Tek Peledakan

9
Untuk memperoleh hasil yang maksimal mengenai pengamatan proses pemboran dan peledakan, maka diketahui kegiatan di PT. Semen Tonasa dilakukan prosedur pengamatan terhadap kegiatan pemboran dan peledakan. Pada kegiatan pemboran, hal – hal yang diamati di antaranya adalah : Pengamatan terhadap pola pemboran. Menghitung waktu edar alat pemboran yang digunakan untuk pemboran satu lubang bor pada kedalaman tertentu. Menghitung kecepatan pemboran Menghitung efisiensi kerja alat bor Sedangkan pada peledakan dilakukan kegiatan sebagaiberikut : Pengukuran geometri peledakan seperti burden, spacing, kedalaman lubang bor dan stemming Pengamatan pola peledakan yang digunakan. Perhitungan kebutuhan bahan peledak (detonator & ANFO) Peledakan

description

peledakan

Transcript of Tek Peledakan

Page 1: Tek Peledakan

Untuk memperoleh hasil yang maksimal mengenai

pengamatan proses pemboran dan peledakan, maka diketahui

kegiatan di PT. Semen Tonasa dilakukan prosedur pengamatan

terhadap kegiatan pemboran dan peledakan.

Pada kegiatan pemboran, hal – hal yang diamati di antaranya

adalah :

Pengamatan terhadap pola pemboran.

Menghitung waktu edar alat pemboran yang digunakan

untuk pemboran satu lubang bor pada kedalaman tertentu.

Menghitung kecepatan pemboran

Menghitung efisiensi kerja alat bor

Sedangkan pada peledakan dilakukan kegiatan sebagaiberikut :

Pengukuran geometri peledakan seperti burden, spacing,

kedalaman lubang bor dan stemming

Pengamatan pola peledakan yang digunakan.

Perhitungan kebutuhan bahan peledak (detonator & ANFO)

Peledakan

Peledakan bertujuan untuk melepaskan massa batuan dari

batuan induknya agar menjadi fragmen-fragmen batuan yang

berukuran lebih kecil sehingga memudahkan dalam kegiatan

pendorongan, pemuatan dan pengangkutan ke crusher. Dalam

peledakan diperlukan suatu sistim dan perlengkapan peledakan

Page 2: Tek Peledakan

sehingga peledakan dapat berhasil sesuai dengan target yang

diinginkan.

Sistem Rangkaian Peledakan

Jenis Rangkaian yang digunakan pada PT. Semen Tonasa pada

umumnya adalah rangkaian seri paralel. Dalam hubungan seri – paralel

masing-masing sambungan seri digabungkan lagi dengan hubungan

paralel dengan sambungan seri yang lain, seperti terlihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar. Rangkaian seri-paralel

Tipe hubungan ini sering digunakan bila jumlah total

detonator listrik yang akan diledakkan melebihi 50. Tiap-tiap seri

sebaiknya terbatas hanya 40 detonator atau maksimum resistor 100

ohm.

Pola Peledakan

Page 3: Tek Peledakan

Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara

lubang-lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris

berikutnya, ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang

bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan

urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang

diharapkan.

Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan

sebagai berikut :

Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan

batuannya ke depan dan membentuk kotak.

Corner cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan

batuannyake salah satu sudut dari bidang bebasnya.

V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya

kedepan dan membentuk huruf V.

Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan

diklasifikasikan sebagai berikut :

Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan

peledakan secara serentak untuk semua lubang ledak.

Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang

menerapkan peledakan dengan waktu tunda antara baris yang

satu dengan baris lainnya.

Pola peledakan yang digunakan pada PT Semen Tonasa yaitu

pola peledakan beruntun dengan waktu tunda antara baris satu

Page 4: Tek Peledakan

dengan yang lainnya sekitar 25 m/s. Adanya pola peledakan beruntun

ini akibat penggunaan delay detenator dari 1 – 9 delay .

Berdasarkan arah runtuhannya maka peledakan yang dilakukan

digolongkan kedalam boxcut yaitu arah lemparan kedepan dan

membentuk kotak.

Arah lemparan berbentuk boxcut ini ditumbulkan oleh susunan

delay detenator yang digunakan tiap lubang.

Sistem Peledakan Produksi

PT. Semen Tonasa pada saat ini menggunakan sistim

peledakan secara delay dengan pertimbangan kondisi daerah yang

akan diledakkan (arah lemparan batuan hasil peledakan yang

akan terjadi). Peledakan secara sistem delay detonator dengan

pola pemboran secara zig-zag atau pararel bertujuan untuk

mempermudah hasil peledakan terkumpul pada loading area,

sehingga tidak perlu lagi diadakan pendorongan untuk

Page 5: Tek Peledakan

mengumpulkan material hasil peledakan pada loading area. Selain itu

pengaturan nomor delaydimaksudkan untuk menghindari bahaya over

break. Untuk kepentingan pembongkaran jenjang, pemasangan

nomor delay detonator pada pola pemboran persegi panjang atau

zig-zag pada dasarnya nomor kecil disusun sejajar bidang bebas

dan nomor besar diurutkan ke belakang. Pada setiap detonator

listrik tipe delay selalu tercantum nomor delay misalnya, untuk

merek Aluminium Short Delay Detonatorbuatan Hiderabat India

dengan nomor delay 0 – 10.

Gambar Pengaturan Nomor Delay Detonator (Ash,1963)

Geometri Peledakan

Sebelum operasi pemboran dimulai penentuan geometrilubang bor

harus dievaluasi dengan hati hati untuk mendapatkan hasiloptimum

dari bahan peledak yang dipilih. Geometri peledakan terdiri dari

Burden, Spacing, Subdrilling, Stemming dan kedalaman lubang Bor.

Page 6: Tek Peledakan

Atau dapat dijelaskan secara ringkas seperti ini :

Peledakan merupakan proses lanjutan dari kegiatan pemboran

yang bertujuan untuk membongkar dan memisahkan batuan dari

batuan induknya. Pada PT Semen Tonasa peledakan dilakukan dengan

pola peledakan sejajar atau box cut dengan sistem delay. Detonator

yang digunakan adalah detonator listrik dengan delay 1-10. Adapun

target dari peledakan ini yaitu 20.000 ton/hari.

Pada PT semen Tonasa, peledakan dilakukan pada hari Senin-

Sabtu pada pukul 12.00-13.00 dengan perhitungan hari Sabtu sebagai

jam kerja lembur. Pada peledakan ini, digunakan ANFO, Dynamite (250

gr/dodol), atau super gel sebagai bahan peledak dengan denonator

listrik sebagai pemicu ledakan. Jumlah bahan peledak yang digunakan

disesuaikan dengan kedalaman lubang ledak. Dari informasi yang

diperoleh di lapangan diketahui bahwa, untuk lubang ledak 6 meter

diperlukan isian ANFO sebanyak 33 kg, untuk lubang ledak 9 meter

dibutuhkan ANFO 58 kg, serta untuk lubang ledak dengan kedalaman

12 meter dibutuhkan ANFO 88-90 kg. ANFO sendiri mepunyai

Page 7: Tek Peledakan

komposisi 94,5 % Amonium Nitrat dan 5,5 % Fuel Oil (FO).

Perbandingan komposisi tersebut untuk mendapatkan zero oxygen

balance pada setiap peledakan yang berlangsung.

Dari setiap peledakan yang dilaukan, tidak menutup

kemungkinan bahwa fargmen batuan yang dihasilkan tidak seragam

atau terdapat bongkahan batuan yang berukuran cukup besar untuk

dimasukkan ke crusher. Bongkahan batuan yang berukuran cukup

besar terlebih dahulu harus direduksi ukurannya dengan menggunakan

rock breaker ataupun secondary blasting. Di PT Semen Tonasa ini,

bongkahan batuan tersebut terlebih dahulu dikumpulkan atau tidak

langsung direduksi ukurannya setelah peledakan. Kemudian secondary

blasting dilakukan setiap 3 bulan sekali. Metode yang dilakukan dalam

secondary blasting yaitu block holing atau membuat lubang tembak di

permukaan batuan dan kemudian menyimpan bahan peledak pada

lubang tersebut untuk kemudian diledakkan.

Dari aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam

peledakan, maka proses peledakan hanya boleh dilakukan oleh juru

ledak yang telah memiliki Kartu Izin Menembak (KIM) dimana kartu ini

harus diperbaharui setiap 2 tahun. Sedangkan ketika proses peledakan

berlangsung, alat mekanis dan personel harusberada dalam jarak

aman. PT Tonasa menetapkan jarak aman untuk manusia adalah di

luar radius 400 meter dan 100 meter untuk alat mekanis.