tenaga kerja

8
TANDA-TANDA PASAR (MARKET SIGNAL) Pasar tenaga kerja memiliki kemampuan untuk memberikan tanda atau indikasi kepada masyarakat tentang kondisi pasar kerja. Indikasi pasar tenaga kerja tersebut dikenal dengan istilah market signal (tanda-tanda pasar) yang diperlukan oleh masyarakat untuk menentukan langkah dalam menentukan pendidikan atau mencari lowongan keja. Adapun bentuk market signal tersebut di antaranya adalah: 1. Naiknya upah pekerja Jika pada jenis pekerjaan tertentu upah pekerja relative tinggi dibandingkan pekerjaan lainnya maka hal itu merupakan indikasi di pasar kerja masih terbukanya kesempatan kerja yang baik. Oleh karenanya melalui market signal tersebut masyarakat biasanya menentukan pendidikan atau mencari lowongan kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang memiliki upah tinggi tersebut . 2. Lama menunggu pekerjaan Indikator lama menunggu pekerjaan adalah cerminan kekuatan penyerapan pasar kerja terhadap angkatan kerja yang ada. Semakin lama waktu menunggu pekerjaan terjadi di pasar kerja pada pekerjaan tertentu berarti ada kejenuhan pasar kerja pada jenis pekerjaan tertentu dalam menyerap angkatan kerja. Hal itu merupakan market signal bagi angkatan kerja untuk memiliki jenis pekerjaan lainnya. 3. Semakin banyaknya bidang studi tertentu pada Perguruan Tinggi

description

esdm

Transcript of tenaga kerja

Page 1: tenaga kerja

TANDA-TANDA PASAR (MARKET SIGNAL)

Pasar tenaga kerja memiliki kemampuan untuk memberikan tanda atau indikasi kepada

masyarakat tentang kondisi pasar kerja. Indikasi pasar tenaga kerja tersebut dikenal dengan

istilah market signal (tanda-tanda pasar) yang diperlukan oleh masyarakat untuk menentukan

langkah dalam menentukan pendidikan atau mencari lowongan keja. Adapun bentuk market

signal tersebut di antaranya adalah:

1. Naiknya upah pekerja

Jika pada jenis pekerjaan tertentu upah pekerja relative tinggi dibandingkan pekerjaan

lainnya maka hal itu merupakan indikasi di pasar kerja masih terbukanya kesempatan kerja

yang baik. Oleh karenanya melalui market signal tersebut masyarakat biasanya menentukan

pendidikan atau mencari lowongan kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang memiliki

upah tinggi tersebut .

2. Lama menunggu pekerjaan

Indikator lama menunggu pekerjaan adalah cerminan kekuatan penyerapan pasar kerja

terhadap angkatan kerja yang ada. Semakin lama waktu menunggu pekerjaan terjadi di pasar

kerja pada pekerjaan tertentu berarti ada kejenuhan pasar kerja pada jenis pekerjaan tertentu

dalam menyerap angkatan kerja. Hal itu merupakan market signal bagi angkatan kerja untuk

memiliki jenis pekerjaan lainnya.

3. Semakin banyaknya bidang studi tertentu pada Perguruan Tinggi

Jika di tempat-tempat pendidikan (Perguruan Tinggi) dibuka bidang studi tertentu maka hal

itu dapat meruoakan market signal bahwa lulusan pendidikan tersebut sangat dibutuhkan

oleh pasar kerja.

4. Banyaknya penawaran lowongan kerja

Bilamana penggunaan jasa tenaga kerja membuka penawaran lowongan kerja di bidang

tertentu secara agresif maka hal itu merupakan market signal bahwa pengguna jasa tenaga

kerja membutuhkan banyak tenaga kerja. Peluang kerja ini akan dapat mempengaruhi

angkatan kerja untuk menawarkan jasanya pada jenis pekerjaan yang sangat

membutuhkannya.

PERMASALAHAN DI PASAR TENAGA KERJA

Page 2: tenaga kerja

Masalah yang seringkali muncul dalam pasar tenaga kerja dapat terjadi diantaranya

karena ketidakseimbangan faktor demand dan supply tenaga kerja. Jika dilihat

ketidakseimbangan faktor demand dan supply tenaga kerja maka kemungkinan yang terjadi

adalah:

Demand tenaga kerja lebih besar dibandingkan supplynya

Jika penawaran (supply) tenaga kerja tidak dapat mencukupi permintaan (demand)-nya

maka kelangkaan tenaga kerja tersebut dapat mempengaruhi output yang dihasilkan. Kekurangan

penawaran tenaga kerja tersebut dapat disebabkan oleh faktor penyedia tenaga kerja yaitu rumah

tangga atau karena terganggunya faktor mekanisme distribusi tenaga kerja. Informasi dan

ketidakmampuan tenaga kerja melakukan akses memperoleh informasi tersebut juga dapat

menjadi penyebab penawaran tenaga kerja terhambat.

Mobilitas tenaga kerja yang rendah juga menjadi penyebab kekurangberdayaan tenaga

kerja memiliki akses informasi tentang lowongan kerja. Faktor lainnya yang dapat menjadi

penyebab kelangkaan penawaran tenaga kerja di antaranya adalah ketidaksesuaian antara sistem

pendidikan dan latihan yang disiapkan untuk menyediakan sumberdaya manusia handal dengan

kebutuhan di sektor riil (sektor produksi). Atau sikap masyarakat yang justru tertarik pada jenis

pendidikan tertentu yang sudah jenuh karena lulusannya sulit dierap pasar, maka hal ini justru

kan berdampak pada beban pembangunan dengan munculnya pengangguran terdidik yang tidak

dapat diserap pasar kerja.

Permintaan tenaga kerja yang besar dan mendadak juga dapat menjadi penyebab

ketidakmampuan rumah tangga untuk segera menyediakan sumber daya manusia yang

dibutuhkan tersebut, karena penciptaan tenaga kerja memerlukan proses dan waktu. Upah yang

rendah akan dapat menyebabkan tenaga kerja kurang tertarik memenuhi permintaan yang ada

apalagi jika ditambahi dengan rumitnya persyaratan administrasi yang harus dipenuhi untuk

mengisi lowongan kerja yang tersedia tersebut.

Dampak dari kekurangmampuan rumah tangga dalam menyediakan tenaga kerja yang di

butuhkan diantaranya terlihat dari tidak tercapainya target output produksi. Secara makro hal ini

akan berpengaruh pada pendapatan nasional yang turun atau terjadinya perlambatan

pertumbuhan ekonomi nasional. Kelangkaan output di pasar juga akan menciptakan pengaruh

Page 3: tenaga kerja

pada kenaikan harga-harga barang dan jasa yng dikonsumsi masyarakat (inflasi). Minimalisasi

pengaruh kelangkaan tenaga kerja di antaranya dapat ditanggulangi oleh kemampuan subtitusi

teknologi dalam menggantikan keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses

produksi atau peningkatan produktifitas tenaga kerja melalui efektifitas kerja dan perbaikan

sistem manajemen produksinya.

Demand tenaga kerja lebih kecil dibandingkan supply-nya

Bilamana terjadi kondisi permintaan (demand) tenaga kerja lebih kecil dibandingkan

penawaran (supply) maka akan dihasilkan pengangguran. Data pada Tabel 6.1, terlihat bahwa

pencari kerja terdaftar di Indonesia baik laki-laki ataupun perempuan selama tahun 2005-2007,

dan 2011-2012 jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah lowongan kerja terdaftar.

Pada tahun 2012 semester 1, terjadi lonjakan yang besar baik pada pencari kerja, lowongan kerja

maupun penempatan tenaga kerja.

Di Indonesia data menunjukkan bahwa terjadi supply yang lebih besar dibandingkan

dengan demand tenaga kerja. Meskipun jumlah lowongan kerja mengalami kenaikan, ironisnya

jumlah lowongan kerja tersebut tidak semuanya dapat dipenuhi oleh penawaran tenaga kerja

yang ada. Terjadi ketidaksesuaian antara kemampuan tenaga kerja dengan persyaratan yang

diminta. Ini tampak dari jumlah lowongan kerja yang lebih besar dibandingkan penempatan

tenaga kerja yang terjadi baik untuk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

Page 4: tenaga kerja

Tabel 6.1Pencari Kerja Terdaftar, Lowongan Kerja Terdaftar,

dan Penempatan Tenaga Kerja di IndonesiaTahun 2005-2007 dan 2011-2012

Tahun Pencari Kerja Terdaftar (Orang)Lowongan Kerja Terdaftar

(Orang)

Penempatan Tenaga Kerja

(Orang)

Laki-

laki

Perempuan Jumlah Laki-

laki

Perempuan Jumlah Laki-

laki

Perempuan Jumlah

2005 206.839 175.867 382.706 87.854 80.540 167.724 76.061 65.216 141.277

2006* 347.253 349.347 696.600 95.330 106.085 201.415 164.150 182.589 346.739

2007* 207.908 167.254 375.162 184.356 116.046 300.402 108.964 66.581 175.545

2011** 298.528 429.912 728.440 122.747 203.870 326.617 83.313 143.856 227.169

2012** 732.774 566.603 1.299.377 240.476 388.127 628.603 135.301 230.646 365.947

Sumber: BPS, Statistik Indonesia, 2008,2012, dan 2013Keterangan: * sampai dengan kuartal kedua

** semester 1

UPAH PEKERJA

Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Regional (UMR)

Sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 maka upah pekerja

disebut dengan istilah Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Propinsi (UMP).

Upah minimum tersebut ditetapkan oleh kepala daerah yaitu Gubernur untuk wilayah tingkat

provinsi, sedangkan Bupati/Walikota untuk wilayah tingkat Kabupaten/Kota, dengan

memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi atau Kabupaten/Kota. Beberapa

variable yang digunakan untuk menilai kelayakan UMR atau UMP di antaranya adalah

pertumbuhan ekonomi daerah, tingkat inflasi, serta Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) pekerja.

Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tersebut juga ditegaskan bahwa setiap pekerja berhak

memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam

pengertian ini jumlah upah yang diterima pekerja mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja

Page 5: tenaga kerja

beserta keluarganya secara wajar yang meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan,

kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua (UU No. 13/2003/pasal 88)

Perkembangan salah satu dasar pengenaan UMP atau UMR adalah kebutuhan hidup

pekerja. Terdapat perbedaan istilah dari komponen dalam menghitung kebutuhan hidup pekerja

tersebut. Tahun 1969-1995: memakai istilah Kebutuhan Fisik Minimum (KFM); Tahun 1996-

2005: memakai istilah Kebutuhan Hidup Minimum (KHM); Tahun 2006-sekarang: memakai

istilah Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

Tabel 6.2UMP, KHL, dan Pertumbuhan UMP (Ribuan Rupiah)

Tahun 2004-2012

Tahun Rata-rata UMP (Rp)

Rata-rata KHM atau KHL (Rp)

Pertumbuhan UMP (%)

Laju Inflasi (%)

2001 307.170 342.790 - 12,552002 362.740 416.890 18,09 10,032003 414.720 478.420 14,33 5,062004 458.500 494.940 10,56 6,402005 507.700 530.080 10,73 17,112006 602.150 749.310 18,60 6,602007 671.840 766.360 11,57 6,592008 743.174 849.180 10,62 11,062009 841.529 1.010.370 13,24 2,782010 908.824 1.068.000 8,00 6,962011 988.829 1.123.400 8,80 3,792012 1.088.903 1.123.690 10,12 4,30

Sumber: BPS Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012 dan Statistik Indonesia Tahun 2013