Tension Pneumothorak
-
Upload
emil-darmiza -
Category
Documents
-
view
146 -
download
0
description
Transcript of Tension Pneumothorak
TENSION PNEUMOTHORAK
A. Teori Penyakit
1. Defenisi
Tension pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi
udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan
intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah
berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan.
Tension pneumothoraks adalah pengumpulan penimbunan udara di ikuti
peningkatan tekanan di dalam rongga pleura. Kondisi ini terjadi bila salah satu rongga
paru terluka, sehingga udara masuk ke rongga pleura dan udara tidak bisa keluar
secara alami. Kondisi ini bisa dengan cepat menyebabkan terjadinya insufisiensi
pernapasan, kolaps kardiovaskuler, dan, akhirnya, kematian jika tidak dikenali dan
ditangani.
Tension Pneumothoraks adalah suatu pneumothoraks yang progresif dan cepat
sehingga membahayakan jiwa pasien dalam waktu yang singkat. Udara yang keluar
masuk paru masuk ke rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi sehingga tekanan
pleura terus meningkat (Arief Manjoer, Selekta Kapita, 2000).
2. Etiologi
Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena iatrogenik
atau berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut :
Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi gangguan salah satu pleura
visceral atau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk
tidak menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks).
Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya
vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke
Tension Pneumotoraks.
Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks
sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup.
Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks.
3. Manifestasi klinis
Tanda-tanda dan gejala pada tension pneumothorak yaitu :
Nyeri dada
Sesak nafas
Distress nafas
Takikardi
Hilangnya suara nafas
Deviasi trakea
Penurunan tekanan darah/hipotensi
Manifestasi klinis dari tanda dan gejala yang muncul pada tension pneumothoraks
penting sekali untuk mendiagnosa dan mengetahui kondisi pasien.
Manifestasi awal :
nyeri dada
dispnea
ansietas
takipnea
takikardi
hipersonor dinding dada dan tidak ada suara napas pada sisi yang sakit.
Manifestasi lanjut :
tingkat kesadaran menurun
trachea bergeser menuju ke sisi kontralateral
hipotensi
pembesaran pembuluh darah leher/ vena jugularis (tidak ada jika pasien
sangat hipotensi) dan sianosis.).
4. Patofisiologi
Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Ventiel, terjadi karena
mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke dalam rongga
pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga pleura tidak dapat keluar. Semakin
lama tekanan udara di dalam rongga pleura akan meningkatkan dan melibihi tekanan
atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru
sehingga sering menimbulkan gagal nafas.
Tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih
hebat, mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke
atrium kanan. Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong kearah
kontralateral dan diafragma tertekan kebawah sehingga menimbulkan rasa sakit.
Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus
segera ditangani kalau tidak akan berakibat fatal.
5. Penatalaksanaan
Tindakan penyelamatan hidup yang cepat, lakukan disinfeksi kulit disela iga ke-2 dari
garis midklavikuler yang terkena tusuk benda tajam. Lalu dengan jarum suntik steril
dilakukan pungsi dan dibiarkan terbuka. Secepat mungkin lakukan tube torakostomi
karena sangat mungkin akan terjadi tension pneumothotarks lagi sesudah paru
mengembang.
Namun pada prinsipnya, dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara
umum (primary survey – secondary survey).
Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif
(berturutan)
Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil),
adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope.
Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari
ruang emergency.
Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama
untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan
penyelamatan nyawa.
Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan
atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma.
Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang telah
memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life Support).
Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey (airway, breathing,
circulation) merupakan bidang keahlian spesialistik Ilmu Bedah Toraks
Kardiovaskular, sebaiknya setiap RS yang memiliki trauma unit/center
memiliki konsultan bedah toraks kardiovaskular.
Bullow Drainage / WSD
Pada tension pneumothoraks, WSD dapat berarti :
Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.
Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan
rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
Preventive :
Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" tetap baik.
Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali,
dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube
tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien
Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan
diberi analgetik oleh dokter.
Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
o Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya
slang dapat dikurangi.
o Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,
merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di
bawah lengan atas yang cedera.
o Mendorong berkembangnya paru-paru.
- Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
- Latihan napas dalam.
- Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
- Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
o Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
- Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.
- Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi.
- Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan.
o Suction harus berjalan efektif :
- Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan
setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
- Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna
muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
- Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah
atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah,
slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena
perlekatanan di dinding paru-paru.
Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage :
Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar
kalau ada dicatat.
Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung
udara yang keluar dari bullow drainage.
Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu
meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.
Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang
harus tetap steril.
Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan
memakai sarung tangan.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang
terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
Dinyatakan berhasil, bila :
- Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
- Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
- Tidak ada pus dari selang WSD.
B. Asuhan Keperawatan (KGD)
1. Pengkajian
a. Pengkajian Umum
Klien tampak sakit berat, ditandai dengan wajah pucat, nafas sesak.
b. Pengkajian AVPU (Kesadaran)
Untuk menentukan tingkat kesadaran klien dapat digunakan perhitungan
Glassglow Coma Scale (GCS). Untuk klien dengan gangguan tension
pneumothoraks, biasanya kesadaranya menurun.
Dapat juga dinilai melalui cara berikut :
A = Alert
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
V = Verbal
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
P = Pain
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh
penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
U = Unrespon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh
penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama
sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
c. Triage
Mengancam jiwa, akan mati tanpa tindakan dan evaluasi segera. Harus
didahulukan langsung ditangani. Area resusitasi. Waktu tunggu 0 menit. Maka
dapat digolongkan P1 (Emergency).
1. Primary Survey
a. Airway and cervical spine control
Pemeriksaan apakah ada obstruksi jalan napas yang disebabkan benda asing, fraktur
tulang wajah, atau maksila dan mandibula, faktur laring atau trakea.
Jaga jalan nafas dengan jaw thrust atau chin lift, proteksi c-spine, bila perlu
lakukan pemasangan collar neck.
Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan napas
bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap
dilakukan.
b. Breathing:
Gerakan dada asimetris, trakea bergeser, vena jugularis distensi, tapi masih ada nafas
Needle decompression :
Tension pneumothorax membutuhkan dekompresi segera dan
penaggulangan awal dengan cepat berupa insersi jarum yang berukuran
besar pada sela iga dua garis midclavicular pada hemitoraks yang terkena.
Tindakan ini akan mengubah tension pneumothorax menjadi
pneumothoraks sederhana. Evaluasi ulang selalu diperlukan.
Terapi definitif selalu dibutuhkan dengan pemasangan selang dada (chest
tube) pada sela iga ke 5 ( setinggi puting susu) di anterior garis
midaksilaris.
Dekompresi segera dengan jarum suntik tusuk pada sela iga ke 2 di
midklavikula dan tutup dengan handskon biar udara lain tidak
masuk à nanti lakukan WSD lebih lanjut setelah sampai RS
Prinsip dasar dekompresi jarum adalah untuk memasukan kateter ke dalam
rongga pleura, sehingga menyediakan jalur bagi udara untuk keluar dan
mengurangi tekanan yang terus bertambah.
Meskipun prosedur ini bukan tatalaksana definitif untuk tension
pneumothorax, dekompresi jarum menghentikan progresivitas dan sedikit
mengembalikan fungsi kardiopulmoner.
Pemberian Oksigen
c. Circulation :
Takikardia, hipotensi
Kontrol perdarahan dengan balut tekan tapi jangan terlalu rapat untuk
menghindari parahnya tension pneumothoraks
Pemasangan IV line 2 kateter berukuran besar (1-2 liter RL hangat 39 derajat
celcius).
d. Disability :
Nilai GCS dan reaksi pupil
Tentukan tingkat kesadaran ketika sambil lakukan ABC
e. Exposure
Kaji keadaan tubuh pasien secara menyeluruh apakah terdapat luka, fraktur.
2. Secondary SurveyPengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu sebagai
berikut :
S = Sign and Symptom.
Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada jejas pada thorak, Nyeri
pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi
pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, Dispnea,
hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, Penurunan tekanan darah.
A = Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-obatan
ataupun kebutuhan akan makan/minum.
M = Medications
Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially. Pengobatan yang
diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak menimbulkan
reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.
P = Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
L = Last meal (Time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
E = Events /kejadian apa yang terjadi
Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar klien yang kemudian
digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas / istirahat Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum).
c. Psikososial Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
e. Nyeri / kenyamanan Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam.
f. Pernapasan Pernapasan meningkat/takipnea
peningkatan kerja napas
penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada
ekspirasi abdominal kuat
bunyi napas menurun/ hilang (auskultasi mengindikasikan bahwa paru tidak
mengembang dalam rongga pleura)
fremitus menurun
perkusi dada : hipersonor diatas terisi udara
observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama bila trauma
kulit : pucat, sianosis, berkeringat
mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis,
inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan (mis. Obstruksi tumor).
g. Keamanan Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.
3. Pemeriksaan Diagnostik Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural; dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal.
GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi,
gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.
Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosa
Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.
2. Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret
dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),
nyeri, ansietas, ditandai dengan dispnea, takipnea, perubahan kedalaman
pernapasan, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal, gangguan pengembangan
dada, sianosis, GDA tidak normal.
3. Intervensi Keperawatan
No
.
DX
KEPERAWATAN
NOC NIC
1. Bersihan jalan
napas tidak
efektif
berhubungan
peningkatan
sekresi sekret
Status pernafasan:
petukaran gas: Pertukaran
CO2 atau O2 alveolar untuk
memelihara konsentrasi gas
darah arteri.
Status pernafasan:
1. Amankan pasien ke
tempat yang aman
(memungkinkan
sirkulasi udara yang
banyak untuk pasien.
2. Kaji tingkat kesadaran
dan penurunan
batuk sekunder
akibat nyeri
dan keletihan.
ventilasi: Pergerakan udara
masuk dan keluar paru-paru
Perilaku perawatan:
Tindakan personal untuk
mengurangi atau
menghilangkan patologi.
Tj & Kh: pasien akan:
- Mempunyai jalan nafas
yang paten.
- Mengeluarkan sekresi
secara efektif
- Mempunyai irama dan
rata-rata pernafasan dbn
- Mempunyai fungsi paru
dbn
(dengan melihat,
mendengar, dan
merasakan)
3. Segera minta
pertolongan untuk
mendapatkan
pertolongan yang
intensif
4. Dengarkan bunyi nafas,
ada atau tidaknya suara
nafas tambahan
(dengan mendekatkan
telinga ke mulut
pasien)
5. Posisikan pasien agar
mendapatkan ventilasi
yang maksimal
(berikan teknik
membuka jalan nafas
dengan cara
memiringkan pasien
setengah telungkup dan
membuka mulutnya)
6. Buka jalan nafas
dengan cara dagu
diangkat atau rahang
ditinggikan dan
memberikan terapi fisik
pada dada (lakukan
teknik manuuver (head
till, chin lift, jaw trust)
7. Lakukan penyedotan
pada endotrakea atau
nasotrakea (lakukan
suction)
2. Pola nafas tidak
efektif b/d
penurunan ekspansi
paru (akumulasi
udara/cairan),
nyeri, ansietas,
ditandai dengan
dispnea, takipnea,
perubahan
kedalaman
pernapasan,
penggunaan otot
aksesori, pelebaran
nasal, gangguan
pengembangan
dada, sianosis,
GDA tidak normal.
Status pernafasan:
Kepatenan jalan nafas
Status pernafasan:
Ventilasi
Status tanda-tanda vital
Tj & kh :
- Sesak nafas berkurang
- Tidak ada suara nafas
tambahan
- Suara nafas kembali
teratur
- Pasien tidak
menggunakan otot bantu
nafas
1. Monitor tingkat irama,
kedalaman, dan upaya
bernafas (untuk
mengetahui tingkat
upaya bernafas klien)
2. Catat pergerakan dada,
lihat kesimetrisan,
penggunaan otot bantu
dan retraction otot
intercostals dan
supraclavicular
3. Monitor pernafasan :
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kusmaull
4. Palpasi ekspansi paru
dikedua sisi
5. Auskultasi bunyi nafas