TERAPI CAIRAN

7
TERAPI CAIRAN Tujuan dari terapi cairan dalam kasus-kasus bedah ditujukan beberapa pokok yaitu : 1.mengembalikan apa yang hilang sebelum dilakukan operasi / tindakan bedah 2.menggantikan kembali cairan elektrolit yang hilang selama dilakukan pembedahan 3. menutupi kebutuhan cairan sehari-hari ( maintenance kebutuhan kardio-pulmonary) 4. replacement cairan yang hilang selama masa pasca bedah yaitu : pipa lambung , drainase ( peritoneum , thorak ), fistel usus ( kolostomi, ileostomi ) perspirasi ( febris ) 5.pada kasus –kasus tertentu misalnya tidak sadar lama , geriatric ,malnutrisi , dsb dibutuhkan kalori , vitamin dan protein Pada kasus penderita ileus obstrikvus maupun peritonitis sering datang dalam keadaan dehidrasi karena terkumpulnya cairan dalam rongga interssitial maupun transeluler atau muntah , evaporasi yang berlebihan akibat badan panas maupun intake cairan yang kurang . Untuk itu diperlukan tindakan rehidrasi mutlak diperlukan untuk menekan morbiditas dan mortalitas pada pasien ini . Dalam pemberian cairan dan elektrolit tidak hanya untuk koreksi cairan yang hilang tetapi diberikan pada cairan rumatan. .Ileus obstruktivus terjadi sumbatan usus , akan terjadi akumulasi cairan dan gas disebelah proksimal sumbatan , makanan yang tertimbun akan membusuk sehingga terbentuk gas H2S yang akan menambah kembung penderita. Tekanan dalam lumen akan menimbulkan dulu“ closed loop “ .Peningkatan tekanan ini akan menimbulkan hambatan aliran vena dan limfe yang akan menimbulkan ekstravasasi cairan dan elektrolit yang akan

description

terapi cairan

Transcript of TERAPI CAIRAN

Page 1: TERAPI CAIRAN

TERAPI CAIRAN

Tujuan dari terapi cairan dalam kasus-kasus bedah ditujukan beberapa pokok yaitu :

1. mengembalikan apa yang hilang sebelum dilakukan operasi / tindakan bedah

2. menggantikan kembali cairan elektrolit yang hilang selama dilakukan pembedahan

3. menutupi kebutuhan cairan sehari-hari ( maintenance kebutuhan kardio-pulmonary)

4. replacement cairan yang hilang selama masa pasca bedah yaitu : pipa lambung , drainase ( peritoneum , thorak ), fistel usus ( kolostomi, ileostomi ) perspirasi ( febris )

5. pada kasus –kasus tertentu misalnya tidak sadar lama , geriatric ,malnutrisi , dsb dibutuhkan kalori , vitamin dan protein

Pada kasus penderita ileus obstrikvus maupun peritonitis sering datang dalam keadaan dehidrasi karena terkumpulnya cairan dalam rongga interssit ial maupun transeluler atau muntah , evaporasi yang berlebihan akibat badan panas maupun intake cairan yang kurang . Untuk itu diperlukan tindakan rehidrasi mutlak diperlukan untuk menekan morbiditas dan mortalitas pada pasien ini .

Dalam pemberian cairan dan elektrolit tidak hanya untuk koreksi cairan yang hilang tetapi diberikan pada cairan rumatan. .Ileus obstruktivus terjadi sumbatan usus , akan terjadi akumulasi cairan dan gas disebelah proksimal sumbatan , makanan yang tertimbun akan membusuk sehingga terbentuk gas H2S yang akan menambah kembung penderita. Tekanan dalam lumen akan menimbulkan dulu“ closed loop “ .Peningkatan tekanan ini akan menimbulkan hambatan aliran vena dan limfe yang akan menimbulkan ekstravasasi cairan dan elektrolit yang akan menimbulkan edema intersisital.Tekanan juga meningkatan permeabilitas kapiler sehingga protein akan keluar dan menambah edema insterti tial . Kehilangan cairan ke dalam rongga ketiga ( usus ) akan berakibat dehidrasi

Menurut Jarrel dan Carabasi macam dehidrasi dibagi 3 :1. Dehidrasi ringan : kehilangan 3% dari total cairan tubuh dengan

keluhan haus 2. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 6% dari total cairan tubuh,

tanda klinis : haus yang nyata, ketiak dan lipat paha kering, turgor kulit yang menurun

3. Dehidrasi berat : kehilangan cairan 10 % total cairan tubuh tanda klinis : gejala diatas makin menonjol , hipotensi ortostatik , gelisah dan meracau

Page 2: TERAPI CAIRAN

Jumlah cairan yang diberikan adalah : Cairan yang hilang ( deficit ) + cairan rumatan + cairan yang akan hilang ( replacement ) . Pada awal perhitungan cairan replacement belum bisa diperhitungkan dan diperlukan monitoring dari cairan yang hilang baik nyata ( misalnya NGT ) dan tidak nyata ( kenaikan panas 1 C dikoreksi dengan 12,5% maintenance )

Cairan rumatan diperhitungkan sbb: Kebutuhan air : 2 cc/ kg BB/ jamKebutuhan Na : 1,5 meq / kg BB/ hari Kebutuhan Cl : 1,5 meq / kg BB/ hari Kebutuhan K : 1 meq / kg BB/ hari

Contoh pada kasus i leus obstruktivus :

Misal berat badan 50 kg dengan kasus i leus obstruktivus simple , Tensi 120/85 Nadi 88 x/m mata cekung , turgor kurang

Pada kasus ini dehidrasi sedang 6 % x 50 kg = 3000 ccKebutuhan rumatan 2 ccx 50x 24 = 2400ccKebutuhan Na 1,5 x 50 = 75 meqKebutuhan Cl 1,5 x 50 = 75 meq Kebutuhan K 1 x 50 = 50 meq

Untuk itu jumlah dan cairan yang diberikan : Rumatan Dekstrose 5 % = 2000cc

Nacl fisiologis = 500 ccKcl = 50 cc

Koreksi Ringer laktat = 3000ccKcl = 18 meq

Kalium dalam usus mencapai 10-11 meq / l sementara dalam RL 4 meq / l sehingga dikoreksi 10-4x 3 = 18 l

Cara pemberian - setengah dari jumlah ( terutama RL ) diberikan 6 jam pertama- setengah dari jumlah 6 jam pertama diberikan 6 jam kedua - setengah dari jumlah 6 jam pertama diberikan 12 jam ketiga- kalium diberikan setelah diuresis baik

Contoh kasus ileus dengan dehidrasi sedang : 6 % suhu 38 C Maintenance 2 cc x 50 x 24 = 2400ccRehidrasi 6% x 50 kg = 3000ccKenaikan suhu ( 38-37) x 12,5 % x 2400 = 300ccTotal = 5700cc/ hr Pemberian 6 jam I ½ x 5700 = 2850cc

2850x15/ 6 x 60 = 118,75 tts /m

Page 3: TERAPI CAIRAN

Pemberian 6 jam II ½ x 2850 x15/ 6 x 60 = 59 ,37 t ts /mPemberian 12 jam III ½ x 2850 x 15 / 6x 60 = 29, 688 tts/ m

Koreksi hipokalemi Defisit kalium biasanya dengan koreksi asidosis dapat kembali normal tetapi bila masih rendah maka diperlukan koreksi lebih lanjut , tidak ada patokan dalam koreksi kalium namun dianjurkan sbb : Deficit berat ( < 3 meq ) : 20-30 meq /jam Defisit ringan ( 3-3,5 meq) : lebih lambat

Monitoring Yang penting adalah monitoring selama pemberian infus adalah :

- tanda vital - turgor kulit - Diuresis ( dianggap terhidrasi bila urin sudah stabil antara 0,5-1 cc/

kgBB/ jam )- Edema paru ( ronki basah basal paru ) , edema palpebra , dan vena

jugularis yang mengembang menunjukan over hidrasi

Indikasi pemasangan Central Venuos Pressure - untuk memonitoring tekanan vena central pada kasus shock atau gagal jantung- pemberian cairan elektrolit yang lebih adequat - pemberian TPN - sebagai jalur pemberian antimikroba atau kemoterapi

Cara pemasangan CVP di Vena Basil ica Dextra 1. tentukan tempat incisi 2 jari dari epikondilus medial dari

humeri dextra 2. Disinfeksi di daerah meja oprasi 3. Tutup dengan duk steril kecuali lapangan operasi 4. Anestesi subkutis bentuk kipas 5. Incisi subkutan 3 cm , buka secara tumpul dengan pean

bengkok sampai vena basilica , bersihkan jaringan sekitarnya , angkat dengan benang , diganjal dengan alas pinset sebagai alas untuk menentukan vena dengan menusuk jarum suntik bila darah meleleh adalah vena basilica tetapi bila memancar adalah arteri .Masukan benang cat gut dan dibagi 2 bagian , dibagian distal supaya diikat dulu sedangkan di proksimal di longgar dulu .

6. Vena Basilica disayat dengan jalan mengiris tepi diatas gagang pinset

7. Sesudah lubang ada masukan venocat 16 atau NGT no 5 di vena dengan pelan –pelan sampai antrium kanan , lengan diabduksikan maksimal supaya selang venocat tidak

Page 4: TERAPI CAIRAN

terbentung lengan, setelah lebih separuh , kawat di dalam kateter diambil . Segera kateter dihubungkan dengan selang dengan three way

8. pasang alat ukur CVP 9. operasi selesai

1

Cara pemasangan CVP di vena sub klavia 1. penderita t idur terlentang ( di tempat t idur , kedua kaki diganjal

bantal supaya poling darah ke bagian atas ) 2. Disinfeksi daerah operasi / hemitrorak dekstra 3. tutup dengan duk steril kecuali medan operasi4. tentukan 1/3 medial klavikula dekstra 5. penderita menoleh ke kiri tusuk dengan mandrain CVP set yang telah

dipasang spuit 10 cc yang berisikan Nacl 0,9 % kurang lebih 5 cc6. Arahkan tusukan ke telinga kiri dengan membentuk sudut 30 derajat

mengenai tulang klavikula ( 1/3 medial ) menyusuri tepi bawah , ditekan menembus vena subklavia darah diaspirasi untuk menentukan apakah sudah masuk ke vena subklavia

7. Spuit dilepaskan dari mandarin masukan kateter CVP dengan perlahan fiksasi dengan baik

8. keluarkan kawat dari kateter CVP ( jangan sampai on oleh karena dipakai untuk mengukur panjang kateter di ujung selah infuse / three way sampai di antrium dekstra )

9. masukan cairan infuse dari tree way 10. Ukur panjang kateter di percabangan three way sampai antrium

dekstra , bila terlalu panjang ditarik 11. Fiksasi kateter dengan benang side dijahitkan ditepi luka12. Tutup luka operasi dengan kasa betadin dan kasa kasa digunting

agak tebal biar dimasukan selang kateter13. Selang kateter yang tampak dibungkus dengan plester untuk

menghindari kontaminasi 14. Pasang alat ukur CVP 15. operasi selesai

Pemasangan CVP di Vena jugularis Interna Vena jugularis interna terletak di belakang muskulus sternokleimastoideus , sebelah lateral dari arteri karotis . Kateter seharus di ditempatkan di atas muskulus stenokleimastoideus - tempatkan pasien pada posisi trendelenburg dan miringkan kepala pasien kontralateral dari pemasangCVP. Jika paru t idak terpasang chest tube maka posisi paling baik adalah sebelah kanan karena langsung masuk ke dalam superior vena kava

Page 5: TERAPI CAIRAN

- Lakukan disinfeksi pada kulit dengan betadin , tutup dengan doek steril kecuali medan operasi , lakukan anestesi lokal dengan menggunakan lidokain 1 %- Palpasi di daerah arteri karotis , dengan menggunakan trochart no 22 , masukan jarum ke arah ipsilateral ke puting susu dengan kemiringan sudut 30 derajat antara leher . Lakukan aspirasi pastikan darah dari vena - Lepaskan jarum dari trochart no 18 , masukan kateter CVP yang sudah dipasang spuit 10 cc yang berisikan Nacl 0,9 % kurang lebih 5 cc ke dalam vena -ketika kateter sudah pada posisinya , - lakukan sayatan di kulit dan tempatkan kateter vena , lakukan fiksasi dengan jahitan - hubungkan kateter dengan three way dari infus - pasang alat ukur cvp Operasi selesai