Teodas Biotek Pemetaan Dna Plasmid
Transcript of Teodas Biotek Pemetaan Dna Plasmid
Plasmid merupakan salah satu vektor pembawa molekul DNA di dalam proses
rekayasa DNA melalui teknologi DNA rekombinan. Plasmid banyak sekali digunakan dalam
pengklonan DNA, karena relatif mudah dalam penanganannya. Plasmid adalah molekul DNA
utas ganda sirkuler (tidak berujung) yang berukuran kecil yang terdapat di dalam sitoplasma
dan dapat melakukan replikasi secara autonom (Suharsono dan Widyastuti, 2006).
Beberapa hal penting yang dapat menyebabkan plasmid dapat digunakan sebagai
wahana (vektor) kloning, antara lain adalah : a). plasmid mempunyai ukuran molekul yang
kecil sehingga DNA nya lebih mudah diisolasi dan dimanipulasi; b). DNA nya berbentuk
sirkuler sehingga DNA akan lebih stabil selama diisolasi secara kimia; c). mempunyai titik
ori (origin of replication) sehingga dapat memperbanyak diri (bereplikasi) di dalam sel inang
secara otonomi; d). mempunyai jumlah kopi yang banyak (multiple copy) sehingga terdapat
di dalam sel dalam jumlah banyak dan membuat DNA lebih mudah diamplifikasi; e).
mempunyai penanda seleksi, yakni gen ketahanan terhadap antibiotik tertentu sehingga lebih
memudahkan dalam mendeteksi plasmid yang membawa gen tertentu (Brock, et al., 1994).
Secara garis besar isolasi plasmid terdiri dari tiga tahapan kegiatan, yaitu tahap
kultivasi dan harvesting, tahap lisis dan tahap pemurnian DNA plasmid. Kultivasi yaitu
memberikam kesempatan bagi bakteri untuk memperbanyak diri sehingga pada saat
pemanenan didapatkan plasmid dalam jumlah yang banyak. Lisis (pemecahan dinding sel),
membran sel bakteri tersusun atas membran luar dan membran dalam, membran luar terdiri
atas lipopolisakarida, protein, fosfolipid, lipoprotein, dan peptidoglikan sedangkan membran
dalam tersusun atas membran fosfolipid bilayer yang juga terintegrasi protein di dalamnya
Restriksi
Enzim restriksi endonuklease (enzim restriksi) mengenali urutan nukleotida spesifik
dan memotong DNA pada posisi di antara atau di luar sekuen yang dikenalinya tersebut.
Enzim ini telah ditemukan lebih dari 30 tahun yang lalu sehubungan dengan fenomena
pemotongan yang spesifik terhadap bakteri inang dan modifikasi oleh virus bakteri. Bakteri
pada mulanya tahan terhadap infeksi virus karena bakteri memiliki sistem pertahanan dengan
merusak molekul DNA asing yang masuk ke dalam selnya. Enzim restriksi yang berhasil
dimurnikan pertama kali adalah EcoRI dan EcoRII dari Escherichia coli, dan HindII dan
HindIII dari Haemophilis influenza. Enzim-enzim tersebut diketahui memotong
DNA pada urutan basa tertentu yang spesifik, yang menghasilkan fragmen-fragmen seukuran
gen yang dapat disambungkan kembali. Para peneliti dengan cepat segera mengetahui bahwa
enzim restriksi merupakan alat biologis baru yang dapat digunakan untuk mempelajari
organisasi, fungsi, dan ekspresi gen.
Enzim restriksi melindungi bakteri dari infeksi virus. Enzim ini berperan dalam sistem
imun pada mikroorganisme. Jika bakteri E. coli yang tidak memiliki enzim restriksi diinfeksi
virus, maka sebagian besar partikel virus mampu menyebabkan infeksi. Namun, jika bakteri
E. coli memiliki enzim restriksi, kemungkinan infeksi virus akan menurun.
Enzim restriksi biasanya terdapat dalam kombinasi dengan enzim pemodifikasi lain
yang melindungi DNA-nya sendiri dari pemotongan, misalnya DNA-metil transferase
(dnmt). Dnmt akan memetilasi basa DNA pada tiap untai sehingga sekuen yang dikenali oleh
enzim restriksi tidak akan terpotong.
Secara umum, enzim restriksi dapat dibedakan ke dalam 3 tipe, berdasarkan pada
komposisi sub unit, posisi pemotongan, spesifisitas sekuen DNA, dan perlu tidaknya
kofaktor. Enzim-enzim tipe I merupakan enzim yang kompleks, multisubunit, kombinasi
antara restriksi dan pemodifikasi yang memotong DNA pada area random yang jauh dari sisi
pengenalan. Enzim tipe I secara biokimia mungkin banyak berfungsi di dalam sel, tetapi
mereka kurang menguntungkan untuk digunakan dalam percobaan di laboratorium. Enzim
tipe II memotong DNA pada posisi tertentu yang dekat atau berada di antara sekuen yang
dikenalnya. Enzim tipe II menghasilkan fragmen-fragmen tertentu dengan pola pita-pita yang
spesifik pada gel agarosa. Enzim tipe inilah yang dipakai untuk berbagai percobaan dalam
analisis DNA dan kloning gen. Enzim tipe III juga merupakan kombinasi restriksi dan enzim
pemodifikasi. Enzim ini memotong DNA di luar sekuen yang dikenal dan memerlukan 2
sekuen yang sama pada orientasi yang berlawanan pada untai DNA yang sama untuk dapat
memotong. Enzim-enzim ini jarang menghasilkan potongan yang sempurna.
Ada beberapa faktor kunci yang harus diperhatikan untuk melakukan pemotongan
dengan enzim restriksi (enzyme digestion). Di antaranya adalah: gunakan jumlah DNA,
enzim, dan buffer yang benar dalam volume reaksi total yang sesuai. Satu unit enzim restriksi
akan memotong 1 ug DNA secara sempurna dalam 50 ul reaksi selama 1 jam. Rasio enzim :
DNA : volume reaksi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan reaksi.
Meskipun demikian, sebagian besar peneliti mengikuti pedoman umum reaksi digesti di mana
10 kali over-digesti direkomendasikan untuk mengatasi
variasi dalam sumber, jumlah dan kemurnian DNA. DNA harus terbebas dari kontaminan
seperti fenol, kloroform, alkohol, EDTA, deterjen (SDS) atau garam yang berlebih. Metilasi
DNA dapat mengakibatkan penghambatan digesti dengan enzim tertentu. DNA plasmid
superkoil dan DNA yang terikat gel agarose pada umumnya memerlukan lebih dari 1 unit/ug
untuk dapat terpotong sempurna.
Enzim restriksi merupakan enzim yang tidak stabil. Oleh karena itu, sebaiknya
disimpan pada suhu -20°C untuk sebagian besar enzim. Beberapa enzim perlu disimpan pada
-70°C. Enzim ini harus tetap disimpan di dalam es ketika dikeluarkan dari freezer dan harus
selalu menjadi komponen yang ditambahkan terakhir pada campuran reaksi. Selain stabilitas,
harga enzim restriksi pun mahal. Campur reaksi dengan baik dengan cara pemipetan atau
menggoyang tabung reaksi. Sentrifus dengan cepat selama beberapa detik jika ada cairan
yang menempel di dinding tabung.
Untuk menghentikan reaksi enzim, dapat dilakukan penambahan stopper reagent yang
mengandung SDS-EDTA.
Pemetaan Plasmid
Menurut Brown (1991) dan Glick and Pasternak (1994), dalam menyusun peta
restriksi harus dilakukan suatu rangkaian digesti restriksi. Jumlah dan ukuran fragmen yang
dihasilkan oleh tiap-tiap endonuklease restriksi harus ditentukan dengan elektroforesis gel,
kemudian dibandingkan dengan ukuran marka. Hasil yang didapat harus didukung oleh hasil
rangkaian digesti ganda, yaitu DNA dipotong dengan dua enzim restriksi secara bersamaan.
Pembandingan hasil digesti tunggal dan digesti ganda akan memungkinkan pemetaan banyak
tempat restriksi.
Daftar pustaka
Brock, T. D., Michael T. Madigan, john M. Martinko and Paker. 1994. Biology of microorganisms. Prentice Hall.
Brown, T.A. 1991. Pengantar Kloning Gena (terjemahan). Yayasan Essentia Medica.
Glick, B.R. and J.J. Pasternak. 1994. Molekuler Biotechnology, Principles and applications of Recombinan DNA. ASM Press. Washinton D.C
Suharsono dan Widyastuti, U. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik Pengklonan
Gen. Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, IPB