Ilmu Kalam Koleksi

28
http://satuhati-satukisah.blogspot.com/2013/05/ilmu-tauhid-aliran- murjiah.html ILMU TAUHID ALIRAN MURJI'AH BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Banyak sekali aliran-aliran dalam Islam yang selalu menjadi bahan perbincangan dalam konteks kenegaraan Islam. Penyebabnya karena adanya wacana yang bertumpang tindih antara hukum agama dan hukum pemerintahan, masalah yang sudah ada dilegitimasi hukumnya bisa jadi kajian akademik sampai yang akan datang. Untuk itu alangkah baiknya apabila kita mempelajari lebih dalam aliran-aliran apa saja dan doktrin/ajaran pokok apa saja yang ada di aliran-aliran tersebut. Agar tidak salah dalam pemahamannya. 2. Rumusan Masalah a. Pengertian Murjiah b. Sebab-sebab munculnya Murji’ah c. Ajaran Pokok Murji’ah d. Sekte-sekte Murji’ah

description

ik

Transcript of Ilmu Kalam Koleksi

Page 1: Ilmu Kalam Koleksi

http://satuhati-satukisah.blogspot.com/2013/05/ilmu-tauhid-aliran-murjiah.html

ILMU TAUHID ALIRAN MURJI'AH

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Banyak sekali aliran-aliran dalam Islam yang selalu menjadi bahan perbincangan dalam

konteks kenegaraan Islam. Penyebabnya karena adanya wacana yang bertumpang tindih

antara hukum agama dan hukum pemerintahan, masalah yang sudah ada dilegitimasi

hukumnya bisa jadi kajian akademik sampai yang akan datang.

Untuk itu alangkah baiknya apabila kita mempelajari lebih dalam aliran-aliran apa saja

dan doktrin/ajaran pokok apa saja yang ada di aliran-aliran tersebut. Agar tidak salah dalam

pemahamannya.

2.      Rumusan Masalah

a.        Pengertian Murjiah

b.       Sebab-sebab munculnya Murji’ah

c.        Ajaran Pokok Murji’ah

d.       Sekte-sekte Murji’ah

3.      Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan

bermanfaat bagi kita semua.

4.      Metode Penulisan

Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini

adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan

penulisan makalah ini.

Page 2: Ilmu Kalam Koleksi

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Pengertian Murji’ah

Nama Murji’ah diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan,

pengangguhan dan pengharapan. Kata arja’a mengandung pula arti memberi harapan, yakni

memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat

Allah.

Selain itu, arja’a berarti pula meletakkan dibelakang/mengemudikan, yaitu orang yang

mengemudikan amal dari iman. Oleh karena itu, Murjiah artinya orang yang menunda

penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta

pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak.[1[1]]

2.      Asal-Usul (sebab-sebab) munculnya Murji’ah

Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah,

diantaranya :

1.      Teori Pertama

Mengatakan bahwa gagasan irja atau arja dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan

menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga

bertujuan untuk menghindari sektarianisme.

Murji’ah, baik sebagai kelompok politik maupun teologis, diperkirakan lahir bersamaan

dengan munculnya Syiah dan Khawarij. Kelompok ini merupakan musuh berat Khawarij.[2[2]]

2.      Teori Kedua

Mengatakan bahwa gagasan irja, yang merupakan basis doktrin murjiah. Muncul pertama kali

sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin

Muhammad Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695 M.

3.      Teori Ketiga

Mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan Muawiyah dilakukanlah tahkim

atau arbitrase. Kelompok Ali terpecah menjadi 2 kubu yang pro dan yang kontra. Kelompok

1 [1] Cyril Glasse, The Concies Encyclopedia of Islam, Staceny International. London, 1989 halam 288-9 ; Departemen Agama RI, Ensiklopedia Islam 1990, halaman 633-6 : Ahmad Amin, Fajrul Islam, Jilid I, Islam, Ej. Srill, Leiden, 1961, hal. 412

2 [2] Lihat W. Motgomery watt, Islamic Philosophy and Theology : An Extended Survey, At Univ, Press, Eidenburgh, 1987, hlm 23, Departemen Agama RI, Op, Cit, hal 633

Page 3: Ilmu Kalam Koleksi

kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali yakni Kubu Khawarij. Kemudian pendapat ini

ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut kelompok Murji’ah.

Yang menyatakan pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya

diserahkan kepada Allah SWT

3.      Ajaran Pokok Murji’ah

Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja/arja’a

yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun teologis. Di

bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang

hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Itualah sebabnya kelompok murjiah dikenal

sebagai The Queietist (kelompok bungkam).[3[3]] Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh

hingga membuat murjiah selalu diam dalam persoalan politik.

Adapun dibidang teologi, doktrin irja dikembangkan murjiah, ketika menghadapi

persoalan-persoalan teologis yang muncul saat itu. Pada perkemabgan berikutnya, persoalan-

persoalan yang ditanggapinya menjadi semakin kompleks sehingga mencakup iman, kufur,

dosa besar dan ringan (mortal and venial sains), tauhid, tafsir Al-Qur’an, eskatologi,

pengampunan atas dosa besar, kemaksuman nabi (the impeccability of the profhet), hukuman

atas dosa (punishment of sins), ada yang kafir (infidel) dikalangan generasi awal Islam, tobat

(redress of wrongs), hakikat Al-Qur’an, nama dan sifat Allah, serta ketentuan Tuhan

(predestination).[4[4]]

Berkaitan dengan doktrin teologi murjiah, W. Montgomery Watt merincinya sebagai

berikut :[5[5]]

a.       Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah memutuskannya diakhirat

kelak.

b.      Penangguhan Ali unutuk menduduki ranking keempat dalam peringkat Al-Khalifah Ar-

Rasyidin.

c.       Pemberian harapan (giring of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk

memperoleh Ampunan dan rahmat dari Allah.

d.      Doktrin-doktrin Murji’ah menyerupai pengajaran (madzhab) para Skeptis dan Empiris dari

kalangan Helenis

3 [3] Classe, loc cit : Gibb and Kremmers, Loc cit.

4 [4] Gibb and Krammers, op.cit, hlm.412

5[5] W. Montgomery Watt, Early Islam : Collected Articels, Eidenburgh, 1990, hlm.181

Page 4: Ilmu Kalam Koleksi

Masih berkaitan dengan doktrin, teologi Murjiah, Harun, Nasution menyebutkan Empat

ajaran pokoknya, yaitu :[6[6]]

1.      Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari yang

terlibat tahkim dan menyerahannya kepada Allah di hari kiamat kelak.

2.      Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.

3.      Meletakkan (pentingnya) iman daripada amal

4.      Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan

dan rahmat dari Allah.

Sementara itu, Abu A’la Al-Mauludi menyebutkan dua doktrin pokok ajaran Murjiah,

yaitu : [7[7]]

1.      Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau perbuatan tidak

merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap

mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardlukan dan melakukan dosa besar.

2.      Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap maksiat tidak

dapat mendatangkan mudarat ataupun gangguan atas seseorang. Untuk mendapatkan

pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam

keadaan akidah tauhid.

4.      Sekte-sekte Murji’ah

Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah tampaknya dipicu oleh perbedaan

pendapat (bahkan hanya dalam hal intensitas) di kalangan para pendukung Murji’ah sendiri.

Dalam hal ini, terdapat problem yang cukup mendasar ketika para pengamat

mengklasifikasikan sekte-sekte Murji’ah. Kesulitannya antara lain adalah ada beberapa tokoh

aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh seorang pengamat sebagai pengikut Murji’ah,

tetapi tidak diklaim oleh pengamat lain. Tokoh yang dimaksud adalah Washil bin Atha dari

Mu’tazilah dan Abu Hanifah dari Ahli Sunnah.[8[8]] Oleh karena itulah Ash-Syahrastani,

seperti dikutip oleh Watt menyebutkan sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut :[9[9]]

6 [6] Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Mizan, Bandung CetIII, 1995 hlm.22-3

7 [7] Abu A’la Al-Maudui, Al-Khalifah wa Al-Mulk, terj. Muhammad Al Baqir, Mizan, Bandung, 1994, hlm 279-80

8 [8]Watt, Early Islam, hlm. 181

9 [9] Ibid., hlm.23

Page 5: Ilmu Kalam Koleksi

a.      Murji’ah-Khawarij

b.      Murji’ah-Qadariyah

c.      Murji’ah-Jabariyah

d.     Murji’ah Murni

e.      Murji’ah Sunni (tokohnya adalah Abu Hanifah).

Sementara itu, Muhammad Imarah menyebutkan 12 sekte Murji’ah yaitu : [10[10]]

a.       Al-Jamiyah, pengikut Jahm bin Shufwan

b.      Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalahi

c.       Al-Yunushiyah, pengikut Yunus As-Samary

d.      As-Samriyah, pengikut Abu Samr dan Yunus

e.       Asy-Syaubaniyah, pengikut Abu Syauban

f.       Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al-Ghailan bin Marwan Dimsaqy

g.      An-Najariyah, pengikut Al-Husain bin Muhammad An-Najt

h.      Al-Hanafiyah, pengikut Abu Haifah An-Nu’man

i.        Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib

j.        Al-Mu’aziyah, pengikut Muadz Ath-Thaumi

k.      Al-Murisiyah, pengikut Basr Al-Murisy

l.        Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam As-Sijistany

Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah menjadi dua sekte, yaitu

golongan moderat dan golongan ekstrim. Murji’ah moderat berpendirian bahwa pendosa

besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebsar

dosanya, dan bila diampuni oleh Allah sehingga tidak masuk neraka sama sekali. Iman adalah

pengetahuan tentang Tuhan dan rasul-rasul-Nya serta apa saja yang datang dari-Nya secara

keseluruhan namun dalam garis besar. Iman ini tidak bertambah dan tidak pula berkurang.

Tak ada perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas pendirian ini adalah Al-Hasan bin

Muhammad bin Ali bin Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli Hadits.

Adapun yang termasuk kelompok ekstrim adalah Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-

Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah, Pandangan tiap-tiap kelompok itu dapat

dijelaskan seperti berikut : [11[11]]

10[10] Muhammad Imarah, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy, dan Asy-Syuruq, Kairo-Beirut, 1991 hlm 33-4

11[11] Nasution, Teologi….hlm.24

Page 6: Ilmu Kalam Koleksi

a.       Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya, berpandangan bahwa orang

yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah

menjadi kafir karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain

dalam tubuh manusia.

b.      Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui

Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Salat bukan merupakan ibadah kepada

Allah. Yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu

pula zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.

c.       Yunusriyah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau

perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan

perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan orang yang bersangkutan.

Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat, banyak atau sedikit,

tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik (politheist).

d.      Hasaniyah menyebutkan bahwa jika seorang mengatakan, ”Saya tahu Tuhan melarang

makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini,”

maka orang tersebut tetap mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang mengatakan ”Saya tahu

Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah Ka’bah di India atau

tempat lain.”

Page 7: Ilmu Kalam Koleksi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.      Murjiah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa,

yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak.

2.      Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah,

diantaranya : Mengatakan bahwa gagasan irja atau arja dikembangkan oleh sebagian sahabat

dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik

dan juga bertujuan untuk menghindari sektarianisme, Mengatakan bahwa gagasan irja, yang

merupakan basis doktrin murjiah, dan Mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara

Ali dan Muawiyah dilakukanlah tahkim atau arbitrase. Kelompok Ali terpecah menjadi 2

kubu yang pro dan yang kontra.

3.      Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja/arja’a yang

diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun teologis. Di bidang

politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir

selalu diekspresikan dengan sikap diam.

4.      Menurut Muhammad Imarah sekte Murji’ah ada 12 yaitu : [12[12]]

a.       Al-Jamiyah, pengikut Jahm bin Shufwan

b.      Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalahi

c.       Al-Yunushiyah, pengikut Yunus As-Samary

d.      As-Samriyah, pengikut Abu Samr dan Yunus

e.       Asy-Syaubaniyah, pengikut Abu Syauban

f.       Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al-Ghailan bin Marwan Dimsaqy

g.      An-Najariyah, pengikut Al-Husain bin Muhammad An-Najt

h.      Al-Hanafiyah, pengikut Abu Haifah An-Nu’man

i.        Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib

j.        Al-Mu’aziyah, pengikut Muadz Ath-Thaumi

k.      Al-Murisiyah, pengikut Basr Al-Murisy

l.        Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam As-Sijistany

12[12] Muhammad Imarah, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy, dan Asy-Syuruq, Kairo-Beirut, 1991 hlm 33-4

Page 8: Ilmu Kalam Koleksi

DAFTAR PUSTAKA

Cyril Glasse, 1989, The Concies Encyclopedia of Islam, London : Staceny International.

Ahmad Amin, 1961. Fajrul Islam, Jilid I, Islam, Ej. Srill, Leiden,

W. Motgomery watt, 1987, Islamic Philosophy and Theology : An Extended Survey,

Eidenburgh, :At Univ, Press,

W. Montgomery Watt, 1990, Early Islam : Collected Articels, Eidenburgh,

Nasution, Harun, 1995 Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan, Cet.III,

Imarah, Muhammad, 1991, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy, dan Asy-Syuruq, Kairo:Beirut,

Page 9: Ilmu Kalam Koleksi

http://satuhati-satukisah.blogspot.com/2013/05/ilmu-tauhid-khawarij.html

ILMU TAUHID KHAWARIJ

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Perbincangan mengenai aliran dalam Islam selalu menjadi kajian aKtual dalam konteks

kenegaraan Islam. Hal ini terjadi karena adanya wacana tumpang tindih antara hukum agama

dan hukum  kenegaraan, dalam konteks ke-indonesiaan. Masalah yang sudah ada legitimasi

hukumnya bisa jadi menjadi kajian akademik sampai yang akan datang  karena adanya

perbedaaan antara legitimasi di dalam kenegaraanya dan dalam agama penduduknya.

2.      Rumusan Masalah

a.        Pengertian Khawarij

b.       Sebab-sebab munculnya Khawarij

c.        Ajaran Pokok Khawarij

d.       Sekte-sekte Khawarij

e.        Tokoh-tokoh aliran Khawarij

3.      Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan

bermanfaat bagi kita semua.

4.      Metode Penulisan

Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini

adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan

penulisan makalah ini.

Page 10: Ilmu Kalam Koleksi

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Pengertian Khawarij

Secara etimologi (13[1]) kata Khawarij berasal dari bahasa Arab yaitu kharaja yang berarti

keluar, muncul, timbul atau memberontak. Sedangkan menurut terminologi ilmu kalam

adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan

barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase, dalam

perang Siffin pada tahun 37 H/648M, dengan kubu Muawiyah bin Abi Sufyan perihal

persengketaan khalifah.

2.      Sebab-sebab munculnya Khawarij

Perundingan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah ternyata tidak berhasil

menyelesaikan pertentangan diantara mereka. Hal ini membuat kaum khawarij bertambah

marah dan kecewa terhadap Ali bin Abi Thalib. Dalam hal ini sebenrnya kaum khawarij tidak

konsisten, karena sebagaimana pendukung Ali yang lain mereka semula juga mendorong Ali

agar menerima baik usul penyelesaian sengketa dengan Muawiyah melalui arbitrase akan

tetapi mereka menyalahkan Ali bin Ai Thalib karena menerima perundingan pemberontak.

Padahal Ali adalah Imam atau khalifah yang telah mendapat ba’iat rakyat maka tidak benar

menerima atau tunduk kepada pemberontak.14[2]

Dalam pengalaman menuju Kufah, kaum Khawarij yang terdiri dari dua belas ribu orang

sudah tidak bergabung lagi dengan kelompok Ali yang setia. Mereka menuju Harura, sebuah

desa yang menjadi markas perlawanan mereka terhadap Ali. Di sini mereka mengangka Ali

dan sebagai pemimpin perlawanan terhadap Ali, Muawiyah, Amr bin A’sh dan Abu Musa

Al-Asy’ari serta mereka yang mendukung terlaksananya arbitrase. Selanjutnya nama Harura

digunakan untuk menyebut kelompok ini.

Di samping diberi nama Harura, mereka disebut juga Asy-Syurah sebagai pernyataan

mereka yang berarti “berjuang”. Khawarij memandang bahwa Ali bin Abi Thalib, Muawiyah,

Amr bin ‘Ash, Abu Musa Al-Asy;arid an lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir,

karena al-Qur’an mengatakan: “Barangsiapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang

telah ditentukan Allah, adalah kafir” (QS. Al-Maidah: 44).

13[1] Rosihan Anwar, Abdul Rosak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal 49.

14[2] Amat Zuhri, Warna-warni Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Yogyakarta: Gama Media, 2008), h. 29

Page 11: Ilmu Kalam Koleksi

Dari ayat inilah mereka mengambil semboyan la hukma illa Allah, karena keempat

pemuka Islam di atas telah dipandang kafir dalam arti bahwa merea telah keluar dari Islam,

mereka mesti dibunuh, maka kaum khawarij mengambil keputusan untuk membunuh mereka

berempat, tetapi hanya Ali bin Abi Thalib-lah yang berhasil dibunuh oleh orang Khawarij

yang bernama Abdurahman Ibn Muljam.

3.      Ajaran Pokok Khawarij

Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah orang Islam yang melakukan dosa

besar adalah kafir, orang-orang yang terlibat pada perang Jamal (perang antara Aisyah,

Thalhah dan Zubair dengan Ali bin Abi Thalib) dan para pelaku tahkim (termasuk yang

menerima dan membenarkannya) dihukumkan kafir dan khalifah harus dipilih langsung oleh

rakyat.

Begitu pula dengan doktrin-doktrin pokok yang ditanamkan antara lain: [15[3]]

1) Khalifah atau Imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh ummat Islam.

2) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab, setiap orang muslim berhak menjadi

khalifah bila memenuhi syarat.

3) seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.

4) Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh.

5) Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka bila tidak maka ia

wajib di bunuh.

6) Adanya wa’ad dan wa’id.

7) Amar makruf nahi munkar.

8) Memalingkan ayat-ayat Al-qur’an yang mutasyabihat.

9) Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan

Dari doktrin di atas dapat kita simpulkan bahwa doktrin kaum Khawarij dapat dikategorikan

dalam tiga kategori yaitu :

a. Doktrin politik, dimana membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan

khususnya tentang kepala negara atau khalifah.

b. Doktrin teologi, dimana membicarakan tentang dosa besar. Doktrin teologi Khawarij yang

radikal pada dasarnya merupakan imbas dari doktrin sentralnya yaitu doktrin politik.

Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya mereka yang juga radikal serta asal usul

mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir yang tandus.

15[3] Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 24.

Page 12: Ilmu Kalam Koleksi

c. Doktrin sosial, dimana doktrin ini memperlihatkan kesalehan asli kelompok Khawarij.

4.      Sekte-sekte Khawarij

Perkembangan khawarij telah menjadikan imamah-khalifah(politik) sebagai dioktrin

sentral yang memicu adanya doktrin-doktrin teologis. Radikalitas yang melekat pada watak

dan perbuatan kelompok khawarij menyebabkan kelompok mereka sangat rentan akan

terjadinya perpecahan-perpecahan, baik secara internal kaum khawarij sendiri , maupun

secara eksternal dengan sesama kelompok islam lainnya.[16[4]]

Sekte- Sekte Yang Muncul Yaitu:

1.      Almuhakkimah

Terdiri dari pengikut Ali , kaum khawarij asli. Prinsip utamanya adalah soal arbitrase. Ali,

Muawiyah, Amru Bin Ash Abu Musa Al Asy’ary dan semua yang menyetujui adanya

arbitrase adalah dianggap dosa besar dan kafir

2.      Azzariqoh

Yaitu generasi khawarij yang terbesar setelah Muhakkiamah mengalami kahancuran.

Golongan ini dipimpin oleh Ibnu Al Azraq. Maka nama pemimpi itu kemudian dijadikan

sebutan golongan ini yaitu Azzariqoh. Belar pemimpin mereka adalah ( Nafi Bin al

Azraq ).disebut amirul mukminin. Wilayah kekuasaannya yaitu antara Iraq-Iran. Nafi

meninggal pada tahun 686 M da;lam pertampuran di Iraq. Pemikiran dari Azzariqoh radikal.

Kecenderungan persoalan yang dilontarkan adalah masalah Musyrik. Ada beberapa kriteria

yang disepakati digolongkan musyrik. Yaitu :

a.       Semua orang islam yang tak sepaham dengan golongannya.

b.      Sepaham tapi tidak mau berhijrah.

c.      Golongan yang tidak mau hidup di lingkungan mereka.

Proses masuk golongan ini yaitu dengan dihadapkan dengan seorang tawanan, maka jika

tawanan ini dia bunuh maka dia akan diterima. Namun jika tawanan itu tidak dibunuh maka

ia tidak diterima. Dan sebaliknya, maka ia malah harus dibunuh dengan dipenggal kepalanya.

3.      Najdat

Paham Azzariqoh berkembang, tetapi karena pendapatnya yang terlalu ekstreem, maka

timbullah golongan lain , Najdat. Golongan ini tidak setuju atas faham Azzariqoh yang

16[4] Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta 2004:UI-Press, Cet.V

Page 13: Ilmu Kalam Koleksi

menyatakan bahwa orang-orang azraqi yqang tidak mau berhijrah masuk lingkungannya

adalah kafir.

Golongan ini dipimpin oleh Najdah Ibnu Amir Al Hanafi dari Yamamah.

Pokok-pokok pendapat mereka :

a.      Pelaku dosa besar bukan kafir dan tidak kekal di neraka. Bila golongannya melakukan dosa

besar maka akan mendapat siksa yang kemudian akan ke surga.

b.     Dosa kecil akan bisa berubah menjadi dosa besar bila dilakukan secara terus menerus dan

pelakunya bisa menjadi Musyrik.

c.      Tiap muslim wajib ma’rifatullah dan ma’rifaturrosul, dan segala yang diwahyukan

kepadanya. Orang yang tidak mengetahui tidak diampuni.

d.      Seorang yang mengerjakan hal haram dan tidak mengetahui keharamannya, maka dapat di

ma’fu.

e.       Muslim harus mengetahui haramnya membunuh muslim lainnya.

f.       Faham taqiyah “merahasiakan “ dan tifak menyatakan keyakinan untuk keamanan diri

seseorang . bentuk taqiyah yaitu dengan [erkataan dan perbuatan. Missal bila seseorang

secara lahiriyahnya bukan islam ,tetapi selama hakikinya ia tetap mengesakan Allah maka ia

tetap islam.

Perpecahan Najdah.

Sebab perpecahan :

        Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar.

        Dosa besar tidak membuat pengikutnya menjadi kafir.

        Pembagian gonimah (rampasan perang).

        Najdah bersikap lunak terhadap kholifah Abdul Malik Bin Marwan dari dinasti Umayyah.

Karenanya para pendukung Najdah (semula ) menjadi musuhnya. Abu Fudaik dan Rosyid

melawan Najdah. Dan Najdah erpenggal lehernya .dan Atiyah pergi melarikan diri menuju ke

sajistan di Iraq.

4.      Ajjaridah

Didirikan oleh Abdul Karim bin Ajrad. Menurut syahrasti ia adalah teman dari Atiyah

al Hanafi.Beberapa pemikirannya :

a.       Berhijrah bukan suatu kewajiban , tetapi suatu kebajikan.

b.      Kaum Ajjaridah tidak wajib hidup di lingkungannya.

Page 14: Ilmu Kalam Koleksi

c.       Harta rampasan yang boleh diambil adalah harta orang yang mati terbunuh.

d.      Tidak ada dosa turun remurun dari seorang ayah yang musyrik kepada seorang anak.

e.       Surat Yusuf bukan bagian dari Al Qur’an, karena berisi/ membawakan masalah percintaaan.

Dan menurutnya Al Qur’ an tidak mungkin membawakannya.

Ajjaridah pecah menjadi 2 golongan, yaitu :

1.      Maimuniyah

Mereka berpendapat bahwa baik dan buruknya amal perbuatan manusia timbul dari kemauan

dan kekuasaan manusia sendiri.

2.      Asy-Syu’aibiyah

Mereka berpendapat bahwa Allah adalah sumber dari segala perbuatan manusia. Dengan

demikian, manusia hanya menjalankan kehendak Allah saja, dan mereka tidak bisa menolak

sama sekali.

5.      Surfiyah

Dipimpin oleh Ziad Ibnu Al Asfar. Golongan ini mirip dengan golongan Azzariqoh yang

terkenal dengan ke-ekstriman-nya. Namun mereka tidak se-ekstrim Azzariqoh.

Pendapat paham Surfiyah :

a.       Tidak setuju bila anak-anak kaum musyrik dibunuh.

b.      Kaum mu’min yang tidak hijrah tidaklah digolongkan kafir.

c.       Daerah islam di luar Surfiyah bukan daerah yang harus diperangi. Namun yang boleh

diperangi adalah daerah kampung pemerintah.

d.      Dalam peperangan anak-anak dan wanita tidak boleh dijadikan tawanan.

e.       Orang yang berdosa besar tidak musyrik.

f.       Dosa besar dibagi menjadi 2 bagian :

       Dengan sangsi di dunia dan tidak ada sanksinya seperti zina, mencuri,membunuh.

       Dengan sanksi di akhirat seperti puasa,zakat, salat..

6.      Ibadiyah

Dipimpin oleh Abdullah ibnu Ibad dan termasuk aaliran paling moderat disbanding golongan

khawarij lainnya. Golonmgan ini muncul setelah memisahkan diri dari Azzariqoh. Abdullah

Ibnu Ibad tidak mau membantu memerangi pemerintah bani Umayyah atas ajakan Azzariqoh.

Bahkan hubungannya dengan Umayyah ( Khalifah Abdul Mlik Bin Marwan ) sangat baik.

Kelanjutannya dari hubungan baik ini sampai

generasi Ibadiyah berikutnya.

Page 15: Ilmu Kalam Koleksi

Ajaran-Ajaran Ibadiyah:

a.       Muslim yang tidak sepaham tidak mukmin dan tidak pula musyrik, tetapi kafir.

Membunuhnya haram dan syahadatnya dapat diterima.

b.      Daerah tauhid yaitu daerah yang mengesakan Allah tidak boleh diperangi, walaupun daerah

itu ditempati oleh muslim yang tidak sepaham. Daerah kafit yang harus diperangi yaitu

daerah pemerintah.

c.      Muslim yang berdosa besar dan masih mengesakan Allah bukan mukmin. Bila kafir maka

hanya kafir ni’mah, bukan kafir millah(Agama) maka tidak keluar dari islam.

d.     Harta rampasan perang hanyalah kuda dan senjata.

Paham ibadiyah di atas menunjukkan kemoderatannya dibanding lainnya. Sifat inilah yang

membuatnya mampu bertahan lebih lama. Sampai sekarang masih mampu dibuktikan /

ditemukan di daerah Afrika Utara, Arabia Selatan dan sebagainya.

7.      Assalabiyah

Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut dikatagorikan sebagai

aliran khawarij, selama didalamnya terdapat indikasi doktrin yang identik dengan aliran ini.

Berkenaan dengan persoalan ini Harun Nasution megidentifikasikan beberapa indikasi aliran

yang dapat dikategorikan sebagai aliran Khawarij, yaitu sebagai berikut :

a.      Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan golongannya, walaupun orang itu

adalah penganut agama islam.

b.      Islam yang benar yaitu islam yang mereka fahami dan amalkan, sedangkan islam

sebagaimana yang difahami dan diamalkan golongan lain adalah tidak benar.

c.       Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke Islam yang

sebenarnya, yaitu islam yang mereka fahami dan mereka amalkan.

d.      Karena pemerintah dan ulama yang tidak sefaham dengan mereka adalah sesat, maka mereka

memilih imam dari golongan mereka sendiri. Yakni imam dalam arti pemuka agama dan

pemuka pemerintah.

e.      Mereka bersifat fanatic dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan dan membunuh untuk

mencapai tuuan mereka.

5.      Tokoh-tokoh Aliran Khawarij

Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :

Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka berkumpul di Harura

(pimpinan Khawarij pertama)

Page 16: Ilmu Kalam Koleksi

1.      Urwah bin Hudair

2.      Mustarid bin sa’ad

3.      Hausarah al-Asadi

4.      Quraib bin Maruah

5.      Nafi’ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)

6.      Abdullah bin Basyir

7.      Zubair bin Ali

8.      Qathari bin Fujaah

9.      Abd al-Rabih

10.  Abd al Karim bin ajrad

11.  Zaid bin Asfar

12.  Abdullah bin ibad

Page 17: Ilmu Kalam Koleksi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.      Secara etimologi Khawarij berasal dari bahasa Arab yaitu Kharaja yang berarti keluar,

muncul, timbul atau memberontak.

2.      Kaum khawarij tidak konsisten, karena sebagaimana pendukung Ali yang lain, mereka

semula juga mendorong Ali agar menerima baik usul penyelesaian sengketa dengan

Muawiyah melalui arbitrase.

3.      Ajaran fundamental kaum Khawarij yang timbul dari idealism yaitu penolakan mereka atas

pandangan bahwa iman semata-mata sudah mencukupi, sedangkan amal adalah bagian esensi

dalam iman.

4.      Diantara sekte-sekte yang terkenal dari kaum Khawarij adalah al-Muhakkimah al-Azariqah,

an-Najdad, al-Ajaridah, al-Ibadiyah, Assalabiyah dan al-Shufriyah.

Page 18: Ilmu Kalam Koleksi

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan, dan Abdul Rozak. 2003. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.

Zuhri, Amat. 2008. Warna-warni Teologi Islam (Ilmu Kalam). Yogyakarta: Gama Media.

Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Cet.V Jakarta:2004

_____________, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta, UI

Press, 1986

Page 19: Ilmu Kalam Koleksi