Teknologi Mekanik 1, Kelas x Semester 1

download Teknologi Mekanik 1, Kelas x Semester 1

of 381

description

share,,,file diklat

Transcript of Teknologi Mekanik 1, Kelas x Semester 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, ketrampilan serta sikap secara utuh. Tuntutan proses pencapaiannya melalui pembelajaran pada sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dalam mencapai kompetensi tersebut. Buku teks bahan ajar ini berjudul Teknologi Mekanik 1 berisi empat bagian utama yaitu: pendahuluan, pembelajaran, evaluasi, dan penutup yang materinya membahas sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk SMK Program Keahlian Teknik Mesin pada Paket Keahlian Teknik Pemesinan yang pada kelas X semester 1. Materi dalam buku teks bahan ajar ini meliputi: Keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L), Pengetahuan bahan teknik, Teknik pengujian logam, Teknik penggunaan alat ukur dan Teknik penggunaan perkakas tangan. Buku Teks Bahan Ajar ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai sejumlah kompetensi yang diharapkan dalam dituangkan dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar.sesuai deng pendekatan scientific approach yang dipergunakan dalam kurikulum 2013, siswa diminta untuk memberanikan dalam mecari dan menggali kompetensi yang ada dala kehidupan dan sumber yang terbentang disekitar kita, dan dalam pembelajarannya peran Guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dalam mempelajari buku ini. Guru diusahakan untuk memperkaya dengan mengkreasi mata pembelajaran dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan rng bersumber relevan yang bersumber dari alam sekitar kita.Penyusunan Buku Teks Bahan Ajar ini dibawah koordinasi Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, yang akan dipergunakan dalam tahap awal penerepan kurikulum 2013. Buku Teks Bahan Ajar ini merupakan dokumen sumber belajar yang senantiasa dapat diperbaiki, diperbaharui dan dimutahirkan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Maka dari itu, kritik dan saran serta masukan dari berbagai pihak diharapkan dapat meningkatkan dan menyempurnakan kualitas isi maupun mutu buku ini.

B. Petunjuk Penggunaan Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan buku teks bahan ajar ini, siswa perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :

a). Langkah-langkah belajar yang ditempuh

a. Menyiapkan semua bukti penguasaan kemampuan awal yang diperlukan sebagai persyaratan untuk mempelajari modul ini.

b. Mengikuti test kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari buku teks bahan ajar ini

c. Mempelajari modul ini secara teliti dan seksama

b). Perlengkapan yang perlu disiapkan

a. Buku sumber/referensi yang relevanb. Pakaian untuk melaksanakan kegiatan praktikc. Alat-alat ukur dan alat pemeriksaan benda kerja

d. Lembar pengerjaan / Job Sheet /Lab sheete. Bahan/material/specimen lain yang diperlukan

f. Buku catatan harian

g. Alat tulis dan,

h. Perlengkapan lainnya yang diperlukan

C. Tujuan Akhir

Setelah mempelajari buku teks bahan ajar ini peserta diklat diharapkan dapat:

a. Menerapkan dan melaksanakan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan

b. Mendeskripsikan dan menerapkan pengetahuan bahan teknik c. Mendeskripsikan dan melakukan teknik pengujian logamd. Menerapkan dan melaksanakan teknik penggunaan alat ukure. Menerapkan dan melaksanakan teknik penggunaan perkakas tanganD. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran Teknologi Mekanik 1KOMPETENSI INTI

(KELAS XI)KOMPETENSI DASAR

KI-1

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya1.1 Menyadari sempurnanya ciptaan Tuhan tentang alam dan fenomenanya dalam mengaplikasikan teknologi mekanik pada kehidupan sehari-hari.

1.2 Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam mengaplikasikan teknologi mekanik pada kehidupan sehari-hari

KI-2

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia2.1 Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam dalam mengaplikasikan teknologi mekanik pada kehidupan sehari-hari..

2.2 Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam mengaplikasikan teknologi mekanik pada kehidupan sehari-hari.pemesinan bubut pada kehidupan sehari-hari.

2.3 Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam melakukan tugas mengaplikasikan teknologi mekanik.

KI-3

Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah3.1 Menerapkan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)

3.2 Mendeskripsikan pengetahuan bahan (ferrous dan non ferrous)

3.3 Mendeskripsikan teknik pengujian logam (ferrous dan non ferrous)

3.4 Menerapkan teknik penggunaan alat ukur

3.5 Menerapkan teknik penggunaan perkakas tangan

KI-4

Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung4.1 Melaksanakan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)

4.2 Menerapkan pengetahuan bahan (ferrous dan non ferrous)

4.3 Melakukan teknik pengujian logam (ferrous dan non ferrous)

4.4 Melaksanakan teknik penggunaan alat ukur

4.5 Melaksanakan teknik penggunaan perkakas tangan

E. Cek Kemampuan Awal

Sebelum memulai kegiatan pembelajaran Teknologi Mekanik1, diharapkan siswa melakukan cek kemampuan awal untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan dasar yang telah dimiliki. Yaitu dengan cara memberi tanda berupa cek list () pada kolom pilihan jawaban berikut ini.

No.Daftar PertanyaanPilhan Jawaban

SudahBelum

1.Materi: Keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)

2.Apakah anda sudah dapat menjelaskan pengertian keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan

3.Apakah anda sudah dapat menjelaskan Undang-undang keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan

4.Apakah anda sudah dapat menjelaskan tujuan dan ruang lingkup keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan

5.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi jenis-jenis kecelakaan kerja di tempat kerja

6.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi cara pengendalian kecelakaan kerja

7.Apakah anda sudah dapat menjelaskan tindakan setelah terjadi kecelakaan kerja

8.Apakah anda sudah dapat menyebutkan dan mengidenfikasi alat-alat pelindung diri (APD)

Materi Pengetahuan Bahan Teknik :

1.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi jenis-jenis bahan logam (ferro dan non ferro)

2.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi jenis-jenis bahan bukan logam

3.Apakah anda sudah dapat menjelaskan proses pembuatan besi cor dan baja

4.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi jenis-jenis perlakuan panas (heat treatment) pada logam ferro

5.Apakah anda sudah dapat menjelaskan proses pelapisan logam

Materi Teknik Pengujian Logam:

1.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi jenis-jenis dan fungsi pengujian logam

2.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi nama-nama bagian alat dan perlengkapan pengujian logam

3.Apakah anda sudah dapat menerapkan prosedur melakukan pengujian logam

4.Apakah anda sudah dapat menjelaskan pengujian logam merusak (destructive testing)

5.Apakah anda sudah dapat menjelaskan pengujian logam tidak merusak (non destructive testing)

6.Apakah anda sudah dapat menyusun laporan pengujian dengan lab sheet hasil pengujian

Materi: Teknik Penggunaan Alat Ukur

1.Apakah anda sudah dapat menjelaskan jenis dan fungsi alat ukur (dasar dan presisi)

2.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi alat-alat ukur langsung

3.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi alat-alat ukur tak langsung

4.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi alat-alat ukur pembanding

5.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi alat-alat ukur standar

6.Apakah anda sudah dapat menerapkan prosedur pengukuran dengan alat ukur

7.Apakah anda sudah dapat melakukan pengukuran dengan alat ukur

Materi: Teknik Perkakas Tangan

1.Apakah anda sudah dapat mengidentifikasi jenis-jenis perkakas tangan

2.Apakah anda sudah dapat menjelaskan fungsi perkakas tangan

3.Apakah anda sudah dapat menerapkan prosedur menggunakan perkakas tangan

4.Apakah anda sudah dapat menerapkan prosedur pemeliharaan perkakas tangan

5.Apakah anda sudah dapat mengaplikasikan prosedur keselamatan kerja penggunaan perkakas tangan

BAB II

KEGIATAN PEMBELAJARAN II TEKNOLOGI MEKANIK 1A. Deskripsi

Kegiatan pembelajaran teknologi mekanik 1, terdiri dari beberapa kegiatan belajar diantaranya: keselamatan dan kesehatan kerja (K3L), pengetahuan bahan teknik, teknik pengujian logam, teknik penggunaan alat ukur, dan teknik perkakas tangan.B. Kegiatan Belajar 1Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, dengan melalui mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, peserta didik dapat:a. Menjelaskan pengertian keselamatan, kesehatan kerja dan lingkunganb. Menjelaskan Undang-Undang Keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)c. Mengidentifikasi jenis-jenis kecelakaan kerja di tempat kerjad. Mengidentifikasi cara pengendalian kecelakaan kerjae. Menjelaskan tindakan setelah terjadi tindakan kerjaf. Menyebutkan dan mengidentifikasi alat-alat pelindung diri (APD)2. Uraian Materi

Sebelum mempelajari materi keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, lakukan kegiatan sebagai berikut:

Pengamatan:

Silahkan mengamati alat pelindung diri (APD) di tempat kerja (Gambar di bawah ini) atau objek lain sejenis disekitar anda. Selanjutnya tugas anda adalah:

Sebutkan alat-alat pelindung diri (APD) yang anda ketahuiJelaskan fungsi dan kegunaan dari masing-masing alat pelindung diri (APD)

Menanya:

Apabila anda mengalami kesulitan dalam menjawab tugas diatas, bertanyalah/ berdiskusi/ berkomentar kepada sasama teman atau guru yang sedang membimbing anda.

Mengekplorasi:

Kumpulkan data secara individu atau kelompok, terkait tugas tersebut melalui: benda konkrit, dokumen, buku sumber, atau hasil eksperimen.

Mengasosiasi:

Selanjutnya kategorikan/ kelompokkan masing-masing alat pelindung diri (APD) di tempat kerja. Apabila anda sudah melakukan pengelompokan, selanjutnya jelaskan bagaimana cara menggunakannya.Mengkomunikasikan:

Presentasikan hasil pengumpulan data-data anda terkait alat pelindung diri (APD) di tempat kerja, dan selanjutnya buat laporannya.a. Pengertian Kesehatan, Keselamatan Kerja dan LingkunganYang dimaksud dengan kesehatan kerja adalah upaya untuk menciptakan situasi dan kondisi yang sehat bagi pekerja dan lingkungannya. Keselamatan kerja adalah upaya supaya pekerja terhindar dari kecelakaan, peralatan produksi tidak rusak dan hasil produksinya aman. Tempat kerja ialah setiap ruang atau lapangan yang tertutup ataupun terbuka, bergerak atau tetap di mana pekerja berada, atau sering dimasuki pekerja/ orang lain untuk keperluan satu usaha serta tempat-tempat yang terdapat seumber-sumber bahaya. Tempat kerja biasa berada di dalam tanah, di permukaan tanah, di permukaan air, di dalam air dan di udara (di samping tempat-tempat lain yang terdapat kegiatan).b. Undang-Undang Kesehatan, Keselamatan Kerja dan LingkunganUNDANG-UNDANG NO 1 Tahun 1970 tentang Dasar-dasar K3 dan Kelembagaan K3

Pendahuluan

Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengatur tentang Keselamatan Kerja. Meskipun judulnya disebut sebagai Undang-undang Keselamatan Kerja, tetapi materi yang diatur termasuk masalah kesehatan kerja.

Undang-undang ini dimaksudkan untuk menentukan standar yang jelas untuk keselamatan kerja bagi semua karyawan sehingga mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas Nasional; memberikan dasar hukum agar setiap orang selain karyawan yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya dan setiap sumber daya perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien; dan membina norma-norma perlindungan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.

Ruang lingkup Undang-undang ini adalah keselamatan kerja di semua jenis dan tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Selain itu, dalam upaya pelaksanaan undang-undang tersebut, harus dipahami mengenai dasar-dasar keselamatan kerja. Struktur dan persyaratan kelembagaan yang mendukung pelaksanaan undang-undang juga diuraikan secara jelas.BAB I

UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1970

a) Pengertian Tempat Kerja

Yang dimaksud dengan tempat kerja dalam undang-undang (UU) ini adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya terhadap pekerja.

Berikut adalah beberapa pengertian yang terkait dengan tempat kerja :

1). Pengurus: bertugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagian tempat kerja yang berdiri sendiri. Dalam Undang-undang Keselamatan Kerja, pengurus tempat kerja berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya.

2). Pengusaha: orang atau badan hukum yang memiliki atau mewakili pemilik suatu tempat kerja.

3). Direktur: adalah Direktur Jendral Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawas Norma Kerja (sekarang Direktur Jendral Bina Hubungan Industrial dan Pengawas Ketenagakerjaan).

4). Pegawai Pengawas. Seorang pegawai pengawas harus mempunya keahlian khusus yang dalam hal ini adalah menguasai pengetahuan dasar dan praktek dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja melalui suatu proses pendidikan tertentu.

5). Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja: personel yang berada di luar Departemen Tenaga Kerja, dan mempunyai keahlian khusus di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

b) Tujuan

Tujuan daripada UU Keselamatan Kerja adalah :

1). Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.

2). Agar sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.

3). Agar proses produksi dapat berjalan tanpa hambatan apapun.

c) Dasar Hukum

1). Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27

2). Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Ketenagakerjaan.

Beberapa Peraturan yang Berkaitan dengan K3

1). UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun 1948 No. 1, yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.

2). UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang mengatur keselamatan kerja secara umum dan bersifat nasional.

3). UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan atau menjual timah putih kering kecuali untuk keperluan ilmiah dan pengobatan atau dengan izin dari pemerintah.

4). UU Petasan, yang mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukkan untuk kegembiraan/keramaian kecuali untuk keperluan pemerintah.

5). UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rel guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan perdagangan.

6). UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

7). UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial:

Jaminan kecelakaan kerja

Jaminan kematian

Jaminan hari tua

Jaminan pemeliharaan kesehatan

d) Ruang Lingkup

Undang-undang Keselamatan Kerja memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Azas-azas yang digunakan dalam UU No. 1 tahun 1970 adalah :

Azas nationaliteit memberlakukan UU keselamatan kerja kepada setiap warga negara yang berada di wilayah hukum Indonesia (termasuk wilayah kedutaan Indonesia di luar negeri dan terhadap kapal-kapal yang berbendera Indonesia).

Azas teritorial memberlakukan UU keselamatan kerja sebagaimana hukum pidana lainnya kepada setiap orang yang berada di wilayah atau teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing yang tinggal di Indonesia (kecuali yang mendapat kekebalan diplomatik).Dengan demikian, UU ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang didalamnya terdapat 3 unsur, yaitu:

Adanya tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha

Adanya tenaga kerja yang bekerja

Adanya bahaya kerjae) Syarat-syarat K3

Persyaratan tersebut ditetapkan dalam pasal-pasal di bawah ini:

Pasal 3 ayat 1 berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai.

Pasal 2 ayat 3 merupakan escape clausul , sehingga rincian yang ada dalam pasal 3 ayat 1 dapat diubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta penemuan-penemuan di kemudian hari.

Pasal 4 ayat 2, mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis.

f) Pengawasan K3

Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap UU Keselamatan Kerja, sedangkan pegawai pengawas dan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya UU ini dan membantu pelaksanaannya.

g) Pembinaan K3

Undang-undang Keselamatan Kerja mengatur tentang kewajiban pengurus dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya. Undang-undang Keselamatan Kerja juga mengatur kewajiban tenaga kerja. Hal ini juga berlaku pula bagi orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.h) Ketentuan Pelanggaran

Ancaman hukuman dari pelanggaran ketentuan UU Keselamatan Kerja adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda setingginya Rp. 100.000,-. Proses projustisia dilaksanakan sesuai dengan UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.i) Peraturan Pelaksanaan

Dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1). Peraturan pelaksanaan yang bersumber dari Velleigheidsreglement (VR) 1910 berupa peraturan khusus yang masih diberlakukan berdasarkan pasal 17 UU Keselamatan Kerja.

2). Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan UU Keselamatan Kerja sendiri sebagai peraturan organiknya.

BAB II

DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

a) Tujuan K3

Seperti yang sudah dijelaskan dalam UU Keselamatan Kerja, tujuan K3 adalah untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menjamin:

Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan atas keselamatannya.

Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Proses produksi berjalan lancar.

b) Pengertian

1). Pengertian K3

Secara Filosofi :

Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.Secara Keilmuan :

Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Secara Praktis :

Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.

2). Potensi bahaya (Hazard) adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan dan kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.

3). Tingkat bahaya (Danger) adalah ungkapan adanya potensi bahaya secara relative.

4). Risiko (Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.

5). Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontrak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur.

6). Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda.

7). Aman dan selamat adalah kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya).

8). Tindakan tidak aman adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.

9). Keadaan yang tidak aman adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

c) Prinsip Dasar Pencegahan Kecelakaan

Pada dasarnya semua hampir semua kecelakaan dapat dicegah dan dapat diidentifikasi penyebabnya. Dalam usaha pencegahan kecelakaan, penyebab dasar atau akar permasalahan dari suatu kejadian harus dapat diidentifikasi, sehingga tindakan koreksi bisa tepat dilaksanakan untuk mencegah kejadian yang sama. Teori domino, merupakan salah satu teori yang dapat dipakai sebagai acuan dalam proses tersebut.

Rangkaian faktor-faktor penyebab kejadian kecelakaan dalam teori domino dapat diurutkan sbb:

1). Kelemahan pengawasan oleh manajemen (Lack of control management)

2). Penyebab Dasar

3). Sebab yang Merupakan Gejala (Symptom): Kondisi dan Tindakan Tidak Aman

4). Kecelakaan

5). Biaya Kecelakaan

d) Metode Pencegahan Kecelakaan

1). Dalam upaya pencegahan kecelakaan, ada 5 tahapan pokok yaitu:Organisasi K3

2). Menemukan fakta atau masalah: survey, inspeksi, observasi, investigasi dan reviu record kecelakaan.

3). Analisis

4). Dari hasil analisis dapat saja dihasilkan satu atau lebih alternatif pemecahan.

5). Pemilihan / Penetapan alternatif / Pemecahan

6). PelaksanaanMenurut International Labour Organization (ILO), langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja antara lain:

Peraturan Perundang-undangan

Standarisasi

Inspeksi

Riset teknis, medis, psikologis, statistik

Pendidikan dan Pelatihan

Persuasi

Asuransi

e) Analisis Kecelakaan Kerja

Menurut peraturan perundangan, setiap kejadian kecelakaan kerja wajib dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah kecelakaan tersebut terjadi. Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait dengan hubungan kerja.Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja adalah :

Agar pekerja yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk jaminan dan tunjangan

Agar dapat dilakukan penyidikan dan penelitian serta analisis untuk mencegah terulangnya kecelakaan serupa

Dari hasil laporan kecelakaan kerja, harus dilakukan analisis yang mencakup beberapa hal di bawah ini:

1). Tujuan

2). Apa yang dianalisis

3). Siapakah petugas analisis

4). Langkah-langkah analisis

5). Cara analisis

Laporan analisis kecelakaan harus dapat menggambarkan hal-hal sebagai berikut :

Bentuk kecelakaan tipe cidera pada tubuh

Anggota badan yang cidera akibat kecelakaan

Sumber cidera

Type kecelakaan peristiwa yang menyebabkan cidera

Kondisi berbahaya kondisi fisik yang menyebabkan kecelakaan

Penyebab kecelakaan objek, peralatan, mesin berbahaya

Sub penyebab kecelakaan bagian khusus dari mesin, peralatan yang berbahaya

Perbuatan tidak aman

BAB III

KELEMBAGAAN K3

a) Kelembagaan K3

Adalah sebuah organisasi / badan swasta independent, non pemerintah yang bergerak di bidang pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), beranggotakan perusahaan dan lembaga usaha berbadan hukum di Indonesia. Lembaga K3 yang ada di Indonesia pada saat ini adalah : P2K3, DK3N dan PJK3.

P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah suatu lembaga yang dibentuk di perusahan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsure pengusaha dan pekerja.

DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) adalah suatu lembaga yang dibentuk untuk membantu memberi saran dan pertimbangan kepada Menteri tentang usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja.

PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatahn Kerja) adalah suatu lembaga usaha berdasarkan surat keputusan penunjukkan dari Depnakertrans yang bergerak di bidang jasa keselamatan dan kesehatan kerja yang mempunyai ahli K3 di bidangnya.b) Dasar Hukum

Dasar hukumnya adalah UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat 1 dan 2 dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu :

1). Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 125/Men/1984 tentang pembentukan, susunan dan tata kerja DK3N, DK3W dan P2K3.

2). Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang P2K3 serta tata cara penunjukkan ahli K3

3). Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1995 tentang PJK3.

c) Ruang Lingkup

Meliputi latar belakang kebijakan, dasar hokum, tugas dan fungsi serta prosedur pembentukan lembaga P2K3, DK3N dan PJK3.

Tugas Pokok dan Fungsi P2K3 DK3N dan PJK31). P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)Tugas pokok:

Memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha mengenai K3Fungsi:

menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja

membantu menuunjukkan dan menjelaskan K3 pada setiap tenaga kerja

membantu pengusaha dalam mengevaluasi K3

Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No.: Per-04/MEN/1987.2). DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional)Tugas pokok:

Memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri mengenai K3

Fungsi:Menghimpun dan mengolah data K3 di tingkat nasional dan membantu menteri dalam memasyarakatkan K3.

Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No.: Kep. 155/MEN/1994.3). PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja)Tugas pokok :Membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku.Fungsi:Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah K3.

Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No.: Per-04/MEN/1995.

BAB IV

PENUTUP

Materi mengenai Undang-undang No. 1 tahun 1970, Dasar-dasar K3 dan Kelembagaan K3 sudah cukup memadai untuk diberikan kepada para Ahli K3 di perusahaan.

Kaitannya dengan sosialisasi UU Keselamatan Kerja dan peraturan-peraturan yang terkait, harus melibatkan manajemen paling tinggi di suatu perusahaan dan mengharapkan komitmen mereka terhadap UU dan peraturan yang sudah dibuat.c. Tujuan Kesehatan, Keselamatan Kerja Dan LingkunganAdapun tujuan program kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan adalah:

1). Supaya setiap pekerja mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan akibat situasi dan kondisi kerja yang tidak sehat seperti pencemaran lingkungan dan sebagainya.

2). Supaya setiap pekerja mendapat perlindungan dari kecelakaan akibat situasi dan kondisi kerja yang tidak aman.

3). Supaya setiap pekerja mendapatkan perlindungan setinggi-tingginya baik fisik, psikis dan sosial melalui usaha preventif dan kuratif (penyembuhan) dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas kerja.4). Setiap orang yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula kesehatan dan keselamatannya. Setiap sumber produksi dan peralatan harus dapat digunakan secara aman, efsien dan efektif dan selai itu setiap hasil produksi harus dijaga keamanannya.

Khusus di bidang kesehatan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Mencegah dan memberantas penyakti akibat pekerjaan.

b) Peningkatan kesehatan gizi

c) Mempertinggi efisensi tenaga kerja

d) Meningkatkan kegairahan dan keserasian kerja

e) Menghindarkan adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor kerja.

f) Melindungi masyarakat di sekitar perusahaan agar terhindar dari baha-bahaya pencemaran oleh bahan-bahan/ limbah buangan dari perusahaan.

g) Melindungi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh perusahaan karena produksi.

d. Ruang Lingkup Kegiatan Kesehatan, Keselamatan Kerja Dan LingkunganRuang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:

1). Upaya K3 selama seseorang bekerja dalam lingkup tempat kerja atau menurut peraturan perundang-undangan dapat disebut sebagai tempat kerja.

2). Upaya K3 selama seseorang berada dalam lingkungan keluarga di rumah tangga.

3). Upaya K3. selama seseorang berada dalam lingkungan masyarakat.

4). Pembinaan norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja

5). Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.e. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja

Macammacam kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:

1). Terbentur (struck by)

Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan kimia. Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing misal material. 2). Membentur (struck against)

Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek atau bahan-bahan kimia. Contohnya: terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipapipa.3). Terperangkap (caught in, on, between)

Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki pekerja tersangkut di antara papanpapan yang patah di lantai. Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja terkena pagar kawat, sedangkan contoh dari caught between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari pekerja tersangkut dalam bagian mesin yang bergerak.4). Jatuh dari ketinggian (fall from above)

Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya jatuh dari tangga atau atap.5). Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level)

Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.6). Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain)

Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan di luar batas kemampuan.7). Terkena aliran listrik (electrical contact)

Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.8). Terbakar (burn)

Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak dengan percikan, bunga api, atau dengan zat kima yang panas

f. Cara Pengendalian Kecelakaan Kerja

Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil penelitian bahwa, rata-rata diatas 50 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Sumamur mengatakan bahwa sekitar 70-80% kecelakaan kerja karena faktor kelalaian dan kesalahan manusia. Bahkan pakar K3 ada yang berpendapat, bahwa kecelakaan secara langsung atau tidak langsung jika dirunut ke belakang penyebabnya oleh karena faktor manusia. Kesalahan-kesalahan tersebut mungkin saja dilakukan oleh perencanaan dan manajemen perusahaan, oleh kontstruktor pembuat kapal atau perancang mesin atau alat, pengusaha, insinyur teknik dan para ahli, supervisor, operator, atau petugas yang melakukan pemeliharaan dan perawatan peralatan dan tempat kerja.Dalam melakukan identifikasi bahaya, langkah-langkah yang seharusnya dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja adalah :1). Identifikasi BahayaAktivitas yang seharusnya dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya adalah:a) Berkonsultasi dengan pekerja mengenai masalah apa yang ditemukan, dan keadaan bahaya yang belum terdokumentasi.b) Berkonsultasi dengan Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)c) Mempertimbangkan peralatan dan material yang digunakan pekerjad) Pemantauan lingkungan kerja.Dalam kasus di atas, kegiatan pembersihan kapal CPO dilakukan tanpa adanya identifikasi bahaya yang mungkin akan terjadi sehingga pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dan belum adanya prosedur untuk pembersihan kapal sehingga pekerja tidak terlindungi jiwanya dari bahaya yang mungkin dapat terjadi.2). Menilai Risiko dan Seleksi PrioritasPenilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tujuannya untuk menentukan prioritas tindak lanjut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peluang terjadinya sebuah insiden diantaranya:a) Berapa kali situasi terjadinyaSemakin besar paparan maka akan semakin besar peluang insiden yang akan terjadi. Sehingga harus dipertimbangkan terlebih dahulu paparan apa yang terdapat dalam kapal CPO tersebut untuk mengurangi terjadinya insiden kecelakaan akibat kerja.b) Berapa orang yang terpapar

Semakin banyak orang yang terkena, maka semakin banyak insiden yang akan terjadi. Dalam kasus ini, dari dua orang yang menjadi korban sebelumnya kemudian bertambah menjadi enam orang. Apabila tidak segera diketahui penyebabnya, maka akan semakin banyak korban.

c) Ketrampilan dan pengalaman orang yang terkenaPelatihan ketrampilan dan kompetensi yang memadai dalam aktivitas dapat mengurangi insiden. Dalam kasus tersebut, kemungkinan pekerja tidak mendapatkan pelatihan dan kompetensi yang memadai sehingga terjadi kecelakaan kerja.d) Berbagai karakteristik khusus personel yang terlibatBila pekerja mempunyai riwayat penyakit pernafasan, maka risiko meninggal akibat paparan zat kimia akan semakin tinggi.e) Durasi paparanSemakin lama paparan, maka semakin tinggi peluang yang terjadi. Zat kimia dalam kapal CPO sangat cepat bereaksi dengan tubuh sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk menyebabkan orang meninggal.f) Pengaruh posisi seseorang terhadap bahayaSemakin dekat dengan sumber bahaya akan semakin tinggi peluang terjadinya risiko. Pekerja yang tadinya dalam posisi aman, karena bermaksud untuk menolong temannya maka ia menjadi dekat dengan sumber bahaya dengan tanpa disadari sehingga dia juga menjadi terpapar bahaya sehingga menyebabkan meninggal dunia.

g) Distraksi, tekanan waktu atau kondisi tempat kerja yang dapat mempengaruhi kehati-hatian dalam melakukan aktivitas.

h) Jumlah material atau tingkat paparanJumlah paparan dan tingkat paparan dalalm kasus ini belum diketahui, karena sebelum melakukan pembersihan tidak dilakukan analisis ataupun penilaian terhadap bahaya yang mungkin terjadi.

i) Kondisi lingkungan dan kondisi peralatan

j) Efektivitas pengendalian yang ada apakah telah dilaksanakan atau belum.3). Menetapkan Pengendalian

Dalam melakukan pengendalian harus dimulai dari tindakan yang terbesar. Tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan untuk menghilangkan penyebab bahaya jika tidak memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan atau mengurangi peluang terjadinya risiko adalah: dengan mengganti peralatan (substitusi); melakukan desain ulang dari perangkat kerja (engineering); melakukan isolasi sumber bahaya. Dalam kasus ini seharusnya dilakukan isolasi terhadap sumber bahaya terlebih dahulu sebelum menugaskan kepada pekerja untuk membersihkan kapal CPO.Bila alternatif kegiatan di atas belum dapat dilakukan, maka dilakukan pengendalian secara admininstratif, seperti: prosedur, instruksi kerja, supervisi pekerjaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pengendalian administratif dengan cara mengatur jadwal pembersihan maupun inspeksi terhadap tempat-tempat yang sekiranya potensial untuk menimbulkan bahaya.Menghilangkan bahaya adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Ini berarti menghentikan peralatan/prasarana yang dapat menimbulkan bahaya. Misalnya dengan melakukan pembersihan kapal secara teratur sehingga bahan kimia yang ada tidak terakumulasi dan tidak bereaksi lebih lanjut. Selain itu juga lebih memperhatikan hal pengemasan, sehingga mengurangi tumpahan bahan yang dapat membahayakan pekerja. Bahan kimia yang digunakan diusahakan yang mempunyai tingkat bahaya serendah mungkin. Mengubah desain tempat kerja sehingga mudah dibersihkan dan ventilasi udara adekuat, karena salah satu cara mengendalikan bahan kimia yaitu dengan melakukan perbaikan pada ventilasinya.Isolasi terhadap area yang memungkinkan terjadinya bahaya sangat penting, dengan cara memasang papan pengaman atau tulisan di sekitar lokasi berbahaya, menutup atau menjaga tempat yang berbahaya supaya tidak membahayakan orang lain dan pekerja serta melarang pekerja untuk memasuki area yang membahayakan.Alat pelindung fdiri memang merupakan pilihan terakhir. Penggunaan APD bukan pengendali sumber bahaya. Seharusnya pekerja menggunakan APD sebelum melakukan pembersihan kapal. Beberapa APD yang seharusnya digunakan adalah: masker, kacamata pelindung seperti goggles, safety helmet, atau bahkan menggunakan baju yang tertutup karena akan mendekati sumber bahaya yang dapat menyebabkan kematian.4). Penerapan Langkah Pengendalian

Dalam menerapkan langkah-langkah pengendalian, diantaranya ada beberapa hal yang harus dilaksanakan, yaitu:a) Mengembangkan prosedur kerjaProsedur bertujuan sebagai alat pengatur dan pengawas terhadap bentuk pengendalian bahaya dan risiko yang kita pilih, agar penerapan pengendalian bahaya potensial dapat berjalan efektif. Tanggung jawab manajer, supervisor dan dan pekerja harus jelas dinyatakan dalam prosedur tersebut. Contohnya: Manajer bertanggung jawab dalam desain tempat kerja dan lingkungan kerja telah sesuai dengan peraturan. Supervisor bertugas mengawasi pelaksanaan kegiatan pekerja. Dalam kasus ini tidak ada pengawasan dari supervisor, dan hanya dari sesama pekerja. Pekerja bertanggung jawab untuk melaksanakan pembersihan sesuai prosedur yang ada.b) KomunikasiPekerja harus diberi informasi mengenai penggunaan alat pengendali bahaya dan juga alasan penggunaannyac) Menyediakan pelatihanPelatihan terutama bagi para pekerja hendaknya dilakukan secara berkesinambungan, sehingga dalam menghadapi suatu permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya dapat ditangani dengan baik oleh pekerja itu sendiri.d) PengawasanPengawasan dapat dilakukan dengan menggunakan lembar isian atau formulir yang harus diisi oleh pekerja dan nantinya digunakan untuk pemantauan.

e) PemeliharaanPemeliharaan terhadap peralatan dan alat pengendali bahaya merupakan hal penting yang harus dilakukan. Prosedur kerja harus mencantumkan persyaratan pemeliharaan untuk memastikan keefektifan penggunaan alat kendali tersebut.5). Monitor dan Tinjauan

Langkah terakhir dalam pengendalian bahaya adalah memonitor dan meninjau efektivitas pengendalian. Pemantauan dan tinjauan risiko harus dilakukan pada selang waktu yang sesuai. Untuk menentukan periode monitoring dan tinjauan risiko tergantung pada: sifat dan bahaya; besarnya risiko; perubahan operasi; perubahan dari metode kerja dan perubahan peraturan dan organisasi.

Beberapa peraturan dan Keputusan Menteri yang berkaitan dengan bahaya di tempat kerja:a) Permenkes No:472/Menkes/Per/V/1996 ttg Pengamanan Bahan Berbahaya bagi kesehatanb) Kep. Men Perindustrian No:148/M/SK/4/1985 tentang Pengamanan B3 di Perusahaan Industric) Kepmenaker No:Kep-147/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia berbahaya di tempat kerjag. Tindakan Setelah Terjadi Kecelakaan Kerja

1) Prinsip Dasar Tindakan Pertolongan

Prinsip P-A-T-U-T

P = Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum bertindak

A = Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian, sehingga

bebas dari bahaya.

T = Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat

itu ada kecelakaan.

U = Usahakan menghubungi ambulan, dokter, rumah sakit atau yang berwajib

T = Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat.

2) Pemberian Pertolongan

a). Menilai situasi Mengenali bahaya diri sendiri dan orang lain Memperhatikan sumber bahaya Memperhatikan jenis pertolongan Memperhatikan adanya bahaya susulanb). Mengamankan Tempat Kejadian Memperhatikan penyebab kecelakaan Utamakan keselamatan diri sendiri Singkirkan sumber bahaya yang ada (putuskan aliran dan matikan sumber ) Hilangkan faktor bahaya misal dengan menghidupkan exhaust ventilasi, jauhkan sumber Singkirkan korban dengan cara aman dan memperhatikan keselamatan diri sendiri (dengan alat pelindung ).h. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah:1). Safety Helmet

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.

Gambar 1.1 Safety helmet2). Tali Keselamatan (safety belt)

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain)

Gambar 1.2 Safety belt3). Sepatu Karet (sepatu boot)

Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

Gambar 1.3 Sepatu boot4). Sepatu pelindung (safety shoes)

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

Gambar 1.4 Safety shoes5). Sarung Tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

Gambar 1.5 Sarung tangan6). Tali Pengaman (Safety Harness)

Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

Gambar 1.6 Tali pengaman (Safety harness)7). Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

Gambar 1.7 Penutup telinga (Ear plug/Ear muff)8). Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)

Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).

Gambar 1.8 Kaca mata pengaman (Safety glasses)

9). Masker (Respirator)

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

Gambar 1.9 Masker (Respirator)

10). Pelindung wajah (Face Shield)

Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda)

Gambar 1.10 Pelindung wajah (Face Shield)11). Jas Hujan (Rain Coat)

Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Gambar 1.11 Jas hujan (rain coat)Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L 'Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan)

3. Rangkumana. Pengertian Kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan adalah upaya untuk menciptakan situasi dan kondisi yang sehat bagi pekerja dan lingkungannya. Keselamatan kerja adalah upaya supaya pekerja terhindar dari kecelakaan, peralatan produksi tidak rusak dan hasil produksinya aman.b. Undang-Undang NO 1 Tahun 1970 mengatur tentang dasar-dasar K3 dan kelembagaan K3.c. Tujuan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan adalah supaya setiap pekerja mendapat perlingdungan dari gangguan kesehatan, kecelakaan kerja untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas kerja.d. Ada beberapa jenis kecelakaan kerja yang biasanya menimpa pekerja di tempat kerja, diantaranya : terbentur, terjatuh dari ketinggian, tersengat aliran listrik, terbakar. Setiap kecelakaan kerja harus diantisipasi dengan cara yang tepat untuk pengendaliannya.

e. Apabila kecelakaan kerja sudah terjadi, perlu segera dilakukan tindakan yang tepat, berupa pemberian pertolongan pada korban dengan metode yang tepat, efektif dan efisien, sebelum memperoleh tindakan medis lebih lanjut.

f. Untuk meminimalisir resiko kecelakaan kerja di tempat kerja, setiap pekerja diharapkan mentaati peraturan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) diantaranya : safety helmet, safety shoes, sarung tangan, pelindung wajah dan sebagainya.

4. Tugas

1. Buat ringkasan dengan singkat terkait materi keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan !

2. Jelaskan dengan singkat, pentingnya Keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) dalam dunia kerja?.

5. Tes formatifJawablah pertanyaan di bawah ini !

1. Jelaskan pengertian dan tujuan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan !2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kecelakaan kerja di tempat kerja !

3. Sebutkan dan jelaskan bagaimana cara mengendalikan kecelakaan kerja !

4. Jelaskan prinsip dasar pertolongan (PATUT) sebagai tindakan yang dilakukan setelah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja !

5. Sebutkan dan jelaskan Alat Pelindung diri (APD) yang harus digunakan oleh pekerja untuk meminimalisir kecelakaan kerja di tempat kerja.

6. Kunci Jawaban1. Pengertian K3L adalah :

Upaya untuk menciptakan situasi dan kondisi yang sehat bagi pekerja dan lingkungannya. Keselamatan kerja adalah upaya supaya pekerja terhindar dari kecelakaan, peralatan produksi tidak rusak dan hasil produksinya aman.

Tujuan K3L adalah :

a. Supaya setiap pekerja mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan akibat situasi dan kondisi kerja yang tidak sehat seperti pencemaran lingkungan dan sebagainya.

b. Supaya setiap pekerja mendapat perlindungan dari kecelakaan akibat situasi dan kondisi kerja yang tidak aman.

c. Supaya setiap pekerja mendapatkan perlindungan setinggi-tingginya baik fisik, psikis dan sosial melalui usaha preventif dan kuratif (penyembuhan) dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas kerja.d. Setiap orang yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula kesehatan dan keselamatannya. Setiap sumber produksi dan peralatan harus dapat digunakan secara aman, efsien dan efektif dan selai itu setiap hasil produksi harus dijaga keamanannya.

2. Jenis-jenis kecelakaan kerja :

a. Terbentur (struck by)

Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan kimia. Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing misal material. b. Membentur (struck against)

Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek atau bahan-bahan kimia. Contohnya: terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipapipa.c. Terperangkap (caught in, on, between)

Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki pekerja tersangkut di antara papanpapan yang patah di lantai. Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja terkena pagar kawat, sedangkan contoh dari caught between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari pekerja tersangkut dalam bagian mesin yang bergerak.d. Jatuh dari ketinggian (fall from above)

Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya jatuh dari tangga atau atap.e. Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level)

Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.f. Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain)

Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan di luar batas kemampuan.g. Terkena aliran listrik (electrical contact)

Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.h. Terbakar (burn)

Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak dengan percikan, bunga api, atau dengan zat kima yang panas3. Cara mengendalikan kecelakaan kerja :

a. Identifikasi BahayaAktivitas yang seharusnya dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya adalah dengancara berkonsultasi dengan pekerja, tim keselamatan, mempertimbangkan peralatan dan material dan pemantauan lingkungan kerja

b. Menilai resiko dan seleksi prioritas

Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tujuannya untuk menentukan prioritas tindak lanjut.c. Menetapkan pengendalian

Dalam melakukan pengendalian harus dimulai dari tindakan yang terbesar. Tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan untuk menghilangkan penyebab bahaya jika tidak memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan atau mengurangi peluang terjadinya risiko adalah: dengan mengganti peralatan (substitusi); melakukan desain ulang dari perangkat kerja (engineering); melakukan isolasi sumber bahaya. Dalam kasus ini seharusnya dilakukan isolasi terhadap sumber bahaya terlebih dahulu sebelum menugaskan kepada pekerja untuk membersihkan kapal CPO.Bila alternatif kegiatan di atas belum dapat dilakukan, maka dilakukan pengendalian secara admininstratif, seperti: prosedur, instruksi kerja, supervisi pekerjaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pengendalian administratif dengan cara mengatur jadwal pembersihan maupun inspeksi terhadap tempat-tempat yang sekiranya potensial untuk menimbulkan bahaya.d. Penerapan Langkah PengendalianDalam menerapkan langkah-langkah pengendalian, diantaranya ada beberapa hal yang harus dilaksanakan, yaitu: mengembangkan prosedur kerja, komunikasi, menyediakan pelatihan, pengawasan dan pemeliharaan.e. Monitor dan TinjauanLangkah terakhir dalam pengendalian bahaya adalah memonitor dan meninjau efektivitas pengendalian. 4. Prinsip PATUT adalah:

P = Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum bertindak

A = Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian, sehingga bebas dari bahaya.

T = Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat itu

ada kecelakaan.

U = Usahakan menghubungi ambulan, dokter, rumah sakit atau yang berwajib

T = Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat.

5. Alat Pelindung Diri (APD):

1. Safety Helmet

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.2. Tali Keselamatan (safety belt)

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain)3. Sepatu Karet (sepatu boot)

Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.4. Sepatu pelindung (safety shoes)

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.5. Sarung Tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.6. Tali Pengaman (Safety Harness)

Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.7. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)

Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).9. Masker (Respirator)

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).10. Pelindung wajah (Face Shield)

Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda)11. Jas Hujan (Rain Coat)

Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).C. Kegiatan Belajar 2 Pengetahuan Bahan Teknik

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, dengan melalui mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, peserta didik dapat:a. Mengidentifikasi jenis-jenis bahan logam (ferro dan non-ferro)b. Mengidentifikasi jenis-jenis bahan bukan logamc. Menjelaskan proses pembuatan besi cor dan bajad. Mengidentifikasi jenis-jenis perlakuan panas (heat treatment) pada logam ferroe. Menjelaskan proses pelapisan logam2. Uraian Materi

Sebelum mempelajari materi pengetahuan bahan teknik, lakukan kegiatan sebagai berikut:

Pengamatan:

Silahkan mengamati ikhtisar han teknik ini. Selanjutnya tugas anda adalah:

1. Sebutkan dan jelaskan yang termasuk ke dalam bahan logam2. Sebutkan dan jelaskan yang termasuk ke dalam bahan bukan logam

Menanya:

Apabila anda mengalami kesulitan dalam menjawab tugas diatas, bertanyalah/ berdiskusi/ berkomentar kepada sasama teman atau guru yang sedang membimbing anda.

Mengekplorasi:

Kumpulkan data secara individu atau kelompok, terkait tugas tersebut melalui: benda konkrit, dokumen, buku sumber, atau hasil eksperimen.

Mengasosiasi:

Selanjutnya kategorikan/ kelompokkan masing-masing bahan logam dan bahan bukan logam. Apabila anda sudah melakukan pengelompokan, selanjutnya jelaskan manfaat setiap bahan logam dan bukan logam.Mengkomunikasikan:

Presentasikan hasil pengumpulan data-data anda terkait bahan logam dan bahan bukan logam, dan selanjutnya buat laporannya.a. Pengelompokan Bahan Logam

Tidak semua bahan di sekitar kita ini dapat disebut bahan teknik, karena bahan teknik harus memenuhi syarat mekanis, kemis, teknologis dan ekonomis. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai kemampuan bahan, daya tahan bahan, dan yang lebih penting dapat digunakan dalam lapangan teknik dan teknik proses.

Bahan teknik dapat digolongkan dalam kelompok logam dan bukan logam , selain dua kelompok tersebut ada kelompok lain yang dikenal dengan nama metalloid (artinya menyerupai logam) yang sebenarnya termasuk bahan bukan logam. Logam dapat digolongkan pula dalam kelompok logam ferro yaitu logam yang mengandung besi, dan logam non ferro atau logam bukan besi. Dari semua jenis logam dapat digolongkan menjadi logam murni dan logam paduan. Logam paduan artinya logam yang dicampur dengan logam lain atau bahkan dicampur dengan bukan logam.

Dari semua golongan logam, dapat dibedakan menjadi lima bagian :

1. Logam berat, apabila berat jenisnya lebih besar dari 5 kg/dm3. Misalnya : nikel, kromium, tembaga, timah, seng dan besi.

2. Logam ringan, apabila berat jenisnya kurang dari 5 kg/dm3. Misalnya : alumunium, magnesium, natrium, titanium dan lain-lain.

3. Logam mulia, dengan pengertian walaupun logam itu tidak dicampur dengan logam lain atau unsur lain sudah dapat dipakai sebagai bahan teknik. Misalnya emas, perak dan platina.

4. Logam refraktori yaitu logam tahan api.

5. Logam radioaktif, misalnya uranium dan radium.

Dalam penggunaan dan pemakaian pada umumnya, logam tidak merupakan logam murni melainkan logam paduan. Logam murni dalam pengertian ini adalah logam yang tidak dicampur dengan unsur lainnya, atau yang diperoleh dari alam (tambang) dalam keadaan murni dengan kadar kemurnian 99.99%.

Dengan memadukan dua logam atau lebih dapat diperoleh sifat-sifat yang lebih baik daripada logam-logam aslinya. Dengan memadukan dua logam yang lemah dapat diperoleh logam paduan yang kuat dan keras. Misalnya tembaga dan timah, keduanya adalah logam yang lunak dan lemah, bila dipadukan menjadi logam yang keras dan kuat dengan nama perunggu. Besi murni adalah bahan yang lunak, sedangkan zat arang (bukan logam) adalah bahan yang rapuh. Paduan besi dengan zat arang menjadi baja yang keras dan liat.

Logam pada umumnya terdapat di alam (tambang) dalam bentuk bijih-bijih berupa batuan atau mineral. Bijih logam tersebut masih terikat dengan unsur-unsur lain sebagai oksida, sulfida atau karbonat. Ada beberapa jenis logam yang terdapat di alam dalam keadan murni, artinya sebagai logam asal secara kimiawi terdapat murni atau paling tidak kadar kemurniannya 99,99%.

Perhatikan bagan berikut !

Gambar 2.1 Bagan Bijih Logam1. Logam Ferro

Yang dimaksud dengan logam ferro adalah logam besi. Besi merupakan logam yang penting dalam lapangan teknik, tetapi besi murni terlampau lunak dan rapuh untuk begitu saja dipakai sebagai benda jadi, konstruksi atau pesawat. Oleh karena itu, besi selalu bercampur dengan unsur lain, terutama zat arang. Jadi sebutan besi dapat berarti :

a. Besi murni, dengan symbol kimia Fe yang hanya dapat diperoleh dengan jalan reaksi kimia

b. Besi teknik, yang sudah atau selalu bercampur dengan unsur lain

Besi teknik itu sendiri terbagi atas tiga macam :

a. Besi mentah atau besi kasar, kadar zat arangnya lebih besar dari 3,71%

b. Besi tuang, kadar zat arangnya antara 2,3 hingga 3,6% dan tidak dapat ditempa. Dikatakan besi tuang kelabu, apabila zat arang tidak bersenyawa secara kimiawi dengan besi melainkan sebagai zat arang lepas, yang memberikan warna abu-abu kehitaman. Dikatakan besi tuang putih, karena zat arang mampu bersenyawa dengan besi

c. Baja atau besi tempa, kadar zat arangnya kurang dari 1,7% dan dapat ditempa.

Sifat-sifat besi teknik terutama ditentukan oleh kadar zat arangnya. Jika tidak ada unsur lain yang mengubah sifat-sifat itu, besi tuang (mengandung kadar zat arang di atas 1,7) tidak dapat ditempa karena pada perubahan tingkat wujud bila dipanaskan, besi berubah dari keadaan padat langsung ke dalam keadaan cair. Tetapi untuk besi atau baja yang mengandung zat arang kurang dari 1,7% dapat ditempa, karena pada perubahan tingkat wujud bila dipanaskan, baja mengalami fase plastis atau lembek sebelum keadaan cair. Dalam keadaan plastis itulah baja mampu menerima gaya tekan dalam penempaan untuk berubah bentuk.

Logam ferro juga disebut besi karbon atau baja karbon. Bahan dasarnya adalah unsur besi (Fe) dan karbon (C), tetapi sebenarnya juga mengandung unsur lain seperti : silium, mangan, fosfor, belerang dan sebagainya yang kadarnya relatif rendah. Unsur-unsur dalam campuran itulah yang mempengaruhi sifat-sifat besi atau baja pada umumnya, tetapi unsur zat arang (karbon) yang paling besar pengaruhnya terhadap besi atau baja terutama kekerasannya.

Pembuatan besi atau baja dilakukan dengan mengolah bijih besi di dalam dapur tinggi yang akan menghasilkan besi kasar atau besi mentah. Besi kasar belum dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat benda jadi maupun setengah jadi, oleh karena itu besi kasar masih harus diolah kembali di dalam dapur-dapur baja. Logam yang dihasilkan oleh dapur baja itulah yang dikatakan sebagai besi atau baja karbon, yaitu bahan untuk membuat benda jadi maupun setengah jadi.

2. Logam Non Ferro dan Paduannya

Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur Fe (besi). Logam non ferro murni kebanyakan tidak digunakan begitu saja tanpa dipadukan dengan logam yang lain, karena biasanya sifat-sifatnya belum memenuhi syarat yang diinginkan. Kecuali logam non ferro murni, platina, emas dan perak tidak dipadukan karena sudah memiliki sifat yang baik, misalnya ketahanan kimia dan daya hantar listrik yang baik serta cukup kuat, sehingga dapat digunakan dalam keadaan murni. Tetapi karena harganya yang mahal, ketiga jenis logam ini hanya digunakan untuk keperluan khusus, misalnya dalam teknik proses dan laboratorium di samping keperluan tertentu seperti perhiasan dan sejenisnya.

Logam non ferro juga digunakan untuk campuran besi atau baja dengan tujuan memperbaiki sifat-sifat baja. Dari jenis logam non ferro berat yang sering digunakan untuk paduan baja antara lain : nikel, kromium, molybdenum, wolfram dan sebagainya. Sedangkan dari logam non ferro ringan antara lain : magnesium, titanium, kalsium dan sebagainya.b. Bukan Logam

Bahan bukan logam ternyata selalu dibutuhkan, baik dalam teknik bangunan dan mesin, bangunan umum, teknik proses, maupun keperluan lainnya. Bukan logam selain digunakan sebagai bahan utama sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan sifat-sifatnya yang khas untuk berbagai keperluan :

Bahan bukan logam yang penting untuk bahan teknik antara lain dapat kita golongkan sebagai berikut :

1) Bahan pelumas ; minyak dan gemuk

2) Bahan bakar ; padat, cair an gas

3) Bahan paking untuk perapat cairan perapat gas

4) Bahan isolasi ; isolasi panas, insolasi listrik dan isolasi getar

5) Bahan asah

6) Bahan las

7) Karet

8) Plastik

Berikut ini ikhtisar bahan teknik secara umum :

Gambar 2.1Ikhtisar Bahan Teknik

c. Macam-macam Sifat Logam

Dalam pemakaiannya, semua partikel dan struktur logam akan terkena pengaruh gaya luar yang dapat menimbulkan tegangan-tegangan sehingga menimbulkan deformasi atau perubahan bentuk. Untuk menjaga terhadap akibat yang timbul dari adanya tegangan-tegangan tersebut serta mempertahankannya pada batas-batas yang diperbolehkan bagi suatu pembebanan, maka diperlukan pemahaman tentang bahan-bahan yang cocok untuk suatu keperluan dari berbagai perencanaan.

Pembuatan barang jadi atau setengah jadi, mestinya sudah didasarkan atas sifat-sifat yang khas dari bahan, baik kekerasannya, keuletannya, kekokohannya dan sebagainya. Pengetahuan yang mendalam dari sifat-sifat yang khas tersebut didasarkan pada hasil percobaan yang diselenggarakan dalam berbagai keadaan beban, arah beban, besarnya beban, serta dalam waktu pembebanan.

Percobaan bahan untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki itu dapat dilakukan dengan beban statis, dinamis, atau kedua-duanya. Percobaan dengan beban statis ialah apabila beban ditingkatkan secara teratur sedikit demi sedikit. Misalnya pada percobaan tarik, percobaan puntir, percobaan bengkok, dan kompresi. Percobaan dengan beban dinamis ialah apabila beban ditingkatkan secara cepat dan mendadak. Percobaan berulang-ulang atau fatique (gabungan antara beban statis dan beban dinamis), ialah apabila bebannya diberikan secara berulang-ulang dan berubah-ubah arahnya maupun besarnya beban.

Dalam pembahasan ini kita akan membicarakan tentang beberapa sifat logam yang erat kaitannya dengan pemakaiannya, tanpa menjelaskan percobaan yang dilakukan. Beberapa sifat logam yang erat kaitannya dengan pemakaian tersebut dapat dibedakan menjadi : sifat mekanis, sifat fisis, sifat kemis dan sifat teknologis.

1. Sifat Mekanis

Sifat mekanis suatu logam adalah kemampuan bahan atau kelakuan logam itu untuk menahan beban yang dikenakan kepadanya, baik beban statis, dinamis atau berubah-ubah pada berbagai keadaan, dengan suhu tinggi maupun di bawah nol derajat. Sifat mekanis dari logam tersebut berupa kekenyalan, batas penjalaran, dan kekuatan tekan. Ketentuan mengenai sifat mekanis itu menyangkut lamanya menerima beban, keadaan lingkungan, frekuensi pembebanan dan kecepatannya, keadaan suhu pada waktu pembebanan, besarnya beban dan kekuatan menekan bahan percobaan.

2. Sifat Fisis

Sifat fisis suatu logam adalah bagaimana keadaan logam itu apabila mengalami peristiwa fisika, misalnya keadaan pada waktu terkena pengaruh panas dan pengaruh listrik. Karena pengaruh panas yang diterimanya pada suhu tertentu, bahan akan mencair atau hanya mengalami perubahan bentuk dan ukurannya. Dari sifat fisis ini, dapat ditentukan titik cair, suatu bahan dan titik didihnya, sifat menghantarkan panas, keadaan pemuaian pada waktu menerima panas, perubahan bentuknya karena panas dan sebagainya. Pengaruh panas yang diterima oleh suatu bahan dengan sendirinya dapat berhubungan dengan sifat mekanis bahan tersebut, bahkan karena panas yang diterima oleh suatu bahan dapat merubah sifat mekanis dari bahan tersebut. Misalnya dalam proses penyepuhan, bahan yang dipanaskan pada suhu tertentu dan kemudian didinginkan dengan mendadak, bahan tersebut akan menjadi keras atau apabila bahan yang dipanaskan kemudian didinginkan dengan perlahan-lahan bahan tersebut menjadi lebih lunak.

Sifat fisis karena pengaruh listrik adalah berhubungan dengan kekuatan bahan itu menghantarkan listrik, ataupun kemampuan bahan tersebut menghambat mengalirnya listrik.

3. Sifat Kemis

Sifat kemis atau sifat kimia adalah bagaimana kondisi bahan tersebut mampu menahan adanya zat kimia yang dikenakan pada bahan tersebut. Misalnya apakah bahan itu larut atau terjadi reaksi apabila terkena larutan asam, basa dan garam. Apakah terjadi oksidasi bila terkena larutan atau bahan lain.

Kelarutan bahan tersebut terhadap zat kimia berhubungan erat dengan ketahanan bahan terhadap pencernaan logam oleh keadaan sekitar. Pencernaan logam oleh keadaan sekitar dinamakan korosi. Apabila logam berkorosi, logam akan berubah ke dalam garamnya, oksida atau hidroksidanya. Karena peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi kimia langsung dan elektro kimia, maka sifat kimia dari suatu logam sangat perlu diketahui dalam hal pemilihan bahan untuk suatu konstruksi.

4. Sifat Teknologis

Sifat teknologis merupakan kemampuan suatu bahan dalam proses pengerjannya secara teknis. Sifat-sifat itu meliputi : kemampuan bahan untuk di las, kemampuan untuk dikerjakan dengan mesin, kemampuan untuk bahan tuangan dan kemampuan untuk penempaan. Sifat-sifat teknologis dari suatu bahan itu perlu diketahui sebelum pengolahan bahan dilakukan, misalnya mampukah bahan itu dikerjakan dengan mesin bubut dengan hasil yang baik, dapatkan bahan itu dituang atau dicor tanpa penyusutan ukuran yang berarti dan sebagainya.d. Pembuatan Besi Kasar

Besi kasar adalah hasil pengolahan dari bijih besi dengan melalui beberapa proses. Proses awal adalah dengan mengurangi senyawa-senyawa dan zat-zat lain yang terkandung dalam bijih besi dengan tahap sebagai berikut :

Dibersihkan.

Dipecah-pecah dan digiling sampai menjadi halus, sehingga partikel besi dapat dipisahkan dari bahan yang tidak diperlukan dengan menggunakan magnit.

Dibentuk menjadi pellet (bulatan-bulatan kecil) dengan diameter + 14 mm.

Gambar 2.3 :Tromol MagnitUntuk memudahkan dalam pembentukan pellet maka ditambahkan tanah liat, sehingga dapat dirol menjadi bentuk bulat.

Setelah proses awal dilakukan, maka bijih besi diproses pada dapur tinggi.Dapur tinggi mempunyai konstruksi yang cukup besar dengan ketinggian mencapai 100 meter. Dinding luar terbuat dari baja dan bagian dalam dilapisi batu tahan api yang mampu menahan temperatur tinggi.

Pada bagian atas dapur tinggi terdapat corong untuk memasukkan bahan baku, yaitu bijih besi, kokas dan batu kapur.

Kokas adalah batu bara yang telah diproses (disuling kering) sehingga dapat menghasilkan panas yang tinggi. Batu kapur berfungsi untuk mengikat bahan-bahan yang tidak diperlukan.

Proses pada dapur tinggi adalah dengan meniupkan udara panas ke dalam dapur tinggi untuk membakar kokas dengan temperatur + 2000oC.

Cairan besi dan terak akan turun ke dasar dapur tinggi secara perlahan-lahan dan selanjutnya dituang ke kereta khusus. Hasil ini disebut besi kasar, yang kemudian dapat diproses lebih lanjut menjadi baja.

Gambar 2.4 Dapur Tinggie. Proses Pembuatan Baja

Besi kasar dari hasil proses dapur tinggi, kemudian diproses lanjut untuk dijadikan berbagai jenis baja.

Ada beberapa proses yang dilakukan untuk merubah besi kasar menjadi baja 1. Dapur Baja Oksigen (Proses Bassemer)

Pada dapur baja oksigen dilakukan proses lanjutan dari besi kasar menjadi baja, yakni dengan membuang sebagian besar karbon dan kotoran-kotoran (menghilangkan bahan-bahan yang tidak diperlukan) yang masih ada pada besi kasar. Ke dalam dapur dimasukkan besi bekas, kemudian baru besi kasar, tapi sebagian fabrik baja banyak yang langsung dari dapur tinggi, sehingga masih dalam keadaan cair langsung disalurkan ke dapur Oksigen.

Kemudian, udara (oksigen) yang didinginkan dengan air dan kecepatan tinggi ditiupkan ke cairan logam. Ini akan bereaksi dengan cepat antara karbon dan kotoran-kotoran lain yang akan membentuk terak yang mengapung pada permukaan cairan.

Dapur dimiringkan, maka cairan logam akan keluar melalui saluran yang kemudian ditampung dalam kereta-kereta tuang.

Untuk mendapatkan spesifikasi baja tertentu, maka ditambahkan campuran lain sebagai bahan paduan. Hasil penuangan ini dapat langsung dilanjutkan dengan proses pengerolan untuk mendapatkan bentuk/profil yang diinginkan.

Gambar 2.5 Dapur Baja Oksigen2. Dapur Baja Terbuka (Siemens Martin)

Sama halnya dengan Dapur Baja Oksigen, maka dapur baja terbuka (Siemens Martin) juga merupakan dapur yang digunakan untuk memproses besi kasar menjadi baja.

Dapur ini dapat menampung baja cair lebih dari 100 ton dengan proses mencapai temperatur + 1600oC; wadah besar serta berdinding yang sangat kuat dan landai.

Proses pembuatan dengan dapur ini adalah proses oksidasi kotoran yang terdapat pada bijih besi sehingga menjadi terak yang mengapung pada permukaan baja cair. Oksigen langsung disalurkan kedalam cairan logam melalui tutup atas. Apabila selesai tiap proses, maka tutup atas dibuka dan cairan baja disalurkan untuk proses selanjutnya untuk dijadikan bermacam-macam jenis baja.

Gambar 2.6 Dapur Baja Terbuka

3. Dapur Baja Listrik

Panas yang dibutuhkan untuk pencairan baja adalah berasal arus listrik yang disalurkan dengan tiga buah elektroda karbon dan dimasukkan/diturunkan mendekati dasar dapur. Penggunaan arus listrik untuk pemanasan tidak akan mempengaruhi atau mengkontaminasi cairan logam, sehingga proses dengan dapur baja listrik merupakan salah satu proses yang terbaik untuk menghasilkan baja berkualitas tinggi dan baja tahan karat (stainless steel).

Dalam proses pembuatan, bahan-bahan yang dimasukkan adalah bahan-bahan yang benar-benar diperlukan dan besi bekas. Setelah bahan-bahan dimasukkan, maka elektroda-elektroda listrik akan memanaskan bahan dengan panas yang sangat tinggi (+ 7000oC), sehingga besi bekas dan bahan-bahan lain yang dimasukkan dengan cepat dapat mencair.

Adapun campuran-campuran lain (misalnya untuk membuat baja tahan karat) dimasukkan setelah bahan-bahan menjadi cair dan siap untuk dituang.

Gambar 2.7 Dapur Baja Listrikf. Proses Pembentukan dan Bentuk-bentuk Produk Baja

Pembentukan baja adalah tahap lanjutan dari proses pengolahan baja dengan berbagai jenis dapur baja.

Baja yang telah cair dan ditambah dengan campuran lain (sesuai dengan kebutuhan/sifat-sifat baja yang diinginkan) dituang ke dalam cetakan yang berlubang dan didinginkan sehingga menjadi padat. Batangan baja yang masih panas dan berwarna merah dikeluarkan dari cetakan untuk disimpan sementara dalam dapur bentuk kotak serta dijaga panasnya dengan temperatur 1100oC - 1300oC menggunakan bahan bakar gas atau minyak.

Penyimpanan tersebut adalah untuk meratakan suhu sebelum dilakukan proses pembentukan atau pengerolan.

Gambar 2.8 Pembentukan Baja Batangan

Proses pembentukan produk baja dilakukan dengan beberapa tahapan:

1. Proses Pengerolan Awal

Proses ini adalah dengan cara melewatkan baja batangan diantara rol-rol yang berputar sehingga baja batangan tersebut menjadi lebih tipis dan memanjang.

Proses pengerolan awal ini dimaksudkan agar struktur logam (baja) menjadi merata, lebih kuat dan liat, disamping membentuk sesuai ukuran yang diinginkan, seperti pelat tebal (bloom), batangan (billet) atau pelat (slab).

Gambar 2.9 Proses Pengerolan Awal

2. Proses Pengerolan Lanjut

Proses ini adalah untuk merubah bentuk dasar pelat tebal, batangan menjadi bentuk lembaran, besi konstruksi (profil), kanal ataupun rel.Ada tiga jenis pengerolan lanjut :

Pengerolan bentuk struktur/konstruksi Pengerolan bentuk besi beton, strip dan profil Pengerolan bentuk (pelat).a). Bentuk Struktur

Pengerolan bentuk struktur/profiil adalah lanjutan pengerjaan dari pelat lembaran tebal (hasil pengerolan awal) yang kemudian secara paksa melewati beberapa tingkat pengerolan untuk mendapatkan bentuk dan ukuran yang diperlukan.

Gambar 2.10 Pembuatan Baja Strukturb). Bentuk Strip, Besi Beton dan Profil

Proses pembentukan ini tidak dilakukan langsung dari pelat tebal, tetapi harus dibentuk dulu menjadi batangan, kemudian dirol secara terus menerus dengan beberapa tingkatan rol dalam satu arah. Adapun hasil pengerolan adalah berbagai bentuk, yaitu : penampang bulat, bujur sangkar, segi-6, strip atau siku dan lain-lain sebagainya sesuai dengan disain rolnya.

Gambar 2.11 Pembuatan Baja Beton, Strip & Profilc). Bentuk Lembaran (Pelat)

Pengerolan bentuk pelat akan menghasilkan baja lembaran tipis dengan cara memanaskan terlebih dahulu baja batangan kemudian didorong untuk melewati beberapa tingkat rol sampai ukuran yang diinginkan tercapai.

Gambar 2.12 Pembentukan Pelat

Untuk melihat keseluruhan proses pengolahan baja dari bahan dasar sampai pengerolan awal (menjadi slab), dapat dilihat gambar berikut :

Gambar 2.13 Proses Pengolahan Bajag. Logam Ferro

Logam-logam Ferro adalah logam dimana unsur utamanya adalah besi (Fe), Logam Ferro secara umum terdiri dari tiga jenis, yaitu baja karbon, besi tuang dan baja paduan (campuran).1. Baja Karbon (Carbon Steel)

Baja karbon adalah baja yang mengadung unsur karbon (C) di dalam besi (Fe), yakni dalam bentuk karbit-besi (FeC), sehingga disebut baja karbon. Kandungan karbon dalam besi akan sangat menentukan kekerasan suatu baja karbon, semakin banyak unsur karbon, maka semakin keras suatu baja karbon, sampai akhirnya batas kandungan untuk besi tuang, yaitu diatas 1,5 %C.

Untuk penggunaan, maka baja karbon diklasifikasi atas 3 kelompok utama, yaitu :

Baja karbon rendah, terdiri dari 2 grup :- Baja karbon tegangan rendah (Mild steel)- Baja karbon tegangan normal (Low carbon steel) Baja karbon sedang (Midle carbon steel) Baja karbon tinggi (High carbon steel)a). Baja Karbon Tegangan Rendah (Mild Steel)

Baja karbon tegangan rendah mengandung 0,04 - 0,15 %C, sifatnya lunak, dapat dibentuk (dipres), dicetak dingin, ditempa dan dapat dilas.

Penggunaannya adalah :

Baut-baut/mur produk pelat badan kendaraan paku, kawat las/rod bahan konstrukdi, dll.b). Baja Karbon Tegangan Normal (Low Carbon Steel)

Baja jenis ini mengandung 0,16% - 0,30%C, sifatnya mudah dilas, relatif kuat, dapat dipanaskan, tapi sulit dibentuk.

Penggunaannya adalah :

pelat-pelat kapal

batang-batang penggerak

roda gigi

profil siku, kanal, strip

konstruksi bangunanc). Baja Karbon Sedang (Midle Carbon Steel)

Kandungan karbon pada baja karbon sedang adalah 0,30%-0,83%C; sifat-sifatnya sukar dilas karena karbon sudah relatif tinggi, sulit dibentuk dan dapat dikeraskan.

Penggunaannya adalah :

poros-poros penggerak

komponen-komponen mesin

alat-alat pertanian

dll.d). Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)

Baja karbon tinggi mengandung unsur karbon paling tinggi, yaitu 0,83%-1,5%C, sifatnya sangat getas, sukar dibentuk, tahan aus dan tidak mampu las.

Penggunaannya adalah :

pegas

alat-alat potong

peluru-peluru bantalan

poros roda gigi

peralatan kerak

dll.Kelebihan Baja Karbon

Bila dibandingkan dengan logam jenis lain, maka baja karbon mempunyai beberapa kelebihan antara lain :

1). Harga lebih murah, karena biaya produksi lebih rendah dibanding logam lain, seperti : stainles steel, aluminium dll.

2). Banyak tersedia dipasaran, karena mineral bahan baku baja lebih banyak dan lebih mudah ditambang. Di Indonesia banyak terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Belitung, Sumbawa dll.

3). Mudah dikerjakan, karena sifat yang dipunyai baja karbon secara umum dapat dirol, pres, dilubangi, dikerjakan mesin, dilas, brazing atau braze welding serta dapat dipotong.

Diagram Phasa Baja Karbon

Apabila baja karbon dipanaskan di atas 723oC, maka akan terjadi perubahan struktur pada baja. Temperatur ini disebut temperatur kritis rendah, Kalau baja kembali didinginkan secara merata dengan lambat ( tanpa media pendingin ), maka struktur baja akan kembali ke struktur semula, tapi bila didinginkan secara kejut (cepat), maka akan terjadi perubahan struktur baja; mungkin menjadi keras dan rapuh. Perubahan ini sangat tergantung pada kandungan karbon pada baja tersebut.

Diagram berikut adalah untuk memperkirakan perubahan berdasarkan temperatur dan kandungan karbon, sehingga disebut diagram phasa baja karbon.

Gambar 2.14 Diagram Phasa Baja Karbon2.Besi Tuang (Cast Iron)

a). Besi Tuang Kelabu

Besi tuang kelabu adalah salah satu yang paling banyak digunakan. Pendinginan yang lambat dari proses penuangan memungkinkan karbon membentuk lapisan secara random (acak). Lebih dari 3% silikon ditambahkan untuk membantu terbentuknya grafit. Besi tuang kelabu digunakan secara luas di industri karena relatif lunak, mudah dicetak dan di las

Adapun unsur-unsur yang terkandung pada besi tuang kelabu adalah : C = 3,6%, Si = 2,5-3,5%, Mn = 0,8%, P = 0,15% dan S = 0,08%

Gambar 2.15 Struktur Besi Tuang Kelabu

b). Besi Tuang Putih

Ketika besi tuang putih dibentuk dengan pendinginan secara cepat dari penungan, kadar silikon yang rendah meninggalkan karbon dalam bentuk sementit yang sangat keras dan getas.

Oleh karena itu, besi tuang putih sulit di las dan sangat jarang dipakai kecuali untuk penggunaan khusus, seperti untuk benda-benda tahan aus.

Besi tuang ini mengandung :

Karbon ( C )= 3,0%, Silikon ( Si ) = 0,5%, Mangan ( Mn ) = 0,8%, Pospor ( P ) = 0,10% dan Sulfur ( S ) = 0,10 %.

Gambar 2.16 Struktur Besi Tuang Putihc). Besi Tuang Mampu Tempa ( Melleable )

Besi tuang mampu tempa adalah dari besi tuang putih yang telah dilakukan perlakuan panas (heat treatment) dalam beberapa langkah, kemudian dimudakan (annealing), sehingga dengan demikian akan merubah grafit menjadi bentuk roset yang berkelompok secara tidak beraturan. Karena karbon telah diolah, maka besi tuang mampu tempa lebih kuat dan kenyal dibandingkan dengan besi tuang kelabu.

Besi tuang mampu tempa (malleable) jarang retak/patah karena sifat-sifatnya yang telah ditingkatkan, tetapi untuk perbaikannya harus dengan teknik las patri ( braze welding ).

Besi tuang mampu tempa dapat di bagi dalam 2 golongan yaitu:1). Besi tuang mampu tempa Blackheart dengan kandungan:

C = 2,5 - 2,6 %; Si = 0,8 - 1,1 %; Mn = 0,4 %; P = 0,1 - 0,2 % dan S = 0,08 - 0,2 %.2). Besi tuang tempa Whiteheart dengan kandungan:

C = 3,0 - 3,3 %; Si = 0,5 - 0,6 %; Mn = 0,4 - 0,5 %; P = 0,08 - 0,1 % dan S = 0,1 - 0,25 %.

Gambar 2.17 Struktur Besi Tuang Mampu Tempa Blackheart

Gambar 2.18 Struktur Besi Tuang Mampu Tempa Whiteheart

d). Besi Tuang SG (Spherodial Graphite)

Besi tuang SG dibuat dengan menambah sedikit nikel dan magnesium dalam cairan logam pada saat produksi, sehingga grafit akan berbentuk gumpalan (bulatan).

Dengan demikian, besi tuang SG akan menjadi besi tuang yang paling kuat dan kenyal dibandingkan besi tuang yang sebelumnya (besi tuang kelabu, putih atau lunak).

e). Besi Tuang SpesialAda beberapa tujuan khusus diperlukannya besi tuang spesial di industri tertentu. Besi untuk kasus tertentu seperti Ni-hard, Ni-resist mengandung chromium, nikel, vanadium dll., untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu, antara lain :

Kekuatan tarik

Tahan terhadap oksidasi

Tahan terhadap korosi

Tahan terhadap aus

Bahan-bahan besi tuang spesial ini diproduksi dengan membutuhkan biaya yang lebih besar dan komposisinya akan membuat sulit untuk di las.

Sifat-sifat Besi Tuang

Kekuatan TarikTabel 2.1 Kekuatan tarikJ E N I SKEKUATAN TARIK

Besi Tuang Kelabu152 MPa - 186 MPa

Besi Tuang Melleable340 Mpa - 430 MPa

Besi Tuang SG540 Mpa - 700 MPa

Besi Tuang PutihHampir sama dengan besi tuang SG,

Besi tuang kurang cocok untuk bahan profil yang mendapat beban/tegangan tarik. Kekuatan TekanBesi tuang kelabu mempunyai kekuatan tekan yang sangat baik dan secara luas digunakan pada bantalan mesin serta untuk barang-barang yang membutuhkan tekanan besar.

Kekenyalan (Ductility)

Seluruh besi tuang mempunyai kekenyalan yang rendah dibandingkan dengan baja karbon rendah. Namun, besi tuang mampu tempa (melleable) pada ketebalan dibawah 50 mm akan bengkok sebelum patah/pecah.

3.Baja Paduan

Baja paduan adalah baja yang mengandung paduan satu atau lebih unsur campuran yang ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh baja karbon atau besi tuang.

Unsur-unsur yang ditambahkan pada baja adalah untuk :

Menambah kemampuan baja untuk dikeraskan.

Meningkatkan keliatan

Meningkatkan ketahanan terhadap aus.

Meningkatkan ketahanan terhadap korosi.

Unsur-unsur yang biasa ditambahkan pada baja paduan antara lain adalah Karbon (C) Chromium ( Cr )

Nikel ( Ni )

Molibdenum ( Mo )

Tembaga ( Cu )

Vanadium ( V )

Mangan ( Mn )

Jenis baja paduan yang banyak dipakai di industri-industri atau untuk kebutuhan fabrikasi adalah :

Baja sepuhan dan temper rendah

Baja weathering

Baja creep resistant

Baja tahan karat ( Stainless Steel )

Adapun komposisi baja paduan seraca umum adalah sebagai berikut :Tabel 2.2 Komposisi baja paduanUnsurBajaSepuhan, Temper RendahBaja WeatheringBaja CreepResistant

Karbon ( C )0.10 - 0.20%0.10%0.15 - 0.43%

Chromium ( Cr )0.60 - 1.00%0.50%0.30 - 0.8%

Nikel ( Ni )0.70 - 1.00%0.25%0.50- 2.00%

Mangan ( Mn )0.60- 1.00%0.90%0.50- 1.00%

Tembaga ( Cu )0.15 - 0.50%0.25%-

Vanadium ( V )0.03 - 0.08%-0.10 - 0.20%

Molibdenum ( Mo )0.40 - 0.60%-0.10 - 0.30%

a). Baja Sepuhan dan Temper Rendah

Baja sepuhan dan temper rendah adalah baja paduan dengan tegangan tarik tinggi, memiliki sifat yang beragam, kuat, liat serta tahan benturan dan goresan.

Baja paduan ini dapat dipakai pada :

dump truck

hopper

bucket

dozer blade

alat-alat pertanian , spt. pisau bajak.b). Baja Weathering ( Baja Paduan Rendah Tegangan Tarik Sedang )

Baja paduan jenis ini sangat takan terhadap korosi atmosfir, memiliki tegangan luluh (yield) yang tinggi, dan memungkinkan untuk dibuat dalam bentuk yang tipis.

Pemakaian baja paduan weathering adalah untuk :

Tangki penyimpanan

Saluran uap bertekanan tinggi

Instalasi bahan kimia

Perangkat pertanian

Konstruksi bangunan

c). Baja Creep ResistantBaja creep resistant adalah baja paduan yang tahan terhadap pemuaian yakni dengan penambahan unsur molebdenum ke dalam paduan baja.

Pemakaian baja paduan ini adalah :

Drum ketel uap

Pipa uap

Bejana / saluran bertekanan tinggi

Instalasi minyak atau bahan kimia, dll.d). Baja Tahan Karat ( Stainless Steel )

Baja tahan karat (stainless steel) digunakan pada kondisi dimana sifat tahan karat dibutuhkan (termasuk kelembaban yang tinggi).

Untuk mendapatkan sifat tahan karat, maka pada proses produksi ditambah chromium.

Terbentuknya oksida khrom (chromic oxida) bila terdapat lebih dari 11% chromium dalam baja, sehingga dengan pemberian oksida ini maka baja akan tahan terhadap karat.

Elemen lain yang ditambahkan pada logam tergantung kebutuhan, misalnya nikel adalah untuk mendapatkan sifat keras pada baja dalam temperatur rendah.

Ada tiga jenis baja tahan karat yang banyak dipakai di bidang pekerjaan fabrikasi dan pemesinan, yaitu : Austenitic

Ferritic

Martensitic1) Austenitic ( Austenit )

Baja tahan karat austenit adalah jenis baja tahan karat yang paling banyak dipakai karena sifat-sifatnya yang dapat dilas dan dibentuk atau diperbaiki. Unsur-unsur paduannya adalah terdiri dari 18%Chrom dan 8% Nikel ( Kode SS 18/8 )2) Ferritic ( Ferrit )

Baja tahan karat ferit adalah baja tahan karat yang sangat tahan terhadap korosi, sehingga pemilihan untuk jenis baja ini adalah lebih mempertimtangkan sifat tahan karatnya dibanding sifat yang lain ( bukan sifat mekanisnya ). Baja tahan karat ferit sukar untuk dilas dan perbaiki.3) Martensitic ( Martensit )

Baja tahan karat martensit adalah baja tahan karat yang memiliki ketahanan korosi sedang , tapi baja ini dapat dilakukan perlakuan panas ( heat treatment ) karena kandungan karbonnya lebih tinggi dan sebagian dari jenis baja tahan karat martensit dapat dilas.

Efek Karbon dan Ekuivalen Karbon pada Baja Paduan :

Besarnya kandungan karbon pada suatu baja paduan akan berpengaruh terhadap tegangan tarik suatu baja, di mana tegangan tarik akan bertambah seiring dengan bertambahnya kandungan karbon. Namun, jika tegangan tarik bertambah, keliatan baja akan berkurang dan akan menjadi lebih sukar dibentuk.

Paduan-paduan selain karbon memiliki efek mengeraskan yang lebih rendah pada baja. Kita dapat menentukan kemampuan pengerasan baja dengan menggunakan faktor ekuivalen karbon (CE) yang menghasilkan efek mengeraskan dan masing-masing unsur dibandingkan dengan karbon. Misalnya, efektifitas chrom untuk menambah kemampuan pengerasan baja adalah seperlima efektifitas karbon. Jadi, penambahan 0,5% chrom sama dengan penambahan 0,1% karbon.

Untuk menentukan seberapa besar perbandingan tersebut maka digunakan faktor pembagi, sehingga efek masing-masing unsur tersebut dapat dinyatakan sebagai ekuivalen karbon.Tabel 2.3 Faktor pembagiUnsurFaktor Bagi

Karbon1

Fosfor2

Molibdenum5

Chromium5

Vanadium5

Mangan6

Tembaga13

Nikel15

Cara menggunakan formula ekuivalen karbon ( CE ) seperti contoh berikut :

Suatu baja paduan rendah tersusun atas :

- Karbon (C) 0,019%

- Mangan (Mn)1,36%

- Chromium (Cr) 0,07%

- Nikel (Ni)0,05%

- Tembaga (Cu)0,45%

= C/1 + Mn/6 + Cr/5 + Ni/15 + Cu/13

= 0,019/1 + 1,36/6 + 0,7/5 + 0,05/15 + 0,45/13

= 0,019 + 0,2266 + 0,14 + 0,0033 + 0,0346

CE = 0,4235% ( 0,42 %)Perhitungan diatas menunjukkan bahwa baja paduan tersebut akan bereaksi terhadap pengelasan seperti baja karbon sedang yang berkandungan karbon sekitar 0,42% dan memiliki kemampuan untuk dikeraskan sama dengan baja karbon dengan kandungan karbon yang sama.

h. Logam Non Ferro

Logam Non Ferro dikelompokkan atas : logam berat, logam ringan, logam mulia dan logam radio aktif.

Karena banyak sekali jenisnya, maka pada topik ini hanya akan uraikan beberapa jenis yang paling banyak dipakai pada kegiatan produksi atau kehidupan sehari-hari.1. Logam Berat

a). Tembaga ( Cu )

didapat dari pengolahan bijih tembaga yakni dalam bentuk senyawa dengan belerang dan dalam bentuk potongan/bongkahan atau pasir.

Yang berbentuk bongkahan terdapat di Amerika Utara, dan yang berbentuk pasir terdapat di Rusia, Chili dan Indonesia (Irian).

Sifat-sifat dan Penggunaannya :

1). Daya penghantar listrik yang sangat baik /tinggi. Dipergunakan pada industri listrik dan telekomunikasi, spt. : kawat listrik, kawat telep