Terbaru Perbaikan Thesis Akhir Surya 19-07-2013

download Terbaru Perbaikan Thesis Akhir Surya 19-07-2013

If you can't read please download the document

Transcript of Terbaru Perbaikan Thesis Akhir Surya 19-07-2013

36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam di Indonesia secara umum masih berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Di samping faktor kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembiayaan pendidikan Islam..

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. yang lahir ratusan tahun silam. Dengan sifat kemandirianya pondok pesantren mampu bertahan bahkan semakin tumbuh dan berkembang menjadi lembaga pendidikan yang mengakar kuat di masyarakat. dikatakan lembaga pendidikan tertua karena sebelum abad ke-16 sudah ada cikal bakal pesantren.

Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat bahwa pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Ada dua pendapat mengenai awal berdirinya pondok pesantren di Indonesia, pendapat pertama menyebutkan bahwa pondok pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri dan pendapat kedua mengatakan bahwa sistim pendidikan model pondok pesantren adalah asli bentuk kebudayaan Indonesia. 1 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, hlm: 07.

2 M. Dawam, Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah, Jakarta:

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), hlm: 268.

.Pesantren juga sebagai lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah di Indonesia memiliki persepsi yang plural, pesantren bisa dipandang sebagai ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling populer adalah bagai Institusi pendidikan Islam yang terdapat romantik kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun ekternal.

Sebagai lembaga pendidikan, pesantren telah eksis di tengah masyarakat selama enam abad (mulai abad ke-15 hingga sekarang) dan sejak awal berdirinya menawarkan pendidikan kepada mereka yang masih buta huruf, pesantren pernah menjadi satu-satunya institusi pendidikan milik masyarakat pribumi yang memberikan kontribusi sangat besar dalam membentuk masyarakat yang melek huruf (Literlacy) dan melek budaya (Cultural literacy). Namun dari perkembangan yang pesat tidak lepas dari berbagai problema, dari tingkat lokal, hingga tingkat nasional, permasalahn di lembaga pendidikan Islam saling mengikat dan mendesak untuk dicarikan solusinya.

Mengapa manajemen pembiayaan pendidikan dianggap penting dan mendesak harus dibenahi para pengelolah Lembaga Pendidikan Islam? Sebab dari sejumlah data statistik yang ada, secara umum Lembaga Pendidikan Islam berstatus swasta dan dikelolah oleh masyarakat muslim secara swadaya dan swakarsa. Dengan problema keterbatasan pembiayaan tersebut maka lembaga-lembaga pendidikan Islam sulit untuk berkembang dan tetap survive. Permasalahan tersebut didukung oleh pendapat Bawani Imam Bawani, Segi-segiPendidikan Islam , Surabaya: Al-Ikhlas, 1987, hlm: 63-65yang menyatakan bahwa banyak lembaga pendidikan Islam yang terbengkelai, tidak terawat secara wajar, karena memang tidak ada biaya untuk memeliharanya. Untuk itu perlu adanya strategi bagaimana agar setiap Lembaga Pendidikan Islam yang umumnya berstatus swasta dan dikelola secara swakarsa dan swadaya masyarakat tersebut mampu melakukan penggalian dan pengelolaan pembiayaan secara mandiri dan potensial. Maka dari dasar pemikiran ini peran pihak-pihak pengelola maupun pimpinan sangat berperan untuk mencari terobosan bagaimana cara mendapatkan dan mengembangkan sumber pembiayaan demi kepentingan dan perkembangan lembaganya. Dari sini nampak jelas bahwa pembiayaan Lembaga Pendidikan Islam sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan yang diharapkan.

Bagaimanapun bagusnya rancangan kurikulum, matangnya perencanaan pendidikan, akan tetapi ketika sampai pada tahap pelaksanan dan terbentur adanya keterbatasan biaya maka perencanaan yang bagus tersebut kurang memiliki makna yang urgen, bahkan mungkin program pendidikan yang direncanakan sulit untuk dapat terealisasikan. Dengan demikian, permasalahan pembiayaan dalam masalah pendidikan sebenarnya bukan hanya semata persoalan yang dihadapi oleh umat Islam saja yang memang secara umum terlibat dalam pengembangan lembaga.

Persoalan pembiayaan pendidikan juga merupakan permasalahan bersifat nasioanal bahkan internasional, karena menyangkut persoalan dua bidang sekaligus yaitu bidang ekonomi dan bidang pendidikan.

Hal tersebut juga menjadi persoalan dunia, mengingat hubungan pembiayaan dan manfaat pendidikan dapat dipandang oleh para ahli sebagai salah satu bentuk investasi (Human investment). Theodore, W. Schultz dalam Fatah Nanang Fatah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2000, hlm: 04.

5 Burrup E, Percy, Modern High School Administration, New York: Harper, 1962,

hlm: 126

6 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Administrasi

Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, hlm: 95-96.

proses pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk komsumsi semata-mata, akan tetapi merupakan suatu investasi. Burrup memperkenalkan suatu konsepsi Revolosi Investasi Manusia di dalam pemikiran ekonomi, dalam pengujian tersebut teori Human Capital telah mampu mempengaruhi para ilmuwan dan mengambil keputusan perencanaan dan pelaksanaan dalam pemberdayaan sumber daya manusia serta mendorong pertumbuhan permintaan pendidikan di negara-negara berkembang pada masa pasca penjajahan. Menurut teori ini, nilai modal manusia (Human Capital) suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh jumlah populasi penduduk atau tenaga kerja kasar, (Labour intensif), tetapi juga tenaga kerja intelektual (Brain intensif)

Sumber dana pendidikan di Indonesia terdiri dari atas:

Pemerintah lebih kurang 70%. Orang tua murid lebih kurang 10-24%. Masyarakat lebih kurang 05%. Bantuan/pinjaman luar negeri lebih kurang 01 %.

Sumber dana Pendidikan di Indonesia yang dikemukakan di atas adalah untuk lembaga formal yang memang sumber utamanya berasal dari APBN.

Karena itu manajemen pembiayaan pendidikan merupakan hal yang sangat menentukan eksistensinya sebuah lembaga, karena manajemen pambiayaan pendidikan merupakan kunci menuju eksisnya sebuah lembaga atau organisasi. Berkaitan dengan manajemen pembiayaan, beberapa pesantren terutama pada pondok pesantren modern telah menerapkan sistem manajemen pembiayaan, meskipun dalam bentuk sederhana. Penerapan sistem manajemen pembiayaan di pondok pesantren pada umumnya hanya bersifat insidental, bukan bersifat permanen atau dengan kata lain, bahwa pola manajemen pembiayaan di pondok pesantren cenderung dilakukan secara alami belum memperlihatkan tujuan yang telah disistematisasikan secara hirarkis dan ditangani oleh tenaga ahli 7 Fisher Herman, Pengantar Manajemen Keuangan, New York: Gajah Mada Press,

1994, hlm: 47-48.

Bahkan pada umumnya manajemen sumber pembiayaan di pondok pesantren biasanya dilakukan secara alami dengan pola manajerial yang sama dalam setiap tahunnya atau manajemen berdasarkan kebiasaanya. Perubahan-perubahan pola manajemen r pembiayaan pondok pesantren agaknya belum terlihat. karena eksistensi pesantren beserta sistem manajemennya amat tergantung pada estafet kepemimpinanya.

Estafet kepemimpinanya pada sisi lain sangat menentukan pola manajemen pembiayaan di pondok pesantren, turutama tatalaksana manajemen pembiayaan yang terencana. Lebih-lebih dalam masalah sumber dana agaknya pesantren tidak bisa lagi menggantungkan sebagian pembiayaan kegiatannya dari sumbangan masyarakat. Tetapi pesantren dengan watak kemandirianya harus mampu mencari sendiri semua pembiayaan yang diperlukan. Dengan mengacu pendapat Raharjo, bahwa manajemen sumber pembiayaan di pondok pesantren hendaknya dilaksanakan dengan baik, bahkan menjadi keharusan mutlak. Rahardjo. Pergulatan Dunia Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1985, hlm: 48. Di samping paparan di atas yang tak kalah urgennya adalah cara penggalian sumber dana, merencanakan, mengelola, melaksanakan serta mengevaluasi pemanfaatan pembiayaan dengan manajemen yang rapi walaupun hal tersebut masih relatif sulit dilaksanakan. Tercapainya tujuan ini sangat tergantung pada kinerja manajerial pinpinani sebagai kuncinya.

Dari beberapa pendapat di atas terlihat jelas bahwa tampaknya manajemen pembiayaan yang diterapkan di Pondok Pesantren lazimnya masih menggunakan sistem "paternalistik manajemen", bahkan manajemen tertutup (Clossed manajemen). Penerapan manajemen semacam ini kecenderungan yang tampak adalah Kyai sebagai tokoh yang dijadikan panutan dan ditaati segala ucapan, kebijakan dan perintahnya, bagi para bawahan Kyai adalah "manajer" yang paling benar, pintar dan baik dalam segala hal termasuk dalam menangani masalah keuangan atau sumber pembiayaan di pondok pesantren. Ibid, hlm: 87-89.

Aktualisasi manajemen pembiayaan di atas, telah menunjukkan adanya signifikan yang kuat terutama dibeberapa pondok pesantren, sebagai hasil temuan yang mengungkapkan bahwa persoalan pembiayaan pesantren "tabu" untuk diungkapkan. Terbentuknya kepercayaan demikian, berkaitan dengan adanya keyakinan yang mengakar kuat dalam komunitas pondok pesantren terhadap kharisma Kyai. Pola pemikiran yang demikian, yang menjadi penyebab manajemen pembiayaan pondok pesantren menjadi lamban berkembang bahkan sangat terbatas.

Adanya kelambanan pertumbuhan bahkan keterbatasan pembiayaan pondok pesantren tersebut salah satunya berpangkal pada aset atau nilai modal pondok pesantren yang relatif kecil. bahkan sumber pembiayaan utama pondok pesantren diperoleh dari usaha yayasan yang dibentuk oleh pesantren, sumbangan santri, sumbangan dari masyarakat baik pribadi maupun kelompok yang biasanya berupa barang-barang natura, uang, tanah dan sebagainya yang berstatus sebagai amal jariyah, wakaf, infak, sedekah dan sebagainya yang ditambah dengan kompleksitas persoalan yang lebih krusial di antaranya adalah adanya penerapan manajemen pembiayaan yang tertutup (Closed manajemen). Mastuhu, Op. Cit, hlm: 09-10

Selanjutnya, berkaitan dengan sistem manajemen pembiayaan pondok pesantren yang tertutup tersebut bahwa secara umum pengelolaan pembiayaan tidak terdapat perencanaan yang tepat untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, serta terbentur adanya penerapan teknik-teknik manajemen pembiayaan yang belum dilakukan secara maksimal sehingga di beberapa pondok pesantren tertentu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber pembiayaan. yang selama ini menjadi problem kemajuan pondok pesantren. Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina, 1997, hlm: 48.

12 Handoko, T. Hani, Manajemen ( Edisi 2 dan 3) Yogyakarta: Gajah Mada Press,1994

13 Fisher Herman, Op. Cit, 1987, hlm: 29

Berkaitan dengan fenomena tentang keterbatasan sumber pembiayaan khususnya di beberapa pondok pesantren, mengingat pondok pesantren sebagai sebuah organisasi maka penyebabnya adalah bertumpuh pada terbatasnya sumber-sumber modal dan aspek manajemen. Selanjutnya tentang keterbatasan dalam hal manajemen bertumpuh pada kinerja organisasi atau lembaga yang mencakup: 1). Tujuan yang dirumuskan kurang jelas; 2). Kinerja staf keuangan kurang rasional akibat adanya kekurangan staf yang cakap.

Sedangkan pandangan pola manajemen pembiayaan modern bahwa kunci keberhasilan sumber pembiayaan dari sebuah organisasi, perusahaan atau lembaga bergantung pada aspek penerapan manajemen keuangan secara hirarkis, yang mencakup: 1). Kecermatan cara mendayagunakan dan memperoleh sumber-sumber modal finansial, potensial dari berbagai sektor; 2). Adanya pengelolaan rasional; 3). Adanya pengembangan nilai (Value) modal yang menghasilkan keuntungan untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang; 4). Membangun persekutuan kerjasama melalui instansi lain yang menguntungkan; 5). Cara merencanakan dan pendayagunaan output dan input nilai tukar uang secara efectif; 6). Cara pemanfaatan nilai uang berdasarkan prioritas; 7). Adanya evaluasi.

Beberapa studi tentang hubungan antara aplikasi pola manajemen dengan kondisi keuangan pada beberapa organisasi dan perusahaan tentang rasionalitas kinerja staf keuangan telah membuktikan adanya hubungan yang signifikan. Luther Gulick, The Psikologi of Manajemen, (Di kutip Handoko Tentang Rasionalitas

Kinerja Staf Keuangan), 1969 Hasil studi di atas, semakin lebih memperjelas dan memperkuat bahwa adanya keterbatasan sumber pembiayaan pondok pesantren berpangkal pada dua aspek, yaitu aspek pola manajemen dan terbatasnya sumber pembiayaan pendidikan .

Bila dilihat dari mekanisme manajemen pengelolaan pembiayaan yang dikembangkan pondok pesantren UICCI tergolong unik, karena tidak terletak pada keterlibatan masyarakat dan para keluarga pengasuh dan para santri. Sedangkan masyarakat sekitar pondok umumnya berperan sebagai tenaga kerja, mitra kerja dan konsumen.

Dari sumber-sumber pembiayaan tersebut penulis berasumsi berkaitan dengan aktualisasi manajemen pembiayaan pondok pesantren dalam hal, cara merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan pengawasan pemerolehan sumber pembiayaan di Pondok Pesantren.

Berangkat dari fenomena di atas penulis ingin mengetahui secara mendalam (Understanding) makna dibalik fenomena tersebut dengan memfokuskan kajianya manajemen pembiayaan pendidikan, Studi Kasus pada Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesi.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengkaji manajemen pembiayaan pendidikan dijabarkan ke dalam sub-sub permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana manajemen penembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia?Dari manakah sumbersumber pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia?Bagaimanakah perencanaan anggaran dan belanja pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia?Bagaimanakah pelaksanaan anggaran dan belanja pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia?Bagaimanakah pengawasaan pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia?Apa Implikasi manajemen pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia ?

Batasan Istilah

Sebelum penulis menguraikan pembahasan dalam proposal ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah untuk menghindari kekeliruan, kesalahpahaman dan juga untuk menyamakan persepsi antara penulis dan para pembaca. di mana Manajemen Pembiayan Pendidikan adalah manajemen sumber dana pada pondok pesantren dan pondok pesantren ini berpusat di Turli dengan nama UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) dan di Indonesia dengan nama Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia.

D . Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menemukan dan membuktikan manjemen pembiayaan pendidikan sebagai berikut:

1. Mengetahui manajemen pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia.

2.Mengetahui sumbersumber pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia.

Mengetahui perencanaan anggaran dan belanja pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia.Mengetahui pelaksanaan anggaran dan belanja pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia.Mengetahui pengawasaan pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia..Mengetahui implikasi manajemen pembiayaan pendidikan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Idonesia..

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini secara rinci dapat dibedakan menjadi:

Manfaat bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan Islam, yaitu:

a). Ditemukanya kesimpulan-kesimpulan (teori) subtantif yang berkaitan dengan program pembiayaan pendidikan di pondok pesantren-pesantren dalam upaya untuk pengembangan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam.

b). Menjadi cikal bakal munculnya penelitian-penelitian yang berkaitan dengan manajemen pembiayaan pendidikan di pondok pesantren, sehingga terbuka peluang ditemukanya kesimpulan atau teori-teori yang lebih relevan.

c). Dapat menambah Khazanah pengetahuan khususnya tentang program pembiayaan pendidikan, pesantren yang dapat di manfaatkan oleh berbagai pihak yang berhubungan dan berkecimpung dengan dunia pesantren.

2. Manfaat praktis tersebut sebagai berikut:

a). Dapat memberikan pengetahuan tentang program pembiayaan pendidikan pesantren yang dapat dijadikan dasar kebijakan untuk menggali sumber-sumber pembiayaan pendidikan dalam upaya untuk kemajuan pondok pesantren secara keseluruhan

b). Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pengelola pondok pesantren guna menemukan kekurangan dan kelemahan pengelola program pembiayaan pendidikan, sehingga dapat dicarikan upaya perbaikanya.

3. Manfaat bagi Program Pascasarjana (Manajemen Pendidikan Islam) khususnya Manajemen pembiayaan pendidikan pesantren sangat penting yaitu:

a).Untuk mengembangkan ilmu manajemen pendidikan Islam yang relatif masih baru sehingga sangat memerlukan penelitian-penelitian yang terkait baik dalam tataran teoritik maupn lapangan.

b). Untuk memperluas wacana maupun menjadi rujukan penelitian-penlitian selanjutnya dalam bidang manajemen pendidikan Islam.

G. Sistimatika Penulisan

Sistimatika pembahasan dalam penelitian ini adalah bab pertama mengungkapkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Bab dua adalah landasan teori tentang Pondok Pesantren dan Sumber Dana, Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan Manajemen Keuangan (Manajemen). Bab ketiga meliputi Metode Penelitian, Jenis Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Postulat dan Hipotesis dan Keabsahan Penelitian Kualitatif.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

PROGRAM KEGIATAN YAYASAN UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI)

Latar Belakang

Organisasi ini didirikan pada tanggal 24 Maret 2005 No 46 dengan nama United Islamic Cultural Centre of Indonesia dengan akta notaris Linda Herawati, Sarjana Hukum. Dan Akta perubahan tanggal 15 November 2005 No 06 dihadapan notaris Linda Herawati, Sarjana Hukum, dari : United Islamic Cultural Centre of Indonesia menjadi United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation (Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia).

Akta pendirian ini telah disahkan dan di tetapkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tanggal 25 November 2005 No C-1830.HT.01.02.TH2005. dan NPWP No 02.439.047.8-017.010. Kegiatan disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan UICCI. Dan telah didaftarkan di Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta tanggal 10 Maret 2006 No. 06.12250.1155. dan mendapat Ijin Operasioanal dari Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan sosial Tanggal 09 Juni 2007 No. 07.12510.148/078.6 United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation didirikan di Indonesia pada tanggal 24 Maret 2005 di Jakarta, berpusat di Istambul Turki. Yayasan bekerja sama dengan cabang yang ada di 85 negara, antara lain :

Eropa: Setiap Negara ada, berpusat di Jerman

Asia: Jepang, Singapura, Malaysia, Rusia, Kazakhtan, Kirgistan, `Turkistan,

Georgia, Filipina dan Indonesia.

Amerika : Kanada, Amerika Serikat

Afrika: Afrika Selatan dan 16 Negara lain di Afrika

Australia: Melbourne, Sedney, dll

Program Kegiatan

United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation (UICCI) atau Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial dan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengutamakan siswa yang kurang mampu tetapi berprestasi, sehingga mempunyai pola pikir dan keyakinan yang islami di era globalisasi saat ini.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia mempunyai program kerja jangka pendek, menengah dan panjang.

1.Program Jangka Pendek :

Mendirikan Boarding School, sebagai asrama bagi para siswa SMP dan SMU, agar lebih efektif dalam pembinaan moral, kepribadian, kebudayaan, yang tidak terlepas dari ajaran islam sebagai dasar pada pembentukan sikap dan mental pada generasi yang tangguh di masa yang akan datang.Ikut mensukseskan program pendidikan wajib belajar melalui:Pendataan siswa berprestasi yang ingin belajar Dukungan finansial bagi para siswa berprestasi dari keluarga yang kurang mampuPembinaan pendidikan di luar jam sekolahMemberikan motivasi kepada para siswa untuk dapat mandiri

2. Program Jangka Menengah

Memperlancar kegiatan, yayasan berupaya melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkanMengadakan pertemuan secara periodik dengan orang tua siswa untuk mempererat tali silaturrahim dan mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa

3. Program Jangka Panjang

Mengusahakan Boarding School untuk tingkat perguruan tinggiMengusahakan lapangan kerja bagi alumni berprestasi Menyediakan tenaga para medis untuk menjaga kesehatanMengusahakan cabang Boarding School di seluruh wilayah RI

Sejak tahun 2005 UICCI telah memberikan dukungan kepada anak-anak Indonesia yang berprestasi dan berkeinginan belajar di Boarding School UICCI dengan menggunakan metode asrama. Anak anak tersebut diasuh dengan baik dan mendapatkan fasilitas makan 3 (tiga) kali sehari, tempat tinggal, kesehatan, perlindungan, pendidikan islam, dan pendidikan bahasa asing yaitu bahasa Turki, bahasa Arab, bahasa Inggris.

Selain itu disediakan juga beasiswa (berupa buku tulis, seragam sekolah, dan uang transport ke sekolah) untuk siswa yang berprestasi di asrama dan di sekolah. Program ini dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat baik kalangan menengah ke bawah, menengah, ataupun menengah ke atas.

Siswa yang mengikuti program ini diusahakan berahlak baik, tidak merokok, tidak terpengaruh oleh obat terlarang (narkoba) dan memiliki prestasi belajar yang baik pula. Para siswa akan dibimbing oleh para pembina yang keseluruhannya merupakan lulusan universitas yang memiliki kualifikasi khusus yang bertanggung jawab atas keseharian siswa dan memberikan pelajaran tambahan agar siswa dapat meningkatkan kemampuannya.

Fasilitas

Akomodasi asrama lengkap (Ruang Belajar, Kamar Tidur, Ruang Makan, Musholah, Ruang Komputer, Kamar Mandi, Kolam Renang)Makan 3 kali sehariKegiatan Mata Pelajaran Sekolah dan Mata Pelajaran Pendidikan Agama IslamSuasana yang cocok untuk belajarSelama di asram bebas dari biayaUntuk siswa yang berprestasi di asrama dan di sekolah diberikan beasiswa berupa seragam sekolah, buku tulis, tranportasi ke sekolah dllTinggal di asrama selama 6 (enam) hari dan khusus hari Ahad dapat pulangPelajCran Bahasa Arab, Bahasa Turki, dan Bahasa InggrisPelajaran baca Al Quran : Tajwid, Talim, Fiqih SyafiiKegiatan berdarmawisata, Lintas Alam dan Tafaqur Alam

Keunggulan.

Setelah menyelesaikan pendidikan di asrama, dapat menjadi guru di yayasan yang berada di Indonesia maupun yang berada di luar negeriMempunyai kesempatan belajar di Universitas di Eropa, Turki, Singapura, Malaysia, AustraliaMendapat beasiswa dari yayasan bagi siswa yang berprestasi di sekolah dan di asramaGuru dan Kepala Sekolah asal siswa yang ikut berperan dan yang memberikan bantuan kerjasama yang aktif, di berikan kesempatan mengunjungi asrama di luar negeri untuk study banding dan dilaksanakan secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi UICCI

Wujud Kegiatan UICCI Di Indonesia.

Menerima siswa SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah dan SMK :

Anak SMP/Tsanawiyah dijalan Pejaten Raya N0 45a sebanyak 32 orangAnak SMA/Aliyah dan SMK di Jalan Pekayon I sebanyak 50 orangAnak SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah dan SMK sebanyak 22 orang (Khusus dipersiapkan untuk melanjutkan pelajaran dan pendidikan Agama Islam di Turki)Anak SMP/Tsanawiyah di Kabupaten Sleman Yogjakarta sebanyak 45 orangMemberikan sumbangan korban gempa bumi di Kabupaten Bantul Yogjakarta 120 Juta RupiahHari raya Idul Qurban tahun 2005 untuk Jakarta dan Bogor 71 ekor dombaHari raya Idul Qurban tahun 2006 sebanyak 2.111 ekor domba; untuk Jakarta 450 ekor, Yogjakarta 450 ekor, Probolinggo 246 ekor, Bima 300 ekor, Bogor 150 ekor, Solo 150 ekor, Kalimantan 100 ekor, Dompet Dhuafa 100 ekor, Wonosobo 25 ekor dan daerah lain 140 ekorHari raya Idul Qurban tahun 2007 untuk Indonesia sebanyak 4.000 ekor dombaHari raya Idul Adha tahun 2008 untuk Indonesia sebanyak 5500 ekor

Penerimaan Siswa

Laki lakiMuslimSiswa SMP/Tsanawiyah Umur 12 - 14 tahunSiswa SMA/SMK/Alliyah Umur 15 - 18 TahunPrestasi yang baik di kelasMemiliki keinginan untuk belajar Agama IslamDisiplinBerahklak muliaTidak merokokTidak mengkonsumsi dan tidak mudah terpengaruh oleh obat-obat terlarang (Narkoba)

- Waktu Kegiatan Siswa di Asrama

04.00 - 04.15Bangun

04.15 - 05.00Sholat tahajud / mandi

05.00 - 05.15Sholat subuh berjamaah

05.15 - 05.30Pembersihan asrama

05.30 - 06.00Sarapan

06.00 - 06.30Berangkat ke sekolah

12.00 - 12.15Sholat zuhur

12.30 - 18.00Makan siang / mandi / istirahat / sholat ashar /

belajar sekolah (tergantung jam pulang sekolah dari

masingmasing murid)

18.00 - 18.15Sholat maghrib berjamaah

18.15 - 19.45Belajar agama islam di asrama

19.45 - 20.15Makan malam

20.15 - 20.30Sholat isya berjamaah

20.30 - 22.00 Belajar sekolah

- 04.00Tidur

Rekap kegiatan harian

Pelaksanaannya dilaksanakan dari Januari 2008 sampai Desember 2008 yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan

Shalat Berjamaah

Kami selalu melaksanakan shalat berjamaah di dalam asrama ini. Selain itu kami juga melaksanakan shalat-shalat sunnah seperti shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat tasbih dan lain-lain yang dilaksanakan secara munfarid.

Belajar Agama

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari dari senin sampai jumat setelah shalat maghrib selama 1,5 jam. Dalam melaksanakan kegiatan ini kami membagi murid-murid menjadi beberapa kelompok yaitu: kelompok bahasa Arab, kelompok talim, kelompok tajwid, dan kelompok yang belajar membaca alquran.

Bertasbih

Kami selalu bangun pukul 03.45 setiap harinya. Setelah itu kami melakukan shalat tahajjud lalu bertasbih sampai sebelum subuh. Kegiatan ini dilakukan perindividu.

Belajar Sekolah

Selain belajar agama kami juga memberikan waktu untuk murid-murid mendalami pelajaran sekolah mereka, seperti Matematika, IPA, dan lain-lain. Kegiatan ini dilaksanakansetelah shalat isya ( pukul 20.45).

Makan Bersama

Untuk membantu murid-murid mengembalikan staminanya, kami juga melaksanakan kegiatan makan bersama 3 kali dalam sehari (pagi, siang dan malam). Semua biaya tersebut ditanggung oleh asrama. Kami tidak pernah memaksa orang tua murid-murid kami untuk membayar biaya-biaya tersebut.

Kegiatan Mingguan

Belajar Bahasa Turki

Bagi anak asrama yang tamat SMP/SMA/SMK yang memiliki potensi dan kemampuan lebih, kami akan mengirim ke Turki untuk melanjutkan pelajaran dan memperdalam pelajaran agama Islam. Oleh karena itu kami memberikan mereka pelajaran bahasa Turki agar mereka dapat memahami perkataan orang lain sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan baik disana. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari minggu pukul 12.30 sampai dengan 14.00 kemudian dilanjutkan kembali mulai pukul 14.30 sampai dengan 16.00.

Belajar Fiqih

Memberikan materi pelajaran Ilmu Fikih dan Bahasa Arab agar mereka dapat memahami tata cara beribadah kepada Allah SWT dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Minggu mulai pukul 16.30 sampai dengan 17.30.

Sohbet (Ceramah)

Untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam dan untuk melatih kemampuan public speaking mereka, kami mengadakan sohbet (ceramah) yang disampaikan oleh Guru Pembimbing. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari minggu setelah Isya.

Kegiatan Tahunan

Pembukaan asrama SMA

Pada tanggal 24 Februari 2008 lalu kami mengadakan acara pembukaan asrama SMA yang terletak di jalan pekayon 1 No.16b Rt 01/03, Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan.

Mukabalah (Membaca Al-quran)

Kamai mengadakan kegiatan mukabalah pada bulan Ramadhandi setiap masjid yang terletak dekat dengan asrama-asrama kami sebanyak 1 juz perhari yang dibaca secara bergiliran. Kegiatan ini dilakukan setelah selesai shalat maghrib sampai sebelum adzan Isya setiap hari pada bulan Ramadhan.

Tafakur Alam (Piknik)

Untuk menghilangkan kejenuhan murid-murid diberikan kesempatan untuk berlibur yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekaliselama satu hari penuh. Tahun 2008 lalu mengadakan piknik pada bulan januari dan bulan juni ke kawasan Mega Mendung, Bogor

Peringatan hari Idul Adha

Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap tahun pada peringatan hari raya Idul Adha mengadakan acara penyembelihan hewan kurban. Selain itu menyumbangkan hewan kurban ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. Tahun ini telah menyumbangkan 5.500 ekor hewan kurban ke seluruh Indonesia.

Liburan sekolah

Pada hari libur sekolah selalu mengadakan kegiatan khusus di asrama ini, belajar agama 4-5 kali dalam sehari (masing-masing 1,5 jam). Juga pelajaran bahasa Turki

Pondok Pesantren

Pengertian pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu pondok dan pesantren . Kata pondok berasal dari bahasa arab funduk yang berarti tempat tidur, asrama atau hotel. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata dasar santri yang mendapat awalan pe an akhiran an menjadi pesantrian . Orang jawa mengucapkanya pesantren yang berarti tempat tinggal santri dalam ilmu pendidikan Islam, pondok pesantren didefinisikan sebagai lembaga pendidikan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Nurcholis Madjid, OP-Cit,hlm:86.

Pesantren juga merupakan sebuah komplek pendidikan yang memiliki lima elemen pokok, yaitu:

1). Kyai

Kyai merupakan cikal bakal dan unsur paling pokok dari sebuah pondok pesantren. Beliau mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan. Selain sebagai guru (Muallim) yang mengajarkan ilmu agama Islam, Kyai merupakan pemimpin yang menentukan arah, bentuk dan corak pendidikan dipesantrennya, itulah sebabnya pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup suatu pondok pesantren sangat tergantung kepada kemampuan pribadi kiai dalam mengelolanya.

2). Santri

Santri adalah para pelajar di pondok pesantren guna menyerahkan diri kepada kiai, dalam tradisi pesantren sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu: santri mukim yang menetap di pondok pesantren dan santri kalong yang pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti pelajaran. Para santri mukim hidup mandiri dan sederhana, mereka mengurus keperluanya sendiri, berpenampilan sederhana, hormat kepada Kyai dan selalu riyadho melaksanakan amaliyah sunnah seperti puasa sunnah (Senin dan kamis) dan sholat malam. Pola hidup santri diliputi suasana suasana keagamaan, keihlasan, dan kedisiplinan dibawah pengawasan kiai dan para ustadz (Guru).

3). Pondok (Asrama)

Di linkungan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah ini terdapat asrama yang memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai tempat tinggal para santri, tempat belajar dan latihan hidup mandiri. Gabungan dari tiga fungsi ini menunjukkan sifat dasar pondok pesantren yang menekankankan pendidikan agama dan kehidupan bersama dalam satu komplek belajar yang berdampingan secara seimbang.

4). Masjid/Mushollah

Masjid yang merupakan unsure yang tidak bisa dipisahkan dengan pesantren dan merupakan tempat paling tepat untuk mendidik santri. Selain berfungsi sebagai tempat praktik sholat lima waktu, masjid ini juga berfungsi sebagai pembelajaran kitab. Biasanya penetapan waktu belajar dikaitkan dengan waktu menunaikan sholat fardhu baik sebelum atau sesudahnya.

5). Kitab Salaf

Pengajian kitab salaf (Kitab kuning) merupakan unsure pokok pesantren yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainya. Pembelajaranya dimulai dari kitab-kitab tingkat dasar (Elementer) yang berisikan teks ringkas dan sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab menengah dan kitab-kitab besar Dilihat dari segi ilmu yang dipelajari, kitab-kitab salaf yang diajarkan dipondok pesantren meliputi: Aqidah, Fiqih, Akhlaq/Tasawuf, Ushul Fiqih, Tafsir, Hadist, Nahwu, Shorof. Selain lima elemen dasar tersebut, pondok pesantren memiliki panca jiwa yang menjadi ciri khas dan nilai yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu: Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Lantabora Press, 2003, hlm: 280.

1). Jiwa keikhlasan.

2). Jiwa Kesederhanaan tapi agung.

3). Jiwa persaudaraan.

4). Jiwa kemandirian.

5). Jiwa kebebasan.

Selanjutnya dapatlah di gambarkan tentang makna santri dalam arti sempit maupun arti luas sebagai berikut. Didalam arti sempit sering bermakna seorang pelajar agama yang bermukim di suatu tempat yang disebut pondok atau pesantren. Sedang dalam arti luas dan lebih umum kata santri mengacu pada identitas seseorang sebagai variasi dari komunitas penduduk jawa yang menganut Islam secara konsekuen, yang mau melakukan sholat dan pergi ke masjid jika hari jumat dan sebagainya. Tholhah Hasan, Ibid, hlm: 282

18 Dhofir Zamaksyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1994, hlm: 44-60.

Dari beberapa uraian diatas, pondok pesantren dapat diartikan secara sempit sebagai tempat untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Dan secara luas pondok pesantren adalah sebagai tempat untuk menuntut ilmu sebagai bekal kemandirian hidup bagi para santri. Untuk dapat memahami keaslian pondok pesantren, harus memiliki lima unsur pokok/elemen yang menjadi ciri khusus yaitu: pondok, masjid, pengajaran kitab islam klasik, santri dan Kyai.

Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Mengingat semakin kompleknya manajemen, maka untuk memperoleh kejelasan, para cendekiawan telah berupaya membuat definisi sebagai batasan dan pengertian hakiki mengenai apa itu manajemen, apa fungsinya dan apa tujuannya. Di antara begitu banyaknya definisi manajemen, yang diketengahkan oleh Terry dianggap salah satu yang paling jelas. Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.

Dengan demikian manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapatdiwujudkan secara optimal, efektif dan efesien. Pendidikan dalam operasionalnya tidak dapat dilepaskan dari masalah pembiayaan Dana yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan tidak akan tampak hasilnya secara nyata dalam waktu relative singkat.

D. Manajemen Keuangan

Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Dengan kata lain Nanang Fatah, Nanang Fatah, Ekonomi & embiayaan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2000, hlm: 04.

setiap kegiatan yang dilakukan. memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari, komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

.

E. Pelaksanaan Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja

Pelaksanaan penyusunan Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja Pesantren (RAPP) di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional tampaknya memadukan antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah (Lembaga Pendidikan Islam). Dalam hal ini ada beberapa anggaran yang lebih ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak dapat mengubah dari petunjuk penggunaan atau pengeluarannya. Dengan demikian, pola pengelolaan anggaran belanja sekolah, terbatas pada pengelolaan tingkat operasional. Salah satu kebijakan tingkat sekolah adalah adanya pencarian tambahan dan dari partisipasi masyarakat, selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan sesuai dengan tatanan yang lazim sesuai dengan perturan yang berlaku. Mulyasa , Manajemn Berbasis Sekolah Dalam Konsep Strategi dan Implementasi. Bandung: Rosda

Karya, 2002, hlm: 47-48

Untuk mengefektifkan pembuatan anggaran belanja sekolah yang sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana adalah pimpinan, pimpinan harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi perbuatan administrative.Kemampuan untuk menterjemahkan program pendidikan ke dalam ekuivalensi keuangan merupakan hal penting dalam penyusunan anggaran belanja. Kegiatan membuat anggaran belanja bukan pekerjaan rutin atau mekanis, melibatkan pertimbangan tentang maksud-maksud dari pendidikan dan program. Berdasarkan perspektif tersebut pembuatan anggaran belanja dapat membuka jalan bagi pembangunan dan penjelasan

Dengan kerangka berfikir itulah, maka menurut penulis dalam penyusunan dan perencanaan anggaran atau dana dengan menggunakan model pendekatan PPBS (Planning, Programming, Budgeting, system) sebagaimana yang dikatakan oleh Charles bahwa PPBS merupakan suatu pendekatan yang sistematik yang berusaha untuk menetapkan tujuan, mengembangkan program untuk mencapai tujuan, menentukan besarnya biaya dalam proses penganggaran yang merefleksikan kegiatan jangka panjang. Charles T. Horngren, Akutansi Biaya, Jakarta: Indeks kelompok Gramedia, 2005, hlm:

254Berkenaan dengan model-model manajemen, maka Tony Bush dan Marianne Coleman (2006) mengklasifikasikannya dalam lima (5) macam model sebagai berikut: Tony Bush dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan,

Jogjakarta: IRCiSoD, 2006, hlm: 127-132.

a). Formal

Model ini juga disebut dengan model birokratis yang mengklaim bahwa organisasi mengejar tujuan yang ditentukan oleh pemimpin. Kemudian berdasarkan hubungannya dengan lingkungan sebagian dari pada model ini cenderung memandang sekolah dan perguruan tinggi sebagai system yang tertutup yang anti terhadap pengaruh-pengaruh luar, namun teoriteori formal lainnya menggambarkan organisasi-organisasi tersebut sebagai sistem yang terbuka yang merespon kebutuhan-kebutuhan komunitasnya dan membangun image yang positif untuk menarik klienklien barunya.

b). Kebersamaan yang akrab.

Model ini lebih menekankan kepada aspek sasaran. Berkenaan dengan struktur model ini lebih cenderung fokus pada hubungan lateral antar orang-orang profesional yang memiliki otoritas keahlian. Hubungan model ini dengan lingkungannya cenderung tidak hanya cukup menjelaskan hubungan-hubungan dengan lingkungannya. Kebijakan dipikirkannya untuk ditetapkan dalam sebuah kerangka kerja partisipatoris yang bisa membuatnya sulit untuk membebankan tanggungjawab terhadap keputusan-keputusan.

c). Politis

Model ini memahami bahwa tujuan dapat disandingkan dengan kelompok-kelompok kepentingan. Berkenaan dengan struktur model ini sangat mementingkannya dan menekankan pada aspek otoritas hirarkis dan keputusan-keputusan top-down. Struktur bagi model ini bias menjadi dasar untuk mengilas sebagai modal dasar bersaing dengan lawan politiknya. Kemudian berkenaan dengan hubungannya dengan lingkungan model ini cenderung menggambarkan hubungan-hubungan tersebut dengan lingkungannya sebagai suatu yang tidak stabil. Badan ekstrenal dipandang sebagai kelompok-kelompok kepentingan yang bias berpartisipasi dalam proses tawar menawar yang kompleks dan mempengaruhi pembuatan keputusan. Kelompok-kelompok eksternal dan internal dapat membentuk aliansi untuk mencapai kebijakankebijakan tertentu. Interaksi dengan lingkungan dipandang sebagai suatu aspek yang sentral dalam proses pengambilan keputusan politis.

d). Subyektif

Model ini lebih menekankan pada aspek keunggulan tujuan dan mengabaikan validitas konsep tujuan-tujuan organisasi. Berkenaan dengan struktur model ini menekankan pada aspek kualitas personal individu-individu dari pada posisi mereka dalam struktur formal. Bagi model ini hubungan dengan lingkungan dianggap sebagai sebuah sumber

pemaknaan penting yang dilekatkan pada tingkah laku orang dalam organisasi. Orang-orang digiring guna menginterpretasikan situasisituasi dengan cara yang berbeda-beda, dan variasi ini pemaknaan ini merupakan bagian dari pengaruh eksternal terhadap partisipan.

e). Ambiguitas

model-model (Di muka) adalah problematis dan tidak jelas. Struktur bagi model ini lebih ditekankan pada sifat partisipasi yang cair dalam kepanitiaan dan ketidakjelasan hasil. Kemudian model ini memandang lingkungan sebagai sebuah sumber ketidaktentuan yang memberikan kontribusi terhadap ketidakjelasan organisasi-organisasi. Tanda-tanda yang berasal dari luar tidak jelas dan kontradiktif sehingga sering melahirkan kebingungan, dan menjadikan situasi tambah sulit dan menambah ambiguitas proses pengambilan keputusan.

Mencermati uraian tersebut, ditinjau dari jenisnya berarti kemampuan seseorang manajer dalam merencanakan sesuatu dapat dilihat dari hal sebagai berikut: Hasibuan S.P. Malayu, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta:Bumi

Aksara, 2001, hlm: 107-114.

a). Perencanaan fisik (Physical Planning) adalah perencanaan yang berhubungan dengan sifat-sifat serta peraturan material gedung dan alatalat.

b). Perencanaan fungsional (fungsional Planning) adalah sebuah perencanaan yang berhubungan dengan fungsi atau tugas-tugas tertentu, misalnya, Finansial Planning, Production Planning, Modal Planning dan sebagainya.

c). Perencanaan secara luas (Comprehensive Plannig )yaitu ketepatan dalam merencanakan dari suatu usaha yang mencakup fakto-faktor intern dan ekstern.

Pengertian perencanaan dalam hubungan sumber dana adalah mencakup beberapa tahap (1) Financial Planning merupakan kegiatan perencanaan untuk mengkordinir semua sumber dana yang perlu digali dan diupayakan demi tercapainya tujuan yang diinginkan secara sistematis dan tidak mengakibatkan kerugian pada tahab ini dikenal dengan istilah Butgeting (2) Finansial Organizing dalam kaitannya manajemen sumber dana mencakup: Ricard A. Gorton, School Administration and Supervision, Lowa: Wm.C. Brown

Company Publishers, 1972, hlm: 225

a). Menyiapkan anggaran (mempersiapkan anggaran )yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme anggaran yang berlaku. Bentuknya distribusi dan sasaran program perlu dirumuskan dengan jelas.

b). Menginventarisir sumber yang ada.

c). Menetapkan biaya yang diperlukan.

d). Menyajikan anggaran dengan cara:

(1). Merencanakan anggaran, yaitu kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan preoritas, menjabarkan tujuan kedalam penampilan operasional yang dapat diukur, menganalisis alternative pencapaian tujuan dengan analisis cost affectivenes.

(2). Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme anggaran yang berlaku. Dan melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia.

(3). Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukuan, melakukan pembelanjaan, dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku.

Selain tahapan di muka T. Hani handoko (1995) dalam manajemen memberikan klasifikasi tahapan perencanaan sebagai berikut: T. Hani Handoko, Managemen (Edisi Kedua), Yogyakarta : BPFE (Anggota IKAPI), 1995, hlm : 79

a). Menetapkan tujuan (Serangkaian tujuan). Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan, kebutuhan dan harapan sebuah organisasi atau kelompok suatu pekerjaan. Hal tersebut sangat urgen sifatnya, karena bila tidak sebuah organisasi atau kelompok tersebut akan menggunakan sumber daya-sumber dayanya secara tidak efektif dan sulit menggapai tujuan yang diinginkan bersama.

b). Merumuskan keadaan saat ini. Tidak kalah pentingnya, pemahaman akan posisi sebuah organisasi atau lembaga pendidikan dari tujuan yang hendak dicapainya, atau sumber daya-sumber daya yang telah tersedia untuk pencapaian tujuan, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Maka setelah kondisi atau keadaan organisasi atau lembaga pendidikan sudah dapat dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Pada tahap kedua ini memerlukan informasi yang cukup konprehensif dan data statistic yang bisa diperoleh lewat komunikasi yang harmonis dalam sebuah organisasi.

c). Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Kedua factor tersebut dilakukan guna mengukur kemampuan sebuah organisasi atau lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh sebab itu perlu kiranya semua pihak yang berwenang untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang dapat membantu organisasi atau lembaga pendidikan tersebut guna mencapai tujuannya, atau juga sangat mungkin hal-hal yang menimbulkan masalah sehingga dapat diantisipasi segalanya sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan. Perlu diketahui bahwa faktor pendukung maupun penghambat yang sudah diketahui tersebut keduanya adalah bagian-bagian penting dari pada proses suatu perencanaan yang efektif. suatu tujuan, sehingga sedapat mungkin pada akhirnya dapat diseleksi suatu alternatif yang terbaik dan memuaskan terhadap berbagai berlangsungnya suatu pekerjaan kemudian.

Burhanudin (1994) memberikan penjelasan dan proses perencanaan meliputi kegiatan penggalian sumber dana yaitu, menetapkan apa yang harus dikerjakan untuk penggalian dana, kapan serta bagaimana cara melakukannya. Oleh sebab itu, tugasnya yang mencakup: Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,

Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hlm: 68.

a). Cara pengembangan sumber dana.

b). Mengelolah sumber dana secara efektif dan lebih menguntungkan.

c). Mengatur keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Pembiayaan

Pada pembahasan sebelumnya sudah jelas sekali bahwa profesionalitas sangat esensial dalam berbagai bidang pekerjaan dalam suatu organisasi. Tenaga yang berkualifikasi tentu akan sangat mendukung dalam rangka memanaj sumber-sumber dana dan sekaligus mengadakannya. Fasilitas yang ada dipergunakan dengan efektif dan efisien sehingga akhirnya muncullah sumber-sumber dana yang lain dan seterusnya. Namun mau tidak mau adanya dana yang cukup juga menopang lancarnya suatu kegiatan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif, di mana data diperoleh dengan wawancara mendalam, observasi lapangan, dan studi dokumen. Menurut Bogdan menjelaskan dalam studi kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan danx perilaku orang-orang yang diamati oleh karena itu studi kualitatif disebut dengan istilah inquiry alamiyah (Natural). Bogdan R. C. dan Biklen, Qualitative Research and Interoduction to theory and

method, London: Allyn and Bacon, 1992, hlm: 58

Studi dokumentasi dilakukan untuk menjaring data yang didokumentasikan oleh UICCI. Dokumen yang dijadikan data adalah profil UICCI, visi, misi dan rencana anggaran pembiayaan pendidikan, serta implementasi manajemen pembiayaan pendidikan di UICCI. Studi dokumentasi juga mengarah kepada dokumen-dokumen tentang program pembiayaan pendidikan. Pemilihan teknik ini didasari oleh fokus penelitian yang banyak berada dalam ranah kebijakan atau peraturan-peraturan yang menjadikan landasan hukum atau peraturan atau ketentuan sebagai bahan penting. Kemudian survei dipilih berdasarkan beberapa hal, yaitu efektifitas waktu dan tenaga, efisiensi biaya dan mempermudah generalisasi permasalahan menjadi kesimpulan yang dapat diterima. Keabsahan data diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi dan data dianalisis melalui proses reduksi, presentasi, interpretasi dan studi dokumentasi (kepustakaan)

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakteristik yang membedakan dengan penelitian jenis lainya diantaranya:

1. Penelitian dilakukan pada latar yang alamiyah (Natural setting) bukan pada situasi buatan yang berlangsung wajar dalam kenyataan sehari-hari.

2. Berpegang pada pandangan bahwa, realitas sosial itu bersifat manawi yaitu tidak terlepas pada sudut pandang, frame, definisi atau makna yang terdapat pada diri manusia yang memandangnya.

3. Mengacu pada pemikiran teoritis yang menempatkan manusia sebagai aktor, atau sebagai agen (bukan sekedar role player).

4. Lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata.

5. Teknik observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam proses pengumpulan data dilapangan. Observasi diperlukan untuk memahami pattern of life (Dunia nyata ) dalam sehari-hari yang dijadikan focus penelitin, sedangkan wawancara mendalam di perlukan untuk menyingkap dunia makna yang tersembunyi sebagai Pattern of life.

Dalam mengkaji manajemen pembiayaan pendidikan pondok pesantren, penulis bermaksud memahami realitas empirik dari fenomena-fenomena yang muncul untuk difahami dan dimaknai berdasarkan interpretasi penulis, Selanjutnya tentang penelitian kualitatif terdapat enam jenis yaitu: (1) Etnografi; 2). Studi kasus; 3). Grounded teori; 4). Interaktif; 5). Ekologi; dan 6). Future.104

Dari enam rancangan penelitian tersebut yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus yang menurut Bogdan adalah suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci suatu subyek atau suatu tempat penyimpanan dokumen atau suatu peristiwa tertentu, dan dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kasus dengan latar penelitian di UICCI.

Realisasi setiap pendekatan penelitian memerlukan metode penelitian yang releven, salah satu metode penelitian yang cukup potensial di kawasan riset kualitatif adalah studi kasus sedangkan studi kasus adalah antara lain: 1). Studi kasus adalah salah satu metode ilmiah; 2). Studi kasus bukan bertujuan menjelaskan dunia, melainkan menjelaskan kasus; 3). Studi kasus berguna untuk menyempurnakan teori dan merekomendasikan aspek tertentu untuk penelitian berikutnya; 4). Bisa merupakan refleksi pengalaman manusia.

Tentang jenis dan ragam studi kasus terdapat tiga (3) macam studi, yaitu studi kasus tunggal, studi multi kasus dan studi kasus perbandingan sedangkan studi ini menggunakan studi kasus tunggal untuk mendiskripsikan manajemen sumber dana pondok pesantren, karena manajemen merupakan gejala prilaku sosial (Sosial action) yaitu melalui interaksi antar kyai, seluruh pelaksana pesantren dan organisasi lain, maka peneliti memahami proses tersebut menggunakan sudut pandang persepsi emik, yang artinya suatu pendekatan yang berusaha memahami suatu fenomena yang berangkat dari titik pandang dari dalam internal atau domestik..

Maka pendekatan kualitatif yang cocok adalah pendekatan fenomenologis, naturalistik, penelitian dalam pandangan fenomenologis bermakna, memahami peristiwa dalam kaitanya dengan orang dalam situasi tertentu dengan tujuan penelitian ini memahami aktualisasi manajemen pembiayaan pondok pesantren cara merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan pengawasan. Mengingat metode penelitian ini dengan jenis studi kasus sebagaimana sifat studi kasus tersebut dalam menghasilkan generalisasi yang sah (Valid) sangat terbatas. Untuk itu kegunaanya yang utama bukanlah sebagai alat untuk menguji hipotesis, melainkan untuk menghasilkan hipotesis, yang kemudian dapat diuji melalui penelitian yang lebih kokoh walaupun demikian dalam penelitian ini sesuai dengan kelebihan studi kasus dari studi lainya, peneliti dapat melakukan penyelidikan terhadap subyek yang diteliti secara mendalam dan menyeluruh serta teknik memperoleh data secara komprehensip.

Selanjutnya berkaitan di lapangan, dalam penelitian ini menggunakan studi kasus, penulis tidak menggunakan ketepatan berdasarkan jadwal atau rancangan, namun penelitian ini berjalan situasional sehingga lebih bersifat terbuka dan luwes mengikuti tuntutan perkembangan masalah di lapangan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Maksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.

Selanjutnya untuk memilih dan menentukan informan dalam penelitian ini, menggunakan Snowball Sampling diibaratkan sebagai bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar proses ini dan baru berhenti setelah informasi yang diperoleh diantara informan satu dengan yang lainya mempunyai kesamaan, sehingga tidak ada data yang dianggap baru. Informan kunci dari penelitian ini adalah Ibu Nyai sebagai pimpinan UICCI yang mempunyai wewenang langsung terhadap lembaga yang dipimpinyadan informan memiliki kedudukan penting dan harus diperlakukan sebagai subyek yang memiliki kepribadian, harga diri, posisi yang sangat sentral, karena itu tidak semua informan memiliki kedudukan yang sama, dalam artian ada informan kunci dan ada informan pelengkap.

C. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yang dilakukan secara berulang-ulang, agar keabsahan datanya dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga teknik tersebut:

Pengamatan berperan serta (Participant Observation).

Observasi dapat didefiniskan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diteliti. Selain itu peneliti berinteraksi dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa mereka, bergurau, dan menyatu dengan mereka serta sama-sama terlibat dalam pengalaman yang sama. Teknik ini dipergunakan untuk mempelajari secara langsung permasalahan yang sedang diteliti, sehingga dapat diketahui secara empiris fenomena apa yang terjadi dalam kaitanya dengan persoalan yang dikaji. Fungsi teknik ini selain untuk mencari data juga sekaligus untuk mengadakan cross check terhadap data lain, sehingga hasil pengamatan dapat dimaknai dan di interpretasikan lebih lanjut berdasarkan teori yang menjadi acuan dalam memahami manajemen pembiayaan pondok pesantren.

Wawancara Mendalam (Indepth Interview),

Bahwa yang dimaksud dengan wawancara mendalam, mendetail atau intensif adalah upaya menemukan pengalaman-pengalaman informan dari topik tertentu atau situasi psesifik yang dikaji. Oleh karena itu dalam melaksanakan wawancara untuk mencari data di pergunakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa informasi.

Alasan lain penulis beranggapan bahwa informan lebih mengetahui berbagai informasi tentang manajemen pembiayaan pondok pesantren karena terlibat secara langsung, di samping mengetahui seluk beluk manajerialnya, sehingga lebih representatif untuk memberikan informasi secara akurat. Tentu saja dari hasil informasi dan wawancara yang disuguhkan masih penulis maknai dan di interpretasikan, lebih lanjut berdasarkan pemahaman penulis dengan melakukan cross check dengan teori yang ada.. Jadwal untuk mengadakan indepth interview tidak dibuat sebab akan disesuaikan kesempatan dan data yang diperlukan untuk mengatasi terjadinya bias informasi yang diragukan kebenaranya, maka setiap wawancara dilakukan pengujian informasi dari informan sebelumya dan pencarian sumber informasi baru.

Studi Dokumentasi

Teknik yang digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang stabil dan dapat dimanfaatkan untuk menguji, manafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dengan dokumentasi peneliti mencatat tentang sejarah pesantren dan perkembanganya, bukti kepemilikan unit usaha, foto-foto dokumentasi pesantren, struktur organisasi kepengurusan pesantren dan dokumen-dokumen lainya yang penulis anggap penting. Dokumentasi adalah pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan informasi dibidang pengetahuan Molong , John W, Creswell, Education al Research, Planning Conduction and

Quantitativedan Qualitative Reseach , International Edition, By Person Education, Inc

Upper Saddle River, New Jersey 07458, 2005, hlm: 205 setiap bahan tertulis atau film yamg dibagi atas dua jenis yakni dokumentasi pribadi dan dokumentasi resmi, dokumen yang diperoleh kemudian di seleksi sesuai dengan focus penelitian.

Analisis Data

Menurut Faisal bahwa analisis data dalam penelitian kualitaif bergerak secara induktif yaitu data atau fakta dikatagorikan menuju ketingkat abstraksi yang lebih tinggi melakukan sintesis dan mengembangkan teori bila diperlukan. Faisal Saragih, Penelitian Kualitatif Cet.I , Bandung: Citapustaka Media, 2007, hlm:

Tujuan analisis menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan menyajikanya dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan atau memaknai. Analisis merupakan upaya mencari tata hubungan secara sistematis antara catatan hasil lapangan, wawancara mendalam dan bahan lain untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang manajemen pembiayaan UICCI. Yang dirumuskan menjadi aktualisasi manajemen pembiayaan ditinjau dari fungsi manajemen.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif deskriptif yaitu analisis yang berpedoman pada cara berfikir yang merupakan kombinasi yang jitu antara berfikir induksi dan deduksi. Analisis data ini untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan sejak pengumpulan data secara keseluruhan di cek kembali. Berulangkali peneliti mencocokkan data yang diperoleh, disistematisasikan, diinterpretasikan secara logis demi keabsahan dan kredibilitas data yang diperoleh peneliti di lapangan. Analisis data dalam studi kualitatif memungkinkan dilakukanya analisis data pada waktu peneliti berada dilapangan (Within Site in the field) maupun sesudah kembali dari lapangan baru dianalisis. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu analisis data selama dilapangan baik pada saat melakukan observasi, interview maupun ketika memperoleh data pada documentasi, sedangkan tahap kedua dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Pengumpulan data pada tahap pertama dimaksudkan agar setiap data tidak mudah terlupakan seandainya ada data yng terlupakan akan dapat dikonfirmasi secara cepat kepada subyek penelitian.

Analisis data selama proses pengumpulan data dapat pula menghindarkan penumpukan data sebelum proses penelitian berlangsung. Tahap kedua, setelah data terkumpul dilanjutkan pengorganisasian pada tahap pertama, kegiatan utama pada tahap ini adalah memperbaiki dan mempertajam analisis dan menarik kesimpulan sementara, semua kegiatan dan analisis ini selalu berpedoman pada tujuan penelitian. Keseluruhan proses pengumpulan data dan penganalisaan data peneliti berpedoman pada langkah-langkah analisis data. Dalam penelitian kualitatif terdapat tiga pengumpulan data: Moleong. B. Miles, dan Huberman A. M., Qualitative Data Analysis, Jakarta: UI Press,

1994, hlm: 101.

1) Reduksi data;

2) Penyajian data; dan

3) Penarikan kesimpulan.

Pertama reduksi data meliputi proses penyelesaian, pemilahan, penyederhanaan dan pengkategorian data. Dimaksudkan untuk memudahkan pengorganisasian data dan keperluan analisis data serta penarikan kesimpulan.

Prosesnya dapat dilakukan dari pengumpulan data dibuat reduksi data atau memilih data yang sesuai dan bermakna, memfokuskan pada data yang mengarah pada pemecahan masalah atau menjawab pertanyaan peneliti yang telah di fokuskan kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dengan menonjolkan hal-hal yang dipandang penting dari hasil temuan reduksi data, dilanjutkan secara lebih intensif dengan melakukan pemilihan data, pengkodean data, pengkategorian, pengklasifikasian data merupakan kegiatan pengelompokan data berdasarkan ciri-ciri klasifikasi data yang ada.

Pengkodean data dalam penelitian ini merupakan kegiatan menandai setiap kelompok data yang telah dipilah menurut katagori masing-masing yang ditujukan untuk keperluan dan kepraktisan dalam merujuk konteks data.

Adapun tranformasi data disini adalah mengalihkan atau memasukkan satu bentuk data kedalam suatu bentuk katagori yang memiliki suatu subtansi yang sama, sedangkan pengkategorian data adalah penglompokan data yang ditujukan untuk keperluan analisis data berdasarkan ciri kategori data yang ada. keseluruhan reduksi data tersebut diatas, merupakan bagian dari analisis data yang memungkinkan peneliti melakukan pengaturan dan pemfokusan data yang dapat membantu memudahkan peneliti mengajukan bukti lapangan dan melakukan penarikan kesimpulan.

Kedua, penyajian data merupakan pemaparan data yang tersusun secara sistematis yang memperhatikan kaitan alur data dan sekaligus menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi sehingga dapat membantu peneliti menarik kesimpulan yang sebenarnya, secara umum penyajian data ditampilkan kedalam bentuk teks naratif

Ketiga, penarikan kesimpulan yang dilakukan sejak tahap pengumpulan data dengan cara mencatat dan memaknai fenomena yang menunjukkan keteraturan kondisi yang berulang-ulang, serta pola yang dominan yang paling berpengaruh. Kesimpulan dalam tahap ini mula-mula tampak belum jelas dan menyeluruh yang sifatnya sementara, kemudian berlanjut pada tingkatan menyeluruh dan jelas. Kesimpulan peneliti akhirnya semakin menjadi jelas dan menyeluruh setelah makna yang muncul tersebut teruji kebenaranya, dan keabsahan melalui pemeriksaan kembali melalui buku-buku kepustakaan, catatan lapangan, konsultasi dengan pembimbing, orang-orang yang ahli maupun teman sejawat.

Keabsahan Penelitian Kualitatif

Keabsahan atau keshahian data mutlak diperlukan dalam penelitian kualitatif, oleh karena itu agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan keshahianya dan dilakukan verivikasi terhadap data.Moleong, ibid, 1999, hlm: 104 Ada empat kreteria dalam keabsahan data yaitu: kepercayaan (Credibility), keteralian (Transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (Confirmability). Kredibilitas data adalah membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan yang ada di lapangan,. Dalam pencapaian kredibilitas peneliti menggunakan langka-langka sebagai berikut:

1. Ketekunan pengamatan, peneliti mengadakan observasi terus-menerus sehingga memahami gejala dengan lebih mendalam sehingga mengetahui aspek yang penting, terfokus dan relevan dengan topik penelitian.

2. Mengecek kembali hasil laporan yang berupa uraian data dan hasil interpretasi penulis.

3.Trianggulasi, adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber diluar data sebagai bahan perbandingan kemudian dilakukan cross check agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Trianggulasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber, trianggulasi metode dan trianggulasi teori. Penjelasan tentang tiga macam trianggulasi di atas sebagai berikut:

a). Trianggulasi dengan sumber, dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan, wawancara dan dokumentasi yakni membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, dan membandingkan perspektif sesorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

b). Trianggulasi dengan metode, dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang berbeda dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama, trianggulasi metode tertuju pada kesesuaian antara data yang diperoleh dengan data teknik yang digunakan.

c). Trianggulasi dengan teori adalah pengecekan data dengan membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli yang dianggap sesuai dan sepadan melalui penjelasan banding, kemudian hasil penelitian dikonsultasikan dengan subyek penelitian sebelum dianggap mencukupi.

Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan tiga trianggulasi yaitu trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode dan teori. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanapiah Faisal, untuk mencapai standar kredibilitas hasil penelitian setidak-tidaknya menggunakan trianggulasi metode dan trianggulasi sumber data. Sanapiah Faisal. Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasinya, Malang: YA3

1990. hlm: 31.

33 Moleong, Op. Cit, 1999, hlm: 123.

Transterabilitas adalah berfungsi untuk membangun keteralian dalam, penelitian ini dilakukan dengan cara uraian rinci peneliti akan melaporkan penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian, dengan mengacu pada fokus penelitian, dengan uraian rinci ini terungkap segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh peneliti. Dependabilitas adalah kreteria menilai apakah proses penelitian bermutu atau tidak. Cara menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertahankan ialah dengan audit dependabilitas oleh auditor independent, guna mengkaji kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.

Konfirmabilitas adalah kreteria untuk menilai kualitas hasil penelitian dengan perekaman pada pelacakan data dan informasi serta interpretasi yang didukung pada penelusuran atau pelacakan audit (Audit trail).

Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah YAYASAN UNITED ISLAMIC

CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI)

Tahapan Penelitian

Ada tiga tahapan pokok dalam penelitian kualitatif, yaitu: 1). Tahap pra-lapangan; 2). Tahap kegiatan lapangan; 3). Tahap analisis data. Sejalan. dengan pendapat tersebut peneliti akan melakukan dengan tiga tahapan, tahap pertama orientasi, kedua tahap pengumpulan data dan ketiga tahap analisis dan penafsiran data. Dari tahap orientasi penulis melakukan observasi ke lokasi penelitian, dalam hal ini UICCI dan beberapa unit usaha..

Pada tahap ini penulis juga menentukan langka menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi penelitian, mengurus perizinan, menjejaki dan menilai kondisi lokasi serta memilih dan menentukan informan dan subyek penelitian serta menyiapkan perlengkapan penelitian. Setelah langka tersebut dilakukan, langka selanjutnya adalah tahap eksploitasi atau tahap pekerjaan lapangan, tahap ini mencakup tiga hal yang harus dilaksanakan, yaitu: 1). Mamahami latar penelitian; 2). Memasuki lapangan; 3). Berperan serta sambil mengumpulkan data. Tahapan berikutnya adalah pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengadakan pengecekan data dari informan atau subyek penelitian, maupun dengan documentasi untuk membuktikan keabsahn data yang telah diperoleh. Pada tahap ini juga dilakukan penyederhanaan data yang diberikan oleh informan maupun subyek penelitian serta diadakan perbaikan dari segi bahasa maupun sistematikanya, agar dalam pelaporan hasil penelitian tidak diragukan lagi keabsahanya. Tahap terakhir adalah hasil temuan penelitian disusun dan dirumuskan, sesuai dengan penelitian kualitatif meletakkan data bukan sebagai alat dasar pembuktian tetapi sebagai modal dasar bagi pemahaman, karena itu proses pengumpulan data dan penelitian kualitatif merupakan kegiatan yang lebih dinamis. Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

Prosedur Penelitian Kegiatan Penelitian

1 Orientasi

1. Penjajakan lapangan

2. Izin penelitian

3. Penyusunan proposal

4. Seminar proposal

5. Revisi proposal

2 Pengumpulan data

1. Wawancara mendalam

a. Pimpinan Pond. Pesatren

b. Wakil pimpinan

c. Bendahara

2. Dokumentasi yang bersumber

a. Tanda bukti surat

b. Akte yayasan pond. Pesantren

c. Bukti tanda usaha

d. Buku panduan pesantren

3. Observasi partisipan pada:

a. Lokasi unit usaha

3 1. Ketekunan observasi

2. Triangulasi

a. Triangulasi metode

b. Triangulasi sumber data

3. Diskusi