Teori governance
-
Upload
ariefaid-al-flourez -
Category
Education
-
view
2.371 -
download
4
Transcript of Teori governance
TEORI GOVERNANCETEORI GOVERNANCE
SYARIEF ARY FA’IDSYARIEF ARY FA’ID
E-mail: E-mail: [email protected]
GOOD GOVERNANCE & GOOD GOVERNANCE & EKSPLORASI KONSEP, EKSPLORASI KONSEP, ISU DAN PRAKTIK DI ISU DAN PRAKTIK DI
INDONESIAINDONESIA
Memahami GovernanceMemahami Governance Governance diartikan sbg mekanisme, praktek,dan Governance diartikan sbg mekanisme, praktek,dan
tata cara pemerintah dan warga mengatur tata cara pemerintah dan warga mengatur sumberdaya serta memecahkan masalah-masalah sumberdaya serta memecahkan masalah-masalah publik.publik.
Dlm Konsep governance, pemerintah hanya menjadi Dlm Konsep governance, pemerintah hanya menjadi salah satu aktor dan tdk selalu menjadi aktor paling salah satu aktor dan tdk selalu menjadi aktor paling menentukanmenentukan
IMPLIKASInya: peran pemerintah sebagai IMPLIKASInya: peran pemerintah sebagai pembangun maupun penyedia jasa pelayanan dan pembangun maupun penyedia jasa pelayanan dan infrastruktur akan bergeser menjadi badan infrastruktur akan bergeser menjadi badan pendorong terciptanya lingkungan yg mampu pendorong terciptanya lingkungan yg mampu memfasilitasi pihak lain dikomunitas dan sektor memfasilitasi pihak lain dikomunitas dan sektor swasta utk ikut aktif melakukan upaya tersebut.swasta utk ikut aktif melakukan upaya tersebut.
Governance menutut redefenisi peran negara, dan itu Governance menutut redefenisi peran negara, dan itu berarti adanya redefenisi pula pada peran warga. Ada berarti adanya redefenisi pula pada peran warga. Ada tuntutan yg lebih besar pd warga yaitu memonitor tuntutan yg lebih besar pd warga yaitu memonitor akuntabilitas pemerintah.akuntabilitas pemerintah.
Governance scr terminologis dpt dipahami sbg Governance scr terminologis dpt dipahami sbg kepemerintahan,----shg msh banyak yg beranggapan kepemerintahan,----shg msh banyak yg beranggapan bahwa governance sinonim dgn government.bahwa governance sinonim dgn government.
Interpretasi dari praktek-2 governance selama ini byk Interpretasi dari praktek-2 governance selama ini byk mengacu pd perilaku dan kapasitas pemerintah, shg good mengacu pd perilaku dan kapasitas pemerintah, shg good governance sesolah-2 otomatis akan tercapai apabila ada governance sesolah-2 otomatis akan tercapai apabila ada good government.good government.
Secara historis: ketika istlah governance pertama kali Secara historis: ketika istlah governance pertama kali diadopsi oleh para praktisi dilembaga pembangunan diadopsi oleh para praktisi dilembaga pembangunan internasional, konotasi governance yg digunakan internasional, konotasi governance yg digunakan mmg sgt sempit dan bersifat teknokratis; seputar mmg sgt sempit dan bersifat teknokratis; seputar kinerja yg efektif—manajemen publik dan korupsi.kinerja yg efektif—manajemen publik dan korupsi.
Sejatinya Konsep governance hrs dipahami sbg suatu Sejatinya Konsep governance hrs dipahami sbg suatu proses, bukan struktur atau institusi.proses, bukan struktur atau institusi.
Governance juga menunjukan inklusivitas.Governance juga menunjukan inklusivitas. Kalau government dilihat sbg “ mereka” maka Kalau government dilihat sbg “ mereka” maka
governance adalah “ kita”. (Leach & Percy-Smith governance adalah “ kita”. (Leach & Percy-Smith (2001)(2001)
Government; hanya politisi dan pemerintahlah yg Government; hanya politisi dan pemerintahlah yg mengatur, melakukann sesuatu, memberikan mengatur, melakukann sesuatu, memberikan pelayanan, sementara sisa dari “kita” adalah pelayanan, sementara sisa dari “kita” adalah penerima yg pasif.penerima yg pasif.
Governance; meleburkan perbedaan antara Governance; meleburkan perbedaan antara “pemerintah” dan yang “diperintah” karena kita “pemerintah” dan yang “diperintah” karena kita semua adlh bagian dari proses governance.semua adlh bagian dari proses governance.
Sejarah Konsep GovernanceSejarah Konsep Governance Istlah Governance pertamakali dipopulerkan oleh Istlah Governance pertamakali dipopulerkan oleh
Bank Dunia; dlm publikasinya pd thn 1992 dgn Bank Dunia; dlm publikasinya pd thn 1992 dgn judul: Governance and Developmentjudul: Governance and Development
Defenisi Governance mnrt WB: “the manner in wich Defenisi Governance mnrt WB: “the manner in wich power is exercised in the management of a country’s power is exercised in the management of a country’s social and economic resources for development”social and economic resources for development”
pengelolaan kekuasaan yg baik adalh mengelola pengelolaan kekuasaan yg baik adalh mengelola sumber sosial dan ekonomi utk pembangunan.sumber sosial dan ekonomi utk pembangunan.
Menurut ADB (Asia development Bank); yg sejak th Menurut ADB (Asia development Bank); yg sejak th 1995 telah memiliki policy paper bertajuk 1995 telah memiliki policy paper bertajuk Governance; sound development Management.Governance; sound development Management.
Kebijakan ADB mengartikulasikan 4 elemen esensial Kebijakan ADB mengartikulasikan 4 elemen esensial dari dari Good Governance, yaitu; accountability, dari dari Good Governance, yaitu; accountability, participation, predicabality, dan transparency.participation, predicabality, dan transparency.
UNDP: governance meliputi pemerintah, sektor swasta, UNDP: governance meliputi pemerintah, sektor swasta, dan civil society serta interkasi antar ketiga elemen dan civil society serta interkasi antar ketiga elemen tersebut. (lihat UND;reconseptualising governanace; tersebut. (lihat UND;reconseptualising governanace; Discussion paper No.2;1997)Discussion paper No.2;1997)
Ciri-ciri Goodgovernance menurut UNDP:Ciri-ciri Goodgovernance menurut UNDP:
Mengikutsertakan semua, transparan dan bertanggungjawab, Mengikutsertakan semua, transparan dan bertanggungjawab, efektif dan adil, menjamin adanya supremasi hukum, efektif dan adil, menjamin adanya supremasi hukum, menjamin bahwa perioritas-2 politik, sosial, dan menjamin bahwa perioritas-2 politik, sosial, dan ekonomi, didasarkan pd konsensus masyarakat, serta ekonomi, didasarkan pd konsensus masyarakat, serta memperhatikan kepentingan mereka yg paling miskin dan memperhatikan kepentingan mereka yg paling miskin dan lemah dlm proses pengambilan keputusan menyangkut lemah dlm proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumberdaya pembangunan.alokasi sumberdaya pembangunan.
Pertemuan kedua:Pertemuan kedua: Good Governance dlm Konteks Indonesia?Good Governance dlm Konteks Indonesia?
Eksklusifitas dan BirokratisEksklusifitas dan Birokratis Hirarkis dan patologisHirarkis dan patologis Patron Client dan kolutifPatron Client dan kolutif InkonsistensiInkonsistensi Model relasi seperti apa yg hrs dibangun antara warga Model relasi seperti apa yg hrs dibangun antara warga
dan pemeritah utk menjamin tercapainya dan pemeritah utk menjamin tercapainya penyelenggaraan good governance?penyelenggaraan good governance?
Jwbn: “kita menginginkan pemerintahan yg demokratis, Jwbn: “kita menginginkan pemerintahan yg demokratis, yaitu pemerintahan yg menekankan pentingnya yaitu pemerintahan yg menekankan pentingnya membangun proses pengambilan keputusan publik yg membangun proses pengambilan keputusan publik yg sensitif terhadp suara-2 komunitas.sensitif terhadp suara-2 komunitas.
Good Governance: menginginkan proses Good Governance: menginginkan proses pengambilan keputusan yg bersifat hirarkis pengambilan keputusan yg bersifat hirarkis berubah menjadi andil seluruh stakeholders.berubah menjadi andil seluruh stakeholders.
Aspek partisipasi dlm GG menutut adanya Aspek partisipasi dlm GG menutut adanya hubungan lgsung antara pemerintah dgn hubungan lgsung antara pemerintah dgn warganya, tdk semata-2 melalui perantara, warganya, tdk semata-2 melalui perantara, representatif atau parpolrepresentatif atau parpol
GG yg baik: apabila ada kekuatan yg saling GG yg baik: apabila ada kekuatan yg saling mendukung; warga yg bertanggungjawab, mendukung; warga yg bertanggungjawab, aktif dan memiliki kesadaran dan pemerintah aktif dan memiliki kesadaran dan pemerintah yg terbuka, tanggap, mau mendengar, dan yg terbuka, tanggap, mau mendengar, dan mau melibatkan (inkulusif)mau melibatkan (inkulusif)
GG sbg altenatif Penguatan CS, dan GG sbg altenatif Penguatan CS, dan Meretas Kemiskinan?Meretas Kemiskinan?
Katherine Marshal (direktur WB utk Governance and Social Katherine Marshal (direktur WB utk Governance and Social policy diwilayah Asia Timur): kualitas govenance adlh faktor policy diwilayah Asia Timur): kualitas govenance adlh faktor penting utk menjamin suksesnya upaya menghapus penting utk menjamin suksesnya upaya menghapus kemiskinan dan membangun fondasi menuju masyarakat yg kemiskinan dan membangun fondasi menuju masyarakat yg pro-org miskin dan berkeadilan.pro-org miskin dan berkeadilan.
Tadao Chino (presiden ADB); Apbila org miskin ingin Tadao Chino (presiden ADB); Apbila org miskin ingin memiliki akses terhadap pelayanan dan fasilitas publik, memiliki akses terhadap pelayanan dan fasilitas publik, meeka membutuhkan suara dan partisipasi yg lebih besar dlm meeka membutuhkan suara dan partisipasi yg lebih besar dlm badan-2 pemerintah lokal atu organisasi Civil Society, badan-2 pemerintah lokal atu organisasi Civil Society, pemerintah hrs melibatkan semua pihak yg memiliki pemerintah hrs melibatkan semua pihak yg memiliki kepedulian—CS, bisnis, komunitas donor dan org-2 miskin kepedulian—CS, bisnis, komunitas donor dan org-2 miskin itu sendiri----dan menjamin bhw pandangan masing-2 itu sendiri----dan menjamin bhw pandangan masing-2 diperhatikan. Hanya dgn membuat proses penyususnan diperhatikan. Hanya dgn membuat proses penyususnan kebijakan menjadilebih partisipaoris, transparan, dan kebijakan menjadilebih partisipaoris, transparan, dan akuntabel, maka keberhasilan bisa dicapai.akuntabel, maka keberhasilan bisa dicapai.
GG di IndonesiaGG di Indonesia
Fokus isu desentralisasi dan GG ditingkat lokalFokus isu desentralisasi dan GG ditingkat lokal Mendorong partisipasi dan demokratisasi di Mendorong partisipasi dan demokratisasi di
tingkat lokaltingkat lokal Elaborasi visi governance dan akuntabilitas Elaborasi visi governance dan akuntabilitas
politik dan keterlibatan kelompok miskinpolitik dan keterlibatan kelompok miskin Governance dan birokrasi sbg publik serviceGovernance dan birokrasi sbg publik service Penguatan kapasitas dan berkembangnya CS Penguatan kapasitas dan berkembangnya CS
(pmerintah yg baik tdk akan terjadi tanpa CS (pmerintah yg baik tdk akan terjadi tanpa CS yg kuat;--- (social capital)yg kuat;--- (social capital)
Robert Putnam (ahli politik USA; dlm artikelnya; Robert Putnam (ahli politik USA; dlm artikelnya; Bowling Alone; America’s Declining Social Bowling Alone; America’s Declining Social Capital;1995): pentignya CS yg kuat dan aktif agar Capital;1995): pentignya CS yg kuat dan aktif agar demokrasi dpt berjalan. Menurut demokrasi dpt berjalan. Menurut pengamatanya,ada kecenderungan dari warga USA pengamatanya,ada kecenderungan dari warga USA utk menarik diri dari kegiatan sosial.utk menarik diri dari kegiatan sosial.
Studi Robert Putnam: Studi Robert Putnam: Pentingnya restorasi (perbaikan) Pentingnya restorasi (perbaikan) civic engagement civic engagement
(hubungan)(hubungan) dan dan civic trust civic trust Pentingnya agar elemen SC ditingkat lokal Pentingnya agar elemen SC ditingkat lokal
diperkuatdiperkuat Negara hrs membuka relasi baru dgn CS agr dpr Negara hrs membuka relasi baru dgn CS agr dpr
meningkatkan Social Capitalmeningkatkan Social Capital
Governance hrs mampu meningkatkan rasa Governance hrs mampu meningkatkan rasa saling percaya (trust) antar warga masyarakat saling percaya (trust) antar warga masyarakat dgn pemerintah, karena hal tsb sbg komponen dgn pemerintah, karena hal tsb sbg komponen ptg pembentuk social capital.ptg pembentuk social capital.
Fukuyama (2000): trust berfungsi seperti Fukuyama (2000): trust berfungsi seperti pelumas yg membuat kelompok organisasi pelumas yg membuat kelompok organisasi masyarakat dpt berjalan scr efektif.masyarakat dpt berjalan scr efektif.
Kepercayaan sosial adlh aset yg berharga yg Kepercayaan sosial adlh aset yg berharga yg berfungsi sbg perekat bhkan merupakan utk berfungsi sbg perekat bhkan merupakan utk mencapai CS yg demokratismencapai CS yg demokratis
Reformasi sbg jalan masuk GGReformasi sbg jalan masuk GG Thn 1998: pintu masuk melakukan perubahan dan Thn 1998: pintu masuk melakukan perubahan dan
perbaikan Governanceperbaikan Governance Krisis ekonomi menjadi pelajar ptg dari model Krisis ekonomi menjadi pelajar ptg dari model
pengelolaan negara yg buruk sekaligus belajar upaya-pengelolaan negara yg buruk sekaligus belajar upaya-upaya inovatif utk pemecahan masalahupaya inovatif utk pemecahan masalah
Transisi Politik: mencemaskan relasi pemerintah dan Transisi Politik: mencemaskan relasi pemerintah dan MasyarakatMasyarakat
Transisi juga berfungsi menawarkan inovasi dan Transisi juga berfungsi menawarkan inovasi dan kreatifitas dari pemerintah lokal maupun CS utk kreatifitas dari pemerintah lokal maupun CS utk menajamkan fungsi masing-2 dlm penyelenggaraan menajamkan fungsi masing-2 dlm penyelenggaraan governancegovernance
Isu demokrasi dan demokratisasi semakin masif dan Isu demokrasi dan demokratisasi semakin masif dan masuk pd fase melakukan perubahan diberbagai masuk pd fase melakukan perubahan diberbagai bidangbidang
Penyelenggara GG menuntut adanya perubahan yg Penyelenggara GG menuntut adanya perubahan yg ekstensif, terutama dlm peran pemerintahekstensif, terutama dlm peran pemerintah
Meminjam istilah Osborne & Gaebler (1992): Meminjam istilah Osborne & Gaebler (1992):
“ “ Steering” ketimbang “ rowing”, dan “enabling” Steering” ketimbang “ rowing”, dan “enabling” ketimbang “providing”ketimbang “providing”
Pememrintah tdk perlu melakukan segalanya sendri ttp Pememrintah tdk perlu melakukan segalanya sendri ttp lebih memfasilitasi dan mengkoordinir, bukan lebih memfasilitasi dan mengkoordinir, bukan mengarahkan dan mengontrol.mengarahkan dan mengontrol.
Reformasi: dari “old government” ke “new goverment”Reformasi: dari “old government” ke “new goverment”
Perubahan =recognitition stage yaitu tahap mengenali Perubahan =recognitition stage yaitu tahap mengenali dan menyadari bahwa perubahan memang betul-betul dan menyadari bahwa perubahan memang betul-betul diperlukandiperlukan
Kurt Lewin (1951)dlm teori perubahan: Kurt Lewin (1951)dlm teori perubahan: menyebutkan adanya dua kekuatan perubahan, menyebutkan adanya dua kekuatan perubahan, yaitu kekuatan utk mendorong perubahan yaitu kekuatan utk mendorong perubahan ( dirving forcess/DF) dan kekuatan utk ( dirving forcess/DF) dan kekuatan utk menentang perubahan (restraining forces;RF)menentang perubahan (restraining forces;RF)
Cth DF:ketakutan kegagalan, ketakutan kurang Cth DF:ketakutan kegagalan, ketakutan kurang sumberdayasumberdaya
Kurt Lewin: ada 3 langkah dlm proses Kurt Lewin: ada 3 langkah dlm proses perubahan:perubahan:
1.Unfreezing ;proses pencarian kebekuan dari 1.Unfreezing ;proses pencarian kebekuan dari kondisi status quokondisi status quo
2. Change ; proses perubahan itu sendiri2. Change ; proses perubahan itu sendiri3. Refreezing; proses konsolidasi kondisi baru yg 3. Refreezing; proses konsolidasi kondisi baru yg
sudah berubah.sudah berubah.
Pertemuan KetigaPertemuan Ketiga
ARIEFA’IDARIEFA’ID
Faktor Perubahan GovernanceFaktor Perubahan Governance Faktor utama perubahan dlm proses governance Faktor utama perubahan dlm proses governance
ditentukan oleh proses governance itu sendiri.ditentukan oleh proses governance itu sendiri. Orang-2 (aktor) bisa jd penghambat dan juga bisa Orang-2 (aktor) bisa jd penghambat dan juga bisa
jd pendukung.jd pendukung.Wilson & Rosenfeld (1990), ada 4 alasan:Wilson & Rosenfeld (1990), ada 4 alasan:1.1. Kepentingan pribadiKepentingan pribadi2.2. Rendahnya tingkat kepercayaan dibarengi dgn salah Rendahnya tingkat kepercayaan dibarengi dgn salah
pengertianpengertian3.3. Perbedaan pandangan atau penilaian terhadap Perbedaan pandangan atau penilaian terhadap
keuntungan dan perubahankeuntungan dan perubahan4.4. Rendahnya toleransi terhadap perubahanRendahnya toleransi terhadap perubahan
Komunikasi antar pemrakarsa dan pemegang Komunikasi antar pemrakarsa dan pemegang peranan.peranan.
Pemimpin memiliki peran ptg dlm proses perubhan Pemimpin memiliki peran ptg dlm proses perubhan governancegovernance
Mengelola perubahan adlh suatu proses utk Mengelola perubahan adlh suatu proses utk menghasilkan perubahan dgn tingkat resistensi yg menghasilkan perubahan dgn tingkat resistensi yg minimalminimal
Tugas agen perubahan: membuat orglain berubahn Tugas agen perubahan: membuat orglain berubahn dn juga memotivasi agr org membuat perubahan.dn juga memotivasi agr org membuat perubahan.
Studi, Judith Tendler dlm bukunya: Good Studi, Judith Tendler dlm bukunya: Good Government in the Tropics (1997): menekankan Government in the Tropics (1997): menekankan dedikasi sbg faktor yg mempengaruhi adanya kineja dedikasi sbg faktor yg mempengaruhi adanya kineja yg baik dan “ best practise’.yg baik dan “ best practise’.
Hrs ada publikasi terhadap keberhasilan pelaksanaan Hrs ada publikasi terhadap keberhasilan pelaksanaan program---mengundang media,dllprogram---mengundang media,dll
Memberikan penghargaan/hadiah bgi kinerja yg baikMemberikan penghargaan/hadiah bgi kinerja yg baik Dibutuhkan dukungan moral dari publik utk Dibutuhkan dukungan moral dari publik utk
melindunginya dari gangguan politisi/org-2lain melindunginya dari gangguan politisi/org-2lain dipemerintahan yg memliki kekuasaan (tapi tdk mau dipemerintahan yg memliki kekuasaan (tapi tdk mau berubah)berubah)
Jadi Inovasi dalam partisipasi dan governance adlh upaya utk Jadi Inovasi dalam partisipasi dan governance adlh upaya utk memperkenalkan sesuatu yg baru; ide baru; metode baru, memperkenalkan sesuatu yg baru; ide baru; metode baru, maupun pendekatan baru serta upaya utk mencari solusi maupun pendekatan baru serta upaya utk mencari solusi keratif dalam rangka meningkatkan partisipasi dan keratif dalam rangka meningkatkan partisipasi dan memperbaiki kinerja governancememperbaiki kinerja governance
Partisipasi warga—governance: proses ketika warga,sbg Partisipasi warga—governance: proses ketika warga,sbg individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi perencanaan, pelaksanaan dan peran serta ikut mempengaruhi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakn-2 yg langsung mempengaruhi kehidupan pemantauan kebijakn-2 yg langsung mempengaruhi kehidupan mereka.mereka.
Good Governance: adalah mekanisme, praktek dan tatacara Good Governance: adalah mekanisme, praktek dan tatacara pemerintah dan warga mengatur sumberdaya dan memecahkan pemerintah dan warga mengatur sumberdaya dan memecahkan masalah-2 publik. masalah-2 publik.
Kualitas governance dinilai dari kualitas interaksi yg terjadi Kualitas governance dinilai dari kualitas interaksi yg terjadi antara komponen governance, yaitu pemerintah, civil society, antara komponen governance, yaitu pemerintah, civil society, dan sektor swasta.dan sektor swasta.
Governance yang baik memiliki unsur-2 akuntabilitas, Governance yang baik memiliki unsur-2 akuntabilitas, partisipasi, predictability, dan transparansipartisipasi, predictability, dan transparansi
Civil Society: ruang tempat kelompok-2 sosial dpt Civil Society: ruang tempat kelompok-2 sosial dpt eksis dan bergerak. Secara umum yg dimaksud dgn eksis dan bergerak. Secara umum yg dimaksud dgn kelompok sosial meliputi organisasi non-kelompok sosial meliputi organisasi non-pemerintah/LSM, institusi masyarakat akar rumput, pemerintah/LSM, institusi masyarakat akar rumput, media, institusi pendidikan, asosiasi profesi, media, institusi pendidikan, asosiasi profesi, organisasi keagamaan, dll—yg secara keseluruhan organisasi keagamaan, dll—yg secara keseluruhan dpt menjadi kekuatan penyeimbang dari pemerintah dpt menjadi kekuatan penyeimbang dari pemerintah maupun sektor swasta.(masyarakat madani, warga maupun sektor swasta.(masyarakat madani, warga masyarakat, masyarakat demokratis, masyarakat masyarakat, masyarakat demokratis, masyarakat terbuka, dan masyarakat santun)terbuka, dan masyarakat santun)
Pertemuan ke 5Pertemuan ke 5
INOVASI GOOD GOVERNANCEINOVASI GOOD GOVERNANCE
DALAM KEBIJAKAN PUBLIK & DALAM KEBIJAKAN PUBLIK & PELAYANAN PUBLIKPELAYANAN PUBLIK
OO00 ARIE FA’ID 00OOOO00 ARIE FA’ID 00OO
Apa itu Policy (kebijakan publik)?Apa itu Policy (kebijakan publik)?
Policy= kebijaksanaan (bagi internal struktur Policy= kebijaksanaan (bagi internal struktur kekuasaan negara) sering disbt: tujuan (goals), kekuasaan negara) sering disbt: tujuan (goals), program, keputusan, UU, ketentuan-2, usulan-2 dan program, keputusan, UU, ketentuan-2, usulan-2 dan rancangan-2 yg besar.rancangan-2 yg besar.
PBB: policy; sebagai pedoman utk bertindak.PBB: policy; sebagai pedoman utk bertindak. Suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedomana Suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedomana
bertindak tertentu, suatu program mengenai aktivitas-bertindak tertentu, suatu program mengenai aktivitas-2 tertentu atau suatu rencana ( UN, 1975)2 tertentu atau suatu rencana ( UN, 1975)
James E. Anderson (1978); kebijakan sbg perilaku James E. Anderson (1978); kebijakan sbg perilaku sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dlm suatu bidang pemerintah) atau serangkaian aktor dlm suatu bidang kegiatan tertentu.kegiatan tertentu.
Perbedaan policy dan politic?Perbedaan policy dan politic?
Carl Friendrich: kebijakan adalah suatu tindakan Carl Friendrich: kebijakan adalah suatu tindakan yg mengarah pada tujuan yg diusulkan oleh yg mengarah pada tujuan yg diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dgn adanya lingkungan tertentu sehubungan dgn adanya hambatan-2 tertentu seraya mencari peluang-2 hambatan-2 tertentu seraya mencari peluang-2 utk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran utk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yg diinginkan.yg diinginkan.
Apakah Kebijakan Negara itu?Apakah Kebijakan Negara itu? Chief J.O Udoji (1981): suatu tindakan bersanksi yg Chief J.O Udoji (1981): suatu tindakan bersanksi yg
mengarah pada suatu tujuan tertentu ug diarahkan pd mengarah pada suatu tujuan tertentu ug diarahkan pd suatu masalah atau kelompok tertentu yg saling suatu masalah atau kelompok tertentu yg saling berkaitan yg mempengaruhi sebagian besar warga berkaitan yg mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat.masyarakat.
W.I. Jenkis (1978): Serangkaian keputusan yg saling W.I. Jenkis (1978): Serangkaian keputusan yg saling berkaitan yg diambil oleh seorang /sekelompok aktor berkaitan yg diambil oleh seorang /sekelompok aktor politik berkenaan dgn tujuan yg telah dipilih beserta politik berkenaan dgn tujuan yg telah dipilih beserta cara-2 utk mencapainya dalam suatu situasi dimana cara-2 utk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan-2 itu pd prinsipnya masih berada dlm keputusan-2 itu pd prinsipnya masih berada dlm batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tsb.tsb.
Ciri-ciri kebijakan negaraCiri-ciri kebijakan negara
David Easton: orang-2 yg memiliki wewenang dlm David Easton: orang-2 yg memiliki wewenang dlm sistem politik, yakni para tetua adat, para ketua suku, sistem politik, yakni para tetua adat, para ketua suku, para eksekutif, para legislator, para hakim, para para eksekutif, para legislator, para hakim, para administrator, para monarki, dll.administrator, para monarki, dll.
Easton: mereka inilah org-2 yg dlm keseharianya Easton: mereka inilah org-2 yg dlm keseharianya terlibta dlm urusan-2 politik dari sistem politik dan terlibta dlm urusan-2 politik dari sistem politik dan dianggap sbgian besar warga sistem politik itu sbg dianggap sbgian besar warga sistem politik itu sbg pihak yg bertanggungjwb atas urusan-2 politik tadi pihak yg bertanggungjwb atas urusan-2 politik tadi dan berhak mengambil tindakan-2 dlm batas-2 peran dan berhak mengambil tindakan-2 dlm batas-2 peran dan kewenangan mereka.dan kewenangan mereka.
Implikasi Konsep Easton:Implikasi Konsep Easton:
1.1. Kebijakan negara lebih merupakan tindakan Kebijakan negara lebih merupakan tindakan yg mengarah pada tujuan dari pada yg mengarah pada tujuan dari pada perilaku/tindakan serba acak dan kebetulanperilaku/tindakan serba acak dan kebetulan
2.2. Kebijakan pd hakekaatnya terdiri atas Kebijakan pd hakekaatnya terdiri atas tindakan-2 yg saling berkait dan berpola yg tindakan-2 yg saling berkait dan berpola yg mengarah pd tujuan tertentu yg dilakukan mengarah pd tujuan tertentu yg dilakukan oleh pejabat pemerintah dan bukan oleh pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-2 yg berdiri sendirimerupakan keputusan-2 yg berdiri sendiri
3. Kebijakan menyangkut berbagi apa yg 3. Kebijakan menyangkut berbagi apa yg dilakukan oleh pemerintah dlm bidang-2 dilakukan oleh pemerintah dlm bidang-2 tertentutertentu
4. Kebijakan negara mungkin berbentuk negatif 4. Kebijakan negara mungkin berbentuk negatif dan positifdan positif
Kebijakan sbg pintu masuk GGKebijakan sbg pintu masuk GG
Butuh aktor negara yg paham ttg basic need Butuh aktor negara yg paham ttg basic need publicpublic
Butuh sistem yg mendukung pada GGButuh sistem yg mendukung pada GG Butuh partisipasi masyarakatButuh partisipasi masyarakat Butuh responsibitas birokrasi dan aktor politikButuh responsibitas birokrasi dan aktor politik Include dlm perencanaan yg aspiratifInclude dlm perencanaan yg aspiratif
Mendefinisikan Ulang Governance Zartman (1997): governing is conflict
management Esensi dasar dari governance adalah pengelolaan
konflik Fungsi utama pemerintahan pada dasarnya adalah
mengelola konflik di antara berbagai kelompok-kelompok politik, sosial, ekonomi yang ada di dalamnya
Kegiatan atau proses memerintah adalah kegiatan mengelola perbedaan-perbedaan atau pertentangan-pertentangan antar-berbagai kelompok, golongan dalam masyarakat.
Reviu kritis terhadap konsep & praktik konvensional governance
Konteks Konvensional Governance Bergesernya era government ke era governance
dalam isu-isu kebijakan dan pelayanan publik… Ciri: tidak eksklusifnya lagi tanggung jawab dan
penanganan masalah-masalah publik oleh organisasi pemerintah, tetapi juga oleh organisasi bisnis dan kekuatan masyarakat sipil, serta jejaring di antara ketiganya…
Ruang Lingkup: Lokal/Nasional: debirokratisasi, deregulasi, privatisasi,
liberalisasi berbagai kebijakan publik, adopsi kebijakan desentralisasi politik…
Regional/Internasional:intensifikasi dan ekstensifikasi fenomena globalisasi bersemangat “neo-liberal” yang pro-pasar dan anti-peran pemerintah
Konsep Governance: Yang Klasik...A complex concept that includes the
state institutions and structures, decision-making processes, capacity
to implement and the relationship between government officials and
the public[Landell-Mills & Serageldin, 1992]
Redefinisi Konseptual
Peran kelembagaan tripilar “negara/pemerintah-bisnis/swasta-masyarakat sipil” Konseptualisasi liberal [e.g. UNDP, Bank Dunia,
“Osbornian”, “Washington Consensus”] Konseptualisasi non-liberal [e.g. Gramscian, “Third
Way”, “Fair Trade”, local wisdoms…] Pengembangan kelembagaan governance
Kapasitas manajemen pelayanan publik dan pengelolaan berbagai kebijakan publik di bidang-bidang sosial, ekonomi, dan politik
Efektifitas peran pemerintah dalam pelayanan publik
Negara/Pemerintah
Suprastruktur Negara/Pemerintah: gejala-gejala politik dalam lembaga-lembaga negara, seperti parlemen, birokrasi pemerintahan, militer, dsb.
Intermediary Negara/Pemerintah: gejala-gejala politik dalam lembaga-lembaga yang menjadi (atau diasumsikan sebagai) perantara politik warga, yaitu pers/media massa, partai politik, kelompok kepentingan atau penekan, lobby, dsb.
Infrastruktur Negara/Pemerintah: gejala-gejala politik dalam lembaga-lembaga yang dibentuk dalam konteks komunitas atau masyarakat sipil: pemerintahan atau perwakilan warga desa, adat, dll
Negara/Pemerintah: Sayonara? Latar 1: “Strong state”, “developmental
state”, otoriterisme negara, birokrasi, militer, patron-klientilisme pemerintah-bisnis
Latar 2: “deetatisme”, “destatisme”, I.e. tekanan resep neo-liberal yang membatasi peran negara (re: peran negara minimalis) Respon: mewirausahakan pemerintah,
reinventing government (to steer, not to row…) [re: Osborne]
Dimensi-dimensi Negara Kuat/Lemah… The capacity of state actors & state
institutions to autonomously devise & implement public policy, shaping the preferences & interests of other actors, intervening in & transforming economic & cultural structures…
State strength=bureaucratic insulation (b.I.)+ policy-making coherence (p.m.C)
Praktik b.I + p.m.C
Para pemimpin negara & birokrasi: industrializing strategies, restoring societal discipline, resolving ethnic imbalances, inspiring nationalist sentiments
Secara ekonomi, ditandai oleh: deep & systematic state interventions into the economy atau steadfast refusal to intervene, despite special pleading from powerful interest groups
Negara/Pemerintah: Respon Non-liberal… Negara “Jalan Ketiga” dengan ciri-ciri:
Devolution: respond structurally to globalization, reassertion of state authority
Double democratization Renewal of the public sphere: transparency Administrative efficiency Mechanisms of direct democracy Government as risk manager
Negara “Jalan Ketiga” sebagai “Social Investment State”
Demokrasi Kosmopolitan
Social Investment State
Different roles of state: In classical social democracy, wealth creation is
incidental to economic security & redistribution… In neo-liberal, wealth generation means
competitiveness… In third way, wealth creation means essential state role
in investing human resources & infrastructure needed to develop entrepreneurial culture
The state foster the inclusive society, i.e. a society which regards equality as inclusion, adopts limited meritocracy, renews its public sphere (civic liberalism), goes beyond the work society, applies positive welfare, and promotes the social investment state
Masyarakat Sipil [1]
Masyarakat sipil: definisi, konsep dan teori Negara dan masyarakat sipil: eksplorasi
pengalaman masyarakat sipil dalam berhubungan dengan negara.
Posisi masyarakat sipil dalam kehidupan ekonomi: eksplorasi pengalaman masyarakat sipil dalam mengelola perekonomian mereka.
Peran masyarakat sipil dalam kehidupan sosial: bagaimana mereka berperan dalam proses perubahan sosial yang lebih luas: yang diperlukan adalah eksplorasi pengalaman masyarakat sipil dalam kehidupan sosial mereka sendiri, misalnya dalam hal social safety.
Masyarakat Sipil [2]
Keberadaan LSM dan bagaimana mereka mengembangkan strategi pemberdayaan masyarakat sipil: eksplorasi pengalaman masyarakat sipil dalam merintis dan mengembangkan LSM.
Proses transnasionalisasi atau globalosasi gerakan masyarakat sipil: eksplorasi pengalaman masyarakat sipil dalam merintis dan mengembangkan jaringan transnasional atau global
Masyarakat Sipil: Berdaya, Mandiri…? Liberal: ketidakberdayaan di hadapan 2 pilar lain, o.k.i
perlu diperkuat kapasitasnya, dimandirikan, dst… Non-liberal: discourse-nya yang timpang, perlu
counter-discourse [re: Gramsci on intelectual organic, Giddens on renewed civil society & democratic family]
Negara Dunia Ketiga: polarisasi masyarakat yang “overlapping” berdasar garis ideologi, primordialisme, struktur ekonomi & demografis, konsentrasi geografis Re: Indonesianya Clifford Geertz tentang varian-varian
masyarakat abangan, santri, priyayi yang masih menjadi main discourse dalam perpolitikan dan kehidupan sosial-ekonomi dan masih menjadi acuan utama dalam berbagai literatur mengenai masyarakat sipil Indonesia, e.g. Samuel & Nordholt (2004) Indonesia in Transition: Rethinking ‘Civil Society’, ‘Region’ and ‘Crisis’ ]
Gramsci’s Organic Intelectual Konteks:
perlunya menghapus perbedaan kerja manual & kerja intelektual: di bawah kapitalisme dalam proses produksi, dalam masyarakat sipil, dan dalam aparat negara
hubungan antara pengetahuan & kekuasaan: monopoli pengetahuan oleh kelas yang berkuasa
Definisi: “semua orang adalah intelektual, namun tidak semua orang mempunyai fungsi intelektual…”
Giddens’ Renewed Civil Society & Democratic Family
Renewed civic culture: Government & civil society in partnership Community renewal through harnessing local
initiative Involvement of the third sector Protection of the local public sphere Community-based crime prevention The democratic Family:
Emotional & sexual equality Mutual rights & responsibilities in relationships Co-parenting Life-long parental contracts Negotiated authority over children Obligations of children to parents The socially-integrated family
Masyarakat Sipil & Modal Sosial Contemporary Indonesian civil society:
its development, changes, and continuity… The context of political reform, changes
and decentralization policy The context of recent economic
development policy Need to assess and adopt the concept of
“social capital” in terms of its empirical context in Indonesian society
Social Capital: Brief History
Traced back in the 1960s in the work of sociologist Jane Jacobs, then adopted by Pierre Bourdieu in 1986, then picked up initially by James Coleman and others…
Popularized in 1990s by the World Bank through a research program devoting to develop the concept, then by Robert D. Putnam in his article, Bowling Alone: America's Declining Social Capital (1995) and his book Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community (2000).
Social Capital: Concepts Adopted #1 From Bourdieu’s (1986) three forms of capital
(economic, cultural and social): social capital is the aggregate of the actual or potential resources which are linked to possession of a durable network of more or less institutionalized relationships of mutual acquaintance and recognition
Coleman (1988): The function identified by the concept of ‘social capital’ is the value of these aspects of social structure to actors as resources that they can use to achieve their interests
Social Capital: Concepts Adopted #2 Putnam (1993, 1995):
social capital refers to the collective value of all social networks and the inclinations that arise from these networks to do things for each other
social capital as ‘trust, norms and networks’ that facilitate cooperation for mutual benefit
Francis Fukuyama (1995, 1999): social capital can be defined simply as the
existence of a certain set of informal values or norms shared among members of a group that permit cooperation among them
families are obviously important sources of social capital everywhere
Social Capital: A Recap…
Social capital is generally referred to as the set of trust, institutions, social norms, social networks, and organizations that shape the interactions of actors within a society and are an asset for the individual and collective production of well-being.
At the macro level, social capital can affect the economic performance and the processes of economic growth and development
[Fabio Sabatini, Social Capital Gateway]
Praktik Modal Sosial: Temuan dari GDS 1+ (Data Sources) Modules: Households, Kepala Desa Questions explored:
neighbor trustworthiness (at neighborhood and neighboring village levels)
types and levels of community participation, perception on police service deliveries, duration of living in the area, distance and means of transportation to the nearest
asphalt road, market, kelurahan office, police station, post office, bank
land and other secondary/tertiary goods ownership, house sizes and types of roofing, walls, flooring, source of lighting
knowledge on political events and figures at central, provincial, and local (kabupaten, kecamatan and village) levels, and on corruption cases
GDS 1+ Civil Society
GDS 1+ types and levels of civil society participation are parallel to those of GDS 1: cognitive –rather than affective– involvement in community programs: Most of respondents (52%) are aware of the
existence of kelurahan or village’s community development programs, 42% not knowing it
However, most of them (59%) never show up in the meeting to plan such programs, only 11 % of them always attend such meetings
Most of them (56.5%) have no material (money) contribution to such programs
Trustworthiness among Close Neighbors [1]
Who can be trusted (among close neighbors)?
47%
41%
10%
0%
2%
all
majority
only minor part
none
don't know
Trustworthiness among Close Neighbors [2]
Majority of respondents believe that their close neighbors are all can be trusted (47%) and most of them can be trusted (41%), while the remaining 10% believe that minor part of their neighbors can be trusted…
It can be inferred that: level of trustworthiness among close
neighbors is generally very high only very small part of the society that believe
that their close neighbors are not trusted…
Trustworthiness among Distance Neighbors [1]
Who can be trusted (among distance neighbors)?
16%
32%
24%4%
24%
all
majority
only minor part
none
don't know
Trustworthiness is Shifted..
Trustworthiness is shifted lower as neighbors move outward to their distance ones: Only 16% believe that all their distance
neighbors can be trusted (compare to 47% in the case of close neighbors)
32% believe that majority of their distance neighbors can be trusted (compare to 41% in the case of close neighbors)
Even 24% of them do not have knowledge of whether their distance neighbors can be trusted…
Trustworthiness and Community Program Awareness [Cognitive Participation]
Those who are aware of the existence of community development program tends to have more positive attitude toward trustworthiness both among close and distance neighborhoods than those who are not aware of it…
[See figures in the next slides]
Close Neighborhoods
Community Awareness & Atittude toward Trustworthiness
0
500
1000
1500all
majority
only a minornone
don’t knowaware
not aware
Distance Neighborhoods
Community Awareness & Atittude toward Trustworthiness
0
500
1000all
majority
only a minornone
don’t knowaware
not aware
Desentralisasi: Ruang Lingkup Embraces a variety of concepts and types…
(ranging from reorganization of financial, administrative, to service delivery systems): each concept/type has different characteristics, policy implications, and conditions for success
The transfer of authority and responsibility for public functions from the central government to subordinate or quasi-independent government organizations and/or the private sector…
Types of Decentralization
Political Decentralization Administrative Decentralization
Deconcentration Delegation Devolution
Fiscal Decentralization Economic/Market Decentralization
Privatization Deregulation
Political Decentralization
Goal: giving citizens or their elected representatives more power in public decision making
Parallel with pluralistic politics, representative government
Support democratization, i.e. decisions made with greater participation will be better informed and more relevant to diverse interests in society
Requires: constitutional reforms, development of pluralistic political parties, the strengthening of legislatures, creation of local political units, the encouragement of effective public interest groups
Administrative Decentralization [AD] Goal: redistributing authority, responsibility,
and financial resources for providing public services among different levels of government
The transfer of responsibility for the planning, financing and management of certain public functions from the central government and its agencies to field units of government agencies, subordinate units of levels of government, semi-autonomous public authorities or corporations, or area-wide, regional or functional authorities
AD #1: Deconcentration
Often considered as the weakest form of decentralization and used most frequently in unitary states
Redistributes decision making authority and financial & management responsibilities among different levels of the central government: Shifting responsibilities from central
government officials to those working in regions, provinces, districts
Creating strong field administration or local administrative capacity under the supervision of central government ministries
AD #2: Delegation
More extensive form of decentralization Transfers responsibility for decision-making
and administration of public functions to semi-autonomous organizations not wholly controlled by the central government, but ultimately accountable to it
Examples: creation of public enterprises, housing authorities, transportation authorities, special service districts, semi-autonomous school districts, regional development corporations, special project implementation units (which have a great deal of discretion in decision making)
AD #3: Devolution
When governments devolve functions, they transfer authority for decision making, finance, and management to quasi-autonomous units of local government with corporate status
Transfer of responsibilities for services to municipalities that elect their own mayors and councils, raise their own revenues, have independent authority to make investment decisions
Local governments have clear and legally recognized geographical boundaries
Underlies most political decentralization…
Fiscal Decentralization
Transfer of financial responsibility as a core component of decentralization: adequate level of revenue generation and capacity to make decisions about expenditures
Forms: self-financing or cost recovery through user charge, co-financing or co-production arrangements through which the users participate in providing services and infrastructure through monetary and labor contributions, expansion of local revenues through property and sales taxes or indirect charges, intergovernmental transfers that shift general revenues from taxes collected by the central government to local governments, authorization of municipal borrowing and the mobilization of either national or local government resources through loan guarantees
Economic/Market Decentralization The most complete form of decentralization:
privatization and deregulation Usually accompanied by economic liberalization and
market development policies Privatization: allowing private enterprises to perform
functions that had previously been monopolized by government, contracting out the provision or management of public services or facilities to commercial enterprises, financing public sector programs through the capital market, transferring responsibility for providing services from the public to the private sector through the divestiture of state-owned enterprises
Deregulation: reduces the legal constraints on private participation in service provision, allows competition among private suppliers for services that in the past had been provided by the government or by regulated monopolies
Rationale for Decentralization As seen by economists: allocative efficiency,
i.e. decisions about public expenditure that are taken
by a level of government closer, and more responsive, to a local constituency are more likely to reflect the demand for local services than similar decisions taken by a remote central government)
people are more willing to pay for services which they find to be responsive to their priorities, especially if they have been involved in the decision making process with regard to delivering the services
to improve the "competitiveness" of governments and enhance innovation -- hence the likelihood that they will act to satisfy the wishes of citizens…
Obstacles of Decentralization Macro-level economic strategy: decentralization may make
stabilization policies more difficult to implement, and indeed, may itself lead to destabilizing levels and composition of overall public expenditures and public debt
Concern on equity: interjurisdictional and interpersonal, i.e. Some jurisdictions are better endowed with resources than others,
perhaps because of size or location Intergovernmental fiscal program may be designed to shift
resources to disadvantaged areas to ensure that all citizens enjoy a minimum level of service, regardless of location, or receive enhanced assistance to accelerate amelioration of deficits, because of location
local governments also play very important roles in implementing central distributional programs and in determining a host of tax, expenditure and intra-locality transfer schemes
Where local economies are intrinsically open and many resources, especially key human resources, are mobile, only limited success should be expected from jurisdictionally focused distributional programs…
Good politics & economics: Conditions to successful decentralization [1]
Decentralization framework must link local financing and fiscal authority to the service provision responsibilities and functions of the local government - so that local politicians can bear the costs of their decisions and deliver on their promises
Local community must be informed about the costs of services and service delivery options involved and the resource envelope and its sources - so that the decisions they make are meaningful. Participatory budgeting, such as in Porto Alegre,
Brazil, is one way to create this condition
Good politics & economics: Conditions to successful decentralization [2]
A mechanism by which the community can express its preferences in a way that is binding on the politicians --so that there is a credible incentive for people to participate
A system of accountability that relies on public and transparent information which enables the community to effectively monitor the performance of the local government and react appropriately to that performance- so that politicians and local officials have an incentive to be responsive
Instruments of decentralization --the legal and institutional framework, the structure of service delivery responsibilities and the intergovernmental fiscal system-- are designed to support the political objectives
Trends in Decentralization
Gradual appearing of a new distribution of responsibilities among the national, regional and local levels of government through the process of deconcentration (an initial and limited form of decentralization);
Disengagement of the state and economic liberalization, which favored a new wave of decentralization through devolution;
Increased involvement of local jurisdictions and civil society in the management of their affairs, with new forms of participation, consultation, and partnerships
Bisnis/Dunia Usaha: Hendak ke Mana? Latar 1: Clientilist Businesses, Private Sectors
under Strong Developmental State…[re: ersatz capitalism-nya Yoshihara Kunio] Fenomena “Ali-Baba”… Fenomena konglomerasi bisnis… Fenomena “rent-seeking BUMN”
Latar 2: Global/domestic capitalist development Globalisasi neo-liberal Washington consensus-nya IMF Fenomena “addicted to (foreign) capital” [re:
Walden Bello] Fenomena “bubble economy” [re: Paul Krugman]
Bisnis yang Tercerahkan: Mungkinkah?
Bisnis yang memiliki perhatian, kepedulian dan sense pegembangan masyarakat… Liberal 1: community development, corporate
responsibility, good corporate governance Liberal 2: Trade unionism, serikat buruh,
serikat pekerja, dll…[yang kadang-kdang didukung oleh kebijakan negara tentang perburuhan]
Non-liberal: jaringan “fair trade” sebagai counter-act dari praktik “free trade”
Reference
Dwiyanto dkk, Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah, “Pendahuluan”
Heywood, Politics, Bab 1 “What is Politics?” Arfani, “Konflik, Biografi Konflik dan Governance” Arfani: “Governance dan Pengelolaan Konflik” Rupesinghe, ‘Governance and Conflict Resolution in Multi-
Ethnic Societies’ Fisher et al, Mengelola Konflik: Ketrampilan dan Strategi
untuk Bertindak, Zed Books & the British Council Burki, et al ‘Decentralization: Politics in Command (Chapter
1) Beyond the Center: Decentralizing the State Burki, et al ‘Getting the Rules Right’ (Chapter 2) ibid
Reference [2]
UNDP, ‘Reintegration & Governance at Local Levels’ Martinussen, ‘Decentralisation & Local-level Politics’
(Chapter 15) Society, State & Market] Oyamada, “Local Governance” Randle, ‘Civil Resistance & Realpolitik’, Civil Resistance Cox, ‘Broadening the Viewing Point’, A Truly Civil Society Zartman, ed. Governance as Conflict Management Tadjoeddin, Anatomi Kekerasan Sosial dalam Konteks
Transisi: Kasus Indonesia 1990-2001, UNSFIR April 2002 Abdullah & Arfani, ‘Kultur & Struktur Pengelolaan Konflik di
Indonesia: Kasus Pertikaian Etnis & Agama’ Cahyono & Trijono, PEMILU 2004: Transisi Demokrasi dan
Kekerasan, CSPS Books
Reference [3]
Nordholt, A Genealogy of Violence in Indonesia Panggabean, ‘Federalisasi & Demokratisasi di
Indonesia’, JSP Maret 1998 Arfani, ‘Anatomi Otonomi Daerah’ PREMnotes WB, ‘Indonesia’s Decentralization after
Crisis, Sept. 2000 Ahmad & Hofman, ‘Indonesia: Decentralization—
Opportunities and Risks’, WB Indonesia, March 2000 Dwiyanto, et al, Bab 5 “Masyarakat Sipil” LSAF & TAF, Gerakan Keagamaan dalam Penguatan
Civil Society Samuel & Nordholt, Indonesia in Transition:
Rethinking Covil Society, Region and Crisis, Pustaka Pelajar 2004
Reference [4]
Bourdieu (1986), The Forms of Capital Coleman (1988), ‘Social capital in the creation of human
capital’, American Journal of Sociology, vol. 94, S. 95-120 Fukuyama (1995), Trust: The Social Virtues and the
Creation of Prosperity, Penguin, London. Fukuyama (1999), The Great Disruption: Human Nature
and the Reconstitution of Social Order, Free Press, New York
Putnam (1995), ‘Bowling alone: America’s declining social capital’, Journal of Democracy, vol. 6, no. 1, pp. 65-78.
Putnam (1993), Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern Italy, Princeton University Press, Princeton
Reference [5]
Jacques Bierling & George Lafferty, “Pressure for change: capitalist development and democracy” (Chapter 12), dalam Richard Maidment, David Goldblatt & Jeremy Mitchell (1998), Governance in the Asia-Pacific (London & NY: Routledge & the Open University)
William Case, “Sayonara to the Strong State: from Government to Governance in the Asia Pacific” in Maidment et al, eds (1998) Governance in the Asia Pacific (London/NY: Routledge/Open University)