teori penduduk.pdf

download teori penduduk.pdf

of 15

Transcript of teori penduduk.pdf

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    1/40

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sejarah pertumbuhan penduduk dunia dan Indonesia nampaknya sukar untuk

    diketahui secara tepat kapan munculnya makhluk yang disebut homo sapiens (manusia)

    di dunia ini. Para Ahli memperkirakan pada sekitar 35.000 tahun yang lalu. Waktunya

    mungkin tidak dipermasalahkan akan tetapi yang jelas angka pertambahan

    pendudukanya sangat lambat. Pada tahun 1 sesudah masehi, penduduk dunia

    diperkirakan berjumlah 250 juta. Jadi membutuhkan waktu 35.000 tahun untuk mencapai

     jumlah penduduk 250 juta orang.

    Pada tahun 1650, penduduk dunia diperkirakan berjumlah 500 juta. jadi diperlukan

    waktu sekitar 1650 tahun menjadikan penduduk dunia dua kali lipat. Pada tahun 1850

    penduduk dunia menjadi 1 milyar (1.000.000.000) jumlahnya. Dan masih diperlukan

    waktu sekitar 200 tahun untuk menjadikan penduduk dua kali lipat dari jumlah

    sebelumnya. Pada tahun 1930 penduduk dunia diperkirakan mencapai 2 milyar. Dengan

    demikian hanya diperlukan waktu kurang dari 100 tahun untuk menjadi penduduk dunia

    dua kali lipat sebelumnya. Pada Tahun 1976 penduduk dunia telah mencapai sekitar 4

    milyar. Jadi hanya diperlukan sekitar 36 tahun saja untuk melipat gandakan penduduk

    dunia dari jumlah sebelumnya Pada tahun 1985 penduduk dunia sudah mencapai 4,845

    milyar jiwa. Dalam tempo hanya 9 tahun saja pertambahan penduduknya mencapai 845

     juta. Istilah population explotion menggambarkan betapa hebatnya angka pertumbuhanpenduduk dunia dewasa ini sehingga sebuah ledakan bom yang dahsyat.

    Teori tentang pertumbuhan penduduk meskipun masalah kependudukan telah lama

    diperbincangkan di kalangan masyarakat, namun baru di sekitar abad ke  – 18 banyak di

    antaranya yang mulai menganalisis masalah kependudukan secara sistematis. Meskipun

    banyak para ahli yang menulis tentang masalah kependudukan di dunia, akan tetapi di

    antara tokoh-tokoh yang dianggap pakar ilmu kependudukan klasik adalah Thomas

    Malthus dan Karl Marx.

    Populasi tinggi yang tidak dibarengi dengan lahan pangan dan energi yang cukup akanmengakibatkan ketidakseimbangan antara supply  dan demand   yang bisa menyebabkan

    harga menjadi mahal sehingga seperti yang sedang terjadi sekarang, inflasi semakin

    tinggi, harga bahan makanan semakin tinggi sehingga kemiskinan pun semakin banyak.

    Semakin menurunnya konsumsi masyarakat akan menyebabkan perusahaan merugi dan

    mem-PHK karyawannya sebagai langkah efisiensi, sehingga semakin banyak lagi

    kemiskinan.

    Jadi, kita mudah saja bilang :

    “Kapan negara kita bisa swasembada?”

    “Apa bisa kalau masih mau punya banyak anak?”

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    2/40

     

    2

    “Bagaimana dengan masa depan anak cucu kita kalau lahan sudah tidak tersedia, tanah

    rusak akibat bahan kimia, air tanah tercemar dan bahkan habis sehingga tidak bisa

    disedot lagi?”

    “Bagaimana kita mau menghemat makanan dan air kalau populasi terus berkembang

    secara drastis?” 

    Populasi manusia seperti hal yang besar dan politis yang dibicarakan banyak orang.

    Tetapi hal ini juga merupakan hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Seperti yang

    telah kita lakukan dahulu dan berhasil, kita bisa Ikut program Keluarga Berencana (KB)

    atau paling tidak memiliki rencana KB sebagai komposisi keluarga yang ideal.

    Dibanding disiplin ilmu lainnya Demografi masih terbilang baru, namun kenyataannya

    Demografi dapat dijadikan indikator kemajuan pembangunan. Sebagai contoh, tren

    penurunan angka kelahiran menunjukkan kemampuan pemerintah dan mitranya dalam

    hal program pelaksanaan pengendalian penduduk yang berdampak pada peningkatan

    kualitas penduduk untuk jangka panjang, sementara itu tren penurunan angka kematianbayi yang berujung pada peningkatan usia harapan hidup menunjukkan upaya

    peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Selain itu, indikator ataupun ukuran yang

    dikembangkan dalam ilmu Demografi juga bermanfaat untuk mengestimasi besarnya

     jumlah dan komposisi umur penduduk berguna untuk melihat kebutuhan pembangunan di

    masa yang akan datang.

    B. Deskripsi Singkat

    Mata Diklat ini membahas Mata Diklat ini membahas Sejarah dan Pengertian Demografi,

    Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan, Komponen-komponen Demografi,Komposisi Penduduk, serta Kepadatan Penduduk.

    C. Manfaat Modul Bagi Peserta

    Manfaat modul ini bagi peserta adalah sebagai bahan ajar pengantar Demografi untuk

    menambah wawasan dan pemahaman tentang ilmu Demografi. Khususnya sebagai

    pegawai BKKBN dapat lebih peka terhadap istilah-istilah dan konsep kependudukan

    untuk menjalankan program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

    D. Tujuan Pembelajaran

    1. Kompetensi Dasar

    Peserta mampu menguraikan kaidah-kaidah Demografi dengan baik dan benar

    2. Indikator Keberhasilan

    Peserta dapat:

    a. Menyebutkan pengertian Demografi secara tepat

    b. Membedakan Demografi dan studi kependudukan dengan benar

    c. Menguraikan komponen-komponen Demografi dengan benar

    d. Menginterpretasi komposisi penduduk dengan tepat

    e. Mendeskripsikan kepadatan penduduk dengan tepat

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    3/40

     

    3

    E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

    1. Definisi Demografi

    a. Sejarah Demografi

    b. Pengertian Demografi

    2. Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan

    a. Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan

    b. Tujuan dan Kegunaan Demografi

    c. Analisis Demografi

    d. Ukuran-ukuran Demografi

    3. Komponen-komponen Demografi

    a. Fertilitas

    b. Mortalitas

    c. Migrasi

    4. Komposisi penduduk

    a. Pengertian Komposisi Penduduk

    b. Piramida Penduduk

    5. Kepadatan penduduk

    a. Pertumbuhan penduduk

    b. Persebaran penduduk

    F. Petunjuk Belajar

    1. Bacalah materi yang diberikan oleh widyaiswara ini dengan seksama, tanyakan

    apabila ada istilah-istilah yang kurang dimengerti.

    2. Diskusikan dengan teman-temanmu bila ada masalah kependudukan yang sedang

    hangat dibicarakan.

    3. Kerjakan soal-soal latihan yang diberikan untuk mengukur kemampuan anda.

    4. Untuk memperkaya pengetahuan carilah informasi dari sumber-sumber lain yang

    relevan.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    4/40

     

    4

    BAB II

    SEJARAH DAN PENGERTIAN DEMOGRAFI

    A. Sejarah Demografi

    Dalam catatan sejarah, hal-hal yang dilakukan untuk pencatatan statistik kependudukan

    sudah dikerjakan sejak berabad-abad yang lalu, meskipun masih dilakukan dalam ruang

    lingkup yang kecil dan digunakan secara terbatas. John Graunt (1620-1674), seorang

    warga negara Inggris, dikenal sebagai pelopor dalam bidang pencatatan statistik

    penduduk. Bukunya yang berjudul Natural and Political Observations Mentioned in a

    Following Index and Made Upon the Bills of Mortality (Graunt, 1662 dalam Iskandar,

    1994) sebagian besar berisi analisis mortalitas dan selebihnya mengenai fertilitas,

    migrasi, perumahan, data keluarga, perbedaan antara kota dan negara, dan jumlah

    penduduk laki-laki yang berada pada kelompok umur militer. Data yang digunakan

    dalam analisis kematian dan kelahiran tersebut bersumber dari catatan kematian (The

    Bills of Mortality) yang diterbitkan secara berkala oleh petugas gereja setiap minggu.

    Dari hasil penelitiannya itu, Graunt mencetuskan "hukum-hukum" pertumbuhan

    penduduk.

    Graunt menyarankan agar penelitian yang menyangkut penduduk lebih menekankan

    aspek komposisi penduduk menurut jenis kelamin, negara, umur, agama, dan

    sebagainya. Keistimewaan dari pendekatan yang dipergunakan oleh Graunt adalah

    kehati-hatiannya dan kekritisannya dalam pengumpulan data. Apabila informasi yang

    ada dirasakan terlalu sedikit, maka Graunt mengambil sampel untuk melakukan

    estimasi. Ia melakukan penelitian empiris terhadap jumlah dan perkembangan

    penduduk London pada masa itu.

    Dari usaha Graunt dalam bidang kependudukan yang mencakup topik-topik yang

    menarik, dapat dikatakan bahwa ilmu demografi lahir pada zamannya. Oleh karena itu,Graunt dikenal pula sebagai Bapak Demografi. Dalam studinya, Graunt memperoleh

    banyak dorongan dari William Petty, seorang ahli statistik. Karya Petty, Political

     Arithmetic (1690), berpengaruh besar terhadap perkembangan demografi. William Petty

    (1623-1687) yang hidup sezaman dengan Graunt menganjurkan berdirinya Central

    Statistical Office (Biro Pusat Statistik). Selain itu, usaha memanfaatkan data statistik

    penduduk dilakukan pula oleh Edmund Halley (1656-1742), seorang astronom, dengan

    menyusun tabel kematian (life table) modern yang pertama di kota Breslau pada tahun

    1687-1691.

    Setelah era Graunt, perhatian publik terhadap masalah kependudukan, baik mengenaipencatatan statistik maupun pertumbuhannya terus meningkat. Dalam sejarah

    Indikator keberhasilan:Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    5/40

     

    5

    perkembangan ilmu demografi, timbul masalah mengenai pembagian cabang ilmu ini.

     Awalnya, para pengamat berpendapat bahwa demografi lebih terfokus pada

    penyusunan statistik penduduk dan analisisnya. Pendapat ini memang dapat dimengerti

    karena pelopor-pelopor ilmu demografi, seperti Sussmilch dan Guillard menganggap

    demografi sebagai bio-social book-keeping, yang artinya kelahiran sebagai faktor

    penambah jumlah penduduk, sedangkan kematian sebagai faktor pengurang jumlahpenduduk. Kemudian, beberapa pengamat membedakan masalah penduduk menjadi

    dua, yaitu yang bersifat kuantitatif yang membahas tentang jumlah, persebaran, serta

    komposisi penduduk, dan yang bersifat kualitatif yang membahas masalah penduduk

    dari segi genetis dan biologis. Gagasan ini kurang mendapat dukungan karena ternyata

    keduanya mengandung unsur kualitatif dan kuantitatif.

    B. Pengertian Demografi

    Demografi berasal dari kata Yunani demos  – penduduk dan Grafien  – tulisan atau dapat

    diartikan tulisan tentang kependudukan atau Demografi dapat diartikan tulisan ataukarangan mengenai rakyat atau penduduk.

    Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi, istilah

    Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard.

    John Graunt  adalah seorang pedagang di London yang menganalisis data kalahiran

    dan kematian, migrasi dan perkawinan yang berkaitan dalam proses pertumbuhan

    penduduk. Sehinnga John Graunt dianggap sebagai bapak Demografi.

    Beberapa definisi Demografi;

    Kajian kependudukan secara statistika dan matematika menyangkut perubahan

    penduduk, besar/jumlah, komposisi dan distribusi penduduk melalui 5 komponen

    demografi yakni fertillitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial (Bogue,

    1976 ).

    Barcley (1981)  lebih menekankan pada kajian tentang perilaku penduduk secara

    keseluruhan bukan pada perorangan dengan fokus kajian pada statistika dan

    matematika (Pure Demografi ).

    Houser and Duncan, lebih menitikberatkan pada dampak yang ditimbulkan oleh

    perubahan-perubahan penduduk (akses dari persebaran dan komposisi).

    Dari beberapa definisi di atas dapt disimpulkan bahwa Demografi adalah ilmu yang

    mempelajari secara statistik tentang kependudukan meliputi; fertillitas, mortalitas,

    perkawinan, migrasi, mobilitas sosial dan perubahan dampak lingkungan dan sosial.

    C. Teori-teori kependudukan

    Teori-teori tentang hubungan antara manusia atau penduduk dengan masalah-masalah

    lain telah banyak dibahas oleh beberapa ahli, seperti oleh ahli ekonomi, agama, sosial,

    politik, dan pertahanan. Sekitar 500 tahun sebelum Masehi (SM), Konfusius, seorang

    filsuf Cina, membahas hubungan antara jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    6/40

     

    6

    masyarakat. Menurutnya, jumlah penduduk yang terlampau besar akan menekan

    standar hidup masyarakat, terutama kalau jumlah penduduk dikaitkan dengan luas tanah

    atau lahan pertanian yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Konfusius

    menganggap ada suatu proporsi yang ideal antara luas tanah dan jumlah penduduk.

    Sebagai pemecahan masalah kelebihan penduduk, ia menganjurkan agar pemerintah

    memindahkan penduduk ke daerah yang masih kekurangan penduduk.Pemikir lainnya, Plato dan Aristoteles, dua orang pemikir Yunani yang hidup ditahun 300

    SM, menganjurkan jumlah penduduk yang tepat dan ideal untuk sebuah kota. Apabila

    sebuah kota tidak dapat menampung jumlah penduduk yang ada, maka diperlukan

    pembatasan kelahiran. Sebaliknya, jika terjadi kekurangan penduduk, maka diperlukan

    insentif (pendorong) untuk menambah kelahiran.

    Pada tahun 1762, Sussmilch (dalam Iskandar 1994) telah membicarakan masalah

    penduduk berdasarkan "hukum Tuhan." Artinya, kelahiran dan kematian merupakan

    kehendak Tuhan. Akan tetapi, pemikiran seperti itu berubah setelah abad ke-18, yang

    dikenal di Eropa sebagai zaman penalaran (the age of reasons), yakni zaman di manasuatu masalah dipertanyakan "mengapa" dan "bagaimana pemecahannya." Pada abad

    itu, kemiskinan terjadi di mana-mana, yang mengakibatkan munculnya masalah-masalah

    sosial dan ekonomi. Para ahli dan ilmuwan berusaha membuat atau mengembangkan

    studi mengenai bagaimana mengatasi masalah kemiskinan yang dialami oleh penduduk.

    Banyak orang yang optimis dan percaya bahwa kemampuan atau potensi manusia yang

    terus berkembang akan dapat memecahkan segala masalah yang timbul. Akan tetapi,

    ada juga kalangan masyarakat yang pesimis.

    Golongan terakhir ini dicerminkan oleh pendapat Thomas Malthus, yang hidup antara

    tahun 1766 sampai 1834. Salah satu argumentasinya yang paling penting, adalahbahwa dorongan alamiah manusia untuk berkembang biak selalu dan akan selalu ada,

    dan dengan kecepatan yang mengikuti deret ukur sehingga jumlah manusia akan

    menjadi dua kali lipat dalam waktu yang cukup pendek (sekitar 25 tahun). Kecepatan

    berkembang biak manusia ini jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan kenaikan bahan

    makanan yang dapat diproduksi dari tanah yang tersedia (yang berkembang mengikuti

    deret hitung) dan pada gilirannya akan mengakibatkan kesengsaraan dan kelaparan.

    Pertumbuhan penduduk yang cepat dengan sumber-sumber yang terbatas akan

    menyebabkan berlakunya hukum hasil yang menurun (the law of diminishing return) di

    sektor pertanian dan akhirnya terjadi keadaan stagnan.

    Menurut Malthus, ada beberapa hal yang bisa menjadi penghambat laju pertumbuhan

    penduduk. Ia membedakan antara kejadian yang berada di luar kekuasaan manusia

    (positive checks) dan hal yang bisa diusahakan oleh manusia sendiri (preventive

    checks).

    1. Positive checks: bencana alam, kelaparan, penyakit menular, perang, dan

    pembunuhan.

    2. Preventive checks: menunda perkawinan dan selibat permanen.

    Malthus tidak menduga bahwa masalah pertumbuhan penduduk dan kesejahteraannya

    dapat dipecahkan oleh revolusi industri. Tulisan Malthus yang pertama; (1799)

    merupakan contoh suatu pendapat yang bersifat sangat umum tanpa didukung oleh data

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    7/40

     

    7

    statistik, namun pada buku edisi selanjutnya, untuk mendukung argumentasinya ia

    melengkapi dengan data statistik.

    Dengan munculnya tulisan Malthus, Essay on the Principle of Population pada akhir

    abad ke-18, masalah penduduk mempunyai angin baru dalam literatur-literatur ekonomi,

    Banyak ahli ekonomi pembangunan mendasari teori-teorinya pada variabel-variabelpenduduk, seperti menyatukan teori-teori ekonomi dengan penentuan pemilihan

    besarnya fertilitas. Teori ekonomi fertilitas yang termasuk dalam teori neoklasik berbeda

    dengan model Malthus. Teori ini didasari oleh teori baru ekonomi rumah tangga («»'

    home economics) yang berpendapat bahwa seseorang dalam menentukan fertilitas akan

    melalui proses yang sama dengan apabila ia memutuskan suatu pilihan untuk

    mendapatkan barang dan jasa bagi keperluan rumah tangganya. Pilihan fertilitas

    dibatasi oleh informasi dan sumber-sumber yang ada, namun keputusan mereka dalam

    memilih jumlah anak tetap rasional, dalam arti harus dapat memaksimumkan

    kesejahteraan mereka.

    Teori Karl Marx menentang expansi kaum kapitalis ia berpendapat populasi manusia

    tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja. Kemelaratan bukan

    terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil

    sebagian hak para buruh buruh. Semakin tinggi tingkat populasimanusia, semakin tinggi

    produktifitasnya jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia. Sehingga manusia

    tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang

    moral restraint untuk menekanangka kelahiran. Teori ini dibenarkan oleh negara-

    negara sosialis seperti RRC, Korea Utara dan Vietnam.

     Ahli ekonomi lainnya yang mengaitkan masalah penduduk dengan ekonomi adalahLeibenstein (1954). Di dalam bukunya  A Theory of Economic-Demographic

    Development', ia mengemukakan konsep the low-level equilibrium trap yang

    menjelaskan perubahan demografi di negara-negara sedang berkembang. Suatu

    kenaikan sedikit dalam pendapatan akan meningkatkan jumlah penduduk dan

    persediaan tenaga kerja, yang pada gilirannya akan menghapuskan pertumbuhan

    modal, produktivitas, dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi lainnya.

    Para ahli demografi pada mulanya memproyeksikan bahwa pada abad ke-21, jumlah

    penduduk sudah sedemikian besarnya sehingga tidak ada lagi ruang untuk bergerak.

    Mereka tidak memperkirakan adanya pembangunan ekonomi modern. Asumsi-asumsi

    para penulis yang pesimis tersebut adalah bahwa penduduk tidak bisa memilih secara

    rasional tentang fertilitas dan besarnya keluarga. Mereka mengasumsikan penduduk

    seperti lalat yang dikembangkan dalam suatu tabung. Lalat akan berkembang terus

    sedemikian rupa sehingga pada saat tertentu tabung tidak bisa menampung lagi.

     Akhirnya, lalat saling bunuh atau mati dengan sendirinya. Demikian pula yang terjadi

    dengan manusia. Apabila dunia tidak dapat menampung lagi jumlah manusia yang terus

    berkembang, maka peperangan dapat terjadi serta angka pembunuhan dan malapetaka-

    malapetaka lainnya dapat meningkat sehingga dengan sendirinya akan mengurangi

     jumlah penduduk.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    8/40

     

    8

    Sejarah demografi menunjukkan bahwa manusia telah melakukan pilihan yang rasional

    terhadap jumlah dan besarnya keluarga sejalan dengan semakin majunya

    pembangunan ekonomi. Sebagai contoh, Indonesia telah dapat mencapai pertumbuhan

    penduduknya sebesar 1,34% pada periode 1990-2000. Hal ini menunjukkan adanya

    penurunan laju pertumbuhan penduduk dari 2,32% pada periode 1971-1980 menjadi

    1,97% pada periode 1980-1990.

    D. Rangkuman

    Jhon Graunt dijuluki sebagai bapak Demografi karena jasa-jasanya dalam melakukan

    penelitian dan pengumpulan data-data kependudukan. Data-data kependudukan dalam

    bentuk statistik berupa data fertilitas, perumahan dan migrasi.

    Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik mengenai

    fertiltas, mortalitas, migrasi, perkawinan dan mobilitas sosial. Teori yang paling

    berpengaruh dalam melandasi ilmu kependudukan adalah teori Robert Malthus yangmenurutnya pertumbuhan manusia mengikuti deret hitung, sedangkan pertumbuhan

    bahan pangan menurut deret ukur.

    E. Latihan

    1. Jelaskan sejarah timbulnya istilah Demografi?

    2. Siapa tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perumusan Demografi?

    3. Apa hubungannya teori kependudukan dengan istilah-istilah demografi?

    4. Apa pengaruh teori Robert Malthus terhadap bidang kependudukan?

    5. Apa rumusan teori Robert Malthus yang terkenal?

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    9/40

     

    9

    BAB III

    PERBEDAAN DEMOGRAFI DAN STUDI KEPENDUDUKAN

    A. Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan

    Demografi yang bersifat kuantitatif (kadang-kadang disebut Formal Demography    – 

    Demography Formal) lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan statistik dan

    matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspek-

    aspek kependudukan secara deskriptif analitik. Sedangkan studi-studi kependudukan

    mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-masalah

    penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya.

    Ilmu kependudukan yang perlu mendapat perhatian kita sekarang adalah lebih

    menyerupai studi antar disiplin ilmu yang dipadu dengan analisis demografi yang lazim

    diberi istilah Demografi Sosial. Disiplin lain banyak berhubungan dengan demografi

    antara lain matematika, geografi, sosilogi, ekonomi, kedokteran.

    Dalam ilmu kependudukan juga dikenal istilah study kependudukan, yaitu : studi

    kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-

    masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya.

    Tabel 1

     Analisis Demografi Formal dan Study Kependudukan

    Berdasarkan Jenis Variabel Pengaruh dan Variabel Terpengaruh

    (Kemmeyer, Kenneth, 1971)

    Tipe Studi Indevend ent Variabel (IV) Dependen t Variabel (DV)

    Demografi Formal Variabel Demografi

    -KomposisiUmur

    -TingkatKelahiran

    Variabel Demografi

    -TingkatKelahiran

    -KomposisiUmur

    Studi Kependudukan

    (Tipe I)

    Variabel non Demografi

    -Faktor sosiologis,

    mis: kelas ekonomi

    -FaktorEkonomi,

    mis:kesempatan ekonomi

    Variabel Demografi

    -Migrasi keluar

    Studi Kependudukan

    (Tipe 2)

    Variabel Demografi

    -TingkatKelahiran

    -MigrasiMasuk

    -TingkatKematian 

    Variabel Non Demografi

    -KebutuhanPangan

    -Kemiskinan

    -PertumbuhanEkonomi

    Indikator keberhasilan:

    Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat membedakan demografi dan studikependudukan dengan benar

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    10/40

     

    10

    B. Tujuan dan Kegunaan Ilmu Demografi 

    Dalam mempelajari Demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu kita

    perhatikan, cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Sedangkan

    dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan tingkat

    perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian digunakansebagai variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang jumlah dan

    distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa lampau dan

    persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk dengan berbagai

    variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan penduduk di masa

    mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya. Berbagai macam informasi

    tentang kependudukan sangat berguna bagi berbagai pihak di dalam masyarakat. Bagi

    pemerintah informasi tentang kependudukan sangat membantu di dalam menyusun

    perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan

     jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya. Bagi sektor swasta informasi tentang

    kependudukan juga tidak kalah pentingnya. Para pengusaha industri dapatmenggunakan informasi tentang kependudukan untuk perencanaan produksi dan

    pemasaran.

    C. Analisis Demografi

     Analisis penduduk “dari rahim ke liang  kubur” (from the womb to the tomb) karena

    meliputi analisis penduduk pada seluruh siklus kehidupan manusia sejak dari

    kandungan sampai meninggal.

    Manfaat analisis demografi

    1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu

    2. Menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masa lampau, kecenderungannya, dan

    persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.

    3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan

    bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan lain-

    lain.

    4. Memperkirakan pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk) pada masa yang akan

    datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

    D. Ukuran-ukuran Demografi

    1. Bilangan absolut

    Jumlah mutlak penduduk/kejadian lain

    Contoh: jumlah penduduk: 250 juta

    2. Prevalensi

    Jumlah kejadian pada sekelompok penduduk pada waktu tertentu terhadap jumlah

    penduduk yang berisiko terhadap kejadian tersebut.

    Contoh: PA/PUS

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    11/40

     

    11

    3. Proporsi

    •  Persentase perbandingan antara suatu kelompok penduduk tertentu dengan

     jumlah keseluruhan

    •  Angka yang menunjukkan hubungan sub populasi dengan keseluruhan populasi

    yang sama

    Contoh: Jumlah penduduk miskin dibanding total penduduk

    4. Rate/Angka

    •  Ukuran yang menunjukkan terjadinya suatu kejadian demografis (kelahiran,

    kematian, migrasi) selama periode tertentu.

    •  merupakan hasil pembagian antara jumlah kejadian yang terjadi selama periode

    tertentu dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian

    tersebut pada periode yang sama.

    •  Pembilang merupakan bagian dari penyebut

    •  Penyebut disebut juga sebagai “ person-years lived exposed to risk ”. Jumlah

    orang yang mempunyai risiko mengalami suatu kejadian demografi (kematian,melahirkan, dan migrasi). Karena sulit untuk mendapat data yang akurat, “tahun

    orang hidup” diperkirakan dengan menggunakan asumsi bahwa jumlah kelahiran/

    kematian/pindah adalah  sama sebelum dan sesudah pertengahan dari suatu

    periode, atau sama dengan jumlah penduduk tengah periode, yaitu rata-rata dari

    penduduk awal tahun dan akhir tahun  disebut juga “mid-year population” 

    5. Ratio/Rasio

    •  Ukuran yang merupakan hasil perbandingan antara dua angka yang berbeda

    •  Pembilang bukan bagian dari penyebut (tidak ada kaitan)

    Contoh:Rasio jenis kelamin = jumlah penduduk laki-laki

     jumlah penduduk perempuan

    E. Rangkuman

    Perbedaan Demografi dan studi kependudukan terletak pada aspek yang dikaji. Kalau

    Demografi menekankan pada aspek matematis dan statistik mengenai kependudukan

    sedangkan studi kependudukan lebih kepada dampak-dampak yang terjadi akibat

    komponen-komponen Demografi. Studi kependudukan mempelajari secara sistematis

    perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan

    situasi sosial di sekitarnya.

    Tujuan dan kegunaan ilmu demografi sangat berguna dalam bidang perencanaan

    pembangunan.

     Analisis Demografi adalah data penduduk dari sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.

    Ukuran-ukuran Demografi mencakup bilangan absolut, prevalensi, proporsi, rate/angka

    dan ratio/rasio.

    F. Latihan

    Diskusikan dengan teman-teman anda bagaimana perbedaan demografi dan studi

    kependudukan!

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    12/40

     

    12

    BAB IV

    KOMPONEN-KOMPONEN DEMOGRAFI

    A. Fertilitas (Kelahiran)

    Fertilitas dalam pengertian Demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil

    untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi

    rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung pada struktur umur, banyaknya

    kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat

    pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan.

    Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah :

    1. Ag e Specific Ferti l i ty Rate (ASFR)

    a. Definisi 

     Angka Kelahiran Menurut Umur ( Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka

    yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok

    umur tertentu antara 15-49 tahun.

    b. Kegunaan 

     ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan perbedaan fertilitas

    dari perempuan yang terpapar untuk melahirkan yaitu perempuan usia subur

    dengan memperhatikan karakteristik kelompok umurnya. Secara alamiah potensi

    (fekunditas) perempuan untuk melahirkan berbeda menurut umur, dan menjadi

    steril setelah menopause atau usia 49 tahun. Secara sosial ada kecenderungan

    bahwa saat ini perempuan ingin membatasi jumlah anak setelah umur 35 tahun.

    Pengetahuan mengenai ASFR akan berguna untuk pelaksanaan program KBdan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

    Indikator ASFR merupakan data dasar untuk mengembangkan proyeksi

    penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin

    dimasa yang akan datang. Hasil proyeksi penduduk merupakan basis data untuk

    perencanaan pembangunan manusia di tahun-tahun mendatang.

    c. Cara Menghitung

    Membagi jumlah kelahiran yang terjadi pada perempuan pada kelompok umur

    tertentu (i), dengan jumlah perempuan kelompok umur tersebut kemudiandikalikan dengan konstanta k (1000).

    Indikator keberhasilan:

    Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menguraikan komponen-komponenDemo rafi den an benar

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    13/40

     

    13

    Rumus:

    dimana ASFRi = Age Specific Fertility Rate untuk perempuan pada kelompok umur i,

    i = 1 untuk umur 15-19 tahun, yakni:

    i = 2 untuk umur 20-24 tahun,

    i = 3 untuk umur 25-29 tahun,

    i = 4 untuk umur 30-34 tahun,

    i = 5 untuk umur 35-9 tahun,

    i = 6 untuk umur 40-44 tahun,

    i = 7 untuk umur 45-49 tahun.

    Bi  = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i.

    Pif 

     = Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i.

    d. Data yang Diperlukan

    Untuk dapat melakukan perhitungan ASFR, data yang diperlukan adalah data

    tentang banyaknya bayi yang lahir dari ibu menurut umur tertentu misalnya Ibu

    usia 20-24 tahun pada suatu daerah dan suatu tahun tertentu dan banyaknya Ibu

    pada umur tersebut (20-24 tahun) pada daerah dan tahun yang sama.

    1) Sumber Data

    a) Perhitungan Secara Langsung (direct method )

    Selama ini perhitungan secara langsung untuk ASFR dilakukan dengan

    menggunakan data „riwayat kelahiran‟ yang dikumpulkan dari Survei

    Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). SDKI yang terakhir

    dilaksanakan tahun 2002/3. Sayangnya, jumlah sampel SDKI tidak

    memungkinkan kita menghitung ASFR untuk tingkat kabupaten dan kota.

    Sehingga ASFR di tingkat kabupaten atau kota dihitung secara tidak

    langsung dari Susenas yang dilaksanakan tiap-tiap tahun.

    b) Perhitungan tidak langsung (indirect method )

    Selama ini hasil perhitungan ASFR dan TFR yang dipublikasikan secara

    luas oleh BPS adalah hasil perhitungan secara tidak langsung yang

    dilakukan dari data Sensus Penduduk dengan menggunakan program

    EastWestPop berdasarkan metode „anak kandung ‟ atau anak-anak yang

    tercatat dari daftar anggota rumah tangga.

    Selain itu, ASFR juga dapat diperkirakan dari data Susenas pada

    pertanyaan 3 dalam kuesioner pokok pada Seksi II Keterangan Rumah

    tangga. Jumlah kelahiran hidup dan ASFR dapat diestimasi

    menggunakan piranti lunak mortpack-lite. Untuk memperoleh data ASFR

    dan jumlah kelahiran yang akurat, diperlukan penggabungan informasi

    dari beberapa Susenas yang digabung dan hasilnya dirata-ratakan.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    14/40

     

    14

    Contoh

    Pada Tabel 2 disajikan contoh perhitungan Angka Kelahiran Menurut

    Umur (ASFR) untuk Indonesia berdasarkan data Susenas 1999 dan

    2004.

    Tabel 2. Jumlah Perempuan, Jumlah Kelahiran, dan Angka Kelahiran

    Menurut Kelompok Umur (ASFR), Indonesia, Susenas 1999 dan 2004.

    Kelompok

    Umur  

    (1) 

    Jumlah

    perempuan* 

    (2) 

    Jumlah

    kelahiran* 

    (3) 

    Angka Kelahiran

    Menurut Umur

    (ASFR) 

    (4) = [(3) : (2)] x 1000 

    15-19 9.794.093 381.970 39

    20-24 10.110.367 1.364.900 135

    25-29 9.601.442 1.324.999 138

    30-34 9.132.513 913.251 100

    35-39 8.587.142 352.073 4140-44 7.459.538 89.514 12

    45-49 5.870.372 29.352 5

    * ) Angka ini merupakan angka rata-rata untuk tahun 1999 dan 2004.

    Intepretasi

    Dari Tabel 1 terlihat bahwa pola ASFR mengikuti huruf U terbalik, rendah

    pada kelompok umur 15-19 tahun dan umur 40-49 tahun, dan tinggi pada

    perempuan kelompok umur 20-34 tahun, dengan puncaknya pada

    perempuan kelompok umur 25-29 tahun, yaitu sebesar 138. Hal ini berarti

    dari 1000 perempuan yang berusia antara 25-29 tahun terdapat 138kelahiran hidup pada tahun 1999 dan 2004.

    Puncak ASFR yang terletak pada kelompok umur 25-29 tahun dapat

    mengindikasikan bahwa kelahiran pada tahun 1999 dan 2004 paling

    banyak dikontribusi oleh perempuan pada kelompok umur 25-29 tahun.

    Hal ini juga dapat berarti bahwa anjuran pemerintah untuk "tidak

    melahirkan pada usia yang terlalu muda" sudah mencapai sasaran secara

    nasional. Fenomena ini bisa juga dikaitkan lebih jauh dengan suksesnya

    program wajib belajar sembilan tahun yang menyebabkan semakin

    banyaknya perempuan muda yang bersekolah lebih tinggi, dan semakin

    terbukanya kesempatan bagi perempuan di pasar kerja. Pada akhirnya,hal ini akan membuat banyak perempuan menunda untuk menikah dan

    melahirkan karena pada umumnya mereka yang menikah dan melahirkan

    pada usia muda secara fisik dan emosional sebetulnya belum matang

    2) Keterbatasan

    Sering terjadi kesalahan pelaporan umur Ibu, maupun jumlah anak lahir

    hidup. Umumnya terjadi kekurangan pelaporan pada bayi-bayi yang lahir

    hidup kemudian meninggal pada waktu masih bayi. Ini umumnya terjadi di

    kalangan perempuan yang berpendidikan rendah dan tinggal di wilayah

    perdesaan. Hal ini dapat mengurangi tingkat akurasi estimasi ASFR.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    15/40

     

    15

    2. Tot al Fertil ity Rate (TFR)

    a. Definisi

     Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang

    dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya.

    b. Kegunaan

    TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan

    seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR

    antar negara atau antar daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam

    melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat

    merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang

    rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat

    kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilanprogram KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini.

    Diketahunya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program

    pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program

    pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu hamil dan perawatan

    anak, serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat kematian ibu dan

    anak.

    c. Cara Menghitung

    Menjumlahkan ASFR seluruh kelompok umur pada tahun tertentu dan wilayahtertentu, kemudian dikalikan dengan lima. Pengalian dengan bilangan lima

    dilakukan karena pengelompokan umur lima tahunan, dan diasumsikan bahwa

    setiap 1000 orang perempuan pada kelompok umur yang sama secara rata-rata

    akan mempunyai jumlah anak yang sama.

    Rumus 

    dimana:

    TFR = Total Fertility Rate 

     ASFRi = ASFR kelompok umur i.

    i = Kelompok umur, yaitu 15-19, 20-24,...,45-49.

    Contoh :

    Perhitungan TFR berdasarkan data pada Tabel 2 tentang ASFR  menghasilkan

    TFR 2,35, dari perhitungan sbb:

    TFR = 5 x (39 + 135 + 138 + 100 + 41 + 12 + 5) = 2,35.

    Intepretasi

    TFR sebesar 2,35 berarti bahwa secara rata-rata wanita Indonesia mempunyai 2

    atau 3 anak selama masa usia suburnya (usia 15-49 tahun).

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    16/40

     

    16

    3. Net Reproduction Rate (NRR)

    NRR merupakan salah satu hasil (output) proyeksi penduduk yang sering

    diinterpretasikan sebagai banyaknya anak perempuan yang dilahirkan oleh setiap

    perempuan dalam masa reproduksinya. Sering ditanyakan, kapankah Indonesia

    akan mencapai NRR = 1, tingkat replacement level, yaitu saat di mana satu ibudiganti secara tepat oleh satu bayi perempuan. Dengan asumsi penurunan fertilitas

    dan mortalitas serta perolehan susunan umur seperti telah diuraikan di atas,

    Indonesia akan mencapai NRR = 1 pada sekitar tahun 2015. Pada saat itu

    bukannya berarti laju pertumbuhan penduduk sama dengan nol, atau penduduk

    tanpa pertumbuhan, tetapi penduduk akan tetap bertambah dengan laju

    pertumbuhan yang relatif stabil. Beberapa provinsi sudah mencapai tingkat itu jauh

    sebelum tahun 2015, misalnya DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan

    Sulawesi Utara, yaitu pada periode 1996-1999. Pada akhir periode proyeksi hampir

    semua provinsi telah mencapai replacement level. Pada Tabel 3 disajikan NRR

    Indonesia dan juga NRR setiap provinsi.

    Tabel 3 Estimasi Net Reproduction (NRR) menurut Provinsi, 2000-2025

    Propinsi

    Periode

    2000-2005

    (2002)

    2005-2010

    (2007)

    2010-2015

    (2012)

    2015-2020

    (2017)

    2020-2025

    (2022)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1. NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1.19 1.10 1.05 1.03 1.02

    2. SUMATERA UTARA 1.28 1.18 1.10 1.05 1.01

    3. SUMATERA BARAT 1.22 1.14 1.08 1.03 1.00

    4. RIAU 1.19 1.11 1.06 1.02 0.99

    5. JAMBI 1.16 1.09 1.04 1.01 0.986. SUMATERA SELATAN 1.15 1.06 1.00 0.99 1.00

    7. BENGKULU 1.11 1.03 0.99 0.96 0.95

    8. LAMPUNG 1.18 1.09 1.03 1.00 0.97

    9. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 108.00 102.00 99.00 97.00 96.00

    10. DKI JAKARTA 0.74 0.73 0.72 0.72 0.72

    11. JAWA BARAT 1.06 1.02 1.00 0.99 0.99

    12. JAWA TENGAH 1.06 1.02 1.00 0.98 0.97

    13. D I YOGYAKARTA 0.68 0.66 0.66 0.66 0.66

    14. JAWA TIMUR 0.78 0.77 0.77 0.77 0.77

    15. BANTEN 1.15 1.09 1.04 1.01 0.99

    16. B A L I 0.89 0.89 0.90 0.90 0.90

    17. NUSA TENGGARA BARAT 1.18 1.10 1.05 1.01 0.99

    18. NUSA TENGGARA TIMUR 1.38 1.25 1.15 1.06 1.00

    19. KALIMANTAN BARAT 1.24 1.14 1.07 1.02 0.98

    20. KALIMANTAN TENGAH 1.12 1.05 1.01 0.99 0.98

    21. KALIMANTAN SELATAN 1.01 0.99 0.98 0.97 0.96

    22. KALIMANTAN TIMUR 1.10 1.05 1.02 1.00 0.98

    23. SULAWESI UTARA 0.94 0.91 0.89 0.89 0.88

    24. SULAWESI TENGAH 1.10 1.05 1.02 1.00 0.99

    25. SULAWESI SELATAN 1.08 1.04 1.02 1.00 0.99

    26. SULAWESI TENGGARA 1.33 1.21 1.12 1.06 1.01

    27. GORONTALO 1.08 1.04 1.02 1.00 1.00

    28. M A L U K U 1.34 1.25 1.19 1.14 1.15

    29. MALUKU UTARA 1.31 1.23 1.17 1.13 1.10

    30. PAPUA 1.31 1.20 1.11 1.05 1.00

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    17/40

     

    17

    Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran :

    a. Faktor pendorong kelahiran ( pronatalitas)

     Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.

    1) sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.

    2) pernikahan usia dini (usia muda).3) adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan

    dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak

    laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.

    4) adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang

    belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.

    b. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)

    1) adanya program Keluarga Berencana (KB).

    2) kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.

    3) adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi pns.4) adanya uu perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.

    5) penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.

    6) adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak

    4. Replacement Level  (Tingkat Penggantian Manusia)

    Jika dibandingkan dengan tahun 1967-1970 dimana TFR Indonesia adalah sebesar

    5,6 maka tampak bahwa rata-rata jumlah anak yang dipunyai oleh ibu-ibu di

    Indonesia sudah menurun drastis. Tetapi jumlah ini masih terlalu tinggi untuk dapat

    mencapai penduduk tumbuh seimbang. Penduduk Indonesia akan mencapai tingkat

    penggantian manusia (replacement level )  apabila TFR turun mencapai 2,1 pada

    tahun 2015. Pada saat 'tingkat penggantian manusia‟ ini seorang Ibu akan digantikan

    oleh seorang anak perempuan untuk meneruskan keturunan tetapi tidak

    menghasilkan pertambahan penduduk yang tinggi yang tidak terkendali.

    Untuk pencapai tingkat penggantian manusia tersebut nampaknya program KB atau

    pemakaian kontrasepsi masih harus terus digalakkan. Pelaksanaan program KB

    tersebut harus disertai peningkatan kualitas pelayanan dan berorientasi kepada

    pelayanan kebutuhan dan keluhan klien dan tidak hanya mengejar target semata.

    B. Mortalitas (Kematian)

    Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen

    yang dapat terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

     Ada beberapa ukuran kematian yaitu;

    1. Angka Kematian Bayi (AKB)

    a. Konsep dasar

    Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahirsampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    18/40

     

    18

    dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi

    ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

    Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal;

    adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan

    umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yangdiperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

    Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang

    terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

    disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

     Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat

    dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk

    pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian

    bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yangberhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi

    angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan

    kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti

    tetanus.

    Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta

    Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta

    program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,

    program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak

    dibawah usia 5 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematianbayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun

    tertentu.

    b. Cara Menghitung

    Di mana:

     AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)

    D 0-

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    19/40

     

    19

    Children Ever Born (CEB)  dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup (AMH) atau

    Children Still Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).

    d. Contoh

    Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52per 1000 kelahiran dengan referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia

    pada tahun 2002, diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal

    sebelum usia tepat 1 tahun.

    Tabel 4. AKB menurut Provinsi dan Kabupaten, tahun 2002, Sumber:

    Susenas 2003 dan 2004 (BPS dan UNFPA, 2005)

    Provinsi/Kabupaten AKB Laki-laki AKB perempuan

    Sumatera Selatan 44,59 33,45

    Kabupaten OKI 49,48 37,12

    Kota Palembang 26,68 20,02Jawa Barat 52,00 39,01

    Kuningan 53,71 40,29

    Kota Bandung 26,28 19,72

    NTT 56,00 42,01

    Flores Timur 53,14 39,86

    2. Angka kematian Ibu

    a. Konsep dasar

    Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam

    kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya

    kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena

    kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain

    seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

     Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat

    hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama

    dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau

    pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiranhidup.

    Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan

    program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan

    membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer ),

    program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan,

    penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan

    keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya

    bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat

    kesehatan reproduksi.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    20/40

     

    20

    b. Cara menghitung

    Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan

    per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka

    fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal

    per 100.000 kelahiran

    Rumus

    Di mana:

    Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang

    disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan,

    pada tahun tertentu, di daerah tertentu.

    Jumlah kelahiran hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun

    tertentu, di daerah tertentu.

    Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

    c. Contoh

    Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal

    Mortality Ratio(MMR)  di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah

    sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.

    d. Keterbatasan

     AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar,

    mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita

    umumnya digunakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan

    perencanaan program.

    3. Angka Harapan Hidup

    a. Konsep Dasar

    Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomipada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari

    suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas,

    meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap

    pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu

    mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan

    penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya

     Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang

    masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada

    suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkunganmasyarakatnya.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    21/40

     

    21

     Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani

    oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.

     Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah

    dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan

    meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yangrendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan,

    dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan

    kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

    b. Cara Menghitung

    Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut

    Umur ( Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan

    registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel

    Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalandengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak

    langsung dengan program Mortpak Lite (software komputer). 

    c. Contoh

     Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus Penduduk

    Tahun 1971 adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang

    tahun 1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun.

    Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1980 mempunyai usia harapan

    hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untukbayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang dilahirkan tahun

    2000 usia harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan

    Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan

    bangsa Indonesia selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an sampai

    tahun 2000.

    Tabel 4. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Beberapa Provinsi dan

    Kabupaten/Kota, yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai

    program Mortpak 4

    Propinsi/Kabupaten Angka HarapanHidup Laki-laki Angka HarapanHidup Perempuan

    Sumatera Selatan 65,5 69,5

    Kab. OKI 64,4 68,5

    Kota Palembang 69,9 73,5

    Jawa Barat 63,8 68,0

    Kab. Kuningan 63,4 67,7

    Kota Bandung 70,0 73,6

    NTT 62,9 67,2

    Kab. Flores Timur 63,5 67,8

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    22/40

     

    22

    d. Faktor pendorong dan faktor penghambat kematian

    1) Faktor pendorong kematian (promortalitas)

    2) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.

    3) adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.

    a) Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.b) Adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.

    c) Tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.

    4) Faktor penghambat kematian (antimortalitas)

    a) tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.

    b) negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.

    c) adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam

    penyakit dapat diobati.

    d) adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak

    melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran

    agama melarang hal tersebut.

    C. Migrasi (Perpindahan)

    1. Konsep dasar

     Analisis dan perkiraan besaran dan arus migrasi merupakan hal yang penting bagi

    terlaksananya pembangunan manusia seutuhnya, terutama di era otonomi daerah

    ini. Apalagi jika analisis mobilitas tersebut dilakukan pada suatu wilayah administrasi

    yang lebih rendah daripada tingkat propinsi. Karena justru tingkat mobilitas

    penduduk baik permanen maupun nonpermanen akan tampak lebih nyata terlihatpada satuan unit administrasi yang lebih kecil seperti kabupaten, kecamatan dan

    desa atau kelurahan.

    Pada hakekatnya migrasi penduduk merupakan refleksi perbedaan pertumbuhan

    ekonomi dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara satu daerah dengan

    daerah lain. Penduduk dari daerah yang tingkat pertumbuhannya kurang akan

    bergerak menuju ke daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih

    tinggi.

    Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong ( push factor ) suatu wilayah dan daya tarik

    ( pull factor ) wilayah lainnya. Daya dorong wilayah menyebabkan orang pergi ke

    tempat lain, misalnya karena di daerah itu tidak tersedia sumberdaya yang memadai

    untuk memberikan jaminan kehidupan bagi penduduknya. Pada umumnya, hal ini

    tidak lepas dari persoalan kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di wilayah

    tersebut. Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika suatu wilayah mampu atau

    dianggap mampu menyediakan fasilitas dan sumber-sumber penghidupan bagi

    penduduk, baik penduduk di wilayah itu sendiri maupun penduduk di sekitarnya dan

    daerah-daerah lain. Penduduk wilayah sekitarnya dan daerah-daerah lain yang

    merasa tertarik dengan daerah tersebut kemudian bermigrasi dalam rangka

    meningkatkan taraf hidup.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    23/40

     

    23

    Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu

    tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas

    politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai

    perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara)

    lain.

    2. Jenis-jenis Migrasi

    Jenis migrasi  adalah  pengelompokan  migrasi berdasarkan  dua dimensi penting

    dalam analisis migrasi, yaitu dimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu.

     Adapun Jenis-jenis Migrasi sebagai berikut :

    a. Dimensi Ruang

    1) Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke

    negara lain. Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat

    dimensi ruang.2) Migrasi internal  adalah  perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu

    negara, misalnya antarpropinsi, antarkota/kabupaten, migrasi dari wilayah

    perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih

    rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan kelurahan/

    desa. Migrasi internal merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang.

    b. Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain

    dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih.

    1) Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah tempat tetapitidak bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran sikuler biasanya adalah

    orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya

    seperti tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang

    sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap

    bulan atau beberapa bulan sekali.

    2) Migran ulang-alik (commuter ) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat

    tinggalnya secara teratur, (misal setiap hari atau setiap minggu), pergi ke

    tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan

    lainnya, dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula (misal pada sore

    atau malam hari atau pada akhir minggu). Migran ulang-alik biasanya

    menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada waktu

    tertentu, misalnya pada siang hari.

    3. Kriteria Migran

     Ada tiga kriteria migran: seumur hidup, risen, dan total.

    a. Migran seumur hidup (life time migrant ) adalah orang yang tempat tinggalnya

    pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempa tinggalnya pada waktu

    lahir.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    24/40

     

    24

    b. Migran risen (recent migrant ) adalah  orang tempat tinggalnya pada saat

    pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun

    sebelumnya.

    c. Migran total (total migrant ) adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat

    yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.

    Kriteria migrasi yang digunakan dalam modul ini adalah migrasi risen (recent

    migration), karena lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antardaerah

    daripada migrasi seumur hidup (life time migration) yang relatif statis. Sedangkan

    migrasi total tidak dibahas karena definisinya tidak memasukkan batasan waktu

    antara tempat tinggal sekarang (waktu pencacahan) dan tempat tinggal terakhir

    sebelum tempat tinggal sekarang. Akan tetapi migrasi total biasa dipakai untuk

    menghitung migrasi kembali (return migration).

    Untuk perhitungan angka migrasi, penduduk terpapar yang dihitung adalah

    penduduk usia lima tahun atau lebih. Dalam perhitungan angka migrasi menurutkelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun datanya tidak tersedia karena kelompok

    penduduk ini merupakan kelompok penduduk yang lahir pada periode antar dua

    survei/sensus. Untuk mengatasi hal ini, khusus untuk penduduk kelompok umur 0-4

    tahun, digunakan data migrasi seumur hidup untuk penduduk berusia 0-4 tahun.

    4. Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi

    Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang

    melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong ( push factor ) dan faktor penarik ( pull

    factor ).

    a. Faktor-faktor pendorong ( push factor ) antara lain adalah:

    1) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya

    dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu

    yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu,

    atau bahan dari pertanian.

    2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk

    pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).

    3) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga

    mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.

    4) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.

    5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim

    kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.

    b. Faktor-faktor penarik ( pull factor ) antara lain adalah:

    1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf

    hidup.

    2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.

    3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya

    iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    25/40

     

    25

    4) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat

    kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk

    bermukim di kota besar.

    Untuk memudahkan studi dan analisis tentang migrasi maka digunakan beberapa

    pengertian tentang ukuran-ukuran yang digunakan dalam perhitungan migrasi antarkabupaten dan kota. Ukuran-ukuran tersebut adalah:

     Angka migrasi masuk (mi), yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per

    1000 penduduk di suatu kabupaten dan kota tujuan dalam satu tahun.

     Angka migrasi keluar (mo), yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar dari

    suatu kabupaten dan kota per 1000 penduduk di kabupaten dan kota asal dalam

    satu tahun.

     Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk dan migrant keluar

    ke dan dari suatu kabupaten dan kota per 1000 penduduk dalam satu tahun. 

    Ukuran-ukuran migrasi ini bermanfaat untuk mengetahui apakah suatu kabupatendan kota merupakan daerah yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah

    sekitarnya atau wilayah lainnya. Dapat juga ditentukan apakah suatu kabupaten dan

    kota merupakan wilayah yang tidak disenangi untuk dijadikan tempat tinggal. Dengan

    kata lain kabupaten dan kota ini memiliki daya dorong bagi penduduknya untuk pergi

    meninggalkan daerah tersebut.

    Kabupaten dan kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya

    biasanya memiliki angka migrasi neto yang positif . Artinya, jumlah penduduk yang

    masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk yang keluar. Sedangkan kabupaten

    dan kota yang kurang disenangi oleh penduduknya akibat kelangkaan sumberdayamisalnya, biasanya memiliki angka migrasi neto yang negatif , yang berarti jumlah

    penduduk yang keluar lebih banyak daripada jumlah migran yang masuk.

    5. Migrasi antar Kabupaten/kota (Urbanisasi)

    a. Definisi

    Migrasi desa-kota adalah gejala berpindahnya penduduk yang berasal dari suatu

    daerah yang bersifat perdesaan menuju daerah lain yang bersifat perkotaan.

    Perhitungan angka migrasi perdesaan ke perkotaan jarang dilakukan, meski

    gejala ini banyak dijumpai di banyak negara berkembang. Namun demikian tidak

    berarti bahwa perhitugnan migrasi dari perdesaan ke perkotaan tidak bisa

    dilakukan. Sebenarnya migrasi ini sama saja dengan migrasi antarkabupaten

    yang terdiri atas beberapa kriteria (migrasi seumur hidup, migrasi risen 5 tahun

    dan migrasi total).

    Untuk melihat besaran migrasi yang berlangsung dalam jangka pendek (lima

    tahun terakhir), maka digunakan migrasi risen lima tahun. Kita dapat melihat jika

    ada perbedaan karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu dan karakteristik

    tempat tinggal sekarang (pada saat pencacahan). Jika lima tahun yang lalu

    seseorang tinggal di darah yang dikategorikan sebagai perdesaan, dan pada

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    26/40

     

    26

    waktu pencacahan tinggal di daerah yang dikategorikan sebagai perkotaan,

    maka ia termasuk migran dari perdesaan ke perkotaan.

    b. Indikator

     Angka migrasi dari perdesaan ke perkotaan dihitung dengan melihat persentasemigran yang masuk ke suatu wilayah perkotaan yang berasal dari daerah

    perdesaan di wilayah lain.

    c. Kegunaan

    Indikator ini bermanfaat untuk melihat besaran migrasi dari perdesaan ke

    perkotaan. Sejauh ini tidak ada data publikasi yang memperlihatkan jumlah

    migrasi dari perdesaan ke perkotaan, mengingat tidak ada informasi yang

    memperlihatkan karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu, apakah bersifat

    perdesaan atau perkotaan. Sumber informasi yang menyediakan hal inihanyalah data SUPAS 1995.

    Dengan diketahuinya jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan, maka dapat

    dianalisis faktor-faktor yang menyebabkan perpindahan tersebut. Demikian juga

    perlu diketahui konsekuensi ditinggalkannya daerah-daerah perdesaan oleh

    para migran terutama yang berusia produktif.

    Indikator ini juga bermanfaat untuk bahan masukan dalam perencanaan wilayah

    terutama berkaitan dengan kesenjangan perdesaan-perkotaan, utamanya pada

    aspek ketenagakerjaan, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan,pendidikan, dan keamanan.

    d. Cara Menghitung

    Indikator migran desa/kota ini ditunjukkan oleh persentase migran yang berasal

    dari perdesaan menuju suatu perkotaan terhadap jumlah migran di perkotaan

    tersebut.

    Di mana:%Migru  = Persentase migrasi dari perdesaan ke perkotaan

    Migru = Jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan

    Miguu  = Jumlah migran dari perkotaan ke perkotaan

    e. Contoh

    Menurut data SUPAS 1995, migran masuk ke DKI Jakarta yang berasal dari

    perdesaan adalah 236.608 orang. Jumlah migran yang berasal dari daerah

    perkotaan sebesar 357.934 orang. Maka persentase migran masuk ke DKI

    Jakarta yang berasal dari perdesaan adalah: 66 persen. Migran dari perdesaanke perkotaan sering membawa masalah, terutama permasalahan tempat tinggal,

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    27/40

     

    27

    munculnya permukiman liar, pencurian listrik, perilaku perdesaan yang dibawa ke

    perkotaan seperti membuang sampah sembarang dan lain-lain.

    f. Interpretasi

    Perhitungan di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar migran yang masukke DKI Jakarta selama kurun waktu 1990-1995 kebanyakan berasal dari

    perdesaan, yaitu 236.608 orang dari semua migran yang datang ke

    Jakarta atau 66 persen dari semua migran yang ada di DKI Jakarta selama

    kurun waktu tersebut.

    6. Migrasi Internasional

    a. Definisi

    Migrasi internasional adalah migrasi yang melewati batas politik antar negara.Batas politik ini sangat dinamis tergantung kepada konstelasi politik global yang

    ada.

    Contoh : Orang yang pergi ke Timor Leste pada saat ini dikatakan sebagai

    migran internasional. Padahal ketika Timor Leste masih menjadi bagian dari

    Indonesia, pelaku mobilitas tersebut tidak dikatakan sebagai migrant

    internasional, melainkan migran internal. Seperti juga pada definisi migran

    internal, seseorang dikatakan migran internasional jika ia tinggal di negara tujuan

    selama 6 bulan atau lebih atau berniat tinggal 6 bulan atau lebih.

    b. Sumber Data

    Secara umum data mengenai migrasi internasional tidak selalu tersedia.

    Biasanya yang tersedia adalah data pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar

    negeri dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Data

    ini pun belum mencerminkan jumlah pelaku migrasi internasional yang

    sesungguhnya mengingat tidak semua pelaku migrasi internasional bertujuan

    untuk bekerja atau melaporkan diri. Banyak di antara mereka yang sekolah, ikut

    keluarga, bahkan yang bekerja menjadi tenaga ahli pun tidak selalu terdapat

    data yang jelas.

    c. Contoh

    Data penempatan tenaga kerja Indonesia dari Depnakertrans memperlihatkan

    bahwa jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri cenderung

    berfluktuasi sejak tahun 2001 hingga tahun 2004. Sebagian besar dari mereka

    umumnya pergi menuju Saudi Arabia dan Malaysia. Yang lainnya pergi ke

    Kuwait, Singapura, Korea, Taiwan, Hongkong, dan Yordan. Data juga

    memperlihatkan mereka yang pergi ke luar negeri ini lebih besar sebagai pekerja

    migran informal (tidak terdokumentasikan) daripada yang formal

    (terdokumentasikan).

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    28/40

     

    28

    Kondisi semacam ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah daerah,

    terutama pemerintah kabupaten dan kota untuk meningkatkan kinerja dinas

    ketenagakerjaannya atau dinas lain yang terkait dengan masalah ini mulai dari

    pendataan, pembinaan, pemberangkatan, dan kepulangan para migran tenaga kerja.

    Data tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia menunjukkan jumlah migranyang masuk ke Indonesia dari berbagai negara. Sejak tahun 2001 hingga 2004,

    umumnya berjumlah 20 ribu hingga 25 ribu orang. Kebanyakan dari mereka

    berasal dari Jepang, Amerika, dan Australia.

    Tabel 5

    Migrasi Seumur Hidup menurut ProvinsiLife Time Migrat ion by Provin ce  

    Sumber Source  : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, dan 2000

    Provinsi

    Province  

    Migrasi Masuk

    In Migrat ion  1971 1980 1990 2000

    1. Nanggroe Aceh Darussalam 60,982 143,365 193,285 100,166

    2. Sumatera Utara 530,012 547,715 452,918 447,897

    3. Sumatera Barat 87,901 131,438 216,014 245,000

    4. Riau 20,606 343,024 681,627 1,534,849

    5. Jambi 155,924 293,245 470,848 566,153

    6. Sumatera Selatan 327,312 608,497 932,032 987,157

    7. Bengkulu 36,038 121,274 251,232 355,048

    8. Lampung 1,001,103 1,782,703 1,726,969 1,485,218

    9. Kep. Bangka Belitung na na na 94,334

    10. DKI Jakarta 1,791,635 2,565,158 3,141,214 3,541,972

    11. Jawa Barat 371,448 963,870 2,391,890 3,271,88212. Jawa Tengah 253,477 336,611 509,401 708,308

    13. DI Yogyakarta 99,782 175,789 264,842 385,117

    14. Jawa Timur 273,228 433,451 564,401 781,590

    15. Banten na na na 1,758,408

    16. Bali 22,010 63,365 122,899 221,722

    17. Nusa Tenggara Barat 33,575 51,493 67,023 107,605

    18. Nusa Tenggara Timur 10,218 38,735 46,310 106,053

    19. Kalimantan Barat 20,805 104,856 196,876 269,722

    20. Kalimantan Tengah 50,078 140,042 240,374 423,014

    21. Kalimantan Selatan 66,119 142,619 272,797 360,324

    22. Kalimantan Timur 39,548 292,028 600,201 856,251

    23. Sulawesi Utara 48,668 88,266 87,715 147,091

    24. Sulawesi Tengah 50,937 184,526 286,142 369,634

    25. Sulawesi Selatan 66,984 108,038 219,666 273,875

    26. Sulawesi Tenggara 25,906 104,793 236,848 366,817

    27. Gorontalo na na na 26,888

    28. Maluku 42,228 124,894 184,892 75,540

    29. Maluku Utara na na na 60,834

    30. Papua 33,513 93,030 261,308 332,015

    d. Permasalahan yang timbul

    Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukan peningkatan yang terus

    menerus, hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi denganperkembangan industri, pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    29/40

     

    29

    Upaya Pencegahan:

    Pertumbuhan penduduk di perkotaan periode 1971-1980 jauh lebih pesat

    dibandingkan dengan periode 1980-1990, hal ini disebabkan periode 1971-1980

    pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah perkotaan, sehingga penduduk

    banyak pindah ke perkotaan untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak.

    Pada periode 1980-1990 pemeratan pembangunan mulai terasa sampai kedaerah pedesaan. Keadaan ini memungkinkan penduduk tidak lagi membangun

    daerah perkotaan, akan tetapi cendrung menciptakan lapangan pekerjaan sendiri

    di pedesaan. (BPS 1994: 18).

    Sejalan dengan arah pembangunan yang diharapkan persentase penduduk

    perkotaan cendrung meningkat. Proyeksi yang diharapkan ada peningkatan dari

    31,10 persen tahun 1990 menjadi 41,46 % pada tahun 2000. Menurut Prigno

    Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses pengembangan suatu daerah

    pedesaan menjadi daerah perkotaan yang disesuaikan dengan harapan dan

    kemampuan masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan jumlah penduduk yang berminat tetap tinggal di desa. Yang perlu diusahakan

    perubahan status desa itu sendiri, dari desa "desa rural" menjadi "desa urban".

    Dengan demikian otomatis penduduk yang tinggal didaerahnya menjadi "orang

    kota" dalam arti statistik (Surabaya Post, 23 September 19996). Guna menekan

    derasnya arus penduduk dari desa ke kota, maka pola pembangunan yang 

    beroreantasi pedesaan perlu digalakan dengan memasukan fasilitas perkotaan

    kepedesaan, sehingga merangsang kegiatan ekonomi pedesaan.

    ( 2003 Digited by USU Digital Library 6)

    D. Rangkuman

    Fertilitas adalah bayi yang senyatanya dilahirkan hidup. Ukuran yang dilakukan dalam

    mengatahui fertilitas adalah  Age Specific Fertility Rate, Total Fertility Rate, Net

    Reproduction Rate dan Replacement Level.

    Mortalitas adalah menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yg

    dapat terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Ada 3 indikator yang diukur dalam

    mortalitas yaitu angka kematian bayi, angka kematian ibu dan angka harapan hidup.

    Migrasi adalah perpindahan penduduk yang secara relatif permanen dari satu dareah ke

    daerah lain. Faktor utama terjadinya migrasi karena ketidakmerataan ekonomi dan

    pembangunan antar satu daerah dan daerah lain.

    E. Latihan

    1. Jelaskan pengertian fertilitas, mortalitas dan migrasi!

    2. Apa yang dimaksud ASFR, TFR, NRR dan Replacement Level?

    3. Apa kegunaan ASFR?

    4. Apa kegunaan TFR?

    5. Apa yang dimaksud TFR = 2,1 dan NRR = 1?

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    30/40

     

    30

    BAB V

    KOMPOSISI PENDUDUK

    A. Konsep dasar

    Komposisi penduduk merupakan sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yang

    membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin.

    Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini sangat penting bagi pemerintah sebuah

    negara untuk menentukan kebijakan kependudukan mereka untuk beberapa tahun ke

    depan. Komposisi menurut umur biasanya dijabarkan dalam kelompok-kelompok umur 5

    tahun, sedangkan menurut jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.

    B. Piramida Penduduk

    1. Pengertian

    Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan

    dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain

    dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlahpenduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan

    banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.

    2. Kegunaan

    Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok

    umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah

    perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa

    yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran,

    kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akanmenentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang.

    Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh

    penurunan kelahiran dan penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu.

    Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara umum,

    yaitu:

    a. Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya

    kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu.

    Indikator keberhasilan:

    Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menginterpretasi komposisi

    enduduk den an te at 

    http://id.wikipedia.org/wiki/Statistikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Statistik

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    31/40

     

    31

    b. Piramida penduduk yang berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di

    waktu yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan proporsi

    penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa dan menjadi tua lebih sedikit.

    c. Piramida penduduk dengan badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih kecil

    dan dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktuyang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian

    bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia

    dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya.

    Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui struktur

    umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar

    penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia)

    sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan

    tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan.

    3. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan adalah hasil Sensus Penduduk (SP). Untuk membuat

    piramida penduduk berdasarkan data SP, data yang dibutuhkan  adalah jumlah

    penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur 5 tahunan : 0-4; 5-9; 10-14;

    15-19; 20-24; 25-29; 30-34; 35-39; 40-44; 45-49; 50-54; 55-59; 60-64; 65-69; 70-74;

    75 tahun ke atas.

    4. Contoh

    Gambar Piramida Penduduk Indonesia, SP 2000 (data dirapikan)

    5. Interpretasi

    Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sebagaimana tertera di atas

    menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur di bawah 9

    tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran selama 10 tahun

    yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah penduduk diatas 9 tahun menunjukkan

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    32/40

     

    32

     jumlah yang membengkak pada badan priamida penduduk. Ini menunjukkan

    besarnya penduduk yang mencapai usia kerja.

    Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi,

    dan Kabupaten/Kota, 2005

    Number of Population by Sex and Age Group

    Sumber Source : SPAN (Sensus penduduk Aceh dan Nias), SUPAS (Survai Penduduk Antar Sensus) 2005

    Dari data statistik diperoleh bahwa usia 5-9 tahun menempati jumlah terbanyak

    sebesar 22,109,704 jiwa, dan selanjutnyya usia 10-14 sebesar 21,852,247 jiwa.

    Pada usia tersebut belum produktif masih tergantung pada orang-orang lain terutama

    keluarga.

    Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah:

    a. Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga

    Banyaknya beban tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh

    sejumlah manusia produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan

    kebutuhan ekonomi dan hayat hidup.

    b. Aspek pemenuhan gizi

    Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan

    makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak

    lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya

    nanti bila kekurangan gizi terutama pada usia muda (0-5 tahun). Akan

    mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang mental (retardation).

    Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    33/40

     

    33

      .       0

           0  .

           0

           0  .

           0

           0  .

           0

           0  .

           0

    0-4

    5-9

    10-14

    15-19

    20-24

    25-29

    30-34

    35-39

    40-44

    45-49

    50-54

    55-59

    60-64

    65-69

    70-74

    75-79

    80-84

    85-89

    90-94

    95+

      .       0

           0       0  .

           0

           0       0  .

           0

           0       0  .

           0

           0       0  .

           0

    c. Aspek Pendidikan

    Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan dukungan

    kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila kemampuan ekonomi

    kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yang

    mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut kurang.

    d. Lapangan Kerja

    Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan

    lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu

    pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan

    lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada semua aspek kehidupan.

     Alternatif Pemecahan yang diperlukan :

    1) Pengendalian angka kelahiran melalui KB

    2) Peningkatan masa pendidikan.

    3) Penundaaan usia perkawinan

    C. Rangkuman

    Komposisi penduduk adalah keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis

    kelamin.

    Komposisi penduduk penting untuk diketahui sebagai landasan dalam penyediaan

    kebutuhan dasar penduduk, seperti pendidikan dan lapangan pekerjaan.

    D. Latihan

    Survei Penduduk 2010 (SP 2010)

    Coba diskusikan dengan teman-teman anda bagaimana interpretasi Piramida penduduk

    di atas?

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    34/40

     

    34

    BAB VI

    KEPADATAN PENDUDUK

    A. Pertumbuhan Penduduk

    1. Definisi 

    Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah

    tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya

    pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan

     jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000.

    2. Kegunaan

    Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah

    penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan

    diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar

    penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik

    misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi

     jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristikpenduduk di masa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk

    menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni

    mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi.

    3. Perhitungan

    Kelahiran dan perpindahan penduduk di suatu wilayah menyebabkan bertambahnya

     jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian

    menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan

    penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlahpenduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt).

    Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara

    geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).

    Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk (rate of

    growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya:

    Pt = P0 (1+r)t 

    Dimana

    P0 adalah jumlah penduduk awal

    Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian

    r adalah tingkat pertumbuhan pendudukt adalah jumlah tahun dari 0 ke t.

    Indikator keberhasilan:

    Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menginterpretasi komposisipenduduk dengan tepat

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    35/40

     

    35

    4. Contoh dan Sumber Data 

    Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara geometric (Geometric

    Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data jumlah

    penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995

    yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP)2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat

    pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah:

    Pt = P2000 = 205,8 juta ;

    P0 = P1995 = 194,7 juta ;

    t = 2000 - 1995 = 5 tahun.

    Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka:

    205.800.000 = 194.700.000 * ( 1+ r) 5 

    log(205.800.000/194.700.000)

    --------------------------------------- = log(1+r)

    5

    0,0048 = log (1 + r)

    10 0,048  = 1 + r

    1,0111 = 1 + r

    r = 0,0111

    5. Interpretasi

     Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11% per

    tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk

    Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini

    dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang.

    B. Persebaran Penduduk

    1. Konsep 

    Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal

    dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan

    persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk

    menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk

    Indonesia tersebar di beberapa pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara

    administratif (dan politis), penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang

    mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota.

    2. Kegunaan

    Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara

    geografis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    36/40

     

    36

    yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan

    tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara

    layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang

    terkonsentrasi di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di

    luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa.

    Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya

    penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan

    penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan

    program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan

    realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di

    tempat lain.

    3. Indikator Persebaran Penduduk 

    Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya dukung (carrying capacity) suatuwilayah. Indikator yang umum dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density

    ratio)  yaitu rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk

    terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada

    tahun tertentu.

    Rumus :

    4. Contoh

    Indonesia pada tahun 2000 dengan luas wilayah 1.937.179 km2 mempunyai jumlah

    penduduk sebanyak 205.843.300 orang. Dengan menggunakan rumus Rasio

    Kepadatan Penduduk diperoleh angka pada tahun 2000 sebesar 109. Artinya, tiap

    km2 wilayah Indonesia dihuni oleh 109 orang penduduk.

    Bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk menurut pulau/propinsi, kepadatan

    nasional masih lebih rendah dibandingkan pulau Jawa yaitu 951 pada tahun 2000. Di

    wilayah DKI terdapat kecamatan atau kelurahan dengan kepadatan penduduk diatas15.000 orang per kilometer persegi. Wilayah padat ini tentunya memerlukan

    perhatian pemerintah sehubungan dengan kelayakan dan martabat hidup

    penduduknya.

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    37/40

     

    37

    Tabel 7

    Kepadatan Penduduk per Km2 menurut Provinsi

    Populat ion Density per Km 2  by Province  

    Provinsi

    Province  

    Tahun  – Year  

    1971 1980 1990 2000 200500. Indonesia 62 78 95 108 116

    1. Nanggroe Aceh Darussalam 36 50 66 76 78

    2. Sumatera Utara 93 114 139 158 169

    3. Sumatera Barat 56 79 93 99 106

    4. Riau 17 23 35 52 62

    5. Jambi 22 27 38 45 49

    6. Sumatera Selatan 33 50 68 67 73

    7. Bengkulu 24 39 60 74 78

    8. Lampung 83 131 170 191 201

    9. Kep. Bangka Belitung na na na 56 65

    10. Kepulauan Riau na na na na na

    11. DKI Jakarta 7,762 9,794 12,439 12,592 13,344

    12. Jawa Barat 467 794 1,023 1,033 1,126

    13. Jawa Tengah 640 780 876 959 982

    14. DI Yogyakarta 785 863 914 980 1,049

    15. Jawa Timur 532 609 678 726 757

    16. Banten na na na 936 1,044

    17. Bali 381 438 493 559 601

    18. Nusa Tenggara Barat 109 135 167 199 208

    19. Nusa Tenggara Timur 48 58 69 83 90

    20. Kalimantan Barat 14 17 22 27 28

    21. Kalimantan Tengah 5 6 9 12 12

    22. Kalimantan Selatan 45 47 60 69 75

    23. Kalimantan Timur 4 5 8 11 12

    24. Sulawesi Utara 90 139 162 132 139

    25. Sulawesi Tengah 13 20 27 35 36

    26. Sulawesi Selatan 71 97 112 129 136

    27. Sulawesi Tenggara 26 25 35 48 51

    28. Gorontalo na na na 68 75

    29. Sulawesi Barat na na na na na

    30. Maluku 15 30 40 26 27

    31. Maluku Utara na na na 25 2932. Irian Jaya Barat na na na na na

    33. Papua 2 3 5 6 7

    Sumber / Source : Sensus Penduduk (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas 2005

    Dari data tersebut diperoleh bahwa penduduk terpadat terdapat di wilayah DKI

    Jakarta dengan 13,344/KM2 .

    5. Permasalahan yang timbul

    Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan

    pembangunan baik fisik maupun non fisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginanuntuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari

  • 8/19/2019 teori penduduk.pdf

    38/40

     

    38

    daerah yang agak terkebelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju,

    sehingga daerah yang sudah padat menjadi semakin padat.

    Pemecahan Masalah:

    Untuk memecahkan masalah ini dilaksanakan program pepindahan penduduk dari

    daerah padat ke daerah kekurangan penduduk, yaitu program transmigrasi.