Tanya Jawab
Click here to load reader
-
Upload
niken-tri-hapsari -
Category
Documents
-
view
8 -
download
4
description
Transcript of Tanya Jawab
1. Definisi bleaching
Bleaching atau pemutihan gigi adalah suatu tindakan perawatan gigi yaitu
pemulihan kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati warna gigi
aski dengan proses perbaikan secara kimiawi dengan menggunakan bahan
oksidator atau reduktor (biasanya berupa hidrogen peroksida dan asam
hidroklorik) dan tujuannya adalah untuk mengembalikan faktor estetika
(Armilia, 2002).
2. Proses kimiawi pemutihan (Sidauruk, et. al., 2009)
- Reaksi redoks hidrogen peroksida
H2O2 2HO-
HO- + H2O2 H2O + HO2-
HO2- H+ + O2
-
- Reaksi karbamid peroksida menjadi urea dan hidrogen peroksida
H2NCONH2 . H2O2 H2NCONH2 +H2O2
- Reaksi natrium perborat menjadi hidrogen peroksida
Na2[B2(O2)2(OH)4] + 2H2O 2NaBO3 + 2H2O2
- Reaksi terbentuknya warna putih pada gigi oleh bleaching agent
H202 H2O +O2
Ca10(PO4)6(OH)2 + O2 10 CaO + 3 P2O5 + H2O
Hidroksi apatit putih
3. Definisi microhardness
Hardness adalah salah satu sifat mekanik dari suatu material, sedangkan
microhardness merupakan pengujian untuk mengetahui struktur mikro
atau lapisan tipis dari suatu material.
4. Mengapa menggunakan darah tikus?
Karena komponen darah tikus Wistan jantan kaya akan hemoglobin
dimana hemoglobin berperan penting dalam diskolorisasi pada gigi
terutama pada gigi yang nekrotik. Hemolisis akan melepaskan
hemoglobin, dimana akan menyebabkan degradasi untuk melepaskan besi.
Besi berkombinasi dengan sulfida hidrogen untuk menjadi besi sulfida
yang menyebar ke dalam tubulus dentin dan menghasilkan suatu
pewarnaan bluish/ hitam.
5. Sebutkan bahan-bahan bleaching (Hendari, 2009; Armilia, 2002)
- Hidrogen peroksida
Bahan pemutih yang paling sering digunakan, tidak berwarna,
viskositas rendah, merupakan oksidator kuat sehingga dalam
penggunaannya harus hati-hati, jangan tertelan/ terinhalasi, namun
sifatnya sangat tidak stabil, berbusa dan berbuih setelah berkontak
dengan material organik. Penetrasi hidrogen peroksida pada gigi lebih
cepat daripada karbamid peroksida
- Sodium perborat
Penggunaan bahan campuran superoxol dengan sodium perborat,
lebihh efektif efeknya untuk pemutihan gigi. Dalam sediaan kering
sodium perborat bersifat stabil, tetapi ketika dicampur dengan air,
dalam lingkungan asam atau udara hangat sodium perborat berubah
menjadi hidrogen peroksida dan nascent oksigen. Bahan ini lebih aman
dan mudah dikontrol daripada hidrogen peroksida 35%. Banyaknya
jumlah kandungan oksigen mempengaruhi efek bleaching. Komplikasi
penggunaan bahan pemutih yang ceroboh, akan menyebabkan resorbsi
akar eksternal dan kebocoran mikro pada restorasi komposit
- Karbamid peroksida
Dikenal sebagai urea hidrogen peroksida merupakan kristal yang
berwarna putih, tidak toksik. Penggunaan bahan dengan konsentrasi
30%-50% untuk in office bleaching ternyata efektif, sedangkan pada
konsentrasi 10%-16% digunakan untuk pemutihan ekstra korona.
Biasanya mengandung gliserin atau propilen glikol, natrium stannat,
asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.
6. Jelaskan sistem warna CIEL*a*b
Rentang warna CIEL*a*b adalah cara yang paling banyak digunakan
untuk mengukur dan mengurutkan warna. Warna L*a*b dirancang secara
khusus agar sesuai dengan penglihatan manusia. Sistem ini
memperlihatkan semua warna yang dapat ditangkap oleh mata manusia.
Sistem ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia oleh berbagai
pihak yang bertugas mengontrol warna kain, tinta, cat, plastik, kertas,
bahan cetakan, dan lain-lainnya.
Dalam rentang warna CIEL*a*b, koordinat warna 3 dimensi adalah:
- L*- koordinat dimensi luminositas atau tingkat keputihan (L* = 0
adalah hitam dan L* = 100 adalah putih)
- a* untuk nilai kontras merah-hijau dengan +a* mengindikasikan merah
dan –a* mengindikasikan hijau
- b* untuk nilai kontras kuning-biru dengan +b* mengindikasikan
kuning dan –b* mengindikasikan biru
Dalam sistem CIEL*a*b perbedaan total warna dihitung dari nilai L*, a*
and b* dengan rumus:
ΔE= [(ΔL*)2 + (Δa*)2 + (Δb*)2]1/2.
ΔL* berarti spesimen menjadi lebih putih, sedangkan ΔL* negatif berarti
spesimen menjadi lebih gelap.
7. Jelaskan bagian hasil pada penelitian ini
- Perubahan Warna
Tabel 1 menunjukan nilai rata-rata (dan standar deviasi) perubahan warna
(nilai ΔE*, ΔL*, Δa*, dan Δb*) pada masing-masing poin waktu.
Nilai ΔE* dihasilkan oleh bahan bleaching CP16 yang mirip dengan hasil
bahan CP10, dan nilai ΔE* yang dihasilkan oleh CP16 dan CP10 secara
signifikan superior dari hasil bahan HP6.5. nilai ΔE* yang didapat pada
masing-masing poin waktu menunjukan perubahan warna selama 21 hari
superior dari yang diamati pada hari ke-7, tetapi similar dengan hasil pada
hari ke-14. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara 7 dan 14 hari.
Bahan bleaching x interaksi waktu menunjukan bahwa, untuk CP16, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hari ke 14 dan 21. Untuk CP10
dan HP6.5, nilai ΔE* signifikan secara statistik hanya pada 21 hari.
- Uji Kekerasan Mikro
Nilai rata-rata dan standar deviasi kekerasan mikro permukaan dan
kekerasan mikro subpermukaan ditunjukan pada masing-masing Tabel 2
dan Tabel 3. Analisis data tidak menunjukan perbedaan yang signifikan
antara faktor-faktor yang diteliti, baik kekerasan mikro di permukaan
maupun subpermukaan.
8. Uji kekerasan itu apa, bagaimana, dan apa saja caranya?
Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan suatu material terhadap
indentasi/ penetrasi permanen akibat beban dinamis atau statis. Tujuan
pengujian kekerasan adalah mengukur angka kekerasan suatu bahan
dengan metode Brinell, Rockwell, Vickers, dan Microhardness. Pengujian
ini dapat dikategorikan berdasarkan sasaran dari material yang akan diuji,
yaitu:
a) Untuk mengukur kekerasan suatu material digunakan pengujian
kekerasan Brinell, Rockwell, dan Vickers
b) Untuk mengukur kekerasan fasa pada struktur mikro atau lapisan tipis
dari suatu material digunakan Microhardness
- Brinell (HB/BHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell bertujuan untuk
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadap bola baja (indentor) yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian
Brinell digunakan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar
dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Indentor biasanya telah
dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten
- Rockwell (HR/RHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap
indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut
- Vickers (HV/VHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap
indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri
berbentuk berbentuk piramid. Beban yang dikenakan juga jauh lebih
kecil dibanding dengan pengujian Rockwell dan Brinell yaitu antara 1
sampai 1000 gram.
- Microhardness (knoop hardness)
Microhardness sering disebut dengan knoop hardness testing
merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai
kekerasannya rendah.
9. Kenapa bahan CP16 lebih efektif?
Karbamid peroksida (CH6N2O3) disebut juga urea hidrogen
peroksida atau urea perhidrol, karbamid merupakan kombinasi oksigen
dengan nitrogen molekul yang secara lambat melepaskan oksigen daripada
hidrogen peroksida, sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama
dengan elemen yang menimbulkan pewarnaan.
Karbamid mengandung unsur aktif (karbamid peroksida) dan unsur
non aktif yaitu gliserin, flavor, phosporic/ asam sitrat, trolamin,
phenacetin, air. Carbapol (polimer karboksimetilen) dan gliserin
ditambahkan sebagai bahan yang berfungsi untuk menambah kekentalan
menjadi bentuk gel, mudah diaplikasikan dan mempunyai daya lekat pada
gigi dalam waktu yang penjang serta meningkatkan pelepasan oksigen
aktif 3-4 kali dari biasanya. Urea (Ca[NH2]2) berfungsi sebagai stabilizer
untuk memperpanjang waktu kerja bahan, memperlambat lepasnya jumlah
hidrogen peroksida, dan mempunyai tambahan keuntungan kariostatik.
Konsentrasi peroksida mempengaruhi keberhasilan prosedur bleaching dan
berhubungan dengan durasi dan waktu aplikasi (Hendari, 2009).
Efektivitas bahan pemutih dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu,
waktu, dan penyimpanan. Pada pH basa, proses oksidasi lebih aktif.
Penggunaan bahan dengan konsentrasi tinggi prosesnya lebih cepat namun
perlu hati-hati kemungkinan dapat menyebabkan kaustik pada jaringan
lunak. Pengaruh adanya kenaikan suhu tinggi atau pemanasan/ energi
cahaya menyebabkan reaksinya lebih cepat. Adanya kontak bahan pemutih
yang lama hasilnya lebih baik.
10. Bagaimana memperbaiki microhardness setelah perawatan bleaching?
Dengan penambahan waktu kontak agen bleaching, terbukti dapat
menurunkan rasio kalsium dan phosphor di email, dentin, dan sementum
sehingga mengindikasikan terjadinya demineralisasi (Sidauruk, et. al.,
2009).
Penelitian secara in vitro, hidrogen peroksida 6% menyebabkan
pengikisan email namun masih dapat diterima, karbamid peroksida secara
signifikan tidak memberikan pengaruh pada jaringan email dan dentin.
Karbamid peroksida 10% menurunkan kekuatan mikrodentin tetapi
meningkat kembali setelah 14 hari akibat remineralisasi saliva. Hidrogen
peroksida 30% dapat merubah struktur kimia dentin dan sementum
sehingga menjadikannya lebih mudah untuk kehilangan komponen
organik (Sidauruk, et. al., 2009).
Untuk menaikkan kekerasan email, diberikan kalsium pada
karbamid peroksida atau dapat digunakan aplikasi flouride dengan
konsentrasi tinggi yang keduanya bertujuan dalam proses remineralisasi.
Penambahan sedikit kalsium pada larutan asam dapat menurunkan
kehilangan email sampai 50% (Craig, 1999). Aplikasi fluoride yang
dilakukan setlah perawatan bleaching mampu mengkatalisis remineralisasi
menggunakan kalsium dari saliva sehingga menggantikan substansi yang
hilang saat demineralisasi.
Salah satu contoh bahan yang dapat digunakan adalah Tooth
Mousse. Saliva dapat membantu efektivitas dari kandungan tooth mousse
yaitu (CPP-ACP: Casein Phosphopeptide – Amorphous Calcium
Phosphate) dan rasa dari tooth mousse dapat membantu menstimulasi
aliran saliva. Semakin banyak CPP-ACP dan saliva yang terjaga di dalam
mulut, semakin efektif hasil yang didapatkan. Ketika CPP-ACP
diaplikasikan ke dalam mulut akan mengikat biofilm, plak, bakteri,
hidroksiapatit, dan jaringan lunak yang nantinya akan membantu
menyediakan kalsium dan fosfat.