TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

37
TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBYEK HUKUM INTERNASIONAL Makalah ini disusun untuk memenuhi kriteria penilaian mata kuliah Hukum Internasional Disusun Oleh : Irfan Alkhotiri 09411733000108 M. Dika H.M. 09411733000145 M. Husni 09411733000097 Agan Prianto Rimak 09411733000055 Luky Setiawan 10411733000100 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2011

Transcript of TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

Page 1: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

SEBAGAI SUBYEK HUKUM INTERNASIONAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi kriteria penilaian mata kuliah Hukum

Internasional

Disusun Oleh :

Irfan Alkhotiri 09411733000108

M. Dika H.M. 09411733000145

M. Husni 09411733000097

Agan Prianto Rimak 09411733000055

Luky Setiawan 10411733000100

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2011

Page 2: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena

atas rahmat dan hidayahnya Kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi kriteria penilaian Mata kuliah Hukum

Internasional yang ada di Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa

Karawang.

Terima kasih Saya sampaikan kepada Bapak Nurdin

Singadimendja,S.H.,M.H. Selaku dosen mata kuliah Hukum Internasional

yang telah membimbing Saya dan kepada pihak – pihak terkait yang telah

membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik

dalam sistematika maupun dalam pembahasan materinya. Maka dari itu

Kami akan selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran guna menjadi

perbaikan dikemudian hari.

Akhirnya dengan kerendahan hati, semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Amiin.

Karawang, Januari 2011

Penyusun

Agan Prianto Rimak 09411733000055 Irfan Alkhotiri 09411733000108 Luky Setiawan 10411733000100 M. Dika H.M. 09411733000145 M. Husni 09411733000097

Page 3: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Umum...................................................................................... 1

B. Latar Belakang........................................................................ 2

C. Perumusan Masalah................................................................ 8

BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG ASPEK

PERLINDUNGAN HUKUM HAK – HAK TENAGA KERJA

INDONESIA DI LUAR............................................................... 9

A. Hak-hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia..................... 9

B. Perlindungan Norma Tenaga Kerja Indonesia.......................... 16

C. Perlindungan Norma Tenaga Kerja Indonesia.......................... 17

BAB III PEMECAHAN MASALAH........................................................ 21

A. Mengatasi permasalahan penempatan TKI di luar Negeri........ 21

B. Mengatasi permasalahan penganiayaan TKI di luar negeri...... 24

BAB IV EMPIRIS.................................................................................. 28

BAB V PENUTUP................................................................................. 31

A. Kesimpulan................................................................................ 31

B. Saran......................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 34

Page 4: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Umum

Dalam proses bertemunya penawaran dan permintaan tenaga

kerja dari satu negara dengan negara lain tentu akan terjadi suatu

transformasi nilai, sehingga problema sosial dan hukum sering dihadapi

oleh tenaga kerja pendatang. Berbagai permasalahan sering dihadapi

oleh tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri demikian ini baik

yang terjadi pada fase pra penempatan, selama penempatan maupun

pasca penempatan.

Dalam setiap fase tersebut selalu terlibat segitiga pola hubungan

yaitu tenaga kerja, pengusaha penempat tenaga kerja serta pemerintah

selaku pembuat kebijakan. Khusus untuk hak-hak tenaga kerja yang

penting adalah memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan

peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan

harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di

luar negeri dan memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan

keamanan kepulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke tempat asal.

Untuk memperkecil problema yang dihadapi para tenaga kerja di

luar negeri serta melindungi harkat dan martabat tenaga kerja tersebut

Page 5: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

2

maka pengaturan tentang penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar

negeri dalam Undang-undang No. 39 Tahun 2004 merupakan jalan keluar.

B. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum

internasional yang memberikan hak dan membebani kewajiban serta

tanggung jawab secara langsung kepada individu semakin bertambah

pesat, terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi Universal

tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada

tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-

konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan1, dan hal ini semakin

mengukuhkan eksistensi individu sebagai subyek hukum internasional

yang mandiri.

Setiap individu menjadi subjek hukum internasional jika dalam

tindakan yang dilakukannya memperoleh penilaian positif atau negatif

sesuai kehidupan masyarakat dunia2. Sehingga dalam kehidupan yang

universal dan semakin besarnya pengaruh globalisasi yang masuk ke

ranah kehidupan masyarakat di seluruh bangsa dan negara, perlindungan

hak asasi manusia tidak lagi hanya mencakup ruang lingkup suatu negara

saja, tapi juga dalam kehidupan internasional. Maka diperlukannya

perlindungan hak yang merata bagi semua umat manusia secara merata.

1 http://forum.hukum-umm.info/index.php?topic=56.0

2 http://warok.info/subjek-hukum-internasional

Page 6: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

3

Dalam hal ini, Tenaga Kerja Indonesia (yang kemudian disingkat menjadi

TKI) pun adalah termasuk sebagai individu dan atau anggota masyarakat

dunia yang harus terjamin hak asasinya dalam melaksanakan setiap

kegiatannya dalam kehidupan bermasyarakat secara internasional tanpa

pengecualian apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,

agama, politik atau pendapat yang berlainan, asal mula kebangsaan atau

kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain, hal ini

sebagaimana tercantum dalam Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi

Manusia (dalam bahasa Inggris Universal Declaration of Human Rights)

dalam pasal 2 dan 3 :

Article 2

“Everyone is entitled to all the rights and freedoms set forth in this

Declaration, without distinction of any kind, such as race, colour, sex,

language, religion, political or other opinion, national or social origin,

property, birth or other status.

Furthermore, no distinction shall be made on the basis of the political,

jurisdictional or international status of the country or territory to which a

person belongs, whether it be independent, trust, nonselfgoverning or

under any other limitation of sovereignty.”3

Article 3

“Everyone has the right to life, liberty and security of person.”4

3 Article 2 of Universal Declaration of Human Rights

4 Article 3 of Universal Declaration of Human Rights

Page 7: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

4

Pasal 2

“Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang

tercantum di dalam Pernyataan ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras,

warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang

berlainan, asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran

ataupun kedudukan lain.

Di samping itu, tidak diperbolehkan melakukan perbedaan atas dasar

kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau

daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang

berbentuk wilayah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah

batasan kedaulatan yang lain.”

Pasal 3

“Setiap orang berhak atas penghidupan, kebebasan dan keselamatan

individu.”

Setiap tenaga kerja mempunyai kesempatan yang sama dalam

memilih dan mengisi lowongan pekerjaan di dalam wilayah pasar kerja

nasional, untuk memperoleh pekerjaan, tanpa diskriminasi karena jenis

kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik, sesuai dengan minat,

kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang

sama terhadap penyandang cacat.

Page 8: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

5

Setiap tenaga kerja mempunyai hak kesempatan yang sama

untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh

penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri5.

Penempatan TKI ke luar negeri, merupakan program nasional

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

serta pengembangan kualitas sumber daya manusia. Penempatan TKI

dalam program Antar Kerja Antar Negara (AKAN), dilakukan dengan

memanfaatkan pasar kerja internasional melalui peningkatan kualitas

kompetensi tenaga kerja dengan perlindungan yang optimal sejak

sebelum keberangkatan, selama bekerja di luar negeri sampai tiba

kembali di Indonesia6.

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan

keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan

keadilan gender, anti diskriminasi serta anti perdagangan manusia7.

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk 1)

memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan

manusiawi; 2) menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam

negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia; dan

5 Lihat Pasal 31 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 6 Mohd. Syaufii Syamsuddin, Norma Perlindungan Dalam Hubungan Industrial, Sarana Bhakti Persada, Jakrata, 2004, hal. 34.

7 Lihat Pasal 2 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Page 9: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

6

3) meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya8. Guna melindungi

calon TKI.

Mengenai jaminan perlindungan TKI, pemerintah bertugas

mengatur, membina, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, dapat melimpahkan

sebagian wewenangnya dan/atau tugas perbantuan kepada pemerintah

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan9. Dalam

melaksanakan tugas dan bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya

perlindungan TKI di luar negeri, pemerintah berkewajiban : 1) menjamin

terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang berangkat melalui

pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri; 2)

mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI; 3) membentuk dan

mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri; 4)

melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan

perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan; dan 5) memberikan

perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan, masa

penempatan dan masa purna penempatan10.

Mengenai hak dan kewajiban TKI, setiap calon TKI/TKI mempunyai hak

dan kesempatan yang sama untuk memperoleh : 1) bekerja di luar negeri;

2) penempatan TKI di luar negeri; 3) memperoleh pelayanan dan

8 Lihat Pasal 2 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

9 Lihat Pasal 5 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri. 10

Lihat Pasal 6 dan 7 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Page 10: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

7

perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri; 4) memperoleh

kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan untuk

menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang

dianutnya; 5) memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku

di negara tujuan; 6) memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang

sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di negara tujuan; 7) memperoleh jaminan

perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas

tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta

pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan selama penempatan di luar negeri; 8) memperoleh

jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke

tempat asal; dan 9) memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli11.

11

Lihat Pasal 8 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri.

Page 11: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian umum dan latar belakang di atas, maka kami

merumuskan beberapa masalah pokok yang akan kami bahas dalam

makalah kami ini. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah mengatasi permasalahan penempatan TKI di luar

Negeri ?

2. Bagaimanakah mengatasi permasalahan penganiayaan TKI di luar

negeri ?

Page 12: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

9

BAB II

TINJAUAN TEORI TENTANG ASPEK PERLINDUNGAN

HUKUM HAK – HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR

NEGERI

A. Hak-hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia

Setiap tenaga kerja mempunyai kesempatan yang sama dalam

memilih dan mengisi lowongan pekerjaan dalam wilayah pasar kerja

nasional, untuk memperoleh pekerjaan, tanpa diskriminasi karena jenis

kelamin, suku, ras, agama dan aliran politik, sesuai dengan minat dan

kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang

sama terhadap para penyandang cacat. Setiap tenaga kerja mempunyai

hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau

pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau

di luar negeri (Pasal 31 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan).

a) Hak Tenaga Kerja Indonesia12

Setiap calon TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk:

a. bekerja di luar negeri;

b. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri

dan prosedur penempatan TKI di luar negeri;

12

Lihat Pasal 8 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri.

Page 13: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

10

c. memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam

penempatan di luar negeri;

d. memperoleh kebebasan menganut aama dan keyakinannya serta

kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

keyakinan yang dianutnya.

e. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di

negara tujuan.

f. memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang

diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di negara tujuan;

g. memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan

harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang

ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama

penampatan di luar negeri;

h. memeproleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan

kepulangan TKI ke tempat asal;

i. memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.

b) Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia13

Setiap calon TKI/TKI mempunyai kewajiban untuk:

a. menaati peraturan perundang-undangan baik di dalam negeri

maupun di negara tujuan;

13

Lihat Pasal 9 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri.

Page 14: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

11

b. menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian

kerja;

c. membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai

dengan peraturan perundang-undangan; dan

d. memberitahukan atau melaporkan kedatangan keberadaan dan

kepulangan TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara

tujuan.

Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas

terbuka, bebas, obyektif, adil dan setara tanpa diskriminasi. Penempatan

tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan

yang tepat sesuai dengan keahlian, ketrampilan, bakat, minat, dan

kemampuan dengan memperlihatkan harkat, martabat, hak asasi dan

perlindungan hukum.

Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperlihatkan

pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai

dengan kebutuhan program nasional dan daerah (Pasal 32 Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).

Setiap pencari kerja berhak memperoleh pelayanan yang sama

untuk memperoleh pekerjaan. Pelayanan dimaksud meliputi pemberian

informasi, pendaftaran, bimbingan dan penyuluhan jabatan, pelatihan

untuk penempatan, serta tindak lanjut penempatan. Pemberi kerja yang

memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang

dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga kerja memberikan

Page 15: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

12

perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan

baik mental maupun fisik tenaga kerja (Pasal 35 Undang-Undang No. 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).

Pelaksana penempatan tenaga kerja, dapat dilakukan oleh

instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan

atau lembaga swasta berbadan hukum. Lembaga penempatan tenaga

kerja swasta dalam melaksanakan pelayanan penempatan tenaga kerja,

wajib memiliki izin tertulis dari instansi ketenagakerjaan. Pelaksana

penempatan tenaga kerja dilarang memungut biaya penempatan, baik

langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan kepada

tenaga kerja dan pengguna tenaga kerja, kecuali untuk golongan dan

jabatan tertentu (Pasal 37 dan 38 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan ).

Golongan dan jabatan tertentu dimaksud adalah golongan

pimpinan dengan jabatan manajer atau yang sederajat, golongan

supervisi dengan jabatan supervisi atau yang sederajat, golongan

pelaksana dengan jabatan operator atau yang sederajat, dan golongan

professional dengan syarat pendidikan strata satu (S1) ditambah

pendidikan profesi, yang menerima upah sekurang kurangnya tiga kali

upah minimum yang berlaku diwilayah setempat. Besarnya biaya

penempatan tenaga kerja yang dipungut dari pemberi kerja ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan, dengan ketentuan tidak melebihi satu bulan

upah yang diterima. Biaya penempatan diangsur sekurang-kurangnya lima

Page 16: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

13

kali. Dalam hal terjadi PHK sebelum selesainya angsuran, pekerja

dibebaskan dari kewajiban membayar kekurangan angsuran. Pemberi

kerja dilarang membedakan biaya penempatan dimaksud kepada tenaga

kerja yang bersangkutan.

Pencari kerja yang memerlukan pelayanan penempatan tenaga

kerja mendaftarkan diri kepada pelaksana. Setiap pencari kerja

mempunyai kesempatan yang sama untuk mengisi lowongan pekerjaan,

sepanjang memenuhi kualifikasi persyaratan jabatan yang dibutuhkan.

Dalam rangka menjamin kesempatan kerja bagi setiap orang, penempatan

tenaga kerja dapat dilakukan dengan penempatan di dalam negeri

dan/atau di luar negeri (Pasal 33 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan).

Penempatan tenaga kerja dibagi ke dalam penempatan tenaga

kerja dalam negeri dan penempatan tenaga kerja ke luar negeri :

Pelayanan penempatan tenaga kerja di dalam negeri terdiri dari, antara

kerja lokal (AKL) dan antar kerja antar daerah (AKAD). Setiap pemberi

kerja atau pelaksana, dapat melakukan penerimaan tenaga kerja melalui

proses AKL atau AKAD. Pemberi kerja atau pelaksana yang akan

melaksanakan penempatan tenaga kerja melalui AKAD harus memiliki

Surat Persetujuan Penempatan (SPP) dari oleh instansi ketenagakerjaan.

Dalam melakukan AKAD, pemberi kerja menyediakan fasilitas

bagi tenaga kerja AKAD berupa perumahan yang layak dan penyediaan

air bersih, penerangan, sarana hiburan, perlengkapan dan peralatan kerja,

Page 17: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

14

sarana ibadah, dan sarana olahraga. Perjanjian kerjanya memuat hak dan

kewajiban tenaga kerja dan pemberi kerja, dengan mencantumkan

besarnya upah sekurang-kurangnya sesuai dengan upah minimum.

Perjanjian kerja dimaksud berlaku untuk jangka waktu paling lama dua

tahun, dapat diperpanjang perjanjian kerja lebih dari satu tahun. Apabila

kelak dilakukan perpanjangan perjanjian kerja lebih dari satu tahun,

perjanjian kerja tersebut menjadi perjanjian kerja untuk waktu tidak

tertentu. Untuk kelancaran jalannya perusahaan, selama dalam hubungan

kerja, pemberi kerja dapat memindahkan tenaga kerja ke daerah lain

dalam lingkup perusahaan dengan persetujuan tenaga kerja yang

bersangkutan. Mutasi tenaga kerja dimaksud setelah mendapat surat

rekomendasi dari instansi ketenagakerjaan penerima.

Setiap calon tenaga kerja, sebelum diberangkatkan diberikan

orientasi pra pemberangkatan oleh petugas pelaksana penempatan dan

menandatangani perjanjian kerja yang diketahui oleh petugas instansi

ketenagakerjaan daerah asal. Pemberi kerja atau pelaksana dalam

melaksanakan pemberangkatan tenaga kerja ke tempat tujuan, dilakukan

dengan tertib dan aman dengan menggunakan sarana angkutan

penumpang umum. Pelaksana secepatnya memberitahu kepada

pengguna tenaga kerja di daerah tujuan penempatan tenaga kerja tentang

jadual keberangkatan, jumlah tenaga kerja, dan sarana angkutan yang

digunakan. Pemberi kerja setelah menerima pemberitahuan tentang

Page 18: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

15

rencana kedatangan tenaga kerja, menyiapkan penjemputan dan

pengantaran sampai lokasi dan melaporkan kedatangan tenaga kerja.

Apabila tenaga kerja yang akan diberangkatkan ke daerah

penempatan harus menunggu lebih dari enam jam, pelaksana atau

pemberi kerja menyediakan tempat penampungan sementara yang layak

serta menyediakan makanan dan minuman yang cukup. Pemberi kerja

wajib memulangkan tenaga kerja AKAD ke daerah asal dengan biaya

pemberi kerja, apabila perjanjian kerja telah berakhir atau tenaga kerja

tersebut tidak diangkat sebagai tenaga tetap, tenaga kerja sakit atau

karena alasan lain yang sah, sehingga tidak dapat memenuhi perjanjian

kerjanya.

Kewajiban pemberi pekerja telah bersedia untuk diangkat sebagai

pekerja tetap, atau meninggalkan tempat kerja lebih dari 30 hari berturut-

turut, tanpa izin dari pemberi kerja (Kepmennaker No. 203./MEN/1999).

Penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri, merupakan

program nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja

dan keluarganya serta pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

Penempatan TKI dalam program antar kerja antar negara (AKAN),

dilakukan dengan memanfaatkan pasar kerja internasional melalui

peningkatan kualitas kompetensi tenaga kerja dengan perlindungan yang

optimal sejak sebelum keberangkatan, selama bekerja di luar negeri

sampai tiba kembali di Indonesia.

Page 19: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

16

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI, dilakukan

berasaskan keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial,

kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, serta anti perdagangan

manusia. Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk :

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal

dan manusiawi,

b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di

negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia, dan

c. meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

Guna melindungi TKI/TKI, orang perseorangan dilarang

menempatkan warga Negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri.

Dianggap sebagai perbuatan menempatkan. Setiap perbuatan dengan

sengaja memfasilitasi untuk bekerja pada Pengguna di luar negeri baik

dengan memungut biaya maupun tidak, dari yang bersangkutan (Pasal 2

sampai dengan Pasal 4 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri/UUPTKILN).

B. Perlindungan Norma Tenaga Kerja Indonesia

Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, perlindungan terhadap hak-hak tenaga kerja dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

Page 20: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

17

a) Perlindungan Norma Tenaga Kerja Indonesia

Perlindungan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian pekerja

yang berkaitan dengan norma kerja yang meliputi waktu kerja,

mengaso, istirahat (cuti), lembur dan waktu kerja malam hari bagi

pekerja wanita.

b) Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia

Mengenai Keselamatan Kerja Pasal 86 (1) Undang – undang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral kesusilaan;

c. perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai agama.

C. Perlindungan Sosial Tenaga Kerja Indonesia

a) Perlindungan Upah

Pasal 88 (1) Undang - undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa

setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 88 Ayat (1) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan disebutkan bahwa kebijakan pengupahan meliputi :

a. upah minimum

b. upah kerja lembur

Page 21: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

18

c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan

d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

pekerjaannya

e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

f. bentuk dan cara pembayaran upah

g. denda dan potongan upah

h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah

i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional

j. upah untuk pembayaran pesangon dan

k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan

Pasal 93 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan disebutkan bahwa upah tidak dibayar apabila

pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan, kecuali :

a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan

b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan

kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan

c. Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,

menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri

melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau istri atau anak

atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga

dalam satu rumah meninggal dunia

d. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena

sedang menjalankan kewajiban terhadap Negara

Page 22: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

19

e. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena

menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya

f. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan

tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena

kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat

dihindari pengusaha

g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat

h. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh

atas persetujuan pengusaha dan

i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan

Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit adalah :

a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus

perseratus) dari upah

b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima

perseratus) dari upah

c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus)

dari upah dan

d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus)

dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh

pengusaha.

Page 23: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

20

b) Jaminan Sosial Dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Indonesia

Kesejahteraan pekerja diatur dalam Pasal 99 sampai dengan Pasal

101 Undang - undang Ketenagakerjaan. Pasal 99 ayat (1) disebutkan

bahwa setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk

memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Untuk meningkatkan

kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, pengusaha wajib

menyediakan fasilitas kesejahteraan dengan memperhatikan

kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran kemampuan perusahaan14.

14

Lihat Pasal 100 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Page 24: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

21

BAB III

PEMECEHAN MASALAH

A. Mengatasi permasalahan penempatan TKI di luar Negeri

Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara

tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan

Pemerintah RI atau ke negara tujuan yang mempunyai Peraturan

Perundang-undangan yang melindungi tenaga asing. Atas pertimbangan

keamanan, Pemerintah menetapkan negara-negara tertentu tertutup bagi

penempatan TKI, antara lain negara tujuan dalam keadaan perang,

bencana alam, atau terjangkit wabah penyakit menular. Khusus untuk

penempatan TKI pada pekerjaan dan jabatan tertentu diatur tersendiri,

misalnya pekerjaan sebagai pelaut.

Penempatan calon TKI/TKI di luar negeri diarahkan pada jabatan

yang tepat sesuai dengan keahlian, ketrampilan, bakat, minat, dan

kemampuan. Penempatan calon TKI/TKI dilaksanakan dengan

memperhatikan harkat, martabat, hak azasi manusia, perlindungan

hukum, pemerataan kesempatan kerja, dan ketersediaan tenaga kerja

dengan mengutamakan kepentingan nasional. Setiap orang dilarang

menempatkan calon TKI/TKI pada jabatan dan tempat pekerjaan yang

bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan serta

Page 25: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

22

Peraturan Perundang-undangan, baik di Indonesia maupun di Negara

tujuan atau di negara tujuan yang telah dinyatakan tertutup15

.

Pelaksanaan penempatan TKI di luar negeri dapat dilakukan oleh:

1) Pemerintah;

2) P3TKIS;

3) Perusahaan untuk kepentingan sendiri, dan

4) Calon TKI sendiri (Pasal 10, 26 Ayat (1), dan 83 UUPPTKILN).

a) Penempatan Oleh Pemerintah

Penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah, hanya dilakukan atas

dasar perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah

negara pengguna berbadan hukum di negara tujuan16.

b) Penempatan oleh Perusahaan Pelaksana Penempatan TKI Swasta

(P3TKIS)

Perusahaan yang akan menjadi P3TKIS mendapatkan izin tertulis

berupa Surat Izin Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

(SIPPTKI), setelah memenuhi persyaratan :

a) berbentuk badan hukum perseorangan terbatas (PT),

b) memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian

perusahaan, sekurang-kurangnya sebesar tiga miliar rupiah,

c) meyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk

deposito sebesar lima ratus juta rupiah pada bank pemerintah,

15 Lihat Pasal 27 s/d 30 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. 16

Lihat Pasal 11 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Page 26: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

23

d) memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar

negeri sekurangkurangnya untuk tiga tahun berjalan,

e) memiliki unit pelatihan kerja, dan

f) memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI17.

Penempatan TKI pada pengguna perseorangan dilakukan melalui

mitra usaha di negara tujuan. Mitra Usaha berbentuk badan hukum yang

didirikan sesuai dengan ketentuan di negara tujuan.

Untuk pengguna perseorangan, dapat mempekerjakan TKI pada

pekerjaan antara lain, sebagai penata laksana rumah tangga, pengasuh

bayi atau perawat manusia lanjut usia, pengemudi, tukang kebun/taman

(sektor informal).

Perlindungan bagi calon TKI yang diberangkatkan keluar negeri

oleh P3TKIS, meliputi kegiatan :

a) sebelum pemberangkatan (pra penempatan),

b) selama masa penempatan di luar negeri, dan

c) sampai dengan kembali ketanah air (purna penempatan).

d) bekerja di luar negeri, TKI yang bekerja di luar negeri secara

e) perseorangkan diwajibkan pula uuntukmemiliki KTKLN. Untuk

f) selanjutnya, TKI yang bekerja di luar negeri secara perseorangan

berhak

g) untuk memperoleh perlindungan dari Perwakilan RI

17

Lihat Pasal 3 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri.

Page 27: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

24

B. Mengatasi permasalahan penganiayaan TKI di luar negeri

Dalam mukadimah Mukadimah Pernyataan Umum tentang Hak-

Hak Asasi Manusia, hak-hak dasar yang melekat pada induvidu sangat

dilindungi di mata hukum, sehingga berbagai permasalahan penganiayaan

TKI di luar negeri yang terjadi, pada dasarnya sangat bertentangan

dengan apa yang dipaparkan dalam Pernyataan Umum tentang Hak-Hak

Asasi Manusia.

Dalam Mukadimah Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi

Manusia dinyatakan bahwa Pengakuan atas martabat alamiah dan hak-

hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah

dasar kemerdekaan, keadilan dan perdamaian di dunia. Mengabaikan dan

memandang rendah hak-hak asasi manusia telah mengakibatkan

perbuatan-perbuatan kejam yang menimbulkan rasa kemarahan hati

nurani umat manusia, dan terbentuknya suatu dunia tempat manusia akan

mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan beragama serta

kebebasan dari ketakutan dan kekurangan telah dinyatakan sebagai cita-

cita tertinggi dari rakyat biasa, hak-hak asasi manusia perlu dilindungi oleh

peraturan hukum supaya orang tidak akan terpaksa memilih

pemberontakan sebagai usaha terakhir guna menentang kelaliman dan

penindasan, pembangunan hubungan persahabatan antara negara-

negara perlu digalakkan18.

18

Lihat Mukadimah Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal

Declaration of Human Rights)

Page 28: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

25

Selain itu, dalam Pasal 5 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak

Asasi Manusia dinyatakan bahwa :

“Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam,

memperoleh perlakuan atau dihukum secara tidak manusiawi atau

direndahkan martabatnya.”

Pada pasal 6 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

dinyatakan bahwa :

“Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai

pribadi di mana saja ia berada.”

Pada pasal 7 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

dinyatakan bahwa :

“Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan

hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas

perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang

bertentangan dengan Pernyataan ini dan terhadap segala hasutan

yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.”

Pada Pasal 8 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

dinyatakan bahwa :

“Setiap orang berhak atas bantuan yang efektif dari pengadilan

nasional yang kompeten untuk tindakan pelanggaran hak-hak

dasar yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dasar atau

hukum.”

Page 29: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

26

Pada Pasal 9 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

dinyatakan bahwa :

“Tak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan

sewenang-wenang.”

Pada Pasal 13 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi

Manusia dinyatakan bahwa :

1. “Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di

dalam batas-batas setiap negara.”

2. “Setiap orang berhak meninggalkan sesuatu negeri, termasuk

negerinya sendiri, dan berhak kembali ke negerinya.”

Sementara jika kita lihat dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2004 menyatakan bahwa :

(1) Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan

mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di

luar negeri.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Pemerintah dapat melimpahkan sebagi wewenangnya dan/atau tugas

perbantuan kepada pemerintah daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004

menyatakan bahwa :

“Pemerintah bertanggungjawab untuk meningkatkan upaya

perlindungan TKI di luar negeri.”

Page 30: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

27

Pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004

menyatakan bahwa :

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Pemerintah berkewajiban:

a. menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang

bersangkutan berangkat melalui pelaksana penempatan TKI, maupun

yang berangkat secara mandiri;

b. mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;

c. membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon

TKI di luar negeri;

d. melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan

perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan; dan

e. memberikan perlindungankepada TKI selama masa sebelumnya

pemberangkatan, masa penempatan, dan masa purna penempatan.

Page 31: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

28

BAB IV

EMPIRIS

KASUS TKI DI KANDARA HANYA PUNCAK GUNUNG ES19

Berbagai hambatan dalam menuntaskan masalah TKI seharusnya

disikapi tegas pemerintah mengingat permasalahan tersebut sudah lama

terjadi.

Kasus ratusan warga negara Indonesia (WNI) yang terlunta-lunta

di kolong jembatan Kandara, Jeddah, Arab Saudi, hanyalah puncak

gunung es dari masalah yang sebenarnya. Itu diungkapkan Duta Besar RI

untuk Arab Saudi Gatot Abdullah Mansyur kepada Media Indonesia,

kemarin.

Selain 150 TKI di Kandara, menurut Gatot, jumlah overstayer di

seluruh pelosok Arab Saudi bisa berkali lipat jumlahnya. Sekedar

gambaran, pada tahun 2008 setidaknya 24.017 WNI telah dideportasi dan

20.013 orang setahun kemudian. Hingga November, jumlah overstayer

yang dipulangkan 13.660 orang.

“Itu baru yang dipeluangkan, jumlah aslinya bisa mencapai empat

atau lima kali lipat. Apalagi ada kasus orang yang sudah menjadi

overstayer sejak 1962. Kasus di Kandara hanyalah puncak dari gunung

es,” imbuh Gatot.

19 Lihat Koran Media Indonesia (terbitan Minggu, 12 Desember 2010 )

Page 32: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

29

Sebelumnya diberitakan ratusan TKI telantar di bawah kolong

jembatan Kandara, Jeddah. Bahkan, Mariati binti Kardiman, TKI asal

Pasuruan, Jawa Timur, akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit King Fahd,

Jeddah, karena mengidap kanker payudara dan sakit lambung akut. TKI

korban kekerasan majikan itu sudah tujuh bulan berada di bawah kolong

jembatan tanpa pertolongan.

Solusi sementara kasus itu, kata Ketua Migrant Care Anis

Hidayah, dapat dilakukan Konsulat Jenderal RI dengan menyediakan

rumah penampungan temporer. Fasilitas itu bertujuan memberikan

kelayakan hidup sementara bagi para TKI sembari menunggu proses

pemulangan.

“Proses perundingan sudah kami lakukan sejak 1,5 tahun lalu.”

Gatot Abdullah Mansyur Duta Besar RI untuk Arab Saudi.

Namun lantaran banyaknya jumlah TKI, Gatot mengaku KJRI di

Jeddah kewalahan apabila diminta menampung seluruh TKI. Apalagi

diminta untuk penyewaan rumah penampungan, pihak Gatot berkendala

anggaran mengingat biaya sewa untuk 10 ribu WNI saja bisa mencapai

Rp. 1 miliar.

Selain terkendala dana, Gatot mengatakan KBRI terhambat

persoalan exit permit dalam pemulangan WNI, terutama mereka yang

berprofesi sebagai TKI. exit permit itu dikeluarkan pemerintah setempat

jika WNI tidak lagi terkait kasus kriminal atau persoalan kontrak kerja.

Page 33: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

30

Untu mengatasi masalah ini, Gatot menegaskan telah mengajukan nota

diplomatik dari empat hingga lima tahun lalu.

“Proses perundingan sudah kami lakukan sejak 1,5 tahun lalu.

Pertemuan diplomatik rencananya berlangsung sekitar Januari nanti

bertepatan dengan akhir bulan haji,” ungkapnya.

Juru bicara kementrian Luar Negeri RI Michael Tene

mengemukakan target utama pemerintah adalah mengupayakan agar

proses diportasi bisa berlangsung secepatnya. Namun, itu semua kembali

pada kesiapan Arab Saudi.

Menanggapi kendala itu, Anis Hidayah menggarisbawahi

ketidakseriusan pemerintah terhadap nasib TKI bermasalah di Arab Saudi.

Sebab, menurutnya, berbagai hambatan seperti proses administrasi

maupun proses hukum dan imigrasi para TKI merupakan permasalahan

lama.

“Kalau pemerintah Indonesia sudah tahu ada pelanggaran

overstayer dan lain-lain yang ada sejak lama, harusnya mereka sudah

tahu hukum yang ada di Arab dan sudah tahu juga bagaimana

mengatasinya.”

Agar kasus kolong Jembatan Kandara tidak terulang, Anis

menegaskan pentingnya pembenahan mekanisme penempatan TKI di

luar negeri. Selain itu, diperlukan pembenahan peraturan ketenagakerjaan

dengan meningkatkan peran dan kotrol pemerintah.

Page 34: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

31

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan materi yang kami susun di atas dapat disimpulkan

bahwa Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara

tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan

Pemerintah RI atau ke negara tujuan yang mempunyai Peraturan

Perundang-undangan yang melindungi tenaga asing. Atas pertimbangan

keamanan, Pemerintah menetapkan negara-negara tertentu tertutup bagi

penempatan TKI, antara lain negara tujuan dalam keadaan perang,

bencana alam, atau terjangkit wabah penyakit menular. Khusus untuk

penempatan TKI pada pekerjaan dan jabatan tertentu diatur tersendiri,

misalnya pekerjaan sebagai pelaut.

Dalam Mukadimah Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi

Manusia, hak-hak dasar yang melekat pada induvidu sangat dilindungi di

mata hukum, sehingga berbagai permasalahan penganiayaan TKI di luar

negeri yang terjadi, pada dasarnya sangat bertentangan dengan apa yang

dipaparkan dalam Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia.

Dan pemerintah harus bertindak tegas dalam permasalahan yang semakin

terlarut-larut ini demi menegakkan dan memperjuangkan hak asasi

bangsa Indonesia di mata dunia, sehingga apa yang dicanangkan dalam

Page 35: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

32

undang-undang dasar 1945 dan Pancasila yang erat kaitannya dengan

hak asasi manusia.

B. Saran

TKI merupakan salah satu permasalahan pelik bangsa ini, Secara

hukum, pemerintah telah mengeluarkan perundang-undangan untuk

menjamin perlindungan TKI seperti UU No 13/2003 tentang

Ketenagakerjaan yang lantas mendorong pemberlakukan UU No. 39/

2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri (UU

PPTKILN) sudah berusaha untuk memfasilitasi "kepentingan" TKI pada

umumnya.

Kendati begitu, segala perundang-undangan itu dirasakan masih

kurang mendukung terselenggaranya perlindungan terbaik bagi TKI.

Pasalnya perlindungan TKI di luar negeri jelas menyangkut wilayah

yuridiksi negara penempatanya sehingga tidak dapat diikat dengan

perundang-undangan RI semata.

Permasalahan TKI merupakan persoalan diplomatik bangsa.

Dalam hal ini peran Departemen Luar Negeri (Deplu) harus

dimaksimalkan. Deplu tidak boleh lagi mengambil peran normatif belaka.

Deplu perlu meletakkan TKI, sebagai bagian dari target dan tujuan kerja

dari Deplu. Sebab dengan memberi perhatian pada TKI, maka Deplu

secara langsung membantu masuknya devisa bagi kepentingan nasional.

Page 36: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

33

Departemen Luar Negeri (Deplu), berfungsi sebagai alat diplomasi

dengan negara-negara internasional. Fungsi ini menjadi amat krusial

terutama dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang berkaitan

dengan negara lain.

Page 37: TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI SUBJEK HUKUM

34

DAFTAR PUSTAKA

Mohd. Syaufii Syamsuddin, Norma Perlindungan Dalam Hubungan

Industrial, Sarana Bhakti Persada, Jakrata, 2004, hal. 34.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diunduh

pada 15 Januari 2011 dari situs website

http://www.hukumonline.com

Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri, diunduh pada 16 Januari 2011 dari situs

website http://www.hukumonline.com

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration

of Human Rights), Donegall Pass Community Forum, Juni 2006,

diunduh pada: Sabtu, 15 Januari 2011 dari situs website:

http://www.equalityni.org/uploads/pdf/S75ShortGuide0206(A).pdf

Literatur :

http://forum.hukum-umm.info/index.php?topic=56.0 (diakses pada 15

Januari 2011)

http://warok.info/subjek-hukum-internasional (diakses pada 15 Januari

2011)

http://www.hukumonline.com (diakses pada 15 dan 16 Januari 2011)

http://nasional.kompas.com/read/2010/11/21/03210368/Perlindungan.TKI.

Harus.Lebih.Responsif (diakses pada tanggal 15 Januari 2011)