Teknologi Informasi Sekarang Dan Trend Ke Depan
-
Upload
muktipriagung -
Category
Documents
-
view
27 -
download
6
description
Transcript of Teknologi Informasi Sekarang Dan Trend Ke Depan
TUGAS KULIAH ARSITEKTUR DAN MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI
TEKNOLOGI INFORMASI SEKARANG DAN TREND KE DEPAN
OBRINA CANDRA (NIM : 23211030)
PROGRAM MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011
2
I. Pendahuluan
Kecenderungan di era global saat ini dan ke depan menuntut pengambilan
informasi secara lebih cepat dan lebih baik. Jaringan informasi yang handal dan murah
semakin dibutuhkan oleh orang banyak baik dalam lingkup individu maupun organisasi.
Kebutuhan ini antara lain untuk mendukung pekerjaan dan jejaring sosial antar manusia
walaupun berada di lokasi yang berbeda. Jaringan informasi berbasis teknologi
komputer dan telekomunikasi memungkinkan orang untuk meningkatkan
produktivitasnya, sekaligus mewujudkan eksistensi dalam jejaring sosialnya, dan pada
akhirnya (diharapkan) membuat hidup lebih berarti.
Kondisi teknologi informasi dan telekomunikasi yang ada sekarang sudah
semakin maju dan kompleks, menyediakan berbagai layanan yang serba mudah dan
cepat. Produk dan jasa dari penyedia layanan infrastruktur terus memberikan layanan
kepada pelanggannya untuk dapat mencapai kehidupan yang lebih mudah, akses
komunikasi cepat dan kapasitas pengiriman data lebar dengan harga yang terjangkau.
Teknologi ini akan terus dikembangkan oleh ide-ide baru, konsep baru dan teknik
baru seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia terhadap akses
informasi. Trend ke depan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah
konvergensi, konvergensi merupakan integrasi yang progresif dari beberapa platform
jaringan yang berbeda untuk menyalurkan layanan yang serupa dan atau layanan
layanan yang berbeda yang disalurkan pada platform jaringan yang sama [1]. Internet
merupakan media (platform) yang menjadi jembatan dalam melewatkan data dengan
menggunakan teknologi berbasis internet protocol (IP), keberadaannya mengubah arah
dunia kearah konvergensi.[2]
II. Pembahasan
Kondisi TIK sekarang dan trend ke depan dapat di potret dari beberapa teknologi
yang sudah ada dan atau sedang dikembangkan oleh para ahli dan peneliti dunia.
Teknologi tersebut antara lain :
3
II.1. Near Field Communication (NFC)
II.1.1. Definisi
Teknologi NFC menyediakan komunikasi data antara dua device yang saling
didekatkan dalam jarak tertentu (centimeter). Pengguna cukup menempelkan device
NFC-nya ke media NFC lain untuk dapat mengakses layanan, berinteraksi dengan
konten, berkomunikasi, membayar barang/jasa, atau memesan tiket.
II.1.2. Cara kerja
NFC bekerja berdasarkan prinsip pasangan berinduksi, yaitu dimana sepasang
sirkuit yang didekatkan saling berinduksi sehingga saling berbagi daya dan data. Device
NFC memiliki standar yang sama dengan teknologi kartu pembayaran elektronik yaitu
beroperasi pada frekuensi 13,56 MHz, namun dengan penambahan fitur baru, seperti
standarisasi format data yang dikomunikasikan, kecepatan data yang di transfer, dan
perubahan mode operasi. Transmisi data NFC memiliki standar kecepatan antara
106kbps sampai dengan 424kbps agar dapat menjamin interoperabilitas dengan
infrastruktur yang ada sebelumnya. Device NFC dapat mengubah mode operasi sesuai
kebutuhannya, apakah dalam mode baca/tulis, peer-to-peer, atau mode emulasi. Dalam
mode baca/tulis, device NFC dapat membaca tag NFC di media umum, seperti poster
papan informasi jalan. Dalam mode Peer-to-Peer, dua device NFC dapat saling bertukar
seperti layaknya koneksi bluetooth atau wifi. Pada mode emulasi, device NFC dapat
dibaca layaknya barcode oleh NFC scanner, memungkinkan aplikasi pembayaran
elektronis menggunakan kartu “pintar”.
II.1.3. Penggunaan
NFC digunakan dalam berbagai bentuk layanan, ID card pegawai untuk masuk
ke gedung misalnya. NFC memberikan nilai lebih bagi pebisnis dan penyedia konten,
dan di lain sisi memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pelanggan/pengguna.
Teknologi NFC akan terus dikembangkan mengarah ke penetrasi aplikasi perkantoran.
Dengan device NFC kita dapat mengunduh setting WLAN, nomor ID printer, dan
blueprint gedung kantor, sehingga memungkinkan bagi pegawai bekerja di mana saja.
4
II.2. Grid Computing
II.2.1. Definisi
Komputasi grid merupakan suatu infrastruktur hardware dan software yang
menyediakan akses yang saling tergantung, konsisten, dan tidak mahal terhadap
kemampuan komputasional canggih/high-end. Dengan kata lain, grid computing adalah
suatu teknik resource sharing dari sekumpulan besar komputer yang saling terhubing
untuk menyelesaikan suatu masalah dengan dikoordinasikan dalam suatu organisasi
virtual yang dinamis[3]. Ciri utama grid computing yang membedakannya dengan
teknologi sejenis adalah : mengkoordinasi sumber daya (resources) yang tidak tunduk
kepada kendali terpusat, mengunakan protokol dan antarmuka (interface) yang bersifat
standar, open, dan general-purpose. Pemilihan nama Grid sendiri adalah mengacu pada
pengaksesan sekumpulan daya listrik yang lazim disebut Grid.
II.2.2. Cara kerja
Konsep dasar dalam Grid Computing adalah pengelolaan sumber daya yang
mempunyai kebijakan dan mekanisme berbeda dan dinamis untuk bekerja untuk tujuan
yang sama yaitu menyelesaikan masalah yang membutuhkan komputasi tinggi. Secara
umum, elemen-elemen dari infrastruktur Grid adalah hardware (mencakup
CPU/storage/instruments, dan lain lain), software : suatu algoritma yang
menghubungkan bersama-sama semua sumber daya ini, dan middleware : beberapa
aplikasi untuk menggunakan sumber daya komputasi yang berbeda-beda ini.
Middleware adalah lapisan atau layer perangkat lunak (software) yang terletak antara
sistem operasi dan aplikasi. Elemen-elemen dasar dari Middleware ini adalah keamanan
(security), pengelolaan sumber daya (resource management), pengelolaan data (data
management), dan layanan informasi (information services). Solusi bagi middleware
yang telah tersedia, di antaranya adalah : Globus Toolkit (Argonne+ISI), LCG/Glite
(dari proyek Uni Eropa), Gridbus (Melbourne, Australia), Unicore (Jerman) dan masih
banyak lainnya.
II.2.3. Penggunaan
Secara umum, keuntungan dasar dari penerapan komputasi Grid adalah perkalian
dari sumber daya berupa resource pool dari CPU dan storage yang tersedia ketika idle,
5
terbentuknya komputasi simulasi untuk penyelesaian masalah yang membutuhkan
komputasi rumit, berjalan lebih cepat dan mencakup domain yang lebih luas.
Sampai saat ini dan diperkirakan berlaku dalam beberapa tahun ke depan, ada
kecenderungan besar komputasi Grid digunakan untuk : jaringan penelitian publik bagi
para peneliti dan ilmuwan (IEEE, EGEE, GEANT, dan lain lain); dan penggunaan luas
sebagai solusi dalam dunia perbankan (bank, simpan pinjam, akuntasi, dan lain lain) [4].
II.3. Utility Computing
II.3.1. Definisi
Utility computing memungkinkan sebuah tugas komputasi diselesaikan secara
otomatis dengan menggunakan sumber daya komputasi yang dibutuhkannya
(mainframe time, storage, dan seterusnya) dari sebuah kumpulan sumberdaya internal
maupun eksternal. Dampaknya, penggunaan sumber daya pun menjadi efisien dan
relatif mudah dikelola. Boleh dibilang utility computing sama halnya dengan kita
menggunakan voucher pra bayar untuk teelpon seluler, berapa pulsa yang dipakai, itulah
yang kita bayar. Utility computing juga seperti itu, berapa besar computing power yang
kita gunakan, itulah yang kita bayar. Utility computing menjanjikan tiga hal berikut :
• Menyederhanakan IT dengan mengurangi kompleksitas
• Mengubah IT dari fixed cost menjadi variable cost
• Memangkas biang dari segala cost, yaitu operating expenses.
Para vendor komputer besar sudah ramai menawarkan utility computing ini.
Misalnya IBM dengan On-Demand Computing-nya atau turunannya, seperti eBusiness
on Demand. Misalnya, perusahaan dapat memesan server atau kapasitas storage untuk
mengantisipasi lonjakan demand. Namun, argonya baru jalan setelah extra resources ini
diaktifkan. Si customer bisa menikmati berbagai jenis shared infrastructure, mulai dari
storage, database sampai web server.
Secara prinsip, yang ditawarkan utility computing adalah menjadikan server,
storage dan network bisa saling bekerjasama dengan baik membentuk semacam virtual
data center. Maksudnya, menghimpun berbagai server dan storage systems yang
tersebar menjadi satu super-server tunggal, mirip-mirip grid computing. Salah satu
penerapan utility computing ini, yaitu yang sering disebut autonomic
6
computing/adaptive computing, bahkan memungkinkan server raksasa mendiagnosa dan
memperbaiki dirinya sendiri. Utility computing juga dapat meningkatkan value dari web
service perusahaan karena memungkinkan perusahaan menginterkoneksikan sistem-
sistem piranti lunaknya dengan lebih cepat dan murah, melalui metoda-metoda otomasi
berbasis XML (eXtensible Markup Language). Tujuannya, supaya perusahaan bisa
memanfaatkan computing resources yang sudah ada dengan lebih baik, dan mencapai
tingkat produktivitas lebih tinggi dengan mengotomasikan proses-proses dengan
partner maupun customer-nya.
II.3.2. Cara kerja
Struktur utility computing memungkinkan semua data yang terdapat dalam
database, server, tersimpan rapi didalam system. User bisa mengaksesnya, kapanpun,
dimanapun melalui perangkat apapun yang terkoneksi dengan internet. Karakteristik
dari sistem utility computing adalah sebagai berikut :
• On-Demand self service : Layanan utility computing harus dapat
dimanfaatkan oleh user dan tersedia ketika dibutuhkan.
• Broad network access : Layanan utility computing harus bisa diakses dari
mana saja dan kapan saja dengan/ketika terhubung internet.
• Measured service : Karena layanan utility computing ini dibayar sesuai
penggunaan, maka layanan ini harus terukur dengan baik.
Dalam skema utility computing, perusahaan dapat meng-outsourced kebutuhan
computing resource-nya, seperti hardware komputer (server, CPUs, input devices,
kabel jaringan, dan lain lain), layanan internet (web servers dan browsing software),
pemanfaatan Grid Computing untuk penggunaan komputasi yang besar, dan off-site
data storage atau sering disebut cloud.
Kelebihan dari utility computing adalah cost-friendly, user tidak perlu membeli
semua hardware, software dan lisensi yang diperlukan, pemeliharaan dan administrasi
semuanya dikerjakan oleh penyedia utility, sehingga user bisa lebih fokus pada apa yang
harus dilakukannya tanpa harus memikirkan hal-hal berbau teknis.
Kekurangannya, kadang apa yang user butuhkan dan apa yang perusahaan utility
berikan tidak sejalan. Seorang user dengan bisnis menengah ke bawah dan sebuah
7
perusahaan utility yang menawarkan super komputer dengan biaya mahal tentu
bukanlah pasangan yang serasi, untuk apa membayar mahal untuk sesuatu yang benar-
benar tidak dibutuhkan. Namun di sisi lain, pertimbangan untuk memilih sebuah
perusahaan utility tidak bisa terpisah dari masalah keamanannya (information security).
User tidak boleh begitu saja mempercayakan data-data penting perusahaannya pada
sebuah perusahaan utility kecil yang belum memiliki reputasi baik dalam menangani
data klien, ini untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan seperti kehilangan data
akibat server rusak, apalagi pencurian data yang dapat merugikan perusahaan.
II.3.3. Penggunaan
IBM, HP dan Sun boleh dibilang kini terdepan dalam inisiatif utility computing.
Hanya saja, mereka menyebut utility computing ini dengan jargonnya masing-masing.
IBM, misalnya, menawarkannya dengan istilah On-Demand Computing. Kemudian HP
menyebutnya sebagai Utility Data Center (UDC), dan Sun cukup menamakannya
dengan sebutan singkat, N1. Berbagai inisiatif utility computing ini mulai gencar
diperkenalkan oleh para vendornya. IBM, misalnya, cukup aktif memperkenalkan
inisiatif ini di negara-negara Asia Tenggara. Di Thailand, IBM menawarkan eBusiness
on demand ke pemerintah negara itu untuk mendorong penerapan e-government.
Dengan inisiatif tersebut, departemen pemerintahan bisa terintegrasi secara end-to-end,
begitu pula dengan para rekanan, supplier dan, tentunya, masyarakat umum. Dengan
cara ini, sektor-sektor publik dapat merespon dengan cepat dan lincah untuk memenuhi
tuntutan layanan dari masyarakat.[5]
II.4. Cloud Computing
II.4.1. Definisi
National Institute of Standards and Technology (NIST) mendefinisikan Cloud
Computing sebagai model untuk menciptakan kenyamanan dalam akses jaringan sesuai
keperluan ke dalam wadah bersama sumber daya komputasi yang dapat dikonfigurasi
dengan cepat dengan upaya manajemen yang minimal. Forrester[6] mendefinisikannya
sebagai “standar kemampuan TI (perangkat lunak, platform aplikasi, atau infrastruktur)
yang disediakan menggunakan teknologi internet dengan cara swa-layan dan bayar-per-
pemakaian”. Kata “Cloud” sendiri merupakan metafora dari kata “internet”, karena
biasanya di diagram-diagram IT, internet sering disimbolkan dengan gambar awan.
8
Secara sederhana, Cloud Computing dapat kita bayangkan seperti sebuah jaringan
listrik. Apabila kita membutuhkan listrik, apakah kita harus punya pembangkit listrik
sendiri? Tentu tidak. Kita tinggal menghubungi penyedia layanan (dalam hal ini, PLN),
menyambungkan rumah kita dengan jaringan listrik, dan kita tinggal menikmati layanan
tersebut. Pembayaran kita lakukan bulanan sesuai pemakaian. Kalau listrik bisa seperti
itu, mengapa layanan komputasi tidak bisa? Misalnya, apabila sebuah perusahaan
membutuhkan aplikasi CRM (Customer Relationship Management). Penyedia jasa
cloud computing seperti Microsoft, telah menyediakan aplikasi CRM yang dapat
digunakan langsung oleh perusahaan tadi. Mereka tinggal menghubungi penyedia
layanan untuk “menyambungkan” perusahaannya dengan layanan tersebut (melalui
Internet), dan tinggal menggunakannya. Pembayaran cukup dilakukan sesuai
pemakaian. Tidak ada lagi investasi di awal yang harus dilakukan.
II.4.2. Cara kerja
Dalam Gambar.1 dibawah ini digambarkan konsep cara kerja cloud computing :
Gambar 1. Cloud Computing (diambil dari http://www.infokomputer.com/umum/memahami-
cloud-computing-bagian-1/semua-halaman)
Karena layanan-layanan komputasi ini tersedia untuk diakses dari internet/cloud,
maka lokasi fisik dari server-server sumber daya komputasi ini bisa di mana saja, tidak
harus on-premise atau di data center kita sendiri. Jadi jika ada vendor yang memberikan
berbagai jenis layanan cloud computing, maka secara fisik sumber daya komputasi
9
berada di data center mereka. Kita sebagai customer cukup mengkonsumsi sumber daya
komputasi tersebut melalui internet tanpa tahu secara detail lokasi maupun server
sumber daya komputasi yang kita pergunakan.
Untuk lebih memahami Cloud Computing, lebih mudah langsung membahas
contoh Cloud Computing dan jenis layanan apa saja yang tersedia. Biasanya jenis
layanan cloud meliputi :
Software as a Service (SaaS), yaitu layanan adalah berupa perangkat lunak
aplikasi yang langsung dapat kita gunakan untuk kebutuhan kita, contohnya Yahoo
Mail, Google Search, MSN Messenger atau Google Docs ataupun Microsoft Office Web
Applications yang semuanya adalah aplikasi berbasis internet. Contoh di kalangan dunia
bisnis, adalah SalesForce.com atau Microsoft CRM yang merupakan layanan aplikasi
customer relationship manager. Perusahaan tidak perlu setup hardware dan software
CRM, cukup berlangganan SalesForce.com maupun Microsoft CRM, kita bisa
menggunakan aplikasi CRM kapan dan dari mana saja melalui internet. Kita juga akan
selalu mendapat aplikasi terbaru jika terjadi upgrade. Intinya, kita benar-benar hanya
tinggal menggunakan aplikasi tersebut. Pembayaran biasanya dilakukan bulanan, dan
sesuai jumlah pemakai aplikasi tersebut. Dengan kata lain, pay as you go, pay per use,
pay per seat.
Platform as a Service (PaaS), yaitu layanan berupa platform untuk membuat,
mengkustomisasi dan menggelar aplikasi perangkat lunak/software sesuai kebutuhan.
Sering terjadi, suatu aplikasi software tidak dapat memenuhi kebutuhan proses bisnis
perusahaan. Dengan kata lain SaaS tidak bisa memenuhi kebutuhan perusahaan. Jika ini
yang terjadi, perusahaaan dapat menggunakan jenis layanan PaaS pada cloud system.
Pada PaaS, kita membuat sendiri aplikasi software yang kita inginkan, termasuk skema
database yang diperlukan. Skema itu kemudian kita pasang (deploy) di server-server
milik penyedia jasa PaaS. Penyedia jasa PaaS mengatur server-server mereka secara
virtualisasi sehingga sudah menjadi cluster dan sekaligus menyediakan sistem operasi di
atasnya. Pengguna hanya perlu memasang aplikasi yang sudah dibuat pada platform
yang disediakan. Bahkan layanan PaaS ini bisa dikembangkan untuk menyediakan
layanan SaaS. Sebagai contoh, perusahaan pengembang software dapat memasang
software buatannya di server milik penyedia layanan PaaS, lalu menjualnya ke
10
konsumen dalam bentuk langganan. Dengan kata lain, perushaan tersebut telah
membuat sebuah SaaS dalam sebuah PaaS. Beberapa contoh vendor penyedia layanan
PaaS adalah Microsoft Azure dan Amazon Web Services.
Infrastructure as a Service (IaaS), adalah evolusi layanan selanjutnya, dimana
layanan adalah berupa infrastruktur komputasi. Layanan ini lahir ketika konfigurasi
yang disediakan oleh penyedia PaaS tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
user/customer. Hal ini dapat terjadi ketika customer berniat menggunakan aplikasi yang
memerlukan konfigurasi server yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh penyedia PaaS.
Pada IaaS, penyedia layanan hanya menyediakan sumber daya komputasi seperti
prosesor, memori, dan storage yang sudah tervirtualisasi. Akan tetapi, penyedia layanan
tidak memasang sistem operasi maupun aplikasi di atasnya. Pemilihan OS, aplikasi,
maupun konfigurasi lainnya sepenuhnya berada pada kendali customer. Layanan IaaS
dapat dilihat sebagai proses migrasi server-server customer dari on-premise ke data
center millik penyedia IaaS. Sebagian besar vendor cloud computing menyediakan
layanan model IaaS dalam bentuk Virtual Private Server.[7]
II.4.3. Penggunaan
Contoh layanan Software as a Service (SaaS) adalah layanan yang menyediakan
akses untuk menjalankan aplikasi yang disediakan oleh provider melalui client
interface, seperti layanan aplikasi keuangan, Human Resources, Content Management,
Backup & Recovery, CRM, Document Management dan lain sebagainya. Contoh
aplikasi Gmail, atau Google Docs.
Platform as a Service (PaaS) berupa layanan untuk mengembangkan aplikasi
menggunakan bahasa pemrograman dan tool yang didukung oleh platform, contohnya
platform Java atau Phyton yang disediakan dalam Google App Engine. PaaS juga sering
digunakan dalam layanan Business Intelligence, Development and Testing, dan
Database Management System.
Infrastructure as a Service (IaaS) menyediakan layanan berupa penyewaan
fasilitas komputasi seperti basis data, server, bandwidth sehingga pelanggan dapat
menginstall dan menjalankan perangkat lunak apa saja (sistem operasi dan atau
aplikasi). Seringkali digunakan sebagai tempat penyimpanan data (smart storage), dan
service management system.
11
II.5. Green Computing
II.5.1. Definisi
Istilah Green Computing merujuk ke bagaimana kita bisa efisien dalam
konsumsi energi pada penggunaan produk komputasi. Beberapa definisi dari green
computing memiliki sudut pandang yang berbeda-beda : “How to use your computer
more sustainably” (Young Yi), “Information technology that is environmental friendly
and energy efficient” (Wachara Chantatub), “The study and practice of using computing
resources efficiently” (Rawan M. Al-Ghofaili), “Reduce the increasing amount of
useless data/work” (Jordi Torres). Lima kata kunci yang kerap muncul adalah :
sustainability, environmental friendly, energi efficient, resource efficient dan reduce
useless work. Dalam arti luas, ternyata green computing tidak hanya membahas
tentang efisiensi konsumsi energi dari sumber daya komputer, tapi juga bagaimana kita
bisa menggunakan komputer dengan lebih efisien dan efektif, yang secara langsung
tentunya akan mengefisienkan energi yang dikonsumsi oleh komputer.
II.5.2. Cara kerja & Penggunaan
Green computing lebih kepada lifestyle daripada teknik komputasi, tentang
bagaimana kebiasaan (habit) dan lingkungan (environment) komputer kita kondisikan
agar efektif, efisien dan tepat guna sehingga berdampak hemat energi dan pada akhirnya
ber-efek samping ramah lingkungan. Karena berupa gaya hidup dan way of life, konsep
cara kerja green computing adalah tips bergaya hidup hemat energi dalam kegiatan
komputasi, antara lain :
Green Computing on PC; LCD screen juga hanya menggunakan 30% energi
yang digunakan oleh Monitor CRT (tabung). Menggunakan PC dan printer dengan
merk dan jenis sama memudahkan penganntian spare part dan proses recycle. Matikan
komputer ketika tidak digunakan (malam hari). Screen saver bukanlah energy saver,
pilih matikan monitor daripada menggunakan screen saver. Pilih virtualisasi daripada
pembelian hardware baru dapat menghemat 70% energi yang digunakan. Pilih
peripheral berlogo energy startm.
Green Computing on Laptop; beralihlah ke laptop karena hanya memerlukan
10% energi yang digunakan desktop, kurangi penggunaan backlight, atur layar dan
12
harddisk sleep/off setelah beberapa menit tanpa penggunaan, matikan bluetooth dan wifi
ketika tidak digunakan, kecilkan volume suara dan kontras layar.
Green Computing on Paperless Method; usahakan menggunakan sesedikit
mungkin kertas (paperless method) untuk berbagai urusan kita karena dapat mengurangi
sampah carbon footprint. Apabila memungkinkan, kembangkan dan terapkan Document
Management System, Electronic Invoicing dan Electronic Business Process pada
institusi/perusahaan masing-masing.
Green Computing on Education; hindari penggunaan kertas, gunakan file
elektronik atau blog untuk pengumpulan laporan dan tugas, gunakan eLearning System
untuk penyebaran modul ajar, forum diskusi dan meng-asses pelajar/mahasiswa.
Gunakan milis dan jejaring sosial untuk mendukung pembelajaran.
Green Computing on Paperless Branding and Marketing; tinggalkan kartu
nama, curriculum vitae, koran dan majalah untuk personal branding, lakukan blogging
untuk branding, marketing, bisnis bahkan influencing people. Manfaatkan google
search engine sebagai kurir dan salesman dalam marketing dan branding.[8]
II.6. Machine to Machine
II.6.1. Definisi
Machine to Machine (M2M), adalah komunikasi antar-peralatan (inter-device)
yang bukan hanya diantara peralatan teknologi saja namun dengan segala jenis
perangkat yang memiliki sensor dan aktuator (marking). Dalam sudut pandang bisnis,
M2M dapat juga di definisikan sebuah usaha pemenuhan komunikasi data melalui
jaringan nirkabel antar peralatan/device untuk peningkatan performa usaha sekaligus
penghematan biaya operasional usaha.[9] M2M amat dekat pengertiannya dengan
telemetri dan telematika. Prinsipnya adalah semua peralatan tersebut terhubung ke
sebuah hub yang mengumpulkan dan mendistribusikan data dan kendali. Setiap elemen
network (peralatan M2M) dianggap sebagai node layaknya sebuah perangkat komputer
personal (PC) atau printer dalam sebuah WLAN.
13
II.6.2. Cara kerja
Prinsipnya, cara kerja M2M adalah menjembatani komunikasi data antara device
satu dengan yang lain berbasis TCP/IP menggunakan infrastruktur nirkabel yang ada
(selular/GPRS/CDMA, WiMAX, dan lain-lain). Aplikasi koneksi M2M dapat
mempermudah dan menawarkan biaya yang lebih rendah untuk perawatan dan
pengontrolan sistem industri. Sebagai contoh, dengan menggunakan aplikasi berbasis
M2M dengan memanfaatkan GPRS, perangkat dapat dapat mengetahui semua input
maupun output dari system tersebut hanya dengan menggunakan sebuah PC yang
terhubung ke internet untuk melakukan komunikasi dengan device nirkabel yang
terpasang pada sistem. Komunikasi antar device ini dapat berlangsung karena akses
GPRS yang dipasang pada sistem dan infrastrukturnya sudah tersedia, namun perlu
ditambahkan fitur auto reconnect untuk menanggulangi masalah koneksi GPRS yang
rentan terhadap gangguan Disconnected IP.
II.6.3. Penggunaan
Aplikasi M2M saat ini terus dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, rumah
sakit pintar (smart hospital) yang menerapkan sistem M2M akan memudahkan perawat
dan dokter dalam memonitor keadaan pasien, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.
Gambar 2. Skema Teknologi M2M pada Smart Hospital.
(sumber : http://antondewantoro.wordpress.com/category/telecommunication/)
14
Data-data telemetri medical record pasien bisa dikirimkan melalui akses LAN
maupun jaringan data publik seperti GPRS.
Perusahaan penambangan juga sudah banyak menerapkan sistem kendali jarak
jauh untuk plant-plant nya yang saling berjauhan. yang amat menarik dilihat adalah
teknologi M2M pada ajang balap mobil Formula 1. Sensor-sensor pintar yang dipasang
pada mobil balap formula satu bisa meng-indera/mengukur putaran mesin, ketinggian
oli, hingga suhu ban dari mobil. Peralatan sensor tersebut dikendalikan oleh sensor-
aktuator pintar yang terhubung ke pusat kendali tim di pitstop.
II.7. Next Generation Network (NGN)
II.7.1. Definisi
Hari ini kita kenal ada jaringan telepon, jaringan internet sebagai infrastruktur
bagi penyediaan layanan-layanan komunikasi antar devic.. Konvergensi device
dimungkinkan karena adanya teknologi Internet Protocol (IP), teknologi core berbasis
IP memungkinkan komunikasi antar device yang berbeda platform dan tipe data. Paket
data yang analog akan diubah menjadi digital sehingga dapat dikirimkan melalui
jaringan IP. Soft switch untuk teknologi IP memungkinkan jaringan komunikasi seluler
menggunakan IP address. Trend ke depan semua jaringan informasi akan berbasis
teknologi IP. Evolusi jaringan seluler akan menuju ke all IP network dengan
menggunakan modem untuk mengkonversi sinyal analog menjadi sinyal carrier. Hal ini
sebagai solusi menuju one network for everything.
Next Generation Network (NGN) merupakan konsep teknologi komunikasi dan
informasi yang mengusung solusi one network for everything. Dalam NGN, jaringan
harus mampu mengelola dan membawa berbagai macam lalu lintas data sesuai
kebutuhan customer yang terus berkembang. NGN disusun dalam blok-blok kerja yang
terbuka, dan bersifat open system. Setiap blok memiliki pengembangan yang terbuka
lebar, namun harus selalu dapat dikomunikasikan dengan pengembangan blok-blok
lainnya. Layanan dan aplikasi dikembangkan dengan standar seperti JAIN dan
Parlay/OSA. Persinyalan untuk multimedia dapat menggunakan suite H.323 yang
distandarkan ITU, atau SIP yang distandarkan IETF. Pengendalian umumnya
menggunakan standar bersama yang disebut H.248 oleh ITU atau MEGACO oleh IETF.
15
Transportasi data harus dioptimasi sesuai jenis lalu lintas data yang akan dilewatkan dan
menuntut quality of service (QoS) yang sempurna.
II.7.2. Cara kerja
Pada mulanya, internet diciptakan sebagai jaringan data paket yang tangguh
menghadapi hambatan fisik. Skalabilitas Internet mengakibatkan jaringan ini murah dan
layak digelar baik dalam lingkup kecil maupun besar. Berbagai aplikasi pun digelar di
atas internet: transfer file, e-mail, web, instant messaging, hingga aplikasi real time
seperti telefon, video-on- demand, dan konferensi video. Telefoni Internet, atau
diistilahkan dengan voice over IP (VoIP), adalah salah satu aplikasi paling penting di
internet, karena telefon adalah komunikasi non-paket dengan lalu lintas data terbesar
yang bermigrasi ke Internet. Akan tetapi perlu diingat bahwa layanan ke depan tidak
hanya voice, sehingga solusi VoIP masih merupakan solusi parsial. Diperlukan suatu
sistem komunikasi yang dapat mewadahi seluruh layanan sehingga pemanfaatan
jaringan, organisasi, dan pengoperasioannya menjadi lebih efisien. Softswitch
merupakan konsep komunikasi masa depan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Disamping mampu memberikan layanan VoIP, data, dan
multimedia, softswitch juga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan migrasi bagi
PSTN (jaringan telepon kabel) menuju jaringan data. Softswitch juga diharapkan dapat
memberikan solusi yang lebih balk bagi berbagai permasalahan yang timbul pada
PSTN. Beberapa hal yang harus dipenuhi oleh softswitch sebagai salah satu komponen
NGN adalah:
• Mengakomodasi layanan PSTN.
• Fleksibel terhadap pengembangan layanan masa depan.
• Mengakomodasi integrasi layanan yang memungkinkan pemanfaatan jaringan
secara lebih efisien.
• Memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan teknis dan non teknis yang
terjadi pada jaringan pendahulunya, terutama PSTN.
Softswitch adalah switching berbasis software. Secara umum sistem softswitch
merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan elemen jaringan berupa
software sebagai pusat mengendalian panggilannya. Elemen jaringan ini disebut
Softswitch, atau sering disamakan dengan Call Agent, Call Server, atau Media Gateway
16
Controller. Softswitch dirancang untuk dapat memberikan layanan VoIP, data dan
multimedia, disamping dirancang juga untuk melakukan penetrasi terhadap PSTN
dalam bermigrasi ke jaringan data. Dari sudut pandang PSTN, sistem softswitch adalah
perwujudan sistem switching dalam lingkungan jaringan paket. Dalam
pengembangannya softswitch mendukung berbagai standar internasional seperti ITU,
IETF, FRF, ATM Forum, dan IEEE dengan mengadopsi berbagai protokol standar
terbuka yang ada di dalamnya seperti MGCP, MEGACO, SIP, SS7, CPL, H.323,
Q.931/Q.2931, DiffServ, RSVP, RTP, RCP, MPLS, 802.ip, dan lain-lain. Gambar 3
memotret diagram Softswitch.
Gambar 3. Diagram Softswitch (Sumber : http://blog.teracomtraining.com/page/2)
Arsitektur softswitch untuk NGN membagi jaringan sesuai dengan layer fungsi
masing-masing, yaitu sebagai layer akses, transport, kontrol, dan layer aplikasi. Dua
kata kunci pentingnya adalah 'terbuka' dan 'terdistribusi', yaitu bahwa sistem softswitch
mengggunakan protokol standar terbuka untuk menghubungkan masing-masing elemen
jaringan. Dengan protokol terbuka ini memungkinkan fungsi-fungsi elemen yang
terpusat dapat dipecah menjadi beberapa elemen sesuai fungsi, sehingga jaringan
mempunyai skalabilitas dan fleksibilitas yang tinggi dalam mengakomodasi kebutuhan
jaringan yang beragam. Dengan jaringan yang terbuka dan terdistribusi itu pula,
softswitch akan lebih fleksibel dalam memberikan berbagai jenis layanan secara efisien.
Disamping itu juga diharapkan mampu menyatukan berbagai platform jaringan yang
ada saat ini (PSTN, PLMN, dan Internet) ke dalam satu jaringan, yaitu jaringan data
paket.
17
II.7.3. Penggunaan
NGN menjanjikan suatu infrastruktur yang lebih terbuka kepada aplikasi-aplikasi
yang berjalan di atas TCP/IP. Lalu layanan-layanan apa yang akan ditawarkan NGN?
NGN berusaha memadukan layanan berbasis suara dan aplikasi Internet. Integrasi
antara layanan suara dan internet secara bertahap akan terjadi sampai didapatkan suatu
lingkungan yang benar-benar konvergen untuk melayani kebutuhan informasi, transaksi
(e-commerce) maupun multimedia entertainment.
Layanan-layanan yang mencerminkan adanya konvergensi masih lebih banyak
kepada inovasi keragaman akses terhadap layanan. Misalnya seperti layanan-
layanan click2dial, voice portal, internet call waiting, dan sejenisnya. Konvergensi
lebih lanjut, mengarah kepada presence application yang merupakan inovasi lebih
lanjut dari Instant Messaging (IM) yang cukup berkembang di dunia internet (ICQ, IM
Yahoo, Google Talk dan sejenisnya). Presence app dapat memberikan informasi dan
lingkungan komunikasi yang lebih dinamik dibanding IM. Aplikasi atau layanan
berbasis presence ini memungkinkan mobilitas user di atas jaringan IP Network, user
dapat memilih tipe terminal yang akan digunakan (handphone, tablet phone, komputer,
dan lainnya). User pun dapat berlangganan jenis komunikasi yang akan diterima, yaitu
suara, data internet, multimedia, ataupun video conferencing/ live streaming.
Trend layanan NGN yang berkembang saat ini adalah menuju platform IMS (IP
Multitimedia Subsystem) akan membawa dampak terhadap perkembangan trend layanan
yang lebih inovatif dan interaktif. Trend dan variasi layanan pada arsitektur layanan
NGN antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
• Layanan Data Connectivity; memungkinkan penetapan konektivitas real-
time antara end-point.
• Layanan Multimedia; Memungkinkan multiple party berinteraksi
menggunakan voice, video dan atau data.
• Virtual Private Network (VPN); Voice VPN mengijinkan organisasi besar yang
tersebar secara geografis untuk mengkombinasikan jaringan privat eksistingnya
dengan porsi PSTN dengan kapabilitas dialing uniform. Data VPN menyediakan
18
tambahan fitur sekuriti dan jaringan yang memungkinkan pelanggan membagi
jaringan IP seperti sebuah VPN.
• Public Network Computing (PNC); Menyediakan network publik berbasis
layanan untuk pelanggan bisnis.
• Unified Messaging; Mendukung delivery voice mail, email, fax
mail melalui interface umum.
• Information Brokering; Melibatkan iklan, pencarian dan penyediaan informasi
kepada pelanggan.
• E-Commerce; memungkinkan pelanggan untuk membeli barang secara online.
Hal ini termasuk memproses transaksi, memverifikasi informasi pembayaran,
dan menyediakan standar keamanan yang dibutuhkan.
• Call Center Service; seorang pelanggan melakukan panggilan ke agen call
center dengan meng-klik pada web page. Panggilan dapat diarahkan ke agen
dimana saja, bahkan di rumah (seperti virtual call center). Agen memiliki akses
elektronik ke pelanggan, katalog, stock, dan order yang dikirimkan kembali
antara pelanggan dan agen.
• Interactive Game; menawarkan pengalaman game online yang lebih interaktif.
• Distributed Virtual Reality; aplikasi virtual reality yang dibangun mewakili real
world, orang, tempat, pengalaman, dan lain-lain.
• Smart Home Manager; dengan kehadiran home networking dan peralatan pintar
(smart home appliances), layanan ini dapat memonitor dan mengontrol sistem
keamanan rumah, sistem energi, sistem entertainment rumah dan peralatan
rumah tangga lain.
Jadi dengan NGN akan semakin merubah gaya hidup user dalam bersosialisasi dan
berinteraksi semakin mudah dalam satu gadget. (Gambar 4.)
19
Gambar 4. Layanan IMS berbasis NGN mengubah Lifestyle
(Sumber : http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=&n=361)
Pada gambar 4 terlihat pada layanan tradisional maka layanan bersifat 1:1,
sedangkan melalui NGN dengan platform IMS maka berbagai layanan dengan multi
party seperti instant messaging, share browsing, community gaming, dan lain-lain dapat
dilakukan secara serentak melalui single device.
III. Kesimpulan
Setelah pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa trend ICT di masa
mendatang adalah menuju ke era konvergensi (all purpose in one device) dengan
berorientasi pada layanan (service driven-service oriented). Arah konvergensi ini akan
membentuk habit dan environment baru yang pada akhirnya akan membentuk lifestyle
yang baru, bisa jadi sebuah lifestyle yang membuat manusia malas ke luar rumah lagi,
karena semua interaksi sosial bisa dilakukan di rumah dengan satu alat.
Evolusi dari ICT yang diprediksi akan booming pengembangannya adalah
Service Oriented Architecture (SOA) dan web 2.0.[10]. SOA dikembangkan ke arah
Web Service Oriented Architecture, yaitu kombinasi dari software as a service (SaaS) di
cloud computing dan SOA sehingga menghasilkan Web Oriented Architecture (WOA)
berbasis layanan. Sedangkan web 2.0 dikembangkan ke arah Virtualization 2.0 dan
Mashup & Composite Apps, yaitu optimasi web 2.0 yang akan menghubungkan intranet
20
korporasi dengan internet publik dengan fasilitas utilisasi server dan implementasi
aplikasi untuk membantu mengarahkan kekuatan teknologi untuk proses otomasi yang
lebih sempurna.
Selain itu trend pengembangan ICT juga mulai mengarah pada teknologi Unified
Communications, yaitu konsentrasi migrasi layanan telefoni ke platform TCP/IP, dan
Real World Web, yaitu peralatan GPS enabled yang akan membuat banyak perusahaan
bisa memberikan layanan sesuai dengan lokasi user; serta Social Software, yaitu trend
aplikasi jejaring sosial (social networking) yang diprediksi akan menuju ke level
enterprise dan internet korporasi.
Namun dari semua teknologi diatas, sebetulnya yang paling penting untuk
dikembangkan dan di optimasi adalah Green Computing, kesanalah semestinya lifestyle
kita harus berubah, fokus kepada mengurangi konsumsi listrik, mengurangi jumlah
carbon footprint dan melakukan efisiensi energi dan kerja.
21
REFERENSI
[1]. Direktorat Jenderal Pos & Telekomunikasi, Depkominfo, Roadmap Infrastruktur
Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, 2007.
[2]. Rini W. Wardhani, Peluang Layanan Keamanan (CA) Untuk Mendukung E-
Transaction Di Era Konvergensi, Palembang, Publikasi IdSecConf, 2011.
[3]. Carl Kesselman & Ian Foster, The Grid: Blueprint for a New Computing
Infrastructure, 1998.
[4]. Clement Onime, presentasi berjudul “Grid Computing” oleh Information and
Communication Technology Section (ICTS), The Abdus Salam International
Centre for Theoretical Physics (ICTP).
[5]. Artikel dalam eMagazine Ebizz Asia, Volume I Nomor 11 - Oktober 2003,
tersedia di http://www.ebizzasia.com/0111-2003/itc,0111,01.htm (diakses pada 8
Oktober 2011)
[6]. J. Staten, Cloud Computing for the Enterprise, Forrester Research, 2009, tersedia:
http://www.forrester.com/imagesV2/uplmisc/CloudComputingWebinarSlideDeck.
pdf (diakses pada 8 Oktober 2011)
[7]. N. Sasono, Memahami Cloud Computing, Majalah Online Infokomputer, Maret
2011, tersedia di http://www.infokomputer.com/umum/memahami-cloud-
computing-bagian-2/halaman-6 (diakses pada 8 Oktober 2011).
[8]. R. Satria Wahono, Green Computing untuk Orang Lugu, tersedia di
http://romisatriawahono.net/2008/12/22/green-computing-untuk-orang-lugu/
(diakses pada 8 Oktober 2011).
[9]. O. Kusuma, Aplikasi Untuk Koneksi GPRS Menggunakan Wireless CPU Q2686,
PT. M2M Connectivity Indonesia, 2011.
[10]. Gartner Report on 10 most strategic technologies for 2008, Gartner Symposium/
ITxpo, Orlando, 2007, tersedia di http://www.gartner.com/it/page.jsp?id=530109.
(diakses pada 8 Oktober 2011).