TEBS Irigasi Rawa

40
IRIGASI PASANG SURUT Tania - Irigasi Rawa

description

Draft materi kuliah irigasi rawa

Transcript of TEBS Irigasi Rawa

Page 1: TEBS Irigasi Rawa

IRIGASI PASANG SURUT

Tania - Irigasi Rawa

Page 2: TEBS Irigasi Rawa

Skema pembagian Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Page 3: TEBS Irigasi Rawa

Berdasarkan sifat airnya dibagi menjadi 3:a. Rawa Air Tawar

Adalah raw yang airnya tawar karena letaknya di pinggiran sepanjang sungai.

b. Rawa Air PayauAdalah rawa yang airnya

percampuran antara tawar dan asin, biasanya letaknya di muara sungai menuju laut.

c. Rawa Air AsinAdalah rawa yang airnya asin

dan letaknya di daerah pasang surut laut.

Berdasarkan keadaan airnya dibagi menjadi 3 :a. Rawa yang airnya terlalu

tergenangAdalah rawa yang selalu

tergenang airnya, tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, karena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa ini sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam dengan warna air kemerah-merahan.

b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang

Adalah rawa yang menampung air tawar dilimpahkan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air laut surut.

Tania - Irigasi Rawa

Page 4: TEBS Irigasi Rawa

Berdasarkan letaknya dibagi menjadi 3 :

a. Rawa PantaiAdalah rawa yang berada di muara sungai. Air pada jenis

rawa ini selalu mengalami pergantian karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

b. Rawa PinggiranAdalah rawa sepanjang aliran sungai, terjadi akibat

sering meletupnya sungai tersebut.c. Rawa Abadi

Adalah rawa yang airnya terjebak dalam sebuah cekungan dan tidak memiliki pelepasan ke laut. Air hujan yang tertampung dalam rawa hanya dapat menguap tanpa ada aliran yang berarti

Tania - Irigasi Rawa

Page 5: TEBS Irigasi Rawa

Definisi Rawa

daerah yang selalu tergenang atau pada waktutertentu tergenang karena jeleknya ataupun tidakadanya sistem drainasi alami.

Tempat terjadinya daerah rawa tidak dibatasi olehketinggian (elevasi) lahan.

Di tempat yang tinggipun dapat ditemukan daerahrawa di daerah depresi geologis. Genangan air didaerah depresi ini terjadi karena terkumpulnyalimpasan air hujan pada cekungan tersebut, sirkulasi air dapat terjadi karena adanya evaporasidan tambahan lewat air tanah.

Tania - Irigasi Rawa

Page 6: TEBS Irigasi Rawa

Definisi Rawa

ciri fisik: bentuk permukaan lahan yang cekung, kadang-kadang bergambut,

ciri kimiawi: derajat keasaman airnya terendahdan

ciri biologis: terdapat ikan-ikan rawa, tumbuhanrawa, dan hutan rawa.

Tania - Irigasi Rawa

Page 7: TEBS Irigasi Rawa

Definisi Rawa

Rawa dibedakan kedalam 2 jenis, yaitu:rawa pasang surut yang terletak di pantaiatau dekat pantai, di muara atau dekatmuara sungai sehingga dipengaruhi olehpasang surutnya air laut

rawa non pasang surut atau rawapedalaman atau rawa lebak yang terletaklebih jauh jaraknya dari pantai sehinggatidak dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.

Tania - Irigasi Rawa

Page 8: TEBS Irigasi Rawa

rawa non pasang surut (RNPS)didefinisikan sebagai daerah rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasangsurut air sungai. Daerah rawa ini merupakan lahan tanah berbentukcekungan dan dalam musim hujan seluruhnya digenangi air. Padamusim kemarau air tersebut berangsur-angsur kering bahkan kadang-kadang ada yang kering sama sekali selama masa yang relatif sangatsingkat (1-2 bulan). Untuk daerah yang berada dekat dengan sungai, air yang menggenangai daerah rawa berasal dari luapan sungaidisekitarnya, dan ada pula daerah rawa yang mudah tenggelam terusmenerus akibat hujan sebelum melimpahkan airnya ke daerahsekitarnya.

Tania - Irigasi Rawa

Page 9: TEBS Irigasi Rawa

Berdasarkan ketinggian hydrotopografi, RNPS atau rawalebak dibagi menjadi:Lebak Pematang : Memiliki topografi yang cukup tinggi, dimana jangka waktu tergenangnya relatif sangat pendek.

Lebak Tengah : Terletak diantara lebak pematang dan lebakdalam

Lebak Dalam : Memiliki topografi rendah sehingga jangkawaktu tergenangnya relatif sangat lama (tergenang terusmenerus).

Tania - Irigasi Rawa

Page 10: TEBS Irigasi Rawa

Definisi RawaDi Indonesia, lahan rawa diperkirakan seluas 33,4 juta ha, sekitar 60 % (20 juta Ha) diantaranya merupakan lahan rawa pasang surut dan40 persen selebihnya (13,4 juta Ha) adalah lahan rawa non pasangsurut. Dari hasil survey tahun 1984, seluas 9 juta Ha dari lahan rawapasang surut diidentifikasikan potensial untuk pengembanganpertanian.Sampai saat ini, sekitar 3,9 juta Ha dari lahan rawa dengan lokasiyang sebagian terbesarnya tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, telah direklamasi, utamanya untukpengembangan lahan pertanian. Lebih dari 60 persen diantaranya (2,4 juta Ha) dikembangkan secara swadaya sebagai lahan pertanian olehpara petani pendatang dan penduduk lokal. Seluas kurang lebih 0,2 juta ha lainnya dikembangkan oleh swasta untuk perkebunan kelapa. Selebihnya sekitar 1,3 juta ha adalah lahan rawa yang semenjak awaltahun 70-an telah dikembangkan oleh pemerintah sebagai lahanpertanian dan permukiman dalam rangka menunjang program transmigrasi.

Tania - Irigasi Rawa

Page 11: TEBS Irigasi Rawa

LAHAN GAMBUT

Lahan gambut adalah bagian dari lahan rawa. Widjaya Adhi et al. (1992) dan Subagyo (1997) mendefinisikan lahan rawa sebagai lahan yang menempati posisi peralihan di antara daratan dan sistem perairan. Lahan ini sepanjang tahun atau selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air (waterlogged) atau tergenang. Menurut PP No. 27 tahun 1991, lahan rawa adalah lahan yang tergenang air secara alamiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat dan mempunyai cici-ciri khusus baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Keputusan Menteri PU No. 64 /PRT/1993 menerangkan, bahwa lahan rawa dibedakan menjadi (a) rawa pasang surut/rawa pantai dan (b) rawa non-pasang surut/rawa pedalaman. Lahan rawa tersebut terdiri ataslahan rawa tanah mineral,dan lahan rawa gambut

Tania - Irigasi Rawa

Page 12: TEBS Irigasi Rawa

LAHAN GAMBUT

Tania - Irigasi Rawa

Page 13: TEBS Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Page 14: TEBS Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Page 15: TEBS Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Page 16: TEBS Irigasi Rawa

SIFAT FISIK DAN KIMIA LAHAN GAMBUT

Sifat kimia dan fisika tanah gambut merupakan sifat-sifat tanah gambut yang penting diperhatikan dalam pengelolaan lahan gambut. Sifat kimia seperti pH, kadar abu, kadar N, P, K, kejenuhan basa (KB), dan hara mikro merupakan informasi yang perlu diperhatikan dalam pemupukan di tanah gambut.

Sifat fisika gambut yang spesifik yaitu berat isi (bulk density) yang rendah berimplikasi terhadap daya menahan beban tanaman yang rendah. Selain itu agar tanah gambut dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lama,maka laju subsiden (penurunan permukaan tanah) dan sifat mengering tidak balik (irreversible drying) perlu dikendalikan

Tania - Irigasi Rawa

Page 17: TEBS Irigasi Rawa

SIMPANAN KARBON DAN EMISI CO2LAHAN GAMBUT

Tanah gambut menyimpan C yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral.Setiap satu gram gambut kering menyimpan sekitar 180-600 mg karbon, sedangkan setiap satu gram tanah mineral hanya mengandung 5-80 mg kabon. Di daerah tropika, karbon yang disimpan olah tanah dan tanaman pada lahan gambut bisa 10 kali karbon yang disimpan oleh tanah dan tanaman pada tanah mineral (Agus dan Subiksa, 2008).Lahan gambut hanya meliputi 3% dari total luas daratan dunia, namun menyimpan 550 Gigaton C atau setara dengan 30% karbon tanah, 75% C dari seluruh C atmosfer, setara dengan seluruh C yang dikandung biomassa (masa total mahluk hidup) daratan, dan setara dengan dua kali simpanan C semua hutan di seluruh dunia (Joosten, 2007).Luas lahan gambut di Indonesia meliputi 10% dari total luas daratannya atau sekitar 20 juta ha (Rieley, 1996).Jaenicke et al. (2008) memperkirakan karbon yangtersimpan pada lahan gambut di Indonesia sekitar 55 Gigaton.Dalam kondisi alami simpanan karbon pada lahan gambut relatif stabil. Ketebalan gambut bisabertambah sampai 3 mm tahun-1(Parish et al., 2007). Namun jika kondisi alami tersebut terganggu, maka akan terjadi percepatan proses pelapukan (dekomposisi), sehingga karbon yang tersimpan di dalam lahan gambut akan teremisi membentuk gas rumah kaca (GRK) terutama gas CO2, sebagai dampak dari dilakukannya proses drainase yang selalu menyertai proses penggunaan lahan gambut.

Tania - Irigasi Rawa

Page 18: TEBS Irigasi Rawa

Lahan gambut tropis memiliki keragaman sifat fisik dan kimia yang besar, baik secara spasial maupun vertikal. Karakteristiknya sangat ditentukan oleh ketebalan gambut, substratum atau tanah mineral dibawah gambut, kematangan, dan ada tidaknya pengayaan dari luapan sungai disekitarnya. Karakteristik lahan seyogianya dijadikan acuan arah pemanfaatan lahan gambut untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan. Sesuai dengan Keppres No. 32/1990 gambut dengan ketebalan >3 m diperuntukkan kawasan konservasi. Hal ini disebabkan makin tebal lapisan gambut, maka gambut tersebut semakin rapuh (fragile). Dengan mempertahankannya sebagai kawasan konservasi, maka fungsinya sebagai penyangga hidrologi tetap terjaga. Gambut dengan kedalaman < 3 m dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan syarat lapisan mineral dibawah gambut bukan pasir kuarsa atau liat berpirit, dan tingkat kematangan bukan fibrik. Lebih lanjut Departemen Pertanian merekomendasikan untuk tanaman pangan dan hortikultura diarahkan pada gambut dangkal (< 100 cm), dan untuk tanaman tahunan pada gambut dengan ketebalan 2–3 m (Sabiham et al., 2008). Dasar pertimbangannya adalah, gambut dangkal memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan risiko lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut dalam.Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian sudah dilakukan sejak lama dan menjadi sumber kehidupan keluarga tani. Namun harus disadari bahwa pemanfaatan lahan gambut memiliki risiko lingkungan, karena gambut sangat rentan mengalami degradasi. Degradasi lahan gambut bisa terjadi bila pengelolaan lahan tidak dilakukan dengan baik, sehingga laju dekomposisi terlalu besar dan atau terjadi kebakaran lahan yang menyebabkan emisi GRK besar. Meniadakan emisi GRK dalam pemanfaatan lahan gambut adalah mustahil, karena proses dekomposisi adalah proses alamiah yang juga diperlukan dalam penyediaan hara bagi tanaman. Konsep pengelolaan lahan gambut berkelanjutan harus dilakukan dengan meningkatkan produktivitas secara maksimal dan menekan tingkat emisi yang ditimbulkan seminimal mungkin.

Tania - Irigasi Rawa

Page 19: TEBS Irigasi Rawa

Pengembangan lahan pasang surut yang dilaksanakanpemerintah pada tahap awal (tahap I)-pembangunan sistem drainasi terbuka, tanpa bangunanpengendali aliran air,- dilengkapi dengan penyiapan lahan, rumah-rumah, jaringanjalan, jembatan, sekolah dan sarana kesehatan.

AKIBATNYA

LAHAN BONGKOR

Tania - Irigasi Rawa

Page 20: TEBS Irigasi Rawa

Subsiden, yaitu terjadinya penurunan permukaan lahan gambut diakibatkan karena sistem drainase yang salah, bahan gambut (nutrient) dan adanya pemanenan di lahan gambut itu sendiri (rotation of crop).

Oksidasi Pirit

Poor accessibility yang diakibatkan water table yang tinggi.

Resiko kebakaran (fire hazard) yang diakibatkan kandungan organik, wood debris, dll.

Gambut memiliki sifat kering tak balik (irreversible dryness) disebabkan karena struktur tanahnya.

Tania - Irigasi Rawa

Page 21: TEBS Irigasi Rawa

Ketidakmampuan sistem drainasi dan terjadinya akumulasi air tanah dan air permukaan mengakibatkan terjadinya akumulasisedimen dan garam-garam yang terlarut. Deposit sedimen inibervariasi jenisnya tergantung pada jenis sumber batuan atautanah asalnya. Jenis tanah yang biasa ditemui di daerah rawaadalah tanah aluvial, tanah organik (gambut) dan tanah mineralyang belum matang. Di daerah rawa yang dekat dengan pantai, sering ditemui tanah mineral yang mengandung pirit (FeS) yang apabila teroksidasi akan menghasilkan asam sulfat yang berbahayabagi tanaman. Demikian pula genangan yang menerus dan kondisi anaerobe menghambat proses pematangan tanah.Usaha pemanfaatan daerah rawa menjadi lahan pertanian perlu mempertimbangkan kemungkinan dilakukannya pencucian bahan toxic dan oksidasi guna proses pematangan tanah.

Tania - Irigasi Rawa

Page 22: TEBS Irigasi Rawa

Jumlah Luas dalam Ha dan % dari LDR1) Nasional Jumlah Daerah Yang Sudah Dikembangkan

Lokasi Pasang surut Non-PS2) Jumlah Pasang Surut Non-PS2) Jumlah

Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %

Sumatra 6,604,000 19,8 2,768,000 8,3 9,370,000 28 615,250 1,8 279,450 0,8 894,730 2,6

Kalimantan 8,126,900 24,4 3,580,500 10,7 11,707,400 36 219,950 0,7 192,190 0,5 412,140 1,2

Papua (Irja) 4,216,950 12,6 6,305,770 18,9 10,522,720 31 0 0,0 6,000 0,02 6,000 0,02

Sulawesi 1,148,950 3,4 644,500 1,9 1,793,450 5 0 0,0 2,000 0,01 2,000 0,01

Jumlah 20,096,800 60,2 13,296,770 39,8 33,393,570*) 100 835,200 2,5 479,670 1,3 1,314,870 3,8

Tania - Irigasi Rawa

Page 23: TEBS Irigasi Rawa

Untuk dapat dimanfaatkan, sebagian besar daerah rawa harusdireklamasi dengan cara :

Membangun jaringan irigasi rawa dimaksudkan untukmembuang air yang berlebih dan memberi suplesi air yang sesuaidengan yang dibutuhkan dengan membuat saluran yang dapatberfungsi sebagai saluran drainasi pada saat air surut dan suplesipada saaat air pasang, ataupun membuat jaringan salurandrainasi dan suplesi yang terpisah

Mengeringkan rawa diartikan menurunkan muka air hinggaelevasi tertentu sehingga tanah dapat dimanfaatkan untukbudidaya pertanian. Penurunan muka air akan memberikesempatan terjadinya oksidasi dan suasana aerobe di lapisantanah permukaan yang dapat memberikan kemungkinanpematangan tanah.

Menimbun rawa dilakukan apabila lahan tersebut sangat rendahsehingga apabila akan dibangun suatu bangunan tertentu,keberadaan genangan akan membahayakan stabilitas dankeamanan bangunan. Penimbunan rawa yang luas untukkeperluan pertanian akan sangat tidak feasible.

Tania - Irigasi Rawa

Page 24: TEBS Irigasi Rawa

Gambut Gambut

Tanah mineralTanah mineral

Lapisan mengandung pirit

Lapisan mengandung pirit

Tania - Irigasi Rawa

Page 25: TEBS Irigasi Rawa

Reklamasi daerah rawa akan terdiri atas 4 langkah penting serta 4 kondisi yang mengikutinya.

Penurunan elevasi muka air tanah. Pada semua daerah rawa, baik yang mengandung tanah sulfat masam maupun gambut, penurunan muka air tanah sangat dibutuhkan terutama untuk menunjang proses pematangan tanah, memberi ruang tumbuhnya akar, dan proses oksidasi pirit. Elevasi muka air tanah tersebut sebaiknya dapat diatur hingga kedalaman tertentu, sehingga kenaikan elevasi muka air tanah, dalam waktu yang diinginkan, dapat dicegah.

Peningkatan Kemampuan Infiltrasi Air. Kemampuan infiltrasi air ke dalam tanah ditentukan oleh struktur dan teksturtanah, kemampuan tanah meresapkan (porositas) serta kedalaman air tanahnya.

Pelindihan dan pengenceran bahan toxic dari dalam tanahPemberian air dalam jumlah yang cukup, baik berasal dari air irigasi maupun dariair hujan, dan memberikan kesempatan air untuk meresap dalam tanah akanmelindih keasaman dan kegaraman yang ada di dalam tanah yang dapat menjadibahan toxic bagi tanaman. Pelindihan yang berlebihan akan berakibat pada ikutlarutnya nutrisi yang ada di dalam tanah terutama nitrat.

Pengelolaan tanah yang cerdas. Reklamasi tentunya tidak hanya mengandung arti mengeringkan atau menimbunrawa, namun akibat dari pengeringan dan penimbunan rawa tersebut harusdiantisipasi agar bekas daerah rawa tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.Tania - Irigasi Rawa

Page 26: TEBS Irigasi Rawa

TATA AIR LAHAN RAWA

Tania - Irigasi Rawa

Page 27: TEBS Irigasi Rawa

ditinjau dari jangkauan luapan air pasang, sebagai akibat terjadinya pasangsurut air laut, lahan rawa dibedakan menjadi empat tipe luapan yaitu:

Rawa Tipe Luapan A, Rawa dalam klasifikasi ini merupakan rawa yang selalu terluapi oleh air pasang tertinggi karena pengaruh variasi elevasipasang surut air sungai, baik pasang tertinggi saat musim kemarau maupunmusim penghujan.

Rawa Tipe Luapan B, Rawa yang termasuk dalam kategori ini ialah rawayang kadang-kadang (tidak selalu terluapi) oleh air pasang tinggi karenapengaruh pasang surut air sungai, paling tidak terluapi pada saat musimpenghujan.

Rawa Tipe Luapan C, Daerah rawa (RPS) dalam kategori ini didefinisikansebagai daerah rawa yang tidak pernah terluapi oleh air pasang tertinggikarena pengaruh variasi elevasi pasang surut air sungai, namun memilikikedalaman muka air tanah tidak lebih dari 50 cm dari permukaan tanah.

Rawa Tipe Luapan D, Daerah rawa (RPS) ini adalah rawa yang menuruthydrotopografinya tidak pernah terluapi oleh air pasang tertinggi karenapengaruh variasi elevasi pasang surut air sungai, dan memiliki kedalamanair tanah > 50 cm dari permukaan tanah.

Tania - Irigasi Rawa

Page 28: TEBS Irigasi Rawa

Mengingat pengaruh pengeringan atau penurunan muka air tanahtersebut, maka dalam proses reklamasi rawa perlu dilakukanpengendalian penurunan muka air tanah yang terkendali.Oksidasi untuk proses pematangan tanah hanya diperlukan hinggalapisan yang dibutuhkan untuk pertanian. Lapisan dibawahnya sebaiknyatetap dijaga pada kondisi tereduksi (tergenang).Proses oksidasi yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya oksidasipirit (FeS) yang berlebihan dan memproduksi bahan toxic (asam sulfurdan kation-kation) yang banyak dan membutuhkan waktu yang lamauntuk mengencerkan dan mencucinya.Pencucian dan pengenceran bahan toxic tersebut dapat memanfaatkan airhujan yang jatuh ke lahan ataupun dengan memanfaatkan luapan airsungai pada waktu air pasang. Untuk itu diperlukan suatu tata saluranyang memungkinkan terjadinya proses pencucian dan pengenceran yangbaik.Selain proses pencucian tersebut, disarankan juga untuk memperbaikitanah dengan memberi amelioran (kapur tohor/ CaCO3) untuk mengikation H+ sehingga dapat menetralisir keasaman. Sebagai gambaran, kapurtohor yang dibutuhkan untuk memperbaiki keasaman tanah sulfatmasam ini adalah sebesar 20 hingga 30 ton per hektar.

Tania - Irigasi Rawa

Page 29: TEBS Irigasi Rawa

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN

Mengingat kondisi fisik dan lingkungan daerah rawa, pemanfaatan daerah rawa akan mencakup pekerjaan:a. pembuatan sistem tata saluran untuk menurunkan muka air

di lahan,b. reklamasi atau perbaikan kualitas tanah,c. penangkapan air segar dari sumber air (hujan, sungai) untuk

keperluan pemberian air,d. pengendalian banjir,e. preservasi ikan dan kehidupan binatang lainnya, f. konservasi kemampuan hidrologis daerah rawa dalam

menunjang satu kesatuan sistem sumberdaya air.

Tania - Irigasi Rawa

Page 30: TEBS Irigasi Rawa

sistem tata air tiap daerah khas, tergantung pada kondisi fisik (gerakanpasang surut, jenis tanah, kualitas tanah) lahan yang dikembangkan.

Di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang didomisasi oleh tanahmineral berpotensial asam sulfat, dikenal tata saluran sistem garpudengan kolam pasangnya,

di Kalimantan Barat yang didominasi oleh tanah gambut dikenal sistemsisir,

Di Sumatera Selatan dikenal sistem anjir.

Semua sistem tersebut memanfaatkan air sungai dan air hujan sebagaisumber air irigasi.Di beberapa daerah dengan tipe luapan A dan B, air sungai dapat meluapke lahan karena adanya gerakan air pasang.Di beberapa daerah dengan tipe luapan C dan D, sumber air utama adalahair hujan, air sungai hanya mungkin dimanfaatkan untuk pembasahantanah lewat aliran air tanah.

Tania - Irigasi Rawa

Page 31: TEBS Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Page 32: TEBS Irigasi Rawa

Saluran Sekunder Kanan

Saluran Sekunder Kiri

Tanggul Air Asin

Tanggul Air Asin

Saluran Primer

Sun

gai B

arito

Eks. Kolam

Eks. Kolam

Skema Barambai

Tania - Irigasi Rawa

Page 33: TEBS Irigasi Rawa

Tipikal Tata Saluran di Sumatera Selatan dengan Saluran Navigasi

Tania - Irigasi Rawa

Page 34: TEBS Irigasi Rawa

variabel yang mempengaruhi pemilihansistem tata air adalah sebagai berikut ini.

a. Sumber Air (elevasi dan kualitas air)b. Elevasi lahanc. Jenis dan kualitas tanahd. Budidaya pertanian yang akan

dikembangkane. Kualitas Lingkungan

Tania - Irigasi Rawa

Page 35: TEBS Irigasi Rawa

Pada keadaan awal daerah rawa, konsep pengembanganyang dilakukan biasanya mencakup usaha-usaha :

a. Pembuangan air berlebih, yang menggenang di lahanyang berasal dari air hujan maupun air banjir dari sungai,

b. Pemberian air irigasic. Perbaikan kualitas tanah dengan reklamasi atau

ameliorisasid. Pencucian bahan toxic (pirit)e. Pengenceran air saluran hasil pencucian bahan toxicf. Perlindungan banjir

Tania - Irigasi Rawa

Page 36: TEBS Irigasi Rawa

Pengelolaan tata air ini dapat dibedakan antarapengelolaan tata air mikro (on farm water management) danpengelolaan tata air makro (canal water management).

Pengelolaan tata air mikro dapat juga biasa disebut on-farm water management,mempunyai beberapa tujuan utama yaitu menjaga ketersediaan air untuktanaman, membuang air yang berlebih di petah sawah, menghalangitumbuhnya gulma di lahan, memperbaiki kualitas air, mencuci keasaman dantoxiditas tanah, meningkatkan proses pematangan tanah, dan mengubahtanah organic menjadi tanah yang lebih subur.

Pengelolaan tata air makro yang dapat disebut sebagai canal water management,lebih bersifat mendukung kegiatan pengelolaan tata air mikro. Tujuan utamapengelolaan tata air makro adalah pembuangan air yang berlebih dan banjir, mencegah terjadinya genangan yang merusak, mencegah terjadinya intrusi air asin ke lahan pertanian, mengusahakan proses pemberian air irigasi, mencegah terjadinya penurunan muka air tanah yang membahayakan, mengencerkan dan membuang air asam keluar dari tanah dan saluran, menyediakan air untuk keperluan rumah tangga, menjamin kedalaman yang cukup guna keberlangsungan transportasi air.

Tania - Irigasi Rawa

Page 37: TEBS Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Page 38: TEBS Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Page 39: TEBS Irigasi Rawa

Pola pengelolaan tata air di daerah rawa jugadipengaruhi oleh kondisi hidraulik disekelilingnya (hydraulic boundary condition), yaitu

a. gerakan air di sungai yang meliputi fluktuasipasang-surut,

b. fluktuasi muka air karena pengaruh musim(musim hujan dan kemarau),

c. intrusi air laut,d. serta dipengaruhi oleh aliran yang berasal dari

lahan disekitarnya.

Tania - Irigasi Rawa

Page 40: TEBS Irigasi Rawa

Irigasi dan Perkembangannya, Sistem Irigasi Pasang Surut, Pengertian Pasang Surut, Klasifikasi Pasang Surut, Model Perambatan Pasang Surut, Estuary, Hidrolika Inlet, Kebutuhan Air Irigasi Budi Daya Air Payau, Pola Sirkulasi Air Pasang Surut, Petak Areal Tambak, Saluran Irigasi Pasang Surut, Bangunan Irigasi Pasang Surut, Bangunan Irigasi Pasang Surut, Operasi dan Pemeliharaan.

Tania - Irigasi Rawa