TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

10

Click here to load reader

Transcript of TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

Page 1: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sebuah agama. Agama

adalah suatu ajaran atau keyakinan yang harus dipercayai. Di samping itu agama

bisa kita jadikan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

adanya agama kita bisa mengetahui dan membedakan antara hal-hal yang baik dan

yang buruk. Di sisi lain dengan agama, kita bisa tahu tentang syari’at-syari’at

(peraturan) dan tata cara dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring dengan bergulirnya sang waktu, agama selalu mengalami

perkembangan yang signifikan. Terbukti dengan adanya salah satu kejadian,

misalnya; terjadinya perbedaan jatuhnya hai Raya Idul Fitri.

Oleh karena itu, agama muncul untuk membantu menjawab masalah-

masalah yang menjadi perhatian paling utama.

B. Definisi Agama

Pada dasarnya tidak ada istilah yang tepat untuk mendefinisikan agama

pada umumnya, tetapi dalam makalah ini akan sedikit kami paparkan definisi

agama dalam The Encyclopedia of Philosophy:

Menurut James Martineau; “Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan

yang selalu hidup, yakni kepada Jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam

semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.”

Sedangkan menurut Herbert Spencer; “Agama adalah pengakuan bahwa

segala sesuatu adalah manifestasi dari Kuasa yang melampaui pengetahuan

kita.” [1]

Mukti Ali sendiri menegaskan bahwa agama adalah “percaya pada Tuhan

Yang Maha Esa” atau definisi agama dari Argyle dan Bait-Hallami yang berkata

bahwa agama adalah “sistem kepercayaan pada kuasa Ilahi atau di atas manusia,

dan praktik pemujaan atau ritual lainnya yang diarahkan kepada kuasa

tersebut.”[2]

Page 2: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

Di sisi lain Batson, Schoenrade, dan Ventis mendefinisikan agama secara

fungsional: “Agama adalah apa saja yang kita lakukan sebagai individu dalam

usaha kita mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi karena kita sadar bahwa

kita, dan yang lain seperti kita, hidup dan bakal mati.” [3]

Menurut Freud, ‘Agama ditandai dengan dua ciri yang menonjol:

kepercayaan yang kuat pada Tuhan dalam sosok bapak dan ritus-ritus wajib yang

dijalankan secara menjelimet (rumit).” [4] Freud menyimpulkan, bahwa

kepercayaan dan praktik keagamaan berakar pada pengalaman universal kanak-

kanak. Karena pada usia dini, anak-anak menganggap orangtua, terutama bapak

sebagai orang yang mahatahu dan mahakuasa. Pada masa ini, orangtua memberi

perlindungan dan kasih sayang yang penuh untuk anak-anak mereka. Hal ini

dilakukan oleh para orangtua mereka, agar anak-anak mereka merasa tentram dan

nyaman berada di sisi orangtua mereka.

Menurut Freud, “Agama adalah ilusi.” Hal ini berarti bahwa agama adalah

hasil pemuasan keinginan dan bukan hasil pengamatan dan pemikiran.[5] Lebih

dari itu, agama adalah ilusi yamg berbahaya baik bagi individu maupun

masyarakat. Individu yang diajari dogma agama pada usia dini dan keudian

dihambat untuk berpikir kritis terhadapnya, besar kemungkunan akan didomonasi

oleh hambatan-hambatan berpikir dan akan mengendalikan impulsnya melalui

represi yang ditimbulkan oleh ketakutan.

C. Kebenaran Datangnya Agama

Agama sesungguhnya tidak mudah diberikan definisi atau dilukiskan,

karena agama mengambil beberapa bentuk yang bermacam-macam diantara suku-

suku dan bangsa bangsa di dunia. Watak agama adalah suatu subyek yang luas

dan kompleks yang hanya dapat ditinjau dari pandangan yang bermacam-macam

dan membingungkan. Akibatnya, terdapatlah keanekaragaman teori tentang watak

agama seperti teori antropologi, sosiologi, psikologi, naturalis dan teori kealaman.

Sebagai akibat dari keadaan tersebut, tak ada suatu definisi tentang agama yang

dapat diterima secara universal.Kesulitan memahami realitas agama salah satunya

direspon oleh The Encyclopedia of Philosophy dengan memberikan daftar

komponen-komponen agama. Menurut Encyclopedia itu, agama mempunyai ciri-

Page 3: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

ciri khas (characteristic features of religion) sebagai berikut : 1. Kepercayaan

kepada wujud supranatural (Tuhan). 2. Pembedaan antara yang sakral dan yang

profan.3. Tindakan ritual yang berpusat pada obyek sakral.4. Tuntunan moral

yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan.5. Perasaan yang khas agama (takjub,

misteri, harap, cemas, merasa berdosa, memuja) yang cenderung muncul di

tempat sakral atau diwaktu menjalankan ritual, dan kesemuanya itu dihubungkan

dengan gagasan Ketuhanan.6. Sembahyang atau doa dan bentuk-bentuk

komunikasi lainnya dengan Tuhan.7. Konsep hidup di dunia dan apa yang harus

dilakukan dihubungkan dengan Tuhan.8. Kelompok sosial seagama, seiman atau

seaspirasi. Bicara soal agama, bagaimana pun juga, tidak bisa tidak kita harus

terlebih dahulu memahami definisi agama. Dalam bahasa Arab agama disebut

‘Din’ yang secara bahasa berarti ketaatan, perilaku, hukum dan peraturan dsb.

Dalam istilah, Din berarti keyakinan kepada Sang Pencipta manusia dan alam

semesta serta ajaran-ajaran amaliah yang sesusai dengan keyakinan ini. Atas dasar

ini orang yang tidak meyakini adanya Sang Pencipta dan menganggap segala

fenomena alam ini sebagai kejadian spontan atau semata-mata terjadi karena

interaksi alam natural disebut sebagai orang yang tak beragama (ateis). Sebaliknya

orang yang menyakini adanya Sang Pencipta alam semesta disebut sebagai orang

yang beragama. Sekalipun keyakinannya atas ritual-ritual agamanya mengalami

penyimpangan dan khurafat. Maka dari itu, agama terbagi menjadi hak dan

batil.Din juga dapat didefinisikan sebagai peraturan Allah yang membawa orang-

orang berakal kearah kebahagiaan dunia dan akhirat, yang mencakup masalah

aqidah dan amal. Ia adalah suatu sistem yang mencakup peraturan-peraturan yang

menyeluruh, serta merupakan “undang-undang” yang lengkap dalam semua

urusan hidup manusia untuk kita terima dan mengamalkannya secara total.

Agama adalah tata-tertib yang mengatur hubungan antara makhluk dengan

Kahlik-Nya. Ia mengandung petunuk-petunjuk hidup manusia duniawi dan

ukhrawi. Sebagian orang memberi penilaian benar atau tidaknya sebuah agama,

sengat tergantung pada kehadiran Kitab Sucinya, kenabian, kelengkapan Syari`at,

serta ketaatan penganutnya terhadap Khalik yang dianutnya. Masalahnya, karena

hal agama adalah hak asasi yang paling mendasar dan manusia bebas memilih.

Page 4: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

Perlu kami ingatkan bahwa pengertian agama di sini adalah cara hidup

yang bermoral. Cara hidup yang disukai Allah. Cara yang dipilihNya dan yang

paling tepat bagi semua jenis manusia. Cara hidup yang terbebas dari takhayul-

takhayul dan mitos-mitos, dan sepenuhnya di bawah bimbingan Al-Qur’an.

Agama menciptakan lingkungan moral yang sangat aman dan nyaman.

Sikap anarkis yang menyebabkan kerusakan pada bangsan dan negara terhenti

sama sekali karena rasa takut kepada Allah. Orang tidak lagi melakukan tindakan

yang merugikan ataupun berbuat kerusuhan. Orang-orang yang memegang nilai-

nilai moral siap bangkit bagi bangsa dan negaranya serta tidak hendak berhenti

untuk berkorban. Orang-orang semacam ini selalu berusaha untuk kesejahteraan

dan keamanan negaranya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menyaksikan

berbagai ragam agama dan kepercayaan hidup menusia. Tetapi, bagaimanapun

ragam dan jumlahnya, dia dapat kita golongkan kedalam dua kelompok, yaitu:

1. Agama yang lahir atas dasar wahyu (agama wahyu)

2. Agama yang lahir atas dasar budaya manusia.

Agama wahyu ialah agama yang dalam ajarannya diatur menurut wahyu

Allah, malalui Nabi dan dengan Kitab Suci yang diterimanya dari Allah.

Sementara Agama atau kepercayaan budaya, ia lahir atas hasil perkembangan

zaman, seirama dengan tingkat berfikir dan kebutuhan manusia. Bentuk agama

atau kepercayaan budaya yang demikian kebudayaanlah yang melahirkannya.

Sementara pendapat lain menyebutkan bahwa semua agama adalah hasil budaya

manusia. Masalahnya, pendapat akhir ini terpengaruh pada teori bahwa kehadiran

manusia yang berbudaya dan beragama, juga adalah hasil perkembangan evolusi

alam, dimana manusia hari ini adalah hasil rentetan panjang dari perkembangan

mansuia purba yang terpaut oleh fase demi fase.

Dari sini kita dapat beralih kepada kesimpulan bahwa agama wahyu yang

kita maksud adalah agama samawi dan tentunya dari potongan ayat diatas dengan

jelas menyatakan hanyalah Islam agama yang diridhoi oleh-Nya. Dus, Islam

bukan hanya agama spiritual atau mengurusi masalah-masalah akidah saja,

malainkan juga merupakan agama yanag bisa memberikan inspirasi pada

pemeluknya untuk menyusun konsep tentang kenegaraan, pedoman berperilaku

yang luhur, sebagai titian mengarungi kehidupan dan sebagai undang-undang

Page 5: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

dalam bermasyarakat. Apabila makna hakiki akidah benar-benar tertanam pada

kalbu seseorang dan telah memancarkan nur hidayah keTuhanan maka ia

merupakan sumber bagi setiap kebajikan. Dan apabila sinar cahaya ibadah

menyinari seseorang dan telah mampu memberikan suatu perasaan halus pada

indranya maka hal itu sudah memasuki pendidikan dan pengajaran perliku

sesorang, menjunjung tinggi norma dan nilai kemasyarakatan yang penuh dengan

kebajikan dan berorientasi pada kemajuan, dan mempunyai beban moral untuk

mengajak kepada masyarakat sekitarnya untuk selalu beribadah kepada Allah

secara ikhlas.

D. Hakikat Teori Evolusi Darwin Tentang Perang Terhadap Agama

Di jaman ini, sejumlah kalangan berpandangan bahwa teori evolusi yang

dirumuskan oleh Charles Darwin tidaklah bertentangan dengan agama. Ada juga

yang sebenarnya tidak meyakini teori evolusi tersebut akan tetapi masih juga ikut

andil dalam mengajarkan dan menyebarluaskannya. Hal ini tidak akan terjadi

seandainya mereka benar-benar memahami teori tersebut. Ini adalah akibat

ketidakmampuan dalam memahami dogma utama Darwinisme, termasuk

pandangan paling berbahaya dari teori tersebut yang diindoktrinasikan kepada

masyarakat. Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman akan adanya Allah

sebagai satu-satunya Pencipta makhluk hidup, namun pada saat yang sama

berpandangan bahwa “Allah menciptakan beragam makhluk hidup melalui proses

evolusi,” hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori tersebut. Tulisan ini

ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman akan tetapi salah dalam

memahami teori evolusi. Di sini diuraikan sejumlah penjelasan ilmiah dan logis

yang penting yang menunjukkan mengapa teori evolusi tidak sesuai dengan Islam

dan fakta adanya penciptaan.

Dogma dasar Darwinisme menyatakan bahwa makhluk hidup muncul

menjadi ada dengan sendirinya secara spontan sebagai akibat peristiwa kebetulan.

Pandangan ini sama sekali bertentangan dengan keyakinan terhadap adanya

penciptaan alam oleh Allah. Kesalahan terbesar dari mereka yang meyakini bahwa

teori evolusi tidak bertentangan dengan fakta penciptaan adalah anggapan bahwa

teori evolusi adalah sekedar pernyataan bahwa makhluk hidup muncul menjadi

Page 6: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

ada melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Oleh karenanya,

mereka mengatakan: “Bukankah tidak ada salahnya jika Allah menciptakan

semua makhluk hidup melalui proses evolusi dari bentuk yang satu ke bentuk

yang lain; apa salahnya menolak hal ini?” Akan tetapi, sebenarnya terdapat hal

yang sangat mendasar yang telah diabaikan: perbedaan mendasar antara para

pendukung evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan (=kreasionis).

Teori evolusi, sebagaimana yang diketahui, mengklaim bahwa senyawa-

senyawa kimia inorganik dengan sendirinya datang bersama-sama pada suatu

tempat dan waktu secara kebetulan dan sebagai akibat dari fenomena alam yang

terjadi secara acak. Mula-mula senyawa-senyawa ini membentuk molekul

pembentuk kehidupan, seterusnya terjadi rentetan peristiwa yang pada akhirnya

membentuk kehidupan. Oleh sebab itu, pada intinya anggapan ini menerima

waktu, materi tak hidup dan unsur kebetulan sebagai kekuatan yang memiliki

daya cipta. Orang biasa yang sempat membaca dan mengerti literatur teori

evolusi, paham bahwa inilah yang menjadi dasar klaim kaum evolusionis. Tidak

mengherankan jika Pierre Paul Grassé, seorang ilmuwan evolusionis, mengakui

evolusi sebagai teori yang tidak masuk akal. Dia mengatakan apa arti dari konsep

“kebetulan” bagi para evolusionis:

[Konsep] kebetulan’ seolah telah menjadi sumber keyakinan [yang sangat

dipercayai] di bawah kedok ateisme. Konsep yang tidak diberi nama ini secara

diam-diam telah disembah.[6]

Akan tetapi pernyataan bahwa kehidupan adalah produk samping yang

terjadi secara kebetulan dari senyawa yang terbentuk melalui proses yang

melibatkan waktu, materi dan peristiwa kebetulan, adalah pernyataan yang tidak

masuk akal dan tidak dapat diterima oleh mereka yang beriman akan adanya Allah

sebagai satu-satunya Pencipta seluruh makhluk hidup. Kaum mukmin sudah

sepatutnya merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan masyarakat dari

kepercayaan yang salah dan menyesatkan ini; serta mengingatkan akan

bahayanya.

Pernyataan tentang “adanya kebetulan” yang dikemukakan teori evolusi

dibantah oleh ilmu pengetahuan. Fakta lain yang patut mendapat perhatian khusus

dalam hal ini adalah bahwa berbagai penemuan ilmiah ternyata malah sama sekali

Page 7: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

bertentangan dengan klaim-klaim kaum evolusionis yang mengatakan bahwa

“kehidupan muncul sebagai akibat dari serentetan peristiwa kebetulan dan

fenomena alamiah.” Ini dikarenakan dalam kehidupan terdapat banyak sekali

contoh adanya rancangan (design) yang disengaja dengan bentuk yang sangat

rumit dan telah sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk hidup memiliki

rancangan yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan konsep

“kebetulan.”

Perancangan dan perencanaan yang luar biasa dalam kehidupan ini sudah

pasti merupakan tanda-tanda penciptaan Allah yang khas dan tak tertandingi, serta

ilmu dan kekuasaan-Nya yang Tak Terhingga. Usaha para evolusionis untuk

menjelaskan asal-usul kehidupan dengan menggunakan konsep kebetulan telah

dibantah oleh ilmu pengetahuan abad 20. Bahkan kini, di abad 21, mereka telah

mengalami kekalahan telak. (Silahkan baca buku Blunders of Evolutionists, karya

Harun Yahya, terbitan Vural Publishing). Jadi, alasan mengapa mereka tetap saja

menolak adanya penciptaan oleh Allah kendatipun telah melihat fakta ini adalah

adanya keyakinan buta terhadap atheisme.Allah tidak menciptakan makhluk hidup

melalui proses evolusi.

Oleh karena fakta yang menunjukkan adanya penciptaan atau rancangan

yang disengaja pada kehidupan adalah nyata, satu-satunya pertanyaan yang masih

tersisa adalah “melalui proses yang bagaimanakah makhluk hidup diciptakan.” Di

sinilah letak kesalahpamahaman yang terjadi di kalangan sejumlah kaum mukmin.

Logika keliru yang mengatakan bahwa “Makhluk hidup mungkin saja diciptakan

melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk lain” sebenarnya masih

berkaitan dengan bagaimana proses terjadinya penciptaan makhluk hidup

berlangsung.

Sungguh, jika Allah menghendaki, Dia bisa saja menciptakan makhluk

hidup melalui proses evolusi yang berawal dari sebuah ketiadaan sebagaimana

pernyataan di atas. Dan oleh karena ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa

makhluk hidup berevolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, kita bisa

mengatakan bahwa, “Allah menciptakan kehidupan melalui proses evolusi.”

Misalnya, jika terdapat bukti bahwa reptil berevolusi menjadi burung, maka dapat

kita katakan,”Allah merubah reptil menjadi burung dengan perintah-Nya “Kun

Page 8: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

(Jadilah)!”. Sehingga pada akhirnya kedua makhluk hidup ini masing-masing

memililiki tubuh yang dipenuhi oleh contoh-contoh rancangan yang sempurna

yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep kebetulan. Perubahan rancangan ini

dari satu bentuk ke bentuk yang lain - jika hal ini memang benar-benar terjadi -

akan sudah barang tentu bukti lain yang menunjukkan penciptaan.

Akan tetapi, yang terjadi ternyata bukan yang demikian. Bukti-bukti

ilmiah (terutama catatan fosil dan anatomi perbandingan) justru menunjukkan hal

yang sebaliknya: tidak dijumpai satu pun bukti di bumi yang menunjukkan proses

evolusi pernah terjadi. Catatan fosil dengan jelas menunjukkan bahwa spesies

makhluk hidup yang berbeda tidak muncul di muka bumi dengan cara saling

berevolusi dari satu spesies ke spesies yang lain. Tidak ada perubahan bentuk

sedikit demi sedikit dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain

dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, spesies makhluk hidup yang berbeda

satu sama lain muncul secara serentak dan tiba-tiba dalam bentuknya yang telah

sempurna tanpa didahului oleh nenek moyang yang mirip dengan bentuk-bentuk

mereka. Burung bukanlah hasil evolusi dari reptil, dan ikan tidak berevolusi

menjadi hewan darat. Tiap-tiap filum makhluk hidup diciptakan masing-masing

secara terpisah dengan ciri-cirinya yang khas. Bahkan para evolusionis yang

paling terkemuka sekalipun telah terpaksa menerima kenyataan tersebut dan

mengakui bahwa hal ini membuktikan adanya fakta penciptaan. Misalnya,

seorang ahli palaentologi yang juga seorang evolusionis, Mark Czarnecki

mengaku sebagaimana berikut:

Masalah utama yang menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi

adalah catatan fosil; yakni sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan

dalam lapisan-lapisan geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah

menunjukkan bukti-bukti adanya bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan

Darwin - sebaliknya spesies [makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba,

dan keanehan ini telah memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang

mendukung penciptaan] yang mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh

Tuhan.[7]

Khususnya selama lima puluh tahun terakhir, perkembangan di berbagai

bidang ilmu pengetahuan seperti palaentologi, mikrobiologi, genetika dan anatomi

Page 9: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

perbandingan, dan berbagai penemuan menunjukkan bahwa teori evolusi tidak lah

benar. Sebaliknya makhluk hidup muncul di muka bumi secara tiba-tiba dalam

bentuknya yang telah beraneka ragam dan sempurna. Oleh karena itu, tidak ada

alasan untuk mengatakan bahwa Allah menggunakan proses evolusi dalam

penciptaan. Allah telah menciptakan setiap makhluk hidup masing-masing secara

khusus dan terpisah, dan pada saat yang sama, dengan perintah-Nya “Kun

(Jadilah)!” Dan ini adalah sebuah fakta yang nyata dan pasti.

Sungguh sangat penting bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa waspada

dan berhati-hati terhadap sistem ideologi yang ditujukan untuk melawan Allah

dan din-Nya. Selama 150 tahun, teori evolusi atau Darwinisme telah menjadi dalil

serta landasan berpijak bagi semua ideologi anti agama yang telah menyebabkan

tragedi bagi kemanusiaan seperti fasisme, komunisme dan imperialisme; serta

melegitimasi berbagai tindak kedzaliman tak berperikemanusiaan oleh mereka

yang mengadopsi berbagai filsafat ini. Oleh karenanya, tidak sepatutnya

kenyataan dan tujuan yang sesungguhnya dari teori ini diabaikan begitu saja. Bagi

setiap orang yang mengaku muslim, ia memiliki tanggung jawab utama dalam

membuktikan kebohongan setiap ideologi anti agama yang menolak keberadaan

Allah dengan perjuangan pemikiran dalam rangka menghancurkan kebatilan dan

menyelamatkan masyarakat dari bahayanya

E. Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sebuah agama. Agama

adalah suatu ajaran atau keyakinan yang harus dipercayai. Di samping itu agama

bisa kita jadikan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

adanya agama kita bisa mengetahui dan membedakan antara hal-hal yang baik dan

yang buruk. Di sisi lain dengan agama, kita bisa tahu tentang syari’at-syari’at

(peraturan) dan tata cara dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring dengan bergulirnya sang waktu, agama selalu mengalami

perkembangan yang signifikan. Terbukti dengan adanya salah satu kejadian,

misalnya; terjadinya perbedaan jatuhnya hari Raya Idul Fitri.

Oleh karena itu, agama muncul untuk membantu menjawab masalah-masalah

yang menjadi perhatian paling utama

Page 10: TEORI PERKEMBANGAN AGAMA

Sungguh sangat penting bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa waspada

dan berhati-hati terhadap sistem ideologi yang ditujukan untuk melawan Allah

dan din-Nya. Selama 150 tahun, teori evolusi atau Darwinisme telah menjadi dalil

serta landasan berpijak bagi semua ideologi anti agama yang telah menyebabkan

tragedi bagi kemanusiaan seperti fasisme, komunisme dan imperialisme; serta

melegitimasi berbagai tindak kedzaliman tak berperikemanusiaan oleh mereka

yang mengadopsi berbagai filsafat ini. Oleh karenanya, tidak sepatutnya

kenyataan dan tujuan yang sesungguhnya dari teori ini diabaikan begitu saja. Bagi

setiap orang yang mengaku muslim, ia memiliki tanggung jawab utama dalam

membuktikan kebohongan setiap ideologi anti agama yang menolak keberadaan

Allah dengan perjuangan pemikiran dalam rangka menghancurkan kebatilan dan

menyelamatkan masyarakat dari bahayanya

DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat Jalaludin. 2003. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Bandung: PT

Mizan Pustaka

Syah Muhibbin, M.Ed. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan

Baru.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

© Harun Yahya Internasional 2006. www.harun yahya.com. Artikel Hakikat Teori

Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama

[1] Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama, hlm 50.

[2] Ibid,hlm 33-34.

[3] Op.cit,hlm 35.

[4] Ibid, hlm 172.

[5] Ibid, hlm 173.

[6] Pierre Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, New York, Academic

Press, 1977, p.107

[7] Mark Czarnecki, “The Revival of the Creationist Crusade”, MacLean’s, 19

Januari 1981, hal. 56