TB Dr. Firdaus Fix

27
BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta TB pada infeksi HIV. Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB pada anak seringkali tidak khas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak hal ini sulit didapatkan, sekalipun spesimen dapat diperoleh pada pemeriksaan mikrobiologik, mikroorganisme penyebab jarang ditemukan pada sediaan langsung dan kultur. Di negara berkembang, dengan fasilitas tes mantoux dan foto rontgen paru yang masih kurang, diagnosis TB anak menjadi lebih sulit. 1 Fakta menunjukkan bahwa TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, antara lain: 2 1. Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. 2. Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan

description

refrat

Transcript of TB Dr. Firdaus Fix

Page 1: TB Dr. Firdaus Fix

BAB IPENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan

orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah

diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta TB pada infeksi HIV. Berbeda dengan

TB dewasa, gejala TB pada anak seringkali tidak khas. Diagnosis pasti ditegakkan

dengan menemukan kuman TB. Pada anak hal ini sulit didapatkan, sekalipun

spesimen dapat diperoleh pada pemeriksaan mikrobiologik, mikroorganisme

penyebab jarang ditemukan pada sediaan langsung dan kultur. Di negara

berkembang, dengan fasilitas tes mantoux dan foto rontgen paru yang masih

kurang, diagnosis TB anak menjadi lebih sulit.1

Fakta menunjukkan bahwa TB masih merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat Indonesia, antara lain:2

1. Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia

setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar

10% dari total jumlah pasien TB di dunia.

2. Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan

bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua

kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi.

3. Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa

angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk.

Secara Regional Insiden TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3

wilayah, yaitu:

a. Wilayah Sumatera angka insiden TB adalah 160 per 100.000 penduduk.

b. Wilayah Jawa angka insiden TB adalah 107 per 100.000 penduduk.

c. Wilayah Indonesia Timur angka insiden TB adalah 210 per 100.000

penduduk.

Page 2: TB Dr. Firdaus Fix

d. Khusus untuk Poliklinik RSUD Jendrah Ahmad Yani Kota Metro Provinsi

Lampung tahun 2012, kasus TB paru pada anak merupakan kasus dengan

jumlah pasien terbanyak.

4. Berdasarkan hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan

insiden TB Basil Tahan Asam (BTA) positif secara Nasional 2-3 % setiap

tahunnya. Sampai tahun 2005, program Penanggulangan TB dengan Strategi

DOTS menjangkau 98% Puskesmas, sementara rumah sakit dan Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)/ Balai Kesehatan Paru Masyarakat

(BKPM)/ Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru/ Rumah Sakit Paru (RSP)

baru sekitar 30%.

Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB

anak pertahun adalah 5% sampai 6% dari seluruh kasus TB. Tuberkulosis pada

anak berusia kurang dari 15 tahun di negara berkembang adalah sebesar 15% dari

seluruh kasus TB, sedangkan di negara maju sekitar 5-7%. Di Indonesia, 10% dari

seluruh kasus terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun. Jumlah seluruh kasus TB

anak dari 7 Rumah Sakit Pusat Pendidikan di Indonesia selama 5 tahun (1998-

2002) adalah 1086 penderita dengan angka kematian antara 0% sampai 14.1%.

Kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42.9%) sedangkan untuk bayi (usia

kurang 12 bulan) sebanyak 16.5%.1

Page 3: TB Dr. Firdaus Fix

BAB IIISI

A. DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru,

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.2

B. EPIDEMIOLOGI

Akhir tahun 1990-an, World Health Organization memperkirakan bahwa

sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M.

tuberculosis, dengan angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Latin.

Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya

di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap

merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik

di negara berkembang maupun di negara maju.

Menurut WHO (1994), Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam jumlah

kasus baru TB (0,4 juta kasus baru), setelah India (2,1 juta kasus) dan Cina

(1,1 juta kasus). Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak berusia <

15 tahun.

C. FAKTOR RESIKO

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun

timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi

faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit

(resiko penyakit).

Page 4: TB Dr. Firdaus Fix

1. Resiko infeksi TB

Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan

dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah

endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi

yang tidak membaik), tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara

atau panti perawatan lain) yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif.

Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih

tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif,

infiltrat luas atau kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan

encer, batuk produktif dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang

kurang sehat terutama sirkulasi udara yang kurang baik. Pasien TB anak

jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di

sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di

dalam sekret endobronkial pasien anak. Hal tersebut karena:

a. Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi

karena imunitas anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut

sudah mampu menyebabkan sakit.

b. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit TB

primer biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus,

sehingga tidak terjadi produksi sputum.

c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya

reseptor batuk di daerah parenkim menyebabkan jarangnya gejala

batuk pada TB anak.

2. Resiko sakit TB

Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan

berkembangnya infeksi TB menjadi sakit TB.

a. Usia

Anak berusia ≤ 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami

progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum

berkembang sempurna (imatur). Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan

Page 5: TB Dr. Firdaus Fix

berkurang secara bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak

berusia < 5 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami TB

diseminata (seperti TB milier dan meningitis TB). Pada bayi, rentang

waktu antara terjadinya infeksi dan timbulnya sakit TB singkat

(kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejala yang akut.

b. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin

(dari negatif menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir.

c. Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang

kurang, pengangguran, pendidikan yang rendah.

d. Faktor lain yaitu malnutrisi, imunokompromais (misalnya pada

infeksi HIV, keganasan, transplantasi organ dan pengobatan

imunosupresi).

Virulensi dari M. Tuberculosis dan dosis infeksinya.

D. PATOGENESIS

Penularan kuman terjadi melalui udara. Hal ini disebabkan kuman dibatukkan

atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi

ini dapat menetap 1 – 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet,

ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap

kuman dapat bertahan berhari – hari sampai berbulan – bulan. Ia akan

menempel pada jalan nafas atau paru – paru. Partikel dapat masuk ke alveolar

bila ukuran partikel < 5 mikro.

Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam droplet nuclei yang

terhirup setelah melewati barier mukosa basil TB akan mencapai alveolus.

Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh

mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respon imunologis

spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat

dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman,

makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar

dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat

dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag,dan akhirnya

Page 6: TB Dr. Firdaus Fix

menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di

tempat tersebut yang dinamakan fokus ghon (fokus primer). Melalui saluran

limfe kuman akan menyebar menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar

limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini

menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di

kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di bawah

atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahiler,

sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah

kelnjar para trakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan

limfadenitis dinamakan kompleks primer.

Masa inkubasi (waktu antara masuknya kuman dengan terbentuknya komplek

primer secara lengkap) bervariasi antara 4-8 minggu. Pada saat terbentuknya

komplek primer inilah, infeksi TB primer terjadi. Hal tersebut ditandai oleh

terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yaitu timbulnya

respon positif terhadap uji tuberkulin. Setelah imunitas seluler terbentuk,

fokus primer di jaringan paru dapat mengalami salah satu hal sebagai berikut,

mengalami resolusi secara sempurna, atau membentuk fibrosis atau

kalsifikasi setelah mengalami nekrosis pengkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar

limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi

penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru.

Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam

kelenjar ini. Komplek primer dapat juga mengalami komplikasi yang

disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di

paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis dan pleuritis fokal. Jika

terjadi nekrosis pengkejuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan

keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru

(kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran

normal saat awal infeksi akan membesar karena reaksi inflamasi yang

berlanjut, sehingga bronkus dapat terganggu yaitu obstruksi parsial pada

bronkus akibat tekanan eksternal yang akan menimbulkan hiperinflasi di

Page 7: TB Dr. Firdaus Fix

segmen distal paru. Dapat juga terjadi obstruksi total yang menyebabkan

atelektasis.

Selama masa inkubasi sebelum terbentuknya imunitas seluler dapat terjadi

penyebaran secara hematogen dan limfogen. Pada penyebaran limfogen

kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk komplek primer.

Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk kedalam sirkulasi

darah dan menyebar ke seluruh tubuh dan disebut penyakit sistemik.

Penyebaran hematogen sering tersamar (occult hematogenic spread) sehingga

tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai

berbagai organ di seluruh tubuh dan biasanya yang dituju adalah organ yang

mempunyai vaskularisasi baik terutama apek paru atau lobus atas paru. Di

berbagai lokasi tersebut kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni

kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi

pertumbuhannya, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman dan bisa terjadi

reaktivasi jika daya tahan tubuh pejamu turun.

Page 8: TB Dr. Firdaus Fix

Catatan:

1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult

hematogenic spread). Kuman TB kemudian membuat focus koloni di

berbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi

mengalami reaktivasi di kemudian hari.

2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), lirntangitis (2), dan

limladenitis regional (3).

3. TB primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran

hematogen, terbentuknya kompleks primer dan imunitas selular spesifik,

hingga pasien mengalami infeksi TB dan dapat menjadi sakit TB primer.

4. Sakit TB pada keadaan ini disebut TB pascaprimer karena mekanismenya

bisa melalui proses reaktivasi fokus lama TB (endogen) atau reinfeksi

(infeksi sekunder dan seterusnya) oleh kuman TB dari luar (eksogen).

Perjalanan penyakit tuberculosis primer:

Page 9: TB Dr. Firdaus Fix

Tuberkulosis milier, TB pleura, dan meningitis TB dapat terjadi setiap saat

tetapi biasanya berlangsung dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB.

Tuberkulosis sistem skeletal dapat terjadi pada tahun pertama, kedua, dan

ketiga. Tuberkulosis ginjal terjadi lebih lama yakni 5-25 tahun setelah infeksi

primer dan 90% kematian TB terjadi pada tahun pertama setelah diagnosis

TB.

E. DIAGNOSIS

Diagnosis TB pada anak umumnya sulit ditegakkan, sehingga sering terjadi

misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Oleh karena itu

Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman

Nasional TB Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu

sistem pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis.

Dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien

dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana

sebagai pasien TB dan mendapat OAT (obat anti TB). Bila skor kurang dari 6

tetapi secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan

pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung,

patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi,

funduskopi, CTScan, dan lain lainnya.

Page 10: TB Dr. Firdaus Fix

Catatan :

- Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

- Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk

kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.

- Jika dijumpai skrofuloderma** (TB pada kelenjar dan kulit), pasien

dapat langsung didiagnosis TB.

- Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).--> lampirkan

tabel badan badan.

- Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak

- Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari

setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.

- Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 13)

Page 11: TB Dr. Firdaus Fix

- Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi

lebih lanjut.

*Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik

lainnya seperti asma, sinusitis, refluks gastroesofageal dan lainnya.

** Skrofuloderma adalah suatu bentuk reaktivasi infeksi TB, diawali oleh

suatu limfadenitis atau osteomielitis yang membentuk abses dingin dan

melibatkan kulit di atasnya, kemudian pecah, dan membentuk sinus di

permukaan kulit. Skrofuloderma ditandai oleh massa yang padat atau

fluktuatif, sinus yang mengeluarkan cairan, ulkus dengan dasar bergranulasi

dan tidak beraturan serta tepi bergaung, serta sikatriks yang menyerupai

jembatan. Biasanya ditemukan di daerah leher atau wajah, tetapi dapat juga

dijumpai di ekstremitas atau trunkus.

Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini:

Tanda bahaya:

- kejang, kaku kuduk

- penurunan kesadaran

- kegawatan lain, misalnya sesak napas

- Foto toraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura

- Gibbus, koksitis

Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber

penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB. Sumber penularan

adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak

tersebut. Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan

radiologis dan BTA sputum (pelacakan sentripetal).

Bila telah ditemukan sumbernya, perlu pula dilakukan pelacakan sentrifugal,

yaitu mencari anak lain di sekitarnya yang mungkin juga tertular, dengan cara

uji tuberkulin. Sebaliknya, jika ditemukan pasien TB dewasa aktif, maka anak

di sekitarnya atau yang kontak erat harus ditelusuri ada atau tidaknya infeksi

Page 12: TB Dr. Firdaus Fix

TB (pelacakan sentrifugal). Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara

anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yaitu uji

tuberkulin.

F. PENATALAKSANAAN

Alur tatalaksana pasien TB anak pada sarana pelayanan kesehatan dasar :

Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dihentikan dengan melakukan

evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain. Bila dijumpai

perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologis tidak

menunjukkan perubahan yang berarti, maka pengobatan dihentikan.

OAT Kategori Anak

Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan

dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap

intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan dengan berat

badan anak.

Page 13: TB Dr. Firdaus Fix

Dosis OAT KDT anak

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT pada anak : 2(RHZ)/4(RH)

Dosis OAT Kombipak anak

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak pada anak: 2RHZ/4RH

Keterangan:

- Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit

- Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.

- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah

- OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau

digerus sesaat sebelum diminum.

Page 14: TB Dr. Firdaus Fix

Dosis Harian dan Maksimal Pada Anak

* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh

melebihi 10 mg/kgBB/hari.

** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena

dapat menganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorpsi dengan

baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum

makan).

Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak

Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat

dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan

menggunakan sistem skoring. Bila hasil evaluasi dengan skoring sistem

didapat skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan

dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum pernah

mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan

pencegahan selesai.

Page 15: TB Dr. Firdaus Fix

Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan

dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak

secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis

dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak

digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik pada

TB.

Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen

sebanyak dua kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif

bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif atau

keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.

Page 16: TB Dr. Firdaus Fix
Page 17: TB Dr. Firdaus Fix

Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur

Keterangan :

*) Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1-2 bulan dan lama

pengobatan sebelumnya kurang dari 5 bulan: lanjutkan pengobatan dulu

sampai seluruh dosis selesai dan 1 bulan sebelum akhir pengobatan harus

diperiksa dahak.

Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif

a. Sembuh

Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada Akhir

Pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow-up sebelumnya

negatif.

Page 18: TB Dr. Firdaus Fix

b. Pengobatan Lengkap

Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap

tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.

c. Meninggal

Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab

apapun.

d. Pindah

Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang

lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

e. Default (Putus berobat)

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatannya selesai.

f. Gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

G. PROGNOSIS

Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lama setelah

mendapat infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi

keluarga, diagnosa dini, pengobatan adekuat, kepatuhan minum obat, dan

adanya infeksi lain seperti morbilli, pertusis, diare yang berulang dan lain –

lain.

Page 19: TB Dr. Firdaus Fix

BAB IIIPENUTUP

Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium Tuberculosis.

2. Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun

timbulnya penyakit TB pada anak yang dibagi menjadi faktor resiko infeksi

dan faktor progresi infeksi.

3. Diagnosis TB pada anak umumnya sulit ditegakkan, sehingga sering terjadi

misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Oleh karena itu

Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman

Nasional TB Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu

sistem pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis.

4. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan

dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap

intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan dengan berat

badan anak.

5. Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif terdiri dari : sembuh, pengobatan

lengkap, meninggal, pindah, default (putus berobat), dan pengobatan gagal.

6. Prognosis dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lama

setelah mendapat infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi

keluarga, diagnosa dini, pengobatan adekuat, kepatuhan minum obat, dan

adanya infeksi lain seperti morbilli, pertusis, diare yang berulang dan lain –

lain.

Page 20: TB Dr. Firdaus Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI. 2008. Diagnosis & Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

2. Kementerian Kesehatan. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/Sk/V/2009 Tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (Tb). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

3. UKK Pulmonologi PP IDAI. 2005. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta: IDAI.