TB

download TB

of 28

description

k

Transcript of TB

STATUS PASIENIdentitas PasienNama : Tn. MRUsia : 34 Tahun Pekerjaan : Jenis Kelamin : Laki-lakiTTL : Alamat : Jl. PLN No:24 RT:6 RW:8. Kel: Murni Kec: Pondok MelatiAgama: IslamNo RM : Masuk RS: Jumat, 16 Mei 2014Ruang Rawat : R. Melati 704

ANAMNESAAnamnesa dilakukan dengan autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap istri dan kakak pasien

Keluhan utama Demam hilang timbul sejak satu minggu SMRS

Keluhan tambahan : Diare sejak 1 bulan SMRS, batuk sejak 2 bulan SMRS, mual, muntah dan nyeri tenggorok.

Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan demam hilang timbul yang dirasakan sejak satu minggu SMRS. Pasien mengeluh diare sejak 1 bulan SMRS. Pasien mengeluh batuk yang kadang disertai dahak sejak 2 bulan SMRS. Pasien tidak mengeluh sesak nafas. Pasien juga mengeluh mual, muntah dan nyeri tenggorokan sejak satu minggu SMRS. Terdapat infeksi jamur pada muka dan mulut pasien. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan sebanyak 20 kilogram selama 5 bulan terakhir. Istri pasien mengaku bahwa satu bulan SMRS pasien sedang mengkonsumsi OAT tetapi hanya mengkonsumi satu bulan saja, obat tidak diteruskan hingga tuntas. Riwayat penyakit dahuluPasien mengaku memiliki riwayat tuberkulosis paru sekitar satu tahun yang lalu, setelah mengkonsumsi OAT selama 6 bulan pasien mengaku dinyatakan sembuh. Riwayat transfusi darah disangkal. Riwayat menggunakan jarum suntik disangkal. Riwayat memakai tato disangkal.

Riwayat Penyakit keluargaPasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama

STATUS GENERALIS1. Kesadaran : Baik2. Keadaan umum: Compos mentis3. Tekanan darah: 110/70 mmHg4. Nadi: 84x/menit teraba kuat, frekuensi teratur5. Suhu: 38 C6. Pernapasan: 20x/menit teratur7. Berat badan : 55 kg

ASPEK KEJIWAAN1. Tingkah laku: dalam batas normal2. Proses piker: dalam batas normal3. Kecerdasan: dalam batas normal

PEMERIKSAAN FISIKKepala 1. Bentuk: normochepal2. Posisi: simetris

Mata1. Konjungtiva anemis: -/-2. Sklera ikterik: -/-

Telinga1. Pendengaran: Baik2. Darah & cairan: -

MulutOral thrush (+)

Leher1. Trakea: Tidak deviasi2. Kelenjar tiroid: Tidak ada pembesaran3. Kelenjar limfe: Ada pembesaran

Paru-paru1. Inspeksi: Pergerakan dinding dada statis dan dinamis kanan kiri, tidak terlihat luka, kulit kemerahan atau penonjolan1. Palpasi: Tidak teraba kelainan dan masa pada seluruh lapang paru. Fremitus taktil dan vocal statis dan dinamis kanan kiri.1. Perkusi: Terdengar sonor pada seluruh lapang paru1. Auskultasi: Suara dasar napas vesikular +/+,tidak terdapat suara tambahan, DBN

Jantung1. Inspeksi: Iktus cordis terlihat1. Palpasi: Iktus cordis teraba1. Perkusi: Batas jantung normal, jantung DBN1. Auskultasi: Bunyi jantung I-II regular, gallop (-) murmur (-)

Abdomen1. Inspeksi: Datar1. Auskultasi: Bising usus (+) normal 1. Perkus: Timpani pada keempat kuadran1. Palpasi: Nyeri tekan ulu hati (-),tidak ada pembesaran hati dan limpa. DBN

EkstremitasTidak ada udem pada ekstremitas atas dan bawah kanan kiri

Pemeriksaan penunjangLaboratorium (02-04-2014) Hematologi

Hemoglobin10,0 g/dL

Hematokrit28 %

Leukosit6.550 L

Trombosit461.000 L

Kimia Klinik

SGOT ( AST)126 U/L

SGPT (ALT)141 U/L

Ureum Darah16 mg/dL

Kreatin Darah0,88 mg/dL

eGFR103,6 mL/min/1,73m2

GDS107 mg/dL

Gas darah+ Elektrolit

Natrium129 mmol/L

Kalium2,8 mmol/L

Klorida90 mmol/L

Laboratorium (03-04-2014)

Hematologi lengkap

Laju endap darah40 mm/jam

Hemoglobin10.0 g/dl

Hematokrit29&

Eritrosit 3,4 juta/ L

Trombosit427.000/ L

Leukosit 6.730/ L

MCV86 fl

MCH30 fl

MCHC34 pg/ml

Hitung Jenis

Basofil0%

Eosinofil0%

Neutrofil batang2%

Neutrofil segmen88%

Limfosit5%

Monosit 5%

Kimia Klinik

Bilirubin Total0.56 mg/dL

Bilirubin direct0.23 mg/dL

Bilirubin indirect0.33 mg/dL

Serologi : Anti HIV (Elisa) : Reaktif ( > 0,25)

Laboratorium (05-04-2014)

Hematologi

SGOT31 U/L

SGPT51 U/L

Laboratorium (07-04-2014)HematologiHasilNilai normal

CD4 Abs8 sel/uL410 1590

CD4 %2%31 - 60

DIAGNOSIS KERJA1. HIV2. Tuberkulosis paru berulang

DIAGNOSIS BANDING1. Demam Typhoid2. Diare kronik

PEMERIKSAAN ANJURAN1. Rontgen Paru2. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis3. Pemeriksaan kadar CD4

TATALAKSANAPenatalaksanaan di bangsal 1. Infus : Ringer Laktat 500cc2. Paracetamol 3 x 1 (Stop sejak tanggal 7 april 2014)3. Mycostatin drop 3 x 1cc4. Curcuma 2 x 15. New diatab 3 x 26. Kotrimoksazol 2 x 17. Mikonazole cream 3 x 18. Ranitidine 2 x 19. Farmadol drip 3 x 1

PROGNOSIS

1. Ad vitam : dubia ad malam2. Ad functionam : dubia ad malam3. Ad sanationam : dubia ad malam

HIV (Human Immunodeficiency Virus)

PendahuluanHIV/AIDS saat ini merupakan penyakit yang dianggap paling menakutkan. WHO (World Health Organization), badan PBB untuk kesehatan dunia, memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Pada tahun 2006 saja, AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan persediaan sumber daya manusia di sana. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah.Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada hanya berfungsi untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang masa hidup penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan diagnosa dini terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal pada masa tersebut penderita sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.DefinisiHIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tumbuh rentan terkena berbagai penyakit. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit .HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik EpidemiologiInfeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan masyarakat, baik kelompok risiko tinggi maupun masyarakat umum. Jika pada awalnya, sebagian besar ODHA berasal dari kelompok homoseksual maka kini telah terjadi pergeseran dimana persentase penularan secara heteroseksual dan pengguna narkotika semakin meningkat. Jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS di dunia pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 33,4 juta orang. Sebagian besar (31,3 juta) adalah orang dewasa dan 2,1 juta anak di bawah 15 tahun.Saat ini AIDS adalah penyebab kematian utama di Afrika sub Sahara, dimana paling banyak terdapat penderita HIV positif di dunia (26,4 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS), diikuti oleh Asia dan Asia Tenggara dimana terdapat 6,4 juta orang yang terinfeksi. Lebih dari 25 juta orang telah meninggal sejak adanya endemi HIV/AIDS. Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat.Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah pengguna narkotika ini sebagian besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Pada akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan .Sampai akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan 6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks.Etiologi HIV adalah suatu retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Virus HIV ini juga disebut juga sebagai human lymphotropic virus tipe III, lymphadenophaty-associated virus ataupun lymphadenophaty virus. virus ini menggunakan RNA sebagai cetakan untuk membuat DNA komplementer yang dapat berintegrasi dengan DNA induk.Retrovirus berdiameter 70-130 nm Masa inkubasi virus ini selama sekitar 10. Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat. Selubung luarnya, atau kapsul viral, terdiri dari lemak lapis ganda yang banyak mengandung tonjolan protein. Duri-duri ini terdiri dari dua glikoprotein; gp120 dan gp41. Terdapat suatu protein matriks yang disebut gp17 yang mengelilingi segmen bagian dalam membran virus. Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu protein kapsid yang disebut p24. Di dalam kapsid terdapat dua untai RNA identik dan molekul preformed reverse transcriptase, integrase dan protease yang sudah terbentuk. Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan RNA virus menjadi DNA setelah virus masuk ke sel sasaran. Virus ini menggunakan RNA sebagai cetakan untuk membuat DNA komplementer yang dapat berintegrasi dengan DNA induk. Cara PenularanHIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu Penularan utama HIV dapat melalui beberapa cara yaitu melalui hubungan seksual, pemindahan darah atau produk darah, proses penyuntikan dengan alat-alat yang yang terkontaminasi darah dari penderita HIV dan juga melalui transmisi vertikal dari ibu ke anak. Sekali terinfeksi, maka orang tersebut akan tetap terinfeksi dan dapat menjadi infeksius bagi orang lain. 1. Penularan seksual Penularan seksual merupakan cara infeksi yang paling utama diseluruh dunia, yang berperan lebih dari 75% dari semua kasus penularan HIV (Mitchell dan Kumar, 2007). Penularan seksual ini dapat terjadi dengan hubungan seksual genitogenital ataupun anogenital antara heteroseksual ataupun homoseksual. Risiko seorang wanita terinfeksi dari laki-laki yang seropositif lebih besar jika dibandingkan seorang laki-laki yang terinfeksi dari wanita yang seropositif.

2. Transfusi darah dan produk darah HIV dapat ditularkan melalui pemberian whole blood, komponen sel darah, plasma dan faktor-faktor pembekuan darah. Kejadian ini semakin berkurang karena sekarang sudah dilakukan tes antibodi-HIV pada seorang donor. Apabila tes antibodi dilakukan pada masa sebelum serokonversi maka antibodi-HIV tersebut tidak dapat terdeteksi.3. Penyalah guna obat-obat intravena Penggunaan jarum suntik secara bersama-sama dan bergantian semakin meningkatkan prevalensi HIV/AIDS pada pengguna narkotika. Di negara maju, wanita pengguna narkotika jarum suntik menjadi penularan utama pada populasi umum melalui pelacuran dan transmisi vertikal kepada anak mereka.

4. Petugas Kesehatan Petugas kesehatan sangat berisiko terpapar bahan infeksius termasuk HIV. Berdasarkan data yang didapat dari 25 penelitian retrospektif terhadap petugas kesehatan, didapatkan rata-rata risiko transmisi setelah tusukan jarum ataupun paparan perkutan lainnya sebesar 0,32% (CI 95%) atau terjadi 21 penularan HIV setelah 6.498 paparan, dan setelah paparan melalui mukosa sebesar 0,09% (CI 95%).

5. Maternofetal Sebelum ditemukan HIV, banyak anak yang terinfeksi dari darah ataupun produk darah atau dengan penggunan jarum suntik secara berulang. Sekarang ini, hampir semua anak yang menderita HIV/AIDS terinfeksi melalui transmisi vertikal dari ibu ke anak. Diperkirakan hampir satu pertiga (20-50%) anak yang lahir dari seorang ibu penderita HIV akan terinfeksi HIV. Peningkatan penularan berhubungan dengan rendahnya jumlah CD4 ibu. Infeksi juga dapat secara transplasental, tetapi 95% melalui transmisi perinatal.

6. Pemberian ASI Peningkatan penularan melalui pemberian ASI pada bayi adalah 14%. Di negara maju, ibu yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan memberikan ASI kepada bayinya.Terdapat resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif, yaitu pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengan spesimen/bahan terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV.Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain: 1. Kontak fisik Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular. 2. Memakai milik penderita Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular. 3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya. 4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.PatogenesisDalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang yang terinveksi HIV seumur hidupnya akan tetap terinfeksi, dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagaian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% akan berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukan gejala AIDS dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukan gambaran penyakit yang kronis sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh. Tanda utama penyakit HIV adalah imunodefisiensi hebat terutama akibat defisiensi kualitatif dan kuantitatif progresif subset CD4+ limfosit T yang disebut sebagai sel T penolong-penginduksi (helper inducer). Namun demikian, bila jumlah sel T CD4+ dibawah ambang tertentu pasien beresiko tinggi menderita berbagai penyakit oportunistik.1. Tahap Masuknya Virus HIV

HIV hanya dapat bereplikasi di dalam sel tubuh manusia. Proses ini diawali saat partikel virus gp120, bertemu dengan sel yang memiliki protein spesifik yang dinamakan CD4. CD4 merupakan reseptor protein yang terdapat di permukaan sel T Helper. Selaput luar virus HIV kemudian menempel pada reseptor CD4 dengan bantuan chemokine coreceptor (CCR5) atau CXCR4. Koreseptor dibutuhkan untuk menginduksi perubahan konfomasional gp4 pada virus. Perubahan struktur tersebut akan memaparkan bagian peptida fusi dari molekul gp41 yang sebelumnya terkubur dalam struktur gp120. Dengan terpaparnya bagian peptida fusi tersebut, akan disusul penyisipan peptide tersebut dalam membrane sel inang. Bergabungnya kedua membran ini mengakibatkan virus tidak berselubung lagi dan partikel inti virus masuk ke dalam sel T Helper. Fusi kedua membrane tersebut mengakibatkan inti virus besama kompleks Reverse Transkriptase kini berada dalam sitoplasma sel inang.

2. Reverse Trancription dan Integrasi

Virus memiliki matriks dan kapsid yang meluruh setelah berada di dalam sel T Helper. Setelah meluruh, tinggalah RNA virus dan beberapa enzim yang dibutuhkan dalam proses replikasi selanjutnya. RNA ini kemudian membentuk rantai tunggal DNA dengan bantuan nukleotida sel T Helper oleh enzim reverse trancriptase. Rantai tunggal DNA ini kemudian mengalami proses reverse transcribe menjadi rantai ganda DNA di dalam sel T Helper. Setelah terbentuk rantai ganda DNA, enzim integrase virus mengikat kedua ujung rantai ganda DNA dan membawa partikel ini ke dalam inti nukleus sel T Helper. Di dalam inti sel T helper, enzim integrase kemudian memotong kromosom sel inang dan memasukkan partikel virus ke dalam rangkaian kromosom sel T Helper. Hal ini lah yang mengakibatkan infeksi HIV merupakan suatu penyakit kronis karena partikel virus HIV benar-benar masuk ke dalam rangkaian kromosom sel pada tubuh manusia. Genom virus yang telah menyatu dengan genom sel inang dapat berada dalam keadaan laten atau aktif. DNA yang aktif disebut sebagai provirus. Provirus yang aktif tersebut dapat digunaan sebagai pola ceta transkripsi menjadi untaian RNA kembali dalam proses replikasi atau untuk keperluan biosintesis keperluan protein virus yang diperlukan dalam partikel virus baru.

3. Tahap Replikasi dan Maturasi Sepeti juga virus lain, untuk dapat memperbanyak diri HIV membutuhkan sel inang yang mempunyai kelengkapan untuk dintesis protein. Replikasi virus berlangsung setelah dilakukan integrasi genom virus dalam genom inang dengan produksi salinan virus dengan bantuan polymerase RNA sel inang. RNA polymerase lalu datang untuk membentuk RNA messenger. RNA messenger ini kemudian mengkode protein virus HIV lain di ribosom pada permukaan retikulum endoplasma dan membentuk partikel virus lain seperti selaput virus, dll. Rantai messenger RNA yang telah terbentuk tadi merupakan suatu komponen material genetik virus HIV yang lengkap. Partikel virus baru ini kemudian berpindah ke permukaan sel T helper menunggu protein virus lainnya sebelum memisahkan diri dari sel T helper. Setelah komponen partikel virus lengkap lalu virus baru berpisah dari sel inang. Proses ini dinamakan budding. Virus yang telah terlepas ini belum matur. Partikel virus yang terbentuk seringkali masih dalam bentuk rantai yang panjang dan belum bisa berfungsi dengan baik. Enzim protease kemudian memotong rangkaian rantai multiprotein ini menjadi beberapa rangkaian rantai protein yang matur.

Setelah proses ini selesai, maka terbentuklah suatu virus HIV baru yang matur yang dapat menginfeksi sel T helper lainnya. Orang yang terinfeksi oleh virus HIV pasti akan membuat suatu antibodi untuk melawan virus tersebut. Antibodi yang dimaksud adalah Anti HIV. Anti HIV ini bekerja dengan mengikat gp120 reseptor pada virus HIV. Alasan mengapa Anti HIV ini tidak protektif karena gp120 pada virus HIV ini bermutasi dengan sangat cepat sehingga Anti HIV yang kerjanya sangat spesifik ini tidak dapat mengikat gp120 yang sudah bermutasi dan sel plasma harus membuat Anti HIV yang cocok dengan gp120 yang sudah bermutasi ini. Sel Plasma yang membuat HIV sayangnya tidak dapat mengikuti cepatnya perubahan mutasi yang terjadi pada gp120, akibatnya respons imun tidak terjadi

Manifestasi KlinikHIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital sistem kekebalan manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik. Jika HIV membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter (L) darah, kekebalan selular hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV dilanjutkan dengan infeksi HIV laten klinis sampai terjadinya gejala infeksi HIV awal dan kemudian AIDS, yang diidentifikasi berdasarkan jumlah sel T CD4+ di dalam darah dan adanya infeksi tertentu.Infeksi HIV secara umum dapat dibagi dalam empat stadium yang berbeda, yaitu:Stadium 1: Infeksi Akut (CD4 = 500 1000 /ml)Stadium ini terjadi setelah masa inkubasi 3-6 minggu. Gejala berlangsung selama 1- 2 minggu. Pada stadium ini timbul gejala-gejala mirip flu termasuk demam, artralgia, malaise, dan anoreksia. Timbul juga gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria), gejala saraf (sakit kepala, kaku kuduk) dan gangguan gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, nyeri perut). Gejala-gejala ini bersesuaian dengan pembentukan awal antibodi terhadap virus. Gejala akan menghilang setelah respon imun awal menurunkan jumlah partikel virus, walaupun virus tetap dapat bertahan pada sel-sel lain yang terinfeksi. Pada 20% orang, gejala-gejala tersebut cukup serius untuk dikonsultasikan pada dokter, tetapi diagnosis infeksi HIV sering tidak ditemukan. Fase ini sangat menular karena terjadi viremia. Selama stadium ini, ada sejumlah besar HIV pada darah perifer dan sistem imun pun mulai berrespon terhadap virus dengan memproduksi antibodi HIV dan limfosit sitotoksik. Serokonversi terjadi pada fase ini dan antibodi virus mulai dapat dideteksi 3 6 bulan setelah infeksi.Stadium 2: Stadium Asimtomatik Klinis (CD4 = 500 750 /ml)Stadium ini dapat berlangsung lebih dari 10 tahun. Stadium ini, seperti namanya, bebas dari gejala-gejala mayor, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Dapat juga terjadi Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP). Pada fase ini sudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4, tetapi masih berada pada tingkat 500/ml. Jumlah HIV dalam darah perifer turun hingga tingkat yang sangat rendah tetapi orang tetap terinfeksi dan antibodi HIV dapat dideteksi di dalam darah, sehingga tes antibodi akan menunjukkan hasil positif.Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa HIV tidak dalam masa dorman selama stadium ini, melainkan sangat aktif di kelenjar limfa. Ada sebuah tes untuk mengukur sejumlah kecil virus yang lolos dari kelenjar limfa. Tes yang mengukur HIV RNA ini merupakan suatu tes viral load. Tes ini memiliki peran penting dalam pengobatan infeksi HIV.

Stadium 3: Infeksi HIV Simtomatik (CD4 = 100 500 /ml)Pada stadium ini terjadi penurunan CD4 yang progresif. Terjadi penyakit-penyakit infeksi kronis tapi tidak mengancam kehidupan.Seiring dengan berjalannya waktu sistem imun menjadi sangat rusak oleh HIV. Hal ini disebabkan oleh tiga alasan utama: Kelenjar limfe dan jaringan menjadi rusak akibat aktivitas bertahun-tahun HIV bermutasi dan menjadi lebih patogen, dengan kata lain lebih kuat dan lebih bervariasi Tubuh gagal untuk mengganti sel-sel T penolong yang hilangKarena kegagalan sistem imun, gejala-gejala pun berkembang. Kebanyakan gejala-gejala tersebut tidak terlalu berat, tetapi karena sistem imun makin rusak, gejala-gejalanya pun semakin memburuk. Kehilangan berat badan yang parah tanpa alasan (>10% berat badan diperkirakan atau diukur) Diare kronis tanpa alasan yang berlangsung lebih dari 1 bulan Demam berkepanjangan tanpa alasan (di atas 37,5C, sementara atau terus-menerus, lebih dari 1 bulan) Kandidiasis mulut berkepanjanganOral hairy leukoplakia Tuberkulosis paruInfeksi bakteri yang berat (mis. pnemonia, empiema, piomiositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis atau bakteremia) Stomatitis, gingivitis atau periodontitis nekrotising berulkus yang akut Anemia ( 1 bulan, rinitis CMV, herpes simpleks mukokutan > 1 bulan, leukoenchephalopati multifokal progresif, mikosis diseminata kandidiasis, kandidiasis di esofagus, trakhea, bronkus, dan paru, tuberkulosis ekstra paru, limfoma, sarkoma kaposi dan enchephalopati HIV.

DiagnosisMenurut Barakbah et al (2007) karena banyak negara berkembang, yang belum memiliki fasilitas pemeriksaan serologi maupun antigen HIV yang memadai, maka WHO menetapkan kriteria diagnosis AIDS sebagai berikut: Definisi kasus AIDS dicurigai bila paling sedikit mempunyai 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan sistem imun lain yang diketahui, seperti kanker, malnutrisis berat atau sebab-sebab lainnya. Gejala Mayor - Penurunan berat badan > 10% berat badan per bulan. - Diare kronis lebih dari 1 bulan - Demam lebih dari 1 bulan.Gejala Minor - Batuk selama lebih dari 1 bulan. - Pruritus dermatitis menyeluruh. - Infeksi umum yang rekuren, misalnya herpes zoster. - Kandidiasis orofaringeal. - Infeksi herpes simpleks kronis progresif atau yang meluas. - Limfadenopati generalisata.Adanya Sarkoma Kaposi meluas atau meningitis cryptococcal sudah cukup untuk menegakkan AIDS.Secara umum diagnosis HIV/AIDS terbagi atas dua, yaitu diagnosis dini infeksi HIV dan diagnosis HIV menjadi AIDS. Keduanya akan dijelaskan sebagai berikut:I. Diagnosis Dini Infeksi HIVTujuan deteksi dini HIV pada dasarnya adalah: sebagai intervensi pengobatan fase infeksi asimtomatik dapat diperpanjang untuk menghambat perjalanan penyakit ke arah AIDS.

Diagnosis dan pemeriksaan Lab untuk HIV/AIDS dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:Langsung: biakan virus dari darah, isolasi virus dari sample, umumnya menggunakan mikroskop elektron dan deteksi gen virus. Yang paling sering digunakan adalah PCR (Polymerase Chain Reaction).Tidak Langsung: dengan melihat respons zat anti yang spesifik, misalnya dengan tes ELISA, Western Blot, Immunofluoren Assay (IFA), dan Radio Immunoprecipitation Assay (RIPA)Berikut ini pemeriksaan/tes yang dilakukan:1. Biakan HIV dari darahDi awal epidemi HIV, biakan HIV dalam darah dipakai untuk: mendeteksi infeksi HIV untuk mengukur jumlah virus dalam darah secara langsung untuk mendiagnosis bayi sebagai cara untuk menentukan tingkat keparahan infeksi dan tanggapan selanjutnya terhadap pengobatan pada orang dewasa dan anak. Walaupun tes ini sensitif dan spesifik, serta dapat dipakai untuk menghitung viral load pasien, metode ini belum pernah dipakai secara skala besar untuk mendiagnosis karena teknik tes yang rumit dan membutuhkan reagen dan peralatan yang mahal, waktu tes laboratorium yang lama, dan banyak darah. 2. Tes antigen P24Sebelum pengembangan teknik viral load DNA dan reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) untuk mendiagnosis infeksi HIV dan menghitung viral load, tes antigen HIV p24 dipakai untuk menghitung viral load. HIV p24 adalah protein yang diproduksi oleh replikasi HIV yang terjadi dalam darah Odha dengan jumlah yang berbeda-beda. Karena HIV p24 adalah protein imunogenik, orang yang terinfeksi HIV juga membentuk antibodi terhadap p24. Berbagai penelitian menemukan bahwa tes antigen p24 ultrasensitif mampu mendeteksi infeksi HIV pada bayi di atas usia enam minggu secara pasti dengan spesifisitas dan sensitivitas serupa dengan tes DNA HIV PCR dan viral load HIV. Tes tersebut tepat pada banyak subtipe HIV dan lebih mudah dilakukan dibandingkan tes virologi lain. 3. Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)/EIA (Enzyme Immunosorbent Assay)ELISA dari berbagai macam kit yang ada di pasaran mempunyai cara kerja hampir sama. Pada dasarnya, diambil virus HIV yang ditumbuhkan pada biakan sel, kemudian dirusak dan dilekatkan pada biji-biji polistiren atau sumur microplate. Serum atau plasma yang akan diperiksa, diinkubasikan dengan antigen tersebut selama 30 menit sampai 2 jam kemudian dicuci. Bila terdapat IgG (immunoglobulin G) yang menempel pada biji-biji atau sumur microplate tadi maka akan terjadi reaksi pengikatan antigen dan antibodi. Antibodi anti-IgG tersebut terlebih dulu sudah diberi label dengan enzim (alkali fosfatase, horseradish peroxidase) sehingga setelah kelebihan enzim dicuci habis maka enzim yang tinggal akan bereaksi sesuai dengan kadar IgG yang ada, kemudian akan berwarna bila ditambah dengan suatu substrat. Pemeriksaan ELISA hanya menunjukkan suatu infeksi HIV di masa lampau. Tes ELISA mulai menunjukkan hasil positif pada bulan ke 2-3 masa sakit. Selama fase permulaan penyakit (fase akut) dalam darah penderita dapat ditemukan virus HIV/partikel HIV dan penurunan jumlah sel T4. Setelah beberapa hari terkena infeksi AIDS, IgM dapat dideteksi, kemudian setelah 3 bulan IgG mulai ditemukan. Pada fase berikutnya yaitu pada waktu gejala major AIDS menghilang (karena sebagian besar HIV telah masuk ke dalam sel tubuh). HIV sudah tidak dapat ditemukan lagi dari peredaran darah dan jumlah Sel T4 akan kembali ke normal. Hasil pemeriksan ELISA harus diinterpretasi dengan hati-hati karena tergantung dari fase penyakit. Umumnya hasil akan positif pada fase dimana timbul gejala pertama AIDS (AIDS phase) dan sebagian kecil akan negatif pada fase dini AIDS (Pre AIDS phase).

Kendala path test ELISA yang perlu diperhatikan adalah : Pemeriksaan ELISA hanya mendeteksi antibodi, bukan antigen (akhir-akhir ini sudah ditemukan test ELISA untuk antigen). Oleh karena itu test uji baru akan positif bila penderita telah mengalami serokonversi yang lamanya 2-3 bulan sejak terinfeksi HIV, bahkan ada yang 5 bulan atau lebih (pada keadaan immunocompromised). Kasus dengan infeksi HIV laten dapat temp negatif selama 34 bulan. Pemeriksaan ELISA hanya terhadap antigen jenis IgG. Penderita AIDS pada taraf permulaan hanya mengandung IgM, sehingga tidak akan terdeteksi. Perubahan dari IgM ke IgG membutuhkan waktu sampai 41 minggu. Pada umumnya pemeriksaan ELISA ditujukan untuk HIV1. Bila test ini digunakan pada penderita HIV-2, nilai positifnya hanya 24%. Tetapi HIV2 paling banyak ditemukan hanya di Afrika. Masalah false positive pada test ELISA. Hasil ini sering ditemukan pada keadaan positif lemah, jarang ditemukan pada positif kuat. Hal ini disebabkan karena morfologi HIV hasil biakan jaringan yang digunakan dalam test kemurniannya ber-beda dengan HIV di alam. Oleh karena itu test ELISA harus dikorfirmasi dengan test lain, setelah dilakukan 2-3x pengulangan tes ELISA selanjutnya dikonfirmasi dengan test lain. Tes ELISA mempunyai sensitifitas dan spesifisitas cukup tinggi walaupun hasil negatif disini tidak dapat menjamin bahwa seseorang bebas 100% dari HIV 1 terutama pada kelompok resiko tinggi.4. Pemeriksaan Western BlotWestern Blot adalah sebuah metode untuk mendeteksi protein pada sampel jaringan. Imunoblot menggunakan elektroforesis gel untuk memisahkan protein asli atau perubahan oleh jarak polipeptida atau oleh struktur 3-D protein. Protein tersebut dikirim ke membran, di mana mereka dideteksi menggunakan antibodi untuk menargetkan protein.Pemeriksaan Western Blot cukup sulit, mahal, interpretasinya membutuhkan pengalaman dan lama pemeriksaan sekitar 24 jam. Cara kerja test Western Blot yaitu dengan meletakkan HIV murni pada polyacrylamide gel yang diberi arus elektroforesis sehingga terurai menurut berat protein yang berbeda-beda, kemudian dipindahkan ke nitrocellulose. Nitrocellulose ini diinkubasikan dengan serum penderita. Antibodi HIV dideteksi dengan memberikan antlbodi anti-human yang sudah dikonjugasi dengan enzim yang menghasilkan wama bila diberi suatu substrat. 5. PCR (Polymerase Chain Reaction)PCR adalah cara in vitro untuk memperbanyak target sekuen spesifik DNA untuk analisis cepat atau karakterisasi, walaupun material yang digunakan pada awal pemeriksaan sangat sedikit. Pada dasarnya PCR meliputi tiga perlakuan yaitu: denaturisasi, hibridisasi dari "primer" sekuen DNA pada bagian tertentu yang diinginkan, diikuti dengan perbanyakan bagian tersebut oleh Tag polymerase, kemudian dikerjakan dengan mengadakan campuran reaksi dalam tabung mikro yang kemudian diletakkan pada blok pemanas yang telah diprogram pada seri temperatur yang diinginkan.Target mula-mula didenaturisasi pada suhu 9095C dan didinginkan antara 3750C untuk membiarkan annealing spesifik antara primer dan target DNA. Ini membuat cetakan untuk enzym Tag polimerase yang pada suhu 6772C mengkopi masing-masing rantai. Setiap produk akan terdiri dari sekuen yang saling melengkapi 1 dari 2 primer dan akan menguatkan dalam lingkaran sintesis berikut. Salah satu hambatan dalam diagnosis PCR adalah adanya false negative. Hart dkk (1988) menemukan 1 dari 21 spesimen seropositif adalah negatif untuk HIV melalui analisis PCR dari DNA dan RNA. Ou dkk (1988) menemukan 6 dari 11 spesimen seropositif adalah negatif untuk HIV dengan PCR. Penggunaan lebih dari 1 pasang primer merupakan cara untuk menghindari hasil false negative yang dianjurkan oleh peneliti berikutnya, juga Laure dkk (1988).Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibodi maternal masih ada pada bayi dan menghambat pemeriksaan secara serologis maupun status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok risiko tinggi dan sebagai tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA rendah untuk HIV-2 (Kresno, 2001).

Pemeriksaan CD4 dilakukan dengan melakukan imunophenotyping yaitu dengan flow cytometry dan cell sorter. Prinsip flowcytometry dan cell sorting (fluorescence activated cell sorter, FAST) adalah menggabungkan kemampuan alat untuk mengidentifasi karakteristik permukaan setiap sel dengan kemampuan memisahkan sel-sel yang berada dalam suatu suspensi menurut karakteristik masing-masing secara otomatis melalui suatu celah, yang ditembus oleh seberkas sinar laser. Setiap sel yang melewati berkas sinar laser menimbulkan sinyal elektronik yang dicatat oleh instrumen sebagai karakteristik sel bersangkutan. Setiap karakteristik molekul pada permukaan sel manapun yang terdapat di dalam sel dapat diidentifikasi dengan menggunakan satu atau lebih probe yang sesuai. Dengan demikian, alat itu dapat mengidentifikasi setiap jenis dan aktivitas sel dan menghitung jumlah masing-masing dalam suatu populasi campuran (Kresno, 2001). Menurut Kresno (2001) aplikasi FACS banyak sekali, diantaranya adalah: 1. analisis dan pemisahan subpopulasi limfosit dengan menggunakan antibodi monoklonal terhadap antigen permukaan (CD) yang dilabel dengan zat warna fluorokrom. 2. pemisahan limfosit yang memproduksi berbagai kelas imunoglobulin dengan menggunakan antibodi monoklonal terhadap kelas dan subkelas Ig spesifik dan tipe L-chain. 3. memisahkan sel hidup dari sel mati. 4. analisis kinetik atau siklus sel dan kandungan DNA atau RNA. 5. analisis fungsi atau aktivasi sel dengan mengukur produk yang disintesis oleh sel setelah distimulasi. Selain uji fungsi limfosit, uji fungsi fagositosis juga dapat dilakukan dengan menggunakan flowcytometry.

II. Diagnosis HIV menjadi AIDSAIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukan infeksi-infeksi dan kanker oportuniostik yang mengancam jiwa penderita. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC 1993, juga temasuk : ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan dengan AIDS dan hitungan CD4