TB Dalam Keluarga 26
-
Upload
nurfaiqahabdulrahman -
Category
Documents
-
view
112 -
download
1
Transcript of TB Dalam Keluarga 26
TBC dalam Keluarga
Nur Atiqah binti Nordin
NIM: 102009291
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,
Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Latar belakang
Penyakit tuberculosis (TB) adalah penyakit kronis yang menular yang masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. World Health Organization
(WHO) dalam Annual report on global TB control 2003 menyatakan terdapat 22 negara
dikategorikan sebagai high-burden countries terhada TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga
setelah India dan China dalam menyumbang kepada populasi TB dunia. Menurut WHO estimasi
incidence rate untuk pemeriksaan dahak didapatkan basil tahan asam (BTA) postitif adalah 115
per 100.000.1
Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB
seluruh dunia. Diperkirakan 95% kasuu TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada
Negara-negara berkembang. Menurut WHO dalam laporan Global Tuberculosis Control 2009,
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 1
terdapat lebih dari 500.000 kasus TB di Indonesia yang resisten terhadap berbagai jenis obat
(Multidrug-resistance TB/TB-MDR) dan hanya 1% dari populasi kasus TB-MDR sedunia
menerima pengobatan yang sesuai.
Sejak tahun 2000, Indonesia telah berhasil mencapai dan mempertahankan angka
kesembuhan sesuai target global, yaitu minimal 85%. Keberhasilan pengobatan TB dengan
DOTS pada tahun 2004 adalah 83% dan meningkat menjadi 91% pada tahun 2005 (Depkes RI).
Insidensi kasus BTA posotif tahun 2006 diperkirakan 105 kasus baru per 100 000 penduduk
dengan 24 000 kasus baru setiap tahun, dan prevalensi 578 000 kasus. Pada tahun 2006, angka
kematian akibat TB di Indonesia adalag 88 000 orang per tahun. Berdasar informasi dari fasilitas
kesehatan diperkirakan angka kesembuhan 87%. Case Detection Rate (CDR) 69%, yaitu 1% dari
target 70%.2
Hasil penelitian di DKI Jakarta pada tahun 2001 menunjukan angka prevalensi TB paru
BTA positif adalah 114 per 100 000 penduduk, proporsi subjek sebesar 14 per 1000 penduduk.
Beberapa penelitian di puskesmas kecamatan dan kelurahan menunjukkan peningkatan angka
kesembuhan dan angka konversi kuman, namun angka lali berobat masih cukup tinggi. Pada fase
awal pederita lalai berobat di puskesmas kecamatan 22,1% dan kelurahan 25,3%, sedangkan
pada fase akhir pengobatan, pederita lalai pengobatan di puskesmas kecamatan meningkat
menjadi 94,9% dan di puskesmas kelurahan meningkat menjadi 96,3%.1
Tujuan
Makalah yang berjudul “ TBC dalam keluarga ” ini bertujuan untuk mengetahui pemeriksaan
terhadap pasien suspek menderita , diagnosis penyakit, etiologi, epidemiologi dan faktor resiko,
patofisiologi, komplikasi, terapi/ penatalaksanaan, pencegahan dan prognosis terhadap penyakit
ini. Di samping memahami metode menyingkirkan penyakit- penyakit dalam diagnosis banding
serta mempelajari kesemua penyakit tersebut.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 2
PEMBAHASAN
1. Epidemiologi
Organisasi kesehatan sedunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia
terinfeksi dengan Mycobacterium.tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara,
China, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi
yang mengalami stress nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan tidak cukup, dan
perpindahan tempat. Sepuluh sampai dua puluh juta orang yang hidup di Amerika Serikat
mengandung basil tuberkel.
Frekuensi kasus tuberkulosis turun selama setengah abad pertama jauh sebelum
penemuan obat – obat anti tuberkulosis sebagai akibat perbaikan kondisi kehidupan.
Insidensi di Amerika Serikat mulai naik pada tahun 1985. Kebanyakan orang di Negara
maju tetap beresiko rendah untuk tuberkulosis kecuali untuk kelompok – kelompok
tertentu yang sangat terbatas. Kota – kota yang dengan populasi lebih besar dari 250.000
merupakan 18 % populasi Amerika Serikat tetapi ada lebih dari 45 % kasus tuberkulosis.
Pada setiap umur, frekuensi tuberkulosis sangat lebih tinggi pada individu kulit berwarna.
Genetik mungkin memainkan peran kecil, tetapi faktor – faktor lingkungan seperti status
sosio – ekonomi jelas memainkan peran besar pada insiden.2
Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada orang laki – laki, tetapi ada
sedikit dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak. Frekuensi tuberkulosis tertinggi
pada orang tua populasi kulit putih di Amerika Serikat; individu – individu ini mendapat
infeksi beberapa dekade yang lalu. Sebaliknya pada populasi kulit berwarna tuberkulosis
paling sering pada orang dewasa muda dan anak – anak umur kurang dari 5 tahun.
Kisaran umur 5 – 14 tahun sering disebut “umur kesayangan” karena pada semua
populasi manusia kelompok ini mempunyai frekuensi penyakit tuberkulosis yang
terendah.
Di Amerika Serikat kebanyakan anak terinfeksi dengan M.tuberculosis di
rumahnya oleh seseorang yang dekat padanya, tetapi wabah tuberkulosis anak juga terjadi
pada sekolah –sekolah dasar dan tinggi, sekolah perawat, pusat perawatan anak, rumah,
gereja, bus sekolah dan tim olahraga. Orang dewasa yang terinfeksi virus defisiensi imun
manusia ( HIV ) dengan tuberkulosis dapat menularkan M.tuberculosis ke anak, beberapa
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 3
darinya berkembang penyakit tuberkulosis, dan anak dengan infeksi HIV bertambah
resiko berkembang tuberkulosis sesudah infeksi.3
Insidens tuberkulosis resisten obat telah bertambah secara dramatis. Di Amerika
Serikat, sekitar 14 % isolate M.tuberculosis resisten terhadap sekurang – kurangnya satu
obat, sementara 3 % resisten terhadap isoniazid maupun rifampicin. Namun di beberapa
negara frekuensi resisten obat bekisar dari 20 % sampai 50 %. Alasan utama terjadinya
resisten obat adalah kesetiaan penderita yang buruk pada pengobatan dan peresepan
regimen obat yang tidak adekuat oleh dokter.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa
yang juga dapat menjadi sumber infeksi. Menurut penyelidikan WHO dan Unicef di
daerah Yogyakarta 0.6 % penduduk menderita tuberkulosis dengan basil tuberkulosis
positif dalam dahaknya, dengan perbedaan prevalensi antara di kota dengan di desa
masing –masing 0.5 – 0.85 % dan 0.3 – 0.4 %. Uji tuberkulin (uji Mantoux ) pada 50 %
penduduk menunjukan hasil positif dengan hasil terbanyak pada usia 15 tahun ke atas.
Di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah eradikasi
malaria, merupakan penyakit nomor satu dan sebagai penyebab kematian nomor tiga.1
Interaksi host, agent dan lingkungan
Dewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala, pengobatan dan pencegahan
TBC sebagai suatu penyakit infeksi menular terus berkembang. Sejalan dengan itu, maka
perlu dipelajari faktor-faktor penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan
perjalanan alamiah.
Gambar 1. Trias epidemiologi TB.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 4
1. Periode Prepatogenesis
a. Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan
kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka
waktu yang lama. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal
sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan
daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya
merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen,
sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru. Umumnya sumber
infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya
bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang
terjadi.4
b. Faktor Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang
besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola
sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.
Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran
sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang
mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan
ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi
komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan
tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan
pencetus peningkatan epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud
kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah
berbahaya.3,4
c. Faktor Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak
kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua
penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan
pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 5
sedang pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda,
walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan
grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan
tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi
memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang
disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara
familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi
keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam
keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC,
sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan secara
umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga
berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan
beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.4
2. Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)
Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan
pencernaan Host. Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta, kemudian
berdormansi sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis.
Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan
Lingkungan.2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 6
Gambar 2. Perjalanan penyakit TB.
Tuberkulosis pada anak
Cara penularan TBC pada anak:
Dari batuk orang dewasa. Saat seorang dewasa batuk, sejumlah tetesan cairan (ludah)
tersembur ke udara. Bila orang tersebut menderita tuberkulosis paru, banyak tetesan
tersebut akan mengandung kuman.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 7
Dari makanan atau susu. Anak-anak bisa mendapat TB dari susu atau makanan , dan
infeksi bisa mulai pada mulut atau usus. Susu dapat mengandung TB dari sapi (bovine
TB) ,bila sapi yang menderita TB dan susu tidak direbus sebelum diminum.
Melalui kulit. Kulit yang utuh rupanya tahan terhadap TB yang jatuh di atas
permukaannya. Namun, bila terdapat luka atau goresan baru, TB dapat masuk dan
menyebabkan infeksi yang serupa dengan ditemukan pada paru.
Tuberkulosis pada dewasa
Pada orang dewasa, Tuberkulosis paru dapat berkembang dari:
Progresi dari suatu infeksi paru primer pada seseorang yang belum pernah terinfeksi
sebelumnya (tadinya tuberkulin negatif)
Progresi lesi paru berasal dari kuman melalui aliran darah, yang biasanya terjadi sesudah
lesi primer.
Reaktivasi dari lesi primer lama
Reaktivasi dari lesi pasca-primer lama yang untuk sebagian sudah sembuh.5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 8
Gambar 3. Cara penularan TB.
Faktor penghambat dalam pemberantasan TB
1. Sosial Ekonomi
- Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas mengakibatkan daya tahan tubuh
anak turun dan mudah terjadi infeksi
- Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama.
2. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya “over crowded”
3. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai sifat dan cara
penularan TB
Perbedaan TB anak dan dewasa
a. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan
infra klavikuler
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 9
b. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran
kenlenjar limfe regional
c. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis
d. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang.2,3
2. Dokter keluarga
Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di
tingkat primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan
pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama di bawah naungan peraturan dan
perundangan. Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 menetapkan sembilan
karakteristik pelayanan primer yaitu: komprehensif dan holistik, kontinyu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, pasien sebagai bagian integral
keluarga, mempertimbangkan lingkungan (tempat tinggal dan kerja), menjunjung tinggi
etika dan hukum, sadar biaya dan sadar mutu, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.
Implementasi konsep primary health care dalam pelayanan kesehatan berbeda,
antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Indonesia contohnya,
sebagai salah satu negara berkembang, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat
dan pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan secara terpadu melalui
pelayanan kesehatan primer. Hal ini karena masalah kesehatan masyarakat Indonesia
masih dominan dan jumlah serta kategori petugas atau sarana kesehatan masih terbatas.
Sedangkan di negara-negara maju, pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan secara
terpisah dari pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelayanan dokter keluarga.
Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh petugas dan sarana kesehatan
masyarakat yang didirikan khusus untuk hal tersebut.6
Kompetensi Dokter Keluarga yang Diharapkan
Seorang dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih
dibandingkan seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Hal ini sangat perlu
ditekankan karena begitu banyak permasalahan kesehatan yang harus dibenahi.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 10
Mellinium Development Goals (MDG’s), target pencapaian derajat kesehatan yang lebih
baik, merupakan suatu program dibidang kesehatan yang dijalankan dalam rangka
perbaikan kualitas kesehatan masyarakat.
MDG’s yang ditargetkan pada tahun 2015 menuntut seorang dokter memiliki
kompetensi lebih dalam merealisasikan program tersebut. Dalam mewujudkan MDG’s
seorang tenaga medis diharapkan mampu mengobservasi, mendiagnosis, memberikan
terapi yang tepat, dan melakukan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit,
cedera, dan melahirkan. Program MDG’s yang dicanangkan oleh pemerintah ini juga
berkaitan dengan globalisasi kesehatan, di mana kesiapan dan kemantapan tenaga
kesehatan suatu negara akan menjadi sorotan publik di seluruh dunia. Globalisasi dunia
menuntut sorang dokter atau tenaga kesehatan untuk lebih maksimal dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Paradigma sehat yang lebih menekankan pada kualitas hidup dari pada sekedar
penyembuhan penyakit, membutuh tenaga kesehatan yang profesionalisme yang
diutamakan pada dokter pelayanan primer. Dokter pelayanan primer adalah dokter
keluarga yang memberikan pelayanan pertama secara berkesinambungan dan menyeluruh
kepada satu kesatuan individu, keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pendekatan dokter keluarga sebagai
primary health care merupakan suatu solusi dan jalan dalam mewujudkan kualitas
kesehatan individu dan masyarakat yang lebih baik.
Di sisi lain, pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum berkembang dengan baik dan
sebagaimana mestinya karena tidak ditopang oleh sistem pembiayaan kesehatan yang
sesuai. Diharapkan dengan adanya sistem pembiayaan ini, pelayanan dokter keluarga
dapat terselenggara dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Sistem pembiayaan
yang selama ini berlaku bukan fee for services, dalam arti kata, biaya pengobatan dibayar
bukan atas pelayanan yang diberikan oleh seorang dokter.
Selain itu, pengetahuan dan keterampilan dokter belum memuaskan, dimana
kompetensi yang dimiliki belum cukup untuk menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga. Dalam pelaksanaannya, dari seorang dokter keluarga memang dituntut banyak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 11
hal dalam memberikan pelayanan kesehatan. Standar dan kompetensi-kompetensi yang
telah ditetap harus dipenuhi sebagaimana mestinya. Mampu menjalin komunikasi yang
efektif, melakukan prosedur klinis dan kedaruratan klinis, mampu mengaplikasikan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, dapat memanfaatkan dan
mendayagunakan segala sumber yang ada di sekitar, mampu menggunakan sistem
teknologi dan informasi, belajar sepanjang hayat, dan memiliki sikap profesional dalam
keseharian adalah beberapa hal dari sekian banyak hal yang harus dimiliki, dikuasai, dan
dilaksanakan oleh seorang dokter keluarga.
Pedekatan yang dilakukan dalam mengupayakan pelayanan dokter keluarga
ditengah-tengah masyarakat hendaklah dilakukan secara berkesinambungan. Dengan
adanya peningkatan ke arah tersebut berarti penerapannya akan semakin mantap.
Walaupun masalah kesehatan di Indonesia masih dipengaruhi oleh berbagai tatanan dan
kondisi dari masyarakat dan negara ini sendiri, namun tidak menutup kemungkinan upaya
pemerintah dalam mengusahakan praktik layanan dokter keluarga dalam masyaraat akan
menjadi solusi dari masalah kesehatan yang ada di Indonesia.
Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care adalah sebuah cita-cita
yang akan menjadi sebuah perubahan besar di tengah kondisi kesehatan Indonesia yang
sangat memprihatinkan. Pendekatan ini mungkin akan menjadi solusi dalam memperbaiki
status kesehatan masyarakat yang masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan
beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu peringkat ke-111 dari 172 negara yang dinilai,
atau satu tingkat lebih baik dari Vietnam namun jauh tertinggal dari Malaysia, Thailand
dan Singapura. Tugas ini adalah PR untuk semua sektor yang terlibat dan terkait serta
masyarakat itu sendiri tentunya.5,6
3. PUSKESMAS
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja.
a) Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kebupaten/Kota (UPTD),
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 12
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta unjung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b) Pembangun kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kasadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c) Penanggungjawab penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelengaraan seleuruh upaya pembangunan kesehatan
di kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kebupaten/kota, sedangkan
puskesmasbertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh dina kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d) Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, mak tanggungjawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.7
Visi puskemas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
Sehat adalah gambaran masyrakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan dan bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Indicator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup
4 indikator utama yakni: lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 13
yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyrakat serta wilayah kecamatan
setempat.7
Misi puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mednukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
Puskesmas akan selalu menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sector termasuk oleh masyrakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya.
b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyrakat di wilayah
kerjanya
Puskesmas akan sellau berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya main berdaya di bidang kesehatan, melalui
peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup
sehat.
c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas akan selalu berupaya menyeleggarakan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan standard an memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga
dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyrakat.
d) Memlihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyrakat
berserta lingkungannya
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang tinggal di wilayah kerjanya,
tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi
kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 14
Tujuan puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
medukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yankni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2010.7
Fungsi puskemas
a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu, puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus
untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan keseharan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b) Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social
budaya masyarakat setempat.
c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara meneluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 15
Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pembanterasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.7
Program pokok puskesmas
1. Promosi Kesehatan (Promkes)
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Sosialisasi Program Kesehatan
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Epidemiologi
Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi
Menular Seksual), Rabies
3. Program Pengobatan :
Rawat Jalan Poli Umum
Rawat Jalan Poli Gigi
Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan
Unit Gawat Darurat (UGD)
Puskesmas Keliling (Puskel)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 16
4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),
Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun
5. Upaya Peningkatan Gizi
Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi
6. Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-
jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah
Survey Jentik Nyamuk
7. Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
B. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :
Program penunjang ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai
kemampuan sumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan pelayanan
1. Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan
2. Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan kasus
3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan, penjaringan
4. Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan, konseling
5. Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil
6. Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani.7
Dokter puskesmas
Dokter puskesmas merujuk pada dokter umum yang memimpin dan memberikan pelayanan
kesehatan dasar di sarana pelayanan kesehatan strata pertama. The five star Doctor adalah dokter
sebagai:
Care provider - Penyelengara pelayanan kesehatan
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan
sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas,
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 17
lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam
wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan
mempercayai.
Pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangungjawabkan
Decision maker - Pembuat keputusan
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien
sepenuhnya.
Membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
Communicator - Penghubung/penyampai pesan
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri.
Memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan
komunitasnya
Community leader - Pemimpin masyarakat
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan
nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama
masyarakat.
Menjadi panutan masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 18
Manager - Manajer SDM pelayanan kesehatan
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada.
Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana.8
4. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan didefinisikan sebagai, upaya memperbaiki kesehatan dengan
cara memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik
secara perorangan maupun secara kelompok. Determinan pokok kesehatan adalah aspek
ekonomi, social, dan lingkungan yang sering kali berada di luar control perorangan atau
masyarakat.
Menurut Elwes dan Simnett, 1994, aspek promosi kesehatan yang mendasar
adalah melakukan pemberdayaan sehingga individu lebih mampu mengontrol aspek-
aspek kehidupan mereka yang mempengaruhi kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut,
terdapat dua unsur tujuan dan proses kegiatan promosi kesehatan, yaitu memperbaiki
kesehatan dan memiliki control yang lebih besar terhadap aspek-aspek kehidupan yang
mempengaruhi kehidupan.
Promosi kesehatan tidak hanya meningkatkan kesadaran dan kemauan untuk
meningkatkan tahap kesehatan, tetapi juga masyarakat harus mampu mengenal mengubah
atau mengatasi lingkungannya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, social budaya,
dan ekonomi, termasuk kebijakan dan peraturan perundang-undangan.
Promosi kesehatan adalah program masyarakat yang menyeluruh, bukan hanya
perubahan perilaku, tetapi jugak perubahan lingkungan. Perubahan perilaku tanpa
perubahan lingkungan tidak akan efektif dan tidak bertahan lama.9
Penyuluhan tuberculosis
Penyuluhan kesehatan sebagai bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian
kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 19
mana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan
cara memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya.
Penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan dengan
masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan
TB.
a) Penyuluhan langsung perorangan
Cara penyuluhan langsung perorangan lebih besar kemungkinan untuk berhasil
disbanding cara penyuluhan melalui media. Unsur terpenting dalam penyuluhan
langsung perorangan adalah membina hubungan yang baik antara petugas
kesehatan dengan penderita. Penyuluhan ini dapat dilakukan di rumah, di
puskesmas, di posyandu atau di tempat-tempat lain yang sesuai. Supaya
komunikasi berhasil, petugas kesehatan harus menggunakan bahasa sederhana
yang mudah dimengerti oleh penderita. Gunakan istilah-istilah setempat yang
dipakai masyarakat untuk penyakit dan gejalanya.
Penyuluhan langsung perorangan dianggap berjaya bila :
Penderita bias menjelaskan secara tepat tentang riwayat pengobatan sebelumnya
Penderita dating berobat secara teratur sesuai jadwal pengobatan
Anggota keluarga penderita dapat menjaga dan melindungi kesehatannya
i. Hal-hal penting pada kunjungan pertama
- Dalam kontak pertama dengan pasien, dijelaskan tentang penyakit yang
dideritainya, beruasaha memahami perasaan penderita tentang penyakit yang
dideritanya serta pengobatannya.
- Petugas kesehatan harus berusaha untuk mengatasi beberapa factor manusia yang
dapat menghambat terjadinya komunikasi yang baik, yaitu :
Ketidaktahuan penyebab TB dan cara penyembuhannya
Rasa takut yang berlebihan terhadap TB yang menyebabkan timbulnya
reaksi penolakan
Stigma social yang mengakibatkan penderita merasa takut tidak diterima
oleh keluarga dan teman
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 20
Menolak untuk mengajukan pertanyaan karena tidak mau ketahuan ia
tidak tahu tentang TB.
ii. Hal-hal yang perlu ditanyakan pada kunjungan berikutnya
- Sisihkan waktu beberapa menit untuk menanyakan hal-hal yang telah dijelaskan
pada kunjungan lalu, untuk memastikan bahwa penderita sudah mengerti.
- Hal yang perlu diberi perhatian pada kunjungan berikutnya adalah :
Cara menelan OAT
Jumlah obat dan frekuensi menelan OAT
Apakah terdapat efek samping dari OAT
Pentingnya jadwal pemeriksaan ulangan dahak
Arti hasil pemeriksaan ulang dahak
Apa yang dapat terjadi bila pengobatan tidak teratur atau tidak lengkap
b) Penyuluhan kelompok
Penyuluhan TB yang ditujukan kepada sekelompok orang, sekitar 15 orang, bias
terdiri dari penderita TB dan keluarganya. Penggunaan flip chart dan alat bantu
penyuluhan lain sangat berguna untuk emmudahkan penderita dan keluarganya
menangkap isi pesan yang disampaikan oleh petugas. Dengan alat peraga, maka
isi pesan akan lebih mudah dan lebih cepat dimengerti. Gunakan alat bantu
penyuluhan dengan tulisan atau gambar yang singkat dan jelas.
c) Penyuluhan massa
Penyakit menular termasuk TB bukan hanya merupakan masalah bagi penderita,
tetapi juga masalah bagi masyarakat, oleh karena itu keberhasilan
penanggulangan TB sangat tergantung tingkat kesadaran dan partisipasi
masyarakat. Pesan-pesan penyulluhan TB melalui media massa akan menjangkau
masyarakat umum. Bahan cetak berupa leaflet, poster, billboard, hanya
menjangkau masyarakat terbatas, terutama pada pengunjung sarana kesehatan.
Penyampaian pesan TB perlu memperhitungkan kesiapan unit pelayanan,
misalnya tenaga sudah dilatih, obat tersedia, dan sarana laboratorium berfungsi.
Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengecewakan masyarakat yang datang
untuk mendapatkan pelayanan.
Pesan-pesan TB harus diarahkan pada:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 21
- Apa itu TB dan bagaimana penyakit itu menular
- Gejala-gejala TB dan pentingnya diagnose dini
- Unit pelayanan kesehatan yang member pelayanan TB
- Cara pengobatan dan lamanya pengobatan TB
- Pentingnya berobat teratur dan menyelesaikan seluruh paket pengobatan yang
bahayanya bila berobat tidak teratur atu berobat tidak lengkap
- Cara pencegahan TB.5,7
Upaya perbaikan gizi
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok
Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan
Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan harian, bulanan, semesteran ( 6 bulan
sekali) dan tahun ( setahun sekali) serta beberapa kegiatan investigasi dan intervensi
yang dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan adanya
kasus gizi buruk. Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan dalam
maupun di luar gedung Puskesmas.
Secara umum upaya perbaikan gizi yang telah dilaksanakan di puskesmas, meliputi:
a. Penyuluhan Masalah Gizi di Posyandu
b. Penimbangan Bayi, Balita di Posyandu
c. Pemberian Suplemen Gizi, berupa kapsul vitamin A, kapsul minyak
beryodium, tablet besi.
d. Pemanfaatan Fortifikasi Garam Beryodium
e. Pemberian Makanan Tambahan, termasuk Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI).
f. Pemantauan dan Penanganan Gizi Buruk
Untuk mencapai tujuan itu, perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan
kontinyu.2,3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 22
5. Preventif
Tahap pencegahan
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC,
maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pencegahan Primer
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,
walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar
kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.
Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif,
melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka
kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang
tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2)Chemoprophylaxis, obat
anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan
dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu
pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
2. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus
TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi
spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak
langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat,
sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat
dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan
imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan
dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan
investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang
peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 23
membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan
psikis.
3. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian
rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan
kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC,
serta penegasan perlunya rehabilitasi.
Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan
pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut :
1. Perkembangan media.
2. Metode solusi problem keresistenan obat.
3. Perkembangan obat Bakterisidal baru.
4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.
6. Studi lain yang intensif.
7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.10
Rumah sehat
Rumah sehat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping
kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan. Oleh karena itu, rumah haruslah sehat dan
nyama agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktifitas.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 24
Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit
yang berbasis lingkungan.
Rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
Memenuhi kebuthuan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang menggangu.
Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vector penyakit, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minumam dari pencemaran, disambing
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, posisi garis sempadan
jalan, kontruksi yang tidak mudah roboh, tida mudah terbakar dan tidak
cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.6
Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyait tertentu.
Imunisasi rutin adalah kegiatan yang secara rutin dan terus menerus harus dilakukan pada
periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kelompok usia sasaran dan tempat
pelayanan. Imunisasi bermanfaat pada anak untuk mencegah penderitaan yang
disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Sementara pada
keluarga, imunisasi bermanfaat dalam menghilangkan stress dan kecemasan akibat anak
sering sakit, mendorong keluarga untuk menciptakan kondisi bagi anaknya untuk
menjalani masa kanak-kanak yang ceria dan sehat. Bayi harus mendapat imunisasi
lengkap, anak sekolah dan wanita usia subur perlu mendapatkan imunisasi lanjutan.
Imunisasi boleh didapatkan di posyandu, puskesmas, rumah sakit bersalin, balai
kesehatan ibu dan anak (BKIA), rumah sakit pemerintah, praktik dokter/bidan atau rumah
sakit swasta.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 25
Pada penyakit TB, diberi imunisasi Bacillus Calmete Guerin (BCG) pada anak
usia 1 bulan. Ibu harus mengenal gejala TB pada anak supaya anak mendapat perawatan
dini, yaitu anak sering batuk pilek dengan demam dalam waktu lama dan berkeringat di
malam hari, berat badan kurang atau menurun, anak tampak lesu, kelenjar leher
membesar.3,7
Perilaku individu
Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari perilaku kesehatan,
perilaku sakit, dan perilaku peranan sakit. Perilaku kesehatan adalah tindakan atau
kegiatan yang dilakukan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku sakit adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang
merasa dirinya sakit untuk mengenal rasa sakit yang ada pada dirinya. Perilaku peranan
sakit adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan. Dalam hal melakukan tindakan untuk memperoleh
kesembuhan, seseorang mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan
yang berbeda. Terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu, karakteristik
predisposisi, karakteristik pendukung dan karakteristik kebutuhan.
Karakteristik predisposisi dapat digambarkan bahwa setiap individu mempunyai
kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda. Melalui karakteristik
pendukung, dapat digambarkan bahwa walaupun seorang individu mempunyai
predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, individu tersebut tidak akan
bertindak menggunakannya, kecuali individu tersebut mampu menggunakannya. Melalui
karakteristik kebutuhan dapat digambarkan bahwa walau seseorang individu mempunyai
karakteristik predisposisi dan karateristik pendukung, faktor yang memungkinkan untuk
mencari pengobatan dapat terwujud dalam tindakan apabila tindakan tersebut dirasakan
sebagai suatu kebutuhan.9,10
6. Kuratif
Pada Tahun 1994, Indonesia mengadopsi Strategi DOTS ( directly observed
pengobatan jangka pendek ) untuk penanggulangan TB, Dan PADA Tahun 2001 seluruh
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 26
propinsi Dan lebih bahasa Dari Puskesmas% 95, dan 30% Rumah Sakit/BP.4 telah
mengadopsi Strategi DOTS.
Dalam mendukung penerapan strategi DOTS, disediakan secara gratis
paket OAT (Obat Anti TB) bagi penderita dewasa maupun anak, dan pada tahun 2003
dipergunakan OAT untuk penderita dewasa dalam dua bentuk yaitu OAT dalam bentuk
Kombipaks dan OAT dalam bentuk Fixed Dose Combination (FDC), dan mulai tahun
2005/2006 secara bertahap semua daerah akan menggunakan OAT FDC.
Untuk mendukung ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis Pemerintah Pusat (Departemen
Kesehatan) saat ini menjadi Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan
Nomor 1190/Menkes/SK/2004 tentang Pemberian Gratis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
dan Obat Anti Retro Viral (ARV) untuk HIV/AIDS.
Pengadaan OAT dilakukan setiap tahun melalui APBN, dan pada tahun
2004/2005 dalam rangka percobaan penggunaan OAT FDC pengadaannya melalui
bantuan hibah luar negeri.
Pengelolaan OAT dalam menjamin ketersediaan dilaksanakan sebagai berikut:
Perencanaan Kebutuhan Obat
Rencana kebutuhan Obat TB dilaksanakan dengan pendekatan bottom up
planning oleh kabupaten/kota. Perencanaan kebutuhan OAT dilakukan terpadu dengan
perencanaan obat lainnya yang berpedoman pada :
Perolehan penemuan semua penderita TBC pada tahun sebelumnya (perinci berdasarkan
kategori OAT dan sisipan);
pengembangan cakupan;
buffer-saham ;
Sisa stock OAT yang ada, perkiraan waktu perencanaan dan waktu distribusi.
Tingkat Unit Pelayanan Kesehatan
Unit pelayanan kesehatan membuat perencanakan kebutuhan tahunan dan
triwulan sebagai dasar permintaan ke Kabupaten/Kota.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 27
Tingkat Kabupaten/Kota
Perencanaan kebutuhan OAT di kabupaten/kota dilakukan oleh Tim Perencanaan
Obat Terpadu daerah kabupaten/kota yang dibentuk dengan keputusan Bupati / Walikota
yang anggotanya minimal terdiri dari unsur Program, Farmasi dan GFK.
Tingkat Propinsi
Propinsi merekapitulasi seluruh usulan kebutuhan masing-masing
Kabupaten/Kota dan memhitung kebutuhan buffer stock untuk tingkat propinsi,
perencanaan ini diteruskan ke pusat.
Tingkat Pusat
Pusat menyusun perencanaan kebutuhan OAT berdasarkan usulan dan rencana :
Kebutuhan kabupaten/kota
Buffer stock propinsi
Buffer stock ditingkat Pusat.
Pengadaan OAT
Pengadaan OAT menjadi tanggungjawab pusat mengingat OAT merupakan Obat
yang sangat-sangat esensial (SSE). Kabupaten/Kota maupun propinsi yang akan
mengadakan OAT perlu berkoordinasi dengan pusat (Dirjen PPM & PL Depkes RI)
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Agar penyediaan obat lebih terkendali maka daftar
obat untuk pelayanan kesehatan di kabupaten/kota dibagi dalam 3 (tiga) kelompok,
sebagai berikut:
Obat Sangat Sangat Esensial (SSE) yaitu obat yang berisiko tinggi apabila tidak tersedia
atau terlambat disediakan, sulit didapat di daerah dan obat program yang harus dijamin
ketersediaannya secara tepat waktu, tepat jenis dengan mutu terjamin untuk menjamin
kesinambungan pelayanan kesehatan di kabupaten / kota, maka Depkes menggolongkan
OAT kedalam obat SSE.
Obat Sangat Esensial (SE) yaitu obat yang diperlukan dan sering digunakan serta masih
mengandung risiko dalam hal kemampuan suplainya di daerah.
Obat Esensial (E) yaitu obat yang diperlukan dan sering digunakan serta mudah di suplai
di daerah kabupaten.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 28
Penyimpanan dan pendistribusian OAT
OAT yang telah diadakan, dikirim langsung oleh pusat sesuai dengan rencana
kebutuhan masing-masing daerah, penerimaan OAT dilakukan oleh Panitia Penerima
Obat tingkat kabupaten/ kota maupun tingkat propinsi. OAT disimpan di GFK maupun
Gudang Obat Propinsi sesuai persyaratan penyimpanan obat. Penyimpanan obat harus
disusun berdasarkan FEFO (First Expired First Out), artinya, obat yang kadaluarsanya
lebih awal harus diletakkan didepan agar dapat didistribusikan lebih dulu. Demikian juga
pendistribusian buffer stock OAT yang tersisa di propinsi dilakukan untuk menjamin
berjalannya system distribusi yang baik. Distribusi OAT dari GFK ke UPK dilakukan
sesuai permintaan yang telah disetujui oleh Dinas Kesehatan.
Pengiriman OAT disertai dengan dokumen yang memuat jenis, jumlah, kemasan, nomor
batch dan bulan serta tahun kadaluarsa.10
Pemantauan Dan pemantapan
Pemantauan OAT dilakukan dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintan Obat (LPLPO) yang berfungsi ganda, untuk menggambarkan
dinamika logistik dan merupakan alat pencatatan / pelaporan.
Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama GFK mencatat persediaan OAT yang ada dan
melaporkannya ke propinsi setiap triwulan dengan menggunakan formulir TB-13.
Pengelola program bersama Farmakmin Propinsi, merekap laporan TB-13
kabupaten/kota dan menyampaikannya ke pusat setiap triwulan.
Pembinaan teknis dilaksanakan oleh Tim Pembina Obat Propinsi. Secara fungsional
pelaksana program TBC propinsi dan daerah kabupaten / kota juga melakukan
pembinaan pada saat supervisi.
Pengawasan Mutu
Pengawasan dan pengujian mutu OAT dimulai dengan pemeriksaan sertifikat
analisis pada saat pengadaan. Setelah OAT sampai di daerah, pengawasan dan pengujian
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 29
mutu OAT dilakukan oleh Program bersama dengan Ditjen Yanfar dan Badan/Balai
POM.
Pemantauan mutu OAT dilakukan dalam dua tahapan yaitu:
1. Pemantauan Kualitas melalui fisik OAT oleh petugas.
2. Pemantauan mutu melalui uji laboratorium dilaksanakan oleh Balai POM.
Tindak lanjut dapat berupa :
1. OAT tersebut rusak bukan karena penyimpanan dan distribusi, maka akan dilakukan re-
call atau batch tersebut akan ditarik dari peredaran.
2. Dilakukan tindakan sesuai kontrak.
3. Dimusnahkan.9-11
PENUTUP
Kesimpulan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 30
Tuberkulosis adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia. TBC
merupakan salah satu problem utama epidemiologi kesehatan didunia. Agent, Host dan
Lingkungan merupakan faktor penentu yang saling berinteraksi, terutama dalam
perjalanan alamiah epidemi TBC . Interaksi tersebut dapat digambarkan dalam Bagan
“Segitiga Epidemiologi TBC”.
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pertama dan pelayanan
kedokteran oleh dokter keluarga merupakan antara aspek penting yang dapat
melaksanakan misi dan visi dalam pengembangan kualitas kesehatan masyarakat. Dokter
juga sebagai pemicu masyaarakat agar sadar tentang adanya tingkat pencegahan penyakit
yang harus dilakukan sedini mungkin, yang terdiri dari pencegahan primer (upaya
promosi dan proteksi kesehatan), sekunder dan tersier..
Saran
Dalam upaya penanggulangan penyakit TBC peran serta keluarga dalam kegiatan
pencegahan merupakan faktor yang sangat penting. Peran serta keluarga dalam
penanggulangan TBC harus diimbangi dengan pengetahuan , sikap dan perilaku
masyarakat yang baik. Dalam hal ini, setiap individu, keluarga maupun masyarakat
haruslah menyadari betapa pentingnya suatu upaya promosi kesehatan dan upaya proteksi
kesehatan untuk mendapatkan tingkat kualitas kesehatan tertinggi dalam masyarakat
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsita EP. Buku Kedokteran Keluarga. Kedokteran keluarga: konsep, wawasan . 1st ed.
Surakarta: FKU Sebelas Maret; 2000.p. 1-45.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 31
2. Bakti Husada. Dokter Keluarga. Kementerian Kesehatan RI (serial online) 2012 (cited 2012
June 15): (1 screen). Available from: URL: http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=61&Itemid=102
3. Sugito W, Danny P. Pendekatan dokter keluarga merupakan kunci keberhasilan untuk
mencapai MDGs. Majalah Kedokteran Indonesia Maret 2010; 60 (3): 101-6.
4. Rudy G. Rencana rumah sehat. In: Indah S, editor. Rumah Sehat: pengertian rumah sehat. 5th
ed. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta; 2009.p. 9-13.
5. Juanita SE. Peran asuransi kesehatan dalam benchmaking rumah sakit dalam menghadapi
krisis ekonomi. USU digital library 2002; 1-10.
6. Sugito W,editor. Konsep dan nilai sentral kedokteran keluarga. Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia; 2008 March 15; Bandung, Indonesia.
7. H Ayub Ali. Program pelayanan kesehatan di puskesmas. Dinas Kesehatan Kab.Polewali
Mandar (serial online) 2013 Mar 30 (cited 2012 June 16): ( 1 screen). Available from: URL:
http://dinkes.polewalimandarkab.go.id/program-pelayanan-kesehatan-di-puskesmas/
8. Andari, Orie,editors. Peran asuransi kesehatan dalam benchmarking rumah sakit, Seminar
Benchmarking Rumah Sakit; 2000 July 27;Jakarta,Indonesia
9. Heri DJ Maulana. Promosi kesehatan. In: Egi KY, editor. Konsep Penyuluhan Kesehatan:
konsep, perencanaan penyuluhan kesehatan. 1st ed. Jakarta: ECG; 2009.p. 134-40.
10. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Penyakit Infeksi. In: Amalia S,
editor.Tuberkulosis: epidemiologi, pathogenesis, pencegahan. 6th ed. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2008.p. 220-8.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 32
11. John C, Norman H, Fred M. Tuberkulosis klinis. In: Muherman H, editor. Latar Belakang:
epidemiologi, penyebab, pencegahan, BCG, penanggulangan TBC. 2nd ed. Jakarta: Widya
Medika; 2002.p.1-15.
12. Budiman C. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas.In: Husny M, Windriya KN,
editors. Pendahuluan: konsep sehat, ekologi sehat dan sakit, tahapan usaha preventif. 1st ed.
Jakarta: EGC; 2009.p. 5-19.
13. John C, Norman H, Fred M. Tuberkulosis klinis. In: Muherman H, editor.Tuberkulosis pada
Anak dan Dewasa: cara penularan TBC, perkembangan TBC. 2nd ed. Jakarta: Widya Medika;
2002.p.31-6.
14. Theo S. TB pada anak dari komunitas terpengaruh HIV dengan beban TB yang tinggi.
Yayasan Spiritia (serial online) 2008 Dis 4 (cited 2012 June 16): (1 screen). Available
from:URL: http://spiritia.or.id/hatip/bacahat.php?artno=0124
15. Donald PR, Maher D, Qazi S. A research agenda to promote the management of childhood
tuberculosis within national tuberculosis programmes. Int J Tuberc Lung Dis 2007 ;
11(4):370–80.
16. Bawa Budi RH. Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. In: Sosroatmodjo HS,
editor. Obstetri: TBC dalam kehamilan. 1st ed. Kuala Kapuas: RSUD; 2010.p. 13.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 33