Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

12
BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON Mata Kuliah : Teknik Peledakan Dosen : Ir. Muh Jufri Nur. ST, MT GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV MARSALIN ( 2002 31 046 ) NAZRULLAH IQBAL ( 2002 31 003 ) ZULKIFLI SULAIMAN ( 2002 31 020 ) YUNUS DENDJE ( 2002 31 060 ) M. SUBHAN TURUI ( 2002 31 004 ) EDYSAL ( 2002 31 052 ) ALBERTUS MARIO ( 2002 31 016 ) HANDRY M.S ( 2002 31 023 ) DONNY ROSALVINO ( 2002 31 057 ) FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

description

PeledakanGeometri peledakan Menurut AndersonmakalahTeknik Peledakan.teknik pertambangan.

Transcript of Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

Page 1: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

Mata Kuliah : Teknik Peledakan Dosen : Ir. Muh Jufri Nur. ST, MT

GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON

OLEHKELOMPOK IV

MARSALIN ( 2002 31 046 )NAZRULLAH IQBAL ( 2002 31 003 )

ZULKIFLI SULAIMAN ( 2002 31 020 )YUNUS DENDJE ( 2002 31 060 )

M. SUBHAN TURUI ( 2002 31 004 )EDYSAL ( 2002 31 052 )

ALBERTUS MARIO ( 2002 31 016 )HANDRY M.S ( 2002 31 023 )

DONNY ROSALVINO ( 2002 31 057 )

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK

INDONESIAMAKASSAR

2005

Page 2: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas pemberian nikmat kesehatan dan kesempatan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Geometri Peledakan Menurut Anderson “.

Dengan kerendahan hati, ijinkan kami mengucapkan terima kasih pada : 1. Ir. Muh. Jufri Nur. ST, MT selaku dosen penanggung

jawab atas segala koreksi dan saran sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.

2. Teman – teman kelompok IV atas kerja sama dan kekompakannya.

3. Pihak –pihak lain yang tak dapat kami sebutkan satu persatu.

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akhirnya semua saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari semua pihak yang sudah disebutkan di atas tadi sehingga nantinya makalah ini bermanfaat bagi kita sebagai komunitas tambang pada khususnya dan masyarakat awam pada umumnya.

Makassar, 05 Mei 2005

PENYUSUN

Team Work “ 4 “

Page 3: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

Geometri Peledakan Menurut Anderson

Geometri Peledakan

Untuk mencapai target produksi pembongkaran over burden tiap peledakan dilakukan pemboran dan peledakan yang terdiri dari burden, spacing, subdrilling, stemming dan kedalaman lubang bor. ( Lihat Gambar 1 )

Formula geometri peledakan yang digunakan penulis adalah formula berdasarkan teori Anderson.

A. Burden adalah jarak terdekat antara bidang bebas ( free face) dengan lubang tembak atau ke arah mana batuan yang diledakkan akan terlempar ( Fragmentasi atau arah hamburan material yang diledakkan ).

Besarnya burden dipengaruhi oleh factor koreksi batuan yang akan diledakkan dan factor koreksi bahan peledak yang digunakan serta besarnya diameter bit, secara teoritis besarnya burden dapat ditentukan dengan persamaan yang dikemukakan oleh Anderson :

B = 0,11 d. h atau B = 0,1 d . h

Dimana : B = Burden ( Feet, meter )

h = Kedalaman Lubang Tembak ( meter )

d = Diameter Lubang Tembak

Page 4: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

B B S

B

T L

H

PC

J

Gambar 1

Geometri Peledakan

Keterangan :

H = Tinggi Lubang Tembak

J = Subdrilling

Pc = Tinggi Isian ANFO

T = Tinggi Stemming

Page 5: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

L = Tinggi Jenjang

B. Spacing

Spacing adalah jarak antara lubang-lubang bor dirangkai dalam satu baris (row) dan diukur sejajar terhadap pit wall, biasanya spacing tergantung pada burden, kedalaman lubang bor, letak primer, dan delay. Besarnya spacing dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

S = 1,25 B …………………( 36 )

Besarnya spacing ratio ( Ks ) menurut waktu delay yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

- Long interval delay Ks = 1

- Short periode Ks = 1 – 2

- Normal Ks = 1,25 – 1,8

Prinsip dasar penentuan spacing adalah sebagai berikut :

Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris

(row) diledakan secara sequence delay maka

Ks =1, maka S = B

Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris

(row) diledakan secara simultan (serentak),

maka Ks = 2 jadi S = 2B

Apabila dalam banyak baris (multiple row)

lubang-lubang bor dalam satu baris

diledakan secara sequence delay dan lubang-

Page 6: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

lubang bor dalam arah lateral dari baris

yang berlainan di ledakan secara simultan

maka pemborannya harus dibuat squard

arregement.

Apabila dalam multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris yang satu dengan yang lainnya di delay, maka harus digunakan staggered pattern.

Besarnya spacing dipengaruhi oleh Burden, diameter lubang ledak dan struktur bidang batuan. Penentuan bisanya spacing pada spacing ratio yang biasanya ditentukan ( 1 – 1,5 meter ). Atau dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :

S = ( 1,0 – 1,5 ) B

Dimana : S = Spacing ( meter ) B = Burden ( meter )

C. Stemming

Stemming ( T ) adalah bagian dari lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan dengan material hasil pemboran ( Cutting ).

Fungsi stemming adalah untuk mengurung gas yang terbentuk pada saat peledakan dan untuk mencegah terjadinya ” flyrock “ ( batuan yang beterbangan dari suatu peledakan ) yang tinggi pada saat peledakan. Pengisian stemming harus padat dan rapat agar dapat menghindari terjadinya “ air blast “ yang akan mengakibatkan tekanan peledakan pada lubang ledak berkurang.

Panjang isian stemming tergantung pada stemming ratio ( 0,5 – 1,0 ) dan burden yang digunakan. Stemming dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

T = ( 0,5 – 1,0 ) B

Page 7: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

Dimana :T = Stemming ( meter )

D. Sub Drilling

Sub Drilling adalah penambahan kedalaman pada suatu lubang bor di luar rencana lantai jenjang. Penggunaan sub drilling dimaksudkan agar batuan dapat terbongkar tepat pada suatu kedalaman yang ditentukan atau dengan kata lain batuan dapat terbongkar secara “ full face “ sebagaimana yang diharapkan. Apabila batuan tidak terbongkar secara “ full face “ akan mengakibatkan lantai jenjang yang tidak rata atau adanya tonjolan – tonjolan (toes) akan menyulitkan setelah dilakukan peledakan terutama pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan.

Untuk menghitung sub drilling, perlu diketahui struktur batuan yang akan diledakkan sehingga dapat menentukan sub drilling ratio. Sub drilling ratio yang digunakan pada tambang terbuka / Surface Mining ( 0,2 – 0,3 ). Dalam kondisi batuan tertentu, seperti banyaknya crack tidak perlu menggunakan banyak sub drilling.

Sub drilling dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

J = ( 0,2 – 0,3 ) B

Dimana : J = Sub Drilling ( meter )

E. Kedalaman Lubang Bor

Secara teoritis, kedalaman lubang bor tidak boleh lebih kecil daripada burden. Hal ini untuk mencegah terjadinya “ over break “ atau “ cratering “. Di samping itu juga diperhitungkan alat bor yang dipakai.

H = Kh x B

Dimana :

Page 8: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

Kh = Hole Depth Ratio H = Kedalaman Lubang Bor ( meter )

Gambar 2

Contoh Aktivitas Penambangan Batugamping

DAFTAR PUSTAKAxx

Page 9: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

1. NN, Pengantar Teknik Peledakan Yang Efisien, ITB2. Anderson3. Skripsi senior yang mendukung judul makalah

kelompok kami

Page 10: Teknik Peledakan (Geometri Peledakan Menurut Anderson)

BLASTING GEOMETRI FROM ANDERSON

DAFTAR PUSTAKA

4. NN, Pengantar Teknik Peledakan Yang Efisien, ITB5. Anderson6. Skripsi senior yang mendukung judul makalah

kelompok kami