TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan...

89
TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI

Transcript of TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan...

Page 1: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJADAN TRANSMIGRASI

Page 2: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.
Page 3: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

BAB XII

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI

A. TENAGA KERJA

1. Pendahuluan

Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 di-kemukakan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan jangka panjang di samping meningkatkan produksi nasional, maka pertumbuhan ekonomi harus mempercepat pula pertumbuhan lapangan kerja. Memperluas kesempatan kerja merupakan sasaran penting dalam pembangunan. Dengan demikian upaya-upaya peningkatan dan pe-mantapan berbagai langkah kebijaksanaan untuk mendorong per-luasan lapangan kerja perlu dilanjutkan, baik yang bersifat umum, sektoral, regional maupun yang bersifat khusus.

Langkah-langkah yang bersifat umum yang dilaksanakan selama Repelita IV antara lain mencakup kebijaksanaan fiskal, moneter, produksi, investasi, perdagangan, harga, upah serta berbagai kegiatan di bidang pendidikan dan latihan, ilmu pe-ngetahuan dan teknologi. Langkah-langkah yang bersifat sek-toral diarahkan agar kebijaksanaan pembangunan di sektor ter-tentu seperti, pertanian, industri dan jasa, sejauh mungkin berorientasi kepada perluasan lapangan kerja. Langkah-langkah yang bersifat regional mencakup upaya untuk mendorong per-tumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah serta

XII/3

Page 4: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

pengembangan kualitas angkatan kerja yang tersedia. Dengan demikian diharapkan pembangunan dapat lebih memanfaatkan se-luruh potensi yang ada di masing-masing daerah.

Langkah-langkah yang selama Repelita IV khusus ditujukan untuk perluasan lapangan kerja bagi kelompok-kelompok terten-tu, seperti tenaga kerja usia muda, wanita, petani miskin dan sebagainya, ditempuh melalui berbagai kegiatan bantuan pem-bangunan, kegiatan padat karya, dan lain-lain. Kebijaksanaan perluasan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan kerja perlu menjangkau setiap warga negara yang membutuhkan. Dalam pada itu kebijaksanaan pengembangan sumber daya manusia perlu di-arahkan pada terciptanya angkatan kerja Indonesia yang tang-guh, bermutu, mampu dan slap bekerja sehingga dapat mengisi semua Jenis dan tingkat lapangan kerja dalam pembangunan na-sional.

Sesuai dengan perkembangan struktur ekonomi yang ber-langsung, angkatan kerja yang bekerja di sektor industri dan jasa makin meningkat, sedangkan angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian secara relatif makin berkurang. Berbagai kebijaksanaan dan langkah ditempuh agar produktivitas tenaga kerja makin meningkat dan tingkat pengangguran back yang ter-buka maupun yang tersembunyi menjadi bagian yang makin kecil dari seluruh angkatan kerja yang ada.

Sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan dalam GBHN dan yang dijabarkan dalam Repelita IV, maka langkah-langkah yang ditem-puh di bidang tenaga kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:

Pertama, perluasan lapangan kerja dalam jumlah yang me-madai yang mampu memberikan lapangan kerja produktif kepada angkatan kerja baru dan mengurangi tingkat pengangguran yang ada.

Kedua, pembinaan dan pengembangan angkatan kerja dalam jumlah yang sepadan dengan pertambahan angkatan kerja baru di berbagai sektor dan daerah.

Ketiga, pembinaan, perlindungan dan pengembangan angkat-an kerja yang sudah bekerja untuk meningkatkan produktivitas mereka dan mewujudkan ketenangan kerja di perusahaan-per-usahaan melalui mekanisme hubungan ketenagakerjaan yang saling menghargai, serasi antara pekerja dan pengusaha yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

XII/4

Page 5: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Keempat, berfungsinya pasar kerja sehingga penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja dapat terlaksana sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Kelima, perencanaan tenaga kerja yang terpadu yang ditu-jukan untuk mengurangi laju pertumbuhannya serta peningkatan mutu tenaga kerja.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

a. Program Pembangunan Pedesaan

Kegiatan program pembangunan pedesaan dalam Repelita IV, mencakup proyek-proyek padat karya gaya baru, bantuan pem-bangunan daerah tingkat dua, reboisasi dan penghijauan.

(1) Proyek Padat Karya Gaya Baru

Proyek Padat Karya Gaya Baru (PPKGB), bertujuan untuk memberi kesempatan kerja produktif kepada tenaga kerja peng-anggur dan setengah penganggur di daerah pedesaan, khususnya yang tinggal di sekitar lokasi proyek. Sasaran lokasi kegiat-an PPKGB adalah kecamatan yang tergolong miskin dan padat penduduk, yang tingkat kegiatan ekonominya rendah, rawan terhadap bencana alam, seperti banjir dan kekeringan, merupa-kan daerah irigasi dan daerah monokultur pertanian yang se-dang mengalami penurunan harga komoditinya di pasaran sedang-kan sumber alamnya terbatas.

Selama Repelita IV jumlah kecamatan pelaksanaan PPKGB dan tenaga kerja yang terserap terlihat pada Tabel XII-1. Bi-la dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, maka sam-pai pada tahun 1985/86 pelaksanaan kegiatan PPKGB dan tenaga kerja yang diserap cenderung meningkat, kemudian menurun pada tahun ketiga dan keempat, dan meningkat lagi pada tahun ter-akhir Repelita IV (1988/89). Pelaksanaan kegiatan PPKGB tahun 1988/89 dilakukan di 668 lokasi dan tenaga kerja yang diserap berjumlah 94,9 ribu orang. Hal ini berarti terjadi peningkat-an hampir tiga kali lipat bila dibanding dengan tahun sebe-lumnya (1987/88) yang hanya dapat menyerap tenaga kerja se-jumlah 33,3 ribu orang di 191 lokasi.

Kegiatan PPKGB dilaksanakan di pedesaan pada waktu sepi kerja. Imbalan jasa yang diberikan kepada pekerja sedikit lebih rendah dari upah minimum yang berlaku setempat. Namun demikian jumlah peminat yang turut serta dalam kegiatan ini

XII/5

Page 6: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 1

ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DAN PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN,

TAHUN 1988 ¹)

Pendidikan Yang Ditamatkan

No. Lapangan Pekerjaan Tidak Tidak/BelumSD

S M T P S M T ADiploma

Akademi/Univer-

Jumlah %Umum Kejuruan Umum KejuruanUtama Sekolah Tamat SD I/II Diploma vitas

III

1. Pertanian 9.306.111 14.188.312 14.051.024 1.924.460 287.665 404.160 304.881 10.238 26.128 4.388 40.507.367 56,1%

2. Industri Pengolahan 669.643 1.456.848 2.305.320 709.985 88.708 394.827 305.671 10.994 35.727 18.744 5.996.467 8.3%

3. Perdagangan 1.546.166 2.727.708 3.821.452 1.071.448 135.358 535.627 380.581 8.669 39.186 23.413 10.289.608 14,3%

4. Jasa-jasa 810.047 1.911.554 3.211.744 1.196.324 289.749 1.309.181 1.707.682 164.445 293.390 310.929 11.205.045 15,5%

5. Lainnya 2) 461.386 961.577 1.294.930 491.700 71.775 346.900 388.898 11.673 79.111 68.930 4.176.880 5,8%

Jumlah 12.793.353 21.245.999 24.684.470 5.393.917 873.255 2.990.695 3.087.713 206.019 473.542 426.404 72.175.367 100,0%

% 17,7% 29,4% 34,2% 7,5% 1,2% 4,1% 4,3% 0,3% 0,7% 0,6% 100,0%

1) Angka sementara2) Termasuk jenis lapangan pekerjaan, yang dalam SAKERNAS 1988 (bulan Mei)

diklasifikasikan "tidak terjawab" oleh responden

XII/6

Page 7: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

cukup banyak. Pada tahun terakhir Repelita III, besarnya uang perangsang atau imbalan jasa yang diberikan rata-rata per hari sebesar Rp 800,0. Pada tahun pertama Repelita IV imbalan jasa ditingkatkan menjadi Rp 837,5 dan tahun kedua menjadi Rp 1.000,0. Tingkat imbalan sebesar Rp 1.000,0 ini berlanjut sampai pada tahun kelima Repelita IV (1988/89).

Jenis-jenis proyek yang dilaksanakan antara lain terdiri dari pembangunan jalan penghubung atau jalan desa, saluran air untuk irigasi, rehabilitasi atau perbaikan jalan desa yang ada, penyempurnaan atau perbaikan drainase, perbaikan telaga atau embung (penampung air), pembuatan prasarana umum, seperti pembangunan tambak udang atau tambak ikan.

Pada Tabel XII-2 terlihat hasil-hasil fisik yang dicapai melalui kegiatan PPKGB tersebut sejak tahun terakhir Repelita III sampai pada tahun kelima Repelita IV. Hasil kegiatan per-baikan atau pembuatan jalan desa dan pembuatan tanggul serta dermaga tampak meningkat sampai pada tahun 1985/86. Pembuatan sawah baru, penghijauan dan terasering meningkat pada tahun 1984/85 dan tahun 1986/87. Khusus pada tahun kelima Repelita IV (1988/89) seluruh kegiatan tampak jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun ketiga Repelita IV. Hal ini disebabkan antara lain oleh berkurangnya jumlah kecamatan yang melaksanakan kegiatan PPKGB. Lagi pula pelaksanaan PPKGB dalam tahun tersebut diprioritaskan pada kegiatan penanggulangan bandana alam.

Kegiatan pengembangan sistem teknologi padat karya (TPK) dan tepat guna yang telah dimulai sejak Repelita III terus dilaksanakan oleh petugas lapangan teknologi padat karya (PLTPK). Kegiatan ini diarahkan untuk menginventarisasi ber-bagai teknik produksi pedesaan dan mengadakan pengkajian serta pengembangan teknologi padat karya secara produktif dan efisien.

Dalam tahun terakhir Repelita III teknologi padat karya (TPK) dan tepat guna yang ditujukan untuk menghasilkan produk yang memberi nilai tambah telah dikembangkan di 6 propinsi. Pada tahun pertama dan kedua Repelita IV penerapan teknologi tersebut dilaksanakan di 8 propinsi, pada tahun ketiga dilak-sanakan di 12 propinsi, dan tahun keempat dan kelima dapat dilaksanakan di 14 propinsi. Propinsi yang telah melaksanakan penerapan TPK tersebut ialah Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

XII/7

Page 8: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 2

ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

DAN JUMLAH JAM KERJA UTAMA SELAMA SEMINGGU,

TAHUN 1988 1)

Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu

No. Lapangan Pekerjaan Utama 0 1 - 24 25 - 34 35 - 60 Jumlah %

1. Pertanian 716.480 13.538.326 8.772.908 17.478.395 40.506.109 56,1%

2. Industri Pengolahan 64.594 888.181 639.750 4.403.942 5.996.467 8,3%

3. Perdagangan 96.924 1.735.721 1.254.414 7.202.549 10.289.608 14,3%

4. Jasa-jasa 234.253 1.073.327 1.409.867 8.487.598 11.205.045 15,5%

5. Lainnya 2) 49.123 900.034 489.630 2.739.351 4.178.138 5,8%

Jumlah 1.161.374 18.135.589 12.566.569 40.311.835 72.175.367 100,0%

% 1,6% 25,1% 17,4% 55,9% 100,0%

1) Angka sementara2) Termasuk jenis lapangan pekerjaan, yang dalam SAKERNAS 1988 (bulan Mei)

diklasifikasikan "tidak terjawab" oleh responden.

XII/8

Page 9: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Sampai pada tahun terakhir Repelita IV (1988/89) pene-rapan TPK meliputi 12 jenis teknologi, yaitu bata, jamur merang, ikan, kelapa, air pedesaan, anyaman, gerabah, pasca-panen, kedelai, semen, kerupuk dan ubi kayu. PLTPK yang me-nyebarkan dan menerapkan TPK terdiri dari para mantan TKS-BUTSI yang telah dididik dan dilatih dalam berbagai macam pe-ngetahuan teknologi padat karya. Selanjutnya sejak tahun 1986/87, para PLTPK direkrut dari pegawai negeri (pegawai Kanwil Depnaker) yang menguasai teknologi padat karya.

(2) Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat Dua

Kegiatan lain dalam pelaksanaan program pembangunan pe-desaan adalah kegiatan pembangunan Daerah Tingkat II (dikenal sebagai Inpres Daerah Tingkat II). Kegiatan ini juga diarah-kan untuk memperluas lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya pembangunan prasarana seperti jalan.

Program bantuan pembangunan Daerah Tingkat II diarahkan pada pemeliharaan dan rehabilitasi berbagai prasarana sosial ekonomi. Kegiatan ini juga membantu menciptakan lapangan ker-ja. Kegiatan program bantuan pembangunan Daerah Tingkat II tersebut mencakup perbaikan dan pembangunan jalan, jembatan, saluran dan irigasi, pembangunan pasar, terminal dan prasarana perkotaan lainnya.

Lapangan kerja yang tercipta melalui Inpres Daerah Ting-kat II selama Repelita IV terlihat pada Tabel %II-3. Bila di-bandingkan dengan tahun terakhir Repelita III (1983/84) jum-lah lapangan kerja yang tercipta cenderung meningkat. Secara kumulatif selama Repelita IV Inpres Daerah Tingkat II ber-

TABEL XII - 3

JUMLAH LOKASI/KECAMATAN DAN PENGERAHAN TENAGA KERJADALAM RANGKA PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU,

1983/84 - 1988/89

Repelita IV

Lokasi dan Pengerahan 1983/84 1984/85 1985/86 1985/86 1985/86 1)1988/89 2)

Tenaga Kerja

Jumlah Lokasi 1.084 1.125 1.468 1.211 191 668

Pengerahan TenagaKerja per hari ~orang) 246.638 258.242 422.978 171.531 33.363 94.956

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/9

Page 10: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

hasil menciptakan lapangan kerja bagi 2.685,7 ribu orang dalam seratus hari kerja.

(3) Reboisasi dan Penghijauan

Program reboisasi dan penghijauan juga merupakan salah satu kegiatan yang membantu usaha perluasan lapangan kerja, karena dalam pelaksanaannya program ini membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak dengan keterampilan rendah. Kegiatan-nya dapat berupa pembuatan teras, check-dam dan penanaman hutan rakyat atau penanaman tanaman tahunan lainnya. Dengan adanya program reboisasi dan penghijauan masyarakat setempat turut berperan serta dalam pelestarian lingkungan. Lagi pula tenaga kerja setempat dapat dimanfaatkan dan menerima imbalan jasa sehingga masyarakat memperoleh tambahan pendapatan.

Program reboisasi dan penghijauan diarahkan untuk me-ngendalikan banjir dan erosi di musim hujan serta mengurangi kekeringan di musim kemarau. Pada Tabel XII-4 terlihat hu-bungan Pelaksanaan reboisasi dan penghijauan dengan lapangan kerja yang tercipta selama Repelita IV. Lapangan kerja yang tercipta melalui kegiatan reboisasi dan penghijauan berjumlah 20,9 ribu orang dalam seratus hari kerja pada tahun 1984/85. Selanjutnya tahun 1985/86 berjumlah 28,8 ribu orang, tahun 1986/87 berjumlah 29,1 ribu orang, tahun 1987/88 berjumlah 6,6 ribu orang, dan tahun 1988/89 berjumlah 5 ribu orang da-lam seratus hari kerja. Bila dibandingkan dengan tahun ter-akhir Repelita III (1983/84) terlihat adanya penurunan baik dalam luas areal yang digarap maupun jumlah lapangan kerja yang tercipta. Hal ini antara lain disebabkan kegiatan re-boisasi dan penghijauan dikonsentrasikan di daerah aliran su-ngai dan diutamakan untuk pembuatan sarana penunjang, seperti unit-unit percontohan dan dam pengendali. Selain itu timbul-nya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian dan mem-perbaiki lingkungan secara swadaya juga menyebabkan berku-rangnya areal reboisasi dan penghijauan yang perlu dibiayai dengan dana pemerintah.

b. Penggunaan dan Penyebaran Tenaga Kerja

Kebijaksanaan ketenagakerjaan yang bertujuan untuk mengarahkan agar penyaluran, pemanfaatan dan penyebaran tenaga kerja dapat terlaksana lebih baik dalam Repelita IV terus dilanjutkan. Sesuai dengan kebijaksanaan itu sistem informasi ketenagakerjaan juga dikembangkan dan disempurnakan.

Pelaksanaan program ini merupakan bagian dari usaha agar jumlah tenaga kerja sebagai number daya manusia dapat dija-

XII/10

Page 11: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

dikan modal dasar pembangunan nasional. Program penggunaan atau pemanfaatan dan penyebaran tenaga kerja juga mencakup pembinaan kepada mantan tenaga kerja sukarela (TKS-BUTSI) ke arah usaha mandiri, pembatasan tenaga kerja acing dan pengem-bangan informasi pasar kerja serta penyaluran tenaga kerja melalui mekanisme antar kerja.

(1) Tenaga Kerja Sukarela - BUTSI

Sejak tahun 1985/86 kegiatan pemanfaatan dan penyebaran slumber days manusia, khususnya tenaga kerja muda terdidik, ke daerah pedesaan melalui Proyek Pengerahan Tenaga Kerja Suka-rela Pelopor Pembaharuan dan Pembangunan (TKS-BUTSI) diarah-kan menjadi kegiatan pembinaan untuk berusaha mandiri. Kebi-jaksanaan yang dikembangkan sejak itu ialah agar TKS-BUTSI yang telah selesai melaksanakan tugasnya bisa berusaha man-diri. Para mantan TKS-BUTSI diberi keterampilan wiraswasta melalui pembinaan pribadi dan penyediaan unsur penunjang.

Dalam rangka membimbing dan membina para mantan TKS-BUTSI ke arah usaha mandiri tersebut diserahkan para pemandu lapangan. Para pemandu tersebut sebelumnya telah dilatih oleh Pelatih Pemandu Lapangan (PPL) dalam berbagai segi keteram-pilan dan kewiraswastaan. Dalam hubungan itu pada tahun 1986/87 telah disebarkan pemandu lapangan sejumlah 30 orang dan TKS Wiraswasta sejumlah 48 orang, dan pada tahun terakhir Repelita IV telah dilatih dan disebarkan sejumlah 86 orang pemandu lapangan.

Pada tahun terakhir Repelita III TKS-BUTSI yang direkrut dan disebarkan berjumlah 5,6 ribu orang, sedangkan pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) tidak ada pengerahan TKS-BUTSI baru. Pada tahun 1985/86 direkrut dan disebarkan kembali se-banyak 8,7 ribu orang. Pada tahun 1986/87 dan 1987/88 tidak ada penyebaran TKS-BUTSI baru (Tabel XII-5). Sejak tahun 1986/87 lebih ditekankan pada usaha untuk membina para mantan TKS-BUTSI agar dapat memulai usaha mandiri. Pada tahun ter-akhir Repelita IV (1988/89) pola penyebaran TKS-BUTSI diubah menjadi pole Bimbingan Kerja Tenaga Kerja Terdidik (BKTKT). Sesuai dengan minat peserta, maka melalui pembinaan sikap mental, menumbuhkan motivasi, membuka wawasan berusaha, khu-susnya yang dikaitkan dengan sumber daya alam dan potensi pasar yang ada, BKTKT bertujuan untuk rangka menciptakan la-pangan kerja baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Pada Tabel XII-5 terlihat bahwa tahun 1988/89, telah disebarkan sejumlah 280 orang tenaga terdidik melalui kegiatan BKTKT di 14 propinsi.

XII/11

Page 12: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 4

HASIL PELAKSANAAN FISIK PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU,1983/84 - 1988/89

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/12

XII/12

Page 13: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 5

JUMLAH KESEMPATAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKANDALAM PROGRAM INPRES KABUPATEN/KOTAMADYA,

1983/84 - 1988/89

1) Angka sementara

Jika dibandingkan dengan sasaran penyebaran TKS-BUTSI selama Repelita IV, maka realisasi pelaksanaannya hanya sebesar 25,8% dari sasaran sebanyak 35 ribu orang. Hal ini disebabkan sejak tahun 1986/87 sampai pada tahun 1987/88 tidak ada penyebaran TKS-BUTSI baru seperti telah disebutkan terdahulu.

Dalam rangka penyaluran para mantan TKS-BUTSI ke arah usaha mandiri, sejak tahun 1985/86 sampai tahun 1987/88 telah dilatih secara selektif sebanyak 456 orang alumni TKS-BUTSI. Pelatihan dilaksanakan dengan bekerja sama baik dengan KADIN Indonesia maupun dengan Lembaga Pembina Swadaya Masyarakat (LPSM), masing-masing 349 orang dan 107 orang.

(2) Informasi Tenaga Kerja dan Penyaluran Melalui Mekanisme Antar Kerja

Informasi Tenaga Kerja memegang peranan yang sangat penting dalam upaya membantu pencari kerja untuk menemukan

XII/13

Page 14: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

lowongan kerja yang tersedia dan dengan demikian sangat pen-ting fungsinya dalam memperlancar proses pendayagunaan tenaga kerja secara optimal. Agar informasi tenaga kerja dapat di-manfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu para pencari kerja dan para pemberi kerja, maka informasi tersebut disebarluaskan melalui berbagai media massa, seperti radio, televisi, surat kabar dan buletin berkala.

Selama Repelita IV (1984/85 - 1988/89) jumlah pencari kerja, yang digolongkan ke dalam "pendaftaran", setiap tahun cenderung meningkat (Tabel %II-6), kecuali pada tahun 1985/86. Pada tahun 1988/89 jumlah pencari kerja yang mendaftarkan diri tercatat sebesar 1.646,6 ribu orang atau meningkat dengan 7,1% bila dibandingkan tahun sebelumnya (1987/88).

Pada tahun pertama Repelita IV permintaan akan tenaga kerja mengalami penurunan sebesar 13,5% dibanding dengan tahun 1983/84. Sejak itu, sampai pada akhir Repelita IV, dari tahun ke tahun permintaan akan tenaga kerja cenderung mening-kat. Pada tahun 1988/89 jumlah permintaan akan tenaga kerja tercatat sebesar 184.4 ribu orang atau meningkat dengan 1,3% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (1987/88). Secara keseluruhan selama Repelita IV terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja sebesar 8,4% rata-rata per tahun.

Pola perkembangan penempatan tenaga kerja ternyata mem-punyai karakteristik yang hampir sama dengan permintaan tena-ga kerja. Bila permintaan tenaga kerja meningkat maka penem-patan akan meningkat pula. Jumlah tenaga kerja yang telah di-tempatkan selama Repelita IV (1984/85 - 1988/89) berturut-turut adalah sebesar 73,2 ribu orang, 82,5 ribu orang, 118,7 ribu orang, 131,5 ribu orang dan 122,7 ribu orang. Selama tahun-tahun tersebut secara keseluruhan rata-rata terjadi kenaikan permintaan tenaga kerja sebesar 10,9% per tahun.

Usaha-usaha penempatan tenaga kerja tersebut nampak be-lum memberikan hasil yang optimal. Tidak semua lowongan kerja bisa diisi oleh tenaga kerja yang tersedia. Pada tahun 1988/89 tenaga kerja yang berhasil ditempatkan hanya 66,5% dari per-mintaan tenaga kerja yang berjumlah 184,4 ribu. Belum terisi-nya permintaan ini antara lain disebabkan oleh belum sesuai-nya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja pencari peker-jaan dengan persyaratan yang diminta, kurang lancarnya proses ataupun prosedur seleksi penerimaan, dan masih belum berfung-sinya sistem informasi pasar kerja sebagaimana diharapkan.

XII/14

Page 15: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 6

JUMLAH LAPANGAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKANDALAM PROGRAM REBOISASI DAN PENGHIJAUAN,

1983/84 - 1988/89

Repelita IV

Jenis Kegiatan danLapangan Kerja 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1) 1988/89 2)

1. Reboisasi:

a. Luas (ha) 92.603,0 57.307,0 72.918,0 88.864,0 14.894,0 12.919,0

b. Lapangan Kerja(seratus harikerja) 14.911,9 9.228,2 11.741,9 14.309,6 2.398,4 2.080,3

2. Penghijauan:

a. Luas (ha) 305.139,0 208.452,0 305.408,0 264.163,0 75.250,0 54.501,0

b. Lapangan Kerja(seratus harikerja) 17.085,0 11.671,5 17.099,8 14.790,8 4.213,3 3.051,6

3. Jumlah LapanganKerja (seratushari kerja) 31.996,9 20.899,7 28.841,7 29.100,4 6.611,7 5.131,9

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Page 16: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

XII/15

Page 17: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Selama Repelita IV penghapusan juga cenderung meningkat, ke-cuali pada tahun 1988/89. Rasio penghapusan terhadap pendaf-taran setiap tahun selama Repelita IV berturut-turut adalah sebesar 0,4, 0,4, 0,5, 0,5 dan 0,4. Adanya penghapusan dapat merupakan indikasi bahwa para pencari kerja telah mendapatkan pekerjaan atas usahanya sendiri atau telah menciptakan la-pangan kerja secara mandiri, misalnya dengan berwiraswasta di sektor informal. Secara absolut jumlah penghapusan pada tahun 1988/89 naik lebih dua kali lipat bila dibandingkan dengan tahun 1983/84. Dari Tabel XII-6 juga tampak visa pendaftaran, yaitu pencari kerja yang masih terdaftar dan menunggu penem-patan, ternyata dari tahun ke tahun masih cukup banyak.

Informasi pasar kerja berperan dalam menunjang kelancar-an penyaluran melalui mekanisme kegiatan antar kerja. Dengan adanya informasi tenaga kerja yang lengkap, akurat dan aktual maka mobilitas tenaga kerja dapat ditingkatkan, baik mobili-tas di tingkat lokal, antar daerah maupun antar negara. Oleh karena itu kehadiran sistem informasi tenaga kerja terus di-kembangkan dan disempurnakan.

Untuk mengatasi adanya kekurangan tenaga kerja di dae-rah-daerah tertentu dilakukan penyaluran melalui mekanisme antar kerja antar daerah (AKA) dan antar kerja lokal (AKL). Usaha memenuhi permintaan tenaga kerja dari luar negeri dila-kukan melalui mekanisme antar kerja antar negara (AKAN). Ke-giatan antar kerja tersebut dikaitkan dengan Balai Latihan Kerja (BLK) yang melatih tenaga kerja agar memiliki keteram-pilan yang sesuai dengan permintaan ataupun lowongan kerja yang tersedia.

Tabel XII-7 menunjukkan bahwa setiap tahunnya selama Re-pelita IV jumlah tenaga kerja yang disalurkan melalui meka-nisme antar kerja pada umumnya cenderung meningkat, yaitu berturut-turut sebanyak 130,4 ribu orang, 148,3 ribu orang, 196,0 ribu orang, 209,7 ribu orang dan 198,1 ribu orang. Pada tahun 1988/89 tenaga kerja yang disalurkan melalui ketiga me-kanisme antar kerja tersebut berjumlah 198,1 ribu orang de-ngan rincian 14,0 ribu orang melalui AKAD, 61,4 ribu orang melalui AKAN dan 122,7 ribu orang melalui AKL. Keadaan ini berarti suatu penurunan bila dibandingkan dengan tahun 1987/88 yang berjumlah 209,7 ribu, namun secara keseluruhan jumlah tenaga kerja yang disalurkan pada tahun tersebut (1988/89) masih lebih besar bila dibandingkan dengan tahun 1983/84.

XII/16

Page 18: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 7

PENGERAHAN TENAGA KERJA SUKARELA BUTSI,1983/84 - 1988/89

Tahun Jumlah Pengerahan(orang)

1983/84 5.670

1984/85 - 1)

1985/86 8.752 2)

1986/87 - 1)

1987/88 - 1)

1988/89 280 3)

1) Tidak ada pengerahan TKS-BUTSI baru2) Angka diperbaiki3) Angka Sementara

Penyaluran melalui mekanisme AKAN pada tahun 1987/88 dan tahun 1988/89 lebih kecil dari tahun 1986/87. Hal ini ber-kaitan erat dengan kebijaksanaan yang ditempuh, antara lain pengiriman tenaga kerja tidak terampil dibatasi sehingga te-naga kerja yang akan dikirim ke luar negeri perlu terlebih dahulu ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan. Selain itu seleksi yang dilaksanakan makin ketat. Namun demikian pada tahun kelima Repelita IV telah disalurkan tenaga kerja melalui mekanisme AKAN sejumlah 61,4 ribu orang. Jumlah ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tahun 1983/84 yang hanya 30,8 ribu orang.

Penyaluran tenaga kerja melalui AKAD pada tiga tahun pertama Repelita IV cenderung menurun, namun pada 2 tahun terakhir (1987/88 dan 1988/89) mengalami peningkatan yang

XII/17

Page 19: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

cukup tajam, yaitu sebesar 37,3% dan 14,1%, bila dibandingkan tahun sebelumnya (1986/87 dan 1987/88). Penyaluran tenaga kerja melalui AKL pada tahun 1988/89 berjumlah 122,7 ribu orang, lebih besar dari tahun 1983/84 yang hanya berjumlah 84,8 ribu orang.

(3) Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Sesuai dengan Keppres No. 23 Tahun 1974 telah dilaksana-kan kebijaksanaan untuk membatasi penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang untuk jabatan-jabatan tertentu. Ada tiga kategori jabatan yang dibatasi bagi tenaga kerja asing. Pertama, jabatan yang sama sekali tertutup bagi tenaga kerja asing, yaitu jabatan yang tidak membutuhkan keterampil-an ataupun kemampuan yang tinggi sehingga bisa diisi oleh te-naga kerja Indonesia. Kedua, jabatan yang diizinkan untuk waktu tertentu yang umumnya membutuhkan keterampilan tinggi tertentu dan belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia. Pada waktunya kelak jenis jabatan ini akan tertutup bagi te-naga kerja asing apabila sudah tersedia tenaga kerja Indone-sia yang mempunyai kemampuan ataupun keterampilan sebagaimana disyaratkan. Ketiga, jenis jabatan yang terbuka untuk semen-tara waktu yang berkaitan dengan jabatan-jabatan yang membu-tuhkan kepercayaan pemilik modal, misalnya manajer keuangan.

Perkembangan pelaksanaan pembatasan tenaga kerja warga negara asing pendatang dapat dilihat pada Tabel XII-8 dan Tabel XII-9. Selama dua tahun pertama Repelita IV pelaksa-naan pembatasan penggunaan tenaga kerja asing mengalami ke-naikan, namun pada tahun 1986/87 mengalami sedikit penurunan dari 4.660 menjadi 4.494 jenis jabatan dan jumlah ini tetap bertahan hingga akhir Repelita IV (1988/89). Hal ini berkait-an erat dengan diberlakukannya kebijaksanaan pelonggaran per-syaratan bagi PMA dalam rangka memperbaiki iklim usaha bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Kategori jabatan yang diizinkan untuk waktu tertentu ti-dak mengalami penurunan. Hal ini mengisyaratkan masih terba-tasnya penyediaan tenaga kerja Indonesia yang berketerampilan cukup tinggi. Pada akhir Repelita IV (tahun 1988/89) kelompok jabatan yang termasuk kategori tersebut masih menempati porsi terbesar, yaitu 2.658 jenis jabatan atau 59,2% dari 4.494 jenis jabatan yang dibatasi.

XII/18

Page 20: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 8

JUMLAH PENDAFTARAN, PERMINTAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJAMELALUI DEPARTEMEN TENAGA KERJA,

1983/84 - 1988/89

Jenis KegiatanRepelita IV

1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1) 1988/89 2)

Pendaftaran 871.223 1.102.365 866.778 1.338.895 1.537.167 1.646.616

Permintaan 123.317 106.640 114.174 145.128 182.110 184.428

Penempatan 84.836 73.188 82.505 118.695 136.328 122.692

Penghapusan 332.278 430.857 330.276 664.943 749.644 668.636

Sisa Pendaftaran 3) 454.109 598.320 453.997 555.257 651.195 855.288

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Sisa pendaftaran = Pendaftaran - (Penempatan + Penghapusan)

XII/19

Page 21: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 9

JUMLAH TENAGA KERJA YANG DISALURKANDALAM RANGKA AKAD, AKAN DAN AKL,

1983/84 - 1988/89

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Page 22: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

c. Latihan dan Keterampilan Tenaga Kerja

(1) Pelatihan Tenaga Kerja

Pelatihan kerja merupakan salah satu unsur dari suatu kesatuan usaha dan proses transformasi tenaga kerja untuk menjadikan manusia menjadi "modal pembangunan" bangsa yang lebih efektif. Oleh karena itu upaya-upaya pelatihan keteram-pilan selama Repelita IV terus dikembangkan serta semakin di-sempurnakan baik dalam hal manajemen, teknologi, jumlah maupun mutunya.

Pelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif. Selain itu pelatihan keterampilan juga diberikan kepada angkatan kerja yang sudah bekerja, baik dalam rangka meningkatkan mutu pekerja maupun efisiensi perusahaan. Pelatihan kerja juga merupakan suatu bentuk usaha dalam mengatasi kesenjangan antara permintaan tenaga kerja terampil dengan segala persyaratan ataupun kualifikasinya dan persediaan tenaga kerja yang kemampuannya relatif masih ter-betas. Dengan demikian perkembangan kedua sisi masalah tenaga kerja tersebut (permintaan atau kebutuhan dan persediaan) se-cara bertahap diharapkan semakin bergeser ke arah keseimbangan sehingga semakin mendorong ke arah semakin penuhnya pemanfaatan tenaga kerja dalam rangka memacu laju pembangunan.

Sebagaimana terlihat pada Tabel XII-10 secara keseluruh-an tenaga kerja yang dilatih di berbagai balai latihan selama Repelita IV berturut-turut adalah sebanyak 111,6 ribu orang, 110,6 ribu orang, 73,7 ribu orang, 66,9 ribu orang dan 56,2 ribu orang. Dalam rangka melibatkan masyarakat, khususnya dunia usaha dalam kegiatan pelatihan keterampilan, pada tahun 1988/89 telah dilatih sejumlah 14,1 ribu orang di berbagai perusahaan atas kerja sama Pusat Latihan Kerja (PUSLATKER) Departemen Tenaga Kerja dengan masyarakat dunia usaha (per-usahaan-perusahaan swasta).

Seiring dengan usaha peningkatan keterampilan, maka akhir-akhir ini juga digalakkan usaha peningkatan produktivi-tas tenaga kerja. Strategi yang ditempuh agar usaha-usaha peningkatan produktivitas dapat berdaya guna dan berhasil guna mencakup tiga tahap: (1) membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perbaikan produktivitas melalui program-program penyuluhan; (2) mendorong dilakukannya perbaikan produktivitas melalui studi pengukuran produktivitas; dan

XII/21

Page 23: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 10

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA

WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA,1983/84 - 1988/89

Lapangan Usaha Repelita IV

dan Jabatan1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89 1)

Jumlah Lapangan Usaha 23 24 26 25 25 25

Jumlah JabatanYang Tertutup 1.595 1.608 1.863 1.665 1.665 1.665

Jumlah Jenis JabatanYang Diizinkan UntukWaktu Tertentu 2.526 2.542 2.583 2.658 2.658 2.658

Jumlah Jenis JabatanYang Terbuka UntukSementara Waktu 173 178 214 171 171 171

Jumlah Jenis JabatanYang Dibatasi 4.294 4.328 4.660 4.494 4.494 4.494

Page 24: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

1) Angka sementara

XII/22

Page 25: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

GRAFIK XII - 1PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA

WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA,1983/84 - 1988/89

XII/23

Page 26: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

(Lanjutan Grafik XII – 1)

XII/24

Page 27: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

(3) menyediakan panduan guna memelihara perbaikan produktivi-tas yang telah dilakukan. Dalam rangka membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya produktivitas, maka dilakukan penyuluhan mengenai produktivitas sebagai bagian dari gerakan produktivitas. Penyuluhan dilakukan melalui berbagai kegiatan ilmiah seperti forum diskusi dan seminar, maupun melalui me-dia massa seperti radio, televisi, surat kabar dan majalah. Dalam rangka penyuluhan produktivitas maka pada tahun 1986 diselenggarakan Kongres Produktivitas Dunia ke IV di Jakarta yang dihadiri oleh ratusan peserta dari dalam negeri dan dari luar negeri.

Pendekatan yang telah ditempuh untuk memperbaiki dan me-ningkatkan produktivitas terdiri dari, pertama, pendekatan manajerial yang dilakukan melalui penerapan manajemen yang tepat dan serasi antara lain melalui program-program Pengen-dalian Mutu Terpadu (PMT) dan Gugus Kendali Mutu (GKM) di tingkat perusahaan. Kedua, pendekatan teknologi melalui kebi-jaksanaan alih teknologi dan penerapannya berdasarkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki dengan menggunakan pende-katan pembandingan kemanfaatan dan biaya yang dilihat dari sudut sosial. Ketiga, pendekatan kewiraswastaan dan keteram-pilan dilakukan guna meningkatkan jumlah orang yang mampu mengambil prakarsa untuk membuka lapangan usaha. Selanjutnya dengan ditingkatkannya keterampilan tenaga kerja maka pada gilirannya mereka dapat membantu para wiraswastawan dalam usahanya memperluas lapangan kerja.

Usaha-usaha lainnya yang telah dilaksanakan ialah mela-kukan studi pengukuran produktivitas. Studi tersebut dilaksa-nakan antara lain pada bulan Oktober 1987 sampai pada bulan Januari 1988 oleh Dewan Produktivitas Nasional (DPN) bekerja-sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universi-tas Pajajaran (UNPAD). Ruang lingkup studi masih terbatas pada sektor-sektor jasa (perhotelan), industri pertanian (pa-brik gula) dan industri kecil (rotan).

(2) Pelatihan Swasta

Selama Repelita IV kebijaksanaan untuk melibatkan peranan lembaga pelatihan swasta dalam usaha-usaha pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan tenaga kerja terus di-tingkatkan. Selain itu bagi perusahaan-perusahaan swasta di-buka pula kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas balai la-tihan kerja yang dimiliki pemerintah dengan melatih tenaga kerjanya.

XII/25

Page 28: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Dalam usaha memperbesar dampak berganda untuk meningkat-kan jumlah dan mutu tenaga kerja terampil, maka ditempuh pem-binaan lembaga pelatihan swasta melalui pemberian penataran kepada para instruktur agar keahlian dan keterampilan mereka meningkat, baik dalam teknik aplikasi kejuruan maupun dalam metodologi pelatihan. Pada tahun kelima Repelita IV telah di-laksanakan penataran untuk 40 instruktur dari lembaga pela-tihan swasta dan 40 instruktur dari pondok pesantren. Pelatih-an keterampilan juga diberikan kepada 220 orang santri. Selain itu 160 orang pencari kerja telah dilatih di bidang perhotel-an.

d. Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Perlindungan tenaga kerja dan hubungan ketenagakerjaan yang serasi antara pekerja dan pengusaha yang dijiwai Panca-sila dan Undang-Undang Dasar 1945, ditujukan pada pemelihara-an, penggalangan dan peningkatan stabilitas sektor produksi barang dan jasa. Perlindungan tenaga kerja dan hubungan kete-nagakerjaan diselenggarakan dalam bentuk pembinaan, pengen-dalian, penggalangan, bimbingan dan pelayanan serta pengawas-an terhadap kewajiban, kepentingan dan hak-hak dari semua pi-hak yang saling membutuhkan dan mengerti peranan serta hak dan kewajiban masing-masing dalam keseluruhan proses produksi dan masing-masing pihak menghormati hak dan kewajiban pihak yang lain.

Kebijaksanaan di bidang pembinaan hubungan dan perlin-dungan tenaga kerja diarahkan untuk membina lembaga-lembaga ketenagakerjaan dan hubungan ketenagakerjaan, memberikan per-lindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Selain itu kebijaksanaan tersebut diarahkan pula pada usaha peningkatan pengawasan norma kerja, norma keselamatan dan kesehatan kerja, pengaturan pengupahan, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja melalui program Asuran-si Tenaga Kerja (ASTEK), Koperasi karyawan dan program-program peningkatan produktivitas, lainnya seperti perbaikan kondisi dan lingkungan kerja.

(1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selama Repelita IV, berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Ker-ja (K3) terus dilakukan, antara lain melalui kampanye K3, baik ditingkat nasional maupun daerah, seperti penyelenggara-an lomba di bidang K3. Demikian juga kegiatan-kegiatan kursus, penyuluhan, dan pelatihan di bidang K3 terus ditingkatkan,

XII/26

Page 29: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

khususnya dalam perusahaan-perusahaan skala besar dan mene-ngah. Pembinaan Dewan K3 di tingkat daerah, dan Panitia Pem-bina K3 di perusahaan-perusahaan dilaksanakan agar lembaga-lembaga tersebut berfungsi sebagai forum komunikasi antara pekerja dan pengusaha. Usaha untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Dengan tercapainya tujuan itu diharapkan dapat diciptakan suasana kerja yang aman, nyaman, produktif dan serasi sesuai dengan prinsip-prinsip Hubungan Industrial Pancasila (HIP), serta terjamin adanya ketenangan usaha dan ketenangan bekerja.

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah, telah berperan secara aktif dalam memberikan sumbangan bahan-bahan pemikiran yang cukup berarti bagi pemerintah dan juga dalam membangkitkan kesadar-an masyarakat pada umumnya akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja untuk menunjang pembangunan. Usaha pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja oleh petugas-petugas pengawas perburuhan ditekankan pada upaya penegakan hukum di tempat kerja. Kegiatan pengawasan mencakup pengawasan terhadap ke-mungkinan keracunan, terkena pengaruh radiasi dan pengaruh, penggunaan bahan kimia, peledakan, kebakaran dan kecelakaan-kecelakaan lain di tempat kerja. Selain itu bagi perusahaan-perusahaan yang banyak mempekerjakan karyawan wanita dihimbau untuk mengutamakan perlindungan terhadap tenaga kerja wanita dan anak dengan menyediakan Tempat Penitipan Anak (TPA), ma-kanan siang yang bergizi, serta fasilitas-fasilitas lain yang dapat memberi waktu dan peluang untuk melaksanakan program KEJAR (bekerja sambil belajar) bagi tenaga kerja buta aksara.

Usaha memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan bagi tenaga kerja dilaksanakan melalui pengawasan dan penyuluhan mengenai norma-norma perlindungan, khususnya yang menyangkut hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha. Tujuan dari peng-awasan diarahkan agar sarana Hubungan Industrial Pancasila seperti Perjanjian/Kesepakatan Kerja Bersama (PKB/KKB), Per-aturan Perusahaan (PP), pengupahan, asuransi sosial tenaga kerja dan lain-lain, dapat lebih berfungsi dan berkembang bagi kepentingan kedua belah pihak pelaku produksi.

Dalam rangka penyebarluasan pelaksanaan hygiene per-usahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) melalui perusahaan-perusahaan, telah dilaksanakan penataran-penataran. Selama Repelita IV penataran-penataran mengenai kesehatan kerja, telah diberikan kepada 2,6 ribu orang dokter perusahaan,

XII/27

Page 30: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

935 orang manajer perusahaan, 1,0 ribu orang insinyur dan tek-nisi perusahaan, dan 1,7 ribu orang paramedis. Dari jumlah tersebut di atas, penataran yang diadakan pada tahun 1988/89 diberikan kepada 557 dokter perusahaan, 196 orang manajer perusahaan, 586 insinyur dan teknisi perusahaan, dan 737 orang paramedis. Laboratorium hiperkes dan kesehatan kerja sejak awal Repelita IV telah dibangun di Bandung, Semarang, Denpasar, Jakarta, Medan, Surabaya, Ujung Pandang, Palembang, Padang, Balikpapan, Banjarmasin, Manado, dan Yogyakarta telah berfungsi dan mulai meningkatkan usaha pelayanannya bagi per-usahaan-perusahaan.

Dalam upaya memberikan perlindungan bagi pekerja terha-dap bahaya kecelakaan di tempat kerja dan meningkatkan efi-siensi dan produktivitas di perusahaan-perusahaan, maka seca-ra selektif kegiatan pengawasan K3 terus dilaksanakan. Peng-awasan tersebut merupakan bagian dari sistem pengawasan kete-nagakerjaan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 Tahun 1984. Kunjungan dalam rangka pengawasan ketenagakerjaan pada tahun 1988/89 telah dilaksanakan lebih dari 32 ribu kali, dengan jumlah perusahaan 115 ribu buah dan tenaga kerja sejumlah 4.566,3 ribu orang. Dengan telah mulai berfungsinya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan-perusahaan, maka kesadaran di kalangan karyawan akan risiko bahaya kecelakaan kerja semakin meluas. Dengan demikian usaha pencegahan terhadap kecelakaan kerja dapat di-tingkatkan, sehingga frekuensi kunjungan dalam rangka peng-awasan di tempat kerja dapat dikurangi.

Untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan kese-hatan kerja di kalangan perusahaan, maka telah diadakan pe-nyuluhan mengenai K3 di perusahaan-perusahaan. Selama Repe-lita IV telah diadakan penyuluhan sebanyak 307 kali dengan peserta 10,2 ribu orang. Selain itu dalam kurun waktu yang lama telah terjadi 19,6 ribu kasus kecelakaan kerja yang me-libatkan 16,6 ribu orang. Dari sejumlah kasus tersebut, musi-bah kecelakaan kerja yang terjadi dalam tahun 1988/89 terca-tat 10,2 ribu kasus dengan rincian sakit tidak masuk kerja 3,1 ribu orang, cacat 6 ribu orang, dan meninggal dunia 537 orang. Sementara itu 343 kasus kebakaran telah menyebabkan 64 orang meninggal dunia, 40 orang luka berat, dan 87 orang luka ringan, dengan jumlah kerugian seluruhnya berjumlah lebih dari Rp 76,3 milyar. Untuk meningkatkan kesadaran para pelaku produksi di perusahaan dalam tahun 1988/89 telah dilaksanakan penyuluhan mengenai K3 sebanyak 47 kali dengan peserta 1,4 ribu orang.

XII/28

Page 31: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

(2) Pengaturan Pengupahan

Untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan ke-luarganya maka kebijaksanaan upah minimum terus dilanjutkan. Sasaran utama kebijaksanaan upah adalah sektor-sektor yang masih memberi imbalan upah di bawah tingkat kelayakan upah minimum. Kebijaksanaan ini ditujukan agar perbedaan upah untuk jabatan yang sama semakin menyempit baik antar wilayah, antar sektor, maupun antara upah tertinggi dan upah terendah dalam satu sektor atau perusahaan.

Dalam rangka menekan atau mengurangi laju arus perpin-dahan pekerja dari pedesaan ke perkotaan, maka diusahakan agar tingkat upah pekerja di pedesaan cukup menarik dan per-bedaannya tidak berlebihan dibanding tingkat upah di perkota-an. Pemberian upah yang wajar merupakan salah satu upaya da-lam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pekerja. Upaya ini di samping merupakan salah satu upaya dalam rangka me-ningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya, juga merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan produktivitas te-naga kerja pada umumnya.

Pada tahun 1983/84 ditetapkan sebanyak 15 upah minimum regional, 48 upah minimum sektor regional, dan 272 upah mini-mum subsektor regional. Penetapan upah minimum tersebut se-lama Repelita IV terus ditingkatkan. Sampai pada akhir Repe-lita IV, secara kumulatif perkembangan upah minimum yang di-tetapkan telah mencapai 27 upah minimum regional, 78 upah mi-nimum sektor regional dan 607 upah minimum subsektor re-gional. Penetapan upah minimum regional yang terendah terda-pat di Nusa Tenggara Barat, sebesar Rp 650,-/hari, dan ter-tinggi di Pulau Batam sebesar Rp 2.450,-/hari. Upah minimum sektor regional yang terendah terdapat di Jawa Timur untuk sektor perkebunan sebesar Rp 645,0/hari, dan tertinggi di Timor Timur untuk sektor bangunan sebesar Rp 3.500,0/hari. Penetapan upah minimum secara regional, sektoral dan subsek-toral dilaksanakan dengan mengadakan penyesuaian dengan index harga konsumen (IHK).

(3) Jaminan Sosial

Pelaksanaan program jaminan sosial dan kesejahteraan te-naga kerja selama Repelita IV terus dilanjutkan dan diting-katkan melalui pengembangan program Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK). Berbagai peraturan perundang-undangan telah diter-

XII/29

Page 32: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

bitkan untuk mengatur program jaminan sosial dan kesejahtera-an tenaga kerja. Jumlah peserta program-program ASTEK untuk asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua dan tunjangan kematian diusahakan agar terus meningkat. Selain itu kepada badan-badan asuransi swasta yang melaksanakan jaminan sosial bagi para pekerja diberikan bimbingan dan penyuluhan.

Sejak tahun 1983 ASTEK, yang semula hanya terbatas pada perusahaan-perusahaan besar dengan jumlah pekerja 100 orang ke atas dan pengeluaran untuk upah sebesar Rp 5 juta sebulan, telah diperluas ke perusahaan-perusahaan menengah dengan jumlah pekerja 25-99 orang dan pengeluaran untuk upah Rp 1 juta sebulan. Adanya perubahan kebijaksanaan tersebut telah menyebabkan bertambahnya perusahaan dan pekerja yang turut serta dalam program ASTEK secara berarti.

Selama Repelita IV program ASTEK terus ditingkatkan, baik jenis, besarnya santunan maupun jumlah pesertanya. Pro-gram ASTEK ini telah mencakup asuransi kecelakaan kerja, ta-bungan hari tua dan asuransi kematian. Dewasa ini sedang di-kaji mengenai kemungkinan untuk memperluas program agar dapat mencakup jenis-jenis asuransi lain, seperti asuransi sakit dan pensiun. Selanjutnya ASTEK juga telah menyediakan bea-siswa bagi anak karyawan, memberi bantuan bagi mereka yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), menyediakan pinjaman untuk modal koperasi karyawan, menyediakan fasilitas untuk pembelian saham perusahaan, pinjaman uang muka perumahan, pembuatan bedeng pekerja harian dan lain-lain bagi pesertanya.

Semenjak ASTEK diselenggarakan tahun 1978, secara kumu-latif jumlah peserta ASTEK sampai pada bulan April 1988 telah mencapai 21,7 ribu perusahaan dengan pekerja sebanyak 3.335,4. ribu orang. Perkembangan kasus asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua dan asuransi kematian selama tahun-tahun 1983 - 1988 dapat dilihat pada Tabel XII-l1.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan asuransi kece-lakaan kerja, tabungan hari tua dan asuransi kematian, pada tahun 1983 telah terselesaikan sebanyak 24,8 ribu kasus de-ngan pembayaran jaminan sebesar hampir Rp 4 milyar rupiah. Pada tahun 1984 kasus yang dapat diselesaikan meningkat men-jadi sebanyak 30,2 ribu kasus dan pembayaran jaminannya lebih dari Rp 5 milyar rupiah. Selanjutnya pada tahun 1985 baik jumlah kasus maupun pembayaran jaminan meningkat lagi, ma-sing-masing menjadi sebanyak 32,3 ribu kasus dan lebih dari

XII/30

Page 33: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 11

PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAANTENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA,TAHUN 1988/89

No.

Jumlah JenisJabatan

Lapangan UsahaTertutup

Jumlah JenisJabatan yangDiizinkanUntuk WaktuTertentu

Jumlah JenisJabatan yangTerbuka UntukSementaraWaktu

JumlahJenisJabatan

Kehutanan, UnitPengusahaan Hutan 40 80 7 127

2. Perikanan 25 32 4 61

3. Peternakan 20 64 2 86

4. Perkebunan 48 43 14 105

5. Minyak dan Gas Bumi 63 93 14 170

6. Pertambangan Umum 39 129 1 169

7. Aneka Industri 131 459 6 596

8. Industri Kimia Dasar 4 102 7 113

9. Industri Mesin danLogam Dasar 251 785 6 1.042

10. Pariwisata 261 44 2 307

11. Pos dan Telekomunikasi - 9 - 912. Perhubungan Darat - - 6 6

13. Perhubungan Udara 11 32 25 68

14. Perhubungan Laut 284 67 13 364

15. Pengawasan Obat dan Makanan 77 47 5 129

16. Pelayanan Kesehatan 112 96 - 208

17. Perdagangan 44 20 13 77

18. Pembinaan Para dan Grafika 37 58 10 105

19. Bina Marga 56 86 4 146

20. Pengairan 10 48 4 62

21. Cipta Karya 20 114 4 138

22. Listrik dan Energi Baru 76 159 2 237

23. Pertanian Tanaman Pangan 13 16 5 34

24. Monster Dalam Negeri 13 16 5 34

25. Bimas Kristen Protestan 30 59 12 101

Jumlah 1.665 2.658 171 4.494

XII/31

Page 34: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 12

JUMLAH TENAGA KERJA YANG DILATIHDI BERBAGAI BALAI LATIHAN KERJA,

1983/84 - 1988/89

No. Jenis Balai Latihan Repelita IV

1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1) 1988/89 2)

1. Industri 20.423 24.269 36.641 30.573 35.071 34.490 4)

2. Pertanian 504 3.541 4.307 4.905 3.294 5.884 4)

3. Manajemen 7.773 9.267 8.037 11.960 12.264 12.256

4. Mobile Training 50.260 74.505 61.625 26.273 16.241 3.562Unit ( MTU )

Jumlah 78.960 111.582 110.610 73.711 66.870 56.192

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Termasuk 22.855 orang yang dilatih di perusahaan

atas kerja sama Puslatker-Depnaker dengan perusahaan swasta (tahun 1987/88)4) Termasuk 14.095 orang yang dilatih di perusahaan atas kerja sama Puslatker-Depnaker dengan

perusahaan swasta (tahun 1988/89)

XII/32

Page 35: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Rp 6 milyar. Tahun 1986 jumlah kasus tersebut mencapai 39,1 ribu dan jaminan yang dibayarkan sebesar lebih dari Rp 8.500 juta. Selanjutnya tahun 1987 dan tahun 1988 jumlah kasus dan pembayaran jaminan terus bergerak naik, yaitu, berturut-turut, masing-masing menjadi 41,4 ribu kasus dengan jaminan lebih dari Rp 11 milyar, dan 47,6 ribu kasus dengan jaminan lebih dari Rp 13 milyar. Dengan demikian selama Repelita IV telah berhasil diselesaikan sejumlah 190,6 ribu kasus dengan pembayaran jaminan sebesar Rp 43 milyar. Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan sejak tahun 1987 program ASTEK telah berhasil memperbesar santunan kecelakaan kerja dan santunan kematian. Santunan kecelakaan kerja yang semula besarnya Rp 1,5 juta, pada tahun 1987 telah ditingkatkan menjadi Rp 2 juta. Selain itu santunan kematian yang semula Rp 3 juta, pada tahun 1987 telah ditingkatkan menjadi Rp 5 juta.

(4) Perjanjian Perburuhan

Dalam rangka menciptakan kerja sama yang serasi antara pekerja dan pengusaha diperlukan adanya suasana saling meng-hormati dan saling mengerti peranan serta hak dan kewajiban masing-masing dalam proses hubungan kerja. Dengan adanya suasana demikian dapat ditekan sekecil-kecilnya kemungkinan timbulnya perselisihan. Lagi pula adanya suasana demikian dapat pula membantu meningkatkan motivasi kerja dan produkti-vitas para pekerja di perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja. Terciptanya kerja sama yang serasi berkaitan erat dengan adanya persyaratan kerja yang wajar yang tertuang dalam bentuk Perjanjian/Kesepakatan Kerja Bersama (PKB/KKB), Peraturan Perusahaan (PP), dan Perjanjian Kerja (PK).

Dalam upaya memperlancar perluasan dan penyempurnaan PKB/KKB oleh pekerja dan pengusaha sebagai sarana hubungan industrial, telah disusun pola dasar PKB/KKB baik menurut sektor maupun menurut tingkat kemampuan perusahaan. Sebagai hasil musyawarah antara pekerja dan pengusaha, telah diputus-kan agar PKB/KKB memuat aspek-aspek utama dalam hubungan ker-ja, seperti upah, lembur, jam kerja dan lain-lain, untuk mem-beri jaminan ketenangan bekerja kepada para pekerja dan meng-hindari kasus-kasus perselisihan antara pekerja dan pengusaha. Sampai akhir Repelita IV kehadiran PKB/KKB telah terdapat di semua sektor dengan jangkauan perusahaan-perusahaan yang ba-nyak menyerap tenaga kerja, penghasil devisa, dan perusahaan-perusahaan yang telah memiliki serikat pekerja, terutama yang telah memiliki Peraturan Perusahaan.

XII/33

Page 36: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 13

KAMUS DAN PEMBAYARAN JAMINAN,1983 - 1988

Repelita IV

No. Jenis Asuransi 1983 1984 1985 1986 1987 1) 19882)

1. Asuransi Kecelakaan Kerja:a) Kasus 14.423 16.438 13.892 15.011 15.521 20.781b) Jaminan

(ribu rupiah) 2.684.430 2.656.010 3.263.800 4.011.705 5:681.930 5.786.390

2. Tabungan Hari Tua:a. Kasus 8.395 11.661 15.637 20.882 22.747 23.497b. Jaminan

(ribu rupiah) 809.481 1.940.770 2.054.900 3.672.367 4.223.380 5.737.550

3. Asuransi Kematian:a. Kasus 1.957 2.143 2.787 3.203 3.123 3.290b. Jaminan

(ribu rupiah) 460.170 608.970 766.900 1.045.830 1.488.670 1.756.070

Jumlah

24.775 30.242 32.316 39.096 41.391 47.568a) Kasus

b) Jaminan (ribu rupiah) 3.954.081 5.205.750 6.085.600 8.729.902 11.393.980 13.280.010

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Page 37: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

XII/34

Page 38: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 14

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB),1983/84 - 1988/89

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

GRAFIK XII - 2PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB),

1983/84 - 1988/89

XII/35

Page 39: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Secara kumulatif jumlah PKB/KKB dan jumlah perusahaan yang dicakup menunjukkan peningkatan. Bila pada tahun ter-akhir Repelita III (tahun 1983/84) jumlah PKB/KKB dan jumlah perusahaan yang dicakup masing-masing hanya 3,3 ribu buah dan 5,6 ribu buah, maka pada akhir Repelita IV jumlah tersebut telah mencapai masing-masing 5 ribu buah dan 6,9 ribu buah. Sejak tahun 1984/85 sampai pada tahun 1987/88 jumlah tersebut berturut-turut masing-masing sebanyak 3,9 ribu buah dan 5,6 ribu buah, 4 ribu buah dan 5,9 ribu buah, 4,6 ribu buah dan 6,7 ribu buah, 4,8 ribu buah dan 6,8 ribu buah. (lihat Tabel %II-12).

Sebagai tahap awal adanya KKB, diberlakukan Peraturan Perusahaan (PP) bagi perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 25 orang dan perusahaan-perusahaan yang belum mempunyai unit kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Penyesuaian upah pekerja yang dicantumkan dalam PP merupakan hasil musya-warah antara para pekerja atau wakilnya dan pihak pengusaha dengan mempertimbangkan baik kemampuan perusahaan maupun kon-disi pemasaran produk perusahaan. Secara kumulatif PP yang telah disahkan sampai pada tahun terakhir Repelita IV ber-jumlah 15,3 ribu buah.

Usaha untuk meningkatkan hubungan dan perlindungan tena-ga kerja di sektor informal, khususnya sektor tradisional, juga telah dikembangkan. Antara pemilik dan petani ataupun nelayan penggarap para pelaku produksi disepakati suatu per-janjian kerja yang dituangkan dalam Perjanjian Kerja (PK) tertulis yang disahkan oleh Pemerintah Daerah. Aspek-aspek yang tercantum dalam perjanjian kerja ini meliputi bagi hasil, uang muka, sumber pembiayaan, dan tata cara dalam penyusunan perjanjian kerja baru sebelum yang lama habis masa berlakunya.

(5) Lembaga Ketenagakerjaan

Upaya untuk meningkatkan kemampuan lembaga ketenagaker-jaan dilakukan melalui pendidikan dan penyuluhan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat perusahaan. Melalui pendidikan dan penyuluhan diharapkan lembaga-lembaga ketenagakerjaan dapat lebih mampu dan berfungsi dalam menampung, menanggapi, melayani dan menyalurkan serta menyelesaikan masalah-masalah ketenagakerjaan yang dilandasi oleh Hubungan Industrial Pan-casila. Para pelaku hubungan kerja diharapkan dapat lebih memahami masalah-masalah pembangunan pada umumnya dan per-usahaan pada khususnya. Sehubungan dengan itu kepada para pekerja diberikan penyuluhan dan konsultasi agar dapat lebih

XII/36

Page 40: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

memahami permasalahan pembangunan. Melalui konsultasi diha-rapkan dapat di tumbuhkan citra saling menghormati yang meru-pakan unsur utama dalam membina ketenangan bekerja di setiap perusahaan. Sistem pendidikan hubungan ketenagakerjaan yang selama ini mengikut sertakan serikat pekerja dan pengusaha terus disempurnakan. Penyelenggaraan pendidikan ini merupakan usaha dalam memasyarakatkan Pedoman Penghayatan dan Pengamal-an Pancasila (P4) dan hubungan ketenagakerjaan yang serasi di kalangan pekerja dan pengusaha. Sistem pendidikan tersebut diarahkan untuk memecahkan masalah hubungan kerja yang sifat-nya mendukung pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP).

Selama Repelita IV, telah dilaksanakan penataran P4 dengan jumlah peserta 34,2 ribu orang. Di samping itu para pengusaha juga didorong untuk melaksanakan penataran bagi para pekerjanya. Dari sejumlah peserta penataran tersebut, dalam tahun 1988/89 penataran diberikan kepada 6,8 ribu orang pe-serta. Pelaksanaan penataran P4 diprioritaskan kepada perusa-haan-perusahaan yang rawan, yang sering mengalami perseli-sihan, dan yang belum memiliki KKB atau PP.

Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang telah ber-ganti nama menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), dan sekaligus mengubah struktur organisasinya dari bentuk fe-derasi menjadi unitaris, diharapkan dapat lebih tanggap ter-hadap kepentingan para anggotanya dan kebutuhan pembangunan nasional. Perkembangan SPSI dapat dilihat pada Tabel XII-13. Pada tahun 1983/84 jumlah unit kerja SPSI yang pada waktu itu bernama basis Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP) ber-jumlah 10,2 ribu unit kerja. Pada tahun 1984/85 jumlah terse-but meningkat menjadi 10,4 ribu unit kerja, tahun 1985/86 jumlah tersebut meningkat lagi sehingga mencapai jumlah 11 ribu unit kerja. Selanjutnya pada tahun 1986/87, 1987/88 dan tahun 1988/89 .jumlah tersebut menurun dan berturut-turut men-jadi 9,9 ribu, 8,7 ribu dan 8,8 ribu unit kerja. Terjadinya penurunan jumlah unit kerja sejak tahun 1986/87 itu disebab-kan oleh adanya perubahan bentuk dari federasi menjadi unitaris.

Pelaksanaan iuran bagi serikat pekerja terus digalakkan dalam usaha membina mutu unit kerja yang telah ada. Di sam-ping itu kerja sama antara pemerintah dengan SPSI dan APINDO-KADIN (Asosiasi Pengusaha Indonesia - Kamar Dagang Indonesia) terus dilaksanakan. Sampai pada tahun 1988/89 APINDO-KADIN telah mempunyai perangkat Dewan Pimpinan Daerah .(DPD) sebanyak 26 buah dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sebanyak 56 unit.

XII/37

Page 41: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 15

PERKEMBANGAN ORGANISASI SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIADAN SERIKAT BURUH LAPANGAN PEKERJAAN,

1983/84 - 1988/89

Repelita IV

Struktur Organisasi 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/881) 1988/89 2)

SPSI 3) 274 284 284 284 284 266Dewan Pimpinan Cabang (DPC)

221 223 231 229 26 26SBLP 4)

Pimpinan Daerah (PD)Pimpinan Cabang (PC) 579 579 582 582 261

Basis 10.220 10.435 11.003 9.914 8.702 8.823

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (dahulu FBSI)4) Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan

Page 42: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

XII/38

Page 43: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Badan Kerja Sama (BKS) Tripartite, yang anggotanya ter-diri dari unsur pemerintah, organisasi pekerja dan organisasi pengusaha, berfungsi sebagai wadah konsultasi, komunikasi, dan musyawarah antara ketiga unsur tersebut. BKS Tripartite bertugas mempersatukan konsepsi, sikap dan rencana dalam menghadapi masalah-masalah ketenagakerjaan. Secara kumulatif sampai pada tahun 1984/85 telah terbentuk BKS-Tripartite satu buah di tingkat nasional, 25 buah di tingkat Dati I, 121 buah di tingkat Dati II, 1,9 ribu buah BKS-Bipartite di perusaha-an-perusahaan. Pada tahun 1985/86 jumlah BKS-Tripartite me-ningkat menjadi 26 buah BKS-Tripartite di tingkat Dati I, 125 buah di tingkat Dati II dan 2 ribu buah BKS-Bipartite. Tahun 1986/87 lembaga tersebut turun menjadi 26 buah BKS-Tripartite tingkat Dati I, 130 buah di tingkat Dati II, 2,1 ribu buah BKS-Bipartite; tahun 1987/88 menjadi 26 buah BKS-Tripartite di tingkat Dati I, 137 buah di tingkat Dati II dan 2,1 ribu buah BKS-Bipartite. Pada akhir Repelita IV (1988/89) BKS-Tri-partite di tingkat Dati I tetap 26 buah, dan di tingkat Da-ti II 147 buah. Adanya lembaga-lembaga tersebut sebagai forum komunikasi dan konsultasi, memberi manfaat yang sangat besar dalam memecahkan masalah bersama antara para pelaku produksi.

Usaha menyelesaikan perselisihan dan pemutusan hubungan ketenagakerjaan dilakukan melalui lembaga Panitia Penyelesai-an Perselisihan Perburuhan Pusat dan Daerah (P4P/P4D). P4P/ P4D diusahakan agar memberikan pelayanan kepada masyarakat secara cepat, tepat, murah, konsisten dan adil. Perselisihan yang terjadi antara pengusaha dan serikat pekerja yang disam-paikan melalui P4P/P4D selama Repelita IV jika dibandingkan dengan Repelita III menunjukkan penurunan. Jumlah kasus yang diselesaikan mencapai berturut-turut, 104 kasus tahun 1984/85, 64 kasus tahun 1985/86, 38 kasus tahun 1986/87, 33 kasus tahun 1987/88 dan 72 kasus pada tahun 1988/89.

Selama Repelita IV kasus pemogokan yang terjadi sebanyak 275 kali yang melibatkan sejumlah 78,6 ribu pekerja dan meng-akibatkan hilangnya 689,6 ribu jam kerja. Dari sejumlah kasus tersebut, pemogokan yang terjadi dalam tahun 1988/89 tercatat 35 kali kasus pemogokan yang melibatkan sejumlah 14,6 ribu pekerja dan mengakibatkan hilangnya 39,7 ribu jam kerja. Ka-sus pemogokan yang terjadi selama Repelita IV bila dibanding-kan dengan 625 kasus selama Repelita III menunjukkan kecende-rungan penurunan. Penurunan ini disebabkan semakin berfungsi-nya Lembaga Bipartite sebagai forum komunikasi dan diterap-kannya hubungan perburuhan yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

XII/39

Page 44: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

B. TRANSMIGRASI

1. Pendahuluan

Dalam Repelita IV sasaran pembangunan di bidang trans-migrasi terutama diarahkan untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan oleh ketidakmerataan penyebaran penduduk dan tenaga kerja antar pulau dan antar daerah. Masa-lah-masalah tersebut antara lain adalah semakin menyempitnya areal pertanian, fragmentasi pemilikan dan penguasaan tanah, perluasan lahan pertanian ke wilayah hutan, semakin meluasnya pemukiman yang kurang layak huni, serta berbagai bentuk peng-angguran.

Berdasarkan Sensus Pertanian tahun 1969 dan 1983 diketa-hui adanya pengurangan areal pertanian di pulau-pulau Jawa dan Bali. Bersamaan dengan itu, luas pemilikan dan penguasaan lahan menjadi semakin sempit pula. Sehingga jumlah rumah tangga petani yang mengerjakan lahan di bawah 0,5 ha semakin banyak jumlahnya. Di pulau Jawa dan Bali, jumlah tersebut me-ningkat dari 4.255.041 kepala keluarga pada tahun 1969 menja-di 6.463.779 kepala keluarga pada tahun 1983 atau naik seki-tar 52% dalam 14 tahun. Di samping itu, luas areal hutan di pulau Jawa telah melampaui titik kritis untuk menjaga dan mempertahankan fungsi lingkungan secara efektif, yaitu di ba-wah 30% dari luas daratan. Berkurangnya luas areal pertanian dan areal hutan mengakibatkan dampak negatif terhadap ling-kungan di sekitarnya, seperti seringnya terjadi banjir seba-gai akibat dari fungsi. tata air dan tata iklim yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, dan lain-lain, dalam periode yang sama masih cukup tersedia potensi yang dapat dikembangkan bagi usaha pembangun-an pertanian. Sampai dengan tahun 1983, dari potensi tersebut, telah dibuka untuk perluasan areal pertanian sekitar 3,6 juta ha. Jumlah ini Baru mencapai sekitar 3% dari luas potensi areal pertanian yang tersedia. Di sektor kehutanan, berdasar-kan statistik kehutanan pada tahun 1985, terdapat sekitar 30,5 juta ha areal hutan yang masih bisa dikonversi dan atau areal hutan lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan di luar kehutanan. Di samping itu, di daerah pasang surut masih tersedia potensi lahan yang dapat dikembangkan serta dimanfaatkan bagi perluasan pertanian tanaman pangan dan per-kebunan.

XII/40

Page 45: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Di daerah-daerah yang padat penduduknya pelaksanaan transmigrasi dimaksudkan untuk memindahkan sebagian penduduk dan tenaga kerja dari wilayah-wilayah tertentu, terutama bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah seperti petani di daerah padat, petani yang menggarap hutan lindung dan suaka alam serta petani peladang berpindah-pindah dan memu-kimkannya di daerah-daerah yang jarang penduduknya. Dalam hubungan ini maka usaha pembangunan di bidang transmigrasi ditujukan untuk memindahkan penduduk dan tenaga kerja dari pulau Jawa, Bali dan Lombok, dalam upaya mengurangi beban wilayah, dan memukimkan mereka di pulau-pulau lainnya seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Bagi daerah-daerah yang relatif masih jarang penduduknya, pelaksanaan transmigrasi ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berproduksi daerah bersangkutan dengan menyediakan tenaga kerja melalui pembukaan daerah produksi dan pertanian baru dalam rangka memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam.

Usaha-usaha pembangunan di bidang transmigrasi memiliki tujuan ganda. Di satu pihak, usaha transmigrasi akan memberi-kan peningkatan pendapatan bagi petani yang bertekad untuk bekerja keras dalam mengerjakan lahan pertanian. Di lain pi-hak, upaya transmigrasi akan meningkatkan pendapatan daerah melalui pembukaan pasaran bagi hasil-hasil produksi di daerah yang bersangkutan. Selain itu, dengan memindahkan penduduk dari daerah-daerah padat ke daerah-daerah yang jarang pendu-duk, berbagai permasalahan kependudukan, sosial dan ekonomi di daerah padat penduduk maupun di daerah jarang penduduk se-kaligus dapat dipecahkan. Selanjutnya pembangunan transmigrasi juga merupakan satu kesatuan usaha dalam rangka pembinaan lingkungan hidup melalui pengembangan sumber days manusia dan sumber daya alam. Selain itu transmigrasi juga merupakan usaha pembauran antara berbagai kelompok etnis pendatang dan pen-duduk setempat dalam upaya memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa.

2. Kebijaksanaan Transmigrasi

Dalam Repelita IV sasaran pembangunan di bidang transmi-grasi adalah memindahkan dan menempatkan sejumlah 750.000 ke-pala keluarga yang berasal dari pulau-pulau Jawa, Bali, Lombok dan daerah-daerah lain yang padat penduduknya ke pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, dan pulau-pulau lain yang jarang penduduknya. Dalam pemindahan tersebut prioritas diberikan kepada keluarga petani yang

XII/41

Page 46: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

tidak memiliki tanah atau memiliki tanah yang sangat sempit, penduduk yang mendiami daerah-daerah kritis, dan petani atau peladang yang berpindah-pindah. Untuk melaksanakan usaha ter-sebut maka selama Repelita IV diupayakan pembukaan dan pe-ngembangan kurang lebih 1,5 juta ha daerah produksi pertanian baru dengan membuka sekitar 375 Satuan Kawasan Pemukiman.

Kebijaksanaan transmigrasi di daerah penerima ditujukan untuk membangun dan menyediakan prasarana dan sarana serta fasilitas fisik yang diperlukan dalam rangka peningkatan pro-duksi, seperti jaringan jalan serta lahan usaha, dan yang perlu bagi pemukiman, seperti perumahan, sekolah, puskesmas, perkantoran, rumah ibadah, dan sebagainya. Di samping itu, kepada setiap transmigran diberikan bantuan berupa alat-alat rumah tangga, alat pertanian dan alat pengolah hasil. Prasa-rana dan sarana serta bantuan yang diberikan tidak saja di-peruntukkan bagi masyarakat transmigran tetapi juga bagi ma-syarakat di sekitar daerah pemukiman transmigrasi. Demikian-lah maka pembangunan prasarana dan sarana di bidang transmi-grasi memberikan manfaat sosial dan ekonomi bukan hanya bagi para transmigran melainkan juga bagi masyarakat luas di dae-rah transmigrasi. Pembangunan prasarana dan sarana tersebut dimaksudkan juga untuk mendorong dan mewujudkan interaksi so-sial antara masyarakat transmigran dengan masyarakat setempat di sekitarnya. Dengan demikian kebijaksanaan ini juga akan memberi sumbangan kepada usaha memperkuat persatuan dan kesa-tuan bangsa.

Perhatian khusus ditujukan pula pada pemukiman petani yang menggarap hutan lindung serta peladang yang berpindah-pindah. Pemukiman yang tetap bagi mereka diperlukan agar ke-giatan-kegiatan mereka tidak merusak sumber-sumber daya alam dan lingkungan hidup. Kebijaksanaan transmigrasi, dengan demikian juga membantu menyelamatkan sumber-sumber kekayaan alam dan pelestarian plasma nutfah.

Pemilihan lokasi pemukiman transmigrasi sebagai daerah pemukiman dan daerah pertanian yang dapat berkembang dengan wajar perlu dipersiapkan dengan baik. Usaha ini dimulai dengan studi potensi wilayah yang bersifat makro. Pada tahap ini studi yang dilakukan mencakup beberapa aspek pokok, antara lain, kesesuaian lahan, topografi, iklim, kependudukan dan perhubungan. Berdasarkan hasil studi tersebut dilakukan pene-litian lebih mendalam (semi detail). Tahapan ini dimaksudkan untuk mencari dan mengetahui lebih mendalam mengenai luas

XII/42

Page 47: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

lahan yang potensial yang dapat dikembangkan dengan memperha-tikan kesesuaian lahan, topografi, tata guna tanah serta masa-lah-masalah lainnya yang diperlukan dalam menyiapkan pemukim-an. Pada tahap ini diharapkan akan diperoleh informasi untuk menyusun suatu Rencana Satuan Kawasan Pemukiman (RSKP). Ber-dasarkan RSKP tersebut diperoleh gambaran mengenai kondisi calon lokasi dengan luas lahan yang dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan. Rencana tersebut sangat membantu dalam memperkirakan daya tampung dari calon lokasi, panjang jalan penghubung atau jalan poros yang perlu dibangun serta masa-lah-masalah pokok lainnya yang diperlukan bagi pengembangan pemukiman. Kemudian di RSKP tersebut dilakukan kegiatan pena-taan kawasan untuk dijadikan beberapa unit pemukiman. Setiap unit pemukiman mempunyai daya tampung 300 sampai 500 kepala keluarga. Tahap ini lebih dikenal dengan Rencana Tata Ruang Satuan Pemukiman (RTSP). Pada tahap ini penentuan calon loka-si sudah semakin jelas. Dalam kaitan tersebut, sudah dapat ditentukan lahan untuk rumah, lahan pekarangan, lahan usaha I serta lahan untuk keperluan lainnya, seperti untuk pembangun-an jalan, fasilitas umum dan lain-lain.

Tahap selanjutnya adalah persiapan dan pelaksanaan pem-bukaan dan penyiapan pemukiman yang meliputi kegiatan peng-ukuran dan pemberian batas di lapangan. Kegiatan ini langsung diikuti dengan pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan ja-lan penghubung, poros atau desa serta pengkaplingan. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengukuran dan pemberian batas yang sudah dibuat tidak hilang sebab kalau hilang harus diadakan pengukuran dan pemberian batas kembali.

Penataan dan penyiapan lahan untuk setiap keluarga petani disesuaikan dengan pola-pola pengembangan. Untuk pola tanaman pangan setiap transmigran akan memperoleh alokasi lahan pekarangan seluas 0,25 ha dan lahan pangan seluas 1,75 ha. Dari 1,75 ha lahan usaha, seluas 1,0 ha dibuka oleh pemerin-tah sedangkan 0,75 ha lagi akan dibuka oleh transmigran sen-diri, baik melalui swadaya ataupun dengan memperoleh kredit dari perbankan.

Dalam pola perkebunan setiap transmigran akan memperoleh alokasi lahan pekarangan dan lahan pangan seluas 0,5 ha dan lahan perkebunan seluas 2,0 ha. Pembukaan lahan pekarangan dan lahan pangan seluas 0,5 ha dibiayai melalui subsidi peme-rintah, sedangkan pembukaan dan pengembangan lahan perkebunan seluas 2,0 ha dilakukan sebagai kebun plasma dengan pembiaya-an melalui kredit dan pelaksanaannya bekerja sama dengan pihak

XII/43

Page 48: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

swasta atau badan usaha milik negara. Dengan terbukanya lahan pekarangan dan lahan pangan diharapkan transmigran dapat se-gera melakukan usaha taninya. Selanjutnya di atas lahan peka-rangan dibangun rumah beserta fasilitas air bersih dan jamban keluarganya. Setiap unit pemukiman (UPT) dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas umum seperti balai kesehatan, balai desa, rumah ibadah, sekolah, rumah petugas dan lain-lain.

Bersamaan dengan kegiatan di daerah penerima, di daerah asal dilaksanakan kegiatan-kegiatan persiapan. Kegiatan awal di daerah asal adalah menentukan wilayah-wilayah atau daerah-daerah yang akan dipindahkan penduduknya. Wilayah-wilayah yang diberi perhatian khusus untuk dipindahkan penduduknya adalah wilayah-wilayah hutan yang berfungsi sebagai pengatur tata air, tata iklim, dan suaka alam; wilayah pemukiman yang ter-ancam bencana alam rutin; wilayah yang akan dijadikan proyek pembangunan besar; dan wilayah yang padat penduduk padahal daya dukung lingkungannya sangat terbatas.

Di wilayah-wilayah tersebut diselenggarakan penerangan dan penyuluhan tentang maksud dan tujuan penyelenggaraan transmigrasi serta usaha-usaha pembangunan di bidang lain-nya. Untuk ini digunakan media massa seperti radio, televisi dan selebaran-selebaran. Tujuan penerangan adalah untuk mem-berikan informasi kepada masyarakat tentang kebijaksanaan pembangunan di bidang transmigrasi. Kegiatan ini diikuti de-ngan pendaftaran dan seleksi calon-calon transmigran.

Pendaftaran dan seleksi dilakukan guna memilih calon-calon transmigran yang memenuhi persyaratan. Persyaratan di-maksud antara lain adalah warga negara Indonesia dan tidak tersangkut dalam organisasi politik yang terlarang, petani atau mereka yang mempunyai keterampilan yang diperlukan di daerah transmigrasi, sehat fisik dan mental, berkelakuan baik, beragama, berkeluarga, belum pernah menjadi transmi-gran. Transmigran yang akan ditempatkan di Perkebunan Inti Rakyat (PIR) di samping persyaratan di atas juga harus ber-umur antara 18 sampai 35 tahun.

Seleksi calon transmigran dilaksanakan secara bertahap, mulai dari desa dan kecamatan sampai kabupaten dan propinsi. Pentahapan ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada peserta untuk memantapkan niat dan keyakinannya untuk pindah dari daerah asal. Selama tahap seleksi tersebut, peserta ma-sih dimungkinkan untuk kembali ke desa asal. Hal ini sangat penting karena transmigrasi bersifat sukarela. Selain itu,

XII/44

Page 49: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

pemberian kesempatan berfikir ini dimaksudkan untuk memantapkan tekad sehingga setibanya di daerah baru perhatiannya sudah bulat untuk bekerja.

Bersamaan dengan pemilihan calon-calon transmigran di-persiapkan pula tenaga-tenaga yang akan dijadikan pelopor, penggerak serta pendorong kegiatan masyarakat ,bila sudah ber-ada di daerah baru. Untuk calon-calon pelopor ini ada krite-ria khusus, misalnya pendidikan relatif lebih tinggi, masih muda, berjiwa pemimpin, kreatif dan dinamis. Sebelum dibe-rangkatkan ke daerah penerima calon-calon pelopor dilatih dalam berbagai bidang yang menyangkut bidang ekonomi dan bidang kemasyarakatan. Pemilihan dan pembinaan calon pelopor di daerah asal adalah untuk mendorong, menggerakkan dan mempercepat proses pembangunan di daerah baru sehingga peningkatan kehi-dupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat transmigran dapat dicapai sesuai dengan harapan.

Di samping penyuluhan, penerangan dan seleksi calon transmigran, di daerah asal dilaksanakan pula penyediaan bi-bit, perangkat pertanian, peralatan rumah tangga, obat-obat-an, peralatan bengkel dan pertukangan serta fasilitas angkut-an perjalanan.

Setelah semua persiapan baik di daerah asal maupun di daerah penerima selesai, transmigran siap untuk segera dibe-rangkatkan dari daerah asal. Untuk melayani transmigran dari daerah asal ke daerah baru digunakan fasilitas angkutan bus atau kereta api, kapal laut atau pesawat udara. Untuk ke dae-rah-daerah tertentu yang tidak dapat dijangkau melalui darat dan laut akan diangkut melalui udara. Kriteria pemilihan je-nis angkutan yang digunakan berturut-turut adalah aman, mu-rah, cepat dan nyaman.

Selama dalam perjalanan para transmigran mendapat berba-gai pelayanan yang meliputi layanan makanan, kesehatan dan keamanan. Penerangan dan pembinaan mental selama perjalanan diberikan dalam bentuk ceramah, hiburan, olahraga dan lain-lain. Semuanya ini dimaksudkan untuk memelihara kegairahan dan keakraban di antara keluarga transmigran serta memupuk kesetiakawanan. Proses sosialisasi yang dibina sejak dini ini merupakan modal penting untuk melaksanakan pembangunan di daerah baru.

Sesampainya di daerah baru transmigran langsung diantar ke rumah yang telah ditentukan. Penempatan rumah-rumah ini

XII/45

Page 50: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

diatur sedemikian rupa sehingga proses pembauran antara transmigran umum, transmigran swakarsa dan penduduk setempat dapat berlangsung secara wajar. Sejak saat itu transmigran sudah menjadi satu kesatuan dengan penduduk setempat dan ke-giatan pembinaan dimulai.

Usaha pembinaan mencakup dua aspek, yaitu pembinaan usa-ha ekonomi dan pembinaan kemasyarakatan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal kegiatan pembinaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu tahap konsolidasi, tahap pengembangan dan tahap pemantapan. Setiap tahap pembinaan masing-masing ber-langsung selama 1,5 sampai 2 tahun. Masukan-masukan yang diberikan pada tiap tahap pembinaan disesuaikan dengan ke-butuhan dan tuntutan nyata di lapangan.

Pada tahap pertama, yaitu tahap konsolidasi, pembinaan diberikan terutama agar para transmigran mampu memenuhi kebu-tuhan akan pangan bagi keluarganya dan kebutuhan akan bibit tanaman bagi kelanjutan produksi pertaniannya. Tahap kedua, yaitu tahap pengembangan, dimaksudkan untuk mempersiapkan pa-ra transmigran agar memiliki landasan yang kuat untuk memba-ngun usaha tani yang lebih luas serta melaksanakan pengem-bangannya selanjutnya. Dan tahap ketiga, yaitu tahap peman-tapan, dimaksudkan untuk memperkokoh landasan yang kuat dari semua aspek baik ekonomi maupun sosial budaya masyarakat transmigran secara menyeluruh, termasuk kelembagaan yang di-perlukan, seperti administrasi desa, koperasi, lembaga masya-rakat desa, sarana dan fasilitas pendidikan, sarana dan fasi-litas kesehatan serta keluarga berencana.

Selama masa pembinaan kepada transmigran diberikan ban-tuan, latihan, bimbingan dan penyuluhan sesuai dengan kebu-tuhan para transmigran dan kemampuan Pemerintah baik secara perorangan maupun secara kelompok. Bantuan yang diberikan antara lain adalah jaminan hidup selama 12 sampai 18 bulan, sarana produksi pertanian sampai tahun ketiga serta peralatan dan perlengkapan lainnya. Ruang lingkup pendidikan dan latih-an yang diberikan di daerah asal terus dilaksanakan dan di-kembangkan di daerah penerima. Latihan di daerah penerima bersifat membantu petani dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi, baik di bidang pertanian maupun di bidang lain, se-perti koperasi, industri kecil atau rumah tangga serta pertu-kangan dan perbengkelan. Bimbingan dan penyuluhan selama masa pembinaan diberikan melalui berbagai saluran, seperti kontak tani, dan berbagai carat seperti percontohan, selebaran dan lain-lain.

XII/46

Page 51: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Usaha-usaha pembinaan yang dilakukan tersebut diharapkan dapat diterima oleh masyarakat transmigran, agar mampu melak-sanakan dan melanjutkan pembangunan secara mandiri seperti desa-desa lainnya. Beberapa kriteria yang dapat digunakan un-tuk menilai kemandirian daerah pemukiman transmigrasi antara lain adalah tingkat produksi dan pendapatan transmigran, la-han-lahan yang sudah dibagikan dan diusahakan, kemampuan ko-perasi mengadakan kerja lama dengan pihak swasta, keadaan ke-sehatan dan pendidikan para transmigran dan kondisi prasarana serta fasilitas umum yang ada.

3. Pelaksanaan Kegiatan Transmigrasi

Selama Repelita IV transmigran yang berhasil dipindahkan dan ditempatkan adalah sejumlah 750.150 kepala keluarga. Jum-lah yang dipindahkan setiap tahun masing-masing adalah 101.888 kepala keluarga tahun 1984/85, 166.347 kepala keluar-ga tahun 1985/86, 172.859 kepala keluarga tahun 1986/87, 163.947 kepala keluarga tahun 1987/88 dan 145.109 kepala ke-luarga tahun 1988/89. Program pelaksanaan selama Repelita IV tersebut dirinci menjadi 228.422 kepala keluarga transmigrasi umum dan 521.728 kepala keluarga transmigrasi swakarsa. Dari 228.422 kepala keluarga transmigran umum sebanyak 69.188 ke-pala keluarga adalah transmigran yang ditempatkan di proyek- proyek perkebunan. Apabila dibandingkan dengan sasaran Repe-lita IV sejumlah 750.000 kepala keluarga maka hasil yang te-lah dicapai selama Repelita IV secara kuantitatif telah mele-bihi. Hal ini dimungkinkan karena daya tarik daerah penerima transmigrasi, khususnya daerah pemukiman transmigrasi, telah semakin baik. Di samping itu hubungan antara daerah asal dan daerah penerima sudah semakin lancar. Hasil-hasil pemindahan dan penempatan transmigran selama Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XII-16, Tabel XII-17 dan Tabel XII-18.

Dalam tahun terakhir Repelita IV telah berhasil dipin-dahkan dan ditempatkan sejumlah 145.109 kepala keluarga, ter-diri dari 27.697 kepala keluarga transmigran umum dan 117.412 kepala keluarga transmigran swakarsa. Apabila dibandingkan dengan sasaran tahun kelima Repelita IV sejumlah 175.000 ke-pala keluarga maka hasil yang dicapai tahun terakhir Repe-lita IV hanya sebesar 83%. Tidak tercapainya sasaran tahun terakhir Repelita IV disebabkan oleh adanya pengutamaan dalam tahun terakhir Repelita IV untuk meningkatkan mutu pelaksana-an transmigrasi, terutama dengan jalan memperbaiki dan meme-lihara prasarana yang sudah ada agar dapat berfungsi dengan lebih baik.

XII/47

Page 52: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 16

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIPINDAHKAN,1983/84 - 1988/89

(KK)

1) Alokasi Pemukiman bagi Penduduk Daerah Transmigrasi

XII/48

Page 53: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 17

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DITEMPATKAN,1983/84 - 1988/89

(KK)

1) Angka diperbaiki

XII/49

Page 54: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Di bidang prasarana, panjang jalan yang dibangun dan di-pelihara dapat dilihat pada Tabel XII-19. Selama Repelita IV di daerah pemukiman transmigrasi sudah dibangun jalan baru sepanjang 13.888 km dan jembatan sepanjang 35.603 in. Di sam-ping itu telah diadakan pula perbaikan lebih dari 6.500 km jalan dan 26.800 m jembatan. Pada tahun kelima Repelita IV jalan dan jembatan yang dibangun berturut-turut mencapai se-panjang 440 km dan 3.870 m. Dalam pada itu telah ditingkatkan pula jalan sepanjang 2.367 km dan jembatan sepanjang 6.944 in. Bila dibandingkan hasil pembangunan jalan dan jembatan dalam tahun terakhir Repelita IV dengan hasil rata-rata setiap ta-hun dalam Repelita IV, maka panjang jalan dan jembatan baru yang dibangun pada tahun terakhir Repelita IV lebih kecil. Berkurangnya pembangunan jalan dan jembatan baru tersebut ada-lah sesuai dengan kebijaksanaan penempatan transmigran pada tahun bersangkutan. Penempatan pada tahun kelima Repelita IV lebih diarahkan ke lokasi-lokasi yang sudah tersedia pra-sarananya dan hanya memerlukan pemeliharaan saja. Pemelihara-an jalan dan jembatan pada tahun terakhir Repelita IV mening-kat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian kegiatan-kegiatan pengangkutan dapat berlangsung le-bih lancar dan biaya angkutan barang dan jasa dari dan ke daerah transmigrasi dapat berkurang. Dengan adanya perbaikan demikian harga hasil pertanian dari daerah transmigrasi dapat lebih bersaing dengan harga hasil pertanian dari daerah lain-nya. Sebaliknya, harga barang dan jasa yang didatangkan dari luar daerah transmigrasi menjadi lebih dapat terjangkau oleh para petani transmigran.

Hasil-hasil kegiatan pembukaan lahan di daerah transmi-grasi yang meliputi lahan perumahan dan pekarangan serta la-han usaha I dapat dilihat pada Tabel XII-20. Selama Repelita IV lahan pekarangan yang dibuka tercatat seluas 36.345 ha yang dapat menampung 180.721 kepala keluarga. Pada tahun terakhir Repelita IV lahan pekarangan yang dibuka adalah se-luas 2.444 ha dan dapat menampung 19.548 kepala keluarga transmigran. Luas lahan usaha I yang dibuka selama Repelita IV adalah 150.257 ha dan pada tahun terakhir Repelita IV ada-lah 9.774 ha, masing-masing untuk menampung 180.721 kepala keluarga dan 19.548 kepala keluarga. Hasil penyiapan lahan usaha dan daya tampung yang dilaksanakan selama Repelita IV dan tahun 1988/89 lebih rendah dari jumlah transmigran umum yang telah dimukimkan, yaitu sebanyak 228.422 kepala keluarga dalam Repelita IV dan 27.697 kepala keluarga dalam tahun 1988/89. Hal yang demikian dapat terjadi karena kebutuhan akan daya tampung untuk Repelita IV sebagian telah terpenuhi

XII/50

Page 55: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII – 18

JUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA,1983/84 – 1988/89

(KK)

TABEL XII – 19

PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN DI PEMUKIMAN TRANSMIGRAN,

1983/84 – 1988/89

1) Angka diperbaiki

XII/51

Page 56: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

dari hasil pembukaan lahan pada tahun terakhir Repelita III dan sebagian lagi tercakup dalam pelaksanaan pembangunan Perkebunan Inti Rakyat.

Hasil pelaksanaan perkaplingan selama Repelita IV terca-tat seluas 202.927,5 ha, meliputi lahan pekarangan seluas 35.496,75 ha dan lahan usaha seluas 167.430,75 ha. Pada tahun terakhir Repelita IV luas lahan yang dikapling seluas 39.663,75 ha, terdiri dari lahan pekarangan seluas 9.507,75 ha dan lahan usaha seluas 30.156 ha. Dari Tabel XII-21 dapat dilihat bahwa dalam tahun terakhir Repelita IV, luas lahan yang dikapling tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Selanjutnya, pembangunan perumahan dengan berbagai fasi-litas penunjang lainnya selama Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XII-22. Selama Repelita IV jumlah pembangunan rumah, sarana air bersih dan fasilitas lainnya, masing-masing menca-pai 170.207 unit, 51.156 unit dan 1.174 unit. Dalam tahun terakhir Repelita IV, jumlah yang dibangun masing-masing ada-lah sebanyak 10.186 unit, 23.009 unit dan 169 unit.

Pelaksanaan kegiatan pembukaan lahan, perkaplingan, pem-bangunan rumah dan fasilitas umum lainnya, sebagaimana ditun-jukkan oleh angka-angka di atas ternyata besarnya yang dica-pai dalam kegiatan-kegiatan tersebut lebih rendah dari sasar-an penempatan. Hal ini tidak menimbulkan masalah, sebab seba-gian dari kebutuhannya telah dipenuhi dari kegiatan pada ta-hun-tahun sebelumnya dan sebagian lagi tercakup dalam sasaran program perkebunan.

Di bidang pembinaan, jumlah transmigran yang dibina se-lama Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XII-23. Transmigran yang dibina pada tahun pertama Repelita IV berjumlah 443.401 kepala keluarga, pada tahun kedua naik menjadi 536.989 kepala keluarga, sedangkan pada tahun ketiga jumlahnya berkurang menjadi 478.101 kepala keluarga. Pada tahun keempat jumlah transmigran yang dibina meningkat lagi menjadi 505.660 kepala keluarga dan pada tahun terakhir turun lagi menjadi sekitar 383.767 kepala keluarga. Turun naiknya jumlah transmigran yang dibina terutama disebabkan oleh adanya keluarga transmi-gran yang baru datang dan adanya transmigran yang setelah menjalani pembinaan selama 5 tahun diserahkan kepada pemerin-tah daerah untuk pembinaan selanjutnya.

Salah satu kegiatan dalam pembinaan transmigran adalah pelatihan dan pendidikan. Pelatihan dan pendidikan dilaksana-

XII/52

Page 57: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL III - 20PEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI,

1983/84 - 1988/89

1) Angka diperbaiki

TABEL III - 21PELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK TRANSMIGRASI,

1983/84 - 1988/89(ha)

1) Angka sementara

TABEL XII - 22PEMBUATAN HANGMAN DI DAERAH PERMUKIMAN TRANSMIGRASI,

1983/84 - 1988/89(unit)

1) Angka diperbaiki

XII/53

Page 58: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

kan di dua tempat, yaitu di daerah asal dan di daerah peneri-ma. Di daerah asal pelatihan dan pendidikan dilakukan untuk mempersiapkan calon-calon motivator yang dapat diandalkan bi-la sudah ada di pemukiman baru. Di daerah penerima pelatihan dan pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola usahanya dan dalam menjalankan kegiatan ma-syarakat umumnya.

Jumlah yang dilatih dan dididik selama Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XII-24. Jumlah transmigran yang dilatih dan dididik per tahun selama empat tahun pertama Repelita IV menurun, yaitu sebanyak 8.020 orang pada tahun pertama, 6.450 orang pada tahun kedua, 3.860 orang pada tahun ketiga dan 3.335 orang pada tahun keempat. Penurunan ini disesuaikan de-ngan kebutuhan dan jumlah transmigran umum yang dipindahkan dan ditempatkan. Pada tahun kelima jumlah yang dilatih dan dididik meningkat sedikit menjadi 3.590 orang. Peningkatan jumlah transmigran yang dilatih dan dididik pada tahun ter-akhir Repelita IV disebabkan oleh diperlukannya peningkatan pelatihan dan pendidikan di bidang non pertanian, di antara-nya di bidang kepemimpinan desa dan koperasi, di daerah asal serta peningkatan pelatihan dan pendidikan di bidang usaha tani di daerah penerima. Peningkatan tersebut dilaksanakan untuk menambah jumlah transmigran yang terdidik dalam rangka lebih mendorong pembangunan di daerah baru.

Betapa perlunya pembinaan di bidang pertanian dapat di-lihat dari perkembangan produksi yang telah berlangsung, se-perti produksi tanaman pangan, tanaman keras dan populasi ternak, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel XII-25 dan Tabel XII-26. Produksi padi per ha di daerah transmigrasi dalam ti-ga tahun terakhir tercatat 1,50 ton per ha. Dalam dua tahun pertama Repelita IV produksi padi relatif lebih baik yaitu sekitar 1,54 ton per ha dan 1,74 ton per ha. Rendahnya pro-duksi padi per ha pada tiga tahun terakhir antara lain dise-babkan faktor alam yang kurang mendukung, seperti banjir, kemarau panjang, dan hams penyakit. Di beberapa lokasi trans-migrasi terjadi kerusakan tanaman bahkan kegagalan panen. Tingkat produksi palawija seperti kacang-kacangan dan sing-kong sangat dipengaruhi oleh pasar dan harga. Produksi ka-cang-kacangan selama lima tahun Repelita IV relatif lebih mantap, yaitu berkisar antara 0,95 ton per ha sampai dengan 1,0 ton per ha. Sebaliknya produksi tanaman singkong meng-alami sedikit penurunan pada tahun terakhir Repelita IV. Hal ini bukan saja disebabkan oleh turunnya permintaan tetapi

XII/54

Page 59: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 23

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIBINA,1983/84 - 1988/89

(KK)

Tahun Transmigran Lama Transmigran Baru Jumlah Yang Dibina

1983/84 311.452 61.431 372.883

1984/85 391.843 51.558 443.401

1985/86 451.918 79.682 536.989

1986/87 437.862 40.239 478.101

1987/88 478.101 27.559 505.660

1988/89 356.070 27.697 383.767

TABEL XII - 24

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIDIK MENURUTDAERAH DAN JENIS KETERAMPILAN,

1983/84 - 1988/89(orang)

1) Angka diperbaiki

XII/55

Page 60: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 25

PRODUKTIVITAS LAHAN UNTUK BEBERAPA JENISTANAMAN PERTANIAN DI DAERAH TRANSMIGRASI,

1983/84 - 1988/89

1) Angka diperbaiki.

TABEL XII - 26

LUAS PRODUKSI TANAMAN KERAS DAERAH TRANSMIGRASI,1983/84 - 1988/89

(ha)

1) Angka diperbaiki

XII/56

Page 61: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

juga karena biaya angkutan dari daerah transmigrasi ke pusat-pusat pasaran relatif tinggi. Tingginya biaya angkutan ini adalah akibat perhubungan yang kurang lancar dan kondisi jalan yang belum memadai.

Produksi tanaman keras di daerah transmigrasi selama Repelita IV menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Selama masa itu luas kebun kelapa bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama dan kedua luas kebun masih di bawah 5.000 ha. Pada tahun ketiga luasnya meningkat mendekati 20.000 ha. Kemudian pada tahun keempat dan kelima luasnya me-lampaui 40.000 ha atau lebih dari dua kali tahun ketiga Repe-lita IV. Demikian pula tanaman cengkeh. Dalam dua tahun per-tama Repelita IV luas tanaman cengkeh masih di bawah 5.000 ha. Pada tahun ketiga luasnya bertambah menjadi 13.460 ha. Pada dua tahun terakhir Repelita IV luasnya telah menjadi lebih dari 21.000 ha. Perluasan tanaman keras di daerah transmigra-si antara lain disebabkan karena lahan yang dibuka lebih cocok untuk tanaman keras dari pada tanaman pangan.

Di bidang peternakan, selama Repelita IV telah dikembang-kan berbagai macam ternak, di antaranya ternak sapi, kerbau dan kambing Serta ternak unggas, seperti ayam dan itik. Hasil-hasil yang dicapai selama Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XII-27. Pada tahun pertama Repelita IV jumlah ternak besar dan sedang adalah 138 ekor per seribu kepala keluarga petani. Jumlah ini meningkat menjadi 455 ekor per seribu ke-pala keluarga pada tahun terakhir Repelita IV. Sedangkan ter-nak unggas selama Repelita IV perkembangannya naik turun. Pa-da tahun pertama Repelita IV populasi ternak unggas adalah sekitar 14.000 ekor per 1.000 kepala keluarga. Pada tahun ke-dua Repelita IV rasio itu menurun menjadi 5.280 ekor per 1.000 kepala keluarga, pada tahun ketiga Repelita IV naik menjadi 7.420 ekor per 1.000 kepala keluarga, dan pada tahun keempat Repelita IV menurun lagi menjadi 5.428 ekor per 1.000 kepala keluarga. Naik turunnya jumlah ternak unggas pada ta-hun pertama, kedua, ketiga dan keempat Repelita IV terutama disebabkan oleh penyakit dan perubahan iklim. Pada tahun ter-akhir Repelita IV jumlah tersebut meningkat hingga mendekati 10.000 ekor per 1.000 kepala keluarga transmigran.

Peningkatan jumlah ternak besar dan menengah yang tajam tersebut, di samping disebabkan oleh perkembangan alami, juga disebabkan oleh penambahan jumlah ternak gaduhan yang diberi-kan oleh Pemerintah. Sedangkan peningkatan yang menyolok dari jumlah ternak unggas pada tahun terakhir Repelita IV antara

XII/57

Page 62: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

TABEL XII - 27

POPULASI TERNAK DAERAH TRANSMIGRASIUNTUK SETIAP 1.000 KK,

1983/84 - 1988/89(ekor)

Repelita IV

No. Jenis ternak 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1) 1988/89

1. Ternak besar dan sedang 214 138 212 335 350 455

2.

(Sapi, Kerbau dan Kambing)

Ternak Unggas 3.679 13.949 5.281 7.420 5.428 9.745(Ayam dan Itik)

1) Angka diperbaiki

XII/58

Page 63: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

lain mungkin disebabkan oleh meningkatnya kesadaran petani transmigran akan peranan ternak baik dalam memperbaiki penda-patan maupun dalam meningkatkan mutu gizi mereka. Faktor lain yang mendorong petani lebih senang memelihara ternak unggas antara lain karena mudah berkembang-biak, pakan tersedia se-cara alami, mudah diperjualbelikan, dan tidak membutuhkan modal besar.

4. Peningkatan Kegiatan Koordinasi

Usaha pembangunan di bidang transmigrasi pada umumnya mempunyai kaitan yang luas. Karena itu pelaksanaannya memer-lukan koordinasi secara lintas sektoral. Pada tahap perenca-naan, yaitu dalam rangka pemilihan dan penataan lokasi di daerah penerima, segi-segi yang diteliti dan dipertimbangkan antara lain mencakup topografi lapangan, kesuburan lahan, aksessibilitas lokasi, serta penggunaan dan pemilikan tanah. Pelaksanaan kegiatan ini, secara langsung atau tidak lang-sung, akan melibatkan instansi terkait seperti Bakosurtanal, Direktorat Jenderal Agraria (sekarang Badan Pertanahan Nasio-nal), Departemen Pertanian, dan Departemen Pekerjaan Umum. Demikian pula di daerah asal, pemilihan wilayah yang akan di-pindahkan penduduknya antara lain akan terkait dengan usaha penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hutan lindung yang menjadi tanggung jawab berbagai instansi.

Pada tahap persiapan, baik persiapan di daerah asal mau-pun persiapan di daerah penerima, pelaksanaan berbagai kegi-atanpun akan melibatkan berbagai instansi juga. Persiapan di daerah anal yang meliputi penerangan dan penyuluhan, pendaf-taran dan seleksi, pelatihan dan pendidikan, serta penyediaan sarana angkutan dan logistik, umpamanya, akan melibatkan De-partemen Dalam Negeri, Departemen Penerangan, Departemen Per-tahanan dan Keamanan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Perhubungan. Pelaksanaan kegiatan persiapan di daerah penerima, seperti pembangunan jalan dan jembatan, pem-bukaan lahan, pengukuran dan perkaplingan, pembangunan rumah dan fasilitas umum, serta mengadakan bibit dan sarana produksi pertanian akan melibatkan Departemen Pekerjaan Umum, Badan Pertanahan Nasional dan Departemen Pertanian.

Pelibatan dan penyerasian kegiatan berbagai instansi teknis yang terkait dalam penyelenggaraan transmigrasi diupa-yakan melalui suatu forum koordinasi yang telah ada, yaitu Badan Koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi (BAKOPTRANS).

XII/59

Page 64: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.

Badan ini dibentuk berdasarkan Keppres No. 59 Tahun 1984. Da-lam Keppres ini diatur segala sesuatu yang menyangkut tugas dan tanggung jawab dari instansi-instansi yang terkait dalam penyelenggaraan transmigrasi, mulai dari pusat sampai ke dae-rah.

Di tingkat pusat Bakoptrans beranggotakan semua Menteri yang mempunyai kaitan tugas dalam penyelenggaraan transmi-grasi. Bakoptrans di tingkat pusat diketuai oleh Menteri Transmigrasi. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, Ketua Bakoptrans pusat dibantu oleh Sekretariat yang secara fung-sional dilaksanakan oleh (1) Sekretariat Jenderal Transmi-grasi, (2) Tim Pengawasan yang beranggotakan para Inspektur dari Departemen dan Pejabat Pengawas serta Lembaga Pemerintah lainnya dan diketuai oleh Inspektur Jenderal Departemen Transmigrasi, dan (3) Tim Teknik yang beranggotakan Pejabat Eselon II bidang teknis dari Departemen dan Lembaga Pemerintah lainnya dan diketuai oleh Pejabat Eselon I Departemen Trans-migrasi yang ditunjuk oleh Menteri Transmigrasi.

Di tingkat propinsi/Dati I, fungsi koordinasi dijalankan oleh Pelaksana Harian Tingkat I (Lakshar I) yang diketuai oleh Gubernur/KDH Tingkat I dan dibantu oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen yang tugas dan kegiatannya terkait dalam penyelenggaraan transmigrasi. Di tingkat Kabupaten/Dati I, fungsi koordinasi dijalankan oleh Lakshar II yang diketuai oleh Bupati/Walikota Madya/KDH Tingkat II dan dibantu oleh Ke-pala Kantor yang tugas dan kegiatannya terkait dalam penye-lenggaraan transmigrasi.

Dalam usaha meningkatkan kegiatan koordinasi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, dalam Repelita IV di-tempuh berbagai mekanisme, di antaranya rapat kerja, forum komunikasi, diskusi terbatas, dan peninjauan lapangan. Apabila dipandang perlu, untuk lebih meningkatkan koordinasi dan keterpaduan, dapat diadakan kerja sama dengan instansi-instansi yang mempunyai tugas kegiatan yang langsung berkaitan dengan penyelenggaraan transmigrasi.

XII/60

Page 65: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.
Page 66: TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA · Web viewPelatihan keterampilan lebih diutamakan bagi angkatan kerja usia muda, terutama di pedesaan, agar mereka menjadi tenaga kerja yang produktif.