MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …
Transcript of MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …
MODUL PRAKTIKUM
KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DAN
PERKOTAAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN TIMUR
2018/2019
ii
VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT
A. VISI
“Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang
islami berbasis teknologi informasi yang unggul di bidang pemberdayaan
masyarakat dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial dan
lingkungan”
B. MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan masyarakat yang islami
berbasis teknologi informasi yang peka terhadap kesehatan di
masyarakat.
2. Mengembangkan riset dibidang kesehatan masyarakat untuk
berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat
dalam bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk
menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan
dan lingkungan.
4. Mengembangkan kerjasama dibidang kesehatan masyarakat dengan
berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar
negeri.
C. TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan masyarakat yang berkarakter,
berwawasan dan berkemajuan yang berpijak pada nilai – nilai
keislaman dan mampu memanfaatkan teknologi informasi yang
berkontribusi terhadap pembangunan dan menjadi solusi masalah
sosial dan lingkungan.
iii
2. Menghasilkan produk penelitian IPTEKS kesehatan masyarakat yang
berbasis teknologi informasi dan ramah lingkungan.
3. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk
menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan
dan lingkungan.
4. Menghasilkan kerjasama dalam bidang Catur Dharma Perguruan
Tinggi yang produktif dan saling menguntungkan baik dalam dan luar
negeri
D. SASARAN
1. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan
2. Pengembangan SDM dosen dan tenaga kependidikan
3. Pengembangan wahana pendidikan
4. Pengembangan program studi baru
5. Peningkatan penelitian dan publikasi ilmiah
6. Optimalisasi pengabdian masyarakat yang diprioritaskan pada upaya
mengatasi masalah sosial, pengangguran dan lingkungan
7. Peningkatan kerjasama nasional maupun internasional
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Modul pembelajaran tentang kesehatan lingkungan ini dengan baik
dan lancar. Dalam penyusunannya, penulis ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan support kepada penulis untuk
menyelesaikan Modul ini. Untuk itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2. Dekan Fakultas llmu Kesehatan Dan Farmasi
3. Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
4. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Namun disamping itu menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
modul ini, oleh karena itu praktikan mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar modul ini dapat lebih baik lagi.
Samarinda, Agustus 2019
Penyusun
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
VISI, MISI DAN TUJUAN PRODI ............................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
A. Kondisi Fisik Rumah .......................................................................... 4
B. Kondisi Fisik Tempat-tempat Umum .................................................. 12
C. Kondisi Fisik Tempat Kerja Perkantoran ............................................. 36
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 50
A. Kesimpulan ......................................................................................... 50
B. Saran .................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52
FORMULIR PENILAIAN ............................................................................ 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal
yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah,
tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga,
serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu,
rumah juga merupakan status lambang sosial. (Azwar, 1996; Mukono, 2000).
Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat
kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak
lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air
bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan
sosial. (Krieger and Higgins, 2002).
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur
fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna
untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi
kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan
Lingkungan, 2001).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan
tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga
yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga
seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu,
keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar
fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
2
Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan
lingkungan apabila memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi
kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar
pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi
persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.
Penyelenggaraan sarana dan bagunan umum berada di luar kewenangan
Departemen Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut harus
memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan
otonomi daerah telah diterbitkan beberapa keputusan Menteri Kesehatan
tentang persyaratan kesehatan lingkungan pada sarana dan bangunan umum,
antara lain hotel, rumah sakit, perumahan dan lingkungn kerja, agar sarana dan
bangunan umum tersebut memenuhi persyaratan Kesehatan. Penyelenggaraan
kesehatan lingkungan pada sarana dan bangunan umum merupakan
pengelolaan faktor risiko lingkungan sebagai tindak lanjut hasil surveilans
epidemiologi. Untuk itu diperlukan pedoman penyehatan sarana dan bangunan
umum yang merupakan arah dan penjabaran teknis dari penyelenggaraan
kesehatan lingkungan dan merupakan bagian tak terpisahkan dengan
keputuskeputusan Menteri Kesehatan tentang persyaratan kesehatan
lingkungan yang sudah ada. Pedoman ini merupakan acuan bagi daerah, dan
dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi Setempat.
Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan
kerja seperti; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis.
Semua faktor tersebut akan menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan
berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. bahwa lingkungan
kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara
optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani dan di
desain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk
melaksanakan kegiatan dalam suasana yang nyaman dan aman (Manuaba, 1992
dalam Tarwaka, dkk, 2004).
3
Penilaian faktor fisik lingkungan kerja di tempat kerja telah diatur dalam
Kepmenaker No. Kep-51/ME N/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja. Peraturan ini dibuat untuk melindungi tenaga kerja dari
berbagai macam resiko yang kemungkinan dapat menyebabkan penyakit akibat
kerja.
B. Tujuan
Tujuan penulisan Modul ini adalah :
1. Mahasiswa mengetahui cara mengukur kondisi fisik rumah sehat.
2. Mahasiswa mengetahui cara mengukur kondisi fisik tempat-tempat umum.
3. Mahasiswa mengetahui cara mengukur kondisi fisik tempat kerja
perkantoran.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Fisik Rumah
1. Pengertian Rumah Sehat
Dalam undang-undang Nomeor 4 tahun 1992 tentang perumhan dan
pemukiman, pemukima. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi linfgkungan
sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang
kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.
Sedangkan pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaa
bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan
oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap
struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal
berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga
merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi
kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung
penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009).
Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk
beristirahat, sehingga dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik
fisik, rohani, maupun sosial (Peraturan Mentri Kesehatan RI No.
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang).
5
Jadi rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani
dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan
dari pengaruh alam luar. Kebutuhan jasmani misalnya terpenuhi kebutuhan
jasmani sperti membaca, menulis, istirahat dan lain-lain. Kebutuhan rohani
misalnya , perlindungan terhadap penyakit, cuaca, angin dan sebaginnya.
Rumah sehat secara sederhana adalah rumah yang memiliki ruangan
terpisah untuk keperluan hidup sehari-hari dengan ukuran yang memadai,
antara lain kamar tidur, ruang makan keluarga, dapur, kamar mandi, jamban
atau WC dan tempat cuci pakaian.
2. Fungsi Rumah Bagi Manusia
Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007)
yang dikutip dari Azwar adalah :
a) Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat
melasanakan kewajiban sehari-hari.
b) Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa
kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.
c) Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang
mengancam.
d) Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga
saat ini.
e) Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang
berharga yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat
pedesaan.
3. Syarat-Syarat Rumah yang Sehat
Perumahan harus menjamin kesehatan penghuninya. Unutk
menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa
aspek yang sangat berpengaruh, antara lain :
a) Sirkulasi udara baik
b) Penerangan cukup
c) Air bersih terpenuhi
6
d) Pembuangan limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran
e) Bagian-bagian ruang seperti lantai dinding tidak lembab serta tidak
terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara
kotor
Persyaratan lain untuk Perumahan yang Sehat adalah Sebagai Berikut :
a) Persyaratan letak rumah
Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuninya dari
bahaya timbulnya penyakit menular, kecelakaan, dan kemungkinan
gangguan-gangguan lainnya. Persyaratan letak rumah merupakan
persyaratan pertama dari sebuah rumah sehat. Berikut ini adalah
pertimbangan memilih letak rumah :
1) Permukaan tanah dan lapisan bawah tanah (soil dan subsoil), tanah
rendah yang sering digenangi banjir sudah jelas tidak baik menjadi
tempat perumahan yang permanen. Tanah berbatu karang biasanya
lembap dan dingin, karena air pada waktu hujan tidak bisa meresap ke
dalam tanah. Akan tetapi, dengan konstruksi yang baik (lantai yang
kedap air) rumah dengan kondisi tersebut bisa digunakan tanpa ada
gangguan. Apalagi bila dilengkapi dengan drainase yang baik.
2) Hadap rumah (dalam hubungannya dengan matahari, arah angin, dan
lapangan terbuka). Di belahan bumi sebelah utara misalnya, kamar-
kamar yang terletak di sebelah utara akan menerima sinar matahari
lebih sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya dapur dan ruang tempat
menyimpan makanan terletak di bagian utara rumah.
b) Persyaratan fisik
Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi
rumah harus baik dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkina
terjadinya kelembaban dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan.
Persyaratan fisik menyangkut konstruksi rumah. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap orang merasa perlu untuk
membuat fondasi yang kokoh supaya konstruksinya kuat. Tipe fondasi
7
bermacam-macam bergantung pada berat dari rumah atau gedung yang
akan dibangun dan keadaan bawah tanah (subsoil). Subsoil yang berbatu-
batu atau kerikil akan dapat menahan beban yang berat,
tetapi subsoil yang terdiri atas tanah liat, kekuatan menahan bebannya
tidak tetap. Kekuatannya bisa bertambah dan bisa pula menurun,
bergantung pada keadaan peresapan airnya yang juga berubah-ubah
mengikuti perubahan keadaan musim.
c) Persyaratan fisiologis
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, rumah
sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk
ke dalam rumah secara bebas, sehingga asap dan udara kotor dapat
hilang secara tepat. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan pintu
dan jendela dalam posisi yang tepat, sehingga udara dapat masuk ke
dalam kamar-kamar dan ruangan-ruangan lain di dalam rumah. Fungsi
ventilasi adalah:
a) Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar;
b) Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama
bakteri pathogen karena aliran udara yang terus-menerus;
c) Menjaga ruangan agar kelembaban dapat terjaga secara optimal.
Ada dua macan ventilasi, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi
buatan. Aliran udara dalam ruangan pada ventilasi alamiah terjadi
secara alami melalui jendela, pintu, lubang-lubang, dinding, angin-
angin, dan sebagainya. Sedangkan pada ventilasi buatan aliran udar
terjadi karena adanya alat-alat khusus untuk mengalirkan udara seperti
mesin pengisap (AC) dan kipas angin.
2) Pencahayaan
Sebuah rumah dapat dikatakan sebagai rumah yang sehat apabila
memiliki pencahayaan yang cukup. Hal ini dikarenakan cahaya
mempunyai sifat dapat membunuh bakteri atau kuman yang masuk ke
dalam rumah. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan
8
adalah tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya pencahayaan akan
menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan, sekaligus
produktivitas seseorang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat mempengaruhi
kesehatan orang-orang yang ada di dalamnya. Ada dua macam
cahaya, yaitu cahaya alamiah dan cahaya buatan. Cahaya alamiah
merupakan cahaya langsung berasal dari sumber cahaya matahari.
Cahaya ini sangat penting sebab bermanfaat selain untuk penerangan
secara alami, tidak perlu mengeluarkan biaya, dan berfungsi
membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil
TBC. Idealnya, cahaya masuk luasnya sekurang-kurangnya adalah 15-
20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Cahaya
buatan merupakan cahaya yang bersumber dari listrik, lampu, api,
lampu minyak tanah, dan sebagainya.
3) Kebisingan
Saat ini pengaruh kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap
orang. Hal ini dikarenakan kebisingan dapat mengganggu konsentrasi
dan kenyamanan seseorang. Apalagi kalau datangnya tiba-tiba seperti
letusan yang sangat mengganggu kehidupan. Orang yang memiliki
penyakit jantung dapat meninggal seketika karena adanya letusan
tersebut. Rumah sehat adalah sebuah rumah yang bisa terhindar dari
kebisingan/letaknya jauh dari sumber kebisingan
d) Persyaratan psikologis
Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik,
penataan perabot yang rapi, tidak over crowding, dan sebagainya. Over
crowding menimbulkan efek-efek negative terhadap kesehatan fisik,
mental, maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah
yang padat penghuninya cepat terjadi. Selain itu, di daerah yang seperti
ini, kesibukan dan kebisingan akan meningkat, yang akan menimbulkan
gangguan terhadap ketenangan, baik individu, keluarga, maupun
keseluruhan masyarakat di sekitarnya. Ketenangan dan kerahasiaan
9
setiap individu tidak akan terjamin dan akan mengakibatkan akses-akses
menurunnya moral. Undang-undang perumahan di beberapa Negara maju
member wewenang kepada pemerintah untuk menanggulangi masalah
seperti ini. Rumah tempat tinggal dinyatakan over crowding bila jumlah
orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10
tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu
kamar.
2) Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah
melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Standart Rumah Sehat
Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut: bebas dari kelembapan; mudah
diadakan perbaikan; mempunyai cukup akomodasi dan fasilitas untuk
mencuci, mandi dan buang kotoran; serta mempunyai fasilitas yang cukup
untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan. Pada tahun 1946 di
Inggris ada sebuah Sub Committee on Standards of Fitness for
Habitation yang membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni,
antara lain sebagai berikut:
a) Dalam segala hal harus kering.
b) Dalam keadaan rumah diperbaiki.
c) Tiap kamar mempunyai lampu dan lubang ventilasi.
d) Mempunyai persediaan air yang cukup untuk segala keperluan rumah
tangga.
e) Mempunyai kamar mandi.
f) Mempunyai tempat/kamar cuci, dengan pembuangan air limbah yang
baik.
g) Mempunyai system drainase yang baik.
h) Mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan (di dalam atau di
luar).
i) Cukup fasilitas untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan.
10
j) Tempat menyimpan makanan harus mempunyai ventilasi yang baik.
k) Jalan masuk ke rumah yang baik.
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Perumahan
Di dalam program kesehatan lingkungan, suatu pemukiman/perumahan
sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi, social, tradisi/kebiasaan,
suku, geografi dan kondisi lokal. Selain itu lingkungan
perumahan/pemukiman dipengaruhi beberapa faktor yang dapat
menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut, antara lain fasilitas
pelayanan, perlengkapan, peralatan yang menunjang terselenggaranya
kesehatan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan social bagi individu dan
keluarganya
Ada perbedaan corak, bentuk atau keadaan perumahan antara satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya, umumnya dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yakni :
1) Kebijakan pemerntah tentang perumahan yang menyangkut tata guna
tanah, program perumahan yang dimiliki dan lain sebagainya.
2) Status social ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan
masyarakat, tersedianya bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan
masyarakat dan atau dibeli dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa suatu
masyarakat yang lebih makmur, secara relaive akan mempunyai
perumahan yang lebih baik, dibandingkan dengan masyarakat yang
miskin.
3) Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berbeda, baik lingkungan fisik,
biologis ataupun social. Suatu daerah dengan lingkungan fisik berupa
pegunungan, tentu saja perumahannya berbeda dengan perumahan di
daerah pantai, demikian pula perumahan di daerah beriklim panas,
berbeda dengan perumahan di daerah beriklim dingin. Semuanya ada
perbedaan antara stu dengan yang lainnya.
11
4) Kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi pembangunan.
Unutk ini telah sama bahwa masyarakat yang telah maju teknologinya,
mampu membangun perumahan yang lebih kompleks dibandingkan
dengan masyarakat yang masih sederhana.
5) Kebudayaan, diindonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan
beraneka ragam kebudayaan, sehingga corak dan model rumah di daerah
sesuai dengan kkebudayaan dan adat istiadatnya.
6. Hubungan Rumah Dengan Kesehatan
Perumahan yang memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu
usaha untuk memperbaiki kesehatan. Di Indonesia terutama di pedesaan,
soal perumahan masih belum memenuhi syarat syarat perumahan
sehat. Tetapi di kota-kota besar hal ini sudah mengalami kemajuan yang
cukup menggembirakan, walaupun di berbagai tempt Masih ada rumah yang
sama skali tidak memenuhi syarat kesehatan.
Pada umumnya di kota-kota besar terdapat masalah-masalah perumahan
yang sulit dipecahkan :
a) Kepadatan Penghuni (overcrowding)
Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang berkembang lebih
pesat, dari pada jumlah rumah sehinga kebanyakan orang atau keluarga
terpaksa harus tinggal sama-sama dalam satu rumah.
b) Perumahan Liar (Wild Occupancy)
Adanya rumah-rumah liar ini menimbulkan aspek merugikan, baik dari
segi keindahan kota, maupun dari segi timbulnya penyakit menular,
sebab pada umumnya rumah-rumah liar ini dibuat sembarangan saja,
tidak mempunyai kakus, dapur khusus, kamar mandi, serta pembuangan
air kotor dan pembuangan sampahnya tidak teratur. Hal inilah yang
menyebabkan daerah pemukiman liar sebagai sumber penyakit. Jelaslah
bahwa perumahan ada hubungannya dengan kesehatan.
12
B. Kondisi Fisik Tempat-Tempat Umum
1. Pengertian Tempat Kerja
Berdasarkan Pengertian Sanitasi Sanitasi menurut WHO (World Health
Organisation) adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama pada hal-hal
yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsungan hidup. Tempat-tempat Umum adalah tempat berkumpulnya
orang banyak atau masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, yang
berarti akan meningkatkan juga hubungan atau kontak antara orang yang
satu dengan yang lain, baik hubungan antara pengusaha atau karyawan
dengan pengunjung maupun antara pengunjung dengan pengunjung. Ada 4
kriteria tempat-tempat umum, yaitu :
a) Harus ada tempat yang permanen
b) Harus ada aktifitas
c) Harus ada fasilitas
d) Diperuntukan bagi masyarakat umum
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga
munculnya penyakit dapat dihindari. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan untuk
mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh
faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
optimal (Depkes RI, 2002).
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat
umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang
bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2007).
13
Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat
bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang
dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat
menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan,
minuman, udara dan air. Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum
harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara,
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2005).
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana
umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul
mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus,
(Suparlan 1977).
Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :
a) Diperuntukkan masyarakat umum.
b) Mempunyai bangunan tetap/ permanen.
c) Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha.
d) Pada tempat tersebut tersedia fasilitas
e) Fasilitas kerja pengelola.
f) Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/
Urinoir, kamar mandi, pembuangan limbah.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk
mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat
berupa :
a) Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor
manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
b) Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian
dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari
tempat-tempat umum.
14
2. Tujuan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
a) Tujuan di lakukan nya sanitasi di tempat-tempat umum adalah sangat
berguna untuk:
1) Untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.
2) Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat – tempat
umum.
b) Secara spesifik ruang lingkup sanitasi tempat – tempat umum di antara
nya adalah:
1) Penyedian air minum (water supply)
2) Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastes
disposal meliputi sawage, refuse,excreta)
3) Hyigiene dan sanitasi makanan (food hygiene and sanitation)
4) Perumahan dan kontruksi bangunan (housing and contruction)
5) Pengawasan fektor (vector control)
6) Pengawasan pencemaran fisik (physical pollution)
7) Hygiene dan sanitasi industry (industrial hygiene and sanitation)
c) Adapun kegiatan yang mendasari sanitasi tempat – tempat umum yaitu:
1) Pemetaan (monitoring)
Pemetaan (monitoring) adalah meninjau atau memantau letak, jenis
dan jumlah tempat-tempat umum yang ada kemudian di salin kembali
atau di gambarkan dalam bentuk peta sehingga mempermudah dalam
menginspeksi tempat-tempat umum tersebut.
2) Inspeksi sanitasi
Inspeksi sanitasi adalah penilaian serta pengawasan terhadap
tempat-tempat umum dengan mencari informasi kepada pemilik,
penanggug jawab dengan mewawancarai dan melihat langsung
kondisi tempat-tempat umum untuk kemudian diberikan masukan jika
perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat hal-hal yang perlu
mendapat pembenahan.
15
3) Penyuluhan
Penyuluhan terhadap masayarakat (edukasi) terutama untuk
menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya –
bahaya yang timbul datu TTU.
d) Aspek Penyelenggaraan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
1) Aspek teknis/hukum (Peraturan dan perundang-undangan sanitasi)
2) Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup,
adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan,
komunikasi, dll
3) Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan
pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man,
Money, Method, Material dan Machine
e) Hambatan Pelaksanaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
1) Pengusaha
1) Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab
per undang-undangn yang menyangkut usha STTU dan kaitannya
dengan usaha kesehtan masyarakat
2) Belum mengetahui / kesadaran mengenai pentingnya usaha STTU
untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit
3) Adanya sikap keberata dari pengusaha untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan karena memerlukan biaya ekstra
4) Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya
peraturan/persyaratan dari STTU
2) Pemerintah
a) Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat
II dan kecamatan
b) Masih terbatasnya pengetahan petugas dalam melaksanakan
pengawasan
c) Masih minimnya dana yang dialokasikan untuk pengawasan STTU
d) Belum semua kecamatan/tingkat II memiliki saran transportasi
untuk melakukan kegiatan pengawasan
16
3. Higine Sanitasi Tempat Umum
a) Higiene dan sanitasi hotel
Hotel dapat diartikan sebagai tempat menginap bagi umum yang
dikelola secara komersil, terdiri dari beberapa kamar dan menyediakan
juga makanan/minuman. Selain itu, kebersihan dan kesehatan hotel juga
sangat mempengaruhi minat para wisatawan. Karenanya, kebersihan ini
akan dapat membantu meningkatkan kepariwisataan di Indonesia. Di
Indonesia dikenal juga tempat yang sejenis dengan sebutan yang berbeda
tapi mempunyai fungsi yang sama hanya agak berbeda dalam fasilitas
dan pelayanaannya misalnya, Losmen, Penginapan, Wisma,dll.
Dalam industri kepariwisataan hotel merupakan sektor industri yang
bergerak dalam bidang jasa dan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kepariwisataan, dimana hotel dituntut dapat memberikan
kepuasan kepada tamu baik dari fasilitas yang disediakan dalam
memenuhi kebutuhan tamu. Oleh sebab itu, pihak hotel harus mampu
menciptakan suasana yang di butuhkan oleh tamu, salah satu caranya
meningkatkan Higiene dan Sanitasi pada semua department.
Higiene merupakan usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu, maupun usaha kesehatan
pribadi manusia. Sedangkan Sanitasi berarti usaha kesehatan preventif
yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia.
Penerapan Higiene dan Sanitasi perlu dilakukan diantaranya
penerapan Higiene Sanitasi Kitchen Department, peralatan dapur,
karyawaan dapur, serta penerapan Higiene Sanitasi makanan dan
minuman karena dapur adalah tempat mengolah suatu makanan, untuk
itu para juru masak yang bertugas harus benar-benar memperhatikan
segala sesuatu yang akan dikerjakan dan dihasilkan, sehingga segala
sesuatu yang dijual kepada tamu baik berupa makanan dan minuman
adalah hasil pilihan dan olahan yang baik.
17
Jasa pelayanan hotel disamping mempunyai dampak positif sebagai
tempat istirahat yang baik dan kesenangan hidup juga dapat
menimbulkan dampak terhadap masalah kesehatan masyarakat misalnya,
para wisatawan juga dapat membawa penyakit yang belum ada didaerah
yang dikunjungi, misalnya penyakit AIDS. Oleh karena itu perlu sekali
dilakukan usaha desinfeksi semua peralatan bekas pakai, seperti tempat
tidur, kamar mandi, jamban, perlatan makan dan minum.
Hotel yang saniter akan sangat menunjang dalam memberikan
kepuasan kepada para pengunjung. Dalam hal ini sanitasi dapat
mempunyai peranan Phisik dan Psikologi.
1) Peranan Pisik
Sanitasi diharapkan dapat memberikan jaminan kebersihan umum
di luar atau di dalam bangunan hotel. Pengertian kebersihan disini
dalam arti luas yang meliputi : kebersihan air, makanan-minuman,
kuman – kuman dapur, WC, peralatan serta bebas dari ganguan
serangga dan binatang pengerat (Tikus).
2) Peranan Psikologis
Peranan sanitasi hotel disini adalah dapat menjamin rasa kepuasan
dari para tamu/pengunjung hotel tersebut maupun para
karyawan/pengelolaan hotel. Kepuasan tersebut dalam arti
memberikan rasa “relax”, comfort, security, safety dan Privacy.
Manfaat Sanitasi Hotel. Sanitasi hotel mempunyai manfaat yaitu :
1) Manfaat dari segi kesehatan
2) Menjamin lingkungan kerja yang saniter.
3) Melindungi tamu maupun karyawan hotel dari gangguan faktor
lingkungan yang merugikan kesehatan fisik maupun mental
4) Mencegah terjadinya penularan penyakit dan penyakit akibat kerja
5) Mencegah terjadinya kecelakaan.
6) Manfaat dari segi “Business Operational’ Hotel
7) Keadaan hotel yang saniter sangat berguna untuk “Sales Promotion”
yang secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah tamu.
18
8) Meningkatkan nilai peringkat dari hotel tersebut.
Klasifikasi, Sasaran Sanitasi Hotel
Pada Umumnya sasaran sanitasi hotel menyangkut dua hal yaitu
sanitasi“Lodging” dan sanitasi “Catering”.
1) Sanitasi Lodging adalah pengawasan sanitasi yang menyangkut
urusan kerumahtanggaan (House Keeping) hotel, yang meliputi
bangunan dan fasilitasnya seperti halaman, sampah, pembuangan air
kotor, dll Ruang lingkup sanitasi “lodging” meliputi wilayah luar
bangunan hotel (external hotel area) yang terdiri dari : halaman,
tempat parkir, pertamanan, pembuangan sampah, pembuangan air
kotor. Wilayah di dalam hotel (Internal hotel area) yang tefrdiri dari :
sanitasi umum, sanitasi kamar, sanitasi toilet, sanitasi ornament
2) Sanitasi Catering dalam kegiatan hotel adalah segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan makanan yang diolah dan dihidangkan dalam
sebuah hotel. Kegiatan catering ini bisa berupa penyediaan makanan
dan minuman untuk keperluan hotel sendiri dan penyediaan makanan
untuk diluar hotel (Outside catering).Pada umumnya pengawasan ini
diperlukan untuk mencegah tersebarnya bermacam – macam penyakit
lewat makanan, hal ini dapat ditujukan pada keadaan bahan makanan,
dengan persyaratan : Sayur–mayur, buah–buahan harus segar dan
tidak busuk. Bahan makanan kaleng harus dicek kemungkingan ada
kebocoran.
– Bahan pembuat kue(tepung, pewarna) bebas dari serangga dan
disimpan dengan baik. Cara menyajikan :
a) Gunakan alat makanan yang bersih.
b) Meja makan dan lantai ruangb makan besih, terlihat tidak ada lalat.
c) Cukup pencahayaan alam /buatan.
d) Pengambilan makanan melalui jendela khusus dari tempat
penyimpanan makan masuk agar bebas lalat/serangga.
e) Dinding ruang berwarna terang.
19
f) Pintu ruangan dapat menutup sendiri sebagian tertutup dengan
kawat kasa.
g) Karyawan catering harus mempunyai sertifikat kesehatan yang
masih berlaku.
h) Pakaian karyawan catering harus bersih dan ganti setiap dan ini
disediakan oleh pesusahaan/hotel dengan dilengkapi penuitup
kepala.
i) Harus ada WC dan urinoir tersendiri bagi karyawan catering dan
tidak berhubungan langsung pintunya dengan dapur.
j) Dianjurkan hotel menyediakan almari locker untuk menyimpan
pakaian atau peralatan pribadi dari setiap karyawan. Untuk
meyakinkan tamu hotel akan kebersihan dari fasilitas yang ada
dalam hotel seperti : Lap makan, kamar, bowl wc dan dapat
digunakan semacam segel sanitasi kertas.
b) Sanitasi Pusat Perbelanjaan
Pusat Perbelanjaan adalah suatu tempat dimana orang banyak/umum
datang untuk berbelanja, dimana beberapa bentuk kegiatan pasar dikelola
satu badan, seperti Departemen Store, Supermarket. Komponen
Persyaratan Pusat Perbelanjaan:
1) Persyaratan air bersih
2) Harus tersedia air bersih yang memenuhi syarat dan memenuhi
kebutuhan yang cukup
3) Sumber air harus dijaga dari pencemaran
4) Paling sedikit setiap 6 (enam ) bulan diambil sampel untuk
pemeriksaan dilaboratorium
5) Persyaratan pembuangan sampahDi setiap toko harus tersedia tempat
penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air dan dengan
jumlah yang cukup
6) Di setiap blok harus tersedia tempat pengumpulan sampah yang
tertutup kedap air dan mudah diangkut
20
7) Pembuangan sampah harus setiap hari, sehingga tidak ada sampah
yang menumpuk
8) Persyaratan pembuangan kotoran manusia
9) Harus tersedia kakus yang memenuhi syarat, yaitu yang bertipe leher
angsa dengan jumlah untuk 60 orang dagang pria disediakan 1 buah
kakus dan untuk 40 orang dagang wanita 1 buah kakus.
10) Disediakan peturasan yang memenuhi syarat dengan jumlah untuk
60 orang pengunjung Pria disediakan 1 buah peturasan
11) Harus ada tanda yang jelas untuk membedakan antara kakus pria
dengan kakus wanita
12) Persyaratan pembuangan air limbah
13) Pembuangan air limbah harus melalui saluran yang tertutup
14) Pembuangan akhirnya, harus dibuang ke septick tank, atau ke
saluran pembuangan air kotor perkotaan
Tempat berjualan makanan.
1) Makanan dan minuman yang dijual harus selalu dalam keadaan bersih
& segar
2) Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup dan
dalam jumlah yang cukup
3) Karyawan harus memperhatikan kebersihan dan kesehatannyasetiap
saat
4) Kebersihan di sekitar tempat berjualan harus dijaga setiap hari
5) Air yang digunakan adalah yang memenuhi syarat baik kualitas dan
jumlahnya
6) Setiap jalan atau arus lalu lintas antar gang dan blok pencahayaannya
harus cukup Disyaratkan 10 f. C
7) Lantai harus selalu dalam keadaan bersih
8) Harus tersedia alat perlengkapan P3K
9) Harus tersedia alat pemadam kebakaran
21
c) Kesehatan Lingkungan Terminal
1) Pentingnya kesehatan lingkungan pada terminal
Terminal merupakan tempat berkumpul manusia dari berbagai
tempat untuk datang dan pergi. Dengan itu maka terminal merupakan
tempat yang paling cocok untuk menyebarnya segala penyakit yang
dibawa oleh orang-orang yang keluar masuk disana maupun yang
berasal dari terminal itu sendiri. Terutama yang penyebarannya
melalui media udara, air, makanan, minuman maupun kontak manusia
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, sanitasi di terminal harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga terminal dapat
melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan
masyarakat terutama masyarakat terminal itu sendiri. Mengingat
betapa pentingnya terminal dalam sistem transpotasi terutama
transportsi darat dan yang paling banyak dipakai atau sudah umum
dengan masyarakat, maka sanitasi maupun kebersihannya harus
diperhatikan.
2) Pengertian terminal
Terminal adalah tempat berkumpulnya manusia dari berbagai
tempat untuk datang dan pergi, untuk menunggu naik dan turun
kendaraan bus atau angkutan umum yang lainnya. Teminal merupakan
simpul dalam sistem jaringan perangkutan jalan yang terdiri atas
terminal penumpang dan terminal barang. Dalam pembangunannya
perlu dipertimbangkan antara lain : lokasi, tata ruang, kapasitas,
kepadatan lalu lintas dan keterpaduan dengan media angkutan
lainnya. ( H.J. Mukono)
3) Type Terminal
Terminal dipilah-pilah berdasarkan fungsi dan pelayanannya (PP
No. 43 tahun 1993) persyaratan type sebuah teminal yaitu :
a) Terminal Type A
1) Terletak di ibu kota propinsi, kabupaten, dalam jaringan trayek
antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara.
22
2) Terletak antara dua terminal penumpang tipe A sekurang-
kurangnya 20 km di pulau Jawa, 30 km di pulau Sumatra dan 50
km di pulau lainnya.
3) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di pulau Jawa
dan 50 meter dipulau lainnya.
b) Terminal Type B
1) Terletak di ibu kota kabupataen atau kota dalam jaringan trayek
antar kota dalam propinsi.
2) Terletak di jalan kolekter dengan kelas jalan sekurang-
kurangnya kelas III B.
3) Jarak antara dua terminal penumpang tipe B sekurang-
kurnagnya 15 km dipulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.
4) Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha untuk
terminal di pulau Jawa dan Sumatra dan 2ha di pulau lainnya.
5) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa
dan 30 meter di pulau lainnya.
c) Terminal Type C
1) Terletak di dalam wilayah kabupaten dan dalam jaringan trayek
angkutan pedesaan.
2) Terletak dijalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling
tinggi III A.
3) Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.
4) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal. Sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di
sekitar terminal.
Terminal berdasar jumlah arus minimum kendaraan per satuan waktu.
Terminal tipe A : 50-100 kendaraan per jam.
Terminal tipe B : 25-50 kendaraan per jam
Terminal tipe C : < 25 kendaraan per jam.
23
4) Fungsi Terminal
Terminal Penumpang
a) Type A : melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara.
b) Type B : melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan
c) Type C : melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
Terminal Barang : berfungsi sebagai temrpat bongkar dan atau muat
barang, serta perpindahan intra atau antar moda transportasi.
5) Fasilitas Terminal
Berdasarkan keputusan Menteri No. 31 tahun 1995 fasilitas
terminal penumpang harus dilengkapi dengan fasilitas utama dan
fasilitas penunjang yang terdiri atas :
a) Fasilitas Utama
1) Jalur pemberangkatan kendaraan umum.
2) Jalur kedatangan kendaraan umum.
3) Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu
keberangkatan termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat
beristirahat kendaraan umum. (tidak bersyaratkan bagi teminal
type C).
4) Bangunan kantor terminal.
5) Tempat tunggu penumpang dan pengantar.Menara pengawas
(tidak disyaratkan bagi terminal type C).
6) Loket penjualan karcis (tidak disyaratkan bagi terminal type C).
7) Rambu-rambu dan papan informasi yang sekurang-kurangnya
memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalan.
8) Pelataran parkir kendaraan pengantar /taksi (tidak disyaratkan
bagi terminal type C).
b) Fasilitas Penunjang
1) Kamar kecil
2) Mushola
24
3) Kios/kantin
4) Ruang pengobatan
5) Ruang informasi dan pengaduan
6) Telepon umum
7) Tempat penitipan barang
8) Taman
d) Higenie Sanitasi Salon Kecantikan
Salon kecantikan merupakan sarana pelayanan umum untuk
pemeliharaan kecantikan khususnya memelihara dan merawat kesehatan
kulit dan rambut dengan menggunakan kosmetik secara manual,
preparatif, aparatif, dan dekoratif tanpa adanya tindakan operasi.
Jenis salon kecantikan yang ada dapat dibedakan :
Menurut jenis pelayanan yang diberikan pada salon kecantikan :
1) Salon kecantikan rambut
2) Salon kecantikan kulit
3) Salon kecantikan kombinasi rambut dan kulit
Menurut jenis dan bahan kosmetik yang digunakan :
1) Salon kecantikan modern
2) Salon kecantikan tradisional
3) Salon kecantikan kombinai modern dan tradisional
Menurut jenis bahan kosmetik yang dipergunakan :
1) Salon yang hanya menggunakan satu jenis (merk) kosmetik produk
pabrik tertentu, salon ini sebagai promosi, penerapan dan
pengembangan serta evaluasi efektivitas produk kosmetiknya.
2) Salon yang menggunakan lebih dari satu jenis merk kosmetik yang
terdaftar di Kemenkes RI sesuai dengan keinginan pelanggan.
3) Salon yang menggunakan kosmetika buatan sendiri, tidak
menggunakan bahan terlarang dan tidak dijual belikan.
Salon kecantikan diklasifikasikan menjadi Type D, C, B, dan A,
uraiannya adalah sebagai berikut :
Salon kecantikan Type D
25
Fisik :
1) Tempat usaha rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 9
m2.
2) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 4 kursi, untuk kulit
maksimum 2 dipan.
3) Salon kecantikan kulit atau rambut Type D memberikan pelayanan
sederhana (dasar) manual, preparatif, aparatif, dan dekoratif. Kegiatan
yang dilayani adalah :
a) Tata kecantikan rambut, meliputi : pencucian kulit kepala/rambut,
pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan
rambut, pengeringan, pengecatan (tanpa pemucatan), perawatan
kulit kepala/rambut (creambath).
b) Tata kecantikan kulit meliputi: perawat kulit, wajah, tangan
(menikur) dan kaki (pedikur) tanpa kelainan, merias wajah sehari-
hari (pagi, siang, sore)
Salon kecantikan Type C
Fisik :
1) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 30
m2.
2) Jumlah kursi perawatan untuk rambaut maksimum 6 kursi, untuk kulit
maksimum 3 dipan.
3) Salon kecantikan rambut atau kulit Type C memberikan pelayanan
perawatan secara manual, preparatif, aparatif, dan dekoratif untuk
rambut/kulit dengan kelainan ringan. Kegiatan yang dapat dilayani
adalah :
a) Tata kecantikan rambut , meliputi : pencucian kulit kepala/rambut,
pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan
rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan
kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut
dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan)
26
b) Tata kecantikan kulit meliput: merawat kulit, wajah, tangan
(menikur) dan kaki (pedikur) dengan kelainan, merias wajah
sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung disco, karakter, cacat, dan
usia lanjut., penambahan bulu mata, menghilangkan bulu-bulu yang
tidak dikehendaki, perawatan kulit dengan menggunakan alat
elektronik sederhana ( 2 jenis seperti frimator dan sauna)
Salon kecantikan Type B :
Fisik :
1) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 50
m2.
2) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8 kursi, untuk kulit
maksimum 4 dipan
3) Salon kecantikan rambut atau kulit Type B memberikan pelayanan
perawatan kecantikan dan rambut secara manual, preparatif, aparatif,
dan dekoratif. Disini alat kecantikan (alat elektronik) yang digunakan
masih terbatas. Kegiatan yang dapat dilayani adalah :
a) Tata kecantikan rambut meliputi: pencucian kulit kepala/rambut,
pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan
rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan
kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut
dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan),
penambahan rambut kepala
b) Tata kecantikan kulit, meliputi : merawat kulit, wajah, tangan
(menikur) dan kaki (pedikur) dengan kelainan, merias wajah
sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung disco, karakter, cacat, dan
usia lanjut. penambahan bulu mata, menghilangkan bulu-bulu yang
tidak dikehendaki, perawatan kulit dengan menggunakan alat
elektronik, perawatan badan (body massage)
Salon kecantikan Type B diselenggarakan dengan menejemen yang baik
yang mempunyai pimpinan, staf administrasi, dan staf teknis.
27
Salon kecantikan Type A :
Fisik :
1) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 75
m2.
2) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8 kursi, untuk kulit
maksimum 4 dipan dengan penyekat atau merupakan cabin.
3) Salon kecantikan rambut atau kulit Type A memberikan pelayanan
perawatan kecantikan kulit dan rambut (beauty centre) yang
memberikan pelaayanan lengkap baik manual, preparatif, aparatif, dan
dekoratif, ditambah perawatan khusus seperti obesitas, diet, senam. .
Disini alat kecantikan (alat elektronik) yang digunakan lengkap.
Kegiatan yang dapat dilayani adalah :
a) Tata kecantikan rambut meliputi pencucian kulit kepala/rambut,
pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan
rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan
kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut
dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan),
penambahan rambut kepala,
b) Tata kecantikan kulit seperti pada pelayanan salon Type B
ditambah perawatan yang lebih luas baik secara tradisional
Indonesia (empirik timur) maupun modern (empirik barat), seperti
akuprsur, aroma terapi, reflekzone. Tersedia juga perawatan dengan
alat elektronik helioteraphy, hyydroteraphy, mekanoterapy,
elektroterapi, perawatan tradisional yang spesifik seperti perawatan
pengantin, ibu hamil, ibu setelah melahirkan.
Salon kecantikan Type A dikelola secara institusional dengan
menejemen yang baik seperti Type B, tetapi disini lebih lengkap
terutama staf ahli teknis.
Persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan.
a) Lokasi :
1) Terhindar dari pencemaran lingkungan
28
2) Tidak terletak di daerah banjir
b) Lingkungan halaman :
1) Bersih
2) Tidak terdapat genangan air
3) Air mengalir dengan lancar
c) Bagian dalam :
1) Bangunan kuat, utuh, bersih, serta dapat mencegah
kemungkinan terjadinya penularan penyakit dan kecelakaan.
2) Pembagian ruang jelas sesuai dengan fungsinya, sep[erti ruang
konsultasi, ruang perawatankecantikan kulit dan rambut harus
terpisah (diberi penyekat).
3) Bangunan gedung tidak menimbulkan gangguan terhadap rumah
penduduk dan tidak mengganggu keadaan di sekitarnya.
4) Lantai : kedap air, rata, tidak licin, serta mudah dibersihkan.
5) Dinding : Dinding disebelah dalam rata, berwarna terang, serta
mudah dibersihkan.
6) Langit-langit : berwarna terang, mudah dibersihkan, tinggi
minimal 2,5 m dari lantai.
7) Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya serangga dan tikus.
8) Ventilasi / penghawaan :
9) Dapat menjamin pergantian udara ruangan dengan baik. Lubang
ventilasi minimal 5% luas lantai.
10) Bila lubang ventilasi tidak dapat menjamin pergantian
udara dengan baik, maka dapat digunakan peralatan ventilasi
mekanis. Khusus untuk ruang ber AC, tidak diperlukan lubang
ventilasi.
11) Tersedia pencehayaan dengan intensitas yang cukup setiap
ruangan, khusus ruang pelayanan / ruang kerja intensitas cahaya
minimal 150 luks dan tidak menimbulkan kesilauan.
29
12) Pencegahan masuknya serangga dan tikus dilengkapi
lubang penghawaan dilengkapi dengan kawat kasa penahan
nyamuk dan tikus,dan lubang pembuangan pada saluran air
limbah di kamar mandi, jamban dll., dilengkapi dengan jeruji.
13) Bila menggunakan fasilitas rak atau almari, maka sebaiknya
antara bagian antara bagian bawah rak/almari dengan lantai
berjarak minimal 15 cm.
Penyediaan air bersih :
1) Kualitas air bersih memenuhi persyaratan sebagaimana yang
ditetapkan Menteri Kesehatan
2) Air sebaiknya diperoleh dari PDAM. Bila menggunakan sumber
air yang lain, berkonsultasi ke Dinas Kesehatan setempat.
3) Kuantitas air harus tersedia secara cukup dan berkesinambungan
sesuai dengan kebutuhan.
4) Dinding bak penampungan air harus selalu dibersihkan secara
berkala seminggu sekali. Bak penampung berupa drum atau
tempayan dilengkapi dengan penutup.
Pengelolaan limbah :
1) Sarana pembuangan limbah tertutup, kedap air.
2) Air limbah dapat mengalir dengan lancar, kemiringan 2% – 3%
Tempat sampah :
1) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, kedap air, tahan karat,
permukaan bagian dalam halus, mudah dibersihkan, dan
berpenutup.
2) Jumlah dan volume disesuaikan dengan produk sampah yang
dihasilkan setiap hari.
Kamar mandi dan jamban.
1) Bersih dan tidak berbau
2) Lantai miring ke arah saluran pembuang
3) Terpisah yang diperuntukkan pria dan wanita
30
Persyaratan karyawan
1) Karyawan harus berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter.
2) Memiliki sertifikan/ijazah nasional dari Kementerian Pendidikan
Nasional sesuai kriteria salon
3) Memahami dan menerapkan etika profesi sebagai karyawan
salon
4) Memakai pakaian kerja yang bersih, rapi, dan utuh
Peralatan kerja dan bahan
1) Alat yang berhubungan dengan kulit :
- Sisir selalu dalam keadaan bersih dan baik.
- Gunting selalu dalam keadaan bersih dan baik
- Mesin cukur selalu dalam keadaan bersih dan baik
- Tempat bedak dan sabun selalu dalam keadaan bersih dan
baik
2) Handuk :
- Bersih
- Tersedia dengan jumlah yang cukup 1 orang pelanggan 1
handuk
3) Kain penutup badan:
- Bersih
- Berwarna putih/terang
- Tersedia dalam jumlah yang cukup (berjumlah rata-rata
tamu/pengunjung)
4) Bahan-Bahan
- Pisau, gunting, dll., didisinfeksi dengan bahan kimia atau air
panas
- Kosmetika / wangi-wangian diperoleh dari sumber yang
dipercaya dan bebas dari potongan rambut.
31
5) Lain-lain
- Tersedia minimal 1 buak kotak P3K yang berisi obat-obatan
sederhana.
- Tersedia alat pemadam kebakaran.
e) Higinie Sanitasi Tempat Ibadah
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat
umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna
melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya
merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan.
Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu
dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan
lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat
ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan
melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat
umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Dengan peran
serta dari pengurus tempat-tempat ibadah diharapkan :
1) Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan
lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat
memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan
2) Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
3) Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain
dalam pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-
tempat ibadah.
4) Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan
lingkungan .
5) Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat
ibadah.
Sehubungan dengan perlunya peningkatan pengetahuan pengurus
tempat-tempat ibadah maka Puskesmas Amuntai Selatan Kecamatam
Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara melaksanakan
penyuluhan peningkatan kesehatan tempat-tempat umum (tempat ibadah)
32
kepada pengurus mesjid, langgar yang berada di Kecamatan Amuntai
Selatan dengan jumlah peserta 40 orang, dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 11 Nopember 2009, jam 09.00 wita sampai selesai, bertempat di
aula Puskesmas Amuntai Selatan.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum,
pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah
keagamaan Islam. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid
adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman
Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Persyaratan Kesehatan Tempat Ibadah (Mesjid/Mushola) :
1) Letak /Lokasi
a) Sesuai dengan rencana tata kota
b) Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran
(debu,asap,bau dan cemaran lainx)
c) Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran
debu, asap, bau & cemaran lainnya
2) Bangunan
a) Kuat, kokoh dan permanen
b) Rapat serangga dan tikus
3) Lantai. Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin dan
mudah dibersihkan.
4) Dinding bersih, berwarna terang, kedap air dan mudah dibersihkan.
5) Atap. Menutup bangunan,kuat, bersih, cukup landai dan tidak bocor
6) Penerangan/Pencahayaan terang, tersebar merata dan tidak menyilau (
min. 10 fc)
7) Ventilasi. Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk dan nyaman (tdk
pengap dan tdk panas)
8) Pintu rapat serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka ke
arah luar. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
33
9) Langit – langit
a) Tinggi minimal 2,4 m dr lantai
b) Kuat, tdk terdapat lubang2
c) Berwarna terang dan mudah dibersihkan
10) Pagar. Kuat, aman dan dapat mencegah binatang pengganggu masuk
11) Halaman. Bersih, tdk berdebu dan becek, tdk terdapat genangan air,
terdapat tempat sampah yang cukup. Dan terdapat tempat parkir yang
cukup
12) Jaringan instalasi
a) Aman (bebas cross conection)
b) Terlindung
13) Saluran air limbah
a) Tertutup
b) Mengalir dengan lancar
Fasilitas Sanitasi
a) Air Bersih
1) Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat
2) Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna
3) Angka kuman tidak melebihi NAB
4) Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB
b) Pembuangan Air Kotor
1) Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga
2) Air limbah mengalir dengan lancar
3) Saluran kedap air
4) Saluran tertutup
c) Toilet/ WC
1) Bersih
2) Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama
3) Tersedia air yang cukup
4) Tersedia sabun & alat pengering
5) Toilet pria & wanita terpisah
34
6) Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak
7) Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau
(water seal)
8) Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara
luar
d) Peturasan
1) Bersih
2) Dilengkapi dengan kran pembersih
3) Jumlahnya mencukupi
e) Tempat Sampah
1) Tempat sampah kuat, kedap air, tahankarat, dan dilengkapi dengan
penutup
2) Jumlah tempat sampah mencukupi
3) Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA
4) Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang
f) Tempat Wudhu
1) Terpisah dari toilet, peturasan, & ruang mesjid
2) Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus & jumlahnya
mencukupi
3) Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
4) Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
5) Limbah air wudhu mengalir lancar
6) Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah
7) Bersih
g) Tempat Sembahyang
1) Bersih, tidak berbau yang tidak enak
2) Bebas kutu busuk & serangga lainnya
3) Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih
dengan lebar 30 cm sebagai tempat sujud
35
h) Tempat sandal dan sepatu
1) Tersedia tempat sandal & sepatu yang khusus
2) Bersih dan kuat
f) Sanitasi Hiburan (Bioskop)
Bioskop adalah tempat atau gedung termasuk segala fasilitasnya
didalam dimana masyarakat berkumpul dengan membayar dapat
menonton film.
Letak Gedung Bioskop di tempat yang luas dan aman : dengan
maksud terdapat tempat parkir dan memberikan keleluasan
dan kepuasan pengunjung. Ditempat yang strategis : dekat tempat
tinggal, mudah dijangkau, dekat pusat hiburan. Jauh dari TPS & TPA,
lalu lintas padat dan pabrik besar. Tempat yang tinggi & kering,jauh
dari rawa & bebas banjir.
Bagian interior gedung, dinding dibuat menurut konstruksi yang
tepat,sehingga mencegah gema suara, penyerapan suara, menguatkan
suara. Lantai dibuat keras, tidak licin, mudah dibersihkan, dibuat
miring dengan sudut 6,20 perbedaan tinggi kepala kursi 10 cm.
Ventilasi dengan tujuan memasukkan udara segar baik alami dan
buatan sehingag ruangan jadi nyaman. Suhu antara 20-27 0c
kelembaban 40-50 %. Pintu bahaya pertunjukan tidak dikunci. Di atas
pintu ditulis “pintu bahaya”. Layar film warna putih, bagian tepi
berwarna hitam, permukaan licin, ukuran disesuaikan dengan
proyektor, jarak dengan proyektor 40 m. Sound sistem Stereo dengan
load speaker terpisah, intensitas suara terbesar merata antar 80-85 dB.
Pencahayaan tidak menyilaukan, tidak terlalu redup, tidak bergetar,
tidak panas & punya generator sendiri.
Alat pemadam kebakaran mudah dijangkau, tersebar, terdapat
petunjuk yg jelas. Tempat duduk/kursi Individual, enak diduduki,
jarak antar baris 40 cm, jarak dgn layar min 6 m, sudut pandang max
300, tinggi kursi 48 cm, tinggi sandaran 38-40 cm, ukuran kursi 40 45
cm.
36
System lalu lintas jalur utama min 2 m, lintas blok min 80 cm,
lintas baris min 40 cm, lintas keliling min 50 cm. Proyektor film
terang, tidak bergetar, min 2 buah, ruang terpelihara baik, luas
ruangan cukup. Keadaan bebas tikus & serangga menjaga kebersihan,
menghindari sudut mati, menghindari ruang gelap. Lain-lain, tersedia
kotak P3K, generator, ditempatkan pada ruang khusus, setiap
karyawan memiliki sertifikat sehat. Tangga : optrade max 17,5 cm
(ketinggian anak tangga), ontrade min 25 cm (lebar anak tangga) tiap
2,5 cm dibuat bordes, sudut max 450.
C. Kondisi Fisik Lingkungan Tempat Kerja
1. Pengertian Tempat Kerja
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya
sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Sedangkan
pada pasal 2 ayat (1), tertulis “Yang diatur oleh Undang undang ini ialah
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, didalam tanah,
dipermukaan air maupun diudara yang berada didalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia”.
Faktor fisik di tempat kerja antara lain meliputi kebisingan, radiasi,
getaran mekanis, cuaca kerja, tekanan udara tinggi dan rendh, penerangan di
tempat kerja, dan bau-bauan di tempat kerja. Dalam hal ini faktor fisik tidak
kalah penting untuk memaksimalkan produktivitas tenaga kerja. Pengukuran
dan pengendaliannya bertujuan agar dapat mencegah dan meminimalisasi
penyakit akibat kerja (Harjanto, 2007).
37
Definisi lingkungan kerja menurut Komarudin (2001: 87) adalah
kehidupan sosial psikologi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh
terhadap pekerjaan karyawan dalam melakukan tugasnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah keadaan di
sekitar para pekerja sewaktu pekerja melakukan tugasnya yang mana
keadaan ini mempunyai pengaruh bagi pekerja pada waktu melakukan
pekerjaannya dalam rangka menjalankan operasi perusahaan. Lingkungan
kerja mempunyai makna yang penting bagi pekerja dalam menyelesaikan
tugasnya.
Tujuan utama pengaturan lingkungan kerja adalah naiknya
produktivitas perusahaan. Oleh karenanya pengadaan fasilitas lingkungan
kerja yang baik adalah secukupnya saja, jangan sampai tenaga kerja merasa
terlalu dimanja dalam bekerja, sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perencanaan dan pengaturan lingkungan kerja tidak dapat diabaikan begitu
saja, karena hal itu berpengaruh pada jalannya operasi perusahaan.
2. Faktor Lingkungan Kerja
Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap performansi kerja
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas pekerja.
Menurut Alex S Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja
sebagai berikut : “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada
disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang diembankan”. Jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua:
(a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik.
a) Mikroklimat
Secara fundamental, ergonomic merupakan studi tentang
penyerasian antara pekerja dan pekerjaanya untuk meningkatkan
performansi dan melindungi kehidupan. Mikromatik dalam lingkungan
keja terdiri dari unsur suhu udara (kering dan basah), kelembaban nisbi,
panas radiasi dan kecepatan gerakan udara (suma’mur, 1984 dan
Bernard, 1996).
38
Untuk Negara dengan empat musim, rekomendasi untuk comfort
zone pada musim dingin adalah suhu ideal berkisar antara 19-23 C
dengan kecepatan udara antara 0,1-0,2 m/det dan pada musim panas suhu
ideal antara 22-24 C dengan tahun (WHS, 1992; Grantham, 1992 dan
Grandjean, 1993). Sedangkan untuk Negara dengan seperti idonesia,
rekomendasi tersebut perlu mendapat koreksi. Sedangkan kaitanya denga
suhu panas linkungan kerja.
1) Lingkungan Kerja Panas
Pekerja di dalam lingkungan panas, separti di sekitar furnaces,
peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan
di bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Disamping
itu pekerja dilingkungan panas juga dapat berakliamatisasi untuk
mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain).
2) Pengaruh Fisiologis Terhadap Panas
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh
untuk mmelihara keseimbangan panas. Oleh karena itu peningkatan
temperature udara di luar comfort zone adalah sebagai berikut :
a) Vasodilatasi
b) Denyut jantung meningkat
c) Temperatur kulit meningktat
d) Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dll.
Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu
lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya
kelelahan, sering melakukan istirahat curia dll.
b) Dehidrasi, dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan tidak
cukup maupun karena gangguan kesehatan.
c) Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat,
gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah.
39
d) Heat Cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan
kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya
garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan
karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
e) heat Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran
darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di
bawa kepermukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena
pemaparan suhu tinggi.
f) Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan
terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam.
3) Penilaian Lingkungan Kerja Panas
Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat
kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur
suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Salah satu parameter
pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai Indeks
Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu kering,
suhu udara basah dan suhu panas radiasi. Kemudian secara manual
ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a) Pekerjaan dilakukan di bawah paparan sinar matahari (outdoor) :
ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu
kering)
b) Pekerjaan dilakukan di dalam ruangan (indoor) :
ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)
Selain alat tersebut, terdapat a;at ukur ISBB yang lebih modern
seperti Questtemp Heat Stress Monitor. Pada waktu pengukuran alat
ditempatkan disekitar sumber panas dimana pekerja melakukan
pekerjaanya.
Dari hasil pengukuran ISBB tersebut selanjutnya disesuaikan
dengan beban kerja yang diterima oleh pekerja, selanjutnya dilakukan
pengaturan waktu kerja-waktu istirahat yang tepat sehingga pekerja
tetap bekerja dengan aman dan sehat.
40
4) Pengendalian Lingkungan Kerja Panas
Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas
terhadaptenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-
sumber panas lingkungan dan aktifitas kerja yang dilakukan. Secara
singkat teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di
perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi
b) Mengurangi beban kerja yang menghasilkan panas
- Menurunkan temperature udara dari proses kerja yang
dihasilkan panas
- Relokasi proses kerja yang dihasilkan panas
- Penggunaan temeng panas dan alat pelindung yang dapat
memantulkan panas
c) Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan
melalui ventilasi pengeceran (dilution cooling).
d) Mengingatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara
melalui ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas
pendinginan evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det.
e) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara :
- Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari
- Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja
untuk pemulihan
- Mengatur waktu kerja-istirahat secara te[at berdasarkan beban
kerja dan nilai ISBB.
Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa kondisi yang harus
dipertimbangkan dalam setiap desain atau redesain system ventilasi
adalah adanya sirkulasi udara pada tempat kerja yng baik, sehingga
terjadi pergantian udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar
secara terus menerus.
41
b) Kebisingan di Tempat Kerja
Pengertian kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang
bersifat menggangu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya
dengar seorang yang terpapar. Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh
indera pendengar akibat adanya rangsangan getaran yang dating melalui
media yang berasal dari benda yang bergetar. Frekuensi dimyatakan
dalam jumlah getaran perdetik atau herz (Hz) yaitu jumlah getaran yang
sampai ke telinga setiap detiknya.
1) Sumber Kebisingan dan Cara Penilaianya
Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin
untuk proses produksi dan alat-alat lain yag dipakai untuk melakukan
pekerjaan. Contoh sumber-sumber kebisingan dari dalam ruangan
maupun di luar kebisingan, seperti:
a) Generator,mesin diesel untuk pembangkit listrik
b) Mesin-mesin produksi
c) Mesin pemotong, gergaji, serut diperusaahan kayu
d) Ketel uap atau boiler untuk pemanas air
e) Alat-alat lain menimbulkan suara dan getaran seperti alat
pertukangan
f) Kendaraan bermotor dari lalulintas dll
Sumber-sumber suara tersebut harus selalu diidentifikasikan dan
dinilai kehadiran agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya
mecegah dan mengendalikan pengaruh pemaparan kebisingan
terhadap pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat
intensitas kebisingan di perusaan secara umum dimaksudkan untuk
bebrapa tujuan yaitu :
a) Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara
b) Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara
(pekerja dan mesyarakat sekitar perusaan).
c) Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada
dan merancangkan langkah pengendalian lain yang lebih efektif.
42
d) Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara
maupun pada penerima suara sampai batas diperkenaankan.
e) Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat
sesuai jenis kebisingannya.
2) Jenis pengukuran pada sumber suara
Pengukuran ini dapat dilakukan alat “Sound Level Meter”. Alat
tersebut dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40-130 pada
frekuaensi antara 20-20.000 Hz. Sebelum dilakukan pengukuran harus
dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya.
3) Jenis pengukuran pada penerima suara
Penukuran ini dimaksudkan utuk mengetahui berapa rerata intensitas
suara yang diterima oleh pekerja selama jam kerja. Hal ini dedasarkan
pengalaman bahwa tidak seluruh waktu kerja, pekerja bekerja pada
tempat sang sama malainkan sering berpindah-pindah tempat.
Sehingga pekerja juga tidk menerima suara dari satu sumber suara
yang tinggi. Demikian jeis pengukuran ini lebih dimaksudkan untuk
mengurangi pengaruh pemaparan kebisingan orang per orang.
Setelah intensitas dinilai dan di analisis, selanjutnya hasil yang
diperoleh harus dibandingkan dengan standar yang diterapkan dengan
tujuan untuk mengetahuiapakah intensitas kebisingan yang diterima
oleh tenaga kerja sudah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang
yang di perkenankan atau belum.
4) Pengaruh Kebisingan
Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dapat
dikategorikan menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya
intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertma,
pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (diatas NAB) Dan
kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah
(dibawah NAB).
43
a) Pengaruh Kebisingan Intensitas tinggi
1) Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (diatas NAB)
adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang
dapat menyebabkan penrunan daya dengar baik yang bersifat
sementara maupun sifat permanen atau ketulian.
2) Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingan
terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.
3) Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya
tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung
meningkat, gangguan pencernaan.
4) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses
produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya
protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan dll.
b) Pengaruh kebisingan intensitas rendah
Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB
banyak ditemukan di lungkungan kerja seperti perkantoran, ruang
administrasi perusahaan dll. Secara spesifik stress karena
kebisingan tersebut dangan menyebabkan antara lain :
1) Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan
tidur
2) Gangguan reaksi psikomotor
3) Kehilangan konsentrasi
4) Gangguan komunikasai antara lawan biacara
5) Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan
bermuara pada kehilangan efesiensi dan produktifitas kerja.
c) Rencana dan Langkah Pengendalian Kebisingan Di Tempat Kerja
Langkah menejemen resiko kebisingan tersebut adalah :
1) Mengidentifikasikan sumber-sumber kebisingan yang ada
ditempat kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit atau
cedera akibat kerja.
44
2) Meniali resiko kbisingan yang berakibat serius terhadap
penyakit dan cedera akibat kerja.
3) Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk
mengendalikan atau meminimalisasi resiko kebisingan.
Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah selanjutnya
adalah melaksanakanlangkah pengendalian kebisingan dengan dua
arah pendekatan yaitu pendekatan jangka pendek dan pendekatan
jangka panjang dari hirarki pengendalian. Sedangkan utuk orientasi
jangka pendek adalah sebaiknya secara berurutan.
d) Eliminasi sumber kebisingan
1) Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan
tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat
diminimalkan.
2) Pada tahap tender mesin-mesin yang dipakai, harus
mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang
dikeluarkan dari mesin baru.
3) Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, kontruksi
bangunan harus dapat merendam kebisingan serendah munkin
dll.
e) Pengendalian kebisingan secara teknik
1) pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan
kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan mesin
atau mengisolasi sehingga terpisah dengan pekerja.
2) Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan,
apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan,
maka teknik berikutnya adalah dengan member pembatas atau
sekat antara mesin dan pekerja.
f) Pengendalian kebisingan secara administrative
apabila teknik pengendalian secara teknik belum memungkinkan
untuk diklakukan, maka langkah selanjutnya adlah merancangkan
teknik pengendalian secara administratif.
45
g) Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja
Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh teknik
pengedalian diatas (eliminasi, pengendalian teknik dan
administrasi) belum memungkinkan untuk dilaksanakan. Jenis
pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung
telinga.
3. Penerangan Di Tempat Kerja
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkunkan
tenaga kerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat
dan tampa upaya-upaya yang tidak perlu. Penerangan yang cukup dan
diatur secara baik juga akan membantu menciptakan lingkungan kerja
yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat dapat mejaga kegairahan
kerja.
Tenaga kerja disamping harus juga dengan jelas dapat melihat objek-
objek yang sedang dikerjakan juga harus dapat melihat dengan jelas pula
benda/alat dan tempat disekitarnya yang mungkin mengakibatkan
kecelakaan. Maka penerangan umum harus memadai.
1) Pengaruh penerangan di tempat kerja
Secara umum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan
menjadi dua yaitu penerangan buatan (penerangan artificial) dan
penerangan alamiah. Untuk mengurangi pemborosan energy
disarankan untuk menggunakan penerangan alamiyah, akan tetapi
setiap tempat kerja harus pula disediakan penerangan buatan yang
memadai.
Menurut Grandjean (1993) penerangannya yang tidak didesain
dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan
selama kerja. Pengaruh dari penerangan yang kurang memenuhi syarat
akan mengakibatkan :
a) Kelelahan mata sehingga berkurangnya efesiensi kerja
b) Kelelahan mental
c) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata
46
d) Kerusakan indra mata dll
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara
kepada penurunan performasi kerja, termasuk :
a) Kehilangan produktifitas
b) Kualitas kerja rendah
c) Banyak terjadi kesalahan
d) Kecelakaan kerja meningkat
2) System Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja
Dalam mempertimbangkan aplikasi penerangan di tempat kerja
secara umum dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :
a) Desain tempat kerja untuk mengindari problem penerangan
Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu
dipertimbangkan pada waktu mendesain bangunan, pemasangan
mesin-mesin, alat dan sarana kerja.
b) Identifikasi dan Penilaian problem dan kesulitan peneragan
Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan
lebih baik, faktor-faktor yang harus diperhitungkan adalah: sumber
penerangan, pekerja dalam melakukan pekerjaannya, jenis
pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan.
c) Pengembangan dan Evakuasi pengendalian resiko akibat
penerangan
Dibawah ini akan diberikan secara garis besar langkah-langkah
pengendalian masalah penerangan ditempat kerja, yaitu :
1) Modifikasi system penerangan yang sudah ada seperti :
- Menaikan atau menurunkan letak lampu didasarkan pada
objek kerja
- Merubah posisi lampu
- Menambah atau mengurangi jumlah lampu
- Mengganti dutung lampu, dll
47
2) Modifikasi pekerjaan sperti :
- Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, sehingga objek
dapat dilihat dengan jelas
- Merubah posisi kerja untuk menghindari baying-bayang,
pantulan, sumber kesilauan dan kerusakan penglihatan
- Modifikasi objek kerja sehingga dapat dilihat dengan jelas.
Sebagai contoh: memperbesar ukuran huruf dan angka pada
tombol-tombol peralatan kerja mesin.
1) Pemeliharaan dan pembersihan lampu
2) Penyedian penerangan local
3) Penggunaan korden dan perawatan jendela, dll
Sebagai tambahan pertimbangan dalam upaya mengatasi
masalah penerangan di tempat kerja, Sanders & McCormick (1987)
dan Grandjean (1993) memberikan pedoman untuk desain system
penerangan yang tepat di tepat kerja dengan cara sebagai berikut :
a) Menghidnari penempatan arah cahaya langsung dalam
lapangan penglihatan tenaga kerja
b) Menghindari penggunaan cat yang mengkilat pada mesin
atau meja
c) Menggunakan cahaya difusi untk menyediakan atmosfer
pekerjaan terbaik, dll
3) Penggunaan warna di tempat kerja
Warna yang kita lihat muncul karena struktur molekul permukaan
objek memantulkan hanya pada bagian cahaya yang jatuh padanya.
Beberapa warna yang biasa digunakan sebagai kode keselamatan kerja
adalah sebagai berikut :
a) Merah, untuk tanda bahaya; halte, tempat terlarang, dll. Merah juga
sebagai tanda peringatan untuk kebakaran; alat pemadam api dan
alat-alat lainya.
48
b) Kuning, biasanya kontras dengan hitam, bahaya tubrukan, look out,
bahaya terpeleset. Kuning dan hitam banyak digunakan sebagai
peringatan di transportasi.
4) Standar Penerangan di Tempat Kerja
Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja
ditentukan dari jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin
tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka semakin besar kebutuhan
intensitas penerangan yang diperlukan, demikian pula sebaiknya.
Secara ringkas intensitas penerangan yang dimaksud dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a) Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan
harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20luks
b) Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan barang
kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerapan
50luks
c) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-
barang kecil secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai intensitas
penerangan 100luks, dll
Dari uraian singkat tentang lingkungan kerja fisik tersebut dapat
dipertegas bahwa dengan pengendalian faktor-faktor yang berbahaya di
lingkungan kerja, diharapkan akan tercipta lingkungan kerja yang sehat,
aman nyaman dan produktif bagi tenaga kerja. Hal tersebut akan
dilaksanakan dengan adanya kebijaksanaan menejeman dan komitmen
dari pihak pengurus untuk selalu memperhatikan penanganan
lingkungan yang berkesinambungan dan kerja sebagai pengguna
fasilitas, dimana masing-masing pihak menyadari tugasnya dalam
rangka menciptakan tempat kerja yang aman dan nyaman.
49
4. Konsep Lingkungan Kerja
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar perusahaan,
tetapi mempunyai pengaruh atas pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan. Pada umumnya lingkungan tidak dapat dikuasai oleh
perusahaan sehingga perusahaan harus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Dalam pengertian lain juga disebutkan bahwa Lingkungan adalah
segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang. Pengertian lain juga menyebutkan lingkungan
adalah segala hal yang terkait dengan operasional perusahaan dan
bagaimana kegiatan operasional tersebut dapat berjalan.Lingkungan kerja
yang baik akan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan hal ini
dapat dilihat dari peningkatan teknologi dan cara produksi, sarana dan
peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja
serta suasana lingkungan kerja itu sendiri.
Lingkungan perusahaan adalah berbagai hal atau berbagai pihak yang
terkait langsung dengan kegiatan sehari hari organisasi, dan mempengaruhi
langsung terhadap setiap program, kebijakan, hingga denyut nadinya
perusahaan.Lingkungan perusahaan banyak sekali sehingga sulit disebutkan
satu persatu, adapun salah satu yang termasuk dalam lingkungan perusahaan
adalah perundang-undangan beserta peraturan lainnya, sistem birokrasi, dan
sistem nilai masyarakat.
Syarat-syarat untuk dapat bekerja dengan perasaan tentram, aman dan
nyaman mengandung dua faktor utama yaitu faktor fisik dan non fisik.
Menurut Slamet Saksono berpendapat bahwa: “Segala sesuatu yang yang
menyangkut faktor fisik yang menjadi menjadi kewajiban serta tanggung
jawab perusahaan adalah tata ruangan kerja. Tata ruangan kerja yang baik
adalah yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan
keselamatan bagi karyawan.Barang-barang yang diperlukan dalam ruang
kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan
gangguan yang ditimbulkan terhadap karyawan” (Saksono, 1998:105).
50
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam undang-undang Nomeor 4 tahun 1992 tentang perumhan dan
pemukiman, Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi linfgkungan
sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang
kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.
Sedangkan pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaa bebas
penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Berdasarkan Pengertian Sanitasi Sanitasi menurut WHO (World Health
Organisation) adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan
fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama pada hal-hal yang
mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan
hidup. Tempat-tempat Umum adalah tempat berkumpulnya orang banyak atau
masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, yang berarti akan meningkatkan
juga hubungan atau kontak antara orang yang satu dengan yang lain, baik
hubungan antara pengusaha atau karyawan dengan pengunjung maupun antara
pengunjung dengan pengunjung.
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal
2; Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut. Sedangkan pada pasal 2 ayat (1), tertulis “Yang diatur
51
oleh Undang undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja
baik di darat, didalam tanah, dipermukaan air maupun diudara yang berada
didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia”.
B. Saran
Dari hasil observasi perbandingan rumah sehat dan rumah saya maka saran
yang kami yaitu agar penghuni terhindar dari penyakit dan merasa nyaman
dalam rumah sebaiknya harus memenuhi syarat rumah sehat mulai dari
komponen rumah, kulitas udara, sarana sanitasi sampai perilkau peghuni itu
harus diperhatikan supaya dapat terhindar dari penyakit.
52
DAFTAR PUSTAKA
American Conference of Govermental Industrial Hygienists (ACGIH), 1995.
Tbresh old Limits Values and Biological Exposure Indices. Cincinnati. USA
Armstrong, R.1992. Lighting at Work. Occupational Health & safety Authority.
Melburne. Australia: 4-11
Depkes RI – Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Grantham, D.1992. occupational Health & Safety. Guidebook for the WHSO.
Merino Lithographics Moorooka Queensland. Australia
Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan
Perumahan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, No. 51:1999. Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja. Jakarta
Liliweri, Alo. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka.
Pelajar.
Manuaba, A.1992. pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Dalam: Seminar
Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta
Peraturan Mentari Perburuan (PMP) No.1964. syarat kesehatan, kebersihan Serta
Penerangan Dalam Tempat Kerja. jakarta
Stoner, James A.F., 1996, Manajemen, Erlangga, Jakarta
UU RI No.4 Tahun 1992 ttg Perumahan dan Pemukiman.
UU RI No.4 Tahun 1992 ttg Perumahan dan Pemukiman.
53
Formulir Penilaian Praktik Mandiri Kesehatan Lingkungan
No.
Aspek yang Dinilai
Bobot
Nilai
YA
TIDAK
1. Praktik Pengukuran Kondisi Fisik Rumah 40
2. Praktik Pengukuran Kondisi Fisik Tempat
Kerja Perkantoran
30
3. Praktik Pengukuran Kondisi Fisik Tempat-
tempat Umum
30
Jumlah 100