Teori Pemukiman

87
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan Kota Makassar sebagai kotamadyanya. Makassar sendiri dalah kota besar yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Makassar juga menjelma sebagai kota yang mewakili Indonesia Timur dalam berbagai hal. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 Km 2 dan di huni oleh berbagai suku dan etnis. Terdapat empat suku bangsa yang menjadi mayoritas di Kota Makassar yaitu, Makassar, Bugis, Mandar, dan Tana Toraja. Memiliki 14 kecamatan, dan 143 kelurahan serta jumlah penduduk yang kurang lebih berkisar antara 1,5 juta jiwa. Salah satu kecamatan dari 14 kecamatan yang terdapat di Kota Makassar adalah Kecamatan Rappocini. Rappocini adalah nama kecamatan yang terdapat di Makassar, Sulawesi Selatan saat ini. Kecamatan Rappocini sudah ada sejak sekitar tahun 1780-an, ditandai dengan adanya nama seorang raja kecil yang bernama Karaeng Rappocini pada zaman kerajaan Gowa-Tallo. Kemudian pada tahun 1970-an, dibuatlah sebuah jalan yang mengubungkan Jalan Veteran untuk tembus ke arah Kabupaten Gowa, yang diberi nama Jalan Rappocini. Kecamatan Rappocini terdiri dari 10 kelurahan dengan luas wilayah 9,23 Km². Sepuluh kelurahan tersebut adalah Kelurahan Gunung Sari, Karunrung, Bonto Makkio, Tidung, Banta-

description

Teori Pemukiman

Transcript of Teori Pemukiman

Reskiyah (D511 10 268)Perumnas Tamalate, Kecamatan RappociniBAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan Kota Makassar sebagai kotamadyanya. Makassar sendiri dalah kota besar yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Makassar juga menjelma sebagai kota yang mewakili Indonesia Timur dalam berbagai hal. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 Km2 dan di huni oleh berbagai suku dan etnis. Terdapat empat suku bangsa yang menjadi mayoritas di Kota Makassar yaitu, Makassar, Bugis, Mandar, dan Tana Toraja. Memiliki 14 kecamatan, dan 143 kelurahan serta jumlah penduduk yang kurang lebih berkisar antara 1,5 juta jiwa.Salah satu kecamatan dari 14 kecamatan yang terdapat di Kota Makassar adalah Kecamatan Rappocini. Rappocini adalah nama kecamatan yang terdapat di Makassar, Sulawesi Selatan saat ini. Kecamatan Rappocini sudah ada sejak sekitar tahun 1780-an, ditandai dengan adanya nama seorang raja kecil yang bernama Karaeng Rappocini pada zaman kerajaan Gowa-Tallo. Kemudian pada tahun 1970-an, dibuatlah sebuah jalan yang mengubungkan Jalan Veteran untuk tembus ke arah Kabupaten Gowa, yang diberi nama Jalan Rappocini. Kecamatan Rappocini terdiri dari 10 kelurahan dengan luas wilayah 9,23 Km. Sepuluh kelurahan tersebut adalah Kelurahan Gunung Sari, Karunrung, Bonto Makkio, Tidung, Banta-Bantaeng, Buakana, Rappocini, Ballaparang, Mappala, dan Kassi-Kassi.Dalam wilayah Kota Makassar, terdapat perumahan dan pemukiman. Perumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitandan yang ada di dalam pemukiman.Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai denganstandar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat.Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini.Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya; lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya.Seperti perumahan yang ada di Kecamatan Rappocini yakni Perumnas (Perumahan Dinas) Tamalate. Perumnas Tamalate merupakan salah satu perumnas paling lama di Makassar. Keberadaan Perumnas Tamalate awalnya hanya di Kelurahan Mappala, kemudian menyebar ke Kelurahan Kassi-kassi.Kemudian sekitar tahun 2005-2006, Perumnas Tamalate bukan lagi perumahan Dinas (milik negara), tapi sudah menjadi rumah pribadi. Dalam artian, sekarang ini Perumnas Tamalate sudah tidak ada lagi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Perumnas Tamalate?2. Bagaimana ekologi, morfologi, dan tata ruang Perumnas Tamalate?3. Bagaimana interaksi desa/kelurahan di Perumnas Tamalate?4. Bagaimana proses perancangan Perumnas Tamalate?5. Aspek-aspek pemukiman apa saja yang terdapat di Perumnas Tamalate?6. Bagaimana tipe perumahan di Perumnas Tamalate?7. Bagaimana pemukiman kumuh di Perumnas Tamalate?8. Apa saja permasalahan yang terdapat di pemukiman Perumnas Tamalate?9. Bagaimana solusi dari permasalahan pemukiman Perumnas Tamalate?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola permukiman Perumnas Tamalate, Kecamatan Rappocini, Makassar.Manfaat dari penelitian ini, yaitu: Dapat mengetahui pola permukiman Perumnas Tamalate Menambah wawasan atau ilmu pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan Perumnas Tamalate.

BAB IIKAJIAN LITERATUR

A. HAKEKAT KOTA DAN PERTUMBUHANNYAa) Pengertian KotaDefinisi kota secara umum yaitu kumpulan berbagai kawasan yang memiliki batasan serta aturan-aturan tertentu. Kota adalah tempat bermukimnya warga kota,tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.

b) Fungsi KotaFungsi kota secara internal (sekunder) yaitu :1. Sebagai kegiatan kehidupan dalam wadah kehidupan sosial budaya penduduk setempat, seperti kawasan permukiman dan sarananya2. Sebagai wadah kegiatan ekonomi lokal, mendukung rumah tangga penduduk, dalam hal :a. Kebutuhan produksi : bentukpusat kerja pemerintah dan swasta, produksi/industri,b. Kebutuhan kerjasama jasa, distribusi transaksi, dan simpul pertukaran informasic. Kebutuhan layanan transportasi lokal : simpul jaringan sirkulasi berupa terminal, stasiun, dan bandara maupun pelabuhan3. Sebagai satuan fisik infrastruktur lokal4. Sebagaiwadah politik dan administrasi pemerintahanFungsi Kota secara eksternal (primer) yaitu :1. Pusat interaksi dan wadah kegiatan sosial budaya bagi penduduk lebih luas2. Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor sehingga mempengaruhi manajemen transaksi industri antara lain produksi barang, produksi jasa, koleksi dan distribusi untuk wilayah luas3. Sebagai simpul komunikasi yang lebih lengkap dan cepat dengan jangkauan yang lebih luas4. Sebagai satuan fisik infrastruktural terkait dengan jaringan wilayah luas5. Pusat politik administrasi pemerintahan untuk kepentingan tingkat wilayah lebih atasc) Ciri-ciri KotaCiri fisik kota meliput hal sebagai berikut: Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan Tersedianya tempat-tempat untuk parkir Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahragaCiri kehidupan kota adalah sebagai berikut: Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Adanya jarak social dan kurangnya toleransi social diantara warganya. Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalahdengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan. Warga kota umumnya sangat menghargai waktu. Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi. Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan social disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar. Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.d) Karakteristik Kota1. Dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit (tinggi) dan serba kokoh. 2. Dari aspek penduduk. Secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan. 3. Dari aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social interrelation dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat kosmopolitan. 4. Dari aspek ekonomi, gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan dari bidang pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari bidang-bidang lain dari segi produksi atau jasa. Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. e) Hakikat KotaBeberapa pandangan tentang hakikat kota :1. P.J.M. Nas 1979 : 28Kota adalah suatu ciptaan peradaban umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan. Pedesaan sebagai daerah yang melindungi kota. Kota seolah-olah mempunyai karakter tersendiri, mempunyai jiwa, organisasi, budaya atau peradaban tersendiri.2. MumfordKota sebagai tempat pertemuan yang berorientasi ke luar. Sebelum kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu tempat orang pulang balik untuk berjumpa secara teratur, jadi ada semacam daya tarik pada penghuni luar kota untuk kegiatan rohaniah dan perdagangan serta,kegiatan lain.3. Max WeberKota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.4. SjobergMelihat kota dari timbulnya suatu golongan spesialis non agraris dan yang berpendidikan merupakan bagian terpenting.f) Sejarah Pembetukan KotaPerkembangannya sebuah kota berdasarkan tahap perkembangannya kota dimulai dari tahap : 1.Eopolis yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur ketahap kehidupan kota (kota kecamatan )2.Polis yaitu tahap perkembangan kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris (kota kabupaten)3.Metropolis, yaitu tahap perkembangan kota sudah mengarah ke sektor industry4.Megapolis, yaitu tahap perkembangan kota yang telah mencapai tingkat tertinggi diantaranya dengan dengan pemekaran atau perluasan kota5.Trianopolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan baik masalah lalulintas, pelayanan maupun kriminalitas6.Nekropolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya mulai sepi bahkan mengarah pada kota mati.

a. Teori Struktur Ruang KotaTeori-teori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal yaitu: Teori Konsentris (Burgess, 1925)Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Bussiness District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage buildings).1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel, restoran dan sebagainya.2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosia ekonnomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini Keterangan:Daerah pusat kegiatan (Central Business District)Zona peralihan (Transition Zone)Zona perumahan para pekerja (Zone of working mens homes)Zona permukiman yang lebih baik (Zone of better residences)Zona para penglaju (Zone of commuters)dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu working men's homes.4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.

Teori Sektoral Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.5. Keterangan :Daerah Pusat Bisnis Daerah Industri ringan dan perdagangan (zone of wholesale light manufacturing)Daerah pemukiman kelas rendah Daerah pemukiman kelas menengah Daerah pemukiman kelas tinggiSektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat. Teori Pusat Berganda

Keterangan:Daerah Pusat Bisnis Daerah Industri ringan dan perdagangan (zone of wholesale light manufacturing) Daerah pemukiman kelas rendah (low-class residential)Daerah pemukiman kelas menengah (medium class residential)Daerah pemukiman kelas tinggi (high class residential)Daerah industri berat (Heavy manufacturing)Daerah bisnis (Outlying business district)Daerah tempat tinggal pinggiran (residential sub-urban)Daerah industri di daerah pinggiran (industrial sub-urban)Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu growing points. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti retailing distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain. Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.1. Pusat kota atau Central Business District (CBD).2. Kawasan niaga dan industri ringan.3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah.5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya.6. Pusat industri berat.7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.8. Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma.9. Upakota (sub-urban) kawasan industry

g) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kota-kota di IndonesiaTumbuhnya suatu tempat menjadi perkotaan telah menciptakan daerah permukiman yang demikian luas dan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian. Kota-kota terus memperluas batasnya dan merambah ruang-ruang terbuka sebagai upaya untuk mendapatkan ruang untuk hidup. Daerah pinggiran kota secara terus menerus bertambah, dan hasil pencatatan menggambarkan perubahan secara besar-besaran dan pertumbuhan yang menakjubkan (John C. Bollens & Henry J. Schmadt).Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kota Meliputi :1. Keadaan Geografis yang mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota, misal : Kota sebagai simpul distribusi, kota pelabuhan, dan lainnya 2. Tapak / Site / Topografi 3. Fungsi Kota. Kota dengan banyak fungsi, perekonomian lebih kuat 4. Sejarah dan Kebudayaan 5. Unsur-unsur umum: bentuk pemerintahan dan organisasi administratif, pelayanan sosial dan lainnya Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa, pertumbuhan kota-kota di Indonesia awalnya didorong oleh :1. Aktivitas kota (baik dominasi kegiatan pemerintahan/politis, perdagangan, pertahanan, pertambangan, manufaktur, dsb) yang pada akhirnya membentuk citra (image) kota. Citra kota tersebut dapat menentukan struktur simbolis yang akan diperhatikan, diingat dan dianggap penting oleh oleh kelompok-kelompok pemukim di kota itu atau oleh para pengunjung.[footnoteRef:2] kemudian; [2: ]

2. Aktivitas kota tentunya sangat ditunjang oleh potensi fisik wilayah;3. Warga kota (baik penduduk asli maupun pendatang) yang melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan hidupnya di kota juga merupakan tulang punggung penggerak dinamika kehidupan kota

B. EKOLOGI, EKONOMI, TATA RUANG, DAN MORFOLOGI KOTAa) Pengertian EkologiEkologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. b) Pengertian EkonomiEkonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehematan atau perincian suatu anggaran.c) Pengertian Morfologi KotaMorfologi kota merupakan ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah terbentuknya pola ruang suatu kota dan mempelajari tentang perkembangan suatu kota mulai awal terbentuknya kota tersebut hingga munculnya daerah-daerah hasil ekspansi kota tersebut. d) Pendekatan Morfologi Kota Bentuk morfologi suatu kawasan tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, dan elemen-elemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota. Dalam proses perwujudannya, maka morfologi kota dapat dilihat sebagai evolusi dari sejarah kota masa lalu, perancangan kota untuk masa kini serta perencanaan kota untuk masa depan. Perkembangan urbanisasi di Indonesia dapat diamati dari 3 (tiga) aspek : jumlah penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan (kini mencapai 120 juta dari total 230 juta jiwa); sebaran penduduk yang tidak merata (hampir 70% di Pulau Jawa dengan 125 juta jiwa dan di Pulau Sumatera dengan 45 juta jiwa); laju urbanisasi yang tinggi, dimana kota-kota metropolitan, seperti : Jakarta (termasuk Bekasi, Bogor dan Tangerang), Surabaya, Bandung, Medan, Palembang, dan Makassar, merupakan magnet utamanya e) Kebijakan Menata Morfologi Kota Meningkatkan kualitas RTRW kota-kota di Indonesia Mendorong percepatan penetapan RTRW kota dalam bentuk peraturan daerah Memenuhi kebutuhan RTH sebesar 30% dari luas tata wilayah Mengembangkan proses pembangunan fisik kota yang lebih sistematis f) Hubungan Ekologi Kota dengan Ekonomi KotaBerdasarkan pada sistem hidup yang sekarang, masa kini cara hidup makin lama makin materialistic. Bagaimanakah system kehidupan manusia? Pertama-tama, untuk hidup secara bermakna, manusia memerlukan arti kehidupannya yang tepat berdasarkan pada realitas spiritual. Namun demikian, manusia juga berada dalam keadaan jasmani, dimana muncul criteria yang fundamental pula : Bagaimana bias makan dan minum? Bagaimana kualitas perkembangan kehidupan makin lama makin baik dalam masyarakatnya?Pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan pada motivasi hidup yang bersifat jasmani ataupun ekonomi, jika istilah tersebut dipakai dalam lingkup luas. Untuk menjalankan motivasi tersebut, dibutuhkan sebuah system pengelolaan hidup yang bersifat teknis atau politis, kalau istilah tersebut di pakai dalam lingkup yang lebih luas, yaitu mendirikan serta mengurus prinsip-prinsip, aturan serta peraturan yang menjamin bahwa bentrokan antara bermacam motivasi para individu bias diurus dengan baik. Untuk menjalankan pengelolaan hidup tersebut, dibutuhkan sebuah cara hidup yang bersifat tradisi atau budaya, jika istilah tersebut dipakai dalam lingkup yang lebih luas. Akan tetapi, untuk menjalankan cara hidup tersebut, dibutuhkan sebuah lingkungan alam sebagai sumber kehidupannya, jika istilah tersebut dipakai di dalam lingkup lebih luas. Sistem hidup masyarakat tersebut dijalankan di dalam dua situasi yang berbeda, yaitu di dalam lingkungan perdesaan serta lingkungan perkotaan. Lingkungan desa berjalan lebih alamiah dimana akibat pengaruh kegiatan masyarakat lebih sedikit terhadap keseluruhannya. Lain halnya dengan lingkungan kota yang bersifat lebih sintesis. Dimana akibat kegiatan masyarakat yang banyak bias mempengaruhi tempatnya sampai ke dimensi global. Sehingga makin lama makin banyak ahli di berbagai bidang mengingatkan untuk memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap lingkup perkotaan. Misalnya Nold Egenter, seorang arsitek dan antropolos, mengatakan demikian :Pada zaman ini, arsitektur yang disamakan dengan urbaisme adalah salah satu bidang keahlian yang paling penting bagi setiap ekonomi nasionalg) Kedudukan Fungsi Ekologi dan Ekonomi dalam Penataan Ruang KotaMenurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, pengertian Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang. Penataan ruang ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah, potensi SD Alam-SD Manusia-SD Buatan, kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, hankam, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan, serta geostrategi, geopolitik dan geoekonomi.Di dalam perkembangannya, suatu pembangunan kota akan membawa konsekuensi negatif pula pada beberapa aspek kotanya, termasuk pada aspek lingkungan atau ekologis. Pada tahap awal, sebagian besar lahan perkotaan merupakan ruang terbuka hijau, namun adanya kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya, ruang hijau tersebut cenderung mengalami konversi guna lahan menjadi kawasan terbangun. Sebagian besar permukaannya, terutama pusat kota tertutup oleh jalan, bangunan dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda dengan karakter kota secara ekologis. Tuntutan meningkatkan fungsi ekonomi kota dengan membuka lebih banyak sektor perekonomian dan lapangan usaha tanpa memperhatikan kondisi fisik dan daya dukung kota pun turut andil dalam mengubah wajah kota. Pada akhirnya penurunan daya dukung serta kualitas lingkungan kota tak dapat terhindarkan, dengan timbulnya masalah-masalah kota lainnya seperti banjir, tingginya polusi udara kota, meningkatnya kerawanan sosial dan lain sebagainya. Untuk itu, melalui penataan ruang dengan beragam produk rencana kota, diharapkan segala akibat negatif yang ditimbulkan akibatnya perkembangan kota dapat dihindarkan atau paling tidak diminimalisir.

h) Peranan Tata Ruang Kota dalam Mendukung Fungsi Ekologis dan Ekonomi Setiap kota memiliki berbagai visi dan misi yang ditetapkan, Baik yang akan berkembang sebagai kota jasa, industri, pendidikan, perdagangan dan permukimanguna menciptakan ruang kota yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Beberapa program rencana tata ruang kota pada umumnya seperti : Program penyediaan air bersih Program perbaikan sistem pembuangan air hujan (drainase) Program pembuangan air limbah Program perbaikan sistem persampahan Program pengendalian banjir

i) Bentuk Kota1. Orthogonal Gridiron :Merupakan penyebaran dari pertumbuhan yang sama secara umum tanpa adanya perbedaan yang berarti dan mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini biasanya digunakan untuk kota yang daerahnya datar. Contoh : Los Angeles, Tokyo2. Spider Web :Merupakan salah satu bentuk kota yang sangat umum, kota ini mempunyai kepadatan yang tinggi. Pusat dari segala kegiatan yang sangat vital dengan perkembangan disekitarnya. Contoh : Dallas3. The Square Cities (Bentuk Bujur Sangkar)Kota berbentuk bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke segala arah yang relatif seimbang dan kendala fisikal relatif tidak begitu berarti. Hanya saja, ada jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada arah jalur yang bersangkutan (Nelson, 1908).4.Octopus/Star Shaped Cities (Bentuk Gurita/Bintang)Dasar dari bentuk spider web dengan linear radial biasanya mendefinisikan beberapa tipe dari ruangan terbuka. Contoh : Washington D.C. Peranan jalur transportasi pada bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam ribbon-shaped city. Hanya saja, pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa arah ke luar kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah hinter land dan pinggirannya tidak memberikan halangan-halangan fisik yang berarti terhadap perkembangan areal kekotaannya.

5. The Rectangular Cities (Bentuk Empat Persegi Panjang)Melihat bentuknya orang dapat melihat bahwa dimensi memajang sedikit lebih besar daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan areal kota pada salah satu sisi-sisinya, (Nelson, 1958)6.Satelite and Neighbourhood Plans (Bentuk Satelit dan Pusat-Pusat Baru)Pengembangan kota-kota satelit ini dapat berfungsi sebagai penyerap mengalirnya arus urbanit yang sangat besar ke kota utama dengan jalan meningkatkan fungsi-fungsi yang ada di kota-kota satelit sehingga memperluas working opportunities nya. Contoh : Kota Stockholm, London, Copenhagen, Jabotabek, Gerbang Kertasusila, Bandungraya. Dalam hal ini terlihat bahwa concentric development mendominasi perkembangan areal kekotaannya pada main urban center maupun pada kota-kota satelitnya.7. Linier :Perkembangan yang diatur sepanjang Coridor, yaitu sebuah jari yang merupakan variasi dari bentuk star. Contoh : Madrid8. Circuit Lineair or Ring Plan (Bentuk Cincin) :Dalam bentuk ini, sebenarnya terdiri dari beberapa pusat kota yang berkembang disepanjang jalan utama yang melingkar. Di bagian tengah wilayah tetap dipertahankan sebagai daerah hijau/terbuka (open spaces). Masing-masing pusat mungkin dapat berkembang menjadi kota-kota besar. Contoh nyata dari pada ring cities adalah Randstad Holland di Negeri Belanda, yang menghubungkan pusat-pusat kota Utrecht, Rotterdam, Denhaag, Harlem, Amsterdam dan beberapa kota-kota kecil lainnya.9.Fan Shaped Cities (Bentuk Kipas)Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai kesempatan berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada bagian-bagian lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : Hambatan-hambatan alami (natural constraints), misalnya : perairan, pegunungan. Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints) : saluran buatan, zoning, ring roads.Batas terluar dari pada kotanya di tandai dengan green belt zoning atau growth limitation dengan ring roads. Dengan demikian terciptalah bentuk bulat arcificial.

10.Polycentred Bermacam penyebaran kota secara teratur dengan dibedakan antara jalur umum dan khusus wilayah perkembangan dan ruang terbuka yang merupakan suatu perputaran distribusi. Contoh : Detroit.11.Ribbon shaped Cities (Bentuk Pita)Sebenarnya bentuk ini juga mirip regtangular city namun karena dimensi memanjangnya jauh lebih besar dari pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati klasifikasi tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam hal ini jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal kekotaannya, serta terhambatnya peluasan areal ke samping12.Stellar Cities (Bentuk Stellar)Kondisi morfologi kota seperti ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip telapak katak pohon, dimana pada ujung-ujung jarinya terdapat bulatan-bulatan. Majunya sarana transportasi dan telekomunikasi, mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan kenampakan ini. Proses konurbasi yang terus-menerus akan menciptakan bentuk megapolitan.

13.Walled CityWalled City terbentuk karena pertumbuhan kota yang di batasi oleh kondisi fisik topografi misalnya seperti Laut, Gunung dan lain sebagainya.

14.Concellation CityPertumbuhan kota secara melompat-lompat wilayah pengembangannya dihubungkan dengan jalur transportasi jalan dari pusat ke wilayah-wilayah masing-masing.

j) Upaya Menata Morfologi Kota dengan Instrumen Penataan Ruangtransformasi sosial belum membentuk morfologi kota-kota Indonesia sebagaimana yang diharapkan, yakni struktur ruang kota yang tertata, fungsi-fungsi perkotaan yang efisien, serta wajah kota yang estetis secara visual. Salah satunya adalah karena belum berfungsinya secara optimal RTRW sebagai instrument pemandu pembangunan kota. Kita harus mengakui bahwa praktek-praktek penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang konvensional berdasarkan UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang menunjukkan beberapa kelemahan yang dampaknya dapat terlihat secara fisik dari bentuk morfologi kotanya.Secara lebih luas, sesungguhnya kita dapat mengidentifikasi 7 (tujuh) bentuk kelemahan praktek masa lalu dalam penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut :a. top-down dalam sistem pemerintahan yang serba sentralistis; b. eksklusif, dimana peran Pemerintah sangat dominan, cenderung mengabaikan peran pemangku kepentingan lainnya; c. menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi tanpa perhatian yang memadai atas perlindungan kualitas lingkungan dan keselamatan publik; d. integrasi sektoral yang terbatas, sehingga proses perencanaan(planning) tidak terkait dengan proses perancangan (design) bangunan dan infrastruktur pada tingkat yang lebih rinci. Terlebih bahwa rencana detail tata ruang (RDTR) tidak dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai instrumen pengendalian pembangunan;e. tidak sinkron antara proses perencanaan dan pemrograman (alokasi pembiayaan pembangunan), sehingga berbagai rencana pembangunan tidak efektif terlaksana sesuai rencana; f. terbatasnya perhatian untuk berkembangnya kecerdasan local sebagai asset perencanaan yang vital;g. perencanaan tata ruang dan implementasinya tidak cukup dikawal oleh kepemimpinan lokal yang efektif dalam merealisasikan visi pembangunan.Praktek penataan ruang tidak berdaya dalam mengendalikan urbanisasi yang sangat cepat dengan segenap dampak negatifnya, antara lain : penjalaran kota yang tidak tertata ke segala arah, penurunan kualitas lingkungan (polusi, kemacetan, banjir), serta defisit dalam penyediaan prasarana dan sarana perkotaan. Apabila trend negatif tersebut dibiarkan terus berlanjut, masa depan keberlanjutan pembangunan kota-kota di Indonesia menjadi pertanyaan besar.k) Pengertian Tata Ruang KotaYang dimaksud tentang Rencana Tata Ruang Kota dalam peraturan pemerintah RI nomor 69 tahun 1996 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang meliputi:1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan guna memelihara kelangsungan hidupnya.2. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak.3. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatn ruang.4. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Yang dimaksud dengan wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk tata ruang; diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan seperti pusat kota, lingkungan; prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, lokal dan sebagainya. Sementara pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam; diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja, industri, dan pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan.Kebutuhan atau tingkat kepentingan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang secara bersamaan akan berbeda untuk setiap tingkatan rencana tata ruang kawasan perkotaan. Pada tingkat rencana struktur, kebutuhan akan keserasian dan keterkaitan sistem pusat-pusat menjadi prioritas utama dibandingkan dengan kebutuhan akan pola pemanfaatan ruang. Sebaliknya, rencana teknis ruang akan lebih menitikberatkan kebutuhan pengaturan tata letak dibandingkan keterkaitan sistem pusat-pusat secara hirarkisl) Tujuan penyusunan rencana tata ruang terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lidung dan kawasan budidaya; tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan m) Pentingnya Tata Ruang Kota Hal yang harus dipertimbangkan dalam tata ruang kota : Permukiman, termasuk perkantoran, mesjid, pusat perbelanjaan, dll Paru-paru kota atau pepohonan Jalanan Gorong-gorog atau saluran air n) Tata Ruang KotaTata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu lebih diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut: Perumahan dan permukiman Perdagangan dan jasa Industri Pendidikan Perkantoran dan jasa Terminal Wisata dan taman rekreasi Pertanian dan perkebunan Tempat pemakaman umum Tempat pembuangan sampahDampak dari rencana tata ruang di wilayah perkoaan yang tidak diikuti adalah kesemrawutan kawasan mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh yang berdampak kepada gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang berimplifikasi kepada kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran.

C. INTERAKSI DESAa) Asal Mula Terbentuknya DesaMulanya dihuni orang seketurunan, yang memiliki nenek moyang sama, yaitu para cikal bakal pendiri permukiman tersebut. Jika desa sudah penuh, masalah2 ekonomi bermunculan beberapa keluarga keluarga keluar, mendirikan permukiman baru dengan cara membuka hutan, orang Jawa menyebut tindakan ini tetruka. Di Tapanuli, pembukaan desa baru, menurut Marbun, sebagian karena kelompok baru ingin mencapai hak dan kewajiban sebagai raja adat, atau tanah desa tak memadai lagi untuk menghidupi penghuninya. Desa sebagai kesatuan masyarakat memiliki 3 hal ;1. Daerah/ rangkah/ wilayah, yaitu tanah2 pekarangan dan pertanian beserta penggunaannya, termasuk aspek lokasi, luas, batas, yang merupakan lingkungan geografis setempat.2. Penduduk/ darah/ keturunan, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran dan matapencarian.3. Adat/ warah/ ajaran, yaitu ajaran tentang tata hidup, tata pergaulan, dan ikatan2 sebagai warga desa. Tata kehidupan ini terkait usaha penduduk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraannyab) Pengertian Desa Menurut Para Ahli R.Bintarto. Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Sutarjo Kartohadikusumo Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat. William Ogburn dan MF Nimkoff Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.c) Klasifikasi Desa Menurut Aktifitasnya Desa agraris, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunanan. Desa industri, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri kecil rumah tangga. Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang perikanan dan pertambakan. Menurut Tingkat Perkembangannya Desa Swadaya adalah desa yang memiliki potensi tertentu tetapi dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan ciri:1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.2. Penduduknya jarang.3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.4. Bersifat tertutup.5. Masyarakat memegang teguh adat.6. Teknologi masih rendah.7. Sarana dan prasarana sangat kurang.8. Hubungan antarmanusia sangat erat.9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga. Desa Swakarya adalah desa dalam keadaan peralihan atau transisi dan sudah mendapatkan pengaruh dari luar untuk mengolah potensinya sehingga desa ini sudah sedikit lebih berkembang. Ciri-cirinya yaitu:1. Kebiasaan atau adat-istiadat sudah tidak mengikat penuh.2. Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi3. Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari pusat perekonomian.4. Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lain. Desa Swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sudah memberikan daya dukung bagi pembangunan desanya sehingga desa ini sudah dikatakan makmur. Ciri-ciri desa swasembada:1. Kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan.2. Penduduknya padat.3. Tidak terikat dengan adat-istiadat4. Telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan labih maju dari desa lain.5. Partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif.d) Karakteristik Desa Berdasarkan Letak: Desa Kota : Desa yang berada di kota. Desa Pinggiran: Desa yang berada di pinggiran kota (daerah pesisir) Desa pedesaan: Desa yang berada di lingkungan antar desa Desa Terpencil: Desa yang berada jauh dari lingkungan keramaian, hanya berdiri sendiri sebagai satu permukiman. Berdasarkan Mata pencaharian : Desa agraris, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunanan. Desa industri, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri kecil rumah tangga. Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang perikanan dan pertambakan. Desa Pariwisata, Adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya di bidang keparowisataan (dalam desa tersebut terdapat objek wisata). Desa Tambang, adalah desa yang mata pencaharian utaman penduduknya di bidang pertambangan. Berdasarkan Nilai Sosial : Desa tempat keramat, adalah desa diman di dalamnya merupakan tempat keramat, sehingga orang orang sering berkunjung, dan secara administrasi masih menganuut sistim kantor desa bukan kantor lurah. Desa peristirahatan, desa yang berada di jalur transportasi antar kota, sehingga desa ini lebih banyak warung warung kecil, sebagai tempat beristirahat, dan persinggahan. Desa orientasi kultural, desa yang orientasi keagamannya masih menganut sistim kulutural yang mereka anut secara turun temurun dari nenkmoyang mereka, tanpa menghiraukan pengaruh dari luar. Desa orientasi agama, desa yang orientasinya berdasarkan agama masanyarakat setempat Berdasarkan Aspek Fisiologi : Desa pesisir adalah desa yang berada di pesisir pantai. Memiliki kebiasaan yang setiap pagi harus melihat laut. Desa tepi sungai adalah desa yang berada di tepian sungai, memiliki kebiasaan atai fisiologi yang di pengaruhi oleh keberadaan sungai, menganggap sungai sebagai kawan hidup. Desa pulau adalah desa yang berada dalam pulau. Hampir sama dengan desa pesisir, psikologi desa pulau juga dipengaruhi oleh keberadaan laut yaitu hidup harus melihat laut. Yang membedakan keduanya yaitu sumber pencaharian desa pesisir juga ditunjang oleh pertanian sedangkan desa pulau hanya berharap dari hasil laut. Desa lembah / pegunugan adalah desa yang berada di pegunungan, hidupnya dipengaruhi oleh keberadaan gunung dan suhu yang lembab. Desa tepi danau adalah desa yang hampir sama dengan desa pesisir, yang sumber pencaharian utama yaitu dari danu, namun juga dari perkebunan dan pertanian. Berdasarkan Aspek non fisiologi: Desa sepanjang jalan Desa tersebar Desa pertambangan dan perkebunan Desa terencanae) Perkembangan DesaMenurut Bintarto (1983:11) potensi antara satu desa dengan desa yang lainnya tidak sama, karena keadaan geografis dan penduduknya berbeda, luas tanah, macam tanah dan tingkat kesuburan tanah tidak sama. Sumber air dan tata air yang berlainan menyebabakan cara penyesuaian atau corak kehidupannya berbeda.Keadaan penduduk dan dasar kehidupan masyarakat desa yang berbeda mengakibatkan adanya berbagai karakteristik dan berbagai tingkat kemajuan desa yaitu :1. Desa yang kurang berkembangDesa kurang berkembang adalah desa yang kekurangan sumberdaya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada di desanya. Biasanaya berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional, serta tidak memiliki sarna dan prasarana penunjang yang mencukupi.2. Desa yang sedang berkembangDesa sedang berkembang adalah desa yang mulai menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimiliknya tetapi masih kekurangan sumber keuangan atau dana.Desa sedang berkembang belum banyak memiliki sarana dan prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa terpencil dan kota, masyarakatnya masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan bermata pencaharian sebagai petani saja serta banyak yang mengerjakan sesuatu secara gotong royong.3. Desa berkembang atau desa majuDesa maju adalah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya manusia dan juga dalam hal modal sehingga sudah dapat memnafaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan nonfisik desa secara maksimal. Kehidupannya sudah hampir sama dengan kota yang modern dengan mata pencaharian yang beraneka ragam, serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat. f) Fungsi Desa1. Desa sebagai hinterland 2. Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan.3. Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota.4.Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesiag) Ciri- Ciri Wilayah dan Masyarakat Desa1. WilayahMenurut dirjen Bangdes, ciri - ciri wilayah desa antara lain ; Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar ( lahan desa lebih luas dari jumlah penduduknya, kepadatan rendah ). Lapangan kerja yang dominan adalah agraris ( pertanian ) Hubungan antar warga amat akrab. Tradisi lama masih berlaku.2. Masyarakat Kehidupan keagamaan di kota berkurang dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa. Interaksi yang lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh.h) Pola Tata Ruang DesaDesa merupakan suatu lokasi dengan kondisi lahan sangat heterogen dan topografi yang beraneka ragam. Pola tata ruangnya sangatlah tergantung pada topografi yang ada. Pola tata ruang merupakan pemanfaatan ruang atau lahan di desa untuk keperluan tertentu sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan berguna bagi kelangsungan hidup penduduknya.Pemanfaatan lahan di desa dibedakan atas dua fungsi, yaitu:a. Fungsi Sosial (Penggunaan tanah untuk perkampungan)Bentuk perkampungan desa yang terdapat di permukaan bumi satu sama lainnya berbeda, yang sangat bergantung pada kondisi fisik geografis setempat. Pada daerah pedataran memperlihatkan bentuk perkampungan yang berbeda di daerah perbukitan atau pegunungan. Bentuk perkampungan di pedesaan pada prinsipnya mengikuti pola persebaran desa. Secara umum, permukiman pedesaan berbentuk :1. Bentuk Pedesaan MemusatBanyak ditemukan di daerah pegunungan. Bentuk pedesaan ini terpencar menyendiri (agglomerated rural settlement). Biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan sehingga merupakan satu keluarga atau kerabat

2. Bentuk Pedesaan Memanjang ( Linier ) Banyak ditemukan di daerah pantai, jalan raya, dan sepanjang sungai. Bentuk pedesaan ini memanjang mengikuti jalur jalan raya, alur sungai atau garis pantai.Pola ini digunakan masyarakat dengan tujuan untuk mendekati prasana transportasi (jalan dan sungai) atau untuk mendekati lokasi tempat bekerja, seperti nelayan di pinggiran pantai.

Dibagi menjadi 4 yaitu:1) Pola yang mengikuti jalan. Pola desa yang terdapat di sebelah kiri dan kanan jalan raya atau jalan umum. Pola ini banyak terdapat di dataran rendah.2) Pola yang mengikuti sungai.Pola desa ini bentuknya memanjang mengikuti bentuk sungai, umumnya terdapat di daerah pedalaman.3) Pola yang mengikuti rel kereta api.Pola ini banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera karena penduduknya mendekati fasilitas transportasi.4) Pola yang mengikuti pantai.Pada umumnya, pola desa seperti ini merupakan desa nelayan yang terletak di kawasan pantai yang landai.

3. Bentuk Pedesaan Mengelilingi FasiltasBentuk perdesaan seperti ini umumnya ditemukan di daerah dataran rendah, di mana banyak fasilitas-fasilitas umum yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fasilitas tersebut misalnya mata air, danau, waduk, dan fasilitas lain.

4. Bentuk pedesaan terpencar

i) Penggunaan tanah untuk kegiatan ekonomi

gambar pengunaan lahan untuk pertanianPenggunaan tanah di pedesaan terdiri atas pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, perdagangan dan industri. Dalam tata guna lahan di pedesaan, juga termasuk penggunaan air dan permukaannya, seperti air laut, sungai, danau dan sebagainya. Namun pada umumnya penggunaan tanah dipedesaan di dominasi oleh pertanian. Pola tata ruang desa pada umumnya sangat sederhana, letak rumah di kelilingi pekarangan cukup luas, jarak antara rumah satu dengan lain cukup longgar, setiap mempunyai halaman, sawah dan ladang di luar perkampungan.Pada desa yang sudah berkembang pola tata guna lahan lebih teratur, yaitu adanya perusahaan yang biasa mengolah sumberdaya desa, terdapat pasar tradisional, tempat ibadah rapi, sarana dan prasarana pendidikan serta balai kesehatan. Semakin maju daerah pedesaan, bentuk penataan ruang semakin teratur dan tertata dengan baik.

gambar penggunaan lahan untuk tempat tinggal

j) Faktor Interaksi Timbulnya Desa Kota Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regionalcomplementarity) Adanya kesempatan untuk saling berintervensi (interventingopportunity) Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability)

k) Model interaksi desa-kotaAda 2 macam hubungan interaksi antara kota-desa, yaitu :1. Interaksi Umum (general interaction)Dalam interaksi ini desa maupun kota dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh yang berbeda satu sama lain tapi bersifat komplementer karena saling tergantung satu sama lain.Dalam interaksi ini ada 2 bentuk hubungan:1) Hubungan interdependend (saling tergantung).Contoh:

Kota:Menyediakan hasil produksi dan membutuhkan bahan bangunan.Desa:Menyediakan bahan-bahan pokok dan bahan bangunan untuk produksiAlam dengan Topografi untuk Rekreasi

2) Hubungan Interaksi saling mempengaruhi.

Desa:Merupakan sumber tenaga kerja.Alam dengan Topografi untuk RekreasiKota:Memerlukan tenaga kerja untuk produksi.Memerlukan rekreasiContoh:

2. Interaksi khusus (Special interaction )Perwujudan geografis kota dan desa terdiri atas beberapa komponen yang saling terkait, dalam bentuk mempengaruhi (aktial) dan tergantung (dependential). Interaksi terjadi karena adanya hubungan fungsional, kota sebagai stimulant dan desa sebagai responses.

Desa sebagai stimuli -> Kota sebagai responsesPermintaan hasil (non agraris) industri-industriPermintaan tenaga ahli tekhnologi sarana tekhnisPermintaan sarana transportasiPermintaan rumah sakit dan pusat kesehatanKota sebagai stimuli -> Desa Sebagai responsesPermintaan untuk produksi Hasil pertanianPermintaan (lahan, industri, Tenaga musiman Perdagangan pasar)Permintaan rekreasi Alam budayaContoh:

Interaksi antara desa kota melahirkan suatu perkembangan baru bagi desa maupun bagi kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki desa maupun kota, dan adanya persamaan kepentingan. Dalam proses interaksi atau hubungan timbal balik tersebut terdapat proses pergerakan yaitu :1. Pergerakan manusia2. Perpindahan gagasan, ide atau informasi3. Pergerakan materi atau benda4. Pergerakan energik) Pengaruh interaksi desa kota1. Pengaruh positif interaksi desa-kotaa. Pengetahuan penduduk desa meningkat, karena adanya sistem teknologi. Misalnya pengetahuan tentang pertanian.b. meningkatkan hubungan sosial ekonomi desa dan kota karena kemudahan sarana transportasi.c. Adanya guru dari kota yang menjadi penggerak pembangunan desa.2. Pengaruh negatif interaksi desa-kotaa. Penetrasi kebudayaan kota ke desa yang kurang sesuai dengan tradisi budaya desa.b. Perluasan kota dan masuknya orang berharta/ kaya ke desa sehingga menggubah tata guna lahan desa.c. Daya tarik kota dalam berbagai bidang menyebabkan tenaga potensial di desa kurang.d. Muncul masalah baru (pengangguran, tuna wisma,kejahatan,masalah pangan maupun lingkungan).

D. PERANCANGAN KOTAa) Pengertian Perancangan Kota Minaret Branch (1995: 201) mengatakan bahwa:Di dalam perencanaan kota komprehensif, perancangan kota memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya dari berbagai aspek proses perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas estetika, dan karakte spasial. Harry Anthony (dalam buku Antoniades, 1986: 326) memberi pengertian bahwa:Perancangan kota merupakan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik, ekonomis untuk dibangun, dan memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di dalamnya. Frederick Gutheim (dalam Antoniades, 1986: 326) menyatakan bahwa:perancangan kota (urban design) merupakan bagian dari perencanaan kota (urban planning) yang menangani aspek estetika dan yang menetapkan tatanan (order) dan bentuk (form) kota. Antoniades (1986: 326) juga mendukung pendapat di atas bahwa:perancangan kota menangani permasalahan keindahan kota yang tercermin dari fisik kota yang dirancang oleh perancang kota.b) Perbedaan Perancangan Kota dengan Perencanaan Kota dan Perancangan ArsitekturPittas dan Ferebee (1982: 10) menjelaskan bahwa perancangan kota merupakan bidang ilmu yang unsur-unsurnya meminjam dariantara lainbidangbidang ilmu arsitektur, lansekap, administrasi publik, hukum, sosiologi, dan geografi perkotaan. Sebagai sebuah bidang ilmu, perancangan kota mempunyai perbedaan dengan perencanaan kota maupun dengan arsitektur. Perencanaan kota memandang perancangan kota sebagai salah satu implementasi rencana kota, sedangkan para arsitek melihat perancangan kota tidak selalu harus demikian, tetapi dapat timbul sebagai usaha untuk mengatasi problema perkotaan secara praktis lewat pengaturan bentuk-bentuk fisik (Antoniades, 1986:326-327). Perencanaan kota (urban planning), meskipun berkaitan dengan tata ruang dan juga, antara lain, ekonomi, sosial, budaya; tapi biasanya tidak berkaitan dengan kualitas visual lingkungan. Perancangan arsitektural, di lain pihak, berfokus pada bangunan secara individual (tunggal).Melanjutkan perbedaan dengan perencanaan kota dan arsitektur di atas, Pittas dan Ferebee (1982: 12-13) mendeskripsikan tentang karakteristik perancangan kota, yaitu:1) Perancangan kota mempunyai dimensi publik (masyarakat luas); dan hal ini tidak tergantung pada tempat pelaksanaannya: di tanah milik umum ataupun di tanah milik pribadi.2) Jangka waktu pelaksanaan hasil perancangan kota mempunyai jangka waktu yang lebih lama daripada hasil perancangan arsitektur atau arsitektur lansekap.3) Perancangan kota lebih bersifat memungkinkan perubahan lingkungan buatan daripada melaksanakan perubahan tersebut.4) Perancangan kota seringkali perlu dilakukan secara anonim, berbeda dengan perancangan arsitektur yang nama arsiteknya ditonjolkan.5) Perancangan kota berorientasi ke proses nilai di samping juga berorientasi produk.6)Perhatian perancangan kota lebih tertuju kepada komposisi bangunanbangunan dalam lingkungan visual publik serta hubungannya dengan ruang terbuka publik daripada ke bangunan tunggal.7) Perancangan kota menyadari adanya klien yang pluralistis (berkaitan dengan berbagai institusi pemerintah dan swasta), dan perancangan kota mengembangkan metode pembelajaran untuk tipe klien seperti itu.8) Hasil perancangan kota bersifat lebih relativistis dibanding produk arsitektur, tapi lebih pasti dibanding hasil perencanaan kota.9) Tidak seperti pendidikan perencanaan kota, perancangan kota menyadari batas-batas spasial maupun dimensional dalam melihat dunia (dengan pandangan keruangan tiga dimensi). 10) Tidak seperti pendidikan arsitektur, perancangan kota memberi nilai yang lebih pada program (proses) daripada terhadap artefak (produk berupa fisik).11) Dalam sejarah, rancangan kota yang baik tidak selalu dihasilkan oleh perancang kota yang hebat.12) Pendidikan perancangan kota menuntut pemberian materi tentang ilmu-ilmu sosial, hukum, ekonomi dan administrasi perusahaan.Kemampuan dalam mengolah bentuk dan hubungan tiga dimensi diperlukan. Pendidikan ini juga memerlukan kolaborasi dan kemampuan untuk bekerja dalam kerangka institusional. Dari bahasan tentang perbedaan di atas, dapat ditarik ringkasan tentang perbedaan perancangan kota dibanding perencanaan kota dan arsitektur, seperti gambar berikut:

c) Teknik Dasar Perancangan KotaMenurut Spreiregen : Teknik Ruang Terbuka : Didasari oleh jaringan ruang terbuka dari pusat kota hingga ke pinggir kota ;bukan dimana harus membangun, tapi dimana tidak membangun Teknik Transportasi : Didasari oleh hirarki struktur jalur transportasi kereta api, mobil, kapal atau pesawat terbang. Teknik jaringan modal : Didasari oleh jadwal terkoordinasi dari rencana anggaran belanja kota dan masyarakat untuk pembuatan jalan, utilitas kota, bangunan publik, dll.d) Proses Penyusunan Rencana KotaProses perencanaan kota yang menganut faham perencanaan komprehensif, secara umum terlihat pada gambar sebagai berikut:

Istilah komprehensif yang arti katanya ialah menyeluruh, dalam hal ini diartikan bahwa dalam penelitian perencanaan semua aspek perkotaan dianalisis. Aspek-aspek tersebut, menurut PerMendagri No. 2 Tahun 1987 Pasal 22 meliputi antara lain:1) Aspek fisik dasar2) Aspek lingkungan hidup3) Aspek kependudukan dan kebudayaan4) Aspek penggunaan tanah5) Aspek status penguasaan tanah6) Aspek perekonomian7) Aspek fasilitas dan utilitas8) Aspek sistem transportasi9) Aspek keruangan dan pembiayaan pembangunan kota10) Aspek kelembagaan Pemerintahan dan Pengelolaan Kota.

Berbagai aspek tersebut di atas juga menjadi kajian dalam perancangan kota. Selain itu, beberapa masalah yang biasa dihadapi perancangan kota, seperti misalnya: citra kota (image of the city), juga menjadi bahan masukan bagi proses perencanaan kota (tahap penelitian perencanaan).

e) Domain (lingkup) Bidang Perancangan KotaUntuk merumuskan unsur-unsur bentuk fisik kota, perlu dirumuskan terlebih dulu domain atau lingkup bidang perancangan kota. Seperti telah dijelaskan di bagian sebelumnya, perancangan kota (urban design) dalam hal ini dipandang sebagai bagian dari proses perencanaan kota (urban planning) yang berkaitan dengan kualitas fisik lingkungan kota. Dalam hal kualitas fisik ini, perencana dan perancang kota tidak akan dapat merancang seluruh unsur bentuk fisik kota, kecuali bila yang dihadapi kota baru atau kawasan kosong yang akan direncanakan (Shirvani, 1985:6).Domain perancangan kota terbentang dari tampilan muka bangunan (eksterior) ke luar (ke ruang publik diantara bangunan-bangunan). Berkaitan dengan ini Barnett (1974, dalam Shirvani, 1985: 6) mengatakan bahwa domain perancangan kota sebagai "merancang kota tanpa merancang bangunan-bangunan". Dengan kata lain, domain tersebut mencakup ruang-ruang di antara bangunan-bangunan.Dalam hal ruang-ruang luar tersebut, berdasar pengalaman "Urban Design Plan of San Fransisco, 1970" (Wilson et. al, 1979 dalam Shirvani, 1985: 6), ruangruang dikelompokan menjadi empat group, yaitu:1)pola dan citra internal: menjelaskan maksud ruang-ruang di antara bangunanbangunan dalam lingkup kawasan kota, terutama dalam hal focal points, viewpoints, landmarks, dan pola gerak;2) bentuk dan citra eksternal: berfokus pada skyline (garis langit) kota, serta citra dan identitas kota secara keseluruhan;3) sirkulasi dan perparkiran: mengkaji karakteristik jalan (dalam hal: kualitas pemeliharaan, kepadatan ruang, tatanan, kemonotonan, kejelasan rute, orientasi ke tujuan, keselamatan, dan kemudahan gerakan), serta persyaratan dan lokasi perparkiran;4) kualitas lingkungan: berkaitan dengan sembilan faktor, yaitu kecocokan penggunaan, kehadiran unsur alam, jarak ke ruang terbuka, kepentingan visual dari fasad jalan, kualitas pandangan, kualitas pemeliharaan, kebisingan, dan iklim setempat.Pengelompokan di atas belum menunjukkan unsur-unsur bentuk fisik kota dalam perancangan kota. Unsur-unsur tersebut, dijelaskan oleh Shirvani (1985: 7-8), meliputi delapan butir, yaitu:1) guna lahan2) bentuk dan massa bangunan3) sirkulasi dan perparkiran4) ruang terbuka5) jalan pedestrian 6) pendukung kegiatan7) perpapanan nama8) preservasi.f) Jenis Produk Perancangan KotaDari sisi perencanaan kota, perancangan kota merupakan upaya merancang kota, tanpa merancang bangunan, sehingga menurut Shirvani (1985: 141-156), produk perancangan kota terbatas pada empat macam bentuk, yaitu: (a) kebijakan (policies), (b) rencana (plan), (c) pedoman (guidelines), dan(d) program. Di sisi lain, dari pandangan arsitektur, perancangan kota dapat saja mencakup suatu lahan luas milik satu tangan (dalam arti satu pengambil keputusan)misal: perumahan massal, kampus perguruan tinggi, taman wisatayang padanya dapat dilakukan upaya perancangan kota. Dalam hal ini, produk yang dihasilkan tidak hanya empat macam bentuk di atas, tapi sampai dengan rancangan (design) kawasan.

g) Manfaat Perancangan KotaManfaat Perancangan Kota (Spreiregen,1964) : Menjadikan kota manusiawi Menghubungkan bentuk kota dengan seting alam Memberikan pusat-pusat baru pada urban fabric Menggabungkan (dengan serasi) yang monumental dengan yang biasa Menggabungkan (dengan serasi) fisik perkotaan dengan fisik yang alami Menciptakan situs fokal Menjadikan kota sebagai kesatuan dari keanekaragaman Menjadikan perluasan kota komprehensip

h) Perancangan Kota sebagai perluasan bidang ArsitekturKarena kita sudah berada di bidang Arsitektur, maka lebih mudah bila kita lihat Perancangan kota dari kacamata arsitektur. Perancangan kota dapat dilihat sebagai perluasan bidang arsitektur. Mengapa demikian? Dari satu sisi skala atau cakupan area, Arsitektur merancang bangunan pada satu persil (atau disebut berskala mikro), sedangkan cakupan perancangan kota meluas tidak hanya satu persil tapi suatu kawasan (yang biasanya terdiri dari banyak persil)dapat disebut juga sebagai berskala mezo (lihat Gambar I-1). Dengan demikian, perancangan kota berkaitan dengan penataan lingkungan fisik yang lebih luas daripada hanya satu persil seperti yang dialami oleh bidang arsitektur. Karena dapat dilihat sebagai ekstensi daribidang Arsitektur, maka bidang Perancangan Kota (Urban Design) sering pula disebut sebagai Arsitektur Kota.

Perluasan cakupan dari mikro ke mezo (kawasan) menimbulkan beberapa implikasi, yaitu antara lain:a) Klien dan partisipasiDalam pekerjaan arsitektural, yang umumnya menangani satu persil, kita melayani satu klien; sedangkan dalam perancangan kota, yang biasanya mencakup banyak persil, maka perancang kota berhadapan dengan banyak pemilik persil yang berarti banyak klien atau banyak pengambil keputusan. Dengan banyaknya pengambil keputusan maka perancangan kota mau tidak mau perlu melibatkan partisipasi mereka (partisipasi masyarakat atau pihak-pihak terkait).b) Masalah lingkunganDalam penanganan satu persil, masalah lingkungan kurang terasa, tapi bila cakupan meluas ke kawasan, maka masalah kelestarian lingkungan menjadi lebih nyata. Masalah lingkungan timbul akibat interaksi antar guna lahan dalam kawasan, juga akibat kegiatan sirkulasi lalu lintas, dan sebagainya.c) Masalah sosial (hubungan antar manusia)Satu persil berarti satu keluarga, tapi berkaitan dengan satu kawasan, terdapat masalah hubungan antar keluarga, antar manusia atau disebut sebagai masalah sosial. Masalah ini misalnya terwujud dalam kebutuhan akan fasilitas umum atau fasilitas sosial prasarana umum, serta juga kegiatan yang khas di masyarakat kita, yaitu perdagangan sektor informal (kakilima).

i) Perancangan Kota sebagai implementasi Rencana KotaPerencanaan kota (urban planning) menangani lingkungan binaan (built environment) dalam lingkup kota (makro). Untuk melaksanakan hasil perencanaan kota diperlukan program-program penanganan kawasan (mezo), maka dapat diartikan bahwa perancangan kota (urban design)sebagai penanganan lingkungan binaan berskala mezomerupakan salah satu langkah implementasi (pelaksanaan) rencana kota.

E. ASPEK-ASPEK, PENGEMBANGAN DAN PERMASALAHAN PERMUKIMANa) Pengertian PemukimanPermukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasanperkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dantempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan {Undang-undang Republik IndonesiaNomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Bab I, Pasal 1 (5)}. Permukiman yang dimaksudkandalam Undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan huniandengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempatkerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapatberdaya guna dan berhasil guna.Prasarana yang harus dilengkapi di dalam kawasan hunian ini adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yangmemungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seperti: (1) jaringan jalanuntuk mobilitas manusia dan angkutan barang, mencegah perambatan kebakaran serta untuk menciptakanbangunan yang teratur; (2)jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untukkesehatan lingkungan ; (3 jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjirsetempat.Ada pula ketentuan pada pasal ini bahwa apabila tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan airbersih merupakan sarana dasar.Sarana lingkungan yang semestinya ada di dalam kawasan lingkungan ini adalah fasilitas penunjang, yangberfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Fasilitaspenunjang ini dapat meliputi aspek ekonomi yang antara lain, tersedianya bangunan perniagaan atauperbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan, sedangkan fasilitas penunjang yang meliputi aspek sosialbudaya, antara lain berupa bangunan pelayanan umum dan pemerintah, pendidikan dan kesehatan, peribadatan,rekreasi dan olahraga, pemakaman dan pertamanan.b) Pasal PemukimanPasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :1. "Rumah" adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga;2. "Perumahan" adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yangdilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan;3. "Permukiman" adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaanmaupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yangmendukung perikehidupan dan penghidupan;4. "Satuan lingkungan permukiman" adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataantanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur;5. "Prasarana lingkungan" adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapatberfungsi sebagaimana mestinya;

6. "Sarana lingkungan" adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangankehidupan ekonomi, sosial dan budaya;7. "Utilitas umum" adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan;8. "Kawasan siap bangun" adalah sebidang tanah yang fisik-fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahandan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukansecara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuaidengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II dan memenuhi persyaratanpembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta rencana tataruang lingkungannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;9. "Lingkungan siap bangun" adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari kawasan siap bangun ataupun berdirisendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai denganpersyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untukmembangun kaveling tanah matang;10. "Kaveling tanah matang" adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan pembakuandalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, dan rencana tata ruang lingkungan tempat tinggal atau lingkunganhunian untuk membangun bangunan11. "Konsolidasi tanah permukiman" adalah upaya penataan kembali penguasaan, penggunaan, dan pemilikan tanaholeh masyarakat pemilik tanah melalui usaha bersama untuk membangun lingkungan siap bangun dan menyediakankaveling tanah matang sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan Pemerintah Daerah Tingkat II, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta rencana tata ruangnya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Pasal 2(1) Lingkup pengaturan Undang-undang ini meliputi penataan dan pengelolaan perumahan dan permukiman, baik didaerah perkotaan maupun di daerah perdesaan, yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.(2) Lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang menyangkut penataan perumahan meliputi kegiatanpembangunan baru, pemugaran, perbaikan, perluasan, pemeliharaan, dan pemanfaatannya, sedangkan yang menyangkut penataan permukiman meliputi kegiatan pembangunan baru, perbaikan, peremajaan, perluasan,pemeliharaan, dan pemanfaatannya.

c) Aspek-aspek Permukiman1. Aspek Fisika. Aspek Lokasi/ Lingkungan Status Tanah (milik,sewa,hakguna,liar,dsb) Tata guna lahan dan bangunan(sesuai tidaknya penggunaan lahan dan bangunan pada lokasi RTRW) Gangguan Bencana(banjir,Kebakaran,Gangguan alam lainya) Kondisi Fisik Lingkungan(lingkungan alam dan buatan ) Kepadatan Pengguna Lahan ( Tingkat kepadatan bangunan dalam penggunaan lahanb. Aspek Bangunan Kepadatan bangunan ( BC yaitu Kepadatan yang diperkenankan pada lokasi ) Kualitas Bangunan(kondisi fisik bangunan,gradasi,penyebarannya) Kesehatan dan Kenyamanan Bangunan (Kondisi peruangan bangunan,sistem pencahayaan dan penghawaan,Prasarana gedung/bangunan) Koefisien Lantai Bangunan (Luas lantai yang diperkenankan-FAR)c. Aspek Sarana dan Prasarana Ketersedian dan kebutuhan Air bersih Ketersedian dan kebutuhan Sistem Sanitasi Ketersedian dan kebutuhan Sistem Drainase Ketersedian dan kebutuhan Jaringan Jalan Ketersedian dan kebutuhan Jaringan Listrik,Telepon,dll Ketersedian dan kebutuhan Sistem pembuangan sampahd. Aspek Fasilitas Umum dan SosialMeliputi Kebutuhan fasilitas social&umum,ketersediannya pada suatu permukiman.Misalnya:Fasilitas taman /open space,Tempat ibadah,balai pertemuan warga,pekuburan,dll.2. Aspek Non Fisika. Aspek Kependudukan Kepadatan (tinggi,sedang,rendah sesuai dengan struktur kota : metropolitan,besar,sedang,kecil ) Struktur penduduk (menurut umur,jenis kelamin) Struktur Penduduk sesuai kepala RT & anggota RT Pertumbuhan Penduduk (kematian,kelahiran,migrasi) Tingkat Kesehatan & kematian (Kematian,gizi,Penyakit yang melandab. Aspek Sosial Kemasyarakatan Asal usul suku pada permikiman Keadaan & tingkat Partisipasi dalam pembangunan dan kegiatan kemasyarakatan Kondisi & tingkat Keamanan Masyarakat Tingkat pendidikan masyarakatc. Aspek Ekonomi Jenis Pekerjaan Pemukim Tingkat Pendapatan Penduduk(tinggi,sedang,rendah menurut paradigm tertentu) Jenis Kegiatan usaha (usaha formal &non formal )d. Aspek Budaya Adat istiadat & Kebiasaan yang menonjol bagi pemukiman Hubungan kekerabatan dan Ketetanggaan pemukim Agama & Kepercayaan masyarakat Upacara upacara Keagaman dan budaya Situs budaya yang ada dan perlu dilestarikane. Aspek Psikologis Rasa aman Rasa tentram Rasa Senang/Bahagia Rasa Takut Rasa gelisah/was-was

d) SaranaSarana adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya Sarana Penghunian Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Sarana Pendidikan dan Pembelajaran Sarana Kesehatan Sarana Peribadatan Sarana Perdagangan dan Niaga Sarana kebudayaan dan Rekreasi Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah Raga e) PrasaranaPrasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jaringan Jalan Jaringan Drainase Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan Jaringan Air Bersih Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga Jaringan Listrik Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah: Penyediaan kebutuhan daya listrik Penyediaan jaringan listrik Parkir Persyaratan dan kriteria ini disusun sebagai acuan bagi pengembang lingkungan perumahan dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas transportasi umum lokal a) Lahan parkir untuk area hunian b) Lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan f) Karakteristik Perumahan danPrototypeMenurut buku Housing and residential development terdapat 5klasifikasi tipe lingkungan perumahan (neighborhood)1. Lingkungan perumahan tua tetap bertahan setelah beberapa generasi.Nilai lahan dan bangunan tetap bertahan. Kawasan-kawasan ini yangbiasanya dikonservasi untuk mempertahankan nilai sejarah danbudayanya.2. Lingkungan perumahan untuk keluarga menengah yang terdiri daribangunan tunggal. Karakteristik kawasan terlihat bangunan hunian 1dan 2 lantai dengan kepadatan penduduk rendah3. Lingkungan perumahan transisi dari hunian ke areal komersil.4. Lingkungan perumahan baru yang terletak dikawasan sub urban.5. Lingkungan perumahan kumuh yang berada diantara guna lahanlainnya seperti komersial dan industry.Jenis bangunan hunian bisa diklasifikasikan berdasarkan penghuninyaseperti dibawah ini:1. Keluarga mandiri yaitu keluarga yang mampu melayani diri sendiridalam hal-hal mata pencaharian, menyediakan hunian yangberkembang. Jenis penghuni ini biasanya mendiami bangunan-bangunan hunian seperti rumah tunggal, apartemen, perumahanpensiunan perusahaan, rumah jompo.2. Keluarga semi mandiri yaitu keluarga yang sebagian bergantungkepada orang/institusi/pemerintah untuk menangani diri sendiri.Jenis penghuni ini biasanya mendiami bangunan-bangunan hunianseperti rumah tunggal, apartemen, rumah-rumah penampungan,rumah pensiunan perusahaan, rumah jompo.3. Keluarga non mandiri yaitu keluarga yang sama sekali bergantungkepada orang/instasi/pemerintah untuk melayani diri sendiri. Jenispenghuni ini biasanya mendiami bangunan hunian seperti rumah sakit, rumah jompo.g) Permasalahan perkembangan permukiman yang ada pada saat ini adalah (1) perbedaan peluang antar pelaku pembangunan yang ditunjukkan oleh ketimpangan pada pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, perumahan dan ruang untuk kesempatan berusaha; (2) konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu kelompok dalam pembangunan perumahan dan permukiman; (3) alokasi tanah dan ruang yang kurang tepat akibat pasar tanah dan perumahan yang cenderung mempengaruhi tata ruang sehingga berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan lain dan kondisi ekologis daerah yang bersangkutan; (4) terjadi masalah lingkungan yang serius di daerah yang mengalami tingkat urbanisasi dan industrialisasi tinggi, serta eksploitasi sumber daya alam; dan (5) komunitas lokal tersisih akibat orientasi pembangunan yang terfokus pada pengejaran target melalui proyek pembangunan baru, berorientasi ke pasar terbuka dan terhadap kelompok masyarakat yang mampu dan menguntungkan.h) Sebab dan Akibat dari UrbanisasiSebab-sebab dari adanya urbanisasi ini berbagai negara memang agak berlainan namun secara umum dapat dikatakan adalah karena ketimpangan keruangan ( spatial imbalance ) termasuk di dalamnya ketimpangan penduduk dan ekonomi. Di Indonesia sebab-sebab urbanisasi adalah :1. Sebagai akibat dari pertambahan penduduk alami di kota.2. Sebagai akibat dari perpindahan penduduk desa ke kota, dan3. Berkembangnya daerah tepian kota.Beberapa pendapat dari pelbagai ilmuwan mengenai sebab dan akibat urbanisasi :a. Dwyer, Singh, dan Suharso mempunyai pendapat yang sama yaitu bahwa sebab dari perpindahan penduduk desa ke kota adalah kekurangan tanah dan rendahnya pendidikan atau motivasi ekonomi.b. Mc Gee berpendapat bahwa migrasi informal dan migrasi formal cendrung menjadi pola urbanisasi di kota-kota Negara berkembang.Akibat dari urbanisasi dapat dikaitkan dengan dampak lingkungan terutama dampak lingkungan hidup di kota :1.Pertambahan penduduk kota yang begitu cepat, sudah sulit diikuti dengan kemampuan daya dukung kotanya, ruang untuk tempat tinggal,dan kelancaran lalu lintas sudah sangat kurang.2.Pertambahan kendaraan baik roda dua maupun roda empat dapat menimbulkan polusi udara, maupun polusi suara yang dapat membahayakan bagi kehidupan manusia tersebut.3.Pencemaran yang bersifat social dan ekonomi dapat kita lihat seperti banyaknya para gelandangan, pengemis, pelbagai bentuk kenakalan, kejahatan.Untuk mengatasi dan mengelola pelbagai masalah yang ditimbulkan oleh urbanisasi diperlukan adanya suatu kebijaksaan atau policy terhadap masalah urbanisasi. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada khususnya untuk mengatasi masalah urbanisasi yang sudah maupun yang sedang dilaksanakan antara lain :1.Mempelajari, meneliti, dan melaksanakan pengembangan wilayah di pelbagai tempat.2. Mengembangkan industri kecil atau industri rumah tangga.3. Mengatur arus penduduk dari desa ke kota.]4. Melancarkan kegiatan kegiatan keluarga berencana.5. Pembangunan perumahan rakyat yang murah dan memenuhi syarat.

F. SYARAT, STANDAR, DAN TYPE PERUMAHANa) Pengertian Perumahan dan PermukimanPerumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Di dalam masyarakat Indonesia, perumahan merupakan pencerminan dari jati diri manusia, baik secara perseorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan alamnya Mempunyai fungsi yang strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, pembinaan generasi muda, juga dapat disebut sebagai barang modal (tidak bergerak) atau capital goods .Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman) .Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagi lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.Permukiman adalah bagian dari Lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau Lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.b) Persyaratan LokasiLokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:a) Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut: kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi; kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas,pencemaran air permukaan dan air tanah dalam; kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia); kriteria keindahan/keserasian/keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/setu/sungai/kali dan sebagainya; kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana; kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan; dan kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/lokal setempat.b) Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.c) Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang dimaksud. c) Persyaratan Fisik

Ketentuan dasar fisik lingkungan perumahan harus memenuhi faktor-faktor berikut ini:1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (lihat Tabel 2) dengan ketentuan: tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datarlandai dengan kemiringan 0-8%; dan diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

d) Syarat-syarat PerumahanMenurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi;]2. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam;3. Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia);4. Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/ setu/ sungai/ kali dan sebagainya;5. Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana;6. Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan; dan7. Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat.8. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.Berikut adalah data dasar lingkungan perumahan :

1 RT : Terdiri dari 150 250 jiwa penduduk 1 RW: 2.500 jiwa penduduk (terdiri dari 8 10 RT)1 Kelurahan: 30.000 jiwa penduduk (terdiri dari 10 12 RW)1 Kecamatan: 120.000 jiwa penduduk (terdiri dari 4 6 kelurahan)Kota: Terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

e) Syarat-syarat PemukimanSuatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut:1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya.2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun.4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman itu.8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon-7.983000 112.750000 f) Elemen PermukimanElemen-elemen permukiman ( ekistik elemen ) adalah sebagai berikut:1. Alam Lingkungan (nature)Keadaan geologi, kondisi topografi, kondisi tanah, hidrografi, flora dan fauna serta iklim.2. Manusia (man)Kebutuhan biologi, ruang, udara dan suhu, perasaan dan penglihatan, kebutuhan emosi ( hubungan sosial,keamanan dan keindahan), nilai moral.3. Masyarakat (society)Komposisi jumlah dan kepadatan penduduk, strata sosial, pola-pola kebudayaan, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan kesejahtraan, hukum dan administrasi.4. Sarana (shells)Perumahan, pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit), pertokoan dan pasar, fasilitas rekreasi (teater,museum,stadion), pusat pemerintahan,pusat pelayanan informasi.5. Jaringan Prasarana (Networks)Air bersih, listrik, jaringan transportasi (jalan, jalur kereta api), sistem komunikasi, saluran air kotor, lay out lingkungan (pola lingkungan).h) Tipe-tipe PerumahanRumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang selain berfungsi sebagai tempat berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari dalam keluarga, juga berperan besar dalam pembentukan karakter keluarga Tipe Rumah tinggal/hunian dapat digolongkan kedalam 4 tipe (Berdasarkan Keputusan Menpera No.4/KPTS/BKP4/1995 tentang klasifikasi rumah tidak bersusun), yaitu: Rumah mewah Rumah menengah Rumah sederhana Rumah sangat sederhana Adapun penggolongan sarana hunian ini berdasarkan beberapa ketentuan / peraturan yang telah berlaku, berdasarkan tipe wujud fisik arsitektural dibedakan atas: Hunian Tidak Bertingkat Hunian tidak bertingkat adalah bangunan rumah yang bagian huniannya berada langsung di atas permukaan tanah, berupa rumah tunggal, rumah kopel dan rumah deret Rumah Tunggal (hunian tidak bertingkat) Rumah kediaman yang mempunyai persil sendiri dan salah satu dinding bangunan induknya tidak dibangun tepat pada batas persil. Untuk rumah tunggal lebar minimal kapling 8 meter.

Rumah Kopel (hunian gandeng dua) Dua buah tempat kediaman lengkap, dimana salah satu sisi bangunan induknya menyatu dengan sisi satu bangunan lain atau satu tempat kediaman lain, dan masing-masing mempunyai persil sendiri. Untuk rumah kopel lebar minimal kapling ditentukan 7 meter.

Rumah Deret (hunian gandeng banyak) Beberapa tempat kediaman lengkap dimana satu atau lebih dari sisi bangunan induknya menyatu dengan sisi satu atau lebih bangunan lain atau tempat kediaman lain, tetapi masing-masing mempunyai persil sendiri. Untuk rumah deret minimal kapling ditentukan 6 meter.

Hunian Bertingkat Hunian bertingkat adalah rumah susun (rusun) baik untuk golongan berpenghasilan rendah (rumah susun sederhana sewa), golongan berpenghasilan menengah (rumah susun sederhana) dan maupun golongan berpenghasilan atas (rumah susun mewah apartemen). Tabel 3 Penggolongan sarana hunian

G. PERMUKIMAN KUMUHa) Pengertian Permukiman KumuhSecara umum, daerah kumuh (slum area) diartikan sebagai suatu kawasan pemukiman atau pun bukan kawasan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat tinggal yang bangunan-bangunannya berkondisi substandar atau tidak layak yang dihuni oleh penduduk miskin yang padat. Kawasan yang sesungguhnya tidak diperuntukkan sebagai daerah pemukiman di banyak kota besar, oleh penduduk miskin yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap diokupasi untuk dijadikan tempat tinggal, seperti bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah kosong di sekitar pabrik atau pusat kota, dan di bawah jembatan.b) Kriteria Umum Permukiman Kumuh1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang perlu dibenahi.2. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas, namun masih dapat ditingkatkan.3. Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan rendah4. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.5. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program pembangunan kota pada umumnya.6. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu, tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.c) Kriteria Khusus Permukiman Kumuh1. Berada di lokasi tidak legal2. Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah (miskin)3. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota4. Tdak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)5. Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal), ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum walau tidak selalu murah.d) Permasalahan Pemukiman KumuhSecara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni. rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran sarana jalan yang sempit dan tidak memadai tidak tersedianya jaringan drainase kurangnya suplai air bersih jaringan listrik yang semrawut fasilitas MCK yang tidak memadaie) Penanganan Masalah Permukiman KumuhSecara Ringkas Penataan Wilayah untuk Pengananan Masalah Permukiman Kumuh tersebut adalah :a.Menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam penataan lingkungan permukiman kumuh .b.Mendorong usaha produktif masyarakat melalui perkuatan jaringan kerja dengan mitra swasta dan dunia usaha. c.Mencari pemecahan terbaik dalam penentuan kelayakan penataan lingkungan permukiman kumuh .d.Melaksanakan penegakkan dan perlindungan hukum kepada masyarakat yang tinggal di lingkungan permukiman kumuh .e.Melakukan pemberdayaan kepada para pelaku untuk mencegah terjadinya permasalahan sosial.f.Menerapkan budaya bersih dan tertib di lingkungan perumahan dan permukiman .