Teori Belajar Sosial Albert Bandura

26
Teori Belajar Sosial Albert Bandura BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic

description

teori belajar

Transcript of Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori Belajar Sosial Albert BanduraBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teori

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social

( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme

yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan

evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau

kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah

eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti

perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh

Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor

pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif

berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor

social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert

Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social. Menurut

Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau

mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura

mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga

faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini

bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan

mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor

person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya

kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan

temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi

pemikiran dan kecerdasan.

Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif)

memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat

ini adalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002)

mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri

untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri

juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu

dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan

masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi

yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994),

individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah

dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia

memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini

menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu

bangkit dari kegagalan yang ia alami.

Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap

orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura

menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang

berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.

Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar

social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di

dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi,

atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Latar Belakang Tokoh

Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada

04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan

juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat

pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia

memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan

setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura

menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah

lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun dalam

pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan

tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik

sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American

Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada

tahub 1980.

Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan

belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku social dan proses

identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi

pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya yang

pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat,

walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan

perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena

penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert

Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu

konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen

kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.

B. Teori Pembelajaran Sosial

Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar

perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini

dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian

besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan

lebih banyak penqekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan

perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori

pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan

reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk

memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar

social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam

dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.

Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang

dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu

kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.

Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa

“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan

mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah

pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah

paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama.

Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang

dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji

dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru

melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.

Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami

orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku

model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau

penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu

mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut

dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai

secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh

seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang

pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).

Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori

pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh

Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah

diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk

menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori

sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah

laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa

pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu

melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku

tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi

dirinya.

C. Teori Peniruan ( Modeling )

Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John

Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan

( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang

lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran

social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah

memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh

hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar

tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian,

contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru

memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak –

anak untuk menirukan tingkah laku membaca.

Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959,

1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan

dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan

dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang

yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus.

Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau

pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan

agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran

sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa

mempertimbangan aspek mental seseorang.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor

dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau

telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau

telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-

anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan

palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah

menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan

terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak

tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan

oleh orang yang mereka tonton dalam video.

Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru

secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal

terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses

peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah

laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh

perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam

kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi

tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut,

jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut.

Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila

seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-

anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri

anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku

apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.

Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir

islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan

anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara

yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak

hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh

difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah

diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan.

Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan

dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan

menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang

disampaikan.

D. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)

Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan

gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses

belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi,

mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.

1) Perhatian (’Attention’)

Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat

mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga

diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik

yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain music

terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura &

Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality

Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang

lain pembelajaran dapat dipelajari.

2) Mengingat (’Retention’)

Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem

ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila

diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga

merupakan bagian penting dari proses belajar.

3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)

Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat

menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam

bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah

subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya

untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari

perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.

4) Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia

adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.

Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

E. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan

2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan

lain – lain

3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan

guru sebagai model

4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan

penguatan yang positif

5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan

tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan

yang positif

F. Eksperimen Albert Bandura

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang

menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang

dewasa disekitarnya.

Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa

proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan

menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa

aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh

guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang

optimum kepada pemahaman pelajar.

Eksperimen Pemodelan Bandura :

Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa

memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar

Bobo.

Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif

Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa

bermesra dengan patung besar Bobo

Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A

Rumusan :

Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah

hasil dari penguatan.

Hasil Keseluruhan Eksperimen :

Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang

dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif

Gambar Pemodelan Albert Bandura:

G. Jenis – jenis Peniruan (modelling)

Jenis – jenis Peniruan (modeling):

Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan

mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara

mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara

simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih

baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata –

kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai

contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan

pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan

seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama,

kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga

didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang

ditulis dalam buku panduan.

2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan

nilai yang dimilikinya.

3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut

disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang

bermanfaat.

Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara

teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif,

dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih

berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan

teori belajar social dalam iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu

menampilkan bintang – bintang yang popular dan disukai

masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli

sabun supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.

Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik

pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri

model seperti usia, status social, seks, keramahan, dan

kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak –

anak lebih senang meniru model seusianya daripada model

dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model yang sama

prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat

dependen cenderung imitasi model yang dependennya lebih

ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model

dengan observernya.

H. Kelemahan Teori Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan

dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah

mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut

memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya

dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian

individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku

yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

I. Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar

sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang

dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang

tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),

melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan

dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya

conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu

pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam

mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses

yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

BAB III

KESIMPULAN

Teori Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli

psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini

dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran

dalam lingkungan sekitarnya.

Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian –

kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah

merupakan hubungan yang saling berpengaruh.

Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.

2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).

4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.

LATAR BELAKANG

Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

“Social Cognitive Theory examines the processes involved as people learn from observing others and gradually acquire control over their own behaviour’( Bandura 1986, 1997 )

Albert Bandura, seorang tokoh mazhab sosial ini menyatakan bahawa proses pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan ‘permodelan’. Beliau menjelaskan lagi bahawa aspek pemerhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan juga aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada kefahaman pelajar.

4 unsur utama dalam peniruan

Untuk pembelajaran pemerhatian wujud adalah penting untuk individu berkenaan berbuat demikian:

1) Tumpuan ('Attention')Subjek harus memberi tumpuan kepada tingkahlaku modeluntuk membolehkannya mempelajarinya. Sama ada subjekmemberi perhatian atau tumpuan tertakluk kepada nilai,harga diri , sikap, dll yang dimiliki. m.s. seorang pemainmusik yang tidak yakin diri mungkin meniru tingkahlakupemain musik terkenal sehingga tidak mewujudkan stailnyayang tersendiri.Bandura & Walters (1963) dalam buku mereka "SocialLearning & Personality Development" menekankanbahawa hanya dengan memerhati seorang lain pembelajaranboleh berlaku. (baca eksperimen yang dijalankan disebelah).

2) Penyimpanan ('Retention')Subjek yang memerhati harus mengenkod peristiwa itudalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukanperistiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini.

3) Penghasilan ('Reproduction')Setelah mengetahui atau mempelajarai sesuatu tingkahlaku,subjek juga mesti mempunyai kebolehan mewujudkan ataumenghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkahlaku.m.s. memandu kereta, bermain tenis. Bagi sesetengahtingkahlaku kemahiran motor diperlukan untuk mewujudkankomponen-komponen tingkahlaku yang telahdiperhatikan.

4) MotivasiJuga penting ialah untuk sujek berkenaan mempunyai sebabdan keinginan untuk meniru.

Ciri-ciri Teori Pemodelan Bandura

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan.2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, misalan dan teladan.3. Pelajar meniru sesuatu kemahiran daripada kecekapan demontrasi guru sebagai model.4. Pelajar memperoleh kemahiran jika memperoleh kepuasan dan peneguhan yang berpatutan.5. Proses pembelajaran meliputi pemerhatian, peringatan, peniruan dgn tingkah laku atau gerak balas yg sesuai, diakhiri dengan peneguhan positif.

EKSPERIMEN PERMODELAN BANDURA

• KUMPULAN A = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk,menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo.

Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif.

• KUMPULAN B = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo.

Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti kumpulan A.

• Rumusan :Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/ permodelan.

HASIL KESELURUHAN EKSPERIMEN :

Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang dewasa. B dan C tidak menunjukkan tingkah laku agresif.

RUMUSAN :Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan.

C. AKTIVITI 3: TEORI KOGNITIF SOASIAL (ALBERT BANDURA)

a) Dapatkan intisari teori pembelajaran kognitif sosial

Teori kognitif sosial diasaskan oleh Albert Bandura. Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Keadaan lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola pembelajaran sosial ini. Misalnya seorang kanak-kanak yang hidupnya dalam persekitaran judi, maka kanak-kanak tersebut akan cenderung untuk berjudi, atau sekurang-kurangnya menganggap bahawa judi itu merupakan perkara yang tidak salah serta tidak memudaratkan dirinya.

Perkara-perkara utama yang terlibat dalam pembelajaran pemerhatian adalah : Perhatian (Attention), merangkumi peristiwa peniruan (iaitu terdapatnya kejelasan,

penglibatan perasaan, peningkatan kesukaran, kelaziman, nilai fungsi) dan ciri-ciri pemerhati (minat, persepsi, penguatan sebelumnya).

Penyimpanan atau proses mengingat (Retention), meliputi kod-kod simbolik, pengorganisasian fikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik.

Reproduksi motorik (Reproduction), merangkumi kemampuan fizik, kemampuan meniru.

Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri (Motivation).

Selain itu juga yang harus diperhatikan bahawa faktor model atau teladan mempunyai prinsip-prinsip seperti berikut:

Tingkat tertinggi belajar dari pemerhatian diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi tingkah laku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara menukarkan tingkahlaku yang ditiru kedalam kata-kata, tanda atau gambar dari pada hanya melakukan pemerhatian sahaja. Sebagai contoh: Untuk mempelajari gerakan dalam seni tari dari tenaga pengajarnya memerkukan pemerhatian dari pelbagai sudut yang dibantu cermin dan kemudiannya ditiru oleh pelajar-pelajarnya dalam masa yang sama. Kemudian proses untuk mengulang tingkah laku tersebut akan lebih berkesan jika terdapatnya bantuan lain seperti penayangan video-video yang berkaitan, gambar atau dalam bentuk arahan-arahan yang tertulis dalam buku panduan.

Individu lebih tertarik terhadap tingkah laku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.

Individu akan tertarik terhadap tingkah laku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta model yang diikutinya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Teori kognitif sosial yang diasaskan oleh Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi perilaku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

b) Kaitkan dengan kreativiti

Penerapan teori belajar sosial dalam iklan televisyen. Iklan selalu menampilkan bintang-bintang yang popular dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong pengguna untuk membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti para "bintang" popular. Kebanyakan iklan yang disiarkan sama ada di kaca TV mahupun di ruang udara Radio menampilkan artis-artis terkemuka serta menggabungkan elemen-elemen kreatif supaya mesej yang ingin disampaikan kepada pengguna kesampaian.

c) Beri contoh bagaimana perkaitan ini boleh diaplikasi dalam pengajaran dan pembelajaran komputer

Guru dapat memainkan peranan yang sangat penting sebagai ‘role model’ terhadap para pelajarnya. Semasa proses penyampaian, guru seharusnya mengaplikasikan elemen kreativiti supaya dapat menarik perhatian para pelajarnya dengan mempunyai ciri yang berbeza serta unik dari guru-guru yang lain seterusnya dapat menyakinkan pelajar-pelajarnya bahawa subjek yang diajarnya merupakan subjek yang sangat menarik.

Selain itu, guru juga boleh membahagikan pelajar-pelajarnya kepada beberapa kumpulan yang besar dengan melantik seorang ketua mengikut suara ramai bagi setiap kumpulan. Dengan demikian mereka akan lebih terdedah untuk membina keyakinan diri.

Teori-Teori Tingkah Laku NegatifAzizi Yahaya & Muhamad Jumat AlijuFakulti Pendidikan,Universiti Teknologi Malaysia.Abstrak : Artikel ini membincangkan tentang tingkah laku negatif di kalangan pelajar. Terdapatbeberapa teori tentang tingkah laku negatif yang wujud seperti teori pembelajaran sosial, teorikekecewaan-agresif dan teori ajukan sosial.Katakunci : teori tingkah laku negatif, teori pembeljaran sosial, teori kekecewaan-agresif, teoriajukan sosialPengenalanTerdapat beberapa teori tentang tingkah laku negatif yang telah diguna pakai di dalam kajianyang lepas. Teori-teori ini dapat menghuraikan punca wujudnya keadaan tingkah laku negatifdikalangan remaja. Antara teori-teori yang telah diguna pakai dalam kajian lepas adalah:Teori Pembelajaran Sosial (Albert Bandura)"Teori Pembelajaran Sosial" yang telah diperkenalkan oleh Albert Bandura (1977). Didalam teori ini menekankan tentang aspek interaksi antara manusia dengan persekitarannya.Terdapat bebrapa faktor yang mempengaruhi tingkah laku anti sosial pelajar remaja, iaitukelakuan pelajar itu sendiri, pengaruh persekitaran dan interaksi kognitif. Namun menurutBandura (1977) latihan pemerhatian atau modeling adalah amat penting dalam pembentukantingkah laku agresif.Teori pembelajaran sosial yang diaplikasikan oleh Bandura (1973) juga merumuskanbahawa perkara utama yang sering dipelajari oleh kanak-kanak dan remaja ialah melaluipemerhatian terhadap tingkah laku orang lain, khususnya orang yang signifikan dengan mereka.Menurut Mahmood (2001), tingkah laku agresif dipelajari daripada persekitaran sosial sepertiinteraksi dengan keluarga, rakan sebaya, media massa dan konsep kendiri individu. Oleh keranamanusia dipengaruhi oleh persekitaran mereka, maka remaja akan memilih salah satu daripadapengaruh persekitaran mereka untuk ditauladani. Jika tingkah laku negatif ditunjukan oleh ibubapa, maka remaja akan terikut-ikut kepada tingkah laku ibu bapa tersebut dan jika ia ditunjukanoleh rakan sebaya remaja, ia juga akan menjadi ikutan remaja.Menurut Bandura (1977), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkah laku antisosial pelajar remaja, iaitu kelakuan pelajar itu sendiri, pengaruh persekitaran dan interaksikognitif. Pendekatan teori pembelajaran sosial juga menekankan kepentingan penilaian kognitifdan emosi. Teori ini memperlihatkan pengaruh-pengaruh sedar dan penentu-penentu sosial keatas personaliti.Menurut Bandura (1977), latihan pemerhatian atau modeling adalah amat penting dalampembentukan tingkah laku agresif. Ibu bapa merupakan model utama bagi kanak-kanak. Jika ibubapa menunjukkan tingkah laku devian yang agresif di hadapan kanak-kanak, maka kanak-kanakakan mudah meniru tingkah laku tersebut. Begitu juga ibu bapa yang sering bertingkah lakudevian akan mewariskan tingkah laku tersebut kepada anak-anak mereka.Rajah 1: Konsep Determinisme Timbal Balik Dalam Teori Pembelajaran Sosial.Dalam Teori Pembelajaran Sosial Bandura dan Mischel (1986), mereka menyatakan ada

beberapa perbezaan manusia atau ‘pemboleh ubah individu’ berinteraksi dengan sekitaran bagimempengaruhi tingkah laku mereka pada masa akan datang.Rajah 1: Konsep Determinisme Timbal Balik Dalam Teori Pembelajaran Sosial.Beberapa angkubah individu tersebut adalah seperti berikut :i. Kebolehan - apa yang terupaya atau boleh dilakukan oleh seseorang itu sepertikecerdasan, kebolehan fizikal dan lain-lain.ii. Strategi pengkodan - cara bagaimana manusia memilih dan menumpukan perhatiankepada rangsangan luaran, mengkodkan dan membentuk kategori-kategori yangbermakna bagi dirinya.iii. Apa yang diharapkan - hasil daripada sesuatu tingkah laku yang dipaparkan olehindividu berkenaan.iv. Nilai subjektif - adakah sesuatu tingkah laku itu lebih bermakna bagi seseorangberbanding dengan individu yang lain.v. Sistem pengendalian - apakah cara yang sesuai boleh digunakan oleh seseorang danperancangan untuk mencapai matlamat.B = Tingkah lakuP = Kognitif, persepsi dan peristiwadalaman yang mempengaruhi.E = Alam sekitaran luaranB ETeori Kekecewaan-AgressifTeori seterusnya yang membincangkan tentang perkembangan tingkah laku negatifremaja ini adalah Teori Kekecewaan-Agressif oleh Sigmund Freud (1950). Teori Kekecewaan-Agressif ini menyatakan bahawa tingkah laku devian agresif ialah salah satu tindak balas semulajadi terhadap kekecewaan yang dialami oleh manusia.Menurut Sigmund Freud (1950) melalui teori psikoanalisisnya, menyatakan bahawasetiap manusia secara semula jadinya menginginkan keseronokan dan cuba mengelak kesakitan.Apabila kedua-dua keinginan itu tidak dapat diperolehi oleh manusia, manusia akan bertindakagresif.Setiap individu mempunyai kecenderungan secara semula jadi atas faktor biologi menjadiagresif bila kecewa. Kenyataan ini disokong melalui hipotesis kekecewaan-agresif yangmenyatakan bahawa tingkah laku agresif adalah disebabkan kekecewaan. Pernyataan ini telahdisokong oleh Kenneth dan Moyer (1961) yang telah mengemukakan hipotesis kekecewaanagresif.Durkheim (1987) berpendapat perasaan kecewa yang dialami oleh pelajar merupakansatu faktor penyebab kepada perlakuan gengsterisme di sekolah. Penyelidik ini berpendapattekanan yang dialami oleh pelajar untuk mencapai gred yang baik dalam peperiksaan dantindakan disiplin yang keras membangkitkan perasaan kecewa dan seterusnya perlakuangengsterisme berlaku di sekolah.Berdasarkan teori psikoanalisis, Kenneth dan Moyer (1961) telah mengemukakan hipotesiskekecewaan-agresif. Menurut teori kekecewaan-agresif, tingkah laku agresif adalah disebabkanoleh kekecewaan. Setiap individu mempunyai kecenderungan secara semula jadi atas faktorbiologi menjadi agresif bila kecewa.Teori Ajukan SosialSelain daripada teori-teori di atas, terdapat teori lain yang dapat menerangkan tentangperanan ibu bapa dan rakan sebaya dalam perkembangan tingkah laku delikuen remaja. Teori

tersebut adalah Teori Ajukan Sosial yang telah diperkenalkan oleh Moffitt (1993). Teori AjukanSosial ini menerangkan mengapa seseorang itu mula terlibat dengan kumpulan rakan sebayadevian semasa remaja. Menurut Moffitt (1993), wujud jurang kematangan semasa seseorang itumencapai tahap keremajaan, keadaan ini terjadi apabila seseorang itu telah mencapai tahapkematangan bilologikal namun masih mempunyai tahap pemikiran sama seperti kanak-kanak.Oleh kerana, seseorang itu mencapai tahap kematangan biologi seawal umur 10 tahunnamun masih tidak mempunyai panduan yang betul untuk diguna semasa zaman dewasa, oleh ituseseorang remaja terpaksa untuk mencari jalan lain sebagai tututan status kedewasaan mereka.Dalam keadaan ini, remaja akan tertarik dengan rakan sebaya dan kumpulan rakan sebaya lainyang sama seperti remaja tersebut iaitu berada di dalam proses mencari tingkah laku kedewasaandan mencapai status untuk menjadi dewasa.Kajian lain menyasarkan bahawa interaksi antara ibu bapa dan anak serta penolakanrakan sebaya merupakan faktor perantara dalam pembangunan tingkah laku negatif remaja.Dishion et al. (1994), menggunakan model tekanan dan pertemuan untuk menerangkanperkembangan tingkah laku negatif.Dalam model ini, ketidak sejajaran penguatan daripada ibu bapa kepada anak merekamerupakan punca tekanan dan tingkah laku anti sosial. Tingkah laku ini kemudiannya terbawabawakepada keadaan lain seperti hubungan dengan rakan sebaya. Tingkah laku anti-sosial inimenyebabkan kepada keadaan dimana remaja menghadapi masalah penolakan daripada rakansebaya. Kegagalan dalam pemilihan rakan sebaya tersebut pula, menyebabkan remaja terpaksabertukar kepada tingkah laku negatif dan sterusnya bergaul dengan rakan sebaya yang negatif.Dalam keadaan lain, bagi mentafsirkan tentang teori ajukan sosial, model inimenerangkan bahawa remaja akan mencari kumpulan rakan sebaya yang negatif apabila merekagagal dalam pengalaman pertama mereka dengan kumpulan rakan sebaya yang normal.Penolakan daripada rakan sebaya menyebabkan keperluan sosial remaja tidak dapat dipenuhi,yang mana remaja kemudiannya memilih kumpulan rakan sebaya yang lain untuk berkongsitingkah laku aggresif mereka.Teori Ajukan Sosial Sebagai Model KajianDaripada teori-teori berkaitan dengan tingkah laku negatif yang telah diterangkan di atas.Pengkaji telah memilih Teori Ajukan Sosial yang telah diperkenalkan oleh Moffitt (1993)sebagai model untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tingkah laku negatifdikalangan remaja sekolah. Teori ini sangat sesuai digunakan, kerana teori ini melihat tingkahlaku negatif sebagai tingkah laku yang dipelajari dan bukannya satu tingkah laku yang wujudsecara semula jadi dalam diri individu.Teori ini menunjukan proses bagaimana bermulanya masalah tingkah laku negatifseseorang remaja itu. Menurut teori ini seseorang remaja itu akan mencapai tahap kematanganbiologi seawal umur 10 tahun Moffit (1993), tetapi pada peringkat umur ini remaja tersebut tidakmasih tidak mengenali cara hidup dan sikap yang sesuai dengan mereka. Dalam keadaanini,orang yang paling penting dalam menentukan kehidupan remaja aalah ibu bapa remaja itusendiri. Penguatan daripada ibu bapa kepada anak mereka merupakan punca tekanan dan tingkah

laku anti sosial. Tingkah laku ini kemudiannya terbawa-bawa kepada keadaan lain sepertihubungan dengan rakan sebaya. Apabila remaja yang tidak mendapat penguatan yangsecukupnya daripada ibu bapa, mereka mungkin gagal dalam pergaulan dengan rakan sebayayang seterusnya terpaksa mencari rakan sebaya yang negatif. Pada keadaan tersebut bermulalahmasalah tingkah laku negatif.Perkembangan tingkah laku negatif dan penglibatan dengan kumpulan rakan sebayanegatif boleh difahami melalui rangka kerja yang diperkenalkan oleh Bronfenbrenner (1979).Menurut teori yang diperkenalkan oleh beliau, seseorang individu bergaul dengan berbagaisistem dalam kehidupan harian. Mikrosistem seperti rumah dan sekolah, merupakan perkarayang kanak-kanak akan terlibat secara terus. Tingkah laku yang dipelajari daripada salah satumikrosistem akan terbawa-bawa kepada mikrosistem yang lain.Dalam keadaan ini, tingkah laku yang dipelajari dari rumah, dalam konteks hubungan ibubapa dan anak, akan terbawa-bawa ke sekolah dan digunakan dalam menjalankan hubungandengan rakan sebaya. Manakala faktor penolakan daripada rakan sebaya akan menyebabkankepada penglibatan dengan rakan sebaya yang negatif. Kesan daripada persekitaran rumahmerupakan faktor utama di dalam kajian tentang kanak-kanak dan remaja, iaitu sebagaipenyebab mereka cenderung untuk bergaul dengan sistem lain dalam kehidupan mereka (Jackson& Fondacaro, 1999).Penggunaan Teori Ajukan Sosial diyakini sesuai oleh penyelidik kerana teori ini mengambil kiraperanan kognitif dalam pembentukan tingkah laku seseorang remaja. Teori Ajukan Sosialmerupakan gabungan teori pengukuhan (rangsangan dan tindak balas) dan teori kognitif. TeoriAjukan Sosial menjelaskan bahawa tingkah laku manusia akibat daripada pengaruh interaksiantara kognitif, persekitaran dan perlakuan manusia lain.RujukanBandura, A. (1973) Aggression: A Social Learning Analysis. Englewood Cliffs: Prentice Hall.Bandura, A. & Mischel, W.(1986). Social Foundation Of Thought And Action: A Social AndCognitive Theory. Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice Hall.Mahmood Nazar Mohamed (2001). Pengantar Psikologi: Satu Pengenalan Asas Kepada Jiwadan Tingkah Laku Manusia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.Freud, S.F. (1953). Circle of Friends: The Role of Gender and Networks in Delinquent GroupDynamic. Paper Presented at Annual Meeting of The American Society of Criminology,Chicago, IL.Kenneth, R. dan Moyer, P. (1961). Female Delinquency and Related Problem. SOC. Forces, 43,82-89. Kamus Dewan. (1990). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.Durkheim, G.D. (1987). Multimethod Research : A Synthesis of Styles. Beverly Hills:Sage.Moffitt, T. E. (1993). Adolescence-limited and life-course-persistent antisocial behavior: Adevelopmental taxonomy. Psychological Review, 100, 674-701. Moos, R. H., & Moos, B.S. (1992). Life Stressors and Social Resources Inventory—Youth Form Manual. PaloAlto, CA: Center for Health CareEvaluation, Stanford University and Department ofVeterans Affairs Medical Centers.Dishion, T. J., Patterson, G. R., & Griesler, P. C. (1994). Peer adaptations in the development ofantisocial behavior: A confluence model. In L. R. Huesmann (Ed), Aggressive behavior:Current perspectives (pp. 61-95). New York: Plenum Press.

Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human development: Experiments by nature anddesign. Cambridge, MA: Harvard University Press.Jackson, S., & Fondacaro, M. (1999). Procedural justice in resolving family conflict:

Implications for youth violence prevention. Law & Policy, 21, 101-127.

Albert Bandura lahir di Mudane Kanada, 4 Desember 1925. Dia adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Iowa, tempat di mana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpen garuh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.

Tahun 1953, dia mulai mengajar di Standford University. Di sini, dia kemudian bekerja sama dengan salah seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent Aggression terbit tahun 1959. Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam Distinguished Scientific Contributions tahun 1980.Teori-teori Albert Bandura banyak di aplikasikan dalam bidang pendidikan terutama pada pembelajaran sosial (social learning theory). Teori pembelajaran sosial ini pada awalnya dinamakan sebagai “Teori Sosial Kognitif” oleh Bandura sendiri (Moore, 2002). Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, kognitif dan tingkah laku memainkan peranan penting dalam pembelajaran (Santrock, 2001). Faktor kognitif akan mempengaruhi wawasan pelajar tentang pemahaman; sementara faktor sosial, termasuk perhatian pelajar tentang tingkah laku dan imitasi ibu bapaknya, akan mempengaruhi tingkah laku pelajar tersebut.Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk yang aktif, berupaya membuat pilihan dan menggunakan proses-proses perkembangan untuk menyimpulkan peristiwa serta berkomunikasi dengan orang lain. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pengaruh lingkungan dan sejarah perkembangan seseorang atau bertindak pasif terhadap pengaruh lingkungan. Dalam banyak hal, manusia adalah selektif dan bukan entiti yang pasif, yang boleh dipengaruhi oleh keadaan lingkungan mereka.Bandura (1977) menyatakan bahwa “Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling: from observing others one form an idea of her new behavior are performed, and on later occasion this coded information serves as a guide for action“.Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu adalah tidak baik.Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B = behavior), lingkungan (E = environment) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P = perception) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh

orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana (Kardi, S., 1997: 14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning).

1.    Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement.2.    Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter (1963) dia mengadakan penelitian pada anak-anak dengan cara menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film. Setelah menonton film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam film.Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).Prosedur-prosedur Social learning:

ConditioningProsedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan; Reward (hadiah), Punishment (hukuman). Dasar pemikirannya: Sekali seorang mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.Imitation

Imitation (peniruan). Dalam hal ini, orang tua dan guru diharapkan memainkan peran penting sebagai seorang model/tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral. Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku social hasil pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik “siapa “ yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku social dan moral peserta didik tersebut. Jadi dalam Social Learning, anak belajar karena contoh lingkungan. Interaksi antara anak dengan lingkungan akan menimbulkan pengalaman baru bagi anak-anak.