Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

38
Pd T-05-2003 Konstruksi dan Bangunan Sipil Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air hujan (ABSAH) untuk penyediaan air baku mandiri DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA

Transcript of Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Page 1: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

Konstruksi dan Bangunan Sipil

Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air hujan (ABSAH)

untuk penyediaan air baku mandiri

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA

Page 2: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...
Page 3: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Prakata

Petunjuk Teknis ini disusun oleh Dr. Ir. Bambang Soenarto, Dipl.H., M.Eng. dalam Gugus Kerja Bidang Hidrologi, Hidraulika, Lingkungan, Air Tanah dan Air Baku yang termasuk pada Sub. Pantek Sumber Daya Air yang berada di bawah Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan Badan Litbang Kimpraswil Departemen Kimpraswil. Penulisan Petunjuk Teknis ini mengacu kepada pedoman BSN No.8 tahun 2000.

Perumusan Petunjuk Teknis ini dilakukan melalui proses pembahasan pada Gugus Kerja Prakonsensus dan Konsensus yang melibatkan para nara sumber dan pakar dari berbagai Instansi terkait. Tata cara desain bangunan ABSAH ini bermula pada pemikiran bahwa : a) kuantitas air yang diperoleh di Indonesia dari air hujan tergolong tinggi; b) secara regional kuantitas air yang hilang akibat penguapan tidak bisa ditiadakan atau diperkecil, namun secara setempat hal ini bisa dilakukan; c) atap bangunan atau bidang kedap bisa dipakai sebagai bidang penangkap air

hujan; d) air yang tertangkap bisa dialirkan dan disimpan lebih lama di dalam akuifer atau

lapisan air tanah buatan guna memperkaya mineral yang terkandung di dalamnya; e) ukuran bangunan penyimpan bisa didesain secara optimal dengan kuantitas

pasok pemberian air yang bisa dihitung. Penyediaan air baku mandiri bisa dipergunakan untuk : a) air minum; b) air rumah tangga; c) air pertanian pekarangan; d) air pertanian skala kecil; e) perikanan skala kecil; f) air untuk peternakan skala kecil; g) fasilitas umum yang bersifat daur ulang dan keperluan yang bersifat spesifik lainnya yang tidak memerlukan air terlalu banyak. Justifikasi dari aspek kuantitas dan kualitas airnya telah dibuktikan di lapangan maupun di dalam model kecil, dan bangunan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari bangunan Penampung Air Hujan (PAH) yang kapasitasnya umumnya terbatas.

Page 4: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pendahuluan

Petunjuk Teknis ini menetapkan tata cara mendesain bangunan Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan (ABSAH) untuk penyediaan air baku mandiri di Indonesia. Bangunan ABSAH adalah bangunan penyediaan air baku mandiri yang dibuat dengan memanfaatkan air hujan yang disimpan dan mengalir di dalam akuifer (lapisan air tanah) buatan yang kemudian ditampung di dalam reservoir, dan merupakan modifikasi terhadap bangunan Penampungan Air Hujan (PAH) atau yang serupa. Seperti diketahui bahwa kesulitan penyediaan air mandiri bagi kelompok tempat tinggal di Indonesia biasanya terjadi di daerah : a) kering karena faktor iklim seperti di sebagian NTT, NTB dan yang serupa; b) sulit air karena faktor geologi, yakni di daerah lolos air (seperti daerah batugamping

karst) atau daerah kedap air (seperti Kabupaten Blora dan sekitarnya yang mempunyai lapisan lempung atau napal dari mulai permukaan tanah sampai ke kedalaman puluhan atau ratusan meter);

c) pulau-pulau kecil yang mengalami kesulitan air (pulau-pulau di Kab. Bengkalis); d) berair asin dan payau (misalnya di sekitar daerah pantai P. Sumbawa); e) dengan kualitas air yang tidak bisa dipakai untuk keperluan tertentu; f) bergambut atau rawa; g) puncak-puncak bukit; h) di mana sistem penyediaan air tidak ada atau kurang memadai atau tidak bisa

diandalkan; i) dengan sebaran pemukiman yang terpencar-pencar. Bangunan ABSAH mempunyai kelebihan terhadap bangunan PAH, terutama yang menyangkut kuantitas dan kualitas air yang dihasilkan. Terdapat beberapa tipe yang bisa dibuat berdasarkan jenis penggunaannya, kondisi khusus dan kondisi air setempat dan perlakuan terhadap air yang dihasilkannya. Bangunan ini wadahnya bisa dibuat dari bahan serat kaca “fiberglass” yang bersifat siap pasang “knock down”, namun biayanya tergolong masih mahal Oleh karena itu konstruksi bangunan ABSAH ini diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan-bahan yang bisa ditemukan setempat.

Page 5: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Daftar isi

Prakata ........................................................................................................ i Pendahuluan ................................................................................................ ii Daftar isi ....................................................................................................... iii 1. Ruang lingkup ...................................................................................... 1

2. Acuan .................................................................................................. 2

3. Istilah dan definisi ................................................................................ 2

4. Persyaratan ......................................................................................... 3

5. Dasar konsep bangunan ABSAH .......................................................... 5

6. Desain .................................................................................................. 6

7. Tipe bangunan ABSAH ......................................................................... 7

8. Bibliografi ............................................................................................. 8

Lampiran:

1. Lampiran – A ....................................................................................... 9

2. Lampiran – B ....................................................................................... 12

3. Lampiran – C ....................................................................................... 16

4. Lampiran – D ....................................................................................... 26

5. Lampiran – E ....................................................................................... 30

Page 6: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

1 dari 33

Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air hujan (ABSAH) untuk penyediaan air baku mandiri

1 Ruang lingkup

Tata cara ini menentukan dimensi dari bangunan kombinasi akuifer buatan dan simpanan air hujan (ABSAH) dan menetapkan pedoman pelaksanaan pembangunan di lapangan.

Bangunan ABSAH merupakan bangunan kombinasi yang terdiri atas :

a) bak pemasukan air dengan penyaring bantalan kerikil dan pasir;

b) bak akifer buatan yang berisi material berupa pasir, pasir laut, kerikil, hancuran bata merah, arang, kapur dan bantalan pasir serta ijuk;

c) bak penyimpan air atau reservoir;

d) bak pengambilan air dengan penyaring bantalan pasir.

Semua bagian bangunan ini dalam keadaan tertutup, kecuali bak pengambilan.

Fungsi masing-masing bagian bangunan kombinasi ini adalah sebagai berikut :

a) fungsi bak pemasukan air adalah untuk memasukkan air yang tertangkap oleh atap bangunan melalui talang yang selanjutnya air mengalir melalui akuifer buatan dan tertampung di bak tampungan;

b) fungsi akuifer buatan adalah sebagai filter dan penambah mineral melalui kontak air dengan butiran material akuifer yang diusahakan selama mungkin, dengan memperpanjang waktu perlintasan air dan panjang perlintasan airnya sendiri;

c) fungsi bak penyimpan air adalah untuk menampung air yang lebih bersih dari air aslinya;

d) fungsi bak pengambilan air adalah untuk mengambil air dengan menggunakan berbagai cara, misalnya menggunakan ember dan kerekan atau pompa berkapasitas kecil.

2 Acuan

- SNI 03-1962-1990 Tata cara penanggulangan longsoran;

- Pd T-03-1998-03 Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah agregat untuk konstruksi jalan

- PBI-2000 Peraturan Beton Bertulang Indonesia, tahun 2000

- Permenkes No 416/MenKes/Per /IX/1990, tentang kualitas air minum

Page 7: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

2 dari 33

3 Istilah dan definisi

Istilah dan definisi berikut berlaku untuk pemakaian standar ini :

3.1 akuifer buatan lapisan pembawa air atau air tanah buatan yang dibuat menirukan kondisi akuifer (air tanah) alami, berupa bak yang dibentuk dan diisi dengan material pasir, kerikil, pasir laut, arang, hancuran bata merah, arang, kapur, ijuk dan bahan lainnya, dan diisi air melalui talang dan berasal dari curah hujan yang tertangkap oleh atap bangunan atau bangunan penangkap lainnya; aliran air yang timbul di dalam lapisan tersebut terjadi karena terdapatnya perbedaan tinggi tekan yang diakibatkan oleh pengambilan air

3.2 bangunan penyimpan air bangunan yang menampung keluaran air yang berasal dari akuifer buatan

3.3 bak pemasukan bak yang digunakan sebagai tempat masuk air hujan dari talang untuk dilewatkan ke dalam akuifer buatan

3.4 bak pengambilan bak pengambilan air yang berasal dari bangunan tampungan setelah melewati lapisan penyaring

3.5 volume tahunan maksimum volume bangunan penyimpan air atau reservoir dalam m3 yang diperlukan untuk menampung curah hujan tahunan maksimum tanpa terjadi tumpahan air dan tanpa pengambilan air; yang diperoleh dari data curah hujan tahunan maksimum yang pernah terjadi dikalikan luas atap bangunan sebagai penangkap air hujan

3.6 volume tahunan rata-rata volume bangunan penyimpan air atau reservoir dalam m3 yang diperlukan untuk menampung curah hujan tahunan rata-rata tanpa terjadi pengambilan air; yang diperoleh dari data curah hujan tahunan rata-rata dikalikan luas atap bangunan sebagai penangkap air hujan; yang mana dalam tahun basah bisa terjadi tumpahan air dan dalam tahun kering tidak pernah penuh; dan volumenya lebih kecil dari pada volume tahunan maksimum

3.7 volume optimal tahunan rata-rata volume bangunan penyimpan air atau reservoir dalam m3 yang diperlukan untuk menampung curah hujan selama setahun dengan menggunakan data curah hujan bulanan jangka panjang sebagai input, dengan memasukkan perhitungan pengambilan air yang optimal (pasok optimal), yang menyebabkan input curah hujan tahunan sama besarnya dengan pengambilan air tahunan; yang dengan demikian volume optimal lebih kecil daripada volume tahunan rata-rata

Page 8: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

3 dari 33

3.8 pasok optimal tahunan rata-rata besarnya pengambilan air rata-rata harian dari bak pengambilan air yang optimal dalam liter per hari; yang berkaitan dengan volume optimal rata-rata

3.9 volume optimal periode tahunan tertentu volume bangunan penyimpan air dalam m3 yang diperlukan untuk menampung curah hujan harian periode (rentang waktu) tahunan tertentu tanpa terjadi tumpahan air, yang dihitung dengan menggunakan data curah hujan harian sebagai input, dan memasukkan perhitungan pengambilan air yang optimal (pasok optimal), sedemikian sehingga input curah hujan periode tahunan tertentu tersebut sama besarnya dengan pengambilan air dalam periode yang sama; yang dengan demikian volume optimal periode tahunan tertentu selalu lebih kecil daripada volume total tahunan maksimum namun lebih besar volume tahunan rata-rata

3.10 pasok optimal periode tahunan tertentu besarnya pengambilan air rata-rata harian yang optimal dalam liter per hari yang dapat dilakukan melalui bak pengambilan air, dalam kaitannya dengan volume optimal periode tertentu

3.11 penyediaan air baku mandiri penyediaan air baku yang terlepas dari sistem penyediaan air baku yang umum dan diselenggarakan secara berswadaya 4 Persyaratan

4.1 Persyaratan umum Persyaratan umum penerapan antara lain : a) tersedia bangunan penangkap air hujan seperti atap bangunan atau lahan miring

yang kedap air; b) tersedia lahan bebas untuk lokasi bangunan ABSAH yang berdekatan

dengannya; c) dimensi kolam penampung didasarkan atas perhitungan seperti untuk desain

waduk tampungan dengan masukan berupa curah hujan (dalam m) kali luas bidang bangunan penangkap hujan (dalam m2) dan keluaran berupa pengambilan air oleh pemakai yang bisa bersifat tetap dan dapat pula bersifat berubah-ubah (liter), faktor penguapan dapat dihilangkan atau boleh diperhitungkan kemudian berdasarkan persen terhadap curah hujan yang jatuh pada atap bangunan, dalam contoh perhitungan disini faktor penguapan sama sekali tidak ditinjau berdasarkan uraian yang akan dijelaskan kemudian;

d) bak bangunan akuifer buatan dan bak penampung dibuat tertutup, untuk mencegah terjadinya penguapan, mencegah penetrasi sinar matahari tidak diperbolehkan masuk ke dalamnya;

e) bagian yang boleh terbuka hanya bagian bak pemasukan air hujan di mana ujung talang pemasukan bermuara dan bagian bak pengambilan air. Apabila memungkinkan kedua bak ini juga bisa dibuat dalam keadaan tertutup bila tidak digunakan; bahan tutup bangunan buatan dan bak penampung berupa plat-plat beton dengan ukuran yang memungkinkan untuk diangkat oleh satu orang dan disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian atau celah yang

Page 9: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

4 dari 33

memungkinkan pemasukan air lain (kecuali penutup dipakai juga sebagai penangkap air hujan) atau bahan pencemar ke dalam akuifer buatan maupun ke dalam tampungan. Ketertutupan bangunan ini harus dijaga benar-benar untuk mencegah pembentukan ganggang di dalam air dan menjaga temperatur air di dalamnya.

4.2 Persyaratan khusus

Untuk daerah-daerah berikut, yaitu:

a) daerah berair asin atau payau;

b) daerah yang kualitas airnya tidak bisa dipakai untuk keperluan tertentu;

c) daerah bergambut;

dapat dilakukan percampuran dengan air setempat (yang apabila dipakai secara tunggal masih belum atau tidak memenuhi syarat kualitas air bagi pemakai atau pengguna). Dengan cara merekayasa percampuran air dari tampungan dengan air setempat tersebut menurut perbandingan tertentu, maka dapat diperoleh dua keuntungan :

a) kualitas air dapat diperbaiki;

b) volume air yang dimanfaatkan bisa bertambah banyak.

Kasus khusus lainnya adalah berkenaan dengan lapisan tanah yang dijumpai, yang apabila kondisi setempat berupa lapisan lempung yang kedap air dengan kedalaman lebih dari 10 m, maka dapat mengurangi macam dan banyaknya material bahan bangunan ABSAH yang diperlukan. Sebagai kompensasi keuntungan ini, maka kedalaman bangunan kombinasi setinggi 2,5 m ini kesemuanya dapat diletakkan di bawah permukaan tanah dengan penembokan dinding yang terbatas (selama diperkirakan tidak terjadi keruntuhan). Jika tidak, maka harus dibuat tembokan dengan penguatan secukupnya.

4.3 Persyaratan material akuifer buatan Persyaratan untuk bantalan pasir pada sekitar bak pemasukan adalah pasir tergolong pasir kasar, kemudian pasir sedang, pasir pantai, hancuran bata merah berukuran pasir sedang atau halus, dan selanjutnya arang, pasir halus, batugamping (secukupnya), pasir halus, pasir sedang dan kemudian rooster dan kasa, yang masing-masing menempati lajur sepanjang 1 m. Ijuk ditempatkan di bak pemasukan sebelum rooster dan kasa pertama dan sesudah rooster dan kasa terakhir ketika akuifer buatan bertemu dengan bangunan tampungan. Di antara masing-masing lapisan bisa ditempatkan ijuk secukupnya sebagai pembatas. 4.4 Persyaratan pembuatan plat beton, “sloof”, balok anak, tutup plat beton Persyaratan yang harus dipenuhi mengacu pada Peraturan Beton Indonesia yang berlaku. 4.5 Persyaratan pemeriksaan kualitas air Pemeriksaan kualitas air hujan diusahakan dilakukan sebelum konstruksi dimulai, dan setelah bangunan selesai dibuat dilakukan pemeriksaan : a) kualitas air hujan yang masuk ke dalam bak pemasukan; b) kualitas air yang diambil di dalam bak pengambilan;

Page 10: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

5 dari 33

c) kualitas air pencampur setempat bila diperlukan. Secara garis besar pemeriksaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pembangunan berlangsung dan dimonitor secara berkala (untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan sebulan sekali dan berlangsung selama setahun untuk melihat perubahan kualitas air dari waktu ke waktu). Setelah itu monitoring dilakukan minimal setahun dua kali, yaitu pada akhir musim hujan dan pada akhir musim kemarau. Apabila ternyata terdapat situasi di mana kualitas airnya tidak memenuhi syarat untuk keperluan tertentu yang dimaksudkan, maka harus dilakukan tindakan perbaikan mutu kualitas air tersebut sampai tercapai pada tingkat yang aman. 4.6 Persyaratan lain setelah selesai dibangun Hal-hal yang harus dilakukan di dalam pemeliharaan bangunan ABSAH ini antara lain : a) pembersihan terhadap bantalan pasir pada sekitar bangunan pemasukan

setahun satu kali, yakni pada akhir musim kemarau; b) pembersihan bagian-bagian terdepan dari bak akuifer buatan lainnya sebaiknya

dilakukan 3 tahun sekali; c) meninggalkan sisa air sekurang-kurangnya setinggi 3 cm untuk menjaga

kelembaban agar bangunan tidak retak karena terkena panas matahari; d) penguatan-penguatan tambahan dalam hal kemungkinan terjadi longsoran; e) harus menggunakan garam beryodium untuk memasak makanan, kecuali untuk

keperluan pertanian dan lainnya jika air dari bangunan ABSAH dipergunakan untuk air minum tidak mengandung yodium yang cukup.

4.7 Bahan dan peralatan Bahan bangunan dan peralatan utama yang dibutuhkan untuk bangunan ABSAH (selain untuk atap bangunan penangkap air hujan), antara lain : a) bata merah atau batako; b) semen; c) besi beton; d) pasir; e) pasir laut; f) kerikil; g) batugamping (kapur); h) bata rooster; i) kawat; j) paku besi; k) kasa plastik; l) kayu untuk “bekisting” dan lain sebagainya; m) saluran plastik atau talang dan sambungan-sambungannya; n) pipa pralon 3 inci dan sambungannya termasuk lem; o) pompa penguras air selama konstruksi; p) pompa pengambil air atau ember dan kerekan untuk masa operasi; q) peralatan pertukangan dan penggalian. Peralatan bantu lain adalah seperti yang digunakan dalam konstruksi bangunan lainnya.

Page 11: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

6 dari 33

5 Dasar konsep dan konstruksi bangunan ABSAH

5.1 Akuifer buatan Terdapat perbedaan filosofi antara konsep akuifer buatan dengan konsep filter atau saringan. Konsep akuifer buatan mengandung arti konsep peniruan terhadap kondisi air tanah alami (termasuk konsep filter untuk menghilangkan kekeruhan air) walaupun mungkin tidak terlalu sempurna. Hal ini mengingat keterbatasan ruang gerak dari air tanah buatan di dalam bangunan ABSAH. Faktor yang berpengaruh terhadap komposisi kimia air tanah alami yang ditirukan dalam bangunan ABSAH antara lain : a) mobilitas elemen di dalam air; b) temperatur; c) tekanan atau kedalaman; d) kontak antara air dengan batuan; e) panjang dan lamanya waktu kontak; f) panjang lintasan kontak; g) besar dan distribusi garam terlarut di dalam batuan; h) kondisi air sebelumnya (dalam hal ini air hujan).

Di dalam bangunan ABSAH, bak akuifer buatan harus dibuat cukup tebal dan panjang serta tertutup rapat (menjaga temperatur), mengandung berbagai macam lapisan pembawa air pengandung mineral antara lain pasir, pasir laut, kerikil, hancuran bata merah, ijuk, hancuran arang, dan lain sebagainya (dari bahan setempat) untuk memperkaya mineral yang terkadung di dalamnya. Dengan waktu tinggal yang cukup dari air untuk berada di dalam akuifer buatan, maka lama kontak akan menghasilkan proses mineralisasi walaupun terbatas. Mobilitas air dibuat selambat mungkin, yang berarti bahwa pengambilan air agar menghasilkan gerakan air tanah yang sangat lambat, tidak boleh terlalu besar. Oleh karenanya pengambilan air harus dibatasi dan disesuaikan dengan penentuan ukuran optimum dari bangunan reservoir penyimpan air hujan. Bangunan penyimpan air hujan ini harus juga tertutup rapat untuk mencegah sinar matahari masuk ke dalamnya.

5.2 Bak penyimpan air, bak pemasukan air dan bak pengambilan air Bak penyimpan seperti halnya bak akuifer buatan, bak pemasukan air harus dibuat tertutup rapat, sedangkan untuk bak pengambilan air penutupan bersifat sementara ketika sedang tidak dilakukan pengambilan air. Penutupan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya fluktuasi temperatur air dan mencegah pembentukan ganggang di semua bagian bak. 6 Desain

6.1 Konstruksi dasar Bangunan tampungan dan akuifer buatan digabungkan sedemikian rupa sehingga berbentuk persegi atau empat persegi panjang. Bagian tembokan bata pada sisi terluar maupun di bagian dalam dinding ditanam anyaman besi ukuran 6 – 8 mm dengan jarak 40 cm dari satu sisi ke sisi lainnya dan dari atas ke bawah sehingga berbentuk seperti jala dan harus disemen dengan adukan semen standar yang berlaku untuk pekerjaan bangunan di dalam air. Demikian pula dengan bagian sisi dalam dinding dan alasnya. Bentuk generik bangunan ABSAH diperlihatkan dalam Lampiran A (Gambar A2-A3).

Page 12: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

7 dari 33

6.2 Desain bak akuifer buatan Kedalaman bak sebaiknya diambil sama dengan bangunan tampungan, yaitu 2,5 m dengan ditanam sedalam 1,5 m dan menonjol ke permukaan tanah setinggi 1 m. Lebar bangunan dibuat antara 0,90 – 1 m dengan sekat-sekat berselang seling posisinya pada setiap panjang 1,5 m. Panjang bangunan minimal 9 m (baik secara lurus maupun berbelok), semakin panjang semakin baik. 6.3 Desain dan perhitungan bak penyimpan air Agar ukuran bangunan tampungan tidak terlalu besar maka dalam perhitungan harus dikaitkan dengan besarnya pengambilan air yang dibutuhkan, yang dapat didesain bersifat tetap atau berubah-rubah setiap saat. Volume tampungan didesain dengan menggunakan lengkung masa kumulatif seperti dalam perhitungan yang digunakan dalam operasi waduk (reservoir operation). Jika volume desain optimal tersebut sudah ditetapkan, maka ukuran panjang dan lebar bisa didesain dengan ukuran kedalaman sebesar 2,5 m. Sebagian bangunan tertanam di dalam tanah setinggi 1,5 m dan menonjol ke permukaan tanah setinggi 1 m. Maksud dari desain mengenai tinggi bangunan ini untuk mengurangi biaya penggalian tanah dan memperhatikan kemungkinan terjadinya longsoran yang mempersulit dalam pengerjaan pembangunannya. Dengan demikian ukuran panjang dan lebar bangunan menjadi lebih bebas, namun biasanya harus disesuaikan dengan luas ketersediaan lahannya. Contoh perhitungan diperlihatkan di dalam Tabel A.1 dan A.2. 6.4 Ukuran dan jarak antar kolom, “sloof” dan balok anak Kolom berukuran 10 cm x 12 cm dengan ukuran besi minimal 8 mm dan untuk ring minimal 6 mm, jarak antar kolom 1,25 m. Sloof dan balok anak berukuran 10 cm x 15 cm, dengan ukuran besi minimal 8 mm dan untuk ring minimal 6 mm. 6.5 Dinding dan dasar bangunan Dinding dari tembok bata yang diperkuat di sisi luar dengan anyaman besi 6 mm berjarak 0,50 m berada di dalam plesteran, sedangkan di sisi dalam boleh diperkuat dengan cara yang sama. Untuk dinding yang terletak di dalam bangunan, juga diperlakukan sama. Dasar bangunan berupa plat beton dengan anyaman besi 6 mm berjarak 0,50 m. 6.6 Tutup bangunan Untuk bagian reservoir harus ditutup rapat dengan plat beton, kecuali tempat masuk untuk pemeriksaan. Bagian bak akuifer buatan ditutup semuanya oleh plat beton yang berukuran 1,25 m x 0,50 m dan diberi pegangan besi untuk memudahkan pengangkatan. Bak pemasukan air maupun bak pengambilan air sebaiknya dibuat tertutup, namun bisa dibuka sewaktu-sewaktu bila diperlukan. 6.7 Klasifikasi bahan isian bak akuifer buatan Klasifikasi pemerian bahan isian bak akuifer buatan yang menyangkut pasir dan kerikil mengikuti SNI. 6.8 Prosedur pembangunan Langkah urutan pembangunan ABSAH secara garis besar diperlihatkan di dalam Gambar B.

Page 13: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

8 dari 33

6.9 Mengatasi kelebihan air Untuk mengatasi kelebihan air dalam tahun basah (ditandai oleh tumpahan air di dalam reservoir), maka bisa dibangun bangunan tambahan misalnya berupa sumuran dengan dasar dan dinding kedap air, sehingga air tumpahan bisa disimpan di dalamnya. Cara lain adalah dengan menambah bangunan reservoir yang ada tanpa mengganggu konstruksi yang sudah ada. Kedua reservoir dihubungkan dengan pipa. 6.10 Mengatasi kekurangan air Untuk mengatasi kekurangan air di tahun kering, sebaiknya disiapkan perluasan bidang tangkapan air hujan yang ada ataupun dengan menggunakan atap bangunan lainnya yang belum dimanfaatkan. Untuk maksud tersebut harus dibuat talang untuk penyaluran air ke bangunan ABSAH.

7 Tipe bangunan ABSAH

Tipe bangunan ABSAH yang dikategorikan berdasarkan kondisi alam yang dijumpai dan cara penggunaan airnya : a) ABSAH I untuk kondisi daerah kering dengan penggunaan air untuk hanya air

minum; b) ABSAH II untuk kondisi daerah pantai yang berair tanah payau dengan

penggunaan air hanya untuk air minum, di mana untuk menambah kuantitas air maka air hujan yang dialirkan melalui akuifer buatan dicampur dengan air payau setempat berdasarkan perbandingan tertentu sampai dihasilkan air yang layak untuk penggunaannya;

c) ABSAH III untuk kondisi daerah karst atau daerah lolos air dengan penggunaan air hanya untuk air minum dan juga untuk pertanian pekarangan pada musim kemarau;

d) ABSAH IV untuk kondisi daerah bergambut dengan penggunaan air hanya untuk air minum, di mana untuk menambah kuantitas air maka air hujan yang mengalir melalui akuifer buatan dicampur dengan air gambut setempat menurut perbandingan tertentu sampai dihasilkan air yang layak untuk penggunaannya;

e) ABSAH V untuk kondisi daerah yang kedap air dengan penggunaan air untuk air minum;

f) ABSAH VI untuk kondisi daerah sulit air tawar dan penggunaan air bagi fasilitas umum dengan sistem daur ulang dan bukan untuk air minum;

g) ABSAH VII untuk kondisi daerah sulit air tawar di daerah puncak-puncak bukit dan penggunaan air bagi berbagai keperluan; bentuk disesuaikan dengan kondisi setempat;

h) ABSAH VIII untuk kondisi daerah dengan air yang mengandung Fe atau Mn atau substansi lain yang melebihi ambang batas untuk substansi yang bersangkutan, dan penggunaan untuk untuk berbagai keperluan ; untuk itu diperlukan sistem percampuran air hujan dengan air setempat yang telah diaerasi terlebih dahulu;

i) ABSAH IX untuk pulau-pulau kecil dengan percampuran air hujan dengan air setempat;

j) ABSAH X untuk peternakan dan perikanan skala kecil; k) ABSAH XI untuk pertamanan dengan sistem daur ulang dan bukan untuk air

minum; l) Bangunan ABSAH XII khusus untuk peternakan (unggas, burung walet, untuk

perlindungan satwa liar di daerah suaka).

Page 14: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

9 dari 33

Tipe-tipe kombinasi lainnya masih bisa dikembangkan, dan sketsa tipe-tipe tersebut di atas dapat dilihat pada lampiran Gambar C (hanya empat tipe saja). 8 Bibliografi

8.1 Soenarto, B., 1992. Konstruksi kombinasi akuifer-situ atau akuifer-kolam untuk penyediaan air mandiri bagi pemukiman pedesaan yang sulit air. Kongres IV dan Pertemuan Ilmiah IX HATHI. Lombok

8.2 Soenarto, B., 1995. Laporan tentang penerapan akuifer buatan dan kolam penampung untuk pemenuhan berbagai kebutuhan air di pedesaan di Ekas, P.Lombok. Pusat Litbang Pengairan. Bandung

8.3 Soenarto, B., Wawan, H., 1997. Perhitungan volume tampungan air hujan optimal melalui atap bangunan guna mengatasi kekurangan air bersih., Buletin Pusair No 26 Tahun VII, Desember 1997. Pusat Litbang Pengairan. Bandung.

8.4 Soenarto, B., Heni Rengganis, 2002. Desain bangunan akuifer buatan dan reservoir air hujan prototip PUSAIR II. Jurnal Pengairan Vol. 16 No. 48 September 2002. Pusat Litbang Sumber Daya Air. Bandung.

8.5 Wawan Herawan dkk, 2002. Pemilihan lokasi terapan akuifer buatan dan simpanan air hujan (ABSAH) di Pulau Lombok dan Sumbawa. Kolokium Pusat Litbang Sumber Daya Air 2002.

Page 15: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

10 dari 33

LAMPIRAN A

TAMPAK ATAS

TAMPAK DEPAN

Talang air hujan

Air hujan dialirkan ke bangunan pemasukan pada ujung bangunan akuifer buatan

Curah hujan P

Luas Atap A

Gambar A1. Contoh bangunan ABSAH

Page 16: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

11 dari 33

Gambar A2. Contoh detail bangunan ABSAH

Page 17: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

12 dari 33

Tempat talang air dari atap bangunan

masuk ke dalam bak pemasukan air Tempat untuk pengambilan air

menggunakan timba

Tertutup rapat 1,00 m

Permukaan

tanah 1,50 m

Dinding dan dasar bangunan diberi tulangan dan disemen dengan adukan yang kedap air

Susunan tulangan besi diameter 6 – 8 mm dengan jarak 40 cm yang dipasang pada seluruh dinding dan dasar bangunan

Setiap sudut bangunan dan di dalam bangunan dibuat kolom dengan jarak antar kolom 2 m dengan tulangan berdiameter 12 mm dan diikat dengan begel setiap jarak 20 cm.

Ukuran kolom 20 cm x 20 cm

Gambar A3. Contoh bentuk generik ABSAH

Page 18: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

13 dari 33

LAMPIRAN B

Tabel 1 Contoh cara perhitungan volume bak optimal rata-rata dengan data curah hujan bulanan jangka panjang untuk Panggang, Kabupaten Gunung Kidul

Jumlah Curah hujan

Luas atap

Volume curah hujan Pasok Pasok Vol - Pasok KUMULATIF

Bulan Hari (mm) (m2) (m

3) (liter/hari) (m

3) (m

3) 220

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Jan 31,00 408,24 100 40,82 560 17,36 23,46 243,46

Peb 28,25 366,97 100 36,70 560 15,82 20,88 264,34

Maret 31,00 291,87 100 29,19 560 17,36 11,83 276,17

April 30,00 139,82 100 13,98 560 16,80 -2,82 273,35

Mei 31,00 46,24 100 4,62 560 17,36 -12,74 260,61

Juni 30,00 83,71 100 8,37 560 16,80 -8,43 252,18

Juli 31,00 37,06 100 3,71 560 17,36 -13,65 238,53

Agus 31,00 20,41 100 2,04 560 17,36 -15,32 223,21

Sept 30,00 35,53 100 3,55 560 16,80 -13,25 209,96

Okt 31,00 119,97 100 12,00 560 17,36 -5,36 204,60

Nop 30,00 319,88 100 31,99 560 16,80 15,19 219,79

Des 31,00 321,59 100 32,16 560 17,36 14,80 234,59

Curah Hujan 2191,28

Volume curah hujann 219,13

Volume Pasok 204,54

Volume maksimum 276,17

Pasok Volume minimum 204,6

Optimal

(liter/hari) 560 Vol.Optimal 71,57

Koeff. 0,33

Penuntunan perhitungan : Kolom (1), Kolom (2) bersifat baku Kolom (3) dari data curah hujan bulanan jangka panjang untuk lokasi setempat Kolom (4) adalah luas atap bangunan yang dalam hal ini diambil 100 m2. Jika luas

sesungguhnya berbeda dari angka ini, boleh diambil luas atap bangunan yang sebenarnya; atau dilakukan perhitungan kemudian secara proporsional.

Kolom (5) adalah volume curah hujan, yaitu Kolom (3) dibagi 1000 dan hasilnya dikalikan Kolom (4) dan diperoleh angka dalam m3.

Kolom (6) adalah angka coba-coba air (dalam liter per hari) yang bisa diambil setiap hari (pasok yang dihasilkan).

Kolom (7) adalah Kolom (6) dibagi 1000 dikalikan Kolom (2) untuk memperoleh angka dalam m3. Usahakan jumlah Kolom (7) yaitu volume pasok tahunan atau volume pengambilan air tahunan selama perhitungan ini, menjadi cukup dekat dengan jumlah Kolom (5) yaitu volume curah hujan tahunan, namun tidak boleh dilampaui. Ini merupakan kunci Kendal perhitungan seluruh table ini.

Kolom (8) adalah Kolom (5) dikurangi Kolom (7), sehingga diperoleh angka positif maupun negative.

Kolom (9) lakukan perhitungan komulatif sehingga dalam Kolom (9) tidak ada angka negatif. Jika masih diperoleh angka negatif, harus diambil angka mula-mula yang lebih tinggi dari angka semula.

Contoh : Angka komulatif awal atau angka mula-mula diambil sebarang, yang dalam hal ini adalah 220, kemudian lakukan langkah berikut :

Page 19: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

14 dari 33

(1) Angka 220 ditambahkan angka Kolom (8) untuk bulan Januari, dan hasilnya ditempatkan dalam Kolom (9) untuk bulan Januari. (hasilnya 243,46)

(2) Angka 243,46 ditambahkan angka Kolom (8) untuk bulan Pebruari, dan hasilnya ditempatkan dalam Kolom (9) untuk bulanPebruari. (hasilnya 264,34)

(3) Selesaikan perhitungan ini sampai dengan bulan Desember Cari angka volume paling maksimum dan angka volume paling minimum dari Kolom (9) Volume optimal penyimpan atau reservoir air hujan untuk data bulanan jangka panjang adalah angka maksimum dikurangi angka minimum. Catatan : Jangan sampai diperoleh angka negatif dalam Kolom (9), kalau tidak angka awal coba-coba harus dinaikkan. Angka koefisien adalah volume optimal dibagi volume curah hujan tahunan

Tabel 2 Contoh cara perhitungan volume bak optimal dengan data curah hujan harian untuk Panggang, Kabupaten Gunung Kidul:

Luas atap : 100 m2

Pasok : 0,629 m3/hari

629 liter/hari

Tanggal Bulan Tahun Curah hujan,

mm

Volume Curah hujan

m3

Pasok m

3

Volume –Pasok

m3

Kumulatif m

3

160

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(5)-(6) (8)

1 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 159,371

2 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 158,742

3 Januari 1981 18 1,8 0,629 1,171 159,913

4 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 159,284

5 Januari 1981 13 1,3 0,629 0,671 159,955

6 Januari 1981 19 1,9 0,629 1,271 161,226

7 Januari 1981 20 2 0,629 1,371 162,597

8 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 161,968

9 Januari 1981 5 0,5 0,629 -0,129 161,839

10 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 161,21

11 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 160,581

12 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 159,952

13 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 159,323

14 Januari 1981 0 0 0,629 -0,629 158,694

15 Januari 1981 12 1,2 0,629 0,571 159,265

16 Januari 1981 1 0,1 0,629 -0,529 158,736

17 Januari 1981 36 3,6 0,629 2,971 161,707

18 Januari 1981 48 4,8 0,629 4,171 165,878

19 Januari 1981 8 0,8 0,629 0,171 166,049

20 Januari 1981 12 1,2 0,629 0,571 166,62

….

….

25 Maret 1988 10 1 0,629 0,371 282,312

26 Maret 1988 0 0 0,629 -0,629 281,683

27 Maret 1988 45 4,5 0,629 3,871 285,554

28 Maret 1988 2 0,2 0,629 -0,429 285,125

29 Maret 1988 50 5 0,629 4,371 289,496

30 Maret 1988 58 5,8 0,629 5,171 294,667

31 Maret 1988 0 0 0,629 -0,629 294,038

1 April 1988 0 0 0,629 -0,629 293,409

Page 20: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

15 dari 33

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(5)-(6) (8)

2 April 1988 0 0 0,629 -0,629 292,78

3 April 1988 0 0 0,629 -0,629 292,151

4 April 1988 0 0 0,629 -0,629 291,522

….

….

26 Desember 1990 18 1,8 0,629 1,171 165,017

27 Desember 1990 27 2,7 0,629 2,071 167,088

28 Desember 1990 22 2,2 0,629 1,571 168,659

29 Desember 1990 0 0 0,629 -0,629 168,03

30 Desember 1990 0 0 0,629 -0,629 167,401

31 Desember 1990 0 0 0,629 -0,629 166,772

2303,88 2297,108

Cara perhitungan : Kolom (1), Kolom (2), Kolom (3) dan Kolom (4) diambil dari data Kolom (5) adalah Kolom (4) dibagi 1000 dan hasilnya dikalikan luas atap Kolom (6) adalah angka pasok coba-coba (dalam m3 per hari), namun usahakan jumlah

kolom (6) lebih kecil sedikit atau sama dengan jumlah kolom (5) Kolom (7) adalah Kolom (5) dikurangi Kolom (6), hasilnya masih mengandung anka

negative. Kolom (8) adalah angka perhitungan komulatif dengan mengambil angka awal (boleh

angka berapa saja) sampai diperoleh angka yang tidak bertanda negatif. Cotoh cara perhitungan komulatif :

(1) Terlihat angka 160 sebagai awal angka komulatif (2) Angka ini ditambahkan dengan angka kolom (7) untuk tanggal 1 Januari 1981 dan

hasilnya ditempatkan di dalam Kolom (8) untuk tanggal 1 Januari (3) Hasil terakhir ini ditambahkan dengan angka dalam Kolom (7) untuk tanggal 2 Januari

1981 dan hasilnya ditempatkan di dalam Kolom (8) untuk tanggal 2 Januari 1981 (4) Selesaikan perhitungan ini sampai dengan 31 Desember 1990 Cari angka volume maksimum dan volume minimum komulatif dalam Kolom (8) Volume tampungan optimal untuk data harian adalah volume maksimum – volume minimum Catatan :

Sebenarnya sebelum mencoba angka 160 dipakai angka 220, namun untuk memperoleh angka minimum yang mendekati hampir angka 0, akhirnya diperoleh angka 160. Tujuannya agar dapat diperoleh angka volume awal tampungan yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melakukan operasi pengambilan air.

Page 21: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

16 dari 33

Kesimpulan :

Tahun Curah hujan

1981 2292

1982 1583

1983 1820,5

1984 2655,8

1985 2265

1986 2984

1987 2579

1988 2635

1989 2293,5

1990 1931

Rata-rata 2303,88

Vol. mak 294,667

Vol.min -0,159 Hampir 0

Vol.Opt. 294,826

Volume tahunan maksimum

(data harian tahun 1981 – 1990) = (2984/1000) x 100 = 298,4 m3 Volume tahunan rata-rata

(data harian tahun 1981 – 1990) = (2303,88/1000) x 100 = 230,388 m3 Volume optimal (data harian tahun 1981 – 1990) = 294, 826 m3

(merupakan volume desain akhir dari tampungan air hujan) Volume optimal

(data bulanan jangka panjang) = 71,57 m3 (merupakan volume desain awal dari tampungan air hujan)

Koefisien volume optimal = 294,826 / 71,57 = 4,2 Dalam hal data bulanan dan harian tidak tersedia sama sekali, dapat digunakan Tabel pada Lampiran C berikut, dengan mencari lokasi yang terdekat dari lokasi bangunan ABSAH yang direncanakan. Lampiran C berupa Tabel volume optimal b.j.p dan volume optimal d.h.p.t. Volume optimal b.j.p. (bulanan jangka panjang) merupakan volume desain tahap awal dari tampungan air hujan Volume optimal d.h.p.t. (data harian periode tahunan) merupakan volume desain tahap akhir dari tampungan air hujan

Page 22: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

17 dari 33

LAMPIRAN C

Peta SWS Pulau Sumatra

Tabel C1. Contoh volume reservoir dan pasok harian optimal sebagai ketersediaan air

No. Lokasi SWS Curah hujan

tahunan (mm)

Volume optimal b.j.p

(m3)

pasok optimal

b.j.p

(lt/hr)

pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Indrapuri 101 2387 28.91 653.32 310.31

2 Krueng raya 101 1197 28.61 327.62 155.61

3 Tang’e 102 2114 20.35 578.60 274.82

4 Merudeu 102 1526 28.43 417.66 198.38

5 Payabakong 103 2269 21.57 621.02 294.97

6 Bireven 103 1439 22.21 393.85 187.07

7 Cotgirek 104 2652 35.57 725.85 394.76

8 Pantolabu 104 1453 32.44 397.68 188.89

9 Pulo Tiga 105 3321 42.20 908.95 431.73

10 Seruwau 105 2035 35.21 556.98 264.55

11 Gempang 106 3887 44.28 1063.87 505.31

12 Kualalabhee 106 3309 25.92 905.67 430.17

13 Kampung Air 107 4375 36.40 1197.43 568.75

14 Sinabang 107 1431 8.02 391.66 186.03

15 Singkel 108 3892 30.26 1065.24 505.46

Page 23: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

18 dari 33

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

16 Rikitgoip 108 1603 26.43 438.74 208.39

17 Padangcermin 109 2939 36.36 804.40 382.07

18 Tandem Hilir 109 1930 23.78 528.24 250.90

19 Pulau Rambung 110 4368 34.75 1195.52 567.84

20 Rambutan 110 1675 24.68 458.45 217.75

21 Bah Jambi bolan 111 3292 38.48 901.02 427.96

22 Lubuhan Ruku 111 1634 27.17 447.22 212.42

23 Bandar Slamet 112 3159 45.62 864.61 410.67

24 Doloksanggul 112 1530 20.21 418.76 198.90

25 Siplengot 113 2872 31.60 786.06 373.36

26 Gunungtua 113 2101 33.81 575.04 273.13

27 Badlil 114 4707 39.09 1288.30 611.91

28 Panyabungan 114 1412 16.13 386.46 183.56

29 Pasir Pangrayan 115 2952 32.91 807.96 383.76

30 Rao 115 2506 40.74 685.89 325.78

31 Minas 116 2800 28.16 766.36 364.00

32 Tanah Putih 116 2164 25.46 592.28 281.32

33 Kota Baharu 117 3962 55.11 1084.39 515.06

34 Pulu Sambu 117 1822 10.38 498.68 236.86

35 Lubuk Alung 118 4177 49.93 1143.24 543.01

36 Tanjung Ampulu 118 1856 21.72 507.98 241.28

37 Kepala Datar 119 5579 63.81 1526.96 725.27

38 Pasar Kembang 119 3384 43.56 926.20 439.92

39 Talu 120 4822 42.19 1319.77 626.86

40 Pelambayan 120 2645 40.78 723.93 343.86

41 Liki 121 4266 36.17 1167.60 554.58

42 Sungai Penuh 121 1993 26.77 545.48 259.09

43 Jebus 123 3564 50.66 975.46 463.32

44 Toboali 123 1382 14.03 378.25 179.66

45 Muara Enim 124 3418 56.53 935.50 444.34

46 Padang Burnai 124 2130 28.09 528.98 276.90

47 Tulung Bunyut 125 2951 67.35 807.68 383.63

48 Walaraga 125 1712 30.00 468.57 222.56

49 Ulusemung 126 3685 73.38 1008.58 479.05

50 Gedong Tatakan 126 1665 31.03 455.71 216.45

51 Kroa 127 3344 33.99 915.25 434.72

52 Kedondong I 127 1585 34.02 433.81 206.05

53 Tabah Penanjung 128 3879 49.94 1061.68 504.27

54 Muara Sidang 128 3176 56.95 869.27 412.88

55 Lebong Tandu 129 6069 47.61 1661.08 788.97

56 Napal Putih 129 2968 35.97 812.34 385.84

57 Muko-muko 130 3660 48.37 1001.74 475.80

58 Ipuh 130 2941 35.09 804.95 382.33

Catatan : Jika biaya belum mencukupi boleh dibangun bak penyimpanan air dengan volume optimal b.j.p yang kelak bisa dilanjutkan dengan volume optimal d.h.p.t.

Page 24: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

19 dari 33

Peta SWS Pulau Jawa dan Bali Tabel C2. Contoh volume reservoir dan pasok harian optimal sebagai ketersediaan air

No Lokasi SWS

Curah hujan

tahunan

(mm)

Volume

optimal b.j.p

(m3)

pasok optimal

b.j.p (lt/hr)

pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(m3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Capanas 201 4185 36.55 1145.43 544.05

2 Serang 201 1689 33.03 462.28 219.57

3 Bogor - Empang 202 4188 31.15 1146.25 544.44

4 Kemayoran 202 1649 46.82 451.33 214.37

5 Cikotok 203 4651 79.46 1272.97 604.63

6 Pelabuhan Ratu 203 2487 54.97 680.69 323.31

7 Arjasari 204 4927 100.02 1348.51 640.51

8 Cilamaya 204 1244 37.47 340.48 161.72

9 Citiis 204 3415 64.70 934.68 443.95

10 Tanjungsari 204 1959 47.66 536.18 254.67

11 Cikencring 204 3883 39.88 1062.77 504.79

12 Pasirmalang 204 2774 57.66 759.24 360.62

13 Cisaruni 206 3612 90.40 988.60 469.56

14 Karangkendal 206 1721 48.01 471.04 223.73

15 Kalangsari 207 3867 72.04 1058.39 502.71

16 Cikijing 207 2230 74.31 610.35 289.90

17 Bongas 208 5497 148.83 1504.52 714.61

18 Karang Jati 208 1760 55.04 481.71 228.80

19 Bantarwaru 209 4261 94.83 1166.23 553.93

20 Wates 209 1977 62.00 541.10 257.01

21 Boja 210 3344 87.91 915.25 434.72

22 Jakenan 210 1532 43.15 419.31 199.16

23 Ngablak 211 2846 77.93 778.95 369.98

24 Wonosari 211 1837 60.12 502.78 238.81

25 Tawangmangu 212 3417 105.18 935.23 444.21

26 Tambakombo 212 1424 43.91 389.75 185.12

27 Pijiombo 213 4068 111.07 1113.41 528.84

28 Surabaya 213 1552 51.06 424.78 201.76

29 Tanah Merah 214 5028 105.55 1376.16 653.64

30 Gading 214 1142 43.20 312.56 148.46

31 Geser 215 2056 51.60 562.72 267.28

32 Ketapang Barat 215 1403 47.28 384.00 182.39

33 Besakih 301 2910 75.04 796.46 378.30

34 Kubu 301 1068 39.29 292.31 138.84

Catatan : Jika biaya belum mencukupi boleh dibangun bak penyimpanan air dengan volume optimal b.j.p yang kelak bisa dilanjutkan dengan volume optimal d.h.p.t.

Page 25: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

20 dari 33

Peta SWS Pulau Nusa Tenggara

Tabel C3. Contoh volume reservoir dan pasok harian optimal sebagai ketersediaan air

No

Lokasi

SWS

Curah hujan tahunan

(mm)

Volume optimal b.j.p

(m3)

pasok optimal

b.j.p (lt/hr)

pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(m3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Barbah 302 2403 62.95 657.70 312.39

2 Lombok 302 708 23.77 193.78 92.04

3 Tambora 303 3612 134.42 988.60 469.56

4 Sape 303 804 31.90 220.05 104.52

5 Wainangura 304 2709 71.57 741.45 352.17

6 Melolo 304 813 32.92 222.52 105.69

7 Pacar 305 3849 106.35 1053.47 500.37

8 Wai Pukang 305 718 30.16 196.52 93.34

9 Kapan 306 1951 39.62 533.99 253.63

10 Lama Lerap 306 822 36.79 224.98 106.869

Catatan : Jika biaya belum mencukupi boleh dibangun bak penyimpanan air dengan volume optimal b.j.p yang kelak bisa dilanjutkan dengan volume optimal d.h.p.t.

Page 26: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

21 dari 33

Peta SWS Pulau Kalimantan

Tabel C4. Contoh volume reservoir dan pasok harian optimal sebagai ketersediaan air

No. Lokasi SWS Curah hujan

tahunan (mm)

Volume optimal

b.j.p

(m3)

pasok optimal

b.j.p

(lt/hr)

pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(m3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pantai Batulicin 401 2854 33.01 781.14 372.02 2 Gunung Batubesar 401 1953 23.58 534.53 253.89 3 Puruk Gahu 402 3574 38.36 978.20 464.62 4 Murung Pudak 402 2164 33.48 592.28 281.32 5 Kuala Kurun 403 3818 34.08 1044.98 496.34 6 Palangkaraya 403 3103 41.54 849.29 403.39 7 Tumbang Laung 404 2760 22.69 755.41 358.80 8 Kasungan 404 2661 29.13 728.31 345.93 9 Kuala Kawayan 405 3007 14.22 823.01 390.91

10 Sampit Kota 405 2609 33.59 714.08 339.17 11 Sukamara 406 2717 26.68 743.64 353.21 12 Kuala Pembuang 406 2435 22.71 666.46 316.55 13 Sukadana 407 3522 30.87 963.97 457.86 14 Sandai 407 2773 31.40 758.97 360.49 15 Batu Dulang 408 4371 46.76 1196.34 568.23 16 Nanga Mahaj 408 2790 28.44 763.62 362.70 17 Singkawang 409 3139 46.72 859.14 408.07 18 Pemangkat 409 2479 38.30 678.50 322.27 19 Tarakan 410 3928 12.39 1075.09 510.64 20 Tarakan 410 2044 25.93 559.44 265.72

Page 27: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

22 dari 33

No. Lokasi SWS Curah hujan

tahunan (mm)

Volume optimal

b.j.p (m

3)

pasok optimal

b.j.p (lt/hr)

pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(m3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

21 Long Nawang 411 4028 20.23 1102.46 523.64 22 Tg. Selor 411 2741 12.49 750.21 356.33 23 Rantau Panjang 412 2330 23.94 637.72 302.90 24 Tanjung Redeb 412 1925 13.65 526.87 250.25 25 Sangana 413 2361 12.49 646.20 306.93 26 Sangkulirang 413 1606 14.46 439.56 208.78 27 Tabang 414 4104 31.86 1123.26 533.52 28 Balikpapan, Tropo 414 1619 9.82 443.12 210.47

Catatan : Jika biaya belum mencukupi boleh dibangun bak penyimpanan air dengan volume optimal b.j.p yang kelak bisa dilanjutkan dengan volume optimal d.h.p.t.

Page 28: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

23 dari 33

Peta SWS Pulau Sulawesi

Tabel C5. Contoh volume reservoir dan pasok harian optimal sebagai ketersediaan air

No. Lokasi SWS Curah hujan

tahunan (mm)

Volume optimal b.j.p

(m3)

Pasok optimal

b.j.p (lt/hr)

Pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(m3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Mapanget 501 3443 46.78 942.34 447.59 2 Kena 501 1600 20.27 437.92 208.00 3 Kwandang 502 2727 3410 746.38 354.51 4 Bulila 502 1194 16.30 326.80 155.22 5 Paleleh / Paleteh 504 2836 40.11 776.21 368.68 6 Tinombo 504 1277 23.43 349.51 166.01 7 Pindolo 505 3995 76.59 1093.43 519.35 8 Parigi 505 1735 30.24 474.87 225.55 9 Kolobeneden 506 4125 98.96 1129.01 536.25

10 Pagimanan 506 1323 8.41 362.10 171.99 11 Batul 507 2361 80.51 646.20 306.93 12 Luwuk 507 1022 17.37 279.72 132.86 13 Tokala / Bopen 508 4225 91.77 1156.38 549.25 14 Bungku 508 2101 31.20 575.04 273.13 15 Pasang Kayu 509 2490 10.17 681.51 323.70 16 Talisse 509 635 2.70 173.80 82.55 17 Sanggona 510 1803 32.00 493.48 234.39 18 Wawotobi 510 1792 26.22 490.47 232.96 19 Rate Rate / Longgari 511 2164 35.08 592.28 281.32

Page 29: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

24 dari 33

No. Lokasi SWS Curah hujan

tahunan (mm)

Volume optimal b.j.p

(m3)

Pasok optimal

b.j.p (lt/hr)

Pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(m3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

20 Raha 511 1568 35.06 429.16 203.84 21 Kawata / Lamisi 512 3122 48.56 854.49 405.86 22 Mawewe 512 1859 28.30 508.81 241.67 23 Rantekania 513 4307 84.83 1178.82 559.91 24 Tinambung 513 1474 19.02 403.43 191.62 25 Tawibaru 514 4460 51.26 1220.70 579.80 26 Watu / Tarengge 514 2539 33.62 694.92 330.07 27 Rantepao 515 3768 73.18 1031.30 489.84 28 Belajen 515 1700 18.40 465.29 221.00

29 Maroangin 516 2818 38.10 771.28 366.34

30 Pangkajene 516 1491 28.69 408.08 193.83

31 Lombasang / Malino 517 4055 140.51 1109.85 527.15

32 Balangloe 517 1049 29.12 287.11 136.37

Catatan : Jika biaya belum mencukupi boleh dibangun bak penyimpanan air dengan volume optimal b.j.p yang kelak bisa dilanjutkan dengan volume optimal d.h.p.t.

Page 30: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

25 dari 33

Peta SWS Kepulauan Maluku Tabel C6. Contoh volume reservoir dan pasok harian optimal sebagai ketersediaan air

No Lokasi SWS

Curah hujan

tahunan (mm)

Volume optimal

b.j.p (m

3)

Pasok optimal

b.j.p (lt/hr)

Pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(m3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Langgur 601 2595 60.37 710.25 337.35

2 Atapupu / Asar Tutun 601 1085 50.86 296.96 141.05

3 Teberu 602 4061 125.29 1111.49 527.93

4 Sanana 602 1844 28.02 504.70 239.72

5 Kedi 603 2928 18.68 801.39 380.64

6 saketa 603 1551 19.95 424.51 201.63

Catatan : Jika biaya belum mencukupi boleh dibangun bak penyimpanan air dengan volume optimal b.j.p yang kelak bisa dilanjutkan dengan volume optimal d.h.p.t.

Page 31: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

26 dari 33

Peta SWS Pulau Irian Jaya

Tabel C7. Contoh volume reservoir dan pasok harian optimal sebagai ketersediaan air

No Lokasi SWS Curah hujan

tahunan (mm)

Volume optimal

b.j.p (m

3)

Pasok optimal

b.j.p (lt/hr)

Pasok d.h.p.t 130% x pasok optimal b.j.p

(m3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Ajawassi 701 5381 48.51 1472.77 699.53

2 Momi 701 1387 9.21 379.62 180.31

3 Angguruk 702 4355 12.96 1191.96 566.15

4 Skyline Megapura 702 1589 10.95 434.91 206.57

5 Agats 703 4261 19.37 1166.23 533.93

6 Wamena 703 1823 20.08 498.95 236.99

7 Mindiptanah 704 5038 31.09 1378.89 654.94

8 Torai – Torai 704 3727 28.69 1020.07 484.51

Catatan :

Jika biaya belum mencukupi boleh dibangun bak penyimpanan air dengan volume optimal b.j.p yang kelak bisa dilanjutkan dengan volume optimal d.h.p.t.

Page 32: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

27 dari 33

Lampiran - D

Gambar D1. Lokasi bangunan ABSAH selalu berdekatan dengan atap-atap bangunan

Gambar D2. Penggalian sedalam 1,5 m dari muka tanah untuk dasar bangunan ABSAH

Page 33: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

28 dari 33

Gambar D3. Dasar diberi anyaman besi 6 mm berjarak 0.50 m sebelum dicor beton

Gambar D4. Sekat bak akuifer buatan dengan dinding yang diberi anyaman besi 6 mm

Page 34: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

29 dari 33

Gambar D5. Pengisian bak akuifer buatan dengan material hancuran bata merah

Gambar D6. Talang penghubung antara atap dengan bangunan ABSAH

Page 35: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

30 dari 33

LAMPIRAN E

Bangunan kombinasi harus tertutup rapat terhadap sinar matahari agar tidak terjadi penguapan dan pembentukan ganggang di dalam tampungan. Sabut dan ijuk diperlukan untuk mengisi sela-sela antar bantalan-bantalan pasir

Gambar E1. Sketsa denah bentuk bangunan ABSAH tipe I

Tempat masuk air melalui talang yang berasal dari air hujan yang jatuh di atas atap bangunan

Tempat pengambilan air

Rooster dan kasa

Diisi pasir kasar

Diisi pasir sedang

Diisi pasir halus

Pasir kasar dicampur batu gamping

Kerikil, pasir kasar dan 5% atau lebih hancuran bata merah dan arang

Pasir kasar

Bangunan tampungan

Bangunan akuifer buatan

Rooster dan kasa

Page 36: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

31 dari 33

Gambar E2. Sketsa denah bentuk bangunan ABSAH tipe II

Tempat masuk air melalui talang yang berasal dari air hujan yang jatuh di atas atap bangunan dan yang berasal dari air payau yang berasal dari sumur gali setempat menurut perbandingan tertentu sehingga menghasilkan air campuran yang memenuhi syarat untuk pengguna dengan volume yang jauh lebih banyak

Tempat pengambilan air

Rooster dan kasa

Diisi pasir kasar

Diisi pasir sedang

Diisi pasir halus

Pasir kasar dicampur batu gamping

Kerikil, pasir kasar dan 5% atau lebih hancuran bata merah dan arang

Pasir kasar

Bangunan tampungan

Bangunan akuifer buatan

Rooster dan kasa

Page 37: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

32 dari 33

Gambar E3. Sketsa denah bentuk bangunan ABSAH tipe III

Tempat masuk air melalui talang yang berasal dari air hujan yang jatuh di atas atap bangunan

Tempat pengambilan air

Rooster dan kasa

Tempat masuk air gambut yang telah diolah yang berasal dari air gambut dicampur dengan tanah gambut setempat dan diaduk

dengan bantuan kincir angin yang dilakukan di atas bangunan ini.

Diisi pasir kasar dan batugamping

Diisi pasir sedang

Pasir kasar dicampur batu gamping

Kerikil, pasir kasar dan 5% atau lebih hancuran bata merah dan arang

Pasir kasar

Bangunan tampungan

Bangunan akuifer buatan

Rooster dan kasa

Page 38: Tata cara desain bangunan akuifer buatan dan simpanan air ...

Pd T-05-2003

33 dari 33

Gambar E4. Sketsa denah bentuk bangunan ABSAH tipe IV

Tempat masuk air melalui talang yang berasal dari air hujan yang jatuh di atas atap bangunan

Tempat pengambilan air

Rooster dan kasa

Tempat masuk air (bukan air hujan) yang mempunyai kualitas melebihi ambang yang ditetapkan untuk pengguna tertentu yang diolah terpisah sampai tahap yang optimal, yang dengan perbandingan tertentu dicampur dengan air yang berasal dari air hujan yang menghasilkan campuran air yang memenuhi syarat

pihak pengguna

Diisi pasir kasar

Diisi pasir halus

Pasir kasar dicampur batu gamping

Kerikil, pasir kasar dan 5% atau lebih hancuran bata merah dan arang

Pasir kasar

Bangunan tampungan

Bangunan akuifer buatan

Rooster dan kasa