TEORI KEPEMIMPINAN.docx

9
TEORI KEPEMIMPINAN 1. Trait Theory Salah satu berbagai analisis kepemimpinan adalah teori sifat (trait theory) dimana penelitian mencoba memusatkan pada pelaku kepemimpinan yaitu pemimpin itu sendiri. Perkembangan teori ini terus terjadi dan banyak memperoleh perhatian karena menawarkan pendekatan pragmatis, sesuatu yang bisa dijadikan contoh secara instan bagi seseorang yang berada dalam posisi sebagai pemimpin. Teori ini secara garis besar mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan dan bukan diciptakan, dimana ketika seseorang dilahirkan, ia akan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin, ia memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain, yang bukan digariskan menjadi pemimpin. Oleh karena dalam perspektif ini yang ditonjolkan adalah fungsi-fungsi kualitas individual maka acuan paling mudah adalah mempelajari sifat-sifat yang melekat pada diri seorang, ketika sejarah mencatatnya sebagai seorang pemimpin besar, dimana manusia bisa banyak bercermin dari apa yang pemimpin besar, dimana manusia biasa banyak bercermin dari apa yang pemimpin tersebut telah lakukan. Individu yang dikenal sebagai pemimpin seperti Hitler, Mussolini, Sukarno, Mahatma Gandhi dipelajari secara khusus menyangkut karakteristik-karakteristik sifat, sehingga menjadikan mereka menonjol sebagai seorang pemimpin. Trait theory muncul tahun 1920-an dari penelitian serius melalui serangkaian testes psikologi yang berusaha melakukan identifikasi karakteristik umum effective leaders. Diantaranya yang dilakukan Davis (1972), dengan memunculkan empat ciri utama yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan didalam organisasi yaitu pertama, kecerdasan (intellegence) dimana seorang pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari pengikutnya, NAMA : ALI AKBAR V NIM : 135070300111027

Transcript of TEORI KEPEMIMPINAN.docx

Page 1: TEORI KEPEMIMPINAN.docx

TEORI KEPEMIMPINAN

1. Trait TheorySalah satu berbagai analisis kepemimpinan adalah teori sifat (trait theory) dimana

penelitian mencoba memusatkan pada pelaku kepemimpinan yaitu pemimpin itu sendiri. Perkembangan teori ini terus terjadi dan banyak memperoleh perhatian karena menawarkan pendekatan pragmatis, sesuatu yang bisa dijadikan contoh secara instan bagi seseorang yang berada dalam posisi sebagai pemimpin. Teori ini secara garis besar mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan dan bukan diciptakan, dimana ketika seseorang dilahirkan, ia akan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin, ia memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain, yang bukan digariskan menjadi pemimpin.

Oleh karena dalam perspektif ini yang ditonjolkan adalah fungsi-fungsi kualitas individual maka acuan paling mudah adalah mempelajari sifat-sifat yang melekat pada diri seorang, ketika sejarah mencatatnya sebagai seorang pemimpin besar, dimana manusia bisa banyak bercermin dari apa yang pemimpin besar, dimana manusia biasa banyak bercermin dari apa yang pemimpin tersebut telah lakukan. Individu yang dikenal sebagai pemimpin seperti Hitler, Mussolini, Sukarno, Mahatma Gandhi dipelajari secara khusus menyangkut karakteristik-karakteristik sifat, sehingga menjadikan mereka menonjol sebagai seorang pemimpin.

Trait theory muncul tahun 1920-an dari penelitian serius melalui serangkaian testes psikologi yang berusaha melakukan identifikasi karakteristik umum effective leaders. Diantaranya yang dilakukan Davis (1972), dengan memunculkan empat ciri utama yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan didalam organisasi yaitu pertama, kecerdasan (intellegence) dimana seorang pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari pengikutnya, kedua, kedewasan sosial dan hubungan sosial yang luas (social maturity and breadth), yaitu pemimpin cenderung mempunyai emosi stabil, dewasa dan matang serta mempunyai kegiatan luas, ketiga, motivasi diri dan dorongan berprestasi, yaitu pemimpin mempunyai karakter dorongan instrinsik yang lebih kuat dari pada ekstrinsik ketika menjalankan peran-peran kepemimpinan dan keempat, sikap-sikap hubungan manusiawi yaitu, seorang pemimpin serta berorentasi pada pengikutnya.

Menurut teori ini bahwa untuk mengetahui tentang kepemimpinan harus dimulai dengan memusatkan perhatianya pada pemimpin itu sendiri. Penekanannya ialah tentang sifat-sifat yang membuat seseorang sebagai pemimpin. Menurutnya teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri dari zaman Yunani kuno dan zaman Roma. Pada zaman itu bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukanya dibuat. Seperti halnya teori The Great Man yang menyatakan bahwa seorang yang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin.

Teori Great Man baru dapat memberikan arti lebih realistis terhadap pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir

NAMA : ALI AKBAR V

NIM : 135070300111027

Page 2: TEORI KEPEMIMPINAN.docx

psikologi. Yaitu ditegaskan bahwa dalam kenyataanya sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Oleh karenanya perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dimiliki oleh pemimpin, tidak menekankan apakah pemimpin dilahirkan atau dibuat. Oleh karena itu sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental, kepribadian menjadi pusat perhatian untuk diteliti.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pera peneliti dapat disimpulkan bahwa diantara sifat-sifat yang cenderung mempengaruhi timbulnya kepemimpinan antara lain adalah kecerdasan, inisiatif, keterbukaan, antusiasme, kejujuran, simpati, dan kepercayaan pada diri sendiri. Namun tidak semua sifat-sifat tersebut bisa diterapkan pada semua bidang, terutama pada organisasi, dikatakan bahwa keberhasilan seorang manajer tidak semata-mata dipengaruhi oleh sifat-sifat tadi, artinya tidak ada hubungan sebab akibat dari sifat yang diteliti diatas dengan keberhasilan seorang manajer.

Akhirnya kesimpulan dari teori sifat ini diketahui bahwa tidak ada korelasi sebab akibat antara sifat dan keberhasilan manajer, sehingga mendorong Keith Davis yang disarikan oleh Miftah Thoha (1995:33) untuk merumuskan empat sifat umum yang mempengaruhi terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu:a) Kecerdasan, Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin

mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian, yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.

b) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap akitivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.

c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin seara realatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.

d) Sikap sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. Dalam istilah penelitian Universitas Ohio pemimpin itu mempunyai perhatian dan kalau mengikuti istilah penemuan michigan pemimpin itu berorientasi pada karyawan bukanya beorientasi pada produksi.

2. Behavioral TheoryTeori-teori perilaku (behavioral theories) tentang kepemimpinan tidak lagi

berfokus pada sifat-sifat di dalam diri seorang pemimpin, tetapi lebih melihat ke aspek luar berupa perilaku atau tindakan. Teori perilaku ini menyatakan, ada perilaku-perilaku spesifik yang membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin.

Menurut riset di Michigan State University pada akhir 1940-an, ada pola-pola kepemimpinan tertentu yang menghasilkan kinerja efektif. Dari sekian banyak perilaku yang diamati, diturunkan dua bentuk dasar perilaku pemimpin, yaitu: perilaku pemimpin

Page 3: TEORI KEPEMIMPINAN.docx

yang berpusat pada produksi (production-centred leaders), dan perilaku pemimpin yang berpusat pada karyawan (employee-centred leaders).

Penyelia (supervisor ) yang berpusat pada produksi cenderung lebih menekankan pada penyelesaian tugas dan pekerjaan, ketimbang pada kesejahteraan karyawan. Sedangkan penyelia yang berpusat pada karyawan lebih memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Secara umum, penyelia yang berpusat pada karyawan terlihat menghasilkan kelompok kerja yang lebih produktif ketimbang penyelia yang berfokus pada produksi.

Perilaku-perilaku ini bisa dipandang sebagai sebuah rentangan, di mana penyelia yang berpusat pada karyawan berada di satu ujung, dan penyelia yang berpusat pada produksi berada di ujung yang lain. Kadang-kadang istilah yang lebih umum, seperti― berorientasi pada hubungan manusiawi dan―berorientasi pada tugas digunakan untk menjabarkan perilaku-perlaku alternatif para pemimpin.

Sedangkan menurut riset di Ohio State University, ada dua kategori utama yang dilekatkan pada seorang pemimpin. Dua dimensi itu adalah memprakarsai struktur (initiating structure) dan pertimbangan (consideration).

Pemimpin yang menunjukkan perilaku initiating structure yang tinggi, artinya ia lebih menaruh perhatian terhadap penjabaran persyaratan dan tuntutan tugas, serta penjelasan aspek-aspek lain yang terkait dengan agenda kerja. Pemimpin ini sangat mirip dengan jenis pemimpin yang berpusat pada produksi ( production-centred leaders).

Sedangkan pemimpin yang menunjukkan consideration yang tinggi, artinya ia peka terhadap perasaan orang lain (karyawan). Pemimpin ini sangat mirip dengan jenis pemimpin yang berpusat pada karyawan (employee-centred leaders).

Awalnya, para peneliti percaya bahwa pemimpin yang menunjukkan kehangatan sosio-emosional akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dari karyawan. Belakangan disadari, baik memprakarsai struktur maupun pertimbangan sama-sama sangat dibutuhkan.

Meskipun orientasi pada tugas/produksi dan orientasi pada karyawan ini sama-sama diakui pentingnya di semua negara dalam menghasilkan kepemimpinan yang efektif, cara penerapannya bisa berbeda di budaya yang berbeda. Para pemimpin di Inggris, misalnya, dianggap penuh pertimbangan (berorientasi pada karyawan) jika mereka menunjukkan pada karyawan tentang cara kerja sebuah peralatan. Sedangkan di Jepang, manajer yang dianggap punya orientasi pada kayawan adalah yang membantu memecahkan masalah-masalah pribadi karyawan.

Page 4: TEORI KEPEMIMPINAN.docx

Teori perilaku berimplikasi bahwa kepemimpinan itu bisa dilatih. Orang bisa belajar bagaimana berperilaku seperti pemimpin. Sedangkan pada teori sifat, kita hanya bisa menyeleksi orang yang dipandang punya sifat kepemimpinan.

Namun, teori perilaku juga punya keterbatasan. Para pemimpin dengan kecenderungan perilaku yang sama bisa sukses di suatu situasi, namun bisa gagal di situasi yang berbeda. Tidak ada jaminan bahwa perilaku yang sama akan menjamin kesuksesan yang sama. Oleh karena itu, para peneliti menduga, faktor lingkungan dan situasi mungkin punya peran kritis dalam menentukan keberhasilan seorang pemimpin.

3. Situasional & Contingency TheoryDefinisi kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency theory that

focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbedabeda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya. Pendekatan kontingensi atau pendekatan situasional adalah suatu aliran teori manajemen yang menekankan pada situasi atau kondisi tertentu yang dihadapi. Tidak seluruh metode manajemen ilmiah dapat diterapkan untuk seluruh situasi begitupun tidak selalu hubungan manusiawi yang perlu ditekankan karena adakalanya pemecahan yang efektif melalui pendekatan kauantitatif. Itu semua sangat tergantung pada karakteristik situasi yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai. Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciriciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional. Pendekatan situasional juga menekankan faktor konstektual yang mempengaruhi proses kepemimpinan. Variabel situasional yang penting seperti karakeristik bawahan, sifat pekerjaan pemimpin, jenis organisasi, dan sifat lingkungan eksternal. Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang cocok dengan semua situasi. Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asasasas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbedabeda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.

Pendekatan situasional bukan hanya merupakan hal yang penting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan, tetapi membantu pula cara pemimpin yang potensial dengan konsepkonsep yang berguna untuk menilai situasi yang bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat berdasarkan situasi.

Peranan pemimpin harus dipertimbangkan dalam hubungan dengan situasi dimana peranan itu dilaksanakan.

Page 5: TEORI KEPEMIMPINAN.docx

Pendekatan situasional dalam kepemimpinan mengatakan bahwa kepemimpinan Dalam implementasinya, pendekatan yang dilakukan akan berdampak positif dan bersifat tepat sasaran. Walaupun organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Disarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara atasan dan bawahan. Komunikasi dua arah menuntut keahlian manajemen puncak mencerna informasi yang disampaikan para manajer dan karyawan, terutama keluh kesah mereka (bottom-up) dan keahlian menyampaikan informasi dari pucuk pimpinan perusahaan ke seluruh manajer dan karyawan (top-down).Sementara itu, komunikasi tatap muka menuntut manajemen puncak meluangkan waktu berkunjung ke lokasi kerja manajer dan karyawan. Kunjungan ini sangat bermanfaat bagi kelancaran komunikasi dua arah, serta memompa semangat kerja manajer dan karyawan. ditentukan tidak oleh sifat kepribadian individu-individu, melainkan oleh persyaratan situasi sosial.

4. Reciprocal TheoryKebanyakan teori saham kepemimpinan satu asumsi yang mendasari: perilaku

Pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan. Terutama dalam studi korelasional, asosiasi setiap antara perilaku pemimpin dan efektivitas kelompok telah ditafsirkan sebagai mengukur dampak tindakan pemimpin terhadap kepuasan bawahan, motivasi, atau kinerja (Bass, 2010; Bennis, 2011; Drucker, 2010; Yukl, 2010). Baru-baru ini, bagaimanapun, memiliki telah diakui bahwa dalam setiap organisasi yang kompleks aliran pengaruh atau otoritas tidak unilateral dan ke bawah dari pimpinan ke bawahan-tetapi juga ke atas dari bawahan Pemimpin. Menurut teori pengaruh timbal balik pemimpin tertentu perilaku penyebab perilaku bawahan, dan tindakan-tindakan tertentu bawahan (misalnya, kinerja rendah) dapat menyebabkan pemimpin untuk memodifikasi perilaku (Luthans, 2011; Starke, 2001).

Teori pengaruh timbal balik adalah kenyataan di kebanyakan organisasi. Sebagai contoh, mempertimbangkan manajer sebuah perusahaan yang didedikasikan untuk misi meningkatkan kualitas suatu produk. Bagaimana perilaku manajer ini dipengaruhi oleh bawahan? Satu yang jelas Tanggapan adalah bahwa pemimpin erat akan mengawasi anggota tim yang tidak melakukan baik dan longgar akan mengawasi orang lain yang memenuhi misi mereka produk penambah baikan. Jadi, dengan kinerja mereka, bawahan yang mempengaruhi pemimpin. Sebagai contoh lain, mempertimbangkan Chief Executive Officer (CEO) dari perusahaan besar yang memiliki seorang manajer kualitas yang sangat panas marah. Meskipun CEO memiliki kewenangan atas ini anggota organisasi dan dapat memesan individu untuk melakukan banyak kerja terkait kegiatan, CEO mungkin takut marah bawahan dan akan memodifikasi nya gaya kepemimpinan untuk mengakomodasi individu ini. Dalam hal ini, manajer mungkin mengerahkan lebih berpengaruh pada CEO daripada pemimpin yang mempengaruhi bawahan.

Page 6: TEORI KEPEMIMPINAN.docx

TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1.