tanda pengerjaan las

23
semuanya las, kapan pakai bautnya Posted on 25 Februari 2010 by wir | 21 Komentar 7 Votes Sebagai dosen struktur baja di Jurusan Teknik Sipil UPH, maka rasanya ada kewajiban untuk menjawab pertanyaan saudara Andri sbb Andri // 23 Februari 2010 pada 02:06 ) Selamat siang Pak Wir, Saya termasuk orang baru di dunia civil, blog bapak benar2 sangat memotivasi saya untuk terjun lebih dalam di dunia civil engineering, bapak pun sudah saya anggap guru saya meski secara tidak langsung. Ada beberapa pertanyaan sederhana saya 1. Apakah semua sambungan baja bisa di buat moment connection ? Karena ada teman saya yg mendesign struktur baja dan semua sambungannya di las, termasuk rangka atap (struktur truss) dan sambungan sub beam ke main beam, alasannya karena katanya lebih mudah pengerjaannya.. (terus terang sekarang sayapun jarang melihat ada struktur baja yg menggunakan baut pada sambungannya, di sini semuanya main las). 2. Kapan kita mesti menggunakan sambungan las dan kapan kita mesti menggunakan sambungan baut ? 3. Apa yg terjadi kalau kita menganalisis dan memodelkan struktur dengan 100% release terhadap moment, tapi kita mendesign sambungan dengan menggunakan las ? (karena

Transcript of tanda pengerjaan las

Page 1: tanda pengerjaan las

semuanya las, kapan pakai bautnyaPosted on 25 Februari 2010 by wir| 21 Komentar   7 Votes

Sebagai dosen struktur baja di Jurusan Teknik Sipil UPH, maka rasanya ada kewajiban untuk menjawab pertanyaan saudara Andri sbb

Andri // 23 Februari 2010 pada 02:06 )

Selamat siang Pak Wir,

Saya termasuk orang baru di dunia civil, blog bapak benar2 sangat memotivasi saya untuk terjun lebih dalam di dunia civil engineering, bapak pun sudah saya anggap guru saya meski secara tidak langsung.

Ada beberapa pertanyaan sederhana saya

1. Apakah semua sambungan baja bisa di buat moment connection ? Karena ada teman saya yg mendesign struktur baja dan semua sambungannya di las, termasuk rangka atap (struktur truss) dan sambungan sub beam ke main beam, alasannya karena katanya lebih mudah pengerjaannya.. (terus terang sekarang sayapun jarang melihat ada struktur baja yg menggunakan baut pada sambungannya, di sini semuanya main las).

2. Kapan kita mesti menggunakan sambungan las dan kapan kita mesti menggunakan sambungan baut ?

3. Apa yg terjadi kalau kita menganalisis dan memodelkan struktur dengan 100% release terhadap moment, tapi kita mendesign sambungan dengan menggunakan las ? (karena ada juga kejadian seperti itu, untuk membuat simple pekerjaan jadi semua sambungan di las)

4. Bila kita memodelkan struktur Truss pada SAP2000, apakah kita bisa merelease member 100% terhadap moment, mengingat rasanya tidak ada sambungan baja yg betul-betul 100% “bebas moment” (mohon koreksi jika saya salah), dan bagaimana kita menentukan persentase yg mesti kita release terhadap moment?

Sekian dulu Pak Wir, terimakasih sebelumnya.

Andri

Saya kira dari pertanyaan saudara Andri di atas, kita bisa berdiskusi tentang materi baja.

Page 2: tanda pengerjaan las

Konstruksi baja mempunyai karakter yang khas, yang disusun dari element profil baja yang merupakan produk pabrik, yang tentunya mempunyai kontrol mutu pembuatan yang lebih baik. Kualitasnya dapat terprediksi secara lebih cermat, sesuai dengan spesifikasi produk yang ditawarkan. Kalaupun ternyata antara brosur dan produk terjadi perbedaan yang menyolok maka itu tentu disebabkan oleh kualitas pabrik. Jika itu yang terjadi maka nama pabriknya bisa di black-list. Ya seperti motor jepang dengan motor cina yang dijumpai di Indonesia tempo hari, jadi yang nggak sesuai janji maka lama-lama pabriknya juga akan hilang.

Jadi pada intinya nama pabrik pembuatnya bisa dijadikan jaminan, tentang kualitas baja produksinya.

Panjang profil baja yang dihasilkan pabrik juga tertentu, relatif panjang, seperti misalnya profil H atau profil I panjangnya 12 m atau bisa juga mungkin lebih panjang disesuaikan alat angkut yang tersedia. Profil L (siku) panjangnya adalah 6 m. Dengan panjang seperti itu, dan juga melihat ukuran bangunan gedung yang umumnya kurang dari 12 m, maka mestinya tanpa sambunganpun dapat dibuat lantai jika ukurannya kurang dari 12 m. Kalau lebih besar dari itu maka itu hanya dimungkinkan jika profil-profil baja tersebut disambung.

Jika profil baja mutunya terjamin karena buatan pabrik, maka sambungan adalah tidak demikian halnya. Detail sambungan tidak disediakan pabrik, sedangkan bentuk dan jenisnya bisa bervariasi di lapangan, oleh karena itu mutu dan kinerjanyapun juga bervariasi. Jika demikian maka sambungan baja adalah bagian kritis yang menentukan kekuatan dan kekakuan struktur bangunan baja. Itu dibuktikan dengan mempelari data statistik maupun pengamatan yang menunjukkan bahwa sebagian besar kerusakan atau bahkan kegagalan struktur bangunan baja ditentukan oleh kinerja sistem sambungan yang digunakan.

Oleh karena itulah maka bagi seorang engineer pengetahuan mengenai perilaku sistem sambungan yang akan digunakan adalah sangat penting. Bahkan sangat penting. Jika check stress dan tekuk pada penampang dapat dikerjakan (dievaluasi) oleh program komputer melalui opsi post-processing (misalnya SAP2000 dan STAAD-pro) secara otomatis, maka pemodelan struktur dalam menentukan perilaku sambungan tidak secara otomatis dapat dipilih oleh komputer. Biasanya komputer sudah menetapkannya secara otomatis sebagai  joint continue, istilah sederhana dari sambungan momen. Tapi apakah seperti itu kenyataannya. Belum tentu bukan. O ya, ingat : continue itu tidak hanya momen saja lho, bisa torsi, bisa momen sumbu lemah (dan kuat) dsb-nya.

Pada konstruksi baja, jika struktur dimodelkan sebagai joint continue maka prakteknya, untuk menghasilkan sambungan yang continue seperti itu perlu effort khusus. Ini berbeda dengan konstruksi beton yang prakteknya dapat dengan mudah menghasilkan konstruksi yang menyatu, khususnya untuk konstruksi beton cast-in-situ. Bahkan untuk menghasilkan sambungan yang berperilaku sebagai pin pada konstruksi beton adalah lebih kompleks. Susah (mahal) !

Kembali kepada struktur baja, untuk baja profil hot-rolled atau baja pelat tebal maka alat sambung yang dikenalnya hanya dua, yaitu las (weld) dan baut, khususnya baut mutu tinggi. Ini tentu berbeda dengan struktur baja yang memanfaatkan baja cold-formed atau pelat tipis, yang terakhir ini banyak macam sambungannya.

Page 3: tanda pengerjaan las

Jadi, jika yang kita bicarakan ini adalah konstruksi baja hot-rolled, maka hanya las dan baut saja yang dapat kita ajukan. Jadi mana yang sebaiknya kita pakai, las atau baut ?

Untuk bisa menjawabnya, maka perlu pemahaman alat sambung tersebut, plus dan minusnya.

Las secara teoritis dapat menghasilkan kekuatan sambung yang sama dengan penampang aslinya, artinya tidak ada pengurangan kekuatan. Ini khususnya jika berbicara tentang butt-weld atau las tumpul. Jadi jika ada suatu sambungan yang ingin kita uji kekuatan las, dan cara me-las-nya memakai butt-weld maka ketika diuji tarik, yang rusak pasti bagian lain dan bukan di tempat sambungan las tersebut dikerjakan.

Page 4: tanda pengerjaan las

Uji sistem sambungan dengan las, perhatikan bagian yang putus, bukan pada bagian yang di las (Sumber : Luis Calado and Elena Mele (2000) ISET Journal of Earthquake Technology Vol.37,

No.4.)

Kelemahan sistem sambungan las hanya dalam pelaksanaannya. Kita tidak bisa memeriksa sempurna tidaknya suatu las butt-weld hanya dari penampakan luar, tapi dari prosesnya. Kecuali tentunya dengan alat-alat khusus, seperti X-ray, uji gelombang atau semacamnya, yaitu menentukan homogenitas bahan yang disambung. Jadi apakah seluruh penampang telah ter-las dengan baik, atau hanya bagian luarnya saja yang tebal. Kita tidak dengan mudah menjawabnya.

Page 5: tanda pengerjaan las

Oleh karena itulah mengapa tukang las harus mempunyai sertifikasi las, sedangkan tukang memasang baut tidak perlu.

Jika tukang baut hanya perlu tenaga kuat dan satu petunjuk khusus untuk mengencangkan baut tersebut, maka seorang tukang las harus memahami berbagai instruksi kerja agar dapat mengelas suatu bagian dengan baik. Perhatikan ini contoh strategi pengelasan yang dimungkinkan pada suatu sambungan.

Anda lihat detail-detail pengelasan di atas, saya juga yakin tidak setiap sarjana teknik tahu kode-kode di atas, apalagi tukang yang tidak dilatih. Itulah untuk menjamin tukang las tahu apa yang sedang dikerjakannya maka diperlukan sertifikasi. Silahkan saja tanya teman anda, apakah tahu atau pernah melakukan pekerjaan las seperti di atas. Yang jelas, dengan satu macam ketrampilan

Page 6: tanda pengerjaan las

mengelas (yg paling atas) dapat juga sih digunakan sebagai “senjata sapu jagat”, di pakai untuk semua kasus pekerjaan.

Karena kontrol mutu las relatif sulit, dibanding pemasangan baut, maka untuk konstruksi baja yang baik selalu mengusahakan bahwa proses las hanya dilakukan di bengkel kerja (fabrication), yang fasilitas pengangkatan dan lainnya cukup baik, sehingga pelaksanaan pengelasan dapat dengan mudah dikerjakan dan dikontrol. Selanjutnya jika komponen-komponen telah selesai lalu diangkut ke lapangan dan dilakukan perakitan dengan alat sambung baut, khususnya baut mutu tinggi.

Dengan asumsi (yang benar) bahwa pekerjaan di las harus dilakukan di bengkel, tidak berarti tidak boleh dilakukan pengerjaan las di lapangan. Boleh, tapi hanya pada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang mana kontrol mutu dapat dengan ketat diberlakukan. Oleh karena itulah mengapa pada kode las perlu diberikan tanda, mana bagian yang di las di bengkel dan mana yang harus dilakukan di lapangan. Lihat kode las berikut.

Kode las menurut standar amerika (sumber : internet)

Perhatikan simbol “FIELD WELD”, itu kode untuk bagian yang di las di lapangan. Itu berarti tidak semua boleh dikerjakan di lapangan bukan.

Page 7: tanda pengerjaan las

Sampai di sini sudah ketahuan, kapan kita memakai sambungan las, dan kapan memakai sambungan baut.

Mesin las (sumber : AISC Magazine)

Kecuali investasi awal alat las yang memang mahal, maka sambungan las karena hanya memerlukan elektrode las dan prosedur kerja (sdm) serta dapat didesain sistem sambungan yang sama dengan batang utuhnya maka sambungan las relatif lebih unggul dibanding sambungan baut mutu tinggi, yang meskipun sudah ada baut mutu tinggi, tetapi karena ada lubang maka komponen yang disambung menjadi lebih lemah. Karena itulah maka jika memungkinkan selalu digunakan sistem dengan sambungan las.

Memungkinkan yang dimaksud adalah ukuran-ukuran komponen struktur yang memudahkan dalam transportasi dan proses erection di lapangan.

Page 8: tanda pengerjaan las

Sistem Sambungan ada Konstruksi Baja dengan las dan baut

Perhatikan gambar di atas adalah struktur baja dengan kualitas yang dapat ditiru. Sebagian besar menggunakan sambungan las, tetapi karena terbatas dalam proses erection dan pengangkutannya, maka perhatikan bagian yang saya beri tanda kuning itu adalah lokasi sambungan bautnya.

Jadi intinya baut dan las memang digunakan sesuai dengan fungsinya.

Tahapan-tahapan fabrikasi-transportasi-erection adalah ciri-ciri struktur baja pada umumnya. Tetapi tentang hal tersebut, pengalaman menunjukkan bahwa kadang-kadang di praktek tidak demikian yang terjadi. Beberapa mahasiswa kerja-praktek-ku menemukan bahwa apa yang disebut fabrikasi adalah pelaksanaan di lapangan di site. Jelas kontrol mutu pekerjaan baja seperti itu tidak akan sebaik jika proses tersebut dikerjakan di bengkel kerja. Umumnya ini dilakukan oleh kontraktor abal-abal dan fakta menunjukkan itu banyak ditemukan di Indonesia.

Page 9: tanda pengerjaan las

Kenapa itu terjadi. Dari sisi sambungan, jika hanya melihat dari prespektif teori, las relatif lebih kuat (kaku) dan lebih murah dibanding sambungan baut. Oleh karena itu untuk struktur yang relatif sederhana dan ingin diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, apalagi jika mutu tidak menjadi tolok ukur utama, maka bengkel-bengkel baja menengah kebawah memilih menggunakan las yang dilakukan di lapangan. Untuk membayangkannya, ya seperti bengkel pinggir jalan yang sedang membuat pagar rumah, semuanya las dan tidak ada yang memakai baut. Tul nggak.

Jadi dapat dimaklumilah jika anda jarang melihat konstruksi baja dengan sistem sambungan baut. Kontraktor abal-abal cukup banyak dijumpai. Itulah mengapa saya sebagai dosen pembimbing kerja praktek meminta mahasiswa saya untuk mendapat proyek-proyek yang representatif untuk dicontoh. Seperti ini, ini proses pengencangan baja yang dilakukan di proyek jembatan Suramadu.

Proses pengencangan baut di jembatan utama Suramadu (Sumber : Vicky, Eindrik dan Josua, mahasiswa UPH yang melakukan kerja praktek di sana)

Page 10: tanda pengerjaan las

Jadi kalau anda sering-sering melihat proyek yang besar maka saya yakin pertanyaan anda di atas tidak akan ada. Tapi kalau hanya sekedar sekelas bengkel jalanan, yang penting dapat untung, kualitas nomer sekian maka pengerjaan las di lapangan “siapa takut”.

Tentang pertanyaan anda tentang pemodelan Truss dan rencana anda merelease. Saya kiri ini tidak ada kaitannya antara sambungan baja dan baut. Ini adalah strategi pemodelan struktur. Coba anda perhatikan struktur truss jembatan jalan kereta api yang saya ambil fotonya di sekitar menjelang kota Cirebon.

Ini adalah struktur Truss untuk jembatan kereta api di Jawa.

Perhatikan sistem sambungannya, kapan dan dimana dipasang baut dan dipasang las. Ini merupakan contoh menarik dari pernyataan saya di atas. Gambarnya nggak terlalu jelas ya, baik saya zoom bagian tengah sbb:

Page 11: tanda pengerjaan las

Penempatan sambungan (las dan baut)

Jika kita kritis, dengan melihat gambar di atas maka seorang dosen analisa struktur bisa diuji. Apa dia tahu benar perilaku struktur atau hanya sekedar hapal prosedur menghitung. Perhatikan bagian joint (titik pertemuan batang) yang terlihat lebih besar dibanding elemen batangnya. Jelas secara awam, sistem sambungan seperti  itu dapat dianggap sebagai sambungan kaku, pakai las lagi. Jadi anda dapat menyusun suatu pertanyaan, apakah struktur rangka (truss) di atas dapat dihitung sebagai truss (lho padahal namanya sama), yaitu seperti metode joint dan metode potongan ?

Ingat perhitungan sebagai struktur truss adalah perhitungan yang menganggap joint berupa pin (sendi). Jadi jika bisa  mengapa , jika tidak juga mengapa ?

He, he jadikan itu pertanyaan ke dosen analisa struktur-mu, saya yakin anda akan mendapatkan jawaban panjang lebar sehingga kamunya jadi bersemangat belajar ke beliau-nya. Ok.

Note : O ya, jika beliau kesulitan, kamu persilahkan mampir ke blog ini. Saya akan dengan senang hati membantu. Sesama dosen khan tidak boleh saling mendahului !

Page 12: tanda pengerjaan las

Share this: Email Facebook Digg Reddit StumbleUpon Print

This entry was posted in opini. Bookmark the permalink. ← YES for Mario   Teguh tu’ menghindari   ZINA → SukaBe the first to like this post.

21 Responses to semuanya las, kapan pakai bautnya

1. cetakbiruku | 25 Februari 2010 pukul 01:06 | Balas

Wah terima kasih penjelasannya, sangat membantu…

2. sangga | 26 Februari 2010 pukul 17:10 | Balas

kok nggak ada dosen kayak pak dewo ya di kampusku ???

huhuhuhu

3. Andri | 1 Maret 2010 pukul 07:05 | Balas

Terimakasih penjelasannya Pak, sangat memberikan pencerahan, semoga Indonesia ini dipenuhi oleh orang-orang seperti bapak yang tidak sungkan-sungkan untuk berbagi.

4. bayu nugroho | 2 Maret 2010 pukul 02:18 | Balas

terima kasih atas penjelasannya..nambah ilmu untuk pekerjaan baja.

Page 13: tanda pengerjaan las

belum sempat membongkar-bongkar isi web bapak, ada penjelasan tentang kontrol mutu sambungankah? dengan alat dan hanya dengan visual pendekatan.

terima kasih

5. hadiatna | 19 Maret 2010 pukul 01:20 | Balas

Koreksi sedikit Pak, tetang sambungan las.Dalam pengelasan material ada 3 daerah1. Weld metal2. Heat affect zone (HAZ)3. Base metalPatahan lasan boleh di 3 daerah tersebut dengan syarat tegangan tarik patah harus lebih besar dari tegangan tarik teoritis base metal (mis SS400 tegangan tarikya 400 Mpa, sewaktu diuji patah pada daerah HAZ dg tg tarik 405 Mpa, uji tersebut lulus).

Biasanya daerah yang paling rawan pada HAZ, karena mengalami pembesaran butir, sifatnya keras dan getas.

WassalamHadiatna

o edrial | 31 Maret 2010 pukul 04:26 | Balas

koreksi sedikit mas,Memang betul pada saat pengelasan HAZ terjadi pembesaran butir tetapi akan memberikan sifat Ductile. nah akan bersifat keras dan getas jika kita tidak memperhatikan cooling ratenya (quenching).maaf jika saya juga salah

6. aan | 23 Maret 2010 pukul 16:17 | Balas

bagai mana cara buat alat uji defleksi struktur truses dalam ilmu mekanika teknik?

7. arief r | 10 April 2010 pukul 09:33 | Balas

struktur baut juga perlu di perhatikan torque, sepertinya jarang di perhatikan deh ini.

Page 14: tanda pengerjaan las

o wir | 10 April 2010 pukul 19:27 | Balas

berbicara tentang torque untuk pengencangan baut, maka itu berarti berbicara tentang baut mutu tinggi setara dengan ASTM A325 atau A490. Info lebih lanjut lihat di sinihttp://www.boltcouncil.org/files/2004RCSCSpecification.pdf

Adapun perancangan sambungan dengan baut mutu tinggi dapat memanfaatkan dua mekanisme yaitu (a) mekanisme slip-kritis dan (b) mekanisme tumpu (bearing).

Keberadaan mekanisme slip-kritis hanya bisa bekerja jika baut tersebut diberi pretensioning sebesar min 70% kuat tariknya (besar lho). Jika ini yang dipilih maka pemberian torque menjadi penting untuk diperhatikan. Meskipun demikian untuk memberikan pretensioning tidak harus pakai kunci torque, karena jika cara Turn-of-Nut Installion (RCSC 2000, AISC) maka itu dapat dilakukan tanpa kunci torque tersebut.

Jika tanpa pretensioning khusus, yaitu baut cukup dikencangkan pada kondisi Snug to Tight (pakai kunci biasa sekuat rata-rata tenaga seorang pekerja) maka mekanisme yang dapat diharapkan adalah mekanisme tumpu.

Pelaksanaan baut dengan mekanisme slip-kritis, gaya yang dapat dipikul baut relatif lebih kecil dibanding mekanisme tumpu. Kelebihannya jika digunakan mekanisme ini hanya pada tidak terjadinya slip. Jadi lebih kaku. Kalau kekuatannya jelas kalah dibanding mekanisme tumpu.

Oleh karena itu mekanisme slip-kritis memerluakn jumlah baut yang lebih banyak, untuk beban rencana yang sama. Proses pemberian pretensioning juga perlu pengawasan ketat karena tidak gampang. Intinya mekanisme slip kritis akan lebih mahal dibanding tumpu.

Jadi hanya struktur-struktur yang khusus, yang memerlukan sistem sambungan yang lebih kaku, yang umumnya diperlukan jika bahaya fatiqe perlu dihindari yang pakai baut dengan mekanisme slip-kritis. Contoh struktur yang dimaksud adalah jembatan baja untuk lalu-lintas berat.

Adapun struktur bangunan gedung, yang relatif jarang menerima beban bolak-balik (bergerak) persyaratan kaku tidak menjadi masalah sehingga mekanisme tumpu sudah memuaskan.

Itulah jawaban mengapa torque jarang diperhatikan, khususnya jika proyek-proyeknya gedung. Jika jembatan itu suatu keharusan.

Page 15: tanda pengerjaan las

8. Pingback: mekanisme tumpu pada sambungan « The works of Wiryanto Dewobroto

9. hury | 30 Juli 2010 pukul 15:12 | Balas

salam kenal pak Wir.

langsung saja pak, saya penasaran banget dengan sambungan yang ada di gambar jembatan di atas. koq sambungan bautnya tidak satu buhul? tetapi sambungan baut untuk gelagar memanjang tidak menjadi 1 dengan sambungan dari rangka diagonal ? bagaimana dengan sambungan gelagar melintangnya ? apakah juga tidak satu buhul ? apa tidak terjadi momen ? tolong penjelasannya pak.terima kasih

o wir | 30 Juli 2010 pukul 19:56 | Balas

Bukan karena letak sambungan yang menyebabkan timbul momen atau tidak, tetapi yang penting adalah pastikan as masing-masing elemen batang saling bertemu (konsentris) pada titik buhulnya.

Jadi katakanlah, nggak ada sambungan semuanya menyatu dengan di-las, tetapi tetap sumbu as masing-masing batang bertemu pada titik buhul maka jika berat sendiri diabaikan dan beban diberikan pada titik buhul maka momen yang timbul hanyalah momen sekunder akibat deformasi struktur, yang relatif kecil dan pada hitungan cara manual diabaikan.

10. aji | 1 September 2010 pukul 07:43 | Balas

blog bapak sangat bagus,,ni sekedar saran, gimana kalo dikasih contoh soal dan pengerjaanya,,saya rasa hal tersebut akan dengan mudah dapat ddipelajari,, terimakasih pak

11. Antoni | 22 November 2010 pukul 18:29 | Balas

Ijin share pak Wir..Thank u..

12. Hasan Hamid | 22 November 2010 pukul 20:55 | Balas

Page 16: tanda pengerjaan las

terima kasih pak wir artikelnya…yang mau saya tanyakan adalah, jadi tidak musti jika kita struktur truss sambungan yang kita berikan adalah baut ya pak? bisa aja kita kasi las (pada umumnya yang di ketahui banyak orang termasuk saya las adalah sambungan momen, jadi sambungan truss kan hanya menerima gaya aksial, maka harus di beri baut).Mohon pencerahannya pak, jika terjawab ada pertanyaan selanjutnya dari saya

13. Tulisan di Blogspot | 24 November 2010 pukul 18:12 | Balas

makasih ya infonya.

14. duldesign | 26 November 2010 pukul 14:11 | Balas

manteps…pak, makasih atas tulisannya..jd, inget” waktu sekolah. matur nuwun.

salam,duLs

15. nofri | 4 Desember 2010 pukul 14:42 | Balas

pak mhon bantuan informasi nyasaya mahasiswa teknik mesin..

ingin mencari informasi tentang tegangan maksimal dari SS400terima kasih

16. angga | 12 Februari 2011 pukul 14:04 | Balas

terima kasih banyak Pak atas jawabanya, saya jadi mendapat pencerahan!

17. lv | 18 Februari 2011 pukul 00:22 | Balas

saya tertarik sekali sama pernyataan anda ini: ‘

Jika kita kritis, dengan melihat gambar di atas maka seorang dosen analisa struktur bisa diuji. Apa dia tahu benar perilaku struktur atau hanya sekedar hapal prosedur menghitungan’.

Page 17: tanda pengerjaan las

kayaknya menyentil banyak dosen…hihihi….

sebagai mahasiswa, selama perkuliahan memang saya merasa bahwa saya kurang dipaksa untuk berpikir seperti ini atau menghadapi contoh kasus yang real di lapangan. lebih banyak saya diajari hitung-hitungan yang walaupun tahu cara ngitungnya, gak tau dipakai untuk apa….hehe…tragis..

komentar saya mengenai pertanyaan bapak,

apakah jembatan diatas masih dapat dihitung sebagai truss (metode joint/potongan)

: menurut saya, masih bisa dihitung sebagai truss.

setelah saya coba modelkan jembatan di program SAP2000, dan batang2nya tidak saya release, dan beban diaplikasikan pada titik buhul, hasilnya momen yang terjadi kecil dan gaya aksial masih yang dominan. jadi kesimpulan saya ambil, sekalipun jembatan diatas memiliki sambungan kaku, namun tetap dapat dimodelkan sebagai truss untuk penyederhanaan perhitungan. kira-kira bener gak jawabannya pak? hehe…ragu-ragu.com. maaf pak kalau salah…

oya, saya sudah punya buku bapak yang ke-4. pengen punya yang ke-3, masih ada gak y di toko buku? baru kenal bapak sekarang sih, makanya baru tau karya2 bapak. tulisan-tulisan bapak d blog ini sebenarnya kalau dikumpulin bisa jadi beberapa buku lho. bagus-bagus lagi topiknya…saya beruntung ketemu blog ini…

God bless you, sir.

o wir | 18 Februari 2011 pukul 07:07 | Balas

Bagus lv, syukurlah kamu menindak lanjuti artikel saya di atas. Jangan anggap apa yang kamu kerjakan itu kecil, karena hal-hal seperti itulah, yaitu mendapatkan pemahaman yang lebih bagi diri sendiri merupakan langkah awal seperti yang saya lakukan dahulu (saat masih muda). Ketika hal-hal tersebut terus dilakukan secara konsisten, maka rasa-rasanya fenomena di depan mata dapat bercerita sendiri “mengapa itu terjadi”. Jika itu kamu kaitkan dengan proses penelitian yang ada di perguruan tinggi maka kamu akan merasa, koq banyak sekali topik yang dapat dibahas ya.

Kembali kepada analisis rangka batang:

Betul katamu, bahwa ketika suatu bentuk rangka (truss), dibebani hanya pada titik buhul-nya saja dan juga (ini yang penting) bahwa aksial deformasi diabaikan

Page 18: tanda pengerjaan las

(batang dianggap tidak mengalami perubahan panjang) maka hanya akan dijumpai gaya aksial (tekan dan tarik) saja. Tidak ada momen.

Kenapa ditempatmu (analisis kamu) ada sedikit momen, karena program sap2000 secara otomatis (jika tidak dilakukan manipulasi) akan menghasilkan deformasi pada titik buhulnya. Akibat deformasi tersebut, dan karena strukturnya kaku (tidak direlease) maka hal itulah yang menghasilkan momen. CK Wang menyebutnya sebagai momen sekunder.

Pertanyaan dikembangkan lagi. Bisakah kita membuat SAP2000 benar-benar menganalisis dengan konsep di atas sehingga tidak ada momen.

“bisa” dalam tanda kutip. Yaitu membuat momen sekunder yang terjadi relatif kecil atau dengan kata lain membuat deformasi titik buhul yang terjadi sekecil mungkin. Caranya adalah dengan memanipulasi A (area aksial). Tahu sendiri khan kekakuan aksial adalah AE/L. Jadi jika paramater A dan E setelah dibagi dengan L sangat besar maka deformasi yang terjadi menjadi sangat kecil.

Bisakah dipaksa deformasinya = 0. (nol).

Kalau pakai SAP2000 atau program yang sejenis , yaitu yang memakai cara metode matrik kekakuan maka jawabannya adalah tidak bisa. Hanya bisa “relatif sangat kecil” dibanding yang lain.

Kenapa, karena metode matrik kekakuan rumusnya {F} =[K] {d}, ada hubungan langsung antara {F} dan {d}, atau gaya dan lendutan. Jadi jika lendutan (deformasi) dibikin nol, maka gayanya juga nol juga. Jadi yang bisa kita lakukan adalah manipulasi, dan dalam benak kita hasilnya dianggap momen adalah nol (sangat kecil sekali).

Moga-moga membantu memahami analisa struktur klasik rangka batang (truss) maupun analisa struktur berbasis komputer (SAP2000).

Jika kita punya pemahaman-pemahaman seperti itu, maka hasil dari program komputer pada dasarnya sudah ada dibenak kita. Jadik kita bisa tahu hasil komputer tersebut benar atau salah. Orang menyebutnya sebagai “Engineering Judgement”.