TATA TULIS (EJAAN)
Embed Size (px)
description
Transcript of TATA TULIS (EJAAN)
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tata Tulis (Ejaan)
Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangn bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf
maupun huruf yang telah disusun menajadi kata, kelompok kata, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang
mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. (Mustakim, 1990 : 1).
Kaidah ini mengatur tiga hal, yaitu penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca (Anshari,dkk , 2013 : 50)
B. Penggunaan Huruf Kapital dan Huruf Miring
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Penggunaan huruf kapital menurut Permendiknas (2011: 8) :
a. Di awal kalimat, setiap huruf yang mengawali kalimat tersebut
haruslah menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
- Tas itu berwarna pink
- Dia harus bisa membaca!
- Kemana kamu akan pergi?
b. Dalam penulisan petikan langsung, huruf pertama selalu diawali huruf
kapital .
Misalnya:
Gubernur berseru ,Marilah kita bersatu dalam mewujudkan
kehidupan Islam!
Fira bertanya,Kapan kita berangkat?
-
4
c. Kata yang berkenaan dengan agama , kitab suci, dan nama Tuhan
termasuk kata ganti untuk Tuhan, selalu di awali huruf kapital.
Misalnya :
- Islam
- Hindu
- Yang Maha Esa
- Mohon ampun kepada-Nya
- Yang Maha Esa
- Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau rahmati.
d. Jika nama gelar kehormatan, gelar keturunan, dan gelar keagamaan,
diikuti nama orang maka huruf pertamanya menggunakan huruf
kapital.
Contoh:
- Mahaputra Mohamad Yamin
- Imam Syafii
- Nabi Muhammad SAW
- Sultan Hasanuddin
Tetapi, jika tidak diikuti nama orang, maka tidak perlu menggunakan
huruf kapital.
Contoh :
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
-
5
Mengikuti ajaran seorang imam
e. Unsur nama jabatan dan pangkat jika diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, maka harus diawali huruf kapital.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik,
Perdana Menteri Inggris,
Profesor Kameliani,
Laksamana Muda Arif Sastranegera,
Tetapi jika tidak dikuti nama orang, nama instansi atau nama tertentu
maka tidak perlu menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin dia dilantik menjadi mayor jenderal.
Jika nama instansi atau jabatan merujuk kepada bentuk lengkapnya
maka harus menggunakan huruf kapital.
Misalnya :
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia
Sidang itu dipimpin Presiden
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departeman Pendidikan
Nasional
-
6
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen
f. Setiap huruf pertama unsur-unsur nama orang menggunakan huruf
kapital.
Misalnya:
Kameliani
Nur Purnama Sari
Ina Aprianti
Tetapi jika unsur-unsur nama orang seperti pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam
nama Portugal), maka tidak perlu mengunakan huruf kapital.
Misalnya :
Vasco da Gama
Otto van Bismarck
J.J de Hollander
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel
10 volt
5 ampere
-
7
g. Huruf pertama pada nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa ditulis
dengan menggunakan huruf kapital..
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Bugis
bahasa Korea
Tetapi jika kata tersebut merupakan bentuk dasar kata turunan, maka
tidak perlu menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
kekorea-koreaan
h. huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
menggunakan huruf besar.
Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Juli
hari Jumat
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Perang Dunia I
-
8
Tetapi jika peristiwa sejarah tidak digunakan sebagai nama, maka
tidak perlu menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
i. Huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi dituliskan dengan huruf
kapital.
Misalnya:
Asia Tenggara
Makassar
Huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri
geografi juga dituliskan dengan huruf kapital .
Bukit Barisan
Danau Toba
Selat Lombok
Jika unsur-unsur nama geografi tidak diikuti nama diri geografi maka
huruf pertamanya tidak perlu menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
-
9
Nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis tidak
perlu menggunaka huruf kapital.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
pisang ambon
Jika nama diri atau nama diri geografi didahului dengan kata yang
menggambarkan kekhasan budaya maka huruf pertamanya
menggunakan huruf kapital.
Misalnya :
ukiran Jepara
asinan Bogor
sate Mak Ajad
j. Unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan , dan nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan, oleh, atau ,
dan untuk , huruf pertamanya mengggunakan huruf kapital.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
-
10
k. Jika nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan , badan, dokumen
resmi, dan judul karangan yang mengandung unsur bentuk ulang
sempurna maka setiap huruf pertamanya menggunakan huruf kapital
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
l. Semua huruf pertama pada kata yang terdapat di dalam judul buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan harus menggunakan huruf
kapital kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Beyond The Inspiration.
Bacalah majalah Drise.
Dia adalah agen surat kabar Fajar Makassar.
m. Jika kata mengandung unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri, maka huruf pertamnya
menggunakan huruf besar.
Misalnya:
Dr.
M.A.
S.H.
doktor
master of arts
sarjana hukum
-
11
S.S.
Prof.
Tn.
Ny.
Sdr.
sarjana sastra
profesor
tuan
nyonya
saudara
n. Jika kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara,
kakak, adik, dan paman dipakai dalam penyapaan atau pengacuan,
maka huruf pertamanya menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
Kapan Kakak berangkat? tanya Kamelia.
Sari bertanya,Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Silakan masuk, Nak! kata Lia.
Tetapi jika tidak dipakai sebagai kata pengacuan atau penyapaan maka
tidak perlu menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah bekerja.
Dia tidak mempunyai saudara di Makassar..
-
12
o. Kata Anda yang digunakan dalam penyapaan , huruf pertamanya
menggunakan huruf kapital.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
Penggunaan huruf miring menurut Permendiknas (2011:19) adalah
sebagai berikut.
a. Nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang dikutip dalam
tulisan harus dicetak miring.
Misalnya :
Buku Ustadz Felix yang berjudul Udah Putusin Aja! adalah buku
bernuansa Islami.
Tulisan Umar Kayam pernah dimuat dalam majalah Tempo.
b. Dalam menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata
atau, kelompok kata dapat dicetak menggunakan huruf miring.
Misalnya:
Huruf pertama yang dia tulis adalah c
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Huruf j pada kata Jakarta harus ditulis dengan huruf kapital
-
13
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Dewasa ini banyak perusahaan yang go public.
C. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang tidak terikat antara kesatuan yang
satu dengan yang lainnya, dan belum mengalami penambahan
imbuhan.(Chaier, Abdul: 2006).
Misalnya:
Kita semua anak Indonesia.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
2. Kata Turunan
Kata berimbuhan adalah suatu kata yang dibentuk dari kata dasar
dengan menambahkan imbuhan ( awalan, sisipan, atau akhiran ) (Chaeir,
Abdul :2006)
Aturan penulisan kata berimbuhan menurut Permendiknas (2011 :
24) sebagai berikut.
-
14
a. Kata dasar ditulis serangkai dengan imbuhan ( awalan, sisipan,
akhiran ).
Misalnya:
berjalan
petani
lukisan
gemetar
Imbuhan kalau ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar
yang bukan bahasa Indonesia maka harus dirangkaikan dengan tanda
hubung.
Misalnya :
mem-PHK-kan
di-upgrade
me-recall
b. Kalau bentuk dasar merupakan gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganaksungai
sebar luaskan
-
15
lipat gandakan
c. Kalau bentuk dasar yang berupa gabungan kata yang mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata tersebut
harus ditulis serangkai.
Misalnya:
Mengggarisbawahi
menyebarluaskan
Dilipatgandakan
d. Jika salah satu unsur dari gabungan kata itu tidak dapat berdiri
sendiri sebagai sebuah kata, maka gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
Adipati
Aerodinamika
Antarkota
Anumerta
Audiogram
Awahama
Bikarbonat
Biokimia
Dwiwarna
Mahasiswa
-
16
Mancanegara
multilateral,
3. Bentuk Ulang
Kata ulang merupakan sebuah bentuk dari hasil mengulang sabuah
kata dasar atau dari sebuah bentuk dasar. Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). (Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:
anak-anak
mata-mata
undang-undang
mondar-mandir
dimana aturan dari penulisan kata ulang ini juga berlaku pada bentuk
seperti :
sia-sia
laba-laba
kupu-kupu
4. Gabungan Kata
Bentuk kata yang terdiri atas dua kata atau lebih disebut gabungan
kata atau kata gabung. (Chaeir,Abdul : 2006)
Menurut Permendiknas (2011: 30) kata gabung di tuliskan dengan
aturan sebagai berikut :
-
17
a. Unsur-unsur yang membentuk gabungan kata ditulis secara terpisah
dengan lainnya.
Misalnya:
kantor pos
orang tua
kambing hitam
persegi panjang
kereta api expres
buku pelajaran kimia
b. Agar terhindar dari kesalahan pengertian, maka di antara unsur-unsur
gabungan kata dapat di beri tanda hubung agar dapat menegaskan
hubungan antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya :
Buku sejarah-baru
Dengan arti, yang baru adalah sejarahnya
Buku-sejarah baru
Dengan arti, yang baru adalah bukunya
c. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagi sebuah kata (satu kata), di
tulis serangkai.
Misalnya:
adakalanya
apalagi
-
18
beasiswa
matahari
Kita harus melihat dalam kamus untuk memastikan apakah kata
tersebut sudah dianggap sabuah kata atau belum.
5. Kata Ganti
Kata ganti klitik merupakan kata ganti yang di singkat seperti ku- ,
kau- , -ku, -mu, dan nya. Kata gantiku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; kata ganti -ku, -mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. (Pemerdiknas, 2010 : 50)
Misalnya:
Dimana kaubeli baju itu?
Ini bukuku, itu bukunya, lalu dimana bukumu?
Kalau digabung dengan kata yang di awali huruf kapital atau bentuk
yang berupa singkatan maka kata ganti klitik harus dirangkaikan dengan
tanda hubung. (Permendiknas,2011 : 50)
Misalnya :
KTP-mu
SIM-nya
-
19
6. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata yang biasanya menjadi penghubung antara predikat dengan
objek atau keterangan , dan lazimnya berada di depan sebuah kata benda
merupakan kata depan. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
(Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Fira sekarang?
Saya akan ke Surabaya besok.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
7. Kata Sandang (si dan sang)
Dalam menulis kata si dan sang ditulis secara terpisah dari kata
yang mengikutinya. (Permendiknas,2010 : 51)
-
20
Misalnya:
Sang saka berkibar dimana-mana
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim
Jika kata si dan sang dimaksudkan sebagai unsur nama diri maka huruf
awal si dan sang di tulis dengan huruf kapital.
Misalnya :
Serigala itu marah sekali kepada Sang Kancil
Dalam cerita itu Si Kera mencari kitab suci bersama gurunya.
8. Partikel
Aturan penulisan partikel menurut Permendiknas (2011 : 38) adalah
sebagai berikut.
a. Apabila ada kata yang mendahului partikel -lah, -kah, dan tah
maka kata tersebut ditulis serangkai dengan partikel.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Berangkatlah sekarang juga!
Bunglah sampah pada tempatnya!
Apatah gerangan yang kamu cari?
b. Apabila ada kata yang mendahului partikel pun maka kata tersebut
ditulis terpisah dari partikel pun.
Misalnya:
-
21
Dibayar berapa pun aku tidak mau.
Kapan pun waktunya aku siap.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang
ke rumahku.
c. Apabila terdapat partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap
maka kata yang mengikutinya di tulis terpisah dari partikel ini.
Misalnya:
Mereka harus membayar SPP Rp950.000,00 per semester.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain ini Rp5.000,00 per helai.
9. Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah kependekan kata yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.(Permendiknas : 2011, 39)
Aturan penulisan singkatan dan akronim menurut Pemerdiknas
(2011: 39) sebagai berikut.
a. Nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat yang
disingkat harus diikuti dengan tanda titik diakhir singakatan tersebut.
Misalnya:
Djoko Kentjono, M.A. Djoko Kentjono Master of Art
R.A. Kartini Raden Ajeng Kartini
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
-
22
M.B.A. master of business administration
S.E. sarjana ekonomi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel
b. Jika nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi disingkat dengan cara
menggabungkan huruf awal kata maka huruf-hurufnya ditulis
dengan huruf besar dan tidak perlu diikuti tanda titik dibelakang
tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
SMA Sekolah Menengah Peretama
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
UUD Undang-Undang Dasar
c. 1). apabila gabungan kata yang disingkat terdiri dari tiga huruf maka
singkatan tersebut diikuti tanda titik.
dst. dan seterusnya
ybs. yang bersangkutan
dll. dan lain-lain
-
23
2). Gabungan huruf yang merupakan hasil singkatan kata diakhiri
dengan tanda titik.
Misalnya :
jml. jumlah
hlm. halaman
tsb. tersebut
yg yang
No. nomor
tgl tanggal
3). apabila gabungan kata yang disingkat terdiri dari dua huruf maka
masing-masing huruf diikuti tanda titik. Misalnya:
a.n.
d.a.
u.b.
u.p.
atas nama
dengan alamat
untuk beliau
untuk perhatian
d. apabila singkatan merupakan lambang kimia, singkatan satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang maka singkatan
tersebut tidak perlu diakhiri tanda titik.
Misalnya:
Cu
TNT
cm
Kuprum
trinitrotoluena
sentimeter
-
24
kVA
l
kg
Rp
kilovolt-ampere
liter
kilogram
rupiah
Akronim ialah singkatan yang dibentuk oleh huruf-huruf awal
yang digabung ,suku-suku kata yang digabung , ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai sebuah
kata. (Mustofa,dkk ,2010 :19)
Aturan penulisan akronim menurut Permendiknas (2011: 42)
adalah sebagai berikut:
1) Apabila akronim di bentuk oleh gabungan huruf awal dari deret
kata maka ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak diikuti
tanda titik. Akronim ini merupakan akronim nama diri.
Misalnya:
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata pada huruf awal ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
ABRI
PAM
LIPI
LAN
PASI
IKIP
SIM
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Perusahaan air minum
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lembaga Administrasi Negara
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Surat izin mengemudi
-
25
Akabri
Bappenas
Iwapi
Kowani
Sespa
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kongres Wanita Indonesia
Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
3) Akronim yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih dan
bukan nama diri ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
siskamling
munas
pemilu
radar
rapim
rudal
tilang
sistem keamanan lingkungan
musyawarah nasional
pemilihan umum
radio detecting and ranging
rapat pimpinan
peluru kendali
bukti pelanggaran
10. Angka dan Bilangan
Angka adalah lambang yang fungsinya sebagai pengganti bilangan.
Ada dua macam angka yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu
angka Arab dan angka Romawi. (Permendiknas ,2011 :44)
Angka Arab
Angka Romawi
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX, X,
L (50), C (100), D (500), M
(1000), V (5000), M (1.000.000)
.
Menurut Permendiknas (2011 : 44) aturan penulisan angka dan
bilangan adalah sebagai beikut.
a. Dalam teks, jika bilangan dinyatakan dalam satu atau dua kata maka
bilangan ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan tersebut dipakai
dalam perincian.
-
26
Misalnya :
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali
Koleksi perputakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 30 murid , 15 murid menyukai pelajaran biologi, 10
murid menyukai pelajaran matematika, dan 5 murid tidak
menyukai keduanya.
b. Jika bilangan berada pada awal kalimat, maka bilangan tersebut di
tulis menggunakan huruf. Tetapi jika bilangan tersebut lebih dari dua
kata, maka susunan kalimat diubah agar bilangan tersebut tidak
ditempatkan di awal kalimat.
Misalnya :
Dua puluh mahasiswa mengikuti Olimpiade Sains Nasional
Panitia mengundang 250 orang peserta
Bukan
250 orang peserta diundang oleh panitia.
c. Angka dapat dieja kalau melambangkan bilangan yang jumlahnya
terlalu besar agar lebih mudah dibaca.
Misalnya :
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
d. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas,
dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang ; dan (d) jumlah.
Misalnya :
0,5 sentimeter
5 kilogram
10 liter
2.000 rupiah
Tahun 1945
14 Juli 1994
1 jam 20 menit
Pukul 14.00
e. Angka pada umumnya digunakan untuk melambangkan nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
-
27
Misalnya :
Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No.14
Hotel Mahameru, Kamar 169
f. Untuk memberikan nomor pada bagian karangan atau ayat kitab suci
digunakann angka.
Misalnya :
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
g. Aturan penulisan bilangan dengan huruf sebagai berikut.
Bilangan utuh
Misalnya :
Dua belas (12)
Lima ribu (5000)
Bilangan pecahan
Misalnya :
Setengah (1
2 )
Satu persen ( 1%)
h. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya :
Pada awal abad XX(angka Romawi Kapital)
Dalam kedidupan pada abad ke-20 (huruf dan angka)
Pada awal abad kedua puluh(huruf)
Abad XXI
Abad ke-21
Lantai II
Lantai ke-2
-
28
i. Kalau penulisan bilangan di akhiri dengan an maka aturan
penulisannya sebagai berikut.
Misalnya :
Lima lembar uang 1.000-an(lima lembar uang seribuan)
Tahun 1960-an(tahun seribu sembilan ratus enam puluhan)
j. Bilangan yang dapat ditulis dengan angka dan huruf sekaligus
hanyalah di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya :
Jumlah siswa 250 orang
bukan
Jumlah siswa 250 (dua ratus lima puluh) orang
k. Bilangan yang di tulis dengan angka dan huruf sekaligus,
penulisannya harus tepat.
Misalnya :
Telah di terima unag sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus
ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
11. Pemenggalan Kata
Aturan pemenggalan kata menurut Permendiknas (2011 : 31) adalah
sebagai berikut.
1. Pemenggalan kata dasar.
a. Kalau di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan maka
pemenggalan dilakukan di antara huruf vokal tersebut.
Misalnya :
Kain ka-in
Saat sa-at
Niat ni-at
Kaum ka-um
-
29
b. Kata yang mengandung gugus vokal au, ai, ae, ei, eu,ui, dan oi
tidak dipenggal
Misalnya :
Aula au-la
Pulau pu-lau
Survei sur-vei
c. Pemenggalan kata yang mengandung satu huruf konsonan,
diantara dua buah huruf vokal, dimana pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan itu. Dalam hal ini gabungan huruf
konsonan ng, ny, kh, dan sy tidak dipenggal karena gabungan itu
hanya melambangkan satu konsonan atau satu fonem.
Misalnya :
Bapak ba-pak
Teman te-man
Dengan de-ngan
Sopan so-pan
d. Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan
berurutan, pemenggalan kata ini dilakukan diantara kedua huruf
konsonan tersebut.
Misalnya :
Tancap tan-cap
Mandi man-di
Sombong som-bong
Janji jan-ji
e. Pemenggalan kata yang memiliki tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing mewakili fonem tunggal, pemenggalannya
dilakukan diantara kedua huruf konsonan pertama dan huruf
konsonan yang kedua.
Misalnya :
-
30
Ultra ul-tra
Bentrok ben-trok
Infra in-fra
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
di penggal.
Misalnya :
Akhlak akh-lak
Bangkrut bang-krut
Ikhlas ikh-las
Kongres kong-res
Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu
huruf ( vokal ) diawal dan diakhir baris.
Misalnya :
Itu i-tu
Ini in-i
2. Pemenggalan kata berimbuhan.
Pemenggalan kata berimbuhan dapat dilakukan dengan
memisahkan imbuhan atau partikel dengan bentuk dasarnya.
Misalnya :
Berjalan ber-jalan
Diambil di-ambil
Makanan makan-an
Kata dasar yang telah mengalami perubahan dikarenakan diberi
imbuhan, pemenggalannya dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
Menutup me-nu-tup
Menyapu me-nya-pu
Pengetik pe-nge-tik
-
31
3. Pemenggalan kata yang terdiri dari dua unsur atau lebih dan salah
satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, maka
pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur tersebut. Tiap
unsur gabungan dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya :
Biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
Pascasarjana pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
Biodata bio-data bi-o-da-ta
Kilogram kilo-gram ki-lo-gram
Kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
4. Pemenggalan nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang
terdiri dari dua unsur atau lebih dilakukan diantara unsur-unsur
nama itu, dalam pemenggalan tersebut tidak perlu disertai dengan
tanda penghubung, ini dikarenakan masing-masing unsur yang
dipenggal tersebut merupakan unsur lepas.
Misalnya :
Nur Purnama Sari Nur Purnama
Sari
Alfira Puspita Dewi Alfira
Puspita Dewi
Nur Indah Mawarni Nur Indah
Mawarni