http://satuhati-satukisah.blogspot.com/2013/05/ilmu-tauhid-aliran-murjiah.html
ILMU TAUHID ALIRAN MURJI'AH
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak sekali aliran-aliran dalam Islam yang selalu menjadi bahan perbincangan dalam
konteks kenegaraan Islam. Penyebabnya karena adanya wacana yang bertumpang tindih
antara hukum agama dan hukum pemerintahan, masalah yang sudah ada dilegitimasi
hukumnya bisa jadi kajian akademik sampai yang akan datang.
Untuk itu alangkah baiknya apabila kita mempelajari lebih dalam aliran-aliran apa saja
dan doktrin/ajaran pokok apa saja yang ada di aliran-aliran tersebut. Agar tidak salah dalam
pemahamannya.
2. Rumusan Masalah
a. Pengertian Murjiah
b. Sebab-sebab munculnya Murji’ah
c. Ajaran Pokok Murji’ah
d. Sekte-sekte Murji’ah
3. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.
4. Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini
adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan
penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Murji’ah
Nama Murji’ah diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan,
pengangguhan dan pengharapan. Kata arja’a mengandung pula arti memberi harapan, yakni
memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat
Allah.
Selain itu, arja’a berarti pula meletakkan dibelakang/mengemudikan, yaitu orang yang
mengemudikan amal dari iman. Oleh karena itu, Murjiah artinya orang yang menunda
penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta
pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak.[1[1]]
2. Asal-Usul (sebab-sebab) munculnya Murji’ah
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah,
diantaranya :
1. Teori Pertama
Mengatakan bahwa gagasan irja atau arja dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan
menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga
bertujuan untuk menghindari sektarianisme.
Murji’ah, baik sebagai kelompok politik maupun teologis, diperkirakan lahir bersamaan
dengan munculnya Syiah dan Khawarij. Kelompok ini merupakan musuh berat Khawarij.[2[2]]
2. Teori Kedua
Mengatakan bahwa gagasan irja, yang merupakan basis doktrin murjiah. Muncul pertama kali
sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin
Muhammad Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695 M.
3. Teori Ketiga
Mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan Muawiyah dilakukanlah tahkim
atau arbitrase. Kelompok Ali terpecah menjadi 2 kubu yang pro dan yang kontra. Kelompok
1 [1] Cyril Glasse, The Concies Encyclopedia of Islam, Staceny International. London, 1989 halam 288-9 ; Departemen Agama RI, Ensiklopedia Islam 1990, halaman 633-6 : Ahmad Amin, Fajrul Islam, Jilid I, Islam, Ej. Srill, Leiden, 1961, hal. 412
2 [2] Lihat W. Motgomery watt, Islamic Philosophy and Theology : An Extended Survey, At Univ, Press, Eidenburgh, 1987, hlm 23, Departemen Agama RI, Op, Cit, hal 633
kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali yakni Kubu Khawarij. Kemudian pendapat ini
ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut kelompok Murji’ah.
Yang menyatakan pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya
diserahkan kepada Allah SWT
3. Ajaran Pokok Murji’ah
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja/arja’a
yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun teologis. Di
bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang
hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Itualah sebabnya kelompok murjiah dikenal
sebagai The Queietist (kelompok bungkam).[3[3]] Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh
hingga membuat murjiah selalu diam dalam persoalan politik.
Adapun dibidang teologi, doktrin irja dikembangkan murjiah, ketika menghadapi
persoalan-persoalan teologis yang muncul saat itu. Pada perkemabgan berikutnya, persoalan-
persoalan yang ditanggapinya menjadi semakin kompleks sehingga mencakup iman, kufur,
dosa besar dan ringan (mortal and venial sains), tauhid, tafsir Al-Qur’an, eskatologi,
pengampunan atas dosa besar, kemaksuman nabi (the impeccability of the profhet), hukuman
atas dosa (punishment of sins), ada yang kafir (infidel) dikalangan generasi awal Islam, tobat
(redress of wrongs), hakikat Al-Qur’an, nama dan sifat Allah, serta ketentuan Tuhan
(predestination).[4[4]]
Berkaitan dengan doktrin teologi murjiah, W. Montgomery Watt merincinya sebagai
berikut :[5[5]]
a. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah memutuskannya diakhirat
kelak.
b. Penangguhan Ali unutuk menduduki ranking keempat dalam peringkat Al-Khalifah Ar-
Rasyidin.
c. Pemberian harapan (giring of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh Ampunan dan rahmat dari Allah.
d. Doktrin-doktrin Murji’ah menyerupai pengajaran (madzhab) para Skeptis dan Empiris dari
kalangan Helenis
3 [3] Classe, loc cit : Gibb and Kremmers, Loc cit.
4 [4] Gibb and Krammers, op.cit, hlm.412
5[5] W. Montgomery Watt, Early Islam : Collected Articels, Eidenburgh, 1990, hlm.181
Masih berkaitan dengan doktrin, teologi Murjiah, Harun, Nasution menyebutkan Empat
ajaran pokoknya, yaitu :[6[6]]
1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari yang
terlibat tahkim dan menyerahannya kepada Allah di hari kiamat kelak.
2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
3. Meletakkan (pentingnya) iman daripada amal
4. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan
dan rahmat dari Allah.
Sementara itu, Abu A’la Al-Mauludi menyebutkan dua doktrin pokok ajaran Murjiah,
yaitu : [7[7]]
1. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau perbuatan tidak
merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap
mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardlukan dan melakukan dosa besar.
2. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap maksiat tidak
dapat mendatangkan mudarat ataupun gangguan atas seseorang. Untuk mendapatkan
pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam
keadaan akidah tauhid.
4. Sekte-sekte Murji’ah
Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah tampaknya dipicu oleh perbedaan
pendapat (bahkan hanya dalam hal intensitas) di kalangan para pendukung Murji’ah sendiri.
Dalam hal ini, terdapat problem yang cukup mendasar ketika para pengamat
mengklasifikasikan sekte-sekte Murji’ah. Kesulitannya antara lain adalah ada beberapa tokoh
aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh seorang pengamat sebagai pengikut Murji’ah,
tetapi tidak diklaim oleh pengamat lain. Tokoh yang dimaksud adalah Washil bin Atha dari
Mu’tazilah dan Abu Hanifah dari Ahli Sunnah.[8[8]] Oleh karena itulah Ash-Syahrastani,
seperti dikutip oleh Watt menyebutkan sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut :[9[9]]
6 [6] Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Mizan, Bandung CetIII, 1995 hlm.22-3
7 [7] Abu A’la Al-Maudui, Al-Khalifah wa Al-Mulk, terj. Muhammad Al Baqir, Mizan, Bandung, 1994, hlm 279-80
8 [8]Watt, Early Islam, hlm. 181
9 [9] Ibid., hlm.23
a. Murji’ah-Khawarij
b. Murji’ah-Qadariyah
c. Murji’ah-Jabariyah
d. Murji’ah Murni
e. Murji’ah Sunni (tokohnya adalah Abu Hanifah).
Sementara itu, Muhammad Imarah menyebutkan 12 sekte Murji’ah yaitu : [10[10]]
a. Al-Jamiyah, pengikut Jahm bin Shufwan
b. Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalahi
c. Al-Yunushiyah, pengikut Yunus As-Samary
d. As-Samriyah, pengikut Abu Samr dan Yunus
e. Asy-Syaubaniyah, pengikut Abu Syauban
f. Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al-Ghailan bin Marwan Dimsaqy
g. An-Najariyah, pengikut Al-Husain bin Muhammad An-Najt
h. Al-Hanafiyah, pengikut Abu Haifah An-Nu’man
i. Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib
j. Al-Mu’aziyah, pengikut Muadz Ath-Thaumi
k. Al-Murisiyah, pengikut Basr Al-Murisy
l. Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam As-Sijistany
Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah menjadi dua sekte, yaitu
golongan moderat dan golongan ekstrim. Murji’ah moderat berpendirian bahwa pendosa
besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebsar
dosanya, dan bila diampuni oleh Allah sehingga tidak masuk neraka sama sekali. Iman adalah
pengetahuan tentang Tuhan dan rasul-rasul-Nya serta apa saja yang datang dari-Nya secara
keseluruhan namun dalam garis besar. Iman ini tidak bertambah dan tidak pula berkurang.
Tak ada perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas pendirian ini adalah Al-Hasan bin
Muhammad bin Ali bin Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli Hadits.
Adapun yang termasuk kelompok ekstrim adalah Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-
Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah, Pandangan tiap-tiap kelompok itu dapat
dijelaskan seperti berikut : [11[11]]
10[10] Muhammad Imarah, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy, dan Asy-Syuruq, Kairo-Beirut, 1991 hlm 33-4
11[11] Nasution, Teologi….hlm.24
a. Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya, berpandangan bahwa orang
yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah
menjadi kafir karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain
dalam tubuh manusia.
b. Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui
Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Salat bukan merupakan ibadah kepada
Allah. Yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu
pula zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.
c. Yunusriyah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau
perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan
perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan orang yang bersangkutan.
Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat, banyak atau sedikit,
tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik (politheist).
d. Hasaniyah menyebutkan bahwa jika seorang mengatakan, ”Saya tahu Tuhan melarang
makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini,”
maka orang tersebut tetap mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang mengatakan ”Saya tahu
Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah Ka’bah di India atau
tempat lain.”
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Murjiah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa,
yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak.
2. Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah,
diantaranya : Mengatakan bahwa gagasan irja atau arja dikembangkan oleh sebagian sahabat
dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik
dan juga bertujuan untuk menghindari sektarianisme, Mengatakan bahwa gagasan irja, yang
merupakan basis doktrin murjiah, dan Mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara
Ali dan Muawiyah dilakukanlah tahkim atau arbitrase. Kelompok Ali terpecah menjadi 2
kubu yang pro dan yang kontra.
3. Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja/arja’a yang
diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun teologis. Di bidang
politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir
selalu diekspresikan dengan sikap diam.
4. Menurut Muhammad Imarah sekte Murji’ah ada 12 yaitu : [12[12]]
a. Al-Jamiyah, pengikut Jahm bin Shufwan
b. Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalahi
c. Al-Yunushiyah, pengikut Yunus As-Samary
d. As-Samriyah, pengikut Abu Samr dan Yunus
e. Asy-Syaubaniyah, pengikut Abu Syauban
f. Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al-Ghailan bin Marwan Dimsaqy
g. An-Najariyah, pengikut Al-Husain bin Muhammad An-Najt
h. Al-Hanafiyah, pengikut Abu Haifah An-Nu’man
i. Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib
j. Al-Mu’aziyah, pengikut Muadz Ath-Thaumi
k. Al-Murisiyah, pengikut Basr Al-Murisy
l. Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam As-Sijistany
12[12] Muhammad Imarah, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy, dan Asy-Syuruq, Kairo-Beirut, 1991 hlm 33-4
DAFTAR PUSTAKA
Cyril Glasse, 1989, The Concies Encyclopedia of Islam, London : Staceny International.
Ahmad Amin, 1961. Fajrul Islam, Jilid I, Islam, Ej. Srill, Leiden,
W. Motgomery watt, 1987, Islamic Philosophy and Theology : An Extended Survey,
Eidenburgh, :At Univ, Press,
W. Montgomery Watt, 1990, Early Islam : Collected Articels, Eidenburgh,
Nasution, Harun, 1995 Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan, Cet.III,
Imarah, Muhammad, 1991, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy, dan Asy-Syuruq, Kairo:Beirut,
http://satuhati-satukisah.blogspot.com/2013/05/ilmu-tauhid-khawarij.html
ILMU TAUHID KHAWARIJ
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perbincangan mengenai aliran dalam Islam selalu menjadi kajian aKtual dalam konteks
kenegaraan Islam. Hal ini terjadi karena adanya wacana tumpang tindih antara hukum agama
dan hukum kenegaraan, dalam konteks ke-indonesiaan. Masalah yang sudah ada legitimasi
hukumnya bisa jadi menjadi kajian akademik sampai yang akan datang karena adanya
perbedaaan antara legitimasi di dalam kenegaraanya dan dalam agama penduduknya.
2. Rumusan Masalah
a. Pengertian Khawarij
b. Sebab-sebab munculnya Khawarij
c. Ajaran Pokok Khawarij
d. Sekte-sekte Khawarij
e. Tokoh-tokoh aliran Khawarij
3. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.
4. Metode Penulisan
Kali ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Cara yang digunakan pada penelitian ini
adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan
penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Khawarij
Secara etimologi (13[1]) kata Khawarij berasal dari bahasa Arab yaitu kharaja yang berarti
keluar, muncul, timbul atau memberontak. Sedangkan menurut terminologi ilmu kalam
adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan
barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase, dalam
perang Siffin pada tahun 37 H/648M, dengan kubu Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khalifah.
2. Sebab-sebab munculnya Khawarij
Perundingan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah ternyata tidak berhasil
menyelesaikan pertentangan diantara mereka. Hal ini membuat kaum khawarij bertambah
marah dan kecewa terhadap Ali bin Abi Thalib. Dalam hal ini sebenrnya kaum khawarij tidak
konsisten, karena sebagaimana pendukung Ali yang lain mereka semula juga mendorong Ali
agar menerima baik usul penyelesaian sengketa dengan Muawiyah melalui arbitrase akan
tetapi mereka menyalahkan Ali bin Ai Thalib karena menerima perundingan pemberontak.
Padahal Ali adalah Imam atau khalifah yang telah mendapat ba’iat rakyat maka tidak benar
menerima atau tunduk kepada pemberontak.14[2]
Dalam pengalaman menuju Kufah, kaum Khawarij yang terdiri dari dua belas ribu orang
sudah tidak bergabung lagi dengan kelompok Ali yang setia. Mereka menuju Harura, sebuah
desa yang menjadi markas perlawanan mereka terhadap Ali. Di sini mereka mengangka Ali
dan sebagai pemimpin perlawanan terhadap Ali, Muawiyah, Amr bin A’sh dan Abu Musa
Al-Asy’ari serta mereka yang mendukung terlaksananya arbitrase. Selanjutnya nama Harura
digunakan untuk menyebut kelompok ini.
Di samping diberi nama Harura, mereka disebut juga Asy-Syurah sebagai pernyataan
mereka yang berarti “berjuang”. Khawarij memandang bahwa Ali bin Abi Thalib, Muawiyah,
Amr bin ‘Ash, Abu Musa Al-Asy;arid an lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir,
karena al-Qur’an mengatakan: “Barangsiapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang
telah ditentukan Allah, adalah kafir” (QS. Al-Maidah: 44).
13[1] Rosihan Anwar, Abdul Rosak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal 49.
14[2] Amat Zuhri, Warna-warni Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Yogyakarta: Gama Media, 2008), h. 29
Dari ayat inilah mereka mengambil semboyan la hukma illa Allah, karena keempat
pemuka Islam di atas telah dipandang kafir dalam arti bahwa merea telah keluar dari Islam,
mereka mesti dibunuh, maka kaum khawarij mengambil keputusan untuk membunuh mereka
berempat, tetapi hanya Ali bin Abi Thalib-lah yang berhasil dibunuh oleh orang Khawarij
yang bernama Abdurahman Ibn Muljam.
3. Ajaran Pokok Khawarij
Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah orang Islam yang melakukan dosa
besar adalah kafir, orang-orang yang terlibat pada perang Jamal (perang antara Aisyah,
Thalhah dan Zubair dengan Ali bin Abi Thalib) dan para pelaku tahkim (termasuk yang
menerima dan membenarkannya) dihukumkan kafir dan khalifah harus dipilih langsung oleh
rakyat.
Begitu pula dengan doktrin-doktrin pokok yang ditanamkan antara lain: [15[3]]
1) Khalifah atau Imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh ummat Islam.
2) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab, setiap orang muslim berhak menjadi
khalifah bila memenuhi syarat.
3) seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
4) Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh.
5) Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka bila tidak maka ia
wajib di bunuh.
6) Adanya wa’ad dan wa’id.
7) Amar makruf nahi munkar.
8) Memalingkan ayat-ayat Al-qur’an yang mutasyabihat.
9) Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan
Dari doktrin di atas dapat kita simpulkan bahwa doktrin kaum Khawarij dapat dikategorikan
dalam tiga kategori yaitu :
a. Doktrin politik, dimana membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan
khususnya tentang kepala negara atau khalifah.
b. Doktrin teologi, dimana membicarakan tentang dosa besar. Doktrin teologi Khawarij yang
radikal pada dasarnya merupakan imbas dari doktrin sentralnya yaitu doktrin politik.
Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya mereka yang juga radikal serta asal usul
mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir yang tandus.
15[3] Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 24.
c. Doktrin sosial, dimana doktrin ini memperlihatkan kesalehan asli kelompok Khawarij.
4. Sekte-sekte Khawarij
Perkembangan khawarij telah menjadikan imamah-khalifah(politik) sebagai dioktrin
sentral yang memicu adanya doktrin-doktrin teologis. Radikalitas yang melekat pada watak
dan perbuatan kelompok khawarij menyebabkan kelompok mereka sangat rentan akan
terjadinya perpecahan-perpecahan, baik secara internal kaum khawarij sendiri , maupun
secara eksternal dengan sesama kelompok islam lainnya.[16[4]]
Sekte- Sekte Yang Muncul Yaitu:
1. Almuhakkimah
Terdiri dari pengikut Ali , kaum khawarij asli. Prinsip utamanya adalah soal arbitrase. Ali,
Muawiyah, Amru Bin Ash Abu Musa Al Asy’ary dan semua yang menyetujui adanya
arbitrase adalah dianggap dosa besar dan kafir
2. Azzariqoh
Yaitu generasi khawarij yang terbesar setelah Muhakkiamah mengalami kahancuran.
Golongan ini dipimpin oleh Ibnu Al Azraq. Maka nama pemimpi itu kemudian dijadikan
sebutan golongan ini yaitu Azzariqoh. Belar pemimpin mereka adalah ( Nafi Bin al
Azraq ).disebut amirul mukminin. Wilayah kekuasaannya yaitu antara Iraq-Iran. Nafi
meninggal pada tahun 686 M da;lam pertampuran di Iraq. Pemikiran dari Azzariqoh radikal.
Kecenderungan persoalan yang dilontarkan adalah masalah Musyrik. Ada beberapa kriteria
yang disepakati digolongkan musyrik. Yaitu :
a. Semua orang islam yang tak sepaham dengan golongannya.
b. Sepaham tapi tidak mau berhijrah.
c. Golongan yang tidak mau hidup di lingkungan mereka.
Proses masuk golongan ini yaitu dengan dihadapkan dengan seorang tawanan, maka jika
tawanan ini dia bunuh maka dia akan diterima. Namun jika tawanan itu tidak dibunuh maka
ia tidak diterima. Dan sebaliknya, maka ia malah harus dibunuh dengan dipenggal kepalanya.
3. Najdat
Paham Azzariqoh berkembang, tetapi karena pendapatnya yang terlalu ekstreem, maka
timbullah golongan lain , Najdat. Golongan ini tidak setuju atas faham Azzariqoh yang
16[4] Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta 2004:UI-Press, Cet.V
menyatakan bahwa orang-orang azraqi yqang tidak mau berhijrah masuk lingkungannya
adalah kafir.
Golongan ini dipimpin oleh Najdah Ibnu Amir Al Hanafi dari Yamamah.
Pokok-pokok pendapat mereka :
a. Pelaku dosa besar bukan kafir dan tidak kekal di neraka. Bila golongannya melakukan dosa
besar maka akan mendapat siksa yang kemudian akan ke surga.
b. Dosa kecil akan bisa berubah menjadi dosa besar bila dilakukan secara terus menerus dan
pelakunya bisa menjadi Musyrik.
c. Tiap muslim wajib ma’rifatullah dan ma’rifaturrosul, dan segala yang diwahyukan
kepadanya. Orang yang tidak mengetahui tidak diampuni.
d. Seorang yang mengerjakan hal haram dan tidak mengetahui keharamannya, maka dapat di
ma’fu.
e. Muslim harus mengetahui haramnya membunuh muslim lainnya.
f. Faham taqiyah “merahasiakan “ dan tifak menyatakan keyakinan untuk keamanan diri
seseorang . bentuk taqiyah yaitu dengan [erkataan dan perbuatan. Missal bila seseorang
secara lahiriyahnya bukan islam ,tetapi selama hakikinya ia tetap mengesakan Allah maka ia
tetap islam.
Perpecahan Najdah.
Sebab perpecahan :
Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar.
Dosa besar tidak membuat pengikutnya menjadi kafir.
Pembagian gonimah (rampasan perang).
Najdah bersikap lunak terhadap kholifah Abdul Malik Bin Marwan dari dinasti Umayyah.
Karenanya para pendukung Najdah (semula ) menjadi musuhnya. Abu Fudaik dan Rosyid
melawan Najdah. Dan Najdah erpenggal lehernya .dan Atiyah pergi melarikan diri menuju ke
sajistan di Iraq.
4. Ajjaridah
Didirikan oleh Abdul Karim bin Ajrad. Menurut syahrasti ia adalah teman dari Atiyah
al Hanafi.Beberapa pemikirannya :
a. Berhijrah bukan suatu kewajiban , tetapi suatu kebajikan.
b. Kaum Ajjaridah tidak wajib hidup di lingkungannya.
c. Harta rampasan yang boleh diambil adalah harta orang yang mati terbunuh.
d. Tidak ada dosa turun remurun dari seorang ayah yang musyrik kepada seorang anak.
e. Surat Yusuf bukan bagian dari Al Qur’an, karena berisi/ membawakan masalah percintaaan.
Dan menurutnya Al Qur’ an tidak mungkin membawakannya.
Ajjaridah pecah menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Maimuniyah
Mereka berpendapat bahwa baik dan buruknya amal perbuatan manusia timbul dari kemauan
dan kekuasaan manusia sendiri.
2. Asy-Syu’aibiyah
Mereka berpendapat bahwa Allah adalah sumber dari segala perbuatan manusia. Dengan
demikian, manusia hanya menjalankan kehendak Allah saja, dan mereka tidak bisa menolak
sama sekali.
5. Surfiyah
Dipimpin oleh Ziad Ibnu Al Asfar. Golongan ini mirip dengan golongan Azzariqoh yang
terkenal dengan ke-ekstriman-nya. Namun mereka tidak se-ekstrim Azzariqoh.
Pendapat paham Surfiyah :
a. Tidak setuju bila anak-anak kaum musyrik dibunuh.
b. Kaum mu’min yang tidak hijrah tidaklah digolongkan kafir.
c. Daerah islam di luar Surfiyah bukan daerah yang harus diperangi. Namun yang boleh
diperangi adalah daerah kampung pemerintah.
d. Dalam peperangan anak-anak dan wanita tidak boleh dijadikan tawanan.
e. Orang yang berdosa besar tidak musyrik.
f. Dosa besar dibagi menjadi 2 bagian :
Dengan sangsi di dunia dan tidak ada sanksinya seperti zina, mencuri,membunuh.
Dengan sanksi di akhirat seperti puasa,zakat, salat..
6. Ibadiyah
Dipimpin oleh Abdullah ibnu Ibad dan termasuk aaliran paling moderat disbanding golongan
khawarij lainnya. Golonmgan ini muncul setelah memisahkan diri dari Azzariqoh. Abdullah
Ibnu Ibad tidak mau membantu memerangi pemerintah bani Umayyah atas ajakan Azzariqoh.
Bahkan hubungannya dengan Umayyah ( Khalifah Abdul Mlik Bin Marwan ) sangat baik.
Kelanjutannya dari hubungan baik ini sampai
generasi Ibadiyah berikutnya.
Ajaran-Ajaran Ibadiyah:
a. Muslim yang tidak sepaham tidak mukmin dan tidak pula musyrik, tetapi kafir.
Membunuhnya haram dan syahadatnya dapat diterima.
b. Daerah tauhid yaitu daerah yang mengesakan Allah tidak boleh diperangi, walaupun daerah
itu ditempati oleh muslim yang tidak sepaham. Daerah kafit yang harus diperangi yaitu
daerah pemerintah.
c. Muslim yang berdosa besar dan masih mengesakan Allah bukan mukmin. Bila kafir maka
hanya kafir ni’mah, bukan kafir millah(Agama) maka tidak keluar dari islam.
d. Harta rampasan perang hanyalah kuda dan senjata.
Paham ibadiyah di atas menunjukkan kemoderatannya dibanding lainnya. Sifat inilah yang
membuatnya mampu bertahan lebih lama. Sampai sekarang masih mampu dibuktikan /
ditemukan di daerah Afrika Utara, Arabia Selatan dan sebagainya.
7. Assalabiyah
Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut dikatagorikan sebagai
aliran khawarij, selama didalamnya terdapat indikasi doktrin yang identik dengan aliran ini.
Berkenaan dengan persoalan ini Harun Nasution megidentifikasikan beberapa indikasi aliran
yang dapat dikategorikan sebagai aliran Khawarij, yaitu sebagai berikut :
a. Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan golongannya, walaupun orang itu
adalah penganut agama islam.
b. Islam yang benar yaitu islam yang mereka fahami dan amalkan, sedangkan islam
sebagaimana yang difahami dan diamalkan golongan lain adalah tidak benar.
c. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke Islam yang
sebenarnya, yaitu islam yang mereka fahami dan mereka amalkan.
d. Karena pemerintah dan ulama yang tidak sefaham dengan mereka adalah sesat, maka mereka
memilih imam dari golongan mereka sendiri. Yakni imam dalam arti pemuka agama dan
pemuka pemerintah.
e. Mereka bersifat fanatic dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan dan membunuh untuk
mencapai tuuan mereka.
5. Tokoh-tokoh Aliran Khawarij
Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :
Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka berkumpul di Harura
(pimpinan Khawarij pertama)
1. Urwah bin Hudair
2. Mustarid bin sa’ad
3. Hausarah al-Asadi
4. Quraib bin Maruah
5. Nafi’ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
6. Abdullah bin Basyir
7. Zubair bin Ali
8. Qathari bin Fujaah
9. Abd al-Rabih
10. Abd al Karim bin ajrad
11. Zaid bin Asfar
12. Abdullah bin ibad
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Secara etimologi Khawarij berasal dari bahasa Arab yaitu Kharaja yang berarti keluar,
muncul, timbul atau memberontak.
2. Kaum khawarij tidak konsisten, karena sebagaimana pendukung Ali yang lain, mereka
semula juga mendorong Ali agar menerima baik usul penyelesaian sengketa dengan
Muawiyah melalui arbitrase.
3. Ajaran fundamental kaum Khawarij yang timbul dari idealism yaitu penolakan mereka atas
pandangan bahwa iman semata-mata sudah mencukupi, sedangkan amal adalah bagian esensi
dalam iman.
4. Diantara sekte-sekte yang terkenal dari kaum Khawarij adalah al-Muhakkimah al-Azariqah,
an-Najdad, al-Ajaridah, al-Ibadiyah, Assalabiyah dan al-Shufriyah.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan, dan Abdul Rozak. 2003. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Zuhri, Amat. 2008. Warna-warni Teologi Islam (Ilmu Kalam). Yogyakarta: Gama Media.
Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Cet.V Jakarta:2004
_____________, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta, UI
Press, 1986
Top Related