BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf ·...

29
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai Kriminologi Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan dari berbagai aspek. Nama kriminologi pertama kali dikemukakan oleh P. Topinard, seorang ahli antropologi prancis. Kriminologi terdiri dari dua kata yakni kata crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi adalah ilmu tentang kejahatan5. seperti halnya disiplin ilmu lainnya menghendaki pembatasan atau definisi. Apabila dilihat dari kata tersebut, maka kriminologi mempunyai arti sebagai ilmu pengetahuan tentang kejahatan 6. Kriminologi tidak hanya mempelajari tentang kejahatan akan tetapi secara luas mempelajari kejahatan, pelaku kejahatan dan reaksi masyarakat atas kejahatan tersebut sebagai upaya pencegahan kejahatan7. “Kriminologi yang merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya (kriminologis teoritis atau kriminologis murni). Kriminologis teoritis adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengalaman, yang seperti ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala yang mencoba menyelidiki sebab- sebab dari gejala tersebut dengan cara-cara yang ada padanya”8. 5 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulva. 2001. Kriminologi, Rajawali Grafindo : Jakarta, hal.9 6 Tolib Effendi. 2017. Dasar-Dasar Kriminologi, Setara Press : Malang, Hal.26 7 Ibid 8 Topo Santoso dan Eva, 2012, Kriminologi, Rajawali Pers :Jakarta, Hal.9

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis Mengenai Kriminologi

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari

kejahatan dari berbagai aspek. Nama kriminologi pertama kali

dikemukakan oleh P. Topinard, seorang ahli antropologi prancis.

Kriminologi terdiri dari dua kata yakni kata crime yang berarti kejahatan

dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi adalah ilmu

tentang kejahatan5. seperti halnya disiplin ilmu lainnya menghendaki

pembatasan atau definisi. Apabila dilihat dari kata tersebut, maka

kriminologi mempunyai arti sebagai ilmu pengetahuan tentang kejahatan6.

Kriminologi tidak hanya mempelajari tentang kejahatan akan tetapi secara

luas mempelajari kejahatan, pelaku kejahatan dan reaksi masyarakat atas

kejahatan tersebut sebagai upaya pencegahan kejahatan7.

“Kriminologi yang merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan

menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya (kriminologis teoritis atau

kriminologis murni). Kriminologis teoritis adalah ilmu pengetahuan yang

berdasarkan pengalaman, yang seperti ilmu pengetahuan lainnya yang

sejenis, memperhatikan gejala-gejala yang mencoba menyelidiki sebab-

sebab dari gejala tersebut dengan cara-cara yang ada padanya”8.

5 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulva. 2001. Kriminologi, Rajawali Grafindo : Jakarta, hal.9

6 Tolib Effendi. 2017. Dasar-Dasar Kriminologi, Setara Press : Malang, Hal.26

7 Ibid

8 Topo Santoso dan Eva, 2012, Kriminologi, Rajawali Pers :Jakarta, Hal.9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

12

Menurut Moeljatno, menyatakan bahwa “Kriminologi merupakan

ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan kelakuan jelek dan tentang

orangnya yang tersangkut pada kejahatan dan kelakuan jelek itu”9. Dengan

demikian, kriminologi merupakan salah satu cabang ilmu yang termasuk

dalam bidang ilmu hukum. Jika dibedakan lebih rinci kriminologi

merupakan salah satu bagian dari ilmu sosial, namun perlu dipahami jika

kriminologi tidak dapat dipisahkan dengan bidang ilmu hukum.

Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan

yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui

definisi ini, Bonger lalu membagi kriminologi ini menjadi kriminologi

murni yang mencakup:

1. Antroplogi kriminil

Dalam antropologi kriminil menjelaskan tentang ilmu pengetahuan

tentang manusia jahat (somatic). Ilmu pengetahuan ini memberikan

jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya mempunyai

tanda-tanda seperti apa? Apakah ada hubungan antara suku bangsa

dengan kejahatan dan seterusnya.

2. Sosiologi kriminil

Ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala yang ada

dimasyarakat. Pokok persoalan yang dijawab oeh bidang ilmu ini adalah

sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.

3. Psikologi Kriminil

9 Moeljatno, 1986, Kriminologi, Bina Aksara : Jakarta, Hal.6

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

13

Ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya.

4. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil

Ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf

5. Penologi

Ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.10

Kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum,

pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum. Kriminologi

olehnya dibagi menjadi tiga cabang ilmu utama11:

a. Sosiologi hukum, kejahatan itu adalah perbuatan hukum dilarang dan

diancam dengan suatu sanksi. Di sini memiliki sebab-sebab kejahatan

harus pula menyelidiki faktor-faktor apa yang menyebabkan

perkembangan hukum (khususnya hukum pidana)

b. Etiologi kejahatan, merupakan cabang ilmu kriminolgi yang mencari

sebab musabab dari kejahatan. Dalam ilmu kriminologi, etiologi

kejahatan merupakan kajian yang paling utama

c. Penologi, pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman, akan tetapi

Sutherland memasukkan hak – hak yang berhubungan dengan usaha

pengendalian kejahatan baik represif maupun prevetif. Kejahatan

merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat dipahami dari

berbagai sisi yang berbeda.

10 Yesmil Anwar dan Adang. 2013, Kriminologi, PT Refika Aditama:Bandung, hal.30 11 Ibid, hal,11

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

14

Kriminologi tidak hanya diterjemahkan dari kata crimen dan logos

saja, terdapat banyak literatur yang memberikan definisi tentang

kriminologi. Sutherland dan Cressey berpendapat, bahwa : kriminologi

adalah keseluruhan pengetahuan yang membahas kejahatan sebagai suatu

gejala sosial12. Kemudian selanjutnya Robert F. Meier dalam bukunya crime

and society mendefinisikan Criminology is the study of law making, law

breaking and responses to the law breaking13 Maka dari itu obyek studi

kriminologi melingkupi:

a) Kejahatan

Hal inilah yang membedakan kriminologi dengan hukum pidana,

dikarenakan jika objek kajian kriminologi merupakan kejahatan

sedangkan objek kajian Hukum Pidana adalah tindak pidana. Kejahatan

yang terus berkembang dan didefinisikan dalam berbagai sudut

pandang, dari hal inilah yang menjadikan salah satu factor

perkembangan kriminologi.

Dengan demikian yang perlu dijelaskan yakni kejahatan didefinisikan

secara luas dan bentuk kejahatan tidak sama menurut tempat dan waktu.

Dengan mempelajari kejahatan dan jenis jenis yang telah dikualifikasi

dengan baik, kriminologi diharapkan dapat mempelajari tingkat

kesadaran hukum masyarakat terhadap kejahatan yang dicantumkan

dalam undang-undang pidana.

12 Tolib Effendi, Op.cit, hal.29 13 Robert F. Meier .1989. Crime and Society, Allyn and Bacon, Massachusetts, hal. 28

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

15

b) Pelaku

Jika sebelumnya telah dijelaskan terkait dengan kejahatan maka obyek

selanjutnya adalah pelaku kejahatan. Pelaku adalah orang yang

melakukan kejahatan, sering juga disebut sebagai penjahat. Hermann

Mannheim mengemukakan tiga pendekatan yang dapat dilakukan

dalam mempelajari kejahatan dan pelaku kejahatan14:

a. Pendekatan deskriptif, dalam hal ini yang dimaksud pendekatan

deskriptif adalah salah satu pendekatan dengan cara melakukan

observasi dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan fakta

suatu kejahatan dan pelaku kejahatan. Hal yang termasuk dalam

berkaitan yakni tingkah laku criminal, bagaimana sebuah kejahatan

itu dilakukan, frekuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang

berbeda lalu ciri ciri khas seorang pelaku kejahatan hingga

perkembangan karis seorang pelaku kejahatan.

b. Pendekatan sebab akibat, hubungan sebab akibat dalam kriminologi

berbeda dengan sebab akibat dalam hukum pidana, maka dalam

kriminologi hubungan sebab akibat dicari setelah hubungan sebab

dan akibat dalam hukum pidana telah terbukti. Secara sederhananya

mengetahui mengapa pelaku melakukan kejahatan.

c. Pendekatan secara normatif, objek kajian kriminologi dalam hal ini

kejahatan dan pelaku kejahatan beberapa pakar membatasi pada

tataran formil dan normatif. Bianchi menyatakan, apabila kejahatan

14 Made Darma Weda. 1996. Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta,hal.1

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

16

itu merupakan konsep yuridis, berarti merupakan dorongan bagi

kriminologi untuk mempelajari norma-norma, maka dari itu

kriminologi bersifat normatif. Meskipun kriminologi adalah sesuatu

hal yang mempelajari yang bersifat normatif, tetapi kriminologi

sendiri bersifat faktual.

c) Reaksi masyarakat terhadap perbuatan melanggar hukum dan pelaku

kejahatan, pada akhirnya masyarakatlah yang menentukan tingkah laku

yang bagaimana yang tidak dapat dibenarkan, dalam hal ini bertujuan

untuk mempelajari pandangan serta tanggapan masyarakat dari

perbuatan yang timbul yang dinilai merugikan atau membahayakan.

Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Suatu perbuatan baru dapat

dikatakan sebagai kejahatan bila ia mendapat reaksi dari masyarakat15.

Salah satu cara dalam mempelajari suatu masyarakat adalah dengan melihat

pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana

masing-masing berhubungan satu sama lain16. Maka dari itu beberapa ahli

berpendapat tentang teori kriminologi untuk memberikan penjelasan yang

lebih detail tentang ilmu kejahatan sendiri, diantaranya :

1. Teori Ketegangan (Strain Theory)

Teori ini dikemukakan oleh sosiolog perancis yakni Emille Durkheim

dan Robert K. Merton. Durkheim menggunakan istilah anomi untuk

menyebut suatu kondisi yang mengalami regulasi, teori ini

15 Topo Santoso dan Eva Achyani Zulfa, Op.cit, hal.5

16 Ibid, hal.58

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

17

menggambarkan keadaan yang kacau tanpa peraturan. Dapat dikatakan

dengan anomi adalah suatu keadaan, dimana dalam suatu masyarakat,

tidak adanya kesempatan, adanya perbedaan struktur kesempatan untuk

mencapai sebuah tujuan (cita-cita). Kedua factor inilah yang

menyebabkan masyarakat menjadi frustasi; terjadinya konflik; adanya

ketidakpuasan yang tidak didasarkan kepada norma yang berlaku,

inilah yang disebut anomi17. Durkheim ingin menyampaikan secara

sederhana, bahwa factor penyebab kejahatan adalah kondisi

perekonomian seseorang saja, namun tidak terpaku pada factor

ekonomi saja, bagaimana masyarakat bisa memenuhi kebutuhan

hidupnya jika kondisi perekonomian makro suatu negara juga tidak

mampu menjamn kebutuhan hidup warga negaranya.

Selanjutnya Robert Merton mengungkapkan bahwa perilaku

menyimpang dianggap sebagai suatu tingkah laku abnormal karena hal

itu berawal pada individu. Tingkah laku yang menyimpang ini

disebabkan karena adanya kesenjangan antara tujuan hidup yang ingin

dicapai dengan cara untuk menggapai tujuan tersebut. Maka dari itu

Robert menjelaskan jika perlu adanya 2 unsur yang ada dalam

masyarakat yakni tujuan yang harus diperjuangkan dan cara

mencapainya.

Berdasarkan penjelasan diatas, struktur sosial dalam hal ini merupakan

akar dari masalah kejahatan yang terjadi. Ketidaksesuaian antara fakta

17 Yesmil Anwar dan Adang,Op.Cit hal.88

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

18

dan angan-angan tersebut berakibat pada ketegangan (strain) dan

frustasi yang pada gilirannya akan menimbulkan respon psikofisis pada

individu dan berakhir dengan terjadinya kekerasan atau perlawanan18.

Strain Teori ini berasumsi bahwa orang itu taat hukum, tetapi dibawah

tekanan besar mereka akan melakukan kejahatan. Robert Merton

menyatakan bahwa munculnya perilaku kejahatan ini disebabkan

karena struktur kesempatan yang tidak merata, dari hal inilah

menimbulkan frustasi dalam masyarakat yang tidak dapat menggapai

tujuannya. Tekanan-tekanan dalam masyarakat yang terus menerus

berjalan dan berlanjut inilah yang menyebabkan kriminal terjadi.

2. Teori Differential Association

Teori ini diperkenalkan oleh Edwin H. Sutherland pada tahun 1934

dalam bukunya Principle of Criminology. Menurutnya perilaku

kriminal merupakan perilaku yang dipelajari didalam lingkungan

sosial, artinya semua tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai

cara. Namun tidak hanya dalam satu versi namun Sutherland

memperkenalkan dalam dua versi sehingga mengembangkan teorinya.

Sehingga dapat disimpulkan jika munculnya teori asosiasi diferensial

ini didasarkan karena setiap orang akan menerima dan mengakui pola

perilaku yang dapat dilakukan, kegagalan untuk mengikuti pola tingkah

laku dapat menimbulkan sesuatu yang bersifat tidak harmonis dan

18 Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi dalam

Penanggulangan Kejahatan Siber, Pandecta, Volume 13, No 1, June 2018, hal.13

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

19

konflik budaya adalah prinsip dasar dalam menjelaskan kejahatan.

Menurutnya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang ini

disebabkan oleh perbedaan pergaulan dan interaksi dengan orang yang

berbeda latar belakangnya.

3. Teori Kontrol Sosial

Teori ini dikemukakan oleh Travis Hirschi yang menjelaskan jika

perilaku kriminal merupakan kegagalan kelompok-kelompok sosial

konvensional seperti keluarga, sekolah, kawan sebaya untuk

mengikatkan atau terikat dengan individu. Dalam teori ini merumuskan

jika manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki moral murni,

maka dari itu dianggap jika manusia memiliki kebebasan untuk

melakukan sesuatu hal. Namun dalam teori yang dikemukakan oleh

Travis ini sendiri menitikberatkan pada sekelompok orang yang taat

hukum sehingga tidak semua orang melanggar hukum.

Lalu berkembanglah teori ini hingga pada tahun 1951, Albert J. Reiss

Jr menggabungkan konsep kepribadian dan sosialisasi dengan hasil

penelitian sehingga menghasilkan teori kontrol sosial yang dibagi

menjadi dua yakni personal control yaitu kemampuan seseorang untuk

menahan diri agar dalam memenuhi kebutuhannya tidak menggunakan

cara yang melanggar norma dan social control dimana kemampuan

kelompok sosial untuk dapat melaksanakan norma-nroma atau

peraturan untuk menjadi lebih efektif.

4. Teori Labelling

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

20

Teori ini muncul pada tahun 1960 yang banyak dipengaruhi oleh aliran

Chicago. Teori ini mengukur mengapa terjadinya kejahatan namun

terdapat dua konsep dengan makna yang berbeda yakni pertama

menjelaskan mengapa dan bagaimana orang diberikan label dan

selanjutnya pengaruh dari label tersebut atas perilaku atau tindakan

yang telah dilakukan.

Menurut teori ini sebuah tindak kejahatan dapat terjadi karena aturan

lingkungan, sifat individualistic serta reaksi masyarakat terhadap

kejahatan. Proses pemberian label ini juga menyebabkan seseorang

melakukan kejahatan dikarenakan salah satu konsep tersebut dapat

membentuk karakter kriminal pada diri seseorang

5. Teori Kesempatan

Teori ini dikemukakan oleh Richard A. Cloward dan Lloyd E. Ohlin

yang menjelaskan jika sebuah kejahatan dan bentuk bentuk perilakunya

bergantung pada kesempatan, baik kesempatan patuh norma maupun

kesempatan penyimpangan norma.

6. Teori Disorganisasi sosial

Teori ini dikemukakan oleh Clifford R. Shaw dan Henry D yang

menjelaskan jika status yang dimiliki suatu masyarakat lebih tinggi

maka angka kejahatan cenderung rendah dan sebaliknya, faktor

ekonomi yang sangat mempengaruhi seseorang melakukan sebuah

tindak pidana.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

21

B. Tinjauan Teoritis Mengenai Kejahatan

Kejahatan merupakan tanda yang diberikan kepada orang yang

melakukan perbuatan jahat, dengan demikiran pelaku disebut juga dengan

penjahat. Kejahatan bukanlah konsep baru dalam sejarah peradaban

manusia. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sendiri

tidak mendefinisikan secara jelas terkait kejahatan, namun KUHP telah

mengatur sejumlah delik kejahatan yang diatur dalam buku kedua. Dalam

hal ini tindak kejahatan bisa dilakukan baik wanita maupun pria dan tidak

memandang status sosial.

Dalam pandangan kriminologi (positivistis) di Indonesia, kejahatan

dipandang sebagai : pelaku yang telah diputus oleh pengadilan; perilaku

yang perlu deskriminalisasi; perbuatan yang mendapat reaksi sosial19.

Beberapa ahli kriminologi merumuskan kejahatan sebagai berikut :

a. Menurut W.A Bonger, kejahatan merupakan perbuatan anti sosial yang

secara sadar mendapatkan reaksi dari negara berupa pemberian derita dan

kemudian, sebagai reaksi-reaksi terhadap rumusan hukum (legal

definition) mengenai kejahatan 20.

b. Sutherland, kejahatan adalah perilaku yang dilarang oleh negara karena

merugikan, terhadapnya negara bereaksi dengan hukuman sebagai upaya

untuk mencegah dan memberantasnya21

19 Yesmil Anwar dan Adang, Op.cit, hlm 178

20 W.A. Bonger .2018. Pengantar Tentang Kriminologi, PT Pembangunan: Jakarta

21 Yesmil Anwar dan Adang, Loc.Cit.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

22

c. Sue Titus Reid, kejahatan adalah suatu tindakan sengaja, dalam

pengertian ini seseorang tidak hanya dapat dihukum karena pikirannya,

melainkan harus ada suatu tindakan atau kealpaan dalam bertindak.

Dalam hal ini kegagalan dalam bertindak dapat juga dikatakan sebagai

kejahatan, jika terdapat suatu kewajiban hukum untuk bertindak dalam

kasus tententu, disamping itu pula harus ada niat jahat22.

Menurut Memorie van Toelichting, sebagai dasar dari pembedaan

antara kejahatan dan pelanggaran adalah perbedaan antara rechtsdelicten

(delik hukum) dan wetsdelicten (delik undang-undang). Pelanggaran

termasuk dalam wetsdelicten, yaitu peristiwa-peristiwa yang untuk

kepentingan umum dinyatakan oleh undang-undang sebagai suatu hal yang

terlarang. Sedangkan kejahatan termasuk dalam rehtsdelicten (delik

hukum), yaitu peristiwa- peristiwa yang berlawanan atau bertentangan

dengan asas-asas hukum yang, hidup dalam keyakinan manusia. dan

terlepas dari undang-undang.

Menurut Kartono bahwa : “secara yuridis formal, kejahatan adalah

bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan,

merupakan masyarakat, asocial sifatnya dan melanggar hukum serta

undang-undang pidana”23. Ringkasnya, secara yuridis formal, kejahatan

adalah bentuk tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana.

22 Sue Titus Reid, Crime and Criminology, New York : Holt, Rinehart and Wiston, p.5 23 Roeslan Saleh. 1998. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. PT Aksara Baru :

Jakarta, hal.13

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

23

Selanjutnya, semua tingkah laku yang dilarang oleh undang-undang harus

dijauhi.

Namun secara sosiologis, kejahatan adalah segala bentuk ucapan,

perilaku dan tingkah laku yang secara umum dapat merugikan masyarakat

dikarenakan melanggar norma-norma susila yang tumbuh dimasyarakat.

Menurut objek hukum yang diserangnya, kejahatan dapat dibagi

dalam:

a) Kejahatan ekonomi, kejahatan ini lebih memfokuskan terhadap sistem

ekonomi dan pembangunan suatu masyarakat maupun dalam bidang

keuangan. Kejahatan yang dilakukan memiliki dampak luas dalam

perekonomian masyarakat.

b) Kejahatan politik dan pertahanan keamanan, kejahatan yang

menyerang organisasi yang timbul dari berfungsinya negara tersebut

serta mengancam sistem keamanan dan pertahanan suatu negara

c) Kejahatan kesusilaan, segala kejahatan yang berhubungan dengan

masalah kesusilaan.

d) Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda, kejahatan dalam bentuk

penyerangan terhadap nyawa orang lain yang mengakibatkan hilangnya

nyawa dan kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain.

C. Tinjauan Yuridis Mengenai Tindak Pidana Penipuan

Strafbaar feit merupakan istilah asli bahasa Belanda yang

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan berbagai arti diantaranya,

yaitu : tindak pidana, delik, perbuatan pidana, peristiwa pidana, maupun

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

24

perbuatan yang dapat dipidana24. Apa yang dimaksud dengan tindak pidana,

menurut Simons didefinisikan sebagai suatu perbuatan yang diancam

dengan pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum,

dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung

jawab25.

Dengan adanya tindak pidana juga merupakan bentuk tanggung

jawab negara untuk memberlakukan hukum pidana melalui alat

pelengkapnya seperti kepolisian, kejaksaan serta pengadilan. Namun dalam

memberlakukan hukum pidana sehingga seseorang dapat dinyatakan

bersalah perlu untuk memenuhi unsur unsur yang telah dirumuskan menjadi

tindak pidana. Jika salah satu unsur tindak pidana ini tidak terpenuhi maka

proses penuntutan yang diajukan oleh jaksa penuntut umum tidak dapat

dilanjutkan atau batal demi hukum.

Pertanggungjawaban pidana dapat dilakukan jika seseorang telah

memenuhi semua unsur tindak pidana sebagaimana yang dirumusukan

didalam pasal undang-undang pidana. Jika dibagi menurut unsurnya, secara

umum tindak pidana terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur subyektif dan

unsur obyektif, yaitu:

b. Unsur Subyektif, unsur ini merupakan unsur yang ada dalam diri pelaku

sifatnya melekat. Banyaknya perbedaan pendapat para ahli terkait unsur

24 Rony Wiyanto. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Mandar Maju : Bandung, hal.160

25 Ibid

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

25

subyektif dalam tindak pidana yang berbeda maka dapat disimpulkan

yang meliputi unsur subyektif adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan bertanggung jawab (toerekeningswatbaarheit)

2. Kesalahan (schuld) yang meliputi Kesengajaan (dolus) dan Kealpaan

(culpa)

c. Unsur Obyektif, unsur ini merupakan unsur yang berasal dari luar diri

pelaku. Yang termasuk dalam unsur obyektif seperti, perbuatan /

tindakan, suatu akibat dan suatu keadaan.

Tindak pidana penipuan diatur dalam KUHP Buku II. Tindak pidana

penipuan merupakan kejahatan tentang harta benda dan dalam pokoknya

tindak pidana telah diatur dalam Pasal 378 KUHP. Penipuan juga mengatur

perbuatan yang ditujukan terhadap harta benda dimana oleh pelaku

didapatkan dengan cara menipu maupun menggunakan tipu muslihat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tipu

berarti kecoh, daya acara, perbuatan atau perkataan yang tidak jujur dalam

artian melakukan kebohongan palsu dst, dengan maksud untuk mencari

sebuah keuntungan.

Dalam pengertian secara yuridis tindak pidana penipuan dapat

dilihat dari rumusan KUHP. Namun yang perlu diketahui adalah rumusan

KUHP bukanlah suatu definisi namun hanya menentukan unsur-unsur

sehingga seseorang dapat dikatakan melakukan penipuan jika telah

memenuhi unsur unsur tersebut. Penipuan yang diatur dalam pasal 378

KUHP adalah sebagai berikut :

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

26

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntukan diri sendiri atau

orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau

martabat palsu dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian

kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang

sesuatu kepadanya atau supaya memberi hutang maupun

menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana

penjara paling lama empat tahun”

Seseorang yang melakukan penipuan adalah menerangkan sesuatu

seolah olah betul atau terjadi, tetapi sesungguhnya perkataan itu adalah tidak

sesuai dengan kenyataannya, karena tujuannya hanya untuk meyakinkan

orang yang menjadi sasaran agar diakui keinginannya, sedangkan

menggunakan nama palsu agar yang bersangkutan tidak diketahui

identitasnya26.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka tindak pidana penipuan

memiliki unsur yang dibagi menjadi dua yakni sebagai berikut:

a. Unsur Subyektif, dalam sebuah tindak pidana penipuan meliputi :

1. Dengan maksud

Dalam hal ini istilah “dengan maksud” menunjukkan adanya unsur

kesengajaan dalam tindak pidana penipuan. Kesengajaannya ini

berasal dari diri pelaku dan ketika seseorang melakukan penipuan

26 H. Dudung Mulyadi, S.H.,M.H, Unsur-Unsur Penipuan dalam Pasal 378 KUHP dikaitkan

dengan Jual Beli Tanah, Volume 5 No.2- September, hal.211

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

27

bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum.

2. Untuk menguntungkan diri sendiri

Menguntungkan memberikan arti menambah kekayaan dari yang

sudah ada baik menambah hartanya sendiri maupun orang lain.

3. Secara melawan hukum

Yang dimaksud dengan secara melawan hukum yakni perbuatannya

bertentangan dengan apa yang dikehendaki masyarakat. Dalam hal ini

pelaku melakukan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang atau

melawan hukum materiil, sesuai dengan rumusan tindak pidana

penipuan.

b. Unsur Obyektif

1. Menggerakkan orang lain

Menggerakkan dalam konteks Pasal 378 KUHP ialah dengan

menggunakan tindakan-tindakan maupun perkataan-perkataan yang

bersifat menipu27.

Dalam KUHP sendiri tidak memberikan penjelasan secara rinci terkait

istilah menggerakan (Bewegen). Objek yang dipengaruhi dalam hal

ini adalah kehendak orang lain sehingga perlu adanya mempengaruhi

atau menanamkan pengaruh terhadap orang lain.

2. Untuk menyerahkan suatu/benda

27 Dr.Tongat,SH.,M.Hum. 2015. Hukum Pidana Materiil, UMM Press : Malang, hal.62

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

28

Oleh karena unsur “kesengajaan”, maka ini berarti unsur

“penyerahan” haruslah merupakan akibat langsung dari adanya daya

upaya yang dilakukan oleh si penipu. Dengan demikian antara

perbuatan menyerahkan yang dilakukan oleh orang yang terkena tipu

dengan daya upaya yang dilakukan oleh penipu haruslah ada

hubungan kasual28. Pengertian benda dalam penipuan yaitu sebagai

benda yang berwujud dan bergerak.

3. Untuk memberi hutang dan menghapus piutang

Dalam hal ini perkataan hutang diartikan sebagai suatu perjanjian atau

perikatan. Memberikan hutang tidak dapat diartikan sebagai

memberikan pinjaman uang belaka, melainkan diberi pemahaman

sebagai membuat suatu perikatan hukum yang membawa akibat

timbulnya kewajiban bagi orang lain untuk menyerahkan atau

membayar sejumlah uang tertentu. Sedangkan menghapuskan piutang

mempunyai pengertian yang lebih luas yakni menghapuskan segala

macam perikatan hukum yang sudah ada sehingga menghilangkan

kewajiban pelaku29.

4. Dengan menggunakan daya upaya seperti:

a. Memakai nama palsu

Pemakaian nama palsu ini akan terjadi apabila seseorang

menyebutkan suatu nama yang bukan Namanya, dengan demikian

28 Ibid,hal.63 29 Adirwan Akbar, Skripsi : Tinjauan Yuridis terhadap Tindak Pidana Penipuan, Universitas

Hasanuddin Makassar:2015, hal. 31

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

29

menerima barang yang harus dierahkan kepada orang yang

namanya disebutkan tadi30.

b. Martabat palsu

Dengan menggunakan martabat palsu menyebutkan dirinya dalam

keadaan yang tidak benar sehingga mencipatkan atau memiliki

hak-hak tertentu, sederhananya mengaku memiliki suatu jabatan

tertentu.

c. Dengan tipu muslihat dan rangkaian kebohongan

Yang dimaksud dengan tipu muslihat lebih berwujud berupa

perbuatan yang sedemikian rupa hingga menyebabkan

kepercayaan sedangkan rangkaian kebohongan berupa ucapan

sehingga memberikan kesan jika yang diucapkan itu adalah benar

adanya.

Pada dasarnya tindak pidana penipuan itu adalah dengan maksud

untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

dengan nggunakan upaya-upaya penipuan seperti yang disebutkan dalam

Pasal 378 KUHP.

Perkembangan teknologi yang terus maju mengakibatkan

perkembangan kejahatan juga terus bertambah, salah satunya adalah

penipuan menggunakan media elektronik ataupun yang sering disebut

penipuan online. Tindak pidana penipuan online ini merupakan salah satu

30 Dr.Tongat,SH.,M.Hum, Op.cit, hal. 63

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

30

penyalahgunaan teknologi informasi, dengan memberikan atau

memasukkan data yang tidak benar.

Bruce D. Mandelblit menjelaskan jika penipuan online atau penipuan

berbasis internet dengan merujuk pada jenis penipuan yang menggunakan

media internet seperti ruang chat, email, website untuk melakukan transaksi

penipuan dengan media lembaga-lembaga keuangan seperti bank atau

lembaga-lembaga lain yang memiliki hubungan tertentu. Dengan hal ini

pengertian Bruce tersebut berarti penipuan online adalah penipuan dengan

menggunakan layanan internet atau perangkat lunak akses internet untuk

menipu korban dengan tujuan mengambil keuntungan darinya31.

Regulasi yang mengatur tentang tindak pidana penipuan online yang

sekarang marak terjadi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang informasi dan transaksi elektronik. Pada pasal 28 ayat (1) berbunyi:

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita

bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen

dalam Transaksi Elektronik”

Penyebaran berita bohong dan penyesatan merupakan kesamaan

pengartian dengan penipuan. Secara umum penipuan memang telah diatur

dalam Pasal 378 KUHP, sehingga unsur yang ada dalam Pasal 28 ayat (1)

31 Maskun dan Wiwik Meilararti. 2017. Aspek Hukum Penipuan Berbasi InterneI, Keni Media :

Bandung, hal.44

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

31

memiliki beberapa kesamaan dengan tindak pidana penipuan konvensional

namun memiliki ciri khas yang berbeda yakni melalui media elektronik.

Pada dasarnya Pasal 28 ayat (1) UU ITE ini memiliki tujuan untuk

memberikan perlindungan terhadap para pengguna internet dalam

bertransaksi melalui media elektronik. Meskipun terlihat sama pada Pasal

28 ayat (1) UU ITE ada perbedaan prinsip tentang unsur menguntungkan

diri sendiri, pada pasal ini tidak tercantum sehingga diuntungkan atau

tidaknya pelaku penipuan tidak menghapus unsur pidana akibat

perbuatannya dengan terbuktinya menimbulkan kerugian orang lain.

Perdagangan secara elektronik memang tidak menutup kemungkinan

dapat dilakukan lebih mudah dan cepat, sehingga hanya perlu modal

kepercayaan maka transaksi dapat dilakukan. Akibat adanya berita bohong

tersebut menimbulkan kerugian terhadap konsumen, kerugian yang

dimaksud adalah kerugian ekonomis yang dapat diperhitungkan secara

materiil.

Pasal 28 ayat (1) UU ITE memiliki karakteristik unsur yang lebih

spesifik dibandingkan Pasal 378 KUHP jika dalam pemidanaan tindak

pidana penipuan online, sehingga pasal dalam UU ITE merupakan lex

specialis derogt legi generalis dari pasal dalam KUHP.

D. Tinjauan Teoritis mengenai Cyber Crime

Teknologi pada saat ini memegang peran penting baik dimasa

sekarang maupun masa yang akan datang. Kemajuan teknologi informasi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

32

sekarang dan kemungkinannya dimana yang tidak lepas dari dorongan yang

dilakukan oleh perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi

komputer. Perkembangan ini juga meliputi internet, yakni digunakan

sebagai media yang mampu membawa perubahan total dalam kehidupan

masyarakat.

Meskipun perkembangan teknologi pada saat ini memberikan

dampak positif namun tidak menutup kemungkinan justru dengan

perkembangan ini digunakan sebagai celah para pelaku kejahatan untuk

melancarkan aksinya. Kejahatan yang dilakukan menggunakan jaringan

internet disebut dengan kejahatan telematika atau yang sering disebut

dengan cybercrime.

Sebelum memahami terkait cyber crime maka perlu mengerti jelas

tentang cyber space, yakni sebuah dunia yang berbasis komputer yang

sering disebut dengan internet. Kehadiran teknologi canggih komputer

dengan jaringan internet telah membawa dampak yang besar bagi manusia

tidak hanya dalam perusahaan atau pemerintahan namun telah menjangkau

hingga kehidupan pribadi. Seiring berkembangnya kemajuan teknologi

didalamnya juga membawa konsekuensi dimana semakin mudahnya para

pelaku kejahatan untuk melancarkan aksinya.

Penyalahgunaan yang terjadi pada cyber space inilah yang disebut

cybercrime atau kejahatan dunia maya adalah perbuatan yang menggunakan

media telekomunikasi sebagai perantaranya. Cyber crime disisi lain, bukan

hanya menggunakan kecanggihan teknologi komputer tetapi juga

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

33

melibatkan teknologi telekomunikasi didalam pengoperasiannya32. Namun

Batasan yang dapat dianggap menjadi kejahatan dunia maya atau cyber

crime masuk dalam cakupan yaitu33:

a. Pembajakan

b. Penipuan

c. Pencurian

d. Pornografi

e. Pelecehan

f. Pemfitnahan

g. Pemalsuan.

Kejahatan dunia maya (cyber crime) ini muncul seiring dengan

perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat. Kejahatan cyber

secara hukum bukanlah kejahatan sederhana karena tidak menggunakan

sarana konvesional tetapi menggunakan komputer dan internet34.

Menurut Indra Safitri mengemukakan, kejahatan dunia maya adalah

jenis kejahatan yang berkaitan dengan pemanfaatan sebuah teknologi

informasi tanpa batas serta memiliki karakteristik yang kuat dengan sebuah

rekayasa teknologi. yang mengandalkan kepada tingkat keamanan yang

32 Ari Juliano Gema, Cyber crime : sebuah fenomena di dunia maya, diakses pada

www.interpol.go.id

33 Maskun, SH., LLM. 2012. Kejahatan siber cyber crime suatu pengantar, Kencana : Jakarta,

hlm.50 34 Dian Ekawati Ismail, Cyber Crime di Indonesia, Inovasi, Volume 6, Nomor 3, September 2009

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

34

tinggi dan kredibilitas dari sebuah informasi yang disampaikan dan diakses

oleh pelanggan internet35.

Kejahatan yang berhubungan erat dengan teknologi berbasis internet

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, antara lain36:

a. Unauthorized access to computer system and service

Kejahatan yang dilakukan kedalam suatu system jaringan komputer

secara tidak sah, maupun tanpa izin dari pemilik system jaringan

komputer. Pelaku kejahatan sering disebut dengan hacker melakukan

dengan tujuan sabotase atau pencurian informasi penting dan rahasia

b. Illegal contents

Kejahatan dengan memasukan data atau informasi ke internet tentang

sesuatu hal yang tidak benar dan dianggap melanggar hukum serta

mengganggu ketertiban umum seperti pemuatan berita bohong atau

fitnah yang merusak martabat pihak lain, hal hal yang berhubungan

dengan pornografi, rahasia negara.

c. Data forgery

Kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen penting yang

tersimpan melalui internet sehingga dapat memberikan keuntungan

kepada pelaku.

d. Cyber espionage

35 Indra Safitri, 1999, Tindak Pidana Di Dunia Cyber” dalam Insider, Legal Journal From Indonesian

Capital & Investmen Market

36 Maskun, SH.,LLM., Op.Cit,hlm.51

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

35

Kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet yang melakukan

kegiatan mata mata terhadap pihak lain dengan memasuki system

jaringan komputer pihak korban hal ini biasanya dilakukan karena

adanya saingan bisnis.

e. Cyber Sabotage and extortion

Kejahatan yang dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan dan

penghancuran terhadap suatu data atau system jaringan komputer yang

tersambung dengan internet, hal ini dapat dilakukan dengan

memberikan virus komputer sehingga program komputer tidak berjalan

dengan semestinya.

f. Offence against intellectual property

Kejahatan yang ditujukan terhadap hak kekayaan intelektual yang

dimiliki seorang di internet. Dapat berupa penyiaran suatu informasi di

internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain.

g. Infringements of privacy

Kejahatan yang ditujukan terhadap informasi seseorang yang

merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia, dapat berupa nomor

kartu kredit, nomor pin ATM dll.

Dengan demikian cyber crime merupakan kegiatan yang

memanfaatkan komputer sebagai sarana atau media yang didukung oleh

sistem telekomunikasi, baik menggunakan telepon atau wireless system

yang menggunakan antena khusus yang nirkabel. Dengan seiring

berjalannya waktu sehingga banyaknya tindak pidana yang berkembang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

36

memaksa perkembangan hukum juga perlu berjalan beriringan. Untuk

melindungi para pengguna internet dari tindak pidana yang dilakukan maka

dibentuklah Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

transaksi elektronik sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang

Nomor 19 tahun 2016. Menurut Undang-Undang.

Menurut Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2016 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Internet dan

Transaksi Elektronik, ancaman hukuman minimum terhadap perbuatan

cyber crime paling lama dipidana penjara 6 (enam) tahun dan atau denda

Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), sedangkan ancaman maksimal

paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling banyak

Rp.12.000.000.000,- (dua belas milyar rupiah).

E. Tinjauan Teoritis mengenai Penanggulangan Kejahatan

Kebijakan penanggulangan kejahatan itu sendiri merupakan bagian

dari kebijakan penegakan hukum yang mana merupakan salah satu upaya

untuk melindungi dan memberikan keamanan kepada masyarakat. Politik

kriminal pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari kebijakan

sosial yaitu kebijakan atau upaya untuk mencapai kesejahteraan sosial37.

Bentuk upaya penanggulangan kejahatan dibagi menjadi 2 yakni

jalur penal yang mana lebih terfokus pada sifat represif yakni bentuk

pemberantasan setelah kejahatan terjadi, lalu selanjutnya jalur non penal

37 Barda Nawawi Arief. 2008, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan

Penyusunan Konsep KUHP Baru). Kencana Prenada Media Group : Jakarta, hal. 2

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

37

yang lebih terfokus pada sifat preventif yakni bentuk pencegahan sebelum

kejahatan terjadi.

Menurut G.P Hoefnagels yang dikutip oleh Barda Nawawi Arief,

bahwa upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan :

1. Penerapan hukum pidana

2. Pencegahan tanpa pidana

3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan

pemidanaan lewat media massa.38.

Berdasarkan penjelasan terkait upaya penanggulangan kejahatan

sebelumnya maka secara garis besar dibagi menjadi dua yakni jalur penal

dan jalur non penal.

a. Upaya penanggulangan kejahatan dengan upaya penal

Upaya penanggulangan melalui jalur penal dapat dikatakan sebagai

upaya yang dilakukan melalui jalur hukum pidana ataupun melalui

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya ini lebih

menitikberatkan pada upaya penanggulangan yang bersifat represif yang

mana upaya ini dilakukan setelah adanya kejahatan terjadi dengan

penegakan hukum.

Beberapa hal yang harus dipenuhi agar hukum dapat berlaku secara

efektik menurut Soerjono Soekanto yakni :

38 Ibid, hal. 45

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

38

1. Hukum positif yang tertulis yang ada harus mempunyai taraf

sinkronisasi vertical dan horizontal yang jelas

2. Para penegak hukum harus mempunyai kepribadian yang baik dan

dapat memberikan teladan dalam kepatuhan hukum

3. Fasilitas yang mendukung proses penegak hukum harus memadai

4. Warga masyarakat harus dididik agar dapat mematuhi hukum.39

Kejahatan terjadi akibat banyaknya faktor yang sangat kompleks maka

dari itu dengan adanya upaya penanggulangan penal yang mana

dilakukans sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

khususnya hukum pidana maka sangat diperlukan guna melindungi

kepentingan masyarakat serta memberikan keamanan dan kesejahteraan

sosial.

b. Upaya penanggulangan kejahatan dengan upaya non-penal

Upaya penanggulangan melalui jalur non penal ini sendiri dapat

dikatakan sebagai upaya yang dilakukan dengan bentuk pencegahan.

Upaya ini lebih menitikberatkan pada upaya yang bersifat preventif yang

mana perlu adanya upaya pencegahan sebelum adanya kejahatan yang

terjadi. Dalam upaya non-penal ini akan lebih terfokus pada menangani

faktor penyebab sebuah kejahatan sehingga dapat langsung memahami

terkait dengan kondisi sosial masyarakat.

39 Barda Nawawi, 1994. Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana

Penjara. Ananta : Semarang, hal. 117

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Mengenai …eprints.umm.ac.id/61459/3/BAB II.pdf · 2020. 5. 13. · Hadianto Djanggih dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-teori Kriminologi

39

Penanggulangan melalui upaya non- penal ini sendiri dapat ditelusuri

lebih dalam melalui berbagai sumber yang memiliki potensi, dapat

dilakukan melalui pemanfaatan kemajuan teknologi yakni media massa

dan dapat melakukan pemanfaatan dari aparat penegak hukum. Dalam

hal ini tidak hanya pihak kepolisian saja yang melakukan upaya non

penal namun masyarakat merupakan salah satu unsur yang paling

berpengaruh sebagai faktor penangkal kejahatan dengan membentuk dan

menjadikan masyarakat yang lebih berwawasan luas.

Kebijakan non penal disini akan dinilai lebih mampu melakukan

penanganan terhadap faktor penyebab terjadinya kejahatan yang

berpusat pada beberapa masalah sosial yang ada pada masyarakat karena

dirasa dapat langsung menyentuh ke akar permasalahan dari sebuah

kejahatan.