KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi...

119

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN I-2009

BANK INDONESIA MEDAN2009

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

Visi Bank Indonesia:“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupuninternasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasiyang rendah dan stabil”.

Misi Bank Indonesia:“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilanmoneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasionaljangka panjang yang berkesinambungan”.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia:“Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak danatau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas danKebersamaan”.

Visi Kantor Bank Indonesia Medan:“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatanperan dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”.

Misi Kantor Bank Indonesia Medan:“Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatanpelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank sertamemberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.

Kalender PublikasiPeriode Publikasi PublikasiKER Triwulan I Pertengahan MeiKER Triwulan II Pertengahan AgustusKER Triwulan III Pertengahan NovemberKER Triwulan IV Pertengahan Februari

Penerbit:Kantor Bank Indonesia MedanJl. Balai Kota No.4MEDAN, 20111 IndonesiaTelp : 061-4150500 psw. 1729, 1770Fax : 061-4152777 , 061-4534760Homepage : www.bi.go.id

www.d-bes.netEmail : [email protected]

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

i

KATA PENGANTAR

Di tengah ketidakpastian atas besarnya dampak krisis keuangan global,kondisi perekonomian Indonesia tahun 2009 diperkirakan akan dipengaruhijuga oleh dinamika sosial dan politik yang terjadi. Di bidang sosial, jumlahpengangguran diperkirakan meningkat seiring dengan kemungkinanmaraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkannya sebagiankaryawan di beberapa perusahaan besar yang bergerak di sektor industri. Dibidang politik, pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden sedikitbanyak diperkirakan akan ikut berpengaruh pula pada bidang ekonomi.Namun, masih terdapat hal yang menggembirakan yaitu penurunan harga

BBM bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umumbelum sepenuhnya mengalami penyesuaian.

Di Sumut, tekanan inflasi hingga Maret 2009 tampak semakin mereda. Pada triwulan I-2009(Maret 2009), inflasi Sumut sebesar 6,58%, menurun dibandingkan posisi Desember 2008sebesar 10,72% (yoy). Penurunan ini seiring dengan turunnya "imported inflation", melambatnyapermintaan domestik dan terjaganya pasokan komoditas pangan.

Sementara itu, ekonomi Sumut triwulan I-2009 tumbuh sebesar 4,63% (yoy), lebih rendahdibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,97% (yoy), yang didorong oleh pertumbuhansektor konsumsi pemerintah sebesar 12,65%. Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomitersebut masih didominasi oleh sektor jasa-jasa yang tumbuh 9,04%.

Dalam pada itu, kinerja perbankan Sumut selama triwulan I-2009 masih cukup positif. Posisi DanaPihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun pada Februari 2009 mencapai Rp87,08 triliun, ataubertumbuh 20,82% dibandingkan posisi Maret 2008. Begitu pula aset yang tumbuh 27,42%(Rp114,93 triliun), sementara kredit yang disalurkan tumbuh 20,57% sehingga mencapaiRp66,05 triliun.

Meskipun diperkirakan akan mengalami tekanan pada tahun 2009, namun pada triwulan II-2009 perekonomian Sumut diperkirakan masih tumbuh positif pada kisaran 4,8%-5,6% (yoy),sedangkan inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan sejalan dengan penurunan harga-harga komoditas yang disertai dengan penurunan daya beli masyarakat.

Demikian sekilas gambaran perkembangan ekonomi Sumatera Utara triwulan I-2009 yanguraiannya secara lengkap dicakup dalam buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi SumateraUtara Triwulan I-2009. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepadasemua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan sertaberharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang.

Medan, Mei 2009BANK INDONESIA MEDAN

Romeo RissalPemimpin

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

ii

Daftar IsiKata Pengantar .............................................................................................................. iDaftar Isi .......................................................................................................................iiDaftar Tabel ..................................................................................................................ivDaftar Grafik ................................................................................................................ vDaftar Lampiran ............................................................................................................viTabel Indikator Ekonomi Terpilih

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... viii

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ..................................................... 11.1. Kondisi Umum ............................................................................................ 11.2. Sisi Permintaan ........................................................................................... 3

1. Konsumsi ...............................................................................................42. Investasi .................................................................................................73. Ekspor dan Impor ....................................................................................9

1.3. Sisi Penawaran .........................................................................................121. Sektor Pertanian ....................................................................................122. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................... 153. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ...................................................174. Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan......................................................195. Sektor Bangunan ...................................................................................196. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .....................................................217. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih...............................................................228. Sektor Jasa-jasa .....................................................................................23

BOKS 1 Pembiayaan Sektor Unggulan ............................................................................ 25

BOKS 2 Menuju Sumut Sebagai Pusat Sawit Asia .............................................................. 28

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ......................................................................312.1. Kondisi Umum .........................................................................................312.2. Inflasi Triwulanan ......................................................................................322.3. Inflasi Tahunan .........................................................................................34

BOKS 3 Survei Keyakinan Konsumen ..............................................................................49

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ..............................................................523.1. Kondisi Umum .........................................................................................523.2. Intermediasi Perbankan ..............................................................................53

1. Penghimpunan Dana Masyarakat ............................................................532. Penyaluran Kredit ..................................................................................543. Kredit UMKM .......................................................................................57

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .........................................................................601. Resiko Kredit .........................................................................................602. Resiko Likuiditas ....................................................................................613. Resiko Pasar ..........................................................................................61

3.4. Perbankan Syariah .....................................................................................623.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .....................................................................64

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

iii

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ...............................................................654.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sumut 2009 ................................ 654.2. Alokasi Pemanfaatan Dana Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)................. 664.3. Pendapatan Asli Daerah.............................................................................. 67

BOKS 4 Kapasitas Fiskal Daerah ....................................................................................68

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .............................................................705.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ..................................705.2. Transaksi Kliring ........................................................................................715.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) .................................725.4. Temuan Uang Palsu ..................................................................................745.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar ..............................................................755.6. Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank .......................................76

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN .................. 786.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ...................................................... 786.2. Perkembangan Kesejahteraan .....................................................................796.3. Kesejahteraan Masyarakat Daerah ..............................................................79

BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ........................................................ 837.1. Perkiraan Ekonomi .................................................................................... 837.2. Perkiraan Inflasi Daerah .............................................................................. 85

LAMPIRAN

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

iv

Daftar Tabel1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) ...............................................31.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumut (% yoy) ...........................................................................31.3. Penyaluran BLT Tahap III-2009 .......................................................................................71.4. Nilai Ekspor Triwulan I-2009 ........................................................................................111.5. Nilai Impor Triwulan I-2009 ........................................................................................111.6. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) .............................................................181.7. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (ton) .................................................191.8. Perkembangan Kegiatan Bank .....................................................................................191.9. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Polonia ..................................211.10. Jumlah Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Belawan ..............................................221.11. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Jangka Menengah .......................................243.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ...............................................................................373.2. Suku Bunga Giro, Tabungan, Deposito dan Kredit ..........................................................445.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumut (RpMiliar) ................................................635.2. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong (RpMiliar) ........................................655.3. Perkembangan Aliran Kas di Wilayah Sumut (RpMiliar) ....................................................675.4. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut (Satuan Lembar) ........................................685.5. Perkembangan Transaksi Jual Beli UKA dan TC (Ribu USD) ...............................................706.1. Indikator Tenaga Kerja Sumut Menurut Kegiatan Utama .................................................726.2. Angkatan Kerja Menurut Lapangan Kerja Utama ...........................................................72

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

v

Daftar Grafik1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut ................................................................................21.2. Perkembangan Kegiatan Usaha di Sumut ........................................................................21.3. Indeks Keyakinan Konsumen .........................................................................................41.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini .............................................................................41.5. Komponen Indeks Ekspektasi ........................................................................................41.6. Pertumbuhan Penjualan Elektronik .................................................................................41.7. Pertumbuhan Penjualan BBM ........................................................................................51.8. Penjualan Makanan dan Tembakau ................................................................................51.9. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga ..........................................................................51.10. Penjualan Pakaian dan Perlengkapan ............................................................................51.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut ..........................................61.12. Penyaluran Kredit Baru untuk Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut ..................................61.13. Pengadaan Semen di Sumut ........................................................................................71.14. Penjualan Bahan Konstruksi .........................................................................................71.15. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut ............................................81.16. Perkembangan Nilai Ekspor Impor .............................................................................101.17. Perkembangan Volume Ekspor Impor .......................................................................101.18. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan ................................................................101.19. Neraca Perdagangan Sumut ......................................................................................101.20. Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama ..................................................................111.21. Nilai Tukar Petani Sumut ..........................................................................................131.22. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian .................................151.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan ..................171.24. Nilai dan Penjualan Pedagang Besar dan Eceran ...........................................................181.25. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR ..........................................181.26. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi .................................201.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi ......221.28. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa ..................................242.1. Inflasi Bulanan dan Tahunan Sumut ..............................................................................302.2. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional ..............................................................................312.3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar ....................................................312.4. Perkembangan Harga Barang dan Jasa Menurut Pengusaha ............................................322.5. Ekspektasi Konsumsi Terhadap Harga Barang dan Jasa ....................................................322.6. Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Komoditas di Medan .....................................332.7. Perkembangan Harga Beras Mingguan di Kota Medan (Juli-Desember 2008) .....................342.8. Perkembangan Volume Produksi .................................................................................352.9. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional .............................................................................363.1. Net Interest Margin (NIM) ...........................................................................................373.2. Perkembangan DPK ...................................................................................................383.3. Perkembangan Struktur DPK .......................................................................................383.4. DPK Menurut Kelompok Bank .....................................................................................383.5. Perkembangan Kredit Sumut .......................................................................................393.6. Kredit Modal Kerja Sumut ...........................................................................................393.7. Kredit Investasi Sumut ................................................................................................393.8. Kredit Konsumsi Sumut ..............................................................................................393.9. Struktur Kredit Menurut Sektor Ekonomi .......................................................................403.10. Perkembangan Kredit Menurut Sektor Ekonomi .............................................................403.11. Kredit Menurut Kelompok Bank ..................................................................................403.12. Perkembangan LDR Sumut .........................................................................................413.13. Kredit UMKM ...........................................................................................................41

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

vi

3.14. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah menurut Penggunaan ................................................423.15. Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi .......................................................................423.16. NPL UMKM Menurut Sektor Ekonomi ..........................................................................423.17. NPL Gross .................................................................................................................433.18. NPL Menurut Sektor Ekonomi ......................................................................................433.19. Cash Ratio ................................................................................................................443.20. Perkembangan Aset, Pembiayaan, DPK Perbankan Syariah ..............................................453.21. FDR Perbankan Syariah ...............................................................................................453.22. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR ...........................................................................463.23. LDR BPR....................................................................................................................463.24. Perkembangan Aset, Kredit, DPK Bank Berkantor Pusat di Medan ....................................473.25. LDR Bank Berkantor Pusat di Medan ............................................................................475.1. Perkembangan Nilai dan Volume Transaksi RTGS Sumut (outgoing) ..................................615.2. Perkembangan Nilai dan Volume Transaksi RTGS Sumut (incoming) ..................................615.3. Perkembangan Nilai dan Volume Transaksi RTGS Antar Bank ...........................................625.4. Perkembangan Transaksi Kliring ...................................................................................645.5. Grafik Penolakan Cek/BG kosong .................................................................................645.6. Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui KBI Medan dan KBI Sibolga...............................665.7. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumut ..........................................................................695.8. Perkembangan Transaksi Jual Beli UKA & TC melalui PVA bukan bank di Sumut .................707.1. Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad ................................................................................787.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha Triwulan I-2009 ...................................................................787.3. Ekspektasi Harga 3 Bulan yad ......................................................................................79

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

vii

Daftar Lampiran

A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha

B. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha

C. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku

D. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000

E. Struktur PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

2007 2009

Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

- Medan 102.83 167.66 109.92 111.25 113.18 112.80

- Pematangsiantar 102.68 161.40 110.11 111.62 112.29 112.88

- Sibolga 102.84 166.68 109.68 113.04 114.01 114.95

- Padangsidempuan 102.86 171.55 112.34 113.77 114.75 115.52

- Medan 6.42 7.01 10.86 10.30 10.63 6.37

- Pematangsiantar 8.37 8.48 11.09 10.27 10.16 6.89

- Sibolga 7.13 8.37 10.10 12.03 12.36 7.88

- Padangsidempuan 5.87 8.71 14.34 12.62 12.34 8.50

- Pertanian 5,994.36 6,398.93 6,248.74 6,410.88 6,242.09 6,660.22

- Pertambangan & Penggalian 1,948.97 2,320.26 2,015.73 2,086.89 1,975.13 2,354.45

- Industri Pengolahan 2,426.64 2,450.10 2,588.73 2,644.44 2,552.28 2,581.35

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 638.83 641.37 643.63 657.37 674.04 682.60

- Bangunan 349.21 343.09 351.69 356.94 363.22 360.57

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 630.70 644.10 648.96 665.24 677.40 681.25

- Pengangkutan dan Komunikasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 308.62 314.65 327.82 330.66 331.21 316.70

- Jasa-Jasa 146.55 150.40 157.85 158.09 153.27 147.22

8.10 5.35 5.51 7.73 6.97 4.63

2,081.55 2,333.02 2,406.09 2,417.65 1,769.72 745.84

2,172.20 2,102.33 1,906.94 2,076.85 2,214.16 991.72

531.01 635.70 708.26 843.66 666.59 233.72

1,096.74 1,346.56 1,358.95 1,371.47 1,086.02 482.05

Ket. : Data Ekspor-Impor s.d Februari 2009

Pertumbuhan PDRB (yoy %)

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

Nilai Impor Nonmigas (USD juta)

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)

Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)

PDRB - harga konstan (Rp miliar)

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

Indeks Harga Konsumen

MAKRO

INDIKATOR2008

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

2009

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

87.49 90.20 92.87 97.46 108.08 114.55

71.30 72.08 75.72 77.97 84.29 88.82

- Giro (Rp Triliun) 14.48 15.08 16.09 14.87 15.07 16.25

- Tabungan (Rp Triliun) 26.41 27.18 28.73 28.58 30.58 31.08

- Deposito (Rp Triliun) 30.42 29.82 30.90 34.52 38.64 41.49

- Modal Kerja 30.98 30.90 36.69 37.72 36.03 34.49

- Konsumsi 12.06 13.14 14.48 15.99 16.31 16.48

- Investasi 11.17 10.74 11.17 12.16 14.38 14.82

- LDR 76.01% 76.01% 82.33% 84.48% 79.03% 73.94%

22.43 24.72 28.02 30.42 30.17 30.02

1.03 1.17 1.28 1.53 1.60 1.68

- Kredit Modal Kerja 0.31 0.36 0.38 0.41 0.42 0.45

- Kredit Investasi 0.10 0.10 0.12 0.15 0.16 0.16

- Kredit Konsumsi 0.62 0.72 0.78 0.97 1.03 1.07

7.46 8.17 9.23 10.57 10.46 10.63

- Kredit Modal Kerja 3.42 3.69 4.03 4.40 4.52 4.19

- Kredit Investasi 0.70 0.76 1.01 1.19 1.18 1.25

- Kredit Konsumsi 3.34 3.72 4.19 4.98 4.76 4.81

13.62 15.05 17.18 18.32 18.11 17.71

- Kredit Modal Kerja 8.48 9.03 10.17 10.75 10.57 10.29

- Kredit Investasi 1.54 1.73 2.06 2.33 2.37 2.39

- Kredit Konsumsi 3.92 4.61 4.95 5.24 5.17 5.03

22.43 24.72 28.02 30.42 30.17 30.02

3.88% 3.96% 3.57% 3.29% 2.85% 3.56%

0.42 0.45 0.43 0.49 0.53 0.51

0.31 0.33 0.31 0.34 0.35 0.37

- Tabungan (Rp Triliun) 0.13 0.15 0.13 0.14 0.14 0.16

- Deposito (Rp Triliun) 0.18 0.18 0.18 0.20 0.21 0.21

0.32 0.33 0.33 0.38 0.38 0.39

8.49% 8.67% 7.88% 6.61% 7.26% 7.95%

101.68% 100.00% 106.45% 111.76% 108.57% 105.41%

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

INDIKATOR

LDR

Total Aset (Rp Triliun)

DPK (Rp Triliun)

Kredit (Rp Triliun)

BPR:

Rasio NPL Gross (%)

DPK (Rp Triliun)

Total Aset (Rp Triliun)

Bank Umum :

PERBANKAN

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN

20072008

NPL MKM gross (%)

Total Kredit MKM (Rp Triliun)

Kredit Menengah

Kredit Kecil

Kredit Mikro

Kredit UMKM (Rp Triliun)

Kredit (Rp Triliun) berdasarkan lokasi proyek

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

Ringkasan Eksekutif

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

viii

RINGKASAN EKSEKUTIF

PerekonomianSumuttriwulan I-2009

diperkirakantumbuh4,63% (yoy).

GGGAAAMMMBBBAAARRRAAANNN UUUMMMUUUMMM

Mengawali tahun 2009, perekonomian Sumatera Utara padatriwulan I-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,63% (yoy).Meskipun mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya,namun pertumbuhan ini masih mampu memberikan harapan besarbagi perekonomian ke depan, mengingat kondisi perekonomianglobal yang saat ini tengah mengalami gejolak. Pada triwulan IV-2008, perekonomian Sumut mampu tumbuh sebesar 6,97%,sementara pada triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2008),pertumbuhan tercatat sebesar 5,35%.

Pada pertengahan tahun 2008 sampai dengan awal 2009, sejumlahtantangan dan risiko eksternal makin meningkat, antara lain terkaitdengan penurunan permintaan ekspor, penurunan daya beli akibatpenurunan kegiatan ekonomi di negara-negara maju dan negara-negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara. Fluktuasi hargakomoditas ekspor juga menambah faktor ketidakjelasan bisnis, yangtidak hanya berakibat pada pengelolaan ekspor, namun jugaberimbas pada petani perkebunan, terutama pada perkebunan karetdan kelapa sawit. Namun di sisi lain, terdapat sentimen positif yangmenyebabkan membaiknya struktur produksi terutama pada industrimanufaktur, yaitu menurunnya harga bahan bakar minyak.

Pada triwulan I-2009, Sumut mengalami deflasi sebesar 0,73% (qtq),dibandingkan dengan inflasi triwulan IV-2008 yang sebesar 2,13%(qtq). Sebagaimana periode sebelumnya, hal ini lebih baikdibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,36% (qtq). Deflasitriwulan I-2009 terutama disebabkan oleh menurunnya harga-hargakomoditas internasional, terutama harga minyak yang dikutipenurunan harga BBM sebanyak dua kali pada bulan Desember2008.

Perkembangan bank umum konvensional, bank umum syariah danBPR/S di Sumut pada triwulan I-2009 meningkat baik secaratriwulanan maupun tahunan. DPK yang dihimpun bank umumsyariah di Sumut pada triwulan ini mengalami penurunanpertumbuhan setelah pada triwulan sebelumnya mengalamipertumbuhan positif.

Anggaran pendapatan daerah Sumut tahun 2009 diproyeksikansebesar Rp3,25 triliun, naik 0.62% dibandingkan realisasipendapatan tahun 2008 senilai Rp3,23 triliun. Sementara itu, belanjadaerah selama tahun 2009 diproyeksikan sebesar Rp3,62 triliun,sehingga defisit anggaran tercatat Rp366,98 miliar. Defisit tersebutdiproyeksikan dapat ditutupi dengan pembiayaan daerah yang terdiri

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

atas penerimaan pembiayaan sebesar Rp399,15 miliar danpengeluaran pembiayaan sebesar Rp32,17 miliar.

Nilai transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank IndonesiaReal Time Gross Settlement (BI-RTGS) di wilayah perbankan SumateraUtara yang meliputi wilayah kerja KBI Medan dan KBI Sibolga, padatriwulan I 2009 mengalami penurunan. Nilai nominal transaksi RTGStercatat sebesar Rp.98.474 milyar atau menurun 6,33% dibandingperiode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesarRp.105.124 milyar, namun volume transaksi mengalami peningkatansebesar 17,76% dari Rp.128.356 milyar pada triwulan I 2008menjadi Rp.151.146 milyar.

Perkiraan semakin tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT) diSumut pada tahun 2009 ini telah terlihat dengan dipulangkannya15.059 orang TKI asal Sumut dari Malaysia, baik karena terkena PHK,habis masa kontrak kerja maupun akibat terkena putusanperusahaan untuk merumahkan karyawannya. Selain itu, sedikitnyaada 17 perusahaan di Sumut juga telah berencana untuk mem-PHKsekitar 5.292 pekerjanya.

Pada triwulan II-2009, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikanakan tumbuh pada kisaran 4,80% - 5,60% (yoy). Denganperkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut padatahun 2009 diproyeksikan masih berada pada kisaran 5±1% (yoy).

Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkanperkembangan harga serta determinan utama inflasi di SumateraUtara, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada triwulan II-2009akan turun menjadi 7,5 ± 1%, sedangkan inflasi triwulanan (qtq)diperkirakan akan mencapai 0,45 ± 1%.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO

Perekonomian Sumut pada triwulan I-2009 tumbuh sebesar 4,63%,melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,97%).Sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari peningkatan investasi,sementara itu, konsumsi meskipun tumbuh namun melambat.Kegiatan ekspor impor juga menunjukkan adanya penurunansehingga sumbangan net ekspor impor terhadap pertumbuhan PDRBrelatif masih rendah.

Pada triwulan I-2009 konsumsi Sumut tumbuh 7,09%, menurundibandingkan dengan triwulan sebelumnya 9,22%. Daya belimasyarakat yang masih relatif rendah, berakibat pada perubahanpola dan pilihan konsumsi, sehingga menyebabkan perlambatanpertumbuhan konsumsi. Di sisi lain, keyakinan konsumen juga masihberada pada level pesimis, terutama untuk melakukan konsumsibarang-barang tahan lama. Di sisi lain, pembiayaan konsumsi daribank juga sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu,meskipun angkanya tercatat masih relatif tinggi.

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

x

RINGKASAN EKSEKUTIF

Total investasi pada triwulan I-2009 tumbuh 11,47% (yoy), lebihrendah dibandingkan dengan triwulan IV-2008 sebesar 14,10%(yoy). Berdasarkan data dari Badan Promosi dan Penanaman Modal(BKPM), realisasi investasi dalam bentuk investasi langsung tahun2008 menurun dibandingkan tahun 2007. Penanaman Modal Asing(PMA) menurun hingga 32,89% dari USD189,7 juta menjadiUSD127,3 juta dengan proyek yang terealisasi sebanyak 18 proyek.Meskipun jumlah proyeknya mengalami peningkatan dari 6 menjadi12 proyek, namun nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)justru mengalami penurunan dari Rp1.521,3 milyar menjadi Rp382,7milyar.

Meskipun pada tahun 2008, nilai ekspor Sumut mampu tumbuh31,51%, namun pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalamikontraksi sampai dengan -48,49% (yoy), jauh lebih rendahdibandingkan triwulan IV-2008 sebesar -15%. Sedangkan volumeekspor triwulan I-2009 juga mengalami kontraksi sebesar -25,86%(yoy) dari 1,33 ribu ton menjadi 0,99 ribu ton.

Ekspor terbesar disumbangkan oleh produk minyak hewan, nabatidan CPO, dengan nilai mencapai USD289,68 juta (38,83% dari totalekspor), diikuti oleh ekspor karet Sumut yang mencapai USD127,43juta atau 17,05% dari total ekspor. Impor Sumut diperkirakanmenurun terkait dengan menurunnya impor bahan baku industrimanufaktur. Nilai impor Sumut triwulan I-2009 (Januari- Februari2009) mencapai USD233,71 juta, atau menurun -44,97% (yoy).Impor Sumut didominasi oleh impor barang modal/bahan bakudengan nilai mencapai USD205,41 juta.

Perekonomian Sumut triwulan I-2009 pada sisi penawaran terutamadidukung oleh tiga sektor non primer yaitu sektor jasa-jasa, sektorpengangkutan dan komunikasi serta jasa keuangan yang masing-masing tumbuh 9,04%, 6,01% dan 5,61 % (yoy). Sementara itu,sektor dengan pangsa tertinggi yaitu sektor pertanian pada triwulanlaporan menunjukkan penurunan pertumbuhan menjadi sebesar4,08% (yoy).

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII

Memasuki tahun 2009, tekanan inflasi perlahan-lahan semakinberkurang hingga triwulan laporan. Inflasi volatilitas food danadministered price yang merupakan determinan utama lonjakaninflasi tahun 2008 pada kelompok barang bahan makanan dantransportasi berangsur-angsur mereda dan tidak memberikankontribusi besar pada inflasi triwulan I. Pada triwulan I-2009, Sumutmengalami deflasi sebesar 0,73% (qtq), dibandingkan dengan inflasitriwulan IV-2008 sebesar 2,13% (qtq).Sebagaimana periode sebelumnya, hal ini lebih rendah dibandingkandengan inflasi nasional sebesar 0,36% (qtq). Deflasi triwulan I-2009terutama disebabkan oleh menurunnya harga-harga komoditas

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

xi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembanganperbankandi Sumut masihrelatif terjaga danstabil.

internasional, terutama harga minyak yang dikuti penurunan hargaBBM sebanyak dua kali pada bulan Desember 2008.

Menurut kelompok barang dan jasa, inflasi tertinggi terjadi padakelompok sandang, yaitu sebesar 7,22% (qtq), kelompok barang danjasa lainnya yang menyumbang inflasi cukup besar adalah kelompokmakanan jadi yaitu sebesar 1,89% (qtq). Diantara empat kota diSumut, deflasi tertinggi terjadi di Kota Medan mencapai 0,84% (qtq),sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Padang Sidempuan sebesar0,03% (qtq). Determinan deflasi di sebagian besar kota adalahpenurunan harga pada kelompok bahan makanan. Selain kelompokbahan makanan, penurunan harga yang cukup signifikan juga terjadipada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Secara tahunan, pencapaian inflasi Sumut pada triwulan ini mengalamiperlambatan yang signifikan, dari 10,72% (yoy) pada triwulan IV-2008menjadi 6,58% (yoy) pada triwulan I-2009. Penurunan tersebutmenunjukkan bahwa laju inflasi tahunan di Sumut, sudah kembali kelevel normal setelah mengalami tekanan yang cukup tinggi sebagaiakibat dari kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008. Determinaninflasi tahunan di Sumut masih bersumber dari kenaikan harga padakelompok sandang, yaitu mencapai 10,30% (yoy).

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN

Perkembangan bank umum konvensional, bank umum syariah danBPR/S di Sumut pada triwulan I-2009 meningkat baik secaratriwulanan maupun tahunan. DPK yang dihimpun bank umumsyariah di Sumut pada triwulan ini mengalami pertumbuhan negatifsetelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan positif.Sementara itu, DPK yang dihimpun bank umum konvensionalmengalami pertumbuhan positif yang terjadi pada semua jenissimpanan, terutama tabungan. Peningkatan DPK tersebut, khususnyapertumbuhan produk tabungan, diperkirakan terkait dengankegiatan promosi oleh perbankan dalam rangka meningkatkanpenghimpunan DPK.

Penyaluran kredit pada triwulan laporan mengalami sedikitpenurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Outstanding kredit tumbuh lebih rendah jika dibandingkan denganpertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya dan triwulan yangsama pada tahun sebelumnya. Penurunan ini tercermin darimenurunnya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsibaik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy). Meningkatnyakegiatan penghimpunan dana (DPK) dengan tidak diikutipeningkatan penyaluran kredit, mendorong loan to deposit ratio(LDR) bank umum di Sumut turun dari 79,03% pada triwulanIV-2008 menjadi 73,94% pada triwulan I-2009. Penyaluran kredityang menurun ternyata diikuti oleh peningkatan rasio nonperforming loan (NPL) (gross) dari 2,81% pada triwulan IV-2008menjadi 3,63% pada triwulan I-2009.

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

xii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Anggaranpendapatan daerahtahun 2009diproyeksikansebesar Rp3,25triliun.

Perkembangan bank umum syariah di Sumut masih tetap tumbuhmeski belum sebagaimana yang diharapkan. Beberapa indikatorutama tetap mengalami kenaikan baik secara tahunan maupuntriwulanan. Hal ini dicerminkan oleh meningkatnya total aset, DPKmaupun penyaluran kredit/pembiayaan.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN DDDAAAEEERRRAAAHHH

Anggaran Belanja Daerah Sumatera Utara 2009 (APBD Sumut 2009)sebesar Rp3,62 triliun bila ditinjau menurut urusan pemerintahandan organisasi maka anggaran belanja pemerintahan umum Rp1,99triliun merupakan yang terbesar (54,97% dari total anggaran belanjadaerah) dibandingkan satuan kerja lainnya.

Anggaran pendapatan daerah Sumut tahun 2009 diproyeksikansebesar Rp3,25 triliun, naik 0.62% dibandingkan realisasipendapatan tahun 2008 senilai Rp3,23 triliun. Sementara itu, belanjadaerah selama tahun 2009 diproyeksikan sebesar Rp3,62 triliun,sehingga defisit anggaran tercatat Rp366,98 miliar. Defisit tersebutdiproyeksikan dapat ditutupi dengan pembiayaan daerah yang terdiriatas penerimaan pembiayaan sebesar Rp399,15 miliar danpengeluaran pembiayaan sebesar Rp32,17 miliar.

Stimulus fiskal dari pemanfaatan Sisa Lebih Penggunaan Anggaran(SILPA) di Sumut didominasi dari dana yang berasal dari DepartemenPekerjaan Umum. Pemanfaatannya di antaranya adalah untukperluasan jaringan distribusi dan pembangunan instalasi pengelolaanair minum (Kab. Dairi dan Kab. Asahan), jalan inspeksi dan irigasisentra produk tambak (Kab. Padang Lawas), jalan dan jembatan(Kab. Asahan, Kab. Padang Lawas, Padangsidempuan, Kab. Dairi,Kab. Tapanuli Utara, Kab. Simalungun, Kab. Deli Serdang, Kab. TobaSamosir), irigasi (Kab. Asahan, Kab. Tanah Karo, Kab.Simalungun,dan Kab. Tapanuli Utara), dan pengembangan infrastrukturpemukiman (Kab. Simalungun, Kab. Tapanuli Utara, dan Kab. Dairi).

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Nilai transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank IndonesiaReal Time Gross Settlement (BI-RTGS) di wilayah perbankan SumateraUtara yang meliputi wilayah kerja KBI Medan dan KBI Sibolga, padatriwulan I 2009 mengalami penurunan. Nilai nominal transaksi RTGStercatat sebesar Rp.98.474 milyar atau menurun 6,33% dibandingperiode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesarRp.105.124 milyar, namun volume transaksi mengalami peningkatansebesar 17,76% dari Rp.128.356 milyar pada triwulan I 2008menjadi Rp.151.146 milyar.

Penurunan nilai nominal dan volume RTGS pada triwulan I 2009,dipengaruhi oleh menurunnya transaksi RTGS yang keluar wilayahperbankan Sumatera Utara (Transaksi Outcoming) yang tercatat

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kondisiketenagakerjaandi Sumutmulai menunjukkandampak yangmenurun

PerekonomianSumuttriwulan II-2009diperkirakantumbuh positifdengankecenderunganmenurun.

masing-masing sebesar Rp.49.640 milyar dan sebanyak 73.018transaksi dimana triwulan sebelumnya masing-masing tercatatsebesar Rp.52.351 milyar dan sebanyak 74.924 transaksi.

Faktor yang mempengaruhi penurunan transaksi RTGS SumateraUtara tersebut seiring dengan melambatnya kegiatan dunia usahayang ditengarai sebagai pengaruh dari imbas krisis keuangan.

Pada triwulan I 2009 nilai nominal transaksi kliring tercatat sebesarRp.26.224 milyar atau turun 0,14% dibanding periode yang samatahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.30.331 milyar denganvolume transaksi yang juga menurun sebesar 0,14% atau dari1.115.616 warkat/transaksi pada triwulan I 2008 menjadi 959.960warkat/transaksi. Penurunan nilai transaksi kliring tersebut seiringdengan menurunnya volume transaksi kliring selama periode laporandan perlambatan pada kegiatan dunia usaha yang ditengarai sebagaipengaruh dari imbas krisis keuangan.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Dengan terjadinya krisis keuangan global dan ancaman resesi dimasa yang akan datang, diperkirakan pengangguran di Sumut akanmeningkat. Hal ini dikarenakan, krisis yang terjadi akan berdampakpada pengurangan produksi di perusahaan dan berakibat padapemutusan hubungan kerja (PHK). Perkiraan semakin tingginyatingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sumut pada tahun 2009 initelah terlihat dengan dipulangkannya 15.059 orang TKI asal Sumutdari Malaysia, baik karena terkena PHK, habis masa kontrak kerjamaupun akibat terkena putusan perusahaan untuk merumahkankaryawannya. Selain itu, sedikitnya ada 17 perusahaan di Sumut jugatelah berencana untuk mem-PHK sekitar 5.292 pekerjanya.

Sementara, indikator kesejahteraan petani di Sumut semakinmenunjukkan perbaikan dan cenderung mengalami peningkatan. Halini tercermin dari meningkatnya Nilai Tukar Petani(NTP), yaitu dari 94,51 pada bulan Februari 2008 menjadi 99,81 padabulan Februari 2009. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnyaharga jual komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani, terutamapada subkelompok padi.

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumut triwulan II-2009, diperkirakan masih tumbuhpositif meskipun masih terdapat kecenderungan menurun. Hal inidapat dikonfirmasi dari hasil SKDU, dimana pada triwulan II-2009diperkirakan indeks akan mencapai 12,88. Faktor internal yang masihmenjadi kendala yang berpotensi menurunkan angka pertumbuhanantara lain adalah masalah kelangkaan pupuk yang masih terusberlanjut. Kondisi ini tidak bisa dianggap ringan, mengingat pupukmerupakan salah satu sarana produksi utama yang harus tersedia

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF

dalam produksi pertanian, terutama tanaman bahan makanan danperkebunan. Semenatara itu, faktor eksternal yang masih berpotensimenghambat pertumbuhan adalah masih kuatnya imbas dari krisiskeuangan global yang berdampak pada penurunan permintaanberbagai komoditas ekspor utama. Selain itu, permintaan dalamnegeri juga diperkirakan tidak akan banyak meningkat, terkaitdengan tidak terdapatnya perayaan hari raya keagamaan.

Pada triwulan II-2009, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikanakan tumbuh pada kisaran 4,80% - 5,60% (yoy). Denganperkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut padatahun 2009 diproyeksikan masih berada pada kisaran 5±1% (yoy).

Perkiraan Inflasi Daerah

Melihat kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga sertaketersediaan barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan II-2009 diperkirakan akan berada pada level yang relatif rendahdibanding triwulan I-2009. Penurunan tingkat inflasi diperkirakanberasal dari kelompok bahan makanan terkait penurunan daya belimasyarakat sehubungan dengan krisis global. Keseimbanganvariabel-variabel dari sisi permintaan maupun sisi penawaran pada2009 juga menjadi faktor yang dapat mengurangi tingkat inflasi.

Dari sisi permintaan, tingkat konsumsi masyarakat cenderungmelambat dibandingkan tahun sebelumnya meskipun masih dalamlevel yang cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh dampak lanjutandari penurunan harga BBM awal tahun, serta adanya peluangpenurunan tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktorimported inflation seiring penurunan impor bahan baku, sertapengawalan ekspektasi positif di masyarakat terhadap inflasi kedepan.

Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkanperkembangan harga serta determinan utama inflasi di SumateraUtara, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada triwulan II-2009akan turun menjadi 7,5 ± 1%, sedangkan inflasi triwulanan (qtq)diperkirakan akan mencapai 0,45 ± 1%.

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

BAB I

Perkembangan EkonomiMakro Regional

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

1

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1. KONDISI UMUM

Mengawali tahun 2009, perekonomian Sumatera Utara mengalami pertumbuhan

sebesar 4,63% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dibandingkan periode

sebelumnya, namun pertumbuhan ini masih mampu memberikan harapan besar bagi

perekonomian ke depan, mengingat kondisi perekonomian global yang saat ini tengah

mengalami gejolak. Pada triwulan IV-2008, perekonomian Sumut mampu tumbuh

sebesar 6,97%. Sementara itu, pada triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2008),

pertumbuhan tercatat sebesar 5,35%.

Pada pertengahan tahun 2008 sampai dengan awal 2009, sejumlah tantangan dan

risiko eksternal makin meningkat, antara lain terkait dengan penurunan permintaan

ekspor, penurunan daya beli akibat penurunan kegiatan ekonomi di negara-negara maju

dan negara-negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara. Fluktuasi harga komoditas

ekspor juga menambah faktor ketidakjelasan bisnis, yang tidak hanya berakibat pada

pengelolaan ekspor, namun juga berimbas pada petani perkebunan, terutama pada

perkebunan karet dan kelapa sawit. Namun di sisi lain, terdapat sentimen positif yang

menyebabkan membaiknya struktur produksi terutama pada industri manufaktur, yaitu

menurunnya harga bahan bakar minyak.

Secara lebih spesifik, efek dari menurunnya harga bahan bakar minyak antara lain

terlihat dalam ekspektasi konsumen yang semakin membaik dan pada gilirannya akan

memberikan dampak pada menurunnya laju inflasi. Di sisi lain, tidak terdapat faktor

seasonal yang berpotensi memberikan tekanan harga, sehingga pada triwulan I-2009,

inflasi mengalami kecenderungan menurun bahkan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut

Sumut mengalami deflasi.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut didorong oleh konsumsi

pemerintah dan konsumsi rumah tangga yang masing-masing tumbuh sebesar 12,65%

dan 6,30%. Selain itu, investasi juga mengalami pertumbuhan yang cukup berarti,

yaitu sebesar 9,37%. Dilihat dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi tertinggi

terjadi pada sektor Jasa-jasa yang mencapai 9,04%, jauh melampaui pertumbuhan

sektor pertanian sebagai sektor yang paling mendominasi pangsa perekonomian

BBBAAABBB 111 PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

2

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Sumut. Sektor pertanian sendiri, hanya mampu tumbuh sebesar 4,08% sedikit

melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,13%. Sementara itu,

sektor industri pengolahan yang juga memiliki pangsa cukup tinggi, mengalami

pertumbuhan sebesar 2,70% jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar 5,40%.

Grafik 1.1. Grafik 1.2.Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Perkembangan Kegiatan Usaha

Sumber : BPS Sumut Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), KBI Medan

Kegiatan konsumsi masih menjadi penggerak utama ekonomi, dengan pangsa sebesar

69,73%. Masih besarnya kontribusi tersebut, menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

Aktivitas konsumsi terutama adalah konsumsi rumah tangga yang porsinya mencapai

60,73%. Sementara itu, konsumsi pemerintah relatif stabil pada kisaran 9%. Tren

penurunan harga selama tiga bulan berturut-turut, diharapkan akan lebih memacu

konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga sebagai upaya untuk mengatasi kelesuan

ekonomi. Penjualan barang durable goods seperti elektronik juga kembali tumbuh seiring

dengan membaiknya keyakinan konsumen di triwulan ini.

Investasi masih tumbuh, meskipun nampak adanya perlambatan. Investasi pemerintah

pada triwulan laporan relatif tidak banyak mengalami pertumbuhan, terkait dengan

realisasi anggaran yang masih rendah pada awal tahun anggaran. Sesuai dengan siklus

anggaran, maka pada awal tahun belum merupakan saat untuk melakukan investasi.

Tren pelemahan ekonomi global telah menyebabkan turunnya permintaan dari negara-

negara mitra dagang utama Sumut, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan

ekspor dan impor mengalami perlambatan.

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

3

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Sebagaimana kinerja yang telah ditunjukkan pada beberapa triwulan sebelumnya, dari

sisi penawaran, sektor jasa-jasa mampu tumbuh paling tinggi khususnya pada triwulan

laporan. Sektor jasa-jasa, terutama jasa pemerintahan umum, menyumbang

pertumbuhan yang tinggi pada triwulan ini . Tidak seperti kondisi awal tahun di mana

sektor jasa pemerintahan cenderung mengalami kontraksi, justru pada triwulan ini

mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi terkait dengan meningkatnya pengeluaran

menjelang Pemilu dan stimulus fiskal yang mulai diberikan dalam rangka mengantisipasi

dampak krisis global berimbas ke daerah. Sektor Listrik Gas dan Air bersih juga masih

mampu bertahan pada tingkat pertumbuhan yang relatif baik, meskipun melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ini tidak terlepas dari masih

tumbuhnya ketiga sub sektor, terutama pada sub sektor listrik.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%)

Sumber : BPS Sumut

1.2. SISI PERMINTAAN

Perekonomian Sumut pada triwulan I-2009 tumbuh sebesar 4,63%, melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,97%). Sumber pertumbuhan ekonomi

berasal dari peningkatan investasi, sementara itu, konsumsi meskipun tumbuh namun

melambat. Kegiatan ekspor impor juga menunjukkan adanya penurunan sehingga

sumbangan net ekspor impor terhadap pertumbuhan PDRB relatif masih rendah.

Tabel I.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumut (% yoy)

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

4

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1. Konsumsi

Pada triwulan I-2009 konsumsi Sumut tumbuh 7,09%, menurun dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya 9,22%. Daya beli masyarakat yang masih relatif rendah, berakibat

pada perubahan pola dan pilihan konsumsi, sehingga menyebabkan perlambatan

pertumbuhan konsumsi. Di sisi lain, keyakinan konsumen juga masih berada pada level

pesimis, terutama untuk melakukan konsumsi barang-barang tahan lama. Di sisi lain,

pembiayaan konsumsi dari bank juga sedikit mengalami penurunan dibandingkan

triwulan lalu, meskipun angkanya tercatat masih relatif tinggi.

Pada triwulan I-2009, Indeks keyakinan konsumen masih berada pada level yang pesimis,

meskipun semakin membaik dibandingkan posisi akhir tahun 2008. Selama tiga bulan,

nilai indeks berturut-turut adalah 88,57 di bulan Januari, 92,65 di bulan Februari dan

98,15 di bulan Maret. Pesimisme konsumen terutama didorong oleh keyakinan akan

ketersediaan lapangan kerja saat ini dan ekspektasi pembelian barang-barang tahan

lama. Sementara untuk kondisi penghasilan saat ini, digambarkan mengalami

peningkatan, sehingga hal ini juga memicu keinginan untuk lebih banyak mengkonsumsi

barang tahan lama.

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Komponen Indeks KeyakinanSaat Ini

50

60

70

80

90

100

110

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2007 2008 2009

Indeks Keyakinan Konsumen

0

20

40

60

80

100

120

140

2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2007 2008 2009

Penghasilan saat iniPembelian brg tahan lama

Sumber : Survei Konsumen, BI Medan

Sementara itu, indeks ekspektasi konsumen maupun indeks kondisi perekonomian

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Semenjak

akhir Desember 2008 hingga Maret 2009, keyakinan konsumen akan kondisi

perekonomian terkini menunjukkan optimisme yang semakin menguat. Hal ini tentu saja

menjadi indikator yang menggembirakan, di tengah kondisi perekonomian global yang

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

5

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

melemah dan kemungkinan perubahan konstelasi politik, sejalan dengan persiapan

menjelang Pemilu.

Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan Elektronik

0

50

100

150

200

250

300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008 2009

Ekspektasi kondisi perekonomian

Ekspektasi penghasilan

-40

-200

2040

6080

100120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2007 2008 2009

Rp Juta

0

50

100

150

200

250

300%

Pertumbuhan (yoy) PenjualanElektronik

Sumber : Survei Konsumen, BI Medan Sumber : Survei Penjualan Eceran, BI Medan

Konsumsi barang tahan lama (durable goods) seperti elektronik masih menunjukkan

pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini diindikasikan oleh perkembangan penjualan

elektronik di Sumut yang mulai meningkat setelah mengalami penurunan pada Agustus

2008. Realisasi penjualan elektronik pada bulan Desember 2008 naik 16% dibandingkan

dengan bulan Desember 2007.

Grafik I.7. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik I.8. Penjualan Makanan&Tembakau

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008 2009

%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000Rp juta

Pertumbuhan (yoy) PenjualanBBM

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2007 2008 2009

Rp juta

0

20

40

60

80

100

120

140

%

Penjualan Makanan dan Tembakau Pertumbuhan (yoy)

Sumber : Survei Penjualan Eceran, BI Medan

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

6

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

% Rp Miliar

jumlah kredit pertumbuhan (yoy)

Sementara itu, konsumsi non durable goods (makanan dan non makanan) menunjukkan

peningkatan. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) di Kota Medan, penjualan

kelompok makanan dan tembakau tumbuh 7,80% (qtq). Indikator konsumsi non

makanan yang tercermin dari penjualan BBM, penjualan perlengkapan rumah tangga

serta penjualan pakaian dan perlengkapannya tumbuh masing-masing sebesar 16,74%,

46,94% dan 211,54% (qtq).

Grafik I.9. Penjualan Perlengkapan RT Grafik I.10. Penjualan Pakaian&Perlengkapan

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2007 2008 2009

%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500Rp Juta

Pertumbuhan (yoy)

PenjualanPerlengkapanRT

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008 2009

Rp Juta

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70%

PenjualanPakaian &Perlengkapannya Pertumbuhan (yoy)

Sumber : Survei Penjualan Eceran, BI Medan

Dari sisi sumber pembiayaan yang berasal dari bank umum di Sumut, penyaluran kredit

baru untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan I-2009 mencapai Rp686,23 miliar,

atau turun sekitar 37,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Grafik I.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik I.12. Penyaluran Kredit Baru untukoleh Bank Umum di Sumut konsumsi oleh Bank Umum di Sumut

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

02468

1012141618

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Rp Triliun

0

10

20

30

40

50%

posisi kreditpertumbuhan (yoy)

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

7

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Sebagai lanjutan program pemerintah dalam mengurangi beban masyarakat, terutama

yang tergolong ke dalam Rumah Tangga Sasaran (RTS), sesuai dengan surat edaran

Kanwil Pos I Sumut-NAD melalui surat tanggal 27 Maret 2009 tentang data alokasi Data

BLT RTS Tahap III Tahun 2009 Provinsi Sumatera Utara. Dana BLT RTS Tahap III telah

dialokasikan oleh Pemerintah dan akan disalurkan kepada 923.300 RTS yang ada di

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara. Alokasi dana BLT RTS tersebut senilai

Rp18.014.600.000,- untuk tahap III dan akan disalurkan untuk 18 Kabupaten dan 7 Kota

yang ada di Sumatera Utara.

Tabel I.3. Penyaluran BLT Tahap III-2009

No. Kabupaten/Kota RTS Dana BLT1 Kab. Deli Serdang 90,073 184,660,000,000Rp

2 Kab. Sergai 46,378 9,275,600,000Rp

3 Kab. Langkat 95,609 19,121,800,000Rp

4 Kab. Simalungun 64,473 12,894,600,000Rp

5 Kab. Asahan 60,950 12,118,000,000Rp

6 Kab. Labuhan Batu 54,667 10,933,400,000Rp

7 Kab. Tanah Karo 31,262 6,252,400,000Rp

8 Kab. Dairi 30,225 6,051,000,000Rp

9 Kab. Pak Pak Barat 5,588 1,117,600,000Rp

10 Kab. Toba Samosir 18,160 3,632,000,000Rp

11 Kab. Samosir 17,106 3,421,200,000Rp

12 Kab. Tapanuli Utara 24,669 4,933,800,000Rp

13 Kab. Hubanghasudutan 15,684 3,136,800,000Rp

14 Kab. Tapanuli Tengah 34,790 6,958,000,000Rp

15 Kab. Tapanuli Selatan 65,423 13,084,600,000Rp

16 Kab. Mandailing Natal 41,347 8,269,400,000Rp

17 Kab. Nias 59,598 11,919,600,000Rp

18 Kab. Nias Selatan 38,416 7,683,200,000Rp

19 Kota Medan 81,355 16,271,000,000Rp

20 Kota Binjai 7,351 1,470,200,000Rp

21 Kota Padangsidempuan 10,269 2,053,800,000Rp

22 Kota Pematangsiantar 11,811 2,362,200,000Rp

23 Kota Sibolga 4,372 874,400,000Rp

24 Kota Tanjung Balai 8,820 1,764,000,000Rp

25 Kota Tebing Tinggi 5,234 1,046,000,000Rp

Sumber : Diskomifo Provinsi Sumut

2. Investasi

Total investasi pada triwulan I-2009 tumbuh 11,47% (yoy), lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan IV-2008 sebesar 14,10% (yoy). Berdasarkan data dari Badan Promosi

dan Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi dalam bentuk investasi langsung tahun

2008 menurun dibandingkan tahun 2007. Penanaman Modal Asing (PMA) menurun

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

8

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

hingga 32,89% dari USD189,7 juta menjadi USD127,3 juta dengan proyek yang

terealisasi sebanyak 18 proyek. Meskipun jumlah proyeknya mengalami peningkatan dari

6 menjadi 12 proyek, namun nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) justru

mengalami penurunan dari Rp1.521,3 milyar menjadi Rp382,7 milyar.

Diterapkannya layanan terpadu satu pintu pada tahun 2009, diharapkan akan menjadi

daya tarik investasi terkait dengan mudahnya birokrasi dan kejelasan prosedur.

Grafik I.13. Pengadaan Semen di Sumut Grafik I.14. Penjualan Bahan Konstruksi

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2007 2008 2009

%

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0Ribu Ton

Pengadaan Semen Pertumbuhan (yoy)

-20

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3

2007 2008 2009

Rp Juta

0

200

400

600

800

1000

1200%

Penjualan Bahan Konstruksi

Pertumbuhan (yoy)

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan

Masih rendahnya investasi pada sektor bangunan di awal tahun, antara lain tercermin

pada penjualan semen di Sumut selama triwulan I-2009 yang mencapai 340 ribu ton,

atau menurun 4,25% (yoy). Hal tersebut juga terkonfirmasi melalui Survei Penjualan

Eceran, di mana indeks penjualan bahan konstruksi mengalami penurunan. Faktor yang

menyebabkan penurunan penjualan semen antara lain adalah masih rendahnya kegiatan

konstruksi dan properti di awal tahun. Realisasi belanja pembangunan yang dianggarkan

oleh pemerintah juga masih minim, sehingga belum banyak memberikan pengaruh

terhadap peningkatan permintaan bahan-bahan konstruksi.

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

9

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik I.15. Posisi Penyaluran Kredit Investasioleh Bank Umum di Sumut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Rp Triliun

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45%

posisi kredit

pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

Sementara itu, investasi yang saat ini menjadi perhatian Pemerintah Sumut ialah

pembangunan tol kualanamu dimana perkiraan biaya proyek yang diperoleh dari

investasi yaitu sebesar Rp4.391,83 miliar, untuk biaya pengadaan tanah Rp750 miliar

sedangkan volume lalu lintas sebanyak 12.568 kenderaan perhari. Perkiraan ini

berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga. Pembangunan jalan

tol tersebut diharapkan selesai pada bulan Mei 2010.

3. Ekspor – Impor

Gejolak perekonomian global berimbas antara lain terhadap perlambatan laju

pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini menyebabkan adanya penurunan daya beli dan

permintaan komoditas asal Sumut. Meskipun pada tahun 2008, nilai ekspor Sumut

mampu tumbuh 31,51%, namun pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalami

kontraksi sampai dengan -48,49% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV-

2008 sebesar -15%. Sedangkan volume ekspor triwulan I-2009 juga mengalami

kontraksi sebesar -25,86% (yoy) dari 1,33 ribu ton menjadi 0,99 ribu ton.

Ekspor terbesar disumbangkan oleh produk minyak hewan, nabati dan CPO, dengan

nilai mencapai USD289,68 juta (38,83% dari total ekspor), diikuti oleh ekspor karet

Sumut yang mencapai USD127,43 juta atau 17,05% dari total ekspor.

Terjadinya perlambatan ekspor terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan

ekonomi nasional maupun pertumbuhan ekonomi dunia. Secara lebih khusus, produk

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

10

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

manufaktur merupakan salah satu yang mengalami tekanan terbesar, sehingga terjadi

penurunan kapasitas utilisasi. Berdasarkan hasil liaison terhadap beberapa industri

manufaktur, kapasitas utilisasi rata-ratanya tinggal 60-80%. Meskipun demikian, belum

terdapat rencana PHK secara massal, karena kondisi penurunan permintaan ini dapat

diantisipasi dengan melakukan efisiensi biaya produksi serta sangat terbantu dengan

penurunan biaya BBM.

Grafik I.16. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik I.17. Perkembangan VolumeEkspor & Impor

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

900,000,000

1,000,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2

2006 2007 2008 2009

USD Nilai Ekspor Nilai Impor

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

900,000,000

1,000,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2

2006 2007 2008 2009

Kg Volume Ekspor Volume Impor

Sumber : BI

Ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 75,08% dari

total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap berupa

produk makanan dan minuman.

Grafik I.18. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel I.4. Nilai Ekspor Triwulan I-2009*Produk Utama

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

USD

Mnyk hwn,nabati,CPO

Karet

Alumunium

Kayu

Kopi,Teh,Rempah

*data s/d Februari 2009Sumber : BI

Impor Sumut diperkirakan menurun terkait dengan menurunnya impor bahan baku

industri manufaktur. Nilai impor Sumut triwulan I-2009 (Januari- Februari 2009)

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

11

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

mencapai USD233,71 juta, atau menurun -44,97% (yoy). Impor Sumut didominasi oleh

impor barang modal/bahan baku dengan nilai mencapai USD205,41 juta.

Meskipun secara umum impor menurun, namun komponen impor bahan baku masih

cukup tinggi. Bahan baku yang diimpor terutama yang berguna untuk mendukung

kegiatan produksi dengan komponen impor tinggi (high import content) seperti industri

kimia dan industri barang dari logam. Sebagaimana periode-periode sebelumnya, maka

produk-produk yang mendominasi impor Sumut pada triwulan I-2009 ini yaitu Kimia dan

Bahan dari Kimia, Logam Dasar dan Produk Makanan dan Minuman.

Sementara itu, nilai impor pupuk Sumut periode Januari-Februari 2009 turun sebesar

87,01% dibanding periode sama 2008 atau sebesar USD8,543 juta, yang diakibatkan

oleh tindakan petani dan pengusaha perkebunan yang mengurangi pemupukan

tanamannya. Penurunan impor pupuk Sumut dipicu menurunnya harga jual berbagai

komoditi yang mengakibatkan pendapatan petani atau pengusaha berkurang dan

membuat petani mengurangi biaya produksi antara lain dengan membatasi pemupukan.

Diperkirakan impor pupuk Sumut akan pulih pada April dan Mei 2009, ketika musim

tanam mulai berlangsung dan membaiknya harga jual berbagai komoditas meski masih

belum kembali ke harga normal.

Tabel I.5. Nilai Impor Triwulan I-2009*

Sumber : BI*data sampai dengan Februari 2009

Penurunan nilai dan volume ekspor yang terjadi saat ini, perlu ditindaklanjuti dengan

langkah-langkah yang tepat. Diperlukan adanya pengalihan orientasi penjualan,

terutama untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dengan keuntungan komparatif yang

tinggi terhadap produk-produk perkebunan, maka Sumut bisa memacu dan mencari

pasar domestik baru.

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

12

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Selain perubahan orientasi pemasaran, diperlukan juga pembenahan rantai produksi,

terutama sebagai upaya meningkatkan nilai tambah. Jika selama ini ekspor masih

didominasi bahan mentah dan barang setengah jadi, maka sudah saatnya komoditas

ekspor difokuskan pada barang jadi dengan nilai tambah yang tinggi. Memperkuat lini

produksi dan menguatkan nilai tambah sebaiknya difokuskan pada dua produk utama

yaitu karet dan kelapa sawit, mengingat keduanya mendominasi ekspor. Langkah

kongkritnya, antara lain adalah menjadikan Sumut sebagai pusat sawit di Indonesia

bahkan Asia. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil, mengingat Sumut adalah provinsi

dengan areal perkebunan kelapa sawit terluas. Selain itu, proses budidaya tanaman dan

produksi CPO sudah sangat familiar dengan masyarakat, sehingga yang diperlukan

adalah meningkatkan nilai tambah melalui pembenahan yang terstruktur dari hulu ke

hilir.

Meskipun dengan kecenderungan penurunan baik pada komponen ekspor maupun

impor, neraca perdagangan (trade balance) Sumut masih berada dalam kondisi surplus.

Nilai neraca perdagangan pada Februari 2009 tercatat sebesar USD512,12 juta,

sementara pada Februari 2008 tercatat sebesar USD1.023,41 juta.

Grafik I.19. Volume Muat Barang di Grafik I.20. Neraca Perdagangan SumutPelabuhan Belawan

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2008 2009

TonMuat Barang

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2006 2007 2008 2009

Juta USD

Sumber : BPS Sumut

1.3. SISI PENAWARAN

Sebagaimana triwulan sebelumnya, perekonomian Sumut triwulan I-2009 pada sisi

penawaran terutama didukung oleh tiga sektor non primer yaitu sektor jasa-jasa, sektor

pengangkutan dan komunikasi serta jasa keuangan yang masing-masing tumbuh

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

13

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

9,04%, 6,01% dan 5,61 % (yoy). Sementara itu, sektor dengan pangsa tertinggi yaitu

sektor pertanian pada triwulan laporan menunjukkan penurunan pertumbuhan menjadi

sebesar 4,08% (yoy).

Sektor yang mengalami pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan dan

penggalian, yaitu sebesar 0,65%. Sementara sektor industri pengolahan, juga

mengalami perlambatan pertumbuhan dari 3,40% menjadi 2,70%. Perlambatan ini

tidak terlepas dari kontraksi yang terjadi pada industri migas, hingga mencapai 2,91%.

Kontraksi ini masih berlanjut dari periode sebelumnya yang juga mengalami penurunan

sebesar 0,77%. Dari sub sektor industri non migas, pertumbuhan terutama bersumber

dari pertumbuhan industri kertas dan barang cetakan. Hal ini terkait erat dengan

peningkatan yang sangat signifikan akan barang-barang cetakan untuk persiapan

kampanye dan Pemilu 2009. Senada dengan barang cetakan, industri tekstil dan sablon

juga mengalami peningkatan yang diakibatkan oleh kegiatan yang sama.

1. Sektor Pertanian

Meskipun mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tercatat

tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, yaitu sebesar 4,08%. Sub sektor

peternakan mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan seluruh sub sektor lainnya,

dengan pencapaian sebesar 6,43%. Sementara itu, subsektor perkebunan juga

mengalami pertumbuhan yang cukup baik, yaitu sebesar 5,36%. Berdasarkan siklus

musimannya, pertumbuhan yang dicapai oleh sub sektor perkebunan ini masih belum

mencapai puncaknya. Terdapat harapan besar bahwa pada triwulan mendatang

pertumbuhan perkebunan akan tercapai lebih tinggi lagi.Hal ini juga didasari dengan

faktor perbaikan harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan karet mentah yang

sangat mendominasi tanaman perkebunan yang dibudidayakan di Sumut.

Di sub sektor tanaman bahan makanan, fenomena yang terjadi adalah masih tingginya

curah hujan di Sumut sempat menggeser musim tanam dan juga menyebabkan padi

terserang berbagai hama, antara lain hama kresek. Meskipun demikian, produksi

tanaman bahan makanan masih mengalami pertumbuhan sebesar 1,47% lebih tinggi

jika dibandingkan periode sebelumnya 1,34%.

Peningkatan pertumbuhan di sektor pertanian pada triwulan IV-2008 belum sejalan

dengan peningkatan tingkat kesejahteraan petani secara signifikan. Hal ini tercermin dari

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

14

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

masih rendahnya nilai tukar petani (NTP) sebagai salah satu indikator kesejahteraan

petani. NTP pada bulan Februari tercatat sebesar 99,81 hanya sedikit meningkat

dibandingkan Januari yang sebesar 97,92.

Grafik I.21. Nilai Tukar Petani Sumut

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2

2006 2007 2008 2009

%

80

85

90

95

100

105

110Nilai Tukar Petani Pertumbuhan (yoy)

Sumber : BPS, Sumut

Berdasarkan sub kelompoknya, NTP pada pertanian hortikultura merupakan yang

tertinggi yaitu sebesar 110,74 diikuti perikanan sebesar 106,79 serta peternakan sebesar

100,26. Sementara, sub sektor lainnya masih berada di bawah 100, seperti tanaman

perkebunan rakyat yang hanya sebesar 97,48.

Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I 2009, produktivitas padi diperkirakan akan

mengalami kenaikan dari 44,63 kuintal per hektar menjadi 44,81 kuintal per hektar. Di

sisi lain, luas lahan pertanian padi juga mengalami peningkatan dari 748 ribu hektar

menjadi 764 ribu hektar. Di seluruh Sumatera, lahan pertanian di Sumut adalah yang

terluas. Dengan peningkatan luas lahan sekaligus produktivitas hasil tanaman, maka

pada tahun 2009 diperkirakan produksi tanaman padi Sumut akan mencapai 3,42 juta

ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,56% dibandingkan tahun 2008. Angka ini

jauh di atas angka pertumbuhan nasional yang hanya diperkirakan sebesar 1,13% saja.

Meningkatnya produksi beras tahun 2009, akan menyebabkan Sumut surplus beras lebih

dari 1 juta ton. Dengan perhitungan produksi padi 3,42 juta ton, sedangkan kebutuhan

dari 13,04 juta jiwa penduduk Sumut sebesar 1,78 ton atau mencapai 136,74

kg/kapita/tahun. Di Sumatera, dari sepuluh provinsi, surplus Sumut merupakan kedua

terbesar setelah Sumsel.

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

15

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Produk dan Produktivitas Padi Sumut

Sumber : BPS

Untuk meningkatkan produksi pertanian, bersamaan dengan Bantuan Langsung Benih

Unggul (BLBU), Provinsi Sumatera Utara (Sumut) tahun ini juga mendapat bantuan

langsung pupuk (BLP) dari pemerintah pusat. BLP ini untuk membantu pemupukan

tanaman padi seluas 31.429 hektar, yang terdiri dari 10.000 hektar untuk tanaman padi

hibrida dan 21.429 hektar padi non hibrida. Ketiga jenis pupuk yang akan diterima

petani untuk satu hektar lahan adalah pupuk NPK sebanyak 100 kg, pupuk organik

Granul 300 kg dan pupuk organik cair sebesar 2 liter per hektar. Penyaluran akan

diselenggarakan oleh PT Sang Hyang Seri (SHS) dan PT Pertani.

Untuk daerah yang mendapatkan BLP padi hibrida, adalah Kabupaten Serdang Bedagai,

Tapanuli Utara, Langkat, Tapanuli Selatan, Batubara, Toba Samosir, Deli Serdang,

Simalungun dan Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan untuk padi non hibrida yakni

Kabupaten Langkat, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Toba Samosir, Mandailing Natal,

Dairi, Labuhan Batu, Humbahas, Nias dan Kabupaten Pakpak Barat. Penyaluran BLBU dan

BLP diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi hingga 5%. Selain itu, BLP ini

juga dimaksudkan sebagai langkah pengalihan pupuk sintetik ke pupuk organik dan

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan padi.

Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit

perbankan ke sektor ini yang menurun 1,12% (yoy). Nilai kredit ke sektor pertanian

mencapai Rp9,13 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu

sebesar Rp9,23 triliun.

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

16

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik I.22. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumutke Sektor Pertanian

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

%

0

2

4

6

8

10

12Rp Triliun

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

2. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan IV-2008, sektor industri tumbuh 2,70% (yoy), menurun dibandingkan

dengan triwulan IV-2008 (5,40%). Beberapa faktor yang diyakini mempengaruhi

penurunan pertumbuhan di sektor industri, antara lain adalah menurunnya permintaan

internasional terhadap produk industri di Sumut. Hal ini juga dikonfirmasi dengan

menurunnya kapasitas utilisasi pada beberapa industri manufaktur, sehingga hanya

mencapai 60-80% saja dari kapasitas optimum. Namun demikian, penurunan kapasitas

utilisasi ini belum sampai pada tahap pengurangan jumlah karyawan. Secara sporadis

memang terjadi pengurangan jumlah karyawan, namun tidak bersifat masif melainkan

lebih disebabkan permasalahan internal perusahaan.

Pertumbuhan pada sektor industri terutama disumbangkan oleh sub sektor industri non

migas, yang mencapai 2,73%, sementara indutri migas justru terkontraksi sebesar

2,91%. Persiapan menjelang Pemilu Legislatif 2009, menyebabkan meningkatnya

permintaan barang-barang cetakan dan tekstil, seperti pamflet, poster, baliho, kaos dan

lain-lain. Industri kertas dan barang cetakan, tumbuh sebesar 13,39%, merupakan yang

tertinggi sejak tiga tahun terakhir. Sementara untuk industri tekstil mengalami

pertumbuhan 5,23%. Kedua industri tersebut pada triwulan lalu hanya mencapai 3,51%

dan 4,38%.

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

17

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Secara umum, seluruh sub sektor industri non migas mengalami pertumbuhan, mulai

dari subsektor industri kimia dan barang dari karet, industri semen dan barang galian

bukan logam serta subsektor industri makanan, minuman dan tembakau.

Grafik I.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumutke Sektor Industri Pengolahan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Rp Triliun

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45%

posisi kredit

pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

Meskipun imbas krisis global mulai menghantam industri pengolahan, namun terdapat

sinyal positif dari perbankan, di mana kredit bagi sektor industri pengolahan masih tetap

tumbuh tinggi, yaitu mencapai 28,50% (yoy). Sementara jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, tumbuh sebesar 2,26%. Nilai kredit ke sektor industri pengolahan

mencapai Rp19,03 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu

sebesar Rp14,81 triliun. Penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan didominasi oleh

kredit subsektor tekstil, sandang, dan kulit.

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor PHR pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh 4,88% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2009 (7,46%). Selama 2 tahun terakhir,

pertumbuhan sektor PHR biasanya didominasi oleh subsektor hotel, namun pada

triwulan laporan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor restoran yang mencapai

11,50%. Sementara sub sektor hotel mencapai 8,19% diikuti sub sektor perdagangan

4,12%. Meningkatnya pertumbuhan subsektor restoran terkonfirmasi dari maraknya

pertumbuhan restoran dan industri kuliner yang kian menjamur. Industri kuliner yang

tumbuh, tidak hanya yang bersifat tradisional, namun juga yang bersifat modern (fast

food dan franchise produk-produk ternama). Tingkat hunian hotel rata-rata (hotel

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

18

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

bintang) di Sumut selama bulan Januari sebesar 39,94% sementara pada bulan Februari

mencapai 36,55%. Menurunnya tingkat hunian, disebabkan faktor musiman, di mana

tidak terdapat hari raya keagamaan atau libur panjang yang biasanya akan mendongkrak

tingkat hunian. Selain itu, kegiatan meeting, incentive, convention dan exhibition (MICE)

juga belum banyak dilakukan di awal tahun. Biasanya, menjelang pertengahan tahun

sampai dengan akhir tahun kegiatan tersebut akan mencapai puncaknya.

Sementara itu, subsektor perdagangan besar dan eceran mencatat pertumbuhan sebesar

4,12% (yoy). Pertumbuhan ini masih lebih rendah jika dibandingkan triwulan

sebelumnya (7,34%). Hasil SPE menunjukkan bahwa pada triwulan I-2009 penjualan

pedagang besar dan eceran meningkat sekitar 59,76% (yoy) atau mencapai Rp50,44

miliar.

Tabel I.6. Tingkat Penghunian Kamar Hoteldi Sumut (%)

Sumber : BPS, Sumut

Grafik I.24. Nilai Penjualan Pedagang Besar Grafik I.25. Penyaluran Kredit olehdan Eceran Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3

2007 2008 2009

Rp Juta

0

20

40

60

80

100

120%

Penjualan Pedagang Besar & Eceran

Pertumbuhan (%yoy)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18Rp Triliun

posisi kreditpertumbuhan (yoy)

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

19

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran

tumbuh 24,08% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008

dan triwulan III-2008 yang masing-masing sebesar 39,80% dan 35,38%. Posisi kredit

bank umum di Sumut ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada Desember 2008

mencapai Rp14,95 triliun yang didominasi oleh kredit ke subsektor perdagangan eceran.

Tabel I.7. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton)

Sumber : BPS, Sumut

4. Sektor Keuangan

Sektor keuangan tumbuh 5,61% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan IV-2008

(9,24%). Beberapa faktor yang mempengaruhi perlambatan di sektor ini diperkirakan

adalah masih relatif rendahnya kegiatan usaha perbankan di awal tahun serta

menurunnya nilai tambah sektor keuangan karena penurunan pendapatan kotor (gross

output). Meskipun demikian, fungsi intermediasi perbankan relatif masih baik, walaupun

diikuti dengan peningkatan kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPL ).

Tabel I.8. Perkembangan Kegiatan Bank

2009

I II III IV I*

DPK Rp Triliun 72.08 75.72 77.97 84.29 87.08

Pertumbuhan (% yoy) - - 15.92 18.22 20.81

Kredit Rp Triliun 54.78 62.34 65.87 66.72 66.05

Pertumbuhan (% yoy) - - 34.13 23.10 20.57

UMKM Rp Triliun 24.72 28.02 30.42 30.17 29.49

Pertumbuhan (% yoy) - - 38.08 34.51 19.30

LDR % 76.01 82.33 84.48 79.03 75.73

NPL % 3.63 3.32 3.16 2.81 3.57

2008Uraian

2008

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI Medan

Stabilitas sistem keuangan dunia yang sempat mengalami gejolak besar, bahkan

berakibat pada runtuhnya beberapa lembaga keuangan terkemuka, dampaknya tidak

langsung mengenai sistem keuangan Sumut. Setidaknya beberapa indikator kinerja

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

20

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

perbankan masih menunjukkan pertumbuhan yang berarti. Resiliensi sistem keuangan di

Sumut hingga triwulan I-2008 dapat dikatakan masih stabil dan terkendali.

5. Sektor Bangunan

Salah satu sektor yang selalu menujukkan kinerja yang baik adalah sektor bangunan dan

konstruksi. Namun demikian, pada triwulan I-2009 hany mampu tumbuh 3,78% (yoy)

jauh menurun dibandingkan triwulan IVI-2008 sebesar 7,40%, maupun triwulan yang

sama tahun 2008 sebesar 7,71%.

Pertumbuhan sektor bangunan yang relatif melambat, dapat dikonfirmasi oleh

menurunnya konsumsi semen. Pada bulan Januari, konsumsi semen menurun sebesar

-1,6% dibandingkan Januari tahun lalu, bahkan pada bulan Februari penurunannya

mencapai -6,9%. Hal ini tidak lepas dari masih kurangnya pengembangan properti-

properti baru. Pihak pengembang masih menunggu kondisi perekonomian yang lebih

stabil dan kepastian setelah Pemilu, sekaligus membaiknya daya beli masyarakat.

Grafik I.26. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umumdi Sumut ke Sektor Konstruksi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

%

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50Rp Triliun

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI Medan

Sejalan dengan perkembangan di atas, pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di

Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi menurun dari Rp2 triliun pada triwulan IV-

2008 menjadi Rp1,88 triliun. Sementara menurut peruntukannya, sebagian besar kredit

disalurkan ke subsektor konstruksi lainnya dan subsektor perumahan sederhana.

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 6,01% (yoy), sementara triwulan

IV-2008 sektor ini tumbuh sebesar 8,70%. Sub sektor pengangkutan mengalami

pertumbuhan 6,13%, sementara sub sektor komunikasi tumbuh 5,54%. Pada sub sektor

pengangkutan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah relatif

tingginya peningkatan angkutan udara, angkutan jalan raya (antar kota dalam dan luar

provinsi) dan angkutan laut. Terdapat catatan khusus pada sub sektor komunikasi, di

mana pada dua tahun terakhir pertumbuhannya selalu di atas 10%, namun pada

triwulan laporan hanya mencapai 5,54%. Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan oleh

semakin kompetitifnya jasa komunikasi sehingga terjadi persaingan tarif yang

mengakibatkan berkurangnya nilai tambah. Selain itu, terjadi penundaan investasi

terutama pada sarana dan prasarana komunikasi selular.

Pada sub sektor pengangkutan, terjadi perlambatan pertumbuhan sebagai akibat dari

masih rendahnya permintaan pada sektor angkutan udara, laut dan penyeberangan.

Pada beberapa maskapai penerbangan, dilakukan pengurangan jumlah penerbangan,

mengikuti menurunnya jumlah penumpang. Untuk tujuan domestik, jumlah kedatangan

penumpang menurun hingga 14,69%, sedang keberangkatan penumpang menurun

hingga 11,42% (yoy).Sementara, arus penumpang melalui pelabuhan Belawan justru

mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kedatangan penumpang meningkat hingga

25,71% dan keberangkatan penumpang meningkat hingga 48,33%.

Tabel I.9. Jumlah Penumpang Domestik dan InternasionalDi Bandara Polonia

Sumber : BPS, Sumut

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

22

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Tabel I.10. Jumlah Penumpang Dalam NegeriDi Pelabuhan Belawan

Sumber : BPS, Sumut

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh

signifikan yakni sebesar 24,59% (yoy). Nilai kredit sektor ini mencapai Rp1 triliun, lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp0,80 triliun. Penyaluran

kredit terbesar diperkirakan terutama terjadi di subsektor komunikasi.

Grafik I.27. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umumdi Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

%

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20Rp Triliun

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI Medan

7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih (LGA) pada triwulan I-2009 tumbuh 6,96% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan IV-2008 dan namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja sektor ini ditopang

terutama oleh pertumbuhan di semua subsektor. Sektor listrik tumbuh 7,41% (yoy) dan

sektor gas kota tumbuh 7,32% (yoy). Meskipun terdapat gejolak ekonomi dunia dan

lesunya permintaan ekspor, namun dengan masih tetap berjalannya produksi, maka

belum terjadi penurunan permintaan gas secara signifikan. Belum terdapat laporan

adanya perusahaan yang mengurangi permintaan gas dan sejauh ini pasokan gas dari

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

23

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

PT.Perusahaan Gas Negara (PGN) masih terjaga. Pada tahun 2009, diperkirakan

penjualan PGN akan mencapai 700 MMScfd.

Sebagai bukti komitmen dalam menanggulangi krisis listrik di Sumut, pemerintah

bersama-sama dengan PT. PLN juga telah berencana membangun pembangkit listrik

untuk jangka menengah.

Tabel I.11. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Jangka Menengah

Tahun Nama Pembangkit2009 PLTG Barge Maunted (beli energi) 60 MW

PLTU Labuhan Angin Unit 2 115 MW

2010 PLTU Sumut 400 MWPLTU Meulaboh 200 MWPLTA Asahan I (swasta) 180 MWPLTP Sarulla I (swasta) 110 MW

2011 PLTP Sarulla II (swasta) 110 MWPLTU Kuala Tanjung (swasta) 225 MW

2012 PLTA Asahan III 174 MW

Daya

Sumber : PT. PLN Sumut

8. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa pada triwulan I-2009 tumbuh 9,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan IV-2008 (12,85%), namun lebih tinggi dibandingkan

triwulan I-2008 (7,06%). Jika dilihat trennya, maka sektor jasa-jasa selalu memberikan

pertumbuhan yang tertinggi di antara sektor-sektor lainnya. Dilihat dari subsektornya,

nilai tambah sektor ini masih didominasi oleh nilai tambah yang bersumber dari

subsektor jasa pemerintahan dan subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan. Faktor yang

mempengaruhinya antara lain adalah persiapan menjelang Pemilu serta stimulus fiskal

yang dikucurkan sebagai upaya mencegah pengangguran dan mempertahankan daya

beli masyarakat terkait dengan imbas gejolak perekonomian global yang tengah

menerpa.Sementara pertumbuhan sub sektor jasa swasta sebesar 5,68% , dengan

pertumbuhan berasal dari hiburan dan rekreasi (7,19%), sosial dan kemasyarakatan

(6,12%) serta perorangan dan rumah tangga (4,93%).

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

24

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik I.28. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umumdi Sumut ke Sektor Jasa-Jasa

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

%

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50Rp Triliun

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI Medan

Penyaluran kredit ke sektor jasa-jasa tumbuh 18,25%, masih lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 49,71%. Nilai kredit sektor ini mencapai Rp3,53

triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,99 triliun.

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

25

KRISIS INDUSTRI PERKAYUAN DI SUMATERA UTARABOKS 5Bantuan Benih Padi Gratis Sebanyak 7.737 ton di Sumut

Sumatera Utara telah lama dikenal sebagai provinsi penghasil utama produk-produk

perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit. Namun demikian, berdasarkan data terkini, posisi

tersebut telah bergeser, di mana Sumut saat ini hanya menduduki posisi kedua terbesar

penghasil karet dan kelapa sawit. Penghasil utama karet saat ini adalah Sumatera Selatan,

sementara kelapa sawit adalah Riau. Meskipun demikian, Sumut memiliki pertumbuhan

produksi yang lebih baik dibandingkan dengan kedua provinsi tersebut.

Grafik Produksi Karet Sumatera Grafik Produksi Kelapa Sawit Sumatera

Sumber: Departemen Pertanian 2009, diolah

Selain tanaman perkebunan, tanaman bahan makanan terutama padi juga menjadi salah satu

andalan Sumut. Produksi Padi di Sumut pada tahun 2009, diperkirakan akan mengalami

kenaikan sebesar 2,56%, dari 3,34 juta ton menjadi 3,46 juta ton. Sementara pada tahun

2008, pertumbuhan produksi hanya tercapai sebesar 2,30%. Dengan angka produksi

tersebut, dapat dipastikan bahwa Sumut termasuk salah satu provinsi yang mengalami

surplus produksi dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi masyarakatnya.

Pangsa sektor pertanian juga cukup dominan dalam pembentukan PDRB. Pada triwulan IV-

2008 pangsanya mencapai 23,09%, sementara pada triwulan I-2009 meningkat menjadi

24.23%. Namun secara umum tidak terjadi perubahan pangsa yang berarti untuk seluruh

sektor. Setelah sektor pertanian, sektor yang cukup dominan lainnya dalah industri

pengolahan. Saat ini pangsanya mencapai 22,54% , setelah sebelumnya tercatat sebesar

BOKS 1 PEMBIAYAAN SEKTOR UNGGULAN

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

26

23,03%. Sektor ketiga terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan

pangsa 18,38%.

Tabel Pangsa, Pertumbuhan dan Kredit Sektoral

Sumber : BPS & BI, diolah

Jika ditelaah lebih lanjut, dengan pangsa ekonomi yang paling dominan, ternyata kredit yang

disalurkan kepada sektor pertanian masih jauh berada di bawah sektor industri pengolahan

maupun sektor perdagangan hotel dan restoran. Pada triwulan I-2009, kredit kepada sektor

pertanian hanya sebesar Rp9,13 triliun, sementara kedua sektor lainnya menerima masing-

masing Rp19,03 triliun dan Rp14,95 triliun.

Melihat potensi dan pertumbuhan yang semakin membaik, maka peningkatan penyaluran

kredit kepada sektor pertanian seharusnya menjadi prioritas. Perbankan dalam lebih ekspansif

menyalurkan kredit kepada sektor ini, karena akan memberika efek pertumbuhan yang cukup

besar. Terlebih lagi, pada sektor inilah sebagian besar angkatan kerja tertampung.

Berdasarkan penelitian dari Lembaga Riset Perbankan Daerah (LRPD) , pelaku sektor pertanian

sangat membutuhakn bantuan pembiayaan dari perbankan. Terkait dengans kala usaha

petani yang masih relatif kecil, besarnya pinjaman yang diharapkan juga tidak terlalu besar.

Sebagin besar responden (40,3%) hanya membutuhkan Rp2-5 juta per musim tanam.

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

27

Grafik Besarnya Pinjaman yang Diharapkan Grafik Prosentase Pinjaman DibandingkanKebutuhan

Sumber: LRPD 2008

Jika sektor pertanian memiliki keunggulan pangsa yang dominan, sektor jasa-jasa merupakan

sektor yang memiliki pertumbuhan cukup atraktif. Dengan berkembangnya perekonomian,

maka kebutuhan jasa juga mengalami peningkatan yang terus berlanjut. Penyaluran kredit

pada sektor ini terlihat masih realatif rendah. Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa

misalnya, hanya tersalur sebesar Rp 3,53 triliun. Bahkan pada sektor jasa-jasa hanya teratat

sebesar Rp0,43 triliun. Sementara pertumbuhan ekonomi kedua sektor tersebut pada akhir

tahun lalu masing-masing sebesar 9,24% dan 12,85%, atau melampaui pertumbuhan rata-

rata sebesar 6,97%. Sudah selayaknya perbankan juga memberikan perhatian lebih besar

pada peningkatan penyaluran kredit pada sektor ini.

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

28

KRISIS INDUSTRI PERKAYUAN DI SUMATERA UTARABOKS 5

Bantuan Benih Padi Gratis Sebanyak 7.737 ton di Sumut

Sumatera Utara telah memiliki sejarah panjang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit di

Indonesia. Dengan luas lahan yang mencapai lebih dari 1 juta hekatar dan produksi lebih dari

3 juta ton, tak salah jika kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditas primadona

yangmemiliki banyak keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya.

Tabel Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Sumut

Sumber : Departemen Pertanian, diolah

Potensi dan produksi yang sedemikian besar, juga terlihat dari nilai ekspor kelapa sawit yang

relatif dominan terhadap totol ekspor Sumut. Meskipun demikian , saat ini terdapat

kecenderungan yang cukup mengkhawatirkan terkait dengan krisis keuangan global yang

telah menyebabkan turunnya permintaan ekspor.

Grafik Ekspor CPO Sumut (nilai USD) Grafik Ekspor CPO (volume Ton)

Sumber : DSM - Bank Indonesia

Sebagaimana terlihat dalam grafik di atas, terlihat adanya penurunan nilai maupun volume

ekspor CPO yang cukup drastis. Hal ini cukup merisaukan, terkait dengan skala usaha CPO

yang telah sedemikian besar dan belum ada produk turunan lain yang dihasilkan di Sumut.

Fokus ekspor pada CPO, yang pada dasarnya masih merupakan bahan mentah, akan

menyebabkan kerawanan pada sisi permintaan dan nilai tambah yang masih rendah.

BOKS 2 MENUJU SUMUT SEBAGAI PUSAT SAWIT ASIA

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

29

Terkait dengan hal tersebut, industri kelapa sawit yang ada saat masih bisa dikembangkan

dengan menata ulang sistem dari hulu sampai ke hilir. Mata rantai industri harus diperluas

dan diperpanjang, sehingga nilai tambah yang didapat akan menigkat dan berujung pada

peningkatan pertumbuhan yang signifikan. Produk turunan dari kelapa sawit sangat banyak

dan bisa dimanfaatkan oleh berbagai macam industri, seperti kosmetik, kesehatan, pangan

dan industri lainnya.

Grafik Produk Turunan Kelapa Sawit

Untuk itu, perlu dikembangkan sistem yang terintegrasi dan menyeluruh sebagai bagian dari

upaya menciptakan pertumbuhan melalui kelapa sawit. Upaya pengembangan ini tentu saja

membutuhkan peran dari seluruh stakeholder yang terkait. Sejauh ini, perbankan juga telah

memulainya dengan melakukan pembiayaan revitalisasi perkebunan, sebagai upaya

penguatan sektor produksi dasar. Namun, masih diperlukan jalan panjang dan

kebersungguhan semua pihak untuk berhasil menciptakan Sumut sebagai pusat sawit di

Asia.

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

30

Gambar Pengembangan Industri Kelapa Sawit

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

BAB II

Perkembangan InflasiDaerah

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

31

Perkembangan Inflasi Daerah

2.1. KONDISI UMUM

Memasuki tahun 2009, tekanan inflasi pada semester II tahun 2008 perlahan-

lahan semakin berkurang hingga triwulan laporan. Inflasi volatilitas food dan administered

price yang merupakan determinan utama lonjakan inflasi tahun 2008 pada kelompok

barang bahan makanan dan transportasi berangsur-angsur mereda dan tidak memberikan

kontribusi besar pada inflasi triwulan I. Pada triwulan I-2009, Sumut mengalami deflasi

sebesar 0,73% (qtq), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2008 yang sebesar

2,13% (qtq). Sebagaimana periode sebelumnya, laju inflasi ini lebih rendah dibandingkan

dengan inflasi nasional yang sebesar 0,36% (qtq). Perlambatan inflasi selama triwulan I-

2009 terutama disebabkan oleh menurunnya harga-harga komoditas internasional,

terutama harga minyak yang dikuti penurunan harga BBM sebanyak dua kali pada bulan

Desember 2008.

Sementara itu, pengaruh tekanan inflasi yang bersumber dari sisi permintaan tidak

sebesar periode sebelumnya karena tidak ada peristiwa khusus yang berdampak signifikan

terhadap meningkatnya permintaan barang dan jasa. Hal ini sejalan dengan hasil Survei

Penjualan Eceran triwulan I-2009 oleh KBI Medan yang menunjukkan bahwa permintaan

masyarakat, yang tercermin dari volume penjualan pedagang eceran, telah kembali ke level

normal setelah mengalami peningkatan pada triwulan sebelumnya. Faktor pendukung

melambatnya laju inflasi tersebut antara lain adalah kecukupan pasokan komoditas bahan

makanan khususnya bumbu-bumbuan serta rendahnya tekanan inflasi pada kelompok

harga yang dikendalikan oleh pemerintah.

Menurut kelompok barang dan jasa, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang,

yaitu sebesar 7,22% (qtq), kelompok barang dan jasa lainnya yang menyumbang inflasi cukup

besar adalah kelompok makanan jadi yaitu sebesar 1,89% (qtq). Diantara empat kota di

Sumut, deflasi tertinggi terjadi di Kota Medan mencapai 0,84% (qtq), sedangkan deflasi

terendah terjadi di Kota Padang Sidempuan sebesar 0,03% (qtq). Determinan deflasi di

sebagian besar kota adalah penurunan harga pada kelompok bahan makanan. Selain

kelompok bahan makanan, penurunan harga yang cukup signifikan juga terjadi pada

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Secara tahunan, pencapaian inflasi Sumut pada triwulan ini mengalami perlambatan

yang signifikan, dari 10,72% (yoy) pada triwulan IV-2008 menjadi 6,58% (yoy) pada

triwulan I-2009. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa laju inflasi tahunan di Sumut,

BBBAAABBB 222 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

32

Perkembangan Inflasi Daerah

6.695.73

7.03 6.60 7.27

11.01 10.47 10.72

6.586.52 5.77

6.95 6.59

8.17

11.0312.14

11.06

7.27

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

3 6 9 12 3 6 9 12 3

2007 2008 2009

SumutNasional

sudah kembali ke level normal setelah mengalami tekanan yang cukup tinggi sebagai akibat

dari kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008. Determinan inflasi tahunan di Sumut masih

bersumber dari kenaikan harga pada kelompok sandang, yaitu mencapai 10,30% (yoy).

Kelompok pengeluaran lainnya yang juga mengalami peningkatan harga cukup tinggi

antara lain kelompok makanan jadi 10,26% (yoy), kelompok pendidikan, rekreasi dan

olahraga 8,85% (yoy) dan kelompok perumahan, air, listrik dan gas 7,18% (yoy).

Grafik 2.1 Grafik 2.2Perkembangan Inflasi Bulanan Perkembangan Inflasi Tahunan

dan Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional

Sumber : BPS, Sumut

Faktor determinan inflasi tahunan selama bulan Januari sampai dengan Maret 2009

adalah volatile food (faktor eksternal). Kenaikan harga komoditas di pasar internasional,

seperti CPO, gandum, emas, dan kedelai, yang telah berlangsung sejak pertengahan

tahun 2007 hingga tahun 2008, telah mendorong kenaikan berbagai produk bahan

makanan dan emas perhiasan di dalam negeri, termasuk di Sumut.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Selama triwulan I-2009, Sumut mengalami deflasi sebesar 0,73% (qtq), merupakan deflasi

triwulanan tertinggi sejak tahun 2006. Faktor utama deflasi selama triwulan I-2009 adalah

penurunan harga BBM bersubsidi pada awal Desember 2008. Hal ini juga diindikasikan

oleh rendahnya deflasi pada bulan Maret 2008 yang mencapai 0,35% (mtm). Di samping

itu, penurunan harga berbagai bahan makanan, minyak tanah dan elpiji untuk rumah

tangga sejak beberapa bulan sebelumnya, juga turut mendorong deflasi Sumut.

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008 2009

% mtm% yoy

yoy mtm

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

33

Perkembangan Inflasi Daerah

1.95

-0.59

2.19

3.06

2.48

4.09

1.30

2.13

-0.73

1.91

0.17

2.282.09

3.41

0.00

2.88

0.540.36

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009

SumutNasional

Grafik 2.3. Grafik 2.4.Inflasi Triwulanan Sumut & Nasional Perkembangan Harga Barang & Jasa

Menurut Pengusaha

Sumber : BPS, Sumut

Berdasarkan komoditas, sepuluh komoditas dengan deflasi tertinggi dan penyumbang

deflasi terbesar selama triwulan I-2009 didominasi bahan makanan dan transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan.

Tabel 2.1. Komoditas yang mengalami penurunan harga tertinggiMaret 2009

Penurunan Harga

(%)

1 Cabe Merah 11.96

2 Kacang Panjang 11.87

3 Sawi Hijau 11.23

4 Daging Ayam Ras 9.79

5 Kentang 8.28

6 Jeruk 4.67

7 Telur Ayam Ras 4.00

8 Ikan Kembung 2.52

9 Beras 1.39

No. Komoditas

Sumber : BPS, Sumut

Perkembangan nilai tukar Rupiah yang yang agak melemah serta tekanan inflasi dari sisi

ekspektasi tampaknya cukup mempengaruhi inflasi triwulan ini. Nilai tukar Rupiah secara

-1

0

1

2

3

4

5

-5

0

5

10

15

20

25

30

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

% (inflasi)SBT (SKDU)

SBT hasil SKDU Inflasi (qtq)

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

34

Perkembangan Inflasi Daerah

rata-rata bulanan pada triwulan I-2009 sedikit melemah dibandingkan dengan triwulan IV-

2008. Di sisi ekspektasi, para pelaku ekonomi (khususnya pedagang eceran, dan

konsumen) pada triwulan laporan tampaknya masih belum memperkirakan akan adanya

kenaikan harga barang dan jasa. Perkembangan ekspektasi tersebut diindikasikan oleh

hasil beberapa survei yang dilakukan oleh KBI Medan, yaitu Survei Penjualan Eceran (SPE),

dan Survei Konsumen (SK).

Grafik 2.5. Grafik 2.6.Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Ekspektasi Pengusaha

Terhadap USD Terhadap Harga Barang & Jasa

Sumber : BI Sumber : Survei Kegiatan Usaha, KBI Medan

Hasil SKDU menunjukkan bahwa ekspektasi para pengusaha responden SKDU terhadap

kenaikan harga jual/tarif barang/jasa semakin menurun pada triwulan I-2009. Hal ini

tercermin dari penurunan SBT (saldo bersih tertimbang) hasil survei pada triwulan I-2009

dibandingkan dengan hasil survei pada triwulan IV-2008. Penurunan harga jual/tariff

menurut para pengusaha terutama terjadi pada sektor industri pengolahan (tekstil, logam,

alat angkutan dan mesin); sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor

pengangkutan dan komunikasi. Sumber utama pendorong penurunan harga tersebut

adalah penurunan biaya bahan baku/material dan biaya operasional.

8800

9200

9600

10000

10400

10800

11200

11600

12000

12400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2007 2008 2009

Rp/USD

Kurs Tengah Bulanan

Rata-Rata Triwulanan

-1

0

1

2

3

4

5

-10

-5

0

5

10

15

20

25

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

% (inflasi)SBT (SKDU)

SBT hasil SKDU Inflasi (qtq)

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

35

Perkembangan Inflasi Daerah

Grafik 2.7. Grafik 2.8.Ekspektasi Pedagang Ekspektasi Konsumen

Terhadap Nilai Jual Barang & Jasa Terhadap Harga Jual Barang & Jasa

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan

Ekspektasi pedagang eceran responden SPE terhadap harga barang dan jasa menunjukkan

arah yang sama dengan perkembangan inflasi bulanan pada triwulan I-2009. Mereka

telah memperkirakan sebelumnya bahwa harga eceran masih akan bergerak normal dan

cenderung menguat pada triwulan I-2009, dengan keyakinan yang semakin menguat. Hal

ini diindikasikan oleh nilai indeks SB yang lebih besar dari 100.

Hasil Survei Konsumen mengindikasikan ekspektasi konsumen terhadap harga barang dan

jasa yang searah dengan pergerakan inflasi bulanan sepanjang triwulan I-2009. Namun,

jumlah konsumen yang memperkirakan akan terjadi kenaikan harga barang dan jasa

semakin meningkat di akhir triwulan I-2009. Menurut responden, kelompok barang dan

jasa yang diperkirakan berpeluang paling besar mengalami kenaikan harga adalah

kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau;

serta kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar.

2.2.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Pada triwulan I-2009 inflasi terjadi pada hampir seluruh kelompok barang dan jasa, kecuali

bahan makanan dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Dari tujuh kelompok

barang dan jasa, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, peningkatan laju inflasi

hanya terjadi pada kelompok sandang, yang juga merupakan inflasi kelompok tertinggi.

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

2008 2009

% inflasiRp juta

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei Jun Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des

Jan

Feb

Mar

2008 2009

Infla

siSu

mut

(%)

Inde

ksEk

spek

tasi

Harg

a3&

6bl

nya

d(S

BT)

Perubahan harga umum 3 bulan yadPerubahan harga umum 6 bulan yadInflasi Sumut (yoy)Inflasi Sumut (mtm)

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

36

Perkembangan Inflasi Daerah

Sementara itu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok kesehatan, kelompok pendidikan,

rekreasi, dan olahraga masih mengalami inflasi.

Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan di SumutMenurut Kelompok Barang & Jasa (%)

2009Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

BAHAN MAKANAN 6.77 4.74 6.67 -1.16 6.93 -3.92MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1.82 1.15 4.92 2.19 2.46 1.89PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.35 1.16 2.74 3.12 1.16 0.56SANDANG 5.61 6.24 -1.38 0.57 3.64 7.22KESEHATAN 0.19 2.67 3.19 1.73 0.40 0.04PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.49 0.01 0.84 6.33 0.19 0.00TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.58 0.39 2.84 -0.02 -3.17 -3.50

Umum 3.06 2.48 4.09 1.30 2.13 -0.73

2007 2008Kelompok

Sumber : BPS, Sumut

a. Kelompok Bahan Makanan

Deflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I-2009 mencapai 3,92%, menurun

signifikan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,93%. Kelompok

ini membentuk 50% dari deflasi Sumut yang sebesar 0,73%.

Grafik 2.9. Inflasi TriwulananKelompok Bahan Makanan di Sumut

6.77

4.74

6.67

-1.16

6.93

-3.92-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

Berdasarkan subkelompok, subkelompok padi-padian adalah penyumbang terbesar deflasi

kelompok bahan makanan. Harga beras mulai mengalami penurunan seiring masa panen

raya padi sejak pertengahan triwulan IV-2008 hingga akhir triwulan I-2009. Berdasarkan

Instruksi Presiden (Inpres) No.1/2008 tentang Kebijakan Perberasan, harga gabah kering

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

37

Perkembangan Inflasi Daerah

panen di tingkat petani ditetapkan Rp2.200/kg. Harga gabah kering giling di gudang

Bulog menjadi Rp2.840/kg, sedangkan harga beras di gudang Bulog menjadi Rp4.300/kg.

b. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Deflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mencapai 3,50%, meningkat

dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 3,17%. Penyumbang deflasi

terbesar adalah premium, solar, angkutan dalam kota, dan angkutan antar kota. Seperti

telah disebutkan pada uraian-uraian sebelumnya, penyebab utama deflasi subkelompok ini

adalah menurunnya harga BBM bersubsidi pada awal Desember 2008.

Grafik 2.10. Inflasi TriwulananKelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

di Sumut

0.58 0.39

2.84

-0.02

-3.17-3.50

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

c. Kelompok Sandang

Kelompok sandang terus mengalami peningkatan sejak triwulan IV-2008. Dari 3,64%

pada triwulan IV-2008, menjadi 7,22% pada triwulan I-2009. Peningkatan inflasi pada

triwulan ini disebabkan oleh peningkatan harga emas perhiasan, yang pada beberapa

triwulan sebelumnya justru telah menurun. Emas perhiasan termasuk ke dalam

subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya.

Grafik 2.11. Inflasi TriwulananKelompok Sandang di Sumut

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

38

Perkembangan Inflasi Daerah

5.616.24

-1.38

0.57

3.64

7.22

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

d. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I-2009

mencapai 1,89%, menurun daripada triwulan sebelumnya yang 2,46%. Kelompok ini

memberikan andil inflasi kedua terbesar, yakni sebesar 0,95% terhadap inflasi Sumut,

atau membentuk 22% inflasi Sumut.

Grafik 2.12. Inflasi TriwulananKelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

di Sumut

1.82

1.15

4.92

2.192.46

1.89

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

Seperti triwulan sebelumnya, dari tiga subkelompok, subkelompok makanan jadi

mendominasi inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Inflasi

subkelompok makanan jadi menyumbang inflasi sebesar 0,68%, terutama karena

kenaikan harga berbagai makanan jadi tersebut.

e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

39

Perkembangan Inflasi Daerah

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya, yakni dari 1,16% menjadi 0,56% pada triwulan I-2009. Kelompok

ini menyumbang 0,75% terhadap inflasi Sumut. Subkelompok penyumbang inflasi

terbesar pada kelompok ini adalah subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Pada

subkelompok tersebut sumbangan inflasi terbesar berasal dari kenaikan harga elpiji dan

minyak tanah, yang masing-masing naik 46,11%.

Grafik 2.13. Inflasi TriwulananKelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

di Sumut

1.351.16

2.743.12

1.16

0.56

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

f. Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya,

yaitu dari 0,40% menjadi 0,04%. Relatif rendahnya inflasi kelompok ini menyebabkan

sumbangannya terhadap inflasi Sumut hanya sebesar 0,07%. Subkelompok penyumbang

terbesar inflasi pada kelompok kesehatan adalah subkelompok perawatan jasmani dan

kosmetik.

Grafik 2.14. Inflasi TriwulananKelompok Kesehatan di Sumut

0.19

2.67

3.19

1.73

0.400.040.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

40

Perkembangan Inflasi Daerah

g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I-2009 merupakan inflasi

terendah dari tujuh kelompok penyumbang inflasi Sumut. Pada triwulan IV-2008 inflasinya

sebesar 0,40% kemudian turun signifikan menjadi 0,002% pada triwulan I-2009.

Kelompok ini hanya menyumbang 0,06% terhadap inflasi Sumut. Dari lima subkelompok,

inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok perlengkapan pendidikan.

Grafik 2.15. Inflasi TriwulananKelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut

0.490.01

0.84

6.33

0.19 0.000.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

2.2.2. INFLASI MENURUT KOTA

Empat kota di Sumut mengalami deflasi pada triwulan laporan setelah pada triwulan

sebelumnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Medan sebesar 0,84%,

sedangkan terendah di Kota Padang Sidempuan (0,03%).

Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%)2009

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Medan 3.23 2.19 4.00 1.21 2.26 -0.84

2 Pematang Siantar 1.97 3.07 5.39 1.38 1.33 -0.20

3 Padang Sidempuan 2.51 4.65 3.52 1.27 1.56 -0.03

4 Sibolga 2.69 4.63 3.41 3.07 2.22 -0.52

3.06 2.48 4.09 1.30 2.13 -0.73

2008

Gabungan

No. Kota 2007

Sumber : BPS, Sumut

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

41

Perkembangan Inflasi Daerah

Berdasarkan andilnya terhadap pembentukan inflasi Sumut, berturut-turut yaitu Kota

Medan (4,67%), Kota Pematangsiantar (0,56%), Kota Padangsidempuan (0,26%) dan

Kota Sibolga (0,21%).

Dilihat dari komponennya, inflasi Sumut pada triwulan I-2009 bersumber dari kenaikan

inflasi inflasi inti. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa secara rata-rata

volume produksi industri di Sumut pada triwulan I-2009 adalah sebesar SBT minus 2,37,

jauh menurun dibandingkan triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar SBT minus 11,28%.

Grafik 2.16. Perkembangan Volume Produksi

8.92

17.02

6.9

0.6

21.49

8.62

-11.28

-2.37

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

II III IV I II III IV* I

2007 2008 2009

SBT hasil SKDU

Sumber : SKDU, KBI Medan

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, inflasi Sumut pada Maret 2009 mengalami penurunan dibandingkan

Maret 2008, yaitu dari 7,27% (yoy) menjadi 6,58%. Inflasi Sumut selama setahun terakhir

didominasi oleh kenaikan harga bahan bakar, bahan makanan, emas perhiasan, dan

makanan jadi. Barang-barang tersebut termasuk ke dalam sepuluh komoditas dengan

inflasi tertinggi sekaligus penyumbang terbesar inflasi secara tahunan (yoy) pada Maret

2009. Kesepuluh komoditas penyumbang terbesar inflasi tersebut menyumbang 5,38%

(yoy) terhadap inflasi Sumut, atau membentuk 45% inflasi Sumut.

Faktor eksternal cukup besar pengaruhnya terhadap inflasi domestik selama setahun

terakhir, tidak terkecuali di Sumut. Kenaikan harga komoditas di pasar internasional,

terutama minyak bumi, CPO, emas, kedelai, jagung, gandum, memberikan pengaruh

signifikan terhadap kenaikan harga BBM, berbagai bahan makanan dan emas perhiasan.

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

42

Perkembangan Inflasi Daerah

Ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku impor merupakan salah satu faktor

utama tingginya pengaruh kenaikan harga komoditas di pasar internasional terhadap

harga produk nasional.

2.3.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Inflasi setiap kelompok barang dan jasa selama periode Maret 2008 hingga Maret 2009,

cukup tinggi, yakni masing-masing di atas 6,50% (yoy). Dari tujuh kelompok, empat di

antaranya mengalami inflasi di atas 7%, yaitu kelompok makanan jadi (10,26%),

kelompok perumahan (7,18%), kelompok sandang (10,30%), serta kelompok pendidikan

(8,85%). Dibandingkan laju inflasi tahunan pada periode Maret 2008, peningkatan

signifikan terjadi pada inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Tabel 2.4. Inflasi Tahunan di SumutMenurut Kelompok Barang & Jasa (%)

2007 2009Des Mar Jun Sep Des Mar

BAHAN MAKANAN 12.50 11.98 22.96 17.91 18.08 5.14MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 4.63 4.31 9.27 10.41 11.11 10.26PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 3.60 4.26 6.69 8.63 8.43 7.18SANDANG 9.38 16.36 14.61 11.29 9.22 10.30KESEHATAN 0.60 3.18 6.25 7.98 8.21 5.36PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 11.99 11.87 12.67 7.77 7.45 8.85TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.58 1.82 3.95 3.81 -0.05 2.51

Umum 6.60 7.27 11.01 10.47 10.72 6.58

Kelompok 2008

Berdasarkan sumbangannya terhadap inflasi Sumut, kelompok bahan makanan masih

menjadi penyumbang terbesar inflasi di Sumut. Kelompok ini membentuk 37% inflasi

Sumut pada Maret 2009. Selain kelompok bahan makanan, terdapat tiga kelompok

barang dan jasa dengan penyumbang inflasi terbesar Sumut yaitu kelompok perumahan,

air, listrik, gas, dan bahan bakar, kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan

(1,95%), serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Keempat

kelompok penyumbang terbesar inflasi membentuk 86% inflasi tahunan di Sumut.

Pembahasan lebih lanjut tentang inflasi per kelompok barang dan jasa diuraikan di bawah

ini, secara berurutan dari kelompok inflasi terbesar.

a. Kelompok Sandang

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

43

Perkembangan Inflasi Daerah

Kelompok sandang adalah kelompok yang mengalami perlambatan inflasi tahunan

tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 16,36% pada Maret 2008 menjadi

10,30% pada Maret 2009. Sejak November 2007 inflasi kelompok sandang selalu tercatat

dua digit dan menunjukkan tren meningkat. Meskipun laju inflasinya cukup besar,

sumbangan kelompok ini relatif kecil, atau hanya membentuk 6% inflasi tahunan Sumut

pada Maret 2009.

Grafik 2.17. Inflasi Kelompok Sandang

9.38

16.36

14.61

11.29

9.2210.30

5

7

9

11

13

15

17

Des Mar Jun Sep Des Mar

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

Dari empat subkelompok, sumbangan terbesar inflasi kelompok sandang sejak tahun

2004 masih berasal dari subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Oleh karena

itu, perlambatan kelompok sandang tidak terlepas dari perlambatan inflasi subkelompok

tersebut. Komoditas yang memiliki peranan besar dalam pembentukan inflasi

subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya adalah emas perhiasan, yang selama

setahun terakhir mengalami kenaikan dan mulai menurun sejak triwulan IV-2008 yang

disebabkan oleh stabilnya harga emas dunia pada triwulan I-2009.

b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Maret 2009

mencapai 10,26%, lebih tinggi dibandingkan inflasinya pada Maret 2008, yang sebesar

4,31% (yoy). Angka tersebut mulai menurun setelah pada triwulan IV-2008 kelompok ini

mencapai inflasi tahunan tertinggi sejak November 2006. Kelompok ini membentuk 16%

inflasi Sumut.

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

44

Perkembangan Inflasi Daerah

Grafik 2.18. Inflasi KelompokMakanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

4.634.31

9.2710.41

11.1110.26

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Des Mar Jun Sep Des Mar

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

Di antara tiga subkelompok, subkelompok makanan jadi masih merupakan penyumbang

terbesar inflasi pada kelompk makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, sama

dengan triwulan sebelumnya. Subkelompok tersebut membentuk 70% inflasi kelompok

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Pada umumnya kenaikan harga berbagai

makanan jadi disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakunya serta bahan bakar, seperti

tepung terigu, sayuran, daging, gula pasir, minyak goreng, minyak tanah dan elpiji.

Beberapa makanan jadi yang mengalami kenaikan harga adalah kue kering berminyak

(gorengan), ayam goreng, dan sate.

c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tercatat 8,85% (yoy), menurun

dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 11,87%. Pendorong utama penurunan

inflasi kelompok pendidikan adalah mulai menurunnya biaya jasa pendidikan pada setiap

awal tahun. Inflasi subkelompok jasa pendidikan menyumbang 0,48% terhadap total

inflasi kelompok pendidikan.

Grafik 2.19. Inflasi KelompokPendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

45

Perkembangan Inflasi Daerah

11.99 11.8712.67

7.77 7.458.85

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Des Mar Jun Sep Des Mar

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

d. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 7,18%

(yoy) pada Maret 2009, atau lebih tinggi daripada inflasi Maret 2008 yang sebesar 4,26%.

Kelompok ini adalah penyumbang inflasi ketiga terbesar setelah kelompok bahan

makanan dan makanan jadi. Kelompok ini membentuk 17% dari total inflasi tahunan

Sumut. Subkelompok penyumbang terbesar inflasi pada kelompok perumahan adalah

subkelompok penerangan, dan air. Penyebab utama inflasi pada subkelompok ini adalah

kenaikan gas elpiji, serta tarif air PAM.

Grafik 2.20. Inflasi KelompokPerumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

3.604.26

6.69

8.638.43

7.18

0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00

10.00

Des Mar Jun Sep Des Mar

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

Seperti telah diuraikan pada buku KER edisi triwulan IV-2008, kenaikan harga gas antara

lain adalah masalah kelangkaan. Adapun kelangkaan gas elpiji kemasan 12 kg (untuk

rumah tangga) disebabkan oleh disparitas harga antara elpiji kemasan 12 kg dengan elpiji

kemasan 50 kg (untuk pengguna komersial/non rumah tangga).

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

46

Perkembangan Inflasi Daerah

e. Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan secara tahunan kembali mengalami kenaikan, dari 3,18% (yoy)

pada Maret 2008 menjadi 5,36% pada Maret 2009. Penyumbang terbesar inflasi

kelompok kesehatan selama setahun terakhir adalah subkelompok jasa kesehatan dan

menyumbang 0,20% terhadap inflasi kelompok kesehatan. Faktor pembentuk inflasi

subkelompok jasa kesehatan adalah kenaikan tarif rumah sakit.

Grafik 2.21. Inflasi KelompokKesehatan

0.60

3.18

6.25

7.98 8.21

5.36

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Des Mar Jun Sep Des Mar

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

f. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan menurun signifikan dari 11,98% (yoy) menjadi 5,14%

pada Maret 2009. Kelompok ini merupakan penyumbang terbesar inflasi di Sumut dan

membentuk 37% dari angka inflasi Sumut yang sebesar 6,58% (yoy). Di antara sebelas

subkelompok pada kelompok bahan makanan, penyumbang inflasi terbesar adalah

subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya. Komoditas pada subkelompok ini

yang menyumbang terbesar inflasi adalah beras dan mie instan.

Masih tingginya harga beras disebabkan oleh beberapa masalah distribusi. Meskipun

produksi Sumut setiap tahun di atas volume kebutuhan beras penduduknya, sebagian

kebutuhan penduduk dipenuhi dari beras impor asal Thailand, sementara sebagian

produksi lokal Sumut dikirim ke DKI Jakarta dan daerah lain untuk memenuhi permintaan

di kota-kota lain. Di samping itu, kenaikan harga beras pada tahun 2008 juga didorong

oleh adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan HPP beras dan gabah. Sementara itu,

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

47

Perkembangan Inflasi Daerah

kenaikan harga mie instan disebabkan oleh kenaikan harga berbagai bahan bakunya,

terutama gandum dan minyak sayur.

Grafik 2.22. Inflasi KelompokBahan Makanan

12.50 11.98

22.96

17.91 18.08

5.14

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Des Mar Jun Sep Des Mar

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi tahunan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan meningkat dari 1,82%

(yoy) pada Maret 2008 menjadi 2,51% pada Maret 2009. Dengan laju inflasi tersebut,

kelompok ini membentuk 17% inflasi tahunan Sumut pada Maret 2009.

Grafik 2.23. Inflasi KelompokPerumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

1.581.82

3.953.81

-0.05

2.51

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Des Mar Jun Sep Des Mar

2007 2008 2009

Sumber : BPS, Sumut

Subkelompok transpor adalah subkelompok yang memberikan sumbangan inflasi terbesar

pada kelompok ini. Beberapa harga komoditas dengan persentase kenaikan terbesar pada

subkelompok transpor adalah tarif angkutan dalam kota dan antarkota.

2.3.2. INFLASI MENURUT KOTA

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

48

Perkembangan Inflasi Daerah

Berdasarkan kota, inflasi tahunan di keempat kota secara umum mengalami penurunan

dibandingkan Maret 2008. Inflasi tertinggi tercatat di Padangsidempuan sebesar 8,50%

(yoy), sedangkan yang terendah terjadi di Kota Medan, sebesar 6,37%. Inflasi di kedua

kota tersebut terutama disumbang oleh inflasi kelompok bahan makanan serta kelompok

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.

Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut

2007 2009

Des Mar Jun Sep Des Mar

1 Medan 6.42 7.01 11.87 11.04 10.00 6.37

2 Pematang Siantar 8.37 8.48 14.96 12.30 11.60 6.89

3 Padang Sidempuan 5.87 8.71 15.24 12.47 11.43 8.50

4 Sibolga 10.74 8.37 12.39 14.52 13.99 7.88

6.60 7.27 11.01 10.47 10.72 6.58

No. Kota2008

Gabungan

Sumber : BPS, Sumut

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

49

KRISIS INDUSTRI PERKAYUAN DI SUMATERA UTARABOKS 5Bantuan Benih Padi Gratis Sebanyak 7.737 ton di Sumut

Hasil Survei Konsumen terhadap 315 responden di Medan pada triwulan I-2009 (Maret

2009), menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE),

serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menguat dibandingkan bulan Desember 2008.

Penguatan terutama terjadi pada IEK, yang semakin menunjukkan optimisme konsumen.

Optimisme ini terutama dipicu oleh membaiknya ekspektasi penghasilan, ketersediaan

lapangan kerja yang semakin memadai dan keyakinan akan membaiknya kondisi ekonomi

dalam kurun waktu 6 bulan yang akan datang.

Tabel Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Inflasi dan Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber : Survei Konsumen KBI Medan & BPS, diolah

Peningkatan keyakinan konsumen, juga sejalan dengan semakin menurunnya tekanan inflasi.

Selama triwulan I-2009, terjadi deflasi selama 3 bulan berturut turut, masing-masing sebesar

-0,15%, -0,24% dan -0,35%, sehingga secara year to date juga terjadi deflasi sebesar

-0,73%.

Guna mengetahui tingkat keyakinan konsumen, dilakukan segmentasi berdasarkan faktor

demografis dan kemampuan finansial responden. Meningkatnya keyakinan konsumen, dapat

digambarkan sebagai berikut :

BOKS 3 SURVEI KEYAKINAN KONSUMEN

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

50

1. Berdasarkan Jenis Kelamin 2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan jenis kelaminnya, maka pria terlihat lebih optimis memandang arah

perekonomian 6 bulan yang akan datang. Sementara berdasarkan tingkat pendidikannya,

maka reponden yang berpendidikan pascasarjana terlihat sangat optimis, sebanyak 66,67%

menyatakan bahwa kondisi perekonomian akan membaik.

3. Berdasarkan Tingkat Pengeluaran 4. Berdasarkan Umur

Sementara jika ditelaah berdasarkan tingkat pengeluarannya, maka responden dengan

pengeluaran Rp1-3 juta/bulan adalah yang paling optimis, diikuti dengan pengeluaran lebih

dari Rp5 juta/bulan.

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

51

5. Ketepatan Pembelian Barang Tahan Lama

Sementara jika dilihat indikator ketepatan pembelian barang tahan lama, maka sebagain

besar responden masih dalam kondisi pesimis dan tidak akan melakukan pembelian barang

tahan lama. Hal ini terkait dengan kondisi saat ini, di mana responden cenderung mengurangi

konsumsi atau meneurunkan kualitasbarang yang dikonsumsinya dan berusaha

meningkatkan tabungan.

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

BAB III

Perkembangan PerbankanDaerah

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

52

Perkembangan Perbankan Daerah

3.1. Kondisi Umum

Perkembangan perbankan di Sumut pada triwulan I-2009 mengalami peningkatan baik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun dengan triwulan yang sama tahun

2008, dengan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan

beberapa indikator seperti aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit, yang lebih tinggi baik

secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy). Sebagian besar aset perbankan (97%) di

Sumut merupakan aset bank umum konvensional. Sementara itu, sisanya sebesar 3%

berasal dari aset bank umum syariah.

Perkembangan bank umum konvensional, bank umum syariah dan BPR/S di Sumut pada

triwulan I-2009 meningkat baik secara triwulanan maupun tahunan. DPK yang dihimpun

bank umum syariah di Sumut pada triwulan ini mengalami pertumbuhan negatif setelah

pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan positif. Sementara itu, DPK yang

dihimpun bank umum konvensional mengalami pertumbuhan positif yang terjadi pada

semua jenis simpanan, terutama tabungan. Peningkatan DPK tersebut, khususnya

pertumbuhan produk tabungan, diperkirakan terkait dengan kegiatan promosi oleh

perbankan dalam rangka meningkatkan penghimpunan DPK.

Penyaluran kredit pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Outstanding kredit tumbuh lebih rendah jika dibandingkan

dengan pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama pada

tahun sebelumnya. Penurunan ini tercermin dari menurunnya pertumbuhan kredit modal

kerja dan kredit konsumsi baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy).

Meningkatnya kegiatan penghimpunan dana (DPK) dengan tidak diikuti peningkatan

penyaluran kredit, mendorong loan to deposit ratio (LDR) bank umum di Sumut turun dari

79,03% pada triwulan IV-2008 menjadi 73,94% pada triwulan I-2009. Penyaluran kredit

yang menurun ternyata diikuti oleh peningkatan rasio non performing loan (NPL) (gross)

dari 2,81% pada triwulan IV-2008 menjadi 3,63% pada triwulan I-2009.

BBBAAABBB 333 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

53

Perkembangan Perbankan Daerah

11.58 13.57 14.72 14.48 15.08 16.09 14.87 15.07 16.25

20.97 22.04 23.52 26.28 27.18 28.73 28.58 30.58 31.08

28.00 26.7228.73

30.24 29.8230.90 34.52

38.6441.49

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009

Rp

tril

iun

Giro Tabungan Deposito

Perkembangan bank umum syariah di Sumut masih tetap tumbuh meski belum

sebagaimana yang diharapkan. Beberapa indikator utama tetap mengalami kenaikan baik

secara tahunan maupun triwulanan. Hal ini dicerminkan oleh meningkatnya total aset,

DPK maupun penyaluran kredit/pembiayaan.

Tabel 3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut

2009Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

Aset (Rp triliun) 90.2 92.87 97.46 108.08 114.55Pertumbuhan (qtq) 3.10% 2.96% 4.94% 10.90% 5.99%Pertumbuhan (yoy) 22.14% 24.41% 19.22% 23.54% 27.00%Kredit (Rp triliun) 54.78 62.34 65.87 66.72 65.79Pertumbuhan (qtq) 1.07% 13.80% 5.66% 1.29% -1.39%Pertumbuhan (yoy) 31.79% 38.85% 34.12% 23.10% 20.10%DPK (Rp triliun) 72.08 75.72 77.97 82.63 88.82Pertumbuhan (qtq) 1.09% 5.05% 2.97% 5.98% 7.49%Pertumbuhan (yoy) 18.60% 20.95% 15.92% 15.88% 23.22%LDR 76.01% 82.33% 84.48% 79.03% 73.94%NPL gross 3.63% 3.32% 3.16% 2.81% 3.63%NPL netto 1.57% 1.37% 1.28% 1.29% 1.93%

2008Indikator

3.2. Intermediasi Perbankan

1. Penghimpunan Dana Masyarakat

Peningkatan aset bank perbankan terutama disebabkan meningkatnya DPK. Total aset

bank perbankan pada triwulan I-2009 naik 5,99% (qtq) mencapai posisi Rp114,55 triliun,

atau secara tahunan total aset tumbuh sebesar 27% (yoy). Adapun perkembangan DPK

selama periode triwulan I-2009 mengalami peningkatan sebesar 7,49% (qtq) atau secara

tahunan tumbuh sebesar 23,22% (yoy).

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009

%Rp triliun

DPK DPK (qtq)

Grafik 3.1. Perkembangan DPK Grafik 3.2. Perkembangan Struktur DPK

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

54

Perkembangan Perbankan Daerah

Baik secara triwulanan maupun tahunan, jenis simpanan deposito menunjukkan

pertumbuhan yang paling signifikan dibandingkan giro dan tabungan. Jenis simpanan giro

dan deposito secara triwulanan meningkat, masing-masing sebesar 7,83% menjadi

Rp16,25 triliun dan 7,38% menjadi Rp41,49 triliun, sedangkan jenis simpanan tabungan

mengalami pertumbuhan sebesar 1,64%. Secara tahunan, ketiga jenis simpanan tetap

tumbuh masing-masing 7,76%, 14,37% dan 39,13%.

Dari sisi pangsanya, sebagian besar DPK pada bank umum masih didominasi oleh

deposito. Pada triwulan laporan, porsi giro dan deposito dalam DPK menunjukkan

peningkatan, yakni dari 17,88% dan 45,84% pada triwulan IV-2008 menjadi 18,74% dan

47,84% pada triwulan I-2009. Sementara itu, porsi simpanan tabungan menurun dari

36,28% menjadi 35,84%. Peningkatan porsi deposito, yang disertai dengan penurunan

porsi tabungan ditengarai sebagai aktivitas para deposan untuk kembali memenuhi

kebutuhan dana jangka panjangnya.

Berdasarkan kelompok bank, pada triwulan I-2009 Bank Swasta Nasional memiliki pangsa

terbesar dalam penghimpunan dana pihak ketiga yaitu 50,62% dari total dana pihak

ketiga perbankan Sumut, diikuti Bank Umum Pemerintah (38,35%) dan Bank Asing

Campuran (11,03%).

Grafik 3.3. Pangsa Penghimpunan DPKBerdasarkan Kelompok Bank Tw. I-2009

Selama triwulan I-2009, DPK bank

swasta nasional meningkat sebesar

Rp3,33 triliun atau 8,17%, kelompok

bank asing campuran meningkat

Rp0,67 triliun atau 7,46%, kelompok

bank umum pemerintah meningkat

Rp0,52 triliun atau 1,51%.

2. Penyaluran Kredit

Perkembangan kredit yang disalurkan bank umum di Sumut secara triwulanan

menunjukkan peningkatan yang konsisten. Namun, khusus posisi triwulan I-2009

outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum di Sumut menurun 1,39% (qtq)

mencapai Rp65,79 triliun. Sedangkan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

Bank Asing &Campuran,

11.03%

Bank SwastaNasional,50.62%

BankPemerintah,

38.35%

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

55

Perkembangan Perbankan Daerah

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

10

20

30

40

50

60

70

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009

Kredit %qtq %yoy

2008 tumbuh 20,09% (yoy). Kondisi perekonomian selama setahun terakhir yang relatif

baik merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan kredit. Hal ini didukung pula

oleh meningkatnya kegiatan dunia usaha yang diperkirakan menjadi faktor pendorong

meningkatnya kebutuhan pembiayaan dari perbankan dan tercermin dari pertumbuhan

kredit, baik secara sektoral maupun jenis penggunaan.

Kredit sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran masing-

masing meningkat sebesar 10,32% dan 11,87% (qtq). Selain itu, terjadi peningkatan

kualitas dalam penyaluran kredit oleh perbankan, yang dibuktikan dengan lebih tingginya

penyaluran kredit modal kerja dan investasi dibandingkan penyaluran kredit kepada sektor

konsumsi (kredit konsumsi), yang tercermin dari peningkatan penyaluran kredit modal

kerja sebesar 13,00%, kredit investasi sebesar 9,26%, sedangkan kredit konsumsi hanya

mengalami peningkatan sebesar 6,95% (qtq).

Di lain pihak, perbankan harus tetap melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian

kreditnya, karena pada tahun 2008 dunia usaha menghadapi tantangan yang cukup berat

akibat adanya kebijakan pemerintah dalam penyesuaian harga BBM (pengurangan subsidi)

serta adanya rencana pemerintah untuk meningkatkan tarif dasar listrik bagi sektor dunia

usaha.

Berdasarkan kelompok bank, pangsa penyaluran kredit terbesar masih didominasi oleh

kelompok bank umum milik pemerintah dengan pangsa mencapai 50,21% meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya 49,74%. Adapun pangsa kredit yang disalurkan BUSN

mengalami penurunan.

Grafik 3.4. Perkembangan Kredit SumutGrafik 3.5. Perkembangan Kredit

Berdasarkan kelompok Bank

6.11 6.87 7.29 6.51 6.28

21.7725.29

27.14 26.84 25.6726.5829.85 31.06

33.00 33.45

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009

Rp

Tri

liu

n

Bank Asing/Campuran Bank Swasta Nasional Bank Pemerintah

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

56

Perkembangan Perbankan Daerah

Grafik 3.6. Pangsa Penyaluran Kredit Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Bank UmumBerdasarkan Jenis Penggunaan Berdasarkan Jenis Penggunaan

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit bank umum konvensional di

Sumut disalurkan untuk modal kerja dan konsumsi. Kredit modal kerja (KMK) dan

konsumsi masing-masing tercatat sebesar Rp34,57 triliun dan Rp16,04 triliun, dengan

pangsa masing-masing sekitar 52% dan 24%. Sementara posisi kredit investasi (KI)

mencapai Rp14,99 trililun atau 22,86% dari total kredit. Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi tumbuh masing-

masing sebesar 13,08%, 39,57% dan 23,96% (yoy).

Grafik 3.8. Pangsa Penyaluran KreditBerdasarkan Sektor Ekonomi

30.57

36.36 37.3435.65 34.57

10.74 11.18 12.1614.38

14.9912.9414.48

15.99 16.31 16.04

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009

Rp

Tr

iliu

n

modal kerja investasi konsumsi

52.70%

22.86%

24.45%

modal kerja investasi konsumsi

13.92% 0.09%

29.02%

0.03%2.86%

22.80%1.52%

5.39%

0.66%

23.71%

PertanianPertambanganIndustri PengolahanListrik Gas dan AirKonstruksiPerdagangan, Hotel dan RestoranPengangkutan, Pergudangan dan KomunikasiJasa Dunia UsahaJasa Sosial Masyarakat

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

57

Perkembangan Perbankan Daerah

Berdasarkan sektor ekonomi, tiga sektor yang menyerap kredit terbesar, adalah sektor

lainnya (konsumsi), sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dan sektor industri

pengolahan. Pangsa ketiganya terhadap total kredit mencapai 77%. Berdasarkan

pertumbuhannya, sektor lainnya (konsumsi) tumbuh 23,02% (yoy), sektor PHR tumbuh

24,15% (yoy), sedangkan sektor industri pengolahan tumbuh 28,49% (yoy) dengan

nominal masing-masing Rp15,55 triliun, Rp14,96 triliun dan Rp19,03 triliun.

Kegiatan intermediasi perbankan triwulan I-2009 mengalami perlambatan. Hal ini terlihat

dari penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 76,01% pada triwulan I-2008 menjadi

73,94% pada triwulan laporan, begitu pula bila dibandingkan dengan LDR triwulan IV-

2008 sebesar 79,03%. Akselerasi penghimpunan DPK yang lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan realisasi kredit menyebabkan LDR sedikit menurun.

Grafik 3.9. Perkembangan LDR Sumut

68.18%

71.56%72.85%

75.90% 76.01%

82.33%84.48%

79.03%

73.94%

60%

65%

70%

75%

80%

85%

90%

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009

3. Kredit UMKM

Penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum di Sumut pada

triwulan I-2009, tumbuh minus 0,50% (qtq) atau 21,44% (yoy) menjadi Rp30,02 triliun.

Pertumbuhan kredit MKM tersebut tidak secepat pertumbuhan total kredit yang tumbuh

minus 1,39% (qtq). Pangsa kredit MKM terhadap total kredit mengalami sedikit

peningkatan dari 45,22% pada triwulan IV-2008 menjadi 45,63% pada triwulan I-2009.

.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

58

Perkembangan Perbankan Daerah

5.71%

34.74%

59.56%

mikro kecil menengah

Grafik 3.10. Kredit UMKM Berdasar Plafon Grafik 3.11. Pangsa Kredit UMKMBerdasar Plafon

Sekitar 62% dari porsi kredit MKM tersebut

merupakan kredit modal kerja (50,29%) dan

investasi (12,78%), sedangkan 36,96% dari

porsi kredit MKM merupakan kredit

konsumsi. Menurut skala kreditnya, 5,71%

kredit MKM disalurkan dalam bentuk kredit

mikro, sedangkan untuk kredit kecil dan

menengah dengan pangsa 34,74% dan 59,56%.

Berdasarkan sektor ekonomi, sektor PHR adalah penyerap kredit MKM terbesar, yakni

mencapai Rp9,80 triliun atau 33,67% dari total kredit MKM. Selanjutnya, sektor industri

pengolahan adalah penyerap kredit MKM terbesar kedua, mencapai Rp2,47 triliun

(8,49%), yang sebagian besar diserap oleh subsektor industri makanan. Di urutan ketiga

adalah sektor jasa dunia usaha yang menyerap sekitar 7,81% dari total kredit MKM atau

sebesar Rp2,27 triliun.

Grafik 3.12. Kredit UMKM menurut Penggunaan

13.08

14.5815.45 15.12 14.64

2.593.20 3.66 3.71 3.72

8.749.92

10.94 10.95 10.76

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009

R

p

T

r

i

l

i

u

n

modal kerja investasi konsumsi

50.29%

12.78%

36.96%

modal kerja investasi konsumsi

Grafik 3.13. Pangsa Kredit UMKMmenurut Penggunaan

0.76 0.85 0.95 1.03 1.17 1.28 1.53 1.60 1.68

5.856.44

7.21 7.468.17

9.2310.19 10.08 10.63

11.7412.71

13.52 13.6215.05

17.1818.32 18.11 17.72

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009

Rp

tr

iliu

n

Mikro Kecil Menengah

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

59

Perkembangan Perbankan Daerah

Grafik 3.14. Kredit UMKM menurut Sektor

0

5

10

15

20

25

30

35

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009

Rp triliun

Pertanian PertambanganIndustri Pengolahan Listrik Gas dan AirKonstruksi Perdagangan, Restoran dan HotelPengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa Dunia UsahaJasa Sosial Masyarakat Lainnya

Sejak krisis moneter 1997-1998, perbankan berlomba-lomba menyalurkan kredit ke

debitur usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan keyakinan sektor UMKM

tahan terhadap krisis, akan tetapi krisis global yang saat ini terjadi justru menunjukkan,

sektor UMKM tidak tahan 100% dari krisis. Hal ini terlihat dari kredit bermasalah atau

non-performing loan (NPL) di sektor UMKM yang semakin meningkat.

Secara nasional, menurut Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), nilai NPL UMKM naik

3,7% dari Rp 20,71 triliun pada akhir Januari 2009 menjadi Rp 21,47 triliun pada akhir

Februari 2009. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, NPL kredit UMKM pada Februari

2009 itu naik 15,36% dibanding akhir Februari 2008 yang sebesar Rp 18,61 triliun.

Sementara itu di Sumut sendiri, NPL UMKM pada triwulan laporan meningkat menjadi

Rp1,06 triliun, dimana triwulan sebelumnya sebesar Rp0,87 triliun.

Naiknya NPL kredit UMKM ini mencerminkan kian lemahnya daya beli masyarakat,

dikarenakan sebagian besar debitur UMKM merupakan pelaku bisnis di sektor

perdagangan. Saat daya beli masyarakat turun, penghasilan pengusaha UMKM turun,

akibatnya masyarakat kesulitan melunasi utang karena pemasukan yang minim.

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

60

Perkembangan Perbankan Daerah

Stabilitas sistem perbankan sangat penting bagi perkembangan sistem keuangan, serta

perkembangan kredit investasi. Dengan stabilnya sistem perbankan dapat menciptakan

lingkungan yang lebih mendukung bagi deposan dan investor, meningkatkan efisensi

intermedasi keuangan, meningkatkan fungsi pasar keuangan dan memperbaiki sumber

daya dan selama triwulan I-2009, stabilitas perbankan Sumut masih relatif terjaga.

1. Risiko Kredit

Risiko kredit perbankan pada triwulan laporan secara agregat menunjukkan tren

meningkat. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya NPL gross. NPL gross triwulan I-

2009 sebesar 3,63% meningkat dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 2,81%.

8.60% 8.37%8.01%

6.24%

3.63%3.32% 3.16%

2.81%

3.63%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009

Ditinjau dari sisi sektoral, sektor industri perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

mendominasi NPL. NPL sektor PHR mencapai Rp377,16 miliar atau 35,73% dari total NPL

sebesar Rp1,06 triliun. Selanjutnya sektor industri pengolahan sebesar Rp115,61 miliar

(10,95% dari total NPL) dan sektor konstruksi sebesar Rp85,32 miliar (8,08% dari total

NPL) menempati porsi terbesar kedua dan ketiga NPL Sumut.

Secara nasional, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan kredit tahun 2009 berada di

kisaran 22-24% atau lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 30%, sedangkan

rasio pinjaman terhadap pinjaman (LDR) masih berada di kisaran 83%. Untuk rasio kredit

bermasalah (NPL) berada di kisaran 3,95%. Namun yang perlu diwaspadai oleh perbankan

nasional ialah kondisi keuangan debitur eksportir karena melemahnya ekonomi global

serta risiko pasar yang naik karena gejolak kurs rupiah.

Grafik 3.15. NPL gross Grafik 3.16. NPL menurut Sektor Ekonomi

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2006 2007 2008 2009

Rp

tr

iliu

n

Total PertanianPertambangan Industri PengolahanListrik Gas dan Air KonstruksiPerdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan dan KomunikasiJasa Dunia Usaha Jasa Sosial MasyarakatLainnya

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

61

Perkembangan Perbankan Daerah

2. Risiko Likuiditas

Likuiditas perbankan mengetat sebagaimana tampak dari indikator cash ratio

yang menunjukkan tren meningkat. Cash ratio triwulan I-2009 sebesar 5,99%

meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,55%.

Grafik 3.17. Cash Ratio

9.04%9.32%

8.97%8.02%

7.44%

6.62%6.42%

5.55%

5.99%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009

Selain dipicu oleh likuiditas global, ketatnya likuiditas perbankan juga didorong oleh

struktur DPK yang terkonsentrasi pada dana jangka pendek. Kondisi ini membuat bank

berisiko mengalami mismatch atau ketidaksesuaian tenor mengingat sebagian besar kredit

yang disalurkan justru berjangka menengah dan panjang.

3. Risiko Pasar

Bagi bank, risiko pasar terutama tercermin pada tingkat suku bunga dan nilai tukar.

Tingkat suku bunga giro, tabungan, deposito, dan kredit cenderung turun. Bahkan pada

akhir triwulan laporan, suku bunga deposito mencapai 8,91%.

Tabel 3.2. Suku Bunga Giro, Tabungan, Deposito, dan Kredit

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

62

Perkembangan Perbankan Daerah

Bulan Giro Tabungan Deposito Kredit

Jan 2008 2.36% 3.40% 6.87% 11.76%Feb 2008 2.29% 3.34% 6.67% 11.63%Mar 2008 2.30% 3.26% 6.53% 11.75%Apr 2008 2.39% 3.24% 6.41% 11.61%Mei 2008 2.43% 3.25% 6.56% 11.49%Jun 2008 2.42% 3.22% 6.72% 11.50%Jul 2008 2.40% 3.23% 6.94% 11.83%Agt 2008 2.44% 3.24% 7.45% 11.89%Sept 2008 2.47% 3.29% 8.54% 12.27%Okt 2008 2.42% 3.34% 8.95% 12.84%Nov 2008 2.45% 3.39% 9.36% 13.11%Des 2008 2.29% 3.36% 9.93% 13.43%Jan 2009 2,36% 3,39% 9,71% 13,39%Feb 2009 2,33% 3,33% 9,19% 13,35%Mar 2009 2.34% 3.26% 8.91% 13.33%

rata-rata tertimbang

Penurunan suku bunga deposito merupakan sinyal semakin longgarnya likuiditas

perbankan. Suku bunga giro dan tabungan relatif sensitif terhadap penurunan BI Rate.

Sedangkan suku bunga deposito dan kredit relatif lebih rigid untuk turun. Sementara itu,

risiko yang terkait dengan nilai tukar relatif terkendali. Beberapa ketentuan terkait

pembatasan exposure valas disinyalir mampu meredam fluktuasi nilai tukar.

3.4. Perbankan Syariah

Bank umum syariah pada triwulan I-2009 menunjukkan perkembangan yang cukup baik.

Total aset tumbuh 51,77% (yoy) menjadi Rp3,34 triliun dan secara triwulanan meningkat

6,03%. Pembiayaan yang diberikan (PYD) meningkat 4,48% (qtq) atau 48,07% (yoy)

menjadi Rp3,50 triliun. DPK naik 8,89% (qtq), namun secara tahunan tumbuh 53,46%

(yoy) menjadi Rp1,96 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat dibandingkan dengan

pertumbuhan PYD mengakibatkan rasio PYD terhadap DPK atau financing to deposit ratio

(FDR) bank umum syariah pada triwulan I-2009 menurun dari 204,36% pada triwulan

sebelumnya menjadi 178,60%.

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

63

Perkembangan Perbankan Daerah

Grafik 3.19. Perkembangan Aset, Pembiayaan, DPKPerbankan Syariah

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

2007 2008 2009

Rp

trili

un

Aset Pembiayaan DPK

Sementara itu, risiko pembiayaan bank umum syariah di Sumut pada triwulan I-2009

meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh rasio persentase Gross non performing financing (NPF)

pada triwulan I-2009 yang tercatat sebesar 8,27% atau lebih tinggi dibandingkan dengan

gross NPF triwulan sebelumnya yang sebesar 7,38%. Bank syariah terus melakukan upaya

untuk menurunkan NPF dengan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah secara lebih

intensif serta tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan.

Grafik 3.20. FDR Perbankan Syariah

227.35%

195.81%195.63%

181.39%185.08%183.12%

227.01%

204.36%

178.60%

150%

160%

170%

180%

190%

200%

210%

220%

230%

240%

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

2007 2008 2009

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

64

Perkembangan Perbankan Daerah

3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Perkembangan BPR konvensional maupun syariah (BPR/S) pada triwulan I-2009 mengalami

penurunan. Total aset BPR turun 3,77% (qtq) namun secara tahunan tumbuh 13,33%

(yoy) menjadi Rp0,51 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan DPK

sebesar 5,71% (qtq) atau 12,12% (yoy) menjadi Rp0,37 triliun, serta peningkatan

penyaluran kredit/pembiayaan sebesar 18,18% (yoy) menjadi Rp0,37 triliun.

Grafik 3.21. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

2007 2008 2009

Rp triliun

Asset Kredit DPK

Fungsi intermediasi BPR triwulan I-2009 mengalami sedikit perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. LDR BPR sebesar 105,41% menurun bila dibandingkan triwulan IV-

2008 sebesar 108,57%.

Grafik 3.23. LDR BPR

127.27%

107.14%

117.45%

101.68%100.00%

106.45%

111.76%

108.57%

105.41%

100%

105%

110%

115%

120%

125%

130%

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

2007 2008 2009

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

BAB IV

Perkembangan KeuanganDaerah

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

65

Perkembangan Keuangan Daerah

4.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Utara 2009 (APBD 2009)

Anggaran Belanja Daerah Sumatera Utara 2009 (APBD Sumut 2009) sebesar Rp3,62

triliun bila ditinjau menurut urusan pemerintahan dan organisasi maka anggaran

belanja pemerintahan umum Rp1,99 triliun merupakan yang terbesar (54,97% dari

total anggaran belanja daerah) dibandingkan satuan kerja lainnya. Anggaran Belanja

Dinas Pekerjaan Umum Rp0,58 triliun juga relatif besar (15,96% dari total anggaran

belanja daerah) dibandingkan dinas lainnya, termasuk di dalamnya adalah rencana

pelaksanaan 153 proyek jalan kota Medan sepanjang 100 km sebesar Rp70 miliar.

Anggaran belanja Pertanian (Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, dan Dinas Kesehatan

Hewan) merupakan anggaran urusan pilihan yang tertinggi yaitu sebesar Rp0,12

triliun.

Tabel 4. 1 Perkembangan APBD Sumut 2009 (dalam Rupiah)2007 2008 2009*

2,685,787,990,864.09 3,225,852,852,436.80 3,248,999,615,380.00

Pendapatan Asli Daerah 1,693,846,304,223.09 2,181,311,128,607.20 2,104,202,616,180.00

Pendapatan Transfer/ Dana Perimbangan 969,081,298,819.00 1,039,335,523,959.60 1,118,068,902,000.00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 22,860,387,822.00 5,206,199,870.00 26,728,097,200.00

2,560,723,359,026.00 2,967,350,329,714.52 3,615,975,755,911.00

Belanja Operasi 1,332,801,241,017.00 1,703,929,920,294.89 2,124,108,262,512.00

Belanja Modal 686,133,765,170.00 579,740,663,181.00 713,514,349,399.00

Belanja Tak Terduga 7,448,006,612.00 342,822,440.00 58,900,000,000.00

Transfer Bagi Hasil ke Kab./ Kota/Desa 534,340,346,227.00 683,336,923,798.63 719,453,144,000.00

SURPLUS/DEFISIT 125,064,631,838.09 258,502,522,722.28 -366,976,140,531.00

Penerimaan Daerah 289,362,661,009.90 394,258,829,829.32 399,149,725,531.00

Pengeluaran daerah 20,168,463,018.67 42,170,400,623.86 32,173,585,000.00

PEMBIAYAAN NETTO 269,194,197,991.23 352,088,429,205.46 366,976,140,531.00

SILPA 394,258,829,829.32 610,590,951,927.74 0.00

URAIAN

Pembiayaan

Pendapatan

Belanja

*Anggaran

Sumber: Laporan Realisasi APBD, Lampiran I Peraturan Daerah No.1 tahun 2009, diolah

Anggaran pendapatan daerah Sumut tahun 2009 diproyeksikan sebesar Rp3,25

triliun, naik 0.62% dibandingkan realisasi pendapatan tahun 2008 senilai Rp3,23

triliun. Sementara itu, belanja daerah selama tahun 2009 diproyeksikan sebesar

Rp3,62 triliun, sehingga defisit anggaran tercatat mencapai Rp366,98 miliar. Defisit

tersebut diproyeksikan dapat ditutupi dengan pembiayaan daerah yang terdiri atas

penerimaan pembiayaan sebesar Rp399,15 miliar dan pengeluaran pembiayaan

sebesar Rp32,17 miliar.

BBBAAABBB 444 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

66

Perkembangan Keuangan Daerah

Anggaran belanja didominasi oleh belanja operasi sebesar Rp1,70 triliun atau 57,42%

dari total anggaran belanja, termasuk di dalamnya adalah belanja pegawai, belanja

barang, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan.

APBD Sumut 2009 yang saat ini sudah mulai masuk proses lelang atau tender

tergolong masih sesuai jadwal bahkan jauh lebih cepat dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya yang baru bisa digunakan sekitar bulan September-Oktober. Percepatan

realisasi APBD Sumut 2009 ini diharapkan mampu menekan angka Sisa Labih

Perhitungan Anggaran (SILPA) di tiap daerah.

4.2. Alokasi Pemanfaatan Dana Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) untuk

Stimulus Fiskal

Dana SILPA APBN 2008 dimanfaatkan untuk stimulus fiskal sehingga diharapkan

dapat mendorong sektor riil. SILPA disumbang terutama dari Departemen Pekerjaan

Umum.

Tabel 4. 2 Alokasi Pemanfaatan SILPAALOKASI SILPA (Rp)

Departemen Pekerjaan Umum 195,000,000Perluasan jaringan distribusi dan pambangunan instalasi pengelolaan air minum 17,500,000

Jalan inspeksi dan irigasi sentra produk tambak 5,000,000

Jalan dan jembatan 100,000,000

Irigasi 47,500,000

Pengembangan infrastruktur pemukiman 25,000,000

Departemen Perhubungan 120,000,000Bandara Kuala Namu 100,000,000

Bandara Silangit 20,000,000

Departemen Pertanian 52,000,000

Departemen Perdagangan 27,500,000

DEPARTEMEN

Sejalan dengan hal tersebut, stimulus fiskal dari pemanfaatann SILPA di Sumut juga

didominasi dari dana yang berasal dari Departemen Pekerjaan Umum.

Pemanfaatannya di antaranya adalah untuk perluasan jaringan distribusi dan

pembangunan instalasi pengelolaan air minum (Kab. Dairi dan Kab. Asahan), jalan

inspeksi dan irigasi sentra produk tambak (Kab. Padang Lawas), jalan dan jembatan

(Kab. Asahan, Kab. Padang Lawas, Padangsidempuan, Kab. Dairi, Kab. Tapanuli

Utara, Kab. Simalungun, Kab. Deli Serdang, Kab. Toba Samosir), irigasi (Kab. Asahan,

Kab. Tanah Karo, Kab.Simalungun, dan Kab. Tapanuli Utara), dan pengembangan

infrastruktur pemukiman (Kab. Simalungun, Kab. Tapanuli Utara, dan Kab. Dairi).

Alokasi stimulus fiskal Sumut dari SILPA Departemen Perhubungan dimanfaatkaan

untuk Bandara Kuala Namu dan Bandara Silangit. Dana SILPA dari Departemen

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

67

Perkembangan Keuangan Daerah

Pertanian digunakan untuk jalan produksi sentra perkebunan, jalan usaha tani dan

irigasi sentra produksi peternakan dan hortikultura, dan jalan usaha tani dan irigasi

sentra produksi tanaman di beberapa daerah yaitu: Kab. Batu Bara, Kab. Padang

Lawas, Kab. Asahan, Kab. Dairi, Kab. Tapanili Utara, Kab. Simalungun, dan Kab.

Padangsidempuan. Dana SILPA dari Departemen Perdagangan disalurkan ke Kab.

Tapanuli Utara, Kab. Samosir, dan Pematangsiantar.

4.3. Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah khususnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan sumber utama

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumut yang pada tahun 2009 ditargetkan mencapai

Rp687,47 miliar serta Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang ditargetkan

mencapai Rp687,89 miliar.

Sumber PAD selain dari pendapatan pajak daerah adalah retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah, masing-masing ditargetkan mencapai Rp25,55 miliar, Rp96,82 miliar, dan

Rp35,38 miliar.

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

68

KRISIS INDUSTRI PERKAYUAN DI SUMATERA UTARABOKS 5Bantuan Benih Padi Gratis Sebanyak 7.737 ton di Sumut

Mencermati Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2009 untuk masing-

masing provinsi dan kabupaten, masih terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan,

terutama dalam hal sumber pendapatan. Setelah memasuki era otonomi, sebenarnya setiap

daerah dituntut untuk lebih mampu meningkatkan upaya pengalian pendapatan dan menjadi

daerah yang lebih mandiri.

Berdasarkan rencana dan alokasi anggaran 2009, terlihat bahwa kapasitas fiskal daerah yang

merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

Dana Bagi Hasil (DBH) pajak maupun sumberdaya alam, masih sangat minim. PAD provinsi

sumut memang telah mencapai 64,76% dari total pendapatan, namun rata-rata seluruh

kabupaten/kota di Sumut hanya mampu menghasilkan PAD sebesar 6,50% dari total

pendapatan yang dianggarkan. Hanya Kota Medan yang memiliki rasio sedikit lebih baik,

yaitu 19,78%.

Tabel Anggaran Pendapatan Sumut dan Kabupaten/Kota se-Sumut 2009

Sumber; Depkeu, diolah

BOKS 4 KAPASITAS FISKAL DAERAH

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

69

Konsekuensi logis dari masih rendahnya kapasitas fiskal, maka diperlukan dana perimbangan

yang lebih besar untuk menutup celah fiskal yang terjadi. Jika rasio dana perimbangan

terhadap total pendapatan di Provinsi Sumut mencapai 34,41%, maka rata-rata seluruh

kabupaten/kota di Sumut masih memerlukan 82,77% dana perimbangan.

Secara lebih spesifik, dana perimbangan yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) masih

sangat dominan. Setidaknya masih terdapat 6 (enam) kabupaten/kota yang memiliki rasio

DAU di atas 70%, yaitu Kabupaten Asahan (71,16%), Kabupaten Dairi (78,23%), Kabupaten

Tanah Karo (75,65%), Kota Sibolga (70,62%), Kota Padangsidempuan (74,68%) dan

Kabupaten Batubara (72,94%). Sementara, kabupaten/kota yag memiliki rasio relatif baik

antara lain adalah Kabupaten Tapanuli Selatan (55,11%) dan Kota Medan (48,64%).

Melihat kondisi di mana rata-rata kapasitas fiskal kabupaten/kota di Sumut yang masih sangat

rendah, diperlukan upaya lebih keras untuk menggali potensi dan memperluas basis

pendapatan. Namun perlu diingat, bahwa upaya ini tidak boleh menjadi kontradiktif dengan

upaya pengembangan investasi dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sebagai mana dirilis

oleh kantor Menko Perekonomian, bahwa di Sumatera Utara masih ditemukan adanya 246

Peraturan Daerah (Perda) bermasalah yang berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Rata-rata Perda tersebut bertujuan untuk menggali pendapatan baik dari pajak maupun

retribusi daerah.

Upaya pengembangan basis ekonomi, sebaiknya diarahkan kepada pengembangan industri

atau komoditi yang spesifik. Misalnya, dengan pengembangan perkebunan sebagai core

business yang terintegrasi dengan industri-indutri hilir, sehingga nilai tambah yang didapat

akan semakin besar.

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

BAB V

PerkembanganSistem Pembayaran

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

70

Perkembangan Sistem Pembayaran

5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara

Nilai transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time

Gross Settlement (BI-RTGS) di wilayah perbankan Sumatera Utara yang meliputi wilayah

kerja KBI Medan dan KBI Sibolga, pada triwulan I 2009 mengalami penurunan. Nilai

nominal transaksi RTGS tercatat sebesar Rp.98.474 milyar atau menurun 6,33% dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.105.124 milyar, namun

volume transaksi mengalami peningkatan sebesar 17,76% dari Rp.128.356 milyar pada

triwulan I 2008 menjadi Rp.151.146 milyar.

Dibandingkan periode triwulan sebelumnya transaksi RTGS Sumatera Utara juga

mengalami penurunan, baik nominal maupun volume masing-masing sebesar 5,71% dan

4,55%, dimana pada triwulan IV 2008 tercatat nilai nominal sebesar Rp.104.436 milyar

dan volume RTGS sebanyak 158.349 transaksi.

Penurunan nilai nominal dan volume RTGS pada triwulan I 2009, dipengaruhi oleh

menurunnya transaksi RTGS yang keluar wilayah perbankan Sumatera Utara (Transaksi

Outcoming) yang tercatat masing-masing sebesar Rp.49.640 milyar dan sebanyak 73.018

transaksi dimana triwulan sebelumnya masing-masing tercatat sebesar Rp.52.351 milyar

dan sebanyak 74.924 transaksi. Indikator lainnya adalah menurun transaksi RTGS yang

masuk wilayah perbankan Sumatera Utara (Transaksi Incoming) yang tercatat masing-

masing sebesar Rp.48.834 milyar dan sebanyak 78.128 transaksi dimana pada triwulan

sebelumnya masing-masing tercatat sebesar Rp.52.085 milyar dan sebanyak 83.425

transaksi. Faktor yang mempengaruhi penurunan transaksi RTGS Sumatera Utara tersebut

seiring dengan melambatnya kegiatan dunia usaha yang ditengarai sebagai pengaruh dari

imbas krisis keuangan.

Rata-rata perhari nilai transaksi Outgoing BI-RTGS pada periode triwulan I 2009

adalah sebesar Rp.1.669 miliar dengan rata-rata volume transaksi sebanyak 2.562

transaksi. Data perkembangan transaksi BI-RTGS terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara (RpMiliar)

BBBAAABBB 555 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

71

Perkembangan Sistem Pembayaran

5.2. Transaksi Kliring

Aktivitas transaksi non tunai melalui transaksi kliring di wilayah perbankan

Sumatera Utara pada triwulan I 2009 mengalami penurunan namun relatif kecil

dibandingkan transaksi kliring pada periode yang sama tahun sebelumnya maupun

triwulan sebelumnya, baik jumlah nilai nominal maupun volume transaksi kliring. Pada

triwulan I 2009 nilai nominal transaksi kliring tercatat sebesar Rp.26.224 milyar atau turun

0,14% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.30.331

milyar dengan volume transaksi yang juga menurun sebesar 0,14% atau dari 1.115.616

warkat/transaksi pada triwulan I 2008 menjadi 959.960 warkat/transaksi. Penurunan nilai

transaksi kliring tersebut seiring dengan menurunnya volume transaksi kliring selama

periode laporan dan perlambatan pada kegiatan dunia usaha yang ditengarai sebagai

pengaruh dari imbas krisis keuangan.

Dibanding transaksi kliring periode triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring juga

mengalami penurunan baik nilai nominal maupun volume kliring, masing-masing sebesar

0,07% dan 0,09%. Rata-rata perhari nilai transaksi kliring pada periode laporan mencapai

Rp.444 miliar dengan volume transaksi mencapai 16.271 transaksi/volume.

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

72

Perkembangan Sistem Pembayaran

Grafik 5.1 Grafik 5.2Perkembangan Transaksi Kliring Grafik Penolakan Cek/BG Kosong

Sementara itu, perkembangan jumlah penolakan Cek dan Bilyet Giro Kosong di

wilayah perbankan Sumatera Utara tercatat sebesar Rp.255 milyar atau sedikit mengalami

peningkatan sebesar 0,38% dimana pada triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp.185 milyar

dengan jumlah volume sebanyak 8.598 warkat atau sedikit mengalami penurunan sebesar

0,07% dimana pada triwulan I 2008 tercatat sebanyak 9.213 warkat.

Dibanding periode triwulan sebelumnya, jumlah penolakan Cek dan Bilyet Giro

Kosong menurun, baik nilai nominal maupun jumlah warkat. Nilai nominal cek dan bilyet

giro kosong menurun 0,20% dari Rp.319 miliar pada triwulan IV 2008 menjadi Rp.255

miliar, sedangkan jumlah warkat menurun sebesar 0,43% dari 15.088 warkat menjadi

8.598 warkat. Data perkembangan nilai transaksi kliring pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong

5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow)

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

73

Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan I-2009, aliran uang kartal melalui Bank Indonesia Medan dan Bank

Indonesia Sibolga (Sumatera Utara) menunjukkan posisi Netinflow atau jumlah uang kartal

yang masuk (Inflow) ke Bank Indonesia melalui penyetoran tunai dari perbankan, lebih

besar dibanding jumlah uang kartal yang keluar (Outflow) dari Bank Indonesia melalui

pembayaran tunai ke perbankan. Posisi netinflow pada periode ini tercatat sebesar

Rp.2.978 miliar atau meningkat 146% dibanding netinflow periode sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp.1.212 milyar. Hal ini dipengaruhi oleh jauh lebih kecilnya nilai Outflow

pada periode laporan yang tercatat sebesar Rp.1.609 milyar dengan Inflow sebesar

Rp.4.587 milyar dibanding periode sebelumnya dimana Outflow tercatat sebesar Rp.4.307

milyar dengan Inflow sebesar Rp.5.519 milyar.

Jumlah Inflow pada triwulan I 2009 tercatat sebesar Rp.4.587 milyar atau

mengalami penurunan sebesar 17%, baik secara triwulanan maupun tahunan, dimana

pada triwulan IV 2008 Inflow tercatat sebesar Rp.5.519 milyar dan triwulan I 2008 inflow

tercatat sebesar Rp.5.524 milyar. Hal yang sama juga terjadi pada aliran uang keluar

(Outflow), pada triwulan I 2009 tercatat sebesar Rp.1.609 milyar atau mengalami

penurunan baik secara triwulanan (menurun sebesar 63%) maupun secara tahunan

(menurun sebesar 59%), dimana pada triwulan IV 2008 Outflow tercatat sebesar Rp.4.307

milyar dan triwulan I 2008 Outflow tercatat sebesar Rp.3.932 milyar. Penurunan Inflow

pada triwulan I 2009 di Sumatera Utara seiring belum kembalinya aliran kas yang masuk

ke perbankan, yang ditengarai masih tingginya transaksi uang kartal dalam perekonomian

masyarakat pasca pelaksanaan pemilu 2009. Sementara itu penurunan Outflow pada

triwulan I 2009 di Sumatera Utara mencerminkan efisien dan efektivitas pengelolaan uang

kartal di Bank Indonesia serta optimalisasi manajemen kas perbankan di Sumatera Utara

telah berjalan dengan baik dan lancar.

Rata-rata per hari jumlah aliran uang kartal inflow pada triwulan I 2009 mencapai

Rp.77,8 miliar atau turun 15% dibanding rata-rata inflow triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp.92,0 miliar sedangkan rata-rata per hari jumlah outflow mencapai

Rp.27,3 miliar atau turun 62% dibanding rata-rata outflow triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp.71,8 milyar.

Grafik 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui KBI Medan dan KBI Sibolga

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

74

Perkembangan Sistem Pembayaran

Posisi Kas Bank Indonesia yang tercatat di KBI Medan dan KBI Sibolga, sampai

dengan akhir periode triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp.6.231 miliar atau 209% lebih

besar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.2.016

miliar. Bila dibanding dengan triwulan sebelumnya, posisi Kas pada triwulan laporan

155% lebih besar atau dari Rp.2.442 milyar menjadi Rp.6.231 milyar.

Tabel 5.3. Perkembangan Aliran Kas di Wilayah Sumatera Utara (RpMiliar)

5.4. Temuan Uang Palsu

Jumlah temuan uang rupiah palsu yang tercatat di KBI Medan pada triwulan I

2009 tercatat sebanyak 231 bilyet dengan nilai nominal sebesar Rp.14.905.000 atau rata-

rata temuan uang palsu rupiah sebanyak 4 bilyet per hari kerja. Dibanding periode

sebelumnya, jumlah temuan uang rupiah palsu tersebut mengalami peningkatan baik

jumlah bilyet (13,79%) maupun nilai nominal (23,85%) dimana pada triwulan IV 2008

tercatat sebanyak 203 bilyet dengan nilai nominal sebesar Rp.12.035.000. Apabila

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, temuan uang palsu tersebut mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dari 75 bilyet pada triwulan I 2008 menjadi 231 bilyet

atau meningkat 208%. Namun demikian, dibanding jumlah uang yang beredar, jumlah

temuan uang palsu tersebut relatif sangat kecil persentasenya. Rata-rata temuan uang

palsu rupiah di KBI Medan pada periode laporan sebanyak 4 bilyet per hari karja.

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

75

Perkembangan Sistem Pembayaran

Berdasarkan sumber penerimaan atau laporan temuan uang palsu pada periode

laporan, sebagian besar atau 95% berdasarkan laporan bank ke KBI Medan. Sama

dengan periode sebelumnya, denominasi pecahan Rupiah yang paling banyak dipalsukan

adalah pecahan Rp.50.000,- yang tercatat sebanyak 116 bilyet atau 50,22% dari total

temuan uang palsu, diikuti pecahan Rp.100.000,- (37,23%), pecahan Rp.20.000,-

(9,96%), pecahan Rp.10.000,- (1,30%), pecahan Rp.5.000,- (1,30%) sedangkan uang

pecahan Rp.1.000,- tidak ditemukan. Sementara itu dari KBI Sibolga tidak terdapat

laporan temuan uang palsu pada periode laporan. Data perkembangan temuan uang

rupiah palsu di wilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel .... dibawah ini.

Tabel 5.4. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumatera Utara (Satuan Lembar)

Untuk menekan jumlah beredarnya uang palsu di wilayah Sumatera Utara, KBI

Medan dan KBI Sibolga tetap melakukan upaya penanggulangan secara kontinyu, baik

preventif maupun represif. Langkah preventif dimaksud antara lain meningkatkan

pemahaman masyarakat dengan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah

kepada kalangan pelajar, mahasiswa, akademisi, masyarakat, pelaku usaha, pegawai

negeri, kepolisian serta penyebaran informasi kepada perbankan di wilayah Sumatera

Utara. Upaya represif yang dilakukan adalah dengan meningkatkan koordinasi dengan

pihak-pihak instansi pemerintah yang berwenang.

5.5. Penyedian Uang Yang Layak Edar

Memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal baik dari jumlah maupun

kualitas yang layak edar merupakan salah satu tujuan dari kebijakan Bank Indonesia terkait

dengan transaksi pembayaran secara tunai. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia

senantiasa memantau dan menghitung jumlah uang yang berada di masyarakat dan

perbankan. Selain itu, Bank Indonesia secara periodik dan berkesinambungan melakukan

penyortiran dan peracikan uang kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang yang layak

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

76

Perkembangan Sistem Pembayaran

edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar (lusuh/rusak) dan uang dengan

emisi yang telah ditarik dari peredaran, kemudian dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB), yang selanjutnya dilakukan pemusnahan.

Grafik 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara

Pada triwulan I 2009 jumlah uang kartal yang telah dicatat sebagai PTTB tercatat

sebesar Rp.230 milyar atau sebesar 5,01% dari jumlah Inflow triwulan I 2009 (Aliran uang

masuk ke KBI Medan dan KBI Sibolga). Dibanding dengan periode triwulan sebelumnya,

jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB mengalami penurunan sebesar 274,47%

dimana pada triwulan IV 2008 tercatat sebesar Rp.860 milyar. Menurunnya ratio PTTB

pada periode laporan mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran dan pemahaman

masyarakat dalam menggunakan uang kertas pada transaksi tunai telah cukup baik,

sehingga kerusakan fisik uang kertas lebih terjaga dan waktu penggunaannya jadi lebih

lama.

5.6. Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank

Perkembangan transaksi PVA bukan bank di wilayah Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan IV 2008 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, dimana transaksi beli

UKA dan TC tercatat sebesar $17.574 ribu atau meningkat 53,26% dibanding periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar $11.467 ribu. Sementara itu nilai

transaksi jual UKA dan TC tercatat sebesar $11.131 ribu atau menurun 3,79% dari

$11.569 ribu pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dibanding triwulan sebelumnya,

nilai transaksi beli UKA dan TC tumbuh sebesar 24,10% dimana pada triwulan III 2008

tercatat sebesar $14.161. Sedangkan nilai transaksi jual UKA dan TC menurun sebesar

21,13% dari $14.113 menjadi $11.131.

Jumlah pedagang valuta asing (PVA) bukan bank sampai dengan periode triwulan

IV 2008 tercatat sebanyak 44 PVA atau tumbuh sebesar 7,32%, dari 41 PVA menjadi 44

PVA, dengan beroperasinya 3 (tiga) perusahaan PVA baru di kota Medan.

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

77

Perkembangan Sistem Pembayaran

Tabel 5.5. Perkembangan Transaksi Jual Beli UKA dan TC (Ribu USD)

Berbeda dari beberapa triwulan sebelumnya dimana pola transaksi jual selalu

seiring dengan transaksi beli, pada triwulan IV 2008 terlihat bahwa nilai transaksi beli

mengalami peningkatan yang cukup signifikan sedangkan transaksi jual mengalami

penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap

beberapa mata uang asing antara lain Dollar US, Singapura Dollar, Malaysia Ringgit. Faktor

lainnya adalah masuknya wisatawan mancanegara (wisman) khususnya yang berasal dari

negara-negara ASEAN melalui 3 pintu masuk antara lain Bandar Udara Polonia, Pelabuhan

Laut Belawan dan Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan, Remitansi Tenaga Kerja Indonesia

(TKI), Penggunaan UKA untuk keperluan medis (berobat) dengan negara tujuan utama

adalah Malaysia dan Singapura, pendidikan, menunaikan ibadah haji, wisata rohani ke luar

negeri dan perdagangan.

Jenis valuta asing yang paling dominan dalam transaksi jual beli valuta asing di

wilayah provinsi Sumatera Utara adalah mata uang Malaysia Ringgit (MYR) dan Singapura

Dollar (SGD), hal ini seiring dengan banyak transaksi masyarakat yang melakukan aktivitas

ekonomi dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura.

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

BAB VI

PerkembanganKetenagakerjaan Daerahdan Kesejahteraan

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

78

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

6.1. KONDISI UMUM

Kinerja perekonomian Sumut yang mulai menurun pada awal tahun 2009 sebesar 4,63%

(yoy) diperkirakan turut memberikan dampak yang sejalan terhadap kondisi

ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumut. Dengan terjadinya krisis keuangan global

dan ancaman resesi di masa yang akan datang, diperkirakan pengangguran di Sumut akan

meningkat. Hal ini dikarenakan, krisis yang terjadi akan berdampak pada pengurangan

produksi di perusahaan dan berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK). Perkiraan

semakin tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sumut pada tahun 2009 ini

telah terlihat dengan dipulangkannya 15.059 orang TKI asal Sumut dari Malaysia, baik

karena terkena PHK, habis masa kontrak kerja maupun akibat terkena putusan

perusahaan untuk merumahkan karyawannya. Selain itu, sedikitnya ada 17 perusahaan di

Sumut juga telah berencana untuk mem-PHK sekitar 5.292 pekerjanya.

Berdasarkan data terakhir dari BPS Sumut, angka pengangguran di Provinsi Sumut pada

Agustus 2008 yaitu sebesar 9,10% (554.539 jiwa), berada diatas nasional yang sebesar

8,39%. Angka pengangguran di Sumatera Utara saat ini telah jauh melebihi batas

maksimum toleransi tingkat pengangguran di dunia sebesar 5%. Karena itu, perlu dicari

solusi untuk meminimalisir dampak tersebut, yaitu perlunya insentif bagi perusahaan yang

tidak melakukan PHK dan perusahaan yang mampu menambah jumlah pekerja. Kebijakan

lain juga seperti memberi kemudahan pajak, insentif pada kebijakan fiskal lainnya dan

menciptakan lapangan pekerjaan baru yang tidak terkena imbas krisis global, misalnya

dalam sektor riil, UKM atau padat karya. Selain itu, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri

juga bisa mengurangi pengangguran di Sumut.

Di sisi kesejahteraan, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang

dilaksanakan pada bulan Maret 2008 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di

Provinsi Sumut sebesar 12,55% (1,61 juta jiwa). Tingkat kemiskinan di Provinsi Sumut

pada awal tahun 2008 sebelum kenaikan harga BBM relatif membaik, namun hal-hal yang

masih harus diperhatikan ialah dampak setelah kenaikan harga BBM. Berbagai upaya

BBBAAABBB 666PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHDAN KESEJAHTERAAN

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

79

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan, seperti Asuransi Kesehatan untuk

Keluarga Miskin (Askeskin) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Sementara, indikator kesejahteraan petani di Sumut semakin menunjukkan perbaikan dan

cenderung mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari meningkatnya Nilai Tukar Petani

(NTP), yaitu dari 94,51 pada bulan Februari 2008 menjadi 99,81 pada bulan Februari

2009. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya harga jual komoditas pertanian

yang dihasilkan oleh petani, terutama pada subkelompok padi.

6.2. KETENAGAKERJAAN DAERAH

Berdasarkan data terakhir dari BPS Sumut, angka pengangguran di Provinsi Sumut pada

Agustus 2008 yaitu sebesar 9,10% (554.539 jiwa), berada diatas nasional yang sebesar

8,39%. Pada Agustus 2008, jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara sebanyak

8,92 juta jiwa. Penyerapan tenaga kerja selama kurun waktu Agustus 2007-Agustus 2008

cukup baik dengan penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 457.466 orang.

Penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara masih bertumpu pada Sektor

Pertanian. Pada Agustus 2008, sekitar 71,21% penduduk di daerah pedesaan bekerja di

Sektor Pertanian dan penduduk perkotaan pada umumnya bekerja di Sektor Perdagangan

dan Sektor Jasa Kemasyarakatan. Jumlah perusahaan di Sumut saat ini mencapai 10.872

perusahaan dengan jumlah tenaga kerja berkisar 1,2 juta.

Tahun 2009, pemerintah menargetkan angka kemiskinan 12% dan tingkat pengangguran

sebesar 7% dari jumlah penduduk. Hal ini akan diupayakan dengan menekan angka

inflasi. Tanpa kebijakan menahan PHK, pengangguran 2009 bisa mencapai 8,87%.

Sedangkan kalau dengan kebijakan menahan laju PHK bisa dilakukan, maka bisa ditekan

menjadi 8,4%.

.

6.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Kemiskinan

Sebagai upaya mengurangi tingkat kemiskinan, pemerintah masih melanjutkan penyaluran

dana bantuan langsung tunai (BLT) kepada rumah tangga sasaran (RTS). Penyaluran

Tahap III ini akan di salurkan kepada 923.300 RTS yang ada di 18 Kabupaten dan 7 Kota

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

80

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Provinsi Sumatera Utara berjumlah Rp184,66 miliar, dengan dana ini, setiap RTS akan

mendapatkan dana sejumlah 3 kali Rp200.000.

Pelaksanaan Program BLT merupakan program lintas sektor antara Departemen Sosial,

Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas), Departemen Dalam Negeri (Depdagri), Departemen

Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), Badan Pusat Statistik (BPS), PT POS Indonesia.

BLT merupakan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS

BBM) untuk membantu masyarakat miskin mengatasi keperluan pokoknya.

Kesejahteraan

Nilai Tukar Petani (NTP), yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani, pada

bulan Februari 2009 menunjukkan peningkatan dibandingkan kondisi pada periode yang

sama tahun sebelumnya, yaitu dari 94,51 pada Februari 2008 menjadi 99,81 pada bulan

Februari 2009, atau naik 5,61% (yoy).

Grafik 6.1.Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut

85

90

95

100

105

110

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2007 2008 2009

%

Nilai Tukar Petani Pertumbuhan (yoy)

Peningkatan tingkat kesejahteraan petani ini disebabkan oleh naiknya harga komoditas

pertanian yang dihasilkan oleh petani, terutama pada subkelompok padi. Melalui indeks

harga yang dibayar petani dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi

oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta

fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Bila

dibandingkan dengan kondisi pada bulan Februari 2008, indeks harga yang dibayar petani

pada bulan Februari 2009 mengalami penurunan sebesar 81,84% (yoy), yaitu dari 657,07

menjadi 119,30.

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

81

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Sementara itu, perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) yang mencerminkan

angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan, pada Februari 2009, mengalami inflasi sebesar

0,20% yang disebabkan indeks kelompok makan jadi, minuman & rokok naik sebesar

0,76%, kelompok perumahan naik sebesar 0,87%, kelompok sandang naik sebesar

1,85%, kelompok kesehatan naik sebesar 0,91% dan kelompok pendidikan, rekreasi &

olah raga naik sebesar 0,77%. Sedangkan indeks kelompok bahan makanan turun sebesar

0,34% dan kelompok transportasi & komunikasi turun sebesar 1,74%.

Tabel 6.1.Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Februari 2009

1 Indeks harga yang diterima petani 119.07

1.1. Indeks tanaman pangan 115.70

- Padi 113.83

- Palawija 121.49

1.2. Indeks hortikultura 132.72

- Sayuran 129.34

- Buah-buahan 134.04

1.3. Indeks tanaman perkebunan rakyat 116.15

2 Indeks harga yang dibayar petani 119.30

2.1. Indeks konsumsi rumah tangga 118.77

Indeks biaya produksi & penambahan

barang modal

3 Nilai tukar petani 99.81

Sumber : BPS Provinsi Sumut.

Feb '09Sektor, Kelompok & SubkelompokNo.

2.2. 122.34

Dalam agenda besar pembangunan Sumatera Utara tahun 2009 yang menyangkut

peningkatan kesejahteraan pegawai negeri sipil (PNS), pada tahun 2009 akan dibangun

1000 unit Rumah Sederhana Sehat (RSH) tipe 36 dan pemberian penghasilan tambahan

bagi PNS yang cukup signifikan dibanding tahun 2008, yaitu untuk eselon II naik sebesar

150%, eselon III (150%), eselon IV (250) dan staf mencapai kenaikan 300%.

Agenda pemerintah lainnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan yaitu pada tahun

2010 seluruh warga Sumut dapat berobat secara gratis melalui program jaminan

kesehatan daerah (Jamkesda). Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) akan merumuskan

mekanisme Jamkesda tersebut bersama pemerintah kabupaten/kota dan akan dituangkan

dalam nota kerja sama antara pemerintah propinsi dengan kabupaten/kota yang

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

82

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

ditandatangani pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provsu

tahun 2009. Warga yang mendapatkan Jamkesda ini adalah yang tidak terdaftar dalam

asuransi kesehatan (Askes), Asabri, Jamkesmas dan program kesehatan lainnya.

Biaya program ini berasal dari Pemprovsu (25%) dan kabupaten/kota 75%.

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

BAB VII

Perkiraan Ekonomi danInflasi Daerah

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

83

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

7.1. Perkiraan Ekonomi

Beberapa indikator utama perekonomian mengalami perlambatan pada awal tahun 2009,

khususnya perlambatan pertumbuhan pada beberapa komponen permintaan agregat,

seperti ekspor dan investasi. Namun demikian, pada triwulan mendatang akan terdapat

kemungkinan penguatan terutama dari sisi penawaran agregat, khususnya pada sektor

pertanian. Tibanya masa panen dan semakin menguatnya harga produk perkebunan akan

memberikan sinyal positif bagi peningkatan pertumbuhan.

Perekonomian Sumut triwulan II-2009, diperkirakan masih tumbuh positif meskipun

masih terdapat kecenderungan menurun. Hal ini dapat dikonfirmasi dari hasil SKDU,

dimana pada triwulan II-2009 diperkirakan indeks akan mencapai 12,88. Faktor internal

yang masih menjadi kendala yang berpotensi menurunkan angka pertumbuhan antara

lain adalah masalah kelangkaan pupuk yang masih terus berlanjut. Kondisi ini tidak bisa

dianggap ringan, mengingat pupuk merupakan salah satu sarana produksi utama yang

harus tersedia dalam produksi pertanian, terutama tanaman bahan makanan dan

perkebunan. Semenatara itu, faktor eksternal yang masih berpotensi menghambat

pertumbuhan adalah masih kuatnya imbas dari krisis keuangan global yang berdampak

pada penurunan permintaan berbagai komoditas ekspor utama. Selain itu, permintaan

dalam negeri juga diperkirakan tidak akan banyak meningkat, terkait dengan tidak

terdapatnya perayaan hari raya keagamaan.

Investasi swasta diperkirakan masih akan rendah, sehingga harapan besar adalah pada

investasi pemerintah. Pembangunan proyek-proyek infrastruktur dan percepatan realisasi

belanja diharapkan akan mampu mendongkrak investasi dan lebih menggairahkan

perekonomian. Stimulus fiskal yang saat ini sangat diperlukan, akan menjadi penggerak

yang cukup efisien jika dilakukan pada saat yang tepat dan tidak menunggu sampai

dengan berakhirnya tahun anggaran.

Ekspor diprediksi masih cenderung menurun, meskipun masih akan tertolong dengan tren

membaiknya harga beberapa komoditas utama seperti karet dan CPO. Kondisi ini juga

akan memicu perbaikan daya beli pada level petani dan akan meningkatkan nilai tukar

BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

84

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

petani. Namun demikian, untuk mengamankan ekspor dan penyerapan produksi,

diperlukan langkah-langkah strategis, seperti diversifikasi komoditas dan perluasan negara

tujuan ekspor. Selain itu, pasar domestik juga harus mendapat perhatian, sebagai

penyangga apabila terjadi kelebihan pasokan. Impor diperkirakan masih akan tumbuh,

meskipun melambat, terutama untuk impor bahan baku industri. Terjadi kecenderungan

untuk mengganti bahan baku impor dengan produksi sejenis yang berasal dari dalam

negeri, meskipun dengan risiko menurunkan kualitas.

Siklus panen pertanian yang umumnya terjadi pada triwulan I dan II diharapkan dapat

mendorong aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Sesuai dengan Angka Ramalan I produksi

pertanian, diharapkan pada tahun 2009, Sektor petanian Sumut terutama sub sektor

tanaman bahan makanan akan menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun

2008. Selain meningkatnya produksi, peningkatan produktivitas juga terjadi, seiring

dengan perbaikan teknologi pangan dan perbaikan infrastruktur pertanian.

Grafik 7.1. Ekspektasi Konsumen 6 bulan y.a.d Grafik 7.2. Ekspektasi Kegiatan UsahaTriwulan II-2009

Sumber : SK, KBI Medan Sumber : SKDU, KBI Medan

Dari hasil survei SKDU KBI Medan, kegiatan usaha diperkirakan akan meningkat

dibandingkan triwulan I-2009. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan hasil

sektor pertanian serta perbaikan harga komoditas ekspor . Pemilu yang berjalan dengan

relatif baik dan tanpa kendala yang berarti juga memberikan sinyal positif bagi

perkembangan daya saing dan investasi.

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

85

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Berdasarkan hasil liaison, masih terdapat harapan-harapan baru peningkatan produksi

maupun pesanan ekspor. Selain itu, terjadi perbaikan produksi dan penghematan biaya

yang cukup signifikan karena penurunan harga BBM beberapa saat lalu. Hal ini

mengisyaratkan perekonomian masih dapat kembali pulih, asalkan tekanan dari faktor

eksternal tidak terus berlanjut. Pada triwulan II-2009, pertumbuhan ekonomi Sumut

diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 4,80% - 5,60% (yoy). Dengan perkembangan

tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2009 diproyeksikan masih berada

pada kisaran 5±1% (yoy).

7.2. Perkiraan Inflasi Daerah

Melihat kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga serta ketersediaan barang

dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan II-2009 diperkirakan akan berada pada level

yang relatif rendah dibanding triwulan I-2009. Penurunan tingkat inflasi diperkirakan

berasal dari kelompok bahan makanan terkait penurunan daya beli masyarakat

sehubungan dengan krisis global. Keseimbangan variabel-variabel dari sisi permintaan

maupun sisi penawaran pada 2009 juga menjadi faktor yang dapat mengurangi tingkat

inflasi.

Dari sisi permintaan, tingkat konsumsi masyarakat cenderung melambat dibandingkan

tahun sebelumnya meskipun masih dalam level yang cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh

dampak lanjutan dari penurunan harga BBM awal tahun, serta adanya peluang penurunan

tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktor imported inflation seiring penurunan

impor bahan baku, serta pengawalan ekspektasi positif di masyarakat terhadap inflasi ke

depan.

Disamping itu, efetivitas kebijakan moneter dan fiskal turut menjadi faktor yang

mempengaruhi kestabilan harga dan ekonomi. Dari sisi penawaran kecukupan pasokan

bahan pangan dan efisiensi biaya produksi triwulan berikutnya diperkirakan stabil.

Namun demikian, potensi risiko inflasi yang lebih tinggi pada triwulan II-2009 dapat terjadi

apabila adanya gangguan masalah distribusi, kurang lancarnya penyaluran pupuk ke

petani serta depresiasi nilai tukar rupiah. Di sisi lain, Pemilu Legislatif pada bulan April

serta persiapan menjelang Pemilu Presiden pada bulan Juli diperkirakan akan

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

86

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

meningkatkan jumlah uang beredar yang pada akhirnya dapat menimbulkan tekanan

inflasi.

Grafik 7.3. Ekspektasi Harga 3 dan 6 bulan yad

100

115

130

145

160

175

190

205

Jan

Feb

Mar Apr

Mei Jun Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

2008 2009

Inde

ksEk

spek

tasi

Harga3&

6bln

yad

(SBT

) Perubahan harga umum 3 bulan yadPerubahan harga umum 6 bulan yad

Sumber : SK, KBI Medan

Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta

determinan utama inflasi di Sumatera Utara, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada

triwulan II-2009 akan turun menjadi 7,5 ± 1%, sedangkan inflasi triwulanan (qtq)

diperkirakan akan mencapai 0,45 ± 1%.

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

Lampiran

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

2007 2009Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I

1. PERTANIAN 9,728,906.56 11,697,521.93 11,952,740.91 12,676,417.83 12,545,084.90 13,786,572.41a. Tanaman Bahan Makanan 2,833,619.10 4,276,883.47 3,970,146.20 4,208,738.93 4,189,669.01 5,226,879.02b. Tanaman Perkebunan 4,390,786.87 4,792,830.22 5,252,866.88 5,502,629.43 5,226,774.45 5,420,841.79c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,027,924.46 1,035,345.12 1,064,737.98 1,156,759.80 1,220,618.68 1,242,328.93d. K e h u t a n a n 454,837.38 492,221.05 524,892.03 567,667.09 605,626.39 602,149.39e. P e r i k a n a n 1,021,738.76 1,100,242.07 1,140,097.82 1,240,622.58 1,302,396.37 1,294,373.29

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 635,149.62 692,157.12 731,913.59 768,647.82 788,176.59 777,651.11

a. Minyak dan gas bumi 311,896.72 341,913.88 363,058.51 382,821.85 384,816.63 382,777.36

b. Penggalian. 323,252.90 350,243.24 368,855.08 385,825.98 403,359.96 394,873.75

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11,799,264.52 12,310,719.90 12,430,242.96 13,227,799.26 13,671,915.30 13,474,914.60

a. Industri M i g a s 74,271.89 75,385.45 77,328.27 80,747.10 80,155.23 78,593.14

1). Pengilangan Minyak Bumi 74,271.89 75,385.45 77,328.27 80,747.10 80,155.23 78,593.14

2). Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Industri bukan Migas 11,724,992.63 12,235,334.45 12,352,914.70 13,147,052.16 13,591,760.08 13,396,321.46

1). Makanan, Minuman dan Tembakau 6,621,908.76 6,940,661.77 6,922,889.42 7,439,238.76 7,641,958.40 7,570,411.28

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 57,584.80 62,869.98 62,915.98 67,300.56 67,567.91 74,063.16

3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 565,477.98 587,444.10 597,573.33 637,877.17 655,575.93 644,527.83

4). Kertas dan Barang cetakan 107,046.28 120,515.86 120,556.69 125,328.55 128,873.63 152,468.65

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 2,032,229.75 2,084,023.61 2,162,197.67 2,274,122.79 2,397,964.62 2,299,618.11

6). Semen & Brg. Galian bukan logam 613,632.27 638,403.47 646,495.90 686,101.66 718,397.77 695,094.71

7). Logam Dasar Besi & Baja 1,263,231.34 1,317,296.38 1,351,254.53 1,416,186.81 1,446,144.16 1,404,959.16

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 447,310.44 467,167.83 471,480.64 482,197.70 516,010.87 535,733.32

9). Barang lainnya 16,571.02 16,951.45 17,550.53 18,698.16 19,266.80 19,445.23

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 478,680.87 483,837.96 506,106.89 530,900.25 552,467.78 556,191.69a. L i s t r i k 311,922.49 306,703.61 323,539.61 337,732.01 350,858.11 355,231.31b. Gas Kota 60,337.96 63,241.37 65,187.95 70,967.05 76,118.81 73,040.38c. Air bersih 106,420.41 113,892.98 117,379.33 122,201.19 125,490.85 127,920.00

5. B A N G U N A N 2,666,455.45 2,960,013.13 3,125,202.80 3,277,251.92 3,400,525.62 3,374,734.05

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 8,974,345.35 9,832,966.41 9,746,867.30 10,712,840.57 10,988,443.28 11,105,446.28a. Perdagangan Besar dan Eceran 7,961,671.63 8,785,502.54 8,675,199.72 9,559,752.52 9,783,502.51 9,818,347.47b. H o t e l 131,379.01 142,252.26 152,167.70 159,184.91 167,509.65 165,325.46c. R e s t o r a n 881,294.71 905,211.61 919,499.87 993,903.14 1,037,431.12 1,121,773.34

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 4,251,581.68 4,320,826.64 4,417,418.07 4,800,472.98 5,030,100.74 5,000,676.15a. P e n g a n g k u t a n 3,420,246.36 3,513,615.02 3,606,067.16 3,980,701.36 4,159,270.90 4,158,605.27

1). Angkutan Rel 26,710.66 28,948.03 29,056.92 30,973.64 32,188.81 32,813.662). Angkutan Jalan raya 1,836,481.51 1,882,923.87 1,927,319.86 2,212,363.18 2,304,673.04 2,296,426.823). Angkutan laut, & SDP 250,452.30 268,567.67 279,846.58 302,034.08 308,821.94 942,147.994). Angkutan Udara 781,122.86 780,827.17 819,543.41 863,618.29 919,767.43 915,790.945). Jasa Penunjang Angkutan 525,479.03 552,348.28 550,300.39 571,712.17 593,819.67 599,030.21

b. K o m u n i k a s i 831,335.32 807,211.62 811,350.91 819,771.63 870,829.84 842,070.89

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 3,094,690.17 3,389,376.01 3,525,263.08 3,672,858.78 3,822,209.99 3,778,424.38a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya. 990,634.07 1,182,121.56 1,260,285.25 1,324,511.20 1,382,520.86 1,350,571.18b. Sewa Bangunan 1,702,847.87 1,776,948.92 1,830,910.27 1,899,893.17 1,979,683.78 1,957,224.96c. Jasa Perusahaan 401,208.23 430,305.53 434,067.56 448,454.41 460,005.36 470,628.24

9. JASA - JASA 4,519,726.12 4,932,802.92 5,282,605.99 5,489,380.59 5,637,618.95 5,674,290.04a. Pemerintahan Umum 2,891,344.97 3,132,129.47 3,406,757.41 3,539,737.84 3,619,741.12 3,623,187.57b. S w a s t a 1,628,381.14 1,800,673.45 1,875,848.58 1,949,642.75 2,017,877.83 2,051,102.47

1). Sosial Kemasyarakatan 619,915.04 708,560.81 734,017.86 767,585.53 795,931.45 825,304.482). Hiburan dan Rekreasi 230,234.09 244,921.27 253,715.63 268,619.11 274,767.11 280,028.743). Perorangan dan RT 778,232.01 847,191.37 888,115.10 913,438.10 947,179.27 945,769.24

P D R B 46,148,800.3 50,620,222.0 51,718,361.6 55,156,570.0 56,436,543.2 57,528,900.7*Hasil Survei Indikator Ekonomi, Kerjasama antara Bank Indonesia Medan dengan BPS Sumatera Utara

PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga BerlakuLAMPIRAN A

2008LAPANGAN USAHA

by Industrial Origin in North Sumatera Province (Million Rupiahs)Gross Domestic Regional Product at Current Prices

Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah)

Page 115: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

2007 2009Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I

1. PERTANIAN 5,994,355.59 6,398,926.51 6,248,744.71 6,410,878.65 6,242,086.93 6,660,219.15a. Tanaman Bahan Makanan 1,948,973.77 2,320,256.12 2,015,730.26 2,086,888.05 1,975,132.69 2,354,450.01b. Tanaman Perkebunan 2,426,643.57 2,450,098.41 2,588,730.11 2,644,441.19 2,552,283.79 2,581,353.23c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 638,830.51 641,374.69 643,631.64 657,371.44 674,044.04 682,598.31d. K e h u t a n a n 349,212.28 343,093.15 351,688.55 356,941.06 363,223.99 360,568.50e. P e r i k a n a n 630,695.47 644,104.13 648,964.16 665,236.91 677,402.43 681,249.10

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 308,624.92 314,652.33 327,821.00 330,661.74 331,212.15 316,695.77a. Minyak dan gas bumi 146,545.39 150,401.76 157,845.88 158,092.31 153,269.27 147,222.06b. Penggalian. 162,079.53 164,250.57 169,975.12 172,569.43 177,942.88 169,473.71

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,906,887.84 6,033,653.34 5,900,701.11 6,145,050.84 6,225,821.22 6,196,402.73a. Industri M i g a s 30,071.44 30,431.16 30,188.70 30,407.30 29,840.49 29,546.30

1). Pengilangan Minyak Bumi 30,071.44 30,431.16 30,188.70 30,407.30 29,840.49 29,546.302). Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Industri bukan Migas 5,876,816.40 6,003,222.18 5,870,512.41 6,114,643.54 6,195,980.73 6,166,856.441). Makanan, Minuman dan Tembakau 3,636,613.92 3,720,238.15 3,592,023.34 3,766,684.08 3,800,472.89 3,785,205.642). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 33,860.93 37,044.32 34,413.40 35,569.85 35,342.64 38,980.613). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 328,585.97 336,426.99 329,150.11 332,439.27 339,936.73 339,225.184). Kertas dan Barang cetakan 45,074.32 50,360.85 45,434.59 46,144.66 46,657.64 57,104.365). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 1,081,077.82 1,104,706.93 1,118,913.53 1,161,996.46 1,185,157.76 1,166,213.916). Semen & Brg. Galian bukan logam 274,000.58 273,712.83 270,228.99 281,239.85 294,077.88 287,972.787). Logam Dasar Besi & Baja 316,760.57 315,993.92 316,925.53 324,988.59 326,609.89 320,929.868). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 151,129.52 154,961.50 153,562.81 155,466.98 157,334.57 160,880.889). Barang lainnya 9,712.77 9,776.68 9,860.10 10,113.78 10,390.73 10,343.21

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 183,868.82 187,145.82 190,409.12 196,030.28 199,357.94 200,179.54a. L i s t r i k 125,611.20 127,206.49 129,504.56 133,411.90 135,473.25 136,627.43b. Gas Kota 13,987.37 14,237.70 14,489.73 15,491.25 16,031.20 15,280.41c. Air bersih 44,270.26 45,701.62 46,414.83 47,127.14 47,853.49 48,271.70

5. B A N G U N A N 1,706,786.12 1,720,469.51 1,752,131.75 1,784,873.61 1,833,173.57 1,785,573.57

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 4,669,356.54 4,818,591.94 4,718,618.99 4,960,522.76 5,017,789.01 5,053,836.90a. Perdagangan Besar dan Eceran 4,150,821.73 4,286,446.73 4,183,524.94 4,411,693.89 4,455,695.52 4,462,885.22b. H o t e l 70,990.12 72,764.45 74,686.05 77,017.62 79,535.31 78,726.41c. R e s t o r a n 447,544.69 459,380.76 460,408.00 471,811.26 482,558.18 512,225.27

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 2,329,132.46 2,428,921.58 2,421,315.57 2,495,439.79 2,537,562.47 2,574,991.50a. P e n g a n g k u t a n 1,883,928.30 1,962,318.41 1,951,188.00 2,009,204.04 2,047,764.66 2,082,552.39

1). Angkutan Rel 10,390.01 10,829.41 10,657.42 10,989.44 11,270.26 11,433.332). Angkutan Jalan raya 785,534.44 829,716.17 814,299.27 858,915.90 864,991.54 883,241.083). Angkutan laut, & SDP 122,972.56 127,335.60 128,759.93 134,441.88 135,672.82 136,430.214). Angkutan Udara 638,164.26 654,852.75 662,676.11 661,804.49 686,709.16 699,077.055). Jasa Penunjang Angkutan 326,867.02 339,584.50 334,795.26 343,052.34 349,120.88 352,370.71

b. K o m u n i k a s i 445,204.16 466,603.17 470,127.57 486,235.74 489,797.82 492,439.12

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 1,752,653.97 1,838,203.99 1,841,986.69 1,885,116.49 1,914,529.30 1,941,285.16a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya. 575,580.33 623,563.53 652,488.61 675,946.81 694,829.07 703,361.38b. Sewa Bangunan 929,716.72 961,473.20 943,744.45 960,305.23 967,112.33 983,530.13c. Jasa Perusahaan 247,356.93 253,167.26 245,753.63 248,864.45 252,587.90 254,393.65

9. JASA - JASA 2,420,435.60 2,532,724.38 2,594,710.60 2,661,066.09 2,731,458.33 2,761,577.32a. Pemerintahan Umum 1,591,709.47 1,656,137.56 1,713,971.33 1,767,418.18 1,829,806.75 1,835,206.41b. S w a s t a 828,726.13 876,586.82 880,739.27 893,647.91 901,651.57 926,370.91

1). Sosial Kemasyarakatan 240,339.10 259,227.94 261,804.01 263,510.20 265,114.39 275,101.492). Hiburan dan Rekreasi 145,089.32 152,768.41 152,978.01 157,398.70 159,257.16 163,759.503). Perorangan dan RT 443,297.71 464,590.46 465,957.24 472,739.02 477,280.02 487,509.92

P D R B 25,272,101.9 26,273,289.4 25,996,439.5 26,869,640.3 27,032,990.9 27,490,761.6*Hasil Survei Indikator Ekonomi, Kerjasama antara Bank Indonesia Medan dengan BPS Sumatera Utara

PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara ADH Konstan 2000LAMPIRAN B

LAPANGAN USAHA2008

by Industrial Origin in North Sumatera Province (Million Rupiahs)Gross Domestic Regional Product at Constant Prices Year 2000

Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah)

Page 116: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

2007 2009Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I

1. PERTANIAN -6.45 20.23 2.18 6.05 -1.04 9.90a. Tanaman Bahan Makanan -20.64 50.93 -7.17 6.01 -0.45 24.76b. Tanaman Perkebunan -2.87 9.16 9.60 4.75 -5.01 3.71c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 20.24 0.72 2.84 8.64 5.52 1.78d. K e h u t a n a n 1.40 8.22 6.64 8.15 6.69 -0.57e. P e r i k a n a n 1.62 7.68 3.62 8.82 4.98 -0.62

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1.96 8.98 5.74 5.02 2.54 -1.34a. Minyak dan gas bumi 0.45 9.62 6.18 5.44 0.52 -0.53b. Penggalian. 3.47 8.35 5.31 4.60 4.54 -2.10

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.53 4.33 0.97 6.42 3.36 -1.44a. Industri M i g a s 2.65 1.50 2.58 4.42 -0.73 -1.95

1). Pengilangan Minyak Bumi 2.65 1.50 2.58 4.42 -0.73 -1.952). Gas Alam Cair

b. Industri bukan Migas 1.52 4.35 0.96 6.43 3.38 -1.441). Makanan, Minuman dan Tembakau 1.66 4.81 -0.26 7.46 2.73 -0.942). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 0.83 9.18 0.07 6.97 0.40 9.613). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 2.26 3.88 1.72 6.74 2.77 -1.694). Kertas dan Barang cetakan 0.51 12.58 0.03 3.96 2.83 18.315). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 1.15 2.55 3.75 5.18 5.45 -4.106). Semen & Brg. Galian bukan logam 1.98 4.04 1.27 6.13 4.71 -3.247). Logam Dasar Besi & Baja 0.92 4.28 2.58 4.81 2.12 -2.858). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 1.70 4.44 0.92 2.27 7.01 3.829). Barang lainnya 2.05 2.30 3.53 6.54 3.04 0.93

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 0.07 1.08 4.60 4.90 4.06 0.67a. L i s t r i k 1.69 -1.67 5.49 4.39 3.89 1.25b. Gas Kota -8.99 4.81 3.08 8.87 7.26 -4.04c. Air bersih 1.04 7.02 3.06 4.11 2.69 1.94

5. B A N G U N A N 3.60 11.01 5.58 4.87 3.76 -0.76

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 1.77 9.57 -0.88 9.91 2.57 1.06a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.69 10.35 -1.26 10.20 2.34 0.36b. H o t e l 0.35 8.28 6.97 4.61 5.23 -1.30c. R e s t o r a n 2.73 2.71 1.58 8.09 4.38 8.13

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 1.49 1.63 2.24 8.67 4.78 -0.58a. P e n g a n g k u t a n 1.16 2.73 2.63 10.39 4.49 -0.02

1). Angkutan Rel 0.20 8.38 0.38 6.60 3.92 1.942). Angkutan Jalan raya 0.78 2.53 2.36 14.79 4.17 -0.363). Angkutan laut, & SDP 2.04 7.23 4.20 7.93 2.25 205.084). Angkutan Udara 1.64 -0.04 4.96 5.38 6.50 -0.435). Jasa Penunjang Angkutan 1.45 5.11 -0.37 3.89 3.87 0.88

b. K o m u n i k a s i 2.88 -2.90 0.51 1.04 6.23 -3.30

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 3.95 9.52 4.01 4.19 4.07 -1.15a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya. 5.92 19.33 6.61 5.10 4.38 -2.31b. Sewa Bangunan 3.06 4.35 3.04 3.77 4.20 -1.13c. Jasa Perusahaan 3.01 7.25 0.87 3.31 2.58 2.31

9. JASA - JASA 0.82 9.14 7.09 3.91 2.70 0.65a. Pemerintahan Umum 0.95 8.33 8.77 3.90 2.26 0.10b. S w a s t a 0.59 10.58 4.17 3.93 3.50 1.65

1). Sosial Kemasyarakatan 0.79 14.30 3.59 4.57 3.69 3.692). Hiburan dan Rekreasi 0.70 6.38 3.59 5.87 2.29 1.913). Perorangan dan RT 0.39 8.86 4.83 2.85 3.69 -0.15

P D R B -0.03 9.69 2.17 6.65 2.32 1.94*Hasil Survei Indikator Ekonomi, Kerjasama antara Bank Indonesia Medan dengan BPS Sumatera Utara

Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera UtaraLAMPIRAN C

2008LAPANGAN USAHA

by Industrial Origin in North Sumatera Province (Million Rupiahs)Growth Rate of Economy

Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)

Page 117: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

2007 2009Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I

1. PERTANIAN 0.30 6.75 -2.35 2.59 -2.63 6.70a. Tanaman Bahan Makanan -1.30 19.05 -13.12 3.53 -5.36 19.20b. Tanaman Perkebunan 1.25 0.97 5.66 2.15 -3.48 1.14c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2.02 0.40 0.35 2.13 2.54 1.27d. K e h u t a n a n -0.14 -1.75 2.51 1.49 1.76 -0.73e. P e r i k a n a n 0.21 2.13 0.75 2.51 1.83 0.57

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.34 1.95 4.19 0.87 0.17 -4.38a. Minyak dan gas bumi -0.65 2.63 4.95 0.16 -3.05 -3.95b. Penggalian. 1.24 1.34 3.49 1.53 3.11 -4.76

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0.51 2.15 -2.20 4.14 1.31 -0.47a. Industri M i g a s 2.11 1.20 -0.80 0.72 -1.86 -0.99

1). Pengilangan Minyak Bumi 2.11 1.20 -0.80 0.72 -1.86 -0.992). Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Industri bukan Migas 0.50 2.15 -2.21 4.16 1.33 -0.471). Makanan, Minuman dan Tembakau 0.78 2.30 -3.45 4.86 0.90 -0.402). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 0.15 9.40 -7.10 3.36 -0.64 10.293). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 0.11 2.39 -2.16 1.00 2.26 -0.214). Kertas dan Barang cetakan -1.04 11.73 -9.78 1.56 1.11 22.395). Pupuk, Kimia & Barang dari karet -0.52 2.19 1.29 3.85 1.99 -1.606). Semen & Brg. Galian bukan logam 1.85 -0.11 -1.27 4.07 4.56 -2.087). Logam Dasar Besi & Baja 0.42 -0.24 0.29 2.54 0.50 -1.748). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 0.35 2.54 -0.90 1.24 1.20 2.259). Barang lainnya 0.02 0.66 0.85 2.57 2.74 -0.46

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH -0.74 1.78 1.74 2.95 1.70 0.41a. L i s t r i k -0.22 1.27 1.81 3.02 1.55 0.85b. Gas Kota -9.95 1.79 1.77 6.91 3.49 -4.68c. Air bersih 1.01 3.23 1.56 1.53 1.54 0.87

5. B A N G U N A N 4.17 0.80 1.84 1.87 2.71 -2.60

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 2.08 3.20 -2.07 5.13 1.15 0.72a. Perdagangan Besar dan Eceran 2.18 3.27 -2.40 5.45 1.00 0.16b. H o t e l 1.71 2.50 2.64 3.12 3.27 -1.02c. R e s t o r a n 1.21 2.64 0.22 2.48 2.28 6.15

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 2.25 4.28 -0.31 3.06 1.69 1.47a. P e n g a n g k u t a n 2.13 4.16 -0.57 2.97 1.92 1.70

1). Angkutan Rel 2.32 4.23 -1.59 3.12 2.56 1.452). Angkutan Jalan raya 2.11 5.62 -1.86 5.48 0.71 2.113). Angkutan laut, & SDP 0.63 3.55 1.12 4.41 0.92 0.564). Angkutan Udara 3.03 2.62 1.19 -0.13 3.76 1.805). Jasa Penunjang Angkutan 1.04 3.89 -1.41 2.47 1.77 0.93

b. K o m u n i k a s i 2.73 4.81 0.76 3.43 0.73 0.54

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 3.61 4.88 0.21 2.34 1.56 1.40a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya. 5.70 8.34 4.64 3.60 2.79 1.23b. Sewa Bangunan 2.98 3.42 -1.84 1.75 0.71 1.70c. Jasa Perusahaan 1.29 2.35 -2.93 1.27 1.50 0.71

9. JASA - JASA 0.28 4.64 2.45 2.56 2.65 1.10a. Pemerintahan Umum 0.31 4.05 3.49 3.12 3.53 0.30b. S w a s t a 0.22 5.78 0.47 1.47 0.90 2.74

1). Sosial Kemasyarakatan 0.07 7.86 0.99 0.65 0.61 3.772). Hiburan dan Rekreasi 1.06 5.29 0.14 2.89 1.18 2.833). Perorangan dan RT 0.03 4.80 0.29 1.46 0.96 2.14

P D R B 1.32 3.96 -1.05 3.36 0.61 1.69*Hasil Survei Indikator Ekonomi, Kerjasama antara Bank Indonesia Medan dengan BPS Sumatera Utara

Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera UtaraLAMPIRAN D

2008LAPANGAN USAHA

by Industrial Origin in North Sumatera Province (Million Rupiahs)Growth Rate of Economy

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)

Page 118: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

2007 2009Trw.IV Trw.I Trw. II Trw. III Trw.IV Trw.I

1. PERTANIAN 21.08 23.11 23.11 22.98 22.23 23.96a. Tanaman Bahan Makanan 6.14 8.45 7.68 7.63 7.42 9.09b. Tanaman Perkebunan 9.51 9.47 10.16 9.98 9.26 9.42c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2.23 2.05 2.06 2.10 2.16 2.16d. K e h u t a n a n 0.99 0.97 1.01 1.03 1.07 1.05e. P e r i k a n a n 2.21 2.17 2.20 2.25 2.31 2.25

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1.38 1.37 1.42 1.39 1.40 1.35a. Minyak dan gas bumi 0.68 0.68 0.70 0.69 0.68 0.67b. Penggalian. 0.70 0.69 0.71 0.70 0.71 0.69

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 25.57 24.32 24.03 23.98 24.23 23.42a. Industri M i g a s 0.16 0.15 0.15 0.15 0.14 0.14

1). Pengilangan Minyak Bumi 0.16 0.15 0.15 0.15 0.14 0.142). Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Industri bukan Migas 25.41 24.17 23.88 23.84 24.08 23.291). Makanan, Minuman dan Tembakau 14.35 13.71 13.39 13.49 13.54 13.162). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.133). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 1.23 1.16 1.16 1.16 1.16 1.124). Kertas dan Barang cetakan 0.23 0.24 0.23 0.23 0.23 0.275). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 4.40 4.12 4.18 4.12 4.25 4.006). Semen & Brg. Galian bukan logam 1.33 1.26 1.25 1.24 1.27 1.217). Logam Dasar Besi & Baja 2.74 2.60 2.61 2.57 2.56 2.448). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 0.97 0.92 0.91 0.87 0.91 0.939). Barang lainnya 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 1.04 0.96 0.98 0.96 0.98 0.97a. L i s t r i k 0.68 0.61 0.63 0.61 0.62 0.62b. Gas Kota 0.13 0.12 0.13 0.13 0.13 0.13c. Air bersih 0.23 0.22 0.23 0.22 0.22 0.22

5. B A N G U N A N 5.78 5.85 6.04 5.94 6.03 5.87

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 19.45 19.42 18.85 19.42 19.47 19.30a. Perdagangan Besar dan Eceran 17.25 17.36 16.77 17.33 17.34 17.07b. H o t e l 0.28 0.28 0.29 0.29 0.30 0.29c. R e s t o r a n 1.91 1.79 1.78 1.80 1.84 1.95

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 9.21 8.54 8.54 8.70 8.91 8.69a. P e n g a n g k u t a n 7.41 6.94 6.97 7.22 7.37 7.23

1). Angkutan Rel 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.062). Angkutan Jalan raya 3.98 3.72 3.73 4.01 4.08 3.993). Angkutan laut, & SDP 0.54 0.53 0.54 0.55 0.55 1.644). Angkutan Udara 1.69 1.54 1.58 1.57 1.63 1.595). Jasa Penunjang Angkutan 1.14 1.09 1.06 1.04 1.05 1.04

b. K o m u n i k a s i 1.80 1.59 1.57 1.49 1.54 1.46

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 6.71 6.70 6.82 6.66 6.77 6.57a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya. 2.15 2.34 2.44 2.40 2.45 2.35b. Sewa Bangunan 3.69 3.51 3.54 3.44 3.51 3.40c. Jasa Perusahaan 0.87 0.85 0.84 0.81 0.82 0.82

9. JASA - JASA 9.79 9.74 10.21 9.95 9.99 9.86a. Pemerintahan Umum 6.27 6.19 6.59 6.42 6.41 6.30b. S w a s t a 3.53 3.56 3.63 3.53 3.58 3.57

1). Sosial Kemasyarakatan 1.34 1.40 1.42 1.39 1.41 1.432). Hiburan dan Rekreasi 0.50 0.48 0.49 0.49 0.49 0.493). Perorangan dan RT 1.69 1.67 1.72 1.66 1.68 1.64

P D R B 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00*Hasil Survei Indikator Ekonomi, Kerjasama antara Bank Indonesia Medan dengan BPS Sumatera Utara

Struktur PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera UtaraLAMPIRAN E

2008LAPANGAN USAHA

by Industrial Origin in North Sumatera Province (Million Rupiahs)Percentage Distribution of Gross Domestic Regional Product at Current Prices

Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)

Page 119: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … bersubsidi yang diperkirakan cukup menahan laju inflasi meskipun tarif angkutan umum belum sepenuhnya mengalami penyesuaian. Di Sumut, tekanan

HHHaaalllaaammmaaannn iiinnniii ssseeennngggaaajjjaaa dddiiikkkooosssooonnngggkkkaaannn

TTThhhiiisss pppaaagggeee iiisss iiinnnttteeennntttiiiooonnnaaallllllyyy bbblllaaannnkkk