MAKALAH TENAGA KERJA

23
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Hubungan antarmanusia merupakan hubungan kemanusian yang dapat diciptakan atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi bersatunya kepentingan bersama. Untuk menciptakan hubungan antarmanusia yang harmonis memerlukan kecakapan dan ketrampilan dalam berkomunikasi. Dalam hubungan industrial, komunikasi merupakan hal yang penting, mengingat komunikasi sangat efektif digunakan sebagai penyampaian informasi dari pengusaha kepada pekerja baik dalam bentuk formal maupun informal atau dalam bentuk vertikal maupun horizontal. Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang penting bagi setiap negara. Tanpa adanya tenaga kerja, faktor produksi alam dan faktor produksi modal tidak dapat digunakan secara optimal. Perekonomian Indonesia pada decade terakhir telah dinilai cukup baik oleh pakar ekonomi, lembaga-lembaga internasional, dan sejumlah negara donor dalam kelompok IGGI. Tetapi masalah-masalah social dan ketenaga kerjaan yang ada masih sangat banyak. Salah satu permasalahan yang sering terjadi yaitu keberadaan pekerja anak. II. Rumusan Masalah 1

description

makalah komunikasi pembangunan tentang ketenaga kerjaan

Transcript of MAKALAH TENAGA KERJA

Page 1: MAKALAH TENAGA KERJA

BAB I

Pendahuluan

I. Latar Belakang

Pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi

yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Hubungan antarmanusia merupakan

hubungan kemanusian yang dapat diciptakan atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan

individu demi bersatunya kepentingan bersama. Untuk menciptakan hubungan antarmanusia

yang harmonis memerlukan kecakapan dan ketrampilan dalam berkomunikasi.

Dalam hubungan industrial, komunikasi merupakan hal yang penting, mengingat

komunikasi sangat efektif digunakan sebagai penyampaian informasi dari pengusaha kepada

pekerja baik dalam bentuk formal maupun informal atau dalam bentuk vertikal maupun

horizontal. Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang

penting bagi setiap negara. Tanpa adanya tenaga kerja, faktor produksi alam dan faktor produksi

modal tidak dapat digunakan secara optimal.

Perekonomian Indonesia pada decade terakhir telah dinilai cukup baik oleh pakar

ekonomi, lembaga-lembaga internasional, dan sejumlah negara donor dalam kelompok IGGI.

Tetapi masalah-masalah social dan ketenaga kerjaan yang ada masih sangat banyak. Salah satu

permasalahan yang sering terjadi yaitu keberadaan pekerja anak.

II. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian komunikasi pembangunan?

2. Apakah ketenaga kerjaan itu? Dan apa pengaruhnya bagi pembangunan nasional?

3. Bagaimana ketenaga kerjaan di Indonesia?

4. Apa itu pekerja anak yang termasuk masalah ketenaga kerjaan?

5. Apa solusi yang tepat untuk mengatasi pekerja anak?

III. Tujuan

Untuk memahami lebih lanjut mengenai Komunikasi Pembangunan dalam Penerapannya

di Bidang Ketenaga kerjaan dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Sosial

Pembangunan.

1

Page 2: MAKALAH TENAGA KERJA

BAB II

Pembahasan

I. Komunikasi Pembangunan

Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat.

Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah “as an integral part of

development, and communications as a set of variables instrumental in bringing about

development” yang artinya “suatu bagian kesatuan yang utuh dari suatu pembangunan, dan

komunikasi sebagai faktor instrumental yang membawa pembangunan”.

Para ahli sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan.

Everet M. Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan

yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari

suatu bangsa. Pada bagian lain Rogers menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari

perubahan sosial.

Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi juga mempelajari masalah proses, yaitu proses

penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk merubah sikap, pendapat dan

perilakunya. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal tiga komponen,

yakni komunikator pembangunan, bisa dari pihak pemerintah ataupun masyarakat, pesan

pembangunan yang berisi ide-ide ataupun program-program pembangunan, dan komunikan

pembangunan, yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi sasaran

pembangunan.

Tujuannya seperti berusaha untuk menyampaikan, mengkaji, menjelaskan suatu isu yang

terdapat pada masyarakat, dan ide atau gagasan yang aktual yang berkaitan dengan perubahan

menuju pembangunan masyarakat. Dalam hal ini tentunya fungsi komunikasi harus berada di

garis depan untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat Indonesia sebagai pemeran utama

pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pembangunan.

II. Ketenaga Kerjaan dan Tenaga Kerja (SDM) dalam Pembangunan Nasional

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu

sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam

usia kerja. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

2

Page 3: MAKALAH TENAGA KERJA

tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut

telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun –

64 tahun.

Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang

penting bagi setiap negara. Tanpa adanya tenaga kerja, faktor produksi alam dan faktor produksi

modal tidak dapat digunakan secara optimal. Tenaga kerja dibagi atas kelompok angkatan kerja

dan bukan angkatan kerja.

Dalam konteks pembangunan nasional, pembangunan manusia yang seutuhnya,

kemampuan prodesional dan kematangan kepribadian saling memperkuatsatu sama lain.

profesionalisme dapat turut membentuk sikap dan prilaku serta kepribadian yang tangguh

merupakan prasyarat dalam membentuk profesionalisme.

Minimal ada empat kebijkasanaan pokok dalam upaya peningkatan sumber daya manusia

(SDM), yaitu: (1) Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti

jasmani, rohani, dan kejuangan, maupun kualitas kehidupannya seperti perumahan dan

pemukiman yang sehat; (2) Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan

penyebarannya; (3) Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan,

mengembangkan dan menguasai iptek yang berwawasan lingkungan; (4) Pengembangan pranata

yang meliputi kelembagaan dan peran hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas

SDM.1

Secara umum, meningkatan produktivitas tenaga kerja dilakukan dengan peningkatan

kemampuan atau keterampilan, disiplin, etos kerja produktif, sikap kreatif dan inovatif, dan

membina lingkungan kerja yang sehat utuk memacu prestasi. Pelatihan tenaga kerja lebih

diarahkan kepada pengembangan usaha yang mandiri dan professional, sehingga dapat

berkembang menjadi kader wiraswasta yang mampu menciptakan lapangan kerja. Selanjutnya,

mobilitas sumber daya, terutama tenaga kerja dari kegiatan yang kurang produktif ke kegiatan

yang lebih produktif di tingkatnkan, disertai oleh pengembangan system perlindungan tenaga

kerja.

Untuk meningkatkan efisiensi dan elektivitas, maka koordinasi antar lembaga

pemerintah, maupun antara lembaga-lembaga dimasyarakat dalam pengembangan SDM perlu

lebih dikembangkan. Masyarakat, termasuk dunia usaha (swasta), koperasi dan organisasi 1 S, Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, Rajagrafindo Persada, 2003, hlm. 2.

3

Page 4: MAKALAH TENAGA KERJA

kemasyarakatan lainnya di dorong untuk lebih pertisipatif dalam berbagai upaya peningkatan

kualitas SDM.

III. Ketenaga Kerjaan di Indonesia

Jumlah atau besarnya penduduk umumnya dikaitkan dengan pertumbuhan income per

capita suatu negara, yang secara kasar mencerminkan kemajuan perekonomian negara tersebut.

Jumlah penduudk yang makin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin

besar pula. Ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau

menganggur. Agar dapat dicapai keadaan yang seimbang maka seyoginya mereka semua dapat

tertampung dalam suatu pekerjaan yang cocok dan sesuuai dengan keinginan serya keterampila

mereka. Ini akan membawa konsekuensi bahwa perekonomian harus selalu menyediakan

lapangan-lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru.

Dalam pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang seperti Indonesia,

ketenagakerjaan merupakan masalah yang rumit dan lebih serius daripada masalah perubahan

dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah.

Keadaan di negaranegara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa

pembangunan ekonomi yang telah tercipta tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang

lebih cepat daripada pertambahan penduduk. Oleh karenanya masalah pengangguran yang

mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin serius.

Guna menanggulangi lonjakan angkatan kerja baru serta mengurangi angka

pengangguran perlu dilakukan sebuah langkah/ cara yang kongkrit. Salah satu cara yang realistis

dalam jangka pendek yakni dengan memberdayakan sektor informal, padat karya dan

menciptakan jiwa kewirausahaan bagi kaum muda sehingga akan bisa menciptakan pengusaha

baru, di samping strategi jangka panjang seperti pemerataan pertumbuhan ekonomi di wilayah

melalui kebijakan desentralisasi. Sektor informal dinilai sangat membantu menyerap orang-orang

yang menganggur tetapi kreatif dan menjadi pereda di tengah pasar global. Namun bukan berarti

sektor formal diabaikan. Jika ternyata sektor informal dapat menjawab sebagian dari masalah

pengangguran yang dihadapi bangsa ini, maka sudah waktunya sektor informal didukung oleh

pemerintah dengan menyiapkan anggaran. Anggaran ini bisa digunakan untuk dijadikan modal

4

Page 5: MAKALAH TENAGA KERJA

pengembangan usaha ekonomis produktif bagi pekerjapekerja informal serta bisa dijadikan

modal untuk merintis usaha baru.

1. Tingkat Parisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Semakin besar jumlah penduduk usia kerja, makas ecara otomatis jumlah angkatan kerja

akan bertambah. Semakin tinggi TPAK semakin baik, karena itu berarti partisipasi angkatan

kerja semakin meningkat. Bila peningkatan angkatan kerja seiring dengan bertambahnya

partisipasi penduduk yang bekerja, ini pertanda bahwa pemicu tingginya TPAK adalah

meningkatnya penduduk yang mencari pekerjaan. Dengan kata lain, mengakibatkan

bertambhanya pengangguran.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Indonesia periode 2007-2011 mencapai

119,40 juta orang, naik 3,40 juta orang dibandingkan dengan periode sebelumnya, tahun 2010

yang sebesar 116,00 juta orang. Sedangkan penduduk yang bekerja juga terjadi peningkatan,

pada tahun 2011 mencapai 111,28 juta orang, naik dari periode tahun 2010 yang sebesar 3,87

juta orang yang sebelumnya 107,41 juta orang.

Perbandingan antar daerah perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa selama tahun

2007 2011 tingkat partisipasi angkatan kerja di daerah pedesaan masih lebih besar daripada di

5

Page 6: MAKALAH TENAGA KERJA

perkotaan. Tingginya TPAK di perdesaan didorong oleh tingginya angkatan kerja pertanian

dimana hampir seluruh penduduk berusia 15 tahun ke atas melakukan pekerjaan di sektor

pertanian. Perkembangan TPAK baik di perdesaan maupun perkotaan berfluktuasi setiap

tahunnya. Selama periode 2007-2011, rata-rata TPAK di daerah perdesaan sebesar 75,0 persen

per tahun dan di daerah perkotaan sebesar 73,0 persen per tahun. TPAK terendah terjadi pada

tahun 2007di daerah perkotaan sebesar 62,9 persen, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 69,3

persen pada tahun 2008 dan 2009.

Sementara itu, tingkat kesempatan kerja (TKK) baik di daerah perdesaan maupun

perkotaan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata TKK di pedesaan sebesar 94,1

persen per tahun dan di perkotaan sebesar 89,7 persen per tahun.

2. Upah Pekerja atau Karyawan

Sejak akhir tahun 1980-an tingkat upah minimum sudah mengalami kenaikan dengan

cepat dan telah menjadi sebuah kebijakan yang berlaku bagi sebagian besar pekerja. Hal ini

terutama terjadi di perusahaan-perusahaan skala menengah dan kecil. Semua pekerja tidak

terampil dan setengah terampil di perusahaan-perusahaan ini kini menerima upah yang kurang

lebih sama besarnya, yaitu upah minimum. Di satu sisi, hal ini telah membatasi kemampuan

perusahaan untuk menggunakan upah sebagai sistem insentif untuk meningkatkan produktivitas

pekerja, dan dapat menimbulkan disinsentif bagi pekerja yang lebih produktif, yang pada

gilirannyadapat menyebabkan penurunan produktivitas secara keseluruhan di perusahaan-

perusahaan tersebut. Di sisi lain, kebijakan akan upah minimum dapat memproteksi pekerja dan

memperbaiki taraf hidup pekerja.

6

Page 7: MAKALAH TENAGA KERJA

Dampak upah minimum terhadap perusahaan berbeda antar sektor. Dampak yang paling

besar terjadi pada sektor-sektor yang padat karya. Namun, perusahaan-perusahaan di sektor ini

tidak mempunyai banyak pilihan selain mentaati peraturan upah minimum, sekalipun

sesungguhnya mereka kesulitan untuk membayar upah pekerja pada tingkat itu. Jika tidak

mematuhi peraturan diperkirakan akan lebih besar karena kemungkinan akan ada persoalan yang

terjadi perselisihan perburuhan.

Kebijakan penetapan upah ternyata masih mempunyai banyak kendala sebagai akibat

belum terwujudnya satu keseragaman upah baik secara regional/wilayah, provinsi atau

kabupaten/kota, serta sektor wilayah provinsi atau kabupaten/kota, maupun secara nasional.

Untuk itu, penetapan kebijakan pengupahan perlu diupa-yakan secara sistematis baik ditinjau

dari segi makro maupun mikro sejalan dengan upaya pembangunan ketenagakerjaan, utamanya

perluasan lapangan kerja, peningkatan produksi, dan peningkatan taraf hidup pekerja sesuai

kebutuhan hidup minimalnya. Penetapan upah minimum didasarkan pada kebutuhan Hidup layak

(KHL) yang sebelumnya disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) serta memperhatikan

tingkat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

3. Produktivitas Pekerja

Produktivitas tenaga kerja yang masih rendah juga merupakan masalah ketenagakerjaan

yang terjadi di Indonesia. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan produksi

sangat ditentukan oleh kemampuan tenaga kerja. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan

produktivitas seseorang antara lain pendidikan, pelatihan, pengalaman, keterampilan, upah yang

memadai, dan lain-lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kerja yang

berkualitas masih menjadi tantangan ke depan agar angkatan kerja Indonesia yang masuk ke

pasar kerja mempunyai kompetensi dan kualitas SDM yang tinggi dan sesuai dengan kebutuhan

dunia usaha.

Data produktivitas diukur dengan membuat rasio antara nilai PDB dengan jumlah

penduduk yang bekerja. Secara umum, produktivitas tenaga kerja pada komoditas sektor umum

(termasuk migas) lebih besar daripada produktivitas sektor tanpa migas dengan perbedaan tidak

lebih dari 5 juta rupiah selama tahun 2008-2011. Pada tahun 2010 produktivitas di sektor umum

mencapai 67,72 juta rupiah, sedangkan di sector tanpa migas sebesar 61,95 juta rupiah.

7

Page 8: MAKALAH TENAGA KERJA

Daerah-daerah yang merupakan penghasil migas terbesar akan memiliki tingkat

produktivitas yang lebih tinggi. Disamping itu, perbedaan produktivitas pekerja yang relative

tinggi juga masih dijumpai pada provinsi-provinsi yang sarat dengan bervagai kegiatanekomoni

yang menggunakan alat-alat mekanis dan otomatis. Sebaliknya, produktivitas pekerja yang

relative rendah ditemui di provinsi-procinsi dengan kegiatan ekonomi yang masih memanfaatkan

padat karya.2

2 S, Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, Rajagrafindo Persada, 2003, hlm. 66-67.

8

Page 9: MAKALAH TENAGA KERJA

4. Tingkat Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) baik di perdesaan maupun di perkotaan terjadi

penurunan. Pada tahun 2009 TPT di perdesaan sebesar 5,8 persen menjadi 5,5 persen pada tahun

2010, dan turun lagi menjadi 5,0 pada tahun 2010. Sedangkan di perkotaan turun dari 10,7

persen pada tahun 2009 menjadi 9,4 persen pada tahun 2009, dan pada tahun 2011 turun kembali

menjadi 8,2 persen.

Dilihat berdasarkan provinsi, secara umum selama tahun 2008-2011 nilai TPT berkisar

antara 3-16 persen. Wilayah yang masih mempunyai TPT tinggi di atas 10 persen setiap

tahunnya yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Timur, namun pada tahun 2011

provinsi Jawa barat, kalimantan timur dan Sulawesi Utara mengalami penurunan yaitu sebesar

9,83 persen, 9,84 persen dan 8,62 Persen.

Provinsi Banten merupakan provinsi yang mempunyai TPT tertinggi yaitu hampir 16

persen pada tahun 2008 dan turun menjadi 13,06 persen pada tahun 2011. Sementara itu, wilayah

yang sudah mencapai TPT di bawah 5 persen pada tahun 2008seperti provinsi Bengkulu,

sementara selama tahun 2009-2011telah dicapai oleh provinsi Bengkulu, Jawa Timur, Bali, Nusa

9

Page 10: MAKALAH TENAGA KERJA

Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,

dan Provinsi Papua.

10

Page 11: MAKALAH TENAGA KERJA

IV. Masalah Pekerja Anak di Indonesia

Salah satu permasalahan yang sering terjadi yaitu keberadaan pekerja anak. Bukan hanya

melanggar hak-hak anak, baik secara fisik maupun psikis. Lebih jauh, bekerja dikhawatirkan

akan mengganggu masa depan anak-anak untuk mendapat kehidupan yang lebih baik.

Kekhawatiran yang muncul mengenai permasalahan pekerja anak di Indonesia tidak

dapat disikapi sebagai pilihan boleh atau tidak. Idealnya, anak-anak memang tidak perlu bekerja.

Akan tetapi ketika keadaan sosial-ekonomi memaksa bekerja, maka menghapus pekerja anak

merupakan tindakan yang tidak logis (Putranto, 1994).3

Seperti yang dikatakan White (1994), untuk kasus di Indonesia pekerja anak sebaiknya

tidak dilarang. Asalkan anak-anak tersebut masih mempunyai kesempatan untuk sekolah dan

pekerja anak mengerjakan pekerjaan yang masih dalam batas kemampuannya dan dilindungi

oleh undang-undang. Akan tetapi, sekalipun berbagai peraturan telah ditetapkan untuk

melindungi pekerja anak, pada kenyataannya tidak sedikit pengusaha atau majikan yang masih

memperlakukan anak degan buruk.

Nachrowi (1996) menyebutkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi adanya pekerja

anak perlu dilihat dalam perspektif yang lengkap, yaitu dengan melihat dua sisi yang berbeda:

sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, berbagai penelitian menunjukkan

bahwa kemiskinan merupakan faktor utama pendorong terjunnya anak-anak ke dunia kerja,

tetapi kenyataan menunjukkan tidak semua rumah tangga miskin membiarkan anak-anaknya

bekerja. Oleh karena itu, untuk mengurangi pekerja anak tidak harus menunggu terentaskannya

kemiskinan.

Dari sisi permintaan, sekalipun masyarakat menyediakan tenaga kerja anak, tetapi jika

tidak ada perusahaan yang mempekerjakannya sudah pasti pekerja anak tidak muncul.

Kenyataannya tidak sedikit orang orang yang elbih memilih pekerja anak dibandingkan pekerja

dewasa, karena anak-anak lebih mudah di eksploitasi.

Para pekerja anak umumnya, selain dalam posisi tidak berdaya, juga sangat rentan

terhadap eksploitasi (Rauscher, dkk, 2008). Di sektor industri formal, mereka umumnya berada

dalam kondisi jam kerja yang panjang, berupah rendah, menghadapi risiko kecelakaan kerja dan

gangguan kesehatan atau menjadi sasaran pelecehan dan kesewenang-wenangan orang dewasa

3 Hardius Usman, Nachrowi Djalal Nachrowi, Pekerja Anak di Indonesia, Kondisi Determinan dan Eksploitasi (Kajian Kuantitatif), Jakarta : Grasindo, 2004. Halaman 2.

11

Page 12: MAKALAH TENAGA KERJA

(White & Tjandraningsih, 1998). Studi yang dilakukan oleh Irwanto (dalam Usman dan

Nachrowi, 2004) menemukan sekitar 71,9 % pekerja anak bekerja selama lebih dari 7 jam sehari.

Pekerja anak yang menjadi pembantu rumah tangga dan mereka yang bekerja di Jermal

(anjungan penangkapan ikan lepas pantai) bahkan bekerja lebih dari 12 jam sehari. Anak-anak

yang bekerja di Jermal selain dengan waktu kerja yang sangat panjang, mereka juga rentan

terhadap perlakuan kasar baik secara fisik, mental mapun seksual serta penipuan.

Dari sisi perkembangan psikologis, bekerja juga memberikan dampak yang luar biasa dan

hal ini akan berakibat buruk terhadap masa depan anak. Seperti diungkapkan oleh Bequele

(dalam Usman & Nachrowi, 2004), bahwasannya beban pekerjaan dengan adanya unsur

eksploitasi di dalamnya akan menimbulkan berbagai gangguan pada anak, baik fisik maupun

psikis dan hal ini akan berakibat buruk terhadap tumbuh kembang anak.

Sekalipun banyak kekhawatiran yang muncul, permasalahan pekerja anak di Indonesia

ternyata tidak dapat disikapi dengan pilihan boleh atau tidak. Kenyataan menunjukkan bahwa

keluarga miskin sangat membutuhkan pekerjaan bagi anak-anaknya, baik untuk membantu

perekonomian keluarga maupun kelangsungan hidupnya sendiri. Idealnya anak-anak memang

tidak perlu bekerja, akan tetapi ketika keadaan sosial-ekonomi memaksa mereka bekerja maka

menghapus pekerja anak merupakan tindakan yang tidak logis (Putranto dalam Usman &

Nachrowi, 2004).

V. Solusi Pekerja Anak di Indonesia

Menghapus seluruh pekerja anak dalam jangka waktu dekat, dengan kondisi

perekonomian negara seperti sekarang ini tentunya hampir mustahil. Akan tetapi bukan berarti

pemerinta tidak dapat berbuat apa-apa, karena dapat dibuat prioritas penanggulangan.

Sekolah bagi anak adalah persoalan penting. Membebaskan uang sekolah bagi anak-anak

terutama keluarga miskin, kiranya tidaklah cukup untuk mempertahankan mereka sekolah.

Tetapi harus pula disertai dengan memberikan berbagai keperluan lain. atau pemerintah bisa

membuat pendidikan alternatif yang dapat memfasilitasi pekerja anak agar dapat terus

melanjutkan sekolahnya. Pekerja anak yang masih melanjutkan sekolah, agar dapat

menggabungkan kegiatan bekerja dan sekolah secara proporsional. Mengelola waktu antar

belajar dan bekerja semestinya dilakukan dengan baik.

12

Page 13: MAKALAH TENAGA KERJA

Bagi para orang tua yang memiliki anak sekolah dan juga menjadi pekerja, hendaknya

tetap mempertimbangkan kondisi psikologinya. Dunia anak yang mestinya bermain dan

bersenang-senang, jangan sampai dibebani tugas baik belajar maupun berkerja di luar

kemampuan anak. bagi guru di sekolah perlu mengidentifikasi siswanya, apakah anak didiknya

ada yang sekolah sambil kerja, atau tidak. Jika terdapat anak yang sekolah berprofesi sebagai

pekerja anak, maka guru harus dapat membimbing, memotivasi dan memperlakukan anak secara

khusus, sesui dengan kondisi psikologisnya yang disebabkan beban ganda, yaitu belajar dan

bekerja.

Bagi pembuat kebijakan pendidikan di semua level, mulai dari tingkat legislatif,

eksekutif: presiden, kementerian atau dinas pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat yang

akan melakukan pendampingan terhadap keberlangsungan pendidikan pekerja anak, agar

memanfaatkan hasil kajian yang telah dilakukan, termasuk hasil penelitian ini. Sehingga dalam

menginisiasi terpenuhinya harapan-harapan dan kebutuhan pekerja anak terhadap sekolah sesuai

sasaran dan tidak sia-sia.

Sebagai faktor utama timbulnya pekeja anak, maka kemiskinan merupakan permasalahan

yang harus segera dibenahi. Dalam konteks ini, berbagai langkah dapat dilakukan seperti:

memberi kredit lunak bagi pengusaha kecil, membenahi sistem pemasaran produk pertanian atau

industri kecil dan sebagainya. Fenomena pekerja anak melibatkan multisektoral, sehingga haus

ditangani dari berbagai aspek.4

BAB III

4 Hardius Usman, Nachrowi Djalal Nachrowi, Pekerja Anak di Indonesia, Kondisi Determinan dan Eksploitasi (Kajian Kuantitatif), Jakarta : Grasindo, 2004. Halaman 225-226.

13

Page 14: MAKALAH TENAGA KERJA

Kesimpulan dan Saran

I. Kesimpulan

Komunikasi Pembangunan ialah berusaha untuk menyampaikan, mengkaji,

menjelaskan suatu isu yang terdapat pada masyarakat, dan ide atau gagasan yang

aktual yang berkaitan dengan perubahan menuju pembangunan masyarakat.

Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang

penting bagi setiap negara. Tanpa adanya tenaga kerja, faktor produksi alam dan faktor

produksi modal tidak dapat digunakan secara optimal. Tenaga kerja dibagi atas

kelompok angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Di Indonesia, ketenagakerjaan merupakan masalah yang rumit dan lebih serius

daripada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan

penduduk yang berpendapatan rendah. Pembangunan ekonomi yang telah tercipta

tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertambahan

penduduk.

Salah satu permasalahan yang sering terjadi yaitu keberadaan pekerja anak. Idealnya,

anak-anak memang tidak perlu bekerja. Akan tetapi ketika keadaan sosial-ekonomi

memaksa bekerja, maka menghapus pekerja anak merupakan tindakan yang sulit.

Sebagai faktor utama timbulnya pekeja anak, maka kemiskinan merupakan

permasalahan yang harus segera dibenahi.

II. Saran

Pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran.

Komunikasi dua arah dalam hubungan buruh dan pemerintah dapat dilaksanakan sebagai salah

satu langkah apabila suatu kebijakan akan diambil, sebaiknya pemerintah dan pekerja duduk

bersama-sama untuk mengkomunikasikan tujuan kebijakan yang akan diberlakukan, agar

kebijakan yang diputuskan dapat dimengerti, dipahami dengan jelas maksud dan tujuannya,

sehingga dalam pelaksanaannya dapat ditaati, dijaga dan dihormati.

Dengan pembangunan ekonomi yang lancar, diharapkan laju pertumbuhan ekonomi dapat

selalu dipertahankan pada tinggkat yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk,

14

Page 15: MAKALAH TENAGA KERJA

sehingga kegiatan perekonomian akan menjadi lebih luas dan selanjutnya dapat memperkecil

jumlah orang yang menganggur. Sehingga kemiskinan di Indonesia akan berkurang dan anak-

anak bisa bersekolah dengan lancar dan tidak perlu bekerja.

Daftar Pustaka

15

Page 16: MAKALAH TENAGA KERJA

Budiman, Arief. Pembangunan di Indonesia Memandang dari Sisi Lain, Jakarta:

Yayasanobor,1993

Hardius Usman, Nachrowi Djalal Nachrowi, Pekerja Anak di Indonesia, Kondisi Determinan

dan Eksploitasi (Kajian Kuantitatif), Jakarta : Grasindo, 2004.

S, Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, Rajagrafindo

Persada, 2003.

Wikipedia.com

16