PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi pada Keluarga Konghucu di Surakarta) Disusun Oleh : NOVITA DIAN ANGGRAINI D0305051 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

Page 1: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi pada Keluarga Konghucu di

Surakarta)

Disusun Oleh :

NOVITA DIAN ANGGRAINI

D0305051

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir dan

Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Surakarta, Maret 2010

Pembimbing

Drs. H. Supriyadi SN,SU NIP. 19530128 198103 1 001

Page 3: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

v Orang yang terbaik di dunia ini adalah orang yang peduli terhadap sesamanya. (penulis)

v Belajar terus tanpa pernah mempraktekkan akan menimbulkan kebimbangan. Namun

berbuat terus tanpa mau belajar akan menjadi berbahaya. (Kong Fu Zi)

v Mengerti sebuah kesalahan dan berusaha untuk mengubahnaya adalah kebaikan yang

terbesar. (penulis)

v Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, jagalah dan rawatlah setiap hari agar baru

selama-lamanya (Raja Sing Thong)

Page 4: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Sebuah karya Sederhana ini saya persembahkan untuk :

1. Ibuku tercinta yang selalu sabar memberi semangat padaku dan selalu mendoakanku

tanpa lelah.

2. Ayah dan Kakakku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi.

3. Teman-temanku Sosiologi 2005 yang selalu berjuang bersama,

4. Teman-teman Marching Band yang selalu membuatku bersemangat dalam mencapai

serta mencetak prestasi.

Page 5: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari : .............................

Tanggal :...............................

Panitia Penguji :

1. Drs. Muflich Nurhadi, ( )

NIP. 19510116 198103 1 002 Ketua

2. Drs. Th. Aquinas Gutama ( )

NIP.19560911 198602 1 001 Sekertaris

3. Drs. H. Supriyadi SN, SU ( )

NIP. 19530128 198103 1 001 Penguji

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan

Drs. H. Supriyadi SN,SU

NIP. 19530128 198103 1 001

Page 6: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Novita Dian Anggraini, D0203051, PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi pada Keluarga Khonghucu di Surakarta), Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif kualitatif mengenai perkembangan agama Khonghucu yang pada masa Orde Baru dilarang untuk berkembang dan melaksanakan kegiatannya. Namun pada masa Presiden Abdurrahman Wahid agama ini kembali menjadi agama resmi dan kembali beraktivitas seperti dahulu sebelum adanya pelarangan. Dan sampai sekarang agama ini menjadi agama yang ke enam. Sosialisasi agama Khonghucu yang terjadi dalam keluarga menjadi permasalahan pokok pada penelitian ini. Pada sosialisasi ini keluarga yang dalam hal ini menjadi kelompok yang sangat penting dalam memberikan pemahaman agama yang mendalam. Dengan contoh-contoh yang diberikan dalam keluarga membuat sosialisasi yang terjadi dalam kelurga semakin baik. Orang tua yang dalam hal ini merupakan agen sosialisasi berusaha memberikan tauladan yang bertujuan agar mereka juga menganut agama yang sama dengan orang tuanya.lingkung juga mempengaruhi dalam kegiatan sosialisasi, seperti lingkungan bermain, sekolah dan tempat ibadah.

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta karena keberadaan tempat ibadah agama Khonghucu yang sangat berpangaruh pada awal masuknya agama Khonghucu ke Surakarta yaitu Gerbang Lithang Kebajikan. Tempat ini menjadi saksi sejarah perkembangan agama Khonghucu di Surakarta.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam , observasi berperan dan dokumen/ catatan penting masuk di dalamnya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu menggunakan informan yang tahu tentang permasalahan dalam penelitian ini. Analisis data pada penelitian ini menggunakan model analisis interaktif melalui wawancara yang mendalam kepada responden yang telah menjadi sasaran, sedangkan validasi data menggunakan trianggulasi data.

Kemudahan penelitian skripsi ini adalah orang-orang yang menjadi informan di sini sangat terbuka dalam memberikan informasinya ke penulis tentang permasalahan dalam penelitian ini dan hal ini sangat membantu penulis. Sedangkan kesulitannya adalah terbatasnya jumlah umat Khonghucu sehingga data yang diperolehnyapun juga tidak bisa maksimal.

Hasil yang diperolah dalam penelitian ini adalah : Agama Khonghucu mengalami diskriminasi di Masa Orde Baru sehingga perkembangannya menurun dan sosialisasi yang ada dalam keluarga dapat dilakukan dengan pemberian contoh yang diberikan orang tua kepada anak dan selalu mengajak anak-anaknya untuk selalu ikut serta dalam peribadatan atau melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan keagamaan.

Page 7: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul : “PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI

SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi Pada Keluarga

Khonghucu di Surakarta)”

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik jurusan Sosiologi. Dalam menyusun skripsi ini Penulis mendapat banyak

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing dalam penulisan

skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan membantu penyusunan

skripsi ini.

2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M. Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

3. Orang tua serta kakakku yang senantiasa memberikan dorongan yang tiada

henti.

4. MAKIN Surakarta yang dengan bantuan mereka Penelitian Skripsi ini dapat

terwujud.

Page 8: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Teman-teman Sosiologi Angkatan 2005, atas kebersamaan selama masa

perkuliahan.

6. Keluarga Besar Marching Band UNS dan Purna Bakti MBUNS yang tak

henti-hentinya memberikan semangat dukungan dari semua angkatan yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena terlalu banyak.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak kekurangan-

kekurangan, maka Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun.

Besar harapan Penulis, semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua

pihak.

Surakarta, Maret 2010

Penulis

Page 9: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

MOTTO ...................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ..................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 5

F. Definisi Konseptual ....................................................................... 29

G. Metode Penelitian .......................................................................... 45

BAB II DESKRIPSI LOKASI................................................................... 49

A. Kota Surakarta ............................................................................... 49

B. Umat Khonghucu .......................................................................... 51

C. Susunan Pengurus MAKIN Surakarta .......................................... 54

D. Sejarah Agama Khonghucu di Surakarta ..................................... 58

BAB III PERKEMBANGAN & SOSIALISASI AGAMA

KHONGHUCU DI SURAKARTA ........................................... 61

A. Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia ......................... 61

B. Perkembangan Agama Khonghucu di Surakarta ........................ 63

1. Jumlah Penganut Agama Khonghucu ................................... 66

2. Anggapan yang Keliru ............................................................ 69

Page 10: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Pemuka Agama Khonghucu ............................................... 70

4. Sosialisasi dari Pemuka Agama Khonghucu ....................... 71

5. Organisasi yang berada di Bawah MAKIN ........................ 77

C. Sosialisasi Agama Khonghucu .................................................... 79

1. Sosialisasi Agama Khonghucu di dalam Keluarga................ 79

2. Orang Tua Sebagai Agen Sosialisasi ................................... 80

3. Aktivitas Peribadatan dalam Keluarga ........................... 86

4. Pemahaman Tentang Agama Khonghucu ............................ 89

BAB IV PENUTUP .................................................................................. 95

A. Kesimpulan ..................................................................................... 95

1. Implikasi Empiris .................................................................. 96

2. Implikasi Teoritis ..................................................................... 99

3. Implikasi Metodologis ............................................................ 100

B. Saran ............................................................................................. 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari berbagai suku

bangsa, ras, dan agama yang berbeda. Dalam undang-undang dasar 1945 juga

telah dijelaskan secara jelas tentang beragama dan kehidupan beragama serta

agama apa saja yang bisa dianut oleh bangsa Indonesia. Agama tersebut

adalah Agama Islam, yang dianut oleh mayoritas masyarakat di Indonesia,

Kristen, Katholik, Hindhu, dan Budha. Dari lima agama tersebut juga muncul

agama yang dibawa oleh para perantau dari Daratan Tiongkok China yang

diperkirakan telah ada sejak jaman Kerajaan Singosari yaitu agama

Khonghucu.

Keberadaan agama Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaan

yang ada di Indonesia telah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan

dengan datangnya para pedagang dari China yaitu berupa hubungan

perdagangan dengan kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara dengan dinasti di

China oleh pedagang menjadikan lalu lintas barang dan manusia menjadi

lancar dan ini menjadi jalan masuknya agama Khonghucu ke Indonesia.

Namun ada pula yang menyebutkan bahwa masuknya agama Khonghucu

pada saat tentara Manchu di bawah pimpinan Khubilaikan mengadakan

invansi menyerbu kesana, namun ada bukti lain yang menyebutkan bahwa

para perantau yang datang ke Indonesia bersama dengan kedatangan

Page 12: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

panglima Cheng Hoo (sebanyak 7 kali) sekitar tahun 1400 bersama itu

pulalah agama Khonghucu tersebar di Indonesia.

Wilayah Solo, perkembangan aliran ini juga telah ada pada tahun

1918, yaitu dengan didirikannya Lithang Gerbang Kebajikan dan dibentuk

Khong Kauw Hwee sebagai lembaga Khonghucu. Khong Kauw Hwee adalah

organisasi yang didirikan oleh penganut Khonghucu, yang anggotanya

merupakan orang-orang Tionghoa. Tujuan dari organisasi ini, untuk

memperbaiki adat istiadat dan keimanan orang keturunan China yang sudah

menyimpang dari ajaran Khonghucu.

Di jaman Orde Baru, pemerintah Soeharto melarang segala bentuk

aktivitas berbau kebudayaan dan tradisi orang Tionghoa di Indonesia. Lewat

Inpres No. 14 tahun 1967 pemerintah secara terang-terangan melarang

dilakukan secara terbuka segala bentuk kegiatan agama, kepercayaan, dan

adat istiadat orang Tionghoa. Pemerintah Orde Baru waktu itu meragukan

nasionalisme orang-orang keturunan Tionghoa. Meski umumnya sudah turun-

temurun tinggal di bumi nusantara, mereka dicurigai secara politis masih

berorientasi ke Republik Rakyat China, khususnya Partai Komunis Cina,

yang telah ikut membesarkan Partai Komunis Indonesia yang mempunyai

andil dalam gerakan pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95

tanggal 18 November 1978 menjadikan status Khonghucu tidak jelas.

Termasuk merayakan Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai dan

mengarak dewa-dewa di tempat umum. Koran-koran beraksara China juga

Page 13: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilarang, sekolah-sekolah Tionghoa yang mengajarkan bahasa dan

kebudayaan cina ditutup. Sejak itu orang keturunan Tionghoa mulai

melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kepercayaannya secara

diam-diam. Inilah yang menyebabkan pemeluk Agama Khonghucu berkurang

dan mereka lebih mengalihkan kepercayaan yang mereka anut ke agama

Islam, Kristen, Budha. Dalam surat edaran tersebut juga menyebutkan bahwa

Khonghucu bukan merupakan agama resmi Negara Indonesia.

Aktivitas etnis Tionghoa di Indonesia tidak lepas dari berbagai bidang

yang ada. Bidang yang paling handal dipegang oleh manyarakat Tionghoa

adalah bidang perdagangan, yang sejak dulu telah terkenal dengan

perdagangannya serta bidang lain yang ada.

Pada masyarakat Tionghoa sosialisasi pendidikan yang ada pada

keluarga sejak dini pada anak juga mulai ditanamkan sejak kecil sesuai

dengan aliran Khonghucu yang mereka percaya. Semua yang ada dalam kitab

Khonghucu akan diajarkan kepada anak-anaknya agar budaya ini tidak lekas

hilang dengan cepat.

Terlepas dari banyaknya pro kontra yang masih berlangsung hingga

saat ini, sebagai sebuah agama resmi, agama Khonghucu dapat berkembang

melalui sosialisasi . Sosialisasi ini dilakukan dengan intensif kepada anak-

anak oleh orang tua sebagai agen sosialisasi dalam sebuah keluarga yang

berperan dalam pembentukan kepribadian anak melalui interaksi yang

kontinyu dalam mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-

Page 14: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan

kepribadiannya.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti sosialisasi

agama Khonghucu yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya

dalam keluarga Khonghucu yang ada di Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Maka

perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana sosialisasi agama Khonghucu yang dilakukan oleh orang tua

kepada anak-anaknya dalam keluarga Khonghucu yang ada di Surakarta?

2. Bagaimana perkembangan Agama Khonghucu di Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

a. Mengetahui cara-cara dan bentuk sosialisasi agama Khonghucu yang

dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya di dalam keluarga.

b. Mengetahui perkembangan jumlah penganut agama Khonghucu yang

kian menurun.

2. Tujuan individual

Memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana S1 di Jurusan

Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 15: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Mengetahui kehidupan beragama dalam keluarga Khonghucu

terutama mengenai sosialisasi agama Khonghucu terhadap anaknya serta

mengenai perkembangan jumlah penganut Khonghucu yang kian

menurun.

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lebih

lanjut tentang agama Khonghucu yang masih sangat terbatas.

E. Tinjauan Pustaka

Paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn.

Menurutnya, paradigma adalah suatu kerangka referensi atau pandangan

dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Kuhn juga

menjelaskan tentang perubahan paradigma. Menurutnya disiplin ilmu lahir

sebagai suatu suatu proses revolusi, bisa jadi suatu pandangan teori yang

ditumbangkan oleh pandangan teori yang baru yang mengikutinya. (Thomas

Kuhn, 1970).

Ritzer memetakan tiga paradigma besar dalam sosiologi. Dari ketiga

paradigma tersebut Ritzer menjelaskan bahwa kemenangan-kemenangan dari

Page 16: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

suatu paradigma atas paradigma yang lain disebabkan karena para pendukung

dari paradigma itu lebih mengandalkan kekuatan dan penguasaan atas

pengikut paradigma yang dikalahkan, bukan karena persoalan benar atau

salah dalam struktur dan makna teori itu. Ketiga paradigma tersebut adalah

paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigm perilaku

sosial. (Mansour Fakih, 20,2002)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigm definisi sosial.

Paradigma ini dikembangkan oleh Max Weber, pokok persoalan sosiologi

adalah bagaimana memahami tindakan sosial antar hubungan sosial , dimana

“tindakan yang penuh arti” itu ditatfsirkan untuk sampai pada penjelasan

kausal. Struktur sosial dan pranata sosial membantu untuk membentuk

tindakan sosial yang penuh arti. Perkembangan dari suatu hubungan sosial

dapat pula diterangkan melalui tujuan dari manusia yang melakukan

hubungan sosial itu dimana ketika ia mengambil manfaat dari tindakannya itu

sendiri dalam perjalanan waktu.

Berdasarkan paradigma definisi sosial dapat diketahui bahwa bidang

studi sosiologi adalah tindakan sosial antar hubungan sosial yang penuh arti.

Sedangkan tindakan sosial adalah tindakan yang yang dilakukan oleh individu

yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang

lain. Tindakan sosial dapat berupa tindakan sosial yang nyata diarahkan untuk

orang lain dan juga bersifat subyektif. Tindakan sosial ada yang diarahkan

pada waku sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Tindakan

sosial digunakan dalam hubungan sosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh

Page 17: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

beberapa individu yang berbeda, mengandung makna dan dihubungkan serta

diarahkan pada tindakan orang lain.

Weber menyebutkan ciri-ciri tindakan sosial dan antarhubungan sosial

dalam sosiologi sebagai berikut:

1. Tindakan manusia mengandung makna yang subyektif.

2. Tindakan sosial bersifat subyektif.

3. Tindakan sosial meliputi pengaruh positif dari suatu tindakan akan sengaja

diulang kembali.

4. Tindakan diarahkan untuk seseorang atau sekelompok orang.

5. Tindakan yang dilakukan akan memperhatikan orang lain dan terarah

kepada orang tersebut ataupun orang lainnya. (Doyle Paul Johnson, 1986:

216)

Weber juga membagikan rasionalitas tindakan sosial menjadi 4

macam, yaitu:

1. Zwerk rational

Yaitu tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang

baik untuk mencapai tujuannya sendiri. Tujuan dapat juga mencapai cara

dari tujuan lain berikutnya.

2. Werkrational Action

Aktor dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang

paling tepat untuk mencapai tujuan yang lain.

3. Affectual Action

Page 18: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tindakan yang dibuat-buat. Tindakan ini dipengaruhi oleh perasaan emosi

dan kepura-puraan si aktor.

4. Traditional Action

5. Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan–kebiasaan dalam mengerjakan

masa lalu saja. (Doyle Paul Johnson, 1986)

Hinkle juga menyebutkan beberapa asumsi dasar dalam Teori Aksi

sebagai berikut :

1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan

dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.

2. Sebagai subyek, manusia bertindak untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, tehnik, prosedur, metode

serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak bisa

diubah oleh sendirinya.

5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi tindakan yang akan, sedang,

dan telah dilakukan (membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu).

6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapkan

timbul pada saat pengembilan keputusan. (George Ritzer, 2002: 46)

Sedangkan Parson menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial

dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Adanya individu selaku aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu.

Page 19: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta tehnik untuk mencapai

tujuannya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan.

5. Aktor berada di bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai

ide abstrak yang akan mempengaruhinya untuk mencapai tujuannya.

(George Ritzer, 2002: 48-49)

AGAMA

Agama Khonghucu berawal dari sebuah aliran yang ada di China.

Seiring dengan perkembangan aliran ini telah menjadi sejenis kepercayaan

yang dianut oleh orang-orang dari Tiongkok dan sampai ke Indonesia pada

masa kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara, melalui hubungan perdagangan.

Banyak cara yang dilakukan oleh para pedagang dalam sambil mengajarkan

agamanya kepada Negara ini, baik itu melaui perkawinan, maupun secara

terang-terangan mengajarkan ajarannya dalam proses berdagang.

Pada zaman Orde Baru yang berada di bawah pimpinan Soeharto.

Ajaran ini dilarang untuk berkembang, dengan cara melarang segala kegiatan

yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau Tionghoa atau Khonghucu

dan dikuatkan oleh Inpres No. 14 Tahun 1967 yang berisi :

1. Tanpa mengurangi jaminan keleluasaan memeluk agama dan menunaikan

ibadah, tata cara ibadat Cina yang mempunyai aspek afinitas kultural yang

Page 20: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berpusat pada negeri leluhurnya, pelaksanaannya harus dilakukan secara

interen dalam hubungan keluarga atau perorangan.

2. Perayan-perayaan pesta agama dan adat istiadat Cina yang dilakukan

secara tidak menyolok di depan umum, melainkan dalam lingkungan

keluarga.

3. Penentuan kategori agama maupun kepercayaan maupun cara-cara ibadat

agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina diatur oleh Menteri Agama

setelah mendengar pertimbangan Jaksa Agung (PAKEM).

4. Pengamanan dan penertiban terhadap pelaksanaan kebijakan pokok diatur

oleh Menteri Dalam Negeri bersama-sama Jaksa Agung.

5. Instruksi ini mulai berlaku pada hari ditetapkan (Jakarta, 6 Desember

1967).

Pemerintah Orde Baru meragukan nasionalisme orang-orang

keturunan Tionghoa. Meski umumnya sudah turun temurun tinggal di Bumi

Nusantara, mereka dicurigai secara politis masih berorientasi ke China,

dengan China yang kuat dengan komunisnya dan dituding telah membesarkan

Partai Komunis Indonesia.

Dalam Surat edaran Menteri Dalam Negeri No.

477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 November 1978 menjadikan status

Khonghucu tidak jelas. Termasuk merayakan Imlek dengan menggelar

pertunjukan barongsai dan mengarak dewa-dewa di tempat umum. Koran-

koran beraksara China juga dilarang, sekolah-sekolah Tionghoa yang

mengajarkan bahasa dan kebudayaan Cina ditutup. Sejak itu orang keturunan

Page 21: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tionghoa mulai melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan

kepercayaannya secara diam-diam. Inilah yang menyebabkan pemeluk aliran

Khonghucu berkurang dan mereka lebih mengalihkan kepercayaan yang

mereka anut ke agama Islam, Kristen, Budha. Dalam surat edaran tersebut

juga menyebutkan bahwa Khonghucu bukan merupakan agama resmi Negara

Indonesia.

Namun seiring tumbangnya Orde Baru, perubahan terhadap

kehidupan masyarakatpun juga terjadi. Salah satunya pengakuan kembali

terhadap ajaran agama Khonghucu sebagai salah satu agama resmi. Dalam

kepres No. 6 tahun 2000 tentang pencabutan kembali larangan terhadap

kebudayaan dan tradisi etnis China, dan agama Khonghucu diakui kembali.

Peraturan ini dibuat pada masa pemerintahan Presiden Aburrahman Wahid

yang disyahkan pada tanggal 17 Januari 2000 yang isinya:

1. Mencabut Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967 tentang agama,

kepercayaan dan Adat istiadat Cina.

2. Semua ketentuan pelaksanaan yang ada akibat dari instruksi Presiden No.

14 tahun 1967 tersebut, tidak berlaku lagi.

3. Penyelanggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan dan adat istiadat Cina

yang dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus sebagaimana

berlangsung selama ini.

4. Berlaku mulai tanggal ditetapkan (Jakarta, 17 Januari 2000)

AGAMA KONGHUCU

Page 22: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Agama Khonghucu aslinya disebut Jie Kauw atau agama kaum

terpelajar atau kaum yang lembut hati, mengapa demikian? Karena pada

jaman dahulu khususnya pada saat Dinasti Han berkuasa (sekitar tahun 140-

87 SM) saat agama Konghucu dijadikan agama resmi negara, semua pejabat

pemerintah bahkan pangeran dan anak raja sekalipun diwajibkan mengikuti

test pelajaran agama Khonghucu sebagai syarat mereka akan menduduki

jabatannya.

Wahyu-wahyu

Dalam agama Khonghucu juga terdapat wahyu yag turun kepada nabi-

nabi, yang urut-urutannya wahyu agama Khonghucu sebagai berikut:

1. Wahyu yang diterima oleh Nabi Purba yaitu Hok Hi (2953-2838 SM)

Berbentuk Pat Kwa (8 diagram) dengan unsur Yin (negatif) dan

Yang (positif) yang sering lihat ditempel diatas pintu orang Tionghoa.

Wahyu ini disebut Hoo Too (peta dari Sungai Hoo) dibawa oleh hewan

suci Liong Ma atau hewan berbadan Kuda berkepala Naga.

2. Wahyu yang diterima oleh Raja obat Sien Long (2838-2698 SM)

Wahyu yang diterimanya berupa cara meramu obat dan

memakamkan jenazah. Sehingga dengan wahyu yang diterimanya rakyat

mulai mengerti bagaimana cara membuat jamu/obat, bagaimana bercocok

tanam, bagaimana memakamkan jenazah (sebelumnya mayat biasanya

hanya dibuang di hutan atau laut).

3. Wahyu yang diterima oleh Raja Oei Tee (2838-2598 SM)

Page 23: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disebut wahyu Liok Too (peta firman) melalui mulut seekor ikan

besar yang muncul kepermukaan air di Sungai Chi Kwi, dengan wahyu ini

rakyat diajarkan beribadah, membuat kereta, perahu, dupa, panah, busur.

4. Wahyu yang diterima Oleh Raja Suci Giau (2357-2255 SM)

Beliau mengajarkan rakyat bagaimana hidup mengamalkan

kebajikan, bagaimana berakhlak mulia, bermasyarakat dan rukun dengan

sesama.

5. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Sun (2255-2205 SM)

Beliaulah manusia pertama yang berinisiatif membuat dam/

bendungan untuk menanggulangi banjir, mengajarkan bagaimana

keharmonisan diciptakan melalui ajaran Ngo Lun (5 hubungan) yaitu

hubungan raja dan mentri, suami dan istri, orang tua dan anak, kakak dan

adik, kawan dan sahabat.

6. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Yi (2205-2197 SM)

Wahyu yang diterimanya disebut Loo Su (kitab dari Sungai Lo)

dari punggung seekor kura-kura raksasa saat beliau sedang meditasi di tepi

Sungai Lo, Raja Yi juga dikenal dengan usahanya yang gigih membuat

saluran sungai untuk menanggulangi banjir, bahkan tercatat selama 13

tahun beliau tak pulang ke istana hanya untuk menunggui pekerjaan

rakyatnya.

7. Wahyu yang diterima oleh Raja Sing Thong (1766-1753 SM)

Ajaran beliau yang terkenal bisa kita lihat dalam sebuah ayat

emas/kata mutiara yang hanya muncul setiap tahun baru Imlek yaitu :

Page 24: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, jagalah dan rawatlah setiap hari

agar baru selama-lamanya”.

8. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Bun Ong (1122-255 SM)

Wahyu yang disebut Tan Su (kitab dari Tan) dibawa oleh seekor

Chik Niau atau burung merah besar, dengan wahyu ini Bun Ong

membabarkan Pat Kwa (8 diagram) lebih terperinci, dikenal pula sistem

departemen pemerintahan, maka pada masa itu ada 6 menteri yaitu

perdana menteri, menteri pertanian, menteri peribadatan, menteri

pertahanan, menteri kehakiman dan menteri pekerjaan umum.

9. Wahyu yang diterima oleh Nabi Konghucu

Beliaulah adalah Nabi yang menyempurnakan semua wahyu yang

diterima para pendahulunya, beliaulah yang mengajakan Jie Kauw kepada

rakyatnya, beliau pula yan menulis kitab Ya King (Le Ching) atau kitab

perubahan yang banyak digunakan oleh ahli Hong Sui.

Kitab Suci

Dalam Agama Khonghucu terdapat 2 macam yaitu:

1. Kitab Su Shi atau kitab yang 4 (empat) yaitu:

Ø Thai Hak (ajaran besar) terdiri atas 10 jilid, berisi pelajaran pembinaan

diri pribadi, masyarakat, negara dan dunia.

Ø Tiong Yong (tengah sempurna) terdiri atas 32 jilid, berisi pelajaran

keimanan, ke-Tuhanan.

Page 25: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ø Lun Gie (Sabda Suci) terdiri atas 20 jilid, berisi sabda/kata Nabi

Khonghucu yang dibukukan/dicatat oleh muridnya.

Ø Bingcu (kitab yang ditulis oleh Raja Bingcu) terdiri 14 jilid berisi

riwayat pelajaran/sabda suci Bingcu kepada para murid/pembesar/raja

tentang berbagai hal, Bingcu adalah rosul yang hidup 1 abad setelah

Nabi wafat.

2. Kitab Ngo King atau yang 5 (lima):

Ø Shu King (Kitab Sejarah)

Ø Si King (Kitab Sanjak)

Ø Ya King (Kitab Perubahan)

Ø Lee King (Kitab Catatan Kesusilaan)

Ø Chun Chiu King (Kitab Zaman Chun Chiu)

Hari Persembahyangan Umat Konghucu

1. Sembahyang kepada Thian (Tuhan YME) dilaksanakan pada:

a. Setiap tanggal 1 & 15 Imlek atau setiap malam.

b. Menjelang musim semi disebut sembahyang King Thi Kong (tanggal 8

bulan 1 Imlek malam hari), diakhiri dengan perayaan Cap Go Meh (tgl

15 bulan 1 Imlek) dengan Kirab Liong & Barongsai, dengan makanan

Cap Go Meh (bisanya kita kenal dengan Lontong Cap Go Meh)

c. Saat musim panas disebut sembayang Pek Cun (100 perahu), tanggal 5

bulan 5 Imlek, dilaksanakan jam 12.00 siang hari biasanya dipinggir

laut/sungai dengan sajian khas Bak Cang.

Page 26: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Saat musim gugur disebut sembahyang Tiong Chiu, tanggal 15 bulan 8

Imlek dilaksanakan malam hari, sajian khas kue Tiong Chiu Pia (kue

Bulan).

e. Saat musim dingin disebut sembahyang Tang Cik/ Genta Rohani/

Ronde dilaksanakan malam hari dengan sajiankhas wedang ronde.

2. Semabahyang kepada leluhur yang dilaksanakan setiap:

1. Tanggal 1&15 bulan Imlek dan hari wafat leluhur.

2. Menjelang malam tahun baru Imlek disebut Ji Kau Meh.

3. Tanggal 5 April disebut sembayang Ching Bing atau sembahyang tilik

kubur/ sembahyang sadranan.

4. Tanggal 15 bulan 7 Imlek disebut sembayang Jit Gwe Phoa, tanggal ini

khusus sembayang leluhur sendiri, maka akhir bulan 7 Imlek dilakukan

sembahyang untuk arwah umum disebut King Hoo Ping atau

sembahyang rebutan, karena selesai sembahyang semua sesaji yang ada

dibagikan kepada umat/pengunjungnya.

3. Sembahyang kepada Nabi Khonghucu dan para suci :

a. Hari wafatya Nabi Khonghucu tanggal 18 bulan 2 Imlek

b. Hari lahir Nai Khonghucu tanggal 27 bulan 8 Imlek

c. Hari Genta Rohani/ Tang Cik tanggal 22 Desember memperingati saat

pertama kali Nabi Khonghucu meninggalkan rumah, istri, anak dan

kedudukan untuk mengembara mengajarkan ajaran kabajikan bagi

manusia.

d. Hari lahir para suci lainnya seperti Kwan Kong, Hok Tek Cing Sin.

Page 27: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dupa, macam & Penggunaannya

Umat Khonghucu bersembahyang menggunakan dupa yang dinyalakan,

selain sebagai sarana pemusat konsentrasi, juga bermakna apa yang kita

harapkan akan terbawa membumbung melalui asap dupa adapun macamnya

adalah:

1. Dupa bergagang besar, digunakan 3 batang untuk sembahyang di Altar

Tuhan, Nabi Khonghucu dan para suci lainnya.

2. Dupa bergagang merah, hitam, kuning dgunakan: 1 atau 3 batang

bersembahyang umumnya, 2 batang untuk bersembahyang di altar

kematian (depan peti jenazah), 5 batang untuk sembahyang Ching Bing/

King Hoo Ping, 8 batang digunakan untuk pemimpin sembahyang saat

upacara kematian.

3. Dupa bergagang hijau digunakan 2 batang untuk sembahyang di depan

altar kematian orang tua/keluarga/leluhur kita sendiri.

4. Dupa tanpa gagang, dinyalakan pada kedua ujungnya digunakan hanya

oleh sepasang pengantin saat berdoa, dihadapan altar Thian, Tuhan YME.

5. Dupa berbentuk spiral/obat nyamuk dan serbuk/ratus/bubukan dinyalakan

untuk wangi-wangian saja.

Tata Cara Bersalam dan menghormat.

Umat Khonghucu bersalaman dengan mengepalkan tangan kanan, ditutup

dengan tangan kiri, kedua ibu jari dipertemukan lalu diletakkan diulu hati,

Page 28: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cara/sikap ini disebut sikap Pat Tik (8 kabajikan) ada beberapa tingkatan

yaitu:

1. Kiong Chiu (merestui) genggaman tangan digoyangkan di ulu hati,

digunakan saat menerima penghormatan dari yang usianya lebih muda.

2. Pai (menghormat) genggaman tangan diangkat sampai sebatas mulut dan

hidung, digunakan untuk memberi/membalas hormat dari yang usianya

sebaya.

3. Lep (menjunjung tangan) genggaman tangan diturunkan sedikit sampai ke

atas pusar lalu dinaikkan sampai menutupi mata/sebatas kening,

digunakan untuk memberi hormat kepada yang usianya lebih tua.

4. Ting Lee (meninggikan tangan) genggaman tangan diturunkan sedikit

sampai ke atas pusar lalu dinaikkan sampai ke atas kening/kepala,

digunakan untuk menghormat di depan altar sembahyang.

5. Kiok Kiong/menghormat dengan membongkokkan badan kira-kira 45

derajad, di dapan altar sembahyang 3 kali, di depan orang hidup 1 kali.

6. Kwi & Kauw Siu/menghormat dengan berlutut, dilaksanakan dengan

berlutut dan menundukkan kepala sampai menyentuh lantai, ada beberapa

macam yaitu: 2 kali berlutut 9 kali menundukan kepala/ Sam Kwi Kiu

Kauw, digunakan di depan altar Tuhan, Nabi dan para suci; 2 kali berlutut

8 menundukkan kepala/ Ji Kwi Pat Kauw, digunakan di depan altar

kematian keluarga sendiri dan saat mempelai mohon restu dihadapan

orang tuanya; 1 kali berlutut 4 kali menundukan kepala atau It Kwi Su

Page 29: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kauw digunakan saat mempelai mohon restu kepada orang tuanya yang

tinggal sendirian (ayah/ ibunya sudah meninggal).

Rohaniawan Agama Konghucu

1. Kausing (mandarinnya Jiao Sheng) atau penebar agama, rohaniawa tingkat

pemula; mereka yang menjabat sebagai Kausing maka di depan nama

yang bersangkutan ada huruf Ks atau Js.

2. Bunsu (mandarinnya Wen Shi) atau guru agama, rohaniawan tingkat

madya; mereka yang menjadi Bunsu didepan namanya ada huruf Bs/ Ws.

3. Haksu (mandarinnya Xue Shi)atau pendeta, rohaniawan tingkat atas,

mereka yang menjadi Haksu didepan namanya ada huruf Hs/ Xs. Sekedar

diketahui jumlah Haksu diseluruh Indonesia saat ini baru 8 orang (namun

pada tanggal 18 Desember lalu terdapat 3 Haksu yang dilantik, 2 dari Solo

dan 1 dari Manado), hal itu dikarenakan untuk menjadi Haksu harus:

v Mencurahkan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama.

v Pengetahuan kitab, bahasa mandarin & agama harus maksimal.

v Seumur hidup diharapkan berpantangan makan daging.

v Mengutamakan kepentingan agama & lembaga diatas kepentingan

pribadi.

Lambang/ Simbol/ Logo Agama Khonghucu

Agama Khonghucu dilambangkan dengan gambar lonceng atau genta

disini adalah terbuat dari kayu disebut Bok Tok (Bok = kayu, tok = lonceng),

jaman dahulu Bok Tok digunakan oleh para raja mengumpulkan rakyat untuk

diberi amanat, tetapi Nabi Konghucu bukan Bok Tok raja melainkan Bok Tok

Page 30: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tuhan yang selalu berkumadang memperdengarkan ajaran kebajikan bagi

kedamaian. Di tengah Bok Tok ada 2 tulisan mandarin yaitu : Tiong

(mandarinnya Zhong) artinya Satya, konsekuensi menjalankan firman Tuhan.

Sie (mandarinnya Shu) artinya tenggang rasa, tepa selira kepada sesama.

Maka untuk mengormati/menyembah/berbakti kepada Tuhan adalah

bagaimana menjalankan Firman Nya hidup didalam kebajikan dan menyatu,

harmonis/rukun dengan masyarakat sekitar.

SOSIALISASI

Pada dasarnya setiap individu dalam masyarakat mengalami proses

sosialisasi. Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami oleh seseorang

untuk memperolah pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma

agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat.

Menurut tahapannya, sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yakni :

1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama yang dijalani individu

semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat; dalam tahap

ini sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum

dan keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi. Sosialisasi primer

menjadikan orang-orang terdekat dengan anak menjadi sangat penting

sebab seorang anak melakukan interaksi dengan sangat terbatas di

dalamnya. Warna kepribadian anak sangat ditentukan oleh warna

kepribadian dan interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anak.

2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang

memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru

Page 31: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari dunia obyektif masyarakatnya; dalam tahap ini sosialisasi mengarah

pada terwujudnya sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus) dan

dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan,

peer group, lembaga pekerjaan, dan lingkuangan yang lebih luas dari

keluarga. Sosialisasi sekunder merupakan lanjutan dari sosialisasi primer,

individu diperkenalkan dengan kelompok-kelompok tertentu yang ada di

dalam masyarakat. (Peter L Berger dan Thomas P Luckman, 1987: 130).

Sosialisasi primer terjadi pada masa usia anak masih kecil untuk

mengenalkan lingkungan sosialnya pada anak dan sebagai proses

berlangsungnya pembentukan dasar kepribadian. Pada umumnya sosialisasi

primer terjadi di dalam keluarga yang merupakan kelompok primer.

Kelompok primer ini sering ditandai dengan ciri kenal mengenal antara

anggota-anggotanya, serta kerjasama yang erat yang sangat pribadi sehingga

terjadi peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dan tujuan

individu menjadi tujuan kelompok.

Sementara sosialisasi sekunder terjadi sesudah sosialisasi primer.di sini

yang lebih memiliki peran adalah orang lain, biasanya melalui sekolah atau

organisasi dan lingkungannya. Proses sosialisasi merupakan proses lanjutan

pada diri individu setelah ia mengalami proses yang panjang dalam dirinya

sejak ia dilahirkan sampai ia mempunyai kepribadianya sendiri. Proses ini

dalam sosiologi disebut internalisasi. Lebih lanjut internalisasi dijelaskan

dapat diartikan sebagai proses panjang sejak seorang individu dilahirkan

sampai ia meninggal, dimana ia belajar menanamkan kepribadiannya, segala

Page 32: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perasaan, nafsu, hasrat serta emosinya yang diperlukan sepanjang hidupnya.

Perasaan yang dipelajari dalam internalisasi adalah rasa puas, gembira,

bahagia, simpati, rasa cinta, benci, aman, harga diri, kebenaran, dosa, malu,

perasaan bersalah, dan perasaan lainnya yang lainnya yang dipelajari untuk

menjadi milik kepribadian individu.

George Ritzer (1979: 113) membagi siklus kehidupan manusia dalam

empat tahap, yaitu tahap anak-anak, remaja, dewasa, dan tahap orang tua.

1. Masa kanak-kanak

Setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada

anak-anaknya tentang kehidupan ini. Seorang ahli sosiologi akan melihat

kewajiban ini sebagai bagian dari peran sosial orang tua. Walaupun pada

dasarnya setiap orang memahami tentang apa yang diinginkan masyarakat,

akan tetapi ada perbedaan yang substansial tentang pengertian akan jalan

yang benar dalam hidup.

Kewajiban orang tua pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak ini

adalah membentuk kepribadian anaknya. Apa yang dilakukan orang tua

pada anaknya dimasa pertumbuhan akan menentukan kepribadian anaknya

kelak.

Proses sosialisasi pada tahap ini dapat digambarkan melalui

kerangka AGIL yang diperkenalkan oleh Talcot Parsons. Dalam

menganalisa tindakan sosial. Fase-fase ini adalah Adaptation, Goal

attainment, Integration, dan Latent pattern tidak ada batasannya yang jelas

Page 33: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena merupakan suatu proses yang terjadi secara berkesinambungan.

Fase tersebut yaitu :

1. Fase Latent

Fase ini proses sosialisasi terlihat nyata. Pengenalan anak terhadap

diri sendiri tidak jelas dan merupakan kesatuan individu yang berdiri

sendiri. Dan dapat melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Di sisi

lain, lingkungan belum melihat individu berdiri sendiri dan dapat

mengadakan intereksi dengan mereka.

2. Fase adaptasi

Dalam fase ini anak mulai mengadakan penyesuaian diri terhadap

lingkungan sosialnya. Reaksi sekarang tidak lagi terdorong oleh

rangsangan-rangsangan dari dirinya semata-mata, tetapi ia mulai belajar

bagaimana caranya bereaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar

dirinya. Pada fase inilah peranan orang tua dominan terlibat karena anak

hanya dapat belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan dari orang

tuanya.

3. Fase pencapaian tujuan.

Tingkah laku anak yang sudah mencapai fase ini dalam proses

sosialnya tidak lagi hanya menyesuaikan diri, tetapi terarah untuk maksud

dan tujuan tertentu. Ia cenderung mengulang tingkah laku tertentu untuk

mendapat penghargaan dari orang tua dan tingkah laku yang menimbulkan

reaksi negatif dari orang tua berusaha dihindarkan.

Page 34: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Fase integrasi

Dalam fase ini tingkah laku anak tidak hanya sekedar penyesuaian

ataupun untuk mendapatkan penghargaan dari orang tuanya, namun juga

menjadi bagian dari dirinya sendiri yang memang ingin dilakukannya.

Norma dan nilai yang ditanamkan oleh orang tuanya sudah menjadi diri

anak, bukan lagi merupakan sesuatu yang berada di luar anak.

Dengan tertanamnya nilai dan norma dalam tahap ini, tingkah laku

anak tidak perlu lagi dibatasi oleh larangan-larangan dari orang tuanya

sebab anak sudah dapat mengatur sendiri tingkah lakunya dan membatasi

sendiri tingkah lakunya sesuai dengan kata hatinya. Fase keempat ini

biasanya dicapai anak pada tahun kelima dari kehidupannya dan pada saat

ini anak sudah mulai mempunyai sikap tertentu dalam menghadapi

lingkungan sosialnya. (Doyle P Jhonson, 1986: 128-136)

2. Masa remaja.

Masa remaja merupakan masa transisi masa kanak-kanak menuju

masa dewasa. Remaja dalam gambaran umum merupakan suatu periode

yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan menyelesaikan

pendidikan untuk tingkat menengah. Perubahan biologis yang

membawanya pada usia belasan sering mempengaruhi perilaku remaja

mereka .

Agen sosialisasi berubah ketika seseorang menginjak masa remaja,

dimana sosialisasi yang dilakukan oleh peer group menjadi penting.

Dalam sosialisasi ini sekolah turut berperan karena anak-anak dan remaja

Page 35: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

melewatkan sebagian waktunya di sekolah. Sekolah memberikan peluang

kepada remaja untuk dapat bergaul dengan teman sebaya dan supaya dapat

hidup dalam masyarakat.

3. Masa dewasa

Ada 3 hal yang diharapkan dari dewasa, yaitu bekerja, menikah,

dan mempunyai anak. Untuk ketiga hal itu seseorang juga memerlukan

proses belajar. Sosialisasi pada orang dewasa merupakan proses dimana

individu dewasa mempelajari norma, nilai, dan peranan yang baru dalam

lingkungan sosial yang baru pula, misalnya peranan sebagai pekerja dalam

memasuki dunia kerja.

4. Masa tua dan menuju kematian.

Seseorang berada pada usia lanjut, mereka diperlakukan seperti

anak kecil sampai akhirnya seseorang individu yang sangat tua

diberlakukan sebagai non person seperti halnya anak kecil yang seolah-

olah mereka tidak ada.

Proses sosialisasi bagi orang usia lanjut dimulai secara perlahan

lahan. Sebagian besar orang berusia 60an mulai menerima ide dengan

sangat bahwa mereka harus melangkah secara perlahan dan mengurangi

jam kerja mereka. Mereka menerima dengan mutlak bahwa kegiatan santai

untuk mengisi waktu luang mereka merupakan kegiatan pengganti dari

kerja.

Tahap terakhir dalam siklus kehidupan ini adalah kematian.

Sistem sosial memiliki mekanisme untuk mempersiapkan orang menuju

Page 36: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kematiannya. Dalam proses ini kematian biasanya secara tidak sadar dialami

oleh seseorang, seperti menghindari pemakaman karena apa yang terjadi di

pemakaman sedikit banyak memberi nilai-nilai baru yang akan menjadi

bagian dari seseorang. (George Ritzer, 1979: 113-131)

Elizabeth B Hurlock (1972: 334-340) menyebutkan beberapa

pola sosialisasi yang biasa dikembangkan orang tua dalam menanamkan

disiplin pada anak-anaknya, yaitu:

1. Pola asuh Otoriter

Dalam pola asuh ini, orang tua memiliki kaidah dan peraturan yang

kaku dalam mengasuh anak-anaknya. Setiap pelanggaran dikenakan

hukuman. Sedikit sekali atau tidak pernah ada pujian atau tanda-tanda

yang membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan

aturan tersebut. Tingkah laku anak dikekang secara kaku dan tidak ada

kebebasan berbuat kecuali perbuatan yang sudah ditetapkan oleh

peraturan. Orang tua tidak mendorong anak untuk mengambil keputusan

sendiri atas perbuatannya, tetapi menentukan bagaimana harus berbuat.

Dengan demikian, anak tidak memperoleh kesempatan untuk

mengendalikan perbuatan-perbuatannya.

2. Pola asuh Demokratis

Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan

yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi

semua peraturan dalam pola asuh demokratis. Orang tua menekankan

aspek pendidikan ketimbang aspek hukuman. Hukuman tidak pernah kasar

Page 37: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan diberikan apabila anak dengan sengaja menolak perbuatan yang harus

ia lakukan. Apabila perbuatan sesuai dengan apa yang ia patut lakukan,

orang tua memberikan pujian. Orang tua yang demokratis adalah orang tua

yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri.

3. Pola asuh Permissif

Sedangkan dalam pola asuh permissif, orang tua bersikap

membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak dan tidak pernah

memberikan hukuman kepada anak. Pola ini ditandai dengan sikap orang

tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang

member batasan dari tingkah lakunya. Pada saat terjadi hal-hal yang

berlebihan barulah orang tua bertindak. Pola ini pengawasan menjadi

sangat longgar.

Orang tua belum tentu menggunakan satu pola saja, ada

kemungkinan menggunakan ketiga pola sosialisasi itu sekaligus secara

bergantian. Walau demikian, ada kecenderungan orang tua untuk lebih

menyukai atau lebih sering menggunakan pola tertentu yang dalam

penggunaannya dipengaruhi sejumlah faktor sebagai berikut:

· Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang

tua mereka. Bila orang tua menganggap bahwa pola sosialisasi orang

tua yang terbaik, maka pada saat mereka mempunyai anak, mereka

kembali memakai pola sosialisasi yang mereka terima. Sebaliknya, bila

mereka menganggap bahwa pola sosialisasi orang tua mereka dahulu

salah, biasanya mereka memakai pola yang berbeda.

Page 38: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

· Menyamakan pola sosialisasi yang dianggap paling baik oleh

masyarakat di sekitarnya. Pilihan ini terutama dilakukan oleh orang tua

yang usianya masih muda dan kurang berpengalaman. Mereka lebih

dipengaruhi oleh apa yang dianggap oleh masyarakat di sekitarnya baik

daripada oleh keyakinan sendiri.

· Usia orang tua. Orang tua yang usianya masih muda cenderung untuk

memilih pola sosialisasi yang demokratis atau permissif dibandingkan

dengan mereka yang lanjut usia.

· Kursus-kursus. Orang tua yang telah mengikuti kursus persiapan

perkawinan, kursus kesejahteraan keluarga, atau kursus pengasuhan

anak, akan lebih mengerti tentang anak dan kebutuhan-kebutuhannya

sehingga mereka cenderung untuk menggunakan pola demokratis.

· Jenis kelamin orang tua. Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang

anak, oleh karena itu mereka lebih demokratis terhadap anaknya

dibandingkan dengan pria.

· Status sosial ekonomi juga mempengaruhi orang tua dalam

menggunakan pola sosialisasi mereka bagi anak-anaknya.

· Konsep peranan orang tua. Orang tua yang tradisional cenderung lebih

menggunakan pola otoriter dibandingkan dengan orang tua yang

modern.

· Jenis kelamin anak. Orang tua juga memberlakukan anak-anak mereka

sesuai dengan kelaminnya, misalnya terhadap perempuan mereka harus

menjaga ketat sehingga menggunakan pola yang otoriter. Sedangkan

Page 39: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

anak laki-laki cenderung lebih permissif atau demokratis atau mungkin

juga sebaliknya.

· Usia anak. Pada umumnya pola otoriter sering digunakan pada anak-

anak kecil karena ,mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik

dan mana yang buruk, mana yang salah dan mana yang benar sehingga

orang tua kelihatannya lebih sering memaksa atau menekan.

· Kondisi anak. Bagi anak-anak yang agresif lebih menggunakan pola

asuh otoriter, sedangkan pada anak yang mudah merasa takut atau

cemas lebih tepat digunakan pola yang demokratis.

F. Definisi Konseptual

Sosialisasi

Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar ia

dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku

dalam masyarakat dimana individu itu berada. Oleh karena itu penting bagi

Sosiologi untuk mempelajari sosialisasi karena tanpa tahap sosialisasi suatu

masyarakat tidak akan dapat berlanjut dengan generasi berikutnya. Jadi

sosialisasi juga merupakan proses transisi kebudayaan antar generasi karena

tanpa sosialisasi masyarakat tidak dapat bertahan melebihi satu generasi.

Syarat penting untuk berlangsungnya sosialisasi adalah interaksi sosial

karena tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin berlangsung. Menurut

Van der Zande (1979: 75), yaitu:

“ Sosialisasi adalah proses interaksi sosial, dimana kita mengenal cara-cara berfikir, berperasaan, dan berperilaku sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat.” (J.W. Van der Zanden, 1979:75)

Page 40: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Definisi yang hampir sama dikemukakan oleh Paul B Harton yaitu :

“ Sosialisasi adalah proses dimana seseorang menghayati (mendarah daging / menginternalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.” (Paul B. Horton, 1999: 100)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi adalah

1. Proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya.

2. Upaya untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami dan dihayati oleh masyarakat.

Sosialisasi dialami oleh individu sebagai makhluk sosial sepanjang

kehidupannya, sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia. Sebagaimana

Havighurst dan Neugarten menyebutkan bahwa :

“ Socialization is process by which children learn the way of their society and make these ways part of their own personalities.” (R. J. Havighurst dab Neugarten , 1967 : 74).

Karena interaksi merupakan kunci berlangsungnya proses sosialisasi

maka diperlukan agen sosialisasi, yakni orang-orang disekitar individu

tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Agen sosialisasi ini

merupakan orang yang paling dekat dengan individu, seperti orang tua,

kakak-adik, saudara, teman sebaya, guru atau instruktur, dan lain sebagainya.

Sosialisasi Agama Khonghucu dari orang Tua terhadap anaknya

Sama halnya dengan agama yang lain, agama ini juga melakukan

sosialisasi, yakni bentuk sosialisasi dari orang tua terhadap anaknya yang dari

sedini mungkin sudah diperkenalkan. Seperti yang terdapat dalam Delapan

Pengakuan Iman dalam agama Khonghucu (Isi dari delapan pengakuan iman

ini telah disebutkan sebelumnya pada Definisi Konseptual) dan yang salah

satunya adalah memupuk Cinta Bakti kepada leluhur atau orang tuanya. Dan

Page 41: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hal ini harus ditanamkan sejak dini pada anak melalui berbagai cara

peribadatan serta memperkenalkan hal-hal yang sifatnya peribadatan kepada

anak. Seperti keberadaan simbol-simbol agama yang ada dalam peribadatan.

Dalam peribadatan umat Khonghucu melakukan di depan altar. Altar

yaitu berupa meja persembahan yang digunakan untuk sembahyang, biasanya

diletakkan di ruang tamu dan dilengkapi dengan beberapa sesaji dan foto-foto

leluhur yang telah meninggal. Serta menggunakan Hio. Hio adalah sejenis

dupa berbentuk panjang dan tipis yang berbau harum. Untuk peribadatan

menggunakan hio yang berwarna merah, sedangkan untuk upacara kematian

menggunakan hio yang berwarna hijau. Hio ini dibakat sambil mengucapkan

doa-doa kepada Tuhan. Setelah selesai berdoa, hio ditancapkan ke hio lo

(tempat menancapkan hio, biasanya terbuat dari tembaga dan berisi abu. Altar

juga digunakan untuk media peribadatan agama Budha, tetapi tidak ada foto

leluhurnya.

Agama Khonghucu juga memiliki salam seperti halnya orang Islam.

Dalam agama Khonghucu, salam juga diucapkan secara lisan sambil

mengepalkan tangan kiri, sebagai simbol positif/aktif/ laki-laki, yang

melingkari tangan kanan, sebagai simbol negatif/pasif/perempuan, tetapi di

depan dada. Salam tersebut diucapkan sebagai berikut: Wei te tong tian,

artinya : hanya kebajikan saja Tuhan berkenan. Kemudian salam tersebut

akan disambut dengan jawaban sebagai berikut : Xian You yi te , artinya :

mari kita miliki yang satu itu (kebajikan).

Page 42: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal-hal sederhana yang dilakukan oleh para penganut agama

Khonghucu ini harus sudah mulai diperkenalkan. Mulai dari hal-hal

sederhana yang dimengerti oleh anak-anak, yang berhubungan dengan

keimanan dan ajaran-ajaran yang nantinya akan dipelajari nantinya.

Agama

Kata agama adalah bahasa sansekerta yang berarti tradisi menurut

Arthur Mc Donnel berarti tidak bergerak. Sedang dalam bahasa Latin, agama

dijelaskan sebagai berikut:

1. Agama itu hubungan antara manusia dengan manusia super. (Servius)

2. Agama itu pengakuan dan pemuliaan kepada Tuhan (J. Kramers)

(Wikipedia.com)

Kata Agama jika dijabarkan secara kata-kata yaitu “A” yang berarti

tidak dan “ Gama” berarti kacau. Jika digabungkan sesuatu yang membuat

suatu keadaan tidak kacau.

Dalam bahasa Eropa, Mc Muller dan Herbert Spencer menjelaskan

agama sebagai sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan tenaga akal dan

pendidikan.

Menurut bahasa Indonesia, agama itu hubungan manusia–Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk dan sikap berdasarkan doktrin tertentu (Drs. Sidi Gazalbi) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian atau kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. James Redfield, dalam satu bukunya mengenai sejarah pengantar

agama, mengatakan bahwa agama adalah pengarahan manusia agar tingkah

Page 43: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lakunya sesuai dengan perasaan tentang adanya hubungan antara jiwanya

dengan jiwa yang tersembunyi, yang diakui kekuasaannya atas dirinya dan

atas sekalian alam dan dia rela merasa berhubungan seperti itu.

Hendropuspito (2000:34) mendefinisikan agama sebagai suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya. Adapun agama dalam pengertian sosiologi adalah gejala sosial yang

umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini tanpa

kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan bagian

dari sistem sosial suatu masyarakat. Agama juga bisa dilihat sebagai unsur

dari kebudayaan suatu masyarakat, disamping unsur-unsur lain seperti

kesenian, bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan, dan sistem

organisasi sosial. (Dr. H. Dadang Kahmad, Msi, 2000: 14)

Keimanan

Agama Khonghucu, setiap umat wajib untuk menanamkan dengan

sungguh-sungguh keimanan tersebut harus benar- benar diakui.

Khonghucu mempunyai delapan iman sehingga disebut Delapan

Pengakuan Iman atau Ba Cheng Chen Gui. Ba berarti delapan, Cheng berarti

iman, dan Chen Gui berarti ditanamkan. Delapan pengakuan Iman dalam

agama Khonghucu yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Sepenuh iman percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang

Tian)

Artinya umat mengakui dengan sungguh-sungguh bahwa adanya Tuhan

(Tian) yang menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya, termasuk

Page 44: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

manusia. Selain itu, umat juga mengakui kesempurnaan Tuhan dengan

segala kemuliaannya.

b. Sepenuh Iman Menjunjung Kebajikan(Cheng Zun Jue De)

Artinya umat melaksanakan kebajikan sebagaimana diatur dalam Kitab

Suci, yaitu mengemban firman Tuhan. Hidup untuk berbuat baik.

c. Sepenuh Iman menegakkan Firma Gemilang. ( Cheng Li Ming Ming)

Artinya umat mampu mengamalkan perintah Tuhan (Tian). Paling tidak

ada lima sifat yang mampu diamalkan oleh umat, disebut sebagai Lima

Sifat Kekekalan / Lima Sifat Mulia (Wu Cang). Setiap umat mempunyai

kemampuan untuk mengamalkan firman Gemilang. Umat bukannya

diwajibkan saja, tetapi mempunyai kemampuan untuk melaksanakan

kewajiban tersebut.

d. Sepenuh Iman Percaya adanya nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)

Artinya umat mengakui adanya nyawa dan roh pada dirinya. Nyawa

merupakan kebutuhan jasmani saja, sedangkan roh merupakan kebutuhan

rohani. Setiap umat tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmani saja namun

juga rohani. Oleh karena itu, manusia harus memenhi kebutuhan rohaninya

melalui agama dan belajar. Ketika manusia meninggal, maka rohnya tetap

hidup.

e. Sepenuh iman memupuk cita bakti (Cheng Yang Xiao Shi)

Artinya umat berbakti kepada kedua orang tua dan leluhurnya. Sekalipun

orang tua atau leluhurnya telah meninggal dunia, bakti tetap dilakukan.

Orang tua mempunyai status yang sangat penting bagi anak-anaknya

karena mereka lahir di dunia melalui perantara orang tuanya. Peran orang

Page 45: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tua sangat penting itu menjadikan anak wajib berbakti kepada orang

tuanya, termasuk leluhurnya.

f. Sepenuh iman mengikuti genta Rohani Nabi Khong Cu (Chen Sun Mu

Duo)

Artinya umat mengakui bahwa Nabi Khong Cu adalah utusan Tian

(Tuhan) yang bertugas menyampaikan kabar dari Nya (agama).

g. Sepenuh iman memuliakan Kitab Su Sid an Kitab Ngi King (Cheng Qin

Jing Shu)

Artinya umat mengakui kitab Shi Su Kitab Wu Jing sebagai kitab

Sucinya. Umat mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran yang

terkandung di dalamnya.

h. Sepenuh iman menempuh jalan suci dan mengamalkannya.(Cheng Xing

Da Dao)

Artinya umat menerapkan watak dasar manusia yang aslinya baik adanya

dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan ajaran agama yang

disampaikan Nabi Khong Cu.

Kitab Suci

Kitab Suci adalah pedoman dalam suatu agama untuk diterapkan

dalam kehidupan sehari hari. Semua yang ada di bumi ini telah diatur dalam

kitab Suci. Dari mulai cara berbakti pada orang tua, beribadah, tentang

pahala, dosa, kabaikan dan kejahatan, adanya sorga dan neraka dan lain-lain

yang fungsinya untuk mengatur kehidupan beragama di dunia.

Page 46: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Agama Khonghucu juga mempunyai kitab suci seperti halnya

agama lain yang ada di Indonesia. Dalam kitab suci terkandung ajaran moral

yang dijadikan pandangan hidup bagi para pengikutnya. Disamping itu kitab

suci ini sangat dihormati dan dijaga keasliannya.

Kitab suci Khonghucu sampai pada bentuknya yang sekarang ini

mempunyai masa perkembangan yang panjang. Kitab suci tertua berasal dari

Raja Suci Giau (2357-2255 SM) dan yang termuda ditulis oleh Bing Cu,

meliputi sekitar 2000 tahun.

Dalam Agama Khonghucu terdapat 2 kitab suci. Namun kitab

pokok yang digunakan adalah Kitab Shi Su (Kitab yang empat), berisi ajaran

Nabi Khong Cu, yang dibukukan oleh muridnya dan dipertegas oleh Bing Cu.

Selain itu ada lagi Kitab Wu Jing, yaitu kitab yang mendasari inti agama

Khonghucu yang berasal dari para Nabi purba yang diterima langsung dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Keluarga

Arti keluarga

Menurut Tirtaraharja dalam Asih Wiyati (2000)

“Keluarga adalah kelompok primer yang terdiri atas sejumlah orang, karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak”(Asih Wiyati, 2000: 25), Menurut Iver dan Page (dalam bukunya Khairudin.1997:3)

“Family is a group defined by sex reletionship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and bringging of children.”

Page 47: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jadi keluarga merupakan kelompok yang dibatasi hubungan seksual yang

bertujuan memenuhi kebutuhan hidup secara tepat dan dapat bertahan serta

dapat menghasilkan dan mendidik anak.(Su’adah, 2005:22)

Sedangkan Elliot and Merrile mengemukakan tentang keluarga

“Family is agroup of two or more persons residing together who are related by blood, mariage, or adoption.” Jadi keluarga adalah kelompok yang terdiri dari 2 atau lebih orang yang

tinggal bersama, dimana memiliki hubungan darah, pernikahan atu hubungan

pengangkatan. .(Su’adah, 2005:22)

Bogardus mengatakan tentang keluarga sebagai berikut:

“The family is a small social group, normally composed of a father, a mother, and one or more children, in which affection and responsibility are equitably shared and in which the children are reared to become self controlled and social motivated.”

Jadi keluarga adalah kelompok kecil di masyarakat yang terdiri dari ayah,

ibu, dan satu atau lebih anak, dimanakasih sayang dan tanggung jawab dibagi

secara adil serta menghasilkan anak yang dapat mengandalikan diri dan

manjadi individu yang memiliki motivasi di masyarakat. .(Su’adah, 2005:22).

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa keluarga merupakan

sekelompok orang yang terikat dalam perkawinan atau hubungan darah yang

terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang didik dan diberikan kasih sayang

secara adil yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Ciri keluarga

Menurut Iver dan Page (Khairudin, 1997:6) ciri–ciri umum keluarga

meliputi :

Page 48: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan

dengan hubungan perkawinan yang dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota kelompok yang

mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan

dengan kemampuan mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok

keluarga.

Menurut Khairudin, 1997:8 ciri penjelasan dalam keluarga yaitu:

1. Kebersamaan,keluarga merupakan bentuk yang paling universal diantara

bentuk organisasi sosial lainnya dan dapat ditemukan dalam suatu

masyarakat.

2. Dasar emosional, hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan sangat

mendalam dari sifat organis kita seperti perkawinan.

3. Pengaruh perkembangan,hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan

yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk

manusia dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kehidupan,

dalam kesadaran hidup yang mana merupakan sumbernya. Pada khususnya

hal ini membentuk karakter individu lewat pengaruh kebiasaan organis

maupun mental.

Page 49: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Ukuran yang terbatas, keluarga merupakan kelompok yang terbatas

ukurannya yang dibatasi oleh kondisi biologis yang tidak dapat lebh tanpa

kehilangan patriarkal, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari

satuan keluarga.

5. Tanggung jawab para anggota, keluarga memiliki tuntutan yang lebih

besar dan kontinyu dari pada yang biasa dilakukan oleh asosiasi lainnya.

Pada masa krisis manusia mungkin bekerja, berperang dan mati demi

negara mereka. Tetapi mereka harus membanting tulang sepanjang

hidupnya demi keluarga.

6. Aturan kemasyarakatan, hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal

yang tabu di dalam masyarakat dan aturan-aturan yang sah yang dengan

kaku menentukan kondisi-kondisinya.

7. Sifat kekekalan dan kesetaraan, sebagai instruksi, keluarga merupakan

suatu yang demikian permanen dan universal, dan sebagai asosiasi

merupakan organisasi menjadi terkelompok disekitar keluarga yang

menuntut perhatian khusus.

Macam keluarga

Menurut Vembriarto (1993:49) keluarga dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Keluarga Inti (nuclear family)

Yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak-anak.

2. Keluarga yang diperluas (extended family)

Yaitu keluarga selain ada suami, istri dan anak-anak, juga terdapat nenek,

kakek, paman, bibi, kemenakan, dan saudara-saudara lainnya.

Page 50: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada umumnya keluarga- keluarga yang ada di pulau jawa terutama di

pedesaan berbentuk extended famili, karena satu keluarga terdiri atas keluarga

inti yang ditambah dengan kakek, nenek, paman, bibi, kemenakan dan saudara-

saudara lainnya.

Sedangkan menurut Vembriarto dalam bukunya mengatakan bahwa

“keluarga sebagai tempat individu dilahirkan dan mengalami proses sosialisasi disebut keluarga orientasi. Sedangkan keluarga yang dibentuk melalui perkawinan dan anak-anak sebagai hasil perkawinannya disebut keluarga prokreasi. Keanggotaan individu mula-mula adalah dalam keluarga orientasi, kemunduran karena perkawinan, beralih kepada keluarga prokreasi.”

Fungsi keluarga

Dalam sebuah keluarga selalu memiliki fungsi yang secara langsung

maupun tidak langsung memberikan informasi serta menjadi sosialisasi awal

dalam sebuah kelompok paling kecil yang ada di masyarakat. Keluarga

berfungsi sebagai tempat sosialisasi yang utama bagi anak untuk menanamkan

suatu pengendalian sosial dalam keluarga, suatu kesatuan antara sistem yang

kurang baik adalah menanamkan kepada anak-anak untuk mencapai suatu

kesalahan.

Bagi anak-anak, keluarga adalah fakta penting yang berguna untuk

membentuk kepribadiannya. Keluarga dapat memberikan identitas dalam

kelompok, membawa persetujuan dari teman-temannya dan mengajarkan

kepadanya untuk mengetahui perasaan untuk saling memberi dan meneriman

dengan orang yang lain. Artinya, keluarga memberikan cara kebiasaan

kepadanya untuk kelangsungan hidupnya, dan menganjurkan untuk terampil

Page 51: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai bahasa dan pengalaman dengan lingkungannya, dimana hal tersebut

sangat perlu bagi keberhasilan untuk masa depannya.

Bagi orang tua keluarga membawa perubahan dari perhatian, kepuasan

emosi dimana akan sangat berharga bagi saat hidup yang terakhir, suatu

tanggung jawab, dan kegembiraan bagi kehidupan yang baru serta kepribadian

yang baru.

Namun pada dasarnya menurut Horton (1993:274-279) keluarga

mempunyai fungsi pokok yaitu:

1. Fungsi pengaturan sosial.

Keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang merupakan wahana bagi

masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan

seksual

2. Fungsi seksual

Yaitu fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau melahirkan anak.

3. Fungsi Afeksi

Fungsi ini merupakan sebuah kebutuhan dasar yang dimiliki manusia yaitu

berupa rasa kasih sayang baik itu kepada istri, suami, anak ataupun dengan

keluarga yang lain.

Menurut Khairudin (1990) fungsi pokok keluarga meliputi:

a. Fungsi biologis Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak. Fungsi biologis

orang tua ialah melahirkan anak. Fungsi ini adalah dasar kelangsungan hidup masyarakat. Bagi pasangan suami istri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan seksual dan mendapat keturunan.

Fungsi ini memberikan kesempatan hidup bagi setiap anggotanya. Keluarga disini menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat tertentu.

Page 52: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Fungsi Afeksi Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan

kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai dasar. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan aktor penting bagi pribadi anak. Masyarakat yang impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi terdapat dalam institusi sosial yang lain.

c. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk

mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan, sehingga terdapat proses saling belajar diantara anggota keluarga. Dalam situasi ini orang tua menjadi pemegang peranan utama dala proses pembelajaran anak-anaknya, terutama dikala mereka belum dewasa. Kegiatan tersebut antara lain melalui asuhan, bimbingan, contoh dan teladan,

d. Fungsi beragama Fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk mengenalkan, membimbing, memberi tauladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenai kaidah agama dan perilaku keagamaan. Fungsi ini mengharuskan orang tua, sabagai seorang tokoh inti dan panutan dan keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluargannya.

e. Fungsi perlindungan Fungsi perlindungan dalam keluarga inilah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul. Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga. Kita memberikan pendidikan kepada anak dan anggota keluarga lainnya berarti memberikan perlindungan secara mental dan non moral, disamping perlindungan yang bersifat fisik bagi kelanjutan hidup orang-orang yang ada dalam keluarga itu. Secara fisik keluarga harus melindungi anggotanya supaya tidak kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan, kesakitan dan lain-lainnya.

f. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadia anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan sosial dan norma – norma sosial, sehingga kehidupan disekitarnya dapat dimengerti oleh anak, dan pada gilirannya anak dapat berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap lingkungannya. Lingkungan yang mendukung

Page 53: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sosialisasi anak antara lain tersedianya lembaga-lembaga dan sarana-sarana pendidikan serta keagamaan.

g. Fungsi kasih sayang Dalam fungsi ini keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalm suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagi masalah dan persoalan hidup. Keadaan ini menjadi ciri dari kehidupan yang sejahtera dan bahagia.

h. Fungsi ekonomis Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga. Pelaksanaan fungsi ini oleh dan untuk keluarga dan dapat meningkatkan pengertian dan tanggung jawab bersama para anggota keluarga dalam kegiatan ekonomi

i. Fungsi Rekreatif Fungsi ini tidak harus dalam membentuk kemewahan, serba ada, dan pesta pora, melainkan melalui penciptaan suasana kehidupan yang tenang dan harmonis didalam keluarga. Suasana rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila dala kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai , jauh dari ketegangan batin dan pada saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari. Disamping itu fungsi rekreatif dapat menciptakan pula di luar rumah tangga, seperti mengadakan kunjunagan ke tempat-tempat yang bermakna bagi keluarga.

j. Fungsi Status Keluarga Fungsi ini dapat dicapai bila keluarga telah menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini menunjukkan pada kadar kedudukan (status) keluarga dibanding dengan keluarga lainnya. Status ini terungkap dari pernyataan orang tentang status seseorang atau keluarganya. Keluarga merupakan sistem sosial yang terdiri dari beberapa subsistem yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Subsistem dalam keluarga adalah fungsi-fungsi hubungan antar anggota keluarga yang ada dalam keluarga, seperti fungsi hubungan ayah dan ibu, anak dengan ayah, anak dengan ibu, dan sebagainya. Di dalam keluarga berlaku hubungan timbal balik antara para anggotanyadan juga antar para anggota keluarga, mempunyai status dan peran yang sesuai dengan status tersebut. (Khairudin ,1990:59-65)

Timbul persoalan lebih lanjut, siapakah yang mempunyai tanggung

jawab untuk mendidik dan menumbuhkan anak untuk menjadi manusia

seutuhnya. Menurut Moeljarto (1987: 35):

Page 54: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“ kiranya dapat dimengerti bahwa bagi anak dalam usia dini, learning

environtment yang pertama dan utama adalah keluarga dengan ibu sebagai

pusatnya. Keluarga, sebagai suatu sosio-biologis yang diikat oleh rasa asih,

asuh, tolong-menolong dan pembagian kerja diantara para anggotanya,

menduduki porsi strategis untuk menciptakan learning environtment yang

positif bagi tumbuh kembang anak”

Diantara anggota keluarga tadi, ayah, dan terutama ibu, menduduki

posisi yang strategis. Fungsi ayah jelas tak terbatas pada pencari nafkah. Ayah

sering mengejawantahkan figur yang menjadi simbol disiplin, kewibawaan

serta keadilan. Fungsi ayah dalam penanaman nilai –nilai agama juga sangat

besar, yakni sebagai tempat untuk contoh bagi anak-anaknya dalam

menjalankan semua kewajiban-kewajiban beragama.

Figur yang paling menentukan pribadi anak di kemudian hari adalah

ibu. Posisi strategis ibu dalam bentuk hubungan yang khusus antara anak dan

ibu. Terpisah jasmani ibu dan jasmani anak pada waktu kelahiran. Tidak

memutuskan emosional dan hubungan sosial antara keduanya. Ibu tetap

menjadi obyek lekat atau tambatan hati utama si anak. Melalui posisi ini

sosialisasi yang ada dalam keluarga bisa tersampaikan kepada anak melalui

proses yang ada. Termasuk juga sosialisasi dalam kehidupan beragama yang

secara tidak langsung mulai ditanamkan orang tua terutama ibu sejak usia dini

sehingga menjadikan individu yang diharapkan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Page 55: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang

bertujuan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu.

Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif ,

yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang

nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh. Jadi penelitian

deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara

rinci dan mendalam terhadap suatu permasalahan.

Dalam hal ini penelitian ini membahas adanya agama Khonghucu

yang dahulu merupakan agama di Dataran China (Tiongkok) yang datang ke

Indonesia pada beberapa abad yang lalu yang diterima oleh Bangsa kita,

namun ketika Orde baru ada agama ini dilarang untuk melakukan berbagai

aktivitasnya termasuk kegiatan beribadah dan perayaan hari besar agama

Khonghucu. Dengan kondisi demikian bagaimana perkembangannya

sekarang serta bagaimana agama ini disosialisasikan dalam sebuah keluarga

Khonghucu setelah kembali diresmikannya agama ini sebagai agama yang

resmi di Negara Indonesia.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta, Provinsi Jawa

Tengah. Penulis memilih Kota Surakarta dengan alasan Kota Surakarta

mempunyai hubungan sejarah yang sangat penting dalam perkembangan

Page 56: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

agama Khonghucu. Selain itu, ada beberapa tokoh, terutama Rohaniawan

agama Khonghucu yang berdomisili di Kota Surakarta dan juga keberadaan

Lithang Gerbang Kebajikan (tempat ibadah agama Khonghucu yang berada di

daerah Jagalan) yang begitu penting untuk ritual peribadatan dan kegiatan

lainnya

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian kualitatif secara umum dapat

dikelompokkan dalam 2 cara, yaitu metode atau tehnik pengumpulan data

yang bersifat interaktif (wawancara mendalam, observasi berperan dalam

beberapa tingkatan dan FGD (Focus Group Discussion) dan non interaktif

(kuisioner, mencatat dokumen atau arsip dan juga observasi tak berperan)

(J.P.Goetz dan M.D. Le Comte, 1984)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara secara

mendalam dan observasi tak berperan , sedang metode noninteraktif penulis

menggunakan catatan dokumen.

4. Tehnik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan

kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap oleh peneliti

dapat memberikan informasi secara mendalam dan dapat dipercaya. Bahkan

dalam proses pelaksanan pengumpulan data, pilihan informasi dapat

berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dan

memperoleh informasi. Dalam penelitian ini informan yang dipilih hanya

beberapa saja yang benar-benar dianggap mengetahui masalah ini dan

Page 57: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempunyai informasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemuka

agama Khonghucu dan keluarga penganut agama Khonghucu.

Penulis juga menggunakan Time Sampling, yakni waktu yang tepat

untuk mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat. Dari pilihan waktu

tersebut, penulis dapat mendapatkan sejumlah informasi yang terkadang tidak

bisa didapatkan di waktu biasanya. Misalnya Sembayang Tangcik, Kelahiran

Nabi Khonghucu, waktu-waktu kebaktian. Peneliti juga memilih waktu yang

tepat agar tidak menggangu kesibukan para informan.

5. Tehnik Analisis Data

Dalam proses analisi terdapat tiga komponen utama yang harus benar-

benar dipahami oleh peneliti kualitatif. Tiga komponen utama tersebut adalah

a. Reduksi data

b. Sajian Data

c. Penarikan Kesimpulan serta verifikasi.

Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling

berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Selain itu tiga komponen

analisis tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik

antar komponennya. Dalam bentuk penelitian ini penelitian tetap bergerak

diantara tiga komponen analisi dengan proses pengumpulan data selama

kegiatan pengumpulan data berlangsung.

6. Validitas Data.

Page 58: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Trianggulasi data merupakan tehnik yang didasari pola pikir

fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik satu

simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang.

Dalam penelitian ini, penulis lebih banyak dan cenderung untuk

menggunakan Trianggulasi sumber dalam penelitian ini. Caranya dengan

menggali informasi sedalam-dalamnya dari informan dari satu narasumber

tertentu, dari kondisi lokasinya, dari aktifitas yang menggambarkan perilaku

orang atau warga masyarakatnya dan dari arsip-arsip yang ada yang dapat

menguatkan informasi yang ada yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

penulis. Fungsi trianggulasi ini adalah untuk memeriksa serta

membandingkan informasi yang diperoleh pada saat ada di lapangan yang

dalam penelitian ini berasal dari rohaniawan, orang tua dan anak.

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. KOTA SURAKARTA

Page 59: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta. Surakarta

(sering disebut dengan Solo atau Sala) merupakan sebuah kotamadya dan

sekarang telah menjadi kota besar di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Kota Surakarta merupakan daratan rendah dengan ketinggian kurang lebih

92 meter di atas permukaan laut, secara geografis berbatasan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan

Kabupaten Boyolali.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan

Kabupaten Sukoharjo.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten

Karanganyar.

Di Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat kesepuluh kota

terbesar (setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makasar,

Denpasar, Palembang, dan Yogyakarta).

Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan. Setiap kecamatan dibagi

menjadi kelurahan, dan setiap kelurahan dibagi menjadi kampung-

kampung yang kurang lebih setara dengan Rukun Warga (RW). Kota

Surakarta yang seluas 44,06km2 yang terbagi dalam lima kecamatan

sebagai berikut:

1. Kecamatan Banjarsari.

2. Kecamatan Jebres.

3. Kecamatam Laweyan.

49

Page 60: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Kecamatan Serengan.

5. Kecamatan Pasar Kliwon.

Sedangkan jumlah penduduk Kota Surakarta menurut agama yang

dianut 2008. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jumlah penganut agama yang ada di kota Surakarta menurut agama

dan kecamatan

Kecamatan Islam Katholik Protestan Budha Hindu Khonghucu Jumlah

Laweyan 87.937 10.494 10.460 531 427 0 109.849

Serengan 49.380 7.405 6.631 132 97 0 63.645

Ps. Kliwon 67.757 10.055 9.318 734 163 0 88.027

Jebres 94.420 24.185 21.304 879 1.868 359 143.015

Banjarsari 138.927 28.240 24.969 1.650 644 2 194.432

Jumlah 438.421 80.379 72.682 3.926 3.199 361 598.968

Sumber : Departeman Agama Kota Surakarta tahun 2008

Berikut ini merupakan tempat ibadah yang ada di Kota Surakarta pada

tahun 2006-2008 menurut jenis dan kecamatan. Selengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Kecamatan masjid Gereja

Katolik

Gereja

Kristen Kuil/Vihara/Klenteng

Surau/

langgar/

Mushola

Laweyan 183 2 20 2 58

Page 61: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Serengan 43 0 7 0 2

Pasar Kliwon 79 13 0 0 23

Jebres 83 1 55 3 74

Banjarsari 117 1 56 4 57

Jumlah 505 17 138 9 214

2007 502 5 166 6 307

2006 460 5 165 6 132/175

Sumber : BPS Surakarta tahun 2008 ( Surakarta dalam Angka 2008)

B. Umat Khonghucu di Surakarta

Ketiadaan umat Khonghucu dalam daftar statistik di atas bukan

merupakan indikator mutlak eksistensi agama dan umat Khonghucu di

Surakarta, serta kurangnya sosialisasi para orang tua agar anaknya tetap

menggunakan agama Khonghucu ini hingga akhir hayat. Ritual

peribadatan yang berlangsung pada tempat ibadah (Lithang Gerbang

Kebajikan, yang terletak di daerah Jagalan, Solo). Masih tampak dua

hingga tiga puluhan umat yang dengan tekun dan khidmad mengikuti

kebaktian yang dilaksanakn setiap pagi, sebagian besar memang berusi

diatas 50 tahunan atau telah lanjut usiayang bertolak belakang dengan

decade 60-an. Saat itu, umat yang mengikuti kebaktian memenuhi Lithang,

bahkan hingga halaman.

Minimnya umat ini juga tidak lepas dari Kebijakan Era Orde Baru.

Misalnya Inpres no. 14/1967 yang melarang segala bentuk agama,

kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa dan Surat Edaran Mentri Dalam

Page 62: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Negeri no.477 tanggal 18 November 1978 yang mengakui agama resmi

Negara (tanpa Khonghucu). Kedua kebijakan politik ini secara nyata telah

menekan kebebasan baragama bagi warga Negara. Selain bertentangan

dengan HAM, kebijakan tersebut secara jelas juga bertolak belakang

dengan Pasal 29 ayat 2 tentang jaminan kebebasan beragama dan

beribadah oleh Negara. Akibatnya adalah umat Khonghucu terpaksa

pindah ke agama lain (konversi) agar tidak mendapat level atheis, untuk

memenuhi keperluan pendidikan (ijasah) dan masalah kepandudukan

(identitas). Tidak bisa dipungkiri bahwa kbijakan politik mempunyai

pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkambangan agama

Khonghucu.

Pengakuan kembali terhadap agama Khonghucu yang diatur dalam

Kepres no. 6/2000 memberikan kesempatan lagi untuk berkembang.

Begitu juga dengan Kepres no. 19/2002 yang menjadikan Hari Raya Imlek

sebagai libur nasional. Pengakuan kembali secra formal ini telah

memberikan harapan yang begitu besar bagi agama Khonghucu. Dengan

ditetapkannya Imlek sebagai hari raya bagi agama Khonghucu benar-benar

telah diakui secara syah dan legal sebagai agama ke-enam.

Melalui MAKIN Solo yang merupakan lembaga keagamaan daerah

Tingkat II, mimbar agama Khonghucu dapat dilakukan melalui beberapa

media massa. Selain kebaktian yang dilakukan secara rutin setiap minggu

pagi di Lithang Gerbang Kebajikan, MAKIN Solo juga menggunakan

Page 63: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

media elektronik untuk sarana sosialisasi. Misalnya melalui radio lokal dan

televisi yaitu:

1. Radio PTPN Solo dalam Mimbar Agama Khonghucu setiap hari

Selasa Pukul 5 pagi.

2. Radio Satu Nama Jogja dalam kegiatan yang sama, setiap Rabu.

Dengan menggunakan pengantar Bahasa Jawa.

3. Jogja TV, setiap Selasa pukul 6 sore.

4. TVRI Pusat, pada Sabtu minggu ke 5, pukul 07.30 WIB.

Selain jangkauan yang luas ke seluruh Nusantara, TV juga profit

oriented jika dibandingkan dengan televisi swasta Nasional sehingga dapat

menayangkan Mimbar agama, termasuk agama Khonghucu yang telah

resmi kembali menjadi resmi di Negara kita.

Kebersamaan internal sesama umat juga dijaga dengan sangat baik,

meskipun jumlah umat sangat terbatas. Misalnya setiap akhir bulan,

segenap umat akan merayakan hari ulang tahun atau peringatan pernikahan

sesama umat pada setiap bulan tersebut. Kegiatan semacam ini jelas sangat

bermanfaat, terutama internal. Umat Khonghucu dapat lebih saling

mengenal dan akrab satu dengan yang lain. Pada akhir kebaktian, segenap

umat mengucapkan selamat dan memanjatkan doa bagi mereka yang

merayakan ulang tahun dan peringatan pernikahannya. Umat Khonghucu

juga mempunyai program arisan yang bermanfaat secara ekonomi.

C. Susunan Pengurus MAKIN Surakarta

Page 64: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MAKIN adalah organisasi keagamaan Khonghucu yang berada di

Surakarta yaang mengatur dan mengelola segala hal yang kaitan dengan

peribadatan Agama Khonghucu. Dalam agama Khonghucu terdapat

susunan pengurus yakni:

SUSUNAN PENGURUS MAKIN

PERIODE 2008 - 2011

Dewan Majelis Dewan Sesepuh

Dewan Rohaniawan

Wali Pengasuh Lithang

Bagian Songsu Kebaktian Umum

Kebaktian Anak

KETUA

Sekretaris Bendaharaa

Seksi Wakin Seksi Pakin Seksi Pendidikan

Seksi Olahraga & Kesenian

Penilik

Page 65: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ket. :

1. Dewan Majelis : adalah Rapat Umum Anggota yang

diselenggarakan setiap 4 tahun sekali yang bertugas memilih

kepengurusan yang baru.

2. Dewan Sesepuh : adalah Kelompok yang di tuakan (para Zhang

Lo), bertugas sebagai Dewan Penasehat, Terdiri atas:

v Zhanglo (Zl) Mulyo Widodo (Kam Kiem Hwat)

v Zhanglo (Zl) Mulyo Darsono (Nian Ing Siang)

v Zhanglo (Zl) Ny. Go Gwat Sie.

v Zhanglo (Zl) Ny. Oei Erly.

3. Dewan Rohaniawan : adalah Kelompok rohaniawan yaitu Xue Shi

(Xs/Pendeta), Ws (Wenshi/ Guru Agama) dan Jiao Sheng

(Js/Penebar Agama) diketuai oleh Xie Shi (Xs. Tjhie Tjay Ing),

membawahi:

a. Wali Pengasuh Lithang

Penanggung jawab rumah ibadah dengan segala kegiatannya

seperti persembahyangan, upacara perkawinan dll. Personal

yang ditugaskan Ws. Adjie Chandra (Go Djien Tjwan).

b. Bagian Songsu

Yaitu kegiatan pelayanan upacara kematian.

c. Kebaktian Umum

Page 66: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Peribadatan yang dilaksanakan setiap Hari Minggu jam

09.00WIB dan Ibadah setiap 1 dan 15 Imlek jam 19 Malam,

penanggung jawab Js.Purwani (Tan Kiong Nio).

d. Peribadatan untuk anak

Peribadatan untuk murid-murid TK dan SD dilaksanakan setiap

Minggu jam 07.00-08.30 WIB, sebagai penanggung jawab Dao

Qin (disingkat Dq) atau pengurus beragama Khonghucu Piong

Sunarto.

Dalam kepengurusan Makin terdapat :

Ketua ( Henry Susanto atau Ang Tjie Liang)

Bertugas mengatur dan memimpin segala yang ada dalam organisasi

ini.

Sekertaris ( Julius Wiryadinata atau Liem Giok Bing )

Bertugas dalam hal surat menyurat dan dalam administrasi di dalam

organisasi.

Bendahara ( Dian Subagio atau Khoe Liong Gioe )

Bertugas mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan

keuangan organisasi.

Penilik ( Ir. Agus Hartono atau Lo Kwok Kwang )

Bertugas memantau segala kegiatan dan administrasi serta kegiatan

pelaporan keuangan.

Dibawah dari ketua terdapat beberapa macam seksi yaitu:

a. Seksi WAKIN ( Oentari atau Oei oen Nio )

Page 67: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Yaitu kegiatan para ibu (WAKIN singkatan dari Wanita Agama

Khonghucu Indonesia)

b. Seksi PAKIN ( Phiong Sunarto )

Yaitu kegiatan para remaja/pemuda (PAKIN singkatan dari

Pemuda Agama Khonghucu Indonesia)

c. Seksi Pendidikan ( Mulyo Widodo atau Kam Kiem Hwat )

Yaitu kegiatan pendalaman Kitab suci dan pelajaran keagamaan

juga pendidikan etika moral dan budi pekerti murid Tripusaka .

d. Seksi Olahraga dan Kesenian ( Heru Subianto )

Yaitu kegiatan olahraga barongsai, senam Tai Chi juga tenis meja

dll.

Dalam kegiatannya Terdapat Yayasan Tripusaka yang bergerak di

bidang pendidikan yang membawahi sekolah dari Taman Kanak-kanak

hingga Sekolah Menengah Atas dan memiliki sistem kepengurusan

tersendiri. Awalnya sekolah ini mengkhususkan dalam pendidikan

yang berlandaskan agama Khonghucu namun karena pada masa Orde

Baru dengan dilarangnya segala bentuk pengajaran, perayaan dan

kegiatan peribadatan agama Khonghucu maka agama non Khonghucu

juga mulai diajarkan. Dan mulai saat kembali disahkannya agama

Khonghucu ini Yayasan Tripusaka sudah tidak mengkhususkan lagi

untuk Penganut agama Khonghucu dan mulai mencari profit untuk

kelangsungan orgaisasi. Dalam organisasi tersebut terdapat pengurus

di luar Makin yang mengelola, yaitu :

Page 68: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ketua : Bpk. Ong Tjay Thian

Wakil : Bpk. Agung Rudianto

Sekertaris : Bpk. Ir. Onggo Tjandra Libawan

Anggota : Bpk. HM. Himawan

Bpk. Js. Agus Marsono

Bpk. Hasan Suwidji

Bpk. Js. Heru Subianto

Pelaksana : Bpk. Ws. Adjie Chandra

D. Sejarah Agama Khonghucu di Kota Surakarta

Perkembangan dan hubungan sejarah agama tertentu biasanya

terkait dengan daerah atau wilayah tertentu. Selain Jakarta ( Batavia) yang

mempunyai peranan penting dalam perkembangan awal agama

Khonghucu, kota Solo juga menyandang predikat yang serupa. Jika dulu

Batavia dibentuk Tionghoa Hwee Koau (THHK) sebagai organisasi

perintis agama Khonghucu pada tahun 1900. yang kemudian disusul

dengan berdirinya Kong Kauw Hwee di Solo pada tahun 1918. Bahkan

sejak berdirinya Kong Kauw Hwee di Solo, Kota Solo mencatat sejarah

panjang yang berkaitan dengan perkembangan agama Khonghucu,

misalnya:

1. Pada tahun 1918 didirikan Khong Kauw Hwee sebagai Lembaga

agama Khonghucu.

Page 69: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Pada 11-12 Desember 1954 diselenggarakan Konfrensi antar tokoh

agama Khonghucu di Kota Surakarta.

3. Pada 16 April 1955 Solo ditetapkan sebagai Badan Pusat Lembaga

agama Khonghucu (sekarang disebut MATAKIN – Majelis Tinggi

Agama Khonghucu) dengan nama Perserikatan Khung Chiao Hui

Indonesia (PKHCI).

4. Pada 6-7 Juli 1957, Konggres I PKCHI diselenggarakan di Solo.

5. Pada 14-16 Juli 1961 konggres IV PKCHI juga diselenggarakan di

Solo. Salah satu keputusannya menetapkan Solo sebagai pusat

kedudukan PKCHI (diubah menjadi LAKSI-Lembaga Sang

Khong Cu Indonesia) untuk periode 1961-1963.

6. Pada 22-23 Desember 1963 di Solo diselenggarakan Konfrensi,

salah satun hasilnya adalah mengubah LAKSI menjadi GAPAKSI

(Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu se-Indonesia).

7. Pada 23-27 Agustus 1967 Konggres VI GAPAKSI juga

diselenggarakan di Solo.

8. Pada 4-5 Desember 1969 Musyawarah nasional (MUNAS) II

dilakukan di Solo.

9. Pada 18-10 Maret 1971 juga diselenggarakan Musyawarah Kerja

Umat Khonghucu seluruh Indonesia (MUKERNAS)I di Solo.

10. Demikian pada konggres VIII di Semarang menetapkan Solo

sebagai kedudukan pusat MATAKIN untuk periode 1971-1975.

Page 70: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11. Pada 18- 21 Desember 2009 diselenggarakan Musyawarah Dewan

Rohaniwan. Dan pada malam tanggal 21 Desember juga yang

bertepatan dengan Sembayang Tang Cik, diangkat nya Hak Su

(rohaniawan tingkat atas) sebanyak 3 orang. 2 orang dari Solo dan

1 orang dari Manado, Bunsu (rohaniwan tingkat madya), dan

Kausing (rohaniwan tingkat pemula).

Page 71: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

PERKEMBANGAN DAN SOSIALISASI AGAMA KHONGHUCU

DI SURAKARTA

A. Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia

Dalam setiap agama pasti terdapat sejumlah umat yang mempraktikkan

ajaran-ajaran yang terkandung di dalam kitab sucinya namun adapula umat yang

hanya mengaku memilih suatu agama tanpa melakukan kewajiban, bahkan

melaksanakan apa yang ada dalam kitab suci pada agama yang dipercayai. Ketika

kita melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban kita serta mengamalkan segala

yang ada alam kitab sucinya maka akan terdapat hubungan yang erat antara agama

dengan umat-Nya. Namun tidak jarang pula jumlah umat sebuah agama dapat

mengalami perubahan. Pada suatu ketika bertambah begitu banyak, namun pada

waktu berikutnya jumlah tersebut berkurang drastis. Perubahan jumlah umat

beragama dapat terjadi karena faktor internal yang berasal dari dalam umat sendiri

ataupun fakor eksternal yang berasal dari luar agama. Pengaruh internal bisa

disebabkan ketidaksesuaian agama tertentu dengan umat yang menganutnya.

Ketidaksesuaian ini menjadikan umat berpindah agama, sedang pengaruh

eksternal misalnya kebijakan politik yang mengekang perkembangan sebuah

agama dengan alasan tertentu yang membenarkan. Akibat pengekangan ini

perkembangan sebuah agama menjad terbatas dan pada akhirnya jumlah umatnya

secara tidak langsung mengalami penurunan baik dalam jumlah yang banyak

maupun sedikit.

61

Page 72: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Demikian juga sama dengan apa yang terjadi dengan agama Khonghucu

yang mengalami diskriminasi selama Orde Baru berkuasa sehingga jumlah umat

Khonghucu juga berkurang. Namun pada masa Reformasi dimana terjadi banyak

perubahan sosial, salah satunya adalah pengakuan kembali Khonghucu sebagai

salah satu agama resmi, agama Khonghucu mempunyai kesempatan kedua untuk

berkembang kembali dan melakukan segala kegiatan peribadatan serta perayaan

keagamaan lainnya.

Pada tahun 1956 berdasarkan survei yang dilakukan oleh Perserikatan

Bangsa Bangsa (PBB) yang dimuat dalam Reporter no. 22 “Religion And Its

Followers Throughtout The World”, pemeluk Agama Khonghucu di seluruh dunia

mencapai 300.2890.500 orang, yaitu urutan ke-empat terbesar setelah agama

Katolik, Islam, dan Hindhu. Pemeluk Khonghucu tersebar sekurang-kurangnya di

empat benua, yaitu Asia, Amerika, Eropa, dan Australia.

Sedangkan di Indonesia, jumlah umat Khonghucu menjadi umat yang

minoritas yang jumlahnya tidak mencapai 1%, dan semuanya tersebar dari desa ke

kota yang ada di Indonesia secara turun-temurun, baik yang berasal dari keturunan

Tionghoa maupun suku-suku lain seperti Jawa, Sunda, Irian, Kalimantan,

Sulawesi serta pulau-pulau kecil lain yang ada di Indonesia.

Mengingat pentingnya peran keluarga, baik peranannya dalam sosialisasi

maupun kedudukannya dalam agama Khonghucu dapat dilihat melalui keluarga.

Keluarga yang menjadi kelompok primer bagi setiap individu pasti mempunyai

peran yang sangat penting dalam perkembangannya. Hampir bisa dipastikan

pilihan agama anak-anak dalam sebuah keluarga juga karena peran orang tua.

Page 73: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Secara tidak langsung, orang tua sering kali menyarankan anak-anaknya untuk

memeluk agama yang mereka peluk. Misalnya dengan mengajaknya mengikuti

ritual peribadatan.

Agama Konghucu juga mengalami perkembangan yang unik. Pada masa

sebelum kemerdekaan, Khonghucu telah menjadi salah satu agama yang dianut

oleh sebagian penduduk Indonesia.

B. Perkembangan Agama Konghucu di Surakarta

Agama Khonghucu di Indonesia juga mengalami perkembangan yang

paling berbeda dengan agama lain yang resmi di Indonesia. Pada masa sebelum

kemerdekaan, Khonghucu telah menjadi salah satu agama yang dianut oleh

sebagian penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa bukti fisik yang

menunjukkan bahwa Khonghucu telah ada sebelum Negara Indonesia didirikan.

Beberapa tempat ibadah, seringkali disebut sebagai Klenteng, dan dapat dijumpai

di beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan di daerah Semarang dengan Klenteng

Sam-Pho-Kong yang paling dikenal dan Surabaya, dimana tempat pertama agama

Khonghucu awal ada dan berkembang, yang mana jumlah Klenteng lebih banyak

daripada tempat-tempat lain dimasa itu. Sedangkan di beberapa daerah di Jawa

Barat masih banyak dijumpai umat Khonghucu, seperti Bogor dan Tangerang.

Namun pada masa Orde Baru terjadi titik balik dari perkembangan agama

Khonghucu. Produk hukum yang tidak mengakui Khonghucu sebagai agama,

maupun faktor kultural turut menghambat, bahkan mengekang perkembangan

agama Khonghucu. Dalam perkembangan yang serba sulit ini, jumlah umat

Page 74: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Khonghucu mengalami penurunan sangat signifikan, terutama pada generasi

muda. Memang masih ada umat Khonghucu yang dengan rajin mengikuti

berbagai kegiatan keagamaan, baik di Klenteng atau Lithang dan juga di rumah.

Pada masa Orde Baru, banyak umat Khonghucu yang harus berpindah ke

agama tertentu agar tidak mendapat label sebagai komunis atau atheis, maupun

untuk tujuan pendidikan dan data kependudukan. Namun dalam keseharian,

praktik agama Khonghucu tetap dijalankan secara berkelanjutan. Agama pilihan

yang lain hanya sebagai formalitas saja. (Jurnal Agama Khonghucu pada masa

Orde baru)

Dengan diakuinya kembali Khonghucu sebagai salah satu agama resmi

keenam dan ditetapkannya Imlek sebagai hari raya keagamaan, sebagai agama dan

memiliki kesempatan kedua serta memiliki harapan baru untuk berkembang lagi.

Namun demikian tantangan yang dihadapi juga lebih sulit dari sebelumnya. Juga

para penganutnya juga berjuang untuk memperoleh pengakuan. Sekarang agama

Khonghucu harus bisa mensejajarkan diri dengan agama-agama lain dalam

memberikan kontribusi positif bagi Negara dan Bangsa Indonesia.

Demikian juga yang terjadi di Surakarta dengan perkembangan agama

Khonghucu-nya. Surakarta yang menjadi kota yang berpengaruh dalam

berkembangan agama Khonghucu. Namun persebaran penganut di Surakarta tidak

sebesar yang ada di daerah-daerah lain, dan rata-rata penganutnya adalah

keturunan Tionghoa. Menurut data Departemen Agama Surakarta, tidak semua

penganut agama Khonghucu mencatatkan dirinya sebagai agama Khonghucu. Hal

ini terjadi karena dampak yang ditimbulkan pada masa Orde Baru yang melarang

Page 75: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

agama Khonghucu melakukan aktivitas. Sehingga mereka terpaksa berpindah

agama namun tetap melakukan peribadatan agama Khonghucu. Sedangkan agama

yang dianutnya dulu hanya sebagai formalitas saja.

“ Anak saya menganut agama Khonghucu, namun ketika sekolah, dia bersekolah di sekolah Katholik dan dalam sekolah dia mempelajari agama Katholik serta dalam daftar yang ada di sekolah dia beragama Katholik. Tapi ketika dia berada di rumah, dia tetap melakukan peribadatan agama Khonghucu. Sehingga ketika sekolah anak saya hanya sekedar mempelajari agama Katholik tapi agama yang dianutnya tetap Khonghucu” (Adjie Chandra, Desember 2009). Perkembangan agama Konghucu setelah dikembalikannya menjadi agama

resmi kembali membuat segala yang berhubungan dengan perayaan maupun

peribadatan agama menjadi sangat terbuka. Berbagai perayaan besar agama

Khonghucu juga dipertunjukkan dengan luas. Baik itu melalui media elektronik

maupun media cetak. Bahkan pada miniatur Indonesia yang ada di Taman Mini

Indonesia Indah juga terdapat tempat ibadah agama Khonghucu yang pada

perayaan Imlek ini terdapat perayaan besar-besaran yang diadakan di sana. Selain

perayaan Imlek dan peribadatan yang lain, masalah pendidikan agama Khonghucu

yang diajarkan di sekolah-sekolah juga mulai terbuka.

“ Beberapa hari yang lalu pihak Departemen Agama dan Dinas Pendidikan meminta Kita (pihak pengurus Makin) untuk meminta buku pedoman (semacam buku agama) serta pengajar untuk melengkapkan pendidikan kita. Padahal buku pedoman yang kita miliki untuk buku agama sekolah, kita tidak punya. Kalau pengajar, mungkin bisa kita sediakan. Kalau semacam buku agama seperti ini kan buatnya juga tidak gampang. Dan ini harus kita realisasikan, ini juga demi kepentingan agama juga. Jadi secara tidak langsung pemerintah juga memfasilitasi kita para penganut agama Khonghucu untuk mensosialisasikan agama ini, walaupun proses yang ada harus terhambat bahkan menghilangkan generasi pada saat era Orde Baru. Namun agama ini tetap kita pertahankan hingga kini disahkannya kembali menjadi agama resmi. (Hs. Indarto, 6 Desember 2009) Dari hal ini kita dapat lihat bahwa perhatian pemerintah tentang

perkembangan agama Khonghucu ini juga tidak sekedar memperbolehkan

Page 76: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kegiatan peribadatan dan perayaannya saja namun juga tentang perhatian

pemerintah dalam sosialisasi agama Khonghucu lewat pendidikan. Walaupun

sampai sekarang hanya Yayasan Tripusaka yang mengajarkan agama Khonghucu.

Namun tidak disebut sebagai pelajaran agama Khonghucu. Mereka menyebut

dengan pendidikan etika. Dalam pendidikan ini mengajarkan berbagai macam

nilai-nilai yang ada dalam agama Khonghucu.

agama Khonghucu menjadi agama resmi ke 6 yang ada di Indonesia, dan

terbukalah pintu bagi umat Khonghucu untuk menjalankan semua yang aktivitas

keagamaan yang dahulu dilarang. Pemerintah juga membangun tempat

berkumpulnya orang-orang Tionghoa baik yang beragama Khonghucu maupun

non Khonghucu. Beserta arsitektur yang ada di dalamnya yang bernuansa China

tempat asal leluhur mereka. Berbagai kelengkapan yang bernuansa China juga

disediakan sehingga bisa mengurangi rasa kangen terhadap tanah kelahiran

leluhur.

Saat ini kaum Khonghucu juga sudah mulai diterima oleh masyarakat

dengan tidak membedakan ras. Hal ini terlihat dengan sudah adanya pengakuan

dari pemerintah tentang agama Khonghucu yang telah resmi masuk menjadi

identitas, (dalam KTP keterangan agama Khonghucu sudah bisa dimasukkan

dalam identitas secara resmi). Serta dalam identitas yang lain seperti kartu

kelahiran, Kartu keluarga dan kartu dalam instansi sekolah maupun kantor.

1. Jumlah Penganut Agama Khonghucu

Seperti yang disebutkan di awal bahwa agama Khonghucu telah ada

dan dipeluk sebagian penduduk Indonesia. Terutama pada masa sebelum

Page 77: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kemerdekaan hingga Orde Lama. Hingga saat ini belum ada data secara akurat

yang bisa dijadikan pijakan mengenai jumlah umat Khonghucu di Indonesia

namun untuk jumlah penganut agama Khonghucu di Surakarta yang

bersumber dari Departemen Agama sejumlah 361 orang. Jumlah yang ada di

Surakarta ini belum jumlah keseluruhan penganut agama Konghucu namun

hanya jumlah yang tercatat saja. Hal ini adanya pengaruh pembinaan agama

Khonghucu yang dilakukan dirumah serta serta sekolah-sekolah Tionghoa

yang mengajarkan agama Khonghucu. Artinya agama Khonghucu tidak hanya

keluarga namun juga sekolah.

Ketiadaan data mengenai jumlah umat Khonghucu ini juga disebabkan

oleh anggapan bahwa Khonghucu bukan merupakan agama, tetapi filsafat.

Anggapan yang semikian ini berkembang lebih pesat. Secara tidak langsung

ajaran-ajaran yang disampaikan dalam agama Khonghucu dipraktekkan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara seperti di Jepang Korea Selatan, dan

Vietnam. Namun dalam praktek keagamaan tidak dilakukan. Inilah yang

menyebabkan kebingungan untuk menentukan apakah Khonghucu merupakan

agama atau filsafat. Padahal Khonghucu mencakup keduanya, baik agama

maupun filsafat.

Ada juga anggapan yang menyatakan bahwa ajaran dalam agama

Khonghucu adalah budaya leluhur. Anggapan ini memang tidak bisa

disalahkan. Hampir semua bentuk budaya Tionghoa bersumber dari ajaran

agama Khonghucu, termasuk agama Budha dan Tao yang berkembang di

Page 78: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

China juga mengadaptasi ajaran agama Khonghucu. Anggapan ini banyak

dikembangkan oleh orang-orang etnis Tionghoa non Khonghucu.

Hampir bisa dipastikan bahwa 90% atau lebih keturunan etnis

Tionghoa adalah penganut Khonghucu. Pada masa orde lama juga

berkembang, dan pada masa orde baru mulai berbalik dengan adanya

pelarangan melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan

Khonghucu.

“Agama Khonghucu di Indonesia mundur karena dihalangi oleh pemerintah Orde Baru. Dengan cara misalnya tidak diakuinya sebagai agama dan sekolah-sekolah swasta yang dulu mengajarkan agama Khonghucu dihapuskan semua. Pada tahun 1970-an Sekolah Swasta Warga, sekitar 90 % nya beragama Khonghucu. Namun sekarang kondisinya sudah sangat lain. Sekolah Warga sudah tidak lagi memiliki kondisi yang demikian namun manjadi sekolah yang multietnis. Begitupun Yayasan Tripusaka mengalami hal yang sama dengan Sekolah Warga dan sekarangpun Yayasan Tripusaka malah memiliki murid yang beragama Khonghucu yang minim. Dan malah lebih banyak dimasuki dari agama-agama non Khonghucu.” ( Indarto, 6 Desember 2009)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa agama Khonghucu dapat

berkembang dengan baik hingga pemerintahan Orde Baru berkuasa. Pada

masa sebelum kemerdekaan dapat berkembang karena tidak ada peraturan

resmi yang mengatur masalah agama. Sedangkan masa Orde lama Khonghucu

diakui sebagai agama resmi sehingga dapat berkembang dengan baik dan pada

masa Orde Baru, jumlah umat Khonghucu mengalami penurunan secara

signifikan.

Hingga saat ini masih tidak diketahui secara pasti berapa jumlah umat

Khonghucu di Indonesia. Pada tahun 2000, Khonghucu memang diakui

kembali sebagai salah satu agama oleh (Alm) Abdurrahman Wahid yang masa

Page 79: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, pada Keppres no. 6/2000.

Pada tahun 2002, hari raya Imlek juga menjadi hari libur nasional yang

ditetapkan oleh Megawati Soekarnoputri.

Namun pada tahun 2008, Departemen Agama telah mencantumkan

berapa jumlah penganut agama Khonghucu ini sebagai databasenya. Namun

mereka mengatakan banhwa belum semua penganut agama Khonghucu

tercatat dan mencatatkan dirinya sebagainya penganut agama Khonghucu.

Mereka terkadang masih menggunakan agama yang dianutnya setelah

berpindah dahulu ketika masa pelarangan di Masa Orde Baru. Tetapi kegiatan

yang berhubungan dengan agama Khongucu masih mereka lakukan. Namun

secara legalnya agama ini sebenarnya telah diperbolehkan dimasukkan dan

dicatat dalam KTP dan kartu keluarga dengan benar-benar agama Khonghucu.

Dan juga ada pula yang telah mencatatkan pernikahan atas nama agama

Khongucu dengan mantap. Sehingga keterbukaan dalam melakukan aktivitas

keagamaan Khongucu juga mulai ada.

2. Anggapan yang keliru

Sebagai etnis Tionghoa ada yang menganggap Khonghucu sebagai

bagian dari budaya Tionghoa karena dilakukan secara turun-temurun di dalam

keluarga. Padahal budaya Tionghoa tersebut juga terdapat dalam ajaran agama

Khonghucu. Anggapan yang keliru ini semakin tampak jelas dengan

menjadikan Imlek bukan hari raya agama. Anggapan keliru ini didominasi

oleh orang-orang Tionghoa non Khonghucu. (Jurnal” Konghucu bukan

Agama Melainkan sebuah Ajaran Filsafat”)

Page 80: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jika pemerintah menetapkan Imlek sebagai perayaan budaya bagi etnis

Tionghoa, maka etnis-etnis yang lain di Indonesia akan meminta libur sebagai

wujud perayaan dan penghargaan terhadap budayanya. Bisa dibayangkan

berapa hari libur dalam satu tahun. Sedangkan pengakuan Imlek sebagai hari

raya merupakan bentuk pengakuan terhadap Khonghucu sebagai salah satu

agama resmi oleh pemerintah.

Anggapan yang keliru ini tidak menjadi masalah yang begitu penting

bagi Khonghucu. Apapun alasan yang digunakan oleh berbagai pihak yang

manganggap Imlek sebagai bagian dari budaya Tionghoa tidak bisa mengubah

keputusan pemerintah. Bahkan dengan ikut merayakan Imlek, orang-orang

Tionghoa non Khonghucu secara tidak langsung juga mengakui Khonghucu

sebagai agama.

3. Pemuka Agama Khonghucu

Dalam agama Khonghucu peran seorang pemuka agama sangat

berperan dalam kegiatan keagamaan, baik yang sifatnya sebuah ceramah atau

hanya sekedar tempat untuk belajar (menambah ilmu dengan berdiskusi) ada

beberapa tingakatan pemuka agama Khonghucu, yaitu :

1. Kausing ( mandarinnya Jiao Sheng) atau penebar agama, rohaniawa

tingkat pemula; mereka yang menjabat sebagai Kausing maka di depan

nama yang bersangkutan ada huruf Ks atau Js.

2. Bunsu (mandarinnya Wen Shi) atau guru agama, rohaniawan tingkat

madya; mereka yang menjadi Bunsu didepan namanya ada huruf Bs/ Ws.

Page 81: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Haksu (mandarinnya Xue Shi) atau pendeta, rohaniawan tingkat atas,

mereka yang menjadi Haksu didepan namanya ada huruf Hs/ Xs. Sekedar

diketahui jumlah Haksu diseluruh Indonesia saat ini baru 8 orang ( namun

pada tanggal 18 Desember lalu terdapat 3 Haksu yang dilantik, 2 dari Solo

dan 1 dari Manado), hal itu dikarenakan untuk menjadi Haksu harus:

v Mencurahkan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama.

v Pengetahuan kitab, bahasa mandarin & agama harus maksimal.

v Seumur hidup diharapkan berpantangan makan daging.

v Mengutamakan kepentingan agama & lembaga diatas kepentingan

pribadi.

Kota Surakarta jumlah pemuka agama yang ada belum sebanyak

seperti agama yang lain. Perbandingan antar pemuka agama dengan

pemeluk agama yang ada belum seimbang. Jumlah Haksu yang ada di

Surakarta hanya ada 3 orang saja, 2 diantaranya baru tanggal 22 Desember

2009 dilantik menjadi Haksu. Bunsu berjumlah 8 orang dengan 4 orang

yang baru dilantik dan sekitar 21 orang Kausing dengan 5 orang yang baru

dilantik. Semua pemuka agama yang baru dilantik bersamaan dengan

perayaan Tang Cik.

4. Sosialisasi dari Pemuka agama

Sebuah agama tidak akan melepaskan sosialisasi ini hanya kepada

keluarga saja, namun peran seorang pemuka agama sangat penting dalam

menambah keimanan dan ilmu agama anak-anak sejak dini, yaitu melalui

Page 82: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berbagai kegiatan periabadatan yang dilakukan baik di Lithang, maupun di

rumah. Sedangkan sekolah juga menjadi salah satu wadah yang sangat

penting dan tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan sosialisasi keagamaan.

Dalam kegiatan peribadatan minggu, pada peribadatan anak yang

dilaksanakan pukul 8 pagi yang bertempat di Lithang. Peribadatan ini

diperuntukkan bagi umat Khonghucu dengan usia sekolah dasar dengan

bimbingan dari Haksu, mereka diajarkan hal-hal yang sederhana dalam

penanaman keagamaan. Hal yang mereka sering lakukan dalam kehidupan

sehari-hari, seperti yang berhubungan dengan Tuhan (yang sifatnya

Ketuhanan), berhubungan dengan manusia yang lain (makhluk lain). Mereka

juga diberikan cerita-cerita yang membangkitkan semangat mereka untuk

menambah keimanan mereka pada Thian. Beberapa kumpulan cerita tersebut

antara lain:

1. Mengenakan Pakaian Buruk Mematuhi Ibu Tiri

Bien Sun atau Bien Cukhian adalah salah seorang murid Nabi Khongcu, hidup pada jaman Chun Chiu, Dinasti Chiu. Dinasti ini berlangsung dari tahun 1122 SM sd. 255 SM. Sejak usianya muda ibunya telah meninggal dunia, karena iti ayahnya menikah lagi dan mendapatkan dua orang putera lagi.

Ibu tiri ini sangat mencintai anak sendiri, maka tiap datang musim dingin dibuatkan pakaian tebal dari kapas; ia membenci anak tirinya, maka pada musim dingin hanya dibuatkan pakaian dari kapuk yang tidak dapat menahan dingin. Biarpun demikian, Bien Cukhian tidak pernah menggerutu.

Suatu hari ayah Bien Sun menyuruhnya menyaisi kereta karena akan bepergian ke rumah kawannya; karena udara sangat dingin, Bien Sun menggigil kedinginan dan tidak dapat menguasai kereta. Ia jatuh dan terobeklah pakaiannya. Ayah Bien Sun heran dan memeriksa sebab-musababnya dan diketahuilah kecurangan istrinya. Ia marah dan segera pulang kerumah, dan langsung mencerai dan mengusir istrinya.

Sungguh mengherankan, Bien Sun dengan bercucuran air mata memohon maaf atas kesalahan ibu tirinya itu dengan berkata “ayah, janganlah ibu disuruh pergi. Bila ibu masih ada disini, hanya ada satu anak kedinginan, tetapi bila ibu pergi, akan ada tiga orang anak yang akan kedinginan.”

Page 83: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Mendengar kata Bien Sun itu, ibu tiri itu sangat terkesan hatinya dan menyesali akan kesalahannya dan ingin memperbaikinya. Demikian oleh semangat bakti dan cinta kepada saudara, keluarga Bien hidup damai, bahagia dan sejahtera.

2. Menjual Diri Demi Mengubur Jenazah Ayah

Tang Ing hidup pada jaman Dinasti Han Barat (206 SM sd. 25 SM), keluarganya sangat miskin. Tatkala ayahnya meninggal dunia, tiada uang untuk membeli peti mati, demikianlah, maka ia menjual diri kepada seorang kaya untuk mendapatkan uang biaya penguburan jenazah ayahnya.

Ketika ia mulai masuk bekerja di rumah tuannya, di tengah jalan berjumpa dengan seorang wanita yang berkenan menjadi istrinya. Maka mereka berdua pergi ke rumah tuan yang membeli dirinya. Orang kaya itu mampu membebaskan dirinya kalau isterinya dapat menebusnya dengan menenunkan 300 kayu (phi) kain dari sutera. Isteri itu menyanggupkan diri untuk mengerjakan itu.

Demikianlah, suatu hari Tang Ing ialah menjadi bebas kembali dan bersiap akan pulang, tetapi pada saat itu pula, isterinya minta diri dengan berkata “ suamiku, sebenarnya aku adalah seorang bidadari dan karena aku menaruh simpati terhadap tingkah laku baktimu, maka THIAN Yang Maha Esa telah menyuruhku mendampingi dan membantumu. Kini urusanku telah selesai, maka akupun tidak dapat berlama-lama lagi.” Demikianlah wanita itu lalu raib dari pandangan, terbang hilang ke langit.

3. Mencicipi Kotoran dengan Hati Sedih

I Thiam Loo hidup pada jaman Cee Selatan (479 sd. 502 M). suatu ketika beroleh angkatan menjadi kapala daerah di tempat lain. Baru saja beberapa hari memangku jabatan itu, mendadak perasaan hatinya menjadi tidak enak, jantungnya berdebar-debar, maka dengan melupakan kedudukannya pulang ke rumah. Ternyata, ayahnya terserang penyakit yang berbahaya.

Tabib berkata, untuk mengetahui berat ringannya penyakit berbahaya itu, harus dicicipi kotoran si sakit. Kalau kotoran itu pahit rasanya, itu berarti penyakit ringan.

Thiam Loo dengan tidak ragu-ragu mencicipi kotoran ayahnya dan ternyata rasanya manis, berarti penyakitnya sudah berat. Maka hatinya menjadi sangat sedih.

Di dalam keprihatinanya, malam itu Thiam Loo bersujud bersembahyang kepada THIAN Yang Maha Esa, dengan penuh iman memohon kesembuhan dan pulihnya kesehatan ayahnya. Ia berprasatya rela dirinya menjadi pengganti ayahnya bila dikehendaki-Nya.

4. Memilih Buah Besaran untuk Ibu

Tatkala Ong Bong mengacau dan merebut kekuasaan Dinasti Han (9 M sd. 23 M), ada seorang anak bernama Coa Sun yang sejak kecil telah menjadi

Page 84: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

anak yatim, tidak berayah. Ia menjaga dan melayani ibunya dengan penuh semangat bakti. Ketika timbul bencana kelaparan, Coa Sun mencari buah Murbei atau besaran untuk menutup kepalarannya.

Coa Sun, suatu hari telah mengumpulkan buah besaran dalam dua keranjang. Kebetulan, pada waktu itu lewatlah seorang kepala perampok yang beralis merah diiringi para pengikutnya.

Melihat Coa Sun, kepala perampok itu bertanya, mengapa buah besaran itu dibagi menjadi dua keranjang. Coa Sun menjawab “ yang berwarna hitam ini akan kuberikan kepada ibu, sedang yang merah ini untuk aku sendiri.”

Mendengar jawaban Coa Sun kecil, kepala perampok tersentuh hatinya oleh semangat itu. Seketika itu pula ia memerintahkan anak buahnya untuk memberi Coa Sun 30 Liter beras dan seekor lembu.

Demikianlah laku bakti itu menggerakkan hati, melembutkan hati seorang yang kejam seperti perampok itu.

5. Ting Lan Mengukir Kayu

Ting Lan juga hidup pada jaman Dinasti Han Barat, ia berasal dari daerah Hoc Lwee, sejak muda kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Untuk menlanjutkan baktinya kepada orang tuanya, ia mengulir kayu menjadi patung yang melukiskan kedua orang tuanya. Kedua patung itu ditaruh di atas meja altar Qun dihormati sebagai pengganti orang tuanya.

Karena keadaan ekonominya lemah dan miskin, Ting Lan terpaksa meninggalkan rumah dan istrinya untuk mencari nafkah di luar negeri.

Karena lama tidak pulang, istri Ting Lan terpaksa menjual barang-barang yang dimiliki dan jatuh hutang kepada seorang kaya pemakan riba bernama Tio Siok.

Tio Siok tertarik kepada kedua patung di atas altar itu, maka ketika istri Ting Lan di tagih dan tidak dapat membayar, ia meminta kedua patung itu sebagai pembayaran. Tetapi istri Ting Lan tidak mau menyerahkan dengan alasan kedua patung itu tidak berkenan.

Tio Siok marah, lalu meremas-remas kepala patung itu. Sungguh heran, sejak kejadian itu wajah patung nampak muram.

Tidak lama Ting Lan pulang, ia heran melihat perubahan wajah patung itu. Setelah mendapat keterangan dari istrinya, Ting Lan marah dan mencari Tio Siok sehingga terjadi perkelahian.

Hakim yang memeriksa perkara ini mendatangi rumah Ting Lan dan tertegun melihat kedua patung itu mencucurkan air mata. Maka, untuk perkara ini ia membebaskan Ting Lan dan menjatuhkan hukuman atas Tio Siok yang dipersalahkan ialah menganiaya dan melakukan penghinaan kepada ayah-bunda Ting Lan.

Page 85: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Laku bakti berkenaan kepada Thian, Tuhan Yang Maha Esa. Pada jaman dahulu, 23 abad sebelum masehi, hidup seorang bernama Sun dari negeri Gi, dengan sebutannya Tiong Hwa, ibu tiri dan anaknya yang bernama Ko-So, perilakunya sangat kejam, tidak berperi cinta kasih atau berwelas asih. Adik tirinya yang bernama Chiang, juga seorang yang sombong dan pemalas, tidak mempunyai rasa cinta kasih kepada saudara. Adapun Gi Sun itu adalah seorang putera yang dipenuhi semangat berbakti dan mencintai saudara, maka Thian telah berkenan kepadanya. Diriwayatkan di dalam hikayat, pada saat Sun bekerja keras maluku sawah di kaki gunung Li, datanglah seekor gajah membantunya, burung-burungpun membantunya menebar benih. Mendengar perilaku mulia Gin Sun itu, baginda Giau (memerintah tahun 2357 sd. 2255 SM) menyuruh ke sembilan puteranyaberguru dan membantu Sun, dan puterinya dinikahkan kepadanya. Duapuluh delapan tahun Sun dibawah penilikan Baginda Giau membantu pemerintahan. Ternyata, Sun dapat melakukan tugas-tugas yang sukar dan berat. Dalam pekerjaan itu Sun didukung dan dicintai rakyatnya, maka Sun diangkat menjadi calon pengganti Giau. Setelah baginda Giau mangkat, tiga tahun kemudian, setelah selesai menunaikan kewajiban berkabung, Sun dilantik menjadi raja pengganti Giau. (2255 sd. 2205 SM) Tong Giau dan Gi Su adalah dua orang raja suci yang juga seorang Nabi yang meletakkan dasar-dasar Ji Kau atau agama Khonghucu.

“ Dalam agama Khongucu laku bakti adalah pokok kebajikan, daripada

ajaran agama berkembang, karena itu menjaga, merawat dan mengembangkan

semangat bakti merupakan tangga menunaikan kewajiban hidup manusia

sebagai makhluk ciptaan Thian, Tuhan Yang Maha Esa.

Hidup manusia bukanlah sesuatu yang tanpa makna. Kehadiran

manusia di dunia ini mengemban firman Thian yang wajib ditegakkan dan

diwujudkan di dalam hidup ini. Hidup manusia harus mencerminkan

kebesaran dan kemuliaan Thian. Di dalam menegakkan Firman,

menggemilangkan Kebajikan dan mengamalkannya itu, ajaran agama

Khongucu menunjukkan dan membimbing agar dimulai dengan menjaga

semangat dan melaksanakan laku bakti. Hal ini merupakan landasan yang

paling dasar dan manusiawi karena hidup manusia mengemban firman, lahir di

dunia ini lewat orang tua dan leluhurnya. Maka haruslah selalu ingat dan

takwa terhadap Thian, tidak melupakan orang tua dan leluhurnya. Jika

Page 86: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

semuanya selalu dikerjakan maka sikap hidup ini tidak melupakan yang pokok

dan diridhoi Thian.

Lewat orang tua menusia menerima hidup jasmani dan rohaninya, dari

orang tua manusia menerima kasih, menerima budi, menerima bimbingan

hidup yang pertama. Hubungan anak dengan orang tuanya adalah hubungan

yang paling wajar, murni dan suci. Laku bakti adalah ladang yang paling baik

untuk membina diri, menggemilangkan kebajikan. Menempuh jalan suci. (Hs.

Tjhie Tjay Ing, 10 Desember 2009)

Dari cerita ini bahwa anak-anak harus selalu laku bakti kepada semua

orang terutama kepada Thian dan orang tua yang telah melahirkan dan

memelihara kita. Banyak hal yang telah dikorbankan orang tua terhadap kita,

maka sudah sepantasnya anak-anak harus bersikap laku hormat kepada orang

tua. Menjaga orang tua dengan penuh rasa kasih sayang. Bertindak dan

bertutur kata yang halus dan sopan kepada orang yang lebih tua. Perilaku yang

baik yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Kongcu. Semua yang

ada dalam cerita diaatas adalah gambaran yag sederhana bagaimana kita

melakukan laku bakti kepada Thian dan orang tua. Dan dari cerita-cerita ini

anak-anak diharapkan dapat menjadi anak yang berbakti kepada ke dua orang

tua.

Cerita yang tersebut diatas merupakan suatu contoh yang sederhana

tentang bagimana menghargai dan menghormati orang tua. Hal ini merupakan

bentuk sosialisasi yang ada di lingkungan keagamaan. Begitu juga pendidikan

yang ada di sekolah yang mengajarkan kita berbagai hal tentang pendidikan

agama yang secara tidak langsung mengajarkan kepada kita banyak hal, baik

maupun buruk. Pengalaman tentang lingkuangan luar selain keluarga.

Page 87: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lingkungan yang merupakan kunci dalam sosialisasi agama ini adalah

lingkungan keluarga, dimana lingkungan ini telah terbentuk semenjak anak

lahir. Orang tua sebagai pembentuk watak dan karakter anak sangat

berpengaruh dalam kehidupannya. Pendidikan agama yang dimulai semenjak

dini adalah kunci untuk menanamkan berbagai etika dan moral yang akan

dibawanya nanti hingga dewasa. Berbagai contoh yang dilakukan orang tua

akan ditiru oleh anaknya kelak. Banyak hal yang akan direkam oleh si anak

ketika orang tua melakukan hal yang baik atau buruk. Sifat dan sikap anak

nantinya ketika dewasa tidak akan jauh berbeda dengan sifat orang tuanya.

Anak akan merekam setiap perbuatan yang dilakukan orang tuanya dan akan

menirunya. Sehingga apa yang dilakukan oleh anaknya adalah cerminan dari

orang tua.

“ Bentuk sosialisasi yang baik untuk menanamkan agama ini terhadap anak adalah contoh yang diberikan orang tua terhadap anak. Jika orang tua melakukan hal yang banyak menyimpang dari aturan agama maka si anak akan merekam segala hal yang dilakukan orang tuanya dan akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Jadi contoh perbuatan orang tua adalah sesuatu yang paling efektif untuk melakukan sosialisasi. Jadi segala hal yang dilakukan oleh orang tua hendaknya harus dipikirkan matang-matang agar si anak tidak menirukan hal buruk yang dilakukan. Lalu sosialisasi agama yang ada di luar bisa melalui pendidikan yang ada di sekolah. Lingkungan ini adalah lingkungan kedua yang berada di luar lingkungan keluarga. Banyak hal yang nantinya kan diterima oleh si anak. Contohnya adalah belajar bertindak jujur dan sportif dalam melakukan berbagai hal. Juga sekolah membantu anak dalam menghargai dan menghormati pendapat orang atau orang yang lebih tua dan juga anak akan menghabiskan banyak waktu yang ada di sekolah daripada di rumah. Sehingga waktu sosialisasi akan banyak berada di sekolah daripada di rumah. (Hs. Indarto, 6 Desamber 2009)

5. Organisasi-organisasi yang berada di bawah Makin Surakarta

MAKIN adalah organisasi keagamaan Konghucu yang berada di

Surakarta yang mengatur dan mengelola segala hal yang kaitan dengan

Page 88: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

peribadatan agama Konghucu. Makin juga membawahi berbagai organisasi

yang ada di Surakarta pula seperti:

1. WAKIN (Wanita Agama Khonghucu Indonesia)

Yakni perkumpulan ibu-ibu yang beragama Khonghucu. Wakin tak

banyak kegiatan yang rutin yang dilakukan. Contoh kegiatan yang

dilakukan adalah kegiatan perkumpulan arisan. Berbagai perlombaan ibu-

ibu juga dibentuk seperti lomba masak dan lain-lain.

2. PAKIN (Pemuda Agama Khonghucu Indonesia)

Yaitu adalah organisasi pemuda yang beragama Khonghucu. Pakin ini

banyak melakukan kegiatan rutinnya. Salah satunya yang baru saja

dilakukan oleh mereka pada bulan Februari, adanya lomba Fotogenik,

lomba fashion show (busana batik), lomba gambar dan mewarnai salah

satu hadiahnya ada penghargaan dari pemerintah Kota Surakarta. Dan

sebelum perayaan sembayang Tangcik juga diadakan lomba khotbah yang

diikuti oleh pemuda-pemuda agama Khonghucu. Peminat lomba ini

banyak dan hasilnya pun tidak sesuai yang dibayangkan.

“pada lomba khotbah ini, isi khotbah ternyata membuat saya gembira. Karena ternyata isi khotbah mereka sangat bagus. Saya tidak menyangka mereka bisa menampilkan khotbah dengan isi yang luar biasa” (Hs. Tjhie Tjay Ing, 22 Desember 2009)

3. Yayasan Tripusaka

Yayasan ini terdiri dari dua organisasi yaitu unit pendidikan (berupa

sekolah dari tingakat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama dan juga Sekolah Menengah Atas) dan organisasi yang

Page 89: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lain adalah unit olah raga dan kesenian yaitu tenis meja dan Barongsai.

Kegiatan ini juga memiliki susunan kepengurusan masing-masing,

terutama pada Barongsai dan Liong yang telah menjuarai berbagai

kejuaraan baik ditingkat kota maupun tingkat nasional. Sudah puluhan

prestasi yang telah dihasilkan oleh mereka. Barongsai dan Liong juga telah

mengisi berbagai hotel dan tempat hiburan pada banyak event terutama

Tahun Baru China, pergantian tahun, berbagai undangan penting baik dari

pemerintah Kota maupun dari daerah lain serta berbagai perayaan yang

penting yang ada di Surakarta.

Dari berbagai organisasi dan kegiatan tersebut ternyata pemerintah

memberikan perhatian yang lebih terhadap keberadaan mereka. Perhatian

yang diberikan pemerintah Kota sama dengan perhatian kepada agama

lain. Kegiatan yang positif selalu didukung oleh pemerintah. hal-hal

seperti ini adalah bentuk sosialisasi juga yang dilakukan oleh Makin

kepada masyarakat umum serta dengan berbagai kegiatan ini adalah

bentuk eksistensi agama Khonghucu yang dulu masa Orde Baru

mengalami keterpurukan dengan pelarangan berbagai kegiatan ibadah dan

perayaan keagamaan.

C. Sosialisasi Agama Khonghucu

1. Sosialisasi Agama Khonghucu di dalam Keluarga

Syarat penting terjadinya sosialisasi adalah adanya interaksi sosial,

karena tanpa interaksi sosial sosialisasi tidak mungkin terjadi. Khairudin

Page 90: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(2002: 48-49) menyebutkan bahwa sosialisasi merupakan fungsi yang

dilakukan di dalam keluarga untuk membentuk kepribadian anak, termasuk

sosialisasi agama. Selain merupakan bagian dari kelompok yang kecil,

keluarga juga mempunyai hubungan yang tetap akan dekat antar anggota

yang satu dengan anggota yang lainnya. Dalam keadaan yang demikian orang

tua memainkan peran yang sangat besar sebagai agen sosialisasi bagi anak-

anaknya.

2. Orang Tua sebagai agan sosialisasi

Sosialisasi yang diterima oleh anak terjadi pertama kali di dalam

keluarga dimana ia dilahirkan dan tumbuh. Di dalam keluarga, orang tua

mempunyai peran yang sangat penting. Di dalam keluarga, terutama keluarga

inti, orang tua melakukan sosialisasi primer kepada anak-anaknya yang masih

kecil, berusia 1-5 tahun.

Franciss E Merrill (1965:407) juga menyebutkan batasan dan fungsi

keluarga sebagai berikut,

“In functional terms, the family may be viewed as an enduring relationship of parents and childrens that performs such functions as the protection, rearing, and socialization of children and the providing of intimate responsesbetween its members” Berikut ini adalah penuturan informan ketika pertama kali mengenal

agama Khonghucu.

“sejak kecil Saya mengenal agama Khonghucu bukan dari orang tua Saya, namun dari lingkungan di luar Saya. Bapak saya beragama Budha. Namun sejak kecil upacara yang berkaitan dengan leluhur tetap dilaksanakan dengan cara orang Tionghoa. Bapak Saya sering melakukan upacara-upacara yang sifatnya kejawen atau njawani dan hal itu sangat tercetak kuat di kepala saya. Seperti tentang pembuatan sesaji lalu mutih, serta menyiapkan sesaji untuk keluargayang telah meninggal dunia. Bapak menyiapkan berbagai

Page 91: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

makanan kesukaan beliau (leluhur yang telah meninggal), serta Bapak melakukan berbagai macam upacara yang lebih njawani. Saudara-saudara Saya yang lain juga mendapatkan pendidikan yang sama dengan Saya. Namun setelah dewasa kita memilih kepercayaan yang berbeda-beda. Saya 5 orang bersaudara dan yang menganut Agama Khonghucu hingga sekarang hanya Saya saja. 4 saudara Saya ke 2 mengakunya Kristen namun jarang ikut beribadah. Saudara saya yang ke 3 menjadi biarawati, ke 4 beragama Kristen dan yang paling kecil menjadi Kyai di Sukabuni. Namun perbedaan agama dalam keluarga Kami tidak membuat perpecahan. Pada tahun baru China mereka berkumpul di tempat Saya untuk beribadah dengan cara orang Tionghoa beribadah ( memakai dupa dan lain-lain seperti yang dilakukan orang Tionghoa pada perayaan tahun baru. Agama yang Saya anut ini pun Saya ajarkan ini kepada anak-anak Saya. Dan mereka pun juga sampai sekarang menganut agama yang sama dengan Saya” (Ws. Adjie Chandra, 17 Desember 2009) “Saya menganut agama Khonghucu dari lahir. Orang tua Saya yang mengajarkan agama ini kepada Saya, walaupun sekolah yang saya masuki bukan sekolah yang yang mengajarkan Agama Saya namun sekolah Katholik. Saya mempelajari pelajaran agama Katholik selama Saya di sekolah namun ketika saya berada dirumah Saya kembali beragama Khonghucu sesuai dengan apa yang saya anut. Pelajaran agama yang saya terima di sekolah hanya Saya gunakan sebagai pengetahuan saja dan melihat apa yang baik dari agama itu. Namun peran orang tua dalam megajarkan ilmu keagamaan Khonghucu sangat besar. Mereka mengenalkan apa itu agama Khonghucu dengan mengajaknya ikut serta dalam ibadah dan upacara-upacara baik ada di lidhang maupun di rumah. Kami (Saya dan adik) juga mengikuti kegiatan yang ada di luar seperti kegaiatan kepemudaan, aktif dalam Pakin (pemuda agama Khonghucu Indonesia, dan adik saya lebih aktif lagi, yakni ikut dalam perkumpulan olah raga dan kesenian Liong dan Barongsai, yang telah terkenal prestasinya dengan bermain dibanyak tempat. Dari berbagai kegiatan dan contoh yang diberikan orang tua saya membuat saya semakin tahu dan mengerti apa yang sebenarnya diajarkan dalam agama Khonghucu. (Diah Wardhani Chandra Dewi, 17 Desember 2009)

Dari hasil informasi di atas, peran keluarga terutama orang tua, sangat

besar dalam mengenalkan agama Khonghucu kepada anak-anaknya. Orang

tua sebagai agen sosialisasi, mengarahkan tindakannya kepada anak-anaknya

agar mereka mengenalkan agama Khonghucu ini. Namun ada juga peran

sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya bukan untuk menganut

Page 92: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

suatu agama tapi untuk memberikan contoh hal-hal yang baik yang dilakukan

oleh mereka dan akhirnya merekalah yang berhak memilih kepercayaan yang

dianutnya. Pengenalan agama dilakukan orang tua sejak anak-anak mereka

masih kecil. Bahkan pengenalan agama pengenalan agama Khonghucu ini

telah dilakukan sebelum mereka masuk bangku sekolah. Kewajiban orang tua

pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak ini adalah untuk membentuk

kepribadian anak-anaknya kelak.

Dengan hubungan yang akrab, orang tua dapat melakukan sosialisasi

kepada anak-anaknya , selain juga melakukan fungsi-fungsi keluarga yang

lain. Dari disini dapat diketahui bahwa fungsi sosialisasi sangat melekat

dengan peran keluarga, terutama orang tua. Jelas sekali bahwa interaksi

antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya sangat menunjang

proses sosialisasi dalam keluarga.

Sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya di

dalam sebuah keluarga ini merupakan sebuah tindakan sosial. Artinya

tindakan tersebut dilakukan karena mempunyai makna yang subyektif bagi

aktor yang melakukannya dan ditujukan pada orang lain. Dalam hal ini orang

tua berperan sebagai aktor yang melakukan tindakan sosial, sedangkan anak-

anak mereka menjadi tujuan agar mengenal, memeluk dan mengamalkan

suatu agama termasuk agama Khonghucu. Hal ini sesuai dengan apa yang

diberikan Weber bahwa tindakan sosial diartikan untuk seseorang atau

sekelompok orang, begitu juga yang disebutkan oleh Parsons bahwa aktor

merupakan pemburu tujuan-tujuan tertentu.

Page 93: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bahwa secara turun-temurun sosialisasi dilakukan dengan cara yang

sama, yaitu mengenalkan anak dengan agama Khonghucu sejak kecil atau

sejak dini. Artinya peran orang tua dalam sosialisasi sangat besar.

Tindakan yang dilakukan orang tua juga cenderung untuk diulang-

ulang terus menerus. Artinya orang tua melakukan tindakan dengan cara yang

sama untuk semua anak-anaknya. Weber menyebutkan bahwa tindakan sosial

yang mempunyai pengaruh positif akan sengaja diulang lagi. Hinkle juga

menyebutkan bahwa aktor juga memilih, menilai, dan mengevaluasi tindakan

yang akan, sedang, dan telah dilakukannya atau membuat pertimbangan-

pertimbangan. Dengan demikian sosialisasi yang dilakukan orang tua kepada

anak-anaknya dilakukan dengan pertimbangan penuh sehingga anak-anaknya

juga memilih Khonghucu sebagai agamanya. Selain itu, orang tua juga

menyamakan pola sosialisasi yang ia terima. Orang tua menganggap bahwa

pola sosialisasi yang pernah ia terima adalah yang terbaik, maka pada saat ia

mempunyai anak, mereka mempergunakan pola sosialisasi yang sama dengan

yang ia terima.

Orang tua melakukan tindakan yang sama dalam melakukan

sosialisasi agama Khonghucu kepada anak-anaknya. Mereka mengenalkan

agama Khonghucu kepada anak-anaknya sejak masih kecil. Jadi sejak kanak-

kanak orang tua telah memulai sosialisasi. Sosialisasi pada masa inilah yang

menjadi sangat penting dalam perkembangan anak-anak selanjutnya.

Setelah mengenalkan anak-anaknya dengan agama Khonghucu,

kemudian orang tua mengajak mereka beribadah bersama. Disini dapat

Page 94: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terlihat bahwa orang tua memberikan contoh bagaimana tata cara peribadahan

dan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan agama Khonghucu.

Dengan pemberian contoh, maka terjadi imitasi (proses meniru) tingkah laku

dan sifat-sifat orang dewasa, dalam hal ini orang tua oleh anak. Proses imitasi

dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Tertanamnya nilai-nilai, sikap,

keyakinan dan cita-cita dalam diri anak terutama melalui proses imitasi secara

tidak sadar. Proses imitasi berhubungan erat dengan proses identifikasi.

Dengan identitas itu, anak menyatukan diri secara psikis dengan orang lain,

anak berusaha menjadi seperti orang lain. Seperti identifikasi seseorang

kepada orang yang diidolakan contohnya artis yang disukai mereka.

Sosialisasi primer oleh keluarga ini menjadikan anak-anak mengenal

dan diharapkan dapat menerima apa yang disampaikan oleh orang tuanya.

Mengingat pentingnya sosialisasi pimer ini seperti yang disampaikan oleh

David Popenoe (1971:134) yang menyebutkan bahwa sosialisasi adalah

“The process by which the culture of a group or society is taught to, and instilled or internalized in the individual who live in that group or society” Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh David Popenoe di

atas, maka sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya

bertujuan untuk mengajarkan anak-anaknya tentang agama Khonghucu.

Pertama kali mereka dikenalkan sejak kecil dan diajak beribadah bersama.

Keluarga yang merupakan kelompok primer bagi anak-anak menjalankan

perannya dalam sosialisasi ini sehingga anak-anak dapat mengenal dan pada

akhirnya diharapkan dapat menjadikan agama Khonghucu menjadi bagian

Page 95: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari dirinya sendiri. Agama Khonghucu menjadi jati dirinya dengan memilih,

memeluk dan mengamalkannya.

“ Keluarga saya yang hanya dalam keluarga kecil dirumah semuanya beragama Khonghucu. Dari istri dan dua anak saya, semuanya beragama yang sama dengan saya. Walaupun anak-anak saya saya sekolahkan pada sekolah yang mengajarkan agama yang berbeda dari yang mereka anut. Namun ketika mereka berada di luar sekolah, saya tetap ajarkan tentang agama Khonghucu, sejak dari kecilpun sudah sering Saya libatkan dalam menyiapkan berbagai perayaan agama dan menyiapkan peralatan peribadahan. Tidak hanya pelibatan untuk mempersiapkan banyak ibadah dan perayaan keagamaan, namun juga melalui cerita-cerita pribadi (pengalaman hidup) yang pernah Saya alami, agar mereka tau tentang banyak hal yang telah terjadi pada Saya.” (Ws. Adjie Chandra, 17 Desember 2009) ” di dalam keluarga saya mengajarkan bagaimana kita harus hidup dengan moral, budi pekerti dan etika. Semuanya telah terangkum dalam Delapan Pengakuan Iman. Pengakuan terhadap Thian atau Tuhan, selalu melakukan kebajikan, melakukan perintah Tuhan, percaya adanya nyawa dan roh, berbakti kepada kedua orang tua dan leluhur termasuk kepada mereka yang telah meninggal, percaya terhadap Nabi Khonghucu adalah utusan Thian, memuliakan kitab Su Si, serta menerapkan watak dasar manusia yang asli sesuai ajaran nabi Khong Cu. Selain itu Kami juga memberikan contoh bagaimana harus bertindak yang baik yang sesuai dengan Delapan Pengakuan Iman.” (Phiong Sunarto) ”Menjadi orang tua adalah menjadi sosok yang berat terutama dalam hal menanamkan iman kepada anak. Saya selalu ajarkan kepada anak saya tentang etika, budi pekerti dan moral. Ini menjadi suatu yang sangat penting. Tanpa mereka sadari jika hal yang tadi mereka lakukan maka mereka akan merasa melakukan hal yang sesuai dengan aturan yang ada. Contoh sederhana tentang kejujuran. Mereka sering lalai terhadap kata jujur apalagi ketika ada di sekolah. Mencontek menjadi suatu hal yang tidak akan mereka lakukan jika etika, moral dan budi pekerti ini diterapkan. Begitu juga mengenai penanaman agama Khonghucu ini. Anak saya tidak saya paksa untuk masuk ke agama ini, mereka hanya saya perkenalkan agama yang Saya anut dengan berbagai contoh tanpa memaksakan mereka untuk ikut dalam ajaran saya. Nantinya mereka sendiri yang akan memilih mana yang terbaik untuk mereka. ” ( Purwani) “ Orang Tua saya sering mengajarkan kepada Saya sejak kecil bagaimana bersikap terhadap orang tua. Bagaimana menghargai orang lain, terutama papa Saya selalu melibatkan saya untuk menyiapkan berbagi sesaji untuk peribadatan dan perayaan penting lainnya. Juga Papa selalu menceritakan banyak hal tentang pengalaman hidup Papa. Bagaimana dulu mereka hidup, bagaiman mereka menyikapi setiap permasalahan yang ada dengan selalu tekun berusaha dan selalu memberikan contoh yang benar

Page 96: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kepada anak-anaknya dalam hal kebaikan. “ (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) ”Ibu dan ayah saya selalu mengajarkan saya untuk bertindak sopan, menghormati orang tua dan tata krama yang baik. Beliau memberikan berbagai contoh, sehingga secara langsung kami juga mengikuti apa yang mereka lakukan. Mereka juga tidak pernah memaksa saya untuk ikut beribadah dan tidak memaksakan saya untuk masuk dalam agama mereka. Saya selalu ikut berbagai kegiatan peribadatan dan menganut ini bukan berdasarkan atas paksaan dari orang tua kami. Karena saya memandang agama ini adalah agama yang saya percaya. Ajaran tentang selalu berbuat kebajikan yang ada dalam 8 pengakuan kebajikan dan penanaman etika yang menjadi ketertarikan saya mesuk dalam agama ini.” (Ratih/ Putri Ibu Purwani) Sekalipun sosialiasi yang diterima anak di dalam keluarga Khonghucu

adalah sama, tetapi religiusitas anak terhadap agama Khonghucu tidaklah

sama. Orang tua mengamalkan anak-anaknya dengan agama Khonghucu

sejak mereka masih kecil. Dalam sosialisasi, lingkungan sekitarpun menjadi

bagian yang sangat penting dalam proses religiusitas anak. Ketika lingkungan

yang ada di sana tidak mendukung akan proses ini maka religiusitas anakpun

akan minimal dan juga sebaliknya ketika lingkungan yang ada sangat

mendukung maka religiusitas juaga akan menjadi maksimal.

Adapula orang tua memberikan sosialisasi hanya berupa contoh dalam

melakukan kehidupannya, seperti ibu Purwani yang tidak pernah

memaksakan kepada anak untuk beribadah, memilih agama yang sama dan

segala bentuk pemaksaan lainnya mengenai kegiatan keagamaan. Hal ini

berfungsi agar si anak dapat memilih dengan sesuai dengan apa yang mereka

yakini dengan ikhlas. Jika mereka melakukan sesuatu kesenangan mereka dan

pilihan mereka maka mereka akan lakukan ini dengan ikhlas dan maksimal

pula.

Page 97: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Dalam keluarga Kami, Kami mengharap mereka tetap memeluk agama yang Kami (keluarga atau leluhur) anut karena ini merupakan hal yang sangat prinsipil bagi Saya. Walaupun semua agama sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan manusia menjadi seorang yang baik namun dengan jalur yang berbeda-beda dan dengan cara yang berbeda-beda pula.”(Ws.Adjie Chandra, 17 Desember 2009) “ Bagi kami agama yang dianut saat ini merupakan agama yang kami pilih hingga akhir hayat nanti, karena kami tahu bahwa ajaran yang ada membuat kita lebih mudah untuk menjalani hidup dan menjadi tuntunan bagi hidup kami. Sebenarnya semua agama yang ada di dunia mengajarkan kebaikan pada setiap manusia.” (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009)

3. Aktivitas Peribadatan dalam Keluarga

Selain dikenalkan dengan agama Khonghucu, anak-anak juga diajak

oleh orang tuanya untuk mnegikuti aktivitas peribadatan bersama-sama.

Orang tua bersama-sama dengan anak-anaknya melaksanakan peribadatan

bersama.

“Sejak dari usia balita, Saya selalu diajak oleh Papa untuk beribadah setiap minggunya di Lithang pada peribadatan anak-anak pada pagi hari jam 08.00 Papa selalu mengantarkan Saya dan adik Saya. (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) Orang tua mengenalkan anak-anaknya dengan agama Khonghucu

sejak masih kecil bahkan sebelum sekolah dengan cara mengajaknya

beribadah bersama. Baik peribadatan yang dilakukan di rumah maupun di

tempat ibadah, orang tua selalu mengajak anak-anaknya untuk beribadah

bersama. Ketika masih kecil anak-anak tidak mempunyai keberanian untuk

menolak ajakan atau perintah orang tuanya sehingga mereka cenderung untuk

menurut saja.meskipun belum memahami tata cara dan makna peribadatan

yang dilakukan, bagi orang tua yang terpenting adalah anak-anak mereka

telah mengenal terlebih dahulu agama Khonghucu. Sedangkan pemahaman

Page 98: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

secara lebih mendalam dilakukan sesuai dengan perkembangan anak-

anaknya.

Umat Khonghucu bisa melakukan peribadatan di rumah maupun di

tempat ibadah. Baik itu di rumah maupun di tempat ibadah dapat dilakukan

secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

“Peribadatan yang sering Saya dan keluarga lakukan dirumah secara rutin adalah setiap tanggal 1 dan 15 Imlek pada setiap malam. Saya juga tidak makan daging (vegetarian) pada tanggal ini. Dan keluargapun tahu tentang apa yang Saya sering lakukan. Mereka mendukung, dengan tidak memasak daging pada tanggal itu. Menjelang tahun baru Imlek di malam harinya, Kami berkumpul untuk ibadah bersama, termasuk saudara-saudara Saya yang berada di luar kota yang menyempatkan datang untuk sekedar beribadah bersama untuk menghormati leluhur. Saya yang dibantu anak-anak sering menyiapkan sesaji untuk pera leluhur. Dan peribadatan yang Saya lakukan di tempat ibadah (Lithang) lebih banyak Saya lakukan karena Saya adalah bagian dari Lidhang (sebagai pemuka agama tingkat madya), sehingga waktu Saya lebih banyak berada di sini. Dengan menyiapkan banyak peribadatan. Beberapa diantaranya sembayang Tangcik atau kita menyebutnya Genta Rohani atau ronde, peringatan ulang tahun dan kematian Nabi Khonghucu lalu juga ada perayaan Cap Gomeh dan banyak perayaan yang lain. Tetapi yang paling utama dan rutin saya lakukan pada peribadatan di Lithang adalah sembayang pada hari minggu yang merupakan ibadah rutin bagi Kaum Khonghucu.” (Ws. Adjie Chandra, 17 Desember 2009) “ Kami sekeluarga sering melakukan kegiatan peribadatan di rumah, Papa selalu mengingatkan kepada kita dan memberikan contoh untuk tetap melakukan ibadah di rumah. Terutama ibadah rutin pada tanggal 1 dan 15 Imlek, serta sembayang kepada leluhur yang telah meninggal dunia. Kami sekeluarga juga tidak pernah lupa untuk sembayang rutin diadakan pada hari minggu di Lithang. (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) Dari sini dapat terlihat bahwa keluarga juga melaksanakan fungsi

keagamaan. Keluarga yang merupakan kelompok primer menjadi pusat

pendidikan agama bagi anak-anaknya. Meskipun fungsi ini kemudian juga

dilakukan oleh lembaga pendidikan, namun peran keluarga tidak dapat

dikesampingkan dan tetap menjadi bagian yang penting dalam proses

sosialisasi agama Khonghucu.

Page 99: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Seperti yang disebutkan oleh C.Y. Glock dan R. Strak dalam

American Piety: The Nature or Religious Commitment. (1968: 11-19),

mengenai dimensi agama bahwa praktik agama meliputi perilaku simbolik

dari makna-makna keagamaa yang terkandung di dalamnya. Peribadatan

dilakukan sebagi bentuk dimensi agama. Dimensi dalam agama yaitu:

1. Dimensi kayakinan yang berisi pengharapan sambil berpegang teguh pada teologi tertentu.

2. Dimensi praktik.

3. Dimensi pengalaman keagamaan yang merujuk pada keseluruhan keterlibatan subyektif dan individual dengan hal-hal yang suci dari suatu agama.

4. Dimensi pengetahuan agama yaitu mengetahui tentang keyakinan, ritus, kitab suci dan tradisi.

5. Dimensi konsekuensi yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.

Peribadatan rutin dilaksanakan setiap minggu pagi secara bersama-

sama, mulai pukul 09.00WIB hingga selesai pada pukul 11.00 WIB. Setiap

bulan juga dilaksanakan peribadahan pada tanggal 1 Imlek atau Che It dan 15

Imlek atau Cap Go. Pada peribadahan yang disebut terakhir ini sering kali

disamakan dengan ibadah besar karena berbeda dengan peribadahan setiap

minggu pagi atau kabaktian rutin. Selain dilaksanakan pada malam hari,

pukul 19.00 WIB, Chee It Cap Go juga lebih komplit daripada kebaktian

minggu pagi.

Peribadatan tidak hanya dilakukan di tempat ibadah, tetapi juga di

rumah. Sering kali peribadatan di rumah hanya pada saat-saat tertentu saja.

Page 100: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Misalnya pada hari-hari besar keagamaan. Peribadahan yang dilakukan di

rumah bisa bersama-sama ataupun sendiri. Bahka dengan demikian agama

Khonghucu bisa disebut sebagai home religion karena tidak menekankan

untuk melaksanakan peribadahan di tempat ibadah, melainkan sudah cukup di

rumah saja. Inilah salah satu hal yang menjadikan kegiatan keagamaan bagi

umat Khonghucu tidak bisa secara jelas diketahui.

Dalam agama Khonghucu terdapat banyak sekali hari-hari besar.

Namun demikian hanya hari raya Imlek (tahun baru 1 Imlek) dan Cap Go

Meh yang identik dengan sebuah masakan Lontong Cap Go Meh (15 Imlek)

yang sangat dikenal. Perayaan Imlek dan Cap Go Meh begitu meriah. Hari-

hari besar dalam agama Khonghucu yang lain antara lain kelahiran Nabi

Khong Cu, Hari wafatnya Khong Cu, Hari Tang Cik, hari Ching Bing dan

lain-lain.

Sesuai dengan peribadahan dan peringatan hari-hari besar keagamaan

di atas, maka dalam agama Khonghucu juga terdapat unsur praktis berupa

sistem kaidah yang mengikat pengikutnya. Umat Khonghucu termasuk anak-

anak dan orang tua di dalam sebuah keluarga, terikat dengan pengaturan yang

ada seperti yang disebutkan oleh Joachim Wach, misalnya peribadahan

bersama yang dilakukan setiap minggu maupun hari-hari besar lainnya. Unsur

praktik ini pula yang digunakan oleh orang tua untuk mengajak anak-anaknya

melaksanakan ibadah bersama.

4. Pemahaman tentang Agama Khonghucu

Page 101: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Seperti yang telah dikemukakan oleh C.Y. Glock dan R. Stark dalam

American Piety: The Nature or Religious Commitmentdi atas bahwa salah

satu dimensi agama adalah pengetahuan agama yang meliputi keyakinan,

ritus, kitas suci dan tradisi. Demikian pula dengan agama Khonghucu juga

harus memahami pengetahuan tentang agamanya. Jadi tidak hanya

mengamalkan ajaran-ajarannya semata tetapi juga mempunyai pengetahuan

tentang seluk beluk agama tersebut.

Di dalam sebuah agama, ritual peribadatan menjadi begitu penting.

Karena melalui peribadatan ini umat melaksanakan praktik keagamaan dan

pengalaman keagamaan yang merujuk pada seluruh keterlibatan subyektif

dan individual dengan hal-hal suci dari agamanya. Begitu pula dengan

simbol-simbol agamanya. Simbol dari suatu agama berbeda dengan simbol

dari agama lainnya. Kalaupun ada yang sama , hampir bisa dipastikan makna

dari simbol tersebut berbeda.

“Dalam hal pemahaman keagamaan yang Saya berikan kepada anak-anak Saya, menurut saya sudah sangat banyak. Merekapun juga sangat antusias dalam pembelajaran agama Khonghucu. Banyak pertanyaan juga yang mereka ajukan ketika mereka tidak tau dan Saya berusaha menjawab segala pertanyaan mereka. Merekapun juga menambah ilmu agama mereka dengan membaca buku-buku. Saat inipun mereka mulai banyak sudah sangat mengerti dan tau apa yang dibutuhkan adalam perayaan agama (sesaji yang dibutuhkan), berbagai simbol yang ada, seperti simbol genta atau lonceng yang didalamnya terdapat huruf china yang bertuliskan Chung dan Sing. Banyak hal yang sudah mereka ketahui karena merekalah yang nantinya akan meneruskan agama Khonghucu hingga nanti hingga keturunannya kelak. (Ws. Adjie Chandra, 17 Desember 2009) “ banyak hal yang sudah saya tau tentang agama ini. Semuanya mulai diajarkan oleh Papa semenjak kecil. Dari hal yang sederhana seperti membantu Papa menyiapkan berbagai sesaji untuk persembahyangan-persembahyangan yang ada di rumah lalu banyak hal yang saya pelajari dari Papa, seperti sembayang-sembayang dan upacara-upacara yang ada di agama Khonghucu, sesaji apa saja yang dibutuhkan, berbagai lambang atau simbol

Page 102: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang ada dalam agama Kami dan masih banyak lagi hal yang telah Saya pelajari. Namun tidak hanya dari Papa saja Saya mendapatkan ilmu keagamaan, dari berbagai sumber seperti buku, belajar dan berdiskusi dengan Haksu tentang apa yang tidak Saya tau. Orang tua Saya mengajarkan tentang delapan pengakuan iman serta riwayat tentang Nabi Khong Cu dan Saya bersama adik Saya berusaha melaksanakan apa yang telah Saya dapat dengan bantuan dan bimbingan dari orang tua. Mereka membantu Saya dan adik Saya untuk mengontrol diri saya dan adik untuk melakukan semuanya yang sesuai dengan ajaran agama Kami.” (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) Dari pernyataan kedua informan tersebut diatas dapat diketahui bahwa

pengetahuan tentang agama yang dimiliki oleh si anak cukup tinggi. Banyak

hal yang didapat, baik yang berasal dari orang tuanya maupun dari berbagai

sumber yang ada di luar. Keaktifan si anak dalam mencari informasi tentang

agama Khonghucu ini juga sangat mempengaruhi perkambangan keimanan

seorang anak. Banyak simbol yang harus dimengerti oleh si anak. Seperti

pemakaian dupa pada acara persembayangan yang mempunyai ketentuan

yang berbeda-beda lalu berbagai macam persembahyangan yang

membutuhkan sesaji yang berbeda-beda, hal ini harus dimengerti oleh semua

penganut agama Khonghucu. Lalu adanya simbol genta yakni sebagai simbol

keagamaan yang disebutkan dalam delapan pengakuan iman. Simbol ini

bukan sekedar simbol namu memiliki arti yang menurut penganut Khonghucu

sangat bermakna. Yakni bahwa simbol genta tersebut merupakan lambang

komunikasi, maksudnya dalam simbol ini genta merupakan salah satu alat

komunikasi bagi rakyatnya. Misalnya kerajaan akan memberitahukan

pengumuman ataupun kabar-kabar tertentu kepada rakyatnya dengan

menggunakan genta (pemahaman simbol secara sederhana) sedangkan simbol

maksud genta di sini, ajaran nabi diharapkan dapat diberitahukan kepada

Page 103: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

setiap manusia. Mengenai huruf Chung dan Sing, kalau huruf Chung artinya

bagaimana hubungan kita terhadap Tuhan, kalau Sing bagaimana hubungan

kita kepada sesama manusia. Dan simbol genta ini juga dipakai sebagai

lambang yang dikenakan oleh rohaniawan. Lambang ini berupa bordiran.

Pada baju atau pin yang ditempelkan, pada saat meminpin ibadah besar,

rohaniawan mengenakan pakaian khusus yang dilenghapi dengan genta.

Pengetahuan yang dimiliki oleh si anak pada masa orde baru dengan

masa sekarang sangatlah berbeda. Dimasa orde baru semua informasi yang

berhubungan denagn agama Khonghucu dilarang untuk dipelajari apalagi

disebarluaskan, sehingga pemahaman tentang pengetahuan ini menjadi sangat

terbatas, sedangkan pada masa sekarang, semua informasi dapat dan boleh

diperoleh serta disebarluaskan dengan sangat mudah. Hal ini jelas sangat

mempengaruhi seorang untuk memperoleh informasi dari siapa saja dan apa

saja serta dari manapun. Karena semua informasi yang diperoleh dapat bebas

diperoleh tanpa ada batasan. Sehingga informasi dapat mudah didapat.

Kebijakan politik yang ada juga merupakan faktor yang tidak bisa dilepaskan

pula dari perkembangan agama Khonghucu. Karena adanya kebijakan politik

yang melarang tentang agama Khonghucu berkembang membuat hilangnya

generasi agama Khonghucu selama puluhan tahun telah ada. Walaupun di

masa reformasi ini agama Khonghucu telah dibebaskan dari belenggu

penyebaran informasi namun tidak mudah bagi agama Khonghucu untuk

kembali pada masa kejayaannya di masa sebelun era orde baru, hanya

beberapa persen saja yang tetap mempertahankan keyakinannya.

Page 104: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jadi dapat digambarkan bahwa Perkembangan dan Sosialisasi agama

Khonghucu di Surakarta yang dimulai pada masa Orde Lama yang berkembang

pesat, namun pada masa Orde Baru perkembangan agama ini terhambat dengan

munculnya surat edaran mentri dalam negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95

tanggal 18 November 1978 yang menjadikan status agama Khonghucu tidak jelas,

termasuk perayaan Imlek dan kegiatan keagamaan lainnya. Namun setelah kita

masuk para Era Reformasi pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid

agama ini mencapai kebebasannya kembali. Kebebasan kembalinya agama

Khonghucu ini menjadi sesuatu yang sulit karena banyak dari penganut agama

Khonghucu berpindah agama dan tetap menganut agama yang dianutnya

sekarang. Banyak siswa yang menganut agama bukan Khonghucu di sekolah,

tetapi di rumah mereka kembali menganut agama Khonghucu dan masih banyak

pula penganut agama Khonghucu yang tidak tercatat di Departemen Agama.

Perkembangan agama ini juga tidak lepas dari peran Lithang dan pemuka

agama yang ada di sana. Banyak kegiatan yang ada disana, dengan berbagai

kegiatan ini sosialisasi ini akan terbentuk. Makin Surakarta merupakan salah satu

saksi sejarah perkembangan agama Khonghucu di wilayah ini. Banyak organisasi

yang bernaung dibawah Makin Surakarta ini. Mulai dari perkumpulan Wanita

Agama Khongucu (Wakin), Pemuda Agama Khonghucu (Pakin), serta Yayasan

Tripusaka yang membawahi sekolah Tripusaka dari Sekolah Dasar hingga

Sekolah Menengah Atas sera membawahi sebuah organisasi kesenian yang

menjadi simbol adat Tionghoa yaitu Barongsai dan Liong yang telah terkenal

hingga ke berbagai daerah di Indonesia serta telah menjuarai berbagai lomba baik

Page 105: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berskala lokal maupun nasional. Ini menjadi bukti eksistensi agama Khonghucu di

negara ini.

Sosialisasi yang terjadi dalam keluarga agama Khonghucu sangat

dipengaruhi oleh peran ayah sebagai Imam dalam rumah tangga. Seorang ayah

memberikan contoh bagaimana berkehidupan yang sesuai dengan tuntunan

agama serta penanaman agama melalui berbagai contoh cerita dan pengalaman

dalam kehidupan pribadi. Anak dapat melihat semua contoh yang ada dalam

lingkungan keluarga dan keinginan seorang anak dalam mempelajari agama ini

pun ada. Dalam keluarga Khonghucu menginginkan anak keturunannya menganut

agama yang sama dengan mereka yaitu Khonghucu.

Page 106: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PENUTUP

Pada bagian akhir ini, penulis juga akan memaparkan secara singkat

kesimpulan dan implikasi yang telah diperoleh setelah melakukan penelitian

skripsi ini. Selain itu juga memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian skripsi ini.

A. Kesimpulan

Agama Khonghucu memang telah ada di Indonesia sebelum Negara

Indonesia terbentuk. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya bangunan

tempat-tempat ibadah di beberapa daerah di Indonesia yang berusia ratusan tahun.

Bahkan telah mengalami renovasi tanpa menghilangkan bentuk asli dan

fungsinya, salah satu contohnya adalah Klenteng Sam Poo Kong yang berada di

Kota Semarang dan klenteng ini merupakan Klentang yang tertua yang ada di

Indonesia.

Eksistensi agama Khonghucu sebagai sebuah agama tidak bisa

dilepaskan dari sosialisasi. Tanpa sosialisasi agama Khonghucu tidak bisa

bertahan dan dikembangkan. Sosialisasi ini dilakukan dengan berkelanjutan baik

itu sosialisasi primer oleh keluarga maupun sekunder oleh lingkungan yang

berada di luar keluarga misalnya sekolah, lingkungan bermain dan tempat ibadah.

Dengan sosialisasi diharapkan anak-anak dalam keluarga Khonghucu dapat

memilih agama Khonghucu sebagai agamanya. Artinya sosialisasi berhasil, yang

94

Page 107: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ditandai dengan religiusitas anak yang tinggi. agama Khonghucu telah

terinternalisasi menjadi bagian dari dirinya.

Pada masa Orde Baru merupakan titik balik dari perkembangan agama

Khonghucu. Kebijakan politik yang dihasilkan oleh pemerintah Orde Baru tidak

mengakui Khonghucu sebagai agama ke-enam. Diskriminasi terhadap agama

Khonghucu selama 30-an tahun ini berdampak pada penurunan jumlah umat

agama Khonghucu. Akibatnya banyak umat agama Khonghucu yang beralih ke

agama lain tertentuuntuk menghindari label atheis, komunis, maupun untuk

kepentingan pendidikan dan kependudukan. Namun dalam kehidupan keeharian,

ajaran-ajaran agama Khonghucu tetap dijalankan.

Pada Orde Baru sosialisasi primer juga dijalankan oleh orang tua agar

anak-anaknya bisa mengenal dan memilih Khonghucu sebagai agamanya.

Demikian juga dengan lingkungan di luar rumah seperti tempat ibadah, kegiatan

yang ada di luar serta teman-teman bermain si anak serta sekolah, orang tuapun

pasti akan memilihkan sekolah, lingkungan luar yang latar belakangnya belakang

agamanya. Dan harapan orang tua juga pihak-pihak luar ini dapat menjalankan

sosialisasi sekunder sehingga religiusitas anak dapat tercapai dan agama

Khonghucu dapat bertahan serta berkembang.

1. Implikasi Empiris

Sosialisasi agama Khonghucu dalam keluarga menjadi sangat

penting dalam perkembangan agama Khonghucu. Sekalipun agama

Khonghucu mendapatkan tekanan yang luar biasa hebat, umat Khonghucu

tetap dapat bertahan meskipun negara tidak mengakui Khonghucu sebagai

Page 108: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

agama resmi selama 30-an tahun lamanya, umat Khonghucu tetap

menjalankan ajaran-ajarannya. Artinya negara tidak bisa mematikan sebuah

agama, sekalipun berhasil membatasi ruang geraknya dan sangat merugikan

dalam perkembangan agama khonghucu di kemudian hari.

Seperti yang tertera pada The International Bill of Human Rights

bahwa mengakui keterbatasan suatu agama sama saja dengan tidak

menghargai Hak Asasi Manusia. Adapun suatu agama tidak perlu mendapat

pengakuan dari suatu negara karena bisa jadi suatu negara ada sebelum

negara itu ada. Begitu pula yang dikemukakan oleh Presiden Abdurrahman

Wahid bahwa negara tidak berhak untuk mengatur agama dari warganya,

tetapi harus melindungi agama yang dianut oleh warganya itu. Lebih lanjut,

pengakuan negara atau pemerintah terhadap agama adalah suatu hal yang

keliru karena agama kan tetap ada walaupun tidak ada pengakuan dari negara.

Meskipun pada akhirnya pengakuan dari negara juga mempunyai pengaruh

yang sangat besar dalam perkembangan agama tersebut, seperti yang terjadi

pada agama Khonghucu selama ini. Sosialisasi agama Khonghucu oleh orang

tua kepada anak-anaknya dilakukan sejak dini dengan mengajak beribadah

bersama dan memberikan contoh kepada mereka. Cara yang demikian ini

dilakukan secara turun temurun. Orang tua menyamakan dirinya dengan pola

sosialisasi yang dulu digunakan oleh orang tuanya. Mereka menganggap

bahwa pola sosialisasi yang digunakan orang tua mereka adalah yang terbaik

sehingga pada saat mereka membentuk keluarga dan mempunyai anak

mereka memulai kembali pola sosialisasi yang mereka peroleh.

Page 109: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Orang tua dalam hal ini lebih banyak mengajarkan tentang etika, tata

krama, tingkah laku, budi pekerti dan moral, selain itu juga Delapan

Pengakuan Iman juga menjadi salah satu yang diajarkan oleh orang tua

kepada anak-anaknya, di dalamnya terdapat berbagai ajaran yang membantu

mereka dalam memahami agama Khonghucu ini. Hal ini juga membantu anak

dalam membentuk watak dan sifat dari si anak sendiri.

Peranan orang tua dalam keluarga sebagai agen sosialisasi begitu

penting. Fungsi sosialisasi harus bisa dijalankan dengan baik oleh orang tua

agar anak-anaknya dan menginternalisasikan agama Khonghucu menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari dirinya. Selain fungsi sosialisasi , keluarga

juga menjalankan fungsi keagamaan. Keluarga menjadi tempat dimana anak-

anak mempelajari agama secara informal dalam kesehariannya.

Selain itu peranan lingkungan di luar keluarga menjadi sosialisas yang sangat

penting juga. Anak-anak akan banyak meluangkan waktu untuk bersosialisasi

di lingkungan luar seperti sekolah, teman-teman mereka bermain, lingkungan

peribadahan mereka serta berbagai kegiatan yang diikuti oleh si anak.

Tionghoa juga mendukung dalam perkembangan agama Khonghucu. Ketika

sekolah-sekolah Tionghoa ditutup, pelarangan peribadatan dan sesuatu yang

berhubungan dengan perayaan dari Agama Khongucu, maka sosialisasi bisa

terputus. Akhirnya adalah peranan keluarga menjadi begitu penting.

Kalaupun mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang agama

Khonghucu, seringkali dilakukan bukan secara general.

Page 110: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sosialisasi orang tua tidak selalu berhasil kepada anak-anaknya

tentu saja ada beberapa anggota keluarganya, baik itu anak-anaknya sendiri

maupun saudara dan saudarinya yang berlainan agamanya. Orang tua telah

mengusahakan sosialisasi dengan sebaik mungkin, namun ada juga anak-

anaknya yang berlainan dalam memilih agama. Seperti yang tertulis dalam

sabda Suci jilid IX: 22 halaman 188 sebagai berikut

‘Nabi Khonghucu bersabda ”Diantara benih yang tumbuh ada yang tidak berbunga dan diantara yang berbunga ada yang tidak berbuah.” Maksudnya adalah dalam sebuah keluarga ada orang tua yang

mempunyai keturunan, berupa ana-anaknya. Diantara anak-anaknya tersebut

tentu saja ada yang berkeluarga dan mempunyai keturunan lagi . Adapula

yang berkeluarga namun tidak memiliki keturunan. Dari beberapa anaknya

pasti ada yang berlainan agamanya, begitu juga dengan keturunannya.

Penurunan jumlah yang terjadi pada umat Khonghucu pada Orde

lama ke Orde Baru bukan disebabkan oleh kegagalan sosialisasi. Faktor-

faktor eksternal yang mempengaruhi agama Khonghucu yakni adanya

kebijakan politik Orde Baru yang diskriminatif dan anggapan yang keliru

dari orang-orang keturunan Tionghoa terhadap agama Khonghucu menjadi

penghambat perkembangan agama Khonghucu.

Setelah diakui kembali sebagai agama resmi dan ditetapkannya

Imlek sebagai hari raya, agama Khonghucu mempunyai kesempatan kedua

dan harapan baru untuk mampu berkembang lagi dan memberikan kontribusi

positif bagi kemajuan Bangsa Indonesia.

Page 111: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Implikasi Teoritis

Penelitian ini menggunakan Teori Aksi yang tergabung dalam

dalam Paradigma Definisi Sosial yang menekankan pada Tindakan Sosial dari

Max Weber, pokok persoalan sosiologi adalah bagaimana memahami

tindakan sosial antar hubungan sosial dimana “tindakan penuh arti’ itu

ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Untuk mempelajari tindakan

Sosial ini, Weber menganjurkan metode analisisnya melalui pemahaman dan

penafsiran (Interpretative Understanding) yang Verstehen.

Dari penelitian ini, secara teoritis sesuai dengan Teori Aksi yang

telah disampaikan oleh Weber di atas. Orang tua merupakan aktor utama

yang melakukan tindakan sosial. Tindakan tersebut diarahkan kepada anak-

anaknya. Ia melakukan sosialisasi agama Khonghucu kepada anak-anaknaya

sejak mereka masih kecil. Tindakan sosial yang dilakukan orang tua ini

tergolong dalam tindakan sosial berorientasi nilai karena dipengaruhi oleh

nilai-nilai agama Khonghucu.

Demikian pula dengan jalur pribadi untuk anak-anaknya juga

dipilih sesuai dengan latar belakang agama Khonghucu yang menjadi

agamanya. Artinya orang tua mempunyai tujuan yang hendak dicapai, yaitu

anak-anaknya menjadi umat Khonghucu seperti mereka. Sedangkan pilihan

agama yang dilakukan untuk kepentingan pendidikan dan data kependudukan

yang dilakukan oleh anak tergolong dalam tindakan sosial instrumental

karena ada tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Page 112: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Implikasi Metodologis

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif yang

bertujuan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu.

Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif ,

yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang

nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh. Jadi penelitian

deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara

rinci dan mendalam terhadap suatu permasalahan. Dalam penelitian skripsi

ini bagaimana gambaran perkembangan agama Khonghucu yang ada di

Surakarta, dan permasalahan selanjutnya adalah bagaimana sosialisasi agama

Khonghucu ini di dalam keluarga.

Dalam tehnik pengumpulan data, penulis turun ke lapangan untuk

mencari, mengumpulkan dan mengolah data. Pengumpulan data dilakukan

baik interaktif maupun non interaktif. Metode wawancara mendalam dan

observasi dan observasi berperan digunakan metode interaktif, catatan

dokumen dan observasi tak berperan digunakan untuk metode non interktif.

Pengambilan sampel digunakan tehnik purposive sampling sehingga sampel

dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bahwa sampel-sampel

tersebut dapat mewakili apa yang dimaksudkan dalam tujuan penelitian.

Dengan demikian, penulis dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan

dalam penelitian dengan memilih informan yang benar-benar tahu

permasalahan penelitian.

Page 113: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Informan penelitian dalam penelitian ini hanya 7 orang, yaitu Hs.

Indarto sebagai informan pertama yang memberikan banyak informasi

tentang perkembangan Agama Khonghucu. Ws. Adjie Chandra, Phiong

Sunarto serta ibu Purwani sebagai Informan yang berperan dalam

memberikan informasi sebagai orang tua yang beragama Khonghucu dan

Diah Wardani Chandra Dewi dan Ratih sebagai informan ketiga yang

berperan sebagai anak yang menganut Agama Khonghucu yang menerima

sosialisasi Agama Khonghucu ini dari orang tuanya. Selain terbatasnya

informan dalam penelitian ini, penulis juga menjumpai ketidakaktifan dari

umat Khonghucu lainnya, terutama kaum muda mudi untuk terlibat dalam

peribadatan rutin di lithang. Penelitian ini juga mendapatkan bantuan

tambahan bantuan info dari Hs. Tjhie Tjay Ing.

Analisis data dilakukan dengan analisis interaktif, reduksi data,

sajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus selama

proses penelitian masih berlangsung. Dalam pengumpulan data penelitian,

reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan secara

langsung. Begitu data diperoleh selanjutnya penulis segera mengolahnya.

B. Saran

Sebagai penutup dalam penelitian skripsi dengan judul “Perkembangan

Agama Khonghucu di Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Sosialisasi

pada Keluarga Khonghucu di Surakarta) ini penulis mengajukan beberapa saran

yang bisa dipertimbangkan dan ditindaklanjuti.

Page 114: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Pemerintah memasukkan agama Khonghucu sebagai agama resmi lagi sejak

tahun 2000. Khonghucu memang telah menjadi agama resmi kembali sebagai

agama namun data statistik tentang jumlah penduduk menurut agamanya

belum dapat dimasukkan, hanya masuk dalam Departemen Agama itupun

jumlah yang ada di sana tidak benar-benar sesuai apa yang ada di lapangan.

Padahal kehidupan keagamaan umat Khonghucu masih tampak denga jelas.

Memang masih didominasi oleh golongan lanjut usia. Pengakuan dari

pemerintah secara nyata akan berdampak nyata dalam perkembangan lebih

lanjut bagi agama Khonghucu, terutama partisipasi dari kaum muda pada

peribadatan rutin.

Diharapkan dalam pendataan penduduk atau sensus penduduk yang

selanjutnya, pemerintah menyediakan pilihan agama Khonghucu bagi

umatnya. Perlu diketahui juga bahwa agama Khonghucu ini termasuk agama

besar di dunia.

2. Sedangkan bagi orang tua agar dapat menjalankan fungsi sosialisasi dengan

baik sehingga anak-anaknya dapat menjadi umat Khonghucu . selama ini

hanya digunakan contoh sebaga metode sosialisasi. Metode ini sebenarnya

berhasil dengan baik masyarakatnya. Namun zaman telah mengalami

perubahan dan juga harus menyesuaikan. Demikian pula dengan metode

sosialisasi yang dipilih selain pemberian contoh, orang tua dapat pula

menggunakan metode yang lainnya misalnya metode ganjaran dan hukuman.

Selain itu orang tua juga perlu untuk memperluas pengetahuan dan

pemahamannya tentang agama. Tidak hanya peribadahan saja tetapi juga

Page 115: PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang tua bisa menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan agamanya.

Artinya keluarga tidak hanya menjalankan sosialisasi, tetapi juga pendidikan

agama bagi anak-anaknya.

3. Terakhir bagi peneliti-peneliti lain, terutama yang terutama yang berminat

dengan agama Khonghucu maupun dengan agama-agama lainnya, semoga

penelitian ini dapat menjadi referensi tertulis yang bermanfaat. Selain itu

masih terbatasnya penelitian tentang agama Khonghucu dapat menjadi

pertimbangan untuk lebih mengenal dan memahami lagi dengan

melaksanakan penelitian-penelitian lebih lanjut.

Selanjutnya hasil penelitian juga bisa dibandingkan dengan cara atau bentuk

sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua dalam keluarga dari latar belakang

agama yang berbeda. Peneliti dapat juga menggunakan metode penelitian

yang berbeda sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih variatif, terutama di

lokasi–lokasi yang berbeda, apakah menunjukkan kesamaan atau perbedaan

dalam pengambilan data.