MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

58
MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DAN PERKOTAAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2018/2019

Transcript of MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

Page 1: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

MODUL PRAKTIKUM

KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DAN

PERKOTAAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KALIMANTAN TIMUR

2018/2019

Page 2: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

ii

VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN

MASYARAKAT

A. VISI

“Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang

islami berbasis teknologi informasi yang unggul di bidang pemberdayaan

masyarakat dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial dan

lingkungan”

B. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan masyarakat yang islami

berbasis teknologi informasi yang peka terhadap kesehatan di

masyarakat.

2. Mengembangkan riset dibidang kesehatan masyarakat untuk

berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan.

3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat

dalam bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk

menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan

dan lingkungan.

4. Mengembangkan kerjasama dibidang kesehatan masyarakat dengan

berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar

negeri.

C. TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan masyarakat yang berkarakter,

berwawasan dan berkemajuan yang berpijak pada nilai – nilai

keislaman dan mampu memanfaatkan teknologi informasi yang

berkontribusi terhadap pembangunan dan menjadi solusi masalah

sosial dan lingkungan.

Page 3: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

iii

2. Menghasilkan produk penelitian IPTEKS kesehatan masyarakat yang

berbasis teknologi informasi dan ramah lingkungan.

3. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk

menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan

dan lingkungan.

4. Menghasilkan kerjasama dalam bidang Catur Dharma Perguruan

Tinggi yang produktif dan saling menguntungkan baik dalam dan luar

negeri

D. SASARAN

1. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan

2. Pengembangan SDM dosen dan tenaga kependidikan

3. Pengembangan wahana pendidikan

4. Pengembangan program studi baru

5. Peningkatan penelitian dan publikasi ilmiah

6. Optimalisasi pengabdian masyarakat yang diprioritaskan pada upaya

mengatasi masalah sosial, pengangguran dan lingkungan

7. Peningkatan kerjasama nasional maupun internasional

Page 4: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Modul pembelajaran tentang kesehatan lingkungan ini dengan baik

dan lancar. Dalam penyusunannya, penulis ucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dorongan dan support kepada penulis untuk

menyelesaikan Modul ini. Untuk itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

2. Dekan Fakultas llmu Kesehatan Dan Farmasi

3. Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

4. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Namun disamping itu menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan

modul ini, oleh karena itu praktikan mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar modul ini dapat lebih baik lagi.

Samarinda, Agustus 2019

Penyusun

Page 5: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

VISI, MISI DAN TUJUAN PRODI ............................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

A. Kondisi Fisik Rumah .......................................................................... 4

B. Kondisi Fisik Tempat-tempat Umum .................................................. 12

C. Kondisi Fisik Tempat Kerja Perkantoran ............................................. 36

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 50

A. Kesimpulan ......................................................................................... 50

B. Saran .................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52

FORMULIR PENILAIAN ............................................................................ 53

Page 6: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal

yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah,

tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga,

serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu,

rumah juga merupakan status lambang sosial. (Azwar, 1996; Mukono, 2000).

Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat

kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak

lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air

bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan

sosial. (Krieger and Higgins, 2002).

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area

sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan

keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur

fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna

untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi

kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan

Lingkungan, 2001).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan

tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga

yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga

seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu,

keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar

fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Page 7: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

2

Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan

lingkungan apabila memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi

kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar

pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi

persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.

Penyelenggaraan sarana dan bagunan umum berada di luar kewenangan

Departemen Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut harus

memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan

otonomi daerah telah diterbitkan beberapa keputusan Menteri Kesehatan

tentang persyaratan kesehatan lingkungan pada sarana dan bangunan umum,

antara lain hotel, rumah sakit, perumahan dan lingkungn kerja, agar sarana dan

bangunan umum tersebut memenuhi persyaratan Kesehatan. Penyelenggaraan

kesehatan lingkungan pada sarana dan bangunan umum merupakan

pengelolaan faktor risiko lingkungan sebagai tindak lanjut hasil surveilans

epidemiologi. Untuk itu diperlukan pedoman penyehatan sarana dan bangunan

umum yang merupakan arah dan penjabaran teknis dari penyelenggaraan

kesehatan lingkungan dan merupakan bagian tak terpisahkan dengan

keputuskeputusan Menteri Kesehatan tentang persyaratan kesehatan

lingkungan yang sudah ada. Pedoman ini merupakan acuan bagi daerah, dan

dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi Setempat.

Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan

kerja seperti; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis.

Semua faktor tersebut akan menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan

berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. bahwa lingkungan

kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara

optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani dan di

desain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk

melaksanakan kegiatan dalam suasana yang nyaman dan aman (Manuaba, 1992

dalam Tarwaka, dkk, 2004).

Page 8: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

3

Penilaian faktor fisik lingkungan kerja di tempat kerja telah diatur dalam

Kepmenaker No. Kep-51/ME N/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika di Tempat Kerja. Peraturan ini dibuat untuk melindungi tenaga kerja dari

berbagai macam resiko yang kemungkinan dapat menyebabkan penyakit akibat

kerja.

B. Tujuan

Tujuan penulisan Modul ini adalah :

1. Mahasiswa mengetahui cara mengukur kondisi fisik rumah sehat.

2. Mahasiswa mengetahui cara mengukur kondisi fisik tempat-tempat umum.

3. Mahasiswa mengetahui cara mengukur kondisi fisik tempat kerja

perkantoran.

Page 9: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Fisik Rumah

1. Pengertian Rumah Sehat

Dalam undang-undang Nomeor 4 tahun 1992 tentang perumhan dan

pemukiman, pemukima. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi linfgkungan

sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang

kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.

Sedangkan pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang

sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaa

bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).

Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan

oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha

kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap

struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal

berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga

merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi

kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung

penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009).

Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk

beristirahat, sehingga dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik

fisik, rohani, maupun sosial (Peraturan Mentri Kesehatan RI No.

1077/Menkes/Per/V/2011 tentang pedoman Penyehatan Udara dalam

Ruang).

Page 10: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

5

Jadi rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani

dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan

dari pengaruh alam luar. Kebutuhan jasmani misalnya terpenuhi kebutuhan

jasmani sperti membaca, menulis, istirahat dan lain-lain. Kebutuhan rohani

misalnya , perlindungan terhadap penyakit, cuaca, angin dan sebaginnya.

Rumah sehat secara sederhana adalah rumah yang memiliki ruangan

terpisah untuk keperluan hidup sehari-hari dengan ukuran yang memadai,

antara lain kamar tidur, ruang makan keluarga, dapur, kamar mandi, jamban

atau WC dan tempat cuci pakaian.

2. Fungsi Rumah Bagi Manusia

Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007)

yang dikutip dari Azwar adalah :

a) Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat

melasanakan kewajiban sehari-hari.

b) Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa

kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.

c) Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang

mengancam.

d) Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga

saat ini.

e) Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang

berharga yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat

pedesaan.

3. Syarat-Syarat Rumah yang Sehat

Perumahan harus menjamin kesehatan penghuninya. Unutk

menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa

aspek yang sangat berpengaruh, antara lain :

a) Sirkulasi udara baik

b) Penerangan cukup

c) Air bersih terpenuhi

Page 11: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

6

d) Pembuangan limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan

pencemaran

e) Bagian-bagian ruang seperti lantai dinding tidak lembab serta tidak

terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara

kotor

Persyaratan lain untuk Perumahan yang Sehat adalah Sebagai Berikut :

a) Persyaratan letak rumah

Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuninya dari

bahaya timbulnya penyakit menular, kecelakaan, dan kemungkinan

gangguan-gangguan lainnya. Persyaratan letak rumah merupakan

persyaratan pertama dari sebuah rumah sehat. Berikut ini adalah

pertimbangan memilih letak rumah :

1) Permukaan tanah dan lapisan bawah tanah (soil dan subsoil), tanah

rendah yang sering digenangi banjir sudah jelas tidak baik menjadi

tempat perumahan yang permanen. Tanah berbatu karang biasanya

lembap dan dingin, karena air pada waktu hujan tidak bisa meresap ke

dalam tanah. Akan tetapi, dengan konstruksi yang baik (lantai yang

kedap air) rumah dengan kondisi tersebut bisa digunakan tanpa ada

gangguan. Apalagi bila dilengkapi dengan drainase yang baik.

2) Hadap rumah (dalam hubungannya dengan matahari, arah angin, dan

lapangan terbuka). Di belahan bumi sebelah utara misalnya, kamar-

kamar yang terletak di sebelah utara akan menerima sinar matahari

lebih sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya dapur dan ruang tempat

menyimpan makanan terletak di bagian utara rumah.

b) Persyaratan fisik

Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi

rumah harus baik dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkina

terjadinya kelembaban dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan.

Persyaratan fisik menyangkut konstruksi rumah. Berdasarkan

pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap orang merasa perlu untuk

membuat fondasi yang kokoh supaya konstruksinya kuat. Tipe fondasi

Page 12: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

7

bermacam-macam bergantung pada berat dari rumah atau gedung yang

akan dibangun dan keadaan bawah tanah (subsoil). Subsoil yang berbatu-

batu atau kerikil akan dapat menahan beban yang berat,

tetapi subsoil yang terdiri atas tanah liat, kekuatan menahan bebannya

tidak tetap. Kekuatannya bisa bertambah dan bisa pula menurun,

bergantung pada keadaan peresapan airnya yang juga berubah-ubah

mengikuti perubahan keadaan musim.

c) Persyaratan fisiologis

1) Ventilasi

Ventilasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, rumah

sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk

ke dalam rumah secara bebas, sehingga asap dan udara kotor dapat

hilang secara tepat. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan pintu

dan jendela dalam posisi yang tepat, sehingga udara dapat masuk ke

dalam kamar-kamar dan ruangan-ruangan lain di dalam rumah. Fungsi

ventilasi adalah:

a) Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar;

b) Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama

bakteri pathogen karena aliran udara yang terus-menerus;

c) Menjaga ruangan agar kelembaban dapat terjaga secara optimal.

Ada dua macan ventilasi, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi

buatan. Aliran udara dalam ruangan pada ventilasi alamiah terjadi

secara alami melalui jendela, pintu, lubang-lubang, dinding, angin-

angin, dan sebagainya. Sedangkan pada ventilasi buatan aliran udar

terjadi karena adanya alat-alat khusus untuk mengalirkan udara seperti

mesin pengisap (AC) dan kipas angin.

2) Pencahayaan

Sebuah rumah dapat dikatakan sebagai rumah yang sehat apabila

memiliki pencahayaan yang cukup. Hal ini dikarenakan cahaya

mempunyai sifat dapat membunuh bakteri atau kuman yang masuk ke

dalam rumah. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan

Page 13: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

8

adalah tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya pencahayaan akan

menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan, sekaligus

produktivitas seseorang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat mempengaruhi

kesehatan orang-orang yang ada di dalamnya. Ada dua macam

cahaya, yaitu cahaya alamiah dan cahaya buatan. Cahaya alamiah

merupakan cahaya langsung berasal dari sumber cahaya matahari.

Cahaya ini sangat penting sebab bermanfaat selain untuk penerangan

secara alami, tidak perlu mengeluarkan biaya, dan berfungsi

membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil

TBC. Idealnya, cahaya masuk luasnya sekurang-kurangnya adalah 15-

20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Cahaya

buatan merupakan cahaya yang bersumber dari listrik, lampu, api,

lampu minyak tanah, dan sebagainya.

3) Kebisingan

Saat ini pengaruh kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap

orang. Hal ini dikarenakan kebisingan dapat mengganggu konsentrasi

dan kenyamanan seseorang. Apalagi kalau datangnya tiba-tiba seperti

letusan yang sangat mengganggu kehidupan. Orang yang memiliki

penyakit jantung dapat meninggal seketika karena adanya letusan

tersebut. Rumah sehat adalah sebuah rumah yang bisa terhindar dari

kebisingan/letaknya jauh dari sumber kebisingan

d) Persyaratan psikologis

Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik,

penataan perabot yang rapi, tidak over crowding, dan sebagainya. Over

crowding menimbulkan efek-efek negative terhadap kesehatan fisik,

mental, maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah

yang padat penghuninya cepat terjadi. Selain itu, di daerah yang seperti

ini, kesibukan dan kebisingan akan meningkat, yang akan menimbulkan

gangguan terhadap ketenangan, baik individu, keluarga, maupun

keseluruhan masyarakat di sekitarnya. Ketenangan dan kerahasiaan

Page 14: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

9

setiap individu tidak akan terjamin dan akan mengakibatkan akses-akses

menurunnya moral. Undang-undang perumahan di beberapa Negara maju

member wewenang kepada pemerintah untuk menanggulangi masalah

seperti ini. Rumah tempat tinggal dinyatakan over crowding bila jumlah

orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1) Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10

tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu

kamar.

2) Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah

melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Standart Rumah Sehat

Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut: bebas dari kelembapan; mudah

diadakan perbaikan; mempunyai cukup akomodasi dan fasilitas untuk

mencuci, mandi dan buang kotoran; serta mempunyai fasilitas yang cukup

untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan. Pada tahun 1946 di

Inggris ada sebuah Sub Committee on Standards of Fitness for

Habitation yang membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni,

antara lain sebagai berikut:

a) Dalam segala hal harus kering.

b) Dalam keadaan rumah diperbaiki.

c) Tiap kamar mempunyai lampu dan lubang ventilasi.

d) Mempunyai persediaan air yang cukup untuk segala keperluan rumah

tangga.

e) Mempunyai kamar mandi.

f) Mempunyai tempat/kamar cuci, dengan pembuangan air limbah yang

baik.

g) Mempunyai system drainase yang baik.

h) Mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan (di dalam atau di

luar).

i) Cukup fasilitas untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan.

Page 15: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

10

j) Tempat menyimpan makanan harus mempunyai ventilasi yang baik.

k) Jalan masuk ke rumah yang baik.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Perumahan

Di dalam program kesehatan lingkungan, suatu pemukiman/perumahan

sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi, social, tradisi/kebiasaan,

suku, geografi dan kondisi lokal. Selain itu lingkungan

perumahan/pemukiman dipengaruhi beberapa faktor yang dapat

menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut, antara lain fasilitas

pelayanan, perlengkapan, peralatan yang menunjang terselenggaranya

kesehatan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan social bagi individu dan

keluarganya

Ada perbedaan corak, bentuk atau keadaan perumahan antara satu

masyarakat dengan masyarakat lainnya, umumnya dipengaruhi oleh

berbagai faktor, yakni :

1) Kebijakan pemerntah tentang perumahan yang menyangkut tata guna

tanah, program perumahan yang dimiliki dan lain sebagainya.

2) Status social ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan

masyarakat, tersedianya bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan

masyarakat dan atau dibeli dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa suatu

masyarakat yang lebih makmur, secara relaive akan mempunyai

perumahan yang lebih baik, dibandingkan dengan masyarakat yang

miskin.

3) Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berbeda, baik lingkungan fisik,

biologis ataupun social. Suatu daerah dengan lingkungan fisik berupa

pegunungan, tentu saja perumahannya berbeda dengan perumahan di

daerah pantai, demikian pula perumahan di daerah beriklim panas,

berbeda dengan perumahan di daerah beriklim dingin. Semuanya ada

perbedaan antara stu dengan yang lainnya.

Page 16: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

11

4) Kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi pembangunan.

Unutk ini telah sama bahwa masyarakat yang telah maju teknologinya,

mampu membangun perumahan yang lebih kompleks dibandingkan

dengan masyarakat yang masih sederhana.

5) Kebudayaan, diindonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan

beraneka ragam kebudayaan, sehingga corak dan model rumah di daerah

sesuai dengan kkebudayaan dan adat istiadatnya.

6. Hubungan Rumah Dengan Kesehatan

Perumahan yang memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu

usaha untuk memperbaiki kesehatan. Di Indonesia terutama di pedesaan,

soal perumahan masih belum memenuhi syarat syarat perumahan

sehat. Tetapi di kota-kota besar hal ini sudah mengalami kemajuan yang

cukup menggembirakan, walaupun di berbagai tempt Masih ada rumah yang

sama skali tidak memenuhi syarat kesehatan.

Pada umumnya di kota-kota besar terdapat masalah-masalah perumahan

yang sulit dipecahkan :

a) Kepadatan Penghuni (overcrowding)

Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang berkembang lebih

pesat, dari pada jumlah rumah sehinga kebanyakan orang atau keluarga

terpaksa harus tinggal sama-sama dalam satu rumah.

b) Perumahan Liar (Wild Occupancy)

Adanya rumah-rumah liar ini menimbulkan aspek merugikan, baik dari

segi keindahan kota, maupun dari segi timbulnya penyakit menular,

sebab pada umumnya rumah-rumah liar ini dibuat sembarangan saja,

tidak mempunyai kakus, dapur khusus, kamar mandi, serta pembuangan

air kotor dan pembuangan sampahnya tidak teratur. Hal inilah yang

menyebabkan daerah pemukiman liar sebagai sumber penyakit. Jelaslah

bahwa perumahan ada hubungannya dengan kesehatan.

Page 17: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

12

B. Kondisi Fisik Tempat-Tempat Umum

1. Pengertian Tempat Kerja

Berdasarkan Pengertian Sanitasi Sanitasi menurut WHO (World Health

Organisation) adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor

lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama pada hal-hal

yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan

kelangsungan hidup. Tempat-tempat Umum adalah tempat berkumpulnya

orang banyak atau masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, yang

berarti akan meningkatkan juga hubungan atau kontak antara orang yang

satu dengan yang lain, baik hubungan antara pengusaha atau karyawan

dengan pengunjung maupun antara pengunjung dengan pengunjung. Ada 4

kriteria tempat-tempat umum, yaitu :

a) Harus ada tempat yang permanen

b) Harus ada aktifitas

c) Harus ada fasilitas

d) Diperuntukan bagi masyarakat umum

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga

munculnya penyakit dapat dihindari. Sehingga dapat dikatakan bahwa

sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan untuk

mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh

faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat

optimal (Depkes RI, 2002).

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya

penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan

lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat

umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang

bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan

penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2007).

Page 18: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

13

Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat

bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang

dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat

menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan,

minuman, udara dan air. Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum

harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara,

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2005).

Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana

umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul

mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus,

(Suparlan 1977).

Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :

a) Diperuntukkan masyarakat umum.

b) Mempunyai bangunan tetap/ permanen.

c) Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha.

d) Pada tempat tersebut tersedia fasilitas

e) Fasilitas kerja pengelola.

f) Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/

Urinoir, kamar mandi, pembuangan limbah.

Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi

dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat

hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk

mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat

berupa :

a) Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor

manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.

b) Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian

dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari

tempat-tempat umum.

Page 19: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

14

2. Tujuan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

a) Tujuan di lakukan nya sanitasi di tempat-tempat umum adalah sangat

berguna untuk:

1) Untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.

2) Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam

menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat – tempat

umum.

b) Secara spesifik ruang lingkup sanitasi tempat – tempat umum di antara

nya adalah:

1) Penyedian air minum (water supply)

2) Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastes

disposal meliputi sawage, refuse,excreta)

3) Hyigiene dan sanitasi makanan (food hygiene and sanitation)

4) Perumahan dan kontruksi bangunan (housing and contruction)

5) Pengawasan fektor (vector control)

6) Pengawasan pencemaran fisik (physical pollution)

7) Hygiene dan sanitasi industry (industrial hygiene and sanitation)

c) Adapun kegiatan yang mendasari sanitasi tempat – tempat umum yaitu:

1) Pemetaan (monitoring)

Pemetaan (monitoring) adalah meninjau atau memantau letak, jenis

dan jumlah tempat-tempat umum yang ada kemudian di salin kembali

atau di gambarkan dalam bentuk peta sehingga mempermudah dalam

menginspeksi tempat-tempat umum tersebut.

2) Inspeksi sanitasi

Inspeksi sanitasi adalah penilaian serta pengawasan terhadap

tempat-tempat umum dengan mencari informasi kepada pemilik,

penanggug jawab dengan mewawancarai dan melihat langsung

kondisi tempat-tempat umum untuk kemudian diberikan masukan jika

perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat hal-hal yang perlu

mendapat pembenahan.

Page 20: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

15

3) Penyuluhan

Penyuluhan terhadap masayarakat (edukasi) terutama untuk

menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya –

bahaya yang timbul datu TTU.

d) Aspek Penyelenggaraan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

1) Aspek teknis/hukum (Peraturan dan perundang-undangan sanitasi)

2) Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup,

adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan,

komunikasi, dll

3) Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan

pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man,

Money, Method, Material dan Machine

e) Hambatan Pelaksanaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

1) Pengusaha

1) Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab

per undang-undangn yang menyangkut usha STTU dan kaitannya

dengan usaha kesehtan masyarakat

2) Belum mengetahui / kesadaran mengenai pentingnya usaha STTU

untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit

3) Adanya sikap keberata dari pengusaha untuk memenuhi

persyaratan-persyaratan karena memerlukan biaya ekstra

4) Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya

peraturan/persyaratan dari STTU

2) Pemerintah

a) Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat

II dan kecamatan

b) Masih terbatasnya pengetahan petugas dalam melaksanakan

pengawasan

c) Masih minimnya dana yang dialokasikan untuk pengawasan STTU

d) Belum semua kecamatan/tingkat II memiliki saran transportasi

untuk melakukan kegiatan pengawasan

Page 21: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

16

3. Higine Sanitasi Tempat Umum

a) Higiene dan sanitasi hotel

Hotel dapat diartikan sebagai tempat menginap bagi umum yang

dikelola secara komersil, terdiri dari beberapa kamar dan menyediakan

juga makanan/minuman. Selain itu, kebersihan dan kesehatan hotel juga

sangat mempengaruhi minat para wisatawan. Karenanya, kebersihan ini

akan dapat membantu meningkatkan kepariwisataan di Indonesia. Di

Indonesia dikenal juga tempat yang sejenis dengan sebutan yang berbeda

tapi mempunyai fungsi yang sama hanya agak berbeda dalam fasilitas

dan pelayanaannya misalnya, Losmen, Penginapan, Wisma,dll.

Dalam industri kepariwisataan hotel merupakan sektor industri yang

bergerak dalam bidang jasa dan sangat berpengaruh terhadap

perkembangan kepariwisataan, dimana hotel dituntut dapat memberikan

kepuasan kepada tamu baik dari fasilitas yang disediakan dalam

memenuhi kebutuhan tamu. Oleh sebab itu, pihak hotel harus mampu

menciptakan suasana yang di butuhkan oleh tamu, salah satu caranya

meningkatkan Higiene dan Sanitasi pada semua department.

Higiene merupakan usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan

kegiatannya kepada usaha kesehatan individu, maupun usaha kesehatan

pribadi manusia. Sedangkan Sanitasi berarti usaha kesehatan preventif

yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan lingkungan

hidup manusia.

Penerapan Higiene dan Sanitasi perlu dilakukan diantaranya

penerapan Higiene Sanitasi Kitchen Department, peralatan dapur,

karyawaan dapur, serta penerapan Higiene Sanitasi makanan dan

minuman karena dapur adalah tempat mengolah suatu makanan, untuk

itu para juru masak yang bertugas harus benar-benar memperhatikan

segala sesuatu yang akan dikerjakan dan dihasilkan, sehingga segala

sesuatu yang dijual kepada tamu baik berupa makanan dan minuman

adalah hasil pilihan dan olahan yang baik.

Page 22: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

17

Jasa pelayanan hotel disamping mempunyai dampak positif sebagai

tempat istirahat yang baik dan kesenangan hidup juga dapat

menimbulkan dampak terhadap masalah kesehatan masyarakat misalnya,

para wisatawan juga dapat membawa penyakit yang belum ada didaerah

yang dikunjungi, misalnya penyakit AIDS. Oleh karena itu perlu sekali

dilakukan usaha desinfeksi semua peralatan bekas pakai, seperti tempat

tidur, kamar mandi, jamban, perlatan makan dan minum.

Hotel yang saniter akan sangat menunjang dalam memberikan

kepuasan kepada para pengunjung. Dalam hal ini sanitasi dapat

mempunyai peranan Phisik dan Psikologi.

1) Peranan Pisik

Sanitasi diharapkan dapat memberikan jaminan kebersihan umum

di luar atau di dalam bangunan hotel. Pengertian kebersihan disini

dalam arti luas yang meliputi : kebersihan air, makanan-minuman,

kuman – kuman dapur, WC, peralatan serta bebas dari ganguan

serangga dan binatang pengerat (Tikus).

2) Peranan Psikologis

Peranan sanitasi hotel disini adalah dapat menjamin rasa kepuasan

dari para tamu/pengunjung hotel tersebut maupun para

karyawan/pengelolaan hotel. Kepuasan tersebut dalam arti

memberikan rasa “relax”, comfort, security, safety dan Privacy.

Manfaat Sanitasi Hotel. Sanitasi hotel mempunyai manfaat yaitu :

1) Manfaat dari segi kesehatan

2) Menjamin lingkungan kerja yang saniter.

3) Melindungi tamu maupun karyawan hotel dari gangguan faktor

lingkungan yang merugikan kesehatan fisik maupun mental

4) Mencegah terjadinya penularan penyakit dan penyakit akibat kerja

5) Mencegah terjadinya kecelakaan.

6) Manfaat dari segi “Business Operational’ Hotel

7) Keadaan hotel yang saniter sangat berguna untuk “Sales Promotion”

yang secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah tamu.

Page 23: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

18

8) Meningkatkan nilai peringkat dari hotel tersebut.

Klasifikasi, Sasaran Sanitasi Hotel

Pada Umumnya sasaran sanitasi hotel menyangkut dua hal yaitu

sanitasi“Lodging” dan sanitasi “Catering”.

1) Sanitasi Lodging adalah pengawasan sanitasi yang menyangkut

urusan kerumahtanggaan (House Keeping) hotel, yang meliputi

bangunan dan fasilitasnya seperti halaman, sampah, pembuangan air

kotor, dll Ruang lingkup sanitasi “lodging” meliputi wilayah luar

bangunan hotel (external hotel area) yang terdiri dari : halaman,

tempat parkir, pertamanan, pembuangan sampah, pembuangan air

kotor. Wilayah di dalam hotel (Internal hotel area) yang tefrdiri dari :

sanitasi umum, sanitasi kamar, sanitasi toilet, sanitasi ornament

2) Sanitasi Catering dalam kegiatan hotel adalah segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan makanan yang diolah dan dihidangkan dalam

sebuah hotel. Kegiatan catering ini bisa berupa penyediaan makanan

dan minuman untuk keperluan hotel sendiri dan penyediaan makanan

untuk diluar hotel (Outside catering).Pada umumnya pengawasan ini

diperlukan untuk mencegah tersebarnya bermacam – macam penyakit

lewat makanan, hal ini dapat ditujukan pada keadaan bahan makanan,

dengan persyaratan : Sayur–mayur, buah–buahan harus segar dan

tidak busuk. Bahan makanan kaleng harus dicek kemungkingan ada

kebocoran.

– Bahan pembuat kue(tepung, pewarna) bebas dari serangga dan

disimpan dengan baik. Cara menyajikan :

a) Gunakan alat makanan yang bersih.

b) Meja makan dan lantai ruangb makan besih, terlihat tidak ada lalat.

c) Cukup pencahayaan alam /buatan.

d) Pengambilan makanan melalui jendela khusus dari tempat

penyimpanan makan masuk agar bebas lalat/serangga.

e) Dinding ruang berwarna terang.

Page 24: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

19

f) Pintu ruangan dapat menutup sendiri sebagian tertutup dengan

kawat kasa.

g) Karyawan catering harus mempunyai sertifikat kesehatan yang

masih berlaku.

h) Pakaian karyawan catering harus bersih dan ganti setiap dan ini

disediakan oleh pesusahaan/hotel dengan dilengkapi penuitup

kepala.

i) Harus ada WC dan urinoir tersendiri bagi karyawan catering dan

tidak berhubungan langsung pintunya dengan dapur.

j) Dianjurkan hotel menyediakan almari locker untuk menyimpan

pakaian atau peralatan pribadi dari setiap karyawan. Untuk

meyakinkan tamu hotel akan kebersihan dari fasilitas yang ada

dalam hotel seperti : Lap makan, kamar, bowl wc dan dapat

digunakan semacam segel sanitasi kertas.

b) Sanitasi Pusat Perbelanjaan

Pusat Perbelanjaan adalah suatu tempat dimana orang banyak/umum

datang untuk berbelanja, dimana beberapa bentuk kegiatan pasar dikelola

satu badan, seperti Departemen Store, Supermarket. Komponen

Persyaratan Pusat Perbelanjaan:

1) Persyaratan air bersih

2) Harus tersedia air bersih yang memenuhi syarat dan memenuhi

kebutuhan yang cukup

3) Sumber air harus dijaga dari pencemaran

4) Paling sedikit setiap 6 (enam ) bulan diambil sampel untuk

pemeriksaan dilaboratorium

5) Persyaratan pembuangan sampahDi setiap toko harus tersedia tempat

penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air dan dengan

jumlah yang cukup

6) Di setiap blok harus tersedia tempat pengumpulan sampah yang

tertutup kedap air dan mudah diangkut

Page 25: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

20

7) Pembuangan sampah harus setiap hari, sehingga tidak ada sampah

yang menumpuk

8) Persyaratan pembuangan kotoran manusia

9) Harus tersedia kakus yang memenuhi syarat, yaitu yang bertipe leher

angsa dengan jumlah untuk 60 orang dagang pria disediakan 1 buah

kakus dan untuk 40 orang dagang wanita 1 buah kakus.

10) Disediakan peturasan yang memenuhi syarat dengan jumlah untuk

60 orang pengunjung Pria disediakan 1 buah peturasan

11) Harus ada tanda yang jelas untuk membedakan antara kakus pria

dengan kakus wanita

12) Persyaratan pembuangan air limbah

13) Pembuangan air limbah harus melalui saluran yang tertutup

14) Pembuangan akhirnya, harus dibuang ke septick tank, atau ke

saluran pembuangan air kotor perkotaan

Tempat berjualan makanan.

1) Makanan dan minuman yang dijual harus selalu dalam keadaan bersih

& segar

2) Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup dan

dalam jumlah yang cukup

3) Karyawan harus memperhatikan kebersihan dan kesehatannyasetiap

saat

4) Kebersihan di sekitar tempat berjualan harus dijaga setiap hari

5) Air yang digunakan adalah yang memenuhi syarat baik kualitas dan

jumlahnya

6) Setiap jalan atau arus lalu lintas antar gang dan blok pencahayaannya

harus cukup Disyaratkan 10 f. C

7) Lantai harus selalu dalam keadaan bersih

8) Harus tersedia alat perlengkapan P3K

9) Harus tersedia alat pemadam kebakaran

Page 26: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

21

c) Kesehatan Lingkungan Terminal

1) Pentingnya kesehatan lingkungan pada terminal

Terminal merupakan tempat berkumpul manusia dari berbagai

tempat untuk datang dan pergi. Dengan itu maka terminal merupakan

tempat yang paling cocok untuk menyebarnya segala penyakit yang

dibawa oleh orang-orang yang keluar masuk disana maupun yang

berasal dari terminal itu sendiri. Terutama yang penyebarannya

melalui media udara, air, makanan, minuman maupun kontak manusia

satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, sanitasi di terminal harus

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga terminal dapat

melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan

masyarakat terutama masyarakat terminal itu sendiri. Mengingat

betapa pentingnya terminal dalam sistem transpotasi terutama

transportsi darat dan yang paling banyak dipakai atau sudah umum

dengan masyarakat, maka sanitasi maupun kebersihannya harus

diperhatikan.

2) Pengertian terminal

Terminal adalah tempat berkumpulnya manusia dari berbagai

tempat untuk datang dan pergi, untuk menunggu naik dan turun

kendaraan bus atau angkutan umum yang lainnya. Teminal merupakan

simpul dalam sistem jaringan perangkutan jalan yang terdiri atas

terminal penumpang dan terminal barang. Dalam pembangunannya

perlu dipertimbangkan antara lain : lokasi, tata ruang, kapasitas,

kepadatan lalu lintas dan keterpaduan dengan media angkutan

lainnya. ( H.J. Mukono)

3) Type Terminal

Terminal dipilah-pilah berdasarkan fungsi dan pelayanannya (PP

No. 43 tahun 1993) persyaratan type sebuah teminal yaitu :

a) Terminal Type A

1) Terletak di ibu kota propinsi, kabupaten, dalam jaringan trayek

antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara.

Page 27: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

22

2) Terletak antara dua terminal penumpang tipe A sekurang-

kurangnya 20 km di pulau Jawa, 30 km di pulau Sumatra dan 50

km di pulau lainnya.

3) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari

terminal sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di pulau Jawa

dan 50 meter dipulau lainnya.

b) Terminal Type B

1) Terletak di ibu kota kabupataen atau kota dalam jaringan trayek

antar kota dalam propinsi.

2) Terletak di jalan kolekter dengan kelas jalan sekurang-

kurangnya kelas III B.

3) Jarak antara dua terminal penumpang tipe B sekurang-

kurnagnya 15 km dipulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.

4) Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha untuk

terminal di pulau Jawa dan Sumatra dan 2ha di pulau lainnya.

5) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari

terminal sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa

dan 30 meter di pulau lainnya.

c) Terminal Type C

1) Terletak di dalam wilayah kabupaten dan dalam jaringan trayek

angkutan pedesaan.

2) Terletak dijalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling

tinggi III A.

3) Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.

4) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari

terminal. Sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di

sekitar terminal.

Terminal berdasar jumlah arus minimum kendaraan per satuan waktu.

Terminal tipe A : 50-100 kendaraan per jam.

Terminal tipe B : 25-50 kendaraan per jam

Terminal tipe C : < 25 kendaraan per jam.

Page 28: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

23

4) Fungsi Terminal

Terminal Penumpang

a) Type A : melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota

antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara.

b) Type B : melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota

dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan

c) Type C : melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

Terminal Barang : berfungsi sebagai temrpat bongkar dan atau muat

barang, serta perpindahan intra atau antar moda transportasi.

5) Fasilitas Terminal

Berdasarkan keputusan Menteri No. 31 tahun 1995 fasilitas

terminal penumpang harus dilengkapi dengan fasilitas utama dan

fasilitas penunjang yang terdiri atas :

a) Fasilitas Utama

1) Jalur pemberangkatan kendaraan umum.

2) Jalur kedatangan kendaraan umum.

3) Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu

keberangkatan termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat

beristirahat kendaraan umum. (tidak bersyaratkan bagi teminal

type C).

4) Bangunan kantor terminal.

5) Tempat tunggu penumpang dan pengantar.Menara pengawas

(tidak disyaratkan bagi terminal type C).

6) Loket penjualan karcis (tidak disyaratkan bagi terminal type C).

7) Rambu-rambu dan papan informasi yang sekurang-kurangnya

memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalan.

8) Pelataran parkir kendaraan pengantar /taksi (tidak disyaratkan

bagi terminal type C).

b) Fasilitas Penunjang

1) Kamar kecil

2) Mushola

Page 29: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

24

3) Kios/kantin

4) Ruang pengobatan

5) Ruang informasi dan pengaduan

6) Telepon umum

7) Tempat penitipan barang

8) Taman

d) Higenie Sanitasi Salon Kecantikan

Salon kecantikan merupakan sarana pelayanan umum untuk

pemeliharaan kecantikan khususnya memelihara dan merawat kesehatan

kulit dan rambut dengan menggunakan kosmetik secara manual,

preparatif, aparatif, dan dekoratif tanpa adanya tindakan operasi.

Jenis salon kecantikan yang ada dapat dibedakan :

Menurut jenis pelayanan yang diberikan pada salon kecantikan :

1) Salon kecantikan rambut

2) Salon kecantikan kulit

3) Salon kecantikan kombinasi rambut dan kulit

Menurut jenis dan bahan kosmetik yang digunakan :

1) Salon kecantikan modern

2) Salon kecantikan tradisional

3) Salon kecantikan kombinai modern dan tradisional

Menurut jenis bahan kosmetik yang dipergunakan :

1) Salon yang hanya menggunakan satu jenis (merk) kosmetik produk

pabrik tertentu, salon ini sebagai promosi, penerapan dan

pengembangan serta evaluasi efektivitas produk kosmetiknya.

2) Salon yang menggunakan lebih dari satu jenis merk kosmetik yang

terdaftar di Kemenkes RI sesuai dengan keinginan pelanggan.

3) Salon yang menggunakan kosmetika buatan sendiri, tidak

menggunakan bahan terlarang dan tidak dijual belikan.

Salon kecantikan diklasifikasikan menjadi Type D, C, B, dan A,

uraiannya adalah sebagai berikut :

Salon kecantikan Type D

Page 30: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

25

Fisik :

1) Tempat usaha rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 9

m2.

2) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 4 kursi, untuk kulit

maksimum 2 dipan.

3) Salon kecantikan kulit atau rambut Type D memberikan pelayanan

sederhana (dasar) manual, preparatif, aparatif, dan dekoratif. Kegiatan

yang dilayani adalah :

a) Tata kecantikan rambut, meliputi : pencucian kulit kepala/rambut,

pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan

rambut, pengeringan, pengecatan (tanpa pemucatan), perawatan

kulit kepala/rambut (creambath).

b) Tata kecantikan kulit meliputi: perawat kulit, wajah, tangan

(menikur) dan kaki (pedikur) tanpa kelainan, merias wajah sehari-

hari (pagi, siang, sore)

Salon kecantikan Type C

Fisik :

1) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 30

m2.

2) Jumlah kursi perawatan untuk rambaut maksimum 6 kursi, untuk kulit

maksimum 3 dipan.

3) Salon kecantikan rambut atau kulit Type C memberikan pelayanan

perawatan secara manual, preparatif, aparatif, dan dekoratif untuk

rambut/kulit dengan kelainan ringan. Kegiatan yang dapat dilayani

adalah :

a) Tata kecantikan rambut , meliputi : pencucian kulit kepala/rambut,

pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan

rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan

kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut

dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan)

Page 31: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

26

b) Tata kecantikan kulit meliput: merawat kulit, wajah, tangan

(menikur) dan kaki (pedikur) dengan kelainan, merias wajah

sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung disco, karakter, cacat, dan

usia lanjut., penambahan bulu mata, menghilangkan bulu-bulu yang

tidak dikehendaki, perawatan kulit dengan menggunakan alat

elektronik sederhana ( 2 jenis seperti frimator dan sauna)

Salon kecantikan Type B :

Fisik :

1) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 50

m2.

2) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8 kursi, untuk kulit

maksimum 4 dipan

3) Salon kecantikan rambut atau kulit Type B memberikan pelayanan

perawatan kecantikan dan rambut secara manual, preparatif, aparatif,

dan dekoratif. Disini alat kecantikan (alat elektronik) yang digunakan

masih terbatas. Kegiatan yang dapat dilayani adalah :

a) Tata kecantikan rambut meliputi: pencucian kulit kepala/rambut,

pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan

rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan

kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut

dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan),

penambahan rambut kepala

b) Tata kecantikan kulit, meliputi : merawat kulit, wajah, tangan

(menikur) dan kaki (pedikur) dengan kelainan, merias wajah

sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung disco, karakter, cacat, dan

usia lanjut. penambahan bulu mata, menghilangkan bulu-bulu yang

tidak dikehendaki, perawatan kulit dengan menggunakan alat

elektronik, perawatan badan (body massage)

Salon kecantikan Type B diselenggarakan dengan menejemen yang baik

yang mempunyai pimpinan, staf administrasi, dan staf teknis.

Page 32: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

27

Salon kecantikan Type A :

Fisik :

1) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 75

m2.

2) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8 kursi, untuk kulit

maksimum 4 dipan dengan penyekat atau merupakan cabin.

3) Salon kecantikan rambut atau kulit Type A memberikan pelayanan

perawatan kecantikan kulit dan rambut (beauty centre) yang

memberikan pelaayanan lengkap baik manual, preparatif, aparatif, dan

dekoratif, ditambah perawatan khusus seperti obesitas, diet, senam. .

Disini alat kecantikan (alat elektronik) yang digunakan lengkap.

Kegiatan yang dapat dilayani adalah :

a) Tata kecantikan rambut meliputi pencucian kulit kepala/rambut,

pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan

rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan

kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut

dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan),

penambahan rambut kepala,

b) Tata kecantikan kulit seperti pada pelayanan salon Type B

ditambah perawatan yang lebih luas baik secara tradisional

Indonesia (empirik timur) maupun modern (empirik barat), seperti

akuprsur, aroma terapi, reflekzone. Tersedia juga perawatan dengan

alat elektronik helioteraphy, hyydroteraphy, mekanoterapy,

elektroterapi, perawatan tradisional yang spesifik seperti perawatan

pengantin, ibu hamil, ibu setelah melahirkan.

Salon kecantikan Type A dikelola secara institusional dengan

menejemen yang baik seperti Type B, tetapi disini lebih lengkap

terutama staf ahli teknis.

Persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan.

a) Lokasi :

1) Terhindar dari pencemaran lingkungan

Page 33: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

28

2) Tidak terletak di daerah banjir

b) Lingkungan halaman :

1) Bersih

2) Tidak terdapat genangan air

3) Air mengalir dengan lancar

c) Bagian dalam :

1) Bangunan kuat, utuh, bersih, serta dapat mencegah

kemungkinan terjadinya penularan penyakit dan kecelakaan.

2) Pembagian ruang jelas sesuai dengan fungsinya, sep[erti ruang

konsultasi, ruang perawatankecantikan kulit dan rambut harus

terpisah (diberi penyekat).

3) Bangunan gedung tidak menimbulkan gangguan terhadap rumah

penduduk dan tidak mengganggu keadaan di sekitarnya.

4) Lantai : kedap air, rata, tidak licin, serta mudah dibersihkan.

5) Dinding : Dinding disebelah dalam rata, berwarna terang, serta

mudah dibersihkan.

6) Langit-langit : berwarna terang, mudah dibersihkan, tinggi

minimal 2,5 m dari lantai.

7) Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi tempat

berkembangbiaknya serangga dan tikus.

8) Ventilasi / penghawaan :

9) Dapat menjamin pergantian udara ruangan dengan baik. Lubang

ventilasi minimal 5% luas lantai.

10) Bila lubang ventilasi tidak dapat menjamin pergantian

udara dengan baik, maka dapat digunakan peralatan ventilasi

mekanis. Khusus untuk ruang ber AC, tidak diperlukan lubang

ventilasi.

11) Tersedia pencehayaan dengan intensitas yang cukup setiap

ruangan, khusus ruang pelayanan / ruang kerja intensitas cahaya

minimal 150 luks dan tidak menimbulkan kesilauan.

Page 34: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

29

12) Pencegahan masuknya serangga dan tikus dilengkapi

lubang penghawaan dilengkapi dengan kawat kasa penahan

nyamuk dan tikus,dan lubang pembuangan pada saluran air

limbah di kamar mandi, jamban dll., dilengkapi dengan jeruji.

13) Bila menggunakan fasilitas rak atau almari, maka sebaiknya

antara bagian antara bagian bawah rak/almari dengan lantai

berjarak minimal 15 cm.

Penyediaan air bersih :

1) Kualitas air bersih memenuhi persyaratan sebagaimana yang

ditetapkan Menteri Kesehatan

2) Air sebaiknya diperoleh dari PDAM. Bila menggunakan sumber

air yang lain, berkonsultasi ke Dinas Kesehatan setempat.

3) Kuantitas air harus tersedia secara cukup dan berkesinambungan

sesuai dengan kebutuhan.

4) Dinding bak penampungan air harus selalu dibersihkan secara

berkala seminggu sekali. Bak penampung berupa drum atau

tempayan dilengkapi dengan penutup.

Pengelolaan limbah :

1) Sarana pembuangan limbah tertutup, kedap air.

2) Air limbah dapat mengalir dengan lancar, kemiringan 2% – 3%

Tempat sampah :

1) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, kedap air, tahan karat,

permukaan bagian dalam halus, mudah dibersihkan, dan

berpenutup.

2) Jumlah dan volume disesuaikan dengan produk sampah yang

dihasilkan setiap hari.

Kamar mandi dan jamban.

1) Bersih dan tidak berbau

2) Lantai miring ke arah saluran pembuang

3) Terpisah yang diperuntukkan pria dan wanita

Page 35: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

30

Persyaratan karyawan

1) Karyawan harus berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat

keterangan sehat dari dokter.

2) Memiliki sertifikan/ijazah nasional dari Kementerian Pendidikan

Nasional sesuai kriteria salon

3) Memahami dan menerapkan etika profesi sebagai karyawan

salon

4) Memakai pakaian kerja yang bersih, rapi, dan utuh

Peralatan kerja dan bahan

1) Alat yang berhubungan dengan kulit :

- Sisir selalu dalam keadaan bersih dan baik.

- Gunting selalu dalam keadaan bersih dan baik

- Mesin cukur selalu dalam keadaan bersih dan baik

- Tempat bedak dan sabun selalu dalam keadaan bersih dan

baik

2) Handuk :

- Bersih

- Tersedia dengan jumlah yang cukup 1 orang pelanggan 1

handuk

3) Kain penutup badan:

- Bersih

- Berwarna putih/terang

- Tersedia dalam jumlah yang cukup (berjumlah rata-rata

tamu/pengunjung)

4) Bahan-Bahan

- Pisau, gunting, dll., didisinfeksi dengan bahan kimia atau air

panas

- Kosmetika / wangi-wangian diperoleh dari sumber yang

dipercaya dan bebas dari potongan rambut.

Page 36: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

31

5) Lain-lain

- Tersedia minimal 1 buak kotak P3K yang berisi obat-obatan

sederhana.

- Tersedia alat pemadam kebakaran.

e) Higinie Sanitasi Tempat Ibadah

Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat

umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna

melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya

merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan.

Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu

dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan

lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat

ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan

melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat

umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Dengan peran

serta dari pengurus tempat-tempat ibadah diharapkan :

1) Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan

lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat

memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan

2) Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.

3) Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain

dalam pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-

tempat ibadah.

4) Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan

lingkungan .

5) Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat

ibadah.

Sehubungan dengan perlunya peningkatan pengetahuan pengurus

tempat-tempat ibadah maka Puskesmas Amuntai Selatan Kecamatam

Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara melaksanakan

penyuluhan peningkatan kesehatan tempat-tempat umum (tempat ibadah)

Page 37: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

32

kepada pengurus mesjid, langgar yang berada di Kecamatan Amuntai

Selatan dengan jumlah peserta 40 orang, dilaksanakan pada hari Rabu,

tanggal 11 Nopember 2009, jam 09.00 wita sampai selesai, bertempat di

aula Puskesmas Amuntai Selatan.

Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum,

pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah

keagamaan Islam. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid

adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman

Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.

Persyaratan Kesehatan Tempat Ibadah (Mesjid/Mushola) :

1) Letak /Lokasi

a) Sesuai dengan rencana tata kota

b) Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran

(debu,asap,bau dan cemaran lainx)

c) Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran

debu, asap, bau & cemaran lainnya

2) Bangunan

a) Kuat, kokoh dan permanen

b) Rapat serangga dan tikus

3) Lantai. Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin dan

mudah dibersihkan.

4) Dinding bersih, berwarna terang, kedap air dan mudah dibersihkan.

5) Atap. Menutup bangunan,kuat, bersih, cukup landai dan tidak bocor

6) Penerangan/Pencahayaan terang, tersebar merata dan tidak menyilau (

min. 10 fc)

7) Ventilasi. Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk dan nyaman (tdk

pengap dan tdk panas)

8) Pintu rapat serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka ke

arah luar. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.

Page 38: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

33

9) Langit – langit

a) Tinggi minimal 2,4 m dr lantai

b) Kuat, tdk terdapat lubang2

c) Berwarna terang dan mudah dibersihkan

10) Pagar. Kuat, aman dan dapat mencegah binatang pengganggu masuk

11) Halaman. Bersih, tdk berdebu dan becek, tdk terdapat genangan air,

terdapat tempat sampah yang cukup. Dan terdapat tempat parkir yang

cukup

12) Jaringan instalasi

a) Aman (bebas cross conection)

b) Terlindung

13) Saluran air limbah

a) Tertutup

b) Mengalir dengan lancar

Fasilitas Sanitasi

a) Air Bersih

1) Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat

2) Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna

3) Angka kuman tidak melebihi NAB

4) Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB

b) Pembuangan Air Kotor

1) Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga

2) Air limbah mengalir dengan lancar

3) Saluran kedap air

4) Saluran tertutup

c) Toilet/ WC

1) Bersih

2) Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama

3) Tersedia air yang cukup

4) Tersedia sabun & alat pengering

5) Toilet pria & wanita terpisah

Page 39: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

34

6) Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak

7) Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau

(water seal)

8) Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara

luar

d) Peturasan

1) Bersih

2) Dilengkapi dengan kran pembersih

3) Jumlahnya mencukupi

e) Tempat Sampah

1) Tempat sampah kuat, kedap air, tahankarat, dan dilengkapi dengan

penutup

2) Jumlah tempat sampah mencukupi

3) Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA

4) Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang

f) Tempat Wudhu

1) Terpisah dari toilet, peturasan, & ruang mesjid

2) Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus & jumlahnya

mencukupi

3) Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)

4) Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu

5) Limbah air wudhu mengalir lancar

6) Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah

7) Bersih

g) Tempat Sembahyang

1) Bersih, tidak berbau yang tidak enak

2) Bebas kutu busuk & serangga lainnya

3) Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih

dengan lebar 30 cm sebagai tempat sujud

Page 40: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

35

h) Tempat sandal dan sepatu

1) Tersedia tempat sandal & sepatu yang khusus

2) Bersih dan kuat

f) Sanitasi Hiburan (Bioskop)

Bioskop adalah tempat atau gedung termasuk segala fasilitasnya

didalam dimana masyarakat berkumpul dengan membayar dapat

menonton film.

Letak Gedung Bioskop di tempat yang luas dan aman : dengan

maksud terdapat tempat parkir dan memberikan keleluasan

dan kepuasan pengunjung. Ditempat yang strategis : dekat tempat

tinggal, mudah dijangkau, dekat pusat hiburan. Jauh dari TPS & TPA,

lalu lintas padat dan pabrik besar. Tempat yang tinggi & kering,jauh

dari rawa & bebas banjir.

Bagian interior gedung, dinding dibuat menurut konstruksi yang

tepat,sehingga mencegah gema suara, penyerapan suara, menguatkan

suara. Lantai dibuat keras, tidak licin, mudah dibersihkan, dibuat

miring dengan sudut 6,20 perbedaan tinggi kepala kursi 10 cm.

Ventilasi dengan tujuan memasukkan udara segar baik alami dan

buatan sehingag ruangan jadi nyaman. Suhu antara 20-27 0c

kelembaban 40-50 %. Pintu bahaya pertunjukan tidak dikunci. Di atas

pintu ditulis “pintu bahaya”. Layar film warna putih, bagian tepi

berwarna hitam, permukaan licin, ukuran disesuaikan dengan

proyektor, jarak dengan proyektor 40 m. Sound sistem Stereo dengan

load speaker terpisah, intensitas suara terbesar merata antar 80-85 dB.

Pencahayaan tidak menyilaukan, tidak terlalu redup, tidak bergetar,

tidak panas & punya generator sendiri.

Alat pemadam kebakaran mudah dijangkau, tersebar, terdapat

petunjuk yg jelas. Tempat duduk/kursi Individual, enak diduduki,

jarak antar baris 40 cm, jarak dgn layar min 6 m, sudut pandang max

300, tinggi kursi 48 cm, tinggi sandaran 38-40 cm, ukuran kursi 40 45

cm.

Page 41: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

36

System lalu lintas jalur utama min 2 m, lintas blok min 80 cm,

lintas baris min 40 cm, lintas keliling min 50 cm. Proyektor film

terang, tidak bergetar, min 2 buah, ruang terpelihara baik, luas

ruangan cukup. Keadaan bebas tikus & serangga menjaga kebersihan,

menghindari sudut mati, menghindari ruang gelap. Lain-lain, tersedia

kotak P3K, generator, ditempatkan pada ruang khusus, setiap

karyawan memiliki sertifikat sehat. Tangga : optrade max 17,5 cm

(ketinggian anak tangga), ontrade min 25 cm (lebar anak tangga) tiap

2,5 cm dibuat bordes, sudut max 450.

C. Kondisi Fisik Lingkungan Tempat Kerja

1. Pengertian Tempat Kerja

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap

ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana

tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk

keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya

sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk tempat kerja ialah semua

ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-

bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Sedangkan

pada pasal 2 ayat (1), tertulis “Yang diatur oleh Undang undang ini ialah

keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, didalam tanah,

dipermukaan air maupun diudara yang berada didalam wilayah kekuasaan

hukum Republik Indonesia”.

Faktor fisik di tempat kerja antara lain meliputi kebisingan, radiasi,

getaran mekanis, cuaca kerja, tekanan udara tinggi dan rendh, penerangan di

tempat kerja, dan bau-bauan di tempat kerja. Dalam hal ini faktor fisik tidak

kalah penting untuk memaksimalkan produktivitas tenaga kerja. Pengukuran

dan pengendaliannya bertujuan agar dapat mencegah dan meminimalisasi

penyakit akibat kerja (Harjanto, 2007).

Page 42: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

37

Definisi lingkungan kerja menurut Komarudin (2001: 87) adalah

kehidupan sosial psikologi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh

terhadap pekerjaan karyawan dalam melakukan tugasnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah keadaan di

sekitar para pekerja sewaktu pekerja melakukan tugasnya yang mana

keadaan ini mempunyai pengaruh bagi pekerja pada waktu melakukan

pekerjaannya dalam rangka menjalankan operasi perusahaan. Lingkungan

kerja mempunyai makna yang penting bagi pekerja dalam menyelesaikan

tugasnya.

Tujuan utama pengaturan lingkungan kerja adalah naiknya

produktivitas perusahaan. Oleh karenanya pengadaan fasilitas lingkungan

kerja yang baik adalah secukupnya saja, jangan sampai tenaga kerja merasa

terlalu dimanja dalam bekerja, sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

perencanaan dan pengaturan lingkungan kerja tidak dapat diabaikan begitu

saja, karena hal itu berpengaruh pada jalannya operasi perusahaan.

2. Faktor Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap performansi kerja

yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas pekerja.

Menurut Alex S Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja

sebagai berikut : “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada

disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang diembankan”. Jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua:

(a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik.

a) Mikroklimat

Secara fundamental, ergonomic merupakan studi tentang

penyerasian antara pekerja dan pekerjaanya untuk meningkatkan

performansi dan melindungi kehidupan. Mikromatik dalam lingkungan

keja terdiri dari unsur suhu udara (kering dan basah), kelembaban nisbi,

panas radiasi dan kecepatan gerakan udara (suma’mur, 1984 dan

Bernard, 1996).

Page 43: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

38

Untuk Negara dengan empat musim, rekomendasi untuk comfort

zone pada musim dingin adalah suhu ideal berkisar antara 19-23 C

dengan kecepatan udara antara 0,1-0,2 m/det dan pada musim panas suhu

ideal antara 22-24 C dengan tahun (WHS, 1992; Grantham, 1992 dan

Grandjean, 1993). Sedangkan untuk Negara dengan seperti idonesia,

rekomendasi tersebut perlu mendapat koreksi. Sedangkan kaitanya denga

suhu panas linkungan kerja.

1) Lingkungan Kerja Panas

Pekerja di dalam lingkungan panas, separti di sekitar furnaces,

peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan

di bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Disamping

itu pekerja dilingkungan panas juga dapat berakliamatisasi untuk

mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain).

2) Pengaruh Fisiologis Terhadap Panas

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh

untuk mmelihara keseimbangan panas. Oleh karena itu peningkatan

temperature udara di luar comfort zone adalah sebagai berikut :

a) Vasodilatasi

b) Denyut jantung meningkat

c) Temperatur kulit meningktat

d) Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dll.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu

lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya

kelelahan, sering melakukan istirahat curia dll.

b) Dehidrasi, dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang

berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan tidak

cukup maupun karena gangguan kesehatan.

c) Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat,

gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah.

Page 44: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

39

d) Heat Cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan

kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya

garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan

karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.

e) heat Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran

darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di

bawa kepermukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena

pemaparan suhu tinggi.

f) Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan

terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam.

3) Penilaian Lingkungan Kerja Panas

Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat

kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur

suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Salah satu parameter

pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai Indeks

Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu kering,

suhu udara basah dan suhu panas radiasi. Kemudian secara manual

ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a) Pekerjaan dilakukan di bawah paparan sinar matahari (outdoor) :

ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu

kering)

b) Pekerjaan dilakukan di dalam ruangan (indoor) :

ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)

Selain alat tersebut, terdapat a;at ukur ISBB yang lebih modern

seperti Questtemp Heat Stress Monitor. Pada waktu pengukuran alat

ditempatkan disekitar sumber panas dimana pekerja melakukan

pekerjaanya.

Dari hasil pengukuran ISBB tersebut selanjutnya disesuaikan

dengan beban kerja yang diterima oleh pekerja, selanjutnya dilakukan

pengaturan waktu kerja-waktu istirahat yang tepat sehingga pekerja

tetap bekerja dengan aman dan sehat.

Page 45: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

40

4) Pengendalian Lingkungan Kerja Panas

Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas

terhadaptenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-

sumber panas lingkungan dan aktifitas kerja yang dilakukan. Secara

singkat teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di

perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi

b) Mengurangi beban kerja yang menghasilkan panas

- Menurunkan temperature udara dari proses kerja yang

dihasilkan panas

- Relokasi proses kerja yang dihasilkan panas

- Penggunaan temeng panas dan alat pelindung yang dapat

memantulkan panas

c) Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan

melalui ventilasi pengeceran (dilution cooling).

d) Mengingatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara

melalui ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas

pendinginan evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det.

e) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara :

- Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari

- Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja

untuk pemulihan

- Mengatur waktu kerja-istirahat secara te[at berdasarkan beban

kerja dan nilai ISBB.

Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa kondisi yang harus

dipertimbangkan dalam setiap desain atau redesain system ventilasi

adalah adanya sirkulasi udara pada tempat kerja yng baik, sehingga

terjadi pergantian udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar

secara terus menerus.

Page 46: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

41

b) Kebisingan di Tempat Kerja

Pengertian kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang

bersifat menggangu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya

dengar seorang yang terpapar. Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh

indera pendengar akibat adanya rangsangan getaran yang dating melalui

media yang berasal dari benda yang bergetar. Frekuensi dimyatakan

dalam jumlah getaran perdetik atau herz (Hz) yaitu jumlah getaran yang

sampai ke telinga setiap detiknya.

1) Sumber Kebisingan dan Cara Penilaianya

Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin

untuk proses produksi dan alat-alat lain yag dipakai untuk melakukan

pekerjaan. Contoh sumber-sumber kebisingan dari dalam ruangan

maupun di luar kebisingan, seperti:

a) Generator,mesin diesel untuk pembangkit listrik

b) Mesin-mesin produksi

c) Mesin pemotong, gergaji, serut diperusaahan kayu

d) Ketel uap atau boiler untuk pemanas air

e) Alat-alat lain menimbulkan suara dan getaran seperti alat

pertukangan

f) Kendaraan bermotor dari lalulintas dll

Sumber-sumber suara tersebut harus selalu diidentifikasikan dan

dinilai kehadiran agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya

mecegah dan mengendalikan pengaruh pemaparan kebisingan

terhadap pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat

intensitas kebisingan di perusaan secara umum dimaksudkan untuk

bebrapa tujuan yaitu :

a) Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara

b) Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara

(pekerja dan mesyarakat sekitar perusaan).

c) Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada

dan merancangkan langkah pengendalian lain yang lebih efektif.

Page 47: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

42

d) Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara

maupun pada penerima suara sampai batas diperkenaankan.

e) Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat

sesuai jenis kebisingannya.

2) Jenis pengukuran pada sumber suara

Pengukuran ini dapat dilakukan alat “Sound Level Meter”. Alat

tersebut dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40-130 pada

frekuaensi antara 20-20.000 Hz. Sebelum dilakukan pengukuran harus

dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya.

3) Jenis pengukuran pada penerima suara

Penukuran ini dimaksudkan utuk mengetahui berapa rerata intensitas

suara yang diterima oleh pekerja selama jam kerja. Hal ini dedasarkan

pengalaman bahwa tidak seluruh waktu kerja, pekerja bekerja pada

tempat sang sama malainkan sering berpindah-pindah tempat.

Sehingga pekerja juga tidk menerima suara dari satu sumber suara

yang tinggi. Demikian jeis pengukuran ini lebih dimaksudkan untuk

mengurangi pengaruh pemaparan kebisingan orang per orang.

Setelah intensitas dinilai dan di analisis, selanjutnya hasil yang

diperoleh harus dibandingkan dengan standar yang diterapkan dengan

tujuan untuk mengetahuiapakah intensitas kebisingan yang diterima

oleh tenaga kerja sudah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang

yang di perkenankan atau belum.

4) Pengaruh Kebisingan

Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dapat

dikategorikan menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya

intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertma,

pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (diatas NAB) Dan

kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah

(dibawah NAB).

Page 48: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

43

a) Pengaruh Kebisingan Intensitas tinggi

1) Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (diatas NAB)

adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang

dapat menyebabkan penrunan daya dengar baik yang bersifat

sementara maupun sifat permanen atau ketulian.

2) Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingan

terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.

3) Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat

menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya

tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung

meningkat, gangguan pencernaan.

4) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses

produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya

protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan dll.

b) Pengaruh kebisingan intensitas rendah

Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB

banyak ditemukan di lungkungan kerja seperti perkantoran, ruang

administrasi perusahaan dll. Secara spesifik stress karena

kebisingan tersebut dangan menyebabkan antara lain :

1) Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan

tidur

2) Gangguan reaksi psikomotor

3) Kehilangan konsentrasi

4) Gangguan komunikasai antara lawan biacara

5) Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan

bermuara pada kehilangan efesiensi dan produktifitas kerja.

c) Rencana dan Langkah Pengendalian Kebisingan Di Tempat Kerja

Langkah menejemen resiko kebisingan tersebut adalah :

1) Mengidentifikasikan sumber-sumber kebisingan yang ada

ditempat kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit atau

cedera akibat kerja.

Page 49: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

44

2) Meniali resiko kbisingan yang berakibat serius terhadap

penyakit dan cedera akibat kerja.

3) Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk

mengendalikan atau meminimalisasi resiko kebisingan.

Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah selanjutnya

adalah melaksanakanlangkah pengendalian kebisingan dengan dua

arah pendekatan yaitu pendekatan jangka pendek dan pendekatan

jangka panjang dari hirarki pengendalian. Sedangkan utuk orientasi

jangka pendek adalah sebaiknya secara berurutan.

d) Eliminasi sumber kebisingan

1) Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan

tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat

diminimalkan.

2) Pada tahap tender mesin-mesin yang dipakai, harus

mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang

dikeluarkan dari mesin baru.

3) Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, kontruksi

bangunan harus dapat merendam kebisingan serendah munkin

dll.

e) Pengendalian kebisingan secara teknik

1) pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan

kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan mesin

atau mengisolasi sehingga terpisah dengan pekerja.

2) Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan,

apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan,

maka teknik berikutnya adalah dengan member pembatas atau

sekat antara mesin dan pekerja.

f) Pengendalian kebisingan secara administrative

apabila teknik pengendalian secara teknik belum memungkinkan

untuk diklakukan, maka langkah selanjutnya adlah merancangkan

teknik pengendalian secara administratif.

Page 50: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

45

g) Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja

Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh teknik

pengedalian diatas (eliminasi, pengendalian teknik dan

administrasi) belum memungkinkan untuk dilaksanakan. Jenis

pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung

telinga.

3. Penerangan Di Tempat Kerja

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkunkan

tenaga kerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat

dan tampa upaya-upaya yang tidak perlu. Penerangan yang cukup dan

diatur secara baik juga akan membantu menciptakan lingkungan kerja

yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat dapat mejaga kegairahan

kerja.

Tenaga kerja disamping harus juga dengan jelas dapat melihat objek-

objek yang sedang dikerjakan juga harus dapat melihat dengan jelas pula

benda/alat dan tempat disekitarnya yang mungkin mengakibatkan

kecelakaan. Maka penerangan umum harus memadai.

1) Pengaruh penerangan di tempat kerja

Secara umum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan

menjadi dua yaitu penerangan buatan (penerangan artificial) dan

penerangan alamiah. Untuk mengurangi pemborosan energy

disarankan untuk menggunakan penerangan alamiyah, akan tetapi

setiap tempat kerja harus pula disediakan penerangan buatan yang

memadai.

Menurut Grandjean (1993) penerangannya yang tidak didesain

dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan

selama kerja. Pengaruh dari penerangan yang kurang memenuhi syarat

akan mengakibatkan :

a) Kelelahan mata sehingga berkurangnya efesiensi kerja

b) Kelelahan mental

c) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata

Page 51: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

46

d) Kerusakan indra mata dll

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara

kepada penurunan performasi kerja, termasuk :

a) Kehilangan produktifitas

b) Kualitas kerja rendah

c) Banyak terjadi kesalahan

d) Kecelakaan kerja meningkat

2) System Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja

Dalam mempertimbangkan aplikasi penerangan di tempat kerja

secara umum dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :

a) Desain tempat kerja untuk mengindari problem penerangan

Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu

dipertimbangkan pada waktu mendesain bangunan, pemasangan

mesin-mesin, alat dan sarana kerja.

b) Identifikasi dan Penilaian problem dan kesulitan peneragan

Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan

lebih baik, faktor-faktor yang harus diperhitungkan adalah: sumber

penerangan, pekerja dalam melakukan pekerjaannya, jenis

pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan.

c) Pengembangan dan Evakuasi pengendalian resiko akibat

penerangan

Dibawah ini akan diberikan secara garis besar langkah-langkah

pengendalian masalah penerangan ditempat kerja, yaitu :

1) Modifikasi system penerangan yang sudah ada seperti :

- Menaikan atau menurunkan letak lampu didasarkan pada

objek kerja

- Merubah posisi lampu

- Menambah atau mengurangi jumlah lampu

- Mengganti dutung lampu, dll

Page 52: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

47

2) Modifikasi pekerjaan sperti :

- Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, sehingga objek

dapat dilihat dengan jelas

- Merubah posisi kerja untuk menghindari baying-bayang,

pantulan, sumber kesilauan dan kerusakan penglihatan

- Modifikasi objek kerja sehingga dapat dilihat dengan jelas.

Sebagai contoh: memperbesar ukuran huruf dan angka pada

tombol-tombol peralatan kerja mesin.

1) Pemeliharaan dan pembersihan lampu

2) Penyedian penerangan local

3) Penggunaan korden dan perawatan jendela, dll

Sebagai tambahan pertimbangan dalam upaya mengatasi

masalah penerangan di tempat kerja, Sanders & McCormick (1987)

dan Grandjean (1993) memberikan pedoman untuk desain system

penerangan yang tepat di tepat kerja dengan cara sebagai berikut :

a) Menghidnari penempatan arah cahaya langsung dalam

lapangan penglihatan tenaga kerja

b) Menghindari penggunaan cat yang mengkilat pada mesin

atau meja

c) Menggunakan cahaya difusi untk menyediakan atmosfer

pekerjaan terbaik, dll

3) Penggunaan warna di tempat kerja

Warna yang kita lihat muncul karena struktur molekul permukaan

objek memantulkan hanya pada bagian cahaya yang jatuh padanya.

Beberapa warna yang biasa digunakan sebagai kode keselamatan kerja

adalah sebagai berikut :

a) Merah, untuk tanda bahaya; halte, tempat terlarang, dll. Merah juga

sebagai tanda peringatan untuk kebakaran; alat pemadam api dan

alat-alat lainya.

Page 53: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

48

b) Kuning, biasanya kontras dengan hitam, bahaya tubrukan, look out,

bahaya terpeleset. Kuning dan hitam banyak digunakan sebagai

peringatan di transportasi.

4) Standar Penerangan di Tempat Kerja

Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja

ditentukan dari jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin

tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka semakin besar kebutuhan

intensitas penerangan yang diperlukan, demikian pula sebaiknya.

Secara ringkas intensitas penerangan yang dimaksud dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a) Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan

harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20luks

b) Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan barang

kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerapan

50luks

c) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-

barang kecil secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai intensitas

penerangan 100luks, dll

Dari uraian singkat tentang lingkungan kerja fisik tersebut dapat

dipertegas bahwa dengan pengendalian faktor-faktor yang berbahaya di

lingkungan kerja, diharapkan akan tercipta lingkungan kerja yang sehat,

aman nyaman dan produktif bagi tenaga kerja. Hal tersebut akan

dilaksanakan dengan adanya kebijaksanaan menejeman dan komitmen

dari pihak pengurus untuk selalu memperhatikan penanganan

lingkungan yang berkesinambungan dan kerja sebagai pengguna

fasilitas, dimana masing-masing pihak menyadari tugasnya dalam

rangka menciptakan tempat kerja yang aman dan nyaman.

Page 54: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

49

4. Konsep Lingkungan Kerja

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar perusahaan,

tetapi mempunyai pengaruh atas pertumbuhan dan perkembangan

perusahaan. Pada umumnya lingkungan tidak dapat dikuasai oleh

perusahaan sehingga perusahaan harus menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Dalam pengertian lain juga disebutkan bahwa Lingkungan adalah

segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang

senantiasa berkembang. Pengertian lain juga menyebutkan lingkungan

adalah segala hal yang terkait dengan operasional perusahaan dan

bagaimana kegiatan operasional tersebut dapat berjalan.Lingkungan kerja

yang baik akan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan hal ini

dapat dilihat dari peningkatan teknologi dan cara produksi, sarana dan

peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja

serta suasana lingkungan kerja itu sendiri.

Lingkungan perusahaan adalah berbagai hal atau berbagai pihak yang

terkait langsung dengan kegiatan sehari hari organisasi, dan mempengaruhi

langsung terhadap setiap program, kebijakan, hingga denyut nadinya

perusahaan.Lingkungan perusahaan banyak sekali sehingga sulit disebutkan

satu persatu, adapun salah satu yang termasuk dalam lingkungan perusahaan

adalah perundang-undangan beserta peraturan lainnya, sistem birokrasi, dan

sistem nilai masyarakat.

Syarat-syarat untuk dapat bekerja dengan perasaan tentram, aman dan

nyaman mengandung dua faktor utama yaitu faktor fisik dan non fisik.

Menurut Slamet Saksono berpendapat bahwa: “Segala sesuatu yang yang

menyangkut faktor fisik yang menjadi menjadi kewajiban serta tanggung

jawab perusahaan adalah tata ruangan kerja. Tata ruangan kerja yang baik

adalah yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan

keselamatan bagi karyawan.Barang-barang yang diperlukan dalam ruang

kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan

gangguan yang ditimbulkan terhadap karyawan” (Saksono, 1998:105).

Page 55: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

50

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam undang-undang Nomeor 4 tahun 1992 tentang perumhan dan

pemukiman, Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana lingkungan.

Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi linfgkungan

sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang

kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.

Sedangkan pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang

sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaa bebas

penyakit dan kelemahan (kecacatan).

Berdasarkan Pengertian Sanitasi Sanitasi menurut WHO (World Health

Organisation) adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan

fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama pada hal-hal yang

mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan

hidup. Tempat-tempat Umum adalah tempat berkumpulnya orang banyak atau

masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, yang berarti akan meningkatkan

juga hubungan atau kontak antara orang yang satu dengan yang lain, baik

hubungan antara pengusaha atau karyawan dengan pengunjung maupun antara

pengunjung dengan pengunjung.

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan

atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja

bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha

dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal

2; Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan

tempat kerja tersebut. Sedangkan pada pasal 2 ayat (1), tertulis “Yang diatur

Page 56: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

51

oleh Undang undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja

baik di darat, didalam tanah, dipermukaan air maupun diudara yang berada

didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia”.

B. Saran

Dari hasil observasi perbandingan rumah sehat dan rumah saya maka saran

yang kami yaitu agar penghuni terhindar dari penyakit dan merasa nyaman

dalam rumah sebaiknya harus memenuhi syarat rumah sehat mulai dari

komponen rumah, kulitas udara, sarana sanitasi sampai perilkau peghuni itu

harus diperhatikan supaya dapat terhindar dari penyakit.

Page 57: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

52

DAFTAR PUSTAKA

American Conference of Govermental Industrial Hygienists (ACGIH), 1995.

Tbresh old Limits Values and Biological Exposure Indices. Cincinnati. USA

Armstrong, R.1992. Lighting at Work. Occupational Health & safety Authority.

Melburne. Australia: 4-11

Depkes RI – Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Grantham, D.1992. occupational Health & Safety. Guidebook for the WHSO.

Merino Lithographics Moorooka Queensland. Australia

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan

Perumahan.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja, No. 51:1999. Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika di Tempat Kerja. Jakarta

Liliweri, Alo. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka.

Pelajar.

Manuaba, A.1992. pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Dalam: Seminar

Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta

Peraturan Mentari Perburuan (PMP) No.1964. syarat kesehatan, kebersihan Serta

Penerangan Dalam Tempat Kerja. jakarta

Stoner, James A.F., 1996, Manajemen, Erlangga, Jakarta

UU RI No.4 Tahun 1992 ttg Perumahan dan Pemukiman.

UU RI No.4 Tahun 1992 ttg Perumahan dan Pemukiman.

Page 58: MODUL PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN …

53

Formulir Penilaian Praktik Mandiri Kesehatan Lingkungan

No.

Aspek yang Dinilai

Bobot

Nilai

YA

TIDAK

1. Praktik Pengukuran Kondisi Fisik Rumah 40

2. Praktik Pengukuran Kondisi Fisik Tempat

Kerja Perkantoran

30

3. Praktik Pengukuran Kondisi Fisik Tempat-

tempat Umum

30

Jumlah 100