tarif angkutan surakarta
-
Upload
farahlaudiapraba -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
description
Transcript of tarif angkutan surakarta
JOBDES FARAH
2. 5 Kinerja Finansial
2.5. 1 Struktur Tarif Angkutan Umum
Angkutan umum yang banyak terdapat di Indonesia pada umumnya
dikelola oleh suatu badan usaha ataupun perusahaan. Perusahaan Angkutan umum
ini memberikan jasa kepada masyarakat sebagai sarana transportasi. Sehingga
terdapat biaya yang harus dibayarkan oleh penumang yang menggunakan jasa
angkutan umum, biaya yang dikeluarkan disebut tarif.
Ditinjau dalam hubungan dengan tarif angkutan dan sifat pelayanan
jasanya maka perusahaan atau usaha angkutan dapat dikelompokkan dalam dua
golongan besar, yaitu :
1. Common carrier adalah perusahaan atau usaha angkutan umum yang
menentukan tarif angkutannya dengan suatu daftar tarif tertentu,
beroperasi atau melayani pemakainya pada waktu-waktu tertentu dan pada
trayek-trayek yang telah ditetapkan. Contohnya seperti angkutan umum
kota yang memiliki trayek-trayek tertentu.
2. Contract carrier adalah perusahaan atau usaha angkutan yang memberikan
pelayanan jasanya bila diperlukan, sewanya atau tarifnya ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan supply dan demand secara langsung serta beroperasi
pada trayek-trayek yang diperlukan oleh para pemakai dan yang bersedia
dilayani oleh perusahaan angkutan yang bersangkutan. Dengan demikian
contract carrier ini merupakan usaha angkutan carteran melalui suatu
perjanjian.
A. Bentuk dan macam tarif angkutan
Tarif angkutan umum terdiri dari beberapa bentuk yang berbeda beda
seperti sebagai berikut:
1. Class rate dan commodity rate
Merupakan tarif yang didasarkan pada kelas-kelas di mana barang-barnag
yang bersangkutan digolongkan menurut proses klasifikasi. Barang-barang
yang diangkut akan dikenakan tarif sebagaimana golongan tarif yang telah
ditetapkan. Sedangkan tarif khusus yang dikenakan untuk barang-barang
yang diangkut dalam volume dan jumlah yang lebih besar di sebut
Commodity rate. Barang-barang tersebut dikenakan tarif angkutan yang
lebih rendah daripada class rate yang berlaku. seringkali tarif angkutan
barang yang bersangkutan ditetapkan secara langsung tanpa melauli proses
kalsifikasi.
2. Local rate dan joint rate
Local rate merupakan tarif angkutan yang berlaku dari satu perusahaan
angkutan tertentu atau dapat diartikan sebagai tarif angkutan yang
dikenakan dalam suatu wilayah atau rute jalan tertentu yang dilayani oleh
suatu perusahaan angkutan tertentu. Tarif ini seringkali disebut pula
sebagai tarif langsung. Sedangkan yang dimaksud dengan Joint rate adalah
tarif yang berlaku antara stasiun-stasiun yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan angkutan yang berlainan. Joint rate ini ditetapkan atas dasar
persetujuan atau perjanjian bersama antara perusahaan-perusahaan
angkutan yang bersangkutan.
3. Flat rate dan proportional rate
Flat rate yaitu tarif angkutan yang biasa untuk angkutan barang di antara
dua tempat bagi trafik yang berasal dari tempat pertama (asal) dan berakhir
di tempat yang lain yang merupakan tempat tujuannya. Proporsional rate
merupakan tarif khusus dari flat rate tersebut yang hanya berlaku apabila
angkutan tersebut berasal dari tempat asalnya.
4. Carload rate dan less than carload rate
Carload rate adalah tarif angkutan yang ditetapkan menurut volume
angkutan yang paling sedikit berdasarkan satu gerbong/truk penuh
walaupun barang yang diangkut kurang dari satu gerbong/truk muatan.
Less-than carload rate adalah tarif angkutan yang ditetapkan secara
tersendiri sesuai dengan keadaan berat atau volume barang yang diangkut.
Sehingga semakin berat atau makin besar volume barang yang diangkut,
maka tarifnya akan semakin mahal. Pada umumnya beban ongkos angkut
atas dasar carload rate adalah relatif lebih murah daripada less-than
carload rate.Dalam hubungan dengan less-than carload rate ini, kadang-
kadang ada yang menyama-ratakan saja tarif per kesatuan berat/volume,
ini disebut sebagai any quality rate. Misal tarif angkutan barang untuk 1
ton sebesar Rp.100.000,- 10 ton sebesar Rp.1.000.000,-, dst.
5. Line haul rate dan accessorial rate
Line-haul rate adalah tarif angkutan yang sesungguhnya (yang aktual dan
riil) yang harus dibayar atau dipikul oleh shipper untuk pengangkutan
barangnya atau ongkos angkutan yang sungguh-sungguh dibayarnya untuk
menjalani rute yang bersangkutan.Hal ini seringkali disebut pula sebagai
moving expenditure.Accessorial rate yaitu berupa tarif atau biaya
tambahan yang harus dibayar oleh shipper untuk service tertentu yang
diterimanya yang berupa jasa switching, jasa penyimpanan untuk transit,
jasa storage, dsb.Untuk ini beban biaya yang bersangkutan biasanya
ditetapkan dengan suatu daftar tarif khusus yang tersendiri.
B. Tarif Angkutan Berdasarkan Jarak
Cara menentukan tarif angkutan lainnya adalah dengan cara
mempertimbangkan jarak yang ditempuh. Sehingga tarif yang akan
dikenakan dapat berubah-ubah sesuai dengan jaraknya. Faktor jarak yang
ada dinyatakan dalam satuan mil atau kilometer..terdapat beberapa sidat
tarif angkutan yaitu sebagai berikut:
1. Tarif angkutan dikenankan pembebanan tarif berupa ongkos terminal,
ongkos tetap, dan sebagainya. Tarif tersebut akan dibebankan kepada
muata yang diangkut. Walaupun jarak yang ditempuh oleh penumpang dan
barang hanya beberapa kilometer saja tetap dikenakan biaya angkutnya.
2. Tarif angkutan akan berubah sesuai dengan jarak yang ditempuh. Tetapi
perubahan ini bukan perubahan tarif secara proporsional karena biaya-
biaya lainnya seperti biaya terminal, dan biaya overhead akan dibebankan
secara merata pada perjalanan dengan jarak yang semakin jauh.Hali ini
akan menyebabkan ongkos untuk tiap unitnya semakin kecil jika jarak
angkutannya menjadi semakin jauh.
3. Sifat yang ketiga adalah tarif yang ada tidak dibebankan untuk tiap mil
atau kilometer jarak yang ditempuh. Tetapi dengan menggunaan interval
jarak misalnya untuk jarak 1-10 mil dikenakan tarip A, jarak 11-20 mil
akan dikenakan tarif B dan begitu seterusnya.
Secara garis besar yang sering terjadi pada kenyataannya penentuan tarif
angkutan tidak hanya menentukan faktor jarak saja pertimbangan lain banyak
digunakan oleh perusahaan angkutan. Pertimbangan lainnya yang sering
digunakan adalah didasarkan pada pertimbangan cost, compromise, dan
competition atau disebut (3C), yang dimaksudkan sebagai berikut:
1. Cost.
Tarif angkutan yang ditetapkan dapat menutupi biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam pengoperasian jasa angkutan tersebut. Sehingga
perusahaan angkutan menjumlah semua biaya yang dikeluarkan dan
memasukkannya dalam penentuan tarif yang dilakukan.
2. Compromise.
Pertimbangan lainnya yang dilakukan adalah permintaan bagi pengguna
jasa angkutan untuk mendapatkan tarif angkutan yang lebih murah atau
memaksakan untuk masuk dalam kelas tarif yang lebih rendah.
3. Competition.
Banyaknya perusahaan angkutan yang ada memunculkan pertimbangan ini
bahwa dengan hal demikian persaingan akan terbentuk dan berpengaruh
terhadap harga yang ditetapkan oleh perusahaan angkut.Para pengusaha
angkutan terpaksa menetapkan tarif angkutan yang berbeda dari
perhitungan jarak dan perhitungan yang berlaku umum.
Dengan mengambil kebijaksanaan “3C policy” tersebut di atas maka para
shippers khususnya yang mendapat keringanan akan memperoleh manfaat,
dorongan berkembang dan mempunyai kekuatan yang berimbang terhadap yang
lainnya. Sebaliknya perusahaan angkut akan mempertahankan keadaan serta
memperoleh keuntungan yang sewajarnya yang berasal dari kompetisi yang sehat.
2.5. 2 Perhitungan Angkutan Umum
A. Biaya Operasional Kendaraan
Biaya Operasional Kendaraan atau BOK adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menjalankan kendaraan pada kondisi lalu lintas atau jalan tertentu
untuk suatu jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh yang
menggunakan satuan rupiah. Berdasarkan pertimbangan ekonomi,
diperlukan kesesuaian antara besarnya tarif (penerimaan). Dalam hal ini
pengusaha mendapatkan keuntungan yang wajar dan dapat menjamin
kelangsungan serta perkembangan usaha jasa angkutan umum yang
dikelolanya. Komponen dari BOK terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap,
dan biaya tidak tetap.
1. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang seharusnya dikeluarkan pada awal
dioperasikannya sistem angkutan umum. Biaya tetap tergantung
dari waktu dan tidak terpengaruh dengan penggunaan kendaraan.
Biaya tetap untuk angkutan umum penumpang terdiri beberapa
komponen biaya sebagai berikut :
a. Biaya penyusutan Kendaraan
Biaya ini adalah biaya yang disisihkan dari penghasilan
selama menggunakan kendaraan tersebut yang selanjutnya
akan digunakan sebagai biaya depresiasi. Biaya depresiasi
ini selanjutnya digunakan untuk ergantian kendaraan
sewaktu-waktu. Cara menghitung biaya depresiasi adalah
dengan cara harga kendaraan baru dikurangi dengan harga
kendaraaan bekas yang serupa kemudian hasilnya dibagi
dengan jumlah waktu pemakaian kendaraan yang pada
umumnya menggunakan satuan tahun.
b. Gaji Pekerja
Gaji yang dikeluarkan untuk pekerja tiap bulannya walaupun tidak
sedang beroperasi.
c. Asuransi kendaraan
Asuransi wajib diberikan kepada kendaraan dikarenakan saat
beroperasi memiliki resiko kerusakan , sehingga pihak asuransi akan
membantu meringankan bila terjadi kerusakan sesuai dengan premi
yang dibayarkan tiap tahun.
d. Perijinan dan administrasi
Ijin kendaraan tahunan dikenakan untuk setiap kendaraan. Biaya
pemeriksaan ini dilakukan tiap setengah tahun sekali.
2. Biaya Tidak Tetap.
Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat
kendaraan beroperasi. Komponen biaya yang termasuk ke dalam
biaya tidak tetap ini adalah :
a. Biaya Bahan Bakar (BBM)
Biaya untuk BBM akan berubah-ubah tiap harinya sesuai
dengan jarak yang ditempuh oleh kendaraan tersebut dalam
satu hari.
b. Biaya Pemakaian Ban
Biaya pemakaian ban ini tidak dikeluarkan tiap bulannya
karena pergantian ban bisa dilakukan setahun sekali atau
pada kondisi-kondisi dimana ban kendaraan tersebut rusak.
c. Biaya Perawatan dan Perbaikan Kendaraan
Biaya perawtan atau perbaikan yang dikeluarkan sesuai
dengan pemakaian kendaraan tersebut, atau dalam kasus
dimana kendaraan mengalami kecelakaan sehingga
dibutuhkan perbaikan yang besar.
d. Biaya Pendapatan Sopir
e. Biaya Retribusi Terminal
Sebagai angkutan umum yang sah yang memiliki trayek
tersendiri mengharuskan perusahaan angkut mengeluarkan
biaya untuk retribusi terminal.
2.5. 3 Sistem Pentarifan Angkutan Umum
Menetukan tarif angkutan umum di Kota Surakarta yang ditetapkan oleh
pemerintah dapat menambahkan pertimbangan lainnya yaitu memikirkan
kepentingan penduduk sebagai pengguna kendaraan umum, serta kepentingan
pengelola transportasi umum tersebut. Transportasi umum yang baik akan sangat
membantu perekonomian perkotaan sehingga selayaknya dapat mendapatkan
porsi anggaran yang cukup untuk mendukung terciptanya sarana transportasi yang
efektif dan efisien. Selain melihat aspek biaya operasional kendaraan, jumlah
penumpang yang dapat diangkut hal lainnya yang perlu diperhatian dalam
penentuan tarif adalah kemampuan pengguna untuk membayar (Ability to Pay),
dan kesediaan pengguna untuk membayar jasa angkutan yang telah digunakan
(Willingness to Pay). Hal ini dinilai penting karena apabila pengimplementasian
sarana transportasi umum yang baik namun tidak adanya kemauan serta
kemampuan masyarakat untuk menggunakan sarana tersebut nantinya akan
menimbulkan masalah yang dapat memicu kebangkrutan perusahaan penyedia
jasa transportasi umum tersebut. Untuk mengetahui kemampuan serta kemauan
masyarakat tersebut ada dua pendekatan yang digunakan yaitu kemampuan
berdasarkan persepsi pengguna (Willingness to pay) dan kemarnpuan
berdasarkan alokasi budget untuk transport dari total budget yang dianggap
layak atau ideal (Ability to pay)adalah sebagai berikut:
1. Willingness to pay (WTP)
WTP adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang
diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan
pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum
tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
a. Produk yang ditawarkan oleh operator jasa pelayanan transportasi.
b. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediaka
c. Prasarana pengguna terhadap angkutan umum tersebut.
d. Perilaku pengguna
e. Pendapatan perbulan
f. Penting dan tidaknya melakukan perjalanan
2. Ability to pay (ATP)
Adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang
diterimanya berdasarkan pendapatan yang dianggap ideal. Pendekatan
yang dilakukan dalam analisis ATP didasarkan pada lokasi biaya untuk
transportasi dari pendapatan rutin yang diperoleh. Beberapa faktr yang
mempengaruhi Ability to pay adalah sebagai berikut:
a. Besarnya pendapatan perbulan
b. Keutuhan akan transportasi
c. Total biaya transportasi
d. Jenis kegiatan
e. Porsi pendapatan untuk biaya transportasi
Dalam pelaksanaan untuk menentukan tarif sering terjadi benturan antara
besarnya WTP dan ATP.
a. ATP lebih besar dari WTP
Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari
pada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna
mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa
tersebut relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.
b. ATP lebih kecil dari WTP
Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi diatas, dimana keinginan
pengguna untuk membayar jasa tersebut lebih besar dari pada kemampuan
membayarnya. Hal ini memungkinkan terjadi bagi pengguna yang
mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa
tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa
tersebut cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini
pengguna disebut captive riders.
c. ATP sama dengan WTP
Kondisi ini menunjukan bahwa antara kemampuan dan keinginan
membayar jasa yang dikonsumsi pengguna tersebut sama, pada kondisi ini
terjadi keseimbangan utilitas pengguna dengan biaya yang dikeluarkan
untuk membayar jasa tersebut.
2.5. 4 Break Event Point (BEP)
Break Event Point adalah titik impas di mana keadaan jumlah pendapatan dan
biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian.
BEP ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah
unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk
mendapatkan titik impas atau kembali modal. BEP memerlukan komponen
penghitungan dasar seperti:
1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika
adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi.
Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya
dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang
direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh
biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
3. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang
telah diproduksi.
Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan pendekatan matematik yaitu
menggunakan rumus dibawah ini :
BEP= FCP−V
Keterangan :P = harga jual perunit
V = biaya variable perunit
FC = biaya tetap total selama setahun
Q = kuantitas penjualan
Analisis mengunkan BEPini memiliki batasan-batasan tertentu yaitu:
1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4. Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan
bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi,
dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-
nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC.
Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini
akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC
per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit .Perubahan ini akan mempengaruhi
miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level
penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser
kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan
memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah
tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada
produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
5.
6. Terdapat beberapa manfaat dalam penggunaan
metode BEP ini antara lain manfaatnya adalah
sebagai berikut:
a. . Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentuMengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
b. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah
dimengerti.
c. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh
d. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak
7. mengalami kerugian.
8.
9. 10.
11.12.
13.
14.
15. 5. 2......................................................................Sistem Transportasi
16. 5.2. 1 Pola Pergerakan Lalu Lintas
17. .(datanya nggak ada).
18. 5.2. 2 Kinerja Jaringan Jalan
19...............................Kinerja jaringan jalan di Kota Surakarta banyak dipengaruhi
oleh persebaran guna lahan yang mempengaruhi aktivitas perjalanan yang
dilakukan oleh penduduk Kota surakarta. Selain pergerakan lokal
pergerakan lain yang banyak membebani jaringan jalan di Kota Surakarta
adalah pergeraan keluar kota surakarta dan pergerakan ke dalam Kota
Surakarta yang berasal dari Provinsi Yogyakarta, Provinsi Jawa timur, dan
Kota Semarang. Hal ini terjadi karena posisi Kota Surakarta sebagai Pusat
Kegiatan Nasional dan sebagai salah satu pintu gerbang utama simpul Jawa
Tengah. secara umum, terdapat fungsi utama yang harus mampu
diperankan oleh Kota Surakarta dalam konteks pengembangan sistem
jaringan jalan raya, yaitu kemampuan untuk mendukung sistem
pergerakan yang bersifat melintas serta sistem pergerakan mampu
membuka akses ke seluruh bagian wilayah Kota dengan aksesibilitas jalan
antar kecamatan, sehingga kelancaran pergerakan dalam sistem pergerakan
lokal juga terjamin.
20. Tabel.......Kinerja Ruas (v/c ratio) pada Jaringan Jalan di Kota Surakarta Tahn 2012
21. 22. 23. 24.
25. 26. 27. 28.
29. 30. 31. 32.
33. 34. 35. 36.
37. 38. 39. 40.
41. 42. 43. 44.
45. 46. 47. 48.
49. 50. 51. 52.
53. 54. 55. 56.
57. 58. 59. 60.
61. 62. 63. 64.
65. 66. 67. 68.
69. 70. 71. 72.
73. 74. 75. 76.
77. 78. 79. 80.
81. 82. 83. 84.
85. 86. 87. 88.
89. 90. 91. 92.
93. 94. 95. 96.
97. 98. 99. 100.
101. 102. 103. 104.
105. 106. 107. 108.
109. 110. 111. 112.
113. 114. 115. 116.
117. 118. 119. 120.
121. 122. 123. 124.
125. 126. 127. 128.
129. 130. 131. 132.
133. 134. 135. 136.
137. 138. 139. 140.
141. 142. 143. 144.
145. 146. 147. 148.
149. 150. 151. 152.
153. 154. 155. 156.
157. 158. 159. 160.
161. 162. 163. 164.
165. 166. 167. 168.
169. 170. 171. 172.
173. 174. 175. 176.
177. 178. 179. 180.
181. 182. 183. 184.
185. 186. 187. 188.
189. 190. 191. 192.
193. 194. 195. 196.
197. 198. 199. 200.
201. 202. 203. 204.
205. 206. 207. 208.
209. 210. 211. 212.
213. 214. 215. 216.
217. 218. 219. 220.
221. 222. 223. 224.
225. 226. 227. 228.
229. 230. 231. 232.
233. 234. 235. 236.
237. 238. 239. 240.
241. 242. 243. 244.
245. 246. 247. 248.
249. 250. 251. 252.
253. 254. 255. 256.
257. 258. 259. 260.
261. 262. 263. 264.
265. 266. 267. 268.
269. 270. 271. 272.
273. 274. 275. 276.
277. 278. 279. 280.
281. 282. 283. 284.
285. 286. 287. 288.
289. 290. 291. 292.
293. 294. 295. 296.
297. 298. 299. 300.
301. 302. 303. 304.
305. 306. 307. 308.
309. 310. 311. 312.
313. 314. 315. 316.
317. 318. 319. 320.
321. 322. 323. 324.
325. 326. 327. 328.
329. 330. 331. 332.
333. 334. 335. 336.
337. 338. 339. 340.
341. 342. 343. 344.
345. 346. 347. 348.
349. 350. 351. 352.
353. 354. 355. 356.
357. 358. 359. 360.
361. 362. 363. 364.
365. 366. 367. 368.
369. 370. 371. 372.
373. 374. 375. 376.
377. 378. 379. 380.
381. 382. 383. 384.
385. 386. 387. 388.
389. 390. 391. 392.
393.Sumber: Tatralok Kota Surakarta
394.Berdasarkan tabel kinerja ruas jalan di Kota Surakarta terdapat beberapa jalan yang memiliki nilai V/C Ratio yang lebih dari 0,70 jalan tersebut adalah Brigjend Slamet Riyadi, Kusmanto, Yosodipuro, Dr. Rajiman, Kapt. Tendean , Kapt. Mulyadi, Kyai Mojo, Kol. Sutarto, dan Jalan Ir, Sutami.
395.........................................................5.2. 3 Kinerja Angkutan Umum
396............................... Pertumbuhan Kendaraan bermotor di Kota Surakarta hingga
tahun 2014 terus mengalami perkembangan. Data tahun 2012 menunjukan
kendaraan bermotor yang paling banyak adalah sepeda motor yakni
sebesar 402.726 unit. Angka pada tahun 2012 menunjukan pertumbuhan
yang sangat besar pertambahan kendaraan bermotor sebesar 36%
dibandingkan pada tahun 2011. Sedangkan pertumbuhan jalan hanya
bertambah sebesar 0,2 %. Selain kendaraan pribadi terdapat kendaraan
umum yang melayani wilayah Kota Surakarta baik di dalam kota maupun
di luar kota. Macam-macam angkutan umum yang terdapat di Kota
Surakarta adalah Angkutan Kota sebanyak 1438 unit, Angkutan Kota
Antar Provinsi (AKAP) sebanyak 467 unit, Angkutan Kota Dalam
Provinsi terdapat 119 Unit, dan Taksi yang dikelola oleh 6 perusahan
dengan total armada sebanyak 358 Unit. Komposisi kendaraan pribadi
lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan umum yang beroperasi di
seluruh wilayah Kota Surakarta.
397.
398.