TEMA - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/2dd3d-prosiding... ·...

271
i

Transcript of TEMA - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/2dd3d-prosiding... ·...

i

i

PROCEEDING

SEM INAR NASIONAL BELA NEGARA

UNIVERSITAS PERTAHANAN

Editor Sovian Aritonang

Layout M aulana Arief Rachman Hakim

Cover Design Hari Agus Sunarto

Reviewer Sovian Aritonang

First Edit ion

Universitas Pertahanan

Desember 2017

Copyright © Unhan Press, 2017

Published by UNIVERSITAS PERTAHANAN

Lembaga Penelit ian dan Pengabdian Kepada M asyarakat (LPPM )

Indonesia Peace and Security Center, Sentul

West Java, Indonesia

Telp/ Fax +6221-29618760

ISBN 978-602-5808-13-5

ii

TEM A

iii

SAM BUTAN REKTOR UNHAN

Assalamuallaikum warohmatullohi

Wabarokatuh

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita sekalian, om swast i astu.

Yang terhormat ,

iv

Bapak/ ibu peserta seminar sekalian yang saya hormat i.

Sivitas akademika dimana didalamnya ada dosen dan mahasiswa sebagai generasi unggul

penerus bangsa menjadikan dirinya sebagai tumpuan sekaligus harapan akan maju dan

t idaknya negeri ini, oleh sebab itu di pundak dosen dan mahasiswa kita mulai mencari,

mengkaji dan menelit i untuk mendapatkan resolusi persoalan bangsa yang kita sadari

semakin hari semakin banyak pr yang mest i dipecahkan, utamanya adalah ancaman

degradasi moral yang melanda bangsa ini sebagai akibat terlena dan terbuainya kita semua

dalam eforia kebebasan.

Sistem demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang memberikan ruang

terhadap kebebasan bagi semuanya dalam menyampaikan pendapat , namun demokarasi

juga t idak menginginkan kebebasan yang melampaui batas bahkan cenderung kebablasan,

tentu semua harus dilandasi oleh norma, et ika dan aturan yang disepakat i bersama.

Bela negara sebagai salah satu nilai yang dikembangkan dalam nawacita presiden republik

Indonesia, memiliki makna dan tujuan yang mulia, oleh sebab itu tentu perlu dikembangkan

secara terus menerus melalui penelit ian maupun kajian secara mendalam oleh para

akademisi untuk mendapatkan pola yang tepat dan mudah untuk dimengert i oleh semua

kalangan yang selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari -hari.

Bela negara bukan sekedar slogan, bela negara juga bukan sekedar ungkapan tanpa makna,

namun bela negara adalah merupakan sikap dan t indakan yang dapat menggambarkan

perilaku bangsa Indonesia yang senant iasa diilhami dan dilandasi oleh Pancasila sebagai

dasar negara.

Bapak/ ibu peserta seminar sekalian yang saya hormat i.

M engakhiri keynote speech ini, saya ucapkan selamat melaksanakan seminar. Terima kasih

atas apresiasi yang t inggi melalui kehadiran, dukungan dan part isipasi bapak, ibu dan hadirin

sekalian, dan t idak lupa selamat dan terima kasih kepada calon pemapar baik dari kelompok

dosen maupun kelompok mahasiswa seluruh perguruan t inggi di Indonesia yang terpilih ,

mudah-mudah melalui ajang ini kita semua dapat memet ik manfaat posit if untuk

selanjutnya dapat terus dikembangkan di masa-masa yang akan datang demi tetap tegaknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai bersama.

Sekian dan terima kasih.

Wabillahitaufik wal hidayah,

Wassalamuálaikum wr.wb.

Om shant i shant i shant i om.

v

DAFTAR ISI

TEMA

vi

DAFTAR PEMAPARAN MAHASISWA

TOPIK 1. Strategi Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Implementasi Nilai-Nilai

Bela Negara untuk Menghadapi Ancaman Nyata

vii

PEM APARAN DOSEN

(PAPER)

TOPIK 1. Universitas Pertahanan Indonesia Sebagai Poros Bela Negara-Bangsa

TOPIK 2. Program Pertahanan dalam M endorong Perekonomian Nasional

Studi Kasus Pembangunan Jalan Trans Papua

TOPIK 3. Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan (Bangtekindhan)

TOPIK 4. Strategi Pengambilan Putusan Untuk Pengembangan Pertahanan

Nasional M enggunakan M ult i Criteria Decision M aking

TOPIK 5. Upaya Pembentukan Karakter Bangsa Pada Generasi M uda M elalui

Kegiatan Bela Negara Pada Organisasi M ahasiswa

TOPIK 6. Sistem Ketahanan Nasional Berbasis Nilai-Nilai Philosophische

Grondslag (Pancasila)

TOPIK 7. Strukturisasi M asyarakat Papua Dalam M enjaga Keutuhan NKRI

Dalam Era Globalisasi

TOPIK 8. Analisis Isi Kurikulum Bela Negara Dalam Studi Ilmu Hubungan

Internasional

TOPIK 9. Korupsi sebagai bagian dari perang proxy

TOPIK 10. Aktualisasi Pancasila Peluang Baru bagi Generasi M ilenial

TOPIK 11. M engembangkan Kemampuan Pertahanan Siber Guna

M engant isipasi Ancaman dan Serangan Siber

TOPIK 12. Penanaman Nilai-Nilai Bela Negara Dalam M enghadapi Ancaman

Krisis Nasionalisme Dan Kesadaran Tata Susila M asyarakat

TOPIK 13. M enghent ikan Gerakan De-Indonesianisasi Garis Lunak Kasus Hizbut

Tahrir Indonesia

TOPIK 14. Analisa Pengaruh Pendidikan Bela Negara Terhadap Ancaman Nyata

Kedepan

TOPIK 15. M emahami Nasionalisme Indonesia sebagai Wujud Bela Negara

1

UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA

SEBAGAI POROS BELA NEGARA-BANGSA

Aris Arif Mundayat Ph.D1

Abstract

Kajian ini mendiskusikan konsep bela negara dengan memperhatikan konteks perkembangan masyarakat Indonesia di era global dan demokrasi. Kemajemukan gagasan yang timbul karena globalisasi menjadi tantangan bagi Indonesia. Untuk itu kajian ini mendiskusikan pentingnya konsep seperti

2

(Bereday, George Z.F and Lauwerys, Joseph.A. Eds, 2006:36).2 Pandangan tersebut

menunjukkan bahwa proses bernegara modern sangat bergantung pada institusi pendidikan, karena melalui lembaga itulah konstruksi menjadi bangsa dapat terjadi dari awal pembentukan, pemeliharaan, hingga penggembangannya. Lembaga pendidikan memiliki kemampuan untuk menjadi tali pengikat kesatuan dari masyarakat yang majemuk. Sejumlah ilmuwan sosial (Anderson 1983, Bates 1983, Horowitz 1985) pernah menyatakan bahwa batas-batas kelompok etnik dan kekuatan dari ikatan kelompok-kelompok etnik tidaklah bersifat exogenous (pengaruh kekuatan dari luar kelompok) dan memiliki karakter selalu berubah setiap saat. Kelompok- kelompok tersebut memiliki kecenderungan untuk mudah dipengaruhi melalui kondisi sosial, ekonomi dan juga tergantung pada pilihan-pilihan kebijakan dan ekonomi. Namun dalam era global, ketika batas negara tidak lagi menjadi penting, kekuatan dari luar memungkinkan perubahan pada kelompok berbasis primordial.

Pada masa kolonial, Anderson (1983) menjelaskan bahwa ketika pemerintah kolonial Belanda memperbolehkan kaum muda dari keluarga priyayi untuk berpartisipasi dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh Belanda kesadaran nasionalisme mewujud. Hal ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan telah membuka cakrawala pemikiran kaum muda di wilayah jajahan Belanda dari dalam batas identitas dirinya. Melalui pendidikan mereka menemukan imaginasi berkomunitas atau komunitas yang dibayangkan (imagined community) yang kemudian mengikat mereka menjadi kesatuan kolektif sebagai bangsa Indonesia. Ini adalah bukti bahwa ikatan kelompok etnik lebih digerakkan dari dalam diri mereka sendiri untuk menyatu sebagai tanggapan terhadap kebijakan pendidikan.

Dalam konteks global sekarang ini, apakah kekuatan exogenous tetap tidak menunjukkan fungsinya untuk berpengaruh terhadap ikatan kebangsaan modern, yang mana aspek etnisitas secara relatif semakin memudar batas- batasnya karena mereka telah bercampur satu sama lain? Dalam perkembangan global sekarang ini ikatan-katan sosial baru di luar aspek etnik telah mampu melebur batas-batas etnisitas, dan menyatukannya ke dalam batas sosial baru yang menerobos batas-batas nasionalisme. Kajian ini akan mendiskusikan kekuatan-kekuatan yang sekarang ada dalam situasi tarik menarik. Kekuatan tersebut ada yang bersifat agamis, sekular, nasionalis, dan pasca-nasionalis, dan pragmatis, atau gabungan darinya. Misalnya, kekuatan tersebut memiliki kemampuan untuk menarik suatu komunitas lintas etnik secara rasional untuk memiliki imagined comunity baru di luar ikatan etniknya. Misalnya adanya rasa collective affective sebagai warga global sehingga membentuk kesadaran yang berbasis kombinasi seperti

3

mendiskusikannya dan bagaimana mengantisipasi kekuatan tersebut dari dunia pendidikan seperti Universitas Pertahanan Indonesia.

Ideologi, Pragmatisme, Sekularisme, dan Imanologi Dalam perkembangan global sekarang ini arus gagasan yang bersifat sekular maupun agamis telah mengalir melalui ranah modernitas global yang luas. Arjun Appadurai (1996), misalnya menjelaskan bahwa ada lima aspek penting yang dipengaruhi oleh kekuatan modernitas global, yaitu pertama, aspek ethnoscapes (ranah-suku), yaitu pergerakan etnik dari suatu wilayah ke wilayah lain melalui sarana transportasi yang semakin memudahkan mereka untuk bermigrasi dan mempengaruhi perubahan ranah sosial yang ada. Kedua, adalah aspek mediascape (ranah-media) yaitu pergerakan informasi media termasuk aspek budayanya, keseluruh dunia dalam waktu yang singkat sehingga dapat dilihat oleh masyarakat yang saling berjauhan satu sama lain. Ketiga, adalah technoscapes (ranah-tekno) yaitu arus teknologi berupa barang-barang mekanik, perangkat lunak, dan sebagainya yang bergerak kesuluruh penjuru dunia yang tanpa batas karena fasilitas perusahaan global. Keempat, yaitu, financescapes (ranah-keuangan) berupa pergerakan uang dalam waktu yang singkat secara global. Kelima, adalah ideoscapes (ranah-gagasan) yaitu pergerakan suatu gagasan politik dari suatu wilayah ke wilayah lain menembus batas. Kelima aspek scapes tersebut saling terkait satu sama lain.

Aspek ideoscape dalam penjelasan Apadurai (1996) dapat digunakan untuk menjelaskan diskusi tentang perbedaan antara ideology dan

4

Sementara itu secularism atau sekularisme merupakan perkembangan gagasan masyarakat yang secara rasional menolak adanya pengetahuan yang logikanya berdasarkan keyakinan tentang adanya kekuatan supernatural. Gagasan ini kemudian tentu saja berseberangan dengan agama. Meskipun berseberangan dengan agama, faham sekular menekankan pentingnya aspek moral yang bersifat universal dan tidak harus berdasarkan pada agama yang dapat menjadi standar moral untuk bertindak dalam kehidupan sosial, dan moralitas tersebut sudah seharusnya secara alamiah murni dan sekular. Moralitas sosial tersebut kemudian menjadi etik kemasyarakatan yang humanis (Kurtz, Paul, 2008). Pragmatisme dan sekularisme memiliki derajad kesesuaian yang tinggai, sehingga mudah untuk membentuk penggabungan gagasan menjadi pragmatisme sekular. Gagasan tersebut kemudian digunakan oleh individu untuk menanggapi lingkungan yang ada disekitarnya secara pragmatis namun humanis berdasarkan moralitas yang tidak bersifat agama.

Lebih lanjut adalah

5

untuk saling terhubung satu sama lain untuk berpartisipasi dalam modernitas, maka itu pragmatisme sekular pun mengikutinya, meskipun pemikiran agamis rasional pun juga memanfaatkannya. Dalam konteks inilah pragmatisme dan sekularisme menjadi pilihan rasional manusia modern untuk memperoleh emansipasi yang luas secara rasional untuk masuk ke dalam tata sosial, ekonomi, dan politik yang membuat diri dan kelompoknya nyaman. Mereka membangun identitas diri sebagai batas bagi kelompoknya yang berkarakter multikultural dalam pengertian berinteraksi lintas suku, budaya dan bahkan agama. Namun demikian agama, atau etnik tidaklah menjadi identitas yang penting bagi mereka, kecuali sebagai keyakinan yang sifatnya individual. Identitas suku dan budaya pun mereka lebur menjadi identitas baru yang sekular sifatnya namun secara pragmatis dapat untuk mencapai tujuan. Artinya pragmatisme dan sekularisme telah melakukan deteritorialisasi terhadap batas-batas etnisitas, dan agama yang sifatnya primordial. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan exogenous telah menerobos dan membongkar suatu teritori identitas menjadi tanpa batas, bahkan dalam derajad tertentu berkemampuan untuk mencerabut individu dari akar identitas tradisionalnya.

Kelompok sosial yang memiliki gagasan bersifat pragmatis sekular seringkali mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari budaya dan masyarakat global yang membangun hubungan sosial yang emansipatif dalam arti teremansipasi dari batas-batas primordialnya. Misalnya, banyak kaum muda yang beridentitas global memiliki perilaku konsumsi yang juga global dengan minum kopi bersama kawan-kawannya yang lintas suku, dan budaya di gerai korporasi multinasional untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah bagian dari komunitas global. Kelompok ini juga memiliki kecenderungan mobilitas yang tinggi untuk melintas negara, bahkan juga memiliki kecenderungan untuk menetap di negara lain tanpa mempermasalahkan status perpindahan kewarganegaraan, karena mereka lebih merasa sebagai bagian dari komunitas global yang mereka inginkan sebagai tata sosial, ekonomi, dan politik yang mempermudah kehidupannya. Gagasan kelompok ini cenderung berkarakter pasca-nasionalis sekular dalam beberapa hal, karena kesadaran politik dari kelompok ini tidaklah sepenuhnya terikat pada konsep negara-bangsa, karena keterikatan mereka sehari-hari cenderung dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat global dan sekular dalam berbagai ranah.

Konteks politik demokrasi bagi kelompok ini lebih merupakan fasilitas untuk memperoleh emansipasi yang luas dari berbagai segi kehidupan. Termasuk mengemansipasi dirinya dari berbagai ikatan yang bersifat komunitarian, karena ikatan tersebut dianggap menjadi belenggu bagi kehidupannya. Ini artinya kekuatan exogenous memiliki kemampuan untuk menyerap seorang individu dari ikatan etniknya untuk keluar dan melakukan deteritorialisasi. Perkawinan campur antar suku, bangsa, dan berasimilasi dengan budaya global telah menjadi bagian dari gaya hidup dan perilaku konsumsi mereka. Dunia pendidikan pun semakin menyatu dengan aspek ranah-gagasan global (global ideoscape) seperti munculnya sekolah internasional yang menjadi tempat pendidikan anak-anak keluarga mampu. Fasilitas tersebut dalam beberapa hal ikut memfasilitasi proses emansipasi mereka dari akar tradisinya dan menjadi bagian dari konstruksi kesadaran pasca-nationalis sekular yang cenderung inklusif. Solidaritas diantara mereka pun bergerak secara global karena segala peristiwa di belahan bumi yang lain dapat diperoleh informasinya dalam waktu yang singkat karena fasilitas dari ranah-media. Di semua itu ranah itulah

6

kelompok ini berkembang dan juga berjejaring secara luas. Dalam konteks inilah kesadaran

7

ketika bereaksi terhadap apa yang disebut oleh Hadiz sebagai dominasi Barat dan pengaruh Barat di dalam lingkungan sosial mereka, yaitu dengan menguatkan prinsip imanologi melalui proses collective affect yang tidak hanya berkembang di tingkat lokal, namun juga, nasional, regional, dan global karena ada instrumen yang sama-sama mereka gunakan. Meskipun instrumen antara Barat dan kelompok gerakan imanolgi sama, situasi collective affect kelompok pendukung imanologi cenderung merasa tidak memiliki kemampuan yang setara untuk menghadapi Barat dengan instrumen dominasi yang sama dengan yang dimiliki Barat. Oleh karena itu reaksi yang muncul berupa solidaritas atau yang disebut oleh Asef Bayat sebagai Imagined Solidarity untuk menolak situasi tersebut karena bertentangan dengan ajaran agama yang diyakininya. Solidaritas inilah yang kemudian menghubungkan dari tingkat lokal hingga global.

Pada konteks global abad 21 gerakan berbasis imanologi merupakan gerakan sosial, budaya dan politik yang bergerak secara transnasional yang melakukan deteriotorialisasi negara, namun pada saat yang sama teritorialisasi berdasarkan agama diperkuat, sebagai kekuatan kolektifnya. Sementara itu dominasi dan pengaruh Barat tetap menghargai arti teritorial bagi negara pasca- kolonial. Ini artinya gerakan tersebut bukan sekedar karena populisme keagamaan yang berhadapan dengan kapitalisme neoliberal yang mereka anggap tidak memberi kesejahteraan rakyat, namun juga pemenuhan terhadap krisis moral yang mereka hadapi di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, mereka menciptakan strategi pluralisme (dalam arti berbeda etnik atau bangsa) namun terikat dalam primordialisme agama. Hal ini menunjukkan bahwa batas-batas etnik ditukar dengan batas sosial baru berdasarkan agama. Dalam konteks inilah berbagai etnis dapat bersatu dalam teritori berbasis imanologi melalui proses collective affect. Gerakan imanologi sebagai ranah-gagasan juga sangat terkait dengan perkembangan ranah-tekno, ranah-uang, ranah-etnik, dan ranah-media dalam penyebaran yang bersifat transnasional. Jadi secara sosial, politik dan ekonomi, dominasi dan pengaruh Barat bergerak meluas keluar atau membesar secara sentripetal, dan sebaliknya kekuatan politik imanologi bergerak meluas dan membesar kedalam secara sentrifugal. Gambar berikut ini menjelaskan model perluasan dan pembesaran dua kekuatan sentrifugal dan sentripetal.

Gambar I: Perluasan Kelompok Bersifat Sentrifugal dan Sentripetal

8

Individu maupun kelompok masyarakat yang mengikuti pemikiran imanologi juga

mengembangkan dominasi dan pengaruhnya melalui pengkondisian tata sosial, ekonomi, dan politik berbasis agama ke dalam dan meluas. Tata tersebut mereka bentuk untuk mewadahi kelompok mereka misalnya, membangun kompleks perumahan berbasis nilai agama, menyelenggarakan sistem keuangan yang berbasis ajaran agama, dan juga sistem politik bernegara pun diperjuangkan untuk berbasiskan pada tata hukum agama. Kelompok ini memiliki kecenderungan untuk menolak berbagai hal yang berkarakter sekuler, pragmatis, maupun ideologis karena dianggap bertentangan dengan prinsip imanologinya.

Imanologi politik dalam mempengaruhi kalangan mahasiswa pun dengan cara membangun bisnis pondokan yang juga berbasis hukum dan nilai agama dengan menawarkan aktifitas keagamaan di dalamnya, sebagai saingan dari pondokan sekular yang menawarkan kebebasan. Pada tingkat teknologi jaringan mereka pun menyebarkan prinsip imanologi mereka untuk memeroleh pengikut baru yang mengalami krisis di dunia yang global dan sekular yang mereka hadapi. Artinya nilai-nilai dalam imanologi menemukan proses reproduksi sosialnya di ranah yang mereka konstruksikan dalam dunia nyata dan maya (virtual), lebih dari itu juga bukan hanya lokal, namun juga secara global dan lintas batas. Kondisi ini telah membangun ikatan kolektif berbasis identitas imanologi yang sama. Bahkan pada tingkat yang ekstrim, fanatisme komunitarian berbasis imanologi dapat mencapai solidaritas yang ektrim, seperti dengan teror dan gerakan politik yang secara radikal mau mengganti dasar suatu negara modern.

Kelompok masyarakat berbasis imanologi, oleh karena sifatnya yang cenderung membesar dan meluas secara sentrifugal, melakukan upaya-upaya deteritorialisasi terhadap negara modern, karena negara selama ini dianggap menjadi belenggu pergerakan mereka, dan membawa para pendukungnya untuk menjadi bagian dari kekuatan imanologi politik agama. Prinsip kewarganegaraan dengan demikian juga dianggap sebagai penghalang bagi tegaknya tata sosial, ekonomi, dan politik berbasis imanologi agama. Prinsip deteritorialisasi terhadap negara modern guna menegakkan sistem pemerintah berbasis imanologi sistem hukumnya, maka dari itu, gerakan ini berseberangan secara politik dengan logika bernegara, seperti Indonesia yang berpancasila. Gerakan imanologi ini dengan demikian memiliki

9

kemajemukan baru berdasarkan ranah-gagasan yang mereka miliki dan reproduksi secara sosial, budaya dan politik, dalam suatu ranah sosial yang luas.

Gambaran kekuatan sosial pada masyarakat Indonesia seperti dalam Gambar II menunjukkan adanya kemajemukan yang terbelah (fragmented pluralisme). Kelompok yang satu menggunakan pemikiran yang berbasis imanologi untuk mengatur kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonominya, dan di si si lain ada kelompok masyarakat yang telah terdominasi dan terpengaruh oleh Barat gaya hidup dan perilaku konsumsinya, demikian pula dengan gagasan politik, ekonomi, sosial, dan budayanya. Mereka hidup dalam masing-masing kepompong sosialnya. Meskipun demikian ada pula yang berinteraksi lintas gagasan, beririsan kelompoknya, atau bahkan tidak berinteraksi karena membentuk kelompok yang ekslusif. Gambaran masyarakat seperti dalam Gambar II, menunjukkan bahwa Bhineka Tunggal Ika tidak cukup mampu untuk melakukan pengelolaan tata sosial, karena selama ini hanya menjadi slogan bukan paradigma sosial.

Gambar II: Hubungan Kekuatan Sosial Berdasarkan Ranah Gagasan

Majemuk

Dalam situasi yang terfragmentasi, bagaimana Indonesia dengan Pancasila dan UUD

mengelola masyarakatnya? Kemajemukan tersebut tidak hanya terdiri dari asek etnisitas, ekonomi, namun juga dengan adanya berbagai kelompok yang mengikuti logika berfikir yang majemuk. Ada individu atau kelompok yang berfikiran pragmatis, sekular, ataupun imanologi, juga ada berbagai kelompok lain yang saling beririsan satu sama lain gagasannya, atau bahkan ada pula yang agnostic dalam arti tidak menentukan orientasi gagasan mereka untuk suatu tata sosial, ekonomi, dan politik tertentu namun mereka toleran terhadap semua hal selama tidk menggangunya. Pancasila di Indonesia pada dasarnya memberi ruang terhadap pelbagai gagasan yang majemuk tersebut, namun tidak cukup untuk memfasilitasi adanya interaksi dalam kemajemukan agar tidak terfragmentasi.

10

Ketika kekuatan yang majemuk tersebut saling berkontestasi baik secara tersamar maupun terbuka, maka situasi tersebut perlu menjadi perhatian penting untuk menjadikan konsep bela negara secara paradigmatik sifatnya. Artinya bela negara juga perlu diletakkan dalam konteks kemajemukan yang interaktif untuk mengurangi fargemantasi dalam masyarakat majemuk. Oleh karena paradigma bela negara merupakan pengetahuan, maka dunia pendidikan menjadi penting fungsinya. Poros Pendidikan Bela Negara Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD 1945, yakni:

11

bangsa secara intelektual melalui jaring kesadaran berbangsa dan bernegara yang menghubungkan berbagai universitas, dengan Universitas Pertahanan Indonesia sebagai porosnya. Hal ini penting karena universitas merupakan

12

ada. Artinya tidak ada model tunggal yang dapat digunakan sebagai bentuk dan strategi bela negara. Logika bela negara perlu mengikuti logika yang berkembang di masyarakatnya.

Di era abad ke-21, Pancasila seperti berada di simpang jalan, karena belum sempat dirumuskan sebagai paradigma ilmu pengetahuan untuk menghadapi semua persoalan arus zaman global. Pancasila pada saat dirumuskan, lebih merupakan

13

Sumber: Peta diunduh dari http://www.geocurrents.info/gc-maps/geocurrents-maps-by- country/geocurrents-maps-of-indonesia dan telah diubahsuai.

Universitas Pertahanan Indonesia sebagai Poros Bela Negara perlu membangun

jaringan dengan seluruh universitas di Indonesia sebagai mitra sekaligus pemangku kepentingan dimasing-masing provinsi. Tujuan jaringan tersebut adalah untuk merumuskan adanya berbagai keberagaman yang harus dirumuskan sebagai paradigma ilmu pengetahuan untuk bela negara secara demokratis. Menurut Chantal Mouffe, kaum demokrat seringkali tidak mampu memahami bahwa negara demokrasi juga perlu untuk melakukan pembelian nyata atas hasrat dan fantasi rakyat tentang kesejahteraan (Mouffe, 2002). Kurangnya kemampuan tersebut, maka politik collective affect bekerja melalui gerakan imanologi yang ingin membangun negara pasca-nasionalis agamis karena kelompok ini menawarkan bahwa mampu membelanjakan hasrat dan fantasi rakyatnya untuk sejahtera. Dalam hal ini, Universitas Pertahanan Indonesia dengan PBN perlu untuk menawarkan bentuk identifikasi yang menantang bagi orang-orang yang digunakan oleh kaum pasca-nasionalis agamis untuk berhadapan dengan institusi demokrasi. Tujuan berikutnya adalah agar dapat digunakan untuk memahami persoalan serta menyelesaikan persoalan yang sekarang timbul maupun akan timbul di masa depan dengan memperatikan kekhasan sosial, ekonomi, dan politik masing-masing wilayah. Dalam konteks abad ke-21, konsep bela negara perlu berupa paradigma ilmu pengetahuan yang memiliki metodologi untuk menganalisis persoalan dalam masyarakat demokratis dan majemuk Indonesia. Sebagian besar karakter masyarakat Indonesia telah teridentifikasi oleh semua universitas di Indonesia, UPI sebagai kampus multidisplin, perlu mengabstraksikan data yang ada menjadi paradigma untuk bela negara bersama pemangku kepentingan.

Kesimpulan Diskusi dalam kajian ini menunjukkan adanya perkembangan ranah-gagasan yang berkembang dalam konteks masyarakat global, yaitu pertama berkembangnya kelompok masyarakat yang memiliki orientasi pemikiran atau memiliki kesadaran pasca-nasionalis agamis (religious post-nationalist consciousness) sebagai tanggapan terhadap berkembangnya kelompok masyarakat yang memiliki kesadaran pasca-nasionalis pragmatis sekular (pragmatic secular post-nationalist consciousness). Dua kelompok tersebut merupakan produk dari fenomena global di era industri abad ke-21 atau advance capitalism yang saling merespon satu sama lain sehingga berada dalam situasi yang terus berkontestasi. Selain itu juga terdapat kelompok lain yang beririsan satu sama lain namun mentoleransi keberbedaan. Ada pula kelompok masyarakat yang agnostik dalam arti tidak memilih atau memihak, atau tidak pula memusuhi dua kelompok besar yang berhadapan, atau pun kelompok lainnya. Ini artinya kemajemukan di dalam masyarakat Indonesia bukan hanya dapat diartikan sebagai suku, agama, ras, dan antar golongan, namun juga majemuk gagasannya.

Posisi Pancasila dalam situasi tersebut menjadi seperti ada pada persimpangan jalan yang simpang siur, karena setelah merdeka Pancasila diperlakukan sebagai inventing tradition yang memberi tempat untuk kemajemukan. Kemudian pada era Orde Baru Pancasila menjadi doktrin yang homogenisasi gagasan di masyarakatnya dan menciptakan

14

kepatuhan pada pemerintah. Di era demokrasi pasca reformasi, Pancasila seperti terabaikan ditengah arus demokratisasi yang sedemikian bergelora, karena kita tidak mampu merumuskan strategi bernegara majemuk dalam berdemokrasi.

Dalam situasi seperti itu, Universitas Pertahanan Indonesia perlu membentuk Poros Bela Negara, dan Universitas Pertahanan Indonesia mengambil peran penting untuk menyatukan energi dari berbagai universitas di Indonesia untuk merumuskan paradigma strategis ilmu pengetahuan bela negara yang cerdas dalam menghadapi kekuatan collective affect yang secara politik memiliki kesadaran pasca-nasionalis agamis.

Daftar Pustaka

Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/Perubahan IV.

Althusser, Lois (1971, 2001).

15

McDermid, D. The Varieties of Pragmatism: Truth, Realism, and Knowledge from James to Rorty. London and New York: Continuum, 2006.

Mouffe, Chantal, 2002. Politics and Passions: The Stakes of Democracy London: Centre for the Study of Democracy

Shook, J. and Margolis, J. (Eds.) A Companion to Pragmatism. Oxford: Blackwell, 2006.

Stewart, Kathleen, 2007. Ordinary Affects. Durham, N.C.: Duke University Press. Trevor-Roper, Hugh (1983)

15

Program Pertahanan dalam Mendorong Perekonomian Nasional

Studi Kasus Pembangunan Jalan Trans Papua

Posma Sariguna Johnson Kennedy1

ABSTRAK

Menurut ekonomi pertahanan, dampak penggunaan anggaran pertahanan terhadap perekonomian dapat ditinjau dari pendekatan permintaan atau konsumsi dan penawaran atau produksi. Dari sisi konsumsi, pertahanan dapat melindungi sumber daya nasional terhadap berbagai ancaman, sehingga konsumsi nasional menjadi stabil bahkan meningkat. Sebaliknya, dalam paper ini ingin melihat program pertahanan dari sisi produksi. Dengan menggunakan metode kualitatif melalui kajian pustaka, tulisan ini bertujuan melihat pembangunan infrastruktur di Papua yang dilakukan oleh TNI. Pembangunan 4325 km jalan Trans Papua yang tertutup hutan dan ancaman keamanan menjadi kendala utama. Satuan Zeni yang sudah terlatih dapat melaksanakannya dengan baik, dimana tidak mampu dilakukan oleh instansi sipil.

Kata Kunci: Ekonomi Pertahanan, Program Pertahanan, Produksi, Trans Papua

Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Proklamasi Kemerdekaan yang menyatakan bahwa

16

sistem jaringan transportasi yang dapat melayani secara baik, serta kondisi jaringan jalan masih banyak yang rusak.

Pengelolaan sumber daya alam masih kurang optimal, diantaranya adalah potensi perikanan laut yang kurang terkelola, potensi migas, energi dan mineral yang belum terkelola, eksploitasi sumber daya alam yang illegal, pengelolaan lingkungan masih menimbulkan pencemaran, dan pola pengelolaan komoditi pertanian masih bersifat tradisi dan budaya yang diwariskan. Sedangkan rendahnya ketersediaan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, diantaranya adalah tingkat pendidikan secara riil rendah, tingkat ketrampilan masih rendah, prasarana dan sarana kebutuhan pelayanan penduduk masih sangat kurang, prasarana dan sarana dasar (air bersih, listrik, telepon dan lain-lain).

Karena itu, pendekatan yang harus dilakukan dalam menyusun kebijakan dan strategi pengembangan kawasan Indonesia bagian Timur khususnya Papua dalam keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah: a) Pendekatan Kesejahteraan; dimana pendekatan yang dilakukan berdasarkan pengembangan kegiatan ekonomi untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat; b) Pendekatan Lingkungan; yaitu pendekatan yang mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan meminimasi dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan; dan c) Pendekatan Keamanan, yaitu pendekatan yang memandang perlunya pengawasan terhadap keamanan wilayah untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan harus mengedepankan fungsi "security" dan fungsi "prosperity" dengan memperhatikan realitas perkembangan kondisi lingkungan hidup di daerah melalui kajian dan observasi lapangan yang terukur.

Salah satu program utama pemerintah adalah percepatan pembangunan wilayah Papua, terutama dengan pembanguan infrastruktur utama, yaitu membuka jalan trans Papua. Pembangunan jalan trans Papua 4.325 km bukanlah mudah, karena sebagian besar jalan masih terputus dan tertutup hutan. Selain ancaman keamanan pun menjadi kendala, yang tidak mungkin dihadapi oleh swasta/sipil. Untuk itu perlu bantuan TNI untuk bisa membuka jalan yang telah direncanakan dan memperkecil gangguan keamanan.

Penelitian ini akan menjelaskan kebijakan pemerintah untuk pertahanan nasional yang positif terhadap perekonomian khususnya di daerah Papua. Penelitian ini termasuk dalam kajian ekonomi pertahanan yang merupakan ilmu yang mempelajari pilihan program-program pertahanan yang dapat memberikan dampak (multiplier effect) terhadap perekonomian penelitian ini akan memberikan kontribusi ilmu pengetahuan untuk pembangunan pertahanan dan perekonomian di Indonesia.

Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah kajian pustaka dengan melihat teori-teori

yang mendukung peran program pertahanan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, dan penerapannya dalam pembangunan infrastruktur jalan di Papua. Tinjauan Pustaka

Dipercaya terdapat hubungan antara pengeluaran pertahanan dengan perekonomian. Menurut kenyataannya, terdapat efek yang bervariasi pada setiap negara ketika anggaran

17

pertahanan berhadapan dengan perekonomian. Namun dari penelitian-penelitian para ekonom, masih tidak terdapat pendapat yang meyakinkan dari uji empiris yang telah dilakukan. Sebagai contoh, Kennedy (2016) menguji apakah anggaran pertahanan nasional dapat merangsang investasi, ternyata hasil empiris menunjukkan bahwa anggaran pertahanan Indonesia masih memberikan efek crowding out terhadap investasi, dimana masih banyak pendapat yang lain dari penelitian-penelitian yang berbeda.

Saluran yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian, khususnya pertumbuhan ekonomi adalah melalui kebijakan fiskal. Negara dapat berperan melalui pendanaan investasi secara langsung melalui penyediaan pelayanan publik secara efisien sehingga mendorong kegiatan perekonomian, serta merangsang adanya investasi jangka panjang. Pengeluaran pertahanan, salah satu kebijakan pemerintah, dikehendaki berpengaruh positif terhadap perekonomian. Brasoveanu (2010) menjelaskan bentuk saluran atau chanel dalam perekonomian yang dipengaruhi oleh pengeluaran pertahanan. Saluran-saluran tersebut diantaranya adalah: a. Penelitian dan pengembangan pada sektor pertahanan. Penelitian dan pengembangan

pada sektor pertahanan dapat memberikan pengaruh positif melalui eksternalitas pada sektor perekonomian dari swasta. Penelitian militer dan pengeluaran pertahanan dapat merangsang inovasi-inovasi dalam bidang teknologi. Pada negara-negara berkembang pertahanan dapat membantu dalam pembentukan struktur sosio-ekonomi yang mendukung pertumbuhan dengan terlibat dalam penelitian dan pengembangan, penyediaan tenaga-tenaga terlatih, pelatihan dan pendidikan, dan pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi.

b. Keamanan (security). Pengeluaran pertahanan dapat menggerakkan perekonomian karena menyediakan keamanan untuk menjaga kestabilan dalam lingkungan bisnis dan menjaga kondisi yang nyaman untuk menarik investor asing. Adanya keamanan juga menjaga penghormatan hak - hak milik dan dinamisasi pasar sehingga mendorong pertumbuhan dalam sistem global saat ini. Dengan disadari bahwa pengeluaran pertahanan meningkatkan keamanan, maka pertahanan akan menstimulasi pertumbuhan.

c. Permintaan Pengaruh positif pengeluaran pertahanan dapat terjadi melalui peningkatan permintaan agregat (Keynesian effect). Peningkatan permintaan berperan penting dalam meningkatkan kegunaan (utilization) dari modal-modal yang belum terpakai (idle capital), mengurangi tingkat pengangguran, dan meningkatkan keuntungan sehingga mendorong investasi yang lebih tinggi, dimana semuanya itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pertahanan disadari juga sebagai alat kebijakan fiskal sehingga meningkatkan stimulasi permintaan atau menurunkan hambatan permintaan. Pengaruh ini tergantung dari efek pengganda yang terjadi (multiplier effect), jika diasumsikan tidak terdapat hubungan timbal balik antara peningkatan pajak dengan pembiayaan untuk pengeluaran pemerintah, dan tidak terjadi efek crowding out akibat pengeluaran ini.

d. Tenaga kerja. Pengeluaran pertahanan dapat saja meningkatkan keahlian dari sebagian populasi melalui pelatihan dan pendidikan untuk para anggota militer. Sehingga memberikan efek stimulasi pada pertumbuhan jika dapat menggerakkan perekonomian menuju full employment, pembentukan sumber daya manusia, menjaga stabilitas, dan menyediakan infrastruktur.

18

e. Investasi. Pengeluaran modal dapat memberikan kegunaan yang produktif, seperti kegunaan untuk sektor swasta dari jaringan transportasi yang pada awalnya dibangun untuk keperluan militer. Investasi pada sektor pertahanan menggerakkan eksternalitas positif kepada sektor swasta, seperti pembangunan infrastruktur publik, spillover dari teknologi, dan formasi sumber daya manusia.

f. Efek crowding out. Pengeluaran militer dapat memberikan efek merugikan pada pertumbuhan ekonomi dengan adanya crowding out dengan sektor swasta. Pengeluaran pertahanan yang besar membentuk distorsi pada alokasi sumber daya dan pemisahan sumber-sumber daya dari aktivitas-aktivitas yang produktif karena adanya akumulasi persenjataan dan peningkatan kekuatan militer. Pengeluaran militer dapat saja merugikan karena berdampak pada investasi, tabungan, sumber daya manusia, dan program-program infrastruktur. Perluasan dan bentuk crowding out dari peningkatan pengeluaran pertahanan akan bergantung pada kegunaannya dan bagaimana pembiayaannya.

g. Opportunity cost. Untuk menjelaskan hubungan negatif antara pengeluaran militer dan pertumbuhan, perekonomian fokus pada opportunity cost dari pengeluaran pertahanan. Pengeluaran militer dapat merintangi pembangunan ekonomi dengan mengurangi tabungan dan alokasi sumber-sumber daya yang tidak pada tempatnya menjauhi penggunaan yang lebih produktif dari sektor publik ataupun sektor swasta. Dalam konteks yang sama, penelitian dan pengembangan pada sektor pertahanan dapat memisahkan penelitian dan pengembangan dari sektor swasta. Pengeluaran pemerintah untuk pertahanan nasional menyimpan potensi opportunity cost, karena memungkinkan untuk memperendah output perekonomian dan memperlambat tingkat pertumbuhan GDP.

h. Peningkatan pajak (increased taxation). Keterbatasan anggaran pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan dapat saja dibiayai dengan pemotongan pengeluaran publik lainnya, peningkatan pajak, peningkatan pinjaman ataupun meningkatkan jumlah uang yang beredar. Berbagai cara pembiayaan untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan akan memberikan efek lanjutan, yang dapat memukul balik perekonomian. Pengeluaran pertahanan, jika dibiayai oleh pendapatan dari faktor-faktor produksi yang produktif akan memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jika dibiayai oleh pendapatan dari sektor non produktif, dapat saja memberikan pengaruh positif ataupun negatif pada pertumbuhan ekonomi, tergantung dari tingkat pengeluaran pertahanannya.

i. Efisiensi dari alokasi sumber daya. Jika pengeluaran militer tidak dikelola melalui mekanisme pasar, akan cenderung menyebabkan distorsi pada harga-harga relatif. Implementasi kebijakan untuk mendukung program militer dapat saja mengganggu alokasi sumber daya dan pertumbuhan ekonomi.

j. Peningkatan kekuatan politik dari militer. Pengeluaran pertahanan dapat saja bukan berasal dari kebutuhan akan keamanan, tetapi karena rent seeking dari industri militer yang kompleks, sehingga dapat meningkatkan persenjataan dan postur militer yang melebihi porsinya dan dapat menyebabkan perlombaan senjata atau peperangan.

Banyak dari semua efek ini terjadi sekaligus, tergantung dari tingkat kegunaannya dan eksternalitas dari pengeluaran pertahanan serta efektivitas dalam mengatasi ancaman.

19

Melalui saluran-saluran tertentu tersebut, pengeluaran pertahanan memberikan efek pada pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan.

Melalui pendekatan dari sisi penawaran, saluran yang dapat menjelaskan pengaruh pengeluaran militer terhadap output perekonomian adalah melalui ketersediaan faktor-faktor produksi, baik itu tenaga kerja, modal (baik fisik maupun sumber daya manusia), serta teknologi yang secara bersama-sama mempengaruhi output perekonomian potensial. Teori ini mengasumsikan bahwa real output per kapita dan pertumbuhan stok modal akan berada pada tingkat yang konstan dalam periode tertentu walau ada terjadi fluktuasi-fluktuasi jangka pendek. Diasumsikan pula peningkatan tenaga kerja dan modal pada tingkat steady akan meningkatkan pula agregat output-nya pada sebuah tingkat yang steady (Solow, 1970). Maka perubahan dari agregat output akan dapat dijelaskan melalui perubahan dalam modal dan tenaga kerja.

Salah satu pendekatan yang umumnya digunakan dalam penelitian mengenai hubungan antara pengeluaran pertahanan dan pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran adalah dengan pendekatan fungsi produksi dari neoklasik. Yaitu dengan meninjau deskripsi dari sisi penawaran melalui perubahan-perubahan aggregat output.

West & Thompson (1990) menyatakan, akibat adanya pengeluaran pertahanan maka muncul efek-efek dalam perekonomian yang berdampak pada agreat output dari sisi penawaran, yang dapat dijelaskan melalui teori neoklasik berikut ini :

20

tingkat pengangguran. Menurut Benoit (1973, 1978) pengeluaran untuk militer dapat memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan, efek ini berasal dari model Keynes berdasarkan mekanisme pengganda bagi negara-negara yang underutilized.

West & Thompson (1990) juga menyatakan bahwa akibat adanya pengeluaran pertahanan maka muncul efek-efek dalam perekonomian yang berdampak pada output agregat dari sisi permintaan, yang dapat dijelaskan melalui pendekatan teori Keynes, yaitu :

21

Pembahasan Hartley (2005) mengidentifikasikan pengaruh positif dari pengeluaran pertahanan.

Pertahanan memberikan keuntungan secara langsung dari teknologi dan pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain, dimana spin-off-nya digunakan oleh sektor sipil yang dapat meningkatkan pertumbuhan. Dilihat dari sisi penawaran atau produksi, di negara-negara berkembang, pengeluaran pertahanan dapat meningkatkan pertumbuhan jika beberapa bagian pengeluaran digunakan untuk penyediaan infrastruktur sosial. Salah satu yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah membantu pemerintah dalam pembangunan jalan Trans Papua sebagai upaya menghapus keterisolasian daerah saat ini. Ketersediaan infrastruktur jalan dan jembatan sangat diperlukan untuk melancarkan distribusi serta menekan harga barang di daerah paling timur Indonesia ini.

Papua memiliki banyak permasalahan yang melekat padanya. Gambaran umum tentang Papua adalah lemahnya manajemen pelaksanaan pembangunan daerah oleh pemerintah dan/bersama pemerintah daerah. Hal ini terlihat dari realitas fisik Papua yang masih terisolir dan terkotak-kotak. Perekonomian masih terutama hanya bertumpu pada jalur transportasi udara yang sangat mahal dan transportasi laut yang lamban. Jalur transportasi darat masih belum diberdayakan secara optimal.

Pemerintah pusat memberikan perhatian dan kepedulian yang sangat besar terhadap pembangunan di Papua guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu wujud perhatian pemerintah, contohnya adalah dibangunnya jalan sepanjang kurang lebih 900 km di daerah terisolasi untuk membuka jalan menuju perkotaan. Dengan dibangunnya jalan poros tertentu di daerah terisolasi ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di daerah terpencil, terutama hasil produksi dari masyarakat yang berada di daerah terpencil akan bertambah nilai jualnya, serta memudahkan dalam pemasaran karena transportasi mudah dan lancar. Dalam pembangunan jalan poros menuju daerah terisolir, masyarakat harus ikut bersama-sama membantu dan mensukseskan pembangunannya.

Sejak 2014, pemerintah ingin Papua berubah lebih maju, sehingga perlu dipercepat pereekonomiannnya agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Proses mensejahterakan tersebut harus dimulai dengan pembangunan infrastruktur yang memadai. Tidak hanya untuk kepentingan infrastruktur, namun jalan yang indah ini menjadi kebanggaan masyarakat Papua. Percepatan pembangunan wilayah Papua dengan membuka jalan trans Papua menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Pemerintah mengalokasikan dana untuk pembangunan jalan trans Papua sepanjang 4.325 kilometer. Pembangunan infrastruktur Trans Papua bertujuan untuk meningkatkan kesejahterahan masyarakat Papua, sehingga dapat mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, baik pertanian maupun energi yang diperlukan masyarakat di Provinsi Pa pua. Semuanya itu sangat sulit untuk dipasarkan, karena terbatasnya alat traspotasi untuk mengantarkan hasil bumi masyarakat yang ada. Hanya terdapat transportasi udara, itupun tertentu saja dan biayanya sangat mahal.

Agar dapat menghidupkan perekonomian rakyat lebih ramai, perlu dibuka sarana transportasi darat sebesar-besarnya. Diantaranya adalah di sepanjang perbatasan mulai dari Jayapura-Merauke, Keerom, Pegunungan Bintang dan Boven Diguel. Begitu juga dari

22

Jayapura-Wamena atau dari Wamena-Pegunungan Bintang. Selain itu dari Jayapura-Sarmi-Nabire-Enarotali-Sorong mengelilingi wilayah Kepala Burung, kemudian di sepanjang pesisir selatan hingga kembali ke Merauke. Hal ini diharapkan dapat membuka keterisolasian daerah serta mendukung perencanaan dan mempercepat pengembangan ekonomi antar kabupaten di Papua. Dengan adanya jalan penghubung ini, arus orang dan barang dari satu kabupaten ke kabupaten lain bisa lebih cepat.

Peran TNI dalam Membangun Jalan Trans Papua21

Pembangunan jalan trans Papua ini ternyata bukanlah perkara mudah. Sebagian besar jalan masih terputus dan tertutup hutan. Selain itu ancaman keamanan menjadi kendala. Dalam mewujudkan itu semua, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama TNI dalam hal ini Kodam XVII/Cenderawasih bekerja sama membangun untuk mempercepat pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah perbatasan Papua. Pembangunan infrastruktur itu dapat membuka keterisolasian di beberapa wilayah yang ada di Papua. TNI AD diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah ini, yaitu membuka bakal jalan yang masih tertutup hutan. TNI AD mengerahkan satuan Zeni yang sudah disiapkan dan terlatih untuk membangun dan bertempur. Hal seperti ini yang tidak dimiliki instansi sipil.

Peran dan kontribusi masyarakat sangat dibutuhkan terutama dalam hal membantu pembangunan dan pembebasan lahan. Kodam XVII/Cenderawasih mengerahkan personilnya serta menyiapkan alat peralatan berat untuk pelaksanaan pembuatan jalan tersebut. Tentara bersama rakyat negara kuat. Dibantu masyarakat, prajurit terjun bekerja di lapangan, sehingga pembangunanya dapat berjalan lancar dan aman. Partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat Papua dilibatkan untuk mendukung pembangunan di Papua, sehingga keterisolasian daerah dapat dibuka, serta kemajuan dan kelancaran pembangunan dapat terwujud. Pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Papua dan Papua Barat di segala bidang. Harapan lain dari pembangunan jalan trans Papua adalah memberikan ruang bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Papua. Papua yang kaya akan sumber daya alam akan dan keeksotisan diharapkan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

TNI mendapatkan kepercayaan untuk mendarmabaktikan diri kepada bangsa dan negara setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjadikan Zeni TNI AD sebagai mitra kerja. Zeni TNI AD membuka trans Papua yang belum terjamah oleh teknologi, selain itu para pekerja dari sipil tidak tahu ancaman-ancaman apa saja yang ada di tengah hutan. Jika kontraktor dilepas begitu saja, maka akan sulit untuk bekerja. Zeni TNI AD ikut membantu membuka jalan yang telah direncanakan sebelumya sehingga gangguan keamanan dapat diperkecil. Dengan diterjunkannya satuan Zeni TNI AD, seluruh pekerja bisa aman dan nyaman dalam mengerjakan pekerjaan trans Papua sesuai target dari pemerintah.

Dari data yang ada, pengerjaan proyek Trans Papua beberapa kali memakan korban. Yaitu meninggalnya empat pekerja sipil yang mengerjakan proyek pembangunan jalan dari Sinak ke Mulia, Kabupaten Jayawijaya. Keempatnya ditembakole kelompok 2 http://www.antarapapua.com/berita/453380/pangdam-pembangunan-jalan-transpapua-upaya-menghapus-

keterisolasian

23

bersenjata di Desa Agenggen, Daerah Sinak, Kabupaten Puncak pada Maret 2016. Dengan adanya korban dari pihak sipil untuk pengerjaan, maka pihak satuan Zeni TNI AD menjadi terdepan sebagai pembuka jalan, yang selanjutnya diteruskan oleh Kementerian PUPR dalam pengaspalan hingga sampai tahap penyelesaian.

Satuan Zeni TNI Angkatan Darat mejadi multi fungsi, selain bertugas membuka jalan, menebang pohon, membuka hutan, juga membuat badan jalan dan membelah gunung. Sistem pengerjaan dilakukan paralel, sehingga satuan Zeni harus bekerja ekstra. Kontraktor umum di belakangnya akan langsung melakukan pengerasan dan pengaspalan jalan. Pihak kontaktor umum

harus dikawal oleh TNI, jika tidak, mereka tidak bisa bebas dan aman bekerja dalam menyelesaikan target yang sudah ditentukan oleh pemerintah pusat. Pekerjaan pembangunan jalan Trans Papua terus dipercepat seiring kian mendesaknya kebutuhan jalan nasional di Papua. Saat ini warga, terutama yang bermukim di pedalaman Papua, tidak mempunyai akses jalan dan hanya mengandalkan transportasi angkutan udara yang sangat mahal sehingga tidak semua kalangan bisa menjangkaunya.

Semenjak tahun 2016, TNI dilibatkan bertujuan untuk percepatan pembangunan Trans Papua, dimana tidak sembarang orang/sipil dapat membangun jalan di Papua. Tim Zeni bekerja mengikis pinggang dan punggung pegunungan Jayawijaya yang melintang membelah Kabupaten Nduga dan Jayawijaya. Menaklukkan pegunungan Papua untuk membangun ruas jalan bukanlah hal yang mudah. Tidak jarang harus menggunakan bahan peledak untuk menghancurkan batu yang menghalangi pembangunan jalan. Prajurit Zeni TNI AD harus bekerja keras untuk mengatasinya. Medan berbatu, cuaca ekstrem hingga ancaman longsor dan gangguan keamanan menjadi hal yang dihadapi sehari-hari. Nilai-nilai perjuangan yang tinggi diterapkan demi mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Papua, pun menjadi senjata yang ampuh untuk mengatasi berbagai halang rintangan yang ada.

Total kekuatan yang dikerahkan oleh jajaran Zeni TNI Angkatan Darat adalah sejumlah 394 orang personel dengan komposisi: POP-1 meliputi Denzipur-10 dan Denzipur-12, mengerjakan ruas jalan Wamena-Habema dan Habema-Mbua; POP-2 yaitu Yonzipur-18, mengerjakan ruas jalan Mbua-Mugi dan Mugi-Paro; sedangkan POP-3 dari Yonzikon-14 mengerjakan ruas jalan Paro- Kenyam dan Kenyam-Mamugu, dengan kekuatan tiap POP berjumlah 107 personel. Alat-alat berat yang dibutuhkan dalam pembuatan ruas jalan terdiri dari Exavator, Dozer, Grader, Dump Truck, Tandem Roller, Tyred Roller, Vibro dan Tangki Air, dengan kebutuhan pembukaan jalan berjumlah 78 unit dan pengaspalan jalan berjumlah 60 unit alat berat. Berikut tabel rincian alokasi dana dan 14 ruas jalan Trans Papua yang dikerjakan :

Tabel 1. Rincian Pembangunan Ruas Jalan Trans Papua

No. Pembangunan Ruas Jalan Alokasi Dana (Rp)

1. Kasonaweja-Trimuris-Sarmi 25 miliar

2. Lagasari-Wapoga-Sumiangga 35 miliar

24

3. Botawa-Wapoga 20 miliar

4. Windesi-Yaur-Kwatisore 35 miliar

5. Gesa-Barapaso-Batas Waropen 30 miliar

6. Oksibil-Kawor-Waropko 53 miliar

7. Rosbori-Manggui-Poom (Lingkar Yapen) 20 miliar

8. Dawai-Waindu 20 miliar

9. Saubeba-Rosbon 20 miliar

10. Kenyam-Gearek 40 miliar

11. Gearek-Pasir Putih-Suru-suru 40 miliar

12. Suru-suru-Obio-Dekai 40 miliar

13 Mamugu

25

menghidupkan roda perekonomian masyarakat Sinak khususnya, dan umumnya adalah masyarakat Papua.

Masyarakat di pedalaman Papua sebenarnya menginginkan adanya pembangunan di segala bidang, terutama infrastruktur jalan dan rumah tinggal. Ketika pihak TNI melakukan pendekatan teritorial yang dibutuhkan masyarakat seperti pembangunan hunian/rumah tinggal untuk masyarakat, masyarakat sendiri yang ramai-ramai menjaga pembangunan jalan. Ini merupakan contoh kongrit bahwa masyarakat Papua ingin diperhatikan. Karena mereka miskin, disadari apabila semua infrastuktur sudah dibuat, lambat laun ekonomi masyarakat Papua akan meningkat.

Selama ini masyarakat Papua hanya bisa bertahan hidup untuk keluarga kecilnya saja, sementara sarana dan prasarana tidak ada yang bisa mengubah pola hidup mereka di lingkungan. Sekarang lingkungan yang dibutuhkan masyarakat Papua adalah pertanian, bagaimana cara bercocok tanam yang baik, dan bagaimana pemasarannya. Mereka sendirilah yang nanti akan melakukan perubahan, baik secara ekonomis maupun budaya setelah infrastuktur ada, baik itu jalan, pasar atau tempat pertemuan untuk transaksi.

Permasalahan infrastruktrur yang terbatas inilah yang sebenarnya membuat masyarakat Papua sulit berkembang. Saatnya pemerintah memfasilitasi masyarakat Papua untuk mandiri dan berkembang agar tidak ada jurang pemisah antara masyarakat Indonesia yang ada di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Papua. Diyakini jika itu terjadi, orang yang tadinya berseberangan akan berbalik 180 derajat dan mendukung pemerintah, seperti 150 orang masyarakat Sinak kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kesimpulan

Pertahanan dan perekonomian merupakan dua variabel berpengaruh yang saling timbal balik. Tanpa pertahanan maka akan muncul ancaman atau gangguan-gangguan sehingga perekonomian tidak dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya pertahanan hanya dapat ditingkatkan jika pendapatan nasional juga meningkat.

Selain untuk mengeliminir ancaman, program-program pertahanan harus dapat juga memberikan multiplier effect kepada kesejahteraan masyarakat, seperti yang telah dilakukan TNI dalam membantu pembangunan infrastruktur di Papua. Ini menunjukkan sebuah contoh bahwa program pertahanan yang produktif dapat mendorong perekonomian dan kesejahteraan di daerah, dimana swasta tidak dapat/berani masuk karena berbagai kendala di wilayah tersebut.

Dari temuan-temuan dapat disimpulkan bahwa program-program pertahanan nasional, secara keseluruhan dapat meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber daya domestik, seperti program pembangunan jalan Trans Papua. Sektor militer juga mampu mengawal dan menjamin bergeraknya perekonomian dengan aman, walaupun struktur ekonomi, sosial dan politik nasional sangat bervariasi dan berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Tantangan ke depan bagi pertahanan Indonesia adalah perlunya peningkatan anggaran pertahanan, karena permasalahan pertahanan akan semakin kompleks. Selain diakibatkan sumber daya alam yang sangat terbatas sehingga menyebabkan potensi konflik ke depan, juga tuntutan dari masyarakat bahwa anggaran tersebut melalui program-program

26

pertahanan harus dapat juga memberikan manfaat bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk penelitian selanjutnya, perlu ditinjau pengaruh pertahanan dan peran TNI terhadap kesejahteraan masyarakat di wilayah-wilayah perbatasan, terpencil dan terdepan secara lebih mendalam, karena merupakan wilayah terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

REFERENSI Benoit, E. (1973). Defence and Economic Growth in Developing Countries. Lexington.

Benoit, E. (1978). Growth and Defence in Developing Countries, Economic Development and Cultural Change. Vol.26 (2) : 271-280.

BNPP, 2011, Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara & Kawasan Perbatasan Tahun 2011- 2014

Brasoveanu, Laura Obreja. (2010). The Impact of Defense Expenditure on Economic Growth

27

http://properti.kompas.com/read/2017/02/14/120000921/tni.dilibatkan.membangun.jalan.tran

s-papua http://regional.liputan6.com/read/2922641/tni-bakal-garap-titik-tersulit-

pembangunan-jalan-trans-papua

http://setkab.go.id/kendarai-trail-tinjau-jalan-trans-papua-presiden-jokowi-puji-duet-kementerian- pupr-tni/

http://tni.mil.id/view-113013-tni-dan-kementerian-pupr-bangun-jalan-trans-papua-4300-

km.html https://www.antaranews.com/berita/624405/tni-kerjakan-jalan-trans-papua-

tersulit https://www.youtube.com/watch?v=7x-s0DXUMiY.

27

Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan (Bangtekindhan) dalam

Rangka Kemandirian Bangsa

Sutrimo, Bambang Wahyudi, Mhd Halkis [email protected] [email protected]

Abstraksi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebijakan pengembangan industri pertahanan dalam rangka kemandirian Alutista dan Alpahankam. Melalui pendekatan Teori Strukturasi Anthony Giddens dapat dipahami masalah budaya kemandirian terkait masalah signifikansi, dominasi dan legalitas. Proses Transfers of Technology (ToT) berkaitan dengan sumber daya manusia, fasilitas dan pemilikan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI). Solusi yang memungkinkan adalah membuat regulasi Triple Helix sebagai cara mendapat inovasi, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan layanan khusus terhadap industri pertahanan guna menciptakan sinergi antara universitas, industri dan pihak pengguna. Fenomena pengembangan teknologi pertahanan dinilai dari perspektif Diplomasi Pertahanan dapat disimpulkan bahwa kemandirian yang dimaksud dalam Pengembangan Industri Pertahanan (Bangtekindhan) perlu memperhitungkan tarik menarik antara Diplomasi Pertahanan dan Ekonomi Pertahanan. Oleh karena itu pengelolaan pengembangan teknologi Industri Pertahanan menyangkut kemampuan militer suatu negara. Terdapat pergeseran nilai kemandirian antara pemahaman dalam konsep politik dengan implementasi teknis. Ini terbukti dalam Undang-Undang Industri Pertahanan dari banyak istilah kemandirian, namun dalam kebijakan Kementerian Pertahanan kata-kata kemandirian semakin berkurang. Dengan demikian usaha Pengembangan Teknologi yang tepat adalah pada tataran praktis, sedangkan keinginan masyarakat tidak mau bergantung pada pihak manapun. Kata kunci; Kemandirian Bangsa, Strukturasi, Kesiapan Fasilitas dan SDM, dan Sistem

Senjata Pendahuluan

Connie Rahakundini Bakridalam Seminar Dirgantara Nasional 2017 memempertanyakan program pengadaan kebutuhan militer selama ini

28

dengan masalah Hak Kekayaan Intelektual (Hak Cipta, Hak Paten, Merk Dagang. dan Rahasia Dagang). Pengaturan pengembangan maupun pengadaan terkait dengan teknologi pertahanan di Indonesia diatur dalam Undang-undang nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Aturan ini menjadi aturan dasar untuk memahami pengelolaan pengembangan teknologi pertahanan.

Makalah ini bertujuan untuk membongkar makna kemandirian dalam regulasi tersebut, sehingga pertanyaan utama adalah bagaimana konstruksi kemandirian dalam pengembangan industri pertahanan dalam rangka meningkatkan bela Negara. Menjadi perhatian utama dalam penelitian adalah kemandirian dalam Industri Pertahanan.Kemandirian merupakan salah satu asas yang diamanatkan Undang- undang Indahan tersebut. Kalau

29

dari laba bersih.3 Sehingga

30

Gambar 5 : Sebuah proses berlapis kodifikasi informasi dengan pengolahan makna, dan

kodifikasi makna dalam hal pengetahuan diskursif. Diambil dari Leydesdorff (2010a), at p. 405.

Pembahasan Salah satu tugas yang dilakukan dalam memahami struktur penguasaan masalah

industri pertahanan adalah masalah regulasi. Dengan harapan; dengan memahami regulasi tersebut kita dapat memahami arah kebijakan yang dilakukan pemerintah. Peneliti melakukan koding terhadap; a. Undang-undang nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. (UU) b. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 141 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Industri

Pertahanan, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2010 Tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (PP)

c. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2013 tentang Organisasi, Tata Kerja & Sekretariat KKIP (Peppres)

d. Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2011 Tentang Penelitian Dan Pengembangan Bidang Pertahanan Di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (Permen 2)

e. Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Program Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan. (Permen 2)

f. Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Program Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan.

Setelah melakukan Koding dapat digambarkan sebagai berikut;

UU PP Pep- pres

Per- men1

Per- men1

Per- men3

JML

Kemandirian 17 5 - 2 1 1 26

31

Inovasi 1 - - 3 - - 4

Perekayasa 15 4 - - - 7 26

Pengembangan 28 13 4 34 23 22 123

Penelitian 21 7 3 33 16 16 96

Penguasaan 7 5 - 1 3 2 19

Pemanfaatan 6 - 1 7 1 1 1

Pembelian 8 2 2 - - - 12

Penjualan 7 2 2 - - - 11

Gambar 6: Tabel Koding terhadap kata penting dalam regulasi kebijakan pengembangan industry pertahanan

Peneliti pertama menyoriti masalah kemandirian. Mengapa istilah

32

inovasi, penguasaan dan pemanfaatan dapat dilakukan secara optimal.Proyek industri Alutsista secara mendalam sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan tanpa kendali dan koordinasi Kementerian Pertahanan secara ketat. Mengingat bahwa beberapa logika institusional tidak mungkin mengalami kekacauan yang signifikan pada masa depan, lebih tepat untuk memikirkan bagaimana menjadi efektif dalam hambatan kelembagaan saat ini. Kontradiksi yang melekat pada serangkaian logika institusional yang berbeda membedakan individu, kelompok, dan organisasi dengan sumber daya budaya untuk perubahan. Inovasi nasional Indonesia perbedaan dengan kondisi Indonesia sebelum refeormasi yang dimanja oleh Barat, akan tetapi Barat bukanlah hambatan untuk berubah, melainkan sebuah basis untuk menciptakan sistem baru.

Dominasi kepentingan dalam kebijakan pengembangan pengembangan teknologi industri pertahanan terlihat dalam isi Undang undang Industri Pertahanan yang dibuat oleh DPR dan Presiden kat

33

Hayward, Keith 2000.

34

35

Lampiran

STRUKTUR KEMANDIRIAN INDUSTRI PERTAHANAN

Gambar 7 : Struktur Kemandirian Bantekindhan

35

Strategi Pengambilan Keputusan Untuk Pengembangan Pertahanan

Nasional Menggunakan Multi Criteria Decision Making: Pembelajaran

dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat

Rahmat Fadhil1*, M. Syamsul Maarif2, Aryos Nivada3 1Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH), Banda Aceh

2Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 3Program Studi Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) Banda Aceh dan

Pakar Politik dan Keamanan *E-mail: [email protected]

Abstrak Tugas pertahanan nasional sesungguhnya adalah tugas seluruh warga negara, bukan hanya bagi aparatur negara saja khususnya angkatan bersenjata, tetapi juga masyarakat sipil lainnya. Pemerintah Indonesia sebagaimana juga pemerintah lainnya diseluruh dunia menyediakan suatu kementerian yang menangani pertahanan. Melalui Kementerian Pertahanan inilah sejumlah kebijakan yang merupakan keputusan strategis diambil dengan melibatkan banyak pihak, terutama para pakar yang menguasai bidangnya masing-masing. Salah satu metode yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan, termasuk di negara-negara maju seperti Amerika Serikat adalah Multi Criteria Decision Making (MCDM). Artikel ini bertujuan untuk mempelajari strategi pengambilan keputusan bagi pengembangan pertahanan nasional menggunakan MCDM sebagai sebuah pembelajaran dari Departeman Pertahanan di Amerika Serikat. Kata kunci: pengambilan keputusan, pertahanan, multi criteria decision making, pakar.

PENDAHULUAN

Strategi adalah cara yang terencana untuk mencapai suatu tujuan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan berkesinambungan, sehingga dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dimulai dari apa yang memungkinkan terjadi kemudian, jadi bukan dimulai dari apa yang terjadi. Adapun pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan penentuan pilihan dari sejumlah alternatif pilihan-pilihan yang tersedia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi berdasarkan berbagai pertimbangan tertentu. Pilihan ini merupakan pilihan terbaik dari sejumlah pilihan yang memungkinkan untuk dilaksanakan setelah mempertimbangkan resiko, biaya, efektifitas, efisiensi, waktu, sumber daya (alam dan manusia), keberlanjutan, fleksibelitas, kebutuhan, manfaat, dan lain sebagainya. Oleh karenanya pengambilan keputusan adalah tindakan sadar, matang, tidak secara kebetulan atau aktifitas yang tidak menentu. Dengan demikian maka, strategi pengambilan keputusan dapat dijelaskan sebagai sebuah aktifitas secara keseluruhannya adalah pelaksanaan ide atau gagasan, perencanaan dan strategis dalam menentukan pilihan-pilihan yang akan diputuskan untuk suatu tujuan atau kepentingan tertentu.

Prinsip pengambilan keputusan ini sesungguhnya terbangun dari dua elemen strategis yang sangat penting diperhatikan. Pertama adalah orang yang mengerti permasalahan atau memiliki kewenangan sebagai penentu keputusan, dan kedua adalah metode pengambilan keputusan yang benar. Orang yang tepat tetapi metode pengambilan keputusan yang salah, mengakibatkan ide-ide besar yang inovatif dan kreatif malah tereleminasi dengan ide-ide lainnya yang kurang inovatif bahkan mungkin berakibat fatal dengan resiko yang cukup besar (Baumgartner 2010). Begitu pula sebaliknya, jika metode pengambilan keputusan telah benar

36

dilaksanakan, namun orang-orang yang dipercaya mengambil keputusan malah tidak mengerti permasalahan, maka akan mengakibatkan pilihan keputusan tidak tepat dan merugikan. Mengingat betapa kompleks dan tidak sederhananya pengambilan keputusan itu, sehingga para ilmuwan telah mengembangkan berbagai cara pengambilan keputusan, baik kriteria orang-orang sebagai penentu keputusan dan metode pengambilan keputusan yang efektif terus berkembang hingga saat ini.

PEMBAHASAN Sistem Pakar Salah satu pendekatan pengambilan keputusan adalah menggunakan pemikiran sistem,

yaitu suatu pemikiran untuk menyelesaikan persoalan melalui tahapan identifikasi sejumlah kebutuhan sebagai bagian dari perencanaan sampai menghasilkan suatu operasi sistem dan kemudian memeliharanya dengan seksama sebagai sebuah hasil implementasi yang efektif (Marimin 2017, Eriyatno 2012). Pedekatan sistem saat ini telah berkembang sangat luas, sehingga kemudian melahirkan suatu model yang dinamakan dengan Daur Hidup Pengembangan Sistem atau System Development Life Cycle (SDLC) (Gambar 1) (Fadhil et al. 2017a, Djatna 2016, Moore 2015, Wasson 2015).

Gambar 1. Daur Hidup Pengembangan Sistem

Pendekatan sistem menjadi sangat penting, mengingat permasalahan yang dihadapi dari

waktu ke waktu hingga saat ini tidak lagi dapat diselesaikan dengan cara-cara yang sederhana dan menggunakan metode yang konvensional, termasuk dengan pendekatan satu ilmu saja. Beragam masalah yang hadir ditengah dinamika masyarakat hari ini makin kompleks, dinamis dan probabilistik sehingga interdependensinya semakin rumit (Marimin 2017). Oleh karenanya sangatlah diperlukan suatu integrasi beragam pengetahuan dan kompetensi para pengambil kebijakan untuk dapat menghasilkan keputusan dengan latar pengetahuan yang kuat dan berdasarkan fakta-fakta yang mendukung. Dengan realita inilah kemudian ilmu Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support Systems) berkembang sejak awal tahun 1970-an hingga saat ini (Turban dan Aronson 2001). Sistem pakar adalah sebuah

37

sistem memanfaatkan pengetahuan dari orang-orang yang dianggap memiliki kompetensi atau pengetahuan tertentu pada satu atau beberapa aspek yang sedang didesain, dikaji, dianalisis, disintesis, disimulasi atau diformulasikan. Proses memanfaatkan pengetahuan ini kemudian dimaknai dalam dua hal utama, yaitu penyerapan pengetahuan dan akuisisi pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pakar. Adapun identifikasi pakar tersebut adalah 1) pakar yang mendapatkan pendidikan formal pada bidang yang dikaji, 2) pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji, namun memiliki pendidikan formal pada bidang lainnya, dan 3) pakar yang merupakan praktisi dalam kehidupan sehari-hari (Marimin 2017). Dengan demikian maka, untuk memutuskan suatu masalah yang kompleks dengan merujuk dan mendapatkan masukan pendapat dari pakar yang beragam kompetensi akan semakin mudah, cepat dan efektif keputusan yang dihasilkan.

Multi Criteria Decision Making

Multi Criteria Decision Making (MCDM) diartikan sebagai pengambilan keputusan multi kriteria adalah metode yang dapat digunakan sebagai sarana pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan beragam kriteria meliputi aspek kuantitatif maupun aspek kualitatif. MCDM adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran- ukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Tujuan dari MCDM adalah memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif eksklusif yang saling menguntungkan atas dasar performansi umum dalam bermacam kriteria (atribut) yang ditentukan oleh pengambil keputusan (Chen 2005). Berdasarkan tujuannya, MCDM dapat dibagi dua model, yaitu Multi Attribute Decision Making (MADM) dan Multi Objective Decision Making (MODM) (Kahraman 2008, Tseng and Huang 2011). Berdasarkan fungsinya itu, MADM digunakan unutuk menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif, sedangkan MODM adalah merancang atau mendesain alternatif terbaik.

Cara sederhana untuk memahami MCDM ini adalah dapat dilihat pada Gambar 2. Pertimbangan atas kriteria sangat menentukan tingkat kepentingan dari kriteria itu menurut setiap orang yang akan memberikan keputusan. Kompleksitasnya tentu sangat tergantung dari kepentingan dari kriteria dan indikator yang digunakan dalam penentuannya, sehingga subjektifitas penilaian sangat dipengaruhi oleh pembuat keputusan.

Dua orang yang kehausan mencoba menentukan suatu pilihan: Apakah akan membeli

sekaleng Cola atau sebotol Jus Jeruk Dua kriteria yang digunakan untuk mengambil keputusan ini adalah biaya dan manfaat

bagi kesehatan dari masing-masing minuman yang dipilih tersebut

Orang Pertama khawatir karena uang yang mereka miliki hanya sedikit dan ingin membeli

Cola karena harganya lebih murah

Orang Kedua lebih memperhatikan hidup sehat dan umur panjang, sehingga bersedia membayar

Jus Jeruk yang lebih mahal, namun lebih menyehatkan

Gambar 2. Contoh situasi dalam pengambilan keputusan (Mendoza et al. 1999).

Pengambilan keputusan selalu dipengaruhi oleh kriteria dan indikator. Kriteria adalah suatu prinsip atau patokan dalam menilai sesuatu, sedangkan indikator adalah suatu variable atau komponen untuk memperkirakan status kriteria tertentu. Dalam kasus pada Gambar 2,

38

terlihat jelas bahwa kriteria yang dipertimbangkan adalah biaya dan manfaat bagi kesehatan, sedangkan indikatornya adalah variabel atau komponen yang digunakan untuk mempertimbangkan kriteria tersebut. Ada dua metode yang sederhana untuk memahami kasus diatas dalam kaitan pengambilan keputusan multi kriteria tersebut, yaitu penetapan tingkat kepentingan atau peringkat (ranking) dan penentuan nilai kepentingannya (rating). Ranking adalah pemberian nilai suatu peringkat untuk setiap elemen keputusan yang menunjukkan derajat kepentingan relatif elemen tersebut terhadap keputusan yang akan dibuat, biasanya disusun berdasarkan peringkatnya, yaitu pertama, kedua dan seterusnya. Adapun rating adalah pemberian nilai tertentu, misalnya antara 0 sampai 100. Oleh karenanya perlu dipahami bahwa bila suatu elemen diberi nilai tinggi, maka elemen lainnya haruslah diberi nilai lebih rendah (Mendoza et al. 1999).

Pedekatan MCDM adalah salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan dalam kebijakan pengambilan keputusan. Turskis and Zavadskas (2010) menyatakan berbagai macam metode MCDM banyak digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di bidang sains, bisnis dan pemerintahan. Menurut Fadhil et al. (2017b), untuk menghadapi hal tersebut para pakar mencoba menemukan cara-cara efektif dalam penentuan keputusan secara cepat, tepat dan memenuhi harapan yang diinginkan. Karena pendapat pakar yang berlatar belakang pendidikan dan pengetahuan yang berbeda, maka akan melahirkan berbagai perspektif yang juga beragam. Disinilah diperlukan suatu pedekatan perumusan keputusan dalam menentukan pilihan-pilihan yang mesti ditentukan.

MCDM telah berkembang sebagai bagian dari penelitian operasi (research operation), berkaitan dengan perancangan alat komputasi dan matematis untuk mendukung evaluasi subjektif dari suatu kriteria bagi pengambil keputusan (Zavadskas et al. 2014). Beberapa pendekatan MCDM yang saat ini telah berkembang antara lain adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) (Aminbakhsh 2013, Saaty 2013), Technique for Order Performance by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) (Hwang dan Yoon 1981, Fadhil et al. 2017c), Multi- Objective Optimization on the Basis of Ratio Analysis (MOORA) (Kalibatas dan Turskis 2008), Eckenrode atau Weighting Multiple Criteria (WMC) (Fadhil et al. 2017c, Kao 2010), Preference Ranking Organization Method for Enrichment of Evaluations (PROMETHEE) (Kilic et al. 2013), Multi Atribut Utility Theory (MAUT) (Claudio et al. 2014), Visekriterijumslca Optimizacija I Kompromisno Resenje (VIKOR) (Mardani et al. 2016),

39

of Operational Research, sedangkan kajian yang paling banyak menggunakan pendekatan dan teknik MCDM adalah bidang energi, lingkungan dan kajian keberlanjutan (sustainability). Sementara Georgiadis et al. (2012) telah mengindentifikasi berbagai model MCDM yang berlaku saat ini yang digunakan dalam analisis keputusan, kemudian mengaplikasikannya dalam pengambilan keputusan bagi pengembangan teknologi yang memungkinkan di Departemen Pertahanan Amerika Serikat (lebih lanjut akan dibahas pada bagian terakhir tulisan ini). Lebih dari 45 metode dianalisis untuk menemukan metode yang paling tepat pada setiap permasalahan pengambilan keputusan. Akan tetapi perlu disadari bahwa setiap metode memiliki filosofinya tersendiri, termasuk kelemahan dan keunggulannya, serta tidak serta merta bisa dikatakan bahwa satu metode lebih benar dari metode lainnya (Tamiz et al. 1998). Beberapa peneliti bahkan tidak jarang menggabungkan beberapa metode untuk menyelesaikan permasalahan dalam pengambilan keputusan (Tanadtang dan Park 2003, Afshari et al. 2010, Georgiadis et al. 2012, Fadhil et al. 2017b)

Pengembangan Pertahanan Nasional

Dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia tahun 2015 (Kemenhan RI 2015) disebutkan bahwa, pertahanan negara kita disusun dalam suatu rumusan sistem pertahanan semesta untuk mencapai tujuan nasional. Pertahanan semesta ini, pada hakikatnya adalah suatu pertahanan yang melibatkan seluruh warga negara Indonesia menurut peran dan fungsinya, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Kegiatan ini diimplementasikan dalam wujud program bela negara atas dasar kecintaan terhadap Tanah Air.

Untuk memastikan pertahanan nasional kita, pemerintah telah merumuskan sejumlah agenda, meliputi kajian perkembangan lingkungan strategis sampai perumusan anggaran pertahanan (Tabel 1).

Tabel 1. Agenda Pertahanan Nasional Indonesia (Kemenhan RI 2015)

Agenda Ruang Lingkup

Perkembangan

Lingkungan Strategis

Dinamika Keamanan Lingkungan Strategis di Kawasan Asia Pasifik; Modernisasi Kekuatan Militer; Isu Perbatasan Antarnegara; Konflik Intra dan Antarnegara; Kecenderungan Konflik Kontemporer; Isu Senjata Pemusnah Massal; Terorisme; Spionase; Kejahatan Lintas Negara; Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; Perubahan Iklim; Bencana Alam; Keamanan Pangan, Air dan Energi; Epidemi; Perkembangan Lingkungan Strategis Nasional; serta Prediksi Ancaman Ke Depan

Esensi Pertahanan

Negara

Tujuan Nasional; Kepentingan Nasional; Hakikat Pertahanan Negara; Sistem Pertahanan Negara; Fungsi Pertahanan Negara; dan Prinsip-Prinsip Dasar Penyelenggaraan Pertahanan Negara

Kebijakan, Strategi,

dan Pembinaan

Kemampuan

Pertahanan Negara

Kebijakan Pertahanan Negara; Strategi Pertahanan Negara; dan Pembinaan Kemampuan Pertahanan Negara

Industri Pertahanan Arah Kemandirian Industri Pertahan; Pembinaan Industri Pertahanan; dan Kerja Sama Pengembangan Industri Pertahanan.

Kerja Sama

Internasional Di

Pokok-Pokok Kerja Sama Internasional Bidang Pertahanan; Kerja Sama Bilateral; dan Kerja Sama Multilateral

40

Bidang Pertahanan

Bela Negara Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN); dan Pengelolaan PKBN Postur Pertahanan

Negara Postur Pertahanan Militer; dan Postur Pertahanan Nirmiliter

Pembangunan

Pertahanan Negara

Arah Pembangunan; Rancang Bangun; Pembangunan Pertahanan Negara; Pembinaan Pertahanan Negara; dan Penggunaan Kekuatan Pertahanan Negara.

Anggaran

Pertahanan Negara Alokasi Anggaran; dan Proyeksi Anggaran

Program ini direalisasikan dengan sejumlah anggaran yang tidak sedikit. Menurut

Global Firepower (2017) melaporkan bahwa Indonesia menghabiskan anggaran sebesar US$ 6,9 miliar dengan rangking kekuatan militer urutan ke 14 di dunia. Posisi ini merupakan akumulasi perankingan kekuatan keseluruhan yang dimiliki Indonesia, meliputi 876,000 prajurit aktif, 468 tank, 420 pesawat tempur, 2 kapal selam, dan lain sebagainya (Gambar 3).

Gambar 3. Ranking kekuatan militer di dunia (Global Firepower 2017)

41

Pada Gambar 3 juga dapat dilihat perbandingan anggaran pertahanan negara-negara maju di dunia. Amerika Serikat menduduki tempat pertama yang memiliki anggaran pertahanan terbesar di dunia, disusul oleh Rusia, China, India, Perancis, Inggris dan Jepang. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan power index 0,3347, disusul Vietnam, dan Thailand diperingkat kedua dan ketiga (Gambar 4).

Mengingat besarnya anggaran pertahanan ini karena menyangkut kemanan nasional, maka setiap keputusan-keputusan yang akan dilakukan untuk pengembangan pertahanan nasional memerlukan ketelitian, kepastian, kehati-hatian dan relevansi output (hasil) mapun outcome (dampak) yang berdayaguna. Oleh karena itu, pilihan orang yang tepat (pakar) dan menggunakan metode pengambilan keputusan yang tepat, maka tentu harapannya adalah menghasilkan keputusan yang tepat pula terhadap masalah-masalah yang dihadapi.

Gambar 4. Ranking kekuatan militer di wilayah Asia Tenggara

Pengambilan Keputusan Pada Departemen Pertahanan di Amerika Serikat

Salah satu contoh yang dapat dipelajari dalam aplikasi pengambilan keputusan untuk pengembangan pertahanan di Amerika Serikat menggunakan MCDM adalah pada analisis alternatif (analysis of alternatives/AoA) untuk memilih pengembangan teknologi yang memungkinan. Undang-undang Amerika Serikat (US Law under Title 10, US Code) dan Instruksi Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Dephan-AS) 5000.02 mensyaratkan bahwa program militer mengharuskan adanya analisis alternatif terhadap perencanaan awal

42

suatu program untuk menentukan dan membandingkan suatu solusi keputusan yang efektif (Dephan- AS 2008). Ini termasuk efektifitas operasional, biaya, jadwal, konsep operasi, kematangan teknologi, kelayakan manufaktur, kebutuhan demonstrasi (uji coba) dan resiko secara keseluruhan. Analisis alternatif ini harus diselesaikan oleh penyedia layanan (kontraktor) sebelum dinvestasikannya sumber daya yang mahal untuk satu proyek tertentu melalui suatu keputusan penting (Gambar 5). Para penyedia layanan, biasanya akan sangat mempertimbangkan analisis alternatif ini, sehingga wajar saja anggaran yang dihabiskanpun tidak sedikit (Gambar 6).

Terlepas dari persyaratan wajib tersebut, pada tahun 2009, Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS (U.S. Government Accountability Office), menyatakan bahwa dalam "Banyak Analisis Alternatif (AoA) belum memberikan penilaian yang kuat terhadap sistem pemilihan persenjataa

43

Gambar 6. Belanja Pertahanan berdasarkan kontraktor di Amerika (Statista 2015) Sebuah penelitian penting telah dilakukan oleh Georgiadis (2013) di Faculty of the

School of Engineering and Applied Science of the George Washington University melalui risetnya berjudul

44

optik untuk menemukan berbagai informasi dari target yang jauh dan sering disebut sebagai "LADAR atau Laser Altimetri" (Schmid et al. 2008). LIDAR memiliki aplikasi di bidang seismologi, arkeologi, geologi, kehutanan, geomatika, pemetaan, geografi, fisika atmosfer, geomorfologi, penegakan hukum, manajemen aliran tenaga listrik, topografi, batimetri, penginderaan jauh, pencitraan bawah laut, sistem pertahanan, dan kini pegolf serta pemburu secara umum menggunakan LIDAR untuk tujuannya (Gambar 8).

Gambar 7. Deteksi Ranjau di permukaan dan bawah air dari udara (Georgiadis et al. 2012)

Dephan-AS telah menggunakan LIDAR untuk banyak aplikasi militer dalam 10 tahun

terakhir dan di Amerika sendiri sejumlah lembaga dan organisasi juga menggunakan teknologi ini untuk berbagai kepentingannya (Gambar 9). Beberapa aplikasi di Dephan-AS dan lainnya adalah seperti pada Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12.

Tujuan dari penelitian Georgiadis ini adalah untuk memberikan contoh penggunaan model MCDM yang berhasil menggabungkan penilaian ahli dengan data kuantitatif untuk mendukung pemilihan teknologi yang memungkinkan. Sebelum proses pengambilan keputusan dimulai, ruang lingkup masalah keputusan harus benar-benar ditentukan. Tujuan desain yang relevan (atribut atau kriteria) harus dapat diukur dengan hasil kuantitatif atau kualitas tertentu, dan desainer harus menggunakan pengetahuan dan keahlian mereka untuk menghasilkan solusi yang tepat (alternatif) pada sistem yang relevan (Hopfe 2009).

45

Gambar 8. Ilustrasi aplikasi LIDAR pada berbagai bidang (Georgiadis 2013).

Gambar 9. Pengguna LIDAR di Amerika (Georgiadis 2013)

Gambar 10. Konfigurasi Bi-Static RADAR/LIDAR (Georgiadis 2013)

Pendapat pakar dikumpulkan untuk mendapatkan kriteria penilaian pada berbagai

penerima optik dan kriteria bobot melalui pendekatan MCDM dalam menentukan receiver (unit penerima) yang direkomendasikan sebagai teknologi yang memungkinkan untuk media ganda (udara dan air) pada sistem LIDAR. Sebanyak 34 ahli rekayasa optik (optical engineering experts) dipilih sebagai partisipan (pakar) yang memberikan penilaian. Setiap partisipan dipilih dari suatu organisasi yang terlibat dalam pengembangan optik elektro dan akuisisinya dengan persyaratan minimum setidaknya memiliki pengalaman selama tiga tahun di bidang optik elektro. Semua informasi pribadi partisipan dirahasiakan dan tingkat pertanyaan yang diajukan dalam penilaian tidak menimbulkan risiko apapun kepada partisipan. Setiap pertanyaan untuk menilai kriteria dalam matriks keputusan harus dipahami sebagai kriteria manfaat (lebih tinggi lebih baik) atau sebagai kriteria biaya (lebih rendah lebih baik) karena konversi masing-masing harus diperhitungkan dalam model yang dibangun. Partisipan yang dipilih memiliki gelar ilmiah profesional yaitu 30% doktoral (PhD), 45% magister (MS), dan 25% sarjana (BS). Sekitar 45% bekerja pada perusahaan-perusahaan dengan karyawan sekitar 500 orang dan ukuran organisasi berkisar antara 10

46

sampai 120.000 karyawan. Data demografi partisipan ini menunjukkan tingkat partisipan yang beragam.

Gambar 11. Operasi Kamera Flash LIDAR 3 D (Stettner et al. 2006).

Gambar 12. Aircraft 3D image menggunakan kamera 3D (Chen dan Stettner 2011)

Metode MCDM yang dipilih adalah TOPSIS dan membandingkannya dengan metode

SAW dan WPM. Alternatif yang dipilih adalah photo multiplier tube (PMT), streak tube, geiger mode avalanche photo diode (APD), gated LIDAR, 3 camera, dan multispectral image, sedangkan kriteria penilaiannya adalah index resiko (risk index), biaya (cost), keterbatasan resolusi (limiting resolution), tingkat kesiapan teknologi (technology readiness level), jangkauan dinamik (dinamic range), efesiensi quantum (quantum efficiency) dan reliabilitas (reliability) (Tabel 2). Setelah dianalisis, kemudian diperolehlah hasil seperti pada Tabel 3, yaitu mengidentifikasikan urutan peringkat alternatif dengan streak tube receiver sebagai alternatif pertama dan 3D camera yang terakhir. Output dari model ini dapat membantu para pengambil keputusan dalam membuat keputusannya secara pasti dan jelas.

Tabel 2. Matrik Keputusan (Georgiadis et al. 2012)

Berdasarkan kajian ini terlihat bahwa pendekatan MCDM melalui beberapa metode

yang dicoba seperti TOPSIS, SAW dan WPM mampu memberikan penentuan alternatif dan

47

penilaian pakar secara subjektif dengan memperhitungkan peringkat urutan preferensinya. Pengambil keputusan dalam kasus ini, akan disarankan untuk memilih salah satu dari peringkat teknologi yang memungkinkan untuk dikembangkan atau diaplikasikan lebih lanjut. Tabel 3. Ranking alternatif dengan metode TOPSIS, SAW dan WPM (Georgiadis et al. 2012)

KESIMPULAN Mengingat tugas pertahanan nasional sesungguhnya adalah tugas seluruh warga negara

dan bukan hanya bagi aparatur negara saja, khususnya angkatan bersenjata, maka partisipasi warga negara merupakan peran yang strategis. Kementerian Pertahanan Republik Indonesia sebagai kementerian yang secara spesifik mengelola sejumlah agenda kebijakan pertahanan, memerlukan keputusan strategis yang diambil melalui suatu mekanisme tertentu yang melibatkan banyak pihak, terutama para pakar yang menguasai bidangnya masing-masing. Pendekatan Multi Criteria Decision Making (MCDM) dengan beragam metode yang telah berkembang saat ini dapat digunakan dalam membantu memudahkan, mempercepat, memperjelas, dan mempersingkat pengambilan keputusan. Pembelajaran dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Dephan-AS) dalam merumuskan berbagai analisa alternatif bagi implementasi program pengembangan pertahanan, baik militer maupun nirmiliter menjadi pelajaran berharga untuk dapat menjadi model bagi kebijakan pengembangan pertahanan semesta di negara kita, Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Afshari A, Mojahed M, Yusuff RM. 2010. Simple Additive Weighting Approach to

Personnel Selection Problem. International Journal of Innovation Management and Technology 1 (5): 511-514.

Aminbakhsh S, Gunduz M, Sonmez R. 2013. Safety risk assessment using analytic hierarchy process (AHP) during planning and budgeting of construction projects. Journal of Safety Research 46: 99

48

Chen CI, dan Stettner R. 2011. Drogue Tracking Using 3D Flash LIDAR for Autonomous Aerial Refueling, Retrieved November 23, 2017, from http://www.advancedscien-tificconcepts.com/technology/documents/rogueTrackingUsing3DFlashLIDARforAut onomousAerialRefueling.pdf

Chen Z. 2005. Consensus in Group Decision Making Under Linguistic Assessments. Dissertation, Kansas State University, Manhattan Kansas

Claudio D, Kremer GEO, Bravo-Llerena W, Freivalds A. 2014. A dynamic multi-attribute utility theory

49

Kahraman C. 2008. Multi-Criteria Decision Making Methods and Fuzzy Sets. Fuzzy Multi- Criteria Decision Making, Theory and applications with recent Development. Springer.

Kalibatas D, dan Turskis K. 2008. Multi criteria evaluation of inner climate by using MOORA method. Inform Technol Control 37 (1): 79

51

Upaya Pembentukan Karakter Bangsa Pada Generasi Muda Melalui

Kegiatan Bela Negara Pada Organisasi Mahasiswa

Dr. Yanif Dwi Kuntjoro, Anggun Andeyani

Abstrak

Mahasiswa merupakan bagian dari pemuda dengan bekal intelektual dan kapasitas kinerja yang mumpuni dan menjadi asset penting kemajuan bangsa. Seluruh universitas yang ada di Indonesia, memiliki organisasi mahasiswa yang bergerak diberbagai bidang, seperti di bidang penelitian, olahraga, kesenian, pecinta alam dan lain sebagainya, yang seluruhnya memiliki peran dalam mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki mahasiswa, serta sebagai wadah untuk mengasah soft skil. Upaya pengembangan diri mahasiswa ini juga harus disertai dengan pendidikan bela negara, karena melalui hal ini akan lahir mahasiswa dengan kemampuan dan pengetahuan yang lengkap, yaitu yang memiliki Soft skill dan hard skill dengan dijiwai semangat bela negara.

Kata kunci :organisasi mahasiswa, karakter, bela negara Pendahuluan

Tak dapat dipungkiri peran mahasiswa dalam sejarah bangsa Indonesia sangatlah penting. Berbagai peristiwa besar lahir dengan diprakarsai oleh gerakan pemuda dan mahasiswa yang menjadi tombak perjuangan nasional. Gerakan pemuda dan mahasiswa yang memiliki pengaruh luar biasa dalam sejarah bangsa Indonesia antara lain Budi Utomo, Sumpah Pemuda, Perhimpunan Indonesia, hingga peristiwa Rengasdengklok yang menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan bangasa Indonesia. Setiap tahun gerakan perjuangan pemuda dan mahasiswa semakin berkembang pesat dan terorganisir dengan baik, puncaknya pasca kemerdakaan, gerakan ini mampu memaksaa Presiden Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia.

Mahasiswa dengan status kaum intelektual yang disandang, memiliki pengetahuan, dan cara berpikir yang luas. Hal ini menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan. Dari beberapa contoh tersebut telah terbukti bahawa mahasiswa dalam organisasi merupakan asset bangsa yang menuntun kemana arah bangsa ini berjalan, kepada kemajuan atau sebaliknya kehancuran, mengingat semakin hari jenis ancaman yang dihadapi Indonesia semakin beranekaragam mulai dari ancaman tidak nyata hingga ancaman nyata. Ancaman nyata yang saat ini sedang dihadapi bangsa Indonsia anatara lain, terorisme, radikalisme, cengkaraman asing yang masuk melalui sektor ekonomi dan narkoba perusak jiwa pemuda yang perkembangannya semakin pesat dan menjadi kekhawatiran besar masyarakat Indonesia.

Organisasi mahasiswa merupakan garda terdepan dalam pengembangan soft skill mahasiswa, karena organisasi mahasiswa dapat menjadi wadah untuk pengembangan potensi seperti kepemimpinan, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, keluasan wawasan, dan lain sebagainya. Pengertian dari organisasi mahasiswa sendiri adalah suatu organisasi yang beranggotakan mahasiswa sebagai wadah kegiatan dan atau ekstra kurikuler, atau dengan kata lain organisasi mahasiswa adalah sebuah wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini organisasi mahasiswa tidak boleh keluar dari rambu-rambu utama tugas dan fungsi peguruan tinggi yaitu tri darma perguruan

52

tinggi, tanpa kehilangan daya kritis dan tetap berjuang atas nama mahasiswa bukan pribadi atau golongan.

Melalui organisasi mahasiswa diharapkan akan lahir generasi muda Indonesi a yang cerdas intelektual, spiritual, dan emosional. Sehingga organisasi mahasiswa adalah sarana yang ideal dan relevan untuk penanaman pendidikan bela negara,karena selain sebagai pembinaan pertahanan bangsa juga berguna untuk meningkatkan pemahaman jiwa patriotisme dan cinta tanah air, oleh karena itu nilai-nilai bela negara menjadi landasan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kita ketahui bahwa setiap Universitas dipastikan memiliki organisasi mahasiswa yang bergerak pada bidang tertentu sesuai minat dan bakat yang dimiliki mahasiswa. Hal ini mengacu pada Kepmen No. 155/U/1998, pasal 1 yang menyebutkan bahwa organisasi kemahasiswaan (Ormawa) intra-perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Selanjutnya disebutkan fungsi ormawa adalah sebagai:

1. Perwakilan mahasiswa tingkat Perguruan Tinggi (PT) untuk menampung dan

menyalurkan aspirasi mahasiswa, menetapkan garis-garis besar program dan kegiatan kemahasiswaan.

2. Pelaksana kegiatan kemahasiswaan. 3. Pengembangan potensi jatidiri mahasiswa sebagai insan akademi, calon ilmuwan dan

intelektual yang berguna di masa depan. 4. Pengembangan pelatihan keterampilan organisasi, manajemen, dan kepemimpinan

mahasiswa. 5. Pembinaan dan pengembangan kader-kader bangsa yang berpotensi dalam

melanjutkan kesinambungan pembangunan nasional. 6. Untuk memelihara dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang dilandasi oleh

norma- norma agama, akademis, etika, moral, dan wawasan kebangsaan

Pentingnya pendidikan bela negara yang dimasukkan kedalam kegiatan organisasi mahasiswa karena realitanya karakter bangsa tidak dapat dibentuk hanya dengan pendidikan didalam kelas dan pada satu periode waktu tertentu, misalnya pada perguruan tinggi di Indonesia dimasukkan mata kulia kewarganegaraan sebagai mata kuliah umum dengan durasi pertemuan selama 16 kali dalam satu semester. Hal ini tidak efektif dalam upaya membentuk karakter bangsa pada mahasiswa karena dibutuhkan suatu pendidikan yang sifatnya kontinyu. Menurut Herminanto Sofyan (2011), mahasiswa sebagai peserta didik mempunyai berbagai ragam potensi, untuk mengembangkan membutuhkan pembinaan yang kontinyu dan ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung lainnya. Selain itu Pendidikan bela negara melalui organisasi mahasiswa, cara dan pola pendidikannya akan lebih terarah menyesuaikan dengan minat dan bakat mahasiswa sehingga pendidikan bela negara menjadi mudah diterima yaitu dengan cara yang komunikatif, dialogis, dan interaktif serta menghindari kesan monologis, monoton dan doktrinal. Mahasiswa akan lebih memahami bentuk bela negara yang dapat mereka lakukan sesuai dengan minat dan potensi mereka masing-masing.

53

Pembahasan

Pendidikan bela negara melalui organisasi mahasiswa bertujuan untuk membentuk karakter pemuda dalam hal ini mahasiswa, dengan memiliki jiwa cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegaram yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban serta memiliki kemampuan bela negara. Penaman nilai-nilai tersebut disadari tidak mudah, sehingga perlu adanya pendidikan yang bersifat kontinyu dan dengan cara yang mudah diterima mahasiswa. Organisasi mahasiswa pada setiap universitas terdiri dari berbagai bidang sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa. Setiap bidang dikelompokan kedalam empat kelompok besar yaitu bidang penelitian, bidang kesenian, bidang olahraga, dan bidang pecinta alam. Masing masing bidang memiliki cara pengajaran yang berbeda menye suaikan dengan bakat dan bidang orientasi organisasi. Pendidikan bela negara dialakukan dengan dua tipe pengajaran yaitu didalam kelas dengan metode diskusi dan diluar kelas dengan metode praktik lapangan dan menghindari metode ceramah karena memiliki kelemahan antara lain membuat mahasiswa pasif, mahasiswa yang lebih tanggap dari sisi visual akan kesulitan sedangkan mahasiwa yang lebih tanggap dari sisi auditifnya akan lebih mudah memahami, kegiatan belajar menjadi verbalisme dengan kata lain bergantung pada kemempuan individu mengartikan kata-kata, dan yang paling sering terjadi adalah bila terlalu lama maka akan membosankan. Oleh karena itu metode ini sebisa mungkin dihindari.

A. Diskusi Model pembelajaran dengan metodediskusi sangat cocok untuk mahasiswa.

Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Penyampaian nilai-nilai bela negara menggunakan metode diskusi memiliki keunggulan yaitu mendorong mahasiswa berpikir kritis, mendorong mahasiswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong mahasiswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama. Diskusi dilakukan dengan mengangkat suatu topik permasalahan ancaman nyata, misalnya terorisme yang sedang terjadi, kemudian mahasiswa dalam kelompok organisasi tertentu diminta menganalisis akar permasalahan dan menemukan solusi dari setiap permasalahan. Dengan metode diskusi diharapkan mahasiswa memiliki karakter kreatif dan inovatif, toleransi, jujur, visioner, dan nasionalisme.

54

Adapun ilustrasi pendidikan bela negara pada organisasi mahasiswa dengan

metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. Masing-masing empat kelompok besar organisasi diberi suatu permasalahan nyata tentang terorisme

a. Ormawa Penelitian

Analisis permasalahan a) Siapa pelaku terorisme? b) Apa tujuan terorisme? c) Apa akibat terorisme bagi negara? d) Bagaimana upaya menanggulangi

terorisme melalui bidang pendidikan dan penelitian?

b. Ormawa Kesenian

Analisis permasalahan a) Siapa pelaku terorisme? b) Apa tujuan terorisme? c) Apa akibat terorisme bagi negara? d) Bagaimana upaya menanggulangi

terorisme melalui bidang pendidikan dan penelitian?

c. Ormawa Olahraga

Analisis permasalahan a) Siapa pelaku terorisme? b) Apa tujuan terorisme? c) Apa akibat terorisme bagi negara? d) Bagaimana upaya menanggulangi

terorisme melalui bidang pendidikan dan penelitian?

d. Ormawa Pecinta Alam

Analisis permasalahan a) Siapa pelaku terorisme? b) Apa tujuan terorisme? c) Apa akibat terorisme bagi negara? d) Bagaimana upaya menanggulangi

terorisme melalui bidang pendidikan dan penelitian?

2. Mahasiswa masing-masing menyampaikan jawaban dan analisisnya, tentor mendengarkan dan meluruskan.

55

3. Mahasiswa diminta sebuah rancangan kegiatan yang berkaitan dengan upaya penanggulangan terorisme melalui bidang organisasinya.

4. Mahasiswa diberi lembar kerja kegiatan yang berisi waktu pelaksanaan, nama pelaksana, nama ormawa, jenis kegiatan dan teknis pelaksanaan.

Contoh

Nama ormawa Ormawa penelitian

Nama pelaksana

A,B,C,D

Jenis kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan

Deskripsi kegiatan (ormawa penelitian)

Kegiatan berupa wawancara dengan staff BNPT untuk mendapatkan inforamasi dan pengetahuan tentang terorisme, berupa jenis-jenis terorisme, paham-paham yang dianut pelaku terorisme, teknologi pendukung pencegahan terorisme. Datayang dihimpun kemudian di publikasi dalam bentuk artikel ilmiah atau jurnal.

Deskripsi kegiatan (ormawa kesenian)

Kegiatan berupa pentas seni yang berisi serangkaian kesenian baca puisi, drama, menyanyi dengan tema pencegahan terorisme, melalui syair puisi, lirik lagu, dan makna yang berisi tentang mitigasi terorisme.

Deskripsi kegiatan ormawa (olah raga)

Kegiatan berupa pelatihan mitigasi terorisme melalui olahraga bela diri.

Deskripsi kegiatan orawa pecinta alam

Kegiatan berupa kegiatan orasi menjaga alam dan bahaya terorisme dislah satu tempat wisata.

B. Praktik Lapangan

Praktik lapangan merupakan bagian dari aksi nyata dari hasil pembelajaran dalam kelas diskusi. Praktik lapangan dilakukan dalam dua bentuk yaitu teratur dan tentatif. Praktik yang teratur adalah praktik yang waktu pelaksanaan sudah terjadwal dan materi pembelajarannya berupa kemampuan awal bela negara, kemampuan baris berbaris, pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan bidang yang dirancang saat diskusi, sedangkan praktik lapangan yang bersifat tentatif dilakukan dalam bentuk aksi sosial jika terjadi musibah baik itu bencana alam, kriminalitas yang efeknya luas dan lain sebagainya. C. Sistem Pelaksanaan

Masuknya pendidikan bela negara secara berkesinambungan pada perguruan tinggi,

tentunya merupakan bagian dari kerjasama kebijakan Kementrian Pertahanan dan

Kemenristek Dikti. Program pendidikan bela negara yang dibuat oleh kementerian

56

pertahanan dijadikan sarana bagi tenaga pendidik yang ada di perguruan tinggi khususnya

dosen mata kuliah kewarganegaraan untuk memperdalam pengetahuan bela negara terlebih

dahulu untuk kemudian ditransfer kepada mahasiswa dalam proses belajar mengajar dikelas,

dan pendidikan bela negara melalui organisasi mahasiswa. Sistem pelaksanaan diawali

dengan penyiapan tenga pendidik dan terlatih dari perguruan tinggi. Dosen dan asisten dosen

sebelumnya harus melaksanakan diklar bela negara langsung dari kementrian pertahanan.

Kemudian, pembentukan tim tentor untuk mendampingi setiap organisasi mahasiswa,

tim ini selain bertugas sebagai pendamping bagi mahasiswa juga bertugas membuat materi

pengajaran, tim ini sebaiknya diatur dan berkoordinasi dengan Lembaga Penjamin Mutu

Pendidikan (LPMP). Pelaksanaan pendampingan dapat dilakukan dalam kurun waktu yang

disepakati dan disesuaikan dengan kondisi kampus namun harus tetap kontinyu, dan

dilakukan monitoring serta evaluasi setiap semesternya.

Gambar 1. Skema pelaksanaan PBN pada organisasi mahasiswa

Kesimpulan

Pendidikan bela negara pada organisasi mahasiswa sangat penting guna menciptakan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan jiwa bela negara sesuai dengan minat dan bakat setiap mahasiswa. Mengingat mahasiswa sebagai agen perubahan sehingga dengan adanaya pendampingan pendidikan bela negara pada organisasi mahasiswa menjadi langkah untuk menyiapkan generasi muda dengan kecerdasan intelektual yang berkarakter. Pendidikan bela negara melalui organisasi mahasiswa dilakukan dengan metode diskusi, dengan mengangkat suatu topik permasalahan ancaman nyata, misalnya terorisme yang sedang terjadi, kemudian mahasiswa dalam kelompok organisasi tertentu diminta menganalisis akar permasalahan dan menemukan solusi dari setiap permasalahan, sedangkan praktik lapangan terdiri dari kemampuan awal bela negara, kemampuan baris berbaris, pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan bidang yang dirancang saat diskusi yang disesuaikan dengan bidang organisasi dan minat serta bakat mahasiswa. Pendidikan bela negara pada organisasi mahasiswa diatur dan dikoordinasikan pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), dengan tim tentor terdiri dosen dan asisten dosen dalam proses pendampingan pada mahasiswa. Daftar Pustaka

Herminarto Sofyan. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kemahasiswan. Yogyakarta: UNY Press

57

57

Sistem Ketahanan Nasional Berbasis

Nilai-Nilai Philosophische Grondslag (Pancasila)

Dr. Fatkhul Muin, SH.,LL.M1

Pipih Ludia Karsa, SH.,MH.2

Dosen Bidang Hukum Tata Negara Fak. Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta KM. 4 Pakupatan Serang-Banten

Email: [email protected] / [email protected]

Abstrak

Paradigma dalam kehidupan bangsa Indonesia berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Orientasi dalam memahami ketahanan nasional Indonesia merupakan turunan sistematis dari Pancasila sebagai Philosophische Grondslag, dimana dalam menginterprestasikan terhadap Pancasila harus bersifat sistematis dan akumulatif serta keterkaitan diantara silasila dalam bingkai satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan diantara satu dengan yang lainnya, oleh karena itu Pancasila merupakan titik dasar dalam pembangunan nasional menuju Indonesia sejahtera dengan berparadigma Ketuhanan, berkemanusiaan yang berketuhanan, persatuan yang berketuhanan, kerakyatan yang berketuhanan dan yang terakhir keadilan sosial yang berketuhanan. Semunaya merupakan nilai-nilai dasar yang terintegrasi dalam menjaga ketahanan nasional. Kajian ini menggunakan pendekatan doctrinal. Kata Kunci: Ketahanan, Nasional dan Philosophische Grondslag. Pendahuluan

Pergulatan terhadap nilai-nilai falsafah bangsa merupakan salah satu upaya untuk membangun sistem ketahanan nasional bagi Negara dalam rangka memperkuat sendi-sendi dan fungsi sendi-sendi tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. dialktika dan konvergensi yang terjadi antara realism dan falsafah Negara dalam menjalankan kehidupan bernegara, maka membutuhkan energi yang bersifat restruktur dan sistematis sehingga falsafah Negara bukan hanya menjadi simbol utama untuk menjadi perekat kebangsaan, tetapi menjadi modal utama bagi ketahanan nasional bagi bangsa tersebut. Indonesia sebagai Negara yang tidak dapat dipungkiri berbagai dalil menempatkan Pancsila dalam berbagai paradigam, mulai dari Pancasila diinterprestasikan sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai ideology Negara. Melalui satu paradigma dasar yang mencoba menempatkan Pancasila dalam kerangkan Philosophische Grondslag,11 maka sebagai bangsa 1 Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila, dimulai dengan kesadaran bahwa perwujudan negara kebangsaan Indonesia yang

berkelanjutan, ditempuh secara bertahap melalui suatu proses panjang yang berkualitas melalui pembangunan bangsa. Dalam proses tersebut terdapat beberapa hambatan misalnya, gejolak naik turunnya hasil-hasil pembangunan yang dirasakan langsung oleh masyarakat dan globalisasi yang sangat berpengaruh pada pemaknaan nilai-nilai jati diri dan konsensus kebangsaan. Bangsa Indonesia dalam membina dan membangun kehidupannya selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Reformasi nasional yang dimulai sejak tahun 1998, menyebabkan wawasan kesatuan bangsa Indonesia semakin rapuh dan memudar, munculnya persepsi dan penjabaran yang keliru tentang demokrasi, yang banyak diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Kelompok kepentingan tertentu yang mengatasnamakan membela kepentingan rakyat, dengan meng eksploitasi berbagai kelemahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, telah mengakibatkan rentannya pemahaman Pancasila bagi bangsa Indonesia. Di samping itu arus perubahan yang diusung pada era globalisasi, telah membawa tantangan tersendiri dalam kehidupan berbangsa, sebagai akibat masih lemahnya tingkat kualitas sumber daya manusia Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pemahaman tentang Pancasila sebagai perwuju dan semangat kesatuan bagi bangsa Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan faham, semangat, dan rasa kebangsaan terhadap nilai-nilai kesatuan, yang meliputi; nilai kekeluargaan, nilai kesederajatan, dan nilai pengorbanan. Implementasi secara benar dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh bangsa Indonesia disemua lapisan, akan lebih meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada gilirannya meningkatkan ketahanan nasional. Lihat A. Dirwan, Pancasila dalam Meningkatkan

58

yang besar mencoba untuk melihat Pancasila sebagai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam satu perspektif dasar, bahwa Pancasila adalah konstruksi dasar yang digali dalam kehidupan dan ritual-ritual murni bangsa Indonesia yang kemudian diambil menjadi sarih patih utama bagi bangsa Indonesia untuk menjadikan dasar bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Realitas utama dalam kehidupan sebagai Negara yang meyakini Pancasila dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara yang memberikan porsi sebagai falsafah Negara, maka dimensi utama dalam memahami Pancsila sebagai dialtika kritis dalam menentukan bangsa Indonesia dalam membangun kehidupan pada era teknologi saat ini. Menjadi problem utama dalam kehidupan saat ini adalah arus transformasi global yang mempengaruhi transfomrasi teknologi nasional dan mempengaruhi paradigma berfikir masyarkat terhadap memaknai kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai ke-Indonesia.

Salah satu pemikiran utama dalam arus moderen saat ini, bahwa upaya untuk memilih dan memilah adanya tranformasi global dengan sistem ketahanan nasional merupakan satu kebutuhan dasar yang perlu dikonstruksikan dalam pemikiran yang bersifat aplikatif dan melahirkan satu gagasan konstruktif, sehingga dengan hal tersebut maka akan memberikan kekuatan bagi orientasi dalam memperkuat paham ke-Indonesiaan dengan mendasarkan bahwa ketahanan nasional sebagai salah satu paradigma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menjadikan sumber utama Pancasila,2 tetapi tidak menjadikan Pancasila sebagai symbol yang hanya sekendar dipahami dalam tataran dogmatic sebagai landasan ketahanan nasional, tetapi dipahami dalam kerangka kehidupan yang bersifat realitas dengan tetap menerima kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan global.

Sistem nilai-nilai yang tidak dapat disortir dengan hanya membangun Pancasila dalam dimensi yang sangat sempit yaitu dogmatic semata, Oleh karena itu perlu untuk membangun dogma-dogma hidup, bukan dogma-dogma mati yang tidak hanya menjadi ruh-ruh mati dan tidak memberikan arti bagi yang lain, tetapi harus menjadikan ruh-ruh yang hidup, sehingga dalam memaknai Pancasila melalui sila-sila yang ada tidak hanya dalam bingkai legal semata, tetapi satu keyakinan yang harus dijalankan dan menjadi modal utama dari upaya untuk membangun sistem ketahanan nasional3 bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu orientasi ketahanan nasional sebagai berikut:

Ketahanan Nasional, http://www.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/JURNAL-VOL-2-NO-1-46- 54.pdf. diunduh Pada tanggal 10 November 2017, hlm. 50. 2 Bangsa dan warga negara Indonesia telah sepakat bahwa

59

Dalam dimensi Pancasila, hakikatnya suatu nilai-nilai yang dijawantahkan dalam

kehidupan bangsa Indonesia dalam dimensi kehidupan yang bersifat realitas untuk menuju kepada dasar-dasar yang tertuang dalam Pancasila4 sebagai suatu nilai-nilai luhur yang dikaji oleh bangsa Indonesia, maka disini bahwa Pancasila sebagai tonggak utama dalam membangun nilai-nilai ketahanan nasional.5 Salah satu pemahaman tersebut dapat ditelusuri dalam ranah pada nilai-nilai keadilan sosial, dimana salah satu peran Negara di dorong untuk meciptakan sistem keadilan sosial dalam masyarakat melalui berbagai macam kebijaka-kebijaka yang dibuat oleh pemerintan, sebagai upaya untuk melahirkan kesejahteraan bagi masyarakat. Dalam hal ini, salah satu titik landasan dalam ketahanan nasional merupakan upaya untuk menciptakan seperangkat nilai-nilai Pancasila yang berdimensi ke-Indonesiaan,

1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi dinamis mengacu keadaan

60

harus menjadi perekat bagi bangsa Indonesia dan menjadi nilai-nilai fungsional dalam kehidupan bangsa Indonesia terutama dalam globalisasi yang menuntut adanya peran aktif dan transformasi nilai-nilai global yang tanpa batas.

Pancasila sebagai Ideologi dan Nilai-nilai Philosophische dalam Merekatkan Sistem

terhadap Struktur Ketahanan Nasional

Globalisasi telah menempatkan bangsa dan negara Indonesia pada posisi yang dilematis. Di satu sisi proses globalisasi tersebut telah memberikan kesempatan dan tantangan bagi bangsa dan Negara Indonesia untuk dapat hidup bergaul dengan masyrakat internasional lebih baik lagi. Dalam hal ini proses tersebut telah merangsang upaya peningkatan daya saing dan kompetisi bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di berbagai aktivitas kehidupan. Di sisi lain, proses globalisasi tersebut telah memberikan tekanan dan beban yang sangat berat bagi bangsa dan Negara Indpnesia untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan masyarakat internasional baru seperti dalam masalah penegkan HAM, lingkungan hidup dan lain-lainya. Keseluruhan persoalan tersebut, mau tidak mau harus dihadapi dan diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Setiap kelalaian dan kegagalan dalam merespon dan menangani persoalan dapat menimbulkan resiko yang serius bagi eksistensi dan keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia. Mengingat skop dan dimensi dari persoalan-persolan tersebut sangat kompleks dan beragam, maka diperlukan respon dan cara penanganan yang sistematis, komprehensif-integral serta terencana. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk merespon perubahan dan mengatasi persoalanpersoalan tersebut adalah dengan melakukan pengkajian terhadap masalahmasalah ketahanan nasional beserta hal-hal yang terkait dengannya secara lebih objektif dan ilmiah. Perubahan tersebut dalam banyak hal cukup signifikan, dan bahkan dalam hal tertentu cukup drastis, sehingga menimbulkan persoalanpersoalan baru yang sangat serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maraknya berbagai konflik, baik yang bersifat vertical, maupun yang bersifat horizontal, akhir-akhir ini merupakan bukti dari adanya persoalan yang muncul akibat perubahan-perubahan dramatis yang dimaksud. Muncul dan berkembangnya gerakan separatis di berbagai daerah, konflik yang berbau SARA serta berbagai tindak kekerasan di pelosok tanah air, merupkan contoh konkrit dari persoalan-persoalan tersebut dan sangat rentan terhadap disintegrasi bangsa.6

Pancasila hadir sebagai ideologi bangsa. Suatu ideologi, memgandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, dasar pikiran yang terdalam, serta gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Hal ini menjadi pedoman bagi suatu bangsa memiliki pola dalam menyelenggarakan program pembangunan. Dengan demikian, ideologi suatu bangsa adalah penegasan dari nilai-nilai yang dimiliki, diyakini kebenarannya, serta menimbulkan tekad untuk mewujudkannya. Sumber ideologi suatu bangsa pada umumnya adalah budaya dan pengalaman sejarah masyarakatnya. Oleh sebab itu, ideologi bangsa dinyatakan oleh para pendiri bangsa sebagai sesuatu yang harus diwariskan kepada generasi penerus secara turun temurun dan menjadi sikap hidup bagi masyarakat pendukungnya. Jika kita lihat kedudukannya, maka Pancasila adalah pandangan hidup yang berupa ideologi. Ideologi secara etimologi berasal dari kata idea (Inggris) yang artinya gagasan dan logos yang artinya pengetahuan. Jadi ideologi dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang 6 http://pasca.ugm.ac.id/v3.0/prodi/id/10, diunduh pada tanggal 26 November 2017.

61

gagasan-gagasan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi diartikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.7Tidak terlepas dari makna yang digunakan, bahwa ideology memiliki makna yang beragam.8

Penguatan ideologi akan mengintegrasikan pada pengamanan Pancasila secara fundamental, sehingga ideologi merupakan bagian dari sistem untuk memantapkan nilai-nilai philosophische dalam meningkatkan sistem ketahanan nasional.

Mengamankan Pancasila pada hakikatnya adalah mengamankan Negara. Sebaliknya, mengamankan Negara bertujuan mengamankan Pancasila karena Pancasila adalah dasar Negara. Jika dasar Negara terancam (dirongrong) berarti Negara terancam. Bahkan jika dasar Negara diganti, maka runtuhlan Negara.9 Karena masalah pengamanan Pancasila meliputi seluruh aspek dan bidang kehidupan, maka usaha pengamanannya juga meliputi seluruh aspek dan bidang itu. Secara garis besar, usaha mengamankan Pancasila itu dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu preventif10

dan refresif11. Kaitan dengan nilai philosophische, maka filsafat Pancasila harus mampu

memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat Negara, ide Negara dan tujuan Negara. Dasar Negara kita adalah lima dasar dimana setiap silanya berkaitan satu dengan lainnya. Kelima sila tersebut merupakan kesatuan yang utuh, dan tidak terbagi dan tidak terpisahkan.12

Hal lainnya Pancasila sebagai filsafat bangsa harus mampu perangkat dan pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihat jelas, kalau dinegara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara. Sebagai contoh dinegara Barat yang liberal, kita menemukan pengembangan liberalis dalam semua aspek kehidupan manusia. Begitu juga Negara-negara komunis, kita menemukan pengembangan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengembangkan filsafat komunis itu sendiri dan setiap ilmu haruslah mendasarkan diri dari filsafat negaranya.13

Ketika ideologi dan philosophische (Filsafat) merupakan hal yang fundamental menjadi suatu kekuatan dalam menjaga ketahanan nasional baik secara internal maupun

7 http://kamuspkn.upi.edu/materi-108-nilainilai-pancasila-sebagai-dasar-negara-dan-ideologinegara-. html, diunduh pada

tanggal 25 November 2017 8 Ibid, Pengertian ideologi dapat juga kita pelajari melalui pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu sebagai

berikut: 1. Destutt de Tracy, ideologi sebagai

62

eksternal, maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan social, baik sejahtera dalam aspek keamanan, ekonomi maupun aspek yang lainnya.

63

Senada dengan Azra dan Kuntowijoyo, menurut Latif, saat ini Pancasila masih jauh

panggang dari api. Karenanya sudah mendesak dilakukan rejuvenasi atas Pancasila dengan cara membumikan Pancasila sebagai pantulan cita-cita dan kehendak bersama, mengharuskan Pancasila hidup dalam realita, tidak hanya sebatas retorika atau verbalisme di pentas politik. Karena itu, apa yang diungkapkan Latif, rejuvenansi harus dilakukan dengan cara mengukuhkan kembali posisinya sebagai dasar falsafah Negara, mengembangkan ke dalam wacana ilmiah, mengupayakan konsistensinya dengan produk-produk perundangan, koherensi antara sila, dan korespondensi dengan realitas sosial, dan menjadikannya sebagai karya, kebanggaan, dan komitmen bersama.15

Atas dasar tersebut, konsistensi terhadap pandangan yang beragam akan menjadi suatu polemik dalam menjabarkan atau menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila perlu dipandang sebagai suatu amanat luhur yang pada esensinya akan mempermudah Negara dalam mencapai tujuannya, termasuk pada ketahanan secara nasional yang terakumulasi dari penjabaran nilai-nilai Pancasila, baik secara ideologi maupun filsafati.

Penutup

Bahwa filsafat Pancasila harus mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat Negara, dengan cara merespon dengan tanggap dengan cara penanganan yang sistematis, komprehensif-integral serta terencana. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk merespon perubahan dan mengatasi persoalan-persoalan tersebut adalah dengan melakukan pengkajian terhadap masalahmasalah ketahanan nasional beserta hal-hal yang terkait dengannya

secara lebih objektif dan ilmiah. Membumikan Pancasila sebagai pantulan cita-cita dan kehendak bersama sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan nasional yang berkorelasi dengan stabilisasi struktur ketahanan nasional yang berbasis dan berdampak pada kesejahteraan nasional. Daftar Pustaka

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta:ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Prenadamedia Group, 2012.

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi), Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 2005.

Darji Darmodiharjo et.all, Santiaji Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1991.

Fatkhul Muin, Pengaruh Kofigurasi Sosial-Ekonomi Umat Islam Terhadap Pembangunan Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta: Genta, 2017.

Yudi Latif, Mata Air Keteladanan Pancasila Dalam Perbuatan, Jakarta: Mizan, 2014. H. Sutarman, Persepsi Dan Pengertian Pembelaan Negara Berdasarkan Uud 1945

(Amandemen), Jurnal Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011.

15

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta:ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Prenadamedia Group, 2012, hlm. 31-32

64

Dirwan, Pancasila Dalam Meningkatkan Ketahanan Nasional, diakses melalui http://www.universitassuryadarma.ac.id/wpcontent/uploads/2015/12/JURNAL-VOL-2-NO-1-46-54.pdf.

Sigit Dwi Kusrahmadi, Ketahanan Nasional,diakses melalui http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655977/pendidikan/KETAHANAN+NASIONAL+UPT+MKU+Penting+Sekali+A1+04-02-06_0.pdf.

http://pasca.ugm.ac.id/v3.0/prodi/id/10. http://kamuspkn.upi.edu/materi-108-nilainilai-pancasila-sebagai-dasar-negaradan-ideologi-

negara-.html. http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655977/pendidikan/KETAHANAN+NASIONAL+UPT+

MKU+Penting+Sekali+A1+04-02-06_0.pdf, diunduh pada tanggal 26 November 2017.

65

Strukturasi Masyarakat; Papua Dalam Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Nkri) Dalam Era Globalisasi1

Mhd Halkis

[email protected]

Abstraksi Otonomi Khusus Papua adalah solusi khusus untuk menangani konflik di Papua. Walapun

sampai saat ini belum dapat berakhir secara total namun mendapatkan kemajuan yang sangat berarti. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan struktur masyarakat Papua yang dilakukan pemerintah Indonesia bersama masyarakat Papua dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerangkan dasar penelitian ini menggunakan SWOT Analisis, yaitu melihat faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tiap bagian dianalisis dengan teori strukturasi yang dikembangkan oleh Anthoni Giddens. Asumsi dasar strukturasi masyarakat masyarakat terdiri dari tiga dimensi; signifikansi, dominasi dan legitimasi. Penelitian berkesimpulan bahwa strukturasi masyarakat Papua secara ekternal memiliki empat titik kritis dan internal memiliki lima unsur yang struktur masyarakat Papua dan berbeda dengan masyarakat lainnya di nusantara. Dengan mempertimbangan dimensi struktur yang berkembang di masyarakat dan sistem hukum yang berlaku maka solusi dalam menghadapi masalah di masyarakat Papua dapat dilakukan dengan Otonomi Khusus masyarakat Papua dalam model Struktur Fanta Helix (Pemda, DPRP, MRP, Polri dan TNI). Keyword; Strukturasi, Otsus Papua, multikulturalisme dan HAM PENDAHULUAN

Menurut Hutington setiap negara adalah komunitas politik. Dengan consensus yang luar biasa di antara orang-orang melegitimasi sistem politik di setiap negara warga dan pemimpin mereka berbagi visi kepentingan berasal dari tradisi dan prinsip yang menjadi dasar komunitas politik.Negara memiliki kekuatan, adaptasi, koheren institusi politik: birokrasi yang efektif, terorganisir dengan partai politik yang baik, tingginya partisipasi masyarakat, sistem kerja kontrol sipil atas militer, luas kegiatan oleh pemerintah dalam ekonomi, dan cukup prosedur yang efektif untuk mengatur suksesi dan pengendalian konflik politik.2 Proses penyatuan sub-sub komunitas membangun komunitas politik melalui proses yang panjang dan cenderung tidak pernah memuaskan.

Negara pos kolonial seperti Indonesia tidak hanya menghadapi masalah penyatuan identitas nasional tetapi juga masalah politik global di tengah masyarakat lokal dan bengembangan identitas lokal dalam konteks nasional.Bagi Indonesia masalah integrasi Papua ke NKRI melalui reperendum3 secara hukum Internasional telah bersatu namun ada sebagian-bagian kelompok masih berusaha memisahkan diri melalui pemberontakan (insurgency) baik melalui jalur diplomasi (politik) maupun gerakan bersenjata secara bergerilya. Gerakan untuk memisahkan diri semangkin sejak reformasi 1998 semakin tampak, akan tetapi pemerintah berhasil mencari penyelesaian sehingga para geriliyawan Papau tidak berhasil memisahkan diri. Untuk itu penting menganalisa model strategi yang dilakukan pemerintah agar Papua tetap dalam pangkuan ibu pertiwi.

Gerakan insurgency Papua secara terbuka oleh sebagian masyarakat Papua sejak reformasi semakin luas, apalagi setelah jajak pendapat di Timur-Timor tahun 1999 terutama kelompok Theys H. Eluoy, Ketua Presidium Dewan Papua melihat sebuah peluang. Sebagai 1 Seminar Nasional Bela Negara, Universitas Pertahanan (Unhan), Sentul-Bogor-Jawa Barat, tanggal 14-15 Desember 2017

2 Huntington, Samuel P.(1968), Political Order in Changing Societies, , Yale University Press, New Haven and London, p.1

3 Refendum untuk masalah Papua lazim disebut; Penenetuan Pendapat Rakyat=PAPERA tahun 1969, tercatat Resolusi

Majelis Umum PBB Nomor 2504.

66

wakil rakyat yang duduk di DPRD Papua telah berupaya memanfaatkan kesempatan tersebut.Secara diplomasi kelompok pedukung di luar negeri menafaatkan kesempatan tersebut dalam berbagai forum internasional. Bagi Indonesia persoalan proses integrasi identitas nasional tidak bisa dengan cara perang, karena masalahnya bukan masalah militer,kejahatan bersenjata murni, dan bukan pula kejahatan perang.

Menurut Bikhu Parekh proses integrasi dilatar belakangi oleh sejarah, struktur budaya dan tingkat keanekaramannya4, sehingga solusi masalah tersebut melalui jalan multikultur. Dalam multikultur persoalan identitas nasional tidak mutlak tunggal, namun berkembang dan lentur. Pandang ini memungkinkan untuk memahami perkembangan Otonomi Khusus Papua, sampai saat ini gejolak dan aktivitas insurgency (pemberontak) tetap eksis walaupun bersifat laten. Karena dalam catatan badan resmi menangani masalah kemamanan pada bulan Agustus 2017 masih menyimpan 307 pucuk senjata dan 1.283 militan.5 Dengan jumlah kekuatan demikian dan tersebar di berbagai daerah maka perlu dicermati dengan serius.

Papua memiliki bentuk struktur dan sejarah panjang ketika dikaitkan dengan negara kesatuan Indonesia.Halmaera, Raja Ampat dan Pesisir Papuapada abad XVI-XVIII masuk dalam kawasan kerajaan Sultan Tidore dan gigih melawan VOC, namun untuk mengimbangi Kerajaan Ternate yang dekat dengan Portugal, Sultan Tidore bekerjasama dengan Spanyol. Untuk itusecara formal Papua pertama kali dijajah dandieksplorasi kali oleh negara Barat adalah Spanyol pada abad keenam belas.Pulau ini merupakan bagian dari penemuan pelayaran negara maritime Eropa untuk mendapatkan otoritas luar negeri antara mereka.Kemudian daerah ini secara bertahap masuk di bawah lingkup Kekuasaan Belanda yang berpusat di Batavia.Kepentingan Hindia Belanda tidak bersifat komersial karena Papua tidak atau hanya baru sedikit diketahui potensial alam yang akan digunakan.

Penelitian ini dibatasi dengan masalah Indonesia sebagai sebuah negara memiliki kedulatan atas wilayah sebagaimana yang dimaksud dalam UUD 1945, namun sejaka reformasi di Papua masih banyak peristiwa-peristiwa yang menggambarakan bahwa integrasi Papua masih dalam proses. Untuk itu permasalahan utama makalah ini adalah; bagaimana bentuk struktur masyarakat Papua dalam era globalisasi, khususnya setelah dikeluarkannya Undang-undang Otonomi Khusus Papua. Dengan demikian tujuan pembahasan ini adalah mengkonstruksi struktur masyarakat Papua dalam era globalisasi, sehingga dapat dipahami dan dilakukan melalui praktek-praktek pelaksanaan Otonomi Khusus. METODOLOGI

Kerangka dasar penelitian ini menggunakan SWOT Analysis. Faktor eksternal masyarakat Papua terlihat tantangan dan peluan, dan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan. Subjek penelitian adalah aparatur yang memiliki wewenag membuat Undang-undang dan Peraturan dalam mengatur kehidupan masyarakat Papua. Level strategis Pemerintah Pusat membuat Undang-undang dan Peraturan pendukungnya, dan Pemerintah Papua membuat Perdasus. Secara teknis data dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan,

4 Parekh, Bhikhu, Rethinking Multiculturalism, Keberagaman Budaya dan Teori Politik, (terjemahan C.B. Bambang Kukuh

Adi) Penerbit Kanisius,Yogyakarta, p.262 5 Sumber tidak berkenaan disebutkan identitas, penteniti meyakini benar adanya.Jumlah tersebut selalu berubah-rubah dan dievaluasi setiap tiga bulan.

67

dokumetasi dan FGD. Kemudian data dianalisis, direduksi dan dikonstruksi dengan pendekatan interaksionisme simbolik.

Prinsip dasar interaksionisme simbolik bahwa makna dipahami tidak murni dari masyarakat itu sendiri, dan tidak pula diberikan oleh peneliti tapi ditengarai oleh interaksi sosial secara dinamis. Keunikan interaksionisme simbolik terdiri dari kenyataan bahwa manusia menafsirkan atau "menentukan" tindakan masing-masing hanya bereaksi untuk tindakan masing-masing. "Respon" mereka tidak dilakukan langsung ke tindakan satu sama lain namun berdasarkan pada makna yang mana mereka melampirkan tindakan tersebut. Dengan demikian, interaksi manusia dimediasi dengan menggunakan simbol, dengan interpretasi, atau dengan memastikan arti tindakan satu sama lain. Mediasi ini setara dengan memasukkan proses penafsiran antara stimulus dan respon dalam hal perilaku manusia6

HASIL

Dalam perspektif Strukturasi Giddens ada empat titik kritis yang menentukan eksistensi masyarakat Papua dalam era Globalisasi 1. Papua sebagai bagian dari NKRI, 2. Masyarakat Kapitalis Global, Freeport tambang emas terbesar di dunia.3. Militer (TNI) untuk menghadapi OPM dan 4. Soft Power negara lain. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut;

Gambar : 4 Titik Kritis pembentukan Struktur Masyarakat Papua, sumber Penelitian Mhd Halkis, AS Hikam, Yusnaldi ; Krisis Legalistas PT Freeport Indonesia dalam Perspeketif Diplomasi Pertahanan,LP2m Unhan, 2017

6 Blumer,Herbert, (1969), Symbolic Interactionism;perspective and method, Berkeley: University of

California Press. p.78. Selain Blumer mazhab Chicago ada Manford Kuhn (mazhab Iowa ), and Sheldon Stryker (mazhab Indiana ). Baca; Michael J Carter and Celene Fuller, (2015) Symbolic interactionism, California State University, Northridge, USA

68

Dengan demikian struktur masyarakat Papua memiliki kekhususan dibandingkan dengan masyarakat lainnya, sehingga Otonomi Khusus sebagai solusi merupakan langka yang tepat. Karena upaya-upaya dilakukan pemerintah merupakan sebuah proses, maka konflik dan gejolak merupakan sebuah realitas yang harus dihadapi.

Dari data Indonesia Police Watch (IPW) konflik sosial di 2014 mencapai 153 kali yang menyebabkan 203 orang tewas, 361 luka, 483 rumah dirusak dan 173 bangunan dibakar. Hasil pelaksanaan Operasi 2016 tercatat sejumlah 93 pucuk senjata api, 5 buah granat dan 287 butir munisi. Tokoh GSP dari wilayah Tinggi Nambut yang menyerahkan diri adalah Teranus Enumbi beserta 196 orang simpatisan dan 9 orang lainnya yang tertangkap.Satgas Paskhas juga menemukan 2.999 botol minuman keras dan 500 gram ganja kering.Hasil tersebut diharapkan dapat mendukung terciptanya stabilitas keamanan di wilayah Koops TNI di Papua.

Secara kasar kelompok gerakan bersenjata secara geliriya Organiasi Papua Merdeka terbagi 3, yaitu a. Kelompok Hans Uri Yuweni (Panglima Tinggi TPN/OPM Marvic). Kelompok ini aktif melaksanakan kegiatan gangguan keamanan bersenjata di wilayah Pantai Utara Papua (Memberamo, Yapen, dan Wembi sekitarnya). b. Kelompok Mathias Wenda (Panglima TPN/OPM Pemka). Kelompok ini aktif melaksanakan kegiatan gangguan keamanan di wilayah perbatasan RI-PNG dan Kab. Jayawijaya, dan c Kelompok Goliat Tabuni (Panglima Tertinggi TPN/OPM wilayah pegunungan). Kelompok ini aktif melaksanakan kegiatan gangguan keamanan di wilayah Puncak Jaya, Puncak, Timika dan Paniai.77 Kemudian. diplomasi di luar negeri paling menonjol adalah Benny Wenda.

PEMBAHASAN

Empat titik kritis yang menentukan eksistensi masyarakat Papua, namun melihat signifikansi, dominasi dan legalisasi yang ada, terdapat ada lima unsur kekuatan dalam masyarakat Papua dalam menjaga keutuhan NKRI. Pemda Otsus Papua, MRP, DPRD, TNI dan Polri. Dalam penelitian terdahulu 5 kekuatan ini pemakalah menyebutnya Fenta Helix Counterinsurgency.

Dari perspektif radikal embrio dari gerakan separatisme tersebut muncul karena ketidakpuasan elemen masyarakat di daerah terhadap kebijakan Pemerintah Pusat yang dinilai tidak adil. Sesungguhnya pemerintah berusaha mengeliminisasi permasalahan separatis di Papua, baik melalui lobi-lobi di luar negeri maupun pendekatan dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di Papua.Upaya untuk menjelaskan bahwa Otonomi Khusus (Otsus) Papua dalam kerangka NKRI merupakan penyelesaian terbaik untuk masalah Papua juga dilakukan guna meluruskan dan mendudukkan permasalahan Papua secara jernih dan objektif. Langkah lainnya yang dilakukan pemerintah adalah terus mendorong pemerintah daerah melaksanakan otsus secara konsekuen agar dapat memanfaatkan dana otsus secara tepat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan masalah-masalah sosial lainnya.

Konsep penye

69

melalui lembaga politik dan adat, seperti Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Dewan Adat Papua (DAP) menjadi tonggak utama untuk mengurangi ketidakpuasan dan perbedaan pendapat antara masyarakat di daerah dan Pemerintah Pusat.

Gambar : Struktur masyarakat Papua dalam mendukung NKRI, sumber Penelitian Mhd Halkis, Yusuf Ali dan Triyoga, Model counterinsurgency Masyarakat Papua, LP2M Unhan, 2017. KESIMPULAN

Dalam analisa SWOT ada empat unsur eksternal berupa peluang dan tantangan masyarakat Papua. Kemuadian ada 5 unsur internal berupa kekuatan dan kelemahan masyarakat Papua. Jika dihadapkan faktor eksternal dan internal, maka peluang Papua untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia hampir tidak ada. Pemerintah Daerah dan Tokoh masyarakat dalam DPRP dan MRP diback up oleh Satuan TNI dan Polri secara optimal. Namun gerakan gerakan untuk memisahakan diri baik secara diplomasi oleh Benny Wenda dan cara militer oleh Goliath Tabuni, dan kawan-kawan maupun politis di forum formal maupun non formal masih ada.

Implementasi UU Otsus dan upaya Pemerintah Pusat di Era Jokowi cukup berkesan dan sudah memberi dampak postif terhadap masyarakat. Pembagian tugas TNI Polri berjalan menangani masalah kemanan berjalan sinergi, Gubernur dan Wakil Gubernur, bahkan Bupati dan walikota adalah putera daerah sebagai kontrol politik, dan pembagian sumber daya alam lebih besar dan upaya pembagian saham Freeport kepada Pemda Papua. Upaya kultural dalam Otonomi khusus dengan memunculkan MRP dan DPRP merupakan Struktur masyarakat Papua dalam menjaga NKRI sekaligus model strategi yang tepat untuk melakukan counterinsurgensi Papua. MRP merupakan sebuah badan yang bertugas untuk melindungi dan mempertahankan identitas masyarakat Papua tepat digunakan dalam mendekati aktivis separatis karena dapat membangun jalur komunikasi dengan kalangan masyarakat bawah.Kemudian DPRP berfungsi sebagai badan legislatif daerah. Secara formil kekuasaan di daerah berada ditangan gubernur, namun dalam pelaksanaaan tugas secara

70

terintegrasi dengan MRP dan DPRP. Gubernur selaku wakil pemerintah diback up landing oleh TNI dan Polisi baik dalam penugasan operasi maupun struktural. SARAN

Kepada Pemerintah agar Otonomi Khusus dilaksanakan dengan konsisten untuk mendukung kesejahtraan, namun tidak diarti hanya menyalurkan dana APBN sesuai dengan kehendak masyarakat tapi harus dimenej penggunaannya sehingga terkoordinasi dan terukur. Penting diawasi mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. DAFTAR PUSTAKA

Parekh, Bhikhu, Rethinking Multiculturalism, Keberagaman Budaya dan Teori Politik, (terjemahan C.B. Bambang Kukuh Adi) Penerbit Kanisius,Yogyakarta

Budiarjo, Miriam, (1986) Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta.

Cargile, Aaron Castelan (2011), Being Mindful of the Habitus of Culture, Media Reserch, China

Cassirer, Ernest, (1987) Manusia Dan Kebudayaan : Sebuah Essei Tentang Manusia, terj. Alois A. Nugroho, Gramedia, Jakarta.

Corbetta, Piergiorgio, (2003), Social Research, Theory, Methods and Techniques, Sage Puvbliications Ltd., London

Crane, Tim, (2001),Elements of Mind, an Introduction of The Philosophy of Mind, Oxford University Press, New York

David Galula, (1964) Counterinsurgency Warfare: Theory and Practice (New York: Praeger)

Faisal, Sanapiah (1970), Penelitian Kualitatif, YA 3 Malang, Malang.

Freenman, Michael, and Hy Rothstein, Gangs and Guerri;as, Ideas From counterinsurgency and Counterrorism, Naval Postgraduate School Technical Report. Report Number NPS-06-FY2011-001Cover Photo Acknowledgment: Afghanistan, Baghlan:

Galula, David, (1964,2006)Counterinsurgency Warfare: Theory and Practice, Praeger Security International, Westport, Connecticut, London

Garpin, Paull, (1970) Method znd Teory in Linguistic, Maunton, And Co. Nederland.

Halkis, Mhd, Kontelasi Politik Indonesia, Pancasila Analisis Fenomenologi Hermeneutik, Obor, Jakarta 2017

------------- Hak Ulayat, Yayasan Pustaka Riau, Pekanbaru 2006

------------- Gedabu, Termoter Paradigma Berpikir dan Bela Negara, Unhan, Bogor, 2017

Huntington, Samuel P.(1968), Political Order in Changing Societies, , Yale University Press, New Haven and London

Kilcullen, Dave, Two Schools of Classical Counterinsurgency,http://smallwarsjournal.com/ blog/two-schools-of-classical-counterinsurgency

71

Neumann, Peter R. and Smith, (2008) M.L.R. The Strategy of Terrorism: How Ir Works, and Why It Fails, Routledge,London.

Pedahzur, Ami.(2009) The Israeli Secret Services and the Struggle against Terrorism, Columbia University Press, New York.

72

ANALISIS KURIKULUM BELA NEGARA DALAM STUDI ILMU HUBUNGAN

73

untuk membuat ciri khas untuk menjadikan karakter pendidikan nasional lebih menarik dan

74

Kolaborasi dari empat elemen tersebut menjadi indikator pengaruh dalam menciptakan akreditasi prodi khususnya dan institusi pada umumnya. Implementasi dari Visi dan misi universitas kemudian diterjemahkan oleh setiap Fakultas dan prodi yang ada di

75

melakukan penjajahan wilayah, penjajahan moralitas, penjajahan budaya dan penjajahan ekonomi. Bentuk perjuangan-perjuangan tersebut menjadi saksi yang menunjukan bahwa rakyat Indonesia adalah bangsa yanag kuat menjaga wilayah negaranya dan rela berkorban untuk mempertahankannya. Buah dari perjuangan itulah sehingga kedaulatan NKRI adalah hasil yang terhormat bagi rakyat Indonesia dalam melindungi, menegakan dan mempertahaankan serta membangun Indonesa dengan penuh rasa tanggung jawab sesuai dengan amanat UUD 1945 dan dasar negaraa yaitu Pancasila yang di kolaborasikan dengan sikap gotong royomg dan toleransi dalam kebhinekaan.

Bangsa Indonesia memiliki cita-cita sesuai dengan UUD1945 yang dimaknai dengan (a) melindungi segenap banagsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia, (b) memajukan kesejateraan umum,(c) mencedaskan kehidupan bangsa dan (d) ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dari empat nilai dasar tersebutlah generasi penerus bangsa harus mengisi kemerdekaan dengan nilai-nilai filosofis yang mengakar pada nilai-nilai esensial veperti nilai agama, kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, demokrasi dan nilai- keadilan. Dalm konteks inilah terkhusus padaa poin mencerdaskaan kehidupan bangsa paara pemuda atau domain pendidikan berperan dalam membentuk karakter bangsa.

Pendidikan sebagai bentuk upaya mencerdaskan bangsa Winataputra mengatakan bahwa pendidikan upaya membangun masyarakat Indonesia yanag demokratis dan berkeadaban berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemikiran ini dimaknai dengan pemahaman tentang nilai, konsep, prinsip, kultural yang di orientasikan secara sistemik berupa kesadaran membangun ekonomi, memelihara identitas nasional, mempelajari sejarah, memahami toleransi dll (Witantaputra, 2005). Dari pernyataan tersebutlah peran pemuda harus terintegrasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sains sebagi bentuk mengisi kemerdekaan dan membangun bangsa Indonesia yang intelektual yang di wadahi oleh intisitusi Pendidikan Tinggi.

Konfrensi Pendidikan Tinggi yang di selenggarakan oleh UNESCO di Paris 1998 yang di hadiri oleh 140 negara memaknai peran Pendidikan Tinggi dalam membangun tanggung jawab pendidikan yaitu : a) Bukan hanya mentransferkan IPTEKS namun juga berupaya menumbuhkan rasa kesadaran berbangsa dan bernegara, b) mempersiapkan tenaga kerja yang prduktif dan dinamis di masa depan, c) mengubah prilaku, sikap dan cara berfikir untuk menjadi agen perubahan baik dalam konteks individu maupun kelompok (Rangkuti, 2007). Dengan demikian kolaborasi stakeholders dalam membangun pendidikan yang berkualitas sangatalah penting.

Lebih lanjut, konfrensi Sembilan Mentri Pendidikan pada tahun 1999 di New Delhi menyepakati bahwa peran pendidikan pada abad 21 harus memiliki peran efektif yang menyangkut hal-hal : 1. Mempersiapkan pribadi sebagai wargaa negara dan anggota masyarakaat yang

bertanggung jawaab 2. Menanamkan davar pembangunan yanag berkelanjutan bagi kesejateraan manusia dan

lingkungana hidup. 3. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan, pengembangan , dan

penyebaran ilmu pengetahuan, dan teknologi sains demi kepentingan manusia (Rangkuti, 2007).

76

Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berahlak mulia, sehat, berilmu, caakap, kreatif, mandiri, dan menjadi kewarganegaraan yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sivtem pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembanng menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Lebih lanjut, dalam UU tersebut di sebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional di arahkana pada: a) Meningkatkaan kualitas manusia Indonesiaa, b) Menumbuhkan jiwa patriotic, c) Mempertebal rasa cinta tanah air, d) meningkatakan semangat kebangsaan, e) meningkatkan kesetiakawanan sosial, f) Meningkatkan keadaran pada sejaraah, g) Meningkatkan sikap menghargai para pahlawan, i) beorientasi kemasa depan.

Pendidikan yang berkualitas adalah cerminan bagaiman sistem pendidikan yang di bentuk untuk mencapai tujuan dan visi konsitusi. Sistem pendidikan merupakan wadah dimana manusia Indonesia mampu ikut serta mebangun Indonesia dalam bidang pendidikan. Mengapa pendidikan , karena pendidikan merupakan wadah menuju perubahan social.

77

terlibat dalam pembangunan dan pertahanan nasional. Bela negara di maknai yuridis sesuai dengan pasal 27 ayat 3 BAB X UUD1945 yang

78

keamanan dan kesejahteraannya serta terjamin kedaulatannya (S, 1985) (Yulianto Hadi, Volume 2, Nomor 2,2014).Oleh karena ituelaborasi dan kolaborasi dari kedua aspek ini adalah kombinasi penting dalam menentukan sikap dalam memaknai bela negara sebagai kultur luhur Indonesia dalam menghadapi tantangan jaman yang dinamis.

2. Pendekatan Konstruktivisme Dalam Ilmu Hubungan Internasional

Hubungan interaksi antar Negara pada masa lampau kita kenal dengan istilah

79

Kartocwil. Dalam dekade perkembangan pendekatan ini berfokus pada tiga hal dasar yaitu ideasional, normative dan linguistic.

Konstruktivisme ideasio nal Wendt, Nina Tannewald bahwa sistem ide mengacu pada : 1) sistem ideologis yang dimiliki bersama, 2) keprecayaan normatif (baik tidak) 3. keprcayaan sebab akibat (efektif dan tidak) 4. preskripsi kebijakan (program khusus) (Hara, 2011). Dalam pendekatan ini memiliki domain utama bahwa di dunia ini tidak ada yang obyektif, semua adalah dikonstruksikan dalam otak manusia, dalam ide manusia. Karena dikonstruksikan manusia maka interaksi yang terjadi interaksi simbolis, sesungguhnya merupakan interaksi antar manusia, antar subyek, atau istilah sosiologi: inter subyektif meaning. Menurut Wendt, ketika ada proses konstruktif, ada sesuatu yang membuat seseorang bisa menentukan kepentingan nya. Contoh kalau saya seorang yang jahat, maka kepentingan saya adalah mengakali orang lain, kepentingan saya menjahati orang lain. Kalau saya orang yang bermoral, orang yang baik, maka kepentingan saya adalah kerjasama. Pada intinya bahwa sesuatu itu dikonstruksikan secara bersama, tidak ada yang obyektif, menjadi dianggap obyektif ketika hal itu dikonstruksikan bersama. Oleh karena itu perhatian konstruktivisme pada proses konstruksinya, bukan pada akibat obyektivitasnya.

Pendekatan konstruktivisme yang lain adalah yang dikemukakan oleh Kartochwill. Menurutnya Institusi itu terbentuk karena kesalahan dimasa lalu dan kesalahan-kesalahan ini bisa membangun Norma. Norma tidak saja bersifat regulatif tetapi juga bersifat konstrukstif. Dalam hal ini norma, bukan berarti norma yang harus dilakukan oleh orang yang bermain catur, tetapi norma yang membentuk orang bermain catur. Menurutnya dunia ini tidak anarchis, krn sesungguhnya banyak sekali norma yang mengatur hubungan antar manusia dan juga hubungan antar negara. Kemudian apapun yang ada di dunia ini asalnya dari pikiran yang kemudian dikomunikasikan dalam bentuk speech, dalam bentuk ungkapan, yang kemudian akan menjadi rule. Communicative Action adalah dua orang berinteraksi untuk membangun satu trujuan bersama dan menghasilkan sesuatu yang baru. Kepentingan tidakdidefinisikan lebih dahulu dalam berkomunikasi, dlm berargumentasi, kemudian kapentingan bisa berubah. Dalam konstruktivisme terdapat empat variable; (1) speech act (2) Existential Threats (3) Reference object (4) Audience. Dengan variabel inilah akan menjadi model analisis dalam paper ini.

PEMBAHASAN

1. Bela Negara Dalam Kurikulum Prodi Hubungan Internasional Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

isi, bahan kajian, maupun bahan pelajaran serta cara penyampaiannya, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi. Kurikulum seharusnya memuat standar kompetensi lulusan yang terstruktur dalam kompetensi utama, pendukung dan lainnya yang mendukung tercapainya tujuan, terlaksananya misi, dan terwujudnya visi program studi. Kurikulum memuat mata kuliah yang mendukung pencapaian kompetensi lulusan dan memberikan keleluasaan pada mahasiswa untuk memperluas wawasan dan memperdalam keahlian sesuai dengan minatnya, sertadilengkapi dengan deskripsi mata kuliah/modul/blok, silabus, rencana

80

pembelajaran dan evaluasi. Kurikulum harus dirancang berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills dan keterampilan kepribadian dan perilaku (soft skills) yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi (HI, Borang Akreditasi, 2012).

Dalam membentuk kurikulum berbasis pada desain bela negara sebagai bentuk komitmen dalam membangun ciri khas pendidikan. Kurikulum adalah bagian dari implementasi nilai bela negara dalam sebuah lembaga pendidikan. Kurikulum dan bela negara bisa menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menciptakan pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan UUD1945. Bela negara itu sendiri merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara dalam menjaga dan membangun NKRi sesuai dengan profesinya masingmasing. Menjaga dalam artian mempertahankaan kedaulatan wilayah NKRI dan membangun dalam arti memberikan sumbangsi pemikiran dalam IPTEKS guna meningkatkan kemauan ekonomi, social, budaya dll.Bentuk komitmen inilah yanag telah di amanatkan dalam UUD 1945 pada alinea ke IV.

Kurikulum HI UPNVJ disusun berdasarkan beberapa elemen, seperti: visi dan misi Prodi HI yang menjadi turunan dari visi dan misi di tingkat universitas dan fakultas serta identitas kampus yang berbasiskan Bela Negara; masukan dari pakar dan institusi strategis yang berhubungan dengan HI; para mahasiswa, alumni dan pengguna alumni guna memahami kebutuhan pasar. Proses penyusunan kurikulum HI dilakukan dengan merujuk pada SOP tentang Kurikulum yang berlaku di lingkungan FISIP UPNVJ. Secara umum kurikulum HI terdiri dari enam rumpun mata kuliah, yaitu: mata kuliah universitas, mata kuliah fakultas, mata kuliah inti HI, mata kuliah konsentrasi, mata kuliah kawasan, dan mata kuliah penunjang. Kurikulum HI yang berlaku adalah tahun 2012. Ada dua konsentrasi dalam Kurikulum 2012, yaitu: pengkajian strategis dan keamanan internasional; dan ekonomi politik internasional.

Pada tahun 2016 Prodi HI telah melakukan peninjauan kurikulum. Hasilnya adalah adanya kurikulum baru yang disahkan tahun 2017. Kurikulum baru tersebut mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2017/2018. Kurikulum 2017 disusun berdasarkan adanya visi dan misi baru Prodi HI serta identitas UPNVJ sebagai kampus Bela Negara yang nantinya akan menjadi penciri lulusan. Selain itu, Kurikulum 2017 menekankan isu kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia yang nantinya akan diarahkan pada dua konsentrasi, yaitu: Keamanan Internasional dan Ekonomi Politik Internasional. Perubahan istilah Pengkajian Strategis dan Keamanan Internasional menjadi Keamanan Internasional dilakukan mengingat dimensi keamanan internasional yang telah mencakup pengkajian strategis. Hal ini diharapkan akan memperluas pemahaman mahasiswa dan lulusan terkait isu keamanan internasional.

Setidaknya ada dua poin yang menjadi keunggulan Kurikulum 2017. Pertama, Kurikulum 2017 telah mengintegrasikan nilai-nilai Bela Negara dalam setiap mata kuliah

81

Kedua, Kurikulum 2017 telah melakukan penyesuaian mata kuliah dan materi mata kuliah. Hal ini mengingat salah satu poin penting evaluasi Kurikulum 2012 adalah adanya beberapa mata kuliah yang memiliki kemiripan substansi pengetahuan dan materi ajar antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, Prodi HI melakukan beberapa penyesuaian mata kuliah yang bertujuan menghindari overlaping antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lain. Melalui penyesuaian tersebut Prodi HI berharap mahasiswa dapat memahami isu-isu hubungan internasional secara komprehensif sekaligus mendalam. Penyesuaian mata kuliah dapat dilihat pada poin 5.2 tentang Peninjauan Kurikulum.

Dalam merumuskan substansi kompetensi lulusan sebagai output dari kurikulu , Prodi HI mengacu pada dua aspek utama. Pertama, visi dan misi. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada standar 1, pada tahun 2016, telah dilakukan peninjauan visi, misi, tujuan dan sasaran Prodi HI. Peninjauan dilakukan mengingat adanya perubahan visi, misi, tujuan dan sasaran di tingkat universitas dan fakultas yang memasukkan bela negara sebagai identitas kampus UPNVJ. Perubahan visi dan misi memiliki dampak bagi penyusunan kompetensi lulusan. Hal ini mengingat keharusan adanya keselarasan visi dan misi Prodi HI dengan profil lulusan yang hendak dihasilkan.

Kedua, saran-saran dari stakeholder. Hasil rancangan kompetensi lulusan yang dibuat program studi berdasarkan visi dan misi kemudian diujikan dalam rapat yang melibatkan stakeholder yang terdiri atas mahasiswa, alumni, pengguna alumni dan pakar HI. Tujuan dari rapat adalah untuk mendapatkan masukan sekaligus saran dari para stakeholder agar menghasilkan kompetensi lulusan yang tepat, baik ditinjau secara akademik maupun kebutuhan dunia kerja. Dengan merujuk dua hal di atas, secara umum Prodi HI menghasilkan kompetensi lulusan yang memiliki identitas khas, yakni bela negara, sesuai ciri universitas; kuat secara akademik yang dibuktikan dari kedalaman ilmu (teori) yang dimiliki dan kemampuan dalam memahami, mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu HI; dan siap pakai dalam dunia kerja.

Kompetensi yang dirumuskan Prodi HI kemudian diimplementasikan melalui pendekatan akademis dan non-akademis. Pendekatan akademis disini adalah melalui tatap muka perkuliahan di kelas, seminar, maupun diskusi ilmiah. Sementara pendekatan nonakademis dilakukan dalam kegiatan-kegiatan penunjang yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam meningkatkan kapasitas diri, seperti: latihan kepemimpinan, bakti sosial, maupun program magang.

2. Memahami Implementasi Bela Negara Dalam Kurikulum Prodi Hubungan Internasional

Pendekatan Konstruktivisme Pluratif.

Pemaknaan konsep bela negara di kampus UPNVJ terimplementasi dalam nilai-nilai pendidikan. UPNVJ sebagai institusi pendidikan maka konsep nila-nilai bela negara adalah teriplementasi dalam tridharma perguruan tinggi baik skala makro dan mikro. Dalam konteks ini seperti yang telah di sampaikan sebelumnya bahwa bela negara adalah prilaku yang positif yang berguna bagi siapapun di sekitaran kita tanpaa melihat suku, isu, etnis agama. Bela negara di maknaiprilaku positif sesuai dengan profesinya.

82

Melihat implementasi nilai bela negara dalam pendekatan Konstryktivisme maka konstruktivisme dimaknai dengan tiga asumsi dasar yakni identitas, norma dan linguistik. Kemudian di analisis dalam bentuk variabel (1) speech act (Komunikasi) (2) Existential Threats (ancaman) (3) Reference object (referensi) (4) Audience (objek). Konstruktivisme adalah pendekatan yang memaknai dunia bukan apa adanya namun apa yang seharusnya. Maksudnya dunia adalah konstruksi realitas. Misalnya ketika suatu generasi menggunakan narkoba yang dimana narkoba adalah prilaku yang merugikan maka pemikiran negative bukan pada narkobanya namun di ide yang ia miliki. Ide dalam arti narkoba adalah gaya hidup modern sehingga ia pun mengikutinya. Dalam hal ini pula konteks bela negara, apabila kita memaknai bela negara sebagai ide filosofis menjaga dan mempertahankan negara maka secara tidak lansung ide tersebut akan menjadi landasan gerak kita dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.

Bela negara sebagai sebuah ide tercermin dalam bentuk nilai yang dimaknai secara

83

pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada pengembangan wawasan kebangsaan, jiwa c. Menyelenggarakan tata kelola fakultas yang transparan, akuntabel dan efisien (FISIP, 2017).

Implementasii visi dan misi di atas di terjemahkan menjadi visi misi Prodi. Visi Prodi HI pada tahun 2025 menjadi program studi yang profesional dalam mengembangkan studi hubungan internasional yang unggul di tingkat nasional beridentitas bela negara dalam menghasilkan lulusan yang inovatif, berdaya saing, berwawasan global, dan berkontribusi dalam pembangunan nasional yang diakui ditingkat internasional. Kemudian akan di capai melalui misi yaitu : a) Menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran dalam bidang hubungan internasional beridentitas bela negara; b) Melaksanakan pengembangan keilmuan hubungan internasional melalui kegiatan penelitian dan publikasi yang bermanfaat bagi pembangunan nasional dan global; c) Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mengintegrasikan nilai-nilai keilmuan yang berkontribusi dalam pembangunan nasional : d) Menyelenggarakan tata kelola program studi yang profesional berlandaskan prinsip good governance yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi e) Mengembangkan jejaring kerjasama dengan institusi dalam dan luar negeri guna meningkatkan kualitas tridharma perguruan tinggi (HI, 2017)

Kolaborasi antara Fakultas dan Prodi sebagai penggerak mencapai tujuan di atas maka di bentuklah prioritas kerja untuk menciptakan iklim akademik yang kondusif. Program kerja ini menjadi bagian dari pengembangan Dekan FISIP. Kegiatan yang akan diadakan di tanggal

84

menterjemahkan beberapa aturan a) UU/20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ,b) UU/14/2005 Tentang Guru dan Dosen,c) UU/12//2012 Tentang Pendidikan Tinggi. d), Permenristek Dikti No. 44 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. e) Permenristek Dikti No. 41 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja, f) Peraturan Pemerintah RI 11/2017 Tentang Menajemen Pegawai Negeri Sipil, g) Peraturan Rektor UPNVJ No.09 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Sumber daya Manusia

85

implementasikan. Audience mengacu pada objek atau sasaran berupa mahasiswa aktif (direct role, mahasiswa lulusan dan pengguna lulusan (indirect role). Mahasiswa aktif dalam memaknai nilai-nilai bela negara yang telah berbentuk norma maka terkhusus Prodi HI berupaya menciptakan mahasiswa yang kompetitif, inovatif dan kreatif.

Prodi HI untuk menciptakan lulusan yang unggul kemudian berkolaborasi dengan sejumlah stakeholders bukan hanya Kemenristek Dikti namun Prodi HI terlibat dalam perumusan standar kompetensi lulusan dalam Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII). Sasaran pembuatan satandar kompetensi di arahkan agar mahasiswa HI mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara Kongkritnya adalah mahasiswa HI mampu memahami dan mengimpelementasikan ilmunya untuk moda kemajuan bangsa. atau teori dan isu-isu mendasar dalam HI, seperti: ekonomi internasional, politik internasional, hukum internasional, studi strategi, negosiasi, diplomasi, budaya-budaya masyarakat dunia, dan globalisasi. Selain itu, lulusan juga wajib menguasai bahasa Inggris dan memahami minimal satu bahasa asing lainnya. Adapun kompetensi utama lulusan HI UPNVJ adalah: 1. Menguasai konsep teoritis ilmu politik khususnya tipe dan analisis hubungan

internasional; 2. Menguasai kaidah dan prinsip geoekonomi, geopolitik, geostrategis dan geokultural,

politik multikulturalisme dan komunikasi politik dalam konteks hubungan internasional;

3. Menguasai prinsip dan teknik negosiasi, diplomasi, dan persuasi interpersonal dalam aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan pada tingkat lokal, nasional, regional, maupun global

4. Menguasai pengetahuan tentang norma dan etika internasional, masyarakat, budaya dan politik negara-negara tertentu berbasis kawasan;

5. Menguasai isu-isu terkini tentang globalisasi dan hubungan internasional 6. Menguasai bahasa Inggris dan minimal salah satu bahasa resmi internasional yang

diakui oleh PBB 7. Mampu menganalisis interaksi antar aktor dalam Hubungan IInternasional yang

berpengaruh pada aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan pada tingkat lokal, nasional, regional maupun global

8. Mampu mengidentifikasi kepentingan nasional (Indonesia) dalam kontes Hubungan Internasional

9. Mampu menganalisis kebijakan luar negeri 10. Mampu menghasilkan bahan kajian dan formulasinya yang dapat dimanfaatkan oleh

aktor hubungan internasional dalam menjalankan fungsi arbitrase, fasilitasi, atau mediasi dalam mengatasi konflik dan membangun kerjasama internasional.

11. Mampu melakukan negosiasi, diplomasi, dan persuasi interpersonal dalam aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan pada lingkup lokal, nasional, regional, maupun global

12. Mampu membangun hubungan masyarakat atau opini publik dan melakukan komunikasi lintas budaya menggunakan sosial media.

13. Mampu mengekspresikan pemikiran dan argumentasi secara lisan dan tulisan dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris;

86

14. Mampu menggunakan bahasa Inggris dan minimal salah satu bahasa resmi internasional yang diakui oleh PBB

15. Mampu melakukan negosiasi tingkat bilateral maupun multilateral dalam konteks sosial dan bisnis internasional (HI, 2017) .

Kompetensi di atas lebih di arahkan pada kemampuan akademik yang baik. Namun dalam perumusan kurikulum Prodi HI dengan identitas bela negara juga di rancang kompetensi lain yang mendukung. Artinya kompetensi di atas masih bersifat akademis dan teknis melalui perkualiahan. Lebih dari itu, Prodi HI memiliki kompetensi lainnya/pilihan lulusan merupakan hal-hal tambahan yang berkenaan dengan sikap dasar yang harus dimiliki oleh lulusan HI UPNVJ. Adapun kompetensi lainnya/pilihan lulusan adalah: 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap relijius; 2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,

moral dan etika; 3. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; 4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki

nasionalisme serta tanggungjawab untuk membela negara dan bangsa; 5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama dan kepercayaan, serta

pendapat atau temuan orisinil orang lain; 6. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila; 7. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat

dan lingkungan; 8. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; 9. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan; 10. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara

mandiri; 11. Menerapkan sikap bela negara dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Dalam merancang kurikulum yang mewadahi semua stakeholders dengan identitas

bela negara maka Prodi HI menyajikan dua konsentrasi utama dalam mendefinisikan bela negara yang di sajikan kepada audience. Definisi pertama mengacu pada kajian higt politic atau yang bersifat kajian tradisional yang berhubungan dengan studi keamanan baik keamanan tradisional maupun keamanan non tradisional. Kajian ini di Prodi HI di sebut dengan Kajian Strategis atau di singkat dengan Pengstra. Untuk mengukur identitas bela negara dalam kajian ini adalah salah satu mata kuliah yang telah di sediakan dalam kurikulum

87

Makna pengkajian strategis ini sudah selaras pula dengan makna bela negara sesuai

88

Ilmu ekonomi merujuk pada tiga konsep utama yakni kalkulasi {calculation), penyediaan materi (material provisioning), dan meregulasi sendiri (self-regulating. Kalkulasi menyangkut bagiaman memilih sumberdaya yang terbatas dengan tepat dan efisien. Artinya setiap pilihan tersebut dihitung secara komprehensif terhadap untung dan ruginya. Sedangkan penyediaan materi menyangkut bagaimana sumberdaya tersebut di produksi atau malakukan atribusi dan sirkulasi agar bisa dinikmati oleh konsumen sebagai hasil dari kegiatan ekonomi. Kemudian adalah pasar mengatur dirinya sndiri dalam arti kaum liberal memberikan kesempatan kepada pasar untuk berkompetisi terhadap hasil-hasil produksi yang di retribusi dan sirkulasi oleh pelaku ekonomi. Dalam konteks inilah cenderung intervensi politik sangat kuat terhadap pasar.

Dari sisi lainya Ilmu politik juga menyangkut tiga konsep baku, yakni politik sebagai pemerintah (government), otoritas yang mengalokasikan nilai (authoritative allocation of values), dan publik (public). Katiga konsep tersebut dimaknai bahwa pemerintah hadir sebagai aktor yang membuat regulasi walaupun membiarkan pasa untuk bekerja secara mandiri. Artinya pemerintah hadir sebagai otoritas yang untuk mengontrol keseimbangan pasar sehingga bisa dikatakan politik mengintervensi ekonomi. Setelah itu alokasi nilai dalam politik lebih cenderung menyangkut norma-norma yang di anut di masyarakat. Nilai tersebut bisa berkaitan dengan keadilan dan ketimpangan ekonomi, pemerataan pembangunan, distribusi hasil produksi. Kemudian pubik yang dimaksudkan adalah output dari kebijakan pemerintah adalah melihat dari kebutuhan konsumen atau publik (masyarakat) tidak seperti entitas ekonomi yang sangat privat tergantung pada efisiensi dan laba.

Kolaborasi antara Pengstra dan kajian ekonomi politik internasional merupakan hasil pemikiran dari dosen-dosen HI bersama stakeholders lainya untuk melihat peran lulusana HI dalam memberikan perannya sesuai profesi keilmuan yang dimilikinya sehingga mampu berkontribusi dalam pembanguan nasional. Oleh sebab itulah, dengan kolaborasi Pengstra yang fokus pada pertahanan dan keamanan dan Ekonomi politik yang fokus pada ekonomi dan pembangunan ekonomi akan menjadi kolaborasi yang baik dalam Prodi HI dalam memaknai Bela Negara dalam kurikulum Prodi HI.

Walaupun demikian, UPNVJ dan Prodi HI tetap memaknai tantangan global sebagai pelajaran yang harus di hadapi bukan dihindari. UPNVJ dan Prodi HI harus siap berkompetisi dan berkolaborasi untuk menaklukan tantangan tersebut baik internal maupun eksternal. Kedua tantangan ini yang dimaknai oleh pendekatan konstruktivisme sebagai Existential Threats. Existential Threats memiliki bebrapa domain menurut Barry Buzan, beberapa

89

berpotensi memunculkan tindakan kekerasan. Keduanya tidak sesuai dengan Pancasila. tantangan dari internal adalah rendahnya tingkat pendidikan dan kesenjangan ekonomi. Tantangan lainya adalah tingkat literasi penduduk pada umumnya masih sangat jauh ketinggalan dari negara negara kelas menengah apalagi dibandingkan dengan negara negara maju.

Tantangan global dengan masuknya konsep asing seperti khilafah, paham radikalisme, dan sebagainya. Tantangan eksternal ini berhubungan dengan ideology yang tidak sesuai dengan ideology Pancasila dan UUD 1945. Belum lagi tantangan budaya berupa masuknya budaya-budaya asing seperti Korean Wave, Indian Wave dll. Dari sisi ekonomi munculnya sistem kapitalisme yang membuat ketimpangan ekonomi yang semakin tinggi yang dimana Indonesia menganut system ekonomi Pancasila berbasis ekonomi kerakyatan dan gotong royong. Pola ancaman ini harus di cermati sebagai bentuk perlindungan kepada negara. Dengan demikian sifat bela negara dalam bidang akademis baik kajian ekonomi politik dan Pengstra di Prodi HI harus menjadi bagian yang mampu merumuskan solusi.

Analisis variabel yang di katakana oleh Barry Buzan di Indonesia maka dari The origin of threats meliputi berbagai bidang kehidupan baik ekonomi, politik, keamanan, hukum, social dan budaya. Dari variabel the nature of threats memiliki dinamika, karena dalam berbagai bidang bisa di kategorikan tingkat 1, 2 dan tingkat 3. Pembagian angkat tersebut terkait dengan tingkat kerumitan masalah. Misalnya dalam bidang politik hukum yang belum maksimalnya pemberantasan korupsi yang semakin merajalela yang menjadikan 300 lebih kepala daerah ditangkap oleh KPK. Belum dalam bidang komunikasi dengan munuculnya isu HOAX hingga menjadikan intelransi nasional dan masalah kompleks lainya. Variabel changing response dan values of security mengacu pada penanganan ancaman harus bersifat kontinyu dan bertanggung jawab. Penangangan ancaman harus melibatkan semua element dan saling melengkapi. Artinya bentuk penanganan ini adalah sebagai bentuk bela negara yang merupakan bentuk kecintaan terhadap NKRI.

Apabila UPNVJ inngin menjadik

90

berubah dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ke Perguruan Tinggi Swasta hingga kembali ke PTN. Perubahan-perubahan tersebut harus dimaknai dengan tindakan perubahan, karean setiap perubahan identitas yang terbentuk akan berubah pula dan akan membentuk treatment yang berbeda. Dengan telah di akusisi menjadi PTN kembali sejak 2014 dengan identitas bela negara maka visi yang terbentuk harus berbeda dengan sebelumnya. Tentunya dengan pendekatan PTN akan jauh berbeda dengan swasta dan harusnya memiliki target yang berbeda pula. Lebih lanjut, variabel self restraint mengacu pada memundurkan rasa ego. Atau makna sederhananya adalah mengutamakan kepentingan kolektif dibandingkan kepentingan individual. Bela negara adalah identitas kolektif makaa self restraint harus bisa di control, karena fokus dari variavel ini adalah menciptakan identitas kolektif harus setiap actor maju bersama dan bukan maju secara sendiri-sendiri.

KESIMPULAN

Paradigma tentang bela negara tidak memiliki definisi yang tunggal. Bela negara sebagai bentuk hak dan kewajiban wargaa negara memiliki prevepsi yang berkembang sesuai dengan tantangan dan perubahan jaman. Artinya definisi tidak selalu berhubungan dengan isu kemiliteran. Paradigma bela negara sebagai landavaan yuridis dan filosofis adalah dasar yang harus dimiliki setiap warganegara dalam terlibat dalam pembangunan dan pertahanan nasional. Bela negara di maknai yuridis sesuaai dengaan pasal 27 ayat 3 BAB X UUD1945 yang berbu

91

Impelemntasi bela negara dalam perguruan tinggi tercermin dari kurikulum yang di buatnya. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan kajian, maupun bahan pelajaran serta cara penyampaiannya, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi. Kurikulum seharusnya memuat standar kompetensi lulusan yang terstruktur dalam kompetensi utama, pendukung dan lainnya yang mendukung tercapainya tujuan, terlaksananya misi, dan terwujudnya visi program studi. Kurikulum memuat mata kuliah yang mendukung pencapaian kompetensi lulusan dan memberikan keleluasaan pada mahasiswa untuk memperluas wawasan dan memperdalam keahlian sesuai dengan minatnya, serta dilengkapi dengan deskripsi mata kuliah/modul/blok, silabus, rencana pembelajaran dan evaluasi. Kurikulum harus dirancang berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills dan keterampilan kepribadian dan perilaku (soft skills) yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.

92

Basrie. (1998). Bela negara implementasi dan pengembangannya. Jakarta: UI Preass.

Carlesnaes, W. (2013). Handbook Hubungan Internasional Terjemahan. Bandung: Nuansa.

Fathun, L. M. (2016). Yogyakarta: MIHI UMY dan Kosmojoyo Press.

Fathun, L. M. (2017). Tri Dharma Nafas Bela Negara. Majalah UPNVJ.

FISIP. (2017). Borang 3B. Jakarta: FISIP UPNVJ.

Fott, D. (2009). John Dewey and the mutual influence of democracy and education. Cambridge: University Press.

Hara, A. (2011). Analisisi Politik Luar Negeri Dari Realisme Sampai Konstruktivisme. Malang: Nuansa Cendekia.

HI, P. (2012). Borang Akreditasi. Jakarta: UPNVJ.

HI, P. (2017). Jakarta: UPNVJ.

Rangkuti, P. A. (2007). Membangun Kesadaran Bela Negara. Jawa Barat: IPB Press. S, H. (1985). Sejarah pergerakan nasional Indonesia, suatu analisis ilmiah. Yogyakarta: Liberty.

Suseno, A. (1994). Satya Negara. Jakarta: Gramedia.

Suseno, A. (2000). Strategi Pembudayaan Hak Bela Negara . Jakarta: Pustaka Sinar.

UPNVJ. (2017). Buku Saku Bela Negara. Jakarta: UPNVJ.

Witantaputra. (2005). Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi Bhan Khusus Dosen Kewaarganegaraan . Jakarta: Depdiknas.

Yulianto Hadi, D. S. (Volume 2, Nomor 2,2014). Dinamika penanaman nilai-nilai bela negara kadet maguwo dalam perspektif historis. Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, p.210.

93

KORUPSI SEBAGAI BAGIAN DARI PERANG PROXI:

PROGRAM BELA NEGARA UNTUK MENGHADAPI BAHAYA KORUPSI DI

INDONESIA1

Raden Mas Jerry Indrawan2

UPN Veteran Jakarta

([email protected])

Abstrak

Korupsi adalah sebuah medan peperangan yang sama sekali jauh berbeda dengan terminologi perang yang kita biasa pahami. Perang jenis ini adalah perang tanpa senjata, tanpa tentara, dan tanpa teritori. Korupsi mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, di hampir semua sektor. Hal itu menjadi alasan penulis menganggap bahwa korupsi adalah bagian dari perang proxi. Untuk memerangi korupsi diperlukan tindakan pecegahan agar ancaman ini tidak terus-menerus membudaya. Untuk itu, program bela negara dapat digunakan sebagai sarana efektif pencegahan korupsi. Dalam tulisan ini, penulis ingin menunjukkan bahwa korupsi adalah bagian dari perang proxi, dan juga bagaimana program bela negara dapat digunakan untuk menghadapi bahaya korupsi di Indonesia. Kata Kunci: Korupsi, Kemiskinan, Perang Proxi, Pertahanan Negara, dan Bela Negara

Abstract Corruption is a battlefield that is far different from the usual terminology of war that we understand. This type of war is a war without weapons, without an army and without territories. Corruption results in the destruction of the national order in Indonesia, in almost all sectors. It was the reason that the authors assume that corruption is part of a proxy war. To combat corruption, enforcement action alone is not enough, it is necessary for preventive action so that these threats will not become a culture. For that, the civil defense program may be used as an effective means corruption prevention. In this paper, the authors wanted to show that corruption is part of a proxy war, and also how the civil defense program could be used to confront the dangers of corruption in Indonesia. Keywords: Corruption, Poverty, Proxy War, State Defense, and Civil Defense

PENDAHULUAN

Dalam beberapa kesempatan, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo menyebutkan bahwa Indonesia saat ini sedang menghadapi sebuah kondisi peperangan baru, yang beliau istilahkan dengan perang proxi. Istilah perang proxi sendiri memang bukan terminologi baru karena sudah sejak lama digunakan. Akan tetapi, varian dan cakupan dari perang proxi yang dimaksudkan panglima sekarang sudah sangat berbeda dengan pengertiannya yang lampau. Perang proxi sekarang adalah sebuah jenis perang yang tanpa bentuk, tidak jelas siapa lawan maupun kawan. Penglima menyebutkan, beberapa

1

94

contoh perang proxi seperti perjuangan bersenjata, demonstrasi massa, regulasi yang merugikan, sampai bentrok antar kelompok.3

Dalam kesempatan lain, Panglima juga mengatakan bahwa perang ke depan adalah perang pangan, air, dan energi, Menurut beliau, banyak cara dilakukan negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia. Beliau juga menambahkan, saat ini sudah terasa adanya proxy war karena sudah menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Caranya adalah dengan menguasai media di Indonesia, menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pecah belah partai, dan penyelundupan narkoba yang sudah jauh-jauh hari dilakukan. Negara musuh akan membiayai semua kebutuhan yang diperlukan dengan imbalan kekuatan lawan terpecah-belah. Pihak ketiga itu, yakni non-state actors, bisa berupa lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi massa, kelompok masyarakat, atau perorangan.4

Secara teori perang memang memiliki banyak bentuk, ada yang bersifat simetris dan asimetris. Perang proxy sendiri adalah perang yang menggunakan pihak ketiga yang sedang terlibat dalam perang atau konflik bersenjata.5 J. Suryo Prabowo memberikan contoh yang baik dalam bukunya, bahwa perang yang menggunakan pihak ketiga untuk menghancurkan pemerintahan suatu negara adalah perang yang jauh lebih murah dan efektif, untuk paling tidak merusak suatu negara yang berdaulat.6

Menurut pakar militer dari Universitas Pertahanan Yono Reksodiprojo, perang proxi adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan proxi alias wakil atau kaki tangan. Perang proxi juga bisa dianggap bagian dari modus perang asimetris. Berbeda dengan jenis perang konvensional, perang asimetris bersifat irregular dan tidak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran. Tendensi perang di masa depan memungkinkan untuk dilakukan secara terselubung, dan mampu menyebabkan kelumpuhan yang mematikan. Memanfaatkan pihak ketiga untuk memuluskan kepentingan suatu negara dipandang lebih efektif ketimbang berhadaphadapan secara diametral.7

Setelah sedikit memahami tentang perang proxi, penulis akan sedikit membahas juga tentang korupsi. Korupsi adalah tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan mengenai keuangan yang membahayakan ekonomi. Korupsi juga didefinisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan pemerintah untuk keuntungan pribadi.8 Pengertian atau asal kata korupsi sendiri berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus, yang akhirnya dalam bahasa Inggris

3

95

menjadi corruption. Pengertian korupsi secara harfiah berarti jahat, busuk, rusak, dan dapat disuap.9

Mengamati kecenderungan perang dewasa ini adalah perang yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, dan bukan perang langsung, maka penulis berpendapat bahwa perang proxi adalah sebuah bentuk perang yang banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan saat ini. Kita bisa melihat konstelasi politik dunia saat ini cenderung mengarah pada sifat-sifat perang yang konsisten dengan sifat perang proxi. Perang dilakukan secara semu (pseudo) agar siapapun yang mempunyai kepentingan strategis dalam perang tersebut tetap tidak terlibat secara langsung, atau bahkan tidak diketahui sama sekali.

Kondisi itulah yang menurut penulis bersingguhan dengan korupsi di Indonesia. Karena korupsi mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, di hampir semua sektor, maka penulis menganggap bahwa korupsi adalah bagian dari perang proxi. Jika terjadi secara terus-menerus, maka kedaulatan dan keselamatan bangsa ini akan sangat terancam. Untuk itulah, dalam tulisan ini penulis ingin menunjukkan bahwa korupsi adalah bagian dari perang proxi, dan juga bagaimana program bela negara dapat digunakan untuk menghadapi bahaya korupsi di Indonesia.

Korupsi Memiskinkan

Korupsi adalah musuh utama bangsa ini. Banyak anak bangsa yang dimiskinkan oleh karena tindak pidana korupsi, di mana di sisi lain para pelakunya menikmati kekayaan yang berlimpah. Korupsi adalah perang yang tidak kelihatan. Perang konvensional mensyaratkan adanya konflik berskala besar antar (beberapa) negara atau di dalam negara, yang terkait dengan masalah kedaulatan dan atau keutuhan wilayah suatu negara; permusuhan antara dua negara atau bangsa; pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan (tentara, laskar, pemberontak, dsb) atau lebih; perkelahian atau konflik; dan cara mengungkapkan permusuhan.10

Akan tetapi, korupsi adalah sebuah medan peperangan yang sama sekali jauh berbeda dengan terminologi perang yang kita biasa pahami. Perang jenis ini adalah perang tanpa senjata, tanpa tentara, dan tanpa teritori. Perang ini adalah pertempuran yang tidak menyerang dengan bedil, tetapi yang menyerang hati nurani manusia dengan godaan materialisme. Kesulitan berperang dalam perang jenis ini, bahwa yang diperangi adalah anak bangsa sendiri.

Kemudian, pertanyaan terkait apakah korupsi adalah jenis perang proxi, dengan jelas penulis menjawab ya. Korupsi memiliki dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Dalam hal ini, salah satu alasan mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit beranjak dari angka 6%, terutama pasca reformasi, adalah karena tingginya tingkat korupsi di negeri ini. Menurut Corruption Perception Index (CPI) yang dikeluarkan oleh Transparency International tahun 2015, skor Indonesia adalah 36 dan menempati urutan 88 dari 168 negara yang diukur. Skor CPI berada pada rentang 0-100. 0 berarti negara dipersepsikan sangat korup, sementara skor 100 berarti dipersepsikan sangat bersih. Skor rata-rata tahun ini adalah

9 Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi bersama KPK: Kajian Yuridis Normatif UU Nomor 31 tahun 1999

juncto UU Nomor 20 tahun 2001 Versi UU Nomor 30 tahun 2002, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 6. 10 Jerry Indrawan, Studi Strategi dan Keamanan, (Depok: Nadi Pustaka, 2015), hlm. 95.

96

43. Artinya, skor Indonesia masih di bawah rata-rata skor persepsi dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia ada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.11

Atas dasar itulah, penulis berpendapat bahwa kemiskinan muncul, dan juga bertahan di Indonesia, karena tingkat perekonomian yang tidak membaik. Lalu, tingkat perekonomian kita tidak membaik karena tingkat korupsi yang tinggi. Itulah pertalian erat antara ekonomi dengan korupsi. Korupsi dapat membahayakan perkembangan ekonomi sebuah negara. Itulah sebabnya mengapa korupsi dapat membuat masyarakat Indonesia miskin. Argumen ini didukung beberapa studi empiris yang menunjukkan bahwa praktek korupsi dapat memperlemah kinerja perekonomian suatu negara. Pertama, korupsi menurunkan tingkat investasi, baik dalam negeri maupun asing. Kedua, korupsi menimbulkan distorsi pada perkembangan perusahaan dan pertumbuhan sektor ekonomi non-formal. Ketiga, korupsi menimbulkan distorsi pada pengeluaran dan investasi publik, serta memperburuk infrastruktur fisik. Keempat, menurunkan pemasukan publik dan menghambat kesempatan untuk menegakkan hukum demi kepentingan umum. Dan kelima, korupsi merugikan kaum miskin.12

Mengapa korupsi dapat mengakibatkan kerugian yang begitu besar pada perekonomian Indonesia? Ada beberapa penjelasan pokok yang menerangkan hal tersebut. Pertama, sebagaimana telah disebut, hilangnya kesempatan penanaman modal di dalam negeri telah mengakibatkan kemerosotan angka pertumbuhan perkapita sebesar kira-kira satu unit persentase. Dalam beberapa hal telah terjadi penurunan jumlah penanaman modal langsung yang disebabkan oleh praktek-praktek korupsi.13

97

perekonomian formal mendorong perusahaan-perusahaan untuk cenderung pindah ke sektor informal dan membayar pajak lebih sedikit.15 Lima penjelasan di atas membuktikan pendapat penulis di awal bahwa korupsi sangat berpengaruh pada sektor perekonomian sebuah negara, yang pada akhirnya menimbulkan kemiskinan. Kemiskinan menjadi sulit dibasmi karena beban korupsi. Hal ini karena orang miskin tidak punya uang untuk menyogok pejabat pemerintah, termasuk tidak memiliki akses di dunia politik.

Korupsi Bagian dari Perang Proxi

Mengaca pada argumentasi yang penulis sudah sampaikan pada bagian sebelumnya, penulis merasa penting untuk mengangkat tema korupsi sebagai bagian dari perang proxi pada tulisan ini. Kelihatan bahwa korupsi sangat memiliki dampak besar terhadap keberlangsungan hidup sebuah negara. Bahkan, pendapatan perkapita Indonesia dapat meningkat 1.5 kali lebih tinggi dari nilainya sekarang jika kita mampu mengurangi tingkat korupsi sampai paling tidak ke tingkat korupsinya Malaysia, yang berada di peringkat 88 International Country Risk Guide Index (ICRG).1616

Kekuasaan membuat manusia rapuh di hadapan naluri menguasai. Dalam banyak kasus, moral apa pun tak mampu mengontrol hasrat akan kekuasaan, sebaliknya malah bisa dijungkirbalikan demi semua itu. Tidak sulit menenggarai, para pemegang kekuasaan adalah agen pembusukan yang sangat berkuasa, dan tentu sangat korup karena korupsi dalam bahasa latin adalah corruptio, yang berarti pembusukan. Jadi, korupsi bukan hanya perkara penggelapan, pencurian, dan perampokan uang negara. Masyarakat dikatakan rusak parah kalau keluasan korupsi begitu ganas sehingga menghancurkan etika hidup bersama. Kejernihan, kecerdasan, dan kepekaan terhadap hidup bersama menguap.17

Panglima jelas menyebutkan bahwa perang proxi adalah perang yang tidak kelihatan dan tanpa bentuk. Dalam perang proxi tidak bisa dilihat siapa lawan dan kawan, tetapi perang tersebut dikendalikan oleh negara lain. Ada banyak negara yang ingin menguasai sumber daya alam Indonesia melalui perang proxi. Hal tersebut terjadi karena kesuburan tanah Indonesia, posisi geografis yang sangat strategis, serta memiliki kekayan alam hayati dan non-hayati yang luar biasa.18

98

berkembang luas, menyebabkan budaya korupsi terus dilestarikan hingga era reformasi saat ini.

Belum lagi kebergantungan (dependensi) dengan bangsa asing terkait pengelolaan sumber daya alam yang sampai saat ini masih terjadi. Penulis yakin bahwa kondisi ini sengaja diciptakan pihak-pihak di luar Indonesia agar negeri ini tidak pernah berkembang menjadi negara maju. Banyak pihak yang takut jika Indonesia dapat menjadi pemain besar dunia sekelas Amerika Serikat atau China. Untuk itu, budaya korupsi secara tidak langsung dilanggenggkan oleh mereka. Semakin korup sebuah bangsa, maka semakin miskin pula bangsanya.

Kondisi demikian tidak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa negara lain di dunia, utamanya yang memiliki sumber daya alam melimpah, juga mengalami kemiskinan yang salah satunya disebabkan oleh karena korupsi. Menurut penelitian ICRG dari tahun 1991-1997, Irak, Gabon, dan Sierra Leone menempati urutan 1-3 negara dengan indeks korupsi tertinggi. Irak dan Gabon adalah negara penghasil minyak bumi, sedangkan Sierra Leone terkenal sebagai penghasil intan dan kristal terbesar di dunia. Indonesia sendiri ada di peringkat 28.20

Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa negara dengan banyak sumber daya alam memiliki kecenderungan tingkat korupsi yang tinggi. Tentunya sulit untuk mengesampingkan fakta bahwa hal ini hanya kebetulan. Negara-negara kecil dengan kekayaan alam melimpah, terkesan direkayasa agar tidak menjadi negara maju, sekalipun memiliki modal yang besar untuk itu.

Sektor sumber daya alam berpotensi besar untuk dikorupsi. Kerentanan korupsi dalam sektor sumber daya alam itu diantaranya disebabkan oleh teknis pengelolaan sumber daya alam cukup rumit, mulai dari eksplorasi, lisensi, kontrak, aturan, harga, distribusi, hingga penjualan. Industri sumber daya alam cenderung tersentralisasi dan tidak banyak pemainnya. Kontrol atas sumber daya alam juga menjadi hak negara atau pemerintah daerah. Di negara korup, sektor ini menjadi alat untuk mencapai tujuan politik partai atau pribadi pemegang kekuasaan.21

Berkaitan dengan judul tulisan ini, karena itulah penulis menyatakan bahwa korupsi adalah bagian dari perang proxi yang dapat mengancam pertahanan dan keamanan bangsa kita. Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, korupsi membuat masyarakat Indonesia miskin karena tingkat perekonomian yang tidak meningkat. Akan tetapi, di sisi lain budaya konsumtif masyarakat kita semakin meningkat. Indonesia hanya menjadi pasar bagi barang-barang asing, tanpa mampu mengembangkan secara massal produk lokal untuk diekspor ke luar negeri.

Budaya konsumtif pun merupakan akar dari banyaknya tindak pidana korupsi di Indonesia. Hal ini merupakan akibat tindak langsung dari perang proxi. Semakin konsumtifnya masyarakat, maka semakin mereka terjebak pada budaya kapitalistik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa. Akhirnya, demi mendapatkan sesuatu yang sebenarnya di luar kemampuannya, banyak orang melakukan korupsi.

20 Basyaib, op cit, hlm. 26-27. 21

99

Padahal, jika di rata-rata sebenarnya taraf hidup mereka sudah mencukupi. Akan tetapi, karena budaya konsumtif tadi mereka merasa perlu untuk mendapatkan hal-hal yang tidak penting, hanya demi gengsi semata. Perilaku ini yang disebut konsumtif, dan merupakan bagian dari ancaman perang proxi karena hanya mementingkan diri sendiri dan menghilangkan rasa cinta tanah air, serta menimbulkan sikap ketidakpedulian sosial.

Memang belum ada kajian literatur yang secara tegas menunjukkan adanya hubungan langsung antara korupsi dan kemiskinan, akan tetapi kenyataan di Indonesia menunjukkan bahwa korupsi mempengaruhi upaya pengentasan orang miskin. Korupsi telah berkonsekuensi menghambat pertumbuhan ekonomi karena alokasi anggaran tidak seluruhnya sampai ke tujuan. Ini yang akhirnya terkait dengan rendahnya laju penurunan angka kemiskinan.22 Sesuai dengan pengertian korupsi yang sudah disebutkan di atas pun, korupsi berkaitan dengan tindakan mengenai keuangan yang membahayakan ekonomi.

Menurut ICW, korupsi tersebar di lima sektor yang terkait langsung dengan hajat hidup orang banyak, yakni sektor keuangan daerah, disusul dengan infrastruktur, sosial kemasyarakatan, pendidikan, dan pertanahan. Ditambah bidang kesehatan, listrik, pajak, transportasi, dan olahraga yang masuk 10 besar sektor terkorup, makin signifikan kaitan korupsi dengan tingkat kemiskinan di Indonesia. Jadi, korupsi tidak hanya mengerus anggaran pendidikan atau kesehatan rakyat saja, tetapi juga merusak kapasitas regulatif, tata pemerintahan, dan terutama menghancurkan seluruh kehidupan bermasyarakat.23

Tindak pidana korupsi digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crimes). Hal tersebut dikarenakan perbuatan korupsi telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat. Kerugian negara yang ditimbulkan dari korupsi pun jauh lebih besar dari jumlah uang yang dikorupsi(nilai eksplisit). Tindak pidana ini juga menimbulkan kerusakan yang besar bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.24 Itulah sebabnya penulis mengategorikan korupsi sebagai bagian dari perang korupsi. Dampak korupsi sangat besar bagi masyarakat dan negara ini secara holistis.

Selain itu, jika bangsa ini terus-menerus mengalami kemunduran ekonomi, akibatnya juga dirasakan oleh sektor pertahanan, terutama anggaran pertahanan kita. Anggaran pertahanan Indonesia sulit untuk meyesuaikan diri dengan ancaman yang muncul. Salah satu indikator penentuan jumlah anggaran pertahanan suatu negara adalah bagaimana negara tersebut meresponi ancaman yang muncul, baik dari segi jumlahnya maupun bentuknya.

Jika bangsa ini terus miskin, maka pembangunan pertahanan Indonesia di masa datang akan terancam. Anggaran pertahanan yang harusnya di atas 2%, setidaknya sesuai dengan batasan yang diterapkan oleh NATO agar sebuah negara dapat mempertahankan dirinya, tidak akan pernah tercapai. Sampai saat ini anggaran pertahanan kita berputar-putar saja di kisaran angka 1% ke bawah. Semakin banyaknya anggaran negara yang dikorupsi, maka semakin berkuranglah anggaran yang dialokasikan untuk bidang pertahanan. Hal ini berdampak pada berkurangnya kemampuan segenap komponen bangsa, tidak hanya Kemhan dan TNI, untuk melawan ancaman-ancaman pertahanan dan keamanan dari luar, maupun dari dalam negeri.

22 Hartiningsih, op cit, hlm. 26. 23 Ibid, hlm. 28-29. 24

100

Bela Negara untuk Menghadapi Bahaya Korupsi

Tujuan dicanangkannya program bela negara adalah sebagai bagian dari penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara. Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara adalah tanggung jawab TNI sebagai komponen utama dalam sistem pertahanan negara. Untuk itu, TNI harus memiliki kekuatan dan kemampuan tempur yang optimal. Pembangunan kekuatan TNI dilakukan secara bertahap dan berlanjut yang disusun dalam rencana strategis lima tahunan, dan disesuaikan dengan sistem dan kebijakan nasional, kemampuan negara, serta situasi lingkungan strategis global, regional, dan tentunya juga nasional. Pencapaian perwujudan kemampuan dan ketrampilan profesional, maupun struktur kekuatan TNI yang memiliki ciri pada teknologi, dengan sendirinya memerlukan personel dan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang mumpuni..25

Pertahanan nasional adalah tindakan untuk melenyapkan semua ancaman musuh dari luar negeri, dalam bentuk dan wujud apa pun, yang mengancam dan membahayakan kedaulatan, keselamatan, dan eksistensi bangsa dan negara. Menurut Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.26

Pertahanan negara juga merupakan salah satu elemen pokok suatu negara karena menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negara, wilayah, dan sistem politiknya dari ancaman negara lain. Hal ini sejalan dengan pendapat KJ Holsti di mana pertahanan adalah kepentingan nasional yang dinilai sebagai core value atau sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara.27

Kebijakan pertahanan suatu negara seharusnya sudah ada dalam cetak biru (blue print) yang merupakan strategi besar pertahanan. Strategi besar pertahanan ini adalah kebijakan politik yang dihasilkan dua lembaga, yaitu presiden dan parlemen. Strategi besar pertahanan ini pada prinsipnya adalah pondasi dan peletak dasar dari prinsip-prinsip demokrasi dalam konteks pertahanan di Indonesia.2828 Agus Widjojo mengemukakan, bahwa dalam pendekatan konseptual untuk menyusun suatu konsepsi pertahanan negara, kita tidak mungkin terlepas dari kecenderungan perkembangan lingkungan strategis, ciri konflik masa depan, hakikat ancaman dari luar negeri dan dalam negeri, serta kepentingan nasional Indonesia. Dari informasi yang didapatkan untuk menjawab semua kecenderungan itu, selanjutnya kita menentukan strategi nasional guna mencapai kepentingan nasional, khususnya untuk mendapatkan penjabaran strategi dan sasaran dalam bidang pertahanan negara.29

25

101

Atas dasar ancaman itulah, pembangunan pertahanan yang efektif harus dilakukan. Hal ini karena ancaman pertahanan mengalami perubahan begitu cepat, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang telah pula mengubah karakter pertahanan suatu negara. Jika di masa lalu yang disebut sebagai ancaman pertahanan senantiasa ditujukan kepada musuh yang datang dari luar, dengan tingkat persenjataan tertentu, sekarang lain lagi. Ancaman pertahanan yang bersifat non-konvensional telah melahirkan pula berbagai jenis persenjataan non-konvensional.

Masalah pertahanan (defense) saat ini menjadi bercampur dengan keamanan (security), terutama terkait ancaman non-konvensional tadi. Artinya, medan perangnya mulai melebar, mulai dari perang secara fisik (hard power), sampai ke diplomasi (soft power).30 Ancaman nonkonvensional juga terkait dengan terminologi keamanan manusia (human security). Fenomena transnasional, seperti terorisme, narkoba, perdagangan manusia, degradasi lingkungan, peningkatan penduduk, pengungsi, krisis identitas, dan termasuk juga korupsi, memiliki resiko keamanan jangka pendek dan juga jangka panjang. Keamanan menyangkut masalah-masalah identitas dan budaya dari masyarakat, komunitas, atau budaya tertentu. Sifat ancaman tidak selalu berbentuk fisik, contoh berbentuk propaganda atau pidato, yang efeknya bisa membawa perlawanan sampai perubahan rezim.31

Apa sebenarnya definisi dari keamanan manusia? Keamanan manusia adalah sebuah kondisi di mana masyarakat merasa terbebas dari trauma yang mengepung pengembangan manusia. Ini artinya aman dari ancaman kronis, seperti kelaparan, penyakit, dan penindasan. Keamanan manusia juga meliputi kebebasan dari kekurangan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar dan perlindungan ketika ada krisis atau kemunduran ekonomi. Selain itu, meliputi juga kebebasan dari rasa takut, yaitu di mana harga diri manusia dihormati, tidak hanya keselamatan fisik, tetapi juga kebebasan untuk memilih cara menjalani hidup, dll.32

Lebarnya jurang antara si kaya dengan si miskin itulah yang membuat korupsi merajalela, apalagi di negara-negara berkembang dengan Indonesia salah satunya. Sudah penulis singgung di atas tentang korupsi yang memiskinkan, ancaman jenis ini juga berkaitan dengan budaya. Sayangnya, budaya masyarakat kita sudah terkooptasi oleh budaya korupsi, yang didalamnya termasuk kolusi, nepotisme, pungli, gratifikasi, dll, yang kesemuanya masuk dalam kategori penyalahgunaan wewenang.

Karena itulah, di negara di mana korupsi sudah dilakukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, ancaman terhadap keamanan nasionalnya bukan lagi berasal dari luar, tetapi dari dalam negara itu sendiri. Inilah ancaman perang proxi yang dimaksudkan oleh Panglima TNI di atas, bahwa perang yang dewasa ini terjadi adalah perang tanpa bentuk. Korupsi bukanlah ancaman yang bisa ditangani dengan peningkatkan alpalhankam (alat peralatan pertahanan keamanan), tetapi dengan mengubah struktur masyarakat, sehingga budayanya pun berubah.

Korupsi harus dilihat sebagai ancaman terhadap kesatuan negara kita. Dengan dampak buruk korupsi yaitu memiskinkan masyarakat, dan juga berdampak langsung terhadap tingkat perekonomian kita, maka sudah pantas jika TNI harus mengambil sikap. TNI memang tidak bisa menjalankan tugas seperti KPK, Polri, dan Kejaksaan dalam hal

30

102

penindakan korupsi, akan tetapi TNI dapat memainkan perannya dalam hal pencegahan korupsi.

Sistem pertahanan negara harus dengan ini sesuai dengan pendapat Holsti di atas, bahwa pertahanan adalah kepentingan nasional yang dinilai sebagai core value atau sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara. Selain itu, kepentingan keamanan nasional merupakan bentuk keinginan dan kebutuhan suatu negara dalam rangka melindungi rakyat, wilayah, gaya hidup, institusi, dan nilai-nilai yang dianut.33 Nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sangat tidak sesuai dengan korupsi.

Bagaimana cara TNI terlibat dalam upaya pencegahan korupsi, sekaligus membangun sistem pertahanan negara yang efektif untuk menghadapi ancaman ini, adalah melalui program bela negara. Program ini diharapkan dapat mengubah budaya masyarakat agar tidak koruptif. Program yang diusulkan oleh Kementerian Pertahanan ini haruslah digalakkan secara serius dan komprehensif, serta diikuti segenap komponen masyarakat. Pertahanan negara yang efektif dapat terwujudkan jika segenap komponen bangsa telah mengikuti program bela negara. Mereka akan menempatkan negara sebagai hal yang terutama, sehingga dengan demikian menghilangkan segala perilaku koruptif yang ada dalam dirinya.

Atas dasar itulah, dalam tulisan ini penulis menyajikan argumentasi bahwa untuk menghadapi bahaya korupsi yang merajalela di Indonesia diperlukan sebuah program yang dapat mengubah budaya masyarakat agar menempatkan cinta bangsa dan negara sebagai hal yang terutama. Dengan begitu luasnya virus korupsi yang sudah merebak di bangsa ini, yang mengakibatkan kemiskinan, maka sistem pertahanan kita harus mampu menjawab masalah tersebut dengan program bela negara.

Sebelum membahas bagaimana program bela negara dapat dilakukan sebagai upaya menghadapi korupsi, kita harus memahami definisi bela negara yang ada dalam undang-undang. Menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Pertahanan Negara, bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, bukan hanya sebagai kewajiban dasar warga negara, tetapi juga merupakan kehormatan warga negara sebagai wujud pengabdian dan kerelaan berkorban kepada bangsa dan negara.

Bela negara yang dilakukan oleh warga negara merupakan hak dan kewajiban membela serta mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Pembelaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara. Oleh karena itu, warga negara mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam pembelaan negara, kecuali ditentukan lain dengan undang-undang.

Mantan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin pernah mengatakan bahwa wujud bela negara dapat ditafsirkan dalam bentuk pemberantasan korupsi. Beliau mengatakan, Dengan bela negara, kita tidak berpikir untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk bangsa dan negara. Korupsi biasanya dilakukan untuk kepentingan perorangan dan kelompok. Maka, dengan bela negara kita hapus kepentingan perorangan dan

33

103

kelompok. Ia berharap segenap lapisan masyarakat dapat menanamkan rasa bela negara, dengan mewujudkan rasa saling memiliki dan menghargai.34

Sjafrie kemudian menambahkan, bela negara menuntut setiap rakyat untuk tidak memikirkan diri sendiri. Perilaku korupsi merupakan bentuk tindakan yang justru bertentangan dengan upaya bela negara. Sikap bela negara harus terus dipupuk demi terwujudnya sikap cinta Tanah Air. Bela negara itu bukan milik militer saja, tetapi untuk rakyat RI yang berjuang untuk bangsa dan negara.Terakhir, Sjafrie berpendapat bahwa sikap bela negara juga harus lebih dikuatkan pada aspek intelektualitas. Hal ini karena tuntutan bela negara sekarang itu sudah mulai meningkat. Hal itu tidak cukup dihadapi dengan militansi, tetapi harus dengan intelektualitas.35

Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara . Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab. Korupsi juga menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa. Disinilah peran program bela negara menjadi penting guna membela atau melindungi tanah airnya dari kejahatan-kejahatan para koruptor.

Terdapat 4 tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk menangani tindakan korupsi dalam upaya bela negara. Pertama, membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara. Kedua, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya.

Ketiga, menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara. Dan keempat, menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan.36

Secara praktis, sesuai dengan program bela negara yang selama ini sudah dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan, maupun oleh TNI, doktrinasi nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air dan bangsa akan lebih banyak diterapkan dalam program ini. Program bela negara memang tidak serta merta menerapkan tindakan-tindakan yang dilakukan KPK misalnya dalam melakukan pencegahan korupsi, akan tetapi program ini akan menekankan pada diseminasi nilai-nilai tadi kepada para peserta didik, yang disesuaikan

34

104

untuk mencegah terjadinya korupsi. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam program bela negara diharapkan dapat mencegah budaya korupsi menyebar kepada seluruh insan masyarakat.

Untuk itu, dalam materi-materi yang disampaikan di dalam program bela negara, hal-hal di atas akan lebih banyak disampaikan. Menurut penulis, proses penyampaian materi seperti ini akan efektif karena sasaran program bela negara adalah para kaum muda di Indonesia, yang bervariasi mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama sampai Universitas. Pemahaman buruknya budaya korupsi harus dimulai sejak tahap tersebut karena anak muda biasanya masih belum terlalu terpengaruh budaya budaya korupsi. Bahkan, jika memungkinkan Kemhan atau TNI dapat menerapkan program bela negara sejak Sekolah Dasar karena pada usia demikianlah materi-meteri yang terkait nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air dan bangsa sangat tepat untuk diajarkan. Anak-anak di usia ini diibaratkan masih seperti kertas putih yang siap dituliskan tinta. Jika kita mengajarkan perilaku yang baik, maka mereka akan mengamalkannya sampai dewasa kelak. Tentunya program bela negara khusus untuk mereka akan disesuaikan materinya agar tepat untuk diimplementasikan kepada anak-anak SD.

Bela negara pastinya memiliki perbedaan dengan wajib militer. Wajib militer (conscription) adalah sebuah konsep terkait pererekrutan warga negara dengan tidak secara sukarela (involuntarily) untuk institusi militer yang bertujuan untuk mobilisasi pasukan saat perang atau krisis. Wajib militer berlaku untuk semua warga negara, khususnya pria, dengan usia umumnya 18 sampai 45 tahun. Seorang yang dipanggil untuk mengikuti wajib militer biasanya mengabdi selama 1 sampai 3 tahun.3737

Atas dasar pengertian wajib militer di atas, hilangkan anggapan jika bela negara ini adalah program wajib militer yang pesertanya akan diajarkan cara berperang seperti tentara. Bela negara belum mencapai tahap itu. Apalagi, kembali kita harus mengingat bahwa ancaman terbesar bangsa ini bukan ancaman militer, tetapi non-militer, yang tidak tepat jika dihadapi hanya dengan keahlian dalam berperang saja. Sebagai bagian dari perang proxi, korupsi harus dihadapi oleh seluruh masyarakat Indonesia, bukan mereka-mereka yang memiliki kemampuan tempur saja.

Begitu pula dengan ancaman korupsi, di mana ia telah merusak sendi-sendi kehidupan bangsa ini selama puluhan tahun. Bela negara menjadi wadah yang pas agar ancaman jenis ini tidak lagi membudaya di bangsa kita tercinta. Materi-meteri yang diberikan dalam program bela negara akan membantu kampanye pencegahan korupsi yang selama ini disuarakan KPK, Kepolisian, Kejaksaan, dan segenap masyarakat sipil anti-korupsi. Akan tetapi, kampanye saja tidaklah cukup. Dibutuhkan sebuah program yang secara formal dan jelas mampu mencakup segenap elemen bangsa, sehingga penerapannya pun komprehensif dan tentunya efektif.

Terakhir, program bela negara menurut penulis adalah program yang sangat efektif untuk diimplementasikan di Indonesia dewasa ini. Terlebih, beragamnya ancaman dan tantangan bagi bangsa ini membuat segenap komponennya harus siap menghadapinya. Korupsi sebagai bagian dari perang proxi membuat upaya pencegahannya tidak bisa dilakukan secara tradisional lagi, melainkan harus dilakukan secara kontekstual. Program bela negara dapat menjadi sarana yang tepat untuk melawannya.

37

105

KESIMPULAN

Korupsi adalah tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan mengenai keuangan yang membahayakan ekonomi. Korupsi juga didefinisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan pemerintah untuk keuntungan pribadi. Karena itu, korupsi adalah musuh utama bangsa ini. Banyak anak bangsa yang dimiskinkan oleh karena tindak pidana korupsi, di mana di sisi lain para pelakunya menikmati kekayaan yang berlimpah.

Korupsi adalah sebuah medan peperangan yang sama sekali jauh berbeda dengan terminologi perang yang kita biasa pahami. Perang jenis ini adalah perang tanpa senjata, tanpa tentara, dan tanpa teritori. Perang ini adalah pertempuran yang tidak menyerang dengan bedil, tetapi yang menyerang hati nurani manusia dengan godaan materialisme. Kesulitan berperang dalam perang jenis ini, bahwa yang diperangi adalah anak bangsa sendiri.

Korupsi adalah bagian dari perang proxi karena memiliki dampak yang sangat besar terhadap keberlangsungan hidup sebuah negara. Korupsi adalah salah satu ancaman non-konvensional terbesar yang bangsa ini saat ini sedang hadapi. Dengan jumlah penduduk yang besar dan kekayaan alam yang banyak, potensi Indonesia untuk menjadi negara besar dan berpengaruh di dunia internasional sangatlah besar.

Untuk itu, tentunya banyak pihak-pihak di luar yang tidak berkeinginan Indonesia untuk menjadi negara maju. Kita semua paham bahwa kekayaan alam bangsa ini sejak ratusan tahun lalu dieksploitasi oleh bangsa asing, bahkan hingga saat ini. Kondisi ini membuat bangsa kita menjadi bangsa yang selalu bergantung pada asing karena tidak mampu mengolah kekayaan alamnya sendiri.

Sikap yang selalu bergantung kepada pihak lain, alias tidak mandiri itulah yang menyuburkan budaya korupsi di bangsa ini. Sejarah birokrasi di negeri ini sangat terkait dengan sistem penjajahan Belanda, yang mana aparat birokrasi hanya dibentuk untuk melayani kepentingan Belanda. Birokrasi tidak bekerja untuk kepentingan pelayanan masyarakat, tetapi melayani penguasa. Akibatnya, munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, pungli, penyalahgunaan jabatan, dll jika aparat birokrasi berhubungan dengan masyarakat. Jadi, negara di mana korupsi sudah dilakukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, ancaman terhadap keamanan nasionalnya bukan lagi berasal dari luar, tetapi dari dalam negara itu sendiri.

Bela negara yang dilakukan oleh warga negara merupakan hak dan kewajiban membela serta mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Wujud bela negara dapat ditafsirkan dalam bentuk pemberantasan korupsi. Program bela negara akan menekankan pada diseminasi nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air dan bangsa kepada para peserta didik, yang disesuaikan untuk mencegah terjadinya korupsi. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam program bela negara diharapkan dapat mencegah budaya korupsi menyebar kepada seluruh insan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Basyaib, Hamid, Richard Holloway, dan Nono Anwar Makarim (ed). 2002. Mencuri Uang Rakyat: 16 Kajian Korupsi di Indonesia, Buku3: Bantuan Asing, Swasta, BUMN. Jakarta: Yayasan Aksara.

106

Djaja, Ermansyah. 2009. Memberantas Korupsi bersama KPK: Kajian Yuridis Normatif UU Nomor 31 tahun 1999 juncto UU Nomor 20 tahun 2001 Versi UU Nomor 30 tahun 2002. Jakarta: Sinar Grafika.

Hartiningsih, Maria (ed). 2011. Korupsi Yang Memiskinkan. Jakarta: Kompas.

Helmanita, Karlina dan Sukron Kamil (ed). 2011. Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi. Jakarta: CSRC UIN.

Holsti, Kalevi J. 1981. International Politics: A Framework of Analysis. New Delhi: Prentice Hall.

Indrawan, Jerry. 2015. Studi Strategi dan Keamanan. Depok: Nadi Pustaka.

Muradi. 2012. Dinamika Politik Pertahanan dan Keamanan di Indonesia: Memahami Masalah dan Kebijakan Politik Pertahanan dan Keamanan Era Reformasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

108

AKTIALISASI PANCASILA: PELUANG BARU BAGI GENERASI MILENIAL

Willfridus Demetrius Siga

Abstrak Generasi milenial (the millennial generation), sebutan generasi yang memiliki karakter aktif, menguasai kemampuan teknis, dan individual. Selamat datang di era open society. Lantas, bagaimana aktualisasi Pancasila yang masih dipandang sebagai produk masa lalu, intimidasi bahkan berubah menjadi teknik degradasi massa? Generasi milenial menjadi peluang baru untuk menawarkan Pancasila sebagai nilai dan habitus. Pertama, mengobarkan semangat nasionalisme yang menjunjung tinggi keutuhan martabat manusia (humanum religiosum) yang tampak dalam relasi yang seimbang antara manusia dengan Tuhan (Theos) dan manusia dengan alam (Kosmos), dan manusia dengan sesama (anthropos). Kedua, aktualisasi semangat cinta kasih dalam kebenaran, bukan hanya pada tataran idealisme (national) tetapi tindakan moral (right conduct). Ketiga, merajut pluralitas dengan membangun kesadaran ber-Pancasila dalam ruang pengalaman hidup sehari-hari yang jujur, tulus dan tidak munafik. Kata Kunci: globalisasi, generasi milenial, degradasi massa, nilai, habitus, nasionalisme,martabat manusia, cinta kasih dalam kebenaran, pluralitas hidup

PENDAHULUAN

Globalisasi melemparkan kita ke tengah arus banalitas revolusi digital. Arus liar dan sulit terbendung inilah yang hari-hari ini mendominasi para penghuni peradaban milenial yang memiliki karakter aktif, menguasai kemampuan teknis, dan individual. Yasraf Amir Piliang

109

Sejarah mencatat bahwa gelombang pertama peradaban (800 SM-1500 M) ditandai dengan kemampuan manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian yaitu manusia berubah dari kebiasaan berpindah-pindah yang menetap disatu tempat (nomaden). Manusia masih bersifat food gathering (zaman batu), bersikap mengambil dari alam, belum ada usaha untuk menanam. Gelombang Kedua (1500 M-1970 M) menyoroti masyarakat industri, sebagai

110

janji globalisasi mencakup kemudahan dan presisi dalam hidup, angka produksi yang lebih besar dan interaksi manusia yang unlimited yang diperankan oleh bentuk-bentuk komunikasi baru dan cepat. Ruang maya berubah menjadi

111

selanjutnya turun lagi ke dalam lapangan kehidupan nyata. Marcel menghantar kita pada gejala-gejala dalam masyarakat modern yang mengancam keutuhan pribadi manusia dan kesatuannya dengan orang lain.14 Krisis di dunia Barat secara khusus menggaribawahi kondisi sosial dan institusional kontemporer yang lahir dari kedalaman keberadaan hidup manusia. Kebanyakan orang berpendapat bahwa krisis eksistensi berada pada level metafisikal dan sosial saja. Sedangkan, Marcel memandang krisis eksistensi berada pada level politik yang bisa dilihat sebagai sebuah bahaya yang membutuhkan kelembutan untuk dianalisis dalam kebebasan ber-

112

'bangsa'.18 Nasionalisme mengejar sasaran identitas nasional dalam tingkatan yang berbeda-beda, tetapi selalu kembali kepada idealisme bangsa itu sendiri. Singkatnya, nasionalisme merupakan teori legitimasi politik yang mensyaratkan bahwa batasbatas etnis tidak harus memotong ruang politik. Nasionalisme mengacu pada hubungan antara etnisitas dan negara.19

Bagaimana kita dapat menetapkan konsep bangsa? Benedict Anderson mengusulkan bangsa adalah sebuah komunitas politik yang dibayangkan - inheren dan berdaulat. Dengan 'membayangkan', bukan berarti 'diciptakan', artinya orang-orang yang mendefinisikan diri mereka sebagai anggota suatu bangsa namun dalam pola pikir kebersamaan.20 Definisi mengenai bangsa (nasionalitas) adalah suatu komunitas yang (1) terbentuk dari keyakinan bersama dan komitmen yang saling menguntungkan, (2) mempunyai latar belakang sejarah, (3) berkarakter aktif, (4) berhubungan dengan suatu wilayah tertentu, dan (5) dibedakan dari komunitas lain melalui budaya publik yang khas, selain cenderung mengarah ke spektrum subjektif. Oleh karena itu, bangsa didefinisikan sebagai "suatu komunitas manusia yang memiliki nama, yang menguasai suatu tanah air serta memiliki mitos-mitos dan sejarah bersama, budaya publik bersama, perekonomian tunggal dan hak serta kewajiban bersama bagi semua anggotanya". Sementara itu, konsep ethnik dapat didefinisikan sebagai suatu komunitas manusia yang memiliki nama, yang berkaitan dengan satu tanah air, memiliki mitos leluhur bersama, kenangan bersama, satu atau beberapa unsur budaya bersama dan solidaritas tertentu, paling tidak di antara elit-elitnya.21

Nasionalisme merupakan suatu bentuk budaya dan agama. Fokus utama nasionalisme yakni "bangsa". Nasionalisme menuntut penemuan kembali dan pemulihan identitas budaya bangsa yang unik, Artinya, nasionalisme menuntut agar orang kembali pada akarnya yang otentik di dalam komunitas budaya historis yang menghuni tanah air leluhurnya. Bangsa kultural harus menjadi bangsa politik, dengan budaya publik yang menjadi pembentuk dan pengukur bagi masyarakat dan pemerintahannya. Karena itu, bangsa dicirikan oleh suatu "budaya politik", lengkap dengan peran politik dan institusinya yang khas serta simbolnya yang unik, seperti bendera, lagu kebangsaan, festival, upacara dan simbol lain yang serupa. 22

Bangsa adalah masyarakat dimana warga diharapkan berkomunikasi dan berintegrasi dalam hal budaya dan identitas diri secara abstrak dan anonim. Anderson menyebut karakter abstrak dari komunitas moral bangsa sebagai the tomb of the unknown soldier. Biasanya makam ini dibiarkan sengaja kosong, menandakan secara universal karakter bangsa yang abstrak. Namun suara makam adalah dari jenazah yang diidentifikasi sebagai jiwa abadi, mereka tetap

113

penguatan sentimen nasionalis. 24 Arus komoditas dan daya tarik konsumerisme massa membuat batas nasional beserta aturan atau kebijakan pemerintah menjadi semakin tidak berdaya dan tidak relevan.

Dalam konteks ke-Indonesia-an, nasionalisme sebagai komunitas humanisme, bangsa Indonesia memiliki panorama peradaban yang sungguh dinamis yang lahir dari refleksi filosofis yang sungguh mendalam. Kapan genealogi nasionalisme bermula? Nasionalisme menyembul ketika cita rasa keadilan mengemuka, ketika hati memberontak atas keterpurukan, ketika penjajahan adalah sebuah keburukan, ketika paham ideologi asing diimpor dan menjarah kearifan hidup sehari-hari. Konsep masyarakat mengkristal kala masyarakat menjadi komunitas humanis. Nasionalisme di era Orde Baru tampak gemilang di luar, tetapi keropos di dalam. Nasionalisme kerap dimaknai sebagai aktivitas bela negara, dalam banyak praktek telah meminggirkan rasa humanisme dalam berbagai wajah. Komunitas yang terbentuk pada periode ini adalah kom

114

proses hidup manusia yang menyatakan kualitas manusia dan termanifestasi dalam sikap hidup manusia (moral conduct).27

Habitus (habit) secara umum diterjemahkan sebagai kebiasaan, watak atau karakter yang merujuk pada keseluruhan keadan dan cara bertindak terhadap suatu rangsangan. Habitus

115

nilai kemanusiaan yang bebas.30 Agama mempunyai tanggung jawab besar atas kesejahteraan dan keutuhan bumi. Oleh karena itu, sebagai warga negara kita perlu dididik untuk memiliki etika politik yang terbuka, berbudi pluralis, tidak ekstrimis-radikalis. Pengetahuan yang baik harus berdampak pada perasaan dan berperilaku yang baik kepada Tuhan, sesama, dan alam. Pancasila membentengi kita dari ontologi antihuman.

116

kekerasan. Jangan pernah menjadikan kekerasan sebagai guru, apapun alasanya termasuk dendam. Lawanlah kekerasan dengan akal sehat dan logika yang mengagungkan kemanusiaan. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa keragaman adalah kebenaran ilahi. Keragaman mensyaratkan kebenaranyang otentik dan unik. Otentik artinya, penghayatan berasal dari dalam diri setiap pribadi, tidak doktrinal atau dogmatis dan tidak hanyut dalam opini publik. Unik berarti setiap pribadi memiliki jati diri yang istimewa. Pluralisme juga mengindahkan prinsip saling pengertian, toleransi dan dialog yang menjunjung tingi nilai-nilai kemanusiaan.

Penutup: Generasi Milenial yang Glokalisasi

Generasi milenial adalah sebuah fakta sejarah. Kita tidak bisa menolak apalagi menghujat. Generasi yang terbawa arus globalisasi ini dituntut untuk sekaligus glokalisasi. Glokalisasi hendak menonjolkan bahwa dalam globalisasi, yang lokal itu bukan hanya penting tetapi juga mendapat arti baru. Globalisasi seharusnya membuka peluang horison hidup menjadi lebih luas, globalisasi menjadi kesempatan untuk mengoreksi paham klasik tentang kultur yang tidak relevan lagi pada zaman ini. Kultur lokal termasuk nasionalisme dan kearifan hanya dapat dimenerti dan dianalisis, bila dipertalikan dengan mozaik kultur global termasuk kultul industri global. Oleh karena itu, yang paling penting adalah bukan lagi orang ngotot dengan keontetikan yang lama, melainkan mau mencari keontetikan yang baru. Dengan menerima hal-hal baru, manusia sekarang ditantang untuk memperoleh suatu dunia

117

Hylland, Thomas. Ethnicity and Nationalisme. London: Pluto Press, 1993.

Piliang, Yasraf A. Dunia Yang Berlari: Mencari Tuhan-Tuhan Digital. Jakarta: Grasindo, 2004.

Latif, Yudi. Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan. Jakarta: Mizan, 2014.

Magnis-Suseno, Franz. Iman dan Hati Nurani. Jakarta: OBOR, 2014.

Marcel, Gabriel. Man Against Mass Society. (terjemahan oleh G. S. Fraser), Chicago: Henry Regnery Company, 1962.

________ The Mystery of Being, vol. 1, Reflection and Mystery. (Terjemahan oleh by G.S. Fraser), London: The Harvill Press, 1951.

Ritzer, George. The Globalization of Nothing. USA: Pine Forge Press, 2004.

Schirato, Tony dan Jen Webb. Understanding Globalization. London: Sage Publication, 2003.

Sindhunata. Dilema Globalisasi dalam Basis No 01-02, Tahun ke-52, Januari-Februari 2003.

Smith, Anthony D. Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta, Erlangga, 2003.

Sugiharto, I. Bambang. Humaniora untuk Masyarakat Transisi, Makalah yang dibawakan pada

118

119

negara membentuk badan siber guna melindungi kepentingan dan ketahanan nasionalnya, seperti: US Cyber Command, China PLA Blue Army, Korea KISA atau Israel Unit 8200 IDF. Bahkan, Amerika Serikat melalui Badan NIST (National Institute of Standard and Technology) 1 telah mendefinisikan Cyber Security is the ability to protect or defend the use of cyberspace from cyber attacks. Di Indonesia, Januari 2015, pemerintah pun sebenarnya sudah bersiap diri menghadapi tantangan pertahanan siber melalui rencana pembentukan Badan Cyber Nasional (BCN) yang direstui oleh Presiden Jokowi2,3 selaku National Cyber Security Leader. 4 Saat ini, rencana pembentukan BCN kemudian ditindaklanjuti Pemerintah dengan percepatan pembentukan Badan Siber Nasional yang dikenal dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) oleh Menkopolhukam RI Jenderal TNI Purn. Wiranto, 5 termasuk rencana pembentukan Pusat Pertahanan Siber (Pushansiber) Kemhan RI. 6

2. Perkembangan Lingkungan Strategis Global: Cyber Space Comprehend & New

Challenge

Untuk memahami tantangan pertahanan siber dalam konteks domain global internasional diperlukan pemahaman tentang perkembangan lingkungan strategis global. Suatu negara memahami (to comprehend) secara holistik ruang siber (cyber space) sebagai domain global bersifat border less, space less dan time less ynag merupakan bentuk tantangan baru (new challenge) bagi komunitas internasional. Satu negara akan mengalami hambatan, tentangan dan resistensi dari dunia internasional ketika melakukan klaim sepihak bahwa ruang siber yang bersifat global merupakan bagian dari bentuk kedaulatan wilayah (souvereignity) negara tersebut. Hal ini berbeda dengan klaim penentuan batas wilayah kedaulatan konvensional suatu negara yang telah diatur dalam perjanjian internasional, seperti konvensi hukum laut UNCLOS 1982 (United Nation Convention of Law of the Sea) 7, dimana dalam UNCLOS 1982 telah secara jelas mendefinisikan hak dan tanggung jawab satu negara berdaulat dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan SKA nya.

Terkait batas di ruang siber, pemerintah Amerika Serikat melalui The United States Deparment of Defense (DoD) telah mendefinisikan ruang siber (cyberspace) sebagai:

121

Amerika Serikat, termasuk mengancam pilar-pilar the National Instrument of Power

Amerika Serikat, yaitu: D,I,M,E (Diplomacy, Information, Military, Economy).

Penyusunan strategi cyberspace dimaksudkan Presiden Obama untuk meraih keseimbangan (balance)

122

Pesan yang terkandung dari PPD 21 dan PEO 13636 dalam studi kasus ini sangat jelas bahwa Presiden Obama menginginkan segera dibangun cyber security framework nasional untuk mengantisipasi resiko tinggi aksi cyber threat, cyber attack hingga cyber warfare terhadap infrastruktur kritis di Amerika Serikat. 15 Pembangunan national cyber security framework AS mengacu standar NIST (National Institute of Standard and Technology). NIST merupakan badan non-regulator bagian dari Departemen Perdagangan AS memiliki tugas menyusun pengukuran, standar dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, mendukung perdagangan, dan memperbaiki taraf kualitas hidup semua orang di Amerika Serikat. Akhirnya NIST berhasil menyusun the US cyber security framework yang dipublikasikan 12 Februari 201416 berupa cyber security framework yang mengatur fungsi dan kategori menghadapi cyber threat dan cyber attack, yaitu fungsi identify, protect, detect, respond dan recover, di dalam 3 (tiga) komponen utama standarisasi:

123

124

(shutdown). Serangan dilakukan oleh kelompok yang menamakan dirinya Guardians of Peace dengan menghapus data atau file dari hard disk komputer yang terinfeksi virus mirip virus yang menyerang Korea Selatan tahun 2013. Aksi cyber attack terhadap Sony Entertainment ditengarai berunsur politis terkait peluncuran film

125

tersebut juga sedang melanda dunia saat itu. Kedua rumah sakit dimaksud adalah Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais.

Ransomware WannaCry yang menyerang kedua rumah sakit tersebut berjenis malicious software atau malware yang menyerang komputer korban dengan cara mengunci (locked) komputer atau mengenkripsi (encrypted) semua data/informasi yang ada sehingga tidak bisa diakses kembali.

Untuk membuka kembali data/ informasi tersebut, sang korban harus membayar tebusan dalam bentuk Bitcoin (mata uang di Internet, Ransonmware tersebut mengunci semua data dan melumpuhkan sistem informasi yang menyimpan data kesehatan pasien serta catatan pembayaran rumah sakit. RS Dharmais pun berupaya menginstal ulang sistem untuk membuat komputer dan server kembali beroperasi dan berharap proses tersebut cepat selesai karena rumah sakit mengalami masalah besar beroperasi tanpa sistem informasi.

Dapat dibayangkan apabila jenis serangan Ransomware tersebut menyerang infrastruktur kritis pertahanan/militer tentunya kerugiannya akan berdampak secara nasional. Hal tersebut sangat dimungkinkan terjadi di masa depan sehingga perlu segera dilakukan langkah-langkah antisipatifnya mulai dari sekarang.

Memang, kejadian yang banyak terjadi di Indonesia saat ini masih bersifat kejahatan cyber (cyber crimes) seperti: fraud, carding, typosquatting, data forgery, web defacing/ hijacking, cyber pornography atau yang paling populer belakangan aksi penyebaran hoax (berita bohong) melalui sosial media, yang pelakunya dapat dijerat oleh pihak berwenang Kepolisian RI, Kejaksaan RI, KPK menggunakan pasal KUHAP, UU ITE atau UU KIP.

Ke depan, potensi ancaman dan tantangan dunia siber semakin canggih dan kompleks dengan target kepentingan nasional. Aksi cyber attack terhadap infrastruktur kritis nasional, pertahanan/militer, kesehatan, perbankan, transportasi hingga Obvitnas berdampak langsung terhadap penyelenggaraan kepemerintahan, pembangunan nasional dan ancaman keutuhan NKRI.

Oleh sebab itu BSSN sebagai leading sector beserta stake holders terkait, seperti DPR RI, Lemsanneg RI, Kementerian/Lembaga, Universitas Pertahanan dan lainnya harus dapat mengantisipasi potensi ancaman tersebut dengan cara segera menginisiasi perancangan penyusunan regulasi atau aturan perundang-undangan baru tentang siber (cyber law) yang lebih sepadan sesuai tantangannya yang semakin kompleks dan dinamis.

6. Tinjauan Peran dan Fungsi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Menghadapi

Tantangan Pertahanan Siber dan Sistem Persandian Nasional di Masa Depan

Mengacu pembahasan latar belakang, lingkungan strategis global, studi kasus Amerika Serikat dan beberapa kasus besar cyber attack diatas tentunya kehadiran satu badan khusus seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia. Diharapkan BSSN dapat segera menstimulus pembuatan kebijakan strategi nasional di bidang cyber security serta pembuatan cyber security framework untuk melindungi berbagai kepentingan nasional, termasuk infrastruktur kritis nasional dan Obvitnas.

BSSN juga harus mampu melindungi jati diri, karakter, nilai-nilai (values) dan budaya bangsa Indonesia sebagai instrumen kekuatan nasional, dalam 8 gatra (Astagatra), yaitu gatra Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan Pertahanan, Geografi, Demografi dan SKA dari beragam ancaman atau serangan via dunia siber yang dapat menggoyahkan tatanan

126

nilai dan sendi-sendi kehidupan berbangsa bernegara serta mengancam keutuhan kedaulatan NKRI.

BSSN mungkin dapat menyarankan kepada Pemerintah agar ke depannya instrumen kekuatan nasional Indonesia tidak hanya terdiri dari 8 gatra saja (I,Pol, Ek, Sosbud,

Hankam, Geo, Demo dan SKA), tetapi juga memasukan gatra Informasi sebagai gatra ke-

9 menjadi gatra Info, I, Pol, Ek, Sosbud, Hankam, Geo, Demo dan SKA. Hal tersebut disebakan karena di era peperangan informasi saat ini, merupakan satu hal yang sangat dimungkinkan

127

Pembangunan nasional berkesinambungan merupakan upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara, serta sebagai proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara guna mewujudkan Tujuan Nasional, seperti tercantum pada Pembukaan UUD 1945 alinea IV, 22 yaitu:

128

Setiap individu ASN perlu mengetahui dan mentaati segala peraturan perundang-undangan terkait persandian dan undang-undang siber yang ada seperti UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) 25 atau UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang KIP (Keterbukaan Informasi publik) 2626 dan Undang-undang terkait lainnya. Sebagai contoh UU Nomor 23 Tahun 2014 27 tentang pemerintah daerah (pemda) menjelaskan bahwa persandian merupakan urusan wajib konkuren yang harus dilaksanakan oleh pemda, atau UU Nomor 5 Tahun 2014 28 menjelaskan tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 29 menjelaskan tentang peraturan disiplin bagi pegawai negeri sipil yaitu kewajiban mengangkat dan mentaati sumpah/janji sebagai PNS dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kewajiban menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaikbaiknya.

Kewajiban tersebut harus disadari oleh setiap ANS agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang aman, tidak terjadi kelalaian atau pelanggaran yang pada akhirnya dapat mengakibatkan terganggu dan terancamnya penyelengaraan kepemerintahan. Ke depan, BSSN bersama DPR RI dan instansi terkait perlu menyusun lagi peraturan perundang-undangan siber (cyber law) terbaru terkait pertahanan informasi dan persandian dihadapkan pada bentuk, jenis dan tantangannya yang semakin kompleks dan dinamis.

8. Identifikasi pokok-pokok permasalahan

BSSN perlu segera mengantisipasi tantangan pertahanan siber global melalui satu bentuk kerjasama solid internasional hingga lintas sektoral antar instansi pemerintah (K/L) dengan organisasi non-pemerintah serta seluruh stake holders terkait di Indonesia dibawah satu pusat sistim komando kendali dan koordinasi BSSN selaku leading sector organization. Dalam melaksanakan fungsinya BSSN harus dapat segera mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan yang eksis saat ini:

129

pemerintah terkait termasuk pola perekrutan dan pembinaan sumber daya manusia cyber Indonesia yang potensial sebagai garda pertahanan cyber nasional (cyber army/ cyber troops/ cyber warrior). Dukungan politik anggaran pertahanan informasi yang memadai.

130

serta membangun NCOC (National Cyber Operation Center) yang canggih dan terintegrasi sebagai Pusat Komando Kendali berkemampuan C4ISR (Command, Control, Communication, Computer, Information, Surveillance & Reconaissance). BSSN juga segera membentuk pusat krisis nasional NC3 (National Cyber Crisis Center) untuk mengantisipasi dampak mitigasi akibat aksi cyber threat, cyber attack, cyber crime, cyber terrorist hingga cyber warfare dengan mengintegrasikan seluruh potensi siber yang dimiliki pemerintah dan non-pemerintah melalui penyusunan Cyber Defense & Security Roadmap.

131

anggaran besar atau relatif lebih murah dibanding kebutuhan anggaran industri pertahanan konvensional. Hal ini disebabkan karena pelaku utama industri pertahanan siber adalah sumber daya manusia siber Indonesia, terutama generasi mudanya, yang sudah terkenal kemampuan sibernya di dunia. Potensi SDM siber Indonesia seperti para programmer, system analyst, cryptoanalyst dan lainnya perlu diperhatikan dan dikelola pemerintah secara baik termasuk para white hackers/crackers Indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.

133

133

PENANAMAN NILAI-NILAI BELA NEGARA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN

KRISIS NASIONALISME DAN KESADARAN TATA SUSILA MASYARAKAT

Novky Asmoro

Abstrak

Saat ini fenomena nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai landasan idiil

134

Momentum reformasi 1998 membawa banyak perubahan baik positif maupun negatif. Reformasi banyak dianggap oleh sebagian kalangan sebagai penyebab melemahnya wibawa Pancasila sebagai ideologi negara. Selain itu friksi demi friksi sosial di tingkat masyarakat juga terus mewarnai kehidupan bangsa. Kebinekaan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa seolah justru berbalik menjadi pemantik berbagai pertikaian dan konflik komunal berlatarbelakang SARA di negeri ini. Potensi separatisme dan maraknya tindakan asusila di masyarakat sudah menjadi tren di tengah keironian masyarakat Indonesia yang konon sangat kental dengan nilai-nilai religiusitas serta berbudaya luhur.

Potensi separatisme yang masih kerap melanda saat ini jika dipandang dari perspektif yang lebih luas mengandung makna bahwa situasi tersebut muncul bukan semata karena kekecewaan mereka terhadap kebijakan pemerintah pusat yang sering disebut jawa sentris. Masalah peningkatan kesejahteraan dan rasa cinta tanah air merupakan langkah utama dalam mencegah dan menanggulangi upaya separatism seperti di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Papua 2. Gerakan separatisme selain difahami sebagai sebuah perlawanan bersenjata dan politik dalam motif disintegrasi, memunculkan kesadaran bahwa ternyata separatisme akan mati sendirinya jika tidak ada dukungan masyarakat lokal. Adanya dukungan tersebut hingga saat ini membuktikan bahwa masih ada rasa cinta tanah air dan nasionalisme yang terciderai dalam hati masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa potensi separatisme selain disebabkan masalah ideologi dan politik, ternyata dipicu pula oleh menipisnya jiwa nasionalisme serta kondisi kesenjangan ekonomi yang dampaknya luas dan sistemik.

Selain terkait masalah separatisme, hal yang menyedihkan adalah terjadinya penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara yang dominan disebabkan oleh degradasi nilai sosial. Hal ini dibuktikan dengan semakin sedikitnya masyarakat, terutama di kalangan perkotaan untuk menghormati nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan lebih bangga dengan simbol dan budaya bangsa lain.

Disamping itu, perilaku menyimpang dan menggunakan obat terlarang atau melakukan Free sex di kalangan generasi muda, diperparah dengan rendahnya kesadaran sosial semakin maraknya gaya hidup individualis baik, terutama pada kaum muda di tengah-tengah masyarakat. Gambaran di bawah adalah menunjukkan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tindak kriminal adalah selang waktu terjadinya suatu tindak kejahatan (crime clock). Berdasarkan data statistik kriminal, Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2015, selang waktu terjadinya kejahatan

135

Tabel 1. Data Selang Waktu Terjadinya Kejahatan Tahun 2012-2014

Sumber: BPS 2015 Data dari BPS di atas memperlihatkan bahwa kesadaran berbangsa bernegara rakyat

Indonesia dalam mematuhi aturan hukum dan susila memang telah dalam situasi yang mengkhawatirkan. Jika diamati lebih jauh, pada prinsipnya nilai-nilai Pancasila sebenarnya efektif untuk membentengi generasi muda dan rakyat Indonesia secara umum dari tindakan yang menyimpang, asal dengan metode penyampaian yang tepat. Justru dengan cara-cara

136

dogmatis seperti yang terjadi pada masa lalu akan kontraproduktif dalam upaya penanaman semangat kesadaran bela negara karena dianggap indoktrinasi semu tanpa diikuti perilaku tauladan yang bermoral.

Melihat kondisi bangsa sekarang, ada beberapa indikator yang menunjukkan penurunan nilai-nilai susila bisa diihat dari gejolak sosial seperti tawuran antarwarga, perkelaian pelajar, ketidakpuasan terhadap hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun tambang, dan lain-lain. Semua tindakan di atas semata-mata hanya membela pihak atau golongan tertentu. Beberapa data konflik daerah di bawah memperlihatkan jika kerentanan friksi sosial seperti bentrok warga, isu SARA, konflik Ormas, konflik sengketa lahan dan sebagainya masih marak terjadi hingga saat ini4.

Tabel 2. Data Konflik Sosial Tahun 2013-2015

Sumber: http://kesbangpol.kemendagri.go.id, 2017

Krisis Jati Diri dalam Bingkai Ideologi Negara Pancasila

Nilai-nilai bela negara rakyat Indonesia yang memprihatinkan menyimpan pula sebuah realita yang tidak kalah menyedihkannya yakni terhadap posisi Pancasila, sebagai ideologi negara. Kelima nilai bela negara pada prinsipnya juga merupakan refleksi dari sila-sila yang ada di Pancasila. Sebagai pengejawantahan nilai-nilai luhur bangsa, posisi Pancasila sebagai ideologi negara sesungguhnya sangatlah luhur karena sebagai sikap batin yang paling mendasar bagi bangsa Indonesia.

4

137

Pancasila telah disepakati bersama sebagai ideologi negara dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesepakatan ini mengandung konsekwensi bahwa Pancasila akan diimplemantasikan yang salah satunya dalam upaya bela negara. Makna dari hal itu adalah segala bentuk hubungan sosial antarmasyarakat dan hubungan antara masyarakat dengan pemerintah/negara diharapkan sesuai dengan tuntunan Pancasila. Usaha untuk meningkatkan kesadaran

138

Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) Daerah-daerah potensi tindakan disintegrasi seperti NAD dan Papua sangat identik

dengan

139

Sebagai bangsa yang berharap pada kehadiran negara dalam kemampuan untuk mengatasi segala masalah yang ada, rasa cinta tanah air merupakan refleksi dari perwujudan warga negara yang mencintai tanah airnya sebagai ruang hidup dalam menjalankan kehidupannya.10

Untuk dapat memahami dan mencintai tanah air, diharapkan timbul pula jiwa nasionalisme dalam memelihara kemurnian Pancasila sehingga timbul kebanggaan dari segenap bangsa. Hal tersebut seakan sejalan dengan apa yang ada dalam pernyataan JJ. Rousseau dalam teori Kontrak Sosial bahwa adanya cinta tanah air akan berujung pada timbulnya rasa bela negara11. Indikator cinta tanah air sebagai ruh dari semangat nasionalisme, terdiri dari beberapa nilai yaitu12:

1. Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia. 2. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia. 3. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya. 4. Menjaga nama baik bangsa dan negara. 5. Memberi kontribusi terhadap kemajuan bangsa dan negara. 6. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia.

Implementasi dari indikator-indikator tersebut, diharapkan akan memunculkan sikap dan pola perilaku yang mampu menangkal krisis-krisis nasionalisme di masyarakat. Terwujudnya

140

milik perorangan warga negara, namun lebih luas akan mendorong pemerintah baik daerah atau pusat untuk lebih bijak dalam mengelola krisis ketimpangan yang berpotensi menimbulkan berbagai dampak sosial. Dikotomi mental kedaerahan melalui manajemen konflik yang benar, justru akan memperkuat semangat nasionalisme yang berujung pada meningkatnya semangat rela berkorban bagi bangsa dan negara.

2. Konsep Mencegah Dekadensi Nilai Tata Susila di Masyarakat Terciptanya kesadaran terhadap hukum dan norma susila adalah indikator yang berkorelasi

dengan kesadaran berbangsa dan bernegara. Hubungan antara warga negara dengan warga negara lain dan warga negara dengan pemerintahnya adalah hakikat dari kesadaran berbangsa dan bernegara. Aspek hukum positif yang mendasari bagaimana tingkat kepatuhan warga negara dalam mengatur interaksi sosialnya diharapkan dapat mendorong tercapainya peningkatan kesadaran terhadap hukum dan norma susila di masyarakat sehingga terwujud peningkatan rasa kesadaran berbangsa dan bernegara. Konsep yang diperlukan dalam menghadapi situasi di atas adalah dengan mengaktualisasikan strategi penanaman nilai berbangsa dan bernegara sebagai bagian dari nilai bela negara melalui metode koordinasi dan sosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat baik secara individu maupun melalui berbagai ormas yang ada. Hal ini terkait pemahaman bahwa bela negara sangat erat kaitannya dengan masalah ketaatan warga negara terhadap hukum postif serta norma susila di masyarakat.

Dituntut kesadaran hukum warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara, diperlukan regulasi yang tegas dalam mengatur sangsi bagi warga negara yang menolak program bela negara berdasarkan kemampuan atau profesinya. Hal ini cukup krusial sebab kesadaran berbangsa bernegara selain ditanamkan atas dasar pemahaman juga memerlukan law enforcement yang tegas. Semua ini sebagai langkah preventif dan represif karena nilai kesadaran berbangsa bernegara sangat berkaitan dengan perilaku, sifat dan pola tindak masyarakat. Perlu untuk menjaga tingkah laku masyarakat tersebut dari berbagai pelanggran hukum dan susila baik hubungannya dengan masyarakat lain maupun dengan pemerintah.

Dikaitkan dengan aplikasi teknis penanaman nilai-nilai bela negara, maka pemahaman akan nilai bela negara dan Pancasila tidak bisa dilepaskan dari usaha-usaha menanamkan nilai-nilai yang terkandung sedari usia dini atau dari jenjang pendidikan paling dasar. Hal ini mengingat bahwa nilai-nilai bela negara adalah pengejawantahan sila-sila yang ada di Pancasila yang memerlukan

141

paradigma yang tepat. Diharapkan tidak ada lagi multitafsir dan kesalahan pahaman tentang bela negara yang hingga saat ini banyak diasumsikan sebagai program yang belum siap dan hanya menghamburhamburkan biaya.

Selain melalui jalur pendidikan formal di instansi dan kementerian, perlu pula program edukasi dari usia dini yakni mulai dari bangku SD, SMP, SMU hingga perguruan tinggi berupa pendidikan pendahuluan dan bela negara serta Pancasila sebagai mata pelajaran pokok yang harus diajarkan pada seluruh level pendidikan. Guna mempertajam materi bela negara yang fleksibel dalam mengikuti setiap perkembangan yang ada, maka dibutuhkan pula evaluasi berkala untuk menilai metode pengajaran dan formulasi kurikulum yang tepat bagi pelajar dan mahasiswa. Hal ini berguna untuk mendapatkan feedback dari seluruh institusi pendidikan yang ada tentang cara penyampaian yang cocok hingga mudah difahami oleh seluruh peserta didik tanpa terkesan ada unsur-

142

pertahanan semesta serta pembentukan karakter religius yang menekankan bahwa bela negara adalah bagian dari ajaran agama. Untuk level Perguruan Tinggi, maka perlu pengembangan program bela negara ini sebagai salah satu materi perkuliahan wajib yang ada di seluruh perguruan tinggi di Indonesia yakni mata kuliah wawasan kebangsaan dan budi pekerti. Nilai-nilai dalam materi ajaran tersebut penting guna memupuk pemahaman bahwa bela

144

Menghentikan Gerakan De-Indonesianisasi Garis Lunak: Kasus Hizbut

Tahrir Indonesia

Abdul Holik Dosen Universitas Nasional Pasim

[email protected]

Abstrak

Tulisan ini berusaha menjelaskan isu kenegaraan, yang saat ini dihadapkan pada persoalan serius gerakan garis lunak trans-nasional yang ingin mengganti Pancasila: HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Berdasarkan temuan dari berbagai literatur, organisasi massa ini memiliki tujuan mendirikan khilafah yang sangat bertentangan dengan NKRI, dan sebenarnya tidak diperintahkan Nabi. Pendirian khilafah didasarkan pada pemikiran ulama semata. Analisis kami menyimpulkan bahwa sikap dari para pemimpin bangsa yang terkesan kurang peduli terhadap ketidakadilan, kesenjangan sosial, korupsi, konflik horizontal, hingga dekandensi moral, menjadi penyubur berkembangnya HTI. Kami mendukung langkah pemerintah untuk pembubaran, disertai penguatan nasionalisme dan pemberantasan masalah sosial yang menjadi duri dalam tubuh NKRI. Kata kunci: NKRI, HTI, Khilafah

PENDAHULUAN

Kemunculan gerakan-gerakan yang ingin menyingkirkan ke-Indonesia-an adalah hal serius yang mesti diwaspadai. Pasalnya, gerakan semacam itu dapat membawa dampak buruk terhadap perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah-tengah berbagai ancaman ketidakpastian global. Salah satu gerakan itu adalah Hizbut Tahrir Indonesia. HTI yang merupakan kepanjangan dari Hizbut Tahrir

145

justru saling bertikai satu sama lain. Secara kultural, kesadaran hidup di dunia (weltanschauung) mereka masih mengadopsi pola pikir Barat. Artinya, justru bekas penjajah mereka diikuti.2

Melihat kondisi demikian, Muhammad Taqiyuddîn al-Nabhani, membentuk partai internasional yang berorienta

146

menengah di kota Haifa, Palestina. Karena menurutnya bidang pendidikan sudah dimasuki unsur Barat, dia kecewa dan berhenti mengajar. Taqiyuddîn lalu mendaftar di Mahkamah Syariah, karena dinilai masih Islami. Dia menjadi sekretaris di kementrian hukum Palestina, hingga menjadi qâdî (hakim). Di al-Quds, tahun 1948, dia mulai memikirkan penyelamatan umat Islam dari pengaruh Barat. Saat itu bertepatan dengan berdirinya negara Zionis-Israel.

Setahun kemudian Taqiyuddîn mulai merumuskan suatu rancangan yang menjadi agenda besarnya. Maka dibentuklah kekuatan politik Islam universal melintasi garis batas geografis, suku, ras, bahasa, warna kulit, bangsa, dan perbedaan golongan apapun di seluruh dunia. Partai yang dia bangun bukan alternatif, melainkan pilihan terbaik yang mempertegas kepentingan umat dan hak-hak mereka yang dirampas bangsa penjajah-kafir. Rancangan yang dibentuknya memakan waktu sekitar empat tahun lamanya, sejak 1949-1953. Tepatnya di tahun 1953, HT secara resmi didirikan. Pada awalnya terdapat lima orang anggota HT:

- Muhammad Taqiyuddîn sebagai ketua HT - Dâwûd Hamdân sebagai wakil ketua HT -

147

Gerakan Dakwah HT

Dakwah pertama yang ditempuh HT diklaim sebagai cara dakwah Rasulullah SAW., ketika di Makkah.5 HT tidak memaksakan kehendak kepada komunitas Muslim atau non-Muslim untuk tunduk dan mengikuti ajaran mereka. Bahkan di masa awal pembentukannya, dakwah HT sangat rahasia, dan mengajak anggotanya dari pintu ke pintu. HT membentuk pertemuan rutin untuk menjaga keutuhan keyakinan para kadernya dari pengaruh luar.

Pengajaran HT dilakukan diberbagai tempat, dan secara garis besar terbagi menjadi dua: kader senior wanita (akhwat) disediakan untuk menuntun para wanita pemula; dan untuk kader laki-laki pemula disediakan kader senior laki-laki. Sejak semula, HT menekankan pentingnya pembagian antara jenis kelamin, khususnya dalam berdakwah. Ikhtilat (percampuran laki-laki dan perempuan) tanpa sebab dan tujuan yang jelas adalah haram. Inilah yang menurut mereka membedakan kedudukan komunitas Muslim dari kafir. Islam memandang hubungan mereka sebagai naluri untuk melestarikan keturunan (gharîzah al

148

2.

149

kesadaran Barat. Pasalnya, pemikiran Barat banyak memiliki kerancuan, karena melihat segala sesuatu dari sudut pandang materi. Pertarungan antara Islam dan non-Islam takkan pernah berhenti sampai kapanpun.12

Masyarakat Islam digalakkan untuk kembali menengok warisan leluhur mereka. Khazanah keislaman tidak kalah hebat dengan peradaban Barat Modern. Cara yang ditempuh adalah dengan mempelajari sejarah Islam lewat buah karya orang Islam sendiri, dan menghindari kutipan orientalis. Dahulu, masyarakat Islam menjadikan peradaban Yunani Kuno hanya sebagai stimulus penggerak semangat. Tapi pola kehidupan dan norma di sana tidak diikuti. Menurut Hassan Hanafî, proyek penerjemahan di zaman Islam klasik hanya berlangsung selama satu abad (abad ke-2), dan pada abad berikutnya muncul ego independen. Umat Islam menolak secara total kebudayaan pendatang, karena sudah tak dibutuhkan lagi. Tiada kepentingan untuk mengkaji atau merasionalisasikannya, bahkan ego umat Islam justru kembali kepada teks karangan ahli mereka dalam tarap pengembangan ilmu. Umat Islam sudah bisa melahirkan banyak pemikir brilian dan intelektual tangguh. Sikap seperti ini yang coba dipraktekkan para ahli Usûl al-Fiqh, dan gerakan salaf kontemporer.13

HT memiliki pandangan seperti ini dalam mengkader simpatisannya sehingga mereka sangat militan. Struktur Khilafah Islamiyyah

Sejak awal, HT berkeyakinan bahwa kemajuan umat Islam adalah lewat suksesi politik. Maka, aspek politik-lah yang menjadi agenda utama mereka. Sejak ditinggal Nabi Muhammad Saw., umat Islam terkotak-kotak menjadi beberapa kelompok yang saling bertikai. Pada masa sahabat, pertikaian itu belum begitu akut, karena solidaritas antar mereka masih kuat. Pentingnya menstabilkan kekuatan politik menjadikan urusan penting lainnya semisal penguburan Nabi, ditangguhkan. Nabi meninggal pada hari Senin waktu duhâ. Tapi, pemakaman beliau baru dilaksanakan pada tengah malam, hari Rabu. Melihat peristiwa itu, menjadi jelas bahwa aspek politik harus lebih diutamakan. Sistem yang diterapkan HT bukan

150

7. Masâlih al-Daulah. Lembaga yang menangani kemaslahatan dan kebutuhan warga negara, seperti perekonomian, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

8. Majlis al-Ummah. Orang-orang terpilih yang duduk menyuarakan aspirasi masyarakat, laki-laki dan perempuan. Diperbolehkan pula non-Muslim duduk sebagai anggota majlis ini.15

Khâlifah dipilih dengan cara dibaiat. Laki-laki dan perempuan boleh menjabat tangan Khâlifah yang terpilih, sebagaimana yang pernah dilakukan di masa sahabat dulu. Jadi bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan dalam konteks baiat khalifah adalah boleh. Jika

151

152

ilmu-ilmu kemanusiaan, terkadang membentuk pola pikir serba pasti dan logis. Padahal jika kita mengkaji Islam secara luas, banyak sekali kemungkinan dan alternatif pemikiran dalam agama. Misalnya, bagaimana kita menyikapi perseturuan antara sahabat Nabi ketika pecah perang Jamal dan perang Shiffin. Pertempuran itu melibatkan orang-orag sholih yang diantaranya dijanjikan Nabi masuk ke dalam surga, seperti Sahabat Ali, Sahabat Thalhah dan Sahabat Zubair. Kita umat Islam dididik untuk melihat fenomena itu secara bijaksana, dalam arti kita berusaha tidak menyalahkan siapapun. Masing-masing dari sahabat menjalankan ijtihad mereka. Kita berlepas diri dari urusan mereka, demi menjaga persatuan umat Islam.

Keempat, HT lahir di Palestina saat ketidakadilan merajalela. Bisa dikatakan saat munculnya HT, umat Islam sedang diliputi kepedihan karena hidup di bawah tekanan penjajah. Jika ketidakadilan, kemiskinan, dan korupsi, masih terus berlanjut, maka wacana pendirian khilafah Islamiyyah HT semakin subur. Para pemimpin mereka hebat dalam membangun argumentasi, untuk memperkuat fondasi kepercayaan pengikutnya. Padahal, mereka sebenarnya hanya pintar beretorika. Semisal ungkapan berikut:

153

budak Majusi dari Persia,23 dia membentuk sistem ahlul halli wal aqdi: enam orang yang

pantas meng

154

Kita bisa melarang HTI berkembang sebagai gerakan yang mewujudkan ide khilafah. Namun wacana HT sejatinya merupakan isu menarik dalam kajian filsafat politik Islam. Kita tidak bisa mengesampingkan ide yang mereka usung, sebagai menambah diskursus ilmu politik, seperti halnya tema politik wilayatul faqih (wilayah para ahli fiqh) yang disuarakan kalangan Syiah dua belas imam. Wilayatul faqih memang sudah terwujud di Iran, dengan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpin perdananya. Tapi konsep demokrasi seperti itu terlarang untuk diaktualisasikan di Indonesia. Bahkan wacana penerapan sistem semacam itu di berbagai belahan dunia Arab pun, menemui banyak penolakan. Iraq yang saat ini dikuasai komunitas Syiah takkan mampu membentuk pemerintahan seperti yang terwujud di Iran. Libanon, tempat bermukimnya gerakan Hizbullah

155

masyarakat. Misalnya, tentang perlawanan embargo (hisâr) dari kekuatan asing. HT menilai bahwa pelabelan Islam sebagai teroris termasuk jenis embargo dari negara-negara Barat.26

Saat ini HTI sudah dibubarkan. Tapi gerakan ini membuat agenda lain untuk kembali mempengaruhi masyarakat Indonesia. Misalnya, saat ini sudah beredar Buletin Dakwah Kaffah. Isi dari buletin itu tentang anjuran beragama yang baik, dengan diselingi seruan untuk menerapkan syariah Islam. Dalam edisi 016 tercatat tanggal 5 Rabiul Awwal 1439 H/ 24 November 2017, di halaman 3 disebutkan kalimat berikut:

156

------------------, Kepribadian Islam, terj., Zakia Ahmad, jilid I., Jakarta: HTI, 2008.

------------------, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir, terj., M. Shiddiq al-Jawi, Jakarta: HTI-Press 1430 H/ 2009 M.

------------------, Nizâm al-Islâm, ttp.tp, 1422H/ 2001M.

------------------, Sistem Pergaulan dalam Islam, terj., M. Natsir, dkk., Jakarta: HTI, 2007.

Ali, K., Sejarah Islam: Tarikh Pramodern

157

Analisa Pengaruh Pendidikan Bela Negara Terhadap Ancaman Nyata Kedepan.

Harlis Setiyowati

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah upaya untuk membangun kembali semangat bela negara khususnya di lingkungan sekolah dalam menghadapi ancaman kedepan. Hal ini dikarenakan, salah satu hak dan kewajiban warga negara adalah ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Explanatory Research. Koefisien determinasi berganda variabel PPK Lingkungan Sekolah (X1), PPK Lingkungan Keluarga (X2), PPK Lingkungan Masyarakat (X3), PPK Lingkungan Negara (X4) terhadap Ancama Nyata Kedepan (Y) adalah sebesar 0,88%. Kelak harus ada penelitian menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan menekankan pada kegiatan pembelajaran PKn khususnya bela negara di lingkungan sekolah. Kata Kunci : PPK Lingkungan Sekolah, PPK Lingkungan Keluarga, PPK Lingkungan Masyarakat,

PPK Lingkungan Negara, Ancama Nyata Kedepan. PENDAHULUAN

Berdasarkan UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) dan (2), ada beberapa hal yang perlu dipahami yaitu 1) Keikutsertaan warga negara dalam pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban; 2) Pertahanan dan keamanan negara menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta; 3) Kekuatan utama dalam sistem pertahanan adalah TNI, sedangkan dalam sistem keamanan adalah POLRI; 4) Kedudukan rakyat dalam pertahanan dan keamanan sebagai kekuatan pendukung.

Penguatan Pendidikan Karakter merupakan amanat nawacita yang bertujuan untuk menyiapkan generasi emas 2045. Lima nilai karakter utama yang menjadi target penguatan adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Nawa Cita atau Nawacita

adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sansekerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan) TUJUAN

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah upaya untuk membangun kembali semangat bela negara khususnya di lingkungan sekolah, memberikan informasi tentang karakter bangsa, pendidikan bela negara dan cara menghadapi ancaman nyata. Kegiatan bela negara yang dilakukan di sekolah selama lima hari sekolah yaitu dengan mengacu pada lima nilai utama karakter prioritas PPK, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri dan integritas. Kegiatan tersebut baik dalam bentuk intrakurikuler, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.

Penguatan pendidikan karakter (PPK) dilaksanakan di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan di lingkungan Negara. Namun mengingat keterbatasan waktu dan tempat, maka penyebaran angket dalam penelitian ini dibatasi pada PPK di lingkungan sekolah.

158

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh pendidikan bela negara di lingkungan sekolah terhadap ancaman

159

bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Menurut UU RI No. 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih menjelaskan bahwa Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Didalam UU N0.3 Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa :

Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pengertian Bela Negara Menurut Ahli Darji Darmodiharjo (1991: 67) :

Di Indonesia, pembelaan negara berlandaskan doktrin keamanan nasional dan berusaha menciptakan sistem pertahanan keamanan nasional yang mampu menyukseskan dan mengamankan perjuangan nasional pada umumnya. Pengertian Menurut Ahli Sunarso (2008: 42)

Bela negara mengandung empat hal esensial yang harus dibela, yaitu: 1) kemerdekaan dan kedaulatan negara, 2) kesatuan dan persatuan bangsa, 3) keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional, dan 4) nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Menurut Purnomo Yusgiantoro (2010, 39) :

Membela bangsa dan negara bisa ditumbuhkan melalui Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) karena bela negara merupakan sikap perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UU Dasar 1945 untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sehingga untuk menumbuhka sikap bela negara bisa melalui suatu bentuk pelatihan yang berkala dan terus menerus. Hal tersebut agar pelatihan dalam penumbuhan sikap bela negara bisa berhasil secara maksimal. Menurut Ahli Sutarman (2011: 82) :

Bela negara ada 2 macam yaitu secara fisik dan non fisik .Bela negara fisik adalah bagi warga negara yang langsung maju perang dengan memanggul senjata. Sedangkan bela negara nun fisik adalah bela negara yang dilakukan oleh warga negara yang tidak langsung maju perang dengan angkat senjata, tetapi dilaksanakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesinya masing-masing. Indikator Ancaman Nyata Kedepan

Ancaman dan gangguan terhadap kepentingan pertahanan negara Indonesia di masa datang, meliputi : a. Terorisme internasional yang memiliki jaringan lintas negara dan timbul di dalam negeri. b. Gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia terutama gerakan separatis bersenjata yang mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia.

c. Aksi radikalisme yang berlatar belakang primordial etnis, ras dan agama serta ideologi di luar Pancasila, baik berdiri sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan kekuatankekuatan di luar negeri.

160

d. Konflik komunal, kendatipun bersumber pada masalah sosial ekonomi, namun dapat berkembang menjadi konfl ik antar suku, agama maupun ras/keturunan dalam skala yang luas.

e. Kejahatan lintas negara, seperti penyelundupan barang, senjata, amunisi dan bahan peledak, penyelundupan manusia, narkoba, dan bentuk-bentuk kejahatan terorganisasi lainnya.

f. Kegiatan imigrasi gelap yang menjadikan Indonesia sebagai tujuan maupun batu loncatan ke negara lain.

g. Gangguan keamanan laut seperti pembajakan/ perompakan, penangkapan ikan secara ilegal, pencemaran dan perusakan ekosistem.

h. Gangguan keamanan udara seperti pembajakan udara, pelanggaran wilayah udara, dan terorisme melalui sarana transportasi udara.

i. Perusakan lingkungan seperti pembakaran hutan, perambahan hutan ilegal, pembuangan limbah bahan beracun

j. Bencana alam dan dampaknya terhadap keselamatan bangsa. KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Sugiyono (2008:47),

161

Gambar 1. Penguatan Pendidikan Karakter

(diolah peneliti) Adapun design penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Design Penelitian

Keterangan :

X1 :: Variabel bebas (PPK Lingkungan Sekolah) X2 : Variabel bebas (PPK Lingkungan Keluarga)

162

X3 : Variabel bebas (PPK Lingkungan Masyarakat) X4 : Variabel bebas (PPK Lingkungan Negara) Y : Variabel terikat (Ancaman Nyata Kedepan) b1 : Koefesien regresi variabel PPK Lingkungan Sekolah b2 : Koefesien regresi variabel PPK Lingkungan Keluarga b3 : Koefesien regresi variabel PPK Lingkungan Masyarakat b4 : Koefesien regresi variabel PPK Lingkungan Negara R2 : Koefesien determinasi variabel PPK Lingkungan Sekolah, PPK Lingkungan Keluarga, PPK Lingkungan Masyarakat dan PPK Lingkungan Negara. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Explanatory Research yaitu penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang dirumuskan. Menurut Prasetyo (2005: 43) menjelaskan bahwa :

Metode eksplanatif dirancang untuk menemukan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat kemudian data yang diperoleh diolah dan disusun sampai diperoleh kejelasan tentang hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Tujuan utama dalam penggunaan metode ini adalah untuk menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan dan menghasilkan pola hubungan sebab akibat. HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian menggunakan metode kuantitatif, sehingga dapat diketahui makna pengaruh antara variabel bebas yaitu PPK Lingkungan Sekolah, PPK Lingkungan Keluarga, PPK Lingkungan Masyarakat dan PPK Lingkungan Negara terhadap variabel terikat yaitu Ancaman Nyata Kedepan. 1. Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas

Hasil uji coba terhadap 10 pilihan ganda pengetahuan Bela Negara untuk uji validitas variabel PPK Lingkungan Sekolah (X1) dan masing-masing enam pernyataan untuk uji validitas variabel PPK Lingkungan Keluarga (X2), PPK Lingkungan Masyarakat (X3), PPK Lingkungan Negara (X4) dan Ancama Nyata Kedepan (Y). terlihat bahwa rhitung positif dan lebih besar dari rtabel (0,320), maka pernyataan pada semua dinyatakan valid.

Rumus Cronbach Alpha menurut aturan Nunnaly, instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha>0,600 yaitu X1=0,970>0,600, X2=0,805>0,600, X3=0,731>0,600, X4=0,880>0,600, dan Y=0,913>0,600.maka dapat dinyatakan reliable.

Berdasarkan nilai signifikan (2-tailed) ke lima variabel tersebut berada di atas 0,05 yaitu sebesar 0,002 untuk PPK Lingkungan Sekolah (X1); 0,749 untuk Lingkungan Keluarga (X2), 0,0526 untuk PPK Lingkungan Masyarakat (X3), 0,526 untuk PPK Lingkungan Negara (X4) dan 0,120 untuk Ancama Nyata Kedepan (Y) sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah sebesar 1,884 untuk variabel (X1); 0,677 untuk variabel (X2); 0,811 untuk variabel (X3), 0,790 untuk variabel (X4) dan 1,186 untuk variabel (Y) berarti data residual terdistribusi normal. 2. Pengujian Homogenitas

163

a. Homogenitas X1 terhadap Y, nilai probabilitas variabel diperoleh hasil sig = 0,396. Maka sampel penelitian ini tergolong homogeny karena 0,396 > 0,05.

b. Homogenitas X2 terhadap Y, nilai probabilitas variabel diperoleh hasil sig = 0,003. Maka sampel penelitian ini tergolong tidak homogeny karena 0,003 < 0,05.

c. Homogenitas X3 terhadap Y, nilai probabilitas variabel diperoleh hasil sig = 0,092. Maka sampel penelitian ini tergolong homogeny karena 0,092 > 0,05.

d. Homogenitas X4 terhadap Y, nilai probabilitas variabel diperoleh hasil sig = 0,003. Maka sampel penelitian ini tergolong tidak homogeny karena 0,001 < 0,05.

3. Pengujian Linearitas Garis Regresi

a. Nilai pada kolom Sig baris Deviation from Linearity adalah 0,586 lebih besar dari 0,05, sehingga H0 diterima, dengan kata lain bahwa garis regresi antara variable X1

dan Variabel Y tersebut adalah linear. b. Nilai pada kolom Sig baris Deviation from Linearity adalah 0,031 lebih besar dari

0,05, sehingga H0 diterima, dengan kata lain bahwa garis regresi antara variable X2

dan Variabel Y tersebut adalah linear. c. Nilai pada kolom Sig baris Deviation from Linearity adalah 0,777 lebih besar dari

0,05, sehingga H0 diterima, dengan kata lain bahwa garis regresi antara variable X3

dan Variabel Y tersebut adalah linear. d. Nilai pada kolom Sig baris Deviation from Linearity adalah 0,021 lebih besar dari

0,05, sehingga H0 diterima, dengan kata lain bahwa garis regresi antara variable X4

dan Variabel Y tersebut adalah linear.

4. Uji Koefisien Regresi (Uji t)

Merumuskan Ha dan Ho dalam bentuk kalimat : Ha : Ada pengaruh signifikan secara parsial variabel X1 terhadap Y Ho : Tidak ada pengaruh signifikan secara parsial variabel X1 terhadap Y Kriteria pengujian :

164

5. Hasil Uji F Merumuskan Ha dan Ho dalam bentuk kalimat : Ha : Ada pengaruh signifikan secara simultan variabel X1, X2 dan X3 terhadap variabel Y Ho : Tidak ada pengaruh signifikan secara simultan variabel X1, X2 dan X3 terhadap

variabel Y Kriteria pengujian :

165

5. Koefesien regresi PPK Lingkungan Negara b4 = 0,814 (positif) dapat diartikan bahwa jika nilai PPK Lingkungan Negara PPK Lingkungan Negara meningkat sebesar satu maka nilai variabel Ancama Nyata Kedepan juga akan meningkat sebesar 0,814.

7. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi berganda variabel PPK Lingkungan Sekolah (X1), PPK Lingkungan Keluarga (X2), PPK Lingkungan Masyarakat (X3), PPK Lingkungan Negara (X4) terhadap Ancama Nyata Kedepan (Y) adalah sebesar 0,876. Hal ini berarti 88% Ancama Nyata Kedepan dipengaruhi oleh variabel PPK Lingkungan Sekolah, PPK Lingkungan Keluarga, PPK Lingkungan Masyarakat dan PPK Lingkungan Negara secara bersama-sama, sedangkanya sisanya yaitu 12% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. PENUTUP

Kesimpulan 1. Koefisien determinasi berganda variabel PPK Lingkungan Sekolah (X1), PPK Lingkungan

Keluarga (X2), PPK Lingkungan Masyarakat (X3), PPK Lingkungan Negara (X4) terhadap Ancama Nyata Kedepan (Y) adalah sebesar 0,876. Hal ini berarti 88% Ancama Nyata Kedepan dipengaruhi oleh variabel PPK Lingkungan Sekolah, PPK Lingkungan Keluarga, PPK Lingkungan Masyarakat dan PPK Lingkungan Negara secara bersama-sama,

2. Dari lima (5) variabel penelitian dengan jumlah data sebanyak 40 dan taraf signifikansi 5%,. Fhitung > dari Ftabel., 61,541 > 2,49, maka dapat dikatakan bahwa variabel PPK Lingkungan Sekolah (X1), PPK Lingkungan Keluarga (X2), PPK Lingkungan Masyarakat (X3), PPK Lingkungan Negara (X4) secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap

166

Dalmeri (2014). Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character). Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, Jurnal Al-Ulum, Volume. 14 Nomor 1.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/

http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2017/05/pengertian-bela-negara-menurut-para-ahli.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme

https://id.wikipedia.org/wiki/Nawa_Cita

https:/ / www.kemdikbud.go.id/ main/ blog/ 2017/ 06/ penguatan-pendidikan-karakter-akan-

diperkuatdalam-peraturan-presiden

ht tp:/ / setkab.go.id/ inilah-materi-perpres-no-87-tahun-2017-tentang-penguatan-pendidikan-

karakter/

https://kumparan.com/muhamad-iqbal/isi-perpres-tentang-penguatan-pendidikan-karakter

https://www.ngelmu.co/pengertian-bela-negara-unsur-fungsi-tujuan-dan-manfaat-bela-negara/

http://www.informasibelajar.com/2017/07/bela-negara.html

http://www.tribunnews.com/nasional/2017/01/13/ini-kata-panglima-tni-soal-ancaman-nyatabagi-bangsa-indonesia

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/04/05/ony099377-ini-dua-ancamannyata-bangsa-indonesia-saat-ini-menurut-panglima

http://www.uinjkt.ac.id/id/pembinaan-kesadaran-bela-negara-dalam-rangka-membangunkarakter-bangsa/

http://dianmahesti.blogspot.co.id/2017/01/bentuk-bentuk-ancaman-dari-dalam-negeri.html

http://ranibarokahsatria.blogspot.co.id/2013/02/rakyat-sebagai-salah-satu-unsur-mutlak.html

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Lickona, Thomas (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books.

Sutarman (2011). Persepsi dan pengertian Pembelaan negara berdasarkan UUDN RI 1945. Jurnal Magistra, No. 75 tahun XXIII,

Syarifudin. 2011. Karakter Bangsa. http://syarifudin.webmaster2.com

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Undang-Undang No. 3 tahun 2002, tentang Pertahanan Negara.

Widodo, Joko (Presiden RI), Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Upacara Peringatan Hari Bela Negara tahun 2014.

167

MEMAHAMI NASIONALISME INDONESIA SEBAGAI WUJUD BELA NEGARA

M. Nasir Basyah

Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

Abstrak

Nasionalisme akar semangat perjuangan bangsa mewujudkan kemerdekaan. Perjalanan sejarah mengajarkan pentingnya semangat nasionalisme sebagai karakter dan modal melanjutkan pembangunan bangsa. Di tengah pergulatan global bangsa dihadapkan pada disintegrasi yang mengancam keutuhan bangsa. Ancaman disintegrasi bisa dari luar dan dari dalam bangsa Indonesia sendiri. Menjaga keutuhan bangsa dibutuhkan persatuan dan kesatuan seluruh elemen bangsa dengan mengambil peran strategis. Terwujudkan persatuan diperlukan kesadaran kolektif tentang nasionalisme sebagai spirit kebangsaan. Dengan demikian memahami nasionalisme berlandaskan ideologi bangsa hal yang sangat urgen agar terbentuk manusia Indoensia yang seutuhnya. Membentuk semangat nasionalisme dapat dilakukan dengan membangun kesadaran akan identitas bangsa, pendidikan karakter bangsa, serta pendidikan bela negara. Kata Kunci: Nasionalisme, Identitas Kebangsaan, Bela Negara PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia lahir dari sebuah perjuangan panjang. Penjalanan yang dilalui bangsa indonesia sehingga sampai pada penentuan nasib menjadi suatu bangsa yang mempu menentukan jalan sendiri sebagai bangsa yang merdeka dibayar dengan harga mahal. Bangsa Indonesia lahir di atas sebuah fondasi yang kokoh hingga mampu menopang eksistensi bangsa indonesia dalam percaturan global. Fondasi dasar ini dikenal dengan nama Pancasila. Sejak awal sampai pasca reformasi pancasila sebagai ideologi bangsa terus dihadapkan pada dinamika bangsa yang sangat komplek. Kondisi ini membawa pancasila pada perdebatan berbagai kalangan dengan berbagai kepentingan individu dan kelompok. Tanpa disadari kenyataan tersebut semakin melemahkan Pancasila dan eksistensinya dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Kaelan (1999:60) Pancasila sebagai ideologi negara (staat idee) atau falsafah negara (philosofische gronslag), merupakan dasar untuk mengatur penyelenggara negara. Konsekuenensinya adalah seluruh penyelenggara negara, peraturan perundang-undangan, proses reformasi dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian Pancasila sebagai perekat dari berbagai perbedaan. Pancasila sendiri merupakan kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut dikemas oleh para pendiri bangsa dalam bingkai kenegeraan untuk mewujudkan cita-cita bersama. Di tengah percaturan global dengan berbagai perkembangan dan tuntutan zaman, Pancasila semakin diperlukan keberadaannya sebagai barometer kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengaruh global yang terjadi telah memberikan dampak tersendiri bagi kehidupan bangsa indonesia, yang mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai-nilai hidup yang bersumber dari Pancasila dalam aspek sosial-budaya, politik dan ekonomi serta HANKAM. Bukan hanya itu, saat ini semangat nasionalisme yang menjadi kekuatan dan pemersatu bangsa semakin hilang ditengah-tengah kehidupan bangsa indonesia dimana nilai-nilai nasionalisme tidak lagi menjadi karakteristik individu manusia indonesia.

168

Dalam pembukaan UUD l945 dinyatakan bahwa lahirnya NKRI merupakan hasil dari nasionalisme Indonesia, maka, nasionalisme merupakan sesuatu yang sangat fondamental lahirnya bangsa Indonesia. Nasionalisme sebagai konsep telah menjiwai berdirinya suatu negara, namun juga telah memperrtahankan berlangsungnya suatu negara. Hal ini berarti konsep nasionalisme tetap relevan dan harus dipertahankan keberlangsungannya. Suparjo Rustam, (1986:75) menjelaskan agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam peratarungan global. Maka generasi bangsa sebagai pewaris nilainilai kebangsaan, perlu dibina agar memiliki sikap nasionalisme. Pembinaan itu ditempujh untuk mengatasi menguatnya nilai-nilai primordial (SARA), nilai lokal dan pengaruh globalisasi yang mengikis eksistensi negara bangsa. Sebab, mantabnya nilai-nilai nasionalisme akan menentukan dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa di erah global.

Pertarungan global yang sedang terjadi saat ini memberikan dampak bagi keutuhan bangsa Indonesia dengan mengancam integritas bangsa Indonesia. Dan dikhawatirkan realita ini membawa bangsa Indonesia pada perpecahan dan penjajahan model baru oleh bangsa-bangsa asing. Kenyataan yang sedang di alami berbagai aspek kehidupan bernegara telah digrogoti oleh kepentingan-kepentingan asing. Antisipasi dari hal ini dibutuhkan semangat bela negara sebagai wujud kepedulian dan keprihatian terhadap permasalahan bangsa. Oleh karena itu perwujudan bela negara melalui pemantapan pemahamangenerasi bangsa terhadap semangat nasonalisme. Dan mengembalikan konsep nasionaslisme pada aspek perjuangan. Dari penjelasan permasalah di atas, maka tulisan ini berupaya mengkaji dinamika kebangsaan terhadap pemahaman nasionalisme sebagai wujud pembelaan negara. METODE PENULISAN

Pada penulisan artikel ilmiah ini penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu memperoleh data dan bahan bacaan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan nasionalisme, identitas kebangsaan, bela negara. Data mengenai konsep dasar nasionalisme, identitas kebangsaan dan bela negara kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk naratif. Penulisan ini bersifat deskriptif, yaitu penulis menggambarkan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai konsep dasar nasionalisme, identitas kebangsaan, dan bela negara. PEMBAHASAN 1. Penguatan Semangat Nasionalisme Sebagai Spirit Bela Negara

Nasionalisme merupakan nilai luhur yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dan Pancasila yang perlu diwariskan kepada generasi penerus bangsa. Dengan menanamkan semangat nasionalisme, diharapkan terbentuk generasi pembangunan yakni generasi yang mampu mengisi dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara. Ernes dan Isjwara (1992:126) menjelaskan bahwa nasionalisme merupakan rasa kesadaran yang kuat yang berlandaskan atas kesadaran akan pengetahuan yang pernah di derita bersama dalam sejarah dan atas kemauan menderita hal-hal serupa itu di masa depan.

Nasionalisme dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencintai bangsa dan negara. Mulyana (dalam Martaniah, 1990) menjelaskan nasionalisme dengan kesadaran bernegara atau semangat nasional. Nasionalisme atau kebangsaan bukan sekedar instrumen yang berfungsi sebagai perekat kemajemukan secara eksternal, namun juga merupakan wadah

169

yang menegaskan identitas Indonesia yang bersifat plural dalam berbagai dimensi kulturalnya. Nasionalisme menuntut adanya perwujudan nilai-nilai dasar yang berorientasi kepada kepentingan bersama dan menghindarkan segala legalisasi kepentingan pribadi yang merusak tatanan kehidupan bersama

Pada perkembangannya konsep nasionalisme dimaknai secara beragam. Walaupun demikian secara garis besar nasionalisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga pengertian. Pertama, nasionalisme adalah sebuah ideologi sekaligus merupakan satu bentuk dari perilaku. Kedua, nasionalisme adalah sebuah cita-cita yang ingin memberi

170

2. Identitas Nasional sebagai Karakter Kebangsaan Indonesia

Muhamad Erwin (2013:41) bahwa identitas nasional yang terdiri dari istilah identitas yang berasal dari identity dan nasional yang berangkat dari kata nation, yang mana identitas (identity) dapat diterjemahkan sebagai karakter, ciri, tanda, jati diri ataupun sifat khas, sementara nasional (nation) yang artinya bangsa; maka identitas nasional itu merupakan sifat khas kepribadian atau karakter suatu bangsa. Pudarnya rasa bangga sebagai bagian dari warga negara Indonesia mencerminkan menipisnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Bahkan, ikatan-ikatan yang sebelumnya terpatri kuat dalam sebuah titik pandang yang sama dalam sebuah bangsa, kini berkembang dalam kesadaran etnis sempit yang terus meningkat dan merongrong kewibawaan bangsa. Dengan adanya arus globalisasi yang kemudian dapat secara terus menerus membenturkan identitas nasional dengan identitas bangsa lain. Hal ini yang kemudian membutuhkan landasan pemahaman yang baik tentang identitas nasional, sehingga tantangan globalisasi dapat disikapi dengan bijaksana. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi dibentuk dan dibangun secara sadar dan sengaja, berdasarkan jati diri bangsa masing-masing. Telah terjadi kemafhuman bahwa suatu bangsa yang terdiri atas manusia-manusia yang dalam peradabannya senantiasa bergerak dan berinteraksi dengan bangsa lain melalui segala identitasnya masing-masing, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi jika suatu bangsa hendak terus berkarakter, maka bangsa tersebut harus dapat mempertahankan identitas nasionalnnya sebagai penyangga untuk kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menghadapi pengaruh-pengaruh lau. Sebab kalau tidak, bangsa dan negara akan mati.

Dalam konteks ke-Indonesia maka identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dikeas dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan

171

tersebut mau tidak mau, suka atau tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Ini semua merupakan ancaman, tantangan dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi, dan berinovasi disegala aspek kehidupan. Oleh karena itu, tantangannya yang sebenarnya dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini adalah menyiapkan secara matang generasi muda penerus bangsa agar arah dari pembangunan Indonesia dapat berjalan dengan baik. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan yang lebih menekankan pada nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila.

Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk mewujudkannya diperlukan keadilan, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen. Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakekatnya integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa. Pada akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman dan tentram serta mamapu menghadapi berbagai perkembangan dan dinamika global. 3. Revitalisasi Pancasila Wujud Identitas Kebangsaan

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila Way of Life, Wectansehuung, pandangan atau pedoman hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah seluruh aktifitas hidup dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian semua tingkah laku dan tindak perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai oleh sila-sila Pancasila. Wibisoni (2010) revitalisasi Pancasila, yaitu

172

pengembangan kebudayaan untuk membina dan mengembangkan identitas kebangsaan kita telah diberi dasar dan arahnya.

Talcott Parsons (dalam Husodo 2005:90-91) mengatakan bahwa bila suatu masyarakat atau bangsa tetap eksis dan lestari, ada empat paradigma fungsi yang harus terus-menerus dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan meliputi Pertam: Patern Maintenance merupakan kemampuan menjaga atau melindungi jati dirinya, memelihara sistem nilai budaya yang dianut, karena budaya adalah endapan dari perilaku manusia. Budaya masyarakat itu sendiri akan berubah karena akan terjadi tranformasi nilai dari masyarakat terdahulu ke masyarakat kemudian, tetapi perlu tetap memelihara nilai-nilai yang dianggapnya luhur, karena tanpa hal itu akan terbentuk masyarakat baru yang lain, bukan kelanjutan dari masyarakat sebelumnya. Kedua, kemampuan masyarakat beradaptasi dengan dunia yang berubah dengan cepat. Sejarah membuktikan banyak peradaban masyarakat yang telah hilang karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dunia tetapi masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta memanfaatkan peluang yang muncul akan unggul. Ketiga, adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beraneka ragam secara terusmenerus sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang semakin menyatukan masyarakat tersebut. Keempat, masyarakat perlu memiliki tujuan bersama dari masa ke masa bertransformasi karena terus-menerus diperbaiki oleh dinamika masyarakatnya dan oleh para pemimpinnya.

Revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan Identitas kebangsaan, maka identitas nasional dalam alur rasional-akademik tidak saja segi tekstual melainkan juga segi konstekstualnya dieksplorasikan sebagai referensi kritik sosial terhadap berbagai dinamika kenegaraan baik nasional maupun global yang terjadi dewasa ini. Untuk itu membentuk jati diri maka nilai-nilai yang ada tersebut harus digali dulu misalnya nilainilai agama yang datang dari ketuhanan dan nilai-nilai yang lain misalnya gotong royong, persatuan kesatuan, saling menghargai menghormati, yang hal ini sangat berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti antara satu dengan yang lain maka secara langsung akan memperlihatkan jati diri bangsa kita yang akhirnya mewujudkan identitas nasional kita.

Pancasila merupakan identitas nasional bangsa Indonesia karena nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia, yakni berteologi, santun saling menghargai, menjun-jung tinggi hak asasi, bergotong royong, patrio-tisme dan nasionalisme, serta berkeadilan disemua bidang kehidupan, semua nilai-nilai luhur tersebut terakumulasi kedalam falsafah Pancasila. Oleh karena itu, sudah seharusnya untuk menempatkan Pancasila sebagai norma tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan revitalisasi Pancasila akan menjadikan upaya penggalian kembali terhadap norma-norma Pancasila untuk menjadi spirit dan landasan bagi terbentuknya bimbingan moral dan menjadi landasan bagi norma hukum diIndonesia. Dengan demikian ada kaitan erat antara proses pembinaan moral bangsa dan dukungan produk hukum yang dihasilkan sehingga moralitas Pancasila akan berarti bila didukung oleh ketentuan hukum yang berlandaskan nilai-nilai filosofi Pancasila. 4. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pilar Penguatan Nasionalisme dan Bela

Negara

173

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu pembelajaran mengemban visi meembentuk manusia indonesia yang berkepribadian pancasila. Pendidikan kewarganegaraan secara sistematik dalam rangka perwujudan kewarganegaran berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945 pendidikan bernegara. Budimansyah (2010) menjelaskan pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warganegara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam belanegara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Lebih lanjut Budimansyah menguraikan standarisi pendidikan kewarganegaran yaitu: nilai-nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideolog Negara, nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup, kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta kemampuan awal belanegara.

Dari pengertian di atas, Sanusi (1999) menyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan ialah membuka peluang seluas-luasnya bagi para warga negara, menyatakan komitmennya dan menjalankan perannya yang aktif, untuk belajar mendewasakan diri, khususnya mengenai hubungan hukum, moral dan fungsional antara para warga negara dengan satuan-satuan organisasi negara dan lembaga-lembaga publik lainnya. Sosok warganegara yang baik yang ingin dihasilkan oleh Pendidikan Kewarganegaraan. menurut Sanusi adalah warganegara yang merdeka yang tidak jadi beban bagi siapapun, yang melibatkan diri dalam kegiatan belajar, memahami garis besar sejarah, cita-cita dan tujuan bernegara, dan produktif dengan turut memajukan ketertiban, keamanan, perekonomian, dan kesejahteraan umum. Sejalan dengan hal itu Kaelan (2013:3) menyatakan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran benegara, serta membentuk sikap yang cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan filsafat bangsa pancasila. Sebagai suatu perbandingan, diberbagai negara juga dikembangkan materi pendidikan umum sebagai pembekalan nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku warga negaranya

Bela negara merupakan sebuah kesadaran diri akan negara dan bangsanya yang mana masing-masing orang ataupun masing-masing masyarakat tentu berbeda tingkat kesadaran bela negaranya sehingga bela negara dapat dikatakan sebagai sebuah kesadaran yang bersifat dinamis. Dinamis disini bisa diartikan sebagai tergantung oleh kondisi, ruang dan waktu Ada kalanya bela negara di satu daerah lebih tinggi dibandingkan dengan bela negara di masyarakat yang lain. Bela negara adalah sikap membela negara yang berlandasakan Pancasila dan UUD 1945 yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk pembelaan negara manjadi kerelaan komponen bangsa untuk siap mempertahankan kedaulatan negara.

Basrie (1998:8) menjelaskan bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara. Definisi lain Winarno (2006:148-149) mengungkapkan bahwa bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik maupun nonfisik. untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik

174

Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.

Pendapat lain juga diungkapkan Hardjosatoto (1985:42). nasionalisme adalah tekat atau sema-ngat dari setiap warga negara untuk menjaga dan mempertahankan bangsa dan negara-nya agar selalu meningkat rasa kenyamanan, keamanan dan kesejahteraannya serta terjamin kedaulatannya. Sejalan dengan pengertian di atas Sutarman (2011:78) menyatakan bahwa pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dab berbegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian pancasila sebagai ideologi negara, dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan kedaulatan dan kemerdekaan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurudiksi nasional, serta nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945. Negara akan tegak berdiri jika dipertahankan oleh setiap warga negaranya.

Oleh karena itu, membela negara sangat penting dilakukan oleh setiap warga negaranya. ada bebarapa alasan mengapa pembelaan negara itu penting: untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman, untuk menjaga keutuhan wilayah negara, merupakan panggilan sejarah dan merupakan kewajiban setiap warga negara Selanjutnya bela negara diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dalam pasal 9

175

Benedict Anderson 2001.

176

PEM APARAN M AHASISWA

(PAPER)

TOPIK 1. Strategi Pengembangan Karakter Bangsa M elalui Implementasi Nilai-

Nilai Bela Negara untuk Menghadapi Ancaman Nyata

TOPIK 2. Strategi M embangun Karakter Bangsa di Era Digital melalui

Pendidikan Berwawasan Sejarah

TOPIK 3. Scriptural Reasoning, Dialog Hat i, dan 12 Nilai Perdamaian

TOPIK 4. Transformasi Etnonasionalisme-Bela Negara (Studi Kasus pada

M asyarakat Suku Gayo, Aceh)

TOPIK 5. Pendidikan Karakter Pancasila untuk Generasi M uda Indonesia

dengan M emanfaatkan M edia Sosial

TOPIK 6. Existensial Vacuum, M akna Hidup dan Karakter Bangsa Program Bela

Negara dalam Kerangka Pikir Filsafat M anusia

177

STRATEGI PENGEMBANGAN KARAKTER BANGSA MELALUI

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BELA NEGARA UNTUK MENGHADAPI

ANCAMAN NYATA

(Studi Kasus Mahasiswa Universitas Pertahanan)

Eman Sukmana

[email protected] Abstrak: Karakter bangsa dimulai dengan karakter individu setiap warganya, namun adanya upaya dekarakterisasi yang menyebabkan degradasi moral pemuda dan pengikisan jati diri bangsa karena bebasnya budaya yang masuk dan silih berganti tanpa filterisasi. Permasalahan lain yang dihadapi bangsa Indonesia adalah ancaman-ancaman yang secara nyata maupun prediksi dapat merongrong kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa Indonesia, baik ancaman militer, nirmiliter dan hibrida. Melihat semua problem yang dihadapi oleh bangsa yang kompleks ini dibutuhkan suatu strategi pengembangan karakter dengan label bela negara yang dapat membentengi setiap warga negara dari segala ancaman. Paper ini ditulis dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis terhadap empat (4) bahasan pokok, yaitu; karakter bangsa; pendidikan bela negara; ancaman nyata, dan; strategi pengembangan dengan pendekatan studi kepustakaan. Kemudian di akhir pembahasan, ditarik kesimpulan untuk membuktikan bahwa pendidkan bela negara dapat membentuk karakter bangsa dan perisai terhadap segala ancaman yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Kata kunci: Strategi Pengembangan, Karakter Bangsa, Pendidikan Bela Negara, dan Ancaman Nyata.

DEVELOPMENT STRATEGY OF NATIONAL CHARACTER THROUGH

IMPLEMENTATION OF STATE

178

kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin dan mewujudkan kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya2. Kesadaran akan bela negara itu pada hakekatnya adalah kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, lebih luas daripada sekadar kewaspadaan, dari mulai menjalin hubungan baik dengan sesama warga negara sebagai bentuk persatuan dan kesatuan sampai bersama-sama membangun kekuatan untuk menangkal ancaman nyata dari musuh3. Setiap negara yang ingin tetap eksis selalu mendidik rakyatnya untuk menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Suatu negara akan semakin kuat pertahanannya jika rakyatnya bersatu padu untuk memperjuangkan, melindungi dan membela hak-hak dalam suatu negara itu sendiri. Pembinaan terhadap generasi muda menjadi warga negara yang baik perlu mendapat perhatian serius lembaga pendidikan sehingga terwujudnya warga negara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik4.

Pentingnya pendidikan sebagai wadah untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air melalui program bela negaranya, maka identitas sebagai seorang pelajar (Mahasiswa contohnya) sangat penting untuk mempertahankan kewibawaan bangsa dan negara. Mahasiswa yang telah menerima pendidikan bela negara sudah semestinya memiliki berbagai perbedaan yang besar dengan mahasiswa lainnya, seperti nilai-nilai kecintaan terhadap tanah air dan bumi pertiwi, memiiki kesadaran berbangsa dan bernegara, meyakini Pancasila sebagai ideologi negara, mampu berkorban untuk bangsa dan negara serta memiliki kemampuan bela negara secara fisik dan psikis yang baik5. Lalu bagaimana caranya nilai-nilai bela negara di atas

179

bersifat multidimensional yang bersumber dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun permasalahan keamanan yang terkait dengan kejahatan internasional seperti terorisme, imigran gelap, bahaya narkoba, pencurian kekayaan alam, bajak laut dan perusakan lingkungan9. Dapat ditekankan menurut hemat penulis bahwa segala ancaman ancaman tersebut dapat diatasi dengan satu bidang yang harus dikembangkan di Pertahanan, yaitu pendidikan. Dengan pendidikan segala ancaman dapat diprediksi, diperhitungkan dan dicegah. Di sinilah peran lembaga pendidikan yang harus bisa mengupgrade hard skill dan soft skill sehingga bersatu menjadi smart skill yang berperan aktif sebagai kader bela negara modern untuk mencegah ancaman-ancaman era globalisasi. METODE PENELITIAN

Penjabaran materi dalam paper ini dilakukan secara deskriptif namun dengan sentuhan analisis kritis dari pemikiran penulis. Dimulai dengan pembahasan tema yang diusulkan, kemudian dijelaskan satu per satu sub tema yang menjadi target bidikan penulis. Pembahasan

180

merta dapat diterima oleh masyarakat, banyak dari mereka yang khawatir program ini merupakan bagian dari militerisasi saja, mengapa diskursus tersebut ada? Karena, sampai saat ini konsep

181

Hilangnya kesadaran satu bangsa dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat, mengutamakan kepentingan kelompok dan golongan apalagi kepentingan pribadi telah membuat rapuhnya persatuan bangsa, dan hilangnya toleransi dan gotong royong telah merusak kebersamaan. Idealnya, kepentingan bangsa14 merupakan kepentingan yang harus dijunjung tinggi di atas kepentingan kelompok dan golongan, karakter bangsa menjadi sebuah landasan berpijak bagi setiap masyarakat agar setiap langkahnya dapat dibela oleh seluruh masyarakat yang lain15. Karakter bangsa sebetulnya dibangun dari masyarakatnya, jika masyarakatnya baik maka bangsa pun akan mengikuti jejaknya begitupun sebaliknya, semua itu harus dilandasi pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai pegangan dan pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Untuk pemmbentukan karakter diri masing-masing individu dalam masyarakat saya berkeyakinan dikembalikan kepada orang tua dan pendidikan agama yang diyakini. Orang tua khususnya ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, sedangkan agama adalah pendidikan moral dan budi pekerti yang mengikat pengikutnya, maka peran kedua bidang ini sangat penting bagi pembentukan karakter individu masyarakat Indonesia. itulah mengapa bahwa sila pertama dalam Pancasila adalah Ketuhanan, karena sang Pencetus Pancasila berkeyakinan bahwa agama adalah komando terkuat dan tertinggi bagi hidup manusia yang meyakininya.

Pada rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 oleh Dikti Tahun 2011, pendidikan karakter ditempatkan sebagai visi pertama dari 8 visi pembangunan nasional. Dalam beberapa kesempatan misalnya, Presiden RI juga sering mengungkapkan pentingnya pembangunan watak (character building) karena negara Indonesia ingin membangun manusia yang berakhlak, berbudi pekerti dan berperilaku baik16. Lalu setelah mempunyai dasar agama dan budi pekerti dari orang tua yang kokoh, masyarakat Indonesia yang majemuk dipersatukan dengan kesamaan tekad dan kehendak untuk bersatu dalam wadah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kesamaan tekad dan kehendak tersebut merupakan sebuah daya rekat yang erat untuk menyatukan bangsa Indonesia dalam bingkai persatuan dan kesatuan, kekeluargaan, gotong royong, cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Lalu semangat pembangunan karakter bangsa merupakan pengembangan jati diri bangsa Indonesia yang dituangkan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika dan wajib digelorakan oleh segenap bangsa Indonesia17. 2. Pendidikan Bela Negara

Bangsa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam pembelaan negara yang dilakukan oleh segenap warga negara dengan dilandasi pada sikap, perilaku dan kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bela negara seharusnya menjadi 14

Kepentingan bangsa atau disebut juga kepentingan nasional adalah menjaga tetap tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta terjaminnya kelancaran pembangunan nasional guna mewujudkan tujuan nasional. Kepentingan nasioanl diwujudkan dengan memperhatikan tiga kaidah pokok, yaitu (1). Tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; (2). Upaya pencapaian tujuan nasional dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan berketahanan nasional berdasarkan wawasan nusantara, dan; (3). Sarana yang digunakan adalah seluruh potensi dan kekuatan nasional yang didayagunakan secara menyeluruh dan terpadu. Lihat Kementerian Pertahanan RI, Doktrin Pertahanan Negara, Jakarta, 2015, hlm. 29. 15

Hilangkan rasa ketakutan yang berlebihan, karena dari ketakutan itulah yang mengikis sedikit demi sedikit karakter bangsa Indonesia yang seharusnya dijaga dan dipelihara sampai keturunan berikutnya. Ibid. 16

Hamam Burhanuddin, Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Islam, Jurnal At-Tajdid, hlm. 17

Kementerian Pertahanan RI, Doktrin Pertahanan Negara, Jakarta, 2015, hlm. 26.

182

kewajiban dasar bagi manusia yang menempati wilayah suatu negara, namun selain itu bela negara merupakan kehormatan bagi setiap masyarakat yang direalisasikan dengan penuhkesadaran, tanggung jawab dan sikap rela berkorban sebagai bentuk pengabdian kepada negara dan bangsa. Kesadaran bela negara dapat diukur dengan lima (5) indikator yaitu, (1). Cinta tanah air; (2). Kesadaran berbangsa dan bernegara; (3). Yakin dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945; (4). Rela berkorban, dan; (5). Memiliki kemampuan awal bela negara baik fisik maupun psikis18.

Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Selain sebagai kewajiban, upaya bela negara juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban. Hak dan kewajiban usaha bela negara lengkap dengan syarat-syaratnya diatur dengan undang-undang. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dapat diwujudkan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran, dan pengabdian sesuai dengan profesi19. Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. TNI bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah, melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa dan aktif dalam operasi pemeliharaan perdamaian internasional. Ketentuan-ketentuan bela negara telah diatur dengan baik dalam Undang-Undang Dasar maupun peraturan pemerintah, yaitu : 1.

183

b. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat

c. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata d. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum dan menjunjung tinggi hak

asasi manusia e. Pembekalan mental spiritual agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing

yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia. Konsep bela negara dapat diuraikan menjadi fisik dan non fisik.

a. Bela negara secara fisik Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara merupakan hak dan

kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik Indonesia yang pelaksanaannya dilakukan oleh rakyat terlatih (ratih) yang terdiri dari berbagai unsur misalnya Resimen Mahasiswa, Perlawanan Rakat, Pertahanan Sipil yang telah mengikuti pendidikan dasar militer dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat dan Perlawanan Rakyat. Ketiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, sementara fungsi perlawanan rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang dimana rakyat terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang. b. Bela negara non fisik

Keterlibatan warga negara sipil dalam bela negara secara non fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:

184

bagi mereka yang mengikuti program bela negara dan meninggalkan pekerjaannya?; (3). Sosialisasi, masih belum tersosialisasi secara luas di masyarakat khususnya masyarakat pedesaan21. 3. Ancaman Nyata

Pertahanan negara diciptakan tidak lain untuk mencegah dan mengatasi ancaman terhadap keutuhan NKRI, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Dengan adanya identifikasi ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa yang menjadikannya dasar dalam penyusunan desain sistem pertahanan negara22. Ancaman pada hakekatnya perlu diantisipasi dan dicermati dalam menyusun kekuatan, kemampuan, dan gelar pertahanan negara di masa datang, maka diperlukannya Postur Pertahanan Negara yang bersifat adaptif23. Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan yang dinilai membahayakan, maka dalam situasi tersebut wajib dilakukan identifikasi yang dinamis terhadap ancaman, karena dimungkinkan terjadinya penggabungan berbagai ancaman yang disebut ancaman hibrida, disamping ancaman militer dan non-militer. Salah satu permaslahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda, ini merupakan sebuah ancaman non-militer yang bisa menimbullkan disintegrasi bangsa24.

Setiap ancaman sudah pasti memiliki aktor yang berada dibalik semuanya, dari ketiga ancaman di atas (militer, nirmiliter dan hibrida) dimungkinkan dilakukan oleh aktor negara maupun non-negara dan bersifat nasional, regional maupun global. Seiring dengan globalisasi yang merambah berbagai aspek kehidupan, ancaman pertahanan negara dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa juga semakin berkembang menjadi multi-dimensional, maka dibutuhkan penanganannya tidak hanya bertumpu pada kemampuan pertahanan yang berdimensi militer, tetapi juga melibatkan kemampuan pertahanan yang berdimensi nirmiliter sebagai perwujudan dari sistem pertahanan negara yang bersifat semesta25. Ancaman-ancaman terhadap suatu bangsa akan berdampak pada kondisi sosial, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan26. Oleh karena itu, Ancaman merupakan faktor utama dalam penyusunan Sishanneg. Analisa strategis terhadap hakikat ancaman memungkinkan terjadinya berbagai jenis ancaman. Penjelasan di atas selanjutnya diuraikan dalam bagan di bawah ini:

21

Sekolah Komando Angatan Darat (Seskoad), Kajian Bela Negara, Bandung, 2016, hlm. 75. 22

Upaya pertahanan negara diselenggarakan untuk mencegah dan mengatasi ancaman baik yang berbntuk ancaman nyata maupun belum nyata, karena setiap ancaman memiliki karakteristik serta tingkat risiko yang berbeda dan berpengaruh terhadap pola penanganannya, sehingga perlu untuk dicermati dengan analisa, penggolongan, sasaran dan eskalasi ancaman. Lihat Kementerian Pertahanan RI, Doktrin Pertahanan Negara, Jakarta, 2015, hlm. 33. 23

Kementerian Pertahanan RI, Postur Pertahanan Negara, Jakarta, 2014, hlm. 39. 24

Ana Irhandayaningsih, Peranan Pancasila dalam Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Generasi Muda di Era Glogal, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, hlm. 1. 25

Rowland B. F. Pasaribu, Bela Negara, hlm. 124. 26

Kementerian Pertahanan RI, Doktrin Pertahanan Negara, Jakarta, 2015, hlm. 34.

185

Analisa ancaman dilakukan untuk memahami, mengidentifikasi, dan menganalisis bentuk-bentuk ancaman seperti yang terlihat pada abgan di atas. Dalam melakukan analisa ancaman dari negara lain dapat dilakukan analisa faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal berkaitan dengan aktor atau pelaku yang memiliki niat, tujuan maupun indikasi, sedangkan faktor internal merupakan faktor-faktor yang memfasilitasi atau memberikan ruang terjadinya ancaman, baik yang yang bersifat statis maupun dinamis27. TAHG (Tantangan, Ancaman, Hambatan, dan Gangguan) dalam berbagai aspek kehidupan dapat terjadi karena adanya interaksi antar bangsa dan antar negara secara bebas tanpa terhalang oleh batas negara dan waktu, maka diusahakan inventarisasi dan problem solving, untuk peningkatan ketahanan dan kewaspadaan nasional28.

Dengan mencermati konteks strategis global, kepentingan negara-negara maju yang menonjol dalam beberapa dekade adalah mencapai keunggulan maksimal dalam globalisasi dan perdagangan bebas. Kondisi ini akan mendorong terjadinya persaingan antarnegara dalam pemenuhan kepentingannya yang mungkin akan mengancam negara lain. Dalam menggerakkan roda perekonomian dan industrinya, negara-negara maju akan bergantung pada kebutuhan energi dan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara-negara berkembang.

Paradoks antara kelangkaan sumber daya alam dan peningkatan kebutuhan yang besar berpotensi mendorong konflik antarnegara di masa datang, maka semakin rendahnya daya tangkal suatu negara, akan semakin tinggi kemungkinan potensi ancaman untuk berkembang menjadi ancaman nyata29. Dalam tabel di bawah ini akan diuraikan ancaman terhadap bangsa Indonesia 5 tahun ke depan:

27

Ibid., hlm. 34. 28

Liasta Ginting, Ancaman Globalisasi dan Regionalisasi terhadap Persatuan dan Kesatuan Bangsa, e-USU Repository, 2005 Universitas Sumatera Utara, hlm. 9. 29

Ibid., hlm. 36.

186

Begitulah kira-kira ancaman yang akan dihadapi bangsa Indonesia lima (5) tahun ke

depan, ancaman nyata dengan berbagai macamnya terlihat jelas dan dapat diprediksi, namun bagi ancaman yang belum nyata sulit untuk diprediksi, Indonesia hanya bisa meningkatkan kewaspadaan dengan berbagai potensi yang dimilliki untuk menagkal segala jenis ancaman yang akan dihadapi. Dibutuhkan kerjasama dua arah antara sipil dan militer untuk memaksimalkan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia guna mencegah dan menanggulangi setiap ancaman yang datang. 4. Pendidikan Bela Negara sebagai Pembentuk Karakter Bangsa

Bela negara sesungguhnya adalah salah satu pembentuk jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia yang bertanggung jawab, sadar hak dan kewajiban sebagai warga negara, cinta tanah air, sehingga mampu menampilkan sikap dan perilaku patriotik dalam wujud bela negara. Jiwa patriotik demi bangsa dan negara yang tampil dalam sikap dan perilaku warga negara yang sadar bela negara adalah bangun kekuatan bela negara dalam sishanneg. Kita bisa berkaca kepada negara Jepang yang menanamkan nilai patriotik dan nasionalisme kepada generasi mudanya sejak dini. Upaya mereka sangat berhasil, seluruh dunia kini mengakui kuatnya semangat nasionalisme rakyat jepang kepada negaranya. Lalu bagaimana dengan para pemuda bangsa Indonesia? sudahkah memiliki jiwa nasionalisme seperti anak-anak Jepang?

Delapan puluh tahun yang lalu pada tanggal 28 Oktober 1928, wakil-wakil pemuda dari seluruh penjuru nusantara berikrar yang dibungkus dengan ikrar sumpah pemuda. Satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa sesungguhnya mengandung arti yang dalam dan sakral. Makna yang terkandung antara lain; segenap komponen bangsa harus mencintai tanah air dan

187

harus menjaga keutuhan Indonesia, NKRI adalah harga mati. Semua komponen bangsa juga harus bekerja keras untuk memajukan bangsa supaya bangsa Indonesia perlahan tapi pasti bisa berdiri sama tegak dengan bangsa-bangsa lain di manapun. Tapi bagaimana kita mampu memajukan bangsa jika mental dan karakter masyarakat Indonesia masih memble. Oleh karena itu, pembentukan dan pendidikan karakter bangsa memang sudah seharusnya dan sepatutnya dilaksanakan oleh negeri yang sebesar ini.

Ryamizard Ryacudu, Menhan RI merasa prihatin dan sedih melihat dekandensi moral dan lunturnya rasa cinta tanah air dan nasionalisme terutama di kalangan generasi muda. Maka, selama setahun lebih beliau mengampanyekan wacana bela negara, sebagai nilai-nilai penting untuk segera ditanamkan kepada generasi muda. Jika kita analisis pendidikan bela negara sesungguhnya tidak berbeda jauh dari nilai-nilai sumpah pemuda, yaitu mananamkan etos: (a). Cinta tanah air; (b). Cinta bangsa; (c). Cinta bahasa dan budaya bangsa. Maka, dapat dikatakan bahwa bela negara adaah revitalisasi semangat sumaph pemuda. Memang realisasi pendidikan dan upaya bela negara masih menjadi wacana bagi bangsa Indonesia, tetapi meskipun tidak mudah implementasinya, program bela negara harus mendapat dukungan semua pemangku kepentingan negara. Karena kita sangat memimpikan Indonesia yang kuat, adil dan makmur30. 5. Pendidikan Bela Negara sebagai Penangkal Ancaman terhadap Negara

Kesadaran bela negara adalah satu hal yang esensial dan wajib dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia (WNI) sebagai wujud penunaian hak dan kewajibannya dan sebagai modal dasar sekaligus kekuatan bangsa dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan serta kelangsungan bangsa dan negara Indoonesia. Ketentuan dasar dari bela negara telah termaktub dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 3. Bela negara dimaksudkan untuk mencipatakan peradaban yang unggul dan mulia di masa depan. Peradaban tersebut dapat dicapai apabila masyarakat dan bangsanya baik (good society and nation), adil, damai dan sejahtera sebagaimana yag telah diwasiatkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) yang tertera dalam pembukaan UUD 194531.

Kita tidak dapat menyangkal bahwa pendidikan masih memegang peranan kunci dalam menanamkan pengetahuan tentang kebangsaan dan cinta tanah air sejak usia dini. Pun begitu dengan bela negara yang ditanamkan dengan sistem pendidikan sehingga dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat dan tidak beranggapan bahwa bela negara adalah wajib militer. Telah diketahui melalui pembahasan ancaman di atas, bahwa ancaman bisa datang dari mana saja, baik dalam negeri maupun luar negeri. Bela negara sebagai salah satu upaya pembangunan dan pembentukan karakter bangsa yang tangguh dan tanggap terhadap segala macam ancaman, diharapkan mampu diterima dan direalisasikan oleh masyarakat Indonesia.

Upaya mengatasi ancaman itu menjadi tanggung jawab seluruh warga negara baik sipil maupun militer. Diperlukan hubungan yang harmonis antara otoritas sipil dan militer dalam

30

Kementerian Pertahanan RI, Wira : Media Informasi, Edisi Khusus Bela Negara, 2016, hlm. 18-25. 31

UUD 1945 memberikan landasan serta arah dalam pengembangan sistem dan penyelenggaraan pertahanan negara, dengan substansi; pandangan bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya, tujuan negara, sistem pertahanan negara, serta keterlibatan warga negara. Hal ini mereflesikan sikap bangsa Indonesia yang menentang segala benutk penjajahan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan kesejahteraan. Lihat Kementerian Pertahanan RI, Wira : Media Informasi, Edisi Khusus Bela Negara, 2016, hlm. 10-11.

188

rangka penyelenggaraan pertahanan negara, karena bentuk ancaman di era modern ini telah berevolusi menjadi bentuk-bentuk yang lebih kompleks dan cenderung tak kasat mata. Sehingga negara harus membuat pondasi-pondasi yang kuat antara sipil dan militer dengan landasan karakter bangsa yang memiliki daya tangkal tangguh menghadapi ancaman. Untuk mengujinya diperlukan percobaan langsung secara nyata apakah kekuatan sipil dan militer ini benar-benar mempunyia daya tangkal kuat terhadap berbagai ancaman yang akan datang mengahntam keutuhan bangsa Indonesia. Institiusi yang paling cocok untuk menguji dua kekuatan besar ini adalah Universitas Pertahanan Indonesia (Indonesia Defense University), dimana mahasiswanya adalah gabungan antara sipil dan militer, sehingga dapat dilihat dalam perjalanan proses pembelajaran selama satu tahun di Unhan dapatkah dua kekuatan itu bersatu dan saling bersinergi32.

Bela negara memiliki nilai-nilai yang menurut saya dapat diconvert untuk menjadi sebuah perisai dalam upaya menangkal dan mengahadapi setiap ancaman yang datang. Dalam pendidikan bela negara pasti diuraikan berbagai macam ancaman bagi bangsa Indonesia oleh para ahli di bidangnya, sehingga kader-kader bela negara dapat melakukan analisis dalam menyikapi ancaman-ancaman yang ada. Bela negara sangat penting untuk mengokohkan daya tahan bangsa Indonesia yang dimulai dari individu per individu, sehingga gabungan dari individu-individu yang kuat itu dapat membentuk ketahanan nasional bangsa Indonesia. Untuk menghadapi semua ancaman, kader bela negara harus bersinergi dengan komponen utama yaitu TNI dan segala potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk mencegah setiap ancaman, karena menurut hemat saya, ketahanan nasional adalah tugas bersama. 6. Strategi Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Implementasi Nilai-Nilai Bela Negara

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan emnpat (4) pengertian strategi yang dapat di representasikan ke dalam pengembangan karakter bangsa, yaitu: (1). Strategi adalah ilmu dan seni dalam menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; (2). Strategi adalah ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan; (3). Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; dan (4). Tempat yang baik menurut siasat perang33. Dari keempat definisi yang dijelaskan tersebut, barangkali definisi nomor tiga yang memiliki kedekatan dan relasi yang tepat untuk memaknai strategi yang akan dibahas dalam paper ini.

Maka, strategi dalam paper ini adalah sebuah rencana cermat mengenai pengimplementasian nilai-nilai bela negara untuk meraih pengembangan karakter bangsa yang dilakukan terhadap segenap warga negara Indonesia. Ada semacam alur atau kerangka berpikir sederhana yang telah penulis rumuskan sebagai paradigma nasional untuk memudahkan hasil strategi terbaik, yang dijelaskan dalam bagan di bawah ini:

32

Lihat Dr. Timbul Siahaan, Bela Negara dan Kebijakan Pertahanan, Wira Edisi Khusus Bela Negara, Kemhan RI, 2016, hlm. 16-17. 33https://kbbi.web.id/strategi

189

13

190

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:

191

192

Berdasarkan skema di atas, dapat ditarik poin inti bahwa kesadaran bela negara bermula dari pendidikan awal kader bela negara terhadap subjek yang dalam paper ini adalah mahasiswa, kemudian dari pandidikan bela negara tersebut, mahasiswa mampu merepresentasikan lima nilai bela negara yang telah dijabarkan di atas, kemudian masuk ke dalam step tersulit yaitu melestarikan dan menjaga supaya nilai-nilai tersebut tidak hilang dan mengakar pada jiwa mahasiswa, setelah tertanam dengan kuat, maka diharapkan dapat membangun dan mengembangkan karakkter bangsa yang memiliki daya tangkal tangguh terhadap setiap ancaman yang datang. KESIMPULAN

Paper ini berisi tentang upaya-upaya bela negara dan kebijakan pertahanan yang mengharapkan dapat mempercepat upaya penanaman dan penghayatan bela negara kepada masyarakat Indonesia. Sehingga mereka memiliki daya tangkal dalam menghadapi berbagai tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun datang dari

193

dalam negeri. Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Selain sebagai kewajiban, upaya bela negara juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban. Perwujudan upaya bela negara menelurkan lima nilai sebagai indikator kesadaran bela negara sudah benar-benar tertanam dan tidaknya dalam kehidupan masyarakat, yaitu: (1). Cinta tanah air; (2). Kesadaran berbangsa dan bernegara; (3). Setia kepada Pancasila; (4). Rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan; (5). Memiliki kemampuan awal bela negara.

Kelima nilai tersebut harus terus dijaga dan dipelihara supaya tujuan akhir pengembangan karakter bangsa Indonesia melalui implementasi nilai-nilai bela negara dapat diraih dan terus mempersiapkan diri untuk menghadapi, mengurangi dan menanggulangi setiap ancaman yang akan datang dengan mensinergikan kekuatan militer dan kekuatan sipil. Setelah itu, maka nilai-nilai bela negara yang telah terpelihara dengan baik akan memicu dan merangsang pengembangan karakter bangsa Indonesia sebagai representasi keberagaman bangsa Indonesia secara holistik. Dikemudian hari, diharapkan dunia akan mengenal indoonesia sebagai negara yang mempunyai daya tangkal terbaik terhadap segala bentuk ancaman. DAFTAR PUSTAKA Kepustakaan:

Aldiwijaya, Chandra. Dkk. 2014. Bela Negara. Bandung: Intstitut Teknologi Bandung.

Burhanuddin, Hamam. Tt. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Islam, Jurnal At-Tajdid.

Faisal dan Yasik. 1985. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Ginting, Liasta. 2005. Ancaman Globalisasi dan Regionalisasi terhadap Persatuan dan Kesatuan Bangsa. e-USU Repository. Universitas Sumatera Utara.

Irhandayaningsih, Ana. Tt. Peranan Pancasila dalam Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Generasi Muda di Era Glogal. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Kementerian Pertahanan RI. 2014. Postur Pertahanan Negara.Jakarta.

Kementerian Pertahanan RI. 2015. Doktrin Pertahanan Negara. Jakarta.

Kementerian Pertahanan RI. 2016. Wira: Edisi Khusus Bela Negara. Jakarta.

194

Siahaan, Timbul. 2016. Bela Negara dan Kebijakan Pertahanan, Wira Edisi Khusus Bela Negara. Kemhan RI.

Sibaweh, Imam. 2015. Pendidikan Mental Menuju Karakter Bangsa Berdasarkan Ilmu Pengetahuan dari Masa ke Masa. Yogyakarta: Deepublish.

Suneki, Sri dan Agus Sutono. 2015. Urgensi Pendidikan Karakter sebagai Upaya Membentuk Sikap Anti Korupsi. Prosiding Seminar Nasional 2015 Revolusi Pendidikan Karakter Bangsa.

Universitas Pertahanan. 2016. Tataran Dasar Bela Negara. Bogor: Unhan Press.

Winardi, J. 2005. Manajemen Perubahan (The Management of Change). Cetakan ke-1. Jakarta: Prenada Media.

Internet:

https://kbbi.web.id/strategi

Kementerian Pertahanan, Portal Bela Negara, Sejarah Bela Negara. https://www.kemhan. go.id/belanegara/sejarah-bela-negara/.

195

STRATEGI MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DI ERA DIGITAL

MELALUI PENDIDIKAN BERWAWASAN SEJARAH BERBASIS

LINGKUNGAN EKSTRAKULER SISWA SEKOLAH

Sugandi

Sekolah Pascasarjanan Institut Pertanian Bogor [email protected]

Abstrak Teknologi digital telah mengubah paradigma sosial lingkungan siswa-siswi Indonesia. Indonesia mempersiapkan untuk menerima dampak dari era digital. Siswa sekolah di era digital ini sudah terkikis bahkan melupakan nilai-nilai budaya, moral, karakter dan pancasila, digantikan oleh budaya yang dihadirkan era digital. Tujuan makalah yang dicapai ialah memperkuat karakter bangsa melalui pendidikan berwawasan sejarah bangsa berbasis lingkungan ekstrakuler siswa sekolah. Pendidikan karakter bangsa tidak dimaknai sebagai pendidikan tentang nilai, moral, karakter, budaya, atau pun Pancasila. Dikemukakan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo (1997), salah satu fungsi belajar sejarah untuk mengenal bangsa. Pendidikan karakter bangsa masuk kegiatan ekstrakurikuler sekolah, bersifat interaktif saling mengormati dan berkelanjutan

Kata Kunci : digital, pendidikan, sejarah, siswa dan indonesia

PENDAHULUAN

Teknologi digital berkembangan dengan pesat ditengah masyarakat dan menghadirkan kemudahkan setiap penggunanya untuk saling berbagi informasi. Era digital tidak dapat dielakkan lagi, bagi bangsa Indonesia harus mempersiapkan untuk menerima dampak positif dan negatif yang dihadirkan dari teknologi digital. Hal ini dengan mudahnya memanfaatkan teknologi dengan baik secara positif, namun penggunaan teknologi tidak selalu positif dalam penggunannya, sering kali dapat menghancurkan mental pengguna teknologi tersebut di era digitalisasi ini. masyarakat khususnya siswa/I sekolah terhadap teknologi digital membuat banyak yang penyalahgunaan untuk mencari informasi maupun hal-hal yang berakibat merusak kehidupan pribadi dan sosial bahkan mempengaruhi Bangsa Indonesia.

Fenomena saat ini pada siswa/I sekolah mempunyai rasa keinginan tahu yang tinggi dan muda di pengengaruh oleh suatu hal yang baru. Menurut Fadillah dan khorida (2013) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Karna kemajuan teknologi yang dirasakan saat ini, menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan bermasyarakat pada siswa/I sekolah dengan segala peradaban dan kebudayaan. Bila tidak terkendali akan menimbulkan dampak buruk terhadap sistem menguasai emosi, menelan mentah-mentah berita yang ada tanpa berpikir.

Perubahan pada era digital ini memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, kini hadir di tengah-tengah masyarakat khususnya siswa/I sekolah. Perubahan budaya pada sikap, pola pikir atau karakter siswa/I. Salah satu dampak yang tidak diharapkan adalah perubahan sikap yang dianggap kurang baik pada siswa/I sekolah yang merupakan penerus bangsa Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia semakin kehilangan jati diri, sehingga hanya menjadi kumpulan generasi muda yang tak lagi memiliki akar kebudayaan lokal, nilai-nilai pancasila dan sejarah bangsa

196

Indonesia. Padahal Indonesia memiliki kearifan lokal dan nilai-nilai khas yang dapat

197

yang dikembangkan melalui praktek berkelanjutan nilai-nilai positif yang dapat diterima yang merupakan proses jangka panjang.

Tinggi nilai kemanusiaan merupakan bagian dari karakter nasionalisme seperti yang dikemukakan oleh Agustarini (2012) pada point yang terakhir. Dalam hal ini dikemukakan karakter nasionalisme terdiri dari: (1) Menjaga dan melindungi negara, (2) Sikap rela berkorban/patriotisme, (3) Indonesia bersatu, (4) Melestarikan budaya Bangsa Indonesia, (5) Cinta tanah air, (6) Bangga berbangsa Indonesia, (7) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Hambali (2015) menyimpulkan bahwa, karakter dikembangkan melalui pelatihan, pembiasaan, dan keteladanan dalam konteks interaksi sosial di sekolah. Partini (2012) yang menyimpulkan bahwa, terdapat dua pendekatan yang mungkin untuk membangun karakter nasional top-down dan bottom-up. Pendekatan top-down membutuhkan adanya keteladanan pemimpin. Dalam konteks yang terbatas adalah lingkup keluarga, orang tua menjadi sumber perilaku keteladanan yang dicapai melalui menanamkan nilai-nilai sosial dan agama. Sementara itu, pendekatan bottom-up adalah kesadaran diri dalam memahami nilainilai sosial dan agama serta akuntabilitas atas tindakan yang diambil.

Atas dasar pemikiran tersebut maka tujuan pendidikan sejarah pada siswa/I sekolah adalah: 1) Mengembangkan kemampuan berpikir kronologis, kritis dan kreatif; 2) Membangun kepedulian sosial; 3) Mengembangkan semangat kebangsaan; 4) Membangun kejujuran, kerja keras, dan tanggungjawab; 5) Mengembangkan rasa ingin tahu; 6) Mengembangkan nilai dan sikap kepahlawanan serta kepemimpinan; 7) mengembangkan kemampuan berkomunikasi; 8) mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas, dan mengkomunikasikan informasi (hasan 2012).

b) Pendidikan sejarah untuk siswa/I sekolah

Sejarah adalah suatu studi yang telah dialami manusia di waktu lampau dengan dan yang telah meninggalkan jejak pada masa lampau. Tekanan perhatian diletakkan terutama pada aspek peristiwa sendiri terutama perkembangan yang disusun dalam cerita sejarah. Tujuan pendidikan sejarah harus mengandung nilai dalam asesmen hasil belajar sejarah baik dalam bentuk berupa pengetahuan, kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik dan nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah dapat bermakna sehingga dapat mengembangkan jatidiri bangsa untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang (Hasan, 2012). Wiriatmadja dalam Atmadinata, (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah mempunyai peran yang amat penting dalam membentuk kepribadian siswa/I agar dapat memahami dan menjiwai wawasan kebangsaan untuk memasuki dan memenangkan masa depan (globalisasi) yang penuh dengan tantangan.

Penting pendidikan pembelajaran sejarah dalam kehidupan siswa/I sekolah. Padahal para guru sejarah tersebut secara pemahaman sudah cukup tentang karakter ideal pendidikan karakter yakni harus diwujudkan dalam kehidupan dan tumbuhnya sikap tanggung jawab dalam menjawab tantangan pada masa era digitali dan masa yang akan datang serta memiliki kesadaran akan nilai-nilai yang positif dalam kehidupan sehari-hari. (Sirnayatin 2017)

198

2. Program Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa/i Sekolah

Referensi mengenai kegiatan ekstrakurikuler diantaranya adalah seperti yang tercantum dalam Surat Keputusan Dikdasmen Nomor 226/C/Kep/O/1992 (Asep, et al, 2006), dalam lampiran tersebut dijelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilaksanakan baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Tujuan program kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Sebagai upaya untuk membentuk mental kuat terhadap budaya di era digital ini, pada siswa/I sekolah seutuhnya dengan tujuan pendidikan berwawasan sejarah. Dengan program kegiatan ekstrakurikuler siswa/I memiliki peran yang sangat penting untuk mencapaian tujuan tersebut. memiliki tujuan sebagai berikut (Asep, dkk, 2006) 1) Memperluas, memperdalam pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi yang relevan dengan program kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memperkaya dan menambah wawasan pengetahuan siswa/I serta dapat mempertajam kompetensi. 2) Memberikan pemahaman terhadap hubungan antar mata pelajaran dalam kegiatan kurikuler, siswa/I hampir tidak pernah diberikan kesempatan untuk menangkap esensi hubungan antarmata pelajaran. Seluruh materi pelajaran itu diarahkan untuk membentuk kemampuan dan kepribadian yang utuh. 3) Menyalurkan minat dan bakat siswa/I Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal tidak hanya berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada siswa seperti yang diprogramkan dalam kegiatan kurikuler.

Dengan perkataan lain, ketika terjadi proses pembelajaran mengenai pengetahuan yang terkandung dalam sebuah peristiwa sejarah maka pada saat bersamaan dikembangkan penanaman nilai dan sikap. Sebagaimana dikatakan oleh Borwell dan Eison (1991) dalam pengembangan pembelajaran ada 5 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

(1) student involvement beyond mere listening; (2) more emphasis on the development of skills and less on transmittal of information; (3) student involvement in higher order thinking skills; (4) student involvement in activities, such as reading, discussing, writing; and (5) an emphasis on

199

kegagalan adalah hal yang terjadi dalam kehidupan nyata manusia. Kedua sisi kehidupan itu, keberhasilan dan kegagalan, menjadi pelajaran penting. Sebagaimana yang dikemukakan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo (1992) salah satu fungsi belajar sejarah untuk mengenal siapa diri kita sebagai bangsa.

Pengenalan jatidiri yang dikemukakan sangat penting sebagaimana dikatakan Cartwright (1999) bahwa "our personal identity is the most important thing we possess" dan kehilangan jatidiri berarti kehilangan eksistensi bangsa. Membangun memori kolektif bangsa perlu pemikiran yang lebih mendalam mengenai materi pendidikan sejarah. Pendidikan sejarah akan mampu membangun memori kolektif sebagai bangsa hasil belajar apabila ada proses identifikasi yang kuat dari peserta didik terhadap peristiwa sejarah yang dipelajari. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa saat ini teknologi digital atau disebut era digital di Indonesia sangat cepat perkembangan dan banyak yang menggunakan teknologi sebagai alat interaksi. Siswa/I sekolah dalam menggunakan teknologi untuk alat interaksi dan melihat budaya yang di hadirkan oleh teknologi. Kehadiran budaya asing, memberikan dampak yang negative pada mental siswa/I sekolah, akan melupakan nilai-nilai luhur dari pancasila, nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, sejarah bangsa Indonesia.

Maka dari itu, untuk membangun generasi pemimpin bangsa Indonesia di sama depan. Dengan menyadarkan dan membangun karakter bangsa pada siswa/I sekolah melalui pendidikan berwawasan sejarah bangsa Indonesia. Peran yang penting itu dilakukan dengan mengubah berbagai aspek terkait dengan tujuan dan pendidikan berwawasan sejarah pada program kegiatan ekstrakulikuler sekolah, siswa/I sekolah tercipta hubungan yang positif antara pemahaman sejarah pergerakan bangsa Indonesia. SARAN

Makalah ini, sebagai informasi awal tentang dampak pada era digital saat ini, di kalangan siswa/I sekolah. Perlu dilakukan riset lebih lanjut untuk menghasilkan informasi dihandalkan kebenaranya dan dipercaya. DAFTAR PUSTAKA Asep Herry H , dkk. (2006). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Atmadinata. (2005). Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah melalui Cooperative Learning. Bandung: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Aqib, Zainal dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Jakarta : Gaung Persada Press.

Bonwell ,C.C., & Eison JA. (1991). Active Learning: Creating Excitement in the Classroom. Washington, DC: George Washington Univ.

Cartwright, J. 1999. Cultural transformation. London: Pearson Education Limited

200

Fadillah, M. & Khorida, L.M. (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: AR RUZZ Media

Hasan. 2012. Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.

Hasan S.H. 2012. Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Paramita Vol. 22, No. 1 - : 1-130

Hambali. 2015. Students Reaction Towards Nation Characters Education and the Impacts on The Practice of Nationalist Characters. Journal of Applied

Sciences. 15 (9). ISSN 1812-5654 Asian Network for Scientific Information.

Kartodirdjo S, 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, edisi 2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kementrian Pendidikan RI. 2008. Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 226/C/Kep/O/1992. http//kementerianpendidikan.ac.id/SK/dirjendikdasmen.

Kurniasih P. 2016. Hubungan Antara Pemahaman Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia Dan Kesadaran Sejarah Dengan Sikap Bela Negara Pada Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2015/2016. [skripsi] Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Partini. 2012. National Character Building in the Third Millenium Era: A Challenge. Southeast Asian Journal of Social and Political Issues. Vol. 1. No. 2.

Rahayu. 2009. Kenakalan Remaja. Diakses pada 11 November 2009 dari http://eka-punk.blogspot.com/2009/03/1.html

Retnowati, Yuni. 2015. Urgensi Literasi Media untuk Remaja Sebagai Panduan Mengkritisi Media Sosial.

201

SCRIPTURAL REASONING, DIALOG HATI, DAN 12 NILAI PERDAMAIAN

SEBAGAI UPAYA PENANAMAN NILAI BELA NEGARA DALAM MENCEGAH

KONFLIK AGAMA DAN RADIKALISME

Uswatun Hasanah [email protected]

Program Studi Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia

Abstrak Konflik agama yang terjadi di Indonesia biasanya didominasi oleh kaum Muslim dan Kristen. Melalui metode Sciptural Reasoning, Dialog Hati, dan 12 nilai perdamaian, umat Muslim dan Kristen dapat saling mempelajari kitab suci masing-masing guna meningkatkan keislaman ataupun kekristenannya, sehingga konflik dan radikalisme dapat dicegah. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketiga metode tersebut yang dilakukan oleh YIPC (Young Intefaith Peacemaker Community). Selain itu, juga sebagai rekomendasi saran untuk pendidikan yang berwawasan bela negara agar menanamkan nilai-nilai keberagaman melalui Scriptural Reasoning (khusus Muslim dan Kristen), Dialog Hati (kegiatan ekstrakurikuler Rohani Muslim dan Rohani Kristen), dan 12 Nilai Perdamaian (untuk semua jenjang pendidikan). Kata Kunci: Konflik Agama, Radikalisme, Scriptural Reasoning, Dialog Hati, 12 Nilai

Perdamaian, YIPC, dan Bela Negara PENDAHULUAN

Kehidupan antar umat beragama sebenarnya telah diatur oleh peraturan pemerintah dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006/Nomor 8 Tahun 2006. Peraturan ini menyebutkan bahwa antar umat beragama harus bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun1945 (Jamaludin, 2015).

Menurut Lubis (2005), pemerintah perlu mengembangkan lima kualitas kerukunan umat beragama, yaitu nilai religiusitas, keharmonisan, kedinamisan, kreativitas, dan produktivitas. Nilai religiusitas berarti kerukunan antar agama dalam hubungan yang tulus hendaknya didasarkan pada motif-motif suci dalam rangka pengabdian kepada Tuhan. Keharmonisan merupakan penciptakan hubungan yang serasi, senada dan seirama, saling menghormati, saling mengasihi dan saling menyaangi, serta saling peduli berdasarkan nilai persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan, dan rasa sepenanggungan.

Kedinamisan memiliki arti bahwa kerukunan umat beragama harus diarahkan pada pengembangan nilai yang dinamis yang diwujudkan dalam suasana yang interaktif, bergerak, bersemangat dan bergairah untuk mengembangkan nilai kepedulian, keaktifan, dan kebaikan bersama. Kreativitas berarti kerukunan umat beragama harus mengembangkan konteks kreativitas kreatif yang mampu mengembangkan gagasan, upaya, dan kreativitas bersama dalam berbagai sektor untuk kemajuan bersama. Produktivitas adalah kerukunan umat beragama mampu mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan (Lubis, 2005).

Lima nilai bela negara adalah (a) cinta tanah air, (b) sadar berbangsa dan bernegara, (c) yakin pada Pancasila sebagai ideologi negara, (d) rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta (e) memiliki kemampuan awal bela negara. Dalam nilai cinta tanah air poin (c)

202

antar-agama. Karena itu, penulis pada kesempatan kali ini membahas tiga cara yang dilakukan YIPC yang mengilhami penulis untuk memberikan suatu rekomendasi pada komunitas Islam dan Kristen maupun institusi pendidikan dalam mencegah konflik agama serta radikalisme. KONFLIK AGAMA

Sejarah perkembangan hubungan antara Islam dan Kristen sangat terkait dengan perkembangan sejarah hubungan antara Barat dan Timur. Sikap antara Islam dan Kristen dinilai sangat ambivalen. Ajaran Islam memandang sangat positif terhadap Kristen dan secara inklusif mengakui Nabi Isa as sebagai pembawa wahyu Allah dengan kitabnya Injil. Namun, dalam kenyataannya ditegaskan bahwa kitab suci tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi karena dianggap sudah terjadi perubahan, sementara yang lain tidak tersimpan lagi. Di pihak Kristen, secara teoritis lebih bersifat eksklusif dengan menekankan bahwa satu-satunya nama yang dapat memberi dan menjamin keselamatan manusia adalah Yesus (Sudjana, 2003).

Sudjana (2003) juga menambahkan bahwa sikap ambivalen tersebut yang akhirnya mengakibatkan Perang Salib (Crusade), yang seolah-olah konflik yang mengatasnamakan agama, padahal sebenarnya konflik yang lebih bersifat ekonomi, sosial-politik, serta kekuasaan sekelompok penguasa dan elit agama tertentu.

Konflik agama yang terjadi di Indonesia disebabkan karena antar pemeluk agama belum dapat bertoleransi satu sama lain. Menurut Setiadi dan Kolip dalam Jamaludin (2015), konflik antar agama terjadi dikarenakan perbedaan keyakinan agama, munculnya agama baru, aliran sesat, pendirian rumah ibadah, dan sebagainya.

Berikut merupakan beberapa daftar konflik baik intern agama maupun antar agama Islam dan Kristen di Indonesia: 1. Penolakan aliran Ahmadiyah (Wahab, 2014)

a. Penolakan di Lombok Barat, NTB melalui Surat Keputusan Bupati (SKB) Nomor 35 tahun 2001. Hal ini didasari oleh keputusan MUI dan ditandangani oleh MUI Daerah. Penyerangan terhadap warga ahmadiyah terjadi pada 19 Oktober 2005 di kompleks BTN, Bumi Asri, Dusun Ketapang, Desa Gegerung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Pada 4 Februari 2006, penyerangan kembali terjadi di Prapen, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah.

b. Konflik ormas Islam anti ahmadiyah dengan organisasi ahmadiyah (JAI) pada 26-29 Juli 2010 di desa Manislor, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Hal ini mengakibatkan tanggal 1 Maret 2011, ratusan ormas Islam melakukan demo di depan pendopo kabupaten mendesak dan meminta Presiden SBY segera menerbitkan Keppres tentang pembubaran ahmadiyah agar tercipta kehidupan yang kondusif di Indonesia.

c. Penyerangan kediaman pimpinan Ahmadiyah di Kampung Peudeuy, Cikeusik Pandeglang, Banten pada 6 Februari 2011. Penyerangan ini mengakibatkan tiga orang meninggal dan belasan orang lainnya mengalami luka berat.

d. Penyerangan Ahmadiyah di Tasikmalaya pada 5 Mei 2013. Penyerangan ini dilakukan di tiga tempat, yaitu pertama di Kampung Wanasigra, Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu yang mengakibatkan lebih kurang 20 rumah kacanya pecah, 1 madrasah diniyah, 1 mushola, dan 2 unit mobil, semuanya rusak.

203

e. Penyegelan masjid jemaah Ahmadiyah, yaitu Masjid Al-Misbah di Jalan Terusan Pangrango No.44, Jatibening Baru, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Masjid ini disegel oleh Pemerintah Kota Bekasi pada 4 April 2013.

2. Penolakan aliran Syiah (Wahab, 2014): a. Kasus Syiah di Sampang, Madura tepatnya di dusun Nangkernang, Karanggayam,

Omben pada 26 Agustus 2012, yaitu tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan ini berupa pengrusakan dan pembakaran sekitar 47 rumah pengikut Syiah dari pukul 10.00 hingga pukul 14.00 wib.

b. Kasus Syiah di Puger, Jember pada 11 September 2013. Konflik ini disebabkan atas peristiwa konflik-konflik sebelumnya yang telah ada sejak lama. Adanya perbedaan paham tentang apa yang disampaikan Habib Ali (Pengasuh PP Darus Sholihin) dalam sebuah ceramah dan buku-buku yang ditulis oleh Habib Ali.

c. Kasus Syiah di Bangil. Pondok Pesantren YAPI Bangil dianggap sebagai salah satu pusat perkembangan Syiah di Jawa Timur. Pesantren ini didirikan pada 21 Juni 1976 oleh Ustadz Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi. Konflik di Bangil berbentuk konflik laten dan belum mengarah pada tindakan kekerasan. Namun perbedaan paham antara Syiah dan Non-Syiah yang disikapi ekstrem akan berpotensi kepada konflik terbuka.

3. Konflik Islam-Kristen a. Tahun 1998-2001 di Poso, lebih dari 600 rumah terbakar, lebih kurang 60 ribu warga

mengungsi, serta banyak sekali warga yang meninggal. Masyarakat Muslim ketakutan karena menganggap pihak Kristiani akan membunuh mereka, begitupula masyarakat Kristiani yang menganggap pihak Muslim akan membunuh mereka juga. Akhirnya, pihak Muslim dan Kristiani sama-sama mengungsi, begitupula masyarakat Hindu yang di sekitar Poso juga ikut mengungsi. Konflik di Poso ini berawal dari seorang warga keturunan Kristiani sedang mabuk minuman keras lalu membacok seorang warga Islam di Masjid saat Ramadhan. Peristiwa ini semakin pelik dan panjang. Kemudian terjadi saling serang dan membakar rumah penduduk dan rumah ibadah hingga membunuh. Hal ini berakibat munculnya tokoh yaitu Santoso yang dianggap pahlawan bagi umat Islam di Poso serta Tibo sebagai pahlawan untuk umat Kristen di Poso. Hingga 24 Maret 2016, para Prajurit TNI masih memburu kelompok Santoso di Desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah.

b. Pembakaran

204

RADIKALISME

205

sehingga tercapai suatu pembelajaran atas ketidaksepakatan secara baik. Sebagaimana pengertian Scriptural Reasoning dalam situsnya di https://www.scripturalreasoning.org/ bahwa

206

Gambar 1.2 Teks tentang Persaudaraan di Injil (Berbahasa Ibrani dan Translasi Inggris).Gambar

Gambar 1.3 Teks tentang Persaudaraan di Injil (Berbahasa Ibrani dan Translasi Inggris)

207

DIALOG HATI Dialog berasal dari bahasa Yunani, dia-logos yang berarti pembicaraan antar dua pihak atau disebut juga dengan dwiwicara. Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih dalam rangka pertukaran nilai antar pihak. Dialog antar agama yaitu dialog yang tejadi antar dua atau lebih pemeluk agama yang berbeda yang memiliki pertukaran nilai dan informasi keagamaan masing-masing pihak. Sedangkan, yang dimaksud dengan dialog hati adalah dialog antar agama yang saling mengedepankan prinsip-prinsip toleransi, bukan debat yang tak berkesudahan, biasanya difokuskan untuk saling menanyakan prasangka masing-masing agama satu kepada yang lain, sehingga terdapat klarifikasi atas prasangka-prasangka tersebut (Jamaludin, 2015). Dialog hati pada umumnya adalah dialog menyatukan hati dan hati, bukan hanya menyalurkan pemikiran yang ada di kepala antar satu individu ke individu yang lainnya. Dialog yang hanya mengedepankan egoisme ataupun kecerdasan otak semata tidak akan berguna dalam tahap dialog perdamaian ini. Karena tujuan diadakan dialog adalah untuk menemukenali permasalahan substansial antar kedua agama, mengklarifikasi prasangka, merumuskan pemecahan masalah secara arif, dan kesemuanya ini dilakukan dalam nuansa hati yang damai (Susan, 2012). 12 NILAI PERDAMAIAN 12 Nilai Perdamaian berikut merupakan materi yang diberikan oleh Fasilitator YIPC kepada peserta kegiatan Peace Camp

208

Camp

209

YIPC menebarkan nilai perdamian dan toleransi melalui tiga metode yaitu Scriptural Reasoning, Dialog Hati, dan 12 Nilai Perdamaian. Scriptural Reasoning dinilai memberikan pengetahuan baru terkait pemahaman masing-masing individu baik Muslim dan Kristen dalam memahami kitab sucinya masing-masing. Kegiatan Scriptural Reasoning ini jarang diterapkan oleh komunitas lintas agama di Indonesia, selain YIPC.

Komunitas YIPC dalam upaya penanaman nilai bela negara terhadap para peserta SIPC dengan Scriptural Reasoning. Melalui SR, masing-masing Muslim dan Kristen yang telah dibagi menjadi grup kecil beranggotakan 5-7 orang membaca ayat dari Kitab Sucinya sendiri dan menjelaskan apa yang telah dipahami kepada yang lain. Adanya Scriptural Reasoning ini, penulis tidak mengharapkan untuk semua komunitas menerapkan hal serupa. Namun, penulis lebih menyarankan dalam penanaman nilai bela negara hendaknya, setiap individu harus memegang teguh keyakinan dan agama yang dianutnya melalui proses pemaknaan pada kitab suci yang dimiliki masing-masing. Sebagaimana calon anggota YIPC

210

ataupun kegiatan ekstrakurikuler. Untuk Scriptural Reasoning, hendaknya dilakukan oleh kaum Muslim dan Kristiani, karena memang kedua agama ini yang paling mirip dalam ajaran-ajarannya, sebagaimana yang tertuang dalam suatu common word. 2. Integrasi antara Rohani Islam dan Rohani Kristen pada kegiatan ekstrakurikuler

Sependek pengetahuan dan pengalaman penulis, rohani islam (rohis) dan rohani kristen (rohkris) dalam suatu sekolah masih melakukan kegiatannya masing-masing, belum pernah adanya kerjasama antara rohis dan rohkris. Beberapa ada yang masih beranggapan bahwa untuk organisasi kampus yang berhubungan dengan akidah sebaiknya dibiarkan berjalan sendiri tanpa perlu berintegrasi, karena agama adalah persoalan masing-masing. Padahal, masih saja terdapat suatu celah perbedaan dan suatu kefanatikan masing-masing. Karena itu dibutuhkan suatu jalinan kerja sama antar kedua organisasi ini, bukankah dulunya negeri ini lahir dari suatu kebersamaan antara muslim, kristiani, dan berbagai agama lain di Indonesia. Upaya integrasi ini diharapkan dapat menumbuhkan kepekaan dan kesadaran terhadap pentingnya toleransi dalam keberagamaan dan keberagaman. 3. Penanaman 12 nilai perdamaian pada setiap jenjang pendidikan

Nilai-nilai perdamaian ini dapat dimodifikasi dengan berbagai hal baru yang telah disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Bila SR dan dialog hati dikhususkan untuk yang beragama Muslim dan Kristen saja, untuk 12 nilai perdamaian dapat ditujukan untuk siapapun, tak terbatas usia, jenjang pendidikan, bahkan agama apapun. Melalui penanaman 12 nilai perdamaian sejak usia dini, maka ketika seorang anak nantinya sudah beranjak dewasa, ia akan mudah mengerti dan mencintai keberagaman tanpa harus menjadi sama dengan temannya yang berbeda suku ataupun keyakinan.

Penanaman nilai perdamaian ini untuk anak-anak playgroup atau kelas 1-3 SD lebih ditekankan aspek pembuatan buku yang bergambar dan berwarna-warna cerah. Sedangkan untuk kelas 4-6 SD, SMP, SMA, bahkan di perkuliahan hendaknya dimasukkan dalam suatu kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang semakin menyenangkan. KESIMPULAN

Penulisan ini merupakan penulisan artikel konseptual yang didasarkan pada pengalaman penulis menjadi peserta dan fasilitator YIPC dengan didukung beberapa literatur terkait. Tiga metode yang digunakan YIPC yaitu Scriptural Reasoning, Dialog Hati, dan 12 Nilai Perdamaian. Tiga metode tersebut penulis ambil dari suatu kegiatan rutin tahunan YIPC yaitu Student Interfaith Peace Camp. Dua metode yaitu SR dan Dialog Hati penulis merekomendasikan sebagai jalan agar komunitas Muslim dan Kristen makin bisa bersinergi membangun bangsa dengan menjadi pribadi yang lebih religius. Dengan 12 nilai perdamaian, penulis berharap, institusi pendidikan mampu mencetak insan yang cerdas dan terdidik serta mencintai keberagamaan dan keberagaman tanpa harus menjadi sama. Melalui tiga metode ini, bila suatu komunitas Muslim dan Kristen maupun institusi pendidikan yang menerapkan akan mampu mencetak generasi-generasi pemimpin bangsa Indonesia masa depan yang religius dan mencintai tanah air Indonesia serta menjadikan nilai bela negara sebagai suatu karakter yang terbentuk dalam sikap dan perbuatan. REFERENSI

Buku

Afadlal, dkk. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.

211

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2015. Agama dan Konflik Sosial, Studi Kerukunan Umat Beragama, Radikalisme, dan Konflik Antar Umat Beragama. Bandung: Pustaka Setia.

Kementerian Pertahanan RI. 2014. Tataran Dasar Bela Negara. Jakarta: Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan.

Lubis, Ridwan. 2005. Cetak Biru Peran Agama. Jakarta: Puslitbang.

Sudjana, Eggi. 2003.

211

TRANSFORMATION ETNONASIONALISM-NATION CARE GAYO TRIBE

Irwan Putra

Postgraduate Student of Doctoral programe Civic Education SPs UPI E-mail:[email protected]

Abstract

In community Aceh tribe give birth of sparatisme movement independent Aceh, mean while in Gayo Tribe rejected the sparatisme GAM.Even after the conflict the nation care of Gayo Tribe still high to reject the Qanun Flag, Himne and Wali Nanggroe. This research is using Qualitatif approach with study case method, the data obtained using observation technique, interview, literature study and documentation in 2014

212

tempat di dunia, khususnya di negara Dunia Ketiga (Brown 1994). Pertama, nasionalisme negara kebangsaan (nation state) dan Kedua, nasionalisme budaya atau etnonasionalisme (Brown 1994). Kenyataan inilah yang dialami oleh Masyarakat Aceh, dimana nasionalisme Indonesia dan nasionalisme ke-Aceh-an (etnonasionalisme) berjalan beriringan (Damanik, 2010). Tetapi nasionalisme ke-Aceh-anlah yang lebih dominan. Permasalahan ini juga di alami Papua dimana dalam proses penyemaian dua nasionalisme di Papua menunjukan kesadaran ke-Papua-an lebih dominan dari pada ke-Indonesia-an (Meteray, 2012, hlm. 272).

Etnonasionalisme as that nationalism that emerges from ethnic groups or minority groups living within a nation that perceive themselves or are perceived by others as different due to racial and/or cultural characteristics (Herrera-Sobek, 2011). Maka etnonasionalisme ialah faham kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai suku atau kesukuan. Ethnonationalism implies

213

terorganisir yang paling besar dan berpengaruh luas, yakni Front Perlawanan Separatis GAM (FPSG) dan Pembela Tanah Air (PETA) (Sagita et. Al. 2016, hlm 66). Tingginya semangat bela negara yang ditunjukan masyarakat Gayo merupakan hasil dari proses penanaman nasionalisme atau transformasi etnonasionalisme-bela negara.

Transformasi mengubah secara cermat dan dramatis bentuk, penampilan dan karakter (KBBI, 2005:1208; Oxford English Reference Dictionary, 2003:1530). Transformasi ialah

214

dapat sebanyak mungkin memperoleh informasi dan data. Untuk menentukan informan peneliti mengunakan teknik Purposive sampling dan snowball sampling, diharapkan dengan teknik ini peneliti mendapatkan informan yang jelas dan berkualitas dalam menjawab masalah yang diteliti. Secara keseluruhan jumlah responden penelitian ini berjumlah sebanyak 20 orang responden. HASIL PENELITIAN Transformasikan Etnonasionalisme-Bela Negara

Berdasarkan hasil wawancara terungkap bahwa proses transformasi etnonasionalisme bela negara berlangsung dengan simple atau sederhana. Responden mengemukakan dengan sosialisasi dan proses pendidikan yang dilakukan tokoh-tokoh masyarakat Gayo. Berikut petikan wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Bener Meriah. (Rusli M. Saleh, 64 th, Redelong):

215

Berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa proses pembentukan nasionalisme dan transformasi etnonasionalisme telah berkembang pada masyarakat Gayo dari sejak zaman dahulu (zaman penjajahan Belanda). Proses pembentukan rasa nasionalisme masyarakat Gayo telah ada dari zaman dahulu, hal tersebut telah terjadi secara turun-temurun dari generasi-kegenerasi. Tokoh masyarakat gayo melaksanakan proses transformasi tersebut dengan bermacam kegiatan tergantung dari pemasalahan apa yang mereka ketahui, biasanya kegiatan yang paling sering dilakukan oleh tokoh adat adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang sejarah bangsa Indonesia, sejarah perjuangan suku bangsa Gayo melawan Belanda (Penjajah), adat-istiadat masyarakat suku Gayo, serta sejarah tentang pergerakan pemberontakan DI/TII, AM, GPK dan lain sebagainya, bahkan memberikan pemahaman tentang negara dan bangsa dilihat dari sudut agama islam dan perbedaan antara sesama umat manusia. PEMBAHASAN

1. Proses Transformasikan Etnonasionalisme-Bela Negara

Proses transformasi etnonasionalisme telah adalah sebuah proses untuk merubah pola pikir masyarakat suku gayo yang masih etnonasionalisme, proses transformasi telah berlangsung sebelum kemerdekaan Republik Indonesia walaupun pada mulanya masyarakat Gayo belum mengerti dan memahami maksud serta tujuan dari transformasi tersebut. Menurut Zaeny (2005, hlm. 153) kata transformasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris transform, yang berarti mengendalikan suatu bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Etnonasionalisme adalah faham nasionalisme atau kebangsaan, faham kebangsaan tersebut bersumber dari suku atau sifat kesukuan yang merujuk pada perasaan subjektif yang memisahkan satu kelompok dengan kelompok-kelompok yang lain (Simajuntak (2012, hlm. 247); Soewarsono dalam Simajuntak (2012, hlm. xiv); Zon dalam Simajuntak (2012, hlm. 160).

Awalnya transformasi yang terjadi pada masyarakat suku Gayo untuk merubah pemikiran (mindset) masyarakat tentang kolonialisme, bukan merubah kearah nasionalisme dan bela negara, tetapi transformasi mindset dari mendukung kearah melawan Belanda. Barulah setelah kemerdekaan negara Indonesia transformasi etnonasionalisme dilakukan untuk tujuan bela negara Indonesia oleh masyarakat Gayo. hal ini sesuai dengan pendapat bahwa transformasi sebagai perubahan mindset yang dilakukan berdasarkan proses belajar Deszko dan Sheinbergh dalam Pandie (2009, hlm. 15).

Transformasi tersebut mendapat dukungan seluruh masyarakat Gayo, karena Masyarakat menyadari membutuhkan perubahan khususnya mindset untuk mendukung keberlangsungan kehidupan mereka sebagai kelompok etnis di dalam sebuah Negara. Perubahan yang dilakukan ialah perubahan dalam konteks memberikan kesadaran baru bagi individu dalam mendefenisikan kembali kebudayaan dan identitas yang dianutnya (Abdullah, 2010, hlm. 45). Proses transformasi etnonasionalisme-bela negara pada masyarakat Gayo dilakukan secara bertahap kepada masyarakat khususnya generasi muda, oleh agen transformasi yaitu keluarga (orang tua), masyarakat (tokoh masyarakat) dan guru. Proses transformasi etnonasionalisme-bela Negara melalui tiga tahapan yaitu:

a. Tahap Pengenalan yang Terjadi Dilingkungan Keluarga

216

Proses transformasi etnonasionalisme dimulai dengan pengenalan kecintaan (nasionalisme) Indonesia yang dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya seperti saudara kandung, awan-anan (kakek-nenek dalam Bahasa Gayo) dan lain sebagainya. Anggota keluarga akan saling memberikan nasehat, petuah, dan lain sebagainya kepada anggota lainnya. Pada dasarnya pendidikan selalu dimulai dari pendidikan dalam rumah tangga, dan dilaksanakan oleh keluarga. Secara umum dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang didesain untuk memindahkan atau menularkan pengetahuan dan keahlian atau kecakapan serta kemampuan (Simajuntak 2009).

Pendidikan dalam keluarga inilah yang merubah pola pikir (mindset) generasi muda masyarakat Gayo yang sedang dalam masa perkembangan sehingga dapat memahami dan menc intai Indonesia. Doktrin dari keluarga sangatlah besar dalam hal ini, karena proses pendidikan tidak terjadi diruangan kosong, tetapi dalam ruang manusia yang dialogis. Proses komunikatif dialogis dapat terhalang apabila lahir hubungan yang bukan timbal-balik antar subjek (Tilaar dalam Simajuntak, 2009).Walaupun Ama (ayah) tidak terlalu banyak berinteraksi (berbicara) dengan anaknya, tetapi Ine (ibu) yang memainkan peran transformasi ini dengan berbicara kepada anak. Maka pada tahapan pengenalan dikeluarga peran ibu lebih besar, sedangkan posisi ayah lebih kepada penegasan kepada anak-anak tentang pentingnya rasa cinta tanah air, nasionalisme dan bela negara. dan kolaborasi inilah yang semakin memantapkan sikap serta jiwa nasionalisme generasi muda masyarakat Suku Gayo. b. Tahap Penanaman yang Terjadi Dilingkungan Masyarakat

Tahapan penanaman yang terjadi dilingkungan masyarakat biasanya dilakukan oleh tokoh masyarakat (tokoh adat dan agama) dengan memberikan nasehat, petuah, agama dan adat-istiadat serta sejarah masyarakat Gayo di dalam negara indonesia. Dalam adat istiadat masyarakat Gayo baik dan buruknya sebuah permasalahan harus dibicarakan (analisis) secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat terutama tokoh masyarakat. Transformasi etnonasionalisme-bela negara dilaksanakan oleh tokoh masyarakat berhasil memperkecil sifat etnonasionalisme masyarakat gayo.

Pada proses transformasi tersebut tokoh-tokoh mengisyaratkan bahwa simbol-simbol dari kebudayaan, adat istiadat, dan agama akan dapat tetap eksis, walaupun suku bangsa di Indonesia beranekaragam. Dengan tetap eksisnya simbol-simbol tersebut, masyarakat Suku Gayo merasa diakui sebagai bagian dari negara-bangsa dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup negara-bangsanya. Hal ini dapat dipahami karena syarat proses nasionalisme adalah kesadaran syarat-syarat sosio-psikologis untuk memelihara objektivitas hidup berbangsa. c. Tahap Pembinaan yang Terjadi Dilingkungan Sekolah dan Pesantren

Tahapan pembinaan yang terjadinya dilingkungan sekolah dan pasantren, tahapan Proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air tersebut terjadi di lembaga pendidikan dengan pedoman dari kurikulum dan peraturan Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta ditunjang oleh kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler lainnya. Pendidikan disekolah harus melengkapi tahapan-tahapan yang berlangsung dalam proses transformasi etnonasionalisme pada masyarakat Gayo, karena dengan tahapan

217

pembinaan yang dilakukan disekolah atau institusi pendidikan yang selenggarakan oleh pemerintah, maka konsep, pemahaman dan penerapan nasionalisme menjadi lebih terarah kepada konsep pembentukan nasionalisme keindonesiaan dan bukan berdasarkan kebudayaan, agama, romantisme dan lain sebagainya.

Proses Transformasi Etnonasionalisme-Bela Negara Masyarakat Suku Gayo

Gambar 1. Dokumen pribadi

Ketiga tahapan dalam proses transformasi etnonasionalisme-bela negara pada masyarakat Gayo saling melengkapi dan saling memberikan penguatan dalam proses transformasi etnonasionalisme. Proses transformasi etnonasionalisme sangat sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang panjang, karena harus merubah mindset masyarakat Gayo.Metode yang digunakan dalam proses transformasi etnonasionalisme adalah mengintegras ikan pemahaman, pengalaman, kebudayaan dan adat istiadat serta agama. Agar konsep dan teori tentang nasionalisme keindonesiaan lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat Suku Gayo. 2. Motif Transformasikan Etnonasionalisme-Bela Negara

Proses transformasi etnonasionalisme-bela Negara di masyarakat Gayo tidak terlepas dari adanya alasan atau motif yang mendasari mengapa masyarakat Gayo melaksanakan transformasi etnonasionalisme-bela Negara. Adapun alasannya dapat dirumuskan menjadi tiga yaitu: 1. Ingin survive. 2. Merasa senasib dan sepenangungan. 3. Merasa ikut memerdekakan Indonesia.

Berkaitan dengan alasan yang pertama, masyarakat Suku Gayo merasa akan dapat bertahan dari segala ancaman yang datang kepada Suku Gayo jika mereka bersama dan bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), walaupun rasa atau paham etnonasionalisme amat kuat dalam diri masyarakat Gayo tetapi dapat dihilangkan bahkan

218

diarahkan karena alasan ingin survive. Karena perasaan etnis ialah sebuah perasaan kolektivitas yang dimiliki anggotanya seperti kesamaan gaya hidup, sejarah, dan bahasa, namun identifikasi mereka terhadap tanah air nenek moyang bersifat lemah dan beresiko untuk hilang sama sekali (Oommen 2009, hlm. 69).

Masyarakat Gayo selama ini merasa terasingkan atau termarginalkan dari kehidupan perpolitikan, budaya dll. di Provinsi Aceh, bahkan termaginalkan dalam segi pembangunan, kesehatan, kesejahteraan dan pendidikan sehingga untuk melindungi dan menjaga eksistensi dari kelompok etnis lainnya maka masyarakat Gayo melakukan transformasi etnonasionalisme pada suku mereka. Upaya marjinalisasi ini akan berlangsung melalui proses-proses diskursif seperti stereotyping, jarak sosial dan macam sebagainya, maupun melalui praktif-praktik koersif-represif (Bertrand, 2004). Keinginan untuk tetap eksis/survive sebagai sebuah etnis dalam diri masyarakat Gayo amat kuat, maka masyarakat Gayo berusaha mempertahankannya.

Perasaan termarginalkan tersebutlah yang sedikit banyaknya mengembangkan perasaan anti, dan perasaan berbeda antara masyarakat Suku Gayo dengan masyarakat Suku Aceh, walaupun masyarakat Suku Gayo dan Aceh berada dalam wilayah administrasi yang sama (Provinsi Aceh). Perbedaan tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Suku Gayo saja kebanyakan dari masyarakat Suku Aceh juga beranggapan hal yang sama. Hal ini lah yang menyebabkan Masyarakat Suku Gayo sering tidak sepaham dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh Masyarakat Suku Aceh dalam Pemerintah Aceh, seperti persoalan wali naggore, bendera, lagu kebangsaan dll.

Kedua, merasa senasib dan sepenanggungan. Masyarakat Gayo merasa senasib dan sepenangungan dengan kelompok-kelompok etnis/suku bangsa yang ada diwilayah Negara Republik Indonesia. Nasionalisme akan tampak didalam kenyataan apabila rakyat biasa sebagai penyandang identitas membayangkan dirinya sendiri sebagai anggota dari suatu komunitas yang abstrak (Tilaar 2007, hlm. 27). Timbulnya kesadaran masyarakat Gayo untuk bersatu dimotivasi oleh tujuan dan keadaan masyarakat Gayo yang belum sejahteraan. Sehingga keinginan memiliki kehidupan yang lebih layak, aman dan damai merupakan tujuan dan impian. Maka cita-cita inilah yang mendasari mereka merasa senasib dan sepenanggungan dengan etnis suku bangsa lainnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nasionalisme merupakan perasaan senasib/sepenanggungan dalam lingkup bangsa dalam bentuk kepedulian terhadap masalah bangsa. Maka dari itu tidak ada alasan bagi masyarakat Suku Gayo untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketiga ialah ikut memerdekakan Indonesia, pada masa kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1945, Radio Rimba Raya menyiarkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tanah Gayo karena itulah masyarakat Gayo merasa memiliki bangsa dan negara Indonesia maka masyarakat Gayo wajib mempertahakannya kesatuan dan persatuan Indonesia. Masyarakat Suku Gayo merasa sebagai etnis yang berperan sebagai bagian dalam pembentukan Negara Indonesia, maka dari pandangan inilah muncul keinginan untuk melakukan proses transformasi etnonasionalisme menjadi nasionalisme Indonesia Suku Gayo hanya salah satu suku yang berperan dalam pembentukan Negara Indonesia, masih banyak suku-suku lain yang jauh lebih berperan (dominan) dalam perjuangan memerdekakan dan membangun Negara Indonesia. Kesadaran tersebutlah yang membuat masyarakat Suku Gayo tidak memunculkan sifat etnosentrisme untuk menetang dan mengancam Negara Kesatuan

219

Republik Indonesia. Etnosentrisme secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai paham seseorang yang menilai kebudayaan-kebudayaan lain, melulu menurut ukuran yang berlaku dalam kebudayaannya sendiri (Ihromi dalam Simajuntak 2012, hlm. 158-159).

Motif Transformasi Etnonasionalisme-Bela Negara Masyarakat Suku Gayo

Gambar 2. Dokumen pribadi Ketiga alasan inilah yang membuat proses transformasi dapat berjalan dengan baik

dan optimal pada masyarakat Suku Gayo. Masyarakat Suku Gayo selalu menginginkan kondisi yang ideal dalam kehidupan mereka, sama seperti suku atau etnis lainnya yang ada di Indonesia. Untuk mendapatkan kondisi ideal tersebut masyarakat Suku Gayo harus melakukan transformasi etnonasionalisme-bela negara. KESIMPULAN

Transformasi etnonasionalisme-bela negara pada Masyarakat Suku Gayo adalah perubahan mindset Masyarakat Suku Gayo yang etnonasionalisme kearah nasionalisme bela negara kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Transformasi etnonasionalisme-bela negara dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta mengedepankan asas kekeluargaan dan memperhatikan kearifan lokal masyarakat Suku Gayo. Transformasi etnonasionalisme dijalankan oleh keluarga, pemerintah, tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, proses tersebut berlangsung dalam tiga tahapan, tahapan pertama dilingkungan keluarga, tahapan kedua dilingkungan masyarakat dan dilingkungan sekolah. Secara khusus transformasi etnonasionalisme-bela negara dilandasi oleh keinginan survive, merasa senasib, merasa memerdekakan Indonesia Tetapi secara umum transformasi etnonasionalisme tersebut dilandasi kesadaran masyarakat Suku Gayo akan pentingnya keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irwan (2002). Tantangan Pembangunan Ekonomi Dan Transformasi Sosial: Suatu

Pendekatan Budaya. Humaniora VOLUME XIV No. 3/2002.

Fahrimal, Yuhdi, Syamsuddin M. Noor, Hasrullah 2016 The Media Framing Related To The Polemic About The Legalization Of The Flag Qanun And Logogram Of Aceh. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.

Zon, Fadli, 2002, Gerakan Etnonasionalis. Bubarnya Imperium Uni Soviet, Jakarta: Sinar Harapan.

220

The Habibie Center, 2013 Kajian Perdamaian Dan Kebijakan Edisi 04/Agustus 2013

Kuntowijoyo. (2006). Budaya Dan Masyarakat (Edisi Paripurna). Yogyakarta: Tiara Wacana

Kaelan & Zubaidi, Achmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma: Yogyakarta.

Agustino, Leo. Yusoff, Agus Mohammad. 2008. Proliferasi dan Etno-Nasionalisme daripada Pemberdayaan dalam Pemekaran Daerah di Indonesia. Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Sept

221

Miles B. Matthew dan Humberman A. Michael. (1992). Analisis data kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Nordholt, H.S. dan G. van Klinken. 2007. Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV-Jakarta.

Oommen, TK. (2009). Kewarganegaraan, Kebangsaan, dan Etnisitas. PT: Kreasi Wacana.

Oxford English Reference Dictionary, 2003:1530).

Pandie B. W. David. (2009), Transformasi Birokrasi Menjangkau Indonesia Sehat. Bandung. UNPAD Press.

Roshwald, Aviel. 2001, Etnic nationalism & the fall of empires: central Europe, Russia & the middle east 1914-1923 (London: routledge, 2001). Hlm. 68

Sagita, Nanda Winar. Mawardi Umar, Zainal Abidin. 2016, Konflik Antar Etnis Di Tanah Gayo: Tinjauan Interaksi Sosial Antar Etnis Jawa Dan Etnis Aceh Tahun 1989-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 59-79.

Simanjuntak Bungaran Antonius. (2009). Korelasi kebudayaan dan pendidikan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. (2012). Otonomi Daerah, Etnonasionalisme dan Masa Depan Indonesia.Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

222

Kurniawan 2014 Aspek Hukum Pembentukan Qanun No. 3/2013 Tentang Bendera Dan Lambang Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 62, Th. Xvi (April, 2014), Pp. 57-84

222

PENDIDIKAN KARAKTER PANCASILA UNTUK GENERASI MUDA INDONESIA

DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA SOSIAL

Sri Hidayati

Pascasarjana Teknologi Persenjataan, Universitas Pertahanan

Abstrak

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action) dalam pengembangan kebajikan moral, pembelajaran sosial dan emosional, serta pengembangan unsur-unsur harkat dan martabat manusia sehingga mengakar kuat dalam dirinya nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Memasuki perkembangan teknologi yang semakin pesat ini, karakter bangsa semakin tergerus dan terpengaruhi oleh arus globalisasi, sehingga diperlukan konten tandingan sebagai upaya penangkalan ancaman nyata tersebut. Membumikan pancasila dalam ranah media sosial ini dapat berupa konten kreatif kebangsaan yang dibentuk dalam video, meme, maupun games, dan disebarkan melalui sinergitas akun-akun resmi pemerintah dan simpul masyarakat sipil. Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Pancasila, Media Sosial PENDAHULUAN

Pada abad XXI ini, seiring berkembangnya zaman dan teknologi, sifat dan karakteristik perang yang mengancam kedaulatan NKRI turut berubah dan berkembang. Melihat perkembangan penggunaan telepon seluler, internet dan media sosial yang sangat luar biasa, Indonesia sangat rawan menjadi kancah proxy war 1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) proxy war adalah perang perpanjangan tangan, yaitu perang yang dilakukan oleh suatu pihak kepada pihak lain dengan menggunakan pihak ketiga.

Dalam kamus Oxford online proxy war memiliki pengertian perang yang diinisiasi oleh kekuatan besar dimana dirinya tidak terlibat langsung (a war instigated by a major power which does not itself become involved).

Salah satu media utama dalam aksi proxy war adalah melalui media sosial. Dimana media sosial telah menciptakan ruang publik baru, yang tak hanya dapat menghubungkan bangsa di seluruh pelosok Indonesia, namun disisi lain kerap kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan ujaran kebencian, dan hasutan. Hal ini dapat dilacak dari banyaknya retweet dan postingan seputar informasi yang bermaterikan pahampaham intoleransi dan radikalisme. Media sosial menjadi salah satu saluran komunikasi penyebaran paham radikal serta cenderung memberi ruang lebih pada kekerasan dalam narasi pemberitaan mengenai radikalisme dan terorisme2. Media sosial memiliki peran cukup berpengaruh dalam merubah kondisi sosial masyarakat. Meningkatnya peredaran konten yang mengkampanyekan ideologi alternatif dan berseberangan dengan Pancasila menegaskan bahwa dinamika media sosial kian hari kian banal oleh paham-paham anti kebangsaan.

Indonesia berada di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna internet. Berdasarkan data statistik pengguna internet di Indonesia, jumlah pengguna internet

1 Republika. Panglima TNI : Indonesia rawan menjadi sasaran proxy war.http://nasional.republika.co.id. (25

November 2017) 2 Tribunnews. 2016. Peneliti Pusat Politik LIPI M Hamdan Basyar : Penyebaran Radikal dan Terorisme Media

Sosial Tak Boleh Dianggap Remeh. http://www.tribunnews.com. (18 Februari 2016)

223

di Indonesia tahun 2016 adalah 132,7 juta user atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia , dengan pengguna terbanyak datang dari kelompor umur 25-29 tahun3. Berdasarkan fenomena tersebut, ciri-ciri generasi Z telah menggambarkan generasi pemuda Indonesia saat ini. Dimana karakteristik dari gen Z dilansir dari gettingsmart.com adalah sebagai berikut (1) internet, teknologi, perang, terorisme, resesi, dan media sosial telah membentuk kehidupan. (2) Gen Z adalah tech savvy. (3) media sosial telah menghubungkan satu sama lain secara global. (4) internet telah menghubungkan secara global dengan pengetahuan. (5) cerdas, dan nilai IQ mereka lebih tinggi dari generasi sebelumnya. (6) fleksibel dan mengharapkan fleksibilitas dari institusi. (7) menerima beragam populasi.

Oleh karena itu, pada era cyberspace saat ini, selain pemerintah terus berupaya untuk memblokir situs atau menindak para penyebarnya berdasarkan UU ITE, diperlukan juga taktik yang komprehensif untuk membentuk karakter generasi muda Indonesia agar dapat sesuai dengan jati diri bangsa. Salah satunya dengan memperkuat persebaran materi konten yang berisi muatan ideologis kebangsaan dan pancasila melalui media sosial, dapat berupa konten kreatif kebangsaan yang dibentuk dalam video, meme, dan game yang kemudian disebarkan melalui sinergitas akun-akun resmi pemerintah dan simpul masyarakat sipil. Dapat dikatakan model pendidikan karakter pancasila yang dibahas pada Paper ini adalah perwujudan dari pendidikan bela negara kekinian atau dalam istilah generasi muda saat ini, pendidikan bela negara

224

1945 dengan memanfaatkan kemajuan perkembangan teknologi terutama melalui media sosial yang paling banyak digandrungi oleh generasi muda Indonesia saat ini. Pembinaan Bela Negara Melalui Pendidikan Karakter Pancasila di Media Sosial

Pembinaan kesadaran bela negara dilakukan untuk menanamkan sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI berdasarkan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Pembinaan kesadaran bela negara Pembinaan kesadaran bela negara bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai sehingga setiap warga negara memiliki kesadaran dan mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Pembinaan kesadaran bela negara diarahkan untuk menangkal faham-faham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia 5.

Globalisasi dan perubahan sosial yang tidak dapat diduga lagi pada saat ini telah menimbulkan ketidakpastian dan menyebabkan bergesernya pola kehidupan dan nilai yang dianut oleh masyarakat. Oleh karena itu pancasila tetap harus menjadi sebuah tolak ukur mengenai karakter jati diri bangsa dan menjadi sebuah pedoman perilaku bagi bangsa Indonesia. Implementasi pendidikan karakter pancasila berbasis IT sebagai upaya pembinaan bela negara perlu dilakukan sebagai bentuk penguatan karakter pancasila kepada pemuda pemudi Indonesia

Gambar 1. Perilaku Pengguna Internet Indonesia

(Sumber: APJII 2016)

Hasil survey yang dilakukan oleh APJII, perilaku pengguna internet Indonesia berdasarkan konten media sosial yang sering dikunjungi didapatkan facebook dengan persentase sebesar 71,6 juta pengguna atau 54% dan urutan kedua adalah Instagram sebesar 19,9 juta pengguna atau 15%. Berdasarkan perilaku pengguna internet tersebut, pemerintah juga dapat

5 Kemenhan. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia.

225

memanfaatkan media sosial untuk menanamkan pendidikan Pancasila kepada generasi muda Indonesia. Hal ini sekaligus juga dapat membantu mensukseskan program pemerintah yang dalam kurun waktu 10 tahun ke depan menargetkan 100 juta kader bela negara di seluruh wilayah Indonesia. Pendidikan Karakter Pancasila Melalui Permainan (Games)

Model pendidikan karakter pancasila melalui permainan (games) adalah suatu cara untuk mengemas pancasila menjadi suatu hal yang menarik dan populer di kalangan generasi muda Indonesia. Melalui games kreatif, para generasi muda diajak untuk lebih memahami dan juga mengerti nilai-nilai pancasila. Salah satu permainan yang diminati oleh generasi muda adalah permainan strategi pada umumnya dimainkan di media elektronik seperti handphone dan computer. Permainan ini memiliki berbagai manfaat yang secara tidak langsung akan dialami oleh para pemainnya, salah satunya dapat mempelajari bagaimana cara menentukan langkah sebelum melakukan sebuah aksi, Sehingga dari permainan, generasi muda dapat mempelajari setiap baik dan buruk mengenai suatu hal.

Salah satu permainan karya anak Indonesia yang mengaplikasikan dan mempopulerkan pancasila adalah Games

226

atau karakter.

227

Video singkat yang dibuat oleh Satlantas Polres Aceh Besar ini viral di media sosial serta mendapat pujian dari netizen karena mampu mengedukasi masyarakat dan mensosialisasikan peraturan keselamatan berlalu lintas dengan cara yang kreatif dan

228

Gambar 5.Integrasi Semua Elemen Dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter Pancasila Bela Negara Berbasis IT

Indikator tercapainya karakter Pancasila pada generasi muda Indonesia adalah sebagai berikut: a. Paham nilai-nilai dalam pancasila b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari c. Menjadikan pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara. d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai pancasila. e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara. KESIMPULAN

Berdasarkan tulisan di atas, sebagai upaya untuk menguatkan karakter bangsa yang semakin tergerus dan terpengaruhi oleh arus globalisasi, perlu dilakukan upaya membumikan pancasila melalui konten-konten kreatif dengan memanfaatkan ranah media sosial, yang dapat berupa games, video, dan meme kreatif. SARAN

Hal yang perlu diperhatikan adalah perlu adanya sinergitas akun-akun resmi pemerintah terutama kementrian informasi dan informatika serta simpul masyarakat sipil untuk membumikan dan menviralkan nilai-nilai pancasila di media sosial. DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ryacudu, Ryamizard. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia. Jakarta: Kementerian Pertahanan RI.

Siahaan, Timbul. 2014.Tataran Dasar Bela Negara. Jakarta: Kementerian Pertahanan RI. Tim Penyusun KBBI. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

229

Wiggins & Bowers. 2014. Memes as genre: A structural analysis of the memescape. New York, NY: Sage Publications.

Perundang-undangan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2017 Tentang Badan Siber Dan Sandi Negara

Website

Republika. Panglima TNI : Indonesia rawan menjadi sasaran proxy war .http://nasional.republika.co.id. (25 November 2017)

Tribunnews. 2016. Peneliti Pusat Politik LIPI M Hamdan Basyar : Penyebaran Radikal dan Terorisme Media Sosial Tak Boleh Dianggap Remeh. http://www.tribunnews.com. (18 Februari 2016)

APJII. 2016. Buletin APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Edisi 05-November 2016.

Ayurawagil, Kustin. Daftar Tugas Badan Siber Negara. www.cnnindonesia.com. (03 Juni 2017)

Pradana dan Sudjudi. 2017. Perancangan Game Vimala Sebagai Media Untuk Mempopulerkan Pancasila Secara Menghibur dan Informatif. ITB : Jurnal Seni Rupa dan Desain.

Hsu, Jheremy. 2014. For the U.S. Military, Video Games Get Serious. www.livescience.com. (19 Agustus 2010)

230

Existential Vacuum, Makna Hidup dan Karakter Bangsa : Program Bela

Negara dalam Kerangka Pikir Filsafat Manusia

Meitty Josephin Balontia

Mahasiswa Magister Jurusan Diplomasi Pertahanan

Universitas Pertahanan

Abstrak Berkurangnya nasionalisme serta masuknya pola pikir asing merupakan indikasi dari usaha manusia Indonesia untuk memenuhi makna hidupnya. Dalam kerangka pikir Viktor Frankl, hal ini secara serentak menunjukkan adanya kekosongan eksistensial (existential vacuum) dalam diri manusia Indonesia. Existential Vacuum hanya mungkin diatasi dengan pemenuhan makna sejati setiap individu. Bagi manusia Indonesia, makna hidup erat kaitannya dengan nilai yang mengakar dalam masyarakat. Nilai ini terangkum dalam dasar negara yakni, Pancasila. Pembangunan karakter bangsa bisa dipahami sebagai usaha untuk membentuk individu Indonesia yang menghayati nilai Pancasila secara menyeluruh. Dengan demikian, pembangunan karakter bangsa melalui program Bela Negara tidak hanya perlu dilihat dalam konteks pertahanan negara tetapi dalam konteks yang lebih dalam yakni, pemenuhan makna hidup manusia Indonesia. Kata kunci: Nasionalisme, Makna Hidup, Pancasila, Viktor Frankl, Existential Vacuum,

Eksistensi Manusia, Bela Negara, Filsafat Manusia

PENDAHULUAN

Program Bela Negara yang digagas sebagai bentuk perwujudan revolusi mental di bawah pemerintahan Joko Widodo, berangkat dari kesadaran akan adanya ancaman ideologi yang muncul belakangan ini. Ancaman ideologi masuk dalam berbagai bentuk antara lain; radikalisme, sikap acuh tak acuh, konsumerisme, dan lain sebagainya. Masuknya ideologi ini tidak hanya berpengaruh pada cara pandang manusia Indonesia tetapi menembus hingga pada cara berada (cara hidup) nya. Fenomena-fenomena seperti narkoba, bom bunuh diri, media social addict, dan cara hidup yang dianggap modern atau kekinian adalah realisasi dari ideologi baru yang masuk bersama Globalisasi. Bersamaan dengan lahirnya fenomena fenomena di atas, nasionalisme di kalangan masyarakat pun semakin menipis. Dengan demikian, akan sangat mudah mengarahkan tuduhan kepada Globalisasi sebagai penyebab dari permasalahan masyarakat yang berujung pada berkurangnya nasionalisme.

Pandangan diatas tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar. Betul, bahwa ideologi dan

231

Kondisi tidak adanya atau kurangnya makna dalam diri manusia oleh Viktor Frankl, dipahami sebagai Existential Vacuum atau kekosongan eksistensial. Dengan menggunakan kerangka pikir Viktor Frankl, penulis akan mencoba menganalisa bagaimana Existential Vacuum terjadi pula di tengah masyarakat Indonesia, dan bagaimana kekosongan eksistensial ini terjadi justru akibat gagalnya internalisasi nilai Pancasila dalam diri manusia Indonesia. Program Bela Negara yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia dapat dilihat sebagai usaha nyata untuk melampaui kegagalan internalisasi nilai Pancasila tersebut. Dengan program ini, diharapkan manusia Indonesia kembali memenuhi makna hidupnya secara menyeluruh sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia yang terangkum dalam Pancasila. Titik Tolak: Kompleksitas dan Makna Hidup Manusia

Apa itu manusia? Dan bagaimana makna bisa menjadi persoalan fundamental dalam kehidupan manusia? Adalah Viktor Frankl, seorang psikiater dan filsuf Austria yang mencoba menganalisa jiwa manusia dalam kaitannya dengan makna hidup. Tulisan yang dihasilkannya tidak hanya berasal dari berbagai teori melainkan refleksi intelektual atas pengalaman hidupnya, khususnya di kamp konsentrasi NAZI. Frankl adalah satu dari 6 juta orang berdarah Yahudi yang ditangkap selama pendudukan NAZI. Seluruh keluarga termasuk isteri nya meninggal di kamp konsentrasi. Selama menjalani penderitaannya, ia membangun tesis utama yang nantinya akan menjadi landasan utama dari berbagai tulisannya yakni, sejauh manusia memiliki makna untuk hidup maka ia dapat menjalani penderitaan apapun. Seberat apapun penderitaan seseorang, manusia akan sanggup menanggungnya selama ia memiliki alasan atau makna dibalik itu. Untuk menganalisa peran makna terhadap hidup manusia, Frankl membangun satu metode yang dikenal sebagai logotherapy. Metode ini berfokus pada pencarian dan pemenuhan makna hidup manusia.

Dalam logotherapy, ada asumsi dasar bahwa kehidupan dalam berbagai kondisinya selalu memiliki makna. Artinya, bahkan dalam kondisi terburuk pun, makna selalu hadir dalam kehidupan. Motivasi utama dari manusia untuk tetap hidup adalah hasrat manusia untuk menemukan makna dalam kehidupannya. Dengan kata lain, makna lah yang mendorong manusia untuk tetap mempertahankan hidupnya. Proses analisa Frankl terhadap manusia membawa ia pada kesimpulan bahwa makna hidup terkait erat dengan aspek-aspek mendasar manusia.

Aspek-aspek dasar manusia dan bagaimana makna bisa menjadi hal fundamental dalam hidup manusia, dijelaskan oleh Frankl dalam bukunya

232

Pertanyaannya, melalui apa manusia bisa mencapai makna hidup? Setidaknya terdapat tiga cara manusia memperoleh makna dalam hidupnya, yakni: 1) melalui hasil karya manusia itu sendiri; 2) melalui pengalaman perjumpaan dan cinta; 3) dan melalui takdir yang tidak bisa diubah (terutama penderitaan)2. Ketiga hal di atas dapat menjadi jembatan bagi manusia untuk bisa bersentuhan dengan makna hidupnya.

Lantas, bagaimana jika manusia gagal mendapatkan makna hidup? Kegagalan

233

terakhir tidak hanya menjadi transit dan tujuan peredaran narkoba melainkan juga menjadi pasar potensial sekaligus produsen narkoba.4

Alasan itu tentu sesuai dengan data yang ditemukan di lapangan. Namun perlu didalami kembali alasan paling mendasar dari para pengguna Narkoba itu sendiri. Betul bahwa Indonesia kini menjadi pasar potensial. Akan tetapi, ketika kita berbicara mengenai pasar, kita sekaligus berbicara mengenai hukum permintaan dan penawaran. Apa yang menyebabkan permintaan akan narkoba meningkat? Saat dihadapkan dengan pertanyaan ini, kita perlu kembali melihat peran aktif dari pengguna narkoba yang menjadi awal mula dari meningkatnya permintaan akan narkoba. Analisa terhadap subjek pelaku atau pengguna narkoba dapat dimulai dengan mengacu pada 3 aspek dasar manusia, yang disampaikan pada tulisan sebelumnya. Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sikap dimana keseluruhan sikap manusia digerakkan untuk mencapai makna hidupnya. Dalam kasus penggunaan narkoba, ada berbagai alasan yang mendorong manusia untuk menggunakan narkoba antara lain, karena lingkungan serta persoalan pribadi seperti stress /depresi. Pengaruh lingkungan dapat terlihat dari alasan-

234

Tabel 1 Data Pengguna Aktif Facebook di Dunia (www.tekno.liputan6.com) Dari sekian juta itu, berapa banyak yang dapat digolongkan sebagai media Social

addict? Media social addict memiliki berbagai tolok ukur antara lain: jumlah waktu yang seseorang habiskan untuk melihat media sosialnya, jumlah postingan yang dibagikan, serta aspek psikologis yang terwujud dalam keinginan seseorang agar posting yang dibagikan

235

landasan tetapi juga tujuan dari seluruh masyarakat Indonesia. Negara Indonesia sendiri terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Kita secara serempak meyakini bahwa meskipun berbeda-beda, kita semua adalah satu kesatuan dibawah negara Indonesia. Kita adalah satu bangsa. Menurut Anthony D.Smith, bangsa merupakan kumpulan manusia yang berbagi sejarah, budaya, bahasa, dan etnis yang sama, yang tak jarang mencari pemerintahannya sendiri. Hal ini pun sudah disadari oleh para pemuda di zaman penjajahan Belanda, sehingga mereka secara satu suara mengumandangkan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda yang berisi janji setia para kaum muda Indonesia terhadap bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia adalah bukti bahwa manusia Indonesia sadar akan jati dirinya sebagai satu kesatuan. Perasaan satu inilah yang melahirkan kesadaran akan berbangsa. Sebagai suatu bangsa, kita pun dipersatukan oleh dasar negara yang terangkum dalam Pancasila. Dasar negara inilah yang memuat nilai-nilai luhur yang menjadi pijakan sekaligus tujuan kita dalam hidup bermasyarakat.

Nilai-nilai tersebut tidaklah terlepas dari kehidupan masyarakat Indonesia. Nilai tersebut justru berasal dari budaya yang ada. Artinya, nilai tersebut tidak datang dari luar melainkan khas Indonesia. Karena berasal dari budaya Indonesia, Pancasila kemudian bisa dipandang sebagai suatu ideologi yang membawa makna hidup khas Indonesia. Dengan demikian, untuk membentuk manusia Indonesia yang memiliki kepenuhan makna, kita perlu mengembalikannya kepada nilai-nilai budaya khas Indonesia yakni, Pancasila.

Adapun nilai-nilai Pancasila yang berangkat dari budaya Indonesia meliputi: nilai religius, kesatuan, musyawarah, dan prinsip hidup berkeadilan. Tercerabutnya manusia Indonesia dari nilai-nilai ini berbanding lurus dengan memudarnya semangat nasionalisme di tengah masyarakat. Hal tersebut terjadi karena sebagai dasar negara yang berasal dari nilai budaya, Pancasila tidak hanya dipahami sebagai kompas yang dapat menunjukkan arah negara tetapi juga, sebagai jati diri masyarakat Indonesia. Negara Indonesia dan budaya bergerak beriringan dan saling terkait. Nilai-nilai budaya lah yang menjiwai negara. Jika nilai-nilai budaya tercabut maka apa yang dapat menjiwai kehidupan bernegara? Kondisi inilah yang meredupkan sinar nasionalisme. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa memudarnya nasionalisme merupakan indikasi dari hilangnya makna sejati manusia Indonesia. Atau dengan kata lain, memudarnya nasionalisme adalah bukti dari kekosongan eksistensial manusia Indonesia.

Kesadaran akan pentingnya mempertahankan nilai-nilai Pancasila kiranya sudah disadari oleh pemerintah. Melalui program Bela Negara, pemerintah Indonesia berusaha untuk mengembalikan kesadaran nasionalisme di tengah masyarakat. Jika dilihat dari sudut pandang refleksi filosofis, Program Bela Negara ini, bukan semata-mata dibuat untuk mempererat kesatuan tetapi lebih dari pada itu, sebagai suatu wadah untuk mengembalikan manusia Indonesia kepada kepenuhan makna sejatinya.

Sejak pemerintahan Joko Widodo, program Bela Negara menjadi kegiatan prioritas khususnya bagi Kementerian Pertahanan. Program ini bertujuan untuk membentuk individu yang memiliki kesadaran, kepribadian, dan identitas yang selaras dengan nilai luhur khas Indonesia. Bagi kepentingan pertahanan, pembentukan individu Indonesia ini perlu dilakukan

236

sebagai perwujudan revolusi mental sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi ancaman6.

Adapun nilai-nilai yang dikembangkan dalam program Bela Negara adalah Cinta Tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara. Kelima nilai ini dianggap perlu dalam rangka membentuk kepribadian bangsa.

Kepribadian bangsa diharapkan dapat terserap ke dalam diri setiap manusia Indonesia. Diharapkan dengan itu, nilai-nilai Pancasila yang adalah bagian dari kepribadian bangsa dapat mengembalikan makna hidup manusia Indonesia seutuhnya. Dengan internalisasi nilai-nilai Pancasila, manusia Indonesia dapat kembali memaknai hidupnya dengan nilai-nilai budaya yang luhur. Dengan demikian, manusia Indonesia tidak lagi mengalami kekosongan eksistensial. Jika kekosongan eksistensial berhasil dilampaui, maka segala fenomena di atas tentu bisa teratasi. PENUTUP

Berbagai fenomena seperti penggunaan narkoba, bom bunuh diri, dan media Social addict merupakan indikasi dari berkurangnya nasionalisme di dalam diri masyarakat. Hal

237

https://www.kemhan.go.id/2017/04/17/menhan-program-bela-negara-untuk-membentukidentitas-bangsa.html

237

NOTULENSI PEM APARAN DOSEN

Topik 1 Universitas Pertahanan Indonesia Sebagai Poros Bela Negara-Bangsa Nama Aris Arif Mundayat, Ph.D Pemaparan Universitas Pertahanan Indonesia sebagai poros Bela negara, sangat

berperan penting dalam menjaga diri dari konsep pragmatisme sekuluer dan memperkuat Afektif kognitif Pasca nationalis, fetologi, iman, ideology terkait keyakinan. Napoleon bilang: insitusi pendidikan hal yang penting untuk bela negara, negara modern bergantung pada institusi pendidkan, tantangan kebangsaan, munculnya kesadaran pragmatisme sekuler, kesadaran keagamaan pasca nasionalis hal ini sangat bertentangan. Generasi dengan kemajuan teknologi sudah tidak peduli lagi dengan ideologi sosialis komunis, teknologi merebut cara beripikir generasi dan menjadi kekuatan kolektif, gerakan ini membentuk ikatan yang berbasis politik keagaaman karena adanya rasa keterpinggiran karakter pergerakan perluasan faithology, dua kekuatan menjadi suatu tantangan, sehingga Unhan menjadi poros bela negara karena punya legitimasi yang kuat.

Pertanyaan 1. Kenapa pancasila tidak cukup? 2. Bagaimana Pancasila menjawab tantangan?, Apakah tidak terlalu dini

anda menyimpulkan gerakan aithology menyebar seccara sentrifugal? Jawaban 1. Karena kita sudah melalui masa pasca nasionalis, kita harus membuat

gagasan yang sifatnya lebih majemuk, sehingga aplikasi pancasilanya, yang harus kita kuatkan. Strategi

2. Hal ini telah nyata yaitu pada gerakan 411 212, faithology itu dalam pengaruhnya, dan pancasila harus begitu juga.

Topik 2 Program Pertahanan dalam Mendorong Perekonomian Nasional Studi

Kasus Pembangunan Jalan Trans Papua Nama Dr. Posma Sarigama Pemaparan Ekonomi pertahanan dari sisi ekonomi, dengan tujuan, ekonomi menjadi

masalah besar di Indonesia, perang ekonomi melalaui proxy war, TNI harus berperan dalam perekonomian Inodonesia, misalnya Indonesia timur yang masih terisolasi dan ketertinggalan, program pemerintah yang melibatkan TNI untuk membuka jalan, TNI harus memberikan dampak yang baik bagi keekonomian Indonesia, peran TNI di Papua, TNI bekerja dari sisi penawaran karena untuk meningkatkan keekonomian, karena sipil tidak mungkin bisa masuk ke wilayah, sehingga perlu peningkatan anggaran pertahanan, anggaran pertahanana juga harus bermanfaat bagi masayarakat, dan peran TNI di perkuaT diperbatasan

Pertanyaan 1. P4B kenapa tidak disinggung? Apakah sudah dianalisa? 2. Oprasi militer punya kontribusi ekonomikah? Sisi lain sejarah TNI yang

terlibat dalam ekonomi di larang? 3. Pertahanan mendukung ekonomi atau ekonomi mendukung pertahanan?

Jawaban 1. Saya hanya melakukan tinjauan pustaka saja, saya hanya melakukan FGD dengan masayarakat Papua.

2. Bidang ekonomi tidak boleh diintervensi pemerintah, TNI hanya menjadi alat ppertahanan yang membantu sektor ekonomi, tpi jika TNI tidak boleh berbisnis TNI juga melakukan bisnis dengan koperasi,

238

3. Harus dua duanya pak

Topik 3 Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan (Bangtekindhan) Nama Dr. Sutrimo Pemaparan Pengembangan teknologi industri pertahanan dalam rangka kemandirian

bangsa. Saat ini dunia single polar, kapitalisme,. Fenomena negara yang kuat yang mampu menghasilkan teknologi alusista pertahanan, sehingga negara harus mandiri membuat teknologi pertahanan Indonesia harus menguasau teknoologi militer, bagaiman mempercepata kemandirian teknologi alutsista, dibuthkan kebijkan untukpengembangan industri, yaitu pemerintah, industri dan perguruan tinggi yang terintegratif.

Pertanyaan Semua contoh negara ada memang bagus tapi efek nya juga harus di bayar mahal.

Jawaban Tidak akan terjdi kerena sudah ada UU Pertahanan, yang berisi hukum2 internasional, harus mengembankan teknologi pertahanan, kita lemah di elektronika

Topik 4 Strategi Pengambilan Putusan Untuk Pengembangan Pertahanan Nasional

Menggunakan Multi Criteria Decision Making Nama Dr. Rahmat Fadhil Pemaparan Pengambilan keputusan pertahanan nasional dengan decision making

Pengambilan kepuutsan harus melibatkan: 1. Ahli (SDLC) kategori pakar: pendidikanformal, prkatisi, formal dan praktisi. 2. Pertimbangan MCDM :kriteria program pertahanan banyak dengan anggaran harus besar, Indonesia anggaran pertahanana no 1 terbesar di Asia, Kebijkan pertahanan harus melalaui pertimbangan tertentu yaitu dengan pakar

Pertanyaan Apa keandalan M CDM ? Jawaban M CDM dilakukan dengan memprioritaskan, mcdm sempeat ditolak di amerka

namun mendaptkan masukan dunia Karen adianggap mampu dengan bantuan

pakar

Topik 5 Upaya Pembentukan Karakter Bangsa Pada Generasi Muda Melalui

Kegiatan Bela Negara Pada Organisasi Mahasiswa Nama Dr. Yanif Dwi Kuncoro, M.Si. Pemaparan Upaya pembentukan karakter bangsa pada generasi muda mlalui kegiatan bela

negara organisasi mahasiswa. Pembinaan kareakter generasi muda yang masih

belum kont inyu dan cenderung mementum Pertanyaan Bagaimana upaya pendiikan bela negara yang kont inyu? Jawaban Dengan mentoring yang terus menerus dilakukan pada kader bela negara,

dengan penguatan kader organisasi

Topik 6 Sistem Ketahanan Nasional Berbasis Nilai-Nilai Philosophische

Grondslag (Pancasila) Nama Dr. Fatkhul Muin, S.H., LL.M. Pemaparan Sistem ketahanan nasional berbasis nilai-nilai pancasila. Filosofi Grondslag .

Nilai-nilai pancasila ada paham kemanusiaa, demokarasi yang mana harus

dijadikan dasar dalam set iap t indakan dan keputusan yang bersifat spesifik dan

menyeluruh.

239

Pertanyaan Bagaimana sistem ini agar tercapai?

Jawaban Pancasila jadi cantolan set iap kebijakan

Topik 7 Strukturisasi Masyarakat Papua Dalam Menjaga Keutuhan NKRI Dalam

Era Globalisasi Nama Dr. Mhd Halkis Pemaparan Struktur masayarakat : papua dalam menjaga keutuhannegara Pemerintah

telah mengeluarkan uu otonomi untuk maslah vert ikal papua, opm menggagu

keutuhuna nkri, sda freeport yang masih menyerap Bagaimana struktur

pemerintah otonomi khusu papua mepertahankan. Pertanyaan Apakah struturasi watak dari masayarakat atau pemaknaan? Jawaban M enggunkan Kosr Disiplin, Teori-Teori Bela Negara

Topik 8 Analisis Isi Kurikulum Bela Negara Dalam Studi Ilmu Hubungan

Internasional Nama Laode Muhammad Fathun Pemaparan UPN veteran Jakarta sudah berkomitmen untuk mebangun Indonesia melalui

pendidikan. Salah satu contoh bela negara yaitu adanya matakuliah di jurusan

Hubungan Internasional UPN yang memuat materi-materi bela negara. M ateri

bela negara dibagi 2 yaitu hard dan soft , tujuannya untuk membangun

ident itas, norma dan linguist ic, pengakajian keamanan internsional dan

strateginya serta ekonomi polit ik. Pertanyaan 1. Ini lebih ke kurikulum HI, bisa jelsakan mana bagian bela negara?

2. Konteks kurukulum saudara yang kaitannya dengan bela negara di sebelah

mana?

3. Apa kurikulum HI yang konstrukt ivis dan t idak? Jawaban 1. Kami fokus pada sosialisai dari pendidikan

2. Kami mengart ikan bela negara dalam pendidikan yaitu dengan menjadikan

Indonesia sebagai fokus kajian.

3. Susah dibedakan karena sebuah realita adalah konstrukt ivisme

Topik 9 Korupsi Sebagai Bagian Dari Perang Proxy Nama Raden Mas Jerry Indrawan, M.Si. Han. Pemaparan Korupsi sebagai ancaman nir militer, atau peranng proxy, korupsi berdampak

besar, menghancurkan ekonomi, sehingga kita butuh nilai-nilai bela negara

untuk menangkal korupsi. Pertanyaan 1. Bahayanya beranggapan kalau semua yang terjadi adalah proxy war, kamu

akan menyalahkan orang lain dan kita lemah.

2. Korupsi siapa musuhnya? Bukan proxy war tetapi mot if ekonomi Jawaban 1. Proxy war selama ini dipahami secara general, sehingga harus dipopulerkan,

termasuk dalam kasus korupsi

2. Penyadaran proxy war dalam materi bela negara

Topik 10 Aktualisasi Pancasila Peluang Baru bagi Generasi Milenial Nama Dr. Willfridus Demetrius Siga Pemaparan Aktualisasi Pancasila Peluang Baru bagi Generasi M ilineal Ancaman: peluang,

kapitalisme ,post modernasi, cyberspace, Indonesia masih perkecimpung

dengan konflik ident itas bangsa. Kita harus memutuskan lingkaran kekerasan,

menumbuhkan semangat kelimpok. Implementasinya, menjadi manusia yang

utuh, mencintai kebenaran, hormat pada keragaman ident itas

240

Pertanyaan Gambaran kesuraman yang ada di Indonesia terlalu berlebihan, apakah

Indonesia sesuram itu? Jawaban Banyaknya masyarakat miskin memang bukan jast if ikasi, namun hal ini ada

karena bangsa kita malas akibat teknologi atau apat is, dan t idak

mentrasformasikan IPTEK

Topik 11 Mengembangkan Kemampuan Pertahanan Siber Guna Mengantisipasi

Ancaman dan Serangan Siber Nama Dr. Rudy Agus Gemilang Gultom Pemaparan M engembangkan penyerangan terhadap sistem informasi mengakibatkan

banyak kerugian, salah satu contohnya perang cyber yang nyata : perang Korea

dan Amerika. Teknik yang digunaka oleh M ax: Dos Doos dll. Bulan M ei yang lalu

RS harapan kita terkena perang soft ware yang semua sistem transkripnya

terkunci dan harus membayar jika mau dibuka. AS memiliki cyber security sejak

2012, AS segera menyusun strategi, untuk melindungi AS dari cyber attack.

Peran sudah mengarah perang unconventional. 6 aspek membangun cyber

defense yang kuat : brainware, hardware dll. Salah satu bentuk bela negara

adalah dibidang cyber yang dapat dilakukan dengan rekomendasi strategis:

M enyusun NCSSP, nat ional cyber sec framework, kerjasama internat ional

NCOC, meningkatkan pendidikan bi cyber, memperkuat materi dib cyber di

universitas, menyusun strategi kerjasama internasional, membangun industri

pertahanan bidang cyber. Pertanyaan Apa langkah yang digunakan untuk mewujudkan cyber efense menjadi nyata? Jawaban harus mempunyai raw model disesuaikan dengan kondisi geografis : means ,

ways, ends. Indonesia memiliki ipoleksosbudhankam, akan lebih baik

ditambahkan sebagai model cyber Indonesia. Dalam scientific reason : harus

mempelajari banyak sumber baru menentukan mana yang terbaik

Topik 12 Program Pertukaran Pelajar Mampu Mengembangkan Potensi Mahasiswa Nama Dr. Ratna Pemaparan Program pertukaaran pelajar mampu memngembangkan potensi mahaswa,

contohnya AIESEC, mahasiswa menjadi duta Indonesia, kemendririan sangat

dibutuhkan untuk mahasiswa. M elalui program ini mahasiswa akan dilat ih

menyesuaikan diri, hasil penelit ian menunjukan adanya hubungan yang

signifikan, antara kemandirian dan penyesuaian diri terhadap mahasiswa yang

ikut exchange. Pertanyaan 1. Logika yang digunakan t iak cocok, kenaapa penelit ian ini diangakat?

2. kesimpulan lebih mandiri dan mampu menyesuaikan diri mahasiswa yang

keluar negeri disbanding yang t idak, t idak bisa dijadikan dasar. Apakah

sudah ada pembanding? Jawaban 1. Karena kamndirian bagian dari pondasi bela negara.

2. penelit ian belum sampai kesitu

Topik 13 Penanaman Nilai-Nilai Bela Negara Dalam Menghadapi Ancaman Krisis

Nasionalisme Dan Kesadaran Tata Susila Masyarakat Nama Novky Asmoro, M.Si (Han) Pemaparan Penanaman nilai2 bela negara, bela negara harus diterima oleh seluruh

kalangan. M asalah yang masih dihadapi :

241

242

Topik 17 Hambatan dan Tantangan Implementasi Bela Negara di Perguruan Tinggi Nama Maskarto Pemaparan Hambatan dan tantangan implementasi bela negaraa di perguruan t inggi.

Dibutuhkan SDM kualitas, kreat if, dan inovat if dan berkarakter, apakah bisa

melalui pkn saja. Sehingga dilakukan bentuk penelit ia empiris untuk

mengetahui hal itu. Dosen harus berkompeten di lat ih di lemhanas , banyaknya

hambatan dan tantangan yang menjadikan upaya belanegara t idak opt imal,

membutuhkan dosen yang terlat ih di Lemhanas. Pertanyaan Ide bapak apa untuk merubah karakter t idak menjadi knowladge, Jawaban Dosen kewarganegarraan t idak berkompetensi, membutuhkan pelat ihan dari

lemhanas.

243

NOTULENSI HASIL DISKUSI SEM INAR

No Judul & Pembicara Rangkuman Paparan Pertanyaan Jawab

1 Judul: St rategi

Pengembangan

Karakter Bangsa

melalui

implementasi Nilai-

Nilai Bela Negara

untuk menghadapi

ancaman nyata.

Finalis: Eman

Sukmana

(Sesi 1) pemapar 1

Latar Belakang:

- Karakter bangsa yg dimulai dari karakter individu,

representasi dari karakter individu

- Ist ilah bela negara , pendidikan bela negara, dan

nilai-nilai bela negara

- Ada potensi ancaman yang mengganggu

kedaulatan negara, keutuhan wilayah

- Pendidikan dasar bela negara dilakukan di awal sbg

pembekalan yang dilakukan di Universitas

Pertahanan

M etode: Deskript if analisis

Teori: teori kesisteman, dan teori sosial budaya.

Kesisteman yang dinamis, karena be negara selalu

berubah2

M anusia selalu dilandasi oleh perubahan kemanjuan.

Hasil:

- Karakter bangsa dibangun oleh individu dan

dipengaruhi oleh keluarga dan masyarakat .

- M enurut RPJN karakter bangsa merupakan visi

pertama dari 8 visi

- Bela negara= hasil dari sebuah penciptaan

sebuah negara

- Pendidikan dasar bela negara; pembentuk

karakter bangsa

- Nilai-nilai bela negara yg diimplementasikan

akan mengembangkan karakter bela negara

- Bela negara= pertahanan nasional

- Ancaman nyata

- Negara memberikan pendidikan bela negara

pada mhsiswa, nilai-nilai bela negara akan

1. Kita harus membuat konsep

yang general, agar dipahami

Apa nilai-nilai bela negara di

create oleh mahasiswa atau

oleh inst itusi lain?

Spirit bela negara itu

terbentuk karna faktor

lingkungan dan faktor kognit if

yg terlembagakan, mana yg

lebih besar pengaruhnya?

2. Karakter bangsa adalah

representasi dari , apakah

prinsip ini menjadikan anda

yakin bahwa t idak menjadikan

persoalan saat anda keluar

dari Unhan nant i?

1. n

adalah

bela

sebu

dari b

2. ked

pertama

semi

Gn. B

244

memperokoh pertahanan untuk menghadapi

ancaman.

- Karakter bangsa akan berkembang dan

memperkokoh pertahanan negara.

- Implementasi Nilai-Nilai Bela Negara di Kampus

Unhan

1. Cinta tanah air: kuliah sejarah perang, KBBN,

IPHS, sishanneg.

2. Kesadaran berbangsa dan bernegara: mencintai

produk dalam negeri

3. Yakin pancasila sbg ideologi bangsa; saling

menghormat i

4. Rela berkorban utk bangsa dan negara :

5. M emiliki kemampuan awal bela negara

Kesimpulan

St rategi pengembangan karakter bangsa melalui

pendidikan karakter bela negara.

Prinsip pelaksanaan : interakt if, berkelanjutan, nilai

dikembangkan, Integrasi dengan mata kuliah.

2 Judul: St rategi

M embangun

Karakter Bangsa di

Era Digital melalui

Pendidikan

berwawasan

sejarah berbasis

lingkugan

ekst rakurikuler

siswa sekolah

Finalis: Sugandi

(sesi 1) pemapar 2

Latar Belakang:

- Ancaman nyata pelajar tawuran,

- Teknologi digital sangat berkembang pesat ,

Indonesia harus siap menerimanya

- Teknologi memberikan faktor negat if dan

posit if : dimanfaatkan unutk e-commerce dan

berwirausaha.

- Indonesia memiliki budaya dan suku, namun

akan hilang karena teknologi karena maraknya

media sosial yang kurang dipercayai.

Tujuan: M emperkuat karakter bangsa melalui

pendidikan berwawasan sejarah bangsa Indonesia

berbasis lingkungan ekst rakurikuler siswa sekolah

Teori:

- Indonesia adalah bangsa yang besar memiliki

- Apa yang anda maksud

dengan budaya Indonesia?

- Apa yang anda maksud

dengan budaya asing? Apakah

budaya indonesia sudah

selesai?

- Anda katakan budaya

indonesia berbasis kearifan

lokal, banyak kearifan lokal

indonesia yang t idak

memberikan tempat pada

wanita.

- Stretegi yg anda paparkan?

- Bu

lo

ad

di

- Bu

di

sis

- H

sej

245

kearifan lokal dn nilai-nilai yang khas.

- Sejarah memberikan informasi mengenai

keberhasilan dan kegagalan bangsa dalam

Hasil:

- Konsep nasionalisme dan pendidikan

berwawasan sejarah:

a. M engembangkan semangat kebangsaan,

membangun kepedulian sosial,

mengembangkan kejujuran, rasa ingin

tahu, sikap kepemimpinan,

b. Pendidikan sejarah

Kemampuan intelektual, kemampuan

psikomotorik dan nilai yang terkandung

dalam set iap perist iwa sejarah dapat

bermakna. Sehingga dapat

mengembangkan jat idiri bangsa untuk

menghadapi tantangan di masa yang akan

datang

- Ekst rakurikuler

Tujuan program kegiatan ekst rakurikuler

adalah untuk memperdalam dan memperluas

pengetahuan siswa, mengenal hubungan

antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat

dan minat , serta melengkapi upaya pembinaan

manusia seutuhnya.

Kesimpulan:

- Kehadiran Budaya Asing memberikan dampak

negat if pada mental siswa, dan melunturkan

nilai-nilai pancasila.

- Peran pent ing pendidikan berwawasan sejarah

pada program kegiatan ekst rakulikuler sekolah.

sehingga siswa/ I sekolah tercipta hubungan

yang posit if antara pemahaman sejarah

pergerakan bangsa Indonesia.

Saran : perlu dilakukan riset lebih lanjut

246

3 Judul: Scriptural

Reasoning, Dialog

Hat i, Dan 12 Nilai

Perdamaian Sebagai

Upaya Penanaman

Nilai Bela Negara

Dalam M encegah

Konflik Agama Dan

Radikalisme

Finalis: Uswatun

Hasanah

(sesi 1) pemapar 3

Latar belakang:

- Konflik yang terjadi banyak disebabkan karena

kominitas agama

- Konflik di Indonesia: perbedaan keyakinan,muncul

agama baru

Landasan :

- Peraturan Bersama M enteri Agama dan

M enteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun

2006/ Nomor 8 Tahun 2006.

- Peraturan Bersama M enteri Agama dan

M enteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun

2006/ Nomor 8 Tahun 2006.

- Dua hukum utama dalam agama.

Dalam surat Al-Ikhlas ayat 1 dan 2.

- M enurut buku tataran dasar bela negara 5 nilai

bela negara:

Hasil: solusi?

- Implementasi oleh SR ini dilakukan oleh kaum

muslim dan kristen.

- Dialog hat i: dialog yg bertujuan mengenali

masalah antara dua agama, merumuskan

pemecahan masalah secara arif. Implementasi

nya dengan menerapkan ekst rakurikuler rohani

integrasi antara kristen dan islam.

- 12 nilai perdamaian : menerima diri, prasangka,

perbedaan etnis, perbedaan agama, perbedaan

1. (2) Skrip jika diinterpretasikan

bisa menimbulkan resiko. Jika

lintas agama menggunakan

reasoning script apa resiko

yang dihasilkan, tolong

dijelaskan?

2. M enutup konflik:

menghadirkan fasilitator.

reproduksi empat i sehingga

skrip-skrip tersebut t idak

menimbulkan konflik.

3. Prasangka terhadap perilaku

atau prasangka terhadap

ajarannya?

1. Scr

acu

d

mem

menjad

2.

3.

4.

247

jenis kelamin, perbedaan status ekonomi,

perbedaan kelompok atau geng,

keanekaragaman, konflik, menolak kekerasan,

mengakui kesalahan, memberi maaf.

- Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC)

Kesimpulan:

- Implementasi pada metode ini dengan

melakukan Penanaman 12 nilai perdamaian

pada set iap jenjang pendidikan.

- YIPC tersebut telah menggunakan metode-

metode tersebut dalam mencegah konflik antar

agama

- Telah mempraktekkan bela negara dengan

penanaman toleransi untuk menciptakan

perdamaian

5 Judul: Transformasi

Etnonasionalisme

Bela Negara suku

Gayo

Finalis: Irwan Putra

(Sesi 1) pemapar 4

Latar belakang:

- Pandangan kita saat ini bahwa orang aceh

separat is, tetapi ada suku di aceh yang

nasionalis yaitu gayo.

- Nasionalis, kapan? Saat membantu TNI

memburu GAM .

Hasil:

- Transformasi etnonasionalisme ke

nasionalisme: merubah dari cinta t rhadap suku

menjadi cinta pada negara.

- Proses t ransformasi : dari keluarga

(pengenalan), dari masyarakat (penanaman),

sekolah dan pesant ren (pembinaan).

- M ot if t ransformasi : ingin survive, merasa

senasib dan sepenanggungan, merasa ikut

memerdekaan indonesia. Karena tujuannya

untuk memperoleh kesejahteraan.

1. Dari presentasi mendengar

bahwa orang gayo t idak bisa

bahasa gayo, apa t idak

bangga dengan bahasa

sendiri?

2. Dalam paparan ini belum saya

lihat karya ilmiahnya

3. (6)Paparan bisa dilanjutkan

agar menjadi karya ilmiah.

4. (3)Nasionalisme adalah visi

bersama, maka ada

nasionalisme nasional dan

naasionalisme lokal, jika kita

memang sepakat dengan

Bhineka Tunggal Ika, namun

yang dibicarakan bukan

t ransformasi dari

etnonasionalisme ke

nasionalisme itu sendiri.

1.

2.

3.

248

Kesimpulan:

Transformasi etnonasionalisme-bela negara pada

M asyarakat Suku Gayo merupakan perubahan mindset

dari etnonasionalisme kearah nasionalisme.

Transformasi etnonasionalisme-bela negara

dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan

dengan mengedepankan asas kekeluargaan serta

kearifan lokal M asyarakat Suku Gayo.

6 Judul: Pendidikan

Karakter Pancasila

Untuk Generasi

M uda Indonesia

Dengan

M emanfaatkan

M edia Sosial

Finalis: Sri Hidayat i

Sesi 2 Pemapar 2

Latar Belakang:

- Pengguna internet di Indonesia

- 3 media sosial terbanyak yaitu FB dan

Instagram

- Generasi Z , internet dan teknologi

menghubungkan antar personal.

- Karakter bangsa semakin hari semakin tergerus

- M edsos menciptakan ruang publik baru.

- Diperlukan takt ik yang komprehensif untuk

mempertahankan karakter bangsa.

M etode:

Hasil:

- Tren komunikasi

249

kreat if.

7 Judul: Pemanfaatan

UAV (Unmanned

Aerial Vehicle)

Untuk Pengawasan

Keamanan

Kabupaten Natuna

Sebagai Bentuk

Implementasi Bela

Negara

Finalis: Fat ih Rahma

Luthfiana

Sesi 2 Pemapar 2

Latar belakang :

- Ancaman di Kabupaten Natuna yaitu Illegal

fishing, human t rafficking, penyelundupan

narkoba, klaim Laut China Selatan.

- Wilayah Laut Indonesia diklaim oleh China

sebagai wilayahnya, oleh karena itu diperlukan

sistem pengawasan yang canggih.

Hasil:

- Sistem pertahanan terkendala oleh kondisi

cuaca dan pengamat visual untuk mencari

target pada jarak yang jauh

- Solusi: Salah satu solusi peningkatan sistem

pengawasan adalah dengan menggunakan UAV

(Unmanned Aerial Vehicle) yaitu pesawat tanpa

awak yang beroperasi dari jarak yang jauh ,

yang dikendalikan oleh pilot di ground stat ion

-

Kesimpulan

Implementasi Bela Negara:

250

Utara sebagai bentuk implementasi bela

negara dilakukan dengan meningkatkan

keamanan marit im, daratan, dan dirgantara.

8 Judul: Kont ribusi

mata pelajaran

geografi dalam

meningkatkan

semangat bela

negara siswa SM A

di provinsi Aceh

Finalis: Ahmad

Nubli Gadeng

Sesi2 pemapar 3

Latar Belakang :

- Bela Negara (pasal 27 ayat 3)

- Indonesia berada pada peringkat 95 dari 106

negara dalam konteks wawasan kebangsaan.

- M enghubungkan matapelajaran geografi

dengan cinta tanah air

Tujuan:

M etode:

Hasil:

- Penyebab rendahnya wawasan kebangsaan

Kurangnya rasa memiliki Indonesia, nilai

dest rukt if dari budaya luar, matapelajaran PKn

tkurang maksimal dan pelajaran geografi t idak

wajib di Indonesia.

- Berbagai negara maju mewajibkan pelajaran

Geografi.

- Bela negara dapat dit ingkatkan melalui

pendidikan geografi.

- M ata pelajaran geografi juga membahas mat ra

darat , mat ra laut dan mat ra udara.

- Silabus mata pelajaran geografi

Kesimpulan

- M elalui mata pelajaran geografi dapat

menumbuhkan rasa cinta tanah air dan

semangat bela negara

1. (pak sovian) Negara

Indonesia t idak

mencantumkan geografi

sbg matapelajaran wajib.

M engident ifikasi, kenapa

negara kita sepert i itu?

Sehingga harus mampu

diyakinkan stake holder

tersebut . Pelajaran

geografi dianggap rumit .

2. (4) kont ribusi ini secara

umum hampir sama.

M asalah masalah yang

muncul banyak yang

terkait dengan sikap dan

mental anak muda,

bagaimana kaitan

geografi dengan sikap

dan mental, t idak hanya

pengetahuan?

1.

2.

251

- Peran guru pembelajaran mempengaruhi

semangat belajar peserta didik

- M enjadikan mata pelajaran geografi jadi mata

pelajaran wajib di indonesia.

9 Judul: Pengenalan

Pancasila Pada Anak

Usia Dini Sebagai

Implementasi

Pendidikan Bela

Negara Dan

Perlindungan

Generasi M uda

Terhadap Ancaman

Non-M iliter

Finalis: Andi

M anggepe

M anggabarani

Sesi 3 Pemapar 2

Latar Belakang:

- Pancasila merupakan grand design bangsa

Indonesia yang berart i berasal dan untuk

negara itu sendiri

- Sistem pendidikan saat ini, nilai-nilai pancasila

sulit diinternalisasi.

- Empat fakta kajian

- Isu lingkunagn st rategis

a. Ancaman ideologi

b. Generasi emas

c. Primordialisme

d. Budaya dan Globalisasi

Landasan Pemikiran : Pancasila, UUD 1945, UU tentang

Sistem Pendidikan nasional

Landasan Teori: Teori Fungsional dan Teori

M etode:

Hasil:

- Indeks ketahanan Nasional agregat 2,6 (kurang

tangguh).

- M aka dibangun konsepsi untuk

membangunnya antara lain kebijakan presiden,

st rategi, dan memaksimalkan konsep kebijakan

tersebut .

- Penanaman nilai-nilai pancasila harus

disinergikan antara guru dan tenaga pendidik,

tenaga pendidik yang berkompeten mampu

1. (3) idealnya landasan teori

dikaitkan dengan fenomena,

jelaskan bagaimana anda

mengkaitkan teori tersebut

dengan semua rekomendasi

dan saran tersebut .?

2. (2) M engapa pada saat di

awal pemaparan dijelaskan

sangat filosofis, namun di

akhir hasilnya sangat

prakt ical?

1. T

f

mas

ji

p

b

mas

2.

252

memberi contoh yang lebih dipercaya.

- Konsep 10S yaitu senyum, salam, sapa, sabar,

syukur,sehat ,sugih, semangat , sukses dan

surga.

Kesimpulan:

Pengenalan Pancasila pada anak usia dini sebagai

implemetasi bela negara dan perlindungan generasi

muda terhadap ancaman non-militer khusunya

degradasi moral melalui dunia pendidikan dapat

dilakukan dengan perbaikan kurikulum pendidikan yang

mencakup tentang cakupan dan program pembelajaran,

peningkatan kualitas tenaga pendidik, dan

pengembangan metode pengajaran

10 Judul: Konsep

Gotong Royong

Sebagai Salah Satu

M odel Pendidikan

Bela Negara Untuk

Opt imalisasi

Penggunaan Energi

Baru Terbaharukan

(EBT) M enuju

Kemandirian Energi

Finalis: Rani

Agust iani

Latar Belakang:

- Penerapan budaya gotong royong di

masyarakat

- Dapat diterapkan untuk mengatasi masalah

energy

- Indonesia tergantung oleh energi fosil,

sedangkan cadangan menipis.

- Penggunaan EBT 2017 yaitu 7% dari target 11 %

Tujuan: M encapai kemandirian energi Indonesia

M etode:

Hasil:

- M odel pendidikan bela negara, suatu acuan

untuk mengajarkan nilai-nilai bela negara.

Pembinaaan kesadaran bela negara melalui

pendalaman nilai-nilai pancasila pada

masyarakat pesisir. Indonesia memiliki potensi

masyarakat pesisir yang sangat besar.

- M ikroalga dipilih karena menyerap emisi CO2,

dan t idak berkompet isi dengan kebutuhan

1. (3) bentuk kerjasama

antara 3 pihak namun

dalam realitanya t idak

sepert i itu, apa ant isipasi

jika mereka bekerja

sendiri2?

Bagaimana gotong

royong bisa membantu?

1.

2.

253

pangan.

- M asyarakat bersama-sama mengumpulkan

mikroalga yang dapat ditemukan diwilayah

pesisir. Selanjutnya, mikoralgae yang

dikumpulkan diolah oleh pihak Swasta melalui

fasilitas yang telah dibangun dengan dukungan

Pemerintah.

- Upaya ini diharapkan mampu menciptakan

energi berkelanjutan, dikarenakan mikroalga

yang digunakan sebagai sumber energi

merupakan sumber energi yang mudah

didapat , ramah lingkungan, dan beregenerasi

dengan cepat .

Kesimpulan

1. Budaya gotong royong dapat tercapai melalui

penerapan model pendidikan bela negara

2. Target penggunaan EBT sebagai salah satu ciri

kemandirian energi diharapkan dapat tercapai

melalui konsep gotong royong antara

pemerintah, swasta, dan masyarakat

11 Judul:

Program Bela

Negara dalam

Kerangka Pikir

Filsafat M anusia

(Viktor Frankl)

Finalis: M eit ty

Josephin Balont ia

Sesi 3 pemapar 1

Latar Belakang:

- Berkurangnya nasionalisme. Banyak fenomena-

fenomena bom bunuh diri.

- Nilai-nilai globalisasi

- Apakah benar fenomena tesebut disebabkan

karena globalisasi? Jawabannya t idak.

- Yaitu karena adanya peran akt if manusia dalam

mencari makna hidup.

- Kondisi existensial vacuum kondisi dimana ada

kekosongan makna.

-

Teori : Logotheraphy Victor Frankl

M anusia merupakan pencari makna hidup, memiliki

kebebasan, menentukan sikap.

1. (2) jika memang ingin

menggunakan konsep

kekosongan makna sebagai

ancaman ketahanan nasional,

kita membayangkan agen

dar. Apakah negara dapat

mengisi kekosongan

tersebut?.

- Kepent ingan selalu ada,

maka jika kepent ingan-

kepent ingan tersebut

kosong.

2. (1) Poin yg menarik dlm

kelembagaan yaitu

1.

-

254

Hasil:

manifestasi dari kejenuhan yaitu kecanduan, depresi,

agresi.

- Negara kita sudah terbentuk jadi pasar

potensial produsen narkoba.

- Hal ini berkaitan dengan supply and demand,

dalam hal ini peran akt if pengguna narkoba.

- Kecanduan sebagai suatu indikasi kekosongan

eksistensial.

- Kecanduan media sosial

- Wujud Agresi, bom bunuh diri di tengah

masyarakat.

Kesimpulan:

Solusi yaitu mengembalikan manusia ke akarnya.

M anusia tumbuh dan berakar dalam budayanya. Nilai-

nilai tersebut terangkum dalam pancasila.

M elalui program bela negara.

perilaku. Apakah perilaku

itu sesuai dengan

harapan ataukah lain.

Perilaku melenceng dari

t iap individu karena

ket idak pedulian

kelompok, bagaimana

bahwa persoalan

kelompok menjadi

pent ing. Persoalan besar,

mentransfer nilai bela

negara, bagaimana

mentransfer nilai bela

negara tersebut kepada

kelompok-klompok

tersebut .

M oderator : Drs. Tatar Bonar

Reviewer : (1) Dr. Taryono M .Si (IPB)

(2) Prof Purwo Santoso,M A, PhD (UGM )

(3) Dr. Iman Subono (UI)

(4) Dr. Elin Yulinah Sukandar, Apt (ITB)

(5) Febriant ina Dewi, SE., M M , M Sc (IPB)

(6) Kol Kes. Dr. Sovian Aritonang (UNHAN)

255

DOKUM ENTASI KEGIATAN SEM INAR

Peserta Seminar Sambutan KaLPPM

Reviewer Seminar Sesi Diskusi

Sesi Foto Bersama Penyerahan Plakat