Teori Perubahan Perilaku.docx

10
NAMA : SEPTIA PUJI MAYASARI NIM : G1A112075 TEORI PERUBAHAN PERILAKU 1. PRECEDE-PROCEED Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong (Renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan Perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Teori ini merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal dengan kerangka kerja Precede dan Proceed. Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja Precede dan Proceed adalah sebagai berikut: Precede terdiri dari: 1. Predisposing; 2. Reinforcing; 3. Enabling cause in educational diagnosis and evaluation. Akan memberikan wawasan spesifik menyangkut evaluasi. Kerangka kerja ini menunjukkan sasaran yang sangat terarah untuk intervensi. Precede digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program. Proceed terdiri dari: 1. Policy;

description

teori perubahan perilaku

Transcript of Teori Perubahan Perilaku.docx

Page 1: Teori Perubahan Perilaku.docx

NAMA : SEPTIA PUJI MAYASARINIM : G1A112075

TEORI PERUBAHAN PERILAKU

1. PRECEDE-PROCEED

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku

(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (Renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan Perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Teori ini merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang dapat digunakan dalam

mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan

kesehatan atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat

perencanaan kesehatan yang dikenal dengan kerangka kerja Precede dan Proceed.

Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja Precede dan Proceed adalah sebagai berikut:

Precede terdiri dari:

1.      Predisposing;

2.      Reinforcing;

3.      Enabling cause in educational diagnosis and evaluation.

Akan memberikan wawasan spesifik menyangkut evaluasi. Kerangka kerja ini menunjukkan sasaran yang

sangat terarah untuk intervensi. Precede digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan

tujuan program.

Proceed terdiri dari:

1.      Policy;

2.      Regulation;

3.  Organizational and environmental development.

Menampilkan kriteria tahapan kebijakan dan implementasi serta evaluasi.

Bekerja menggunakan precede dan proceed, mengajak orang berpikir deduktif, untuk memulai

dengan akibat akhir dan bekerja ke belakang ke arah sebab-sebab yang asli. Adapun penjelasan dari tiap

fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah sebagai berikut:

Page 2: Teori Perubahan Perilaku.docx

Fase 1 (diagnosa sosial)

Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas hidupnya dan aspirasi

untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Partisipasi

masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam diagnosis sosial dan telah lama menjadi prinsip dasar

bagi kesehatan dan pengembangan komunitas. Hubungan sehat dengan kualitas hidup merupakan

hubungan sebab akibat.  Input pendidikan kesehatan, kebijakan, regulasi dan organisasi menyebabkan

perubahan out come, yaitu kualitas hidup. Fase ini membantu masyarakat (community) menilai kualitas

hidupnya tidak hanya pada kesehatan. Adapun untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan

mengidentifikasi masalah kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS,

Media massa), group method. Hubungan sebab akibat dapat terjadi secara langsung melalui kebijakan

sosial, intervensi pelayanan sosial, kebijakan kesehatan dan program kesehatan.

Fase 2 (diagnosa epidemiologi)

Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang, baik

langsung maupun tidak langsung. Yaitu penelusuran masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi

penyebab dari diagnosa sosial yang telah diprioritaskan. Ini perlu dilihat data kesehatan yang ada

dimasyarakat berdasarkan indikator kesehatan yang bersifat negatif yaitu morbiditas dan mortalitas, serta

yang bersifat positif yaitu angka harapan hidup, cakupan air bersih, cakupan rumah sehat.

Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya:

a. Masalah yang mempunyai dampak terbesar pada kematian, kesakitan, lama hari kehilangan kerja,

biaya rehabilitasi, dan lain-lain.

b.      Apakah kelompok ibu dan anak-anak yang mempunyai resiko.

c.       Masalah kesehatan yang paling rentan untuk intervensi.

d.      Masalah yang merupakan daya ungkit tinggi dalam meningkatkan status kesehatan, economic

savings.

e.       Masalah yang belum pernah disentuh atau di intervensi.

f.       Apakah merupakan prioritas daerah/nasional.

Fase 3 (diagnosa perilaku dan lingkungan)

Pada fase ini terdiri dari 5 tahapan, antara lain:

a. Memisahkan penyebab perilaku dan non perilaku dari masalah kesehatan.

b. Mengembangkan penyebab perilaku

1)      Preventive behaviour (primary, secondary, tertiary)

2)      Treatment behaviour

c.       Melihat important perilaku

1)      Frekuensi terjadinya perilaku

2)      Terlihat hubungan yang nyata dengan masalah kesehatan

Page 3: Teori Perubahan Perilaku.docx

d.       Melihat changebility perilaku

e.       Memilih target perilaku

Fase 4 (diagnosa pendidikan dan organisasi )

Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status kesehatan atau kualitas hidup

dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus diubah

untuk kelangsungan perubahan perilaku dan lingkungan. Merupakan target antara atau tujuan dari

program.

Tahap proses menyeleksi faktor dan mengatur program:

a.       Identifikasi dan menetapkan faktor-faktor menjadi 3 kategori

Mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku dan dipilah-pilah sesuai dengan 3 kategori yang ada:

predisposing, enabling, dan reinforcing factors.

Fase 5 (diagnosa administrasi dan kebijakan)

Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan kejadian-kejadian dalam organisasi yang

mendukung atau menghambat perkembangan promosi kesehatan.

a.       Administrative Diagnosis

1)      Memperkirakan atau menilai resorces/sumber daya yang dibutuhkan program

2)      Menilai resorces yang ada didalam organisasi atau masyarakat

3)      Mengidentifikasi faktor penghambat dalam mengimplementasi program

Tahap diagnosa administrasi, antara lain:

1)      Menilai kebutuhan sumber daya

a)      Time

b)      Personnel

c)      Budget

2)      Menilai ketersediaan sumber daya

a)      Personnel

b)      Budgetary contraints (keterbatasan budget)

3)      Menilai penghambat implementasi

a)      Staff commitment and attitude

b)      Goal conflict

c)      Rate of change

d)      Familiarity

e)      Complexity

f)       Space

g)      Community barriers

Page 4: Teori Perubahan Perilaku.docx

b.      Policy Diagnosis

1)      Menilai dukungan politik

2)      Dukungan regulasi atau peraturan

3)      Dukungan sistem didalam organisasi

4)      Hambatan yang ada dalam pelaksanaan program

5)      Dukungan yang memudahkan pelaksanaan program

Tahapan diagnosa kebijakan, antara lain:

1)      Menilai kebijakan, regulasi dan organisasi

a)      Issue of loyality

b)      Consistency

c)      Flexibility

d)      Administrative of professional direction

2)      Menilai kekuatan politik

a)      Level of analysis

b)      The zero-sum game

c)      System approach

d)      Exchange theory

e)      Power equalization approach

f)       Power educative approach

g)      Conflict approach

h)     Advocacy and education and community development

Implementasi:

Kunci keberhasilan implementasi:

1.    Pengalaman

2.      Sensitif terhadap kebutuhan

3.      Fleksibel dalm situasi kondisi

4.      Fokus pada tujuan

5.      Sense of humor

Evaluasi dan Accountability:

Evaluasi: membandingkan tujuan dengan standar object of interest:

1.      Mengukur quality of life

2.      Indikator status kesehatan

3.      Faktor perilaku dan lingkungan

4.      Faktor predisposing, enabling, reinforcing

5.      Aktivitas intervensi

Page 5: Teori Perubahan Perilaku.docx

6.      Metode

7.      Perubahan kebijakan, regulasi atau organisasi

8.      Tingkat keahlian staf

9.      Kualitas penampilan dan pendidikan

b. BEHAVIOUR CHANGE

Teori Prochaska merupakan suatu teori yang dikembangkan oleh James O. Prochaska dan kawan-

kawan pada awal tahun 1980. Teori ini sebenarnya merupakan teori perubahan bertahap yang mereka

pakai untuk mengubah perilaku perokok. Dasar pemikirannya bahwa kebiasaan merokok itu tidak dapat

langsung diubah atau dihilangkan namun melalui pentahapan. Tahun 1990-an teori ini dikembangkan

lebih lanjut untuk mengubah perilaku seseorang yang mulanya buruk menjadi lebih baik. Kelebihan teori

ini adalah penerapannya yang dilakukan secara bertahap dan tidak langsung memaksa seseorang untuk

berubah secara drastis.

Jika diterapkan secara benar dan berkesinambungan maka metode yang dikemukakan dalam teori

Prochaska dapat menimbulkan kesadaran bagi seseorang dan membuat orang tersebut berubah menjadi

lebih baik. Teori Prochaska ini diterapkan bagi orang yang memiliki profesi yang berhubungan dengan

kemasyarakatan (pelayanan kepada masyarakat). Karena profesi yang berhubungan dengan

kemasyarakatan sangat membutuhkan individu yang berkelakuan baik, bertanggung jawab dan dapat

melayani masyarakat. Permasalahannya adalah tidak semua individu memiliki sikap melayani atau

mengayomi masyarakat dengan baik. Maka diperlukan suatu usaha dari individu tersebut untuk

mengubah dirinya menuju ke kebiasaan hidup dan perilaku yang lebih baik.

Tahap – tahap perubahan diri yang dilakukan berdasarkan teori Prochaska adalah :

1. Precontemplation (Pra-pengakuan)

Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa depan yang dapat diduga

pada umunya enam bulan ke depan. Orang-orang yang mungkin termasuk di langkah ini adalah

mereka yang tidak diberitahu tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat menentang

atau tanpa motivasi atau mempersiapkan promosi kesehatan.

Untuk individu seperti ini program promosi kesehatan tradisional sering tidak dirancang sesuai

dengan keputusan mereka.

Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses:

1. Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.

2. Dramatic relief: adanya reaksi seara emosional

3. Environmental reevaluation: mempertimbangkan pandangan ke lingkungan.

Page 6: Teori Perubahan Perilaku.docx

2. Contemplation (Pengakuan/Perenungan)

Orang-orang berniat untuk merubah ke enam bulan berikutnya. Mereka sadar akan pro mengubah

perilaku tetapi juga sangat sadar akan memberdayakan. Tahapan ini menyeimbangkan anatara biaya

dan keuntungan untuk menghasilkan dua sifat bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode

lama. Belum membuat keputusan yang tepat suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke preparation

melalui proses:

Self-reevaluation: penilaian kembali pada diri sendiri

3. Preparation for Action (Persiapan untuk berubah)

Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa mendatang. Secara khas mereka

mengambil keputusan penting dari masa yang lalu. Individu ini mempunyai suatu rencana kegiatan

seperti sambungan suatu kelas pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter mereka, membeli suatu

buku bantuan diri atau bersandar pada suatu perubahan.

Pada tahap preparation ke action melalui proses : self liberation

4. Action (Pelaksanaan tindakan)

Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan perilaku. Banyaknya

anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam model ini perilaku tidak menghitung semua

tindakan. Langkah action adalah juga langkah dimana kewaspadaan melawan terhadap berbuat tidak

baik lagi adalah kritis. Mulai aktif berperilaku yang baru.

Pada tahap action ke maintenance melalui proses:

1. Contingency managemen : adanya penghargaan, bisa berupa punishment juga.

2. Helping relationship: adanya dorongan/dukungan dari orang lain untuk mengubah perilaku.

3. Counter conditioning: alternatif lain dari suatu perilaku.

4. Stimulus control: adanya control pengacu untuk merubah perilaku.

5. Maintenance (Kelanjutan/Pembinaan)

Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi tetapi mereka tidak

menggunakan proses perubahan sering seperti halnya orang-orang dalam perang. Suatu langkah yang

mana diperkirakan untuk terakhir. Ketika hasil dari maintenance positif/dapat mengubah perilaku

yang lebih baik maka akan terjadi termination/perhentian.

Ketika setelah maintenance terjadi relaps maka bisa kembali pada tahap contemplation-preparation-

action-maintence. Tidak lagi kembali ke Precontemplation, karena sudah ada kesadaran niat.

Apabila kelima tahap di atas dilakukan secara berkesinambungan dapat menimbulkan perilaku baru

yang lebih sehat dan sifatnya permanen. Teori Perubahan Bertahap ini telah berhasil diterapkan di

Amerika dan Eropa untuk merubah perilaku pecandu rokok; peminum alkohol; orang yang punya

masalah kelebihan berat badan (obesitas) dan penderita HIV/AIDS. Tetapi semua itu bergantung pada

kesungguhan dan niat individu masing-masing.

Page 7: Teori Perubahan Perilaku.docx

c. HEALTH BELIEF MODEL

Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio psikologis, munculnya model

ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau

masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh

provider, kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit

(preventif health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan (Fieldtheory,

1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model).

Health Belief Model (HBM) didasarkan atas 3 faktor esensial;

1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau

memperkecil resiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku itu sendiri.

3. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman

individu. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan

terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, dan

adanya kepercayaan perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.

Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh

karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas

kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang

serupa.

Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang

berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari pertimbangan orang mengenai kesehatan. HBM ini digunakan

untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. HBM merupakan model kognitif yang berarti bahwa

khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Kemungkinan individu akan

melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian

kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian.

Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini

mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman

bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa, bila ancaman yang dirasakan tersebut, maka perilaku pencegahan

juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada, yaitu :

1. Ketidak kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan kemungkinan bahwa

orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka.

2. Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) merupakan orang-orang yang mengevaluasi

seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan atau

Page 8: Teori Perubahan Perilaku.docx

membiarkan penyakitnya tidak ditangani. Penilaian kedua yang dibuat adalah perbandingan antara

keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau tidak

yang berkaitan dengan dunia medis, dan mencakup berbagai ancaman perilaku, seperti check-up untuk

mencegah atau pemeriksaan awal dan imunisasi.

Perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan

terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang mendasarkan pada pengetahuan biologi. Memang

kenyataannya demikian, setiap individu mempunyai cara yang berbeda didalam mengambil tindakan

penyembuhan atau pencegahan, meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang

diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut.

Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan oleh individu menstimulasi

dimulainya suatu proses sosial psikologis. Apabila individu bertindak untuk mengobati penyakitnya, ada

empat variabel yang terlihat dalamtindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan (perceivet

susceptibility) agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan

bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut dan keseriusan yang dirasakan( perceived

seriousness), tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula

oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat, manfaat dan rintangan yang

dirasakan, apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap serius, ia akan

melakukan suatu tindakan tertentu, tergantung pada manfaat yang dirasakan dari rintangan yang

ditemukan, isyarat atau tanda-tanda untuk mendapatkan tingkat penerimaanyang benar tentang

kerentanan, kegawatan, dan keuntungan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor

eksternal, misalnya pesan-pesan pada media masa, nasehat atau anjuran teman atau anggota keluarga, dan

sebagainya.