Tek Peledakan
description
Transcript of Tek Peledakan
Untuk memperoleh hasil yang maksimal mengenai
pengamatan proses pemboran dan peledakan, maka diketahui
kegiatan di PT. Semen Tonasa dilakukan prosedur pengamatan
terhadap kegiatan pemboran dan peledakan.
Pada kegiatan pemboran, hal – hal yang diamati di antaranya
adalah :
Pengamatan terhadap pola pemboran.
Menghitung waktu edar alat pemboran yang digunakan
untuk pemboran satu lubang bor pada kedalaman tertentu.
Menghitung kecepatan pemboran
Menghitung efisiensi kerja alat bor
Sedangkan pada peledakan dilakukan kegiatan sebagaiberikut :
Pengukuran geometri peledakan seperti burden, spacing,
kedalaman lubang bor dan stemming
Pengamatan pola peledakan yang digunakan.
Perhitungan kebutuhan bahan peledak (detonator & ANFO)
Peledakan
Peledakan bertujuan untuk melepaskan massa batuan dari
batuan induknya agar menjadi fragmen-fragmen batuan yang
berukuran lebih kecil sehingga memudahkan dalam kegiatan
pendorongan, pemuatan dan pengangkutan ke crusher. Dalam
peledakan diperlukan suatu sistim dan perlengkapan peledakan
sehingga peledakan dapat berhasil sesuai dengan target yang
diinginkan.
Sistem Rangkaian Peledakan
Jenis Rangkaian yang digunakan pada PT. Semen Tonasa pada
umumnya adalah rangkaian seri paralel. Dalam hubungan seri – paralel
masing-masing sambungan seri digabungkan lagi dengan hubungan
paralel dengan sambungan seri yang lain, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar. Rangkaian seri-paralel
Tipe hubungan ini sering digunakan bila jumlah total
detonator listrik yang akan diledakkan melebihi 50. Tiap-tiap seri
sebaiknya terbatas hanya 40 detonator atau maksimum resistor 100
ohm.
Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara
lubang-lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris
berikutnya, ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang
bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan
urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang
diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan
batuannya ke depan dan membentuk kotak.
Corner cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan
batuannyake salah satu sudut dari bidang bebasnya.
V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya
kedepan dan membentuk huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan
diklasifikasikan sebagai berikut :
Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan
peledakan secara serentak untuk semua lubang ledak.
Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang
menerapkan peledakan dengan waktu tunda antara baris yang
satu dengan baris lainnya.
Pola peledakan yang digunakan pada PT Semen Tonasa yaitu
pola peledakan beruntun dengan waktu tunda antara baris satu
dengan yang lainnya sekitar 25 m/s. Adanya pola peledakan beruntun
ini akibat penggunaan delay detenator dari 1 – 9 delay .
Berdasarkan arah runtuhannya maka peledakan yang dilakukan
digolongkan kedalam boxcut yaitu arah lemparan kedepan dan
membentuk kotak.
Arah lemparan berbentuk boxcut ini ditumbulkan oleh susunan
delay detenator yang digunakan tiap lubang.
Sistem Peledakan Produksi
PT. Semen Tonasa pada saat ini menggunakan sistim
peledakan secara delay dengan pertimbangan kondisi daerah yang
akan diledakkan (arah lemparan batuan hasil peledakan yang
akan terjadi). Peledakan secara sistem delay detonator dengan
pola pemboran secara zig-zag atau pararel bertujuan untuk
mempermudah hasil peledakan terkumpul pada loading area,
sehingga tidak perlu lagi diadakan pendorongan untuk
mengumpulkan material hasil peledakan pada loading area. Selain itu
pengaturan nomor delaydimaksudkan untuk menghindari bahaya over
break. Untuk kepentingan pembongkaran jenjang, pemasangan
nomor delay detonator pada pola pemboran persegi panjang atau
zig-zag pada dasarnya nomor kecil disusun sejajar bidang bebas
dan nomor besar diurutkan ke belakang. Pada setiap detonator
listrik tipe delay selalu tercantum nomor delay misalnya, untuk
merek Aluminium Short Delay Detonatorbuatan Hiderabat India
dengan nomor delay 0 – 10.
Gambar Pengaturan Nomor Delay Detonator (Ash,1963)
Geometri Peledakan
Sebelum operasi pemboran dimulai penentuan geometrilubang bor
harus dievaluasi dengan hati hati untuk mendapatkan hasiloptimum
dari bahan peledak yang dipilih. Geometri peledakan terdiri dari
Burden, Spacing, Subdrilling, Stemming dan kedalaman lubang Bor.
Atau dapat dijelaskan secara ringkas seperti ini :
Peledakan merupakan proses lanjutan dari kegiatan pemboran
yang bertujuan untuk membongkar dan memisahkan batuan dari
batuan induknya. Pada PT Semen Tonasa peledakan dilakukan dengan
pola peledakan sejajar atau box cut dengan sistem delay. Detonator
yang digunakan adalah detonator listrik dengan delay 1-10. Adapun
target dari peledakan ini yaitu 20.000 ton/hari.
Pada PT semen Tonasa, peledakan dilakukan pada hari Senin-
Sabtu pada pukul 12.00-13.00 dengan perhitungan hari Sabtu sebagai
jam kerja lembur. Pada peledakan ini, digunakan ANFO, Dynamite (250
gr/dodol), atau super gel sebagai bahan peledak dengan denonator
listrik sebagai pemicu ledakan. Jumlah bahan peledak yang digunakan
disesuaikan dengan kedalaman lubang ledak. Dari informasi yang
diperoleh di lapangan diketahui bahwa, untuk lubang ledak 6 meter
diperlukan isian ANFO sebanyak 33 kg, untuk lubang ledak 9 meter
dibutuhkan ANFO 58 kg, serta untuk lubang ledak dengan kedalaman
12 meter dibutuhkan ANFO 88-90 kg. ANFO sendiri mepunyai
komposisi 94,5 % Amonium Nitrat dan 5,5 % Fuel Oil (FO).
Perbandingan komposisi tersebut untuk mendapatkan zero oxygen
balance pada setiap peledakan yang berlangsung.
Dari setiap peledakan yang dilaukan, tidak menutup
kemungkinan bahwa fargmen batuan yang dihasilkan tidak seragam
atau terdapat bongkahan batuan yang berukuran cukup besar untuk
dimasukkan ke crusher. Bongkahan batuan yang berukuran cukup
besar terlebih dahulu harus direduksi ukurannya dengan menggunakan
rock breaker ataupun secondary blasting. Di PT Semen Tonasa ini,
bongkahan batuan tersebut terlebih dahulu dikumpulkan atau tidak
langsung direduksi ukurannya setelah peledakan. Kemudian secondary
blasting dilakukan setiap 3 bulan sekali. Metode yang dilakukan dalam
secondary blasting yaitu block holing atau membuat lubang tembak di
permukaan batuan dan kemudian menyimpan bahan peledak pada
lubang tersebut untuk kemudian diledakkan.
Dari aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
peledakan, maka proses peledakan hanya boleh dilakukan oleh juru
ledak yang telah memiliki Kartu Izin Menembak (KIM) dimana kartu ini
harus diperbaharui setiap 2 tahun. Sedangkan ketika proses peledakan
berlangsung, alat mekanis dan personel harusberada dalam jarak
aman. PT Tonasa menetapkan jarak aman untuk manusia adalah di
luar radius 400 meter dan 100 meter untuk alat mekanis.