Teori Psikoanalisis Menurut Erickson Dan Sigmund Freud

download Teori Psikoanalisis Menurut Erickson Dan Sigmund Freud

of 4

Transcript of Teori Psikoanalisis Menurut Erickson Dan Sigmund Freud

  • 7/31/2019 Teori Psikoanalisis Menurut Erickson Dan Sigmund Freud

    1/4

    Teori Psikoanalisis menurut Erickson dan Sigmund Freud

    Diarsipkan di bawah: Kesehatan Mentalleon @ 00:34

    Teori Psikoanalisis menurut EricksonErickson memberi jiwa baru ke dalam Teori Psikoanalisis, dengan memberi

    perhatian yang lebih besar kepada Ego daripada Id dan Superego. Dia masih

    menghargai Teori Freud, namun mengembangkan ide-ide khususnya dalam

    hubungannya dengan tahap perkembangan dan peran sosial terhadap pembentuk

    Ego. Ego berkembang melalui respon terhadap kekuatan dalam dan kekuatan

    lingkungan sosial. Ego bersifat adaptif dan kreatif, berjuang aktif (otonomi)

    membantu diri menangani dunianya. Erickson masih mengakui adanya kualitas dan

    inisiatif sebagai bentuk dasar pada tahap awal, namun hal itu hanya

    bisaberkembang dan matang melalui pengalaman sosial dan lingkungan. Dia juga

    mengakui sifat rentan Ego,defenseyang irasional,efek trauma-anxiety-

    guiltyang langgeng, dan dampak lingkungan yang membatasi dan tidak peduli

    terhadap individu. Namun menurutnya Ego memiliki sifat Adaptif, Kreatif, dan

    Otonom (adaptable, creative, dan autonomy). Dia memandang lingkungan bukan

    semata-mata menghambat dan menghukum (Freud), tetapi juga mendorong dan

    membentu individu. Ego menjadi mampu-terkadang dengan sedikit bantuan dari

    terapis-menangani masalah secara efektif.

    Perkembangan kepribadian dalam teori psikoanalisis Erickson

    1. Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun).

    Perkembangan basic trust, essensial. Dalam derajat tertentu diperlukan juga

    perkembangan ketidakpercayaan (mistrust) untuk mendeteksi suatu bahaya atau

    suatu yang tidak menyenangkan & membedakan orang-orang yang dapat dipercaya /

    tidak.

    2. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early chilhood : 1/1,5-3 tahun).

    Mulai mengembangkan kemandirian. Bisa timbul kegelisahan, ketakutan dan

    kehilangan rasa pencaya diri apabila suatu kegagalan terjadi.

    3. Inisiatif VS Rasa Bersalah (late chilhood:3-6th).

    Komponen positif adalah berkembangnya inisiatif. Modalitas dasar

    psikososialnya : membuat, campur tangan, mengambil inisiatif ,

    membentuk, melaksanakan pencapaian tujuan dan berkompetisi

    4. Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6-12 tahun).

    Dimulai industrial age. Pengalaman berhasil memberikan rasa produktif,

    menguasai dan kompetitif. Kegagalan menimbulkan perasaan tidak adekuat &

    inferioritas merasa diri tidak tidak berguna.

    5. Identitas dan Penolakan VS difusi Identitas ( masa remaja: 12-20 tahun).

    Tahap perkembangan sebelumnya memberi kontribusi yang berarti pada

    pembentukkan Identitas dapat terjadi krisis identitas. Fungsi dasar remaja :

    mengintegrasikan berbagai identifikasi yang mereka dapat pada masa kanak-

    kanak untuk melengkapi proses pencarian identitas.

    6. Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early adulthood : 20-35 th).

    Perkembangan identitas mendasari perkembangan keakraban indvidu dengan oranglain. Kemampuan mengembangkan hubungan dengan sejenis/lawan jenis. Salah satu

    aspek keintiman adalah solidaritas. Jika keintiman gagal dicapai, individu

    cenderung menutup diri.

    7. Generativitas VS Stagnasi/ mandeg ( middle adulthood : 35-65 th ).

    Generativitas bertitik tolak pada pentingnya dan pengarahan generasi

    berikutnya. Penting menumbuhkan upaya-upaya kreatif dan produktif . Bila

    generativitas gagal, terjadi stagnasi.

    http://leon.blogdetik.com/2011/03/01/teori-psikoanalisis-menurut-erickson-dan-sigmund-freud/http://leon.blogdetik.com/category/kesehatan-mental/http://leon.blogdetik.com/category/kesehatan-mental/http://leon.blogdetik.com/2011/03/01/teori-psikoanalisis-menurut-erickson-dan-sigmund-freud/
  • 7/31/2019 Teori Psikoanalisis Menurut Erickson Dan Sigmund Freud

    2/4

    8. Integritas VS Keputusasaan (later years: diatas 65 th).

    Secara ideal telah mencapai integritas Integritas : menerima keterbatasan

    hidup, merasa menjadi bagian dari generasi sebelumnya, memiliki rasa kearifan

    sesuai bertambahnya usia, merupakan integrasi akhir dari tahap-tahap

    sebelumnya. Bila integritas gagal : timbul keputusasaan, penyesalan terhadap

    apa yang telah dan belum dilakukannya, ketakutan dalam menghadapi kematian.

    Teori Psikoanalisis menurut Sigmund Freud

    Teori psikologi yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologi atau yang

    paling dominan dalam analisis karya sastra adalah teori Psikoanalisis Sigmund

    Freud. Menurut Freud, psikoanalisis ialah sebuah metode perawatan medis bagi

    orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu

    jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami

    penyimpangan mental dan saraf.

    Lebih lanjut lagi, menurut Fudyartanta psikoanalisis merupakan psikologi

    ketidak-sadaran, perhatian-perhatiannya tertuju ke arah bidang-bidang

    motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-

    sifat karakter. Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud ketika ia

    menangani neurosis dan masalah mental lainnya.

    Menurut Corey, sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan

    praktek psikoanalitik mencakup:(1) Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap

    sifatmanusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia.

    (2) Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.

    (3) Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat

    terhadap kepribadian di masa dewasa.

    (4) Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk

    memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan

    dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari

    luapan kecemasan.

    (5) Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan

    dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi,

    dan transferensi-transferensi

    Dalam teori psikoanalisis yang dipakainya, kepribadian dipandang sebagai

    suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur dan sistem, yakniId (Das Es),Ego (Das Ich),danSuperego (Das Uber Ich). Ketiga sistem kepribadian inisatu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku

    manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Id adalah

    komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego

    merupakan komponen sosial.

    Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai ketiga sistem kepribadian

    menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud:

    1. Id

    Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem kepribadian yang paling

    dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri bawaan. Adapun menurut

    Palmquist, id ialah bagian bawah sadar psikis yang berusaha memenuhi dorongan

    naluriah dasar. Lebih lanjut lagi menurut Corey, id merupakan tempat

    bersemayam naluri-naluri. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, mendesak,dan bersifat tidak sadar. Id hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh

    nilai, etika, dan akhlak. Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id

    merupakan sumber semua energi psikis, yakni libido, dan pada dasarnya

    bersifat seksual.

    Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original dalam kepribadian dan

    dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu hawa nafsunya saja

    tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan bagian

    ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama

    individu.

  • 7/31/2019 Teori Psikoanalisis Menurut Erickson Dan Sigmund Freud

    3/4

    Id bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip kenikmatan, yang bisa dipahami

    sebagai dorongan untuk selalu memenuhi kebutuhan dengan serta merta. Fungsi

    satu-satunya id adalah untuk mengusahakan segera tersalurnya kumpulan-

    kumpulan energi atau ketegangan yang dicurahkan dalam jasadnya oleh

    rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia bertugas

    menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya motivasional, yang

    dengan kata lain disebut dengan insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya

    dengan kebutuhan. Penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan ini disebut

    dengan proses primer.

    2. Ego

    Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang bertindak sebagai

    pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya

    berdasarkan prinsip kenyataan. Adapun menurut Ahmadi, ego tampak sebagai

    pikiran dan pertimbangan. Ego bertindak sebagai lawan dari Id. Ego timbul

    karena adanya kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi

    yang sesuai dengan dunia kenyataan.

    Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah

    eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego

    merupakan tempat berasalnya kesadaran, biarpun tak semua fungsinya bisa

    dibawa keluar dengan sadar.

    Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untukberhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego dapat membedakan sesuatu

    yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang ada di dunia luar. Peran

    utama ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan insting dengan keadaan

    lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.

    Menurut Bertenstugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri

    dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar. Ego juga mengontrol apa yang

    mau masuk kesadaran dan apa yang akan dikerjakannya. Ego menghubungkan

    organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia

    mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id

    untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses penyelesaian

    ini disebut dengan proses sekunder.

    3. Superego

    Superego ialah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-

    aturan yang sifatnya evaluatif. Ia bertindak sebagai pengarah atau hakim bagi

    egonya. Menurut Kartono Superego adalah zat yang paling tinggi pada diri

    manusia, yang memberikan garis-garis pengarahan ethis dan norma-norma yang

    harus dianut. Superego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan,

    karena itu dapat dianggap sebagai aspek moral kepribadian.

    Adapun superego menurut Palmquist, adalah bagian dari jiwa manusia yang

    dihasilkan dalam menanggapi pengaruh orangtua, guru, dan figur-figur otoritas

    lainnya pada masa anak-anak. Inilah gudang psiki bagi semua pandangan tentang

    yang benar dan yang salah.

    Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego

    merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada kesenangan,

    melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan

    hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan

    mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosadan rendah diri.

    Lebih lanjut lagi, Menurut Hall dan GardnerFungsi utama dari superego antara

    lain (1) sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id

    agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat

    diterima oleh masyarakat; (2) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai

    dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan (3) mendorong individu kepada

    kesempurnaan. Superego senantiasa memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat

    yang berbeda ke alam bawah sadar. Superego, bersama dengan id, berada di alam

    bawah sadar.

  • 7/31/2019 Teori Psikoanalisis Menurut Erickson Dan Sigmund Freud

    4/4

    Jadi superego cenderung untuk menentang, baik ego maupun id, dan membuat

    dunia menurut konsepsi yang ideal. Ketiga aspek tersebut meski memiliki

    karakteristik sendiri dalam prakteknya, namun ketiganya selalu berinteraksi

    secara dinamis.

    Mekanisme Pertahanan Ego

    Mekanisme pertahahan ego termasuk dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud.

    Timbulnya mekanisme pertahanan ego tersebut, karena adanya kecemasan-

    kecemasan yang dirasakan individu. Maka, mekanisme pertahanan ego terkait

    dengan kecemasan individu. Adapun definisi kecemasan ialah perasaan terjepit

    atau terancam, ketika terjadi konflik yang menguasai ego. Kecemasan-kecemasan

    ini ditimbulkan oleh ketegangan yang datang dari luar.

    Sigmund Freudsendiri mengartikan mekanisme pertahanan ego sebagai strategi

    yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-

    dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan

    agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.

    Mekanisme-mekanisme pertahanan ego itu tidak selalu patologis, dan bisa

    memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup untuk

    menghindari kenyataan. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang digunakan oleh

    individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang

    dialaminya.

    Lebih lanjut lagi, semua mekanisme pertahanan ego memiliki dua ciri umum,yakni (1) mereka menyangkal, memalsukan atau mendistorsikan kenyataan, dan

    (2) mereka bekerja secara tidak sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang

    terjadi.

    Menurut Freud, sebenarnya ada bermacam bentuk mekanisme pertahanan ego yang

    umum dijumpai, tetapi peneliti hanya mengambil sembilan macam saja, yakni:

    (1) represi, (2) sublimasi, (3) proyeksi, (4) displacement, (5)

    rasionalisasi, (6) pembentukan reaksi atau reaksi formasi, (7) melakonkan,

    (8) nomadisme, dan (9) simpatisme.

    Konsep alam bawah sadar Freud sering didera kritik. Kalangan behavioris,

    humanis dan eksistensialis oercaya bahwa:

    a. Dorongan-dorongan dan persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan alambawha sadar ternyata lebih sedikit dari perkiraan Freud,

    b. Bahwa alam bawah sadar ternyata tidak serumit dan sekompleks yangdibayangkan Freud. Sebagian psikolog masa kini mengartikan alam bawah

    sadar dengan apa pun yang tidak perlu atau tidak ingin kita lihat.

    Bahkan ada teoritikus yang tidak menggunakan konsep alam bawah sadar

    ini sama sekali.