Tempo

27
TEMPO.CO , Jember - Lembaga Penelitian Universitas Jember (Unej) mengagas berdirinya Republik Singkong. Gagasan itu dibahas dalam workshop bertema "Peluang Riset Strategis Berbasis Singkong untuk Mewujudkan Unej sebagai Pusat Riset Singkong di Indonesia", Kamis, 21 Maret 2013. "Kami menggali banyak topik riset berbasis singkong, mulai menyusun roadmap riset terkait pengembangan singkong untuk kemakmuran bangsa Indonesia," kata Ketua Lembaga Penelitian Unej, Achmad Subagio. Achmad Subagio menjelaskan potensi budi daya dan pengolahan singkong di Indonesia sangat besar dan hingga kini belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2012 produksi singkong nasional baru mencapai 25 juta ton. Daerah penghasil singkong terbesar adalah Lampung (8-9 juta ton), Jawa Timur (5 juta ton), Jawa Tengah (4 juta ton), Jawa Barat (3 juta ton), Sumatera Utara ( 2 juta ton), dan Nusa Tenggara Timur (sekitar 1,5 juta ton). "Masih ada jutaan hektare lahan tidur yang belum dimanfaatkan dan sangat potensial dijadikan tempat budi daya singkong," ujar Achmad Subagio. Selain budi daya, kata dia, riset dan pengembangan singkong hasil panen untuk beragam kebutuhan pangan juga masih perlu ditingkatkan. Itu sebabnya sangat dibutuhkan riset-riset yang berkaitan dengan penemuan varietas singkong unggul dan tahan penyakit, pemanfaatan lahan tidur, dan pengolahan singkong untuk beragam kebutuhan, seperti energi dan pangan nasional. "Beberapa negara seperti Kolombia dan Thailand sudah melakukannya sejak tahun 1980-an," kata penemu beras cerdas berbahan singkong itu. Yudi Widodo dari Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Kementerian Pertanian mengatakan, gagasan membentuk pusat riset singkong itu patut didukung. Sebab, saat ini riset-riset yang berkaitan dengan singkong kebanyakan untuk kebutuhan pangan, seperti tepung mocaf dan beras cerdas yang telah ditemukan Ahmad Subagio. Menurut Yudi, beberapa kajian menunjukkan bahwa singkong tidak hanya sebagai sumber pangan alternatif, namun juga untuk kebutuhan lainnya,

description

tugas hehe

Transcript of Tempo

TEMPO.CO,Jember- Lembaga Penelitian Universitas Jember (Unej) mengagas berdirinya Republik Singkong. Gagasan itu dibahas dalamworkshopbertema "Peluang Riset Strategis Berbasis Singkong untuk Mewujudkan Unej sebagai Pusat Riset Singkong di Indonesia", Kamis, 21 Maret 2013.

"Kami menggali banyak topik riset berbasis singkong, mulai menyusunroadmapriset terkait pengembangan singkong untuk kemakmuran bangsa Indonesia," kata Ketua Lembaga Penelitian Unej, Achmad Subagio.

Achmad Subagio menjelaskan potensi budi daya dan pengolahan singkong di Indonesia sangat besar dan hingga kini belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2012 produksi singkong nasional baru mencapai 25 juta ton.

Daerah penghasil singkong terbesar adalah Lampung (8-9 juta ton), Jawa Timur (5 juta ton), Jawa Tengah (4 juta ton), Jawa Barat (3 juta ton), Sumatera Utara ( 2 juta ton), dan Nusa Tenggara Timur (sekitar 1,5 juta ton). "Masih ada jutaan hektare lahan tidur yang belum dimanfaatkan dan sangat potensial dijadikan tempat budi daya singkong," ujar Achmad Subagio.

Selain budi daya, kata dia, riset dan pengembangan singkong hasil panen untuk beragam kebutuhan pangan juga masih perlu ditingkatkan. Itu sebabnya sangat dibutuhkan riset-riset yang berkaitan dengan penemuan varietas singkong unggul dan tahan penyakit, pemanfaatan lahan tidur, dan pengolahan singkong untuk beragam kebutuhan, seperti energi dan pangan nasional.

"Beberapa negara seperti Kolombia dan Thailand sudah melakukannya sejak tahun 1980-an," kata penemuberas cerdasberbahan singkong itu.

Yudi Widodo dari Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Kementerian Pertanian mengatakan, gagasan membentuk pusat riset singkong itu patut didukung. Sebab, saat ini riset-riset yang berkaitan dengan singkong kebanyakan untuk kebutuhan pangan, seperti tepungmocafdan beras cerdas yang telah ditemukan Ahmad Subagio.

Menurut Yudi, beberapa kajian menunjukkan bahwa singkong tidak hanya sebagai sumber pangan alternatif, namun juga untuk kebutuhan lainnya, seperti energi, pakan ternak, dan farmasi. "Bahkan juga bisa untuk industri tekstil, kertas, kemasan dan kosmetika," ucapnya.

Pemerintah berharap pusat riset singkong di Jember itu bisa merumuskan pengembangan budi daya dan pemanfaatan singkong untuk kebutuhan rakyat Indonesia. "Semacam riset terpadu, dari hulu sampai hilir, dari soal budi daya sampai pengolahannya untuk bermacam kebutuhan," tutur Yudi.

MAHBUB DJUNAIDY

Berita Terpopuler:Mengapa Ibas Laporkan Yulianis ke PolisiRamai-ramai Patok 'Kebun Binatang' Djoko SusiloEnam Pernyataan Soal Ibas dan YulianisSakit Hati, Tersangka D Bunuh Bos Servis KomputerJokowi Tak Persoalkan Hengkangnya 90 Perusahaan

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/21/079468442/Universitas-Jember-Gagas-Republik-Singkong

Jember (ANTARA News) - Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, akan menjadi pusat penelitian singkong di Indonesia berdasarkan tujuh riset unggulan yang sudah ditetapkan perguruan tinggi negeri setempat pada 2013.

Workshop bertema "Peluang Riset Strategis Berbasis Singkong Untuk Mewujudkan Unej Sebagai Pusat Riset Singkong di Indonesia" itu digelar di aula lantai 3 gedung rektorat kampus setempat, Kamis.

"Untuk menjadi pusat penelitian singkong nasional, kami mengawalinya dengan menggelar workshop tentang riset singkong," ujar Ketua Pusat Penelitian Pangan dan Pertanian Industrial Strategis (Puslit P2IS) Unej, Dr Yuli Hariyati MS.

Dalam workshop tersebut menghadirkan narasumber Ir Yudi Widodo dari Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kementerian Pertanian dan pakar singkong dari Unej yang sekaligus penemuModified Cassava Flour(mocaf) Prof Achmad Subagio.

Menurut dia, penelitian tentang singkong masih sangat potensial dan terbuka lebar bagi semua peneliti karena penelitian singkong tidak hanya milik peneliti dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian saja, namun milik seluruh peneliti di Unej.

"Penelitian singkong dapat dikaji dari berbagai aspek antara lain budidaya, pengolahan hasil, aspek sosial ekonomi, kesehatan, farmasi, teknik dan humaniora," katanya.

Sementara Prof Achmad Subagio mengatakan Lembaga Penelitian Unej menyatakan kesiapannya untuk mewujudkan PTN di Jember sebagai pusat penelitian singkong di Indonesia.

"Potensi budidaya dan pengolahan singkong belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, padahal produksi singkong di Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2012 tercatat produksi singkong nasional mencapai 25 juta ton," kata guru besar Unej itu.

Ia mengatakan Lembaga Penelitian Unej mencoba untuk menggali banyak topik penelitian berbasis singkong, mulai menyusun peta jalan penelitian terkait pengembangan singkong untuk kebutuhan pangan nasional.

Data yang dimiliki Prof Subagio mencatat bahwa daerah penghasil singkong terbesar adalah Lampung sebanyak 8-9 juta ton, Jawa Timur sebanyak 5 juta ton, Jawa Tengah sebanyak 4 juta ton, Jawa Barat sebanyak 3 juta ton, Sumatera Utara sebanyak 2 juta ton, dan Nusa Tenggara Timur sekitar 1,5 juta ton.COPYRIGHT ANTARA2013

http://www.antaranews.com/berita/364534/unej-pusat-penelitian-singkong-di-indonesia

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menghitung bahwa anggaran makan pada rapat dan kegiatan bisaditekansebesar 25 30 persen hanya dengan mengganti menu dengan singkong. Kebijakan menu baru berbahan singkong dan bahan makanan tradisional ini berkaitan dengan rencana Presiden Joko Widodo menghemat biaya rapat kementerian. Selain itu himbauan ini juga ditujukan untuk menggiatkan sektor pertanian di dalam negeri.Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi beras membuat singkong menjadi bahan pokok nomor dua. Kondisi ini bisa terlihat dari data konsumsi rata-rata per kapita per tahun bahan pangan di Indonesia. Konsumsi beras masih menjadi primadona meskipun konsumsinya mengalami penurunan tiap tahun sejak 2009 hingga 2013. Rata-rata satu orang di Indonesia mengongsumsi beras seberat 90 kg per tahun.Ketergantunganterhadap beras ini mengakibatkan neraca perdagangan pangan kita selalu mengalami defisit.Pada tahun 2014 lalu Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia melalui Badan Ketahanan Pangan menetapkan 2014 sebagai tahun singkong. Penetapan sebagai tahun singkong itu, menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan RI, Ahmad Suryana, sebagai langkah awal dalam menerapkan program nasional gerakan diversifikasi pangan. Untuk itu pemerintah menggalakkan program makan singkong sebagai pengganti nasi karena potensi singkong di Indonesia sangat besar.Permasalahannya adalahIndonesia sejak tahun 2007 masih melakukan impor singkong. Wakil Menteri Perdagangan saat itu Bayu Krisnamurthi di bulan Desember 2012 mengakui bahwa Indonesia mulai mengimpor singkong sejak 2007 lalu sebanyak 300 ribu ton, pada 2008 Indonesia mengimpor 160 ribu ton, pada 2009 impor 170 ribu ton, pada 2010 mengimpor 290 ribu ton, sertapada 2011 Indonesia mengimpor sebanyak 435 ton. Bayu memastikan Indonesia tidak mengimpor singkong dalam bentuk potongan singkong.Bayu beralasan bahwa saat ini kebutuhan tepung tapioka di Indonesia baru sanggup memproduksi sebesar 100 ribu ton per tahun. Selain itu, alasan lainnya adalah kualitas singkong di Indonesia belum memadai. Para petani menanam singkong hanya untuk mengisi lahan kosong dan tidak ada manajemen penanaman.Ketua Budidaya Singkong Himpunan Asosiasi Industri Singkong Indonesia John Waasberpendapatbahwa masalah yang dihadapi petani singkong adalah sulitnya mendapatkan pinjaman modal dari perbankan. Hanya kurang dari 1% petani yang memiliki akses kepada perbankan.Kebangkitan Singkong IndonesiaMenurut Menteri Pertanian Anton Priyantono pada bulan Juli 2014 lalu harga singkong (ubi kayu) mengalami peningkatan dan makin menarik dan menguntungkan karena memang banyak produk turunannya. Di tahun 2014 ini banyak tanaman singkong yang semakin luas arealnya yaitu sekitar lebih dari 1,06 juta hektar. Meski produktivitas singkong masih sekitar 20 ton per hektar, yang di tahun 2013 lalu sebesar 22,14 ton per hektar. Namun sebenarnya, potensi genetik singkong di Indonesia itu termasuk tinggi, rata-rata di atas 30-40 ton per hektar. Bahkan produktivitas singkong gajah di Kalimantan Timur bisa mencapai 120-140 ton per hektar. Pemerintah menargetkan produksi singkong pada 2014 mencapai 27,6 juta ton dengan luas lahan tanaman 1,5 juta hektare.Saat ini, Indonesia termasuk dari 3 (tiga) negara penghasil singkong terbesar di dunia. Dan Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara penghasil singkong terbesar di dunia karena diversifikasi budidaya singkong kita terus berkembang pesat. Untuk produksi ubi kayu tahun 2008 produksi 21.756.991 ton, dan tahun 2011 meningkat mencapai 24.044.025 ton. Lalu pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 23.936.921 ton. Jika dirata-rata dari tahun 2009, produktivitas naik sekitar 4,64 persen dan produksi naik sekitar 2,04 persen. Dan tahun ini diperkirakan sekitar 26 juta ton.Ke depan, pemerintah punya banyak konsep untuk mengembangkan serta menggenjot produksi singkong di dalam negeri. Pemerintah berjanji akan memberikan perlakukan yang sama antara singkong dengan komoditaspertanianpenting lainnya seperti beras dan kedelai.Menurut Direktur Pasca Panen, Kementerian Pertanian (Kementan) Pending Dadih Permana pada bulan Mei 2014 lalu ada program akselerasi kebun singkong sebanyak 9.300 hektar di tahun 2015 mendatang. Produksi singkong saat ini antara 18-20 ton/hektar seharusnya bisa ditingkatkan menjadi 30-40 ton/hektar. Kami mencoba dengan mikoriza yaitu campuran udang, terasi, usus yang menjadi mikroorganisme yang dapat bersimbiosis dengan singkong sehingga mencoba untuk meningkatkan profitas ubi kayu kitaSementara itu petani singkong mengakui bahwa dengan dijadikannya singkong sebagai menu wajib, terjadi kenaikan harga di tingkat petani. Kenaikan tersebut cukup besar yaitu menjadi Rp 1.450 per kilogram, ataunaiksebesar Rp 350.https://www.selasar.com/ekonomi/singkong-akan-menjadi-primadona-lagi

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWAJUDUL PROGRAMINTEGRATED COMMUNITY DEVELOPMENT RENDAHNYA HARGA JUAL SINGKONG DI INDONESIABIDANG KEGIATAN:PKM-GTDI USULKAN OLEH :SITI AMINAH : (2012210060311151)PENDIDIKAN MATEMATIKAUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2013PENDAHULUAN1.Latar Belakang MasalahIndonesia merupakan lima besar negara penghasil singkong terbesar di dunia. Potensi pertanian singkong sebesar 22,4 Juta ton pertahun belum menjadikan petaninya sejahtera. Hal ini ditunjukan dengan kecilnya harga jual singkong dari petani dibeberapa daerah di Indonesia. Namun, masih belum banyak yang mengetahui jika Indonesia merupakan lima besar produsen singkong terbesar di dunia . Harga pasar rata-rata singkong di Pulau Jawa mencapai 2000 rupiah perkilogram. Sedangkan harga jual singkong dari petani di Lampung hanya 175 rupiah perkilogram. Data statistik menunjukan bahwa propinsi Lampung merupakan penghasil singkong terbesar di Indonesia sebesar 7.835.180 ton pertahun, dibandingkan dengan propinsi Jawa Tengah sebesar 3.642.080 ton pertahun. Keadaan pasar yang terus berkembang menjadikan permintaan dunia akan produk organik mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah semakin banyaknya limbah industri yang mencemari lingkungan. Terjadinya peralihan perilaku menjadi green consumers (konsumen produk hijau, bebas bahan kimia) menjadikan sebuah segmentasi baru yang potensial untuk pemasaran produk organik. Kekhawatiran yang terjadi pada masyarakat dunia akan ketidak-higienisan produk dari bahan agrokimia (pestisida dan zat kimia lain) berupa produk hijau yang aman untuk kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi untuk memperkuat internal petani singkong serta strategi keluar dalam menangkap peluang green consumers.2.TujuanKarya tulis ini bertujuan merumuskan konsep untuk meningkatkan nilai jual produk singkong Indonesiadan pengembangan pertanian singkong yang implementatif, efektif dan efisien dalam mengembangkan potensi singkong Indonesia sesuai dengan permintaan yang ada.3.Manfaat Karya tulis ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan masyarakat tentang potensi singkong dan produk berbasis singkong serta pengembangan kebijakan dalam bidang-bidang yang menunjang peningkatan kualitas produksi pertanian, bidang pertanian, pariwisata, serta kebijakan luar negeri Indonesia.GAGASAN1.Sub Kondisi Saat Ini Dengan melihat dari keadaan kondisi saat ini seperti sekarang ini harga beras naik sekitar Rp 7000 sampai Rp 9000. Dengan naiknya harga beras ini sebagian orang-orang saat ini juga banyak yang membeli singkong sebagai pengganti beras untuk di masak setiap hari. Saat ini harga singkong sekitar Rp 2000. Jadi dengan uang Rp 2000 sudah bisa membeli singkong sebagai pengganti beras. Tetapi masih banyak juga orang-orang yang tidak suka makan singkong karena seperti orang yang tidak pernah tahu kalau singkong juga bisa di olah menjadi nasi, maka dia tidak akan mau memakannya.2.Solusi dari Orang Lain Poly Lactic Acid (PLA) Plastik Bio-Degradable Berbasis SingkongPoly Lactic Acid (PLA) berbasis singkong merupakan hasil pemikiran dari seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Tito Tegar pada tahun 2009. Poly Lactic Acid (PLA) adalah polimer dari sumber yang terbarui dan berasal dari proses esterifikasi asam laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri dengan menggunakan substrat pati atau gula sederhana (Bastioli dalam Tegar, 2009). Singkong merupakansalah satu hasil bumi yang memiliki potensi besar untuk dijadikan PLA berwujud plastik kemasan atau perabot, seperti jerigen, peralatan makan dan tas belanja. Teknologi MOCAF (Modified Cassava Fluor) Pengganti Tepung TeriguMOCAF (Modified Cassava Fluor) merupakan tepung inovatif berbahan dasar singkong yang menyerupai dan mampu diolah selayaknya tepung terigu. MOCAF merupakan hasil penemuan Dr. Ahmad Subagyo dari Fakultas teknologi Pertanian Universitas Jember. Saat ini perkembangan teknologi MOCAF ini terpusat di Trenggalek Jawa Timur. MOCAF berasal dari modifikasi sel singkong yang 100% mampu mensubtitusi tepung terigu sebagai bahan makanan kering serta kurang lebih 50% untuk bahan makanan basah. Nilai ekonomis ini setara dengan perkembangan Sentra Pertanian Agirbisnis Terpadu (SPAT) dengan produk bakpao singkong dan beragam jenis olahan singkong lainya. Bio-Ethanol Berbasis Singkong Solusi Energi Alternatif DuniaProduk olahan lain berupa chip singkong untuk berbagai keperluan dalam negeri dan luar negeri. Satu ton singkong dapat diolah menjadi 300 kilogram chip singkong yang memiliki nilai jual Rp 2.350,- perkilogram chip. Artinya untuk setiap hektar dengan kapasitas 11,43 ton mampu menghasilkan penjualan sebesar Rp 8.058.150,-. Chip singkong ini dapat diolah menjadi Bio-ethanol maupun diekspor langsung ke luar negeri seperti China. Program dalam bidang pertanian yang telah dilakukan oleh PTFI adalah pengembangan wirausaha pertanian bagi masyarakat dengan melakukan kemitraan dengan Yayasan Jayasakti Mandiri (YJM). Program yang dilakukan di satuan pemukiman (SP) 9 dan 12 ini, terbukti efektif bagi masyarakat. Strategi ini bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi usahawan tani yang mandiri. Masyarakat didorong untuk memiliki tanggung jawabdan diberikan kesadaran bahwa suatu saat mereka harus bekerja mandiri penuh tanpa dukungan dari PTFI. Untuk mengkondisikan hal ini, pihak PTFI melakukan komunikasidengan masyarakat dalam berbagai kesempatan untuk menjelaskan bahwa suatu waktu mereka harus mandiri tanpa dukungan langsung dari perusahaan. Pada awalnya, masyarakat diperkerjakan untuk membangun dan mengembangkan pusat pertanian dan bersamaan dengan itu diberi pinjaman dalam bentuk bibit pertanian untuk dikembangkan di lahan masing-masing.3.Komentar Solusi dari Orang LainSolusi di atas sudah efektif dan solusi di atas itu sudah memberi tahu agar menjadikan nilau jual singkong meningkat dengan di jadikan bahan-bahan yang nilai jualnya mahal. Dan dari solusi di atas memberi tahu juga agar kita itu bisa menjadi usahawan tani yang mandiri. Pihak PTFI juga sudah siap untuk memberi pinjaman bibit untuk di kembangkan di lahan masing-masing. Solusi di atas lebih baik lagi jika lahannnya juga di pinjami oleh pihak PTFI, karena biasanya ada orang ingin menanam bibit itu tetapi tidak ada lahannnya.4.Solusi dari Kita SendiriBerdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan orang lain, maka upaya terobosan untuk meningkatkan nilai jual singkong dapat dilakukan melalui strategi sebagai berikut: Pengembangan Internal:- Integrated Community Development petani singkong Indonesia dengan stakeholder terkait. Penerapan pertanian organik singkong di Indonesia. Perbaikan distribusi hasil pertanian singkong Indonesia. Penerapan teknologi hasil karya anak bangsa untuk peningkatan kesejahteraan, seperti PLA, MOCAF dan Bio-Ethanol. Penerapan kebijakan pemerintah yang menunjang program internal. pengembangan eksternal: Pendidikan segmentasi green consumer dengan fokus produk yang beragam.Strategi di atas merupakan solusi yang mampu menjawab permasalahan yang terjadi. Strategi di atas mengulangi persoalan pembelian singkong murah oleh tengkulak, menjadikan hasil pertanian singkong bernilai tinggi untuk para konsumen hijau dunia, mampu menjadi ajang aktualisasi prestasi dan penemuan anak bangsa melalui teknologi yang dihasilkan serta mampu menjadi suatu gerakan terpola dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa Indonesia.5.Pihak yang Terkait Lembaga penelitian : Melakukan riset metode pertanian organik yang sesuai dan mampu menghasilkan output berkualitas. Dinas Pekerjaan Umum : Perbaikan akses infrastruktur jalan dari petani kepada konsumen yang akan dipergunakan oleh distributor dalam mengirimkan barangnya. Universitas / Institut pertanian : Melakukan riset bibit unggul yang sesuai dengan karakteristik pertanian organik Indonesia, serta riset mengenai potensi pasar dan rencana bisnis. Pemerintah : Kebijakan dan arahan untuk konversi lahan pertanian menjadi lahan organik dan Melakukan pelatihan tentang pertanian organik secara bertahap kepada petani singkong. Bank : Memberikan pinjaman uang untuk memulai usaha. Distrbutor : Menentukan daerah tujuan operasi di dalam dan luar negeri untuk memasarkan output produk Tujuan distribusi utama adalah luar negeri untuk menjawab permintaan green consumers di dunia.6. Langkah-langkahnya Adanya riset berkelanjutan dalam pengembangan pemanfaatan singkong Indonesia. Pemerintah menggandeng lembaga surveyor untuk mendapatkan data spesifik karakteristik keinginan green consumers tehadap beberapa pilihan produk olahan singkong organik yang akan di ekspor. Pemerintah segera membeli hak cipta produk olahan singkong seperti MOCAF yang mampu menjadi tumpuan hajat hidup orang banyak seperti yang tertuang dalam UUD 1945. Adanya pertimbangan pembuatan UU yang mengatur bahwa penemuan yang bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak dapat dikelola oleh Negara, dengan tidak mengabaikan kompensasi untuk penemunya. Komitmen antara pemerintah dan petani untuk menjadikan Indonesia mampu mengolah produk singkong menjadi bernilai jual lebih tinggi sehingga mampu menembus pasar luar negeri. Diperlukan riset untuk memperjelas tujuan, biaya, manfaat, dan dampak dari strategi penjualan ke luar negeri .Baca selengkapnya MENINGGALKAN KOMENTARPOSTED IN:UNCATEGORIZEDRESENSI NOVEL MAMAMOPUBLISHEDJANUARI 11, 2013BYSITIAMINAHPUNYA Persahabatan, Cinta dan Dendam

1. Judul : Mamamo2. Tahun Terbit : September 20123. Penulis : Sara tee4. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama 5. Cetakan : Pertama 6. Tebal : 224 Halaman 7. Harga : Rp 38.000Gara-gara Freya, boneka monyet Nerisa tersangkut di pohon. Saat Nerisa menangis, Freya malah menyuruhnya memanjat dan mengambil Momo sendiri. Tapi Nerisa, yang tak bisa memanjat, akhirnya jatuh dari pohon dan kakinya patah.Sebelum pergi berobat keluar negeri, Nerisa menitipkan Momo pada Freya, sahabatnya itu. Dia bilang dia akan kembali untuk mengambil Momo.Bertahun-tahun kemudian, Nerisa memang kembali. Namun, kakinya pincang. Banyak orang mengolok-olok dan menatapnya dengan iba. Wajah cantik tapi kaki tidak sempurna. Bahkan Billy, pria yang sangat di cintainya, memutuskan hubungan karena kaki nerisa yang pincang.Akhinya Nerisa kembali ke Indonesia karena Nerisa merindukan Freya dan dia juga satu sekolah dengan Freya. Tapi Freya cuek dengan Nerisa karena kejadian tujuh tahun yanglalu. Nerisa dengan sabar menghadapi sikap Freya yang cuek. dan akhirnya Freya danNerisa baikan setelah mengalami kejadian malam-malam Freya di hajar sampai babak belur dan nerisa menolongnya.Ternyata Nerisa menyimpan dendam terhadap Freya. Dan pada saat libur di puncak Nerisa dengan sengaja menjatuhkan Freya dalam jurang. Satelah Freya sembuh Nerisa merasa bersah terhadap Freya dan Freya juga memaafkan Nerisa.

https://sitiaminahpunya.wordpress.com/2013/01/11/54/#more-54

PT Wira Jatim Group, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provisi Jawa Timur, akan membangun p abrik tepung Tapioka di Desa Margosuko, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban.Pabrik tepung PT Cassava Buana Wira Jatim dibangun di atas lahan seluas 10 hektar di Jalan Raya Bancar Tuba menuju Rembang, Jawa Tengah.Konsep pembangunan pabrik tapioka tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Jatim. Menurut Presiden Direktur Wira Jatim Group, Arif Aff andi di Surabaya, Rabu (7/3), k apasitas produksi pabrik sekitar 37.500 ton tepung per tahun.Produk tapioka dipasok untuk memenuhi kebutuhan PT Cheil Jedang Indonesia di Pasuruan yang memerlukan sekitar 850 .000 ton per per tahun. Memang masih banyak kekurangan, dan selama ini diimpor dari Vietnam, Kamboja, Laos dan Thailand .Menurut Arif, PT Cassava Buana Wira Jatim telah memiliki tanaman singkong seluas 2.000 hektar. Lahan milik rakyat dan Perhutani itu tersebar di Kabuparten Gresik, Tuban, Bojonegoro dan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kendati demikian pabrik masih membutuhkan pasokan singkong dari masyarakat. Setiap hari harus tersedia minimal 500 ton singkong untuk digiling.Kendati pabrik belum beroperasi, respon dan harapan masyarakat cukup besar. Bahkan warga Desa Demit, Kecamatan Jotirogo sudah mulai menanam singkong, karena hasilnya menjanjikan.Sedangkan lahan di Gresik, melibatkan kalangan Pondok Pesantren untuk menanam singkong. Paling tidak dengan keberadaan pabrik tapioka, sekitar 2 .000 tenaga kerja akan terserap belum termasuk petani yang secara mandiri mengembangkan lahannya untuk ditanami singkong .Pimpinan Wilayah PT Bank Himpunan Saudara 1906 Arianto hartoyo mengatakan, pendirian pabrik hingga beroperasi dibiayai melalui pengucuran k redit investasi sebesar Rp 29 miliar.Pemberian kredit sudah melaui proses berdasarkan ketetuan ananila kredit dan risiko. Proyek ini layak dan aman karena 100 persen saham milik Pemprov Jatim, katanya. kompas.comhttp://bappeda.jatimprov.go.id/2012/03/08/wira-jatim-bangun-pabrik-tapioka/

Produksi Singkong Nasional03:28 WIB |Senin, 08 September 2014| Mentan Menyapa, Editorial |Penulis : Kontributor

Pembaca. Petani di manapun Anda berada.Alhamdulillah, saat ini harga singkong (ubi kayu) menarik dan menguntungkan karena memang banyak produk turunannya. Sekarang banyak tanaman singkong yang semakin luas arealnya yaitu sekitar lebih dari 1,06 juta hektar. Meski produktivitas singkong masih sekitar 20 ton per hektar, tahun kemarin (2013) sebesar 22,14 ton per hektar. Namun sebenarnya, potensi genetik singkong di Indonesia itu termasuk tinggi, rata-rata di atas 30-40 ton per hektar. Bahkan produktivitas singkong gajah di Kalimantan Timur bisa mencapai 120-140 ton per hektar. Tantangan lainnya adalah siklus tanam singkong yang panjang mencapai 10 (sepuluh) bulan yang terkadang ada petani yang enggan mengembangkan pertanaman singkong. Dan ini menjadi tugas kita untuk mengatasinya mulai dari ketersediaan lahan, varietas unggul, teknologi budidaya, bantuan permodalan hingga kemitraan.Saat ini, Indonesia termasuk dari 3 (tiga) negara penghasil singkong terbesar di dunia. Dan Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara penghasil singkong terbesar di dunia karena diversifikasi budidaya singkong kita terus berkembang pesat. Untuk produksi ubi kayu tahun 2008 produksi 21.756.991 ton, dan tahun 2011 meningkat mencapai 24.044.025 ton. Lalu pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 23.936.921 ton. Jika dirata-rata dari tahun 2009, produktivitas naik sekitar 4,64 persen dan produksi naik sekitar 2,04 persen. Dan tahun ini diperkirakan sekitar 26 juta ton.Kita juga patut berbangga hati karena ekspor singkong yang semakin lama, permintaannya semakin tinggi, bahkan diperkirakan tahun ini akan meningkat hingga 2 (dua) kali lipat dari tahun sebelumnya. Tujuan ekspor ubi kayu ke China, Korea dan pasaran Eropa. Total ekspor singkong tahun 2002 sampai 2011 mencapai 2.554.194 ton senilai 349.309 dolar AS, kalau impor tahun 2002 sampai 2011 mencapai 1.480 080 ton senilai 402.418 dolar AS. Volume ekspor dalam bentuk gaplek, tapioka, chip dan bentuk lainnya tahun 2008 mencapai 108.590 ton dengan nilai US$ 27.251. Sementara impor tahun 2008 mencapai 64.443 ton dengan nilai US$ 11.754. Pada tahun 2011 volume ekspor 125.260 ton senilai US$ 57.865 sementara volume impor tahun 2011 mencapai 98.023 ton senilai US$ 53.496.Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan teknologi produksi singkong yang mencakup penyiapan lahan dan bibit; pola, waktu dan cara tanam; pengendalian erosi; populasi tanaman dan jarak tanam; pengendalian gulma; pemupukan; pengendalian hama dan penyakit; dan panen. Termasuk menyediakan varietas unggul adalah yang mempunyai karakteristik : a) berkadar pati tinggi, b) potensi hasil tinggi, c) tahan tekanan cekaman biotik dan abiotik, serta d) fleksibel dalam usahatani dan umur panen.Dari sekitar enam belas varietas unggul ubi kayu yang telah dilepas Kementerian Pertanian, ada empat varietas yang memiliki karakter sesuai dengan kriteria tersebut yaitu : varietas Adira-4, Malang-6, UJ-3 (Thailand), dan UJ-5 (Cassesart). Termasuk varietas lokal Barokah. Adira-4 memiliki kandungan pati 25-30%, tahan penyakit layu, potensi hasil 25-40 ton/ha dan umurnya 8 bulan. Sedangkan varietas Malang-6 memiliki kandungan pati 25-32%, potensi hasil 35-38 ton/ha dan agak tahan hama kutu merah serta mempunyai umur 9-10 bulan. Varietas UJ-3 memiliki kandungan pati 25-30%, potensi hasil 35-40 ton/ha, tahan penyakit bakteri dan umur mencapai 8-10 bulan. Varietas UJ-5 memiliki kadar pati 30-36%, potensi hasil 45-60 ton/ha, tahan penyakit bakteri dan mempunyai umur 9-10 bulan. Adapun klon lokal Barokah memiliki kadar pati 25-30%, potensi hasil 35-40 ton/ha dan mempunyai umur 9-10 bulan.Saya menghimbau kepada para petani singkong untuk memilih varietas singkong unggul dengan potensi hasil yang tinggi sesuai dengan daerah dan tujuan produksinya nanti. Untuk konsumsi langsung bisa memilih varietas yang rasanya enak (manis) seperti Adira 1 atau Malang 1, jika menanam untuk diolah lebih lanjut untuk tepung atau pati Anda bisa memilih varietas Adira 4, Malang 4, Malang 6, UJ 3 dan UJ 5.Mudah-mudahan ke depan, semoga saja diversifikasi produk singkong kita mampu memenuhi kebutuhan industri yang memiliki permintaan akan jenis singkong tertentu.Pembaca, pemerintah akan terus mendorong produktivitas singkong sepanjang 2015-2019 mendatang. Dari posisi saat ini hanya sekitar 18-20 ton per hektar, menjadi sekitar 30-40 ton per hektar. Mulai dari kemudahan berusaha dan membuka lahan baru. Selain itu, pemerintah akan memperbaiki efisiensi rantai nilai perdagangan singkong. Caranya, dengan membangun sistem dan persaingan yang sehat. Kami juga akan memantau harga produk-produk ubi kayu di pasar. Impor hanya akan dilakukan jika dalam negeri membutuhkan sementara pasokannya kurang.Hal ini tentu saja bersesuaian dengan rencana strategis Kementerian Pertanian 2015-2019, yang menetapkan singkong sebagai satu komoditas unggulan yang produksinya akan ditingkatkan secara nasional. Program akselerasi pertumbuhan kebun singkong ini sebanyak 9.300 hektar di tahun 2015 mendatang. Dengan begini, tentu saja saya berharap Indonesia tak perlu mengimpor singkong untuk memenuhi kebutuhan terutama untuk industri dalam negeri.Insya Allah, singkong yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia akan semakin berjaya dan berpotensi menjadikan Indonesia sebagai produsen singkong terbesar di dunia. Pada saat yang sama, kita berharap, petaninya juga akan jauh lebih sejahtera.Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066Editor : Julianto

Singkong Aneka Rasa ala Firmansyah07:20 WIB |Kamis, 05 Februari 2015| Olahan Pasar, Non Komoditi |Penulis : Nuraini Ekasari sinaga

Firmansyah Budi, pengusaha pangan lokal, membuktikan bahwa produk lokal mampu bersaing bahkan lebih baik dari produk-produk luar. Keprihatinan terhadap produk berbahan dasar lokal Indonesia, membuat pria 33 tahun ini menciptakan inovasi baru dari bahan dasar singkong.Sebagai hasil bumi Indonesia ini, singkong selain mudah ditemukan, ternyata juga memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan. Namun sayangnya, beberapa masyarakat masih memandang sebelah mata karena kesan yang masih dianggap kampungan.Firmansyah yang lulusan Sarjana Hukum ini, sejak lulus kuliah tahun 2004 dan bergabung dengan LSM bidang pembangunan komunitas (community development) tergerak mengembangkan usaha berbahan baku singkong karena hingga kini Indonesia masih terus mengimpor gandum. Padahal Indonesia merupakan negara penghasil singkong terbesar ketiga di dunia setelah Brazil.Dengan latar belakang tersebut, akhirnya Firman bertekad mengembangkan produk lokal menjadi produk bernilai ekonomis tinggi. Dengan satu gerobak pinjaman ibunya dan modal awal Rp 200 ribu, Firman memulai membangun bisnis makanan olahan singkong dengan nama Tela Krezz.Dengan keyakinan bahwa produk olahan singkong tersebut memiliki prospek yang sangat bagus, Firman terus berusaha mengembangkan produk Tela Krezz tersebut dengan sistem kemitraan. Akhirnya keyakinannya itu terwujud dengan Tela Krezz yang telah memiliki ratusan mitra dengan omset yang luar biasa.Saya melakukan uji coba beberapa kali sampai menemukan resep untuk membuat singkong lunak seperti kentang. Singkong yang sudah lunak itu diberi aneka bumbu sehingga rasanya bervariasi, ujarnya. Kini singkong hasil inovasi Firmansyah sudah berkembang menjadi 14 jenis rasa.Dengan modal awal itu pula Firman berupaya memperkenalkan produknya secara massal kepada konsumen. Arena pameran menjadi media ampuh dalam berpromosi. Sejak mengikuti beberapa pameran, pesanan terus mengalir dari dalam dan luar Yogyakarta, termasuk Jawa Tengah.Di setiap provinsi yang menjadi lokasi waralaba terdapat satu pewaralaba yang sekaligus menjadi pemasok bumbu ke pewaralaba lainnya di wilayah itu. Untuk menjadi pewaralaba sekaligus pemasok, total biaya yang dikenakan sebesar Rp 12-15 juta, sesuai lokasi.Untuk membuka gerai baru, komunikasi dengan para calon klien dilakukan Firman hanya lewat telepon seluler atau surat elektronik (e-mail). Awalnya, Firman mengakui, bisnis dengan pola komunikasi yang mengandalkan sarana elektronik itu menuai keraguan calon mitra, khususnya di daerah luar Jawa.Namun, Firman membuktikan, bisnis adalah sebuah kepercayaan. Kepercayaan itu diwujudkan tidak hanya dalam menjaga mutu produk dan kecepatan waktu pelayanan, melainkan mengedepankan manfaat bagi sesama.Ketepatan waktu dibuktikan dengan pembukaan gerai dalam waktu 14 hari sejak transaksi. Untuk memperluas kemitraan, ia memberi bonus bagi pemegang lisensi yang menambah mitra usaha dan agen. Dengan prinsip saling berbagi dengan mitra dan agen, niscaya usaha kita akan maju bersama-sama, ucap Firman.Di setiap wilayah, singkong yang diolah rata-rata mencapai 300-500 kilogram per hari. Sejumlah 300-500 kilogram singkong itu menghasilkan 1.200 sampai 2.000 bungkus. Usahanya kini berkembang di 32 kabupaten dan kota, di antaranya Nunukan, Malang, Samarinda, Balikpapan, Medan, Jambi, Batam dan Banjarmasin. Omzet total usaha berpola waralaba itu mencapai Rp 300 juta/bulan.Produk BaruSukses dengan produk Tela Krezz, dibawah bendera Tela Corporation, Firman sebagai pemilik jaringan waralaba Tela Corporation membuat produk baru. Masih dengan bahan dasar singkong Firman menciptakan produk Tela Cake yang dia beri nama Cokro.Firman mengatakan, membuat tela cake membutuhkan proses yang cukup panjang dengan trialanderrorberulang kali. Sebab, tidak semudah membuat roti dari bahan gandum. Selain itu referensi membuat cake berbahan singkong masih jarang ada, sehingga dia harus berusaha sendiri mencari resep. Cara pengolahannya juga harus benar-benar sempurna, sehingga menghasilkan cake yang istimewa.Kini Tela cake tersedia dalam berbagai macam varian rasa cake yang menggoda seperti mocca, kacang, blueberry, coklat, strawberry dan keju. Dengan model Cake (Roti) Cokro, Tela Cake berhasil memadukan citarasa khas tradisional Yogya. Rasa yang lezat, dengan citarasa modern dan sophisticated. Cokro Tela Cake menyatukan aspek tradisional dan modern dalam satu citarasa produk lezat yang bisa dinikmati semua kalangan masyarakat, katanya. Echa/Yulhttp://tabloidsinartani.com/content/read/singkong-aneka-rasa-ala-firmansyah/

Ubi Kayu Adira 4, Disayang Setelah Dibuang08:09 WIB |Rabu, 18 September 2013| Pangan, Komoditi |Penulis : Kontributor

Keterbatasan lahan ternyata tak menyurutkan niat petani di Kelurahan Penfui Kota Kupang untuk berusaha tani. Buktinya lahan tidur milik pangkalan udara TNI AU Eltari Kupang seluas 56 ha mampu dioptimalkan kelompok tani untuk berbagai kegiatan usaha tani.Beberapa komoditi yang diusahakan pada musim hujan yakni budidaya jagung, kacang tanah dan ubi kayu. Dari sejumlah komoditi yang diusahakan petani, ternyata tanaman ubi kayu jenis Adira 4 yang mempunyai prospek cukup cerah, karena banyak permintaan dari industri.Permintaan ubi kayu, khususnya gaplek cukup tinggi. Bahkan perusahaan berani menampung berapapun hasil yang dimiliki petani guna memenuhi kebutuhan industri, khususnya kosmetik. Ubi jenis ini memiliki kelebihan yakni masa panen cukup singkat yaitu hanya 6-8 bulan dan produktivitasnya tinggi hingga 34 ton/ha.Sayangnya ubi kayu Adira 4 memiliki satu kekurangan yaitu petani tidak bisa mengkonsumsi langsung. Sebab, kadar sianidanya tinggi. Padahal petani di wilayah tersebut berharap ubi kayu tersebut bisa dikonsumsi langsung sekaligus dapat dijual untuk memenuhi permintaan pasar.Dalam rangka memenuhi bahan baku untuk kebutuhan industri, Dinas Pertanian Kota Kupang sejak dua tahun terakhir mencoba mengembangkan ubi kayu jenis Adira 4 untuk kelompok tani yang memiliki lahan yang cukup luas. Kebutuhan ubi jenis ini baru meningkat dua tahun terakhir seiring dengan permintaan yang terus bertambah pula.Sebetulnya petani kurang berminat untuk mengembangkan ubi Adira 4 karena pengalaman tahun lalu di Kelurahan Naimata petani dirugikan mitra yang tak kunjung membeli hasil panen. Selain itu, ubi ini tidak bisa dikonsumsi langsung masyarakat karena rasanya yang pahit, meski sudah direndam. (Yoseph Darius, BKPP Kota Kupang, NTT)http://tabloidsinartani.com/content/read/ubi-kayu-adira-4-disayang-setelah-dibuang/

Tiwul Singkong04:40 WIB |Senin, 15 Desember 2014| Kolom, Agri Wacana |Penulis : Kontributor

Tiba-tiba saja makanan berbahan baku singkong naik daun bahkan masuk istana negara dan meja para pejabat. Himbauan untuk menggunakan makanan lokal dalam setiap acara kenegaraan di pusat maupun daerah telah mengangkat martabat singkong, ubi jalar, kacang tanah, tiwul dan sejumlah makanan tradisional lainnya. Fenomena ini sangat menarik dicermati karena telah membangkitkan kembali aneka makanan yang lama terkubur dan terkesampingkan dari tradisi makan masyarakat. Salah satu yang mendapat berkah naik martabat adalah makanan bernama tiwul.Tiwul, makanan tradisional yang terbuat dari singkong pernah menjadi makanan legendaris yang selalu lekat diingatan banyak orang. Tiwul seolah menjadi simbol keprihatinan, perjuangan dan keberpihakan pada rakyat kecil. Tiwul yang pernah menjadi makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat pedesaan di era perjuangan dan awal kemerdekaan adalah simbol kekuatan melawan keterbatasan dan kemiskinan. Tiwul menjadi pengganjal perut jutaan orang ketika tidak ada makanan lain yang bisa menjadi pilihan. Dengan segala keterbatasannya tiwul adalah kemewahan yang lezat dan menguatkan bagi siapapun yang bisa menikmatinya.Namun kini tiwul seolah telah lenyap ditelan bumi. Sulit menemukan makanan khas ini, baik di dapur keluarga maupun di pasar-pasar. Kalau pun ada satu atau dua pedagang yang menjual di pasar biasanya hanya sebagai pelengkap dagangan, dia terselip di antara beberapa makanan lainnya. Ironisnya, banyak orang juga sudah melupakan tiwul. Jangankan anak-anak yang sama sekali tidak memiliki ikatan kesejarahan dengan tiwul, para orangtua yang dulu sangat akrab dengan tiwul juga sudah melupakannya. Mereka tidak lagi merindukan tiwul bahkan mungkin sudah menghapuskan dari jejak memori ingatannya.Selain tergantikan perannya oleh nasi dari beras, lenyapnya tiwul dari jagad makanan Indonesia juga disebabkan oleh masuknya budaya makan roti dan kue berbahan baku terigu.Setiap tahun hampir 6 juta ton gandum diimpor untuk memenuhi kebutuhan roti dan kue seluruh rakyat. Bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan impor terigu kita sudah menembus angka 10 juta ton.Artinya, karena kesalahan kebijakan dalam pengelolaan pangan negara ini menjadi sangat bergantung pada bahan pangan impor. Mengapa kita tidak mengoptimalkan penggunaan singkong, jagung, ubi dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat?http://tabloidsinartani.com/content/read/tiwul-singkong/

Teknologi Budidaya Singkong07:38 WIB |Kamis, 07 Agustus 2014| Pangan, Komoditi |Penulis : Kontributor

Tanaman ubikayu atau singkong sebagian besar dikembangkan secara vegetatif yakni dengan setek. Jenis bahan tanaman (varietas/klon) singkong yang banyak ditanam di Lampung antara lain adalah varietas UJ-3 (Thailand), varietas UJ-5 (Cassesart), dan klon lokal (Barokah, Manado, Klenteng).Varietas UJ-3 banyak ditanam petani karena berumur pendek. Namun kadar pati varietas ini lebih rendah sehingga menyebabkan tingginya rafaksi (potongan timbangan) saat penjualan hasil di pabrik. Hasil kajian BPTP Lampung menunjukkan bahwa varietas UJ-5 mampu berproduksi tinggi dan memiliki kadar pati yang tinggi pula. Beberapa varietas atau klon singkong yang banyak ditanam antara lain seperti tertera pada tabel berikut :Varietas/KlonUmur (bulan)Kadar Pati (%)Produksi (ton/ha)Sistem Tanam

UJ-3 (Thailand)8-1025-3035-40Rapat (70X80 cm)

UJ-5 (Cassesart)10-1245-6045-60Double row

Malang-69-1035-3235-38Rapat (70X80 cm)

Barokah9-1025-3035-40Double row

Cara TanamCara tanam yang banyak diaplikasikan petani adalah sistem tanam rapat dengan jarak tanam 70 x 80 cm. Cara tanam ini memiliki banyak kelemahan antara lain penggunaan bahan tanaman dalam jumlah besar (18.000 tanaman/ha) dan produktivitas rendah (18-22 ton/ha). Hasil kajian BPTP Lampung menunjukkan bahwa penggunaan sistem tanam double row dengan variates UJ-5 mampu menghasilkan 50-60 ton/ha.Adapun cara penanaman singkong sistem double row adalah sebagai berikut :Penggunaan Bibit UnggulSetek untuk bibit tanaman adalah varietas UJ-5 yang diambil dari tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan. Jumlah bibit per hektar dengan sistem tanam double row adalah 11.700 tanaman. Panjang setek yang digunakan adalah 20 cm.Pengolahan TanahTanah diolah sedalam 25 cm dapat dilakukan dengan mencangkul, membajak dengan ternak dan traktor. Dibuat guludan atau bedengan dengan jarak ganda (double row) yaitu 80 cm dan 160 cm.Sistem TanamSistem atau cara tanam double row adalah membuat baris ganda (double row) yakni jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm. Sehingga jarak tanam baris pertama 160 cm x 80 cm dan baris kedua 80 cm x 80 cm. Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa, sehingga pembentukan zat pati di umbi lebih banyak dan ukuran umbi besar-besar. Selain itu, di antara barisan berukuran 160 cm dapat ditanami jagung dan kacang-kacangan untuk meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan lain dari sistem tanam double row adalah jumlah bibit yang digunakan lebih sedikit yakni 11.700 tanaman dibandingkan dengan sistem tanam biasa dengan jumlah bibit 17.800 tanaman.PemupukanDosis pemupukan per ha yang dianjurkan adalah : 200 kg urea +150 kg SP 36 + 100 kg KCl dan 5 ton pupuk kandang. Pada musim tanam berikutnya dosis pupuk kandang dikurangi menjadi 3 ton/ha. Pemupukan urea dilakukan 2 kali yakni pada umur 1 bulan dan 3 bulan, sedangkan SP36 dan KCl diberikan 1 kali pada umur 1 bulan setelah tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada sekitar perakaran pada umur 2 minggu setelah tanam.PemeliharaanPenyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu sampai 1 bulan setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan secara mekanis menggunakan koret. Sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam dengan menggunakan herbisida. Penjarangan cabang dilakukan pada umur 1 bulan, dengan jumlah cabang yang dipelihara adalah 2 cabang per tanaman. Tia(Sumber :lampung.litbang.deptan.go.id)

http://tabloidsinartani.com/content/read/teknologi-budidaya-singkong/