tenaga kerja
-
Upload
khiiky-cahya-purnomo -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of tenaga kerja
TANDA-TANDA PASAR (MARKET SIGNAL)
Pasar tenaga kerja memiliki kemampuan untuk memberikan tanda atau indikasi kepada
masyarakat tentang kondisi pasar kerja. Indikasi pasar tenaga kerja tersebut dikenal dengan
istilah market signal (tanda-tanda pasar) yang diperlukan oleh masyarakat untuk menentukan
langkah dalam menentukan pendidikan atau mencari lowongan keja. Adapun bentuk market
signal tersebut di antaranya adalah:
1. Naiknya upah pekerja
Jika pada jenis pekerjaan tertentu upah pekerja relative tinggi dibandingkan pekerjaan
lainnya maka hal itu merupakan indikasi di pasar kerja masih terbukanya kesempatan kerja
yang baik. Oleh karenanya melalui market signal tersebut masyarakat biasanya menentukan
pendidikan atau mencari lowongan kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang memiliki
upah tinggi tersebut .
2. Lama menunggu pekerjaan
Indikator lama menunggu pekerjaan adalah cerminan kekuatan penyerapan pasar kerja
terhadap angkatan kerja yang ada. Semakin lama waktu menunggu pekerjaan terjadi di pasar
kerja pada pekerjaan tertentu berarti ada kejenuhan pasar kerja pada jenis pekerjaan tertentu
dalam menyerap angkatan kerja. Hal itu merupakan market signal bagi angkatan kerja untuk
memiliki jenis pekerjaan lainnya.
3. Semakin banyaknya bidang studi tertentu pada Perguruan Tinggi
Jika di tempat-tempat pendidikan (Perguruan Tinggi) dibuka bidang studi tertentu maka hal
itu dapat meruoakan market signal bahwa lulusan pendidikan tersebut sangat dibutuhkan
oleh pasar kerja.
4. Banyaknya penawaran lowongan kerja
Bilamana penggunaan jasa tenaga kerja membuka penawaran lowongan kerja di bidang
tertentu secara agresif maka hal itu merupakan market signal bahwa pengguna jasa tenaga
kerja membutuhkan banyak tenaga kerja. Peluang kerja ini akan dapat mempengaruhi
angkatan kerja untuk menawarkan jasanya pada jenis pekerjaan yang sangat
membutuhkannya.
PERMASALAHAN DI PASAR TENAGA KERJA
Masalah yang seringkali muncul dalam pasar tenaga kerja dapat terjadi diantaranya
karena ketidakseimbangan faktor demand dan supply tenaga kerja. Jika dilihat
ketidakseimbangan faktor demand dan supply tenaga kerja maka kemungkinan yang terjadi
adalah:
Demand tenaga kerja lebih besar dibandingkan supplynya
Jika penawaran (supply) tenaga kerja tidak dapat mencukupi permintaan (demand)-nya
maka kelangkaan tenaga kerja tersebut dapat mempengaruhi output yang dihasilkan. Kekurangan
penawaran tenaga kerja tersebut dapat disebabkan oleh faktor penyedia tenaga kerja yaitu rumah
tangga atau karena terganggunya faktor mekanisme distribusi tenaga kerja. Informasi dan
ketidakmampuan tenaga kerja melakukan akses memperoleh informasi tersebut juga dapat
menjadi penyebab penawaran tenaga kerja terhambat.
Mobilitas tenaga kerja yang rendah juga menjadi penyebab kekurangberdayaan tenaga
kerja memiliki akses informasi tentang lowongan kerja. Faktor lainnya yang dapat menjadi
penyebab kelangkaan penawaran tenaga kerja di antaranya adalah ketidaksesuaian antara sistem
pendidikan dan latihan yang disiapkan untuk menyediakan sumberdaya manusia handal dengan
kebutuhan di sektor riil (sektor produksi). Atau sikap masyarakat yang justru tertarik pada jenis
pendidikan tertentu yang sudah jenuh karena lulusannya sulit dierap pasar, maka hal ini justru
kan berdampak pada beban pembangunan dengan munculnya pengangguran terdidik yang tidak
dapat diserap pasar kerja.
Permintaan tenaga kerja yang besar dan mendadak juga dapat menjadi penyebab
ketidakmampuan rumah tangga untuk segera menyediakan sumber daya manusia yang
dibutuhkan tersebut, karena penciptaan tenaga kerja memerlukan proses dan waktu. Upah yang
rendah akan dapat menyebabkan tenaga kerja kurang tertarik memenuhi permintaan yang ada
apalagi jika ditambahi dengan rumitnya persyaratan administrasi yang harus dipenuhi untuk
mengisi lowongan kerja yang tersedia tersebut.
Dampak dari kekurangmampuan rumah tangga dalam menyediakan tenaga kerja yang di
butuhkan diantaranya terlihat dari tidak tercapainya target output produksi. Secara makro hal ini
akan berpengaruh pada pendapatan nasional yang turun atau terjadinya perlambatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Kelangkaan output di pasar juga akan menciptakan pengaruh
pada kenaikan harga-harga barang dan jasa yng dikonsumsi masyarakat (inflasi). Minimalisasi
pengaruh kelangkaan tenaga kerja di antaranya dapat ditanggulangi oleh kemampuan subtitusi
teknologi dalam menggantikan keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses
produksi atau peningkatan produktifitas tenaga kerja melalui efektifitas kerja dan perbaikan
sistem manajemen produksinya.
Demand tenaga kerja lebih kecil dibandingkan supply-nya
Bilamana terjadi kondisi permintaan (demand) tenaga kerja lebih kecil dibandingkan
penawaran (supply) maka akan dihasilkan pengangguran. Data pada Tabel 6.1, terlihat bahwa
pencari kerja terdaftar di Indonesia baik laki-laki ataupun perempuan selama tahun 2005-2007,
dan 2011-2012 jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah lowongan kerja terdaftar.
Pada tahun 2012 semester 1, terjadi lonjakan yang besar baik pada pencari kerja, lowongan kerja
maupun penempatan tenaga kerja.
Di Indonesia data menunjukkan bahwa terjadi supply yang lebih besar dibandingkan
dengan demand tenaga kerja. Meskipun jumlah lowongan kerja mengalami kenaikan, ironisnya
jumlah lowongan kerja tersebut tidak semuanya dapat dipenuhi oleh penawaran tenaga kerja
yang ada. Terjadi ketidaksesuaian antara kemampuan tenaga kerja dengan persyaratan yang
diminta. Ini tampak dari jumlah lowongan kerja yang lebih besar dibandingkan penempatan
tenaga kerja yang terjadi baik untuk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Tabel 6.1Pencari Kerja Terdaftar, Lowongan Kerja Terdaftar,
dan Penempatan Tenaga Kerja di IndonesiaTahun 2005-2007 dan 2011-2012
Tahun Pencari Kerja Terdaftar (Orang)Lowongan Kerja Terdaftar
(Orang)
Penempatan Tenaga Kerja
(Orang)
Laki-
laki
Perempuan Jumlah Laki-
laki
Perempuan Jumlah Laki-
laki
Perempuan Jumlah
2005 206.839 175.867 382.706 87.854 80.540 167.724 76.061 65.216 141.277
2006* 347.253 349.347 696.600 95.330 106.085 201.415 164.150 182.589 346.739
2007* 207.908 167.254 375.162 184.356 116.046 300.402 108.964 66.581 175.545
2011** 298.528 429.912 728.440 122.747 203.870 326.617 83.313 143.856 227.169
2012** 732.774 566.603 1.299.377 240.476 388.127 628.603 135.301 230.646 365.947
Sumber: BPS, Statistik Indonesia, 2008,2012, dan 2013Keterangan: * sampai dengan kuartal kedua
** semester 1
UPAH PEKERJA
Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Regional (UMR)
Sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 maka upah pekerja
disebut dengan istilah Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Propinsi (UMP).
Upah minimum tersebut ditetapkan oleh kepala daerah yaitu Gubernur untuk wilayah tingkat
provinsi, sedangkan Bupati/Walikota untuk wilayah tingkat Kabupaten/Kota, dengan
memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi atau Kabupaten/Kota. Beberapa
variable yang digunakan untuk menilai kelayakan UMR atau UMP di antaranya adalah
pertumbuhan ekonomi daerah, tingkat inflasi, serta Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) pekerja.
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tersebut juga ditegaskan bahwa setiap pekerja berhak
memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam
pengertian ini jumlah upah yang diterima pekerja mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja
beserta keluarganya secara wajar yang meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan,
kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua (UU No. 13/2003/pasal 88)
Perkembangan salah satu dasar pengenaan UMP atau UMR adalah kebutuhan hidup
pekerja. Terdapat perbedaan istilah dari komponen dalam menghitung kebutuhan hidup pekerja
tersebut. Tahun 1969-1995: memakai istilah Kebutuhan Fisik Minimum (KFM); Tahun 1996-
2005: memakai istilah Kebutuhan Hidup Minimum (KHM); Tahun 2006-sekarang: memakai
istilah Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
Tabel 6.2UMP, KHL, dan Pertumbuhan UMP (Ribuan Rupiah)
Tahun 2004-2012
Tahun Rata-rata UMP (Rp)
Rata-rata KHM atau KHL (Rp)
Pertumbuhan UMP (%)
Laju Inflasi (%)
2001 307.170 342.790 - 12,552002 362.740 416.890 18,09 10,032003 414.720 478.420 14,33 5,062004 458.500 494.940 10,56 6,402005 507.700 530.080 10,73 17,112006 602.150 749.310 18,60 6,602007 671.840 766.360 11,57 6,592008 743.174 849.180 10,62 11,062009 841.529 1.010.370 13,24 2,782010 908.824 1.068.000 8,00 6,962011 988.829 1.123.400 8,80 3,792012 1.088.903 1.123.690 10,12 4,30
Sumber: BPS Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012 dan Statistik Indonesia Tahun 2013