SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN...

100
1 SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : AZFAN LUTHFI NIM E0005112 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN...

Page 1: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

1

SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN

KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Syarat-syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

AZFAN LUTHFI

NIM E0005112

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH

Oleh

AZFAN LUTHFI

NIM. E0005112

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Desember 2009

Pembimbing

Mohammad Adnan, S.H., M.Hum.

NIP. 195407121984031002

PENGESAHAN PENGUJI

Page 3: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

3

Penulisan Hukum (Skripsi)

SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN

KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH

Disusun Oleh:

AZFAN LUTHFI

NIM E0005112

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada :

Hari : Jumat Tanggal : 15 Januari 2010

DEWAN PENGUJI

Agus Rianto, S.H., M.Hum. (1) :

Ketua (2) Mohammad Adnan, S.H., M.Hum. :

Anggota

Mengetahui

Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. NIP. 196109301986011001

PERNYATAAN

Page 4: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

4

Nama : Azfan Luthfi

NIM : E0005112

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul :

Sistem Bagi Hasil Produk Simpanan Wadiah dan Pembagian Keuntungan Serta

Kerugian Pada Bank Syariah adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan

karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan

dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum

(skripsi) ini.

Surakarta, Desember 2009

yang membuat pernyataan

Azfan Luthfi

NIM. E0005112

Page 5: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

5

ABSTRAK AZFAN LUTHFI, E0005112. 2010. SISTEM BAGI HASIL PRODUK

SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah, mendeskripsikan pembagian keuntungan dan kerugian dalam produk simpanan wadiah pada bank syariah, dan mendeskripsikan implikasi hukum bagi nasabah dan bank atas keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui studi kepustakaan baik berupa buku-buku, dokumen, dan arsip yang tersedia di lokasi penelitian serta pengumpulan data melalui cyber media. Analisis data dilaksanakan dengan interpretasi terhadap ketentuan perundang-undangan yang terkait. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa sistem bagi hasil produk simpanan wadiah di bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad adz-dhamanah di mana pihak penerima titipan boleh memanfaatkan obyek titipan namun pihak yang menitipkan sewaktu-waktu dapat mengambil obyek titipan, penerapan akad wadiah ini sendiri biasanya berbentuk giro walaupun tidak tertutup kemungkinan berbentuk tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan wadiah ialah apabila ada keuntungan bank tidak memiliki kewajiban untuk memberikan sebagian hasil keuntungan tersebut namun apabila bank menghendaki maka bank diperbolehkan untuk memberikan sebagian hasil keuntungan dari pemanfaatan harta simpanan wadiah sebagi bentuk bonus, namun apabila ada kerugian maka nasabah tidak ikut menanggung kerugian tersebut sebagai implikasi dari digunakannya akad wadi’ah yad adz-dhamanah. Implikasi hukum dan penyelesaian sengketa terkait keuntungan maupun kerugian terkait produk simpanan wadiah ialah apabila ada keuntungan maka bank tidak memiliki kewajiban untuk memberikan sebagian hasil keuntungan tersebut namun apabila bank menghendaki maka bank diperbolehkan untuk memberikan sebagian hasil keuntungan dari pemanfaatan harta simpanan wadiah sebagai bentuk bonus, namun apabila dana yang dimanfaatkan tersebut mengalami kerugian maka nasabah juga ikut menanggung kerugian tersebut sebagai konsekuensi diterapkannya sistem bagi hasil. Apabila akibat kerugian tersebut terjadi persengketaan antara nasabah dan bank dan berujung kepada persengketaan maka ada beberapa cara yang digunakan yaitu penyelesaian melalui beracara di Pengadilan Agama (Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah), dengan jalan musyawarah, dengan menggunakan mediasi perbankan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, melalui jalur Badan Arbitrase Syariah Nasional maupun lembaga arbitrase lain, atau melalui jalan beracara di peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum (Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah). Kata Kunci : Sistem bagi hasil simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, implikasi hukum dan penyelesaian sengketa.

Page 6: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

6

ABSTRACT

AZFAN LUTHFI, E0005112. 2010. PROFIT SHARING SYSTEM OF

WADI’AH SAVING PRODUCT IN SHARI’A BANK AND PROFIT AND FINANCIAL LOSS SHARING IN SHARI’A BANK. Law Faculty Sebelas Maret University of Surakarta.

This research has a purpose to describe the profit sharing system of wadi’ah saving product in shari’a bank, describe the profit and financial loss sharing of wadi’ah saving product in shari’a bank, and describe the law implication to the client and bank to profit and financial loss after investing in profit sharing system and the solution way toward dispute related with those profit and financial loss.

This research is normative law research that is descriptive. The kinds of data are used in this research is secondary data. The source of secondary data used include primer law matter, secondary law matter, and tertiary law matter. The technique of data collection used is literature study neither data form book, document and archives included in research location and the data collection by cyber media. Data analysis is done with the interpretation toward the stipulation of legislation included.

Based on the result of research is acquired the conclusion that profit sharing system of wadiah saving product in shari’a bank uses wadi’ah yad adz-dhamanah agreement where the deposit receiver can use the deposit object but the depositor side can take the deposit object anytime, this application of wadiah agreement usually has the form of clearing although can be savings. The profit and financial loss sharing of wadi’ah saving product is if there are bank profit has not obligation of giving part of those profit outcome but if bank requires, then bank is permitted to give part of those profit from the use of wealth wadi’ah saving as a bonus, but if there are financial loss, then the client does not guarantee that financial loss as the implication of wadi’ah yad adz-dhamanah agreement used. The law implication and dispute solving related with profit and financial lost of wadi’ah saving product is if there is profit, the bank has not obligation to give the part of profit outcome, but if bank requires, then bank is permitted to give part of profit outcome from the use of wealth of wadi’ah savings as bonus, but if there are financial loss, the client is forced to guarantee that financial loss as the implication of profit and loss sharing system. If the financial loss that culminate in conflict, then there are several ways that can be used, namely the settlement of be in litigation in Religion Court (section 55 verse (1) Law Number 21, 2008 about Shari’a Banking), by using deliberation, by using banking mediation is held by Bank of Indonesia, through Badan Arbitrase Syariah Nasional or the other arbitration institution, or through litigation in General Court (Section 55 verse (2) Law Number 21, 2008 about Shari’a Banking).

Keywords: Profit sharing of wadi’ah saving product, profit and financial loss sharing, law implication and dispute solution.

Page 7: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

7

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum

yang berjudul : “SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH”

dengan baik dan lancar.

Penulisan hukum ini membahas tentang dasar hukum dalam kegiatan perbankan

syariah utamanya terkait dengan produk simpanan wadiah baik pada segi sistem bagi

hasil yang diterapkan dan tata cara pembagian keuntungan serta kerugian beserta

implikasi hukum beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul atas

keuntungan maupun kerugian yang diperoleh atas simpanan wadiah tersebut.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Mohammad Adnan, S.H., M.Hum. selaku Ketua Bagian Hukum dan

Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus

selaku Pembimbing Skripsi.

3. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah

membantu penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan kuliah serta selalu

memberikan nasehat dan masukan kepada penulis.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada

penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga

dapat penulis terapkan dalam kehidupan masa depan nantinya.

Page 8: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

8

5. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) yang telah membantu dalam mengurus

prosedur-prosedur skripsi mulai dari pengajuan judul skripsi, pelaksanaan seminar

proposal sampai dengan pendaftaran ujian skripsi.

6. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas bantuannya kepada penulis dalam mencari bahan-bahan referensi untuk

penulisan hukum ini

7. Kedua orang tua tercinta Papa Erlan Hadi dan Mama Sandra Kesuma Dewi

(Almh), yang telah memberikan segalanya dalam kehidupan penulis, tidak ada

kata yang dapat mewakili rasa terima kasih Ananda. Semoga Ananda dapat

membalas budi jasa kalian dengan memenuhi harapan kalian kepada Ananda.

8. Keluarga penulis tercinta Bang Dian, Kak Lia yang selalu memberikan kasih

sayang, arahan, dukungan baik moriil maupun materiil dan motivasi kepada

penulis, semoga Adik bisa membuat kalian bangga.

9. Teman-Teman kampus Aripin dan Ami, Arief Rachma dan Ajeng, Arief Pambudi,

Anton, Andhyna, Budhiarto, Andi Hakim dan Aida, Edy, Elisa, Fahmy, Andi

Purnomo dan Rury, Kelik, Devis, Rosyid, Aditya W., Aditya B., Yoga, Endrika,

Nana, Tri Wahyudi, Febri, Whisnu, Pak Ustadz Heri Widi, Bachtiyar, Bagus,

Tejo, Aad, Irawan, Bayu Novyandri, M. Silman Wiradi (Alm), Arif Maulana,

Mayang Mayurantika. Teman-teman nonreguler Om Dhimas Wardana, Om Petrus

Damianus Didith Febriyanto, Om Reza, Wibi, Gery, Fuad, Edy Maryanto, Mbak

Inge dan semuanya yang dengan setia memberi bantuan, semangat, petuah serta

dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semua. Semoga

Persahabatan ini tidak lekang oleh waktu dan jarak.

10. Adik-adik tingkat FH UNS Natalia “Lily” Destri Mariani, Caesia Nares Wari,

Amel, Rahma Veni, Daniek Okvita, Luris, Andriani Kartika “otik” Hapsari,

Pradina Kurnia terima kasih atas dukungan kepada penulis selama ini.

11. Seluruh Guru serta teman-teman SD, SMP, SMA dan bimbingan belajar

Primagama Manahan (Bintang Asmanda Putra, Totok, Indri, Isyunan, Pandhu,

Pandu, Deni, Ira) yang telah mengantarkan penulis menggapai cita.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu kelancaran penelitian dan penyusunan

skripsi ini.

Page 9: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

9

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca, sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini. Akhir kata penulis mohon

maaf atas semua kesalahan dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Desember 2009

Penulis

AZFAN LUTHFI

Page 10: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

10

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….... iii

HALAMAN PERNYATAAN...................................................................................... iv

ABSTRAK…………………………………………………………………………….. v

ABSTRACT…………………………………………………………………………... vi

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….….. x

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….. xii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….…….. xiii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…….. 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….…… 1

B. Perumusan Masalah………………………………………………….…. 10

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………... 11

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………. 11

E. Metode Penelitian…………………………………………………......... 12

F. Sistematika Penulisan Hukum…………………………………………... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………. 18

A. Kerangka Teori………………………………………………………….. 18

1. Tinjuan Umum tentang Pengertian dan Fungsi Bank…………… 18

a. Pengertian Bank……………………………………………... 18

b. Fungsi Bank…………………………………………………. 18

2. Tinjauan Umum tentang Bank Syariah………………………….. 19

a. Pengertian Bank Syariah………………………………….…. 19

b. Fungsi Bank Syariah………………………………………… 20

c. Ciri-Ciri Bank Syariah………………………………………. 21

d. Jenis Usaha Bank Syariah…………………………………… 22

e. Bentuk Simpanan di Bank Syariah………………………….. 27

f. Implikasi Hukum dan Cara Penyelesaian Sengketa di Bank

Syariah………………………………………………………. 29

Page 11: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

11

3. Tinjauan Umum tentang Pengelolaan Dana Pada Bank

Syariah…………………………………………........................ 30

a. Bank sebagai penghimpun dana ……………………………. 30

b. Bank sebagai pengelola dana …………………………..…... 31

c. Bank Sebagai Penyedia Dana................................................ 32

4. Tinjauan Umum tentang Perbedaan Antara Bank

Konvensional Dengan Bank

Syariah..…………………………………...……. 32

a. Perbedaan Prinsip…………………………………………… 32

b. Perbedaan Falsafah…………………………………..…........ 35

c. Pengelolaan Dana Nasabah ………………...………………... 35

d. Kewajiban Mengelola Zakat ……………………………….. 36

e. Struktur Organisasi………………………………………….. 37

f. Akad Pembiayaan Bank Syariah………………………….…. 38

5. Tinjauan Umum tentang Ekonomi Syariah……………………… 39

a. Pengertian Sistem Ekonomi Syariah …………………….…. 39

b. Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah ………………………..…. 39

B. Kerangka Pemikiran……………………………………………………....42

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………..... 44

A. Sistem Bagi Hasil Produk Simpanan Wadiah ………………………… 44

B. Pembagian Keuntungan dan Kerugian Sesudah Diinvestasikan Dalam

Sistem Bagi

Hasil…..………………………………………………..…. 52

C. Implikasi hukum atas keuntungan dan kerugian bagi nasabah dan

bank atas keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam

sistem bagi hasil beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang

mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian

tersebut………... 54

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………... 71

A. Simpulan ……………………………………………………………....... 71

B. Saran…………………………………………………………................. 73

Page 12: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………. 78

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran………………………………………….................. 42

Page 13: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

13

DAFTAR LAMPIRAN

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro …………………………….………………………………………………................... 79 Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan………………….………………………………………………................... 81

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, maka keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia

sebenarnya telah diakui dan dikenal. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ini merupakan pintu gerbang dimulainya

perbankan syariah di Indonesia. Namun demikian, undang-undang tersebut belum

memberikan landasan hukum yang cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah

karena belum secara tegas mengatur mengenai keberadaan bank berdasarkan prinsip

syariah, melainkan bank berdasarkan prinsip bagi hasil.

Eksistensi perbankan syariah baru memiliki dasar hukum yang jelas setelah

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, perbankan syariah yang ada di

Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat terhadap usaha pengembangan bank

Page 14: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

14

syariah karena di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan yang secara tegas mengatur

mengenai bank yang bergerak berdasarkan prinsip syariah.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

syariah menjadi dasar hukum yang cukup kuat bagi eksistensi bank syariah di

Indonesia. Hal ini disebabkan karena sebelum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan belum secara jelas mengatur ketentuan mengenai kegiatan

perbankan syariah di Indonesia.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan

dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif

yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi

prinsip-prinsip syariah. Perkembangan sistem keuangan syariah sebenarnya telah

dimulai sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum

operasionalnya. Dengan demikian, legalisasi kegiatan perbankan syariah melalui

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah

dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan serta Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan secara khusus diatur dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah merupakan jawaban atas

permintaan yang nyata dari masyarakat.

Sistem ekonomi tidak dapat dipisahkan dari lembaga intermediasi keuangan

(financial intermediary institution) yang memang sangat dibutuhkan masyarakat.

Namun, selama sekian ratus tahun umat Islam terbiasa dengan pelayanan bank

konvensional yang berbasis bunga, sehingga memerlukan kerja keras untuk

mewujudkan alternatifnya yang bebas bunga yaitu dengan mengembangkan

perbankan syariah.

Dengan lahirnya bank syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil

sebagai alternatif pengganti bunga pada bank konvensional, merupakan peluang bagi

Page 15: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

15

umat Islam untuk memanfaatkan jasa bank secara optimal. Merupakan peluang,

karena umat Islam akan berhubungan dengan perbankan dengan tenang, tanpa

keraguan dan didasari oleh motivasi keagamaan yang kuat di dalam memobilisasi

dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan ekonomi umat.

Peluang tersebut tidak hanya dirasakan oleh umat Islam saja, tetapi oleh umat

nonmuslim, karena bank syariah dinilai terbukti mampu menjadi sarana penunjang

yang handal dan dapat beroperasional secara sehat, karena di dalam operasionalnya

terkandung misi kebersamaan antara nasabah dengan bank. Selain itu bank syariah

dinilai mampu hidup berdampingan secara serasi dan berkompetisi secara sehat dan

wajar dengan bank-bank konvesional yang telah ada, karena bank syariah tidak

bersifat eksklusif untuk umat Islam saja, tetapi tidak ada larangan bagi umat

nonmuslim untuk melakukan hubungan dengan bank syariah. Bahkan pengelolaannya

pun bisa dilakukan oleh orang-orang nonmuslim, seperti yang terjadi pada bank

syariah di London, Luxemburg, Swiss dan bank-bank asing di Pakistan.

Bank syariah sebagai alternatif dari bank-bank konvensional yang dianggap

kurang berhasil dalam mengemban tugas utamanya, memiliki keistimewaan-

keistimewaan yang juga merupakan perbedaan jika dibandingkan dengan bank

konvensional. Keistimewaan-keistimewaan bank syariah tersebut adalah (Karnaen

Perwaatmadja, 1997: 283):

1. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola

bank dan nasabahnya;

2. Diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga akan menimbulkan

akibat-akibat yang positif. Akibat-akibat itu adalah:

a. Cost push inflation, yaitu akibat penerapan sistem bunga pada bank

konvensional dapat dihilangkan, sehingga bank syariah diharapkan mampu

menjadi pendukung kebijaksanaan moneter yang handal;

b. Memungkinkan persaingan antar bank syariah secara wajar, karena

keberhasilan bank syariah ditentukan oleh fungsi edukatif bank di dalam

membina nasabah dengan kejujuran, keuletan dan profesionalisme. Akibatnya,

Page 16: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

16

bank syariah akan lebih kokoh dari pengaruh gejolak moneter baik dalam

maupun luar negeri.

3. Di dalam bank syariah, tersedia fasilitas kredit kebaikan (al-Qardhul Hasan) yang

diberikan secara cuma-cuma. Nasabah hanya berkewajiban menanggung biaya

materai, biaya notaris dan biaya studi kelayakan;

4. Keistimewaan yang paling menonjol dari bank syariah adalah yang melekat pada

konsep (build in concept) dengan berorientasi pada kebersamaan dalam hal:

a. Mendorong kegiatan investasi dan menghambat simpanan yang tidak

produktif melalui sistem profit and loss sharing sebagai pengganti bunga baik

yang diterapkan kepada nasabah mudharabah dan musyarakah maupun yang

diterapkan pada banknya sendiri;

b. Memerangi kemiskinan dengan membina golongan ekonomi lemah dan

tertindas (dhuafa) melalui bantuan hibah yang diarahkan oleh bank secara

produktif;

c. Mengembangkan produksi, menggalakkan perdagangan dan memperluas

kesempatan kerja melalui kredit kepemilikan barang/peralatan modal dengan

pembayaran tangguh (al-murabahah) dan pembayaran cicilan (al-ba’i

bithaman ajil) yang disalurkan kepada pengusaha produsen, pengusaha

pedagang perantara dan konsumen dari barang yang dihasilkan pengusaha

produsen;

d. Meratakan pendapatan melalui sistem bagi hasil keuntungan dan kerugian

(profit and loss sharing) baik yang diberlakukan kepada banknya sendiri

selaku mudharib atau pemegang amanah maupun kepada peminjam dalam

operasi mudharabah dan musyarakah;

e. Keistimewaan lain bank syariah adalah dengan penerapan sistem bagi hasil

berarti bank tidak membebani biaya di luar kemampuan nasabah dan akan

terjamin adanya keterbukaan;

f. Adanya kenyataan bahwa dalam kehidupan ekonomi masyarakat modern

cenderung menimbulkan pengeksploitasian kelompok kuat (kuat ekonomi dan

politik) terhadap kelompok lemah.

Page 17: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

17

Bank berpendapat bahwa riba terjadi hanya dalam kaitannya dengan bunga

bank atau interest, namun pemahaman yang sempit ini tentulah menyesatkan. Riba

pada prinsipnya berarti suatu penambahan pokok dengan beban pada kekayaan pihak

lain, dengan cara-cara yang batil dan dusta. Secara lebih sederhana riba adalah upaya

mendapatkan sesuatu dari ketiadaan.

Hadirnya perbankan syariah menjadi jawaban atas dilema dan polemik

berkepanjangan tentang bunga bank yang dianggap riba dan deraan krisis ekonomi.

Dengan keberadaan perbankan syariah yang dikelola dengan profesional, kini

masyarakat, khususnya kaum muslim telah mendapati pilihan nyata untuk

mengamankan keuangannya maupun investasinya dari momok bunga bank yang

menghantui kegiatan ekonomi mereka.

Kendati respon masyarakat belum sesuai harapan terhadap perbankan syariah,

namun kesadaran masyarakat untuk menyapa dan mendayagunakan perbankan

syariah menunjukkan peningkatan yang berarti dan menggembirakan. Perkembangan

perbankan syariah di tanah air disemangati dengan lahirnya Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan serta yang terakhir Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-

jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan perbankan syariah.

Pada saat ini, larangan-larangan terhadap bunga dari kalangan agama sering

kali dilihat tidak lebih dari sekedar embel-embel yang mengganggu dan bersumber

dari keterbelakangan pemahaman yang mungkin dimotivasi oleh ketidaksukaan orang

yang berpikiran sederhana terhadap cara memberi pinjaman uang dizaman dulu.

Seringkali argumen agama tampaknya tidak ilmiah dan lemah ketika berhadapan

dengan ahli ekonomi yang memiliki kemampuan yang baik dalam hal teori keuangan.

Sebaliknya, berbagai argumen pembenaran konsep bunga dikemas dalam

bentuk yang bersifat ilmiah dan dikembangkan dengan baik sebagai upaya

Page 18: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

18

pembenaran di dalam praktiknya. Beberapa konsep utama yang dipakai untuk

mendukung konsep bunga adalah konsep berpikiran inflasi, dan konsep antisipasi

terhadap risiko. Konsep-konsep tersebut pada intinya menggambarkan manfaat yang

dapat diperoleh pada saat ini dibandingkan nanti, dan keberadaan bunga adalah

bertujuan untuk memberi kompensasi mereka yang melepaskan uang sekarang untuk

mendapatkan imbalan atas uang yang dikeluarkannya kemudian hari.

Sistem perbankan yang menerapkan bunga sekarang dirasakan kurang berhasil

dalam membantu mengurangi kemiskinan dan meratakan pendapatan baik di tingkat

internasional maupun di tingkat nasional. Dikatakan kurang berhasil dalam

mengentaskan kemiskinan, karena bank dengan perangkat bunganya akan memberi

peluang kepada kelompok masyarakat miskin untuk mengembangkan usahanya lebih

baik di bidang ekonomi. Tetapi sebaliknya orang-orang miskin sebagai nasabah

semakin berjiwa konsumtif dan ketergantungannya semakin tinggi kepada bank. Jika

kreditnya habis untuk kepentingan-kepentingan konsumtif, langsung mengambil

kredit lagi secara terus menerus. Bahkan pengambilan kredit dilakukan di berbagai

bank sehingga pada akhirnya mereka akan terlilit utang bunga yang semakin besar.

Akhirnya, secara realistis, gagasan berdirinya bank Islam tanpa bunga adalah

didasarkan pada konsep hukum syirkah dan mudharabah yang secara bertahap telah

berevolusi selama tiga puluh tahun atau sebelumnya yang menimbulkan modal

perbankan yang cukup lengkap diawali dekade tujuh puluhan (Muhammad Najatullah

Siddiqi, 1983: 28-37).

Di dalam era pembangunan ekonomi setiap negara dewasa ini peranan

lembaga perbankan sangat besar dan menentukan. Dengan beroperasinya bank yang

berdasarkan prinsip syariat Islam, diharapkan mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap terwujudnya suatu sistem ekonomi Islam yang menjadi keinginan bagi setiap

negara Islam atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sistem

ekonomi Islam yang dimaksud adalah sistem ekonomi yang terjadi setelah prinsip

Page 19: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

19

ekonomi yang menjadi pedoman, kerjanya dipengaruhi atau dibatasi oleh ajaran-

ajaran Islam (Syafruddin Prawiranegara, 1988: 80).

Bank syariah selain menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan

pihak yang membutuhkan dana, juga secara khusus mempunyai fungsi amanah.

Untuk menjaga fungsi amanah tersebut, perlu adanya pengawasan yang melekat pada

setiap orang yang terlibat di dalam aktivitas perbankan berupa motivasi keagamaan

maupun pengawasan melalui kelembagaan.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang

menetapkan sistem perbankan di Indonesia sebagai “dual banking system” atau sistem

perbankan ganda yaitu konvensional dan syariah di mana bank-bank konvensional

beroperasi berdampingan dengan bank-bank syariah, maka landasan hukum syariah

telah cukup jelas dan kuat baik dari segi kelembagaannya maupun landasan

operasionalnya. Selanjutnya dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia dapat melaksanakan kebijakan

moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah, sehingga Bank Indonesia dapat pula

mempengaruhi likuiditas perekonomian melalui bank-bank syariah seperti

menggunakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) untuk menampung

kelebihan likuiditas bank syariah tanpa bunga.

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia merupakan instrumen kebijakan moneter

yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang

beroperasi dengan prinsip syariah. Sertifikat wadiah memiliki beberapa karakteristik

sebagai berikut (Wirdyaningsih dkk, 2005: 185):

1. Merupakan tanda bukti penitipan dan berjangka pendek;

2. diterbitkan oleh Bank Indonesia;

3. merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara;

4. ada bonus atas transaksi penitipan dana.

Page 20: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

20

Sistem perbankan syariah yang menerapkan pola pembiayaan usaha dengan

prinsip bagi hasil sebagai salah satu prinsip pokok dalam kegiatan perbankan syariah,

akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada masing-masing pihak, baik bank

syariah maupun nasabah. Dengan demikian, dalam menjalankan kegiatannya semua

pihak pada hakekatnya akan memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudential

principle), dan akan memperkecil kemungkinan resiko terjadinya kegagalan usaha.

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam sistem perbankan syariah ini antara lain:

1. Prinsip titipan atau simpanan wadiah

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang

lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan

kapan saja si penitip menghendakinya. Aplikasinya dalam produk perbankan, di

mana bank syariah sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan prinsip ini

yang dalam bank konvensional dikenal dengan produk giro. Sebagai konsekuensi,

semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank

syariah (demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat

jaminan keamanan terhadap hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro lain.

Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif, insentif atau bonus

dapat diberikan dan hal ini menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini

dilakukan dalam upaya menimbulkan semangat masyarakat dalam menabung dan

sekaligus sebagai indikator kesehatan bank. Pemberian bonus tidak dilarang

dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan

dalam nominal atau persentase secara detail, tetapi betul-betul merupakan

kebijakan bank.

2. Prinsip bagi hasil (profit-sharing) mudharabah

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua

pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain

menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung

oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian pihak

Page 21: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

21

pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian

si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Pola transaksi mudharabah, biasanya diterapkan pada produk-produk

pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah

diterapkan pada produk tabungan dan deposito. Sedangkan pada sisi pembiayaan,

mudharabah, diterapkan untuk produk pembiayaan modal kerja.

Dengan menempatkan dana dalam prinsip mudharabah, pemilik dana

tidak mendapatkan bunga seperti halnya di bank konvensional, melainkan nisbah

bagian keuntungan. Dalam praktiknya, nisbah untuk tabungan berkisar 55 –56

persen dari hasil investasi yang dilakukan oleh bank.

Sedangkan dalam sisi pembiayaan, bila seorang pedagang membutuhkan

modal untuk berdagang maka dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan

bagi hasil seperti mudharabah. Caranya dengan menghitung terlebih dahulu

perkiraan pendapatan yang akan diperoleh oleh nasabah dari proyek tersebut.

Misalkan, dari modal Rp 30 juta diperoleh pendapatan Rp 5 juta/bulan. Dari

pendapatan tersebut harus disisihkan terlebih dahulu untuk tabungan

pengembalian modal, sebut saja Rp 2 juta. selebihnya dibagi antara bank dengan

nasabah dengan kesepakatan di muka, misalnya 60 persen untuk nasabah dan 40

persen untuk bank.

3. Prinsip musyarakah

Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal.

Keuntungan ataupun risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan. Dalam sistem ini, terkandung apa yang biasa disebut di bank

konvensional sebagai sarana pembiayaan. Secara konkret, bila seseorang memiliki

usaha dan ingin mendapatkan tambahan modal, orang tersebut bisa menggunakan

produk musyarakah ini. Inti dari pola ini adalah, bank syariah dan seseorang

Page 22: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

22

secara bersama-sama memberikan kontribusi modal yang kemudian digunakan

untuk menjalankan usaha. Porsi bank syariah akan diberlakukan sebagai

penyertaan dengan pembagian keuntungan yang disepakati bersama. Dalam bank

konvensional, pembiayaan seperti ini mirip dengan kredit modal kerja.

4. Prinsip murabahah

Dalam hal ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam

hal ini harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu

tingkat keuntungan sebagai tambahan. Misal seseorang membutuhkan kredit

untuk pembelian mobil. Pada bank konvensional orang tersebut akan dikenakan

bunga dan diharuskan membayar cicilan bulanan selama waktu tertentu. Di sektor

perbankan konvensional, suku bunga yang berlaku mungkin saja berubah.

Dalam sistem bank syariah, tentu saja produk seperti ini juga tersedia.

Namun bentuknya bukan kredit, melainkan menggunakan prinsip jual-beli, yang

diistilahkan dengan murabahah. Dalam hal ini misalnya, bank syariah akan

membeli mobil yang diinginkan terlebih dahulu, kemudian menjualnya lagi. Tapi,

karena bank syariah membayarnya terlebih dahulu, maka pada saat menjual,

harganya sedikit lebih mahal, sebagai bentuk keuntungan bagi bank syariah.

Karena bentuk keuntungan bank syariah sudah disepakati di depan, maka nilai

cicilan yang harus dibayarkan relatif lebih tetap.

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis berusaha untuk

menyusun penelitian hukum dengan judul “SISTEM BAGI HASIL PRODUK

SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA

KERUGIAN PADA BANK SYARIAH”.

B. Perumusan Masalah

Page 23: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

23

Perumusan masalah perlu diadakan sebelum melangkah ke penelitian lebih

lanjut, sehingga tidak akan menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam serta

bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas pada hal atau

masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah yang telah dikenakan

diatas sekiranya, maka perlu dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas.

Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah?

2. Bagaimanakah pembagian keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam

sistem bagi hasil?

3. Bagaimanakah implikasi hukum atas keuntungan dan kerugian bagi nasabah dan

bank sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil beserta cara penyelesaian

terhadap sengketa yang mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan

kerugian tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang jelas

tentang apa yang hendak dicapai agar penelitian tersebut dapat membawa manfaat

baik bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain. Dalam penelitian kali ini, tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 24: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

24

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui sistem bagi hasil produk simpanan

wadiah pada bank syariah;

b. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui pembagian keuntungan dan kerugian

dalam produk simpanan wadiah pada bank syariah;

c. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui implikasi hukum bagi nasabah dan

bank atas keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi

hasil beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul

sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data-data sebagai bahan penulisan hukum guna memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;

b. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam bidang Hukum

dan Masyarakat khususnya Hukum Perbankan Islam;

c. Untuk meningkatkan pemahaman tentang berbagai teori yang diperoleh

penulis selama kuliah.

D. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan yang jelas, setiap penelitian juga tidak terlepas dari

manfaat apa yang akan diperoleh dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan Ilmu Hukum

pada umumnya, dan Hukum Perbankan Islam pada khususnya;

b. Hasil penelitian ini dapat menambah kelengkapan koleksi pustaka dan

menjadi dasar pertimbangan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang

sejenis.

2. Manfaat Praktis

Page 25: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

25

a. Penulis berharap bahwa dari penelitian yang dilakukan akan dapat

dimanfaatkan sebagai bahan panduan untuk memecahkan masalah yang

terkait dengan perbankan syariah umumnya dan produk simpanan wadiah

pada khususnya;

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat menambah dan meningkatkan

wawasan serta pengetahuan di bidang produk simpanan wadiah.

E. Metode Penelitian

Mengingat pentingnya metode penelitian dalam menemukan, menentukan dan

menganalisis suatu masalah, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian normatif atau studi kepustakaan

yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder atau

bahan-bahan pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk

mendiskripsikan sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian

keuntungan dan kerugian produk simpanan wadiah serta implikasi hukum dan

cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul akibat keuntungan maupun

kerugian tersebut.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah

bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data

yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.

Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di

dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori

baru (Soerjono Soekanto, 1986:10).

Page 26: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

26

Dalam metode ini penulis berusaha untuk menggambarkan suatu keadaan,

oleh karenanya penulis menggunakan metode ini agar dapat mendiskripsikan

sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian

produk simpanan wadiah serta implikasi hukum dan cara penyelesaian sengketa

yang mungkin timbul akibat keuntungan maupun kerugian tersebut.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian pada umumnya dibedakan

antara data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari

masyarakat dan dari studi kepustakaan, sedangkan data yang diperoleh dari bahan

pustaka lainnya disebut dengan data sekunder (Soerjono Soekanto & Sri Mamuji,

2007: 12). Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah data

sekunder yaitu data-data pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi.

Buku-buku hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya yang

berkaitan dengan pokok bahasan yang dikaji penulis yakni sistem bagi hasil

produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, dan implikasi

hukum beserta cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul terkait dengan

pembagian keuntungan maupun kerugian tersebut.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

sekunder. Sumber data sekunder bersumber dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang isinya mempunyai

kekuatan hukum mengikat, dalam hal ini adalah norma atau kaidah dasar

peraturan perundang-undangan. Antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

Page 27: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

27

4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase;

5) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;

6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;

7) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2005 tentang Mediasi

Perbankan;

8) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum

Syariah;

9) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/14/DPNP tentang Mediasi

Perbankan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang terkait dengan

permasalahan yang penulis angkat yaitu mengenai sistem bagi hasil produk

simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, dan implikasi hukum

beserta cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul terkait dengan

pembagian keuntungan maupun kerugian tersebut.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yakni bahan–bahan

dari internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai

sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan

kerugian, dan implikasi hukum beserta cara penyelesaian sengketa yang

mungkin timbul terkait dengan pembagian keuntungan maupun kerugian

tersebut.

5. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengelolaan data adalah bagaimana caranya mengolah data yang

berhasil dikumpulkan untuk memungkinkan penelitian bersangkutan melakukan

Page 28: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

28

analisa yang sebaik-baiknya. Baik bahan hukum primer maupun sekunder

dikumpulkan berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan

sistem bola salju dan diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya untuk

kemudian dikaji secara komperehensif (Johnny Ibrahim, 2006: 392).

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara membaca,

mengkaji dan mempelajari isi dan mencatat data yang sesuai dari bahan pustaka

baik berupa peraturan perundang-undangan, penetapan Pengadilan Agama, buku-

buku maupun dari internet yang mempunyai kaitan dengan sistem bagi hasil

produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, dan implikasi

hukum beserta cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul terkait dengan

pembagian keuntungan maupun kerugian tersebut.

6. Tehnik Analisis Data

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakekatnya berarti

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis

tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi (Soerjono

Soekanto, 1986: 251).

Penganalisisan data merupakan suatu tahap di dalam penelitian yang

berupa pengolahan data yang telah diperoleh menjadi hasil penelitian yang berupa

pengolahan data yang telah diperoleh menjadi hasil penelitian yang akan

dilaporkan. Analisis data pada penelitian hukum normatif ini dilakukan dengan

menggunakan metode penafsiran atau interpretasi yaitu salah satu metode

penemuan hukum yang memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks

undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan dengan

peristiwa tertentu (Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993:13). Dalam

penelitian hukum ini peneliti menggunakan metode penafsiran:

a. Penafsiran otentik yaitu penafsiran yang dilakukan secara resmi oleh undang-

undang;

Page 29: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

29

b. Penafsiran gramatikal yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui

makna ketentuan undang-undang dengan menguraikannya menurut bahasa,

susun kata atau bunyinya;

c. Penafsiran sistematis yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara

menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan sistem

perundang-undangan dengan jalan menghubungkannya dengan undang-

undang lain;

d. Penafsiran teologis atau sosiologis yaitu penafsiran yang dilakukan apabila

makna undang-undang ditetapkan berdasarkan tujuan kemasyarakatan.

Analisis data dengan menggunakan metode penafsiran bertujuan untuk

memudahkan menganalisis data-data yang relevan dengan penelitian. Upaya

untuk menganalisis data dilakukan melalui proses-proses yang tunduk pada aturan

logika formal yang disebut sebagai silogisme deduksi. Silogisme deduksi

maksudnya mendapatkan kesimpulan dari sesuatu yang bersifat umum

dihubungkan dengan suatu hal yang bersifat khusus (Burhan Ashshofa,1996: 37).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum yang penulis gunakan dalam penelitian hukum

ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini memuat hal-hal yang mendasari dan melatar

belakangi penulisan hukum ini. Maka pada bab ini akan dibahas

mengenai tinjauan umum tentang pengertian dan fungsi bank, macam-

macam usaha bank syariah, sistem pengelolaan dana pada bank

Page 30: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

30

syariah, perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank

syariah, ekonomi syariah.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang permasalahan pokok

yang dibahas penulis yakni:

1. Sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah.

2. Pembagian keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam

sistem bagi hasil.

3. Implikasi hukum atas keuntungan dan kerugian bagi nasabah dan

bank sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil beserta cara

penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul sehubungan

dengan keuntungan dan kerugian tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Simpulan dari hasil analisis serta memberikan saran sebagai

sumbangan pemikiran penulis dalam memecahkan persoalan mengenai

bentuk penerapan sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada

bank syariah dan pembagian keuntungan maupun kerugian beserta

implikasi hukum yang timbul atas keuntungan maupun kerugian

tersebut beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin

timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 31: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

31

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Pengertian dan Fungsi Bank a. Pengertian Bank

Dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008

tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Pengertian Adapun pengertian bank menurut Dahlan Siamat yaitu:

“Badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan

deposito dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan

penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan atau

menanamkan kelebihan tersebut untuk pembayaran kembali” (Dahlan Siamat,

1992: 12).

Sedangkan menurut Kasmir menjelaskan bahwa bank adalah: “Suatu

jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti

memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat

penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan dan

lain-lain” (Kasmir, 2000: 8).

Page 32: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

32

b. Fungsi Bank

Fungsi bank adalah (Kasmir, 2000: 11):

1) Bank sebagai penghimpun dana

Peran bank dalam pengertian ini adalah sebagai lembaga

kepercayaan khususnya bagi masyarakat yang menyimpan dananya di

bank dalam bentuk simpanan. Sedangkan pengertian simpanan adalah

dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank dalam bentuk giro,

tabungan, deposito, atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan.

2) Bank sebagai pemberi kredit

Peran bank dalam pengertian ini adalah menyalurkan dana. Baik

yang dihimpun dari masyarakat (simpanan) maupun bukan (modal sendiri

atau antar bank) untuk kebutuhan masyarakat yang sebagian besar

disalurkan dalam bentuk kredit.

3) Bank sebagai lembaga perantara atau kepercayaan

Peran bank sebagai lembaga perantara adalah dalam hal

mempertemukan pihak yang mempunyai dana dengan pihak yang

membutuhkan dana. Transaksi pertukaran ini mungkin tidak terjadi

dengan lancar apabila tidak melalui perantara bank. Hal ini karena pihak

pemilik dana belum tentu mengetahui karakter dan mempercayai pihak

yang membutuhkan dana. Dalam hal itu bank lebih percaya untuk

menerima dana oleh pihak pemilik dana dibandingkan dengan pihak yang

membutuhkan dana.

2. Tinjauan Umum tentang Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Page 33: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

33

Dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008

tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan bank syariah adalah Bank

yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan

menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah.

Menurut Warkum Sumitro, pengertian bank syariah yaitu:“Bank Islam

adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-

jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang mengoperasinya

disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam” (Warkum Sumitro, 2004: 5).

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia pengertian bank syariah yaitu:

“Bank syariah adalah bank yang berasaskan, antara lain pada asas kemitraan,

keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha

perbankan berdasarkan prinsip syariah” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001: 1).

Bertitik tolak pada beberapa pengertian bank syariah di atas, pada

dasarnya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa bank syariah merupakan bank

yang kegiatan usahanya berdasarkan “Prinsip Syariah”. Dalam Pasal 1 Angka

12 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang

dimaksud dengan Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan

perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki

kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Page 34: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

34

b. Fungsi Bank Syariah

Fungsi bank syariah adalah (Warkum Sumitro, 1997: 65):

1) Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi, perdagangan dan

jasa (mudharib);

2) Sebagai pengelola investasi yang dikehendaki oleh shohibul maal;

3) Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran sebagaimana pada umumnya

dijalankan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

4) Sebagai pelaksana kegiatan sosial (zakat, infak dan sedekah/ZIS).

Sedangkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah menyebutkan bahwa fungsi bank syariah adalah:

1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat;

2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat;

3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif);

4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Ciri-ciri Bank Syariah

Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan konvensional,

adapun ciri-ciri bank syariah adalah (Warkum Sumitro, 1997: 68):

1) Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian

diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan

dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas

Page 35: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

35

wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai

dengan kesepakatan dalam kontrak;

2) Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan

pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa

utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir;

3) Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak

menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang

ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang

ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata;

4) Penyerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito, tabungan oleh

penyimpan dianggap sebagai titipan (wadiah) sedangkan bagi bank

dianggap titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-

proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah

sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti;

5) Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi

operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan

pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar muamalah Islam;

6) Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak

pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai

fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya kewajiban menjaga dan

bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-

waktu apabila dana diambil pemiliknya.

d. Jenis Usaha Bank Syariah

Secara detail, prinsip operasional bank syariah dalam menjalankan

usahanya mencakup lima aspek, yaitu (Achmad Baraba, 2001: 12):

1) Sistem Simpanan

Page 36: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

36

Prinsip ini merupakan fasilitas yang diberikan bank Islam untuk

memberikan kesempatan kepada pihak yang mempunyai dana lebih untuk

menyimpan dananya dalam bentuk wadiah. Fasilitas ini diberikan dengan

tujuan untuk keamanan dan kepentingan pemindahbukuan, bukan untuk

tujuan investasi guna memperoleh keuntungan seperti halnya pada

tabungan dan deposito. Dalam perbankan konvensional fasilitas wadiah ini

hampir sama dengan giro.

2) Bagi Hasil

Sebagai pengganti dari mekanisme bunga, sebagian ulama

meyakini bahwa dalam pembiayaan proyek-proyek individual, instrumen

yang paling baik adalah bagi hasil. Sistem ini meliputi tata

cara/mekanisme pembagian hasil usaha antara penyedia dana (shahibul

maal) dengan pengelola dana (mudharib). Pembagian hasil usaha ini dapat

terjadi antara bank dengan penyimpan dana. Bentuk produk yang

berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh,

prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar untuk produksi

pendanaan yaitu tabungan dan deposito maupun pembiayaan.

Dalam ekonomi Islami, pembagian hasil usaha harus ditentukan

pada awal terjadinya kontrak kerjasama (akad). Mekanisme perhitungan

bagi hasil ini terdiri dari dua sistem:

a) Profit sharing, adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil

bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut;

b) Revenue sharing, adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada

total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi biaya-biaya

yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

Dalam aplikasi perbankan syariah, pada umumnya bank dapat

menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung

Page 37: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

37

kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satunya.

Bank-bank syariah yang ada di Indonesia saat ini, semua menggunakan

perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan

bagi hasil kepada para pemilik dana (deposan).

Apabila suatu bank menggunakan sistem profit sharing, maka

kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh

para pemilik dana akan semakin kecil. Hal ini tentunya akan berdampak

pada menurunnya keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya

pada bank syariah yang berdampak pula pada menurunnya jumlah dana

pihak ketiga secara keseluruhan.

Akan tetapi bila bank tetap ingin mempertahankan sistem profit

sharing tersebut dalam perhitungan bagi hasil, maka jalan satu-satunya

untuk menghindari risiko-risiko tersebut di atas adalah dengan cara bank

harus mengalokasikan sebagian dana dari porsi bagi hasil yang mereka

terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada

nasabah pemilik dana. Dengan kata lain, bank akan mengurangi porsi bagi

hasil yang mereka peroleh untuk menutupi kekurangan bagi hasil yang

akan diterima oleh deposan.

Sementara di lain pihak, apabila bank menggunakan sistem

perhitungan bagi hasil berdasarkan revenue sharing, maka kemungkinan

yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik

dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang

berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk

mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru

mampu memberikan hasil yang optimal, dan pada akhirnya akan

berdampak kepada peningkatan total dana pihak ketiga (DPK) pada bank

syariah. Pertumbuhan dana pihak ketiga dengan cepat harus mampu

diimbangi dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk aset yang

Page 38: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

38

menarik, layak dan mampu memberikan tingkat keuntungan yang

maksimal bagi pemilik dana.

3) Jual Beli dan Margin Keuntungan

Prinsip ini merupakan penerapan tata cara jual beli. Dalam hal ini,

bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau

mengangkat nasabah sebagai agen bank, sebagai kuasa bank untuk

membeli barang tersebut. Dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen

atau kuasa melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian

menjual barang tersebut kepadanya dengan sejumlah harga beli ditambah

dengan keuntungan.

Dalam operasional jual beli ini ada beberapa tipe kontrak jual beli

tangguh (deffered contract of exchange) yang meliputi transaksi-transaksi:

a) Murabahah, kontrak jual beli dimana barang yang diperjualbelikan

tersebut diserahkan segera, sedang harga (pokok dan selisih

keuntungan yang disepakati bersama) atas barang tersebut dibayar di

kemudian hari secara sekaligus (lump sum deffered payment);

b) Ba’i bi Tsaman Ajil, kontrak murabahah dimana barang yang

diperjualbelikan tersebut diserahkan dengan segera, sedangkan harga

atas barang yang dibayar di kemudian hari dengan cara angsuran

(installment deffered payment);

c) Ba’i Salam, kontrak jual beli dimana harga atas barang dibayar

dikemudian hari dengan segera (secara sekaligus), sedangkan

penyerahan atas barang di kemudian hari;

d) Ba’i al-Istisna, hampir sama dengan ba’i salam, yaitu kontrak jual beli

dimana harga barang tersebut dibayar lebih dahulu, tetapi dapat

diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati

bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan

kemudian.

Page 39: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

39

4) Prinsip Sewa

Prinsip ini secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu ijarah

(sewa murni), seperti penyewaan alat-alat produksi, yang sering disebut

operating lease. Kedua Ba’i at Takjiri (sewa beli), dalam hal ini penyewa

mempunyai hak untuk memiliki barang pada masa akhir sewa atau sering

disebut dengan financial lease.

5) Fee

Prinsip ini meliputi seluruh layanan nonpembiayaan yang

diberikan bank. Bentuknya antara lain bank garansi, kliring, inkaso, jasa

transfer dan sebagainya.

Adapun prinsip operasional bank syariah pada sisi penyaluran dana

kepada masyarakat, prinsip dagang yang berlaku pada pembiayaan

perdagangan, yaitu:

a) harus ada barang yang ditransaksikan; dan

b) menetapkan harga jual secara bersaing agar lebih banyak orang yang

membeli.

Sementara itu dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan Pasal 1 huruf k selain membedakan antara kredit dan

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pengertian kredit yang disebut

sebenarnya hampir sama dengan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan hanya saja diadakan pembatasan dengan

pemberian bunga saja. Secara lengkap berikut pengertian kredit menurut

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992: “Kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan pinjam

Page 40: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

40

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,

imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.

Pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah (pasal 1

angka 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan) adalah

“Penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut dalam

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua,

yaitu (Muhammad Syafei Antonio, 2000: 160-168):

1) Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan

usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

Pembiayaan produktif ini menurut keperluannya dibagi menjadi

dua:

a) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang diberikan guna

memenuhi kebutuhan modal usaha untuk peningkatan produksi secara

kuantitatif dan kualitatif serta untuk keperluan perdagangan atau utility

place dari suatu barang, termasuk dalam jenis ini adalah mudharabah

(kerja sama pemilik modal dan pengusaha) dan musyarakah (bagi hasil

berserikat) yang menggunakan sistem bagi hasil;

b) Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam pengadaan

barang-barang modal dan sarana atau prasarana usaha yang erat

kaitannya dengan itu, misal: untuk pengadaan kendaraan, bangunan,

Page 41: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

41

kantor, pabrik, mesin dan lain-lain termasuk dalam jenis ini adalah al

musyarakah mutanaqishah, al ijarah al muntahia bit-tamlik.

2) Pembiayaan konsumtif

Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

kebutuhan konsumsi yang akan habis untuk memenuhi kebutuhan pribadi,

misal: pembelian rumah, mobil, peralatan elektronik dan lain-lain,

termasuk jenis ini adalah: al-qardhul hasan, bai bithaman ajil, al

musyarakah mutanaqisah dan ar rahn.

e. Bentuk Simpanan di Bank Syariah

Sebelumnya kita sudah sangat mengenal tabungan, giro dan deposito

dari bank konvensional. Pada ketiga produk bank ini maka setiap bulannya

bank berjanji akan membayar sejumlah bunga. Di bank syariah juga

mempunyai produk simpanan berupa tabungan, giro dan deposito hanya

sebagai nasabah kita tidak menerima pembayaran bunga. Di bank syariah ada

2 cara yang bisa dipilih orang untuk menyimpan uangnya, yaitu (Mike Rini,

http://perencanakeuangan.com/files/Simp.BagiHasilSyariah.html):

1) Titipan/wadiah

Menitip adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk

menjaga hartanya/barangnya. Dengan demikian cara titipan melibatkan

adanya orang yang menitipkan (nasabah), pihak yang dititipi (bank

syariah), barang yang dititipkan (dana nasabah). Menitipkan sebenarnya

bukan usaha perniagaan yang lazim, kecuali penerima titipan menetapkan

keharusan membayar biaya penitipan atau administrasi bagi penitip. Maka

Titipan bisa memenuhi syarat perniagaan yang lazim. Artinya bank harus

menjaga dan bertanggung jawab terhadap barang yang dititipkan karena

Page 42: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

42

sudah dibayar biaya administrasinya. Rekening giro di bank syariah

dikelola dengan sistem titipan sehingga biasa dikenal dengan Giro

Wadiah, karena pada dasarnya rekening giro adalah dana masyarakat di

bank untuk tujuan pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap

saat. Artinya giro hanyalah merupakan dana titipan nasabah, bukan dana

yang diinvestasikan. Namun dana nasabah pada giro bisa dimanfaatkan

oleh bank selama masih mengendap, tetapi kapanpun nasabah ingin

menariknya bank wajib membayarnya. Sebagai imbalan dari titipan yang

dimanfaatkan oleh bank syariah, nasabah dapat menerima imbal jasa

berupa bonus. Namun bonus ini tidak diperjanjikan di depan melainkan

tergantung dari kebijakan bank yang dikaitkan dengan pendapatan bank.

Rekening tabungan harian yang memberlakukan ketentuan dapat ditarik

setiap saat juga dikelola dengan cara titipan, karena sifatnya mirip dengan

giro hanya berbeda mekanisme penarikannya.

2) Investasi/mudharabah

Merupakan suatu bentuk perniagaan dimana pemilik modal

(nasabah) menyetorkan modalnya kepada pengelola (bank) untuk

diusahakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan

kesepakatan dari kedua belah pihak. Sedangkan kerugian, jika ada akan

ditanggung oleh si pemilik modal. Dengan demikian cara investasi

melibatkan pemilik modal (nasabah), pengelola modal (bank), modal

(dana) harus jelas berapa jumlahnya, jangka waktu pengelolaan modal,

jenis pekerjaan atau proyek yang dibiayai, porsi bagi hasil keuntungan.

Deposito di bank syariah dikelola dengan cara investasi atau mudharabah,

sehingga biasa dikenal dengan Deposito Mudharabah. Bank Syariah tidak

membayar bunga deposito kepada deposan tetapi membayar bagi hasil

keuntungan yang ditetapkan dengan nisbah. Beberapa jenis tabungan

berjangka juga dikelola dengan cara mudharabah misalnya tabungan

pendidikan dan tabungan hari tua, tabungan haji, tabungan berjangka ini

biasa dikenal istilah Tabungan Pendidikan Mudharabah, Tabungan Haji.

Page 43: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

43

Tabungan-tabungan tersebut tidak dapat ditarik oleh pemilik dana sebelum

jatuh tempo sehingga memenuhi syarat untuk diinvestasikan.

f. Implikasi Hukum dan Cara Penyelesaian Sengketa di Bank Syariah

Bank syariah sebagaimana lembaga keuangan lainnya tentu memiliki

produk jasa keuangan yang ditawarkan kepada masyarakat. Setiap produk jasa

keuangan tersebut tentu memiliki implikasi hukum atas kegiatan

penghimpunan maupun penyaluran dana. Terkadang kegiatan penghimpunan

maupun penyaluran dana masyarakat tersebut menimbulkan implikasi hukum

yang menimbulkan masalah dan berujung kepada suatu persengketaan antara

pihak bank dan nasabah.

Dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah menyebutkan bahwa:

1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama;

2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad;

3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.

Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan

“penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad” adalah upaya-upaya

sebagai berikut:

1) musyawarah;

2) mediasi perbankan;

3) melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau

lembaga arbitrase lain; dan/atau

4) melalui pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum.

Dalam hal ini, apabila dalam akad sudah ditentukan cara

penyelesaiannya selain di Pengadilan Agama maka merujuk kepada alternatif

Page 44: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

44

penyelesaian sengketa sesuai Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di mana menentukan penyelesaian

sengketa dengan cara:

1) Dengan menggunakan musyawarah atau yang dikenal dengan perdamaian;

2) Dengan menggunakan mediasi perbankan yang diselenggarakan oleh Bank

Indonesia;

3) Dengan menggunakan cara penyelesaian sengketa melalui Badan

Arbitrase Syariah Nasional yang yang diresmikan oleh MUI lewat

keputusan rapat Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-

09/MUI/XII/2003 didasarkan pada Undang-Undang nomor 30 tahun 1999

tentang Arbitrase atau melalui lembaga arbitrase lain;

4) Dengan jalan beracara di depan pengadilan dalam lingkungan Peradilan

Umum.

Apabila dalam akad tidak ditentukan maupun sudah ditentukan cara

penyelesaiannya maka merujuk kepada alternatif penyelesaian sengketa sesuai

Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah di mana menentukan penyelesaian sengketa dengan cara beracara di

depan pengadilan dan dalam hal ini pengadilan yang mempunyai kompetensi

adalah Pengadilan Agama di mana dengan diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan juga Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah maka Pengadilan Agama memiliki

kewenangan untuk menyelesaikan kewenangan memutus perkara ekonomi

syariah.

Page 45: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

45

3. Tinjauan Umum tentang Pengelolaan Dana Pada Bank Syariah

a. Bank Sebagai Penghimpun Dana

Sebagai penghimpun dana, bank syariah mengeluarkan produk

simpanan yang bersifat menarik dana masyarakat dan kemudian

menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan seperti yang

dilakukan bank konvensional yang menyalurkan kredit kepada masyarakat,

namun dalam bank syariah tidak mengenal istilah kredit tetapi disebut

pembiayaan, dalam kredit yang diberikan bank konvensional dikenal istilah

bunga sedang dalam bank syariah dikenal dengan prinsip bagi hasil.

b. Bank Sebagai Pengelola Dana

Dana titipan/wadiah pada bank syariah yang dikenal dengan:

1) Wadi’ah Yad Al-Amanah, yaitu bahwa pihak yang menerima titipan tidak

boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan.

Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai

biaya penitipan;

2) Wadi‘ah Yad Adz-Dhamanah, yaitu bahwa pihak yang menerima titipan

boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan.

Tentu pihak bank dalam hal ini dapat memanfaatkan hasil dari

penggunaan dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam

bentuk bonus.

Dasar hukum simpanan wadiah terdapat dalam:

Page 46: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

46

1) Q.S. An-Nisa ayat 58: “Sesungguhnya Allah menyuruh Kamu untuk

menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (Subdinas

Pembinaan Mental Dinas Perawatan Personil Angkatan Udara, 2002: 162).

2) Q.S. Al-Baqarah ayat 283: “...Akan tetapi jika sebagian Kamu

mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu

menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada

Allah Tuhannya” (Subdinas Pembinaan Mental Dinas Perawatan Personil

Angkatan Udara, 2002: 89).

3) Hadis Nabi: Dari Ibnu Umar berkata, bahwasanya Rasulullah SAW telah

bersabda: “Tiada kesempurnaan iman bagi orang yang beramanah, tiada

shalat bagi yang tidak bersuci”.

Maka bank bertindak sebagai pemegang amanah dan sekaligus sebagai

mudharib, artinya bank harus berupaya untuk menjaga amanah sehingga uang

yang dititipkan di bank aman, berupaya untuk mencari usaha-usaha yang

produktif dan menguntungkan agar bank dapat memberikan imbalan dan bagi

hasil yang layak kepada penyedia dana dan berusaha agar usaha-usaha yang

dibiayai dikelola secara hati-hati, aman, efektif dan efisien. Sehubungan

dengan hal ini, bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah

penerima dana berdasarkan asas pembiayaan yang sehat.

c. Bank Sebagai Penyedia Dana

Sebagai penyedia dana, bank menyediakan berbagai modal

pembiayaan yang berasal dari dana pihak ketiga.

4. Tinjauan Umum tentang Perbedaan Antara Bank Konvensional Dengan Bank

Syariah

a. Perbedaan Prinsip

Page 47: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

47

Perbankan syariah hadir sebagai jawaban atas tuntutan kaum muslim

akan adanya kebutuhan sistem perbankan yang sesuai dengan nilai-nilai

syariah. Kebanyakan Kaum muslim di dunia merasa tidak cocok dengan

sistem perbankan konvensional yang kurang memperhatikan aspek ekonomi

berlandaskan nilai-nilai Islam di dalamnya. Dalam hal ini perbankan syariah

merupakan perwujudan atas sistem ekonomi Islam yang lebih adil.

Perbedaan pokok antara bank syariah dengan perbankan konvensional

adalah larangan riba (bunga) bagi perbankan syariah riba dilarang, sedangkan

jual beli (bai) dihalalkan. Dengan demikian, maka membayar dan menerima

bunga pada uang yang dipinjamkan juga dilarang. Karakteristik lain bank

syariah adalah tidak mengenal teori time value of money dan memandang uang

sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan.

Pada dasarnya aktivitas bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank-

bank konvensional, perbedaannya selain terletak pada orientasi konsep yakni

kebersamaan juga terletak pada konsep dasar operasionalnya yang

berlandaskan pada ketentuan hukum Islam. Oleh karenanya ketentuan-

ketentuan lain yang berkaitan dengan penyaluran dana perbankan

(pembiayaan) tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip

hukum Islam berdasarkan asas hukum lex specialis derogat lex generalis,

artinya peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan

berlakunya peraturan perundang-undangan yang bersifat umum apabila

keduanya memuat ketentuan yang saling bertentangan dan mempunyai

tingkatan yang sama, sedang dalam hal tidak terdapat ketentuan khusus dalam

sistem perbankan syariah maka bank syariah harus tunduk kepada ketentuan

yang berlaku pada bank konvensional (Warkum Sumitro, 1997: 68).

Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah tidak membedakan

secara tegas sektor moneter dan sektor riil, sehingga dalam kegiatan usahanya

dapat melakukan transaksi-transaksi sektor riil (Ikatan Akuntan Indonesia,

Page 48: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

48

2001: 6). Meskipun riba merupakan pembeda utama dan terpenting antara

perbankan konvensional dan syariah, masih ada beberapa perbedaan lain yang

secara lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut (Karnaen Perwaatmadja

dan Muhammad Syafei Antonio, 1992: 53):

Bank Syariah Bank Konvensional Berdasarkan margin keuntungan Memakai perangkat bunga

Profit dan falah oriented Profit oriented

Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk kreditur –debitur

Users of real funds Creator of money supply

Melakukan investasi-investasi yang

halal saja

Investasi yang halal dan haram

Pengerahan dan penyaluran dana

harus sesuai dengan pendapat

melalui Dewan Pengawas Syariah

Tidak terdapat dewan sejenis itu

Keberadaan bank syariah memiliki fungsi dan peran diantaranya

tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan AAOIFI

(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution).

Fungsi dan peran tersebut (Adnan M. Abdeen and Dale N. Shock, 1984: 166-

167):

1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah;

2) Investor, bank syariah dapat mengelola dana yang dimilikinya maupun

dana nasabah yang dipercayakan kepadanya;

3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat

melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya

institusi perbankan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

4) Pelaksana kegiatan sosial, sebagai suatu ciri yang lekat pada entitas

keuangan Islam, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk

Page 49: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

49

mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,

mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

Seperti juga bank konvensional, selain memberikan jasa-jasa

pembiayaan, bank syariah juga memberikan jasa-jasa lain, seperti jasa kiriman

uang, pembukaan letter of credit, jaminan bank, dan jasa-jasa lain yang

biasanya diberikan bank konvensional. Bahkan, jasa-jasa pembiayaan yang

diberikan oleh bank syariah jauh lebih beragam (Sutan Remy Sjahdeni, 1999:

1).

Perbedaan bank konvensional dengan bank syariah secara garis besar

adalah, bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau

prinsip agama Islam. Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem bunga

atau riba yang memberatkan. Bank syariah beroperasi berdasarkan asas

kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan.

b. Perbedaan Falsafah

Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah

terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak

melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank

kovensional justru sebaliknya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat

mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah,

dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan

adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil.

Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalui bank

syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba

secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam

semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu

pihak seperti efek bola salju. Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan

Page 50: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

50

keuntungan besar di satu pihak namun kerugian besar di pihak lain, atau

malah kedua-duanya.

c. Pengelolaan Dana Nasabah

Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan

maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito

pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan

uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka

bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat

likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi

syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena

pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja

tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut

diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung

risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha

yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian,

maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan

maupun risiko.

Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga

keuangan penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana

nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian,

dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam transaksi perniagaan yang

diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana

nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan

kepada nasabah. Hasil usaha semakin tinggi maka semakin besar pula

keuntungan yang dibagikan bank kepada para nasabahnya. Namun jika

keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan

bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana

nasabah di bank di investasikan terlebih dahulu ke dalam kegiatan usaha,

barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah

Page 51: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

51

di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut disalurkan ke

dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya.

Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya

keuntungan yang diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank

syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah semakin besar pula

keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan

banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah

keuntungan bank konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase

dari dana yang disimpannya saja.

d. Kewajiban Mengelola Zakat

Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti

wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan

mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada

bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infak, sedekah).

e. Struktur Organisasi

Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya

Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan Pengawas Syariah bertugas

mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah. Dewan Pengawas Syariah ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional

(DSN). Berdasarkan laporan dari Dewan Pengawas Syariah pada masing-

masing lembaga keuangan syariah, Dewan Syariah Nasional dapat

memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang. Dewan

Syariah Nasional juga dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang

memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk

memberikan sanksi.

Page 52: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

52

Dewan Pengawas Syariah perlu diefektifkan, karena selama ini lebih

sekedar simbol. Sebab perbankan syariah selama ini hanya lebih

mengandalkan fatwa-fatwa dari Dewan Syariah Nasional saja. Padahal

penerapan fatwa dari Dewan Syariah Nasional sangat perlu dalam perbankan

syariah. Tidak saja dalam tahap pembuatan perjanjian, tetapi juga perlu

pengawasan secara syariah pada tahap pelaksanaan perjanjian dan penutupan

perjanjian. Kemungkinan terjadi bahwa pada tahap pembuatan perjanjian

dalam akta sesuai dengan syariah, tetapi karena sesuatu hal, dalam perjalanan

bertentangan dengan syariah. Bisa jadi juga dalam tahap pembuatan akta

sesuai dengan syariah, pelaksanaannya sesuai dengan syariah, tetapi pada

akhir penutupan perjanjian bertentangan dengan syariah. Sebab menurut

Abdul Aziz Sachedina, selalu ada tarik-menarik diantara ketentuan-ketentuan

normatif dengan kepentingan-kepentingan kongkrit yang perlu dipilah dalam

hukum Islam (Burhanudin Harahap, 2008: 9-10).

Wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah (Warkum Sumitro, 2004:

52):

1) Memberikan pedoman secara garis besar tentang aspek syariah dari

operasional Bank Islam, baik penyerahan dana, penyaluran dana maupun

kegiatan-kegiatan bank lainnya;

2) Mengadakan perbaikan terhadap suatu produk Bank Islam yang telah atau

sedang berjalan. Namun, apabila pelaksanaannya bertentangan dengan

ketentuan syariah.

f. Akad Pembiayaan Bank Syariah

Menurut Q.S. Al-Baqarah: 282: “Hai orang-orang yang beriman,

apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,

hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara

kamu menuliskannya dengan benar”.

Page 53: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

53

Bank syariah merupakan salah satu aplikasi dari sistem ekonomi

syariah Islam yang merupakan bagian dari nilai-nilai dan ajaran Islam yang

mengatur bidang perekonomian umat dan tidak terpisahkan dari aspek-aspek

lain ajaran Islam yang komprehensif dan universal. Komprehensif berarti

ajaran Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual maupun sosial

kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi, universal bermakna bahwa syariah

Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa memandang

perbedaan ras, suku, golongan, dan agama sesuai prinsip Islam sebagai

“rahmatan lil alamin”. Perbankan konvensional yang beroperasi saat ini mempunyai beberapa

kelemahan, salah satu adalah dapat terjadinya negative spread pada siklus

waktu tertentu. Sehingga efektivitas perbankan konvensional yang

berbasiskan bunga dalam pembangunan ekonomi mulai dipertanyakan. Para

ahli ekonomi dunia banyak mengkaji hal tersebut dan mencari alternatif

metode pembiayaan guna memperbaiki sistem ekonomi kapitalis sekuler yang

membuat jurang kesejahteraan ekonomi semakin dalam. Bank syariah sebagai

bagian dari sistem ekonomi syariah, mencoba mereduksi kelemahan tersebut.

Bank syariah dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak

terlepas dari saringan syariah. Oleh karena itu, bank syariah tidak akan

mungkin membiayai usaha-usaha yang di dalamnya terkandung hal-hal yang

diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat luas,

berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila, perjudian, peredaran narkoba,

senjata ilegal, serta proyek-proyek yang dapat merugikan syiar Islam.

5. Tinjauan Umum tentang Ekonomi Syariah

a. Pengertian Sistem Ekonomi Syariah

Pengertian ekonomi syariah dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama, maka ekonomi syariah berarti perbuatan dan/atau kegiatan

Page 54: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

54

yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain meliputi (Zainudin Ali,

2008: 2):

1) bank syariah;

2) lembaga keuanagan mikro syariah;

3) asuransi syariah;

4) reasuransi syariah;

5) reksadana syariah;

6) obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah;

7) sekuritas syariah;

8) pembiayaan syariah;

9) pegadaian syariah;

10) dana pensiun lembaga keuangan syariah;

11) bisnis syariah.

b. Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah

Syarat bagi suatu bangunan agar berdiri kokoh adalah tiang yang

kokoh. Jika bangunan yang kokoh tersebut adalah ekonomi syariah, maka

tiang penyangganya adalah sebagai berikut (Zainuddin Ali, 2008: 7-11):

1) Siap Menerima Resiko

Keuntungan dan manfaat yang diperoleh berkaitan dengan pekerjaannya.

Oleh kareana itu, tidak ada keuntungan/manfaat yang diperoleh seseorang

tanpa resiko. Hal ini merupakan jiwa dan prinsip “di mana ada manfaat, di

situ ada resiko“ (Al Kharaj bid Dhaman).

2) Tidak Melakukan Penimbunan

Dalam sistem ekonomi syariah, tidak seorang pun diizinkan untuk

menimbun uang. Tidak boleh menimbun uang tanpa dipergunakan.

Dengan kata lain, Hukum Islam tidak memperbolehkan uang kontan

Page 55: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

55

(cash) yang menganggur tanpa dimanfaatkan. Uang yang dimiliki oleh

seseorang seharusnya digunakan untuk kepentingan jual beli (selling and

buying) secara kontinu. Uang harus secara kontinu mangalir dalam

ekonomi bukan berhenti dalam satu simpul. Untuk itu ada beberapa cara

menggunakan uang yang diperbolehkan secara syariah, yaitu a) konsumsi

yang halal, b) kegiatan produktif/investasi, dan c) kesejahteraan sosial.

3) Tidak Monopoli

Dalam sistem ekonomi syariah tidak diperbolehkan seseorang, baik yang

perorangan maupun lembaga bisnis dapat melakukan monopoli. Harus ada

kondisi persaingan, bukan monopoli atau oligopoli. Uang bukan

merupakan alat penyimpan nilai, Uang bukan merupakan komoditi.

Komoditi mempunyai harga, tetapi uang tidak. Islam tidak

memperbolehkan menetapkan harga pada uang.

4) Pelarangan Interes Riba

Ada orang berpendapat bahwa Al-Quran hanya melarang riba dalam

bentuk bunga (compound interest) dan bunga yang dipraktikkan oleh bank

konvensional (simple interest) bukan riba. Namun jumhur ulama

mengatakan bahwa bunga bank adalah riba. Beberapa orang juga

berpendapat bahwa riba hanya terdapat pada kegiatan perdagangan seperti

yang dipraktikkan pada zaman jahiliah, bukan produksi yang dipraktikkan

oleh bank konvensional saat ini. Namun, Zainuddin Ali berpendapat

bahwa seluruh jenis interest adalah riba termasuk bunga bank dan

diharamkan (dilarang) oleh Allah SWT di dalam Al-Quran seperti dalam

surat Al-Baqarah ayat 278 yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan

tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang

beriman."

Page 56: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

56

Selain itu juga di temukan dalil hukum tentang larangan riba yang

bersumber dalam hadis Nabi Muhammad yang artinya:

a) "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. katanya: Rasullulah telah bersabda: jauhilah tujuh perkara yang bisa membinasakan kamu yaitu menyebabkan kamu masuk neraka atau dilaknati oleh Allah. Para sahabatnya bertanya: wahai Rasulullah! Apakah tujuh perkara itu? Rasulullah barsabda; Mensyirikkan Allah yaitu menyekutukan-Nya, melakukan perbuatan sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah melainkan dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari pertempuran dan memfitnah perempuan-perempuan yang baik yaitu yang boleh dikawini dan menjaga muruah dirinya, juga perempuan yang tidak memikirkan untuk melakukan perbuatan jahat serta perempuan yang beriman dengan Allah dan Rasul-Nya dengan fitnah melakukan perbuatan zina”.

b) “Diriwayatkan dari Sahl bin Abi Hatsamah ra. Katanya : sesungguhnya Rasulullah saw, telah melarang penjualan kurma dibayar dengan kurma, baginda bersabda: Itu adalah riba, yaitu Musyabanah, jual beli yang tidak jelas. Baginda hanya memberi keringanan dalam penjualan secara Ariyyah yaitu satu atau dua pokok kurma diambil oleh satu keluarga dengan kiraan kurma kering dan mereka makan buah yang separuh masak”.

c) “Diriwayatkan dari Aisyah ra, katanya: Ketika ayat Al-Quran yang terakhir dari Surat Al-Baqarah tentang riba diturunkan, Rasulullah saw keluar ke masjid lalu mengharamkan perdagangan arak”.

d) “Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab ra, katanya: Bahwa Rasulullah saw, telah bersabda: Perak ditukar dengan emas adalah riba kecuali diserahkan dan diterimakan pada waktu yang sama. Gandum ditukar dengan gandum adalah riba kecuali diserahkan dan diterimakan pada waktu tersebut. Kurma ditukar dengan kurma juga adalah riba kecuali diserahkan dan diterima dalam waktu yang sama”.

5) Solidaritas Sosial

Solidaritas sosial seoarang muslim terhadap sesamanya dapat diibaratkan

dalam satu tubuh. Jika satu anggota sakit, maka seluruh tubuh akan

merasakan sakit juga. Jika seorang muslim mengalami problem

kemiskinan, maka tugas kaum muslimin lainnya untuk menolong orang

miskin itu (dengan cara membayar zakat, infak, dan sedekah). Kekayaan

adalah milik Allah. Apapun harta yang telah Allah berikan pada manusia

merupakan amanah dari Allah. Oleh karena itu, manusia harus menjaga

amanah tersebut dengan menggunakannya untuk menolong sesamanya.

Page 57: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

57

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1 : Kerangka Pikir

Keterangan: Saat ini pengaturan mengenai perbankan syariah di Indonesia secara khusus

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah. Bank syariah memiliki beberapa produk simpanan yang bertujuan untuk

UU No. 21 Th. 2008

Produk Simpanan Wadiah

Sistem Bagi Hasil Pembagian Keuntungan dan Kerugian Sesudah Diinvestasikan

Bank Syariah

Implikasi Hukum dan cara

penyelesaian sengketa

Ditentukan dalam akad namun selain di Pengadilan Agama (Pasal 55 ayat (2) UU No. 21 Th. 2008)

Tidak ditentukan maupun ditentukan dalam akad (Pasal 55 ayat (1) UU No. 21 Th. 2008)

- Musyawarah - Mediasi Perbankan (Peraturan Bank Indonesia No.

8/5/PBI/2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/14/DPNP tentang Mediasi Perbankan)

- Arbitrase (UU No. 30 Th. 1999 dan Fatwa MUI ) - Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum

Peradilan Agama ( UU No. 3 Th. 2006 dan UU

No. 21 Th. 2008)

Page 58: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

58

mendapatkan dana pihak ketiga yaitu salah satunya simpanan dengan prinsip wadiah.

Simpanan ini memiliki karakteristik tersendiri yaitu didasarkan atas prinsip

wadiah/titipan. Pada setiap simpanan di bank syariah tentu berdasarkan atas prinsip

bagi hasil.

Dana dalam produk simpanan wadiah ini pada selanjutnya akan dimanfaatkan

oleh pihak bank untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan usaha yang akan

dilakukan oleh pihak bank hasilnya terdapat dua kemungkinan yaitu untung atau rugi.

Keuntungan atau pun kerugian yang timbul akan berakibat pada pembagian

keuntungan dan kerugian terhadap dana yang sudah diinvestasikan.

Pada simpanan wadiah setelah diinvestasikan akan menimbulkan implikasi

hukum terkait keuntungan atau pun kerugian yang dialami sebagai akibat kegiatan

penyaluran dana yang dilakukan pihak bank dan akibatnya mungkin timbul suatu

sengketa. Sengketa tersebut tentu membutuhkan cara penyelesaian yang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun alternatif penyelesaian

sengketanya ada dua kemungkinan sesuai Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2) Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu apabila belum

ditentukan dalam akad maupun sudah ditentukan dalam akad maka penyelesaian

sengketa melalui beracara di Pengadilan dalam lingkup Peradilan Agama, sedangkan

apabila sudah ditentukan dalam akad namun selain di Pengadilan Agama

menggunakan cara musyawarah, mediasi perbankan, arbitrase, maupun dengan

beracara di Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum.

Page 59: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

59

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Bagi Hasil Produk Simpanan Wadiah

Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang

menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Tujuan

Perbankan Syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan

rakyat. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menjadi

dasar hukum bagi operasional dan berkembangnya kegiatan perbankan syariah di

Indonesia. Jenis dan kegiatan usaha dari perbankan syariah ditentukan dalam Pasal

18, 19, dan 20 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

tersebut.

Dalam upaya agar kegiatan usahanya dapat dipertanggung jawabkan secara

hukum maka bank syariah harus memiliki izin usaha dari Bank Indonesia dan

berbentuk badan hukum. Sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada Pasal 5 ayat (1) menyebutkan

bahwa setiap pihak yang akan melakukan kegiatan usaha bank syariah atau unit usaha

syariah wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai bank syariah atau unit

usaha syariah dari Bank Indonesia. Persyaratan pendirian bank syariah tersebut diatur

dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah yang menyatakan bahwa untuk memperoleh izin usaha Bank Syariah harus

memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang:

1. Susunan organisasi dan kepengurusan;

2. permodalan;

3. kepemilikan;

4. keahlian di bidang Perbankan Syariah; dan

Page 60: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

60

5. kelayakan usaha.

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

menyatakan bahwa bentuk badan hukum bank syariah adalah Perseroan Terbatas.

Untuk mendirikan bank syariah, Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor Nomor 21

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa persyaratan untuk

memperoleh izin usaha diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bank Indonesia. Dalam

hal ini Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah. Dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah ini menyatakan bahwa

pemberian izin pendirian bank syariah dilakukan dalam dua tahap, yaitu :

1. persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank;

dan

2. izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha bank

setelah persetujuan prinsip selesai dilakukan.

Persetujuan prinsip seperti yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dalam

pengajuannya harus disertai dengan (Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 11/9/DPbS tanggal 7 April 2009):

1. Akta pendirian atau rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran

dasar atau rancangan anggaran dasar;

2. daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing kepemilikan

saham disertai dengan dokumen yang dipersyaratkan;

3. daftar calon anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan anggota Dewan

Pengawas Syariah disertai dengan dokumen yang dipersyaratkan;

4. rencana susunan dan struktur organisasi serta nama-nama calon pejabat sampai

dengan tingkat Pejabat Eksekutif;

5. studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi;

6. rencana bisnis (business plan);

7. rencana korporasi (corporate plan);

Page 61: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

61

8. pedoman manajemen resiko termasuk pedoman risk control system, rencana

sistem pengendalian intern, rencana sistem teknologi informasi yang digunakan,

dan pedoman mengenai pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (good

corporate governance);

9. sistem dan prosedur kerja;

10. bukti setoran modal dalam bentuk fotokopi bilyet deposito; dan

11. surat pernyataan dari pemegang saham tentang sumber setoran modal.

Sedangkan izin usaha seperti yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dalam

pengajuannya harus disertai dengan (Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 11/9/DPbS tanggal 7 April 2009):

1. Akta pendirian badan hukum;

2. daftar pemegang saham disertai dengan dokumen yang dipersyaratkan;

3. daftar calon anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan anggota Dewan

Pengawas Syariah disertai dengan dokumen yang dipersyaratkan;

4. fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap bagi

warga negara asing yang menjadi calon anggota Direksi dan calon anggota Dewan

Komisaris;

5. fotokopi surat izin bekerja bagi warga negara asing yang menjadi calon anggota

Direksi dan/atau calon anggota Dewan Komisaris;

6. rencana susunan dan struktur organisasi serta nama-nama calon pejabat;

7. studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi;

8. rencana bisnis (business plan);

9. rencana korporasi (corporate plan);

10. pedoman manajemen resiko, rencana sistem pengendalian intern, rencana sistem

teknologi informasi yang digunakan, dan pedoman mengenai pelaksanaan tata

kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance);

11. sistem dan prosedur kerja;

12. bukti pelunasan setoran modal dalam bentuk fotokopi bilyet deposito;

Page 62: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

62

13. surat pernyataan dari pemegang saham tentang sumber dana untuk pelunasan

setoran modal; dan

14. bukti kesiapan operasional.

Di dalam bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas

Syariah memiliki tugas untuk memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta

mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah (Pasal 32 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Sedangkan wewenang Dewan Pengawas

Syariah adalah sebagai berikut (Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafei

Antonio, 1992: 3):

1. Memberikan pedoman/garis-garis besar syariah baik untuk pengerahan maupun

untuk penyaluran dana serta kegiatan bank lainnya;

2. Mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang telah/sedang dijalankan

dinilai bertentangan dengan syariah.

Dewan Pengawas Syariah dibentuk berdasarkan Keputusan Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 03 Tahun 2000. Dewan Pengawas Syariah

adalah badan yang dibentuk untuk melakukan fungsi pengawasan kesyariahan. Oleh

karena itu badan ini bekerja sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan

oleh Majelis Ulama Indonesia, dalam hal ini Dewan Syariah Nasional yang terdiri

dari para ulama di bidang syariah muamalah yang memiliki pengetahuan umum di

bidang “baytul tamwiil” (keuangan bank dan atau koperasi).

Menurut pendapat penulis. sistem bagi hasil merupakan cara untuk

menghindarkan transaksi ekonomi dari riba, sebab riba merupakan hal yang dilarang

oleh agama terutama bila dikaitkan dengan agama Islam yang telah melarang dengan

keras adanya praktik riba dalam segala kegiatan ekonominya. Dengan mendasarkan

prinsip usaha pada sistem syariah dimana dalam sistem tersebut didasarkan pada

syariat Islam maka bank syariah menghindarkan usahanya dari riba dengan

menerapkan sistem bagi hasil. Menurut penulis, sistem bagi hasil merupakan sebuah

sistem yang adil terkait pembagian resiko yang ada di dalam kegiatan usaha.

Page 63: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

63

Sumber dana bank syariah dapat diperoleh dari:

1. Modal Bank terdiri dari 2, yaitu:

a. Pendiri;

b. saham.

2. Kegiatan usaha lain yang ditentukan dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a dan huruf b

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yaitu:

a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadiah atau akad

lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

b. menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Jenis produk perbankan yang dapat

diaplikasikan dengan menggunakan akad wadiah adalah giro dan tabungan. Giro dan

tabungan bank pada dasarnya adalah penitipan dana masyarakat di bank untuk tujuan

pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat, hal ini sesuai dengan

Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah. Artinya, giro dan tabungan hanyalah merupakan dana titipan

nasabah. Sebagai konsekuensi, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan

tersebut menjadi milik bank (demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si

penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas

giro dan tabungan yang lain.

Giro dan tabungan pada bank syariah diberlakukan sebagai wadi‘ah yad adz-

dhamanah, yaitu bahwa pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan

memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu pihak bank dalam hal ini

dapat memanfaatkan hasil dari penggunaan dana. Bank dapat memberikan insentif

kepada penitip dalam bentuk bonus. Dana titipan ini dapat digunakan bank sebagai

penerima titipan selama dana tersebut mengendap di bank, tetapi bank punya

Page 64: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

64

kewajiban untuk membayar setiap saat jika nasabah mengambil titipan tersebut.

Sebagai imbalan dari titipan yang dimanfaatkan oleh bank, maka bank dapat

memberikan imbal jasa dari pemanfaatan dana yang mengendap dalam bentuk bonus.

Namun bonus tersebut tidak boleh diperjanjikan sebelumnya dan merupakan hak

penuh bank untuk memberikan atau tidak. Sebagai konsekuensi, semua keuntungan

yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank (demikian pula

sebaliknya). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap

hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro lain.

Menitip adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga uang

dan/atau barang. Dengan demikian cara titipan melibatkan adanya orang yang

menitipkan (nasabah), pihak yang dititipi (bank), barang yang dititipkan (dana

nasabah). Menitipkan sebenarnya bukan usaha perniagaan yang lazim, kecuali

penerima titipan menetapkan keharusan membayar biaya penitipan atau administrasi

bagi penitip. Maka Titipan bisa memenuhi syarat perniagaan yang lazim. Artinya

bank harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap barang yang dititipkan karena

sudah dibayar biaya administrasinya. Akad wadiah dapat diartikan sebagai titipan

murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang

harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.

Menurut penulis, rekening giro dan juga tabungan di bank syariah harus

dikelola dengan sistem titipan sehingga biasa dikenal dengan giro wadiah maupun

tabungan wadiah, karena pada dasarnya rekening giro dan tabungan adalah dana

masyarakat di bank untuk tujuan pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan

setiap saat. Artinya giro dan tabungan hanyalah merupakan dana titipan nasabah,

bukan dana yang diinvestasikan. Namun dana nasabah pada giro dan tabungan bisa

dimanfaatkan oleh bank selama masih mengendap, tetapi kapan saja nasabah ingin

menariknya maka bank wajib membayarnya. Sebagai imbalan dari titipan yang

dimanfaatkan oleh bank syariah, nasabah dapat menerima imbal jasa berupa bonus.

Namun bonus ini tidak diperjanjikan di depan melainkan tergantung dari kebijakan

bank yang dikaitkan dengan pendapatan bank. Manfaat yang diperoleh nasabah dalam

Page 65: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

65

hal ini adalah dengan menitipkan dana pada giro dan tabungan wadiah akan

mempermudah transaksi bisnis dan memberikan rasa aman serta terjaminnya dana

dan adanya kesempatan akan memperoleh bonus sesuai kebijakan bank.

Adapun ciri-ciri giro wadiah adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan buku sebagai bukti rekening giro dan lembaran bilyet giro sebagai

sarana penarikan simpanan;

2. besarnya setoran pertama dan saldo minimum yang harus mengendap tergantung

pada kebijakan masing-masing bank;

3. penarikan tidak dibatasi berapa saja dan kapan saja asal saldo mencukupi;

4. tipe rekening:

a. Rekening perorangan;

b. rekening bersama (dua orang atau lebih);

c. rekening organisasi atau perkumpulan yang tidak berbadan hukum;

d. rekening jaminan (untuk menjamin pembiayaan).

5. pembayaran bonus dilakukan dengan cara mengkredit/menambahkan langsung ke

dalam saldo rekening giro.

Adapun ketentuan umum giro wadiah adalah sebagai berikut (Fatwa Dewan

Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000):

1. Bersifat titipan;

2. titipan bisa diambil kapan saja (on call);

3. tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya)

yang bersifat sukarela dari pihak bank.

Sedangkan ciri-ciri tabungan wadiah tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri giro

wadiah yaitu sebagai berikut:

1. Menggunakan buku sebagai bukti rekening giro dan disediakan kartu Automatic

Teller Machine (ATM) sebagai sarana penarikan simpanan;

2. besarnya setoran pertama dan saldo minimum yang harus mengendap tergantung

pada kebijakan masing-masing bank;

Page 66: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

66

3. penarikan tidak dibatasi berapa saja dan kapan saja asal saldo mencukupi;

4. tipe rekening:

a. Rekening perorangan;

b. rekening bersama (dua orang atau lebih);

c. rekening organisasi atau perkumpulan yang tidak berbadan hukum;

d. rekening jaminan (untuk menjamin pembiayaan);

e. rekening perwalian (bagi yang belum cakap hukum, dioperasikan dengan

pengawasan dari orang tua/wali dari pemegang rekening).

5. pembayaran bonus dilakukan dengan cara mengkredit/menambahkan langsung ke

dalam saldo rekening tabungan.

Adapun ketentuan umum tabungan wadiah adalah sebagai berikut (Fatwa

Dewan Syariah Nasional Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000):

1. Bersifat titipan;

2. titipan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan;

3. tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya)

yang bersifat sukarela dari pihak bank.

Menurut penulis, dalam persaingan usaha perbankan pemberian insentif atau

bonus dapat diberikan sebagai upaya merangsang semangat masyarakat untuk

menyimpan uangnya di bank dan sekaligus sebagai indikator kesehatan bank.

Pemberian bonus tidak dilarang dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan

jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau persentase, tetapi betul-betul

merupakan kebijakan bank.

Menurut pendapat penulis, dengan menempatkan dana dalam simpanan

dengan prinsip wadiah, pemilik dana tidak mendapatkan bunga seperti halnya di bank

konvensional, melainkan nisbah bagian keuntungan. Sekalipun ada pembagian

keuntungan, tetapi hal ini bukan merupakan keharusan dari pihak bank, melainkan

hanya berupa bonus yang merupakan kebijakan masing-masing bank.

Page 67: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

67

Syarat akad wadiah yang harus dipenuhi yaitu:

1. Pihak yang berakad harus cakap hukum dan sukarela (ridha);

2. pihak yang berakad tidak dalam keadaan dipaksa/ terpaksa atau tidak di bawah

tekanan;

3. obyek yang dititipkan merupakan milik mutlak si penitip (muwaddi);

4. sighot harus jelas apa yang dititipkan; dan

5. tidak mengandung persyaratan-persyaratan lain.

B. Pembagian Keuntungan dan Kerugian Sesudah Diinvestasikan

dalam Sistem Bagi Hasil

Bank syariah dapat memberikan jasa simpanan giro dalam bentuk rekening

dengan menggunakan prinsip wadiah. Dalam hal ini bank syariah menggunakan

prinsip wadi’ah yad adz-dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagai bank kustodian

harus menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadiah. Dana tersebut dapat

digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan bank berhak atas pendapatan yang

diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial. Pemilik

simpanan dapat menarik kembali simpanannya sewaktu-waktu, baik sebagian atau

seluruhnya. Bank tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau keuntungan

apapun kepada pemegang rekening wadiah, dan sebaliknya pemegang rekening juga

tidak boleh mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas rekening

wadiah. Setiap imbalan atau keuntungan yang dijanjikan dapat dianggap riba. Namun

demikian bank, atas kehendaknya sendiri, dapat memberikan imbalan berupa bonus

(hibah) kepada pemilik dana (pemegang rekening wadiah).

Prinsip wadi’ah yad adz-dhamanah ini juga dipergunakan oleh bank dalam

mengelola jasa tabungan, yaitu simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa

penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. Bank

memperoleh izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap

di bank. Nasabah dapat menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-

waktu atau sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Bank menjamin pembayaran

Page 68: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

68

kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah

milik bank, tetapi atas kehendaknya sendiri, bank dapat memberikan imbalan

keuntungan yang berasal dari sebagian keuntungan bank. Sebagai pelayanan kepada

nasabah, bank menyediakan buku tabungan dan jasa-jasa yang berkaitan dengan

rekening tersebut.

Namun jika dana mengendap yang dipergunakan oleh bank tersebut

mengalami sesuatu yang tidak diinginkan maka di sini nasabah juga ikut menanggung

kerugian tersebut sebagai konsekuensi diterapkannya sistem bagi hasil. Karena

dengan menggunakan prinsip wadi’ah yad adz-dhamanah, maka nasabah dapat

menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai dengan

perjanjian yang disepakati. Bank menjamin pembayaran kembali simpanan mereka.

Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi atas

kehendaknya sendiri bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang berasal dari

sebagian keuntungan bank.

Menurut penulis, penerapan sistem bagi hasil pada akad wadi’ah yad adz-

dhamanah dalam produk giro dan tabungan sudah tepat. Hal ini dikarenakan pada

bank syariah terdapat prinsip syariah yang mengutamakan keadilan. Apabila ada

keuntungan dinikmati bersama, dan apabila ada kerugian maka ditanggung bersama

antara nasabah pemilik dana dan bank syariah.

Dalam praktiknya nisbah antara bank (shohibul maal) dengan deposan

(mudharib) berupa bonus. Bonus untuk giro wadiah biasanya sebesar 30% dan nisbah

40:60 untuk simpanan tabungan. Berikut ini contoh perhitungan giro wadiah dan

tabungan (Kasmir, 2002: 181-182):

1. Contoh perhitungan rekening giro wadiah:

Tuan Seron Sidik memiliki rekening giro wadiah di bank syariah dengan

saldo rata-rata pada bulan September 2009 sebesar Rp 1.000.000,-. Bonus yang

diberikan pihak bank syariah sebesar 30% dengan saldo rata-rata minimal sebesar

Rp 500.000,-. Total dana giro wadiah di bank syariah diasumsikan Rp

Page 69: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

69

1.000.000.000,-. Pendapatan bank syariah dari pemanfaatan dana giro wadiah

sebesar Rp. 100.000.000,-.

Maka bonus yang diterima Tuan Seron Sidik pada akhir bulan September

2009 adalah sebesar:

X Rp 100.000.000,- X 30% = Rp 30.000,-*

* Sebelum dipotong pajak

2. Contoh perhitungan simpanan tabungan:

Tuan Armil Arup memiliki simpanan tabungan di bank syariah dengan

saldo rata-rata pada bulan September 2009 sebesar Rp 1.000.000,-. Perbandingan

bagi hasil (nisbah) antara bank syariah dengan nasabah adalah 40:60. Saldo rata-

rata tabungan per bulan di seluruh bank syariah adalah Rp 5.000.000.000,-.

Pendapatan bank syariah yang dibagikan adalah sebesar Rp. 800.000.000,-.

Maka bonus yang diterima Tuan Armil Arup pada akhir bulan September

2009 adalah sebesar:

X Rp 800.000.000,- X 60% = Rp 96.000,- *

* Sebelum dipotong pajak

C. Implikasi Hukum Bagi Nasabah dan Bank Atas Keuntungan dan Kerugian Bagi

Nasabah dan Bank Sesudah Diinvestasikan Dalam Sistem Bagi Hasil Beserta Cara

Penyelesaian Terhadap Sengketa yang Mungkin Timbul Sehubungan dengan

Keuntungan dan Kerugian Tersebut

Kegiatan usaha bank syariah adalah menghimpun dana dari masyarakat yang

nantinya akan digunakan untuk kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat yang

membutuhkan dana. Dalam hal ini kegiatan tersebut lazim dinamakan dengan

kegiatan pembiayaan. Kegiatan pembiayaan ini sangat beragam jenis akadnya dan

juga sangat beragam resikonya. Karena terdapatnya resiko tersebut sangat mungkin di

kemudian hari terjadi masalah yang dapat berujung kepada persengketaan baik yang

Page 70: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

70

menyangkut dengan kegiatan penghimpunan dana dan pengembalian dana maupun

terkait dengan kegiatan pembiayaan yang bermasalah.

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu

(Muhammad Syafei Antonio, 2000: 160-168):

1. Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha

produksi, perdagangan maupun investasi.

Pembiayaan produktif ini menurut keperluannya dibagi menjadi dua:

a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang diberikan guna memenuhi

kebutuhan modal usaha untuk peningkatan produksi secara kuantitatif dan

kualitatif serta untuk keperluan perdagangan atau utility place dari suatu

barang, termasuk dalam jenis ini adalah mudharabah (kerja sama pemilik

modal dan pengusaha) dan musyarakah (bagi hasil berserikat) yang

menggunakan sistem bagi hasil;

b. Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah

untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam pengadaan barang-barang modal

dan sarana atau prasarana usaha yang erat kaitannya dengan itu, misal: untuk

pengadaan kendaraan, bangunan, kantor, pabrik, mesin dan lain-lain termasuk

dalam jenis ini adalah al musyarakah mutanaqishah, al ijarah al muntahia bit-

tamlik.

2. Pembiayaan konsumtif

Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

kebutuhan konsumsi yang akan habis untuk memenuhi kebutuhan pribadi, misal:

pembelian rumah, mobil, peralatan elektronik dan lain-lain, termasuk jenis ini

adalah: al-qardhul hasan, bai bithaman ajil, al musyarakah mutanaqisah dan ar

rahn.

Page 71: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

71

Selain itu terdapat beberapa jenis pembiayaan yang lain, yaitu (Karnaen

Perwaatmadja dan Muhammad Syafei Antonio, 1992: 21-33):

1. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah yaitu suatu perjanjian usaha antara pemilik

modal dengan pengusaha, di mana pihak pemilik modal menyediakan seluruh

dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha

yang dilakukan. Hasil dari kegiatan usaha ini dibagi berdasarkan nisbah bagi hasil

yang telah disepakati misalnya 70:30. Apabila terjadi kerugian dan kerugian

tersebut merupakan resiko bisnis (bukan penyelewengan atau keluar dari

kesepakatan) maka pihak penyedia dana akan menanggung kerugian manakala

pengusaha akan menanggung kerugian managerial skill dan waktu serta

kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya.

2. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah yaitu suatu perjanjian usaha antara dua atau

beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek, di mana

masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan, atau

menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Keuntungan dari hasil usaha

bersama ini dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-

masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Jika hasilnya rugi kewajiban

hanya terbatas pada modal yang disetor.

3. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah

dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi. Pembiayaan murabahah mirip

dengan kredit modal kerja yang biasa diberikan bank konvensional, dan oleh

karena itu pembiayaaan murabahah ini berjangka waktu kurang dari satu tahun.

4. Pembiayaan Al-Ba‘i Bitsaman Ajil

Ba‘i Bitsaman Ajil artinya pembelian barang dengan pembayaran cicilan.

Pembiayaan Ba‘i Bitsaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan kepada

Page 72: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

72

nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal (investasi).

Pembiayaan Ba‘i Bitsaman Ajil mirip dengan kredit investasi yang diberikan oleh

bank konvensional dan oleh karena itu biasanya pembiayaan ini berjangka waktu

lebih dari satu tahun.

5. Pembiayaan Ijarah

Ijarah ialah pemberian kesempatan kepada penyewa untuk mengambil

kemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan

yang besarnya telah disepakati bersama.

Para cendekiawan muslim membagi ijarah menjadi dua jenis, yaitu:

a. Menyewa untuk suatu jangka waktu tertentu;

b. Menyewa untuk suatu proyek atau usaha tertentu.

6. Pembiayaan Ba‘i at Takjiri

Ba’i at takjiri atau sewa beli yaitu suatu kontrak sewa yang diakhiri

dengan penjualan. Dalam kontrak ini pembayaran sewa telah diperhitungkan

sedemikian rupa sehingga sebagian dari pembayaran tersebut juga termasuk

angsuran guna pembelian barang yang menjadi obyek sewa beli.

7. Pembiayaan Al-Qardhul Hasan

Al-Qardhul Hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar

kewajiban sosial semata dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan

apapun kecuali modal pinjaman.

Masalah yang sering terjadi dalam kegiatan Perbankan Syariah yang

merupakan lembaga keuangan dimana sistem kerja dan juga produk pelayanannya

didasarkan syariah tidak lepas dari adanya pembiayaan yang bermasalah. Bank

syariah bertugas menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat. Penghimpunan

dana yang dilakukan bank syariah salah satunya menggunakan produk simpanan

wadiah. Dana yang terkumpul dari masyarakat kemudian digunakan oleh pihak bank

Page 73: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

73

syariah untuk kegiatan pembiayaan kepada masyarakat dalam hal ini nasabah

peminjam. Dimana pengertian dari pembiayaan bermasalah adalah

(http://74.125.95.132/search?q=cache:LlJ-

GkRHe5cJ:images.hasbulloh.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SLQVxAo

KCDEAADYybS01/Penanganan%2520Pembiayaan%2520Bermasalah.ppt%3Fnmid

%3D112417041+Pengertian+Pembiayaan+bermasalah&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

):

1. Pembiayaan yang tidak lancar;

2. Pembiayaan di mana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang disyaratkan;

3. Pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran;

4. Pembiayaan yang memiliki potensi merugikan;

5. Pembiayaan yang memiliki potensi menunggak dalam satu waktu tertentu.

Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah tidak lepas dari fungsi

Perbankan Syariah itu sendiri yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun

2008 tentang Perbankan Syariah pada Pasal 4 , sebagai berikut:

(1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat;

(2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat;

(3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif);

(4) pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut penulis, ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah tersebut mencerminkan perbankan syariah tidak hanya

beroperasi dengan dasar profit oriented atau orientasi keuntungan semata, namun juga

falah oriented. Perbankan Syariah sebagai lembaga keuangan bank memiliki fungsi

menghimpun dana dan menyalurkan dana. Selain itu perbankan syariah juga

berfungsi sebagai lembaga syiar Islam dengan menjalankan fungsi sosial seperti

menghimpun dan menyalurkan dana sosial dari dana zakat, infak, sedekah.

Page 74: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

74

Adapun manfaat dari pembiayaan yaitu:

1. Manfaat bagi nasabah peminjam

a. Sebagai sumber permodalan yang dapat membiayai sebuah usaha;

b. sebagai sarana memperkuat kegiatan usaha yang ada;

c. sebagai sarana memenuhi faktor produksi;

d. sebagai sarana meningkatkan pendapatan sebagai akibat penambahan faktor

produksi.

2. Manfaat bagi bank syariah

a. Merupakan sumber pembentuk kekayaan bagi bank syariah;

b. Memungkinkan bank syariah untuk memiliki unit usaha yang produktif di luar

usaha bank syariah.

Bagi bank syariah dalam menyalurkan dana pembiayaan maka sebelumnya

perlu memperhatikan prinsip-prinsip (prinsip 5C), sebagai berikut (Hadiwidjaja dan

Rivai Wirasasmita, 2000: 34-36):

1. Character (watak/kepribadian) dari calon debitur yang merupakan salah satu

faktor yang harus diperhatikan sebagai hal yang paling penting sebelum

memutuskan/menetapkan akan memberikan kredit padanya, sehingga calon

debitur yang mempunyai reputasi baik sajalah yang dapat diteruskan permohonan

kreditnya.

2. Capacity (Kemampuan) kemampuan seseorang/badan/pengusaha akan

memberikan kejelasan kepada analis, sampai sebatas mana jumlah besar atau

kecilnya pendapatan seseorang/badan/pengusaha dari waktu ke waktu atau dari

musim ke musim.

3. Capital (modal) calon debitur perlu diketahui dan diteliti oleh calon kreditor

selain dari jumlahnya juga strukturnya.

4. Conditional of economy (kondisi ekonomi) tentang kemungkinan tedapat kondisi

atau situasi yang memberikan dampak positif ataupun negatif terhadap usaha

calon debitur.

5. Collateral (jaminan/agunan) adalah jaminan berupa harta benda milik debitur atau

pihak lain yang menjaminnya, diikat sebagai agunan/tanggungan. Andai pada

Page 75: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

75

suatu saat, ternyata debitur tidak mampu menyelesaikan kreditnya maka agunan

tersebut diambil alih/dijual/dilelang oleh kreditur setelah pengadilan memberikan

pengesahan.

Pembiayaan yang sudah disetujui terkadang juga memiliki kendala-kendala

yang menyebabkan pembiayaan tersebut menjadi bermasalah sehingga memiliki

konsekuensi hukum terhadap dana nasabah peminjam yang salah satunya berasal dari

produk simpanan wadiah. Pembiayaan tersebut bermasalah terhadap pengembalian

dana pembiayaannya dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Faktor intern bank syariah

a. Analisis terhadap faktor-faktor yang terkait dalam pembiayaan yang

kurang/tidak akurat;

b. Kelemahan pengawasan terhadap kegiatan pembiayaan;

c. Lemahnya mutu sumber daya manusia karyawan bank syariah;

d. Terdapat kekeliruan atau tidak sempurnanya akad dan jaminan pembiayaan;

f. Pembiayaan yang tidak tepat sasaran serta terkonsentrasi hanya pada beberapa

pihak saja.

2. Faktor ekstern bank syariah

a. Nasabah peminjam menyalahgunakan pinjamannya;

b. Nasabah peminjam tidak mampu mengelola dana pinjamannya;

c. Terjadi keadaan dimana kondisi perekonomian tidak kondusif sehingga

mempengaruhi kegiatan usaha nasabah peminjam maupun mempengaruhi

kemampuan nasabah peminjam untuk membayar;

d. Adanya itikad tidak baik dari nasabah peminjam;

f. Adanya wanprestasi dari nasabah peminjam.

3. Terjadi keadaan yang bersifat Force Majeur

Keadaan ini merupakan keadaan yang berada di luar kontrol dan

kemampuan pihak bank syariah maupun pihak nasabah peminjam. Hal ini bisa

disebabkan oleh peristiwa bencana alam, huru-hara, kebakaran, perang, dan lain-

lain.

Page 76: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

76

Faktor-faktor tersebut dapat terjadi dalam kegiatan pembiayaan bank syariah.

Apabila faktor-faktor tersebut terjadi, maka akan menimbulkan kerugian baik bagi

bank syariah, nasabah peminjam, maupun nasabah penyimpan dana. Hal ini karena

uang yang berasal dari nasabah penyimpan digunakan untuk kegiatan usaha dalam hal

ini penyaluran dana melalui kegiatan pembiayaan namun ternyata kegiatan

pembiayaan tersebut bermasalah dan pada akhirnya nasabah peminjam tidak dapat

mengembalikan dana pinjamannya kepada bank syariah dan kemudian pihak bank

syariah mengalami kerugian sehingga kesulitan mengembalikan dana nasabah

penyimpan.

Implikasi hukum terkait pembagian keuntungan dan kerugian dalam simpanan

wadiah ialah bahwa apabila dana nasabah yang dimanfaatkan oleh pihak bank

ternyata menghasilkan keuntungan maka bank dengan inisiatifnya sendiri dapat

memberikan sebagian keuntungan tersebut kepada nasabah pemilik dana, namun

apabila dana yang dimanfaatkan tersebut mengalami kerugian maka nasabah juga ikut

menanggung kerugian tersebut sebagai konsekuensi diterapkannya sistem bagi hasil.

Apabila akibat kerugian tersebut terjadi persengketaan antara nasabah dan bank,

Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah sudah

mengatur perihal tata cara penyelesaiannya yang menyatakan bahwa:

(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama;

(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad;

(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.

Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan “penyelesaian

sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad” adalah upaya-upaya sebagai berikut:

Page 77: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

77

1. musyawarah;

2. mediasi perbankan;

3. melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase

lain; dan/atau

4. melalui pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum.

Dalam hal ini, apabila dalam akad sudah ditentukan cara penyelesaiannya

selain di Pengadilan Agama maka merujuk kepada alternatif penyelesaian sengketa

sesuai Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah di mana menentukan penyelesaian sengketa dengan cara:

1. Dengan menggunakan musyawarah atau yang dikenal dengan perdamaian;

2. Dengan menggunakan mediasi perbankan yang diselenggarakan oleh Bank

Indonesia;

3. Dengan menggunakan cara penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase

Syariah Nasional yang yang diresmikan oleh MUI lewat keputusan rapat Dewan

Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-09/MUI/XII/2003 didasarkan

pada Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase atau melalui

lembaga arbitrase lain;

4. Dengan jalan beracara di depan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.

Apabila dalam akad tidak ditentukan maupun sudah ditentukan cara

penyelesaiannya maka merujuk kepada alternatif penyelesaian sengketa sesuai Pasal

55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di

mana menentukan penyelesaian sengketa dengan cara beracara di depan pengadilan

Page 78: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

78

dan dalam hal ini pengadilan yang mempunyai kompetensi adalah Pengadilan Agama

di mana dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan

juga Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah maka

Pengadilan Agama memiliki kewenangan untuk memutus perkara ekonomi syariah.

Dari uraian langkah yang dapat diambil guna menyelesaikan sengketa

ekonomi syariah di perbankan syariah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

penyelesaian sengketa di perbankan syariah tergantung pada isi akad. Apabila isi akad

menyebutkan maupun tidak menyebutkan cara penyelesaian sengketa, maka

penyelesaian sengketa dilakukan dengan beracara di Pengadilan Agama. Sedangkan

apabila isi akad menyebutkan cara penyelesaian sengketa selain dengan cara beracara

di Pengadilan Agama, maka cara tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip

syariah dan tidak boleh bertentangan dengan isi dari Penjelasan Pasal 55 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di mana

menyebutkan bahwa cara penyelesaiannya ialah melalui jalan musyawarah, mediasi

perbankan, badan arbitrase syariah nasional atau lembaga arbitrase lain, dan melalui

beracara di pengadilan dalam lingkup Pengadilan Umum.

Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di perbankan syariah yang

menyebutkan melalui beracara di Pengadilan Agama maupun tidak disebutkan cara

penyelesaiannya dalam isi akad dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Page 79: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

79

1. Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam

lingkungan Peradilan Agama (Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008 tantang Perbankan Syariah).

Pengadilan Agama memiliki kewenangan memeriksa dan memutus

sengketa ekonomi syariah sejak dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama menjadi Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama. Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

menyebutkan bahwa:

Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a. perkawinan; b. waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f zakat; g. infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syariah.

Dalam Penjelasan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi syariah (Pasal 49 huruf i

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama) adalah perbuatan atau kegiatan

usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain meliputi:

a. bank syariah;

Page 80: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

80

b. lembaga keuangan mikro syariah;

c. asuransi syariah;

d. reasuransi syariah;

e. reksa dana syariah;

f. obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah;

g. sekuritas syariah;

h. pembiayaan syariah;

i. pegadaian syariah;

j. dana pensiun lembaga keuangan syariah; dan

k. bisnis syariah.

Menurut penjelasan tersebut bank syariah termasuk dalam kategori

kegiatan ekonomi syariah sehingga penyelesaian permasalahan pembiayaan yang

terjadi dapat menggunakan cara penyelesaian melalui Peradilan Agama. Namun

cara penyelesaian ini hanya terbatas apabila kegiatan ekonomi syariah yang

bermasalah dan terjadi persengketaan tidak menyebutkan cara penyelesaian

sengketa di dalam akadnya, atau pun juga disebutkan dalam akad.

Menurut penulis, hingga saat ini, sumber daya manusia para hakim

Pengadilan Agama belum cukup siap untuk menangani perkara ekonomi syariah

ini. Diperlukan adanya pelatihan-pelatihan bagi hakim Pengadilan Agama untuk

mengantisipasi apabila ada perkara ekonomi syariah.

2. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain dengan

cara beracara di Pengadilan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai

Page 81: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

81

dengan isi akad (Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tantang

Perbankan Syariah).

Selain penyelesaian sengketa ekonomi syariah di perbankan syariah

dengan jalan beracara di Pengadilan Agama, Undang-Undang Nomor 21 Tahun

20008 tentang Perbankan Syariah juga mencantumkan klasula alternatif

penyelesaian sengketa yang lain yaitu dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu:

a. Dengan menggunakan musyawarah atau yang dikenal dengan perdamaian;

Alternatif penyelesaian sengketa ekonomi syariah di bank syariah

menggunakan cara musyawarah. Cara penyelesaian sengketa ini dengan cara

mengadakan musyawarah antara pihak pemilik simpanan wadiah dengan

pihak bank syariah yang bertujuan untuk mendapatkan solusi penyelesaian

atas masalah yang terjadi. Solusi atas penyelesaian masalah tersebut

diperlukan agar tidak ada pihak yang dirugikan baik dari pihak bank syariah

maupun pihak nasabah pemilik simpanan wadiah. Apabila setelah

diadakannya musyawarah dan dihasilkan suatu keputusan namun ada salah

satu pihak yang tidak menghendaki hasil musyawarah, atau pun musyawarah

tidak menghasilkan keputusan apa pun maka dapat ditempuh upaya hukum

yang lain baik melalui Peradilan Agama, Mediasi Perbankan, Arbitrase,

maupun beracara di Pengadilan Umum. Hal ini dimungkinkan sebab hasil dari

musyawarah tersebut tidak mengikat salah satu pihak maupun keduanya untuk

menjalankan kesepakatan tersebut, melainkan pelaksanaan hasil musyawarah

tersebut didasarkan kepada kesadaran dan hati nurani para pihak.

Page 82: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

82

b. Dengan menggunakan mediasi perbankan yang diselenggarakan oleh Bank

Indonesia;

Alternatif penyelesaian sengketa ekonomi syariah di bank syariah

menggunakan cara mediasi perbankan yang diselenggarakan oleh Bank

Indonesia. Cara penyelesaian sengketa ini dengan cara mengadakan mediasi

antara pihak pemilik simpanan wadiah dengan pihak bank syariah yang

bertujuan untuk mendapatkan solusi penyelesaian atas masalah yang terjadi.

Mediasi yang dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas mediasi perbankan

yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Mediasi Perbankan ini memiliki

keunggulan yaitu proses penyelesaian sengketanya berbiaya ringan, prosesnya

cepat dan sederhana karena (http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/6EEDF369-

83F5-4CA4-8F34-A581CF139CC2/1487/MediasiPerbankan.pdf):

1) Tidak dipungut biaya;

2) Jangka waktu proses mediasi paling lama 60 hari kerja; dan

3) Proses mediasi dilakukan secara informal/fleksibel.

Proses mediasi yang dilakukan melalui Mediasi Perbankan adalah

sebagai berikut (http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/6EEDF369-83F5-4CA4-

8F34-A581CF139CC2/1487/MediasiPerbankan.pdf):

1) Sengketa yang dapat diselesaikan melalui Mediasi Perbankan hanya

sengketa yang menyangkut aspek transaksi keuangan antara nasabah

Page 83: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

83

dengan bank, dengan ketentuan nilai sengketa setinggi-tingginya adalah

Rp. 500 juta;

2) Sebelum melakukan proses mediasi, nasabah dan bank harus

menandatangani perjanjian mediasi yang memuat:

a) Kesepakatan untuk memilih mediasi sebagai alternatif penyelesaian

sengketa; dan

b) Persetujuan untuk patuh dan tunduk pada aturan mediasi.

3) Bank Indonesia selaku mediator akan memfasilitasi pertemuan antara bank

dengan nasabah guna mencari penyelesaian. Dalam pertemuan tersebut,

mediator akan:

a) Bersikap netral;

b) memotivasi para pihak untuk menyelesaikan sengketa;

c) tidak memberikan rekomendasi atau keputusan. Hasil penyelesaian

terhadap sengketa merupakan kesepakatan antara nasabah dengan

bank.

4) Apabila dicapai kesepakatan, maka nasabah dan bank akan

menandatangani akta kesepakatan;

5) Apabila tidak dicapai kesepakatan, nasabah dapat melakukan upaya

penyelesaian lanjutan melalui arbitrase atau pengadilan.

Adapun definisi mediasi adalah sebagai berikut:

Page 84: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

84

“Mediation is a process of dispute resolution in which a neutral third

party, the mediator, helps the disputing parties to settle their conflict.

The mediator does not have either the power or the resources to

impose a settlement on the disputingparties or to make a decision that

the parties are either required to consider or to accept. Rather, the

mediator is limited to facilitating a resolution among the parties

themselves.” (Gerald Turkel, 1996: 211)

Menurut pendapat penulis, proses mediasi perbankan ini terdapat

kelemahan di dalamnya. Kelemahan tersebut yaitu adanya batasan nilai

nominal obyek sengketa yaitu setinggi-tingginya Rp 500 juta. Ketentuan ini

menyebabkan nasabah yang bersengketa dengan obyek nominal sengketa di

atas Rp 500 juta tidak dapat menggunakan alternatif penyelesaian sengketa

melalui jalur mediasi perbankan.

c. Dengan menggunakan cara penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase

Syariah Nasional yang yang diresmikan oleh MUI lewat keputusan rapat

Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-09/MUI/XII/2003

maupun lembaga arbitrase lain didasarkan pada Undang-Undang nomor 30

tahun 1999 tentang Arbitrase;

Penyelesaian masalah sengketa ekonomi syariah juga dapat melalui

lembaga Arbitrase. Baik itu lembaga Badan Arbitrase Syariah Nasional yang

diresmikan oleh Dewan Syariah Nasional dengan keputusan rapat Dewan

Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-09/MUI/XII/2003 yang

Page 85: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

85

memang dianjurkan dalam Fatwa MUI tentang transaksi syariah, maupun

lembaga arbitrase lain. Yang dalam pelaksanaan arbitrase tersebut mengacu

pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Arbitrase.

Yang dimaksud dengan arbitrase adalah pemutusan suatu

persengketaan oleh seseorang atau beberapa orang yang ditunjuk oleh pihak-

pihak yang bersengketa diluar hakim atau pengadilan, dalam praktiknya

disebut pula perwasitan (Subekti dalam Suhrawardi K. Lubis, 1999: 84).

Dasar hukum lembaga arbitrase menurut syariat Islam dapat

didasarkan kepada Al Quran yang antara lain terdapat dalam surat An-Nisa

ayat 35 (ayat-ayat lain yang dapat dijadikan sandaran arbitrase ini seperti

Surat Al-Hujarat ayat 9, an-Nisa’ ayat 114 dan 128) yang artinya:

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Subdinas Pembinaan Mental Dinas Perawatan Personil Angkatan Udara, 2002: 155).

Yang dimaksud dengan hakam dalam ayat ini adalah juru damai

diantara kedua suami istri yang bersengketa tersebut. Namun demikian,

kalaupun yang disebutkan dalam ayat ini juru damai terhadap persengketaan

suami istri, tentunya dapat dikembangkan atau diperluas kedalam

persengketaan bidang-bidang lain (seperti bidang ekonomi). Hal itu dapat

Page 86: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

86

dilakukan dengan cara menggunakan penafsiran analogi. Dengan

menggunakan metode penafsiran analogi tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa penggunaan lembaga arbitrase dapat dilakukan dalam penyelesaian

persengketaan bidang ekonomi (Suhrawardi K. Lubis, 1999: 186).

Hasil keputusan dari arbitrase tersebut dapat dimintakan eksekusi

melalui ketua pengadilan negeri tempat sengketa itu terjadi. Hal tersebut dapat

dilihat dalam ketentuan Pasal 60 dan Pasal 61 yang diperkuat pada Pasal 64

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase, sebagai berikut:

1) Pasal 60 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase:

“Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap

dan mengikat para pihak.”

2) Pasal 61 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase:

“Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara

sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan perintah ketua pengadilan

negeri atas permohonan salah satu pihak yang bersengketa.”

3) Pasal 64 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase:

“Putusan arbitrase yang telah dibubuhi perintah ketua pengadilan negeri,

dilaksanakan sesuai ketentuan pelaksanaan putusan dalam perkara perdata

yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.”

Menurut penulis, alternatif penyelesaian sengketa melalui arbitrase

merupakan alternatif penyelesaian sengketa terbaik. Hal ini dikarenakan

dalam arbitrase selalu diusahakan sebuah keputusan yang saling

menguntungkan antara kedua belah pihak yang bersengketa (win-win

solution). Dengan menggunakan alternatif penyelesaian sengketa melalui jalan

arbitrase, tidak ada pihak yang kalah.

Page 87: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

87

d. Dengan jalan beracara di depan pengadilan dalam lingkungan Peradilan

Umum.

Alternatif penyelesaian sengketa ekonomi syariah di bank syariah

menggunakan cara beracara di depan pengadilan dalam lingkungan Peradilan

Umum. Cara penyelesaian sengketa ini dengan cara beracara di Pengadilan

Negeri antara pihak pemilik simpanan wadiah dengan pihak bank syariah

yang bertujuan untuk mendapatkan solusi penyelesaian atas masalah yang

terjadi. Solusi atas penyelesaian masalah tersebut diperlukan agar tidak ada

pihak yang dirugikan baik dari pihak bank syariah maupun pihak nasabah

pemilik simpanan wadiah.

Menurut penulis, alternatif penyelesaian sengketa melalui jalan

beracara di depan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum ini

dimungkinkankan sebab nasabah bank syariah tidak hanya diperuntukkan bagi

umat muslim saja. Agama Islam mengajarkan bahwa Islam merupakan

Rahmatan Lil Alaamiin atau rahmat bagi semesta alam. Maka kegiatan

perbankan syariah termasuk produk simpanan wadiah di dalamnya maupun

produk pembiayaan tidak hanya dikhususkan bagi umat muslim saja, namun

uman nonmuslim pun boleh menikmati produk dan jasa perbankan syariah.

Apabila di kemudian hari terjadi persengketaan antara nasabah dan bank,

maka nasabah yang beragama nonmuslim dapat mengajukan alternatif

penyelesaian sengketa yang dialaminya dengan jalan beracara di depan

pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.

Lembaga penegak hukum tidak dapat dipisahkan dari keadaan

masyarakat sekitarnya seperti yang diungkapkan oleh Daniel S. Lev: “Legal

institutions, even more than other kinds of social institutions, cannot be

Page 88: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

88

understood independently of their political, social, and economics roots.”

(Daniel S. Lev, 1972: 1). Diberikannya kewenangan penyelesaian sengketa

ekonomi syariah kepada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum

merupakan hasil kompromi politik dengan memperhatikan keberagaman latar

belakang masyarakat Indonesia. Beragamnya latar belakang masyarakat

Indonesia menyebabkan adanya kemungkinan nasabah bank syariah tidak

hanya berasal dari kalangan umat muslim saja, namun juga umat nonmuslim.

Page 89: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

i

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis paparkan pada

bab sebelumnya yang mengacu pada rumusan masalah, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah

a. Aplikasi prinsip wadiah dalam produk perbankan, di mana bank sebagai

penerima simpanan dapat memanfaatkan prinsip ini yang dalam bank

konvensional dikenal dengan produk giro. Sebagai konsekuensi, semua

keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank

(demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat jaminan

keamanan terhadap hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro lain.

b. Jika dikaitkan dengan bank syariah, untuk prinsip wadiah yang digunakan

adalah wadi’ah yad adz-dhamanah, artinya pihak yang menerima titipan

(dalam hal ini adalah pihak bank) boleh menggunakan obyek titipan. Namun

ada syaratnya, yaitu pihak yang menerima titipan itu harus mendapat izin dari

pihak penitip (dalam hal ini adalah pihak nasabah bank).

2. Pembagian keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi

hasil

a. Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi,

atas kehendaknya sendiri, bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang

berasal dari sebagian keuntungan bank. Bank menyediakan buku tabungan dan

jasa-jasa yang berkaitan dengan rekening tersebut.

b. Jika dana mengendap yang dipergunakan oleh bank tersebut mengalami

sesuatu yang tidak diinginkan maka disini nasabah tidak ikut menanggung

kerugian yang disebabkan oleh bank. Karena prinsip wadi’ah yad adz-

dhamanah nasabah dapat menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya

Page 90: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

ii

ii

sewaktu-waktu atau sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Bank menjamin

pembayaran kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas pemanfaatan

dana tersebut adalah milik bank, tetapi, atas kehendaknya sendiri, bank dapat

memberikan imbalan keuntungan yang berasal dari sebagian keuntungan bank.

3. Implikasi hukum atas keuntungan dan kerugian bagi nasabah dan bank sesudah

diinvestasikan dalam sistem bagi hasil beserta cara penyelesaian terhadap sengketa

yang mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut

Apabila terjadi persengketaan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah menyertakan aturan mengenai penyelesaian sengketa yang

mungkin terjadi akibat kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank syariah. Dalam

aturan tersebut, cara penyelesaian sengketa perbankan syariah terbagi menjadi dua

bagian yaitu (Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah):

a. Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam

lingkungan Peradilan Agama;

b. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai

dengan isi akad.

Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa

dilakukan sesuai dengan isi akad” adalah upaya-upaya sebagai berikut:

a. musyawarah;

b. mediasi perbankan;

c. melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase

lain; dan/atau

d. melalui pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum.

Page 91: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

iii

iii

B. Saran

1. Untuk bank syariah sebagai lembaga keuangan perbankan yang bergerak

berdasarkan syariat Islam perlu berhati-hati dalam memanfaatkan dana yang

berasal dari produk simpanan wadiah. Hal ini dikarenakan prinsip wadiah yang

digunakan adalah wadi’ah yad adz-dhamanah di mana pihak bank boleh

memanfaatkan dana tersebut namun nasabah sewaktu-waktu dapat mengambilnya

kembali.

2. Untuk bank syariah dalam menyalurkan dana yang berasal dari produk simpanan

wadiah hendaknya benar-benar selektif dalam menentukan calon nasabah

peminjam dalam kegiatan pembiayaannya. Hal ini untuk meminimalisir

kemungkinan adanya pembiayaan bermasalah yang menyebabkan macetnya

pengembalian dana pembiayaan yang berasal dari produk simpanan wadiah.

3. Untuk lembaga peradilan baik Pengadilan Agama maupun Pengadilan hendaknya

menyiapkan sumber daya manusia para hakim yang baik dan mengerti prinsip

penyelesaian sengketa ekonomi syariah. Hal ini dikarenakan kedua lembaga

peradilan tersebut baik Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri diberikan

kewenangan menyelesaikan sengketa ekonomi syariah di perbankan syariah

dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

Page 92: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

iv

iv

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adnan M. Abdeen and Dale N. Shook. 1984. The Saudi Financial System: In The

Context of Western and Islamic Finance. Chichester: John Wiley and Sons. Burhan Ashshofa. 1996. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahlan Siamat. 1992. Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Bank Umum. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Hadiwidjaja dan Rivai Wirasasmita. 2000. Analisis Kredit. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, Cetakan Pertama.

Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang : Bayumedia Publishing.

Karnaen Perwaatmadja. 1997. Pembangunan dan Upaya Perbaikan Taraf Hidup: Sekilas Pandangan K.H. Alie Yafie, dalam Wacana Baru Fiqh Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

dan Muhammad Syafei Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Keenam. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Muhammad Najatullah Siddiqi. 1983. Issues in Islamic Banking: Selected Paper. Leicester UK: The Islamic Foundation.

Muhammad Syafei Antonio. 2000. Bank Syariah: Teori dan Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.

Page 93: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

v

v

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

dan Sri Mamuji. 2007. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Subdinas Pembinaan Mental Dinas Perawatan Personil Angkatan Udara. 2002.

Alquran Terjemah Indonesia. Semarang: Karya Toha Putra Semarang.

Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo. 1993. Bab-bab Tentang Penemuan Hukum. Yogyakarta: PT. Citra Aditya Bakti.

Suhrawardi K Lubis. 1999. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Sutan Remy Sjahdeni. 1999. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Graffiti, Cetakan Pertama.

Syafruddin Prawiranegara. 1988. Ekonomi dan Keuangan; Makna Ekonomi Islami, Kumpulan Karangan Terpilih Jilid II. Jakarta: CV Masagung, Cetakan Pertama.

Warkum Sumitro. 1997. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wirdyaningsih, dkk. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Zainuddin Ali. 2008. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2005 tentang Mediasi Perbankan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.

Page 94: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

vi

vi

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/14/DPNP tentang Mediasi Perbankan.

Makalah

Achmad Baraba. 2001. “Memahami Lembaga Keuangan Syariah”. Makalah.

Disampaikan pada Kursus Singkat dan Lokakarya II Ekonomi Islam.

Burhanudin Harahap. 2008. “Kajian Yuridis Efektifitas Undang-Undang Perbankan Syariah di Indonesia”. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Implikasi dan Implementasi Undang-Undang Perbankan Syariah di Indonesia, pada tanggal 11 Desember di Solo.

Jurnal

Daniel S. Lev. 1972. Islamic Courts in Indonesia: A Study in The Political Bases of

Legal Institutions. California: University of California.

Gerald Turkel. 1996. Law and Society:Critical Approaches. Boston: Allyn and Bacon.

Warkum Sumitro. 2004. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI:

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan.

Internet:

Mike Rini. Simpanan Bagi Hasil di Bank. <http://perencanakeuangan.com/

files/Simp.BagiHasilSyariah.html>. (Diakses pada tanggal 1 Mei 2009 pukul

23.00 WIB).

Pembiayaan Bermasalah Pencegahan dan Penanganan.

<http://74.125.95.132/search?q=cache:LlJ-

GkRHe5cJ:images.hasbulloh.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SLQ

Page 95: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

vii

vii

VxAoKCDEAADYybS01/Penanganan%2520Pembiayaan%2520Bermasalah.p

pt%3Fnmid%3D112417041+Pengertian+Pembiayaan+bermasalah&cd=1&hl=

id&ct=clnk&gl=id>. (Diakses pada tanggal 17 November 2009 pukul 14.05

WIB).

Mediasi Perbankan. <http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/6EEDF369-83F5-4CA4-

8F34-A581CF139CC2/1487/MediasiPerbankan.pdf>. (Diakses pada tanggal

17 November 2009 pukul 14.03 WIB).

Page 96: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

viii

viii

LAMPIRAN

Page 97: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

ix

ix

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL

NOMOR: 01/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG

GIRO

Menimbang, Mengingat, Memperhatikan,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: FATWA TENTANG GIRO.

Pertama: Giro ada dua jenis:

1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro yang berdasarkan

perhitungan bunga.

2. Giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip

Mudharabah dan Wadi’ah.

Kedua: Ketentuan Umum Giro berdasarkan Mudharabah:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik

dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai

macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan

mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan

piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan

dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

Page 98: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

x

x

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan

menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa

persetujuan yang bersangkutan.

Ketiga: Ketentuan Umum Giro berdasarkan Wadi’ah:

1. Bersifat titipan.

2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call).

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian

(‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

Ditetapkan di: Jakarta

Tanggal: 26 Dzulhijjah 1420 H/1 April 2000 M

Page 99: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

xi

xi

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NOMOR: 02/DSN-MUI/IV/2000

TENTANG TABUNGAN

Menimbang, Mengingat, Memperhatikan,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: FATWA TENTANG TABUNGAN.

Pertama: Tabungan ada dua jenis:

1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu tabungan yang

berdasarkan perhitungan bunga.

2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip

Mudharabah dan Wadi’ah.

Kedua: Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik

dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai

macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan

mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan

piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan

dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

Page 100: SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN …/Sistem... · SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN ... tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan

xii

xii

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan

menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa

persetujuan yang bersangkutan.

Ketiga: Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi’ah:

1. Bersifat simpanan.

2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian

(‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

Ditetapkan di: Jakarta

Tanggal: 26 Dzulhijjah 1420 H/1 April 2000 M