Term Odin a Mika
-
Upload
reski-maharanii-ashari -
Category
Documents
-
view
8 -
download
1
description
Transcript of Term Odin a Mika
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Dalam makalah ini, kami mengambil tema mengenai
Termokimia. Kami memilih tema ini karena kami rasa materi ini
sangat penting untuk dipelajari. Termokimia merupakan salah
satu materi dasar dalam kimia yang harus dikuasai.
Di dalam makalah ini kami membahas tentang konsep dasar
dari termokimia yang kami sajikan pada bagian awal dari isi
makalah. Hal ini kami lakukan karena kami menilai untuk
memahami suatu materi, kita harus mengetahui konsep dasar
terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pada bagian inti materi.
Termokimia merupakan materi yang harus dipahami dengan
baik karena di dalamnya mencakup cukup banyak materi lainnya,
seperti termodinamika I, kalor reaksi, kerja, entalpi, kalorimeter,
hukum Hess, penentuan DH reaksi, energi ikatan, dan jenis-jenis
kalor. Maka dari itu, kami berusaha untuk membuat materi
termokimia dalam makalah ini menjadi ringkas dan mudah
dipahami.
B . Tujuan Penulisan
1. Untuk mempelajari konsep dasar termokimia
2. Untuk mempelajari materi-materi yang terkait dengan
termokimia
3. Memahami tentang termokimia lebih mendalam
C . Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, kami memperoleh kajian
materi dari beberapa sumber, yaitu studi literatur dari buku-buku
yang terkait dengan topik dan berbagai artikel dari internet.
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………………
(i)
Daftar Isi ………………………………………………………………………(ii)
Pendahuluan ………………………………………………………….1
A. Latar belakang…………………………………………………………….1
B. Tujuan penulisan
………………………………………………………….1
C. Metode penulisan
………………………………………………………....1
II. Isi
A. Konsep Dasar …………………………………………………………….2
B. Termodinamika I …………………………………………………………
2
C. Kalor reaksi ………………………………………………………………4
D. Kerja ……………………………………………………………………...5
E. Entalpi ……………………………………………………………………7
F. Kalorimeter ………………………………………………………………
10
G. Hukum Hess
……………………………………………………………...14
H. Penentuan DH reaksi
……………………………………………………..17
I. Energi ikatan
…………………………………………………………….....18
J. Jenis-jenis kalor
………………………………………………………….....20
III. Penutup…………………………………………………………...
A. Kesimpulan …………………………………………………………………
22
B . Saran
……………………………………………………………………….22
Daftar pustaka
…………………………………………….........................23
BAB II
ISI
A.Konsep Dasar
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
energi panas dan energi kimia. Sedangkan energi kimia
didefinisikan sebagai energi yang dikandung setiap unsur atau
senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu zat adalah
semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial kimia
yang terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam
atau entalpi dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara
entalpi reaktan dan entalpi hasil pada suatu reaksi disebut
perubahan entalpi reaksi. Perubahan entalpi reaksi diberi simbol
ΔH.
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor
atau panas suatu zat yang menyertai suatu reaksi atau proses
kimia dan fisika disebut termokimia. Secara operasional
termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan
keadaan, dan pembentukan larutan.
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu
diberikan atau yang dapat diperoleh dari reaksi-reaksi kimia,
tetapi juga perlu sebagai pengetahuan dasar untuk pengkajian
teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam
termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan
oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor
reaksi.
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama
termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang
kalor yang menyertai reaksi kimia.
B.Termodinamika I,II,III
Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang
kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain
energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam
perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan
termodinamika, karena termokimia menangani pengukuran dan
penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia,
perubahan keadaan dan pembentukan larutan.
Thermodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara
spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas
dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi di dalam
alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas
dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi
gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-
lain.
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik
secara alami maupun hasil
rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat
kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi
adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain
tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut
sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi
Suatu sistem thermodinamika adalah suatu masa atau
daerah yang dipilih untuk dijadikan obyek analisis. Daerah
sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara
sistem dengan lingkungannya disebut batas sistem (boundary),.
Dalam aplikasinya batas sistem nerupakan bagian dari sistem
maupu lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat berubah posisi
atau bergerak.
Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang
kimia merupakan bahan kajian dari termokimia.” Energi
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi
alam semesta adalah konstan.” hukum termodinamika 1
Hukum pertama termodinamika dapat dirumuskan sbg:
Wk = ∆Ep
∆U + ∆Ek + ∆EP = Q – W
Hukum II termodinamika : “Entropi dari alam semesta
bertambah dalam proses spontan dan tidak berubah pada
proses keseimbangan.”
Hukum III termodinamika : “Makin besar ketidak teraturan
atau gerak bebas atom atau molekul ,makin besar entropi
system.”
C. Kalor Reaksi
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat
sebagai panas, sebab itu lebih tepat bila istilahnya disebut panas
reaksi. temperatur dari campuran reaksi naik dan energi potensial
dari zat-zat kimia yang bersangkutan turun, maka disebut sebagai
reaksi eksoterm. Namun bila pada pada suatu reaksi temperatur
dari campuran turun dan energi potensial dari zat-zat yang ikut
dalam reaksi naik, maka disebut sebagai reaksi endoterm.
Ada beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem.
Salah satunya adalah sistim terbuka, yaitu ketika massa, panas,
dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada juga sistim tertutup, dimana
tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas dan kerja saja.
Sementara, perubahan adiabatis merupakan suatu keadaan
dimana sistim diisolasi dari lingkungan sehingga tidak ada panas
yang dapat mengalir. Kemudian, ada pula perubahan yang terjadi
pada temperature tetap, yang dinamakan perubahan isotermik.
Pada perubahan suhu, ditandai dengan ∆t (t menunjukkan
temperatur), dihitung dengan cara mengurangi temperatur akhir
dengan temperatur mula-mula.
∆t = takhir – tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial:
∆(E.P) = (E.P)akhir – (E.P)mula-mula
Dari definisi ini didapat suatu kesepakatan dalam tanda
aljabar untuk perubahan eksoterm dan endoterm. Dalam
perubahan eksotermik, energi potensial dari hasil reaksi lebih
rendah dari energi potensial pereaksi, berarti EPakhir lebih rendah
dari EPmula-mula. Sehingga harga ∆(E.P) mempunyai harga negatif.
Pada reaksi endoterm, terjadi kebalikannya sehingga harga ∆(E.P)
adalah positif.
Pada suatu reaksi, reaksi pembentukannya didefinisikan
sebagai reaksi yang membentuk senyawa tunggal dari unsur-
unsur penyusunnya
contoh: C + ½O2 + 2H2 → CH3OH. Sementara panas
pembentukannya didasarkan pada 1 mol senyawa terbentuk.
Panas pembentukan standar yaitu 298.15 K (∆H°f298).
Panas standar adalah pada 25°C, seperti contoh reaksi
4HCl(g) → 2H2(g) + 2Cl2(g) ∆H°298 = (4)(92307)
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g) ∆H°298 = (2)(-241818)
Sementara, panas reaksi pada temperatur tidak standar
DHOT = DH0
298 + òT298 D Cp dT
Dapat disimpulkan bahwa kalor reaksi (∆H) adalah kalor yang
diserap (diperlukan) atau dilepaskan (dihasilkan) dalam reaksi,
disebut juga perubahan entalpi. Pada beberapa reaksi kimia
jumlah kalor reaksi dapat diukur melallui suatu percobaan di
dalam laboratorium. Pengukuran kalor reaksi tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor yang diberikan atau diambil dalam suatu proses
tertentu. Sebuah termometer sederhana terdiri dari bejana
terisolasi, alat pengaduk, dan termometer.
D. Kerja
Istilah kerja merupakan konsep yang telah didefinisikan oleh
ilmu utama mekanika. Dalam termodinamika, kerja secara umum
didefinisikan sebagai gaya kali jarak. Jika perpindahan jarak
akibat gaya F adalah sebesar ds (ds=distance/jarak), maka kerja
yang dilakukan.
DW= F ds
Simbol DW digunakan untuk jumlah kecil dari kerja dan
merupakan fungsi yang tidak pasti karena kerja yang dilakukan
tergantung pada jalannya reaksi. Terdapat berbagai jenis kerja
yang didefinisikan dengan persamaan:
Kerja mekanik DW = F ds
Kerja ekspansi DW = p dV
Kerja gravitasi DW = mgdh
Kerja permukaan DW = γ dA
Kerja listrik DW = e dq
Sejumlah kecil tidak terhingga dari kerja, dw, dapat
dilakukan oleh sistem yang bersangkutan pada lingkungannya,
atau oleh lingkunganya pada sistem itu. Rekomendasi I.U.P.A.C.
1970 adalah untuk mengambil dw positif dalam kasus yang
terakhir dan negatif dalam kasus sebelumnya, yakni kerja positif
dilakukan pada sistem. Asal perubahan yang terjadi itu lambat
dan tanpa gesekan, kerja biasanya dapat dinyatakan dalam
bentuk
dw= ydx,
atau sebagai jumlah suku-suku seperti
i
dw= ∑ yidxi
yi dan xi masing-masing adalah gaya dalam bentuk umum
dan perpindahannya. Misalnya, kerja yang dilakukan pada benda
dengan kenaikan yang kecil tidak terhingga dari volumenya, dV,
terhadap tekanan yang melawannya, p, adalah-pdV. Denikian
pula kerja yang dilakukan pada fase homogeny bila ia
meningkatkan luas permukaannya dengan dA adalah +γ dA, γ
adalah tegangan permukaan terhadap lingkungan khusus itu. Bila
suatu sistem seperti sel galvani mengakibatkan dQ coulomb listrik
mengalir ke dalam kondensor, yang antara pelat-pelatnya
terdapat tegangan E volt, kerja yang dilakukan pada sel galvani
adalah –EdQ joule. (Bersamaan dengan itu, atmosfer melakukan
sejumlah kerja –pdV pada sel, dV adalah perubahan volume sel
selama proses kimia yang bersangkutan). Pernyataan-pernyataan
serupa dapat diperoleh bagi peregangan kawat, kerja
magnetisasi, dan sebagainya.
Tanda yang akan digunakan selanjutnya adalah:
a. Kerja adalah positif jika sistem melakukan kerja terhadap
sekeliling.
b. Kerja adalah negatif jika kerja dilakukan terhadap sistem oleh
sekeliling.
Kerja total yang dilakukan sistem dapat diperoleh dengan
mengintegrasikan persamaan di atas. Sebagai contoh, kerja
ekspansi diberikan sebagai
W = ʃ p dV
Dapat dicatat bahwa semua bentuk kerja dapat saling
dipertukarkan dengan menggunakan sarana mekanik sederhana
seperti kerekan tanpa gesekan, motor listrik, dan sebagainya. Bila
istilah ‘kerja’ dipakai dengan benar, bentuk apa pun kerja yang
kita bahas selalu dapat diubah (karena saling dipertukarkan)
untuk mengangkat sebuah beban. Dalam kebanyakan sistem
kimia, selain sel galvani, kerja perubahan volume adalah satu-
satunya bentuk kerja yang sebagian besar dapat dirasakan.
Tetapi, kemungkinan bahwa bentuk lain menjadi penting, harus
selalu diingat dalam pendekatan masalah baru. Dalam hal itu
mungkin perlu untuk memperkenalkan variable keadaan
tambahan, misalnya luas permukaan dari sistem atau kuat medan
magnetik.
Dalam penggunaan pernyataan dw=ydx biasanya perlu
dirincikan bahwa proses yang bersangkutan adalah lambat, jika
tidak, ada kekaburan tentang nilai gaya y. Misalnya, bila suatu
gas mengembang atau mengempis dengan tiba-tiba, tekanan
dalamnya tidak sama dengan gaya luar per satuan luas, dan
memang tekanannya berubah dari satu daerah gas ke daerah
lainnya. Di sini terjadi percepatan, dan kerja dilakukan dalam
menciptakan energi kinetik. Kesulitan ini hilang bilang perubahan-
perubahannya berlaku lambat sekali dan bila gesekan tidak ada
karena gaya-gaya yang sebaliknya mendekati kesetaraan.
Dalam termokimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yang
menyangkut perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan.
Segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari
perubahan energi disebut sistem, sedangkan hal-hal yang
membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem disebut
lingkungan.
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadi
perpindahan energi dan zat (materi) antara lingkungan dengan
sistem. Pertukaran materi artinya ada hasil reaksi yang dapat
meninggalkan sistem (wadah reaksi), misalnya gas, atau ada
sesuatu dari lingkungan yang dapat memasuki sistem.
2. Sistem Tertutup
Suatu sistem yang antara sistem dan lingkungan dapat terjadi
perpindahan energi, tetapi tidak dapat terjadi pertukaran materi
disebut sistem tertutup.
3. Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak memungkinkan
terjadinya perpindahan energi dan materi antara sistem dengan
lingkungan.
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja (w) atau
menghasilkan panas (kalor=q). Pertukaran energi antara sistem
dan lingkungan dapat berupa kalor (q) atau bentuk energi lainnya
yang secara kolektif kita sebut kerja (w). Energi yang dipindahkan
dalam bentuk kerja atau dalam bentuk kalor yang memengaruhi
jumlah total energi yang terdapat dalam sistem disebut energi
dalam (internal energy). Kerja adalah suatu bentuk pertukaran
energi antara sistem dan lingkungan di luar kalor. Salah satu
bentuk kerja yang sering menyertai reaksi kimia adalah kerja
tekanan-volum, yaitu kerja yang berkaitan dengan pertambahan
atau pengurangan volum sistem.
E. Entalpi
Entalpi (H) adalah jumlah total dari semua bentuk energi.
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua
bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur
dan akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau
keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l)
dan untuk es ditulis H H20 (s).
Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp )
digunakan besaran yang disebut Entalpi ( H ).
H = E + ( P.V )
DH = DE + ( P. DV )
DH = (q + w ) + ( P. DV )
DH = qp – ( P. DV ) + ( P. DV )
DH = qp
Untuk reaksi kimia :
DH = Hp – Hr
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan
Reaksi pada tekanan tetap : qp = DH ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume tetap : qv = DE ( perubahan energi
dalam )
Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses
penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ”
perubahan entalpi (ΔH) ” . Harga entalpi zat sebenarnya tidak
dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan dengan
cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada
perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan
es menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan,
entalpi air lebih besar dari pada entalpi es. Pada perubahan kimia
selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi
adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dan
jumlah entalpi pereaksi.
Setiap sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan
didalamnya. Energi potensial berkaitan dengan wujud zat,
volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom –
atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak.
Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H) .
Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk
atau keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H
H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s).
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan
semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak
dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama
proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ”
perubahan entalpi (ΔH) ” . Misalnya pada perubahan es menjadi
air, maka dapat ditulis sebagai berikut:
Δ H = H H20 (l) -H H20 (s)
Apabila kita amati reaksi pembakaran bensin di dalam mesin
motor. Sebagian energi kimia yang dikandung bensin, ketika
bensin terbakar, diubah menjadi energi panas dan energi
mekanik untuk menggerakkan motor. Demikian juga pada
mekanisme kerja sel aki. Pada saat sel aki bekerja, energi kimia
diubah menjadi energi listrik, energi panas yang dipakai untuk
membakar bensin dan reaksi pembakaran bensin menghasilkan
gas, menggerakkan piston sehingga menggerakkan roda motor.
Gambar berikut ini menunjukkan diagram perubahan energi kimia
menjadi berbagai bentuk energi lainnya.
Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau
diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah
kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi
air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH
adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih
besar dari pada entalpi es.
Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi.
Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya
perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara
entalpi hasil reaksi dam jumlah entalpi pereaksi.
Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih
besar, sehingga ΔH positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm,
entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil, sehingga ΔH negatif.
Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi. Kalor
reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang
khas pula, misalnya kalor pembentukan,kalor penguraian, kalor
pembakaran, kalor pelarutan dan sebagainya
.
1. Entalpi Pembentukan Standar (ΔH◦f)
Entalpi pembentukan standar suatu senyawa
menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk
proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang
stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi pembentukan standar
diberi simbol (ΔH◦f), simbol f berasal dari kata formation yang
berarti pembentukan. Contoh: unsur-unsur yang stabil pada
keadaan standar, yaitu : H2,O2,C,N2,Ag,Cl2,Br2,S,Na,Ca, dan Hg.
2. Entalpi Penguraian Standar (ΔH◦d)
Entalpi penguraian standar suatu senyawa menyatakan
jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk proses
penguraian 1 mol senyawa dari unsure-unsurnya yang stabil pada
keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol
(ΔH◦d) simbol d berasal dari kata decomposition yang berarti
penguraian.
Menurut Hukum Laplace, jumlah kalor yang dibebaskan pada
pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya sama dengan jumlah
kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi
unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan
dari entalpi pembentukan senyawa yang sama. Dengan demikian
jumlah kalornya sama tetapi tandanya berlawanan karena
reaksinya berlawanan arah.
3. Entalpi Pembakaran Standar (ΔH◦c)
Entalpi pembakaran standar suatu senyawa menyatakan
jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk proses
pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang stabil pada
keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol
(ΔH◦c) simbol d berasal dari kata combustion yang berarti
pembakaran.
Pembakaran selalu membebaskan kalor sehingga nilai
entalpipembakaran selallu negatif (eksoterm)
4. Entalpi Pelarutan Standar (ΔH◦s)
Entalpi pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada
keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol
(ΔH◦s) simbol s berasal dari kata solvation yang berarti pelarutan.
5. Entalpi Netralisasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh
basa atau 1 mol basa oleh asam pada keadaan standar. Jika
pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol
6. Entalpi Penguapan Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam
fase cair menjadi fase gas pada keadaan standar. Jika pengukuran
tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan
dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.
7. Entalpi Peleburan Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1
mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase cair pada
keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan
standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.
8. Entalpi Sublimasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam
fase padat menjadi zat dalam fase gas pada keadaan standar. Jika
pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.
F.Kalorimeter
Kalorimetri yaitu cara penentuan kalor reaksi dengan
menggunakan kalorimeter. Perubahan entalpi adalah perubahan
kalor yang diukur pada tekanan konstan, untuk menentukan
perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan
penentuan perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan
konstan. Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui
pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi
tersebut. Pengukuran perubahan kalor dapat dilakukan dengan
alat yangdisebut kalorimeter.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada
perpindahan materi maupun energi dengan lingkungan di luar
kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu kalorimeter
bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih
dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan
melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan
menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal.
Menurut azas Black : Kalor yang dilepas = kalor yang
diterima
Rumus yang digunakan adalah :
q = m x c x DT
qkalorimeter = C x DT
Dimana:
q = jumlah kalor ( J )
m = massa zat ( g )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
c = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka
kalor reaksi = kalor yang diserap / dibebaskan oleh larutan dan
kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )
Beberapa jenis kalorimeter :
1. Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran
sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan,
bahan bakar atau khusus digunakan untuk menentukan kalor dari
reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom
(tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari
bahan stainless steel dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan
tinggi ) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap
panas. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung
beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor
(kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari
kawat logam terpasang dalam tabung. Reaksi pembakaran yang
terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh
air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke
lingkungan, maka :
qreaksi = - (qair + qbom )
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan
rumus :
qair = m x c x DT
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K
)
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung
dengan rumus :
qbom = Cbom x DT
dimana :
Cbom = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung
pada volume tetap (DV = nol). Oleh karena itu, perubahan kalor
yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
DE = q + w
dimana w = - P. DV ( jika DV = nol maka w = nol )
maka, DE = qv
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.
Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan
nilai kalor zat makanan karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini
terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19
cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya
melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup.
Penyungkup ini disumbat dengan sebuah sumbat karet yang yang
berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung kaca ini ditutup
dengan lempeng ebonit yang bundar. Di dalam tabung kaca itu
terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus tutup
ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung
bawah pipa spiral itu menembus lubang sumbat karet pada
penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit bagian
tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang,
tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung
kaca. Tabung kaca itu diletakkan di atas sebuah keping asbes dan
ditahan oleh 3 buah keping. Keping itu berbentuk bujur
sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes
itu terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber
listrik bila digunakan. Di atas keping asbes itu terdapat sebuah
cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah
kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah
keping asbes. Kawat nikelin itulah yang akan menyalakan
makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan
terdapat pipa logam untuk mengalirkan oksigen.
2. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran
dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter pada tekanan
tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat dari gelas
stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor
reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya
reaksi netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan
pengendapan ).
Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang
diserap / dilepaskan larutan sedangkan kalor yang diserap oleh
gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )
qkalorimeter = Ckalorimeter x DT
dimana:
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J /
K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka
dapat diabaikan sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya
berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam kalorimeter.
qreaksi = - qlarutan
qlarutan = m x c x DT
dimana :
m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau
( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan
tetap (DP = nol ) sehingga perubahan kalor yang terjadi dalam
sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Contoh kalorimeter sederhana adalah kalorimeter larutan.
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam
sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap
menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan
perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor
reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan
dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.
Dalam menentukan entalpi berlaku persamaan
Qreaksi = - (Qlarutan + Q kalorimeter )
Q reaksi = - (m.c.∆T + c.∆T)
Jika kapasitas kalori dalam kalorimeter diabaikan, maka
Qreaksi = - (m.c.∆T)
Keterangan :
m = massa zat (kg) c = kalor
jenis (J/kg⁰C)
∆t = perubahan suhu (Celcius)
Sementara itu, persamaan reaksi yang mengikutsertakan
perubahan entalpinya disebut persamaan termokimia.
H2 (g) + 1/2 O2 (g) ——> H2O (l) ΔH = -286 kJ
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu,
entalpi sistem akan bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih
besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya, perubahan
entalpi, merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi
pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga perubahan entalpi
untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:
ΔH = Hp- Hr > 0
Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi
sistem akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada
entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan entalpinya bertanda
negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:
ΔH=Hp-Hr<0
G.Hukum Hess
Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak
dapat ditentukan langsung dengan kalorimeter, misalnya
penentuan perubahan entalpi pembentukan standar ( DHf o )CO.
Reaksi pembakaran karbon tidak mungkin hanya
menghasilkan gas CO saja tanpa disertai terbentuknya gas CO2.
Jadi, bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari reaksi
tersebut; yang terukur tidak hanya reaksi pembentukan gas CO
saja tetapi juga perubahan entalpi dari reaksi pembentukan gas
CO2.
Untuk mengatasi hal tersebut, Henry Hess melakukan
serangkaian percobaan dan menyimpulkan bahwa perubahan
entalpi suatu reaksi merupakan fungsi keadaan.
Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi hanya
tergantung pada keadaan awal ( zat-zat pereaksi ) dan
keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari suatu reaksi dan
tidak tergantung pada jalannya reaksi.” Pernyataan ini
disebut Hukum Hess, rumus yang dapat dipakai yaitu:
ΔHreaksi = ΔH1 + ΔH2 +….
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi
keadaan, perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama,
walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk
memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan
awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan
entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat
dihitung sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya
adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada
beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya
diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan
menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan
reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik,
maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -
ΔH). Berdasarkan Hukum Hess, penentuan DH dapat dilakukan
melalui 3 cara yaitu :
1). Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung melalui
penjumlahan dari perubahan entalpi beberapa reaksi yang
berhubungan.
2). Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan
selisih entalpi pembentukan ( DHf o ) antara produk dan
reaktan.
3). Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan
data energi ikatan.
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga
dapat diketahui dengan pengurangan entalpi
pembentukan produk-produk dikurangi entalpi
pembentukan reaktan. Secara matematis
Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum
Kegunaan
Dengan mengetahui ΔHf (perubahan entalpi pembentukan) dari
reaktan dan produknya, dapat diramalkan perubahan entalpi
reaksi apapun, dengan rumus
ΔH=ΔHfP-ΔH fR
Perubahan entalpi suatu reaksi juga dapat diramalkan dari
perubahan entalpi pembakaran reaktan dan produk, dengan
rumus:
ΔH=-ΔHcP+ΔHcR
Konsep dari hukum Hess juga dapat diperluas untuk menghitung
perubahan fungsi keadaan lainnya, seperti entropi dan energi
bebas. Kedua aplikasi ini amat berguna karena besaran-besaran
tersebut sulit atau tidak bisa diukur secara langsung, sehingga
perhitungan dengan hukum Hess digunakan sebagai salah satu
cara menentukannya.
Untuk perubahan entropi:
ΔSo = Σ(ΔSfoproduk) - Σ(ΔSf
oreaktan)
ΔS = Σ(ΔSoproduk) - Σ(ΔSo
reaktan).
Untuk perubahan energi bebas:
ΔGo = Σ(ΔGfoproduk) - Σ(ΔGf
oreaktan)
ΔG = Σ(ΔGoproduk) - Σ(ΔGo
reaktan).
a. Penentuan ΔH Reaksi
Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi tidak
tergantung pada berapa banyak tahapan reaksi, tetapi
tergantung pada keadaan awal dan akhir. Dengan kata lain, untuk
suatu reaksi keseluruhan tertentu, perubahan entalpi selalu
sama, tak peduli apakah reaksi itu dilaksanakan secara langsung
ataukah secara tak langsung dan lewat tahap-tahap yang
berlainan. Rumus yang dapat dipakai yaitu:
b. . Penentuan ∆H Reaksi berdasarkan
Eksperimen (Kalorimeter)
Penentuan kalor reaksi secara kalorimetris merupakan penentuan
yang didasarkan atau diukur dari perubahan suhu larutan dan
kalorimeter dengan prinsip perpindahan kalor, yaitu jumlah kalor
yang diberikan sama dengan jumlah kalor yang diserap.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran
materi maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter).
Dengan demikian, semua kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang
terjadi dalam kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah kalor
yang diserap oleh air serta perangkat kalorimeter berdasarkan
rumus:
q.larutan = m c ∆T
q.kalorimeter = C ∆T
q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) di dalam kalorimeter
c = kalor jenis air (larutan) di dalam kalorimeter
C = kapasitas kalor dari kalorimeter
∆T = kenaikan suhu larutan (kalorimeter)
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka
kalor reaksi sama dengan kalor yang diserap oleh larutan dan
kalorimeter, tetapi tandanya berbeda :
qreaksi = -(qlarutan + qkalorimeter)
Kalorimeter yang sering digunakan adalah kalorimeter bom.
Kalorimeter bom terdiri dari sebuah bom (wadah
tempatberlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari
berlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari bahan
stainless steel) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah
kedap panas. Jadi kalor reaksi sama dengan kalor yang diserap
atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap atau
dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan
lingkungan diabaikan.
qreaksi = -qlarutan
Penentuan ∆H Reaksi dengan Hukum Hess
Hukum Hess : ” Kalor reaksi yang dilepas atau diserap hanya
bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir”.
Untuk mengubah zat A menjadi zat B (produk) diperlukan kalor
reaksi sebesar ∆H. Atau cara lain yaitu mengubah zat A menjadi
zat B dengan kalor reaksi ∆H1, zat B diubah menjadi zat C dengan
kalor reaksi ∆H2 dan zat C diubah menjadi zat D dengan kalor
reaksi ∆H3 . Sehingga harga perubahan entalpi adalah
∆Hreaksi = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 .
H.Penentuan ∆H Reaksi Berdasarkan Data
Perubahan Entalpi
Pembentukan Standar ( ∆Hof )
Cara lain perhitungan entalpi reaksi yaitu berdasarkan entalpi
pembentukan standar( ∆Hof ) zat-zat yang ada pada reaksi
tersebut.
∆Hreaksi = ∑∆Hof produk - ∑∆Ho
f reaktan
TABEL ENTALPI PEMBENTUKAN BEBERAPA ZAT
Zat DHof ( kJ/mol ) Zat DHo
f ( kJ/mol
)
H2(g) 0 C2H4(g) + 52,5
O2(g) 0 CCl4(g) - 96,0
C(s) 0 NH3(g) - 45,9
H2O(g) - 241,8 NO2(g) + 33,2
H2O(l) - 285,8 SO2(g) - 296,8
CO2(g) - 393,5 HCl(g) - 92,3
CO(g) -110,5 NO(g) + 90,3
I. ENERGI IKATAN
TABEL ENERGI IKATAN
Ikatan E (kJ/mol) Ikatan E (kJ/mol)
H-H 436 O=O 498
H-C 415 C≡N 891
H-N 390 F-F 160
C-C 345 Cl-Cl 243
C≡C 837 H-Cl 432
C-O 350 C=C 611
C=O 741 I-I 150
C-Cl 330 N=N 418
O-H 450 C-F 485
Energi ikatan didefinisikan sebagai panas reaksi yang
dihubungkan dengan pemecahan ikatan kimia dari molekul gas
menjadi bagian-bagian gas. Terkadang disebut juga entalpi
ikatan, nama yang sesungguhnya lebih tepat.
Energi disosiasi ikatan (B,E) dapat digunakan untuk menghitung
panas reaksi yang dihubungkan dengan
i
ΔH0= - ∑ ni BEi + ∑ njBEj
dimana BE adalah energi ikatan per mol ikatan, nj dan ni adalah
jumlah mol ikatan yang pecah atau terbentuk dalam hal reaktan
dan produk.
Dalam hal yang sama, data panas reaksi dapat juga
digunakan untuk menghitung energi disosiasi ikatan dari setiap
ikatan tertentu, asal saja data lain dalam persamaan diketahui.
Satu hal yang harus diingat bahwa lingkungan sekeliling atom
sangat mempengaruhi energy ikatan dari ikatan tertentu; oleh
karena itu harga yang diperoleh dari persamaan adalah harga
rata-rata atau harga kira-kira.
Walaupun energi ikatan adalah untuk molekul dalam fase
gas, tetapi harga kira-kira panas reaksi dapat dihitung dari fase
terkondensasi dapat dikoreksi jika panas penguapan, panas
sublimasi dan lain-lain dapat diikutsertakan.
Suatu reaksi yang DH–nya ditentukan dengan
menggunakan energi ikatan, maka atom-atom yang terlibat
dalam reaksi harus berwujud gas.
Berdasarkan jenis dan letak atom terhadap atom-atom lain dalam
molekulnya, dikenal 3 jenis energi ikatan yaitu :
a. Energi Atomisasi.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan semua
ikatan 1 mol molekul menjadi atom-atom bebas dalam keadaan
gas.
Energi atomisasi = jumlah seluruh ikatan atom-atom dalam 1 mol
senyawa.
b. Energi Disosiasi Ikatan.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan salah 1
ikatan yang terdapat pada suatu molekul atau senyawa dalam
keadaan gas.
c. Energi Ikatan Rata-Rata.
Adalah energi rerata yang diperlukan untuk memutuskan
ikatan atom-atom pada suatu senyawa ( notasinya = D ). Energi
ikatan suatu molekul yang berwujud gas dapat ditentukan dari
data entalpi pembentukan standar (DHf ) dan energi ikat unsur-
unsurnya. Prosesnya melalui 2 tahap yaitu :
o Penguraian senyawa menjadi unsur-unsurnya.
o Pengubahan unsur menjadi atom gas.
Reaksi kimia pada dasarnya terdiri dari 2 proses :
o Pemutusan ikatan pada pereaksi.
o Pembentukan ikatan pada produk reaksi.
Pada proses pemutusan ikatan = memerlukan energi.
Pada proses pembentukan ikatan = membebaskan energi
Secara umum dirumuskan :
J. Jenis-Jenis Kalor
Setiap sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan
didalamnya. Energi potensial berkaitan dengan wujud zat,
volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom–
atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak.
Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut entalpi
(H). Sedangkan kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari
suhu tinggi ke suhu rendah. Jika suatu benda menerima /
melepaskan kalor maka suhu benda itu akan naik/turun atau
wujud benda berubah.
1. Kalor Pembentukan Standar
Adalah nama lain dari entalpi yang terjadi
pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada
suhu dan tekanan standar ( 25 oC, 1 atm ). Entalpinya
bisa dilepaskan maupun diserap. Satuannya adalah kJ /
mol. Bentuk standar dari suatu unsur adalah bentuk yang paling
stabil dari unsur itu pada keadaan standar ( 298 K, 1 atm ). Jika
perubahan entalpi pembentukan tidak diukur pada keadaan
standar maka dinotasikan dengan DHf.
Catatan :
o DHf unsur bebas = nol
o Dalam entalpi pembentukan, jumlah zat yang dihasilkan
adalah 1 mol.
o Dibentuk dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar.
2. . Kalor Penguraian Standar
Adalah nama lain dari entalpi yang terjadi pada penguraian
1 mol senyawa menjadi unsur-unsur penyusunnya pada keadaan
standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHd. Satuannya = kJ / mol. Perubahan
entalpi penguraian standar merupakan kebalikan dari perubahan
entalpi pembentukan standar, maka nilainya pun akan
berlawanan tanda.
Menurut Marquis de Laplace, “ jumlah kalor yang dilepaskan
pada pembentukan senyawa dari unsur-unsur penyusunnya =
jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut
menjadi unsur-unsur penyusunnya. “ Pernyataan ini disebut
Hukum Laplace.
3. Kalor Pembakaran Standar
Adalah nama lain dari entalpi yang terjadi pada pembakaran
1 mol suatu zat secara sempurna pada keadaan standar. Jika
pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHc. Satuannya = kJ / mol.
4. Kalor Netralisasi Standar
Adalah nama lain dari entalpi yang terjadi pada penetralan 1
mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam pada keadaan
standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol.
5. Kalor Penguapan Standar
Adalah nama lain dari entalpi yang terjadi pada penguapan 1
mol zat dalam fase cair menjadi fase gas pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.
6. Kalor Peleburan Standar
Adalah nama lain dari entalpi yang terjadi pada pencairan /
peleburan 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase cair
pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada
keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya =
kJ / mol.
7. Kalor Sublimasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam
fase padat menjadi zat dalam fase gas pada keadaan standar. Jika
pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.
8. Kalor Pelarutan Standar
Adalah nama lain dari entalpi yang terjadi ketika 1 mol zat
melarut dalam suatu pelarut ( umumnya air ) pada keadaan
standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHsol. Satuannya = kJ / mol.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Singkatnya, materi pembelajaran pada termokimia ini
merupakan materi dasar yang wajib untuk dipelajari dan
dipahami secara mendalam. Materi yang secara umum mencakup
termodinamika I, kalor reaksi, kerja, entalpi, kalorimeter, hukum
Hess, penentuan DH reaksi, energi ikatan, dan jenis-jenis kalor
merupakan materi-materi dasar dalam pelajaran kimia yang
berguna untuk mempelajari materi selanjutnya yang tentu saja
lebih rumit. Dalam makalah ini materi duraikan secara singkat
agar para pembaca lebih mudah memahaminya.
B.Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun
mengharapkan agar para pembaca dapat memahami materi
termokimia ini dengan mudah. Saran dari penyusun agar para
pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini
dengan baik, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan soal sesuai
materi yang berhubungan agar semakin menguasai materi.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James .E. 1999. Kimia Universitas Azas & Struktur Jilid 1,
Edisi ke-5. Jakarta : Binarupa Aksara
Kleinfelter, Wood. 1989.Kimia Untuk Universitas Jilid
1.ed.6.Jakarta : Erlangga
Rahayu,Nurhayati,dan Jodhi Pramuji G.2009.Rangkuman Kimia
SMA.Jakarta : Gagas Media
Sutresna,Nana. 2007.Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI.Jakarta
: Grafindo Media Pratama
Kuliah Kimia Dasar I oleh Pak Umar
Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: Universitas
Indonesia
Denbigh, Kenneth. 1980. Prinsip-Prinsip Keseimbangan Kimia
edisi ke-empat. Jakarta: Universitas Indonesia
free.vlsm.org/v12/sponsor/.../0281%20Fis-1-4d.htm
http://blog.ums.ac.id/vitasari/files/2009/06/kuliah-11_panas-
reaksi.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_kimia/
Bab_8
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Hess
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalorimeter\
http://www.scribd.com/doc/20100823/Kalorimeter
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/
termokimia/pengertian-termokimia/
http://elearning.uin-suka.ac.id/attachment/
hukum_i_termo_sh8y0_11975.ppt
http://mesin.brawijaya.ac.id/diktat_ajar/data/
02_c_bab1n2_termo1.pdf
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/
study-program-of-computer-engineering-d3/fisika-dasar-2/
termokimia
Wijayanti. 2009. Penentuan Entalpi Reaksi. Kamis, 10
Desember. http://kimia-asyik.blogspot.com/2009/12/penentuan-
entalpi-reaksi.html
http://www.kimiaku.info/termokimia.p
Kata Pengantar
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat danrahmat-Nya, Makalah Fisika yang berjudul
“TERMODINAMIKA” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang hukum-hukum
termodinamikadan serba-serbinya, sehingga diharapkan nantinya pembaca
dapat lebih memahami materi termodinamika.
Makalah ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Selain itu, saran,usul dan kritik
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan di
masa yangakan datang.Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak
TUGAS KELOMPOK 7
MATA KULIAH : KIMIA DASAR
MAKALAH
TERMODINAMIKA KIMIA
OLEH :
KELOMPOK VII
NUR AMALIA PUTRI (14.201. 235 )
ELTI ALLO PADANG (14.201.241 )
IRWAN TRI ARDIAN RASYID (14.201.250 )
KELAS : F.14
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR