Teknik Pengeleloaan Keuangan Negara Pim IV
Transcript of Teknik Pengeleloaan Keuangan Negara Pim IV
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia
2011
Hak Cipta © Pada : Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2011
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188
Manajemen Keuangan Negara
Jakarta – LAN – 2011
VIII hlm: 15 x 21 cm
ISBN: xxx – xxxx – xx – x
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARAREPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Untuk mewujudkan pejabat strukltural eselon IV yang berkemampuan melaksanakan tugas jabatannya secara profesional, sesuai amanah Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Lembaga Administrasi Negara telah memperbaharui keseluruhan sistem penyelenggaraan Diklat aparatur. Pembaharuan ini merupakan antisipasi terhadap perkembangan lingkungan strategis Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kian hari kian dinamis.
Agar pembaharuan sistem Diklat aparatur ini dapat diterapkan secara konsisten di seluruh Indonesia, maka LAN menerapkan kebijakan standarisasi program Diklatpim Tingkat IV. Proses standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran, persyaratan peserta, tenaga pengajar, kualifikasi pengelola dan penyelenggara sampai pada pengadministrasian penyelenggaranya. Dengan proses standarisasi ini, maka implementasi pembaharuan sistem Diklat aparatur termasuk kualitas alumninya dapat lebih terjamin.
Salah satu unsur penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV yang mengalami proses standarisasi adalah modul untuk para peserta (participants’ book). Dengan modul yang standar ini,
diharapkan peserta Diklatpim Tingkat IVdi seluruh Indonesia dapat mengikuti proses pembelajaran dengan efektif sehingga kompetensi kepemimpinan taktikal yang menjadi sasaran penyelenggaraan Diklatpim Tk. III ini dapat dicapai tanpa menemui kendala yang berarti.
Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan modul-modul dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini, dan mengharapkan agar peserta Diklatpim Tingkat IV dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung. Semoga modul ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Kepada Drs. Sukadarto, SH, MM dan Marsono, SE, MM, selaku penulis modul ini, seluruh anggota tim penulis modul dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini termasuk tim pembaharuan sistem Diklat aparatur, kami ucapkan terima kasih atas kesungguhan dan dedikasinya.
Jakarta, Desember 2011KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARAREPUBLIK INDONESIA
ASMAWI REWANSYAH
KATA PENGANTAR
Sebagai sebuah Diklat berbasis kompetensi, penyelenggaraan Diklatpim Tk. IV dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini membutuhkan sejumlah sarana pembelajaran yang yang efektif membantu SDM kediklatan dalam mewujudkan kompetensi kepemimpinan taktikal pada masing-masing peserta Diklat. Di antara berbagai sarana yang ada, modul memainkan peranan yang sangat signifikan, karena dalam modul itulah konsep, teori termasuk praktek yang dibutuhkan untuk membangun kompetensi tersebut tertuang dan dapat dibaca oleh peserta, widyaiswara, pengelola dan penyelenggara Diklat. Oleh karena itu, kami berharap modul ini dapat memainkan peranan tersebut.
Mengacu pada modul ini, maka: (1) widyaiswara atau fasilitator Diklatpim Tk. IV dapat merancang proses pembelajaran; (2) peserta Diklat dapat mempersiapkan dirinya untuk menerima kompetensi yang akan diperolehnya; (3) pengelola dan penyelenggara dapat merencanakan dalam memberikan dukungan agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif.
Yang spesifik dari modul dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini adalah adanya lembar kerja atau worksheet. Setiap peserta Diklatpim Tk. IV wajib mengerjakan tugas-tugas yang dituntut dalam lembar kerja tersebut. Kemampuan peserta mengerjakan lembar kerja ini merupakan bukti bahwa peserta tersebut telah memiliki kompetensi yang dibangun oleh modul ini. Oleh karena itu, lembar kerja ini merupakan data atau rekam jejak yang ditinggalkan oleh peserta Diklatpim Tk.IV.
Bagi Lembaga Administrasi Negara, lembar kerja pada modul itu adalah acuan utama dalam memonitor dan mengevaluasi suatu penyelenggaraan Diklat. Peserta Diklatpim Tk. IV yang mampu mengerjakan lembar kerja tersebut dengan
v
penuh komitmen dan integritas, sehingga hasilnya baik akan terdeteksi oleh Lembaga Administrasi Negara melalui program-program monitoring dan evaluasi Diklat yang dilaksanakan.
Selamat memanfaatkan modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ini. Semoga melalui modul ini, kompetensi kepemimpinan operasional bagi peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dapat tercapai.
Jakarta, Desember 2011
DEPUTI BIDANG PEMBINAAN PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN APARATUR
ENDANG WIRJATMI TRILESTARI
vi
DAFTAR ISI
SAMBUTAN................................................................................. iiiKATA PENGANTAR................................................................... vDAFTAR ISI................................................................................. vii
Hal.BAB I PENDAHULUAN ………………………. 1BAB II PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN
MANAJEMEN KEUANGAN ……………………………………….
3
A. Keuangan Negara ………………… ………. 3B. Manajemen Keuangan
Negara ……………………………………….6
BAB III ASAS ASAS KEUANGAN NEGARA, FUNGSI, KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA ………………………….. 8A. Asas Keuangan Negara …………………….. 8B. Fungsi Keuangan Negara …………………… 9C. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan
Negara …….............................................9
BAB IV TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (APBN) ....
13
A. Penyusunan APBN .................................... 13B. Pengalokasian Anggaran
Dalam DIPA ............................. .............15
C. Pelaksanaan Anggaran ...................... ....... 18D. Pengawasan .............................................. 40E. Pertanggungjawaban
dan Pelaporan ............................... .........48
vii
Modul Diklatpim Tingkat IV
BAB V TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (APBD) ....
65
A. PERENCANAAN ................. 651. Perencanaan APBD ...........2. Asas Umum Manajemen Keuangan
Daerah .............Asas Umum dan Struktur APBD ..........
3. Penyusunan Rancangan APBD ..............
4. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara ...........................................
5. Penetapan APBD ................................
6. Kewenangan Fungsional Dalam Manajemen Keuangan Daerah .............
656868727375
76
B. PELAKSANAAN .................. 811. Asas Mekanisme Pelaksanaan
APBD ................................................2. Laporan Realisasi Semester I APBD 3. dan Perubahan APBD ......................4. Penatausahaan Keuangan
Daerah .........5. Pertanggungjawaban Pengelolaan
APBD...6. Pengendalian Defisit dan Penggunaan
Surplus ......7. Pemeriksaan dan
Pertanggungjawaban APBD ........8. Pembinaan dan Pengawasan
Penglolaan Keuangan Daerah .................................
81
93949697
100
102
BAB VI PENERAPAN TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN DALAM 104
viii
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
ORGANISASI ............................DAFTAR PUSTAKA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana
tercantum dalam alinea IV Pembukan UUD 1945 dibentuk Pemerintah
Negara yang menyelenggarakan fungsi dalam berbagai urusan
pemerintahan . Pembentukan pemerintah negara tersebut menimbulkan
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang harus
diselenggarakan dalam suatu tata pengelolaan keuangan negara.
Guna mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara,tersebut, maka pengelolaan
keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan
bertanggung jawab. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara menganut asas yang telah lama dikenal dalam
pengelolaan keuangan negara seperti asas tahunan, universalitas,
kesatuan dan asas spesialis maupun asas asas baru sebagai pencerminan
best practices dalam pengelolaan negara, antara lain akuntablitas,
profesional, proporsional, keterbukaan, dan pemeriksaan keuangan oleh
BPK yang bebas dan mandiri.
1
Modul Diklatpim Tingkat IV
Dalam pengelolaan keuangan negara mencakup seluruh
rangkaian kegiatan mulai dari perumusan kebijaksaaan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Bahan ajar untuk
Diklat Pimpinan Tingkat IV ini adalah teknik pengelolaan keuangan
negara (APBN) termasuk keuangan daerah (APBD), meliputi :
1. Pendahuluan;
2. Pengertian keuangan negara dan manajemen keuangan negara;
3. Asas keuangan negara, fungsi dan kekuasaan atas pengelolaan
keuangan negara;
4. Teknik pengelolaan keuangan (APBN));
5. Teknik pengelolaaan keuangan negara (APBD);
6. Penerapkan teknik pengelolaan keuangan negara dalam
organisasi.
Pembelajaran disajikan secara komunikatif meliputi : ceramah,
tanya jawab, diskusi dan demontrasi. Keberhasilan pembelajaran
ini dapat dinilai dari kemampuan peserta dalam menerapkan teknik
pengelolaan keuangan negara.
2
BAB II
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN
MANAJEMEN KEUANGAN
A. Keuangan Negara
1. Dalam buku Keuangan Negara dari Badan Pemeriksa Keuangan
(1998) dinyatakan bahwa: keuangan negara adalah kekayaan
yang dikelola oleh pemerintah meliputi uang dan barang yang
dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki; hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang; dana-dana pihak
ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan atau
dijamin baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan-
badan usaha, yayasan maupun institusi lainnya.
2. Menurut M. Hadi, Keuangan Negara adalah: Semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala
sesuatu, baik uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
dimaksud (1973).
3
Modul Diklatpim Tingkat IV
3. M. Subagio mengemukakan pengertian keuangan negara secara
lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut: Keuangan Negara terdiri
atas hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajibannya itu.
Hak Negara meliputi hak menciptakan uang, hak mendatangkan
hasil; hak melakukan pungutan hak meminjam dan hak
memaksa.
Kewajiban Negara meliputi kewajiban menyelenggarakan tugas
negara demi kepentingan masyarakat; dan kewajiban membayar
hak-hak tagihan pihak ketiga (1988).
4. Harjono Sumosudirdjo mengartikan Keuangan Negara sebagai:
semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang
yang dapat dijadikan kekayaan negara, berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (1983).
5. Juniadi Soewartoyo, SE, M.Si menyatakan bahwa apabila
keuangan negara diberikan arti luas, maka ruang lingkupnya
mencakup dua kegiatan pengelolaan, yaitu;
a) Pengelolaan keuangan negara melalui anggaran negara
atau pengelolaan secara langsung. Ini merupakan
pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan dalam
4
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
APBN untuk tingkat pemerintah pusat serta APBD untuk
tingkat pemerintah provinsi, kabupaten dan kota dengan
pengaturannya berupa antara lain Undang-undang APBN
dan Peraturan Presiden tentang pelaksanaan APBN yang
diterbitkan setiap tahun anggaran.
b) Pengelolaan keuangan negara yang dipisahkan dari
anggaran negara yakni yang dilaksanakan oleh berbagai
bentuk usaha dari BUMN/BUMD sampai dengan yayasan
yang didirikan pemerintah. Peraturannya melalui ketentuan
hukum yang berlaku umum untuk dunia usaha seperti KUH
Perdata, KUH Dagang serta berbagai peraturan perundangan
lainnya yang berkaitan dengan dunia usaha seperti Undang-
undang Perbankan atau Perseroan Terbatas.
Dari penjelasan di atas, khususnya pengelolaan keuangan negara
melalui anggaran negara atau pengelolaan secara langsung, maka
manajemen keuangan negara sudah termasuk di dalamnya aspek-aspek
keuangan daerah yang harus dikelola dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Dengan perkataan lain “pengelolaan keuangan
negara” merupakan bagian dari keuangan negara sebagai disiplin ilmu
yang berdiri sendiri. Dilihat dari segi pengelolaan (manajemen) maka
terdapat pemisahan antara pengelolaan keuangan oleh pemerintah pusat
5
Modul Diklatpim Tingkat IV
dan pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa
pengertian keuangan negara tidak hanya berupa uang negara, melainkan
seluruh kekayaan negara termasuk di dalamnya segala hak dan
kewajiban yang timbul karenanya, baik kekayaan itu berada dalam
pengelolaan para pejabat/lembaga pemerintah, pengelola bank-bank
pemerintah, yayasan pemerintah, badan usaha negara dan badan usaha
lainnya dimana pemerintah mempunyai kepentingan khusus dan terikat
dalam perjanjian dengan penyertaan pemerintah ataupun penunjukan
pemerintah.
Pengertian keuangan negara secara yuridis formal (Undang-
undang No.17 Tahun 2003) “adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik berupa barang
maupun uang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Sebagai definisi yang digunakan pada buku ini Manajemen
Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pengelolaan keuangan
negara yang dituangkan dalam anggaran. Secara ringkas kegiatan
pengelolaan itu dimulai dari perumusan kebijakan/pengambilan
keputusan, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran sampai dengan
6
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
pengawasan / pemeriksaan dan pelaporan / pertanggung jawaban
pelaksanaan anggaran.
Cakupannya meliputi kegiatan pengelolaan anggaran pendapatan
dan belanja negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara
yang dibiayai dari keuangan negara yang diarahkan pada pelayanan
negara dalam memberdayakan masyarakat.
Undang-undang tentang BPK tidak merumuskan pengertian
pengelolaan keuangan negara secara tegas, tetapi keuangan negara yang
diperiksa oleh lembaga negara tersebut hingga saat ini ialah keuangan
negara yang dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan-
badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Menurut segi
yuridis, BPK berpendapat bahwa pengertian keuangan negara yang
dikehendaki UUD 1945 dan Undang-undang No.5 Tahun 1973 tentang
BPK meliputi:
Pertama, seluruh penerimaan dan pengeluaran, baik yang menyangkut
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan badan-badan usaha
milik negara dan daerah maupun institusi yang menggunakan
modal atau kelonggaran dari negara atau masyarakat.
Kedua, seluruh kekayaan negara berupa harta yang berbentuk uang,
barang, piutang, jasa serta hak-hak negara seperti: hak-hak
menagih atas kontrak berupa pertambangan, hak penangkapan
ikan, pengusahaan hutan, kewajiban-kewajiban atau utang-
7
Modul Diklatpim Tingkat IV
utang negara seperti dana pensiun, asuransi kesehatan,
jaminan sosial tenaga kerja, kekayaan bersih negara dan
kekayaan alamnya.
Ketiga, kebijaksanaan-kebijaksanaan anggaran, fiskal, moneter
beserta akibatnya dibidang ekonomi.
Keempat, keuangan lainnya yang dikelola oleh pemerintah pusat dan
daerah dan badan-badan yang menjalankan kepentingan
negara atas uang yang dimiliki negara ataupun uang/dana
yang dimiliki masyarakat.
Atas dasar hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwasannya
cakupan keuangan negara lebih luas dari pengelolaan keuangan negara
yang tidak semata-mata kegiatan, melainkan mencakup
kekuasaan/kewenangan, hak dan kewajiban dan akibat-akibat dari
pelaksanaan kekuasaan itu, termasuk juga uang, barang dan atau asset
yang dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah serta institusi
pemerintahan lainnya.
Dari aspek otoritas (kewenangan) atau kekuasaan
penyelenggaraan pemerintahan negara, maka kekuasaan pengelolaan
keuangan negara merupakan subsistemnya. Dengan kata lain kekuasaan
pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari kekuasaan
penyelenggaraan pemerintahan (Negara).
8
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
B. Manajemen Keuangan Negara
Manajemen Keuangan Negara sebagai bidang studi yang
mempelajari dan diajarkan pada lembaga atau program pendidikan dan
pelatihan adalah merupakan bagian penting dari administrasi negara.
Saat ini manajemen keuangan negara telah berkembang sedemikian
rupa terpisah dari bidang studi administrasi negara dalam artian menjadi
fokus telaahan tersendiri dalam konteks bidang profesi yang spesialistis.
Perpaduan bidang studi manajemen dan keuangan negara dalam praktek
menjadikannya ilmu pengetahuan terapan.
Oleh karena itu terminologi manajemen keuangan negara dalam
buku ini merupakan substitusi dari istilah pengelolaan keuangan negara
yang lazim di gunakan dalam ketentuan peraturan perundangan bidang
keuangan negara. Berdasarkan pertimbangan akademik dan praktis
maka penyebutan bidang studi ini digunakan silih berganti antara
“manajemen keuangan negara” dengan “pengelolaan keuangan negara”.
Hal ini mengingat di Indonesia istilah manajemen sering disamakan
dengan istilah pengelolaan, sekalipun tidak sepenuhnya bermakna
persis sama. Sebagai bidang studi, Manajemen Keuangan Negara terdiri
dari dua istilah yang dipadukan, yaitu “Manajemen”, dan “Keuangan
Negara”. Manajemen disini diberikan pengertian “proses
penyelenggaraan kegiatan pencapaian tujuan organisasi dengan
9
Modul Diklatpim Tingkat IV
mendayagunakan sumber daya dalam organisasi. Sumber daya
organisasi salah satunya adalah “uang” (money).
10
11
Modul Diklatpim Tingkat IV 12
BAB IIIASAS ASAS KEUANGAN NEGARA, FUNGSI DAN KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA
A. Asas Keuangan Negara
Dalam rangka mendukung terwujudnya kepemerintahan yang
baik (good governance) dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka
keuangan negara harus diselenggarakan secara profesional, terbuka dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan pokok yang ditetapkan oleh
Konstitusi (UUD 1945).
Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Keuangan Negara
perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam konstitusi
tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi, baik asas-asas yang
telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara seperti azas
tahunan, azas universalitas, azas kesatuan dan azas spesial maupun asas-
asas baru sebagai pencerminan dari “best practice” (penerapan kaidah-
kaidah yang baik) dalam keuangan negara. Asas-asas tersebut,
diantaranya adalah:
13
Modul Diklatpim Tingkat IV
1. Asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil,
2. Asas profesionalitas,
3. Asas proporsionalitas,
4. Asas keterbukaan dalam mengelola keuangan,
5. Asas pemeriksanaan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
Asas-asas umum tersebut diperlukan guna menjamin
terselenggaranya prinsip prinsip pemerintahan yang baik.
Dengan dianutnya asas asas umum tersebut di dalam Undang
Undang Keuangan Negara, pelaksanaan Undang Undang ini selain
menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus
dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi
dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Fungsi Keuangan Negara
Dalam penjelasan Pasal 3 ayat (4) Undang Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keungan Negara, dijelasakan sebagai berikut :
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan;
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara
menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan
pada tahun yang bersangkutan.
14
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara
menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
4. Fungsi alokasi mengandung arti anggaran negara harus diarahkan
untk mengunrangi pengangguran dan pemborosan sumber`daya,
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian;
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
6. Fungsi stabilitas mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
C. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara
1. Presiden
Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Undang Undang Nomor 17
Tahun 203 bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara sebagai
bagian dari kekuasaan Pemerintahan. Selanjutnya kekuasaan
tersebut dikuasakan kepada:
a. Menteri Keuangan, selaku pengelola fiscal dan wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang
dipisahkan;
15
Modul Diklatpim Tingkat IV
b. Menteri/pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/
Barang Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya;
c. Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan
Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
2. Menteri Keuangan
Selaku pengelola fiskal dan wakil Pemerintah Pusat dalam hal
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri
Keuangan sebagai Pembantu Presiden dalam bidang keuangan
bertindak selaku “Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah
Republik Indonesia. Pasal 8 Undang-undang No.17 Tahun 2003
menetapkan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas
pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi mikro;
b. Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan
APBN;
c. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
d. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
e. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah
ditetapkan Undang-undang;
16
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
f. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara;
g. Menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (APBN);
h. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal
berdasarkan ketentuan undang-undang.
3. Menteri/Pimpinan Lembaga
Setiap Menteri/Pimpinan yang memimpin Kementerian
Negara/Lembaga adalah sebagai pengguna anggaran/barang dan
berkedudukan selaku Chief Operational Officer (COO) untuk
suatu bidang pemerintahan tertentu. Lembaga dalam hal ini
adalah Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non
Kementerian Negara. Di lingkungan Lembaga Negara, yang
dimaksud dengan Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang
bertanggungjawab atas manajemen keuangan Lembaga yang
bersangkutan. Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna
anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/lembaga yang
dipimpinnya, menurut Pasal 9 UU No.17 Tahun 2003
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menyusun rancangan anggaran Kementerian
Negara/lembaga yang dipimpinnya;
b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
17
Modul Diklatpim Tingkat IV
c. Melaksanakan anggaran Kementerian Negara/lembaga yang
dipimpinnya;
d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak
dan menyetorkan ke Kas Negara;
e. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
Piutang adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara
bukan pajak yang pemungutannya menjadi tanggung jawab
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
Sedangkan utang dalam hal ini adalah kewajiban negara
kepada pihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan
jasa yang pembayarannya merupakan tanggungjawab
kementerian Negara/Lembaga berkaitan sebagai unit
pengguna anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul
berdasarkan Undang-undang/Keputusan Pengadilan;
f. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggungjawab Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya;
g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud
adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam
18
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
pengelolaan keuangan negara, termasuk prestasi kerja yang
dicapai atas penggunaan anggaran;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi
tanggungjawabnya berdasarkan ketentuan Undang-undang.
4. Gubernur/Bupati/Walikota
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagian
kekuasaan Presiden dalam mengelola keuangan Negara
diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Pengelola
Keuangan Daerah. Selaku Kepala Pemerintahan Daerah,
berwenang mengelola keuangan daerah dan mewakili
Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan disesuaikan dengan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara. Kekuasaan dalam
mengelola keuangan daerah tersebut dilaksanakan oleh Kepala
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah dan Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
Secara lebih rinci kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c :
a. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Kuangan
Daerah selaku pejabat pengelola APBD;
19
Modul Diklatpim Tingkat IV
b. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
APBD;
b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan
APBD;
c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
d. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
e. Menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna
anggaran/barang daerah mempunyai tugas :
a. menyusun anggran satuan kerja oerangkat daerah yang
dipimpinnya;
b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya;
d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
e. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggungf
jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimp;innya;
20
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
f. Mengelola barangmilik/kekayaan daerah yang menjadi
tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan
kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
21
22
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara 23
BAB IVTEHNIK PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA (APBN)
A. Penyusunan APBN
Proses manajemen (pengelolaan) keuangan negara oleh
Pemerintah Pusat dilandasi oleh dasar hukum yang kuat, yaitu Undang
Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
mempertegas tentang penyusunan APBN (termasuk APBD) dalam hal
ini mengenai tujuan, dan fungsi penganggaran pemerintah, peran
DPR/D dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan
anggaran pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem
penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran penyatuan anggaran
dan penyusunan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam
penganggaran.
Di tinjau dari segi prosesnya, maka manajemen keuangan negara
oleh Pemerintah Pusat diselenggarakan seperti di bawah ini :
Penyusunan APBN diawali dengan proses penyusunan Recana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKKA-KL) bagi
Pemerintah Pusat dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Pemerintah Daerah. Berdasarkan Pasal
24
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
4 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 bahwa pendekatan
dalam penyusunan RKA-KL adalah sebagai berikut: (1) Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM); (2) Penganggaran terpadu
(unified budgeting); dan (3) Penganggaran berbasis kinerja.
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah digunakan untuk
mencapai disiplin fiskal secara berkelanjutan. Penyusunan anggaran
terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga
untuk menghasilkan dokumen RKA-KL dengan klasifikasi anggaran
belanja menurut organisasi, fungsi, program, kegaiatan, dan jenis
belanja. Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil
yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan
keluaran tersebut.
Adapun proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga adalah sebagai berikut:
1) Kementerian Negara/Lembaga menyusun
rencana kerja yang memuat kebijakan, program dan kegiatan yang
dilengkapi sasaran kinerja dengan mengacu kepada prioritas
pembangunan nasional dan pagu indikatif sesuai dengan Surat
Edaran bersama Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenes dan Menteri Keuangan;
25
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenes menelaah rencana kerja yang disampaikan
Kementerian Negara/lembaga berkoordinasi dengan Kementerian
Keuangan;
3) Menteri/Pimpinan Lembaga setelah
menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara
bagi masing-masing program pada pertengahan bulan Juni,
menyesuaikan rencana kerja kementerian negara/lembaga menjadi
RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan;
4) Kementerian Negara/lembaga membahas
RKA-KL bersama-sama dengan komisi terkait di DPR;
5) Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan
kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenes;
6) Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenes menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil
pembahasan bersama DPR dengan Rencana Kerja Pemerintah;
7) Kementerian Keuangan menelaah
kesesuian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR dengan
Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara;
8) Menteri Keuangan menghimpun RKA-KL yang telah ditelaah untuk
selanjutnya bersama-sama dengan Nota Keuangan dan Rancangan
APBN untuk dibahas dalam Sidang Kabinet;
26
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
9) Nota keuangan dan Rancangan APBN beserta RKA-KL yang telah
dibahas selanjutnya disampaikan kepada DPR untuk dibahas
bersama dan ditetapkan menjadi Undang Undang APBN;
10) RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Keputusan
Presiden tentang Rincian APBN;
11) Keputusan Presiden tentang Rincian APBN menjadi dasar bagi
masing-masing Kementerian Negara/lembaga untuk menyusun
konsep dokumen pelaksanaan anggaran.
B. Pengalokasian Anggaran Dalam
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Pengalokasian Anggaran pada dasarnya menganut pendekatan
klasifikasi ekonomi, yang terdiri dari:
1. Belanja Pegawai
Belanja ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
a. Belanja Pegawai mengikat
Belanja pegawai dibutuhkan secara terus menerus dalam satu
tahun dan harus dialokasikan oleh kementerian Negara/Lembaga
dengan jumlah yang cukup pada tahun yang bersangkutan, yaitu:
gaji, gaji dokter PTT dan bidan PTT, honorarium, uang lembur,
vakasi, uang lauk pauk TNI/Polri, uang makan PNS.
27
Modul Diklatpim Tingkat IV
b. Belanja Pegawai Tidak Mengikat
Belanja pegawai jenis ini diberikan dalam rangka mendukung
pembentukan modal dan/atau kegiatan yang bersifat temporer,
misalnya honor pengelola keuangan, Tim penyusun draft
peraturan perundang-undangan, Tim penyusun Standar Biaya
Khusus
2. Belanja Barang
Belanja ini merupakan pengeluaran atas pembelian barang dan jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan.
Belanja Barang terdiri dari:
a. Belanja barang mengikat misalnya:
belanja barang fisik (keperluan sehari-hari) belanja jasa
(langganan daya dan jasa), belanja pemeliharaan, belanja
perjalanan dinas;
b. Belanja barang tidak mengikat
dibutuhkan secara insidentil misalnya jasa konsultan, sewa, jasa
profesi.
3. Belanja Modal
Adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah asset dengan kewajiban
menyediakan biaya pemeliharaan dan memberi manfaat lebih dari 1
tahun, nilainya relatif material.
28
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Belanja Modal terdiri dari:
a. Belanja Modal Tanah;
Pengeluaran untuk pengadaan/pembelian/pembebasan,
penyelesaian balik nama dan sewa tanah, pengosongan,
pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat
serta pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan
dengan pembentukan modal, perolehan hak dan kewajiban atas
tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi tanah.
b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin;
Pengeluaran untuk pengadaan alat-alat dan mesin yang
dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal/aset tetap,
termasuk biaya untuk penambahan, penggantian dan
peningkatan kapasitas peralatan dan mesin berat yang dimaksud
untuk memperpanjang masa manfaat maupun meningkatkan
efisiensinya.
c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan;
Pengeluaran untuk perencanaan, pembangunan, pengawasan dan
pengelolaan pembentukan modal untuk membangun gedung dan
bangunan negara yang perhitungannya mengacu kepada
Keputusan Ditjen Cipta karya tentang Standar Pembangunan
Gedung Negara, termasuk pengadaan berbagai barang kebutuhan
pembangunan gedung dan bangunan.
29
Modul Diklatpim Tingkat IV
Termasuk kelompok belanja modal ini adalah:
a. Pengadaan/pembangunan berbagai
gedung dan bangunan yang berfungsi untuk perkantoran,
hunian dan pelayanan;
b. Belanja untuk kelengkapan prasarana dan
sarana di dalam dan di sekitar (sepanjang berada dalam
komplek) gedung dan bangunan tersebut misalnya instalasi
listrik, telpon, air, jalan komplek, pagar, gorong-gorong
lingkungan pertamanan, lapangan parkir.
c. Biaya untuk kegiatan rehabilitasi, renovasi
dan restorasi gedung dan bangunan yang diharapkan dapat
memperpanjang masa manfaat dari aktiva maupun
meningkatkan efisiensinya.
d. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan;
Pengeluaran yang diperlukan untuk pembangunan,
peningkatan / penambahan, penggantian, pembuatan serta
perawatan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
jaringan atau merupakan bagian dari jaringan.
e. Belanja Modal lainnya.
Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan
modal untuk pengadaan/pembangunan belanja fisik lainnya
30
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan kriteria
belanja modal. Belanja modal lainnya ini misalnya: kontrak
sewa beli pengadaan/pembelian barang-barang kesenian,
barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum,
serta hewan ternak, ternak peliharaan, buku-buku, jurnal
ilmiah.
4. Bunga
Bunga yaitu pembayaran yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang baik utang luar negeri maupun dalam
negeri dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Jenis belanja ini
khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP)
5. Subsidi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan
jasa untuk memenuhi hajad hidup orang banyak sedemikian rupa
sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat. Belanja
ini antara lain dipergunakan untuk pencalran subsidi kepada
perusahaan negara dan perusahaan swasta.
6. Bantuan Sosial
Bantuan sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada
31
Modul Diklatpim Tingkat IV
anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakat termasuk
didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang
pendidikan dan keagamaan.
Termasuk bantuan sosial adalah:
a. Bantuan kompensasi sosial
Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan
kepada masyarakat sebagai dampak dari adanya kenaikan BBM;
b. Bantuan kepada Lembaga Pendidikan dan Peribadatan
Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan
kepada lembaga pendidikan dan/atau lembaga keagamanan;
c. Bantuan kepada Lembaga Sosial lainnya
Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan
kepada lembaga sosial lainnya.
7. Hibah
Hibah atau transfer rutin/modal yang sifatnya tidak wajib kepada
negara lain atau kepada organisasi internasional. Belanja ini antara
lain digunakan untuk hibah kepada pemerintah luar negeri dan
organisasi internasional.
8. Belanja lain-lain
Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang
tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis belanja butir 1 s.d 7.
Jenis belanja ini dipergunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP).
32
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
C. Pelaksanaan Anggaran
1. Pengelola
Anggaran
Dalam rangka persiapan pelaksanaan anggaran, pada setiap awal
tahun anggaran ditetapkan pengelola anggaran. Pengelola
Anggaran terdiri dari :
a. Pengguna Anggaran (PA);
b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
c. Pejabat Pemungut Penerimaan Negara; (PPPN)/Atasan
Langsung Bendahara Penerimaan;
d. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
e. Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM (PPP-SPM);
f. Bendahara Penerimaan;
g. Bendahara Pengeluaran;
h. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP).
PA
KPA
PPK PPP-SPM
BENDAHARA PENGELUARAN BPP
BENDAHARA PENERIMAANPPPN
33
Modul Diklatpim Tingkat IV
2. Tugas
Pengelola Anggaran
a. Pengguna Anggaran (PA)
1) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
yang disebut sebagai DIPA yang mengacu kepada RKA
dalam satu tahun anggaran;
2) Melaksanakan anggaran ;
3) Menetapkan para pejabat yang ditunjuk
sebagai:
a) Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
(KPA/B);
b) Pejabat yang bertugas melaksanakan pemungutan
penerimaan Negara (Pejabat Pemungut Penerimaan
Negara (PPPN)/Atasan Langsung Bendahara
Penerimaan);
c) Pejabat yang melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
(Pejabat Pembuat Komitmen/PPK);
34
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
d) Pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan
perintah pembayaran (Pejabat Penguji dan
Penandatangan SPM/PPP-SPM);
e) Bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan;
f) Bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
belanja;
g) Menetapkan kembali pejabat yang diberi wewenang
untuk menandatangani surat keputusan kepegawaian
yang mengakibatkan pembebanan pada anggaran
belanja Negara, pada awal tahun yang bersangkutan;
h) Menetapkan Unit Akuntansi Tingkat Pengguna
Anggaran/ Barang, Tingkat Pembantu Pengguna
Anggaran/Barang Eselon I, Tingkat Pembantu
Pengguna Anggaran/Barang Wilayah dan Tingkat
Kuasa Pengguna Anggaran/Barang;
4) Menyampaikan DIPA yang telah mendapat
pengesahan kepada Unit Eselon I/II/Satuan Kerja;
4) Menetapkan Rencana Umum Pengadaan;
5) Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan
paling kurang di website;
35
Modul Diklatpim Tingkat IV
6) Menetapkan :
a) Pemenang pada pelelangan atau penyedia pada
penunjukkan langsung untuk paket pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya dengan
nilai di atas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar
rupiah);
b) Pemenang pada seleksi atau penyedia pada
penunjukkan langsung untuk paket pengadaan jasa
konsultasi dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,-
(sepuluh milyar rupiah).
7) Mengawasi pelaksanaan anggaran;
8) Bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan dengan
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
1) Menandatangani DIPA Satker dan DIPA Revisi;
2) Menetapkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan
POK Revisi yang merupakan penjabaran secara rinci
alokasi anggaran dalam DIPA Satker yang
bersangkutan;
3) Menetapkan Rencana Operasional Program/Kegiatan
(ROP/K), Rincian Anggaran Belanja (RAB), dan
36
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Rencana Pelaksanaan dan Penggunaan Anggaran
(RPPA);
4) Menetapkan Tim Pelaksana
Kegiatan/Kelompok Kerja/Pejabat Pengadaan
Barang/Jasa yang berada dibawah wewenangnya;
5) Menetapkan dan menugaskan Bendahara
Pengeluaran Pembantu (BPP);
6) Melakukan pembinaan, pengarahan dan
pengawasan terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan
dan anggaran;
7) Menandatangani surat permohonan dispensasi
Uang Persediaan (UP) dan Tambahan Uang Persediaan
(TUP);
8) Melaporkan hasil pelaksanaan baik pencapaian
fisik maupun keuangan setiap 3 (tiga) bulan sekali
kepada PA;
9) Melakukan pemeriksaan kas Bendahara
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Hasil
pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Kas;
10) Melakukan rekonsiliasi internal antara
pembukuan Bendahara dan Laporan Keuangan
37
Modul Diklatpim Tingkat IV
UAKPA sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
bulan sebelum dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN;
11) Mengesahkan laporan keuangan per-Bulan,
per-Triwulan, per-Semester dan Tahunan berdasarkan
SAI;
12) Bertanggungjawab atas penyampaian laporan-
laporan lainnya antara lain perencanaan kas dan
laporan monitoring dan evaluasi Pengadaan
Barang/Jasa;
13) Melakukan perubahan dan pengesahan
perkiraan penarikan dana dan atau perkiraan
penyetoran dana secara periodik yaitu bulanan,
mingguan dan harian;
14) Bertanggung jawab kepada PA.
c. Pejabat Pemungut Penerimaan Negara (PPPN)/Atasan
Langsung Bendahara Penerimaan.
1) Mengelola penerimaan negara dalam
Sistem APBN;
2) Mengintensifkan perolehan pendapatan
yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya;
3) Melaksanakan koordinasi dan
pengendalian penyelenggaraan pelayanan jasa;
38
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
4) Menandatangani Surat Perjanjian
Kerjasama Pelayanan Barang/Jasa;
5) Menandatangani berita acara
pemeriksaan kas penerimaan;
6) Melaksanakan tertib administrasi
keuangan sesuai peraturan perundangan-undangan yang
berlaku;
7) Melaporkan hasil penerimaan negara
setiap akhir bulan kepada KPA;
8) Melaksanakan pengawasan penerimaan
pelayanan jasa;
9) Bertangggung jawab kepada KPA.
d. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
1) Melakukan koreksi rencana dan
jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;
2) Bersama dengan PPP-SPM menyusun
Rencana Operasional Program/ Kegiatan (ROP/K) yang
berisi rincian paket-paket kegiatan beserta jadwal
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dengan memperhatikan DIPA, Petunjuk Operasional
39
Modul Diklatpim Tingkat IV
Kegiatan, untuk selanjutnya ditetapkan Kuasa Pengguna
Anggaran;
3) Melakukan koreksi Rincian Anggaran
Biaya (RAB) dan Rencana Pelaksanaan dan Penggunaan
Anggaran (RPPA), dalam hal terjadi revisi anggaran yang
telah ditetapkan/disetujui sebagaimana ditetapkan dalam
POK;
4) Menyusun rencana penarikan dana
(forecasting) bulanan, mingguan dan harian;
5) Menetapkan rencana pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi spesifikasi teknis
Barang/Jasa, HPS, dan rancangan kontrak;
6) Menandatangani Pakta Integritas;
7) Menerbitkan Surat Penujukkan
Penyedia Barang/Jasa;
8) Membuat ikatan perjanjian atau
menandatangani kontrak dengan penyedia Barang/Jasa
sepanjang anggarannya sudah tersedia dan mencukupi;
9) Melaksanakan dan mengendalikan
kontrak dengan penyedia Barang/Jasa;
10) Melaporkan hasil pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA;
40
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
11) Menyerahkan hasil pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA dengan Berita Acara
Penyerahan;
12) Melaporkan kemajuan pekerjaan
termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan
pekerjaan kepada KPA setiap triwulan;
13) Menyimpan dan menjaga keutuhan
seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa;
14) Tidak diperkenankan mengadakan ikatan perjanjian atau
menadatangani kontrak dengan penyedia Barang/Jasa apabila
belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran
yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran;
15) Dalam hal diperlukan, PPK dapat mengusulkan kepada KPA
perubahan paket pekerjaan, perubahan jadwal kegiatan
pengadaan, menetapkan tim pendukung, menetapkan tim
atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) untuk
membantu pelaksanaan tugas Pokja Pengadaan, dan
menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan
kepada Penyedia Barang/Jasa;
16) Memberitahukan secara tertulis pada Penerima Hak untuk
mengajukan tagihan apabila Penerima Hak belum
mengajukan tagihan dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah
timbulnya hak tagih.
41
Modul Diklatpim Tingkat IV
17) Menandatangani persetujuan pembayaran baik melalui UP
dan LS;
18) Menerbitkan dan menyampaikan SPP kepada PPP-SPM;
19) Melakukan pemeriksaan kas BPP dan menandatangani berita
acara pemeriksaan kas BPP;
20) Bertanggung jawab kepada KPA.
e. Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM (PPP-SPM)
1) Bersama dengan PPK menyusun ROP/K;
2) Meneliti dengan seksama DIPA dan Petunjuk Pelaksanaan
yang telah disahkan, dan apabila terdapat kekeliruan redaksi,
perhitungan biaya, volume, perubahan lokasi, waktu, serta
harga agar segera mengajukan revisi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
3) Menguji kebenaran material surat-surat tagihan barang/jasa
yang disampaikan oleh penerima hak tagih;
4) Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/
kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian
pengadaan barang/jasa;
5) Meneliti dan menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen
atas pengajuan SPP dari PPK;
6) Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
42
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
7) Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran
pengeluaran yang bersangkutan;
8) Menerbitkan dan Menandatangani Surat Perintah Membayar
(SPM-UP, SPM-GU, SPM-TU) dan Surat Perintah
Membayar Langsung (SPM-LS) yang akan diajukan kepada
KPPN.
9) Bertanggung jawab kepada KPA;
f. Bendahara Penerimaan
1) Menerima pembayaran berupa uang/cek bank/surat berharga
lainnya melalui rekening Bendahara Penerimaan (tidak
secara langsung);
2) Wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara
yang telah dipungut ke Rekening Kas Negara dalam waktu 1
(satu) hari kerja setelah penerimaannya dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP);
3) Membukukan seluruh penerimaan dan penyetoran dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan satuan kerja yang
berada di bawah pengelolaannya;
4) Membuat laporan pertanggungjawaban (LPJ) secara
bulanan atas uang yang dikelolanya dan menyampaikannya
ke KPPN;
43
Modul Diklatpim Tingkat IV
5) Bertanggungjawab kepada Bendahara Umum Negara
melalui Kuasa Pengguna Anggaran;
g. Bendahara Pengeluaran
1) Mengelola uang persediaan
yang diterima melalui UP/TUP/GUP/LS Bendahara untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional kegiatan dan
operasional kantor sehari-hari;
2) Melaksanakan pembayaran UP
setelah meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang
diajukan oleh KPA/PPK meliputi kuitansi/tanda terima,
faktur pajak, dan dokumen lainnya yang menjadi dasar hak
tagih;
3) Menguji kebenaran
perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran, termasuk perhitungan pajak dan perhitungan
kewajiban lainnya kepada pihak ketiga;
4) Menguji ketersediaan
dana/kecukupan pagu sisa pagu DIPA untuk jenis belanja
yang dimintakan pembayarannya;
5) Wajib menolak perintah bayar
dari KPA/PPK apabila persyaratan-persyaratan tidak
dipenuhi sebagai berikut:
44
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
a) Kelengkapan
administrasi Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak
terpenuhi;
b) Kebenaran
perhitungan tagihan yang tercantum dalam Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) tidak terpenuhi;
c) Tidak adanya
ketersediaan dana yang bersangkutan.
6) Menyelenggarakan pembukuan
terhadap seluruh pengeluaran meliputi seluruh transaksi
dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang
berada di bawah pengelolaannya;
7) Membuat laporan
pertanggungjawaban (LPJ) secara bulanan atas uang yang
dikelolanya dan menyampaikannya ke KPPN, dan BPK;
8) Menyetorkan ke kas negara
seluruh sisa uang persediaan/tambahan uang persediaan
pada akhir tahun anggaran;
9) Melakukan pemungutan PPh
(Pajak Penghasilan) serta pajak lainnya dan
membukukannya ke dalam Buku Kas Umum dan Buku
Pajak serta menyetorkannya ke Kas Negara;
45
Modul Diklatpim Tingkat IV
10) Bertanggungjawab atas keadaan kas termasuk pengamanan
dan penyimpanan uang kas serta dokumen-dokumen
lainnya;
11) Menyimpan dan mengarsipkan bukti-bukti kas/Bank,
dokumen sumber pertanggungjawaban keuangan serta
lampirannya;
12) Menyusun dan mengirim Laporan Realisasi Anggaran
Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan Tahunan kepada
Kuasa Pengguna Anggaran;
13) Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang
dilaksanakannya;
14) Bertanggungjawab kepada BUN melalui PA.
h. Bendahara Pengeluaran Pembantu
1) BPP bertanggungjawab atas seluruh uang operasional
pekerjaan dalam penguasaannya dan bertanggungjawab
secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakan;
2) Menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh
pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja satker yang berada di bawah
pengelolaannya;
46
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
3) Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) BPP
kepada Bendahara Pengeluaran paling lambat 5 (lima) hari
kerja bulan berikutnya;
4) Pada akhir tahun anggaran/kegiatan, BPP wajib
menyetorkan seluruh uang dalam penguasaannya yang
berasal dari LS bendahara ke Kas Negara, sedangkan sisa
UP wajib dikembalikan ke Bendahara Pengeluaran;
5) BPP diangkat dan diberhentikan oleh KPA, namun
fungsi perbendaharaan dipertanggungjawabkan kepada
Bendahara Pengeluaran
3. Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
a. Ketentuan Penerimaan PNBP
1) PNBP adalah seluruh pnerimaan Pemerintah Pusat yang
tidak berasal dari penerimaan pajak, merupakan
penerimaan negara yang diperoleh karena pemberian
pelayanan jasa atau penjualan barang milik negara oleh
Kementerian/Lembaga Negara kepada masyarakat.
Tidak semua Kementerian/Lembaga memilki/
menyelenggarakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
2) Semua unit pengelola PNBP tidak diperkenankan
mengadakan pungutan atau tambahan pungutan yang
47
Modul Diklatpim Tingkat IV
tidak tercantum dalam Peraturan Pemerintah tentang Jenis
dan Tarif atas Jenis PNBP.
3) Penerimaan PNBP tersebut tidak boleh digunakan
langsung untuk membiayai pengeluaran.
4) Bendahara Penerimaan dilarang menerima setoran secara
langsung dari wajib setor.
5) Penerimaan dilakukan melalui rekening Bendahara
Penerimaan baik dengan cara transfer atau setor langsung
di teler bank. Bukti transfer/setor menjadi bukti
penerimaan/dokumen sumber yang harus dibukukan oleh
Bendahara Penerimaan.
6) Penerimaan melalui Pembayaran Langsung antar KPPN
atau LS, dilaksanakan melalui dokumen Surat Perjanjian
Kerjasama/Surat Perintah Kerja, berita acara serah terima
dan kwitansi pembayaran.
b. Ketentuan Penyetoran PNBP
1) Bendahara Penerimaan wajib menyetorkan secara langsung
penerimaan ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja
menggunakan formulir SSBP.
2) Pada akhir tahun anggaran, Bendahara Penerimaan wajib
menyetorkan seluruh uang negara yang dikuasainya ke Kas
Negara menggunakan formulir SSBP.
48
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
3) SSBP yang dinyatakan sah menjadi dokumen sumber bagi
Bendahara Penerimaan satuan kerja dalam menatausahakan
PNBP.
4. Prosedur Pengeluaran
Berdasarkan DIPA, PA/KPA melaksanakan kegiatan sesuai
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan memerintahkan
pembayaran tagihan-tagihan atas beban DIPA yang telah ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan pengeluaran dilakukan melalui prosedur pengajuan SPP
dan penerbitan SPM (UP/TUP/GUP/LS Bendahara/LS Pihak
Ketiga).
a. Ketentuan Pengajuan SPP dan penerbitan SPM :
1) SPP dan SPM–UP (Uang Persediaan)
a. Bendahara Pengeluaran menyampaikan permintaan
UP/TUP kepada PPK untuk diterbitkan SPP-UP.
b. PPK menguji permintaan UP, apabila tidak lengkap
dan benar PPK mengembalikan permintaan UP tersebut
kepada Bendahara Pengeluaran secara tertulis paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
permintaan tersebut.
c. PPK menerbitkan SPP-UP dan disampaikan kepada
PPP-SPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
49
Modul Diklatpim Tingkat IV
diterimanya permintaan UP dari Bendahara
Pengeluaran.
SPP tersebut dibuat berdasarkan :
(1) Pekerjaan yang bersifat kontraktual berdasarkan
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian
Pekerjaan.
(2) Pekerjaan yang bersifat swakelola berdasarkan
bukti-bukti pertanggung jawaban
(kwitansi).
d. Pengujian SPP-UP sampai dengan Penerbitan SPM-UP
diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPP-UP beserta dokumen pendukung diterima secara
lengkap dan benar dari PK.
e. Apabila SPP-UP tidak lengkap dan benar maka PP-
SPM mengembalikan kepada PPK secara tertulis paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP-UP
tersebut.
f. Pengujian SPP-UP oleh PPP-SPM meliputi
pengecekan ketersediaan dana dan kesesuaian dengan
RAB/RPPA.
g. PPK mengajukan SPP–UP kepada KPA untuk
meminta surat pernyataan dari KPA atau Pejabat
50
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
yang ditunjuk, yang menyatakan bahwa uang
persediaan tersebut tidak untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan
harus dengan pembayaran langsung (LS).
h. Atas dasar SPP yang diterima, PPP-SPM
menerbitkan SPM.
i. SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi
dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.
j. KPPN melakukan pengujian substansi dan pengujian
formal terhadap SPM-UP yang selanjutnya akan
menerbitkan (SP2D).
k. Dengan diterbitkannya SP2D maka pembayaran atas
tagihan-tagihan tersebut telah tercatat sebagai
pengeluaran atas beban DIPA.
l. Setiap Satker dapat diberikan UP untuk
pengeluaran-pengeluaran belanja barang
berdasarkan kebutuhan sepanjang nilanya ≤
Rp.10.000.000,- dan tidak bersifat kontraktual
yaitu :
(1) 5211 : Belanja Barang Operasional
(2) 5212 : Belanja Barang Non Operasional
(3) 5221 : Belanja Jasa
51
Modul Diklatpim Tingkat IV
(4) 5231 : Belanja Pemeliharaan
(5) 5241 : Belanja Perjalanan Dalam Negeri
(6) 5242 : Belanja Perjalanan Luar
Negeri
(7) 5311 : Belanja Modal Tanah
(8) 5321 : Belanja Modal Peralatan dan Mesin
(9) 5331 : Belanja Modal Gedung dan
Bangunan
(10) 5341 : Belanja Modal Jalan, Irigasi dan
Jaringan
(11) 5351 : Belanja Pemeliharaan yang
Dikapitalisasi
(12) 5361 : Belanja Modal Fisik Lainnya
m. UP dapat diberikan setinggi-tingginya :
(1) 1/12 (satu per-dua belas) dari pagu DIPA
menurut klasifikasi belanja yang diijinkan
untuk diberikan UP, maksimal Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk
pagu sampai dengan Rp. 900.000.000,-
(sembilan ratus juta rupiah).
52
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
(2) 1/18 (satu per-delapan belas) dari pagu DIPA
menurut klasifikasi belanja yang diijinkan
untuk diberikan UP, maksimal
Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk
pagu di atas Rp. 900.000.000,-
(sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp. 2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus
juta rupiah).
(3) 1/24 (satu per-dua puluh empat) dari pagu
DIPA menurut klasifikasi belanja yang
diijinkan untuk diberikan UP, maksimal
Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
untuk pagu di atas Rp.
2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus juta
rupiah).
n. Perubahan besaran UP di luar ketentuan di atas
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
o. Pengisian kembali UP (revolving) dapat diberikan
apabila dana UP telah dipergunakan sekurang-
kurangnya 75% dari dana UP yang diterima serta
sepanjang masih tersedia pagu dalam DIPA.
53
Modul Diklatpim Tingkat IV
p. Apabila kebutuhan penggunaan kegiatan 1 (satu)
bulan melebihi dari UP yang diterima, PPK dapat
mengajukan TUP yang diatur sebagai berikut :
(1)Kepala KPPN dapat memberikan TUP sampai
dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) untuk klasifikasi belanja yang
diperbolehkan diberikan UP bagi instansi
dalam wilayah pembayaran KPPN
bersangkutan.
(2)Permintaan TUP diatas Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja
yang diperbolehkan diberi UP harus mendapat
dispensasi dari Kepala Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.
q. Penggunaan UP belum mencapai 75% sedangkan
Satker yang bersangkutan memerlukan pendanaan
melebihi sisa dana yang tersedia, Satker tersebut
dapat mengajukan TUP.
2) SPP dan SPM-TUP (Tambahan Uang Persediaan)
a) Masing-masing pengelola kegiatan mengajukan rincian
penggunaan dana TUP berdasarkan RPPA kepada PPK.
54
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
b) PPK mengajukan perincian penggunaan dana TUP
kepada Kepala KPPN/Kepala Kanwil Dirjen
Perbendaharaan dilengkapi dengan Surat Pengantar dari
KPA, salinan rekening Koran Bendahara Pengeluaran
yang menunjukkan saldo terakhir dan Surat Pernyataan
KPA yang berisi keterangan :
(1) Dana tambahan UP tersebut akan digunakan untuk
keperluan mendesak dan akan habis digunakan
dalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggal
diterbitkan SP2D.
(2) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan
ke rekening Kas Negara.
(3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang
seharusnya dibayarkan secara langsung.
c) PPK menerbitkan SPP-TUP berikut rincian penggunaan
dana TUP dan disampaikan kepada PPP-SPM paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya Surat
Persetujuan TUP dari Kepala KPPN/Kepala Kanwil
Dirjen Perbendaharaan.
d) Verifikasi SPP-TUP sampai dengan penerbitan SPM
TUP oleh PPP-SPM diselesaikan paling lambat 2 (dua)
55
Modul Diklatpim Tingkat IV
hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara
lengkap dan benar.
e) Atas dasar SPP yang diterima, PPP-SPM menerbitkan
SPM untuk diajukan ke KPPN beserta dengan dokumen
pendukungnya dilengkapi dengan Arsip Data Komputer
(ADK) dan salinan rekening koran Bendahara
Pengeluaran yang menunjukkan saldo terakhir.
f) SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi
dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling lambat
2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.
g) KPPN akan menerbitkan SP2D.
3) SPP dan SPM-GUP dan SPP dan SPM-GU Nihil atas
TUP
1) Bendahara Pengeluaran dapat melakukan pengisian
kembali (revolving) GUP dan TUP setelah proses
pertanggungjawaban anggaran dengan melakukan
pengujian dan meneliti kelengkapan bukti-bukti
pertanggungjawaban setelah mencapai minimal 75% dari
nilai SPM-UP, atau SPM-GU atau maksimal 100% untuk
SPM TUP.
56
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
2) Bendahara mengajukan bukti-bukti pengeluaran ke PPK
untuk diterbitkan SPP-GUP dan/atau SPP-GU Nihil atas
TUP.
3) SPP-GUP dan SPP-GU Nihil atas TUP diterbitkan oleh
PPK dan disampaikan kepada PP-SPM paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah bukti-bukti pengeluaran diterima
secara lengkap dan benar.
4) PPP-SPM menolak bukti-bukti pertanggungjawaban
yang diajukan apabila
(1) Pengeluaran kegiatan yang melampaui pagu;
(2) Tidak didukung oleh bukti-bukti pengeluaran yang
sah.
5) Pengujian SPP-GUP sampai dengan penerbitan SPM-
GUP oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 4 (empat)
hari kerja setelah SPP-GUP beserta dokumen pendukung
diterima secara lengkap dan benar.
6) Pengujian SPP-GUP Nihil atas TUP sampai dengan
penerbitan SPM-GUP Nihil atas TUP oleh PPP-SPM
diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah
SPP-GUP Nihil atas TUP beserta dokumen pendukung
diterima secara lengkap dan benar dari PPK.
57
Modul Diklatpim Tingkat IV
7) SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi
dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling lambat
2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.
8) Pengajuan SPM-GUP dan SPM GU Nihil Atas TUP ke
KPPN harus dilengkapi dengan :
(1) Surat Pertanggungjawaban Belanja (SPTB);
(2) atau Pejabat yang ditunjuk, untuk transaksi yang
menurut ketentuan harus dipungut PPN dan PPh;
(3) NPWP diisi sesuai dengan NPWP Bendahara
Pengeluaran;
(4) Salinan SSBP untuk pengembalian sisa dana TUP
jika terdapat sisa TUP di Bendahara Pengeluaran.
4) SPP dan SPM-LS untuk Pembayaran Belanja Pegawai
a. Pembayaran gaji induk Salinan Surat Setoran Pajak
(SSP) yang telah dilegalisir oleh KPA /gaji
susulan/kekurangan gaji/gaji terusan/uang duka
wafat/tewas, dilengkapi dengan fotocopy dokumen
pendukung yang telah dilegalisir oleh PPK, daftar dan
rekapnya untuk gaji induk /gaji susulan/kekurangan
gaji/uang duka wafat/ tewas dilengkapi dengan surat
keterangan dan permintaan tunjangan kematian (UDW),
SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan pangkat, SK Kenaikan
58
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Gaji Berkala, SK Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan
Pelantikan, surat pernyataan masih menduduki jabatan,
surat pernyataan melaksanakan tugas, daftar keluarga
(KP4), fotocopy surat nikah, fotocopy akte kelahiran
yang dilegalisir oleh Pejabat Kepegawaian, SKPP, daftar
potongan sewa rumah dinas, surat keterangan masih
sekolah/kuliah, surat pindah, surat kematian, SSP PPh
pasal 21, Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM)
dari KPA/PPK Kelengkapan tersebut di atas digunakan
sesuai peruntukkannya.
b.
a. Pembayaran lembur dilengkapi dengan daftar
pembayaran perhitungan lembur yang
ditandatangani oleh KPA/ Pejabat yang ditunjuk
dan Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan,
surat perintah kerja lembur, daftar hadir kerja,
daftar hadir lembur, Surat Pertanggungjawaban
Mutlak (SPTJM) dari KPA/PPK, dan SSP PPh
pasal 21.
b. Pembayaran honor/vakasi dilengkapi dengan surat
keputusan tentang pemberian honor/vakasi, daftar
pembayaran perhitungan honor/vakasi yang
ditanda tangani oleh KPA/pejabat yang ditunjuk
59
Modul Diklatpim Tingkat IV
dan bendahara pengeluaran yang bersangkutan dan
SSP PPh pasal 21.
c. PPABP menyampaikan tagihan dan dokumen
pendukung SPP-LS yang lengkap dan benar
kepada PPK.
d. PPK menguji tagihan dan dokumen pendukung SPP-LS,
apabila tidak lengkap dan benar PPK mengembalikan
kepada PPABP secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah diterimanya surat tagihan tersebut.
e. PPK menerbitkan SPP-LS dan disampaikan kepada PP-
SPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah
dokumen pendukung diterima lengkap dan benar dari
PPABP.
f. PPK menyampaikan SPP-LS beserta dokumen
pendukungnya kepada PP-SPM.
g. Apabila SPP-LS dan dokumen pendukung tidak lengkap
dan benar, maka PP-SPM mengembalikan kepada PPK
secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
diterimanya SPP-LS tersebut.
h. Pengujian SPP-LS sampai dengan penerbitan SPM-LS
oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari
setelah SPP-LS diterima secara benar dan lengkap dari
PPK.
60
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
i. SPM-LS beserta dokumen pendukung dan ADK SPM
kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan.
5) SPP dan SPM-LS Non Belanja Pegawai
a) Tagihan dan dokumen pendukung SPP-LS yang lengkap
dan benar diajukan oleh Penerima Hak kepada
KPA/PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
timbulnya hak tagih.
b) PPK menguji tagihan dan dokumen pendukung SPP-
LS, apabila tidak lengkap dan benar maka PPK
mengembalikan kepada penerima hak secara tertulis
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
surat tagih tersebut.
c) PPK menerbitkan SPP-LS dan disampaikan kepada PP-
SPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen
pendukung diterima lengkap dan benar dari penerima
hak.
d) PPK menyampaikan SPP-LS beserta dokumen
pendukungnya kepada PP-SPM.
61
Modul Diklatpim Tingkat IV
e) Apabila SPP-LS dan dokumen pendukungnya tidak
lengkap dan benar, maka PP-SPM mengembalikan
kepada PPK secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah diterimanya SPP-LS tersebut.
f) PP-SPM melakukan pengujian SPP-LS sampai dengan
menerbitkan SPP-LS paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah SPP-LS beserta dokumen pendukung diterima
lengkap dan benar dari PPK.
g) SPM-LS beserta dokumen pendukung dan ADK
disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja
setelah SPM diterbitkan.
h) Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pengadaan barang/
jasa :
(1) Kontrak/SPK yang mencantumkan nomor
rekening rekanan;
(2) Surat pernyataan Pejabat PPK mengenai
penetapan rekanan;
(3) Berita acara penyelesaian pekerjaan;
(4) Berita acara serah terima pekerjaan;
(5) Berita acara pembayaran;
(6) Kwitansi yang disetujui oleh PPK;
62
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
(7) Faktur pajak beserta SSP yang telah
ditandatangani wajib pajak;
(8) Jaminan bank atau yang dipersamakan yang
dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan
non bank;
(9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-
kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;
(10) Ringkasan kontrak;
(11) Berita acara pada huruf c), d) dan e) di atas dibuat
sekurang-kurangnya dalam rangkap lima dan
disampaikan kepada :
(1) Asli dan satu tembusan untuk PPP-SPM.
(2) Masing-masing satu tembusan untuk para
pihak yang membuat kontrak.
(3) Satu tembusan untuk Panitia/Pejabat PHP.
i) Kelengkapan dokumen SPP-LS Pembayaran biaya
langganan daya dan jasa (listrik, telepon dan air)
(1)Bukti tagihan daya dan jasa.
(2) Nomor rekening pihak
ketiga (PT PLN, PT Telkom, PDAM, dll).
63
Modul Diklatpim Tingkat IV
(3) Dalam hal pembayaran
langganan daya dan jasa belum dapat dilakukan
secara langsung, Satker yang bersangkutan dapat
melakukan pembayaran dengan UP sepanjang
nilainya ≤ Rp.10.000.000,-
j) Kelengkapan dokumen SPP-LS Pembayaran Belanja
Perjalanan Dinas.
(1) Pembayaran belanja perjalanan dinas harus
dilengkapi dengan daftar nominatif pejabat yang
akan melakukan perjalanan dinas, yang berisi
antara lain : informasi mengenai data pejabat
(Nama,NIP, Pangkat/Golongan), tujuan, tanggal
keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya
yang diperlukan untuk masing-masing pejabat.
(2) Daftar nominatif tersebut harus ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang memerintahkan
perjalanan dinas, dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang di KPPN.
(3) Pembayaran dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran yang bersangkutan kepada para
pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas.
6) SPP dan SPM-PNBP
64
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
a) UP/TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP
Rupiah Murni (RM)
b) UP dapat diberikan kepada Satker pengguna sebesar
20% dari pagu dana PNBP pada DIPA maksimal
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
dengan melampirkan daftar realisasi pendapatan dan
penggunaan dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.
Apabila UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP
sebesar kebutuhan riil satu tahun dengan
memperhatikan maksimum pencairan (MP).
Kewenangan pemberian TUP mengacu pada ketentuan
yang berlaku.
c) Dana yang berasal dari PNBP dapat
dicairkan maksimal sesuai formula sebagai
berikut :
MP = ( PPP x JS ) – JPS
MP : Maksimum pencairan dana
PPP : proporsi pagu pengeluaran terhadap
pendapatan
JS : jumlah setoran
JPS : jumlah pencairan dana sebelumnya sampai
65
Modul Diklatpim Tingkat IV
dengan SPM terakhir yang diterbitkan
d) Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS PNBP ke KPPN,
Satker pengelola PNBP harus melampirkan daftar
perhitungan jumlah MP.
e) Pencairan dana harus melampirkan bukti setoran
(SSBP) yang telah dikonfirmasi oleh KPPN.
f) Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan
tidak boleh melampaui pagu PNBP Satker yang
bersangkutan dalam DIPA.
g) Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/TUP PNBP
oleh PPK dilakukan dengan mengajukan SPM ke
KPPN setempat cukup dengan melampirkan SPTB
b. Ketentuan Pembayaran melalui uang persediaan untuk
kegiatan yang dilakukan secara swakelola dan
pembayaran langsung (LS-Bendahara)
1) Pembayaran melalui Uang Persediaan (UP)
a. Terkait dengan fungsi BPP selaku perpanjangan
tangan dari Bendahara Pengeluaran, penyaluran dana
dari Bendahara Pengeluaran kepada BPP dapat
bersumber dari SPM UP, SPM TUP dan SPM-LS
Bendahara.
66
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
b. BPP mengajukan Rincian UP/Rincian TUP/Rincian
LS Bendahara yang akan digunakan untuk
membiayai pekerjaan/sub output.
c. Rincian UP/TUP/LS Bendahara dari BPP merupakan
dokumen pendukung ketika Bendahara Pengeluaran
mengajukan SPM-UP, SPM-TUP, SPM-GUP, SPM
LS Bendahara ke KPPN.
d. UP/TUP/LS Bendahara yang dikelola BPP akan
disalurkan ke masing-masing koordinator
pekerjaan/sub output dengan mekanisme sebagai
berikut :
(1) Koordinator pekerjaan/sub output mengajukan
formulir kebutuhan uang operasional pekerjaan
kepada BPP disertai dengan daftar rincian
pemberian honorarium, dan/atau rencana
pembayaran, dan/atau rencana pembelian
bahan, dan/atau rencana pembiayaan keperluan
operasional lainnya, dan/atau daftar
pejabat/staf yang akan melaksanakan tugas
perjalanan dinas paling lambat 2 minggu
sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan;
(2) Pengajuan kebutuhan uang operasional
pekerjaan oleh koordinator pekerjaan/sub
67
Modul Diklatpim Tingkat IV
output diajukan secara bertahap sesuai dengan
RPPA yang telah ditetapkan;
(3) BPP mengajukan formulir kebutuhan uang
operasional pekerjaan kepada PPK untuk
dimintakan persetujuan;
(4) Formulir kebutuhan uang operasional
pekerjaan yang sudah disetujui dan
ditandatangani PPK disampaikan ke PPP-
SPM;
(5) PPP-SPM menguji kebenaran jumlah rincian
uang operasional pekerjaan dan memberikan
persetujuan;
(6) Formulir kebutuhan uang operasional
pekerjaan yang sudah disetujui PPP-SPM
disampaikan kembali ke Bendahara
Pengeluaran untuk diberikan uang
operasionalnya kepada BPP.
e. Pertanggungjawaban Uang Operasional Pekerjaan
berupa kwitansi dari BPP beserta sisa uang operasional
(jika ada) ke Bendahara Pengeluaran disampaikan
paling lambat akhir bulan bersangkutan berserta dengan
LPJ BPP, SPTB dan SPP yang belum mendapatkan
pengesahan PPK dan PPP-SPM;
68
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
f. Bendahara Pengeluaran melakukan validasi atas kuitansi
pertanggungjawaban SPTB dan SPP dari BPP dan
apabila tidak ada kesalahan Bendahara Pengeluaran
mengajukan PTB dan SPP ke PPK untuk dimintakan
pengesahan;
g. Dalam hal PPK menyetujui SPTB dan SPP selanjutnya
SPTB dan SPP diajukan ke PPP-SPM untuk diterbitkan
SPM;
h. Untuk pengeluaran baik yang menggunakan SPTB atau
kwitansi/tanda bukti pembayaran lainnya harus
memperhatikan ketentuan peraturan perpajakan yang
berlaku. Surat Setoran Pajak (SSP) berkenaan yang
telah dilegalisir oleh PPK harus dilampirkan pada
SPTB.
i. BPP mengajukan Laporan Pertanggungjawaban BPP
kepada Bendahara Pengeluran berikutnya disertai
salinan secara bulanan paling lambat 5 (lima) hari kerja
bulan rekening Koran dari bank bulan berkenaan.
Mekanisme tersebut di atas dapat di gambarkan pada
diagram alir sebagai berikut
Diagram AlirPembayaran Melalui Penyediaan Uang Persediaan (UP)
69
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Pembayaran Langsung
Kelengkapan pembayaran untuk pengadaan barang/jasa
(pihak II), dengan kelengkapan dokumen sebagai
berikut :
a. K
ontrak/SPK yang mencantumkan nomor rekening
rekanan;
70
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
b. S
urat pernyataan PPK mengenai penetapan rekanan;
c. B
erita acara penyelesaian pekerjaan:
d. B
erita acara serah terima pekerjaan;
e.
Berita acara pembayaran;
f. K
witansi yang disetujui oleh PPK;
g. F
aktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani
wajib pajak;
h. J
aminan bank atau yang dipersamakan yang
dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non
bank;
i. D
okumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-
kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;
j. F
aktur barang
71
Modul Diklatpim Tingkat IV
Mekanisme tersebut di atas dapat di gambarkan pada diagram alir
sebagai berikut:
Diagram AlirPembayaran Secara Langsung (LS)
72
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
5. Verifikasi
a. Prinsip Verifikasi
Dalam melakukan verifikasi hal-hal yang harus diperhatikan :
73
Modul Diklatpim Tingkat IV
1) Tujuan Anggaran
(a)Tujuan pengeluaran yang ditetapkan sesuai sasaran yang
hendak dicapai sebagaimana dituangkan dalam
DIPA/ROP.
(b)Pelaksanaan anggaran harus dilaksanakan secara hemat,
tidak mewah dan efisien.
(c)Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan dengan
program kerja (jadwal kegiatan). Sehingga hasil yang
akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan,
terpenuhi kuantitas dan kualitasnya.
(d)Penggunaan produksi dalam negeri sepanjang telah
memenuhi persyaratan teknis.
2) Hak Pembayaran
(a)Hak menguasai Anggaran :
Setiap tagihan kepada Negara, harus didasarkan
kepada perintah (tindakan) yang menguasai anggaran,
yaitu, KPA/PPK sebagai penerima kuasa dari
Pengguna Anggaran sebagai pihak yang menguasai
Bagian Anggaran.
(b)Hak menerima Pembayaran
Pengeluaran harus diterimakan kepada yang berhak
menerima pembayaran, yaitu orang/rekanan yang
74
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
telah menyerahkan barang/jasa sesuai
perintah/permintaan KPA/PPK Satker yang
bersangkutan.
(c)Hak yang menimbulkan Pembayaran
Menimbulkan pembayaran, artinya bahwa hak tagih
dari orang/rekanan telah timbul, dengan kondisi
dimana kewajiban-kewajiban yang diminta oleh
KPA/PPK telah dilaksanakan dan diserahkan serta
diterima oleh petugas/pejabat yang ditunjuk.
3) Kepatuhan terhadap Peraturan Pengeluaran
(a)Pengeluaran harus sebatas dana yang tersedia. Artinya
bahwa KPA/PPK tidak boleh mengadakan
pengeluaran apabila dana untuk membiayai tindakan
tersebut tidak tersedia/tidak cukup tersedia.
(b)Tindakan-tindakan yang mengakibatkan hak tagihan
tersebut (pengeluaran), baik cara
penagihan/pengadaannya, penyelesaian serta
pelaksanaan pembayaran harus sesuai dengan
prosedur dan aturan-aturan keuangan yang berlaku,
misalnya :
(1) Pembayaran Belanja Pegawai;
(2) Pengadaan Barang/Jasa;
(3) Perjalanan Dinas, dll.
75
Modul Diklatpim Tingkat IV
b. Verifikasi Internal oleh KPA/Pejabat Penguji dan
Penandatangan SPM
Untuk melaksanakan verifikasi internal Satker, KPA
berwenang :
1) Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak
pihak penagih;
2) Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan
ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
3) Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
4) Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran
pengeluaran yang bersangkutan;
5) Memerintahkan pembayaran atas beban APBN.
c. Metode/Cara Verifikasi Internal oleh PPP-SPM
KPA dalam melaksanakan kewenangannya mendelegasikan
kepada PPK dan PPP-SPM. PPP-SPM melakukan verifikasi
dengan cara sebagai berikut :
1) Verifikasi terhadap bukti-bukti pengeluaran, kwitansi,
Surat Pertangtanggungjawaban (SPJ) dan kontrak dari
masing-masing pengelola kegiatan dan anggaran sebelum
76
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
diproses pertanggung jawabannya oleh Bendahara
Pengeluaran dan diajukan ke KPPN.
2) Penggunaan anggaran, Dana UP dialokasikan untuk
pengeluaran berbagai jenis belanja (kecuali belanja
pegawai) dan jenis pengeluaran ini termuat di berbagai
jenis belanja Mata Anggaran Pengeluaran (MAP)/AKUN
yang dimuat dalam DIPA.
3) Bukti pengeluaran terdiri dari dokumen sumber
(kwitansi) dan dokumen pendukung.
4) Kwitansi sebagai dokumen sumber harus memenuhi
persyaratan antara lain :
(a) Memuat nama yang berhak menerima, uraian dari
yang dibayar, jumlah angka yang dibayar/akan
dibayar dengan angka dan huruf sama, tanggal tanpa
ada coretan atau setipan.
(b) Tahun dan AKUN tertera didalamnya.
(c) Tandatangan dari yang berhak menerima sendiri,
berdasarkan persetujuan PPK, catatan lunas dibayar
oleh Bendahara Pengeluaran.
(d) Verifikasi sedangkan untuk kebenaran bukti
kwitansi, meliputi :
(1) Nilai dalam kwitansi harus sama dengan nilai
perhitungan atas realisasi fisik yang tertera
77
Modul Diklatpim Tingkat IV
(2) Bukti tagihan pembayaran berbentuk sama
seperti lazimnya berlaku umum.
(3) Bukti kwitansi termasuk bukti pendukungnya
harus asli.
(4) Bukti kwitansi memakai materai sesuai aturan
yang berlaku.
5) Dokumen Pendukung
Dokumen pendukung merupakan dokumen yang
mendukung kwitansi dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan karena kekurangan atau kesalahan dokumen
pendukung akan mengakibatkan semua bukti pengeluran
tidak sah.
Macam dokumen pendukung tergantung dari jenis
pengeluarannya dan prosedur dalam pengadaan barang
dan jasa. Sebagai contoh misalnya untuk jenis
pengeluaran gaji/upah untuk dokumen pendukungnya
dapat berupa Surat Keputusan tentang besarnya
honorarium/upah dan nama yang berhak.
6. Revisi
Anggaran
Revisi anggaran dapat dilakukan sehubungan dengan adanya
perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan dan perubahan DIPA.
78
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
a. Revisi karena Perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan
1) Pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
69/PMK.02/2010 mengatur tentang revisi anggaran pada
PA/KPA, dengan ketentuan:
(a) tidak mengurangi belanja gaji dan tunjangan lainnya
yang melekat pada gaji;
(b) tidak mengurangi/merelokasi anggaran belanja
mengikat;
(c) pergeseran Komponen lnput untuk kebutuhan Biaya
Operasional;
(d) pergeseran Komponen Input dalam satu Keluaran
(output) sepanjang tidak menambah komponen
honorarium dan dalam jenis belanja yang sama;
dan/atau
(e) pergeseran komponen Input antar Keluaran (output)
dalam satu kegiatan sepanjang dalam jenis belanja
yang sama.
2) Revisi Anggaran dimaksud dilakukan dengan mengubah
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan ditetapkan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran serta mengubah ADK RKA
berkenaan dengan menggunakan aplikasi RKA-KL.
79
Modul Diklatpim Tingkat IV
3) PA/KPA wajib menyampaikan setiap perubahan ADK
RKA-KL kepada Direktur Jenderal Anggaran c.q. Direktur
Sistem Penganggaran.
b. Revisi terkait dengan Perubahan DIPA.
Batasan Revisi Anggaran
1) Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap :
a) kebutuhan Biaya Operasional satuan kerja (Kegiatan
0001 dan Kegiatan 0002) kecuali untuk memenuhi
Biaya Operasional pada satuan kerja lain;
b) pembayaran berbagai tunggakan;
c) Rupiah Murni pendamping PHLN;
d) kegiatan yang bersifat multi years; dan
e) kelompok pengeluaran/sub kegiatan/kegiatan yang
telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya
sehingga menjadi minus.
2) Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah
target kinerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a) tidak mengubah sasaran program;
b) tidak mengubah jenis dan satuan
Keluaran (output) kegiatan; atau
80
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
c) tidak mengurangi volume Keluaran
(output) Kegiatan prioritas Nasional atau Prioritas
Kementerian Negara/Lembaga.
D. Pengawasan
1. Pengawasan oleh Atasan Langsung (Unit Kerja)
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung sebenarnya
lebih menekankan pada monitoring rutin yang dilakukan oleh
pimpinan unit kerja terhadap pelaksanaan kegiatan di unit
kerjanya. Monitoring ini dilakukan secara periodik setiap waktu
dengan cara:
a. Mengadakan rapat internal untuk mengetahui output yang
telah dihasilkan beserta progressnya serta kendala yang
dihadapi;
b. Melakukan cross check ke pengelola kegiatan di unit kerja
terkait dengan pelaksanaan tahapan kegiatan dan realisasi
anggaran;
c. Bersama-sama dengan staf memeriksa dokumen yang
terkait dengan pelaksanaan kegiatan.
d. Pengawasan oleh Pengelola Anggaran (Satker)
81
Modul Diklatpim Tingkat IV
Sesuai dengan tugas dan kewenangannya, pengelola Satker
mempunyai peran masing-masing dalam melaksanakan tugas
pengawasan.
a. Pejabat Pemungut
Penerimaan Negara (PPPN)/Atasan Langsung Bendahara
Penerimaan, bertugas :
1)
2)
3)
4)
Mengawasi mekanisme proses penerimaan PNBP;
Menandatangani surat perjanjian kerjasama
penyediaan barang/jasa dengan pihak ke tiga
Memeriksa pembukuan Bendahara Penerima setiap
bulan dana memberikan paraf
Mengawasi proses penyetoran penerimaan ke Kas
Negara
b. Pejabat Penguji dan
Penandatangan SPM.
1) Memeriksa kembali secara rinci keabsahan dokumen
pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku;
2) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran DIPA untuk
memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak
melampaui batas pagu anggaran;
82
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
3) Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan
kelayakan dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai
spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak);
4) Memeriksa pencapaian tujuan atau sasaran kegiatan
sesuai dengan indicator kinerja yang tercantum dalam
DIPA berkenaan dan atau spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan.
c. Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK).
1) Melakukan pemeriksaan Buku Kas Umum (BKU)
setiap bulan dan memberikan paraf;
2) Menguji kebenaran material surat surat bukti
mengenai hak pihak penagih;
3) Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi
persyaratan/ kelengkapan sehubungan dengan
ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
4) Memberikan bimbingan kepada pengelola anggaran
agar sesuai dengan peraturan yang berlaku;
5) Memerintahkan pembayaran atas beban APBN;
6) Melakukan pemeriksaan keadaan kas BPP sekurang-
kurangnya 1 (satu) bulan sekali;
7) Membuat Laporan Keuangan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
83
Modul Diklatpim Tingkat IV
d. Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA).
1) Memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan
dalam DIPA dan ROK;
2) Melakukan bimbingan dan arahan terhadap
pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan;
3) Memeriksa kas Bendahara Pengeluaran sekurang-
kurangnya 1 (satu) bulan sekali;
4) Membuat keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya
pengeluaran uang atau tagihan atas beban anggaran
DIPA.
2. Pengawasan oleh Inspektorat
Inspektorat melaksanakan pengawasan secara periodik setiap
tahunnya dalam rangka quality assurance yaitu memberikan
jaminan bahwa pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan anggaran
sudah dilakukan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku serta sebagai Sistem Peringatan Dini.
Pengawasan yang dilakukan Inspektorat melalui evaluasi
kinerja, reviu evaluasi tindak lanjut, pemantauan, pemeriksaan
tahunan dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau kegiatan
pengawasan lainnya.
84
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
a. Khusus di bidang Keuangan, pengawasan dan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Inspektorat meliputi penilaian dan
pengujian terhadap:
1) Sumber penerimaan keuangan untuk pelaksanaan
program/kegiatan;
2) Kesesuaian penggunaan/pengeluaran dengan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang telah
ditetapkan;
3) Kesesuaian dan atau keterkaitan penggunaan uang
dengan rencana yang telah ditetapkan;
4) Kesesuaian tertib administrasi keuangan dengan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang
ditetapkan serta dengan sistem akuntansi keuangan
negara;
b. Prosedur pengawasan dan pemeriksaan.
1) Memberitahukan terlebih dahulu secara tertulis tentang
rencana pelaksanaan Pengawasan dan Pemeriksaan
kepada obyek yang diperiksa;
2) Membawa Surat Tugas Pengawasan dan Pemeriksaan
kepada obyek yang diperiksa
85
Modul Diklatpim Tingkat IV
3) Menjelaskan program kerja Pengawasan dan
Pemeriksaan kepada pihak yang diperiksa;
4) Dilaksanakan oleh suatu Tim;
5) Dilaksanakan di tempat obyek yang diperiksa;
6) Dilaksanakan pada jam kerja dan hari kerja;
7) Tim dapat melakukan konfirmasi dan atau pemeriksaan
terhadap pihak ketiga;
8) Temuan hasil Pengawasan dan Pemeriksaan sementara
dikonfirmasikan oleh Tim kepada pihak yang diperiksa
dalam bentuk Naskah Hasil Pengawasan dan
Pemeriksaan (NHPP);
9) NHPP diekspose dihadapan pimpinan unit kerja untuk
mendapat klarifikasi dengan obyek yang diperiksa;
10) Hasil dari ekspose Pengawasan dan Pemeriksaan
menjadi bahan penyusunan Laporan Hasil Pengawasan
dan Pemeriksaan (LHPP);
11) Melakukan pemantauan atas tindak lanjut temuan atau
rekomendasi;
c. Proses pengawasan dan pemeriksaan.
1) Persiapan pengawasan pemeriksaan.
2) Survey pendahuluan.
(a) Mengumpulkan data/informasi yang relevan,
seperti peraturan perundang-undangan yang
86
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
berlaku, DIPA, ROK, SK, TOR, rencana kerja
(program/kegiatan) yang dilaksanakan oleh yang
diperiksa;
(b) Menelaah kegiatan yang dilaksanakan;
(c) Mengidentifikasi potensi kelemahan dan
kerentanan pelaksanaan program/kegiatan obyek
yang diperiksa.
a) Penetapan arah dan prioritas pengawasan
dan pemeriksaan.
Diarahkan dan diprioritaskan terhadap
pelaksanaan program/kegiatan yang
merupakan penjabaran dari Renstra dan
menekankan untuk menjaga atau mengawal
agar pelaksanaan program/kegiatan berjalan
sesuai dengan rencana dan tujuan yang
ditetapkan serta memberikan rekomendasi
tindakan korektif terhadap on going activity,
sehingga penyimpangan dapat dicegah sedini
mungkin,proses quality assurance, yang pada
akhirnya dapat memperbaiki sistem
pengendalian intern.
b) Program kerja pengawasan dan
pemeriksaan (PKPP).
87
Modul Diklatpim Tingkat IV
(1) Menetapkan substansi pada obyek
pemeriksaan;
(2) Menetapkan mekanisme kerja yang
digunakan untuk melaksanakan
pengawasan dan pemeriksaan;
(3) Menetapkan pembagian tugas Tim;
(4) Menetapkan jadwal kerja.
c) Susunan Tim, Tim dapat dibentuk dengan
susunan:
(1) Penanggungjawab/Pengendali Mutu;
(2) Pengendali Teknis;
(3) Ketua Tim;
(4) Anggota Tim.
d) Penyampaian Surat Pemberitahuan.
(a) Rencana pelaksanaan pengawasan dan
pemeriksaan;
(b) Permintaan bahan-bahan berupa
data/dokumen/ informasi;
(c) Susunan Tim pengawas dan pemeriksa;
(d) Jadwal/lamanya pemeriksaan.
e) Pelaksanaan pengawasan dan
pemeriksaan.
(a) Pertemuan Awal;
88
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Dijelaskan tujuan dan sasaran, ruang
lingkup dan waktu pelaksanaan
pengawasan dan pemeriksaan serta
konfirmasi hasil tindak lanjut atas
rekomendasi aparat pengawas fungsional
seperti BPK;
(b) Pemeriksaan data/bahan/ dokumen
sebagai bukti pertanggungjawaban yang
mencakup, kegiatan kajian, diklat dan
kesekretariatan (daftar dokumen dalam
lampiran);
(c) Melakukan klarifikasi terhadap auditi atas
pemeriksaan dokumen/bukti
pertanggungjawaban;
(d) Melakukan pengecekan fisik untuk
pembuktian keabsahan
pertanggungjawaban;
(e) Penyusunan draft kertas kerja pengawasan
dan pemeriksaan;
(f) Penyampaian draft Laporan hasil
pengawasan dan pemeriksaan;
(g) Pembahasan/ekspose hasil pengawasan
dan pemeriksaan dengan obyek yang
89
Modul Diklatpim Tingkat IV
diperiksa, serta obrik memberikan
tanggapan secara tertulis;
(h) Penyusunan Laporan hasil pengawasan
dan pemeriksaan;
(i) Penyampaian laporan Hasil pengawasan
dan pemeriksaan kepada pimpinan dan
obyek pemeriksaan.
3. Pengawasan Eksternal
a. Pengawasan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK)
1) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara, dan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
Tentang BPK, BPK merupakan satu lembaga
negara yang bebas dan mandiri dalam
memeriksa pengelolaan keuangan Negara;
2) Dalam kaitannya dengan pemeriksaan
tersebut, sesuai dengan tugasnya, BPK
mempunyai kewenangan (a) menentukan objek
pemeriksaan,(b merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan, (c) menentukan
90
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
waktu dan metode pemeriksaan (d) menyusun
dan menyajikan laporan pemeriksaan, (e)
meminta keterangan dan/atau dokumen yang
wajib diberikan oleh setiap orang dan atau unit
organisasi Pemerintah, (f) melakukan
pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan
barang milik negara, di tempat pelaksanaan
kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan
negara, (g) pemeriksaan terhadap perhitungan-
perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
Negara serta (h) menetapkan jenis dokumen,
data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan Negara;
2) Pernyataan profesional BPK selaku auditor atas
kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam Laporan Keuangan didasarkan pada
kriteria :
a) Kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintah;
b) Pengungkapan yang memadai;
91
Modul Diklatpim Tingkat IV
c) Kepatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan;
d) Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
(SPI);
4) Jenis opini BPK:
a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), diberikan
dengan kondisi:
1) Laporan
Keuangan telah disajikan dan
diungkapkan secara wajar dalam semua
hal yang material dan informasi keuangan
dalam Laporan Keuangan dapat
digunakan oleh para pengguan Laporan
Keuangan;
2) Keempat
kriteria yang menjadi kriteriia dalam
penentuan opini dapat dipenuhi;
3) Semua
koreksi yang dapat mempengaruhi
kewajaran penyajian laporan keuangan
sudah dilakukan oleh auditee;
4) Hasil reviu
dinyatakan sependapat dengan hasil
92
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
pemeriksaan auditor lain atas laporan
keuangan yang merupakan bagian dari
laporan keuangan entitas yang diberikan
opini atau terhadap hasil pemeriksaan
auditor lain tersebut tidak perlu direviu
karena nilainya tidak material untuk
laporan keuangan yang diberi opini.
b. Wajar Tanpa Pengecualian dengan
Paragraf Penjelasan, diberikan dengan
kondisi :
1) Laporan
Keuangan telah disajikan dan
diungkapkan secara wajar dalam semua
hal yang material, kecuali informasi hal-
hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan, sehingga informasi
keuangan dalam Laporan Keuangan yang
tidak dikecualikan dalam opini pemeriksa
dapat digunakan oleh para pengguna
Laporan Keuangan;
2) Keempat
kriteria kecuali pembatasan ruang lingkup
audit telah dipenuhi;
93
Modul Diklatpim Tingkat IV
3) Terdapat
koreksi material yang tidak dilaksanakan
oleh auditee;
4) Hasil
pemeriksaan auditor lain atas bagian
laporan keuangan entitas yang diberikan
opini tidak dapat direviu oleh auditor BPK
sedangkan nilainya material.
c. Wajar Dengan Pengecualian(WDP),
diberikan dengan kondisi :
1) Laporan Keuangan tidak disajikan dan
diungkapkan secara wajar dalam semua
hal yang material sehingga informasi
keuangan dalam Laporan Keuangan tidak
dapat digunakan oleh para pengguna
Laporan Keuangan
2) Pembatasan lingkup audit atas beberapa
akun yang cukup material;
3) Tidak semua koreksi telah dilakukan oleh
auditee;
4) Hasil pemeriksaan auditor lain atas
bagian laporan keuangan entitas yang
94
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
diberi opini tidak dapat direviu oleh
auditor BPK padahal nilainya material.
d. Tidak Wajar, diberikan dengan kondisi :
1) Laporan Keuangan tidak dapat diperiksa
sesuai dengan standar pemeriksaan,
pemeriksa tidak dapat memberikan
penjelasan bahwa Laporan Keuangan bebas
dari salah saji material, shingga informasi
keuangan dalam Laporan Keuangan tidak
dapat digunakan oleh para pengguna
Laporan Keuangan.
2) Terdapat 2 (dua) kriteria yang tidak
dipenuhi yaitu “kesesuaian dengan SAP dan
konsistensi pelaksanaan SAP”;
3) Terdapat koreksi yang sangat material yang
tidak dilaksanakan oleh auditee.
e. Tidak Memberikan Pendapat, diberikan
dengan kondisi :
1) Keempat kriteria tidak dilaksanakan;
95
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Terdapat pembatasan lingkup audit atas
akun-akun yang sangat material terhadap
penyajian laporan keuangan;
3) Prosedur alternatif untuk menyakini
kewajaran penyajian laporan keuangan tidak
dapat dilaksanakan;
4) Hasil pemeriksaan auditor lain atas bagian
laporan keuangan entitas yang diberi opini
tidak dapat direviu oleh auditor BPK
padahal nilainya sangat material.
b. Pengawasan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
1) Dalam pengelolaan PNBP, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2005 tentang pemeriksaan PNBP, atas
permintaan Menteri Keuangan, BPKP
dapat melakukan pemeriksaan khusus
terhadap pengelolaan PNBP.
2) Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan
terhadap wajib bayar:
1) Bertujuan untuk:
a) menguji kepatuhan atas pemenuhan
kewajiban sesuai dengan peraturan
96
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
perundang-undangan di bidang
PNBP; dan;
b) melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan
PNBP.
2) Ruang lingkup pemeriksaan meliputi:
a) penyelenggaraan catatan akuntansi
yang berkaitan dengan objek
pemeriksaan PNBP;
b) laporan keuangan beserta dokumen
pendukung yang berkaitan dengan
objek pemeriksaan PNBP;
c) transaksi keuangan yang berkaitan
dengan pembayaran dan penyetoran
objek pemeriksaan PNBP.
3) Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan
terhadap Instansi Pemerintah:
a) Bertujuan untuk:
(1) meni
ngkatkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan PNBP;
(2) men
guji kepatuhan atas pemenuhan
97
Modul Diklatpim Tingkat IV
kewajiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di
bidang PNBP; dan;
(3) mela
ksanakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan
PNBP.
b) Ruang lingkup pemeriksaan meliputi:
(1) pengendalian dan
pertanggungjawaban pemungutan
dan penyetoran PNBP;
(2) penyelenggaraan pencatatan
akuntansi;
(3) laporan rencana dan realisasi
PNBP;
(4) penggunaan sarana yang tersedia
berkaitan dengan PNBP yang
dikelola Instansi Pemerintah.
E. Pertanggungjawaban Dan Pelaporan
1. Pertanggungjawaban
98
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Sebagai upaya konkrit dalam mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Menteri/ pimpinan lembaga/
Gubernur/ Bupati/ Walikota selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang bertanggungjawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan
dalam Undang-undang tentang APBN dari segi manfaat/hasil
(outcome). Sedangkan pimpinan unit organisasi kementerian
negara/lembaga bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang
ditetapkan dalam Undang-undang APBN, dari segi barang dan/atau jasa
yang disediakan (output).
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disampaikan
berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari: (1) laporan
realisasi anggaran, (2) neraca, (3) laporan arus kas, dan (4) catatan atas
laporan keuang yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada
Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN.
Dalam menyusun laporan keuangan pemerintah pusat
Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/pengguna
Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi
LaporanRealisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Laporan keuangan tersebut disampaikan Presiden kepada
BPK paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
99
Modul Diklatpim Tingkat IV
Laporan pemerintah pusat tersebut yang telah diperiksa oleh BPK harus
disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Pelaporan
1. Laporan Realisasi
a. Realisasi Anggaran RM
Setiap Bulan PPK masing-masing satker menyusun dan
menyampaikan laporan realisasi anggaran kepada KPA yang
meliputi :
Laporan Realisasi Bulanan paling lambat 1 (satu) minggu
setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan dengan format
laporan :
1) Realisasi Per Fungsi
2) Realisasi Per Sub Fungsi
3) Realisasi Per Program
4) Realisasi Per Kegiatan
5) Realisasi Per Sub Kegiatan
6) Realisasi Per AKUN
b. Laporan realisasi pendapatan PNBP
100
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Laporan realisasi pendapatan PNBP dan penggunaannya
disampaikan kepada Menteri Keuangan sesuai waktu yang
ditetapkan yaitu :
3) Untuk triwulan I (Januari, Pebruari, Maret) disampaikan
paling lambat tanggal 30 April.
4) Untuk triwulan II (April, Mei, Juni) disampaikan paling
lambat tanggal 31 Juli.
5) Untuk triwulan III (Juli, Agustus, September)
disampaikan paling lambat tanggal 31 Oktober.
6) Untuk triwulan IV (Oktober, Nopember, Desember)
disampaikan paling lambat tanggal 31 Januari.
2. Laporan Keuangan
a. Ketentuan Penyusunan Laporan Keuangan
1) Sebagai entitas pelaporan yaitu unit pemerintahan yang
terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan dan menyampaikannya kepada
Menteri Keuangan.
2) Laporan Keuangan merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
101
Modul Diklatpim Tingkat IV
3) Wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) untuk menghasilkan laporan keuangan berupa
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
4) SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang
Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK dan SIMAK-BMN
dilaksanakan secara sinergis untuk menghasilkan
Laporan Keuangan. SAK digunakan untuk memproses
transaksi anggaran dan realisasinya, sehingga
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. SIMAK-
BMN memproses transaksi perolehan, perubahan dan
penghapusan BMN untuk mendukung SAK dalam
rangka menghasilkan Neraca. SIMAK-BMN juga
menghasilkan berbagai laporan, buku-buku serta kartu-
kartu yang memberikan informasi manajerial dalam
pengelolaan BMN.
5) Untuk meyakinkan keandalan laporan keuangan yang
disajikan, maka Laporan Keuangan sebelum
disampaikan kepada Menteri Keuangan terlebih dahulu
harus direviu oleh Inspektorat serta disertai dengan
Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of
Responsibility).
102
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
6) Satker sebagai entitas akuntansi wajib menyampaikan
Laporan Keuangan selaku KPA/B secara periodik dan
berjenjang kepada entitas pelaporan.
7) Satker sebagai UAKPA wajib memproses dokumen
sumber untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa
LRA, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
Satker.
b. Dokumen Sumber Laporan Keuangan
1) Dokumen Pendapatan :
a) Dokumen Estimasi Pendapatan yang
Dialokasikan dalam DIPA.
b) Dokumen pendapatan berupa Surat Setoran
Bukan Pajak (SSBP)
2) Dokumen Belanja :
a) Dokumen pelaksanaan anggaran : DIPA,
Revisi DIPA, POK, RKAKL, Revisi POK atau
RKAKL, Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA),
dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang
dipersamakan;
b) Realisasi Belanja: Surat Perintah Membayar
(SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D),
Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB), Surat
Setoran Pajak (SSP).
103
Modul Diklatpim Tingkat IV
c. Jenis dan Periode Laporan Keuangan
1) Tingkat UAKPA ke KPPN
No Jenis
Laporan/
ADK
Periode Pelaporan
Bulanan Triwulanan Semestera
n
Tahunan
1 LRA X
2 Neraca X
3 ADK X
4 BAR X
2) Tingkat UAKPA ke tingkat UAPPA-W/UAPPA-
E1
No Jenis
Lapor
an/
ADK
Periode Pelaporan
Bulanan Triwulana
n
Semestera
n
Tahunan
1 LRA X X X X
2 Nerac
a
X X X
3 CaLK X X
4 ADK X
104
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
5 BAR X
3) Tingkat UAPPA-W ke Kanwil Ditjen PBN
No Jenis
Laporan/
ADK
Periode Pelaporan
Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan
1 LRA X
2 Neraca X
3 ADK X
4) Tingkat UAPPA-W ke tingkat UAPPA-E1
No Jenis
Laporan
/ ADK
Periode Pelaporan
Bulanan Triwulana
n
Semesteran Tahunan
1 LRA X X X X
2 Neraca X X X
3 CaLK X X
4 ADK X
5 BAR X
105
Modul Diklatpim Tingkat IV
5) Tingkat UAPPA-E1 ke tingkat UAPA
No Jenis
Laporan/
ADK
Periode Pelaporan
Bulanan Triwulana
n
Semesteran Tahunan
1 LRA X X X X
2 Neraca X X X
3 CaLK X X
4 ADK X
5 BAR X
6) Tingkat UAPA ke Departemen Keuangan c.q. Ditjen.
Perbendaharaan (Unaudited)
No Jenis
Laporan/
ADK
Periode Pelaporan
Bulanan Triwulanan Semesteran Tahunan
1 LRA X X X
2 Neraca X X
3 CaLK X X
4 ADK X
106
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
7) Tingkat UAPA ke Departemen Keuangan c.q. Ditjen.
Perbendaharaan (Audited)
No Jenis
Laporan/
ADK
Periode Pelaporan
Bulana
n
Triwulanan Semesteran Tahunan
1 LRA X
2 Neraca X
3 CaLK X
4 ADK X
d. Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan
1) Tingkat UAKPA
Kegiatan Harian, Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan
Tahunan
a) Menerima dan
memverifikasi dokumen sumber transaksi keuangan
dan barang milik negara.
b) Menyampaikan
dokumen sumber transaksi yang mendukung
kapitalisasi nilai BMN kepada UAKPB.
c) Menerima dan
memproses ADK BMN dari UAKPB setiap bulan.
107
Modul Diklatpim Tingkat IV
d) Merekam dokumen
sumber.
e) Mencetak dan
memverifikasi RTH dengan dokumen sumber.
f) Melakukan posting
data untuk seluruh transaksi keuangan dan BMN
setiap bulan.
g) Mencetak dan
memverifikasi buku besar.
h) Mencetak dan
mengirim laporan keuangan beserta ADK ke KPPN
setiap bulan.
i) Melakukan
rekonsiliasi data dengan KPPN dan menandatangani
Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan
data jika terdapat kesalahan pada data UAKPA.
j) Mencetak Neraca,
Laporan Realisasi Anggaran, dan menyampaikannya
ke UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke
UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat beserta
ADK setiap bulan.
k) Menyusun Catatan
atas Laporan Keuangan dan menyampaikan ke
108
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke
UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat setiap
semester.
l) Melakukan back-
up data.
m) LRA, Neraca dan
ADK disampaikan UAKPA kepada KPPN selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja bulan berikutnya
sebagai bahan rekonsiliasi data dan pengawasan atas
ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
n) Apabila KPA tidak
menyampaikan Laporan Keuangan tersebut, KPPN
dapat menunda penerbitan SP2D atas SPM yang
diajukan oleh KPA.
o) Penundaan
penerbitan SP2D dikecualikan terhadap SPM
Belanja Pegawai, SPM-LS dan SPM Pengembalian
(SPM-IB, SPM-KP, SPM-KC). Penundaan
penerbitan SP2D juga tidak menggugurkan
kewajiban satuan kerja/kuasa pengguna anggaran
untuk menyampaikan laporan keuangan.
109
Modul Diklatpim Tingkat IV
p) Selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah batas waktu
penyampaian laporan keuangan ke KPPN, UAKPA
menyampaikan laporan keuangan yang telah
direkonsialiasi ke UAPPA-W untuk UAKPA Kantor
Daerah dan ke UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor
Pusat beserta ADK dan Berita Acara rekonsiliasi.
2) Tingkat UAPPA-W
Kegiatan Harian, Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan
Tahunan
a) Menerima
dan memverifikasi laporan keuangan beserta ADK
yang diterima dari UAKPA setiap bulan.
b) Menggabun
gkan data laporan keuangan dari masing-masing
UAKPA yang berada di bawahnya.
c) Melakukan
pencocokan hasil penggabungan data BMN dengan
UAPPB-W setiap semester.
d) Menyampai
kan data laporan keuangan ke Kanwil Ditjen PBN
sebagai bahan rekonsiliasi setiap triwulan.
110
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
e) Melakukan
rekonsiliasi data dengan Kanwil Ditjen PBN,
menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan
melakukan perbaikan data jika terdapat kesalahan
pada data UAPPA-W.
f) Mencetak
Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan
menyampaikannya ke UAPPA-E1 beserta ADK
sesuai jadwal penyampaian.
g) Menyusun
Catatan atas Laporan Keuangan dan menyampaikan
ke UAPPA-E1 setiap semester.
h) Melakukan
back up data.
i) UAPPA-W
menyampaikan LRA, Neraca, beserta ADK ke
Kanwil Ditjen PBN setempat setiap tanggal 17 bulan
berikutnya sebagai bahan pembanding, dan setiap
tanggal 17 setelah berakhirnya triwulan yang
bersangkutan sebagai bahan rekonsiliasi data.
j) Kanwil
Ditjen PBN merekonsiliasi data dari UAPPA-W
111
Modul Diklatpim Tingkat IV
dengan data yang diterima dari KPPN setiap
triwulanan.
k) UAPPA-W
menyampaikan ADK dan laporan keuangan yang
telah direkonsiliasi kepada UAPPA-E1 selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
3) Tingkat UAPPA-E1
Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan
a) M
enerima dan memverifikasi laporan keuangan yang
diterima dari UAPPA-W dan UAKPA Kantor Pusat
setiap triwulan.
b) M
elakukan pencocokan data BMN UAPPA-E1 dengan
UAPPB-E1.
c) M
elakukan penggabungan data laporan keuangan yang
diterima dari UAPPA-W/UAKPA kantor pusat yang
berada dilingkup kerjanya.
d) M
elakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen. PBN c.q.
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
setiap semester jika diperlukan.
112
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
e) M
encetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan
menyampaikan ke UAPA beserta ADK setiap
triwulan.
f) M
enyusun Catatan atas Laporan Keuangan dan
menyampaikan ke UAPA setiap semester.
g) M
elakukan back up data.
4) Tingkat UAPA
Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan
a) Menerima
dan memverifikasi laporan keuangan yang diterima
dari UAPPA-E1 setiap triwulan.
b) Menggabun
gkan data laporan keuangan dari UAPPA-E1.
c) Melakukan
pencocokan data BMN UAPA dengan UAPB.
d) Melakukan
rekonsiliasi data dengan Ditjen. Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan setiap semester,
menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan
113
Modul Diklatpim Tingkat IV
melakukan perbaikan data jika ditemukan kesalahan
pada data UAPA.
e) Mencetak
Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran dan
menyusun Catatan atas Laporan Keuangan setiap
semester dan tahunan.
f) Membuat
Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SOR).
g) Melakukan
back up data.
h) Laporan
Keuangan UAPA semesteran beserta ADK
disampaikan kepada Menteri keuangan c.q. Dirjen.
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah semester berakhir.
i) Laporan
Keuangan UAPA tahunan beserta ADK
disampaikan kepada Menteri keuangan c.q. Dirjen.
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selambat-
lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran
berakhir;
j) Laporan
keuangan tahunan harus disertai Pernyataan Telah
114
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Direviu yang ditandatangani oleh aparat pengawas
intern.
e. Jadwal Penyusunan dan Pengiriman Laporan
Keuangan
1) Laporan Realisasi Anggaran Triwulan I dan
Neraca Per 31 Maret
Unit
Organisasi
Terima Proses dan
Rekonsiliasi
Kirim Waktu
Pengiriman
UAKPA - - 12
April
2XX1
3 hari
UAPPA-W 15
April
2XX1
5 hari 20
April
2XX1
3 hari
UAPPA-E1 23
April
2XX1
3 hari 26
April
2XX1
2 hari
UAPA 28
April
2XX1
8 hari 06
Mei
2XX1
115
Modul Diklatpim Tingkat IV
1 hari
Menkeu cq.
Dirjen PBN
07 Mei
2XX1
- -
2) Laporan Keuangan Semester I
Unit Organisasi Terima Proses
dan
Rekons
iliasi
Kirim Waktu
Pengiriman
UAKPA - - 10 Juli
2XX1
2 hari
UAPPA-W 12 Juli 2XX1 3 hari 15 Juli
2XX1
2 hari
UAPPA-E1 17 Juli 2XX1 3 hari 20 Juli
2XX1
2 hari
UAPA 22 Juli 2XX1 3 hari 25 Juli
2XX1
22 Juli 2XX1 3 hari 25 Juli 2XX1
1 hari
26 Juli 2XX1 - -
116
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
1) Laporan Realisasi Anggaran Triwulan III
dan Neraca Per 30 September
Unit
Organisasi
Terima Proses dan
Rekonsilias
i
Kirim Waktu
Pengiriman
UAKPA - - 12 Okt
2XX1
3 hari
UAPPA-W 15 Okt
2XX1
5 hari 20 Okt
2XX1
3 hari
UAPPA-E1 23 Okt
2XX1
6 hari 29 Okt
2XX1
2 hari
UAPA 31 Okt
2XX1
8 hari 08 Nov
2XX1
1 hari
Menkeu cq.
Dirjen PBN
09 Nov
2XX1
- -
117
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Laporan Keuangan Tahunan
Unit
Organisasi
Terima Proses dan
Rekonsiliasi
Kirim Waktu
Pengiriman
UAKPA - - 20 Januari
2XX2
3 hari
UAPPA-W 23
Januari
2XX2
6 hari 29 Januari
2XX2
3 hari
UAPPA-E1 02
Februari
2XX2
6 hari 08 Februari
2XX2
2 hari
UAPA 10
Februari
2XX2
17 hari Tanggal
terakhir
Februari
2XX2
1 atau 2 hari
Menkeu cq.
Dirjen PBN
Tanggal
terakhir
Februari
2XX2
- -
118
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
f. Reviu Laporan Keuangan
1) Tujuan Reviu
Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan
pendapat sebagaimana dalam audit, karena dalam reviu
tidak mencakup pengujian atas pengendalian internal,
penetapan risiko pengendalian, pengujian catatan
akuntansi dan pengujian atas respon terhadap
permintaan keterangan dengan cara pemerolehan bahan
bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan,
atau konfirmasi dan prosedur tertentu lainnya yang biasa
dilaksanakan dalam audit.
Tujuan reviu adalah untuk :
a) Membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi
dan penyajian laporan keuangan.
b) Memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi,
keandalan, dan keabsahan informasi laporan
keuangan serta pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan transaksi sesuai dengan SAP , sehingga
dapat menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas
c) Melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas
kelemahan dan/atau kesalahan dalam penyajian
119
Modul Diklatpim Tingkat IV
laporan keuangan, bersama-sama dengan unit
akuntansi.
c. Laporan evaluasi akuntabilitas kinerja
Dasar hukum
1. Undang
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;
2. Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja.
3. Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
Tujuan dan urgensi dilaksanakannya eveluasi akuntabilitas
kinerja adalah :
1. Untu
k mendorong peningkatan kualitas serta menilai
akuntabilitas kinerja seluruh Instansi Pemerintah;
2. Meli
hat kemajuan penerapan manajemen sector publik yang
120
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
berbasis kinerja dalam upaya peningkatan akuntabilitas
kinerja Instansi Pemerintah;
3. Me
mberikan saran perbaikan atau rekomendasi untuk
peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas Instansi;
Cakupan evaluasi akuntabilias kinerja, dilakukan tidak hanya
berdasarkan desk evaluation dan LAKIP yang diterima saja,
tetapi dilakukan juga melalui penilaian di lapangan guna
melihat lebih lanjut sejauhmana pelaksanaan penerapan
manajemen pemerintahan yang berbasis kinerja pada
Kementerian/Lembaga telah dijalankan.
Gambaran dari penerapan akuntabilitas kinerja yang baik
adalah satu rangkaian plan, do, check, and action
improvement, yaitu kinerja yang direncanakan,
diperjanjikan, dilaksanakan, dilaporkan dan dievaluasi untuk
menjadi umpan balik perbaikan manajemen kinerja
pemerintah secara berkelanjutan, sehingga terwujud
pemerintah yang terukur, efisien, efektif dan akuntabel.
121
Modul Diklatpim Tingkat IV
Pelaksanaan eveluasi, aspek penilaian berdasarkan pada
kinerja utama 5 komponen manajemen kinerja yang
meliputi :
(1) Perencanaan kinerja;
(2) Pengukuran kinerja;
(3) Pelapran kinerja;
(4) Evaluasi kinerja;
(5) Capaian kinerja;
Dari 5 komponen tersebut, unsur unsur yang dinilai adalah :
1. Komponen perencanaan kinerja dengan bobot nilai 35,
meliputi : kelengkapan, kualitas, dan pemanfaatan
dokumen renstra, rencana kerja tahunan, dan penetapan
kinerja;
2. Pengukuran kinerja dengan bobot nilai 20, meliputi :
pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran,
implementasi pengukuran;
3. Pelaporan kinerja dengan bobot nilai 15, meliputi :
pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja, dan
pemanfaatan informasi kinerja;
4. Evaluasi kinerja dengan bobot nilai 10, meliputi :
pemenuhan evluasi, kualitas evaluasi dan pemanfaatan
hasil evaluasi;
122
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
5. Capaian kinerja dengan bobor nilai 20 mmeliputi :
kinerja yang dilaporkan baik output maupun outcome,
serta kinerja lainnya.
Kesimpulan hasil evaluasi terhadap penerapan akuntabilitas
kinerja Kementerian/Lembaga yang dituangkan dalam
bentuk nilai dengan kriteria/predikat sebagai berikut :
NO Predikat Nilai
Absolut
Interprestasi
1. AA >85-100 Memuaskan
2. A >75-85 Sangat Baik
3. B >65-75 Baik, dan perlu sedikit perbaikan
4. CC >50-65 Cukup baik (memadai), perlu banyak
perbaikan yang tidak mendasar
5. C >30-50 Agak kurang, perlu banyak perbaikan
termasuk perubahan yang mendasar
6. D 0-30 Kurang, dan perlu banyak sekali
perbaikan dan perubahan yang sangat
mendasar
123
Modul Diklatpim Tingkat IV
Adapun Kementerian/Lembaga yang memperoleh nilai
dengan kriteria A, B, CC, dan C adalah sebagai berikut :
2 Lembaga mendapatkan nilai dengan kriteria A, yaitu :
1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);
2. Badan Pemeriksa Keuangan RI ;
17 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan
kriteria B, yaitu :
(1) Kemenko Perekonomian;
(2) Sekretarian Negara;
(3) Kementerian Dalam Negeri;
(4) Kementerian ESDM;
(5) Kementerian Kelautan dan Perikanan;
(6) Kementerian Keuangan;
(7) Kementerian PAN dan RB;
(8) Kementerian PPN/Bappenas;
(9) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
(10) Kementerian HUM dan HAM;
(11) Kementerian Pekerjaan Umum;
(12) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
(13) Kementerian Perdagangan;
(14) Kementerian Pertanian;
(15) Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi;
(16) BPKP;
124
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
(17) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional;
49 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan
kriteria CC, yaitu :
(1) Kemenko Kesra;
(2) Kemenko Polhukam;
(3) Kementerian Agama;
(4) Sekretariat Kabinet;
(5) Kementerian BUMN;
(6) Kementerian Kehutanan;
(7) Kementerian Kesehatan;
(8) Kementerian Komimfo;
(9) Kementerian Koperasi dan UKM;
(10) Kementerian Lingkungan Hidup;
(11) Kementerian Luar Negeri;
(12) Kementerian Nakertrans;
(13) Kementerian Pembangunan daerah Tertinggal;
(14) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak;
(15) Kementerian Pemuda dan Olah Raga;
(16) Kementerian Perhubungan;
(17) Kementerian Perindustrian;
(18) Kementerian Pertahanan;
(19) Kementerian Perumahan Rakyat;
125
Modul Diklatpim Tingkat IV
(20) Kementerian Riset dan Tehnologi;
(21) Kementerian Sosial;
(22) Markas Besar TNI;
(23) Kepolisian Negara RI;
(24) Mahkaman Agung;
(25) Sekretariat Jenderal MPR;
(26) Sekretariat Jenderal DPR;
(27) Sekretariat Jenderal DPD;
(28) Arsip Nasional RI;
(29) Badan Kepegawaian Negara;
(30) BKKBN;
(31) BKPM;
(32) Bakosurtanal;
(33) BMKG;
(34) Badan Penganggulan Bencana Nasional;
(35) BNP2TKI;
(36) Badan Narkotika Nasional;
(37) Badan Pengawasan Obat dan Makanan;
(38) BPPT;
(39) Badan Pengusahaan Batam;
(40) BPS;
(41) Badan Standarisasi Nasional;
(42) Badan Tenaga Nuklir Nasional;
126
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
(43) LAN;
(44) LIPI;
(45) LKPP;
(46) Lembaga Ketahanan Nasional;
(47) Lembaga Sandi Negara;
(48) Perpustakaan Nasional RI;
(49) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan;
14 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan
kriteria C, yaitu :
(1) Kejaksaan Agung;
(2) Badan Intelijen Negara;
(3) Sekretarian Jenderal Komisi Yudisial;
(4) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;
(5) Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo;
(6) Badan Pengawas Tenaga Nuklir;
(7) Badan Petranahan Nasional;
(8) Badan SAR Nasional;
(9) Dewan Ketahanan Nasional;
(10) Komisi Nasional HAM;
(11) Komisi Pengawasan Persaingan Usaha;
(12) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban;
(13) Sekretariat Jenderal Dewan Jamsosnas;
127
Modul Diklatpim Tingkat IV
(14) Sekretariat Jenderal KPU;
128
BAB VTEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA (APBD)
A. Perencanaan
1. Perencanaan APBD
Dalam konteks penyusunan APBD dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah disusun rencana pembangunan daerah sebagai satu
kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota, sesuai dengan kewenangannya yang
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, meliputi:
a) Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP)
daerah untuk jangka waktu 20 tahun, yang memuat visi, misi, dan
arah pembanguanan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional.
RPJP daerah dan RPJM daerah ditetapkan dengan Perda
berpedoman pada Peraturan Pemerintah ;
b) Pemerintah daerah menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJM) daerah dengan jangka waktu 5 tahun,
yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala
Daerah yang penyususnannya berpedoman kepada RPJP daerah
dengan memperhatikan RPJM Nasional.
129
Modul Diklatpim Tingkat IV
RPJM daerah memuat: arah kebijakan keuangan daerah, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program kesatuan kerja
perangkat daerah, lintas satuan perangkat daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
c) Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran
dari RPJM daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat
rangcangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan
daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana
kerja pemerintah;
d) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat daerah untuk periode I (satu)
tahun;
e) Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKASKPD), adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang
berisi program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
merupakan penjabaran dari rencana Kerja Perangkat daerah dan
rencana strategis Satuan Kerja perangkat daerah yang bersangkutan
dalam I (satu) tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
Lebih lanjut proses Perencanaan pembangunan daerah disusun
secara berjangka meliputi :
130
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
1) Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP) daerah
untuk jangka waktu 20 tahun yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah mengacu kepada RPJP nasional.
2) Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJM) daerah
untuk jangka waktu 5 tahun, merupakan penjabaran dari visi,
misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM
nasional.
3) RPJM daerah memuat: arah kebijakan keuangan daerah, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja
perangkat daerah, lintas satuan perangkat daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
4) Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan
penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu I (satu) tahun,
yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah mengacu
kepada rencana kerja pemerintah.
5) RPJP daerah dan RPJM ditetapkan dengan Perda berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.
6) Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang
disebut Rentra-SKPD memuat visi,misi, tujuan, strategi
131
Modul Diklatpim Tingkat IV
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat
indikatif.
7) Renstra-SKPD dirumuskan dalam bentuk rencana kerja
perangkat daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
8) Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKA-SKPD), adalah dokumen perencanaan dan penganggaran
yang berisi program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat daerah
yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Perangkat daerah
dan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
bersangkutan dalam I (satu) tahun anggaran, serta anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakannya.
9) Nota Keuangan dan rencana APBD beserta RKA-SKPD yang
telah dibahas selanjutnya disampaikan kepada DPRD untuk
dibahas bersama dan ditetapkan menjadi Peraturan daerah
(Perda).
10) RKA-SKPD yang telah disepakati DPRD ditetapkan dalam
Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Rincian APBD:
(II) Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Rincian APBD
132
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
menjadi dasar bagi masing-masing Satuan Kerja Perangkat
Daerah untuk menyusun konsep dokumen pelaksanaan anggaran.
Dalam penyusunannya, rencana pembangunan daerah didasarkan
pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Data dan informasi mencakup:
a) Penyelenggaraan pemerintahan daerah;
b) Organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah;
c) Kepala Daerah DPRD, perangkat daerah, dan PNS
daerah;
d) Keuangan daerah;
e) Potensi sumber daya daerah;
f) Produk hukum daerah;
g) Kependudukan;
h) Informasi dasar kewilayahan;
i) Informasi lain dengan penyelenggaraan pemerintah
daerah.
Perencanaan pembangunan daerah dilakukan untuk menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan. Tahapan, tata cara penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Azas Umum Manajemen Keuangan Daerah
133
Modul Diklatpim Tingkat IV
Secara teknis pengelolaan keuangan daerah seperti halnya
keuangan negara yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
mempunyai azas dan ruang lingkup yang spesifik. Secara garis
besar azas-azas yang dijadikan landasan dalam penyelenggaraan
pengelolaan keuangan daerah adalah sbb:
a. Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu
sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang
setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
Dengan demikian manajemen keuangan daerah tidak lain adalah
diwujudkan dalam penyusunan dan penetapan serta pelaksanaan
APBD dalam praktek.
3. Azas Umum dan Struktur APBD
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan daerah. Penyusunan APBD
sebagai mana dimaksud berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya
tujuan bernegara. Pada prinsipnya APBD mempunyai fungsi
otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
134
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
stabilisasi. APBD, pertumbuhan APBD, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan
daerah. Dalam pelaksanaannya diterapkan azas sebagai berikut:
a. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam
bentuk uang, barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBS.
b. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
c. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD. Pendapatan daerah
yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan
perundang-undangan.
d. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus
didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah yang cukup.
e. Penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus
didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.
f. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening Kas
Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.
135
Modul Diklatpim Tingkat IV
g. Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali
tahun-tahun anggaran berikutnya.
h. Adapun susunan (struktur) APBD terdiri atas pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah, dengan rincian
sebagai berikut:
1) Pendapatan daerah terdiri atas:
a) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
b) Dana Perimbangan;
c) Lain-lain pendapatan yang meliputi;
Pendapatan Asli Daerah meliputi :
a) pajak daerah;
b) retribusi daerah;
c) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d) lain-lain PAD yang sah.
Lain-lain PAD yang sah, mencakup :
1) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan;
2) hasil pemanfaatan atau pendaya gunaan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan;
3) jasa giro;
4) pendapatan bunga;
5) tuntutan ganti rugi;
136
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
6) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing;
7) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau
jasa oleh daerah.
Pendapatan Dana Perimbangan meliputi:
1) dana bagi hasil;
2) dana alokasi umum;
3) dana alokasi khusus.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh
pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan.
2) Belanja Daerah
a) Belanja daerah dipergunakan dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang
berdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
b) Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
137
Modul Diklatpim Tingkat IV
fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial.
c) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat
diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian
standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib
pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
d) Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk
tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan daerah terdiri dari:
(1) pelayanan umum;
(2) ketertiban dan keamanan;
(3) ekonomi
(4) lingkungan hidup;
(5) perumahan dan fasilitas umum;
(6) kesehatan;
(7) pariwisata dan budaya;
(8) agama;
(9) pendidikan;
(10) perlindungan sosial;
e) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan
disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah;
138
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
f) Klasifikasi belanja menurut jenis belanja, terdiri dari:
a) belanja pegawai;
b) belanja barang dan jasa;
c) belanja modal;
d) bunga;
e) subsidi;
f) hibah;
g) bantuan social;
h) belanja bagi hasil dan bantuan keuangan;
i) belanja tak terduga;
a. Pembiayaan Daerah
1) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud,
mencapai :
2) SILPA tahun anggaran sebelumnya;
3) Pencairan dana cadangan;
4) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
5) Penerimaan pinjaman;
6) Penerimaan kembali pemberian pinjaman.
139
Modul Diklatpim Tingkat IV
Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud,
mencakup :
a) pembentukan dana cadangan;
b) penyertaan modal pemerintah daerah;
c) pembayaran pokok utang;
d) Pemberian pinjaman
Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan
pembiayaan terhadap pengeluaran pembayaran.
Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit
anggaran.
4. Penyusunan Rancangan APBD
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah dirumuskan dan dituangkan ke
dalam RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan
memperhatikan RPJM Nasional dan standar pelayanan minimal
yang ditetapkan oleh pemerintah. RPJMD ditetapkan paling lambat
3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
SKPD menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra
SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program
140
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
dan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing. Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman
pada RPJMD.
Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran
dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja-SKPD untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja
Pemerintah. Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD
yang disusun berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program
dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannnya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Kewajiban daerah mempertimbangkan prestasi capaian standar
pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan
Mei tahun anggaran sebelumnya.
141
Modul Diklatpim Tingkat IV
Dalam rangka penyusunan RAPBD, maka Kepala Daerah
berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum APBD.
Penyusunan rencana kebijakan umum APBD berpedoman pada
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri setiap tahun.
Kepala Daerah menyampaikan rancangan kebijakan umum APBD
tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan RAPBD
kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun
anggaran berjalan. Rancangan kebijakan umum APBD yang telah
dibahas Kepala Daerah bersama DPRD dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan
Umum APBD.
5. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati ,
pemerintah daerah dan DPRD membahas rancangan prioritas dan
plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh Kepala Daerah.
Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara dilakukan
paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran sebelumnya.
Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
142
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
a. Menentukan segala prioritas dalam urusan wajib dan urusan
pilihan.
b. Menentukan urutan-urutan program dalam masing-masing
urusan .
c. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing
program.
Kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran
sementara yang telah dibahas dan disepakati bersama Kepala Daerah
dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditanda tangani
oelh Kepala Daerah dan pimpinan DPRD. Kepala Daerah
berdasarkan nota kesepakatan menerbitkan pedoman RKA-SKPD
sebagai pedoman Kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
Mengenai Rencana kerja dan Anggaran SKPD dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD Kepala SKPD
menyusun RKA-SKPD.
2) RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan
kerangka pengeluaran jangka menengah daerah penganggaran
terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun perkiraan maju
yang berisi perkiraan kebutuhan anggran untuk program dan
kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari
143
Modul Diklatpim Tingkat IV
tahun anggaran yang direncanakan dan merupakan implikasi
kebutuhan dan untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut
pada tahun berikutnya.
Penyusunan RKA-SKD dengan pendekatan anggaran terpadu
dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan
pengangaran di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen
rencana kerja dan anggaran.
1) Penyusunan RKA-SKD dengan pendekatan prestasi kerja
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan
program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil
tersebut.
2) Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja berdasarkan
pencapaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja,
standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
RKA-SKD memuat rencana pendapatan dan belanja serta
pembiayaan untuk masing-masing program dan kegiatan menurut
fungsi untuk yang direncanakan , dirinci sampai dengan rincian
obyek pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta prakiraan maju
untuk tahun berikutnya.
RKA-SKPD yang telah disusun oleh Ketua SKPD disampaikan
kepada PPKD. Selanjutnya RKA-SKPD dibahas oleh tim anggaran
pemerintah daerah.
144
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
6. Penetapan APBD
Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD serta prosedural dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan.
b. Atas dasar persetujuan bersama Kepala Daerah menyiapkan
rancangan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD.
c. Apabila DPRD sampai batas waktu tidak mengambil keputusan
bersama dengan Kepala Daerah terhadap rancangan peraturan
daerah tentang APBD, Kepala Daerah melaksanakan
pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun
anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan,
yang disusun dalam rancangan peraturan Kepala Daerah
tentang APBD.
d. Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan
diprioritaskan untuk belanja yang untuk keperluan setiap bulan
diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja
yang bersifat wajib.
e. Rancangan peraturan Kepala Daerah dilaksanakan setelah
memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan Gubernur bagi Kabupaten/Kota.
145
Modul Diklatpim Tingkat IV
f. Pengesahan terhadap rancangan Kepala Daerah dilakukan
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak
diterimannya rancangan dimaksud.
7. Kewenangan Fungsional Dalam Manajemen Keuangan
Daerah
1. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah dilimpahkan
oleh pemerintah Pusat dan menjadi kewenangan pemerintah
daerah terdapat pejabat daerah yang secara fungsional terkait
dengan manajemen keuangan daerah. Pejabat-pejabat dimaksud
adalah sebagai berikut:
a. Kepala Daerah selaku kepala pemerintah
daerah adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan;
b. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana dimaksud diatas mempunyai
kewenangan:
1) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
2) menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang
daerah;
3) menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang;
146
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
4) menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara
pengeluaran;
5) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan daerah;
6) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pengelolaan utang dan piutang daerah;
7) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pengelolaan barang milik daerah dan;
8) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian
atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
Dalam prakteknya kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan oleh: (a) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan
selaku PPKD; (b) Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna
Anggaran/Barang Daerah.
Dalam pelaksanaan kekuasaan tersebut, Sekretaris Daerah bertindak
selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
c. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PKPD)
PKPD mempunyai tugas sebagai berikut :
1) menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
keuangan daerah;
2) menyusun rancangan APBD dan ranncangan perubahan
APBD;
147
Modul Diklatpim Tingkat IV
3) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
4) melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah ( BUD)
5) menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, dan
6) melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh Kepala Daerah.
PKPD selaku BUD Bendahara Umum Daerah berwenang:
a) menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan
APBD;
b) mengesahkan DPA-SKPD;
c) melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d) memberikan petunjuk tekinis pelaksanaan
sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah;
e) melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f) memantau pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan
lainnya yang telah ditunjuk;
g) mengusahakan dan mengatur dana yang
diperlukan dalam pelaksanaan APBD;
h) menyimpan uang daerah;
i) menetapkan SPD;
148
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
j) melaksanakan penempatan uang daerah dan
mengelola/menatausahakan investasi;
k) melakukan pembayaran berdasarkan
permintaan pejabat pengguna anggaran atas bebab rekening
kas umum daerah;
l) menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan
pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah;
m) melaksanakan pemberian pinjaman atas nama
pemerintah daerah;
n) melakukan pengelolaan utang dan piutang
daerah;
o) melakukan penagihan piutang daerah;
p) melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan daerah;
q) menyajikan informasi keuangan daerah;
r) melaksanakan kebijakan dan pedoman
pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah;
d. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Koordinator Pengelolaan Keuangan daerah mempunyai tugas
koordinasi di bidang:
1) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
149
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang
daerah;
3) penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD;
4) penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
5) tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat
pengawas keuangan daerah dan
6) penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Selain tugas-tugas tersebut di atas, koordinator pengelolaan
keuangan daerah juga mempunyai tugas:
a) memimpin tim anggaran pemerintah daerah;
b) menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
c) menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;
d) memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD;
e) melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan
keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh Kepala Daerah.
Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggungjawab
atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah.
150
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja
pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD. Penunjukan
kuasa BUD ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.
Kuasa BUD mempunyai tugas:
1) menyiapkan anggaran kas;
2) menyiapkan SPD;
3) menerbitkan SP2D;
4) menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan
daerah.
Kuasa BUD dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab
kepada PPKD.
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah Pejabat
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah mempunyai tugas
dan wewenang:
1) Menyusun RKA-SKPD;
2) Menyusun DPA-SKPD;
3) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
atas beban anggaran belanja;
4) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
5) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
6) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
151
Modul Diklatpim Tingkat IV
7) Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak
lain dalam batas anggaran yang telah ditentukan;
8) Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung
jawab SKPD yang dipimpinnya;
9) Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang
menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
10) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD
yang dipimpinnya;
11) Mengawasi pelaksanaan angaran SKPD yang
dipimpinnya;
12) Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna
barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
Kepala Daerah;
13) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
Kepala Daerah melalui sekretaris daerah;
14) Pejabat Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas
dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada
kepala unit kerja pada SKPD selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran:
1) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara
penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD.
152
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
2) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara
Pengeluaran untuk melakasanakan tugas kebendaharaan
dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD.
3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran adalah
pejabat fungsional.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang
melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung,
kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborong, dan penjualan jasa
atau bertindak sebagai pinjaman atas
kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut, serta menyimpan uang
pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama
pribadi.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara
fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
PPKD selaku BUD.
e. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD
1) Pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dalam
melaksanakan program dan kegaitan dapat menunjukan
pejabat unit kerja SKPD selalu PPTK.
2) PTK mempunyai tugas mencakup:
a) Mengedalikan pelaksanaan kegiatan;
153
Modul Diklatpim Tingkat IV
b) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
c) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.
Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan kompensasi
anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan /atau rentang kendali
dan pertimbangan obyektif lainnya. PPTK bertanggung jawab
kepada pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
f. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
1) Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan
anggara yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepada SKPD
menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi atau usaha
keuangan pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan
keuangan SKPD.
2) Pejabat penatausahaan keuangan SKPD mempunyai tugas :
(11) Meneliti kelengkapan SPP-LS yang diajukan oleh
PPTK;
(12) Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;
(13) Menyiapkan SPM;
(14) Menyiapkan laporan keuangan SKPD.
154
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
3) Pejabat penatausahaan keuangan SKPD tidak boleh
merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau
PPTK.
B. Pelaksanaan
1. Azas dan Mekanisme Pelaksanaan APBD
Untuk melaksanakan anggaran dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Dalam pedoman itu terdapat azas umum
pelaksanaan APBD sebagai patokan yang tidak boleh dilanggar
atau merupakan ketentuan yang harus dipatuhi, yaitu:
a. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola
dalam APBD;
b. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau
menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan
pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
155
Modul Diklatpim Tingkat IV
c. Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk
membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan;
d. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke
rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;
e. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan
batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja;
f. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika
untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia dalam APBD;
g. Pengeluaran pada huruf (f) dapat dilakukan bila dalam keadaan
darurat yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan
perubahan APBD/disampaikan dalam laporan realisasi
anggaran;
h. Kriteria keadaan darurat pada huruf (g) di atas ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundangan;
i. Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban
anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan
dalam APBD;
j. Pengeluaran Belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak
mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
156
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Dalam rangka pelaksanaan APBD disusun dokumen pelaksanaan
anggaran SKPD dan anggaran Kas Daerah. Adapun penyiapan
dokumen pelaksanaan anggaran SKPD, mengikuti tahapan kegiatan
berikut:
1. Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), paling lama tiga
hari kerja setelah Perda APBD ditetapkan, memberitahukan
kepada semua Kepala SKPD untuk menyusun Rancangan DPA-
SKPD yang memuat rincian sasaran, program, kegiatan,
anggaran yang disediakan dan rencana penarikan dana tiap-tiap
SKPD dan perkiraan pendapatan. Selanjutnya Kepala SKPD
menyerahkan rancangan tersebut diatas kepada PPKD paling
lama enam hari kerja setelah pemberitahuan.
Dalam rangka penyiapan dokumen pelaksanaan anggaran maka
TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-
sama dengan Kepala SKPD paling lambat 15 hari kerja sejak
ditetapkannya Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD. Berdasarkan hasil verifikasi rancangan DPA-SKPD,
pejabat PKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan
persetujuan Sekretaris Daerah. DPA-SKPD yang telah disyahkan
disampaikan kepada SKPD, Satuan Kerja Pengawasan Daerah
dan BPK.
157
Modul Diklatpim Tingkat IV
2. Anggaran Kas
Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun
rancangan anggaran Kas, selanjutnya dikirimkan kepada PPKD
selaku Bendahara Umum Daerah bersamaan dengan Rancangan
DPA-SKPD untuk mendapatkan pembahasan .
PPKD selaku Bendahara Umum Daerah menyusun anggaran kas
daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup guna
membiayai pengeluaran sesuai rencana penerikan dana yang
tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran
Kas Daerah menurut (1) perkiraan arus kas masuk yang
bersumber dari penerimaan, dan (2) arus Kas keluar yang
digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode.
Adapun mekanisme pengelolaan anggaran Kas Pemerintah
Daerah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
3. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Pada prinsipnya semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui
rekening Kas Umum Daerah, yang harus didukung oleh bukti
yang lengkap dan sah. Setiap SKPD yang memungut pendapatan
daerah wajib mengintensipkan pemungutan pendapatan yang
menjadi wewenang dan tanggungjawabnya sesuai ketentuan
Perda. Dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan daerah,
terutama dalam melakukan pemungutan, maka:
158
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
a. Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan
uang baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan,
tukar menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang
dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau
pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran
pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang
daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah;
b. Pengembalian atas kelebihan pendapatan dilakukan
dengan membebankan pada pendapatan yang bersangkutan
untuk pengembalian pendapatan yang terjadi dalam tahun
yang sama. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan yang
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada
belanja tidak terduga. Pengembalian sebagaimana dimaksud
diatas harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
c. Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah dilaksanakan melalui rekening
kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan daerah.
4. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah
Dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja daerah, dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, khususnya yang
159
Modul Diklatpim Tingkat IV
berkenaan dengan pelaksanaan anggaran belanja daerah terdapat
ketentuan sebagai berikut:
1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung
dengan bukti yang lengkap dan sah;
2) Bukti sebagaimana dimaksud diatas harus mendapat
pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab atas kebenaran material yang timbul dari
penggunaan bukti dimaksud;
3) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak
dapat dilakukan sbelum rancangan peraturan daerah tentang
APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah;
4) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud diatas tidak
termasuk untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja
yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan Kepala
Daerah
Sementara itu yang terkait dengan subsidi, hibah, bantuan sosial
dan bantuan keuangan lainnya di atur sebagai berikut:
a) Pemberian sudsidi, hibah, bantuan sosial dan bantuan
keuangan dilaksanakan atas persetujuan Kepala Daerah;
b) Penerima subsidi, hibah, bantuan sosial danbantuan
keuangan bertanggungjawab atas penggunaan uang/barang
dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib menyampaikan
160
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada Kepala
Daerah;
c) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah,
bantuan sosial dan bantuan keuangan sebagaimana dimaksud
diatas ditetapkan dalam peraturan Kepala Daerah.
Selain dari ketentuan tersebut di atas, dalam pelaksanaan belanja
daerah khususnya dalam hal pengeluaran tidak terduga yang
dialokasikan dalam APBD, khususnya terkait dengan pendanaan
belanja tidak terduga terdapat ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
(1) Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang
dianggarkan dalam APBD untuk mendanai tanggap darurat,
penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan
dengan keputusan Kepala Daerah dan diberitahukan kepada
DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan
dimaksud ditetapkan;
(2) Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat berdasarkan
kebutuhan yang diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan
setelah mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta
161
Modul Diklatpim Tingkat IV
menghidari adanya tumpang tindih pendanaan terhadap
kegiatan-kegiatan yangtelah didanai dari anggaran
pendapatan dan belanja negara;
(3) Pimpinan instansi/lembaga penerimaan dana tanggap darurat
bertanggungjawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib
menyampaikan laporan realisasi penggunaan kepada atasan
langsung dan Kepala Daerah;
(4) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak
terduga untuk tanggap darurat ditetapkan dalam peraturan
Kepala Daerah.
Dalam pelaksanaan pengeluaran belanja daerah, peran
Bendahara sangat penting. Oleh karena itu terdapat kewajiban-
kewajiban tertentu yang perlu diperhatikan terkait hal tersebut
dibawah ini:
a) Bendahara Pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak
Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan
seluruh penerimaan potongan pajak dan pajak yang
dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi
atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
162
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
b) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat
diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara
pengeluaran.
5. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
Dalam pelaksanaan anggaran pembiayaan daerah terdapat
ketentuan yang berkenaan dengan (1) sisa lebih perhitungan
anggaran tahun sebelumnya, (2) dana cadangan, (3) investasi, (4)
pinjaman daerah dan obligasi daerah serta (5) piutang daerah.
Kelima persoalan di atas dapat dikemukakan berikut ini:
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun
sebelumnya.
Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya
merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:
1) menutupi defisit anggaran apabila realisasi
pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja;
2) mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas
beban belanja langsung;
3) mendanai kewajiban lainnya yang sampai
dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
163
Modul Diklatpim Tingkat IV
Ketentuan lainnya yang terkait dengan pendanaan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang dialokasikan dalam anggaran
pembiayaan daerah adalah menyangkut hal-hal:
1) Beban belanja langsung pelaksanaan kegiatan
lanjutan didasarkan pada DPA-SKPD yangtelah disahkan
kembali oleh PPKD menjadi DPA lanjutan SKPD
(DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya;
2) Untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD
menjadi DPAL-SKPD. Kepala SKPD menyampaikan
laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan
non-fisik maupun keuangan kepada PPKD paling lambat
pertengahan bulan Desember tahun anggaran berjalan;
3) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-
SKPD setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian
sebagai berikut:
(a) sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD
dan/atau belum diterbitkan SP2D atas kegiatan
yangbersangkutan;
(b) sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D dan
(c) SP2D yang belum diuangkan.
4) DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana
dimaksud pada butir (1) diatas dapat dijadikan dasar
164
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian
pembayaran.
b. Dana Cadangan.
Dalam pelaksanaan anggaran pembiayaan daerah persoalan
pembukuan dan penatausahaan dana cadangan diatur sebagai
di bawah ini:
1) Dana cadangan dibukukan dalam rekening
tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah daerah
yang dikelola oleh BUD;
2) Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk
membiayai program dan kegiatan lain diluar yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan
dana cadangan;
3) Program dan kegiatan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan daerah dilaksanakan apabila dana
cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan program
dan kegiatan;
4) Untuk pelaksanaan program dan kegiatan
sebagaimana dimaksud diatas dana cadangan dimaksud
terlebih dahulu dipindahbukukan ke rekening kas umum
daerah;
5) Pemindahbukuan paling tinggi sejumlah pagu
dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai
165
Modul Diklatpim Tingkat IV
pelaksanaan kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan
sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang pembentukan dana cadangan;
6) Pemindahbukuan dilakukan dengansurat
perintah pemindabukuan oleh kuasa BUD atas
persetujuan PPKD;
7) Dalam hal program dan kegiatan sebagaimana
dimaksud diatas telah selesai dilaksanakan dan target
kinerjanya telah tercapai, maka dana cadangan yang
masih tersisa pada rekening dana cadangan,
dipindabukuan ke rekening kas umum daerah.
Selain pengaturan tentang pembukuan mengenai pelaksanaan
pembiayaan dana cadangan terdapat pula ketentuan lainnya
yang berkenaan dengan hal-hal dibawah ini:
1) Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan
pada rekening dana cadangan belum digunakan sesuai
dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan
dalam portofolio yang memberikan hasil tetap dengan
resiko rendah;
2) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana
cadangan dan penempatan dalam portofolio sebagaimana
dimaksud diatas menambah jumlah dana cadangan;
166
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
3) Portofolio sebagaimana dimaksud di atas
meliputi:
a. deposito;
b. sertifikat Bank Indonesia (SBI);
c. surat perbendaharaan negara (SPN);
d. surat utang negara (SUN); dan
e. surat berharga lainnya yang dijamin pemerintah.
4) Penatausahaan pelaksanaan program dan
kegiatan yang dibiayai dana cadangan diperlukan sama
dengan penatausahaan pelaksanaan program/kegiatan
lainnya
c. Investasi
Mengenai ketentuan investasi dalam kaitan dengan
pelaksanaan pembiayaan terdapat ketentuan bahwasanya
investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada
rekening penyertaan modal (investasi) daerah. Sedangkan
pengurangan,penjualan dan/atau pengalihan investasi dicatat
pada rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
(divestasi modal)
167
Modul Diklatpim Tingkat IV
d. Pinjaman dan Obligasi Daerah
Ketentuan-ketentuan mengenai hal ini termuat dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara, dimana:
1) Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi
daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah;
2) Pemerintah daerah tidak dapat memberikan
jaminan atas pinjaman pihak lain;
3) Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang
milik daerah) tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman
daerah; dan
4) Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah
beserta barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan
tersebut dapat jaminan obligasi daerah.
Selanjutnya Kepala SKPD melaksanakan penatausahaan atas
pinjaman dan obligasi daerah.
Dalam rangka pelaksanaan pinjaman daerah dan juga
obligasi daerah, hal-hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan
negara sebagai keseluruhan, maka:
1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif
pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada Menteri
168
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap akhir
semester tahun anggaran berjalan;
2) Posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman
sebagaimana dimaksud pada butir 1) terdiri atas:
(a) jumlah penerimaan pinjaman;
(b) pembayaran pinjaman (pokok dan bunga); dan
(c) sisa pinjaman.
Selain itu terdapat kewajiban yang perlu dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah yang berkenaan dengan hal-hal berikut:
1) Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan
pokok utang dan/atau obligasi daerah yang telah jatuh
tempo;
2) Apabila anggaran yang tersedia dalam
APBD/perubahan APBD tidak mencukupi untuk
pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi
daerah maka Kepala Daerah dapat melakukan
pelampauan pembayaran mendahului perubahan atau
setelah perubahan APBD;
3) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok
utang dan/atau obligasi daerah sebelum perubahan
APBD dilaporkan kepada DPRD dalam pembahasan
awal perubahan APBD;
169
Modul Diklatpim Tingkat IV
4) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok
utang dan/atau obligasi daerah setelah perubahan APBD
dilaporkan kepada DPRD dalam laporan realisasi
anggaran;
5) Kepala SKPKD melaksanakan pembayaran
bunga dan cicilan pokok utang dan/atau obligasi daerah
yang jatuh tempo;
6) Pembayaran bunga pinjaman dan/atau obligasi
daerah dicatat pada rekening belanja bunga;
7) Pembayaran denda pinjaman dan/atau obligasi
daerah dicatat pada rekening belanja bunga;
8) Pembayaran pokok pinjaman dan/atau obligasi
daerah dicatat pada rekening cicilan pokok utang yang
jatuh tempo.
Agar secara yuridis memiliki landasan yang kuat, maka:
1) Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan
peraturan Kepala Daerah;
2) Peraturan Kepala Daerah sebagaimana
dimaksud pada butir 1) di atas sekurang-kurngnya
mengatur mengenai hal-hal berikut:
170
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
(a) penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi
daerah termasuk kebijakan pengendalian resiko;
(b) perencanaan dan penetapan portofolio pinjaman
daerah;
(c) penerbitan obligasi daerah;
(d) penjualan obligasi daerah melalui lelang dan/atau
tanpa lelang;
(e) pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh
tempo;
(f) pelunasan; dan
(g) aktivita lain dalam rangka pengembangan pasar
perdana ke pasar sekunder obligasi daerah.
3) Penyusunan peraturan Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud di atas berpedoman pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri
e. Piutang Daerah
Untuk melaksanakan tagihan piutang daerah, maka dalam
pengelolaan keuangan daerah diatur hal-hal sebagai berikut:
1) Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya
dengan tepat waktu;
171
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) PPK-SKPD melakukan penatausahaan atas
penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi
tanggungjawab SKPD;
3) Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat
diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh tempo,
diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
4) Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang
pajak daerah dan piutang retribusi daerah merupakan
prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
5) Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat
hubungan keperdataan dapat diselesaikan dengan cara
damai, kecuali piutang daerah yang cara penyelesaiannya
diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan;
6) Piutang daerah dapat dihapuskan dari
pembukuan dengan penyelesaian secara mutlak atau
bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri
dalam peraturan perundang-undangan;
7) Penghapusan piutang daerah ditetapkan oleh:
(a) Kepala Daerah untuk jumlah sampai dengan
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
172
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
(b) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD untuk
jumlah lebih dari Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
8) Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan
menatausahakan piutang daerah;
9) Untuk melaksanakan penagihan piutang daerah,
Kepala SKPKD menyiapkan bukti dan administrasi
penagihan.
Kewajiban lainnya setiap Kepala SKPD dalam hal piutang
daerah:
1) Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi
penerimaan piutang kepada Kepala Daerah;
2) Bukti pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga
harus dipisahkan dengan bukti penerimaan kas atas
pendapatan pada tahun anggaran berjalan.
Demikianlah secara teknis pelaksanaan APBD yang perlu
diperhatikan oleh para pejabat pengelola Keuangan daerah dan
Kepala SKPD dalam rangka tertib pengelolaan keuangan
daerah (manajemen keuangan daerah) sebagian integral dari
sistem pengelolaan Keuangan negara sebagai keseluruhan
173
Modul Diklatpim Tingkat IV
ditinjau aspek kebijakan yang tertuang dalam peraturan
perundangan.
2. Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan Perubahan
APBD
a. Laporan Realisasi Semesteran Pertama APBD.
1) Pemerintah daerah menyusun laporan realisasi semester
pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya
2) Laporan disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya
pada akhir bulan Juli tahun anggaran yang bersangkutan,
untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah
daerah.
b. Perubahan APBD
1) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau
perubahan keadaan, dibahas bersama DPRD
denganpemerintah daerah dalam rangka penyusunan
prakiraan perubahan APBD tahun anggaran yang
bersangkutan, apabila terjadi:
2) perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan
umum APBD;
174
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
3) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran
anggaran antar unit organisasi, antar kegioatan dan antar
jenis belanja;
4) keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan;
5) keadaan darurat;
6) keadaan luar biasa.
c. Dalam keadaan darurat, pemeritah daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya yang
selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD
dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.
d. Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1) bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas
pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan
sebelumnya;
2) tidak diharapkan terjadi secara berulang;
3) berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah;
4) memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran
dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan
darurat.
175
Modul Diklatpim Tingkat IV
e. Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa;
f. Dalam keadaan luar biasa adalah keadaan yang menyebabkan
estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD
mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50%
(lima puluh persen);
g. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah
tentang perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan
untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan berakhir;
h. Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah,
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun
anggaran;
i. Realisasi pengeluaranatas pendanaan keadaan darurat
dan/atau keadaan luar biasa, dicantumkan dalam rancangan
peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
3. Penatausahaan Keuangan Daerah
a. Azas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah
1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran orang atau badan yang menerima
atau yang menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib
176
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan
dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi
dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab
atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti dimaksud.
b. Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah
Untuk pelaksanaan APBD, Kepala Daerah menetapkan:
1) pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
2) pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
3) pejabat yang diberi wewenang mengesahkan surat
pertanggungjawaban (SPJ);
4) bendahara penerimaan/pengeluaran;
5) pejabat lainnya yang ditetapkan dalam rangka
pelaksanaan APBD.
Penetapan pejabat di atas, dilakukan sebelum dimulainya
tahun anggaran berkenaan.
c. Penatausahaan Bendahara Penerimaan
1) Penyetoran penerimaan pendapatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 59 ayat (3) dilakukan dengan
uang tunai;
177
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Penyetoran sebagaimana dimaksud ke rekening kas
umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk,
dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit;
3) Bendahara penerimaan dilarang menyimpan uang, cek
atau surat berharga yang dalam penguasaannya lebih
dari 1 (satu) hari kerja dan/atau atas nama pribadi pada
bank atau giro pos;
4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib
menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang
menjadi tanggungjawabnya.
5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada PPKD paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
6) PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas
laporan pertanggungjawaban penerimaan.
d. Penatausahaan Bendahara Pengeluaran
1) Permintaan pembayaran dilakukan melalui penerbitan SPP-
LS, SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU
2) PPTK mengajukan SPP-LS melalui pejabat penatausahaan
keuangan pada SKPD kepada pengguna anggaran/kuasa
178
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
pengguna anggaran paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah
diterimanya tagihan dari pihak ketiga.
3) Pengajuan SPP-LS dilampiri dengan kelengkapan
persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4) Bendahara pengeluaran melalui pejabat penatausahaan
keuangan pada SKPD mengajukan SPP-UP kepada
pengguna anggaran setinggi-tingginya untuk keperluan 1
(satu) bulan
5) Pengajuan SPP-UP sebagaimana dimaksud, dilampiri dengan
daftar rincian rencana penggunaan dana.
6) Untuk penggantian dana penambahan uang persediaan,
bendahara pengeluaran mengajukan SPP-GU dan/atau SPP-
TU
7) Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat
persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian-
rincian kebutuhan dan waktu penggunaan.
e. Akuntansi Keuangan Daerah
1) Pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah
daerah yang mengacu kepada standar akuntansi
pemerintahan.
179
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Sistem akuntansi pemerintahan daerah ditetapkan dengan
peraturan Kepala Daerah mengacu pada peraturan daerah
tentang pengelolaan keuangan daerah.
3) Kepala Daerah berdasarkan standar akuntansi pemerintahan
menetapkan peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan
akuntansi.
4) Sistem akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi:
5) Sistem akuntansi disusun berdasarkan prinsip pengendalian
intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Pertanggungjawaban Pengelolaan APBD
a. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana,
yang berada dalam tanggungjawabnya.
b. Penyelenggaraan akuntansi merupakan
pencatatan/penatausahaan atas transaksi keuangan di lingkungan
SKPD dan menyiapkan laporan keuangan sehubungan dengan
pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya.
c. Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran,
rencana dan catatan atas laporan keuangan yang disampaikan
kepada Kepala Daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah tahun anggaran berikutnya.
180
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
d. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang
memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD yang
menjadi tanggungjawabnya telah diselenggarakan berdasarkan
sistem pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
e. PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,
aset, utang dan ekuitas dana termasuk transaksi pembiayaan dan
perhitungannya.
f. PPKD menyusun laopran pemerintah daerah terdiri dari:
1) laporan realisasi anggaran;
2) neraca;
3) laporan arus kas;
4) catatan atas laporan keuangan.
g. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
h. Laporan keuangan dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi
kinerja dan laporan keuangan badan usaha milik
daerah/perusahaan daerah.
i. Laporan keuangan pemerintah disampaikan kepada Kepala
Daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
j. Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
181
Modul Diklatpim Tingkat IV
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
5. Pengendalian Defisit dan Penggunaan Surplus APBD
a. Pengendalian APBD
1) Dalam hal APBD diperkirakan defisit ditetapkan sumber-
sumber pembiayaan untuk menutupi defisit tersebut dalam
peraturan daerah tentang APBD.
2) Defisit APBD ditutup dengan pembiayaan netto.
3) Dalam rangka pengendalian fiskal nasional, Menteri
Keuangan menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif
defisit APBN dan APBD.
4) Defisit APBD dapat ditutup dari sumber pembiayaan:
a) sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) daerah tahun
sebelumnya;
b) pencairan dana cadangan;
c) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d) penerimaan pinjaman;
e) penerimaan kembali pemberian pinjaman.
182
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
b. Penggunaan Surplus APBD
1) Dalam hal APBD diperkirakan surplus penggunaannya
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.
2) Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk pengurangan
utang, pembentukan dana cadangan dan/atau pendanaan
belanja peningkatan jaminan sosial.
c. Pengelolaan Piutang Daerah
1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola
pendapatan, belanja dan kekeyaan daerah wajib
mengusahakan agar setiap piutang daerah diselesaikan
seluruhnya dengan tepat waktu.
2) pemerintah daerah merupakan hak mendahului atas piutang
jenis tertentu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
3) Piutang daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya
dan tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan
perundang-undangan.
4) Penyelesaian piutang daerah sebagai akibat hubungan
keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali
mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya sesuai
dengan peraturan perundan-undangan.
183
Modul Diklatpim Tingkat IV
d. Pengelolaan Investasi Daerah
1) Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka
pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
2) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat
segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12
(dua belas) bulan atau kurang.
3) Investasi jangka panjang merupakan investasi yang
dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan.
4) Investasi jangka panjang terdiri dari investasi permanent
dan non permanent.
5) Investasi permanen dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualkan atau tidak
ditarik kembali.
6) Investasi non permanen dimaksudkan untuk dimiliki tidak
secara berkelanjutan atau ada niat untuk diperjual belikan
atau ditarik kembali.
7) Pedoman investasi permanen dan non permanen diatur lebih
lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri.
e. Pengelolaan Barang Milik Daerah
1) Barang milik daerah diperoleh atas beban APBD dan
perolehan lainnya yang sah.
184
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
2) Perolehan lainnya yang sah mencakup :
a) Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/yang
sejenis;
b) Barang yang diperoleh dari kontak kerjasama, kontrak
bagi hasil;
c) Barang yang diperoleh berdasarkan penetapan karena
peraturan perundang-undangan;
d) Barang yang diperoleh dari putusan pengadilan.
3) Pengelolaan barnag daerah meliputi rangkaian kegiatan dan
tindakan terhadap barang daerah yang mencakup
perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan
pengamanan.
4) Pengelolaan pada peraturan perundang-undangan.
f. Pengelolaan Dana Cadangan.
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
mendanai kegiatan kegiatan yang penyediaan danannnya tidak
dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.
185
Modul Diklatpim Tingkat IV
g. Pengelolaan Utang Daerah
1) Kepala Daerah dapat mengadakan utang daerah sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang APBD.
2) PPKD menyiapkan rancangan peraturan Kepala Daerah
tentang pelaksanaan pinjaman daerah.
3) Pinjaman daerah bersumber dari:
a) pemerintah;
b) pemerintah daerah lain;
c) lembaga keuangan bank;
d) lembaga keuangan bukan bank;
e) masyarakat.
6. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban
Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka
menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan,
pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban
berupa:
1) Laporan Realisasi Anggaran;
2) Neraca;
3) Laporan Arus Kas dan
4) Catatan atas Laporan Keuangan.
186
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Laporan keuangan dimaksud disusun dengan Standar Akuntansi
Pemerintah, dan sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui
DPRD, laporan keuangan tersebut perlu diperiksa terlebih dahulu
oleh BPK
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen
sehingga tidak dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah.
Berkaitan dengan pemeriksaan telah dikeluarkan UU N0.15 tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara. Terdapat dua jenis pemeriksaan yang
dilaksanakan terhadap pengelola keuangan negara, yaitu
pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern.
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan
dengan amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945,
pemeriksaan atas laporan keuangan dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian BPK RI akan melaksanakan
pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah.
Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai
auditor yang independen akan melaksanakan audit sesuai dengan
standar audit yang berlaku dan akan memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan
187
Modul Diklatpim Tingkat IV
pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi
pemerintahan. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK juga dapat
dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini dalam lingkungan
pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawas Daerah.
Oleh karena itu dengan spirit sinkronisasi dan sinergitas terhadap
berbagai undang-undang tersebut diatas, maka pengelolaan
keuangan daerah yang diatur dalam suatu peraturan pemerintah
harus bersifat umum dan lebih menekankan kepada hal yang bersifat
prinsip, norma, azas, landasan umum dalam penyusunan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah.
Sementara itu sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah
secara rinci ditetapkan oleh masing-masing daerah. Kebhinekaan
dimungkinkan terjadi sepanjang hal tersebut masih sejalan atau tidak
saling bertentangan dengan Peraturan Pemerintah yang terkait
dengan keuangan negara. Dengan upaya tersebut, diharapkan daerah
didorong untuk lebih tanggap, kreatif dan mampu mengambil
inisiatif dalam perbaikan dan pemutakhiran sistem dan prosedurnya
serta meninjau kembali sistem tersebut secara terus menerus dengan
tujuan memaksimalkan efisiensi tersebut berdasarkan keadaan,
kebutuhan dan kemampuan setempat. Dalam rangka Otonomi,
188
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
Pemerintah Daerah dapat mengadopsi sistem yang disarankan oleh
pemerintah Pusat sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya dengan
tetap memperhatikan memperhatikan standar dan pedoman yang
ditetapkan.
7. Pembinaaan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pembinaan dan Pengawasan
1) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah yang dikoordinasikan oleh
Menteri Dalam Negeri.
2) Pembinaan meliputi pemberian pedoman, bimbingan,
supervisi, konsultasi, pendidikan, pelatihan serta penelitian
dan pengembangan;
3) Pemberian pedoman mencakup perencanaan dan
penyususnan APBD, penatausahaan, pertanggungjawaban
keuangan daerah, pemantauan dan evaluasi, serta
kelembagaan pengelolaan keuangan daerah.
4) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi mencakup
perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBD yang dilaksanakan secara
berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyuruh
kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai
dengan kebutuhan.
189
Modul Diklatpim Tingkat IV
5) Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan secara berkala bagi
Kepala Daerah atau wakil Kepala Daerah, anggota DPRD,
perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah.
6) Pembinaan untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh
gubernur selaku awakil pemerintah.
7) DPRD melakukan pengawasan terhadap terhadap
pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.
8) Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-udangan.
b. Pengendalian Intern
1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparasnsi, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepada daerah
mengatur dan menyelenggarakan sistem pengadilan intern di
lingkungan pemerintah daerah yang dipinpinya.
2) Pengaturan dan penyelenggaraan sistem pengendalian intern
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penyelesaian Kerugian Daerah
1) Setiap kerugian daerah disebabkan oleh tindakan melanggar
hukum atau kelalaian seorang harus segera diselesaikan
sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan.
190
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
2) Bendahara pegawai negeri bukan Bendahara, atau pejabat
lain yang karena perbuatannya melanggar hukum, atau
melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara
langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti
kerugian tersebut.
3) Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi,
setelah mengetahui bahwa dalam SKPD yang bersangkutan
terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.
d. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
1) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk;
a) Menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum;
b) Mengelola dana khusus untuk meningkatkan ekonomi
dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
2) BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3) Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya
untuk menyelenggarakan kegiatan BLUD yang
bersangkutan.
4) Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan
pembinaan teknis dilakukan oleh Kepala SKPD yang
191
Modul Diklatpim Tingkat IV
bertanggungjawab atas bidang pemerintah yang
bersangkutan.
5) BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari
masyarakat atau badan lain.
6) Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk
membiayai belanja BLUD yang bersangkutan.
192
193
Modul Diklatpim Tingkat IV 194
BAB VIPENERAPAN TEKNIK PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA DALAM ORGANISASI
Muatan materi bahan ajar tentang manajemen (pengelolaan) Keuangan
Negara yang didituangkan dalam buku ini terutama bersumber dari
peraturan perundangan yang berkenaan dengan praktek dalam tugas-
tugas dinas pemerintahan yang perlu terus disempurnakan sesuai dengan
perkembangan kebijakan bidang Keuangan Negara.
Perubahan Kebijakan bidang Keuangan Negara mempunyai implikasi
terhadap pengelolaan keuangan daerah, karena sistem keuangan Negara
yang dipraktekan dalam penyelenggaraan Negara di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia meliputi sistem pengelolaan (manajemen)
keuangan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan oleh
pemerintah daerah. Penyempurnaan materi buku ini perlu mengikuti
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kebijakan bidang Keuangan
Negara yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.
195
Modul Diklatpim Tingkat IV
Selanjutnya terkait dengan materi Penerapan Teknik Pengelolaan
Keuangan Negara dalam Organisasi pada modul ini, pada dasarnya
adalah upaya mempraktikkan bagaimana mengelola keuangan negara
(mendemonstrasikan kompetensinya) oleh peserta Diklat di masing-
masing unit kerjanya setelah menerima materi secara keseluruhan.
Dengan demikian, peserta Diklat tidak hanya memahami tentang
konsep dan kebijakan pengelolaan Keuangan Negara, akan tetapi juga
mampu mempraktikkannya di unit organisasi masing-masing.
Adapun hal-hal yang harus dipahami dan dipraktikkan oleh peserta
Diklat berkaitan dengan Penerapan Teknik Pengelolaan Keuangan
Negara dalam Organisasi, mencakup siklus teknik mengelola
keuangan negara, yang antara lain meliputi:
1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran, antara lain terdiri dari:
a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA);
b. Revisi DIPA;
c. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) atau RKAKL Formulir
1.5;
d. Revisi POK atau RKAKL Formulir 1.5;
e. Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA);
f. Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan
(SBU, RAB, ROK, dll).
196
Teknik Pengelolaan Keuangan Negara
2. Dokumen Pengeluaran Anggaran, antara lain terdiri dari:
a. Surat Perintah Membayar (SPM);
b. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
c. Surat Perintah Pengesahan dan Pembukuan (SP3);
d. Dokumen pengeluaran anggaran lainnya yang dipersamakan
(GU, TU, TUP dll).
3. Dokumen Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara (BMN)
a. Dokumen Laporan Keuangan, meliputi:
1) LRA Triwulan I dan Neraca per 31 Maret selambat-
lambatnya tanggal 9 Mei tahun anggaran berjalan;
2) LRA Semester I, Neraca per 30 Juni, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan selambat-lambatnya tanggal 26 Juli
tahun anggaran berjalan;
3) LRA Triwulan III dan Neraca per 30 September selambat-
lambatnya tanggal 9 November tahun anggaran berjalan;
4) LRA Tahunan, Neraca per 31 Desember, dan dan Catatan
Atas Laporan Keuangan selambat-lambatnya tanggal
terakhir di Bulan Februari setelah tahun anggaran berakhir.
b. Dokumen Laporan Barang Milik Negara (BMN), meliputi:
1) Laporan Barang Pengguna Semester I dan Catatan atas
Laporan BMN (CaL BMN);
197
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Laporan Barang Pengguna Semester II dan Catatan atas
Laporan BMN (CaL BMN);
3) Laporan Barang Pengguna Tahunan dan Catatan atas
Laporan BMN (CaL BMN);
198
DAFTAR PUSTAKA
Buku
1. M. Hadi, Administrasi Keuangan Negara, Jakarta t.p. 1980.
2. Bambang Kusmanto, dkk. Keuangan Negara, Yogyakarta,
Intermedia, 1992
3. Sujanto, Beberapa Pengertian Keuangan Negara, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 1963
4. Suparmoko, M. Azasa-asaz Ilmu Keuangan Negara, Yogyakarta,
BPFE, 1982
5. Subagio, M. Hukum Keuangan Negara R.J. Jakarta Rajawali Press,
1987
6. Endang Larasati dkk, Materi Pokok Keuangan Negara, Jakarta,
Karunika, Universitas Terbuka, 1986
7. Anwar Sulaeman, Pengantar Keuangan Negara dan Daerah, Jakarta
STIA- Press, 2000
8. Yuniadi Soewartoyo, Keuangan Negara, Jakarta STIA-Press, 1999
9. M. Ikhsan, Keuangan Daerah di Indonesia Jakarta STIA- Press,
2002
10. Mamesah, J.D. Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta,
Gramedia 1995
199
Modul Diklatpim Tingkat IV
11. Sulaeman Anwar, Manajemen Asset Daerah Jakarta, STIA-Press,
2000
12. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
( SANKRI ) Jilid IV Jakarta, LAN, 2
Dokumen
1. Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945
2. Undang Undang No. 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara
3. Undang Undang No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah
4. Undang-undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
5. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahuan 2006, tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
7. Peraturan Kepala LAN Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan di lingkungan LAN.
8. Warta LAN Nomor 28/Tahun IX/2012
200