Tauhid Dan Pemikiran Kalam

17
TAUHID DAN PEMIKIRAN KALAM Pendidikan Agama Islam II Kelompok II Imas Fatoni P 3225061786 Muhammad Erwin 3225061789 Rully Rubyantoro 3225071865 Taufik Ismail S 3225070160 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta 2010

description

Pendidikan Agama II

Transcript of Tauhid Dan Pemikiran Kalam

Page 1: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

TAUHID DAN PEMIKIRAN KALAM

Pendidikan Agama Islam II

Kelompok II

Imas Fatoni P 3225061786

Muhammad Erwin 3225061789

Rully Rubyantoro 3225071865

Taufik Ismail S 3225070160

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta

2010

Page 2: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

BAB II TAUHID DAN PEMIKIRAN ISLAM .................................................................................. 3

A. Definisi Tuhan ............................................................................................................ 3

B. Definisi Tauhid ........................................................................................................... 4

C. Macam -Macam Tauhid ............................................................................................. 4

D. Perkembangan Pemikiran Teologi .............................................................................. 7

E. Perkembangan Tauhid ............................................................................................... 8

F. Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan ........................................................................ 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 13

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 13

B. Saran ....................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 14

Page 3: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

1

BAB I PENDAHULUAN

Dahulu masyarakat primitif hidup dalam kesederhanan dalam berbagai aspek

baik aspek materi maupun aspek keyakinan/teologi. Pada dasarnya hidup mereka

sangat tergantung pada alam yang ada di sekitar mereka karena alamlah sebagai

satu-satunya sumber penghidupan. Oleh karena itu bagi mereka alam merupakan

faktor yang sangat dominan. Namun kenyataan yang mereka alami kadangkala tidak

bersahabat. Air yang diasumsikan sebagai sesuatu yang sangat vital dan bermanfaat

menjelma sebagai sesuatu yang mengerikan seperti banjir longsor yang menelan

korban. Tanah subur menghijau, tiba-tiba bergoyang dan menghancurkan harta

benda mereka. Kenyataan tersebut menimbulkan sebuah keyakinan pada diri mereka

bahwa alam memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan mereka. Masing-masing

masyarakat menanggulangi berbagai peristiwa tersebut dengan caranya masing-

masing yang unik.

Oleh karena itu diturunkan Nabi dan Rasul yang membawa pencerahan bagi

seluruh umat manusia

“dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk

menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut* itu", Maka di antara

umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya

orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka

bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan

(rasul-rasul)”.

Page 4: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

2

Dengan penalaran yang lain, dapat dijelaskan bahwa ajaran Islam yang

didakwahkan oleh Rasulullah SAW mengajak manusia untuk meninggalkan “fase

mitologi”/berbau mitos menuju fase yang lebih bermartabat yang berbasis pada ilmu

dan pengetahuan. Dari perspektif semacam inilah kita memahami dengan baik

bahwa apresiasi dan pujian sebagai Ulul Albab/intelektual dapat kita raih tatkala

segala potensi akal dan spiritual yang kita miliki didedikasikan untuk memahami ayat-

ayat atau tanda keagungan Allah SWT. Bukan untuk dimitoskan, apalagi disembah.

Page 5: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

3

BAB II TAUHID DAN PEMIKIRAN ISLAM

A. Definisi Tuhan

Dilihat dari sudut perbandingan agama, Tuhan ialah Sesuatu, Apa atau Siapa

yang dipentingkan sedemikian rupa oleh manusia, sehingga ia membiarkan dirinya

dikuasai oleh yang dipentingkannya itu1.

Yang dipentingkan oleh manusia itu bermacam-macam, tetapi secara garis

besar dapat dikatakan bahwa yang dipentingkan dan diinginkan manusia itu ialah

Harta, Tahta, Wanita (Seksualitas), Kemerdekaan, Ilmu Pengetahuan, Nama yang

populer, Pujian dan yang sejenisnya,yang semuanya itu bisa dikategorikan sebagai

hawa nafsu dari manusia. Tetapi dalam Al Qur’an Allah memperingatkan manusia

agar tidak menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai

Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya* dan Allah telah

mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas

penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah

(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?”. (QS. Al

Jatsiah : 23)

*Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui

bahwa Dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.

1 Zainuddin S. Nainggolan, Inilah Islam : Falsafah dan Hikmah Ke Esaan Allah, (Jakarta : KalamMulia,

2007), Cet. ke 4, h. 46.

Page 6: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

4

Dan juga agar kita terhindar dari dosa syirik karena termasuk menyekutukan

(menduakan) Allah, Syirik ialah Memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan

Allah, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus bagi-Nya2.Karena Syirik adalah

termasuk dalam dosa besar, sebagaimana telah dijelaskan dalam

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa Syirik, dan Dia mengampuni

segala dosa yang selain dari (Syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An

Nisa : 48)

B. Definisi Tauhid

Tauhid dalam bahasa Arab adalah Mashdar dari Wahhada Yuwahhidu Tauhid,

yang artinya : menjadikan satu, meninggalkan dan meniadakan bilangan darinya.

Sedangkan Tauhid dalam istilah Syar’I adalah meniadakan yang setara bagi

zat Allah, dalam sifat dan perbuatan-Nya, serta menafikan sekutu dalam

menuhankan dan menyembah-Nya3.

C. Macam -Macam Tauhid

Tauhid itu ada beberapa bagian, yaitu4:

1. Tauhid Rububiyyah

Secara istilah syari’at pengertian tauhid rububiyah adalah : “Percaya bahwa

Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-

2 Syaikh Muhammad At Tamimi, Kitab Tauhid, (Jakarta : Darul Haq, 2000), Cet ke 4, h. 27

3 Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006). 4 Ibid

Page 7: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

5

Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan

sunnah-sunnahNya”.

Tauhid macam ini juga telah dinyatakan oleh orang-orang musyrik pada masa-

masa pertama dahulu. Mereka menyatakan bahwa Allah semata yang Maha

Pencipta, Penguasa, Pengatur, Yang menghidupkan, Yang Mematikan, tidak ada

sekutu bagi-Nya.

“dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan

langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan

menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang

benar)”. (QS. Al-Ankabut : 61)

Akan tetapi pernyataan dan persaksian mereka tidak membuat mereka masuk

Islam dan tidak membebaskan mereka dari api neraka, karena mereka tidak

mewujudkan tauhid Uluhiyah.

2. Tauhid Uluhiyyah

Tauhid Uluhiyyah, adalah mengesakan Allah swt dalam perbuatan

penghambaan5. Tauhid ini sebagai manifestasi dari Tauhid Rububiyyah. Artinya, jika

seseorang telah mengakui akan ke-Tuhan-an Allah swt ia harus berbakti, taat dan

beribadah kepada-Nya. Bentuk dari Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Allah swt

dalam niat, mendekatkan diri (Taqarrub), berdo’a, nadzar, qurban, mengharapkan

sesuatu (raja’), senang dan takut, Tawakkal dan kembali.

5 Samiati, Acih. 2004. “Tauhid”. Jakarta : STKIP Kusuma Negara

Page 8: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

6

“dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu

menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”.(QS. Al-Jin :

18)

Tauhid uluhiyah merupakan tujuan dakwah para Rasul. Disebut demikian

karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya “Allah” yang

artinya dzul uluhiyah (yang memiliki sifat uluhiyah). Tanpa merealisasikan tauhid

uluhiyah ini, semua amal ibadah tidak akan diterima. Karena kalau hal itu tidak

terwujud maka akan bercokollah lawannya yaitu syirik. Allah berfirman :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni

segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.

Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa

yang besar.” (QS. An Nisa: 48)

“dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya Termasuk orang-orang yang shaleh.”

(QS. Al An’am : 85)

Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba Allah SWT

berfirman Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dgn sesuatu

pun.

3. Tauhid Asma wa Shifat

Tauhid Ama Wa Sifat yaitu beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang

tidak serupa dengan berbagai zat yang ada, serta memiliki sifat yang tidak serupa

Page 9: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

7

dengan berbagai sifat yang ada6 . Dan bahwa nama-nama-Nya merupakan petunjuk

yang jelas akan sifat-Nya yang sempurna secara mutlak sebagaimana firman Allah

ta’ala:

“dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu

(Quraisy) bersorak karenanya.” (QS. As-Syura : 110)

D. Perkembangan Pemikiran Teologi

Perkembangan pemikiran Teologi dalam Islam dapat dibagi dalam 5 periode,

yakni periode Rasulullah saw., Khulafa al-Rasyidin, Bani Umayyah, Bani ‘Abbas, dan

periode sesudah Bani ‘Abbas.

Pada masa Rasulullah saw. pemikiran teologi dalam Islam merupakan

pemikiran yang murni karena mendasarkan hanya pada Rasulullah saw, Pada periode

ini tidak ada perselisihan pendapat dalam dasar-dasar ataupun kaidah-kaidah

teologis.

Pada masa Khulafa al-Rasyidin sebelum Khalifah ‘Utsman ibn ‘Affan juga

belum terjadi perbedaan pendapat dalam teologi Islam, hal ini disebabkan oleh

praktek teologi Islam langsung didasarkan pada Alqur’an dan Hadis. Pada masa

Khalifah ‘Utsman terjadi perpecahan politik dalam tubuh umat Islam, sehingga

berdampak pada penafsiran Alqur’an dan Hadis menurut selera masing-masing

golongan, bahkan sebagian melakukan pemalsuan terhadap Hadis untuk mendukung

keberadaan dan kebenaran kelompok tertentu.

Pada masa Bani Umayah perluasan wilayah Islam membawa konsekwensi

penyerapan tradisi-tradisi non Islam dalam budaya dan peradaban Islam. Berbagai

aliran yang muncul pada masa akhir Khulafa al-Rasyidin semakin memuncak. Pada

6 Haidir, Abduloh. 2007. “Tauhid dan Makna Syahadatain”. PDF Reader

Page 10: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

8

masa ini segolongan umat Islam telah berbeda pendapat. Aliran-aliran yang muncul

dalam periode ini antara lain7:

1. Qadariyah

2. Jabriah atau Mujbarah atau Mu’aţţilah atau Jahmiyah.

3. Khawarij.

4. Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

5. Mu’tazilah.

Pada periode Bani ‘Abbas terjadi usaha-usaha ilmiah yang antara lain

adalah penterjemahan filsafat Yunani kedalam bahasa Arab. Dan mulailah filsafat

merambah dalam dunia pemikiran teologi Islam. Tradisi usaha untuk menuliskan

pendapat-pendapat setiap golongan pun mulai merebak.

Pada periode setelah Bani ‘Abbas pengikut-pengikut Abu al-Hasan al-

Asy‘ari mengintegrasikan filsafat dan kalam dalam pandangan-pandangan mereka

sendiri. Keadaan ini berlangsung sampai awal abad ke 8 Hijriah.

E. Perkembangan Tauhid

Pada zaman mesir kuno, sungai Nil yang banjir dianggap sebagai roh yang

sedang marah. Untuk membujuk agar roh tersebut tidak marah, maka

dikorbankanlah seorang anak gadis yang paling cantik. Dari sinilah muncul

kepercayaan bahwa setiap benda di sekeliling manusia mempunyai kekuatan

misterius. Kekuatan ghaib tersebut disebut orang jepang (kami), India (hari & shakti),

Pigmi di Afrika (oudah), orang Indian Amerika (waken, orenda dan maniti). Dalam

bahasa Indonesia (tuah, bertuah).8Kepercayaan ini dikenal sebagai dinamisme.

Kepercayaan pada kekuatan gaib tersebut di atas meningkat menjadi

kepercayaan kepada roh, yang kemudian populer sebagai animisme. Kepercayaan ini

mengalami tahapan perkembangan. Pada awalnya mereka meyakini bahwa semua

benda alam memiliki roh. Dari sekian roh yang mereka yakini, terdapat roh yang kuat

7 W, Suprayetno. 2008. “Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam dalam Teologi, Tasawuf, Hukum, dan Filsafat”. Bandung : Cita Pustaka Media 8 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. II, hlm. 58-59

Page 11: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

9

yang dapat menimbulkan pengaruh pada alam. Benda yang dianggap paling kuat

itulah kemudian yang dijadikan symbol penyembahan dan peribadatan. Pada

masyarakat politeisme kepercayaan tersebut tidak langsung kepada benda, tetapi

abstraksi atau fungsi benda itu yang ditakuti dan disembah.

Prof Dr Ismail Raji al-Faruqi, yang dikenal sebagai tokoh yang populer dengan

gagasan “Islamisasi Ilmu Pengetahuan” yang kemudian dibunuh oleh agen Rahasia

Yahudi Mossad menjelaskan bahwa, di Makkah, juga diseluruh jazirah Arabia

sebelum kerasulan dan kenabian Muhammad SAW, “Allah” adalah dikenal sebagai

nama dewa yang paling sering disebut dan yakini sebgai “pencipta dari semua”,

“penguasa langit dan bumi” Bahkan dalam al-qur’an dijelaskan dalam surat Al-

‘Ankabut ayat 61 :

“dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan

langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan

menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang

benar).” (QS. Al-Ankabut : 61)

Dalam tradisi Arab dikenal pula keyakinan-keyakinan tertentu seperti; sihir,

tanjim (perbintangan), nusyrah (melawan sihir dengan sihir), “tathayyur” (meramal

nasib baik/buruk dengan media burung), “Tama’im” (jimat; sesuatu yang dikalungkan

di leher anak-anak untuk menangkal penyakit, atau pengaruh jahat tertentu),

“wada’ah” (sesuatu yang diambil dari laut, menyerupai rumah karang dapat

digunakan untuk menangkal penyakit) dll9.

Mencermati berbagai fenomena tersebut, tampak bahwa problema yang

dihadapi oleh manusia dan akan selalu aktual sepanjang sejarah, di setiap waktu dan

9 Kamal, Fathurrahman, Lc., MA. 2009. “Tauhid Sebagai Grand Design Dakwah Para Nabi dan Rasul”.

Yogyakarta : Halaqah Akidah

Page 12: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

10

tempat, ialah permasalahan “kemusyrikan”/”politeisme” dan bukan permasalahan

“Ateisme.” Oleh karena itulah yang menjadi ajaran/doktrin pokok para Nabi dan

Rasul sepanjang sejarah ialah membebaskan manusia dari perbudakan kesyirikan.

Inilah yang menjadi grand design dakwah mereka seperti yang dinyatakan oleh Allah

dalam surat An-Nahl : 36

“dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk

menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut*itu", Maka di antara

umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya

orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu

dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang

mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl : 36)

*Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Bahkan penciptaan alam, mikro dan makrokosmos juga berporos pada prinsip

tauhid seperti yang dinyatakan oleh Allah dalam al-Dzariyat : 56;

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat : 56)

Page 13: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

11

“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi

dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy*. Dia menutupkan malam

kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari,

bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,

menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta

alam.” (QS. Al-A’raaf : 54)

*Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan

kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

Dengan demikian, tidaklah pantas bagi kita yang menyatakan diri sebagai

orang yang beriman Allah sebagai Rabb, Islam sebagai din dan Muhammad sebagai

Nabi dan Rasul junjungannya untuk terjebak dalam kehidupan primitive dan penuh

dengan mitos atas nama tradisi, budaya ataupun kearipan local yang saat ini sering

didengungkan.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan

siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang

mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka

Page 14: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

12

memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,

Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka

peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS. Ali-Imran : 190-191)

F. Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan

Dalam agama Islam kedudukan manusia itu sama derajatnya. Inilah

konsekuensi pertama dari jiwa Tauhid. Perbedaan diletakkan hanya ketaatan dan

ketaqwaan kepada Allah, adapun pangkat, kedudukan bahkan ketinggian ilmu

pengetahuan tidak bisa menjadi alasan untuk menganggap diri seseorang lebih tinggi

dari orang lain. Dengan kata lain manusia tidak boleh sombong terhadap orang lain,

karena kesombongan hanyalah hak Allah semata10

10 Ibid, h. 63

Page 15: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut:

1. Tuhan ialah Sesuatu, Apa atau Siapa yang dipentingkan sedemikian rupa oleh

manusia, sehingga ia membiarkan dirinya dikuasai oleh yang

dipentingkannya itu.

2. Tauhid menurut bahasa Arab berarti : menjadikan satu, meninggalkan dan

meniadakan bilangan darinya, sedangkan Tauhid menurut istilah Syar’I

adalah meniadakan yang setara bagi zat Allah, dalam sifat dan perbuatan-

Nya, serta menafikan sekutu dalam menuhankan dan menyembah-Nya.

3. Macam-macam Tauhid antara lain Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah,

Tauhid Asma’, Tauhid Shifat.

B. Saran

Setelah membahas makalah ini diharapkan mahasiswa serta umat Islam

mengetahui dengan jelas makna hakikat dari Tauhid dan pemikirannya, sehingga

dapat mengaplikasikannya dalam perbuatan sehingga terhindar dari perbuatan syirik

kepada Allah swt.

Page 16: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

14

DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar. 1999. “Filsafat Agama”. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

At Tamimi, Syaikh Muhammad. 1999. “Kitab Tauhid”. Jakarta : Darul Haq

Haidir, Abduloh. 2007. “Tauhid dan Makna Syahadatain”. PDF Reader

Kamal, Fathurrahman, Lc., MA. 2009. “Tauhid Sebagai Grand Design Dakwah

Para Nabi dan Rasul”. Yogyakarta : Halaqah Akidah

Mujib, Abdul, Dr., Prof.,. 2006. “Kepribadian Dalam Psikologi Islam”. Jakarta :

Raja Grafindo Persada

Nainggolan, Zainuddin, Dr., Prof.,. 2007. “Inilah Islam”. Jakarta : Kalam Mulia

Samiati, Acih. 2004. “Tauhid”. Jakarta : STKIP Kusuma Negara

W, Suprayetno. 2008. “Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam dalam Teologi,

Tasawuf, Hukum, dan Filsafat”. Bandung : Cita Pustaka Media

Page 17: Tauhid Dan Pemikiran Kalam

1

Studi Kasus

Bersamaan dengan kematian Ibrahim itu kebetulan terjadi pula matahari gerhana.

Kaum Muslimin menganggap peristiwa itu suatu mujizat. Kata mereka matahari

gerhana karena Ibrahim meninggal. Hal ini terdengar oleh Nabi.

Karena cintanya yang begitu besar kepada Ibrahim, dan rasa duka yang begitu dalam

karena kematiannya, adakah ia lalu merasa terhibur mendengar kata-kata itu, atau

setidak-tidaknya akan didiamkan saja, menutup mata melihat orang sudah begitu

terpesona karena telah menganggap itu suatu mujizat? Tidak. Dalam keadaan serupa

itu, kalau pun ini layak dilakukan oleh mereka yang suka mengambil kesempatan

karena kebodohan orang, atau layak dilakukan oleh mereka yang sudah tak sadar

karena terlampau sedih, buat orang yang berpikir sehat tentu hal ini tidak layak,

apalagi buat Nabi Besar! Muhammad melihat mereka yang mengatakan bahwa

matahari telah jadi gerhana karena kematian Ibrahim, dalam khotbahnya kepada

mereka ia berkata:

“Matahari dan bulan ialah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak akan jadi gerhana

karena kematian atau hidupnya seseorang. Kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah

dalam zikir kepada Tuhan dengan berdoa.”

Sungguh suatu kebesaran yang tiada taranya. Rasul tidak melupakan risalahnya itu

dalam suatu situasi yang begitu gawat, situasi jiwa yang sedang dalam keharuan dan

kesedihan yang amat dalam! Kalangan Orientalis dalam menanggapi peristiwa yang

terjadi terhadap diri Muhammad ini, tidak bisa lain mereka bersikap hormat dan

kagum sekali! Mereka tidak dapat menyembunyikan rasa kekaguman dan rasa

hormatnya

itu kepadanya. Mereka menyatakan pengakuan mereka tentang kejujuran orang itu,

yang dalam situasi yang sangat gawat ia tetap mempertahankan hak dan

kejujurannya yang sungguh-sungguh !.