terumbu karang

18
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral. Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dariordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu. Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang ber simbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae . Terumbu karang termasuk dalam jenis filum cnidaria yang memiliki tentakel . Terumbu karang tersusun atas polip-polip yang hidup berkoloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO 3 . Selain itu, terumbu karang juga merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.

description

terumbu karang

Transcript of terumbu karang

Page 1: terumbu karang

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral. Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dariordo Scleractinia  yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam  jenis filum cnidaria yang memilikitentakel. Terumbu karang tersusun atas polip-polip yang hidup berkoloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3. Selain itu, terumbu karang  juga merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud terumbu karang?2. Bagaimana proses pembentukan terumbu karang?3. Bagaimana asosiasi terumbu karang dengan biota lain?4. Bagaimana metode penelitian terumbu karang?

1.3 Tujuan penulisan

Untuk memenuhi tuntutan tugas mata kuliah ekologi laut

Page 2: terumbu karang

BAB 2

Isi

2.1 Pengertian Terumbu Karang

Terumbu karang “karang” dalam istilah “terumbu karang” adalah koral, yaitu sekelompok

hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu.

Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati,

yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur pada terumbu dapat berasal dari

karang atau dari alga.

Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang

pantai dan dalamnya tidak lebih dari 40 meter.

Contoh: Bunaken (sulawesi) , Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali) .

Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), berada jauh dari pantai yang dipisahkan

oleh goba (lagoon) dengan kedalaman 40 – 70 meter.

Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi

Selatan), Kepulauan Banggai (Selawesi Tengah).

Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul

dari perairan yang dalam, jauh dari daratan. Banyak ditemukan pada daerah tropis

di Samudera Atlantik

2.1.2 Pembentukan Terumbu Karang

Page 3: terumbu karang

Terbentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya,

karang hanya terdiri dari satu polip yang memiliki bentuk tubuh seperti tabung, dengan

mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi tentakel.

Pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak

individu, yang disebut koloni. Hewan itu memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa,

serta dapat menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat untuk berbagai

spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum

diketahui.

Gambar 2.1.2 Pembentukan Terumbu Karang

2.2 Asosiasi Terumbu Karang

Menurut (Wibisono, 2005) Terumbu karang dapat berasosiasi dengan biota lain dilaut karena

terumbu karang merupakan tempat yang kaya akan sumber makanan untuk yang berasosiasi

dengannya, beberapa yang berasosiasi dengan terumbu karang yaitu:

1. Ikan

Asosiasi ikan karang dengan terumbu karang sangat erat sehingga eksistensi ikan karang

di suatu wilayah terumbu karang sangat rapuh ketika terjadi pengurasan habitatnya(Hartati &

Edrus, 2005).

Page 4: terumbu karang

Gambar 1.1 Ikan berasosiasi dengan terumbu karang

2. Algae

Pada tiap polip karang terdapat populasi alga zooxanthellae yang mampu memanfaatkan

atau menyerap karbon untuk fotosintesis sehingga dapat merupakan sumber energy bagi karang

maupun alga tersebut (Gunde, 2003). Zooxanthella memberikan makanan bagi coral yang

dibentuk melalui proses fotosintesis, sebaliknya coral memberikan perlindungan dan akses

terhadap cahaya kepada zooxanthella.

Page 5: terumbu karang

Gambar 1.2 Alga berasosiasi dengan terumbu karang

3. Benthos

Bentos memanfaatkan terumbu karang sebagai tempat tinggalnya sebagaimana menurut

Nontji (2002) jenis echinodermata seperti bulu babi, bintang laut dan jenis yang lainnya

mempunyai tempat hidup pada daerah terumbu karang dan celah-celah terumbu karang.

Gambar 1.3 Molusca berasosiasi dengan terumbu karang

Page 6: terumbu karang

2.3 Metodologi Penelitian Terumbu Karang

Survei kondisi terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung pada tujuan survei, waktu yang tersedia, tingkat keahlian peneliti, dan ketersediaan sarana dan prasarana. Agar hasil survei dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka perlu diperhatikan cara pemilihan keterwakilan lokasi, panjang transek ( sampling ) yang diambil dan banyaknya ulangan yang diperlukan. Meskipun telah banyak metode survei pada saat ini, namun masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat dikatakan belum ada suatu metode yang memuaskan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan sulitnya menggambarkan suatu kondisi terumbu karang dengan metode survei yang ada saat ini (Suharsono, 1994), antara lain:

1. Terumbu karang yang tumbuh di tempat geografis yang berbeda mempunyai tipe yang berbeda. 2. Ukuran individu atau koloni sangat bervariasi dari beberapa centimeter hingga beberapa meter. 3. Satu koloni karang dapat terdiri beberapa individu sampai jutaan individu. 4. Bentuk pertumbuhan sangat bervariasi seperti bercabang, masif, merayap, seperti daun, dan sebagainya. 5. Tata nama jenis karang masih relatif belum stabil dan adanya perbedaan jenis yang hidup pada lokasi geografis yang berbeda, serta adanya variasi morfologi dari jenis yang sama yang hidup pada kedalaman yang berbeda maupun tempat yang berbeda.

Penggunaan metode survei dalam menggambarkan kondisi terumbu karang biasanya disajikan dalam bentuk struktur komunitas yang terdiri dari data: persentase tutupan karang hidup, persentase tutupan karang mati, jumlah marga, jumlah jenis, jumlah koloni, ukuran koloni, kelimpahan, frekuensi kehadiran, bentuk pertumbuhan, indeks keanekaragaman jenis (Suharsono, 1994).

Beberapa metode yang umum digunakan oleh peneliti dalam menggambarkan kondisi terumbu karang adalah:

1. Metode Transek Garis 2. Metode Transek Kuadrat 3. Metode Manta Tow 4. Metode Transek Sabuk ( Belt transect )

Berikut akan kita coba menjelaskan secara ringkas masing-masing metode tersebut :

2.3.1 Metode Transek garis

Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus atau spesies.

Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan keterwakilan komunitas karang di suatu pulau. Biasanya penentuan ini dilakukan setelah dilakukan pemantauan dengan metode Manta Tow.

Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis bawah air, tas nilon, palu dan pahat untuk mengambil sampel karang yang belum bisa diidentifikasi, dan kapal.

Page 7: terumbu karang

Garis transek dimulai dari kedalaman dimana masih ditemukan terumbu karang batu (± 25 m) sampai di daerah pantai mengikuti pola kedalaman garis kontur. Umumnya dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 3 m, 5 m dan 10 m, tergantung keberadaan karang pada lokasi di masing-masing kedalaman. Panjang transek digunakan 30 m atau 50 m yang penempatannya sejajar dengan garis pantai pulau.

Pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati centimeter. Dalam penelitian ini satu koloni dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis yang sama dipisahkan oleh satu atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan untuk menganalisa kelimpahan jenis. Kondisi dasar dan kehadiran karang lunak, karang mati lepas atau masif dan biota lain yang ditemukan di lokasi juga dicatat.

Kelebihan : Akurasi data dapat diperoleh dengan baik Data yang diperoleh juga jauh lebih baik dan lebih banyak Penyahian struktur komunitas seperti persentase tutupan karang hidup/karang mati,

kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh

Struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat disajikan dengan baik

Kekurangan Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak Survei membutuhkan waktu yang lama Dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang, minimal life form dan sebaliknya

genus atau spesies Peneliti dituntut sebagai penyelam yang baik Biaya yang dibutuhkan juga relatif lebih besa

Page 8: terumbu karang

Metode lain yang mengacu pada Prinsip transek garis ini yaitu point transect , salah satu contoh aplikasinya sering gunakan pada program Reef Check . Pengamatan dilakukan pada setiap 0.5 meter terhadap karang keras, karang lunak, karang mati, alga dan biota lain.

Page 9: terumbu karang

2.3.2 Metode Transek Kuadrat

Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu perairan. Pada survei karang, pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi, pertumbuhan, tingkat kematian dan rekruitmen karang di suatu lokasi yang ditandai secara permanen. Survei biasanya dimonitoring secara rutin. Pengamatan didukung dengan pengambilan underwater photo sesuai dengan ukuran kuadrat yang ditetapkan sebelumnya. Pengamatan laju sedimentasi juga sangat diperlukan untuk mendukung data tentang laju pertumbuhan dan tingkat kematian karang yang diamati.

Peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan sudah dibagi setiap 10 cm, kaliper, GPS dan underwater camera .

Data yang diperoleh dengan metoda ini adalah persentase tutupan relatif, jumlah koloni, frekuensi relatif dan keanekaragaman jenis.

Kelebihan : Data yang diperoleh lengkap dengan mengambar posisi biota yang ditemukan pada

kuadrat, dengan bantuan underwater photo Sumber informasi yang bagus dalam pemantauan laju pertumbuhan, tingkat kematian,

laju rekruitmen Kekurangan :

Proses kerjanya lambat dan membutuhkan waktu lebih lama. Peralatan yang digunakan tidak praktis dan susah bekerja pada lokasi yang berarus Metode ini cocok hanya pada luasan perairan yang kecil Sedimen trap tidak bisa ditinggal dalam waktu lama dan tidak efektif pada daerah

yang berarus

2.3.3 METODA MANTA TOW

Penelitian menggunakan metoda manta tow bertujuan untuk mengamati perubahan secara menyeluruh pada komunitas bentik yang ada pada terumbu karang, termasuk kondisi terumbu karang tersebut. Metode ini sangat cocok untuk memantau daerah terumbu karang yang luas dalam waktu yang pendek, biasanya untuk melihat kerusakan akibat adanya badai topan, bleaching, daerah bekas bom dan hewan Acanthaster plancii (Bulu seribu). Teknik ini juga sering digunakan untuk mendapatkan daerah yang mewakili untuk di survei lebih lanjut dan lebih teliti dengan metoda transek garis.

Pelaksanaan di lapangan, metode manta tow ini dengan cara menarik peneliti dengan menggunakan perahu selama dua menit dengan kecepatan tetap 3-5 km/jam atau seperti orang yang berjalan lambat. Apabila ada faktor lain yang menghambat seperti arus yang kencang, maka kecepatan perahu dapat ditambah sesuai dengan tanda dari si pengamat yang berada di belakang perahu. Peneliti akan mengamati beberapa objek sepanjang daerah yang dilewati dan persentase penutupan karang hidup (karang keras dan karang lunak) dan karang mati. Data yang diamati dicatat pada tabel data dengan menggunakan nilai kategori atau dengan nilai persentase bilangan bulat. Untuk tambahan informasi yang menunjang pengamatan, dapat pula memasukkan penutupan pasir, patahan karang, objek lain ( Tridacna , Diadema dan Acanthaster ) sebagai objek yang diamati, semua tergantung tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Page 10: terumbu karang

Peralatan yang digunakan dalam metode Manta Tow ini adalah kaca mata selam (masker), snorkel, fin, perahu motor minimal 5 PK, papan manta yang berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tebal dua cm, tali yang panjang 20 m dan berdiameter satu cm, pelampung kecil, alat tulis bawah air, stop watch dan GPS.

Kelebihan : Daerah yang luas dapat di survei dalam waktu yang singkat Metodenya sederhana dan mudah dipraktekkan Biaya yang dibutuhkan tidak begitu mahal Peneliti tidak terlalu lelah untuk survei areal yang luas

Kekurangan : Survei secara tidak sengaja bisa dilakukan pada lokasi di luar terumbu karang (pasir,

perairan yg dalam. Peneliti sering lupa bila terlalu banyak objek yang di ingat Kemungkinan ada objek (binatang) yang terlewatkan. Metode tidak cocok bila

visibility rendah (kurang dari 6 m)

Page 11: terumbu karang

2.3.4 METODA TRANSEK SABUK ( BELT TRANSECT )

Transek sabuk digunakan untuk mengambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya karang dari genus Fungia . Metoda ini bisa juga untuk mengetahui keberadaan karang hias (jumlah koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) di suatu daerah terumbu karang.

Panjang transek yang digunakan ada 10 m dan lebar satu m, pengamatan keberadaan karang hias yang pernah dilakukan oleh lembaga ICRWG (Indonesia Coral Reef Working Group) menggunakan panjang transek 30 m dan lebar dua meter (satu m sisi kiri dan kanan meteran transek). Pencatatan dilakukan pada semua individu yang menjadi tujuan penelitian, yang berada pada luasan transek.

Kelebihan : Pencatatan data jumlah individu lebih teliti Data yang diperoleh mempunyai akurasi yang cukup tinggi dan dapat mengambarkan

struktur populasi karang Kekurangan :

Page 12: terumbu karang

Membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi karang secara langsung dan dibutuhkan penyelaman yang baik

Waktu yang dibutuhkan cukup lama Metode lain yang merupakan pengembangan dari metode sabuk ( belt transect ) dan juga

digunakan peneliti saat ini adalah video belt transect, metode ini menggunakan video untuk merekam sepanjang transek dan luasan yang dilalui. Kemudian hasil rekaman diputar ulang untuk pencatatan dan identifikasi jenis karang untuk mendapatkan persentase karang hidup dan kriteria lain seperti pada metoda yang lainnya. Keuntungan metode ini, waktu kerja di laut bisa lebih efisien, tidak membutuhkan tenaga dan biaya banyak. Hanya saja peralatan underwater video yang masih tergolong mahal bagi peneliti di Indonesia.

BAB 3

Page 13: terumbu karang

KesimpulanTerumbu karang “karang” dalam istilah “terumbu karang” adalah koral, yaitu sekelompok

hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu.

Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati,

yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur pada terumbu dapat berasal dari

karang atau dari alga.

Terumbu karang terbentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk

sederhananya, karang hanya terdiri dari satu polip yang memiliki bentuk tubuh seperti tabung,

dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi tentakel.

Terumbu karang dapat berasosiasi dengan biota lain dilaut karena terumbu karang

merupakan tempat yang kaya akan sumber makanan untuk yang berasosiasi dengannya, beberapa

yang berasosiasi dengan terumbu karang yaitu: ikan, alga, dan bentos

Beberapa metode yang umum digunakan oleh peneliti dalam menggambarkan kondisi terumbu karang adalah:

1. Metode Transek Garis 2. Metode Transek Kuadrat 3. Metode Manta Tow 4. Metode Transek Sabuk ( Belt transect )

Daftar Pustaka

Page 14: terumbu karang

English S., C. Wilkinson & V. Baker. 1994. Survey manual for tropical marine resources .ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources.

Gunde. D.M. 2003. Struktur komunitas karang skleractinia pada beberapalokasi penyelaman di Pantai Selatan Pulau Bunaken. SKRIPSI. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. Manado

Nontji A., 2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan

Suharsono, 1994. Metode penelitian terumbu karang . Pelatihan metode penelitian dan kondisiterumbu karang . Materi Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi TerumbuKarang: 115 hlm.

Suharsono, 1996. Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia. Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembagan Oseanologi. Proyekpenelitian dan Pengembangan daerah Pantai: 116 hlm.

Sukmara, A., A.J. Siahainenia & C. Rotinsulu. 2002. Panduan Pemantauan Terumbu KarangBerbasis Masyarakat dengan Metode Manta Tow . Departemen Kelautan dan Perikanan& Coastal Resources Center University of Rhode Island.

Veron, J.E.N. 1986. Coral of Australia and The Indofasific. Angus &Robertos.Australia.

Wibiosono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia.