai, terumbu karang yang sangat produktif dan khaster dapat di daerah tropis dan sumber daya lainnya (Syah, 2010).Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karangyang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyususn substrat tempat hidup karang lain dan ganggang (Asriana dan Yuliana, 2012).Dengan kondisi wilayah pesisir yang terus berkembang, maka pengaruh tekanan terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang pada khususnya juga akan semakin meningkat. Untuk itu diperlukan pengembangan informasi atau pendataan status ekosistem terumbu karang, sehingga untuk kurun waktu yang akan datang dapat dievaluasi peningkatan ataupun penurunan kondisi ekosistem terumbu karang yang ada sejalan dengan perkembangan pembangunan di wilayah pesisir (Yasser, 2013).Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini mempunyai produktivitas yang tinggi. Komponen biota terpenting disuatu terumbu karangadalah hewan karang batu atau (stony coral) hewan yang tergolong ordo Scleratinia yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur (Nugraha, 2008).Karang dapat berkembang dengan baik pada perairan yang bersih, bebas sedimen, dan polusi, perairan yang masih bisa tembus cahaya (fotik), ada benih (planula), adanya arus, ada substrat untuk menempel, kekeruhan rendah, ada gelombang, suhu yang paling baik sekitar 18-40oC dan suhu yang optimal adalah 2325oC, kedalaman air antara 150 meter kedalam optimalnya 25 meter secara vertikal dan horizontal, dan salinitas antara 3036 % (Nybakken, 1992 dalam Asriana dan Yuliana, 2012).Pada umumnya komunitas terumbu karang sangat peka terhadap pengaruh kegiatan manusia. Bila kerusakan karang telah terjadi maka recovery-nya lambat mengingat kecepatan pertumbuhan karang juga berlangsung lama. Hasil pengamatan para ahli menyebutkan bahwa kecepatan tumbuh berkisar antara 2 cmm per tahun untuk brain corals yang massive misalnya pada jenis Diploria dan Montastrea sampai sekitar 20 cm per tahun untuk karang ranting, misalnya pada jenis Acropora. Pada kondisi terganggunya lingkungan bisa menyebabkan selain menurunnya percepatan tumbuh, juga kegagalan mekanisme produksi dan dalam keadaan sangat ekstrem, reaksi shut down bisa terjadi dimana seluruh zoox meninggalkan hewan karang yang berujung kepada kematian koloni karang (Wibisono, 2005).

Tujuan Penulisan MakalahTujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian terumbu karang, tipe terumbu karang, anatomi terumbu karang, syarat tumbuhnya terumbu karang dan fungsi terumbu karang serta mengetahui studi kasus mengenai terumbu karang yang berada di beberapa daerah di Indonesia.

Manfaat Penulisan MakalahManfaat dari penulisan makalah ini adalah agar para mahasiswa semakain paham dengan ekosistem terumbu karang serta dapat membahasnya melalui studi kasus yang dipelajari.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Terumbu KarangTerumbu karang adalah kumpulan hewan bersel satu yang membentuk kolon dan mempunyai rumah yang terbuat dari bahan kapur (Ca-Karbonat). Mengingat dalam ekosistem terumbu karang terdapat berbagai jenis organisme, maka dapat pula dikatakan sebagai berikut: terumb karang merupakan sebuah komunitas biologis yang berada di dasar perairan laut yang membentuk struktur padat yang kokoh dan terbuat dari bahan kapur. Organisme utama kebanyakan terdiri dari coral dan algae. Terumbu karan terdiri dari berbagai jenis binatang karang (reef-building corals/hermatypic) yang termasuk ordo Scleractinia (Anthozoa/Coelenterata) (Wibisono, 2005).Tipe terumbu karang hermatipic di dalamnya adalah subclass Anthozoa denganordo Scleractinia dari filum Coeclenterata. Terumbu karang dibedakan dari kemampuannya menghasilkan kalsium karbonat yang pertumbuhannya oleh keberadaan alga uniseluler pada terumbu karang hermathipic yaitu zooxenthella (Mann, 1982).Polip karang bersimbiosis dengan alga bersel tunggal (monuceluler), yang terdapat dalam jaringan endoderm karang. Alga ini termasuk dalam dinoflagelata marga simbiodinium yang mempunyai klorofil untuk proses fotosintesis. Alga ini dapat disebut sebagai zooxanthellae. Zooxanthellae mendapakan keuntngan karna ia mendapat tempat tingal yang aman dalam tubuh si polip karang keras. Sedangkan polip karang keras mendapatkan keuntungan karna mendapatkan makanan dari hasil fotosintesis alga yaitu oksigen dan energi. Hasil metabolisme makanan dari karang diambil zooxanthellae untuk proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari, kemudian hasilnya dimanfaatkan polip karang. Dengan demikian keduanya saling bergantung dan tidak dapat bertahan hidup tanpa ada salah satunya. Zooxanthellae adalah salah satu penyusun karang yang paling penting. Tanpa peran zooxanthellae terumbu karang tidak akan terbentuk karena polip karang keras tidak akan dapat hidup (Asriana dan Yuliana, 2009).Ekosistem terumbu karang adalah sumber berbagai organisme dan banyak asosiasi biota di dalamnya yang dapat dijadikan indikator kondisi terumbu karang.Salah satu biota ini adalah kima. Kima merupakan filter feeder yang me-nyaing air untuk mendapatkan makananya sehingga dapat berperan dalam menjernihkan perairan. Kehadiran kelompok kima dalam kelimpahan yang tinggi dapat dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas terumbu karang sebagai habitatnya (Marsuki dkk, 2013).Terumbu karang di daerah tropis merupakan komunias perairan laut yang beraneka ragam dan kompleks. Terumbu karang mengisi seperenam bagian pinggir pantai di seluruh dunia dan menyediakan tempat tinggal untuk puluhan ribu ikan dan organisme air lainnya. Terumbu karang terluas di duni, the Great Barrier Reef, rentang lebih dari 2000 Km (1200 mil) dari New Guinea bagian selatan hingga bagian timur Australia. Terumbu krang memerlukan kondisi lingkungan yang hangat dan bersih, tempat yang dangkal, air bersih dan substrat yang kokoh agar dapat meletakkan bagian tubuhnya. Pertumbuhan terumbu karang terbatas, karena suhu dibawah 18oC tidak baik bagi pertumbuhan terumbu karang dan suhu optimum untuk tumbuh dengan baik adalah 23o C 25o C (Sverdrup, 2010).

Tipe Terumbu KarangBerdasarkan tipe tumbuhnya karang, maka terumbu karang dibedakan menjadi 3 tipe dasar, yakni :1. Karang tepi (Fringing reefs), yakni terumbu karang yang tumbuh diluar suatu pulau bisa sejajar pantai. Contohnyanya komunitas terumbu di sekitar pulau Rambut (Kep. Seribu).2. Karang pembatas (Barrier Reefs), yakni terumbu karang yang tumbuh diluar suatu pulau atau kontinen yang membentuk sebuah laguna (goba). Contohnya Great Barrier Reefs di Australia.3. Karang Atoll, yakni terumbu karang yang tumbuh melingkar seperti cincin dibagian tengahnya terdapat sebuah laguna (goba). Contohnya atoll di perairan sekitar Pulau Pari (Kep. Seribu).Menurut teori Darwin terbentuknya atol bermula dari terumbu karang pantai. Bersama dengan amblasnya gunung atau daratan asal maka terumbu karang pantai makin tumbuh keluar, hingga terbentuklah goba antara pantai dengan terumbu karang itu sendiri. Proses amblasnya gunung tersebut berjalan terus menerus dan sementara terumbu karang di bagian tepi mengimbangi terus dengan pertumbuhan ke atas hingga terbentuklah atol. Teori ini dikenal sebagai teori amblasan(subsidence theory) yang merupakan salah satu dari beberapa teori terbentuknya atol (Wibisono, 2005).

Anatomi Terumbu KarangKarang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari :1. Mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan serta sebagai alat pertahanan diri. 2. Rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan (gastrovascular).3. Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut gastrodermis karena berbatasan dengan saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material tersebut berupa kalsium karbonat (kapur) (Timotius, 2003).

Gambar 1. Anatomi Polip Karang

Gambar 2.Lapisan tubuh karang, dengan sel penyengat dan zooxanthellae didalamnya. Tampak sel penyengat dalam kondisi tidak aktif dengan yang sedang aktif.

Syarat Pertumbuhan Terumbu KarangKarang dapat berkembang dengan baik pada perairan yang bersih, bebas sedimen, dan polusi, perairang yang masih bisa tembus cahaya (fotik), ada benih (planula), adanya arus, adanya substrat untuk menempel, kekeruhan rendah, ada gelombang, suhu yang paling baik sekitar 18 40o C dan suhu yangoptimal adalah 23 25o C, kedalaman air antara 1 50 meter kedalaman optimal 25 meter secara vertikal dan horizontal, dan salinitas antara 30 36o C (Asriana dan Yuliana, 2009).Dalam Wibisono (2005) syarat lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan karang, yaitu :1. Perairan harus cukup cerah dan tidak dipengaruhi erosi dari muara sungai2. Perairan relatif tenang (tidak banyak berombak)3. Salinitas cukup (30 32 o/oo)4. Fluktuasi suhu maksimum dan minimum dari air laut tidak terlalu besar yaitu 27oC5. Cukup makanan, baik berupa zat hara maupun plankton6. Pertumbuhan optimal pada kedalaman kurang dari 35 meter, walaupun masih mungkin tumbuh sampai pada kedalaman kurang dari 100 meter tergantung tingkat kecerahan.Oleh karena itu, ekosistem terumbu karang serta biota yang bersosiasi dengan terumbu karang tersebut sangat sensitif terhadap berbagai hal seperti: aliran air tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan nilai salinitas perairan, beban sedimen dapat mengganggu biota yang mencari makan mellaui proses penyaringan (filter feeder), sehu ekstri yitu suhu di luar batas suhu toleransi terumbu karang, polusi seperti biosida dari aktivitas pertanian yang masuk ke perairan lokal, kerusakan terumbu, seperti yang disebabkan oleh badai siklon dan jangkar perahu, dan beban nutrien yang berlebihan yang menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme koral atau timbulnya blooming dari fitoplankton yang dapat menghalangi penetrasi cahaya matahari sehingga tingkat fotosintesis ari koral menurun (Dahuridkk, 2004).

Fungsi Terumbu KarangAdapun fungsi terumbu karang antara lain sebagai berikut :1. Sebagai tempat bertedur (shelter) dan tempat mencari mankan bagi sebagian biota laut.2. Sebagai penahan erosi pantai karena deburan ombak3. Sebagai cadangan sumber daya alam (natural stock) untuk berbagai jenis biota yang bernilai ekonomi penting seperti: Jenis-jenis ikan hias, misalnya : Amphiprion sp., Pomacantus semisirculatus, Pomacentrus spp. Jenis-jenis ikan pelagis yang bernilai ekonomi, misalnya : ikan Kuwe (Caranx aurogutatus), ikan Ekor kuning (Caesio cuning), ikan Bawal putih (Pampus canaliculatus), dan sebgainya. Jenis-jenis ikan demesal yang bernilai ekonomi, misalnya: ikan Kerapu (Epinephelus sp.), ikan Lencam (Letherinus sp.), ikan Kakap merah (Lutianussp.). Berbagai jenis kerang-kerangan (Bivalvia) dan Moluxca/Gastropoda. Berbagai jenis ganggang laut (sea weed), misalnya: Eucheuma spinosum, Gracilaria spp., Gelidium spp., Hypnea spp.4. Sebagai wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata alam bahari yang bisa menghasilkan devisa.5. Sebagi sarana pendidikan yang dapat menumbuh kembangkan rasa cinta laut.6. Sebagai sumber makanan dan mata pencarian bagi nelayan7. Sebagai sumber bahan dasar untuk obat-obatan dan kosmetik seperti alga dan rumput laut8. Sebagai sumber bibit budidaya dan menjunjang kegiatan pendidikan dan penelitian.

Pengaruh Kegiatan Manusia terhadap Kelestarian Terumbu KarangEkosistem terumbu karang serta biota yang berasosiasi degan terumbu karang tersebut sangat sensitif terhadap berbagai hal seperti: (1) aliran air tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan nilai salinitas perairan; (2) beban sedimen dapat mengganggu biota yang mencri makan melalui proses penyaringan (filter feeder); (3) suhu ekstrim, yaitu suhu diluar batas suhu toleransi terumbu karang; (4) populasi seperti biosida dari aktivitas pertanian yang masuk ke perairan lokal; (5) kerusakan terumbu, seperti yang disebabkan oleh badai silkon dan janggkar perahu; dan (6) beban nutrien yang berlebihan yang menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme koral atau timbulnya blooming dari fitoplankton yang dapat menghalangi penetrasi sinar matahari sehingga tingkat fotosintesis dari koral menurun (Dahuri dkk, 2004).Ekosistem terumbu karang adalah sumber berbagai organisme dan banyak asosiasi biota di dalamnya yang dapat dijadikan indikator kondisi terumbu karang. Salah satu biota ini adalah kima. Kima merupakan filter feeder yang me-nyaing air untuk mendapatkan makananya sehingga dapat berperan dalam menjernihkan perairan. Kehadiran kelompok kima dalam kelimpahan yang tinggi dapat dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas terumbu karang sebagai habitatnya (Marsuki dkk, 2013).Kegiatan penambangan terumbu karang dapat menyebabakan peningkatan erosi pantai dan berbagai kerusakan pantai lainnya. Hal ini disebabkan hilangnya fungsi terumbu karang sebagai penahan gelombang. Satu studi di Indonesia menunjukan bahwa rusaknya terumbu karang oleh usaha pertambangan mengakibatkan timbulnya erosi yang parah di pantaisehingga mengancam lokasi pemukiman dan pola tata guna lahan setempat. Kejadian yang serupa terjadi jugadi pantai Minglanilla dan San Fernando, Cebu, dimana masyarakat pribumi telah menambang terumbu karang penghalan untuk abahn ubin. Penambangan terumbu karang merupaka ancaman terbesar terhdap sumberdaya perairan karena laju pertumbuhan lambat sehingga dikategorikan sumberdaya yang tak terbaharui (Dahuri dkk, 2004).Laporan dari BPPT yang dimuat dalam harian Kompas tgl. 8 Desember 2004 menyebutkan bahwa 61 %dari luas areal terumbu karang di Indonesia saat ini dalam kondisi rusak, 15 % diantaranya dalam kondisi sangat kritis. Hal ini berarti tinggal 39 % saja yang masih tersisa dalam keadaan baik. Bentuk-bentuk kerusakan atau dampak negatif dari kegiatan manusia bisa berupa, antara lain:a. Pencemaranb. Membuang sauh/jangkar di lokasi terumbu karangc. Rusak karena terinjak oleh wisatawand. Pencungkilan karang e. Penangkapan ikan karang dengan dinamitf. Over exploitasi terumbu karangg. Buangan bekas jaring/jala ikan atau gill-net yang kusut sehingga karang terlilith. Pembabatan hutan mangrove tanpa kendali ataupun penghilangan hutan mangrovei. Pembangun di wilayah pesisir tanpa kearifan lingkuangn (Wibisono, 2005).Penyebab utama berikutnya terjadinya degradasi terumbu karang adalah akibat pengelolaan pantai dan daerah hulu yang kurang baik sehingga tingginya tinggkat sedimentasi yang masuk ke perairan dan menutupi terumbu karang. Kehilangan terumbu karang juga terjadi secara alami misalnya oleh badai dan pemangsaan predator. Sebagai contoh, terjadinya kerusakan karang oleh bintang laut pemakan karang di beberapa temoat diwilayah tropis Pasifik. Diperkirakan bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh organisme tersebut dapat menghilangkan fungsi pelindung dari terunbu karang yang akhirnya mengancam stabilitas wilayah pantai. Kerusakan terumbu karang secara alami dapat juga diakibatkan pencampuran massa air yang lebuh dingin (Dahuri dkk, 2004).

studi kasus:PengaruhKegiatan Pembangunan padaEkosistemTerumbuKarang: StudiKasusEfekSedimentasidi Wilayah PesisirTimurPulauBintan

Pada tahun 1996 diperkirakan luas terumbu karang di perairan Bintan adalah 16.860,5 hektar. Pengamatan di lapangan atas terumbu karang yang dilakukan di sekitar perairan Pantai Trikora, di pesisir timur Pulau Bintan, memperlihatkan bahwa kondisi terumbu karang pada lokasi tersebut telah mengalami kerusakan. Hal ini dilihat dari tutupan karang hidup yang rendah serta banyaknya ditemukan karang mati. Banyaknya karang mati yang ditemukan diduga disebabkan oleh berbagai kegiatan pembangunan yang berlangsung di wilayah pesisir timur Pulau Bintan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dampak kegiatan pembangunan pada terumbu karang di wilayah pesisir timur Pulau Bintan, membuat suatu model dinamika sistem (system dinamics) yang komprehensif untuk menggambarkan terkaitnya kegiatan pembangunan dengan ekosistem terumbu karang di wilayah pesisir timur Pulau Bintan, mengidentifikasi akar permasalahan yang mendasari penurunan kualitas terumbu karang di wilayah pesisir timur Pulau Bintan, dan menentukan skenario pembangunan yang tepat untuk mengurangi tekanan kegiatan pembangunan pada ekosistein temmbu karang di wilayah pesisir timur Pulau Bintan. Lokasi penelitian meliputi 4 desa yang terletak di sepanjang pesisir timur Pulau Bintan, yaitu Desa Berakit, Malang Rapat, Teluk Bakau, dan Gunung Kijang. Setiap kegiatan pembangunan di setiap desa penelitian diidentifikasi, kemudian dibuat suatu model dinamika sistem untuk melihat keterkaitan antara kegiatan pembangunan dengan ekosistem terumbu karang di pesisir timur Bintan. Kemudian dilakukan identifikasi akar permasalahan dari kerusakan terumbu karang. Tahap terakhir adalah membuat 4 skenario pembangunan yang disimulasi untuk mendapatkan skenario yang paling tepat untuk diterapkan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengaruh kegiatan pembangunan pada ekosistem terumbu karang cukup besar, meliputi perusakan karang secara langsung melalui ledakan bom maupun penambangan karang, pencemaran dari berbagai kegiatan di sepanjang pesisir, dan sedimentasi yang dapat meningkatkan kekeruhan perairan dan menghambat pertumbuhan karang, bahkan mematikan terumbu karang. Namun berdasarkan pengamatan dalam kurun waktu tahun 2000-2006, kegiatan pembangunan yang pengaruhnya paling besar pada ekosistem terumbu karang adalah kegiatan pembukaan lahan. Pengaruh kegiatan pembangunan dengan ekosistem terumbu karang di wilayah pesisir timur Pulau Bintan dapat digambarkan melalui suatu model dinamika sistem. Hasil simulasi memperlihatkan bahwa peningkatan pembukaan lahan menyebabkan penurunan persentase tutupan karang hidup.Berdasarkan 4 altematif skenario pembangunan yang dibuat, didapat bahwa hanya 1 skenario yang dapat mengurangi tekanan pembangunan pada terumbu karang dan memulihkan kembali kondisi terumbu karang, yaitu Skenario 4. Dibalik setiap kegiatan pembangunan, sebenarnya ada akar permasalahan yang lebih mendasar sebagaipenyebab kerusakan terumbu karang di wilayah pesisir timur Pulau Bintan, yaitu (1) kemiskinan masyarakatdan kesulitan adaptasi pada matapencaharian altematif, (2) keserakahan dari pemilik modal, (3) lemahnyapenegakan hukum (law enforcement), dan (4) kebijakan pemerintah yang belum memberikan perhuran padapengelolaan kualitas lingkungan di wilayah pesisir dan lautan, khususnya terumbu karang.Dalam rangka melestarikan ekosistem terumbu karang, disarankan beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu(1) menetapkan sedikitnya 30% dari luas wilayah pesisir timur Pulau Bintan untuk dijadikan hutan lindung,(2) melakukan rehabilitasi lahan sekurang-kurangnya 20% dari lugs lahan terbuka yang ada, (3)mengharuskan berbagai kegiatan usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan untuk melakukanrehabilitasi lahan sebagai syarat perijinan dan pemyataan tersebut disertakan dalam kontrak kerja, (4)memberikan bantuan ekonomi untuk modal kerja dan bantuan teknologi budidaya perikanan bagi nelayan,(5) memberikan penyuluhan tentang manfaat terumbu karang kepada masyarakat di pesisir timur PulauBintan, (6) memberikan muatan lokal tentang pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan dalam pendidikandi lingkungan sekolah, (7) penegakan hukum bagi pelaku perusakan terumbu karang hendaknya tidaksekedar dituangkan dalam bentuk peraturan perundangan saja, tetapi juga tegas dalam pelaksanaan dilapangan sesuai undang-undang yang berlaku.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Terumbu karang adalah kumpulan hewan bersel satu yang membentuk kolon dan mempunyai rumah yang terbuat dari bahan kapur (Ca-Karbonat).2. Berdasarkan tipe tumbuhnya karang, maka terumbu karang dibedakan menjadi 3 tipe dasar, yakni : Karang tepi (Fringing reefs), Karang pembatas (Barrier Reefs) dan Karang Atoll. 3. Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari : Mulut, Rongga tubuh, dan dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis. 4. Syarat lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan karang, yaitu :Perairan harus cukup cerah dan tidak dipengaruhi erosi dari muara sungai, perairan relatifsalinitas cukup (30 32 o/oo), fluktuasi suhu maksimum dan minimum dari air laut tidak terlalu besar yaitu 27o C, cukup makanan baik berupa zat hara maupun plankton, pertumbuhan optimal pada kedalaman kurang dari 35 meter, walaupun masih mungkin tumbuh sampai pada kedalaman kurang dari 100 meter tergantung tingkat kecerahan.5. Adapun fungsi terumbu karang antara lain sebagai berikut : Sebagai tempat bertedur (shelter) dan tempat mencari mankan bagi sebagian biota laut, sebagai penahan erosi pantai karena deburan ombak, sebagai cadangan sumber daya alam (natural stock) untuk berbagai jenis biota, dan lain-lain.

SaranAdapun saran untuk penulisan makalah ini adalah semoga kedepannya laboratorium dapat memadai untuk digunakan dalam proses praktikum. Untuk para asisten semoga kiranya selalu memberikan ilmu kepada para praktikan agar semua yang dipraktikumkan dapat dimengerti praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A. A. A. 2009. Pengaruh Kegiatan Pembangunan pada Ekosistem Terumbu Karang: Studi Kasus Efek Sedimentasi di Wilayah Pesisir Timur Pulau Bintan. Thesis. Universitas Indonesia, Depok.Asriana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara, Jakarta.

Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting, dan M. J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.

Mann, K. H. 1982. Ecology of Coastal Waters. Bedford Institude of Oceanography, Canada.

Nugraha, W.A. 2008. Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea di Karimunjawa dan Bangkalan, Indonesia.Universitas Trunojoyo, Madura. Vol. 5 (1) : 24-33.

Sverdrup, K. A. 2010. An Introduction to the Worlds Oceans. Mc Grow Hill, Boston.

Syah, A. F. 2010. Penginderaan Jauh dan Aplikasinya di Wilayah Pesisir dan Lautan. Universitas Trunojoyo, Madura. Vol 3 (1) : 18-28.

Timotius, S. 2003. Biologi Terumbu Karang. Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Tertagi). Jakarta.

Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo, Jakarta.

Yasser, M. 2013. Gambaran Sebaran Kondisi Terumbu Karang di Perairan Kecamatan Sangkulirang dan Sandaran Kabupaten Kutai Timur. Universitas Mulawarman, Samarinda. Vol. 18 (2) : 28-40.