teori Victimologi Dan Kriminologi
-
Upload
eko-sutomo -
Category
Documents
-
view
255 -
download
116
description
Transcript of teori Victimologi Dan Kriminologi
1
TEORI VICTIMOLOGI DAN KRIMINOLOGI
1. THE INTERACTIONIST SCHOOL (By. Cavit S. Cooley)
Adanya tokoh yang penting dalam perkembangan interaksi simbolik ini berusaha
mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai individu, namun bukan
sebagai entitas yang terpisah dari masyarakat. Cooly mendifinisikan “diri”
sebagai segala sesuatu yang dirujuk dalam pembicaraan biasa dengan kata
ganti orang pertama tunggal. Cooly berpendapat bahwa “aku, daku, miliku dan
diriku”. Menurutnya, segala sesuatu yang dikaitkan dengan diri menciptakan
emosi lebih kuat dibandingkan dengan yang tidak dikaitkan dengan diri bahwa
diri dapat dikenal hanya melalui perasaan subjektif. Dalam teorinya the looking-
glass self, Cooly berargumen bahwa konsep diri individu secara signifikan
ditentukan apa yang ia pikirkan tentang pikiran orang lain mengenai dirinya.
Artinya individu memerlukan respons orang lain yang ditafsirkan subjektif
sebagai data dirinya.
Anggapan bahwa perasaan “diri” dikembangkan lewat penafsiran individu atas
realitas fisik dan sosial, termasuk aspek-aspek pendapat tentang tubuh, tujuan,
materi, ambisi, gagasan bersifat sosial yang dianggap milik individu. Lebih jauh
Cooly menjelaskan bahwa perasan diri bersifat sosial karena maknanya
diciptakan melalui bahasa dan budaya bersama dari intepretasi subjektif individu,
atas orang-orang yang dianggap penting yang memiliki hubungan dekat
(significant others). Demikian pula pengambilan peran dan sikap orang lain
secara umum (generalized others). Jadi kesimpulan Cooly tentang “diri” bahwa
individu dan masyarakat bukan realitas yang terpisah.
Menurut Charles Horton Cooley, diri seseorang memantulkan apa yang
dirasakan sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. Diri seseorang yang
berkembang melalui interaksi dengan orang lain disebut Cooley sebagai looking-
glass self. Looking-glass self terbentuk melalui 3 tahap :
a. Seseorang membayangkan bagaimana perilaku atau tindakannya tampak
bagi orang lain
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
2
b. Seseorang membayangkan bagaimana orang lain menilai perilaku atau
tindakan tersebut
c. Seseorang membangun konsepsi tentang dirinya berdasarkan asumsi
penilaian orang lain terhadap dirinya itu
Teori ini memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan
kelompok. Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme
simbolik, yaitu tentang pemaknaan, bahasa, dan pikiran. Premis ini nantinya
mengutarakan kepada konsep ‘diri’ seseorang dan sosialisasinya kepada
‘komunitas’ yang lebih besar, masyarakat.
1) Bahwa manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia lainnya yang
pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada
pihak lain tersebut.
2) Bahwa pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di
antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau
suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul ‘dari sananya’.
Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa
dalam perspektif interaksionisme simbolik.
3) Bahwa interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai
perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri bersifat
refleksif
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley :
”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-
fakta penting dalam kerjasama yang berguna”
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
3
2. NEGATIVE EFFECTS OF THE CRIMINAL JUSTICE SYSTEM
(By. Frank Tannenbaum, 1893-1969)
Menurut Frank Tannenbaum (1938), kejahatan bukan sepenuhnya dikarenakan
individu kurang mampu menyesuaikan diri dengan kelompik, tetapi dalam
kenyataannya, individu tersebut telah dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan
kelmpoknya. Oleh karena itu, kejahatan terjadi karena hasil konflik antara
kelompok dengan masyarakat yang lebih luas, di mana terdapat dua definisi
yang bertentangan tentan tingkah laku mana yang layak.
3. CONCEPTS OF PRIMARY AND SECONDARY DEVIANCE (By. Edwin M.
Lemert, 1912-1996)
Menurut Edwin Lemert, bahwa aspek-aspek prosesual dari prilaku
menyimpang (kejahatan), dengan menunjukan bahwa karir prilakumenyimpang
sering kali mengalami perubahan-perubahan penting sesuaidengan perjalanan
waktu. Dalam teori Lemert, tindakan-tindakan prilaku menyimpang sering kali
merupakanlangkah “Ambil resiko” yang memperlihatkan sifat coba-coba untuk
melakukan pola-pola prilaku yang dilarang. Tindakan ini menjadi sasaranreaksi
social, yang pada giliranya dapat mempengaruhi pengalaman- pengalaman karir
selanjutnya dari prilaku penyimpangan.Tanpa mengurangi arti penting kelompok
teori yang lain dan sesuaidengan masal;ah yang akan di bahas, maka teori
undercontrol di utamakansebagai pokok bahasan.
Teori Undercontrol/Consensus adalah teori dalam mengkaji prilaku
menyimpang (pelanggaran) mendasarkan diri bahwa kita semuamenyepakati isi
serta berlakunya kaedah-kaedah mayarakat termasuk Norma-norma hukum,
social dan moral dan lain-lain. Oleh karena itumerupakan kewajaran bila semua
warga masyarakat mematuhi aturan-aturahukum tersebut. Konsekwensi dari
kerangka dasar kajian teori ini, yaitu "Kenapa ada seseorang yang bisa menolak
aturan sosial sementara hampir semuanya (masyarakat) menerima".
Edwin Lemert, memberikan perbedaan mengenai konsep teori labeling ini,
yaitu primary deviance dan secondary deviance. Primary deviance ditujukan
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
4
kepada perbuatan penyimpangan tingkah laku awal. Kelanjutan dari
penyimpangan ini berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman
seseorang karena cap yang dia terima dari perbuatan yang telah dilakukan.
Ketika label negatif diterapkan begitu umum dan begitu kuat sehingga menjadi
bagian dari identitas yang individual, ini yang kemudian diistilahkan Lemert
penyimpangan sekunder. Individu yang telah mendapatkan cap tersebut sulit
melepaskan diri dari cap yang dimaksud dan cenderung untuk bertingkah laku
sesuai dengan label yang diberikan (mengidentifikasi dirinya sebagai pelaku
penyimpangan/penjahat)
Teori ini memiliki kesesuaian dengan Perspektif Pluralis. Dalam perspektif
itu dikatakan bahwa perbedaan antar kelompok terletak pada benar atau tidak
benar. Hal ini selaras dengan pengertian labeling sebagai bentuk penilaian orang
lain terhadap benar atau tidak benarnya tingkah laku seseorang di dalam
masyarakat. Penilaian ini muncuk karena adanya proses interaksi diantara
masing-masing individu. Paradigma yang sesuai adalah Paradigma
Interaksionis, di mana paradigma ini menekankan kepada perbedaan psikologi-
sosial dari kehidupan manusia. Paradigma ini memandang bahwa kejahatan
merupakan suatu kualitas dari reaksi sosial masyarakat terhadap suatu tingkah
laku atau perbuatan, di mana dalam teori labeling dijelaskan bahwa tingkah laku
seseorang menjadi tidak benar karena ada proses labeling atau cap terhadap
tingkah laku tersebut sebagai tingkah laku kejahatan.
Ilustrasi singkat yang dapat lebih menjelaskan teori ini adalah seseorang
yang baru saja keluar dari penjara. Ketika dia menjalani hukuman penjara karena
perbuatan yang dia lakukan di masa lalu, sesungguhnya dia telah mengalami
proses labeling, yaitu keputusan dari penguasan yang menyatakan bahwa dia
adalah penjahat dan patut untuk dihukum penjara (sesuai ketentuan yang
diutarakan oleh Schrag, penangkapan adalah proses labeling). Setelah keluar
dari penjara tersebut, masyarakat akan tetap menilainya sebagai penjahat
karena cap yang telah melekat pada dirinya (sulit melepaskan label).
Terjadi interaksi antara individu yang baru keluar dari penjara tersebut
dengan masyrakatnya, dan interaksi itu menghasilkan kesimpulan bahwa dia
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
5
dicap sebagai penjahat meskipun sudah dunyatakan bebas. Hal ini kemudian
akan berpengaruh kepada kehidupan, mental, dan sisi psikologis seseorang
tersebut, yang kemudian menghambat karir atau usahanya untuk bertahan,
seperti misalnya sulit mendapatkan pekerjaan atau mendapatkan kembali
kepercayaan dari orang-orang. Dampak seperti ini kemudian menyebabkan
seseorang tersebut akhirnya mengulangi perbuatannya dan akhirnya
mendidentifikasi dirinya sebagai penjahat.
4. CONTEMPORARY INFLUENCES (By. Howard S. Becker, 1928-)
Menurut Howard S. Becker, harus dibedakan antara pelanggar hukum dengan
pelaku kejahatan. Pelanggaran hukum merupakan perilaku, sedangkan
kejahatan adalah reaksi kepada orang lain terhadap perilaku itu. Pelabelan
terhadap seseorang terjadi pada saat/waktu ketika melakukan aksi, siapa yang
melakukan dan siapa korbannya serta persepsi masyarakat terhadap
konsekuensi aksinya.
Apabila dijabarkan, secara gradual asumsi dasar teori labeling meliputi aspek-
aspek
a. Perumusan kejahatan dilakukan oleh kelompok yang bersifat dominan
atau kelompok berkuasa.
b. Penerapan aturan tentang kejahatan dilakukan untuk kepentingan pihak
yang berkuasa
c. Orang tidak menjadi penjahat karena melanggar hukum, tapi karena
ditetapkan demikian oleh penguasa.
d. Pada dasarnya semua orang pernah melakukan kejahatan, sehingga tidak
patut jika dibuat dua kategori, yaitu jahat dan orang tidak jahat.
e. Tidak ada satupun perbuatan yang pada dasarnya bersifat kriminal.
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
6
5. THE MORAL CAREER OF THE MENTAL PATIENT ( By. Erving Goffman,
1922-1982)
Menurut Erving Goffman. Melalui pendekatan ini Erving Goffman
menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta
subyektif dan obyektif dari interaksi sosial. Konsep-konsepnya dalam
pendekatan ini mencakup tempat berlangsungnya interaksi sosial yang disebut
dengan social establishment, tempat mempersiapkan interaksi sosial disebut
dengan back region/backstage, tempat penyampaian ekspresi dalam interaksi
sosial disebut front region, individu yang melihat interaksi tersebut disebut
audience, penampilan dari pihak-pihak yang melakukan interaksi disebut dengan
team of performers, dan orang yang tidak melihat interaksi tersebut disebut
dengan outsider.
Erving Goffman juga menyampaikan konsep impression management
untuk menunjukkan usaha individu dalam menampilkan kesan tertentu pada
orang lain. Konsep expression untuk individu yang membuat pernyataan dalam
interaksi. Konsep ini terbagi atas expression given untuk pernyataan yang
diberikan dan expression given off untuk pernyataan yang terlepas. Serta konsep
impression untuk individu lain yang memperoleh kesan dalam interaksi.
6. RADICAL NONINTERVENTION POLICY PROPOSAL (By. Edwin M. Schur,
1930- )
Teori Edwin Schurs pada kejahatan dan penyimpangan berasal dari teori
Howard Beckers Pelabelan penyimpangan (1971:6). Schur setuju dengan
Becker dalam tindakan diberi label sebagai penyimpangan oleh masyarakat
secara keseluruhan, berdasarkan norma-norma masyarakat. Deviance belum
tentu tindakan itu sendiri, tapi label ditempatkan pada tindakan oleh masyarakat.
Norma-norma ini, yang merupakan konsolidasi dari nilai-nilai sosial, kemudian
sanksi sebagai undang-undang. Schur menambahkan bahwa fokus dari teori
pelabelan digeser ke menyimpang individu. Ia mengklaim bahwa, jika orang-
orang yang diberi label menyimpang dapat mengatur dan mendapatkan
kekuasaan dalam masyarakat, mereka akan mampu mengubah pandangan
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
7
masyarakat tentang apa yang atau apa yang tidak dianggap menyimpang. Schur
mengatakan bahwa perubahan dalam kekuasaan mungkin datang dalam bentuk
pemberontakan, gerakan sosial, dan bahkan perselisihan sipil, yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan pembentukan kelompok politik yang kuat.
Schur membahas teori pelabelan lanjut sehubungan dengan orang-orang
yang telah diberi label sesat melalui keterlibatan mereka dalam kejahatan tanpa
korban . Schur mendefinisikan kejahatan ini sebagai pertukaran sukarela
layanan komoditas atau pribadi yang secara sosial tidak setuju dan secara
hukum dilarang ( 1965) . Pertukaran ini jarang , jika pernah , membahayakan
para pihak dan tidak ada yang menjadi korban . Schur menganggap hukum yang
menciptakan kejahatan tanpa korban disfungsional , karena mereka menghukum
orang-orang yang telah menjadi korban tidak ada , karena masing-masing pihak
yang terlibat dalam kejahatan adalah peserta bersedia. Hukum-hukum ini ,
menurut Schur , adalah hasil dari lebih dari undang-undang oleh masyarakat dan
hukum memiliki efek negatif secara keseluruhan dalam tiga cara : mereka
memperluas penyimpangan keseluruhan , mereka yang terlibat mengembangkan
citra diri yang menyimpang , mereka menciptakan subkultur , mereka yang
terlibat mencari orang lain dengan keinginan yang sama , . dan mereka membuat
kejahatan sekunder , seperti mereka yang terlibat mungkin perlu untuk
melakukan kejahatan lainnya dalam rangka untuk melengkapi keinginan
menyimpang mereka (yaitu kecanduan narkoba , aborsi , prostitusi ) Schur
percaya bahwa masyarakat bisa melestarikan sumber daya terbuang dan uang
dengan mendekriminalisasi hukum-hukum. Masyarakat harus berkonsentrasi
pada pengobatan dan program pencegahan bukan mengandalkan langkah-
langkah mahal dan penegakan hukum terhadap mereka yang terlibat dalam
bentuk penyimpangan sosial .
Schur memperluas teori sebelumnya pada kejahatan dalam masyarakat
kita. Dalam rangka mencegah dan mencegah kejahatan, Schur berteori bahwa
kita perlu untuk mengarahkan perhatian kita menjauh dari penekanan pada
penegakan hukum dan mengarahkan usaha kita menuju pengobatan pelanggar.
Seiring dengan pengobatan pelanggar, kita harus berusaha untuk berurusan
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
8
dengan penjahat potensial dalam rangka untuk mengarahkan mereka dari
menjadi terlibat dalam kejahatan. untuk menyelesaikan ini pencegahan
kejahatan dan Model pencegahan, fokus utama harus pada tindakan langsung
terhadap kondisi sosial yang mendorong kejahatan, seperti kesulitan ekonomi.
(Schur 1969).
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
9
TEORI KRIMINOLOGI
Bagaimana seorang peneliti mengungkap sementara menghapus pengekangan
masyarakat, Bahkan yang lebih sulit, bagaimana peneliti membuktikan bahwa
kehendak bebas adalah apa yang memungkinkan seseorang untuk menjadi atau tidak
menyimpang. Masalah menciptakan definisi operasional yang baik untuk drift
menyajikan cukup masalah penelitian. Jika definisi operasional tidak dapat dibangun,
maka penelitian tidak dapat dilakukan.
Menjelang deviasi (Matza, 1969), di mana ia pindah dari teori kontrol ke dalam teori
interaksi sekolah Travis Hirschi menguraikan dasar-dasar bagi teori ikatan sosial
kedalam penyebab kenakalan. Hirschi (1969) menyatakan, “Teori Kontrol berasumsi
bahwa tindakan tunggakan terjadi ketika obligasi individu untuk masyarakat lemah atau
rusak”. Dalam karya ini, Hirschi difokuskan pada obligasi ini dan mengemukakan empat
elemen obligasi: lampiran, komitmen, keterlibatan, dan keyakinan. Keempat elemen,
ketika diambil bersama-sama, akan baik membuat ikatan yang lemah antara individu
dan masyarakat (yang membuat kenakalan lebih mungkin) atau menciptakan ikatan
yang kuat (yang membuat kenakalan kecil kemungkinannya).
Komitmen. Komitmen mengacu pada bagaimana diinvestasikan individu adalah sesuai
dengan aturan masyarakat. Hirschi (1969) menyatakan:
Konsep komitmen mengasumsikan bahwa organisasi masyarakat adalah sedemikian
rupa sehingga kepentingan kebanyakan orang akan terancam jika mereka terlibat
dalam tindak pidana. Kebanyakan orang, hanya dengan proses hidup dalam
masyarakat yang terorganisir, mendapatkan barang, reputasi dan prospek bahwa
mereka tidak ingin kehilangan. Akumulasi ini bahwa dalam asuransi masyarakat
mereka akan mematuhi aturan. Salah satunya adalah berkomitmen untuk tidak hanya
sesuai dengan apa yang dimiliki tetapi juga oleh apa yang berharap untuk
mendapatkan. Dengan demikian, “ambisi” dan / atau “aspirasi” memainkan peran
penting dalam memproduksi sesuai.
Jadi, bankir investasi yang sukses adalah orang-orang yang lebih berkomitmen kepada
masyarakat konvensional daripada gelandangan. Bankir investasi memiliki uang,
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
10
kekuasaan, dan status di masyarakat bahwa mereka tidak ingin kehilangan, sehingga
bankir investasi tidak akan mencuri dari toko dan resiko tertangkap. Sedangkan
gelandangan tidak memiliki uang, kekuasaan atau Status. 50 % gelandangan tidak
memiliki banyak pertaruhan jika dia memilih untuk mencuri. Sedangkan ambisi dan
aspirasi membantu untuk menghasilkan kesesuaian antara orang-orang muda. Hirschi
(1969) menunjukkan : bagaimanapun bahwa sejumlah pemberontakan yang diharapkan
dan direstui di kalangan anak muda. Jadi, seorang remaja dapat berperilaku dengan
beberapa model busana dan tidak beresiko akan status masa depan nya sebagai
seorang dokter atau pengacara karena ia adalah seorang remaja.
Seperti pada teknik netralisasi, teori pergeseran tidak memiliki dasar yang kuat dalam
penelitian empiris dan ini adalah kelemahan serius. Konsep hanyut, dalam dan dari
dirinya sendiri, menyajikan sejumlah masalah yang akan peneliti. Sedangkan
penggunaan individu teknik bisa dilihat selama wawancara ketika ia menggunakan
frase seperti “mereka layak mendapatkannya” draf ini jauh lebih halus. TEORI
IKATAN SOSIAL
Lampiran. Lampiran mengacu pada koneksi yang ada antara satu orang dengan yang
lainnya, atau antara satu orang dan masyarakat, yang memaksa individu untuk
berperilaku dengan cara moral yang Seorang individu yang melekat lain akan
menghargai pendapat orang lain itu dan akan berperilaku dengan cara seperti itu untuk
menyenangkan orang lain. Ketika seorang individu melekat pada masyarakat, atau
terhubung ke seluruh masyarakat, ia akan berperilaku sedemikian rupa agar tidak
menyinggung anggota lain masyarakat itu. Individu akan berperilaku secara moral.
Hirschi (1969) menjelaskan :
Kita adalah makhluk moral untuk sejauh bahwa kita telah “internalisasi norma”
masyarakat. Tapi apa artinya untuk mengatakan bahwa seseorang telah diinternalisasi
norma-norma masyarakat? Norma-norma masyarakat, menurut definisi, bersama oleh
anggota masyarakat. Melanggar norma, oleh karena itu, untuk bertindak bertentangan
dengan keinginan dan harapan orang lain. Jika seseorang tidak peduli dengan
keinginan dan harapan orang lain yaitu, jika ia tidak sensitif terhadap pendapat orang
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
11
lain maka ia sampai batas itu tidak terikat oleh norma-norma. Dia bebas untuk
menyimpang.
Keterlibatan. Semakin melibatkan individu dalam pekerjaan konvensional seperti
tindakan dan hiburan, maka semakin sedikit waktu yang ada untuk berperilaku
pelanggaran hukum non-konvensional ”Seseorang mungkin terlalu sibuk melakukan
hal-hal konvensional untuk terlibat menemukan waktu dalam perilaku menyimpang”.
Individu yang berusaha untuk menggagalkan kenakalan sering menangani masalah
keterlibatan dengan menyediakan program sekolah, olahraga, dan kegiatan gereja di
mana orang-orang muda mungkin terlibat.
Keyakinan. Tidak seperti teori subkultur, yang mempertahankan bahwa tunggakan dan
non-tunggakan beroperasi dari sistem yang berbeda akan nilai-nilai, teori kontrol
menyatakan bahwa baik tunggakan dan non tunggakan berbagi sistem umum dan nilai-
nilai. Teori kontrol menjelaskan mengapa tunggakan memilih untuk berperilaku dengan
cara yang bertentangan dengan sistem nilai ini. Teori kontrol telah mengambil dua
pendekatan untuk masalah ini. Dalam satu pendekatan, keyakinan diperlakukan
sebagai kata-kata belaka yang berarti sedikit atau apa-apa jika bentuk lain dari kontrol
yang hilang. Pendekatan kedua berpendapat bahwa menyimpang merasionalisasi
perilakunya sehingga ia dapat sekaligus melanggar aturan dan memelihara itu. (Hirschi,
1969)
Hirschi (1969) menunjukkan bahwa pendekatan kedua, yang mengacu khusus untuk
Sykes dan teknik Matza tentang netralisasi, bermasalah karena mendorong pertanyaan
kembali langkah. Daripada bertanya mengapa tunggakan bertentangan sistem nilai nya,
pertanyaan baru bertanya mengapa tunggakan menetralkan. Hirschi exp lained
perbedaan antara sistem nilai tunggakan dan non tunggakan dengan cara sebagai
berikut :
Kami berasumsi bahwa ada variasi dalam sejauh mana orang percaya bahwa mereka
harus mematuhi aturan masyarakat dan, lebih jauh lagi, bahwa semakin sedikit orang
percaya bahwa dia harus mematuhi aturan, semakin besar kemungkinan ia melanggar
mereka.
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
12
Hirschi juga menjelaskan bahwa tidak hanya unsur kedekatan, kesepakatan,
keterlibatan, dan keyakinan bahwa membuat baik ikatan lemah atau kuat antara
individu dan masyarakat. Faktor lain adalah hubungan antara empat unsur ini.
Lampiran dan komitmen. Hirschi (1969) menunjukkan bahwa “itu sering disarankan
bahwa keterikatan dan komitme cenderung bervariasi terbalik“, Artinya, semakin
pasangan remaja kelas bawah bersatu untuk keluarga dan teman sebaya, yang kurang
berkomitmen remaja adalah untuk mendapatkan tujuan konvensional kedepannya. Ini
hampir terasa seperti dukungan teori subkultur. Hirschi, bagaimanapun, percaya bahwa
hanya yang terjadi adalah sebaliknya. Semakin terpasang seorang individu kepada
orang lain konvensional, lebih berkomitmen individu adalah untuk tujuan konvensional.
Komitmen dan keterlibatan. Hirschi (1969) menyatakan bahwa komitmen dapat
dipahami untuk mempengaruhi kemungkinan bahwa seseorang akan menyerah pada
godaan untuk bertindak secara tunggakan. Semakin berkomitmen seseorang adalah
tindakan konvensional, semakin kecil kemungkinan orang tersebut akan
membahayakan apa yang dia lakukan dengan mencuri mobil. Keterlibatan, di sisi lain,
mempengaruhi kemungkinan bahwa seseorang akan terkena godaan. Semakin terlibat
orang tersebut dalam kegiatan tradisional, fungsi gereja, piknik keluarga, dan / atau
bermain sepak bola, peluang lebih sedikit orang akan harus mencuri mobil.
Lampiran dan keyakinan. Hirschi (1969) menjelaskan, ada lebih atau kurang koneksi
lurus ke depan antara keterikatan kepada orang lain, dan kepercayaan validitas moral
aturan muncul jelas. Sejauh sebagai hal anak (cinta dan ketakutan) orang tuanya dan
orang dewasa pada umumnya, ia akan menerima aturan mereka. Sebaliknya, sejauh
hal ini dirusak, aturan akan cenderung kehilangan karakter wajib mereka. Hal ini
diasumsikan bahwa kepercayaan dalam karakter wajib aturan akan, sampai batas
tertentu, mempertahankan keberhasilan dalam memproduksi sesuai, bahkan jika rasa
hormat yang membawanya menjadi ada tidak ada lagi.
Di sini, anak lebih melekat adalah untuk orang tua, semakin anak akan menerima
aturan orang tua. Dan jika individu menerima aturan-aturan sebagai seorang anak
ketika dia “mencintai dan ketakutan” orang tua, maka individu akan tetap menerima
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
13
aturan-aturan sebagai orang dewasa, meskipun ia mungkin tidak lagi “cinta dan rasa
takut” orang tua.
Kritik Hirschi
Teori ikatan sosial telah mengalami pengawasan yang cukup dan pengujian. Ini adalah
yang paling lengkap dari teori kontrol disajikan sejauh ini, dan telah menghasilkan
cukup banyak penelitian, seperti dicatat oleh Brown dan rekan (1991).
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
14
TEORI KENDALI (WALTER C. RECKLESS)
Status pengetahuan tentang “etiologi” kejahatan sangat buruk tiga puluh tahun yang
lalu bahwa memimpin dua ilmuwan perilaku untuk menyimpulkan: “absurditas setiap
upaya untuk menarik kesimpulan etiologi dari temuan penelitian kriminologi begitu
paten sebagai tidak menjamin lebih lanjut diskusi”. kemajuan telah dibuat dalam
penelitian kriminologi dan beasiswa sejak saat itu, tetapi tidak cukup untuk meniadakan
evaluasi atas michael dan adler.
Pada tahun 1940 penulis menyarankan bahwa kriminolog harus meninggalkan mencari
teori umum penyebab kejahatan dan mencari pendekatan alternatif yang lebih realistis
dan tepat. ketidakpuasan dengan penerapan konsep sebab-akibat perilaku kriminal
diungkapkan juga oleh L. Radzinowicz di kedua negara bersatu kongres tentang
pencegahan kejahatan dan perlakuan terhadap pelanggar, london, Agustus 1960.
Hal ini sangat mungkin bahwa penyebab bukanlah konsep Valid untuk diterapkan pada
perilaku manusia seperti kejahatan dan kenakalan, dan bahwa teori umum sebab-
akibat, yang memiliki validitas untuk semua atau sebagian besar dari kejahatan dan
kenakalan, untuk berbagai sampel pelaku dan non pelaku di berbagai lingkungan,
bahkan lebih realistis, meskipun upaya heroik pada bagian dari kriminolog untuk
mencari teori umum yang valid.
Ilmuwan perilaku, seperti psikiater, psikolog, dan sosiolog, mengalami kesulitan besar
dalam mengidentifikasi pengoperasian berbagai faktor atau kondisi, diasumsikan
langsung berhubungan dengan kejahatan dan kenakalan. Sudah hampir mustahil
untuk mengisolasi dan mengukur pengaruh kondisi atau faktor pada perilaku orang-
orang umumnya.
Penulis mengusulkan bahwa kriminolog merumuskan hipotesis tentang atau penjelasan
nakal dan perilaku kriminal yang tidak memerlukan konsep penyebab atau kombinasi
penyebab. Teori Penahanan disarankan sebagai pengganti teori kausal. Suplemen
pernyataan berikut tiga baru ini menerbitkan laporan teori.
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
15
KOMPONEN EKSTERNAL DAN INTERNAL KENDALI
Asumsi adalah bahwa ada yang mengandung struktur sosial eksternal yang
memegang individu sejalan dan bahwa ada juga penyangga internal yang yang
melindungi orang terhadap penyimpangan dari norma-norma sosial dan hukum. Dua
penahanan bertindak sebagai pertahanan terhadap menyimpang dari norma-norma
hukum dan sosial, sebagai isolasi terhadap tekanan dan menarik, sebagai perlindungan
terhadap demoralisasi dan rayuan. Jika ada “penyebab” yang menyebabkan perilaku
menyimpang, mereka menegaskan, dinetralkan, impoten, atau dipasangkan dengan
dua penyangga yang mengandung.
Dalam industri mobil, masyarakat perkotaan seperti ada di Amerika Serikat dan
sebagian besar Eropa Utara dan Barat, keberadaan penahanan eksternal akan
ditemukan terutama dalam keluarga dan kelompok-kelompok pendukung lainnya
dimana individu secara aktif berpartisipasi. Di masa lalu, klan, lingkungan, desa, kasta,
suku dan sekte telah bertindak penyangga eksternal mendukung untuk individual di
samping keluarga.
Namun penahanan yang ada untuk individu dalam keluarga dan kelompok-kelompok
pendukung lainnya pada masyarakat modern industri perkotaan yang terdiri dari satu
atau lebih komponen-komponen berikut :
1. Struktur peran yang menyediakan ruang untuk individu.
2. Satu set batas yang wajar dan tanggung jawab anggota.
3. Sebuah kesempatan bagi individu untuk mencapai status.
4. Kohesi antara anggota, termasuk kegiatan bersama dan kebersamaan.
5. Rasa memiliki (identifikasi dengan kelompok)
6. Identifikasi dengan satu atau lebih orang dalam kelompok.
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
16
7. Penyisihan memasok cara-cara alternatif dan sarana kepuasan (ketika satu atau
lebih cara ditutup).
Penahanan internal terdiri dari “diri” komponen tersebut harus dilakukan dengan
kekuatan diri sebagai orang yang mengoperasikan. Hal ini terdiri dari :
1. Sebuah gambar yang menguntungkan diri dalam kaitannya dengan orang lain,
kelompok, dan institusi.
2. Sebuah kesadaran batin menjadi terarah, berorientasi pada tujuan orang.
3. Tingkat tinggi toleransi frustrasi.
4. Sangat diinternalisasikan moral dan etika.
5. Yang mengembangkan ego dan super ego (dalam arti Fritz Red sebagai kontrol
dan sistem manajemen perilaku).
PERNYATAAN PROBABILITAS
Bagaimana kemungkinan (kemungkinan) bahwa kejahatan resmi dan kejahatan
(melaporkan penyimpangan dari norma-norma hukum) akan terjadi atau muncul dalam
individu , dengan penilaian ini dan itu penahanan dalam dan luarnya . Jelas, orang yang
dapat diklasifikasikan sebagai kuat - kuat (kuat dalam eksternal dan kuat dalam
penahanan internal) akan memiliki kemungkinanyang sangat rendah melakukan
kejahatan atau kenakalan (menjadi menyimpang hukum), dimana sebagai individu yang
diklasifikasikan sebagai lemah lemah ( lemah di eksternal dan lemah dalam penahanan
internal) akan memiliki kemungkinanyang sangat tinggi melakukan kejahatan dan
kenakalan.
Dua penyangga yang mengandung terhadap penyimpangan , penahanan batin
adalah lebih penting dalam ponsel , pengaturan industri masyarakat modern . Hal ini
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
17
karena individu-individu dalam masyarakat tersebut menghabiskan banyak waktu
mereka jauh dari keluarga dan kelompok-kelompok pendukung lainnya yang dapat
mengandung mereka. Akibatnya mereka harus benar-benar lebih pada kekuatan batin
mereka sendiri untuk berfungsi secara kompeten. Hal ini juga mungkin bahwa terluar
secara operasional lebih penting daripada penyangga yang mengandung bagian dalam
ponsel, masyarakat kurang industri kurang mana klan, kasta, suku, desa
mempertahankan efektivitas mereka atau dalam modern.
Kedua sistem yang mengandung penyebab adalah penyangga atau isolasi
terhadap tekanan, menarik, dan mendorong. Mereka dengan berdiri tekanan, menarik,
dan mendorong. Ketika mereka tidak ada atau lemah, orang cenderung menyimpang
dari norma-norma sosial dan hukum yang berlaku, dan rentan untuk melakukan tidak
resmi (tidak dilaporkan) dan/atau pejabat (dilaporkan) kenakalan atau kejahatan. Ketika
kedua sistem yang mengandung kuat, individu tidak akan menyimpang dari norma-
norma hukum dan sosial dan tidak akan menjadi pelaku tidak resmi atau resmi. Teori
penahanan tidak hanya menjelaskan penyangga tanpa sebab terhadap penyimpangan
tetapi juga menggambarkan kemungkinan.
Skema 1. kemungkinan Kesesatan di Bergerak, Industri Maju, Masyarakat Perkotaan
Batin Penahanan (dihukum tes dalam kehidupan sehari-hari)
Penahanan eksternal Kuat Lemah
Kuat Sangat Rendah Sedang ke Cukup Tinggi
Lemah Cukup Rendah Sangat Tinggi
dikelola secara intensif, masyarakat komunis. Dalam masyarakat seperti kekuatan diri,
jauh dari struktur sosial sirkum jelaskan, tidak diuji dan kita benar-benar tidak tahu
seberapa kuat itu atau seberapa baik dapat mengelola sendiri.
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
18
PENILAIAN INDIVIDU
Demikian juga, penilaian penahanan internal dapat dibuat andal oleh psikiater
yang kompeten, psikolog, atau sosiolog. Psikolog telah divalidasi beberapa skala
kepribadian dan beberapa dari mereka dapat digunakan untuk mengukur kekuatan diri.
Ini akan menjadi tugas besar bagi psikolog penelitian, psikiater, atau sosiolog akrab
dengan teknik pengukuran, untuk memvalidasi skala yang tes beberapa komponen
kekuatan diri. Bahkan tanpa bantuan alat ukur, psikolog, psikiater, dan sosiolog bisa
membuat evaluasi klinis cukup handal dari penahanan batin, dalam hal komponen yang
tercantum di atas , melalui wawancara dengan individu. Dan dua atau lebih sama-sama
ahli yang terlatih bisa sampai pada penilaian yang sama dari diri individu independtly.
Dikenal kelompok remaja dan dewasa pelanggar dapat dinilai sesuai dengan dua
sistem yang mengandung dan perbandingan dapat dibuat dengan penilaian kelompok
sebanding (usia, jenis kelamin, kelas, agama, dll) non pelanggar dikenal .
Asumsinya adalah bahwa individu-individu dari berbagai sampel dapat dinilai
untuk kekuatan atau kelemahan dari penahanan luar dan dalam mereka dengan
metode yang setidaknya sama dengan, jika tidak unggul, pemeriksaan fisik biasa atau
jadwal informasi yang digunakan oleh perusahaan asuransi jiwa dalam menghitung
risiko pemohon. Evaluasi atau penilaian terhadap penahanan eksternal dapat
reliabilitasnya dibuat oleh seorang sosiolog terlatih, psikolog atau pekerja sosial,
bekerja di bawah seorang ahli. Dan itu harus mungkin untuk dua atau lebih peneliti
untuk mendapatkan independen rating yang sama dari penahanan eksternal individu,
sebagai hasil dari investigasi lapangan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama,
seharusnya mungkin bagi sosiolog untuk mengembangkan check list yang dapat
diandalkan dan valid atau skala untuk mengukur kekuatan penahanan eksternal, yang
akan membantu untuk standarisasi penilaian.
Anak-anak remaja yang dapat dinilai, mengatakan pada usia 12 tahun, dan
catatan kenakalan resmi dan kejahatan dewasa dapat dibuka untuk sampel percobaan
ini sampai 21 tahun. Kemudian penahanan dalam dan luar dapat dikaitkan dengan tidak
adanya kenakalan dan kejahatan, dengan onset awal dan akhir onset (ketika mereka
lakukan terjadi), untuk kelanjutan kenakalan dan kejahatan sekali setelah dimulai, dll
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
19
Skema 2. Probabilitas Kesesatan di Masyarakat Kurang Lanjutan dan sangat Dikelola
Batin Penahanan (mungkin tidak diuji sebenarnya)
Penahanan eksternal Kuat Lemah
Kuat Sangat Rendah Cukup Rendah
Lemah Sedang untuk Cukup Tinggi Sangat Tinggi
KEUNTUNGAN DALAM PENGGUNAAN TEORI KENDALI
Terlepas dari aplikasi penelitian teori, ada beberapa keuntungan yang berbeda
dan aspek realistis dalam penggunaan teori penahanan.
1. berlaku sama baik untuk kesesuaian modal, untuk tidak resmi non sesuai (tidak
terdeteksi dan tidak dilaporkan penyimpangan terhadap norma-norma sosial),
untuk tidak resmi (tidak dilaporkan) dan resmi (dilaporkan) penyimpangan
terhadap norma-norma hukum (kejahatan dan kenakalan).
2. metode penelitian dapat dikembangkan untuk menerapkan teori dan membuat
penilaian dari kedua penyangga yang mengandung.
3. psikiater, psikolog, dan sosiolog telah sering berbagi kepentingan dalam
berbagai komponen penahanan luar dan dalam. Mereka bisa sangat mudah
bergandengan tangan dalam penelitian; sangat mudah bisa membentuk tim
penelitian dengan orientasi seperti saling berbagi, mereka bisa sangat mudah
melengkapi dan memverifikasi pekerjaan masing-masing.
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
20
4. teori penahanan adalah teori operasional baik untuk pengobatan pelaku dan
pencegahan kejahatan dan kenakalan. Program kelembagaan dan masa
percobaan dan pelayanan aftercare bisa berusaha untuk membangun kekuatan
diri dan merekonstruksi mengandung penyangga luar untuk memegang
pelanggar individu dalam baris.
Penilaian penahanan luar dan dalam di usia remaja yang bisa menyediakan sarana
kasus bercak awal anak-anak rentan, sehingga orang tua, sekolah, dan lembaga
kesejahteraan mungkin membuat upaya khusus untuk mengatasi kecenderungan
kenakalan dan kejahatan. Program khusus untuk menjangkau kaum muda yang rentan
bisa fokus pada menanamkan isolasi batin yang lebih kuat terhadap penyimpangan
serta mengembangkan penahanan luar mendukung.
TEORI MIDDLE RANGE
Di antara ekstrem dorongan abnormal dan criminogenic (dipraktekkan secara
luas) kegiatan, adalah wilayah tengah besar kenakalan dan kejahatan, yang
membutuhkan penjelasan, karena itu merupakan penyimpangan hukum dan sosial.
Akibatnya, teori seperti teori penahanan diperlukan untuk menjelaskan penyimpangan
dari norma-norma hukum dan sosial serta modal sesuai dengan norma-norma tersebut.
Salah satu aspek realitas akhir juga terlihat dalam penggunaan dan penerapan kendali
Theory. Mikrokosmos mencerminkan makrokosmos. Kasus individu mencerminkan
formulasi umum. Dalam aplikasi penelitian aktual teori penahanan, setiap kasus di
berbagai sampel kriminal atau noncriminal harus dinilai dalam hal ext ernal dan
penahanan intern. Akan sulit untuk mengidentifikasi, menemukan , atau menilai ada
tidaknya komponen Lombroso itu, Feri, Tarde itu, Bonger itu, von Hentig itu, Exner, atau
teori-teori Sutherland dalam catatan kasus individu berbagai sampel populasi pidana
kriminal dan non. Dalam hal ini, dan banyak lainnya bisa disebutkan, salah satu tidak
bisa mendapatkan mikrokosmos untuk mencerminkan makrokosmos.
Mungkin aspek yang paling realistis dari teori, dari sudut pandang ilmiah dan
penelitian pandang, adalah bahwa hal itu adalah teori kisaran tengah. Ini tidak berlaku
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014
21
untuk kejahatan atau kenakalan pada ekstrem. Ini tidak berlaku untuk kejahatan atau
kenakalan yang merupakan hasil dari dorongan internal yang kuat, seperti dorongan,
kecenderungan logis untuk kepuasan kekanak-kanakan, mania, fugues, panik,
halusinasi, kecenderungan paranoidal . Diri sebagai agen pengendali orang, jika cukup
kuat, dapat mengatasi kegelisahan biasa, kekecewaan biasa, frustrasi biasa, keinginan
biasa, tapi diri sebagaimana tercantum dalam mengandung penyangga batin tidak
dapat berisi dorongan internal yang abnormal kuat.
Demikian juga, teori penahanan tidak berlaku ke ekstrim lain, di mana
mengemis, kegiatan predator, kegiatan kriminal adalah bagian dari cara hidup yang
berlaku, seperti suku-suku pidana India, Gipsi dari Eropa , membuat wiski ilegal di
wilayah Appalachian dari Amerika Serikat, keluarga yang hidup dengan mengemis, dll
Orang mewarisi ini kegiatan kriminal sosial. Prevalensi mereka adalah tatanan alam
peristiwa, karena tidak ada alternatif atau comp eting mode untuk mendapatkan nafkah.
Apa yang perlu dijelaskan dalam kasus tersebut adalah kegagalan pada bagian dari
beberapa anggota kelompok-kelompok ini untuk mengikuti mode.
Opium merokok di kalangan laki-laki di negara-negara tertentu di Asia Tenggara,
perjudian di kalangan migran Cina sebelum Perang Dunia I, penculikan perempuan
menikah di Punjab mantan hari, penggunaan machette untuk membela kehormatan
pribadi di beberapa negara Amerika Latin, penyelundupan di antara warga desa pesisir
atau desa gunung di perbatasan , mencuri kambing dan domba dari kawanan tetangga
di Timur Dekat telah cukup lazim yang harus dipertimbangkan dalam kategori yang
sama dari pengejaran diterima atau kegiatan yang tidak memerlukan penjelasan dalam
hal penyimpangan. Beberapa kriminolog sosiologis telah disebut kegiatan dan kegiatan
umum seperti " pola criminogenic ".
TEORI KRIMINOLOGI // EKO SUTOMO, SIK // 2013246014