Tanaman Obat

download Tanaman Obat

of 72

description

Tanaman Obat

Transcript of Tanaman Obat

Diterbitkan oleh :Daftar Isi :2. EditorialArtikel3. Potensi Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan.8. Pengaruh Infus Oxalis corniculata L sebagai PenghambatPembentukan Batu Kandung Kemih Buatan pada Tikus Putih11. Pemeriksaan Toksisitas Akut, Gelagat dan Sifat DiuretikDaun Mimba (Melia azadirachta L.)14. Efek Infus Borreria hispida Schum terhadap Batu Kandung KemihBuatan pada Tikus Putih (Rat).17. Pengaruh Infus Daun Keiji Beling (Strobilanthus Sp) terhadapBatu Kandung Kemih Buatan pada Tikus Putih.19. Tawas : Penawar Bau Badan Tradisional21. Pengaruh Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum Linn) terhadapkadar Gula Darah.24. Zat-zat toksik yang Secara Alamiah Ada pada Bahan Makan-anNabati.29. Suatu Percobaan Pemilihan Kadar Etanol untuk CairanPengekstraksi Jamu.34. Pengalaman Penelitian Tumbuhan Obat.37. Mikroorganisme Penghasil Antibiotik.41. Aspek Genetik Epilepsi.46. Pathogenesis of Villous Fusion in Malabsorption Syndrome.51. Kanker Servik di Limabelas Daerah Pusat Patologi AnatomiTahun 1983.53. Kegiatan Ilmiah.55. Informasi Obat : Divoltar Tablet.56. Pengalaman Prakte.57. Humor Ilmu Kedokteran.58. Abstrak-Abstrak.60. Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran.International Standard Serial Number: 0125 913XNo.58, 1989Cermin 2 Dunia Kedokteran No.58 1989Sebelum ditemukannya obat-obatan 'modern' seperti sekarang ini,bagaimana manusia memelihara kesehatannya? Mereka tentu akan berusahasekuat tenaga untuk mengatasi penderitaannya dengan menggunakanberbagai cara, termasuk memanfaatkan tanaman yang tumbuh disekitarnya. Dan dari pengalaman yang turun-temurun, sampai saat ini kitamengenal berbagai tanaman yang din yatakan berkhasiat terhadap penyakit-penyakit tertentu.Tetapi, walaupun sejarah obat modern juga diisi dengan penemuankulit kina, digitalis dan alkaloid vinka yang berasal dari tumbuhan, rasanyakita semakin jauh meninggalkan pengetahuan empirik tersebut.Penelitian-penelitian ke arah usaha penemuan zat berkhasiat yang barumasih bersifat insidental dan sporadik, meskipun harus diakui bahwajalan yang harus ditempuh sampai mendapatkan zat yang benar-benarberkhasiat sangatlah panjang dan melelahkan. Meskipun demikian, haltersebut seyogyanya tidaklah menjadi hambatan, apalagi di negara kitayang sangat kaya akan berbagai tanaman berkhasiat. Usaha Pemerintahdengan mencantumkan pengobatan tradisional dalam GBHN dan promosiApotik Hidup di daerah-daerah patut ditunjang dengan penelitian efekfarmakologiknya.Untuk itu, dalam edisi ini, dimwit rangkaian hasil percobaan terhadapberbagai tanaman obat, yang meskipun masih dalam tahap awal, merupakanlangkah yang balk menuju pemanfaatannya secara optimal; dilengkapidengan beberapa artikel yang masih terkait, mudah-mudahan dapat menyumbangkansesuatu ke arah penggunaan praktis dalam klinik.Beberapa artikel lain sebagai tambahan ikut melengkapi edisi ini.Selamat membaca.RedaksiCermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 3ArtikelPotensi Obat Tradisionaldalam Pelayanan KesehatanB. DzulkarnainPusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan R.I., JakartaPENDAHULUANDalam GBHN tercantum salah satu amanat yang berat,ialah: Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secaralebih luas dan merata sekaligus memelihara dan mengembangkanwarisan budaya bangsa, perlu terus dilakukan penggalian,penelitian, dan pengembangan obat-obat serta pengobatantradisional. Di samping itu perlu terus didorong langkahlangkahmengembangkan budidaya tanaman obat-obatantradisional yang secara media dapat dipertanggungjawabkan.Untuk dapat ikut meningkatkan pelayanan kesehatan danmeningkatkan pemerataan obat-obatan tradisional maka perludijelaskan manfaat dari obat-obatan tradisional. Informasitentang manfaat obat-obatan tradisional ini perlu digali, dikumpulkandan dikaji.INFORMASI YANG DIPERLUKANInformasi apa yang diperlukan suatu zat sebelum digunakansebagai obat? Suatu zat merupakan obat bila dalam pengobatanatau eksperimen sudah diperoleh keterangan, diantaranya tentang:1) hubungan dosis dan efek (dose effect relationship),selain dari hanya diketahui adanya suatu efek,2) absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi zat tersebut,3) tempat zat tersebut bekerja (site of action),4) cara bekerja zat (mechanism of action), dan5) hubungan struktur dan respon (structure responserelationship).Keterangan tentang lima hal di atas diperlukan dan dievaluasidalam menilai suatu obat modern sesuai Domer' .Penisilin umpamanya sudah diketahui bahwa besar responnyaberkaitan erat dengan besar dosis, ia diketahui kapanmencapai kadar efektif dalam darah manusia serta apa nasibnyadalam tubuh manusia dan dalam bentuk apa sisa penisilindiekskresi. Diketahui pula pada bagian apa dari kuman penisilinbekerja, serta bagaimana bekerjanya, dan diketahui pulahubungan kerja dengan struktur molekul penisilin.Informasi seperti ini dipunyai semua obat modern yangdipasarkan. Kurangnya informasi ini menyebabkan sesuatuzat tak dapat diedarkan sebagai obat.CARA MEMPEROLEH INFORMASIUntuk memperoleh informasi seperti di atas, diperlukanpenelitian, dana, tenaga dan waktu yang sangat banyak.Diperkirakan mulai dari ditemukannya, dibutuhkan sekitar25 tahun, sebelum suatu zat dibolehkan beredar sebagai obat.Penelitian berkenaan dengan hal di atas dimulai dari penapisantahap pertama, yaitu:a) penentuan toksisitas dan pengaruh terhadap gelagat(behaviour),b) pengaruh zat terhadap tekanan darah dan semua percobaanyang ada kaitan dengan tekanan darah dan diikuti denganc) pengaruh zat terhadap organ-organ terisolasi, yang kemudiandiikuti dengan ratusan percobaan untuk melengkapiinformasi yang diperlukan. Tiga jenis penapisan ini banyakmemberikan arah penelitian dan sifat bahan yang diteliti,mulai dari pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat (SSP),Susunan Saraf Otonom (SSO), respirasi, relaksan otot dansbagainya.Obat-obat modern dapat dikembangkan dari hasil temuandalam laboratorium atau dari sumber alam. Adanya obatobatmodern adalah berkat ditemukannya bahan-bahan yangberkhasiat dalam alam.' Sebagai contoh dapat disebut penisilinyang ditemukan oleh Fleming dari jamur, dan sekarang banyakbahan sintetik yang mirip dengan penisilin. Demikian puladengan primakuin, klorokuin, sulfas atropin dan tanamandigitalis yang mengandung digoksin.Dapatkah obat-obat tradisional dikembangkan dan dimanfaatkandengan cepat melalui langkah-langkah di atas?Beberapa hal perlu dikemukakan dahulu sebelum penanyaantersebut di jawab.1) Obat-obat tradisional merupakan bahan atau zat yang telahdigunakan sebagai obat oleh leluhur kita,Cermin 4 Dunia Kedokteran No.58 19892) Bahan komponen obat tersebut merupakan bahan yangdiperoleh langsung dari alam seperti daun atau kulit kayu dariberbagai jenis tanaman.3) Obat tradisional seolah-olah telah diseleksi secara alamiahtentang toksisitasnya. Para dukun dikatakan tak pandai ataumungkin disingkirkan oleh masyarakat, bila ada yang matiatau lebih menderita karena diobati olehnya.4) Telah dirasakan kegunaannya oleh masyarakat, karena bilatidak bermanfaat tentu sudah lama tidak dgunakan. Sampaitaraf ini obat tradisional telah mengalami percobaan alamiah(trial and error) pada manusia.5) Dalam pengobatan diri sendiri, penggunaan obat tradisionaltidak berkurang, seperti tercermin dalam Survai KesehatanRumah Tangga tahun 1980 dan l985.3,4Maka timbul pertanyaan apakah pengembangan dan pemanfaatanobat tradisional dengan sifat-sifat di atas mutlakharus didahului penelitian mengikuti langkah-langkah yangdisebut di atas. Informasi yang sementara ini sudah dapat diperolehdalam penelitian di dalam negeri kali ini dititikberatkanpada konsep dosis dan respon.PENELITIAN BERKAITAN DENGAN INFORMASI HUBUNGANDOSIS DAN RESPONSInformasi yang diangkat merupakan hasil penelitian ataupemeriksaan pakar di Indonesia. Dalam penelitian tidak dititikberatkan dapat tidaknya pemeriksaan diulang (reproducible).Karena seperti yang dikemukakan Domerl duapercobaan yang sama tidak dapat menghasilkan informasiyang persis sama. Ini disebabkan variasi biologis. Mungkinsecara kuantitatif tidak persis sama tetapi kualitatif sama,hingga garis hubungan dosis dan efek sejajar. Oleh karena itukelompok kontrol selalu harus ada dalam tiap pemeriksaan.Pengaruh bahan pada tekanan darah1) Djoyosoegito dkk.5 membuktikan penurunan tekanandarah kucing oleh ekstrak tanaman wijen hutan, dan melihatpengurangan tahanan pembuluh darah perifer sebagai salahsatu sebab penurunan tekanan darah. Penurunan tahananpembuluh darah perifer dapat dilihat pada Daftar I.Daftar I. Pengaruh bahan terhadap penurunan tahanan pembuluhdarah.Dosis ekstrakwijen hutanPenurunan tahananpembuluh darah (%)0,5 ml1 ml2 ml39,8941,242,5Tidak ada perbedaan bermakna antara 0,5 dan 1 ml sertaantara 0,5 dan 2 ml. Namun melihat % penurunan mungkindengan pembesaran perbedaan dosis perbedaan efek akan terlihat.2) Pengaruh dekok biji kecipir (semen Psophocarpustetragonolobus (L) DC.) terhadap tekanan darah kelinci6.Penurunan tekanan darah akibat pemberian dekok (dinyatakandalam %).NaCl 0,9% 8 ml/kg : 3,51 + 0,585Dekok 60% 8 ml/kg : 28,6 + 4,7667Dekok 80% 8 ml/kg : 26,70 + 4,45Terlihat bahwa membesarkan dosis dekok membesarkanpenurunan tekanan darah. Perbedaan yang tidak besar mungkindisebabkan dosis sudah mencapai maksimum, hinggaperbesaran dosis tidak memberikan efek yang sebanding.Juga tidak dijelaskan apakah kelinci menderita hipertensi.Faal usus terisolasi1) Idayanti Hadinoto dkk.7 memperlihatkan efek rangsangandekok comfrey terhadap usus tikus terisolasi.Daftar 11. Pengaruh bahan terhadap usus terisolasi.Bahan Kontraksi usus dalam cm pada dosisAsetilkolin10 mcg/ml0,775+0,1089100 mcg/ml1,087+0,25881 mg/ml1,4625 +0,243KCI 50 mEq/l0,225 +0,056100 mEq/ml0,6 +0,158150 mEq/l0,925 +0,90dekokcomfrey3 ml 10 %0,275+0,0563 ml 20 %0,95 +0,206Perhatikan hubungan dosis dan efek dekok comfrey denganpedoman hubungan dosis dan efek oleh asetilkolin dan KC1.2) Percobaan mekanisme kerja antihistaminlike8.Daftar III. Pengaruh bahan terhadap tonus usus terisolasi.BahanKenaikan tonusdalam mm10 mcg histamin1 ml ekstrak A. calamus 10 % disusul10 mcg histamin3 ml ekstrak A. calamus 10 % disusul10 mcg histamin10 mcg histamin15121016A. calamus dapat mencegah kontraksi usus terisolasi danterlihat hubungan dosis dan efek.Analgetik-antipiretik1) Sari buah belimbing (Averrhoa carambola L.) telah dicobapengaruhnya terhadap rasa sakit mencit9 untuk menunjukkandaya analgetik sari buah belimbing pada mencit.Hasil yang diperoleh adalah :Daftar IV. Penurunan jumlah geliat rata-rata akibatPerasan buah belimbing Asetosal5 ml/kg bb. 10 ml/kg bb. 20 ml/kg bb. 52 mg/kg bb.67,6 71,3 74,3 75,3Peneliti menemukan hasil efek analgetik yang bermakna(0,01 < p < 0,025). Pada percobaan di atas terlihat adanyahubungan dosis dan efek.Anti tukak lambungPemeriksaan anti tukak daun jambu biji pada tikus10Cermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 5memperoleh hasil sebagai berikut :Daftar V. Jumlah rata-rata ulkus pada tikus.KelompokkontrolKelompokaspirinKelompok aspirinInfus daun jambu10%Kelompok aspirinInfus daun jambu20%0,17+0,40 6,83+2,04 2,7 + 1,3 2,33 + 0,83Melihat hasil di atas tidak ada perbedaan nyata antarakelompok infus jambu 10% dan 20%. Tetapi melihat angkarata-rata, terlihat kecenderungan adanya hubungan efek dandosis. Tidak danya perbedaan nyata mungkin karena perbedaandosis kurang besar, atau sudah mencapai kejenuhanefek, untuk ini perlu diadakan percobaan lebih cermat.Daya proteksi hatiBerpedoman pada besarnya waktu tidur maka dapat direkaderajat kerusakan hati atau perbaikan fungsi hati. ImonoArgo dkk11 menguji air dari batang bambu untuk memperbaikifungsi hati. Terlihat pada pengujian waktu tidur kembalimemendek setelah pemberian cairan bambu. Sebelumnya hatidirusak dengan pemberian karbon tetraklorida. Yang perludiperhatikan adalah hubungan dosis dan perpendekan waktutidur.Daftar VI. Pengaruh perlakuan terhadap waktu tidur.Waktu tidur dalam menit pada jam keKelompok48 72 96 120I 158 +4,7 97,8 + 5,2 65,6 + 3,6 32 + 3II 151,8 +4 86,6 + 2,4 42,4 + 2,5 34 + 3,2III 133,8 +5 43,2 + 2,4 31 + 2,3 27,5 + 3,5IV 128,2 +5 34 + 4,7 28,7 + 2,9 26 + 4,1Semua kelompok menerima CC14 . Kelompok II, III, IV berturut-turut diberi cairan bambu 50%, 100%, 200% v/v. Biladiperhatikan besarnya waktu tidur masing-masing kelompokpada jam yang sama, terlihat adanya hubungan dosis dan efek.Pengaruh terhadap uterus terisolasiPada percobaan dilihat sifat oksitosik infus dan ekstrakcomfrey (Symphytum officinale L.) pada uterus terisolasil2.Potensi sifat oksitosik dinyatakan dalam sentimeter simpanganpencatat pada dua dosis dan oleh infus dan berbagai ekstrak.Pada Daftar VII terlihat adanya pengaruh infus ataupun fraksiDaftar VII. Pengaruh bahan terhadap uterus terisolasi.Bahan dicoba simpangan dlm cm pada dosis0,5 ml 1 mlInfus 20% 1,25 + 0,43 5,25 +0,83Infus 30% 2,00 + 0,71 8,35 +0,83Fraksi alkohol 11,25 + 1,62 13,00 +2,73Fraksi kloroform 2,00 + 0,71 3,75 +1,48Fraksi tak larut khl 16,50 + 0,86 18,75 +2,48Fraksi tak larut PE 11,50 + 2,69 15,00 +1,058Fraksi PE 4,25 + 1,09 3,5 +1,12Keterangan: khl = kloroform PE = petroleum eterterhadap uterus terisolasi. Dengan perhitungan statistik tidakterlihat perbedaan nyata antara 0,5 ml dan 1 ml. Tetapi padaangka rata-rata terlihat ada kecenderungan adanya hubungandosis. dan efek. Perbedaan nyata mungkin dapat dilihat bilaperbedaan dosis diperbesar. Di sin terlihat adanya hubungan dosisdan efek.Bahan mirip testosteronPemberian infus krokot blanda (Talinum racemosumRohrb) merangsang pertumbuhan jengger anak ayam Leghornyang dicoba13 , (Daftar VIII) :Daftar VIII. Pengaruh bahan terhadap beat jengger.Perlakuan berat jengger (mg)/berat badan (gram)Kontrol 27,1824 mg/ekor/hari 28,1172 mg/ekor/hari 29,63240 mg/ekor/hari 40,19metiltestosteron 87,98Terlihat adanya hubungan dosis dan efek meskipun tidakdisajikan selang antara masing-masing respon.Pengaruh terhadap pengeluaran urin dan batu kandung kemih1) Pemberian salah satu fraksi temulawak terhadap pengeluaranurin menunjukkan bahwa lebih besar dosis fraksiyang dicoba, lebih besar volume urin dikeluarkan. Jadi terlihathubungan dosis dan efek14 . (Daftar IX).Daftar IX. Pengaruh bahan terhadap pengeluaran urin.Doris (mg/200 gram bb) Rata-rata volume urin ml (SD)0,33 0,44 (0,67)0,65 0,95 (0,47)1,33 1,42 (0,5)2,65 1,91 ( 0,18 )5,3 2,57(0 ,85)53 3 ,1 8 (0 ,3 7 )530 3,51 (0,29 )Hidroklorotiazid 4,441 (1,13)2) Efek infus gempur batu (Borreria hispida Schum) terhadapbatu kandung kemih buatan pada tikus putih.l5Daftar X. Pengaruh bahan terhadap sisa batu kandung kemih.No tikus dosis infus per 10 gram batu yang tertinggal(%)1 10 80,32 100 51,453 500 38,24 akuades 84,135 tak diberikan sesuatu 100Terlihat bahwa lebih besar dosis infus yang diberikan,lebih besar hilangnya batu kandung kemih, karena lebihkecil yang tertinggal dalam kandung kemih. Jadi di sini terlihatjuga adanya hubungan dosis dan efek.Cermin 6 Dunia Kedokteran No.58 1989PENELITIAN BERKAITAN DENGAN DISTRIBUSI DANLAIN-LAIN TEMPAT KERJA, MEKANISME KERJA DANHUBUNGAN BENTUK DAN DAYA KERJAKe lima informasi tersebut harus ada dan tidak terpisahkan.Untuk dapat menerangkan tentang hal-hal tersebut di atas,perlu diketahui jenis zat berkhasiat sarnpai kepada bentukmolekul dan metabolitnyal , karena tanpa ini tak dapat ditelusurike mana obat pergi dan apa yang terjadi. denganpecahannya. Sampai sekarang belum banyak diketahui tentangzat berkhasiat dalam obat-obat tradisional karena obat tradisionalterdiri dari berbagai komponen yang masing-masingmengandung berbagai zat.Tetapi untuk dapat memanfaatkan obat-obat tradisional,apakah masih diperlukan keterangan demikian rincinya?Bahan yang diperiksa rnasih digunakan oleh masyarakat, jaditidak berbahaya secara akut, dan terbukti bermanfaat secarakeseluruhan (in toto). Yang perlu diperhatikan adalah penggunaansecara terus menerus beberapa obat tradisional. Mungkinperlu diadakan penelitian akibat penggunaan menahunobat-obat tradisional. Percobaan ini tidak disenangi karenamahal dan memakan waktu.PEMBICARAANTidak semua penelitian khasiat dapat menunjukkan pengaruhterhadap kegiatan fisiologis organ yang digunakandalam eksperimen. Mungkin memang tidak ada pengaruhnya,tetapi mungkin juga karena dosisnya kurang besar. Perludiperhatikan pula kewajaran dosis, sebab mungkin dosisnyasudah toksik pada waktu percobaan dilakukan, sedangkangejala menguntungkan belum terlihat. Selain itu perlu diketahuibahwa banyak percobaan yang mungkin belum terrekamatau belum dilaporkan. Tetapi ada yang dapat disimpulkandari sebagian kecil percobaan di atas.Berdasarkan teori reseptor dan prinsip kunci-anak kuncidapat dikatakan bahwa : Ada bahan anak kunci (dari bahan diperiksa) yang cocokdengan kunci yang menentukan respon. Mungkin dibutuhkanberbagai jenis kunci dan anak kunci dengan hasil yang merupakansuatu resultante kerja, tetapi respon dapat diamati. Ada hubungan dosis dan efek; lebih banyak zat atau lebihbesar dosis, efeknya lebih besar. Ini pun. mengikuti hukummasa dan reaksi kimia seperti yang dikemukakan dalamDomerl . Meskipun bahan merupakan campuran dari berbagai zatyang mungkin sekali masing-masing mempunyai khasiatyang tidak sama, di antaranya ada yang dapat mempengaruhireseptor.Dengan demikian maka pengaruh yang terlihat memangakibat bahan yang diberikan, meskipun bahan terdiri dariberbagai jenis zat dan pengaruh bahan merupakan resultantehasil pengaruh berbagai zat. Ini berarti harus ada zat yang bertanggungjawab atas sifat efek farmakologi seperti yang ditunjukkanberbagai bahan. Dengan lain perkataan dalamkhazanah obat tradisional adayang dapat dibuktikan khasiatnyasehingga kita tidak perlu apriori merendahkan atau tidakmempercayai obat tradisional. Jadi secara potensial obattradisional dapat digunakan sebagai obat.Yang masih diperlukan adalah bantuan pembuktian yanglebih banyak lagi pada pasien manusia. Untuk ini diperlukankesediaan sejawat yang bekerja di lapangan pelayanan, yanglangsung berhubungan dengan penderita, untuk ikut memperhatikanakibat penggunaan obat tradisional tanpa curigadan objektif, termasuk adanya pengaruh negatif, bila ada,tanpa dibesar-besarkan.Gejala-gejala tersebut mungkin dapat ditemukan di daerah,baik di Puskesmas atau pada praktek pribadi. Informasi inidibutuhkan dan bila tidak diketahui ke mana informasi dapatdikirimkan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,rnerupakan salah satu tempat pengumpul informasi yangtepat. Sekali lagi, mungkin sekali obat tradisional berkhasiat,kalau tidak berkhasiat pun pernyataan perlu diberikan secaraobyektif dan tidak didorong emosi atau dasar apriori.SARAN1) Merekam penggunaan obat tradisional. Hal ini akanmemberikan informasi mutakhir tentang masih digunakannyaobat tradisional. Di antaranya perlu direkam jenis obatyang digunakan, terhadap penyakit apa, bahannya, dosisnya,digunakan berapa lama. Bila mungkin, dilakukan observasikeampuhannya dengan merekam frekuensi penggunaan sertapenyembuhan setelah menggunakan obat tersebut. Rekamanakibat negatif setelah penggunaan obat tradisional sangat diperlukan,dengan penjelasan persentasenya.2) Mengadakan uji toksisitas khususnya uji toksisitassubkronik atau kronik pada hewan percobaan. Pengobattradisional biasanya tidak rnerekam informasi tentang pasiennya,hingga tidak ada petunjuk sama sekali tentang kemungkinanadanya akibat negatif. Hanya dokter yang diajarkanmembuat rekaman pengobatan. Informasi ini perlu sebelumobat tradisional dimantapkan khasiatnya pada manusia.3) Konfirmasi kebenaran yang dicoba pada manusia dalambatas-batas tertentu, menggunakan dosis empirik setelah disesuaikandalam sistem metrik.4) Penelitian formulasi untuk memperoleh bentuk yangenak digunakan, mudah digunakan, mudah pemberiannya.KEPUSTAKAAN1. Domer FR. Animal experiments in pharmacological analysis.Sringfield, Ill. Charles C Thomas, 1971.2. Goldstein A, Aronow L, Kalmah SM. Principles of Drug Action:the basis of pharmacology. Second ed. New York: John Wiley &Sons, 1974.3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Survei KesehatanRumah Tangga 1980, 1980.4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Survei KesehatanRumah Tangga 1985, 1985.5. Achmad Muhammad Djoyosoegito dkk. Titik tangkap pengaruhhipotensif rebusan daun Oldenlanoia corymbosa L. pada kucing,1976.6. Tri Partini Estiningsih dkk. Efek antihipertensi dekok biji Psophocarpustetragonolobus (L) DC. pads kelinci secara in vivo.Risalah SPTO III, Yogyakarta, 1983 : 60-70.7. Idayani Hadinoto dkk. Pengaruh comfrey (Symphytum officinaleL.) terhadap kontraksi otot polos usus tikus putih. RisalahSPTO III, Yogyakarta, 1983 : 276-82.8. B Dzulkarnain dkk. Pengaruh ekstrak beberapa tanaman obatterhadap usus terisolasi. Bull Penelitian Kesehatan 1978: 6 (1) :29-39.9. A Setiadi Ranti dkk. Pengujian efek analgetik bush Averrhoacarambola L. pada mencit putih betina. Risalah SPTO III, Yogyakarta,1983 : 302-9.10. Sugiyantono dkk. Pengaruh infusum daun jambu biji (Psidiumguafava L.) terhadap ulkus lambung tikus putih. Risalah SPTO VSurabaya, 1986 : 92-102.Cermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 711. Imono Argo dkk. Pengaruh cairan yang ke luar dari batang Bambusavulgaris Schrad terhadap regenerasi sel hepar tikus putihjantan. Risalah SPTO II, Yogyakarta, 1983 : 104-19.12. B Dzulkarnain dkk. The influence of the infusion and extractsof Symphytum officinale L. leaves on the isolated guinea piguterus. Bull Penelitian Kesehatan 1982; 10 (1) : 7-14.13. M Amin. Penelitian androgenic Talinum racemosum Rohrb(krokot blanda) pada anak ayam . Universitas Indonesia. Skripsi,Jurusan Farmasi FMIPA UI. 1988.14. Eka Yoshida. Pemeriksaan efek diuretika ekstrak temulawak(Curcuma xanthorrhiza Roxb) pada tikus putih. UniversitasIndonesia . Skripsi, Jurusan Farmasi FMIPA UI. 1988.15. Yun Astuti dkk. Khasiat infus Borreria hispida Schum terhadapbatu kandung kemih buatan pada tikus putih (rat). KongresBiologi Nasional VIII di Purwokerto, Oktober 1988.Cermin 8 Dunia Kedokteran No.58 1989Pengaruh Infus Oxalis corniculata Lsebagai Penghambat PembentukanBatu Kandung Kemih Buatanpada Tikus PutihAdjirni dan B. WahjoediPusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan R.I., JakartaABSTRAKSalah satu kegunaan Oxalis corniculata L. (Calincing) secara empirik adalah untukmengobati batu kandung kemih. Untuk membuktikan kebenarannya telah dilakukanpenelitian guna melihat pengaruh menghambat pembentukan batu kandung kemihbuatan oleh infus serbuk O.corniculata L. pada tikus putih strain LMR.Tikus dengan batu kandung kemih buatan diperoleh dengan jalan meletakkanbenang sutera operasi ke dalam kandung kemih (operasi terbuka). Infus O.corniculataL. diberikan selama 7 hari terus menerus secara oral, dua hari setelah penempatanbenang sutera. Bahan percobaan diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman ObatTawangmangu.Di samping percobaan di atas, dilakukan juga percobaan untuk melihat efekdiuretik dari bahan yang sama pada tikus putih strain LMR menurut cara Topliss &Taylor (1962).Kedua percobaan menggunakan 3 macam dosis yang berbeda, masing-masingekivalen dengan 1 x, 10 x dan 50 x dosis lazim orang.Hasil percobaan: efek menghambat pembentukan batu kandung kemih buatanpada tikus terlihat pada dosis ekivalen dengan 1 x dan 10 x dosis lazim orang.PENDAHULUANOxalis corniculata L. dalam bahasa sehari-hari dikenaldengan nama Calincing, banyak digunakan rakyat untuk menanggulangimasalah keracunan yang disebabkan oleh tempebongkrek1 . Sisi lain dari penggunaan Calincing secara empirikadalah untuk pengobatan batu kandung kemih (calculus vesicalis)2. Pengobatan batu kandung kemih biasanya tidak bisatuntas sehingga lebih baik ada usaha pencegahan pembentukancalculus daripada mengadakan pengobatan secara terusmenerus. Selain itu telah diketahui dari toksisitas akutmaupun subkronik pada hewan percobaan, tanaman ini cukupaman 3.Untuk membuktikan kebenaran tersebut di atas dilakukanpenelitian guna melihat pengaruh infus O.corniculata L. sebagaipenghambat pembentukan batu kandung kemih buatanpada tikus putih. Selanjutnya untuk melihat apakah adahubungan antara daya hambat tersebut dengan efek diuretik,dilakukan juga percobaan untuk melihat pengaruh pengeluaranurin pada tikus putih.Dibacakan pada Kongres Ilmiah ISFI 10 13 Nopember 1986 diYogyakarta.BAHAN DAN CARABahan: O.corniculata L. diperoleh dari Balai PenelitianTanaman Obat Tawangmangu. Untuk membuktikan kebenarannyabahan percobaan dideterminasi pada Herbarium Bogoriensedi Bogor.Bahan percobaan, dikeringkan dalam suhu kurang dari50C, kemudian dibuat serbuk dan selanjutnya diolah menjadiinfus menurut cara Farmakope Indonesia ed. III4. Infusinilah yang nantinya digunakan untuk percobaan.Hewan percobaan adalah tikus albino strain LMR., kelaminjantan, berat sekitar 200 g. Sebelum percobaan dilakukanadaptasi terhadap lingkungan sekitar tempat percobaan.PERCOBAANPercobaan Penghambat Batu Kandung KemihPercobaan menurut cara Liao, C.S.5 yang telah dimodifikasi.Sebelumnya tikus dengan calculus vesicalis dibuatdengan cara operasi terbuka untuk meletakkan sepotongbenang sutera operasi (Silicone Treated) sepanjang 1 cmCermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 9steril ukuran 30 Silk mark Davis Geck, ke dalam kandungkemih tikus percobaan. Selanjutnya 30 ekor tikus percobaan,2 hari setelah diletakkan benang sutera dalam kandung kemihnya,dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing 6 ekor.Kelompok I : diberi bahan percobaan ekivalen dengan 1 xdosis lazim orang setara dengan 12,9 mgserbuk/100 g b.b. tikus.Kelompok II : s.d.a. ekivalen dengan 10 x dogs lazim orangatau setara dengan 129 mg serbuk/100 g b.b.tikus.Kelompok III: s.d.a. ekivalen dengan 50 x dosis lazim orangatau setara dengan 645 mg serbuk/100 g b.b.tikus.Kelompok IV: sebagai kontrol hanya diberi akuades.Bahan percobaan dan air diberikan secara oral terus menerusselama 7 hari dengan volume dosis sama untuk semua tikusyaitu 1 ml/100 g bb.Satu hari setelah hari terakhir pemberian bahan percobaan,semua tikus dimatikan dengan eter diamati kandung kemihnya.Seluruh batu diambil lalu dikeringkan dalam oven dengansuhu sekitar 40C. Selanjutnya ditimbang.Percobaan diuretikPercobaan menurut cara Taylor & Topliss (1962)6. Se-Jumlah 30 ekor tikus jantan strain LMR. berat sekitar 200 gdibagi menjadi 5 kelompok @ 6 ekor.Kelompok I : diberi infus O.corniculata L., ekivalendengan 1 x dosis lazim orang.Kelompok II : s.d.a. ekivalen dengan 10 x dosis lazim orang.Kelompok III : s.d.a. ekivalen dengan 50 x dosis lazim orang.Kelompok IV : diberi bahan standar hidroklorotiazid 0,16mg/100 g bb. tikus.Kelompok V : sebagai kontrol hanya diberi akuades.Volume dosis untuk semua tikus adalah sama yaitu 1 ml/100 g bb. dan diberikan secara oral. Observasi dilakukan selama4 jam dan urine ditampung di dalam gelas ukur.HASILHasil percobaan penghambatan pembentukan batu kandungkemih buatan dan percobaan diuretik masing-masing dapatdilihat dalam Daftar I dan Daftar II di bawah ini.Daftar I. Pengaruh infus O.corniculata L. terhadap pembentukan batukandung kemih buatan pada tikus.No. Bahan DosisBerat Baturata-rata(mg)Perubahanberatbatu (%)1. Infus O.corniculata L. 1 x dosis 9,28 55,832. Infus O.corniculata L.orang10 x dosis 9,41 56,623. Infus O.corniculata L.orang50 x dosis 11,98 72,084. Akuadesorang1 m1/100g 18,74 112,755. T.a.a.b.b.16,62 100Keterangan: - T.a.a. = tidak diberi apa-apa.- 1 x dosis orang setara dengan 12,9 mg serbuk O. c o rniculata L. setiap 100 g berat badan.- perubahan berat batu = membandingkan kelompoklain apabila kelompok yang tidak diberi apa-apa dianggap100%Daftar 11. Pengaruh pengeluaran urin dari infus O.corniculata L. padatikus.No. Bahan Dosis Jumlah urinrata-rata (ml)1. Infus O. cornicul a t a L. 1 x dosisorang22. Infus O. cornicul a t a L. 10 x dosisorang2,083. Infus O. cornicul a t a L. 50 x dosisorang1,554. HCT (Hidroklorotiazid) 0,16 mg/100 gberat badan5,325. Akuades 1 ml/100 gberat badan2,4PEMBAHASANPada percobaan ini bahan percobaan diberikan kepadatikus, dua hari sesudah peletakan benang sutera dalam kandungkemih, diasumsikan bahwa dalam waktu dua hari belumterjadi pembentukan batu, karena batu buatan kandungkemih terjadi sesudah kurang lebih satu minggu benang didiletakkandalam kandung kemih. Benang di sini berfungsisebagai inti untuk terjadinya batu.Dari hasil percobaan (Daftar I) pada dosis 1 x dan 10 xdosis lazim orang, efek menghambat pembentukan batukandung kemih ternyata lebih besar bila dibandingkan dengandosis 50 x dosis lazim orang.Pada percobaan terhadap pengaruh pengeluaran urin dariinfus O. corniculata L. pada tikus, baik pada dosis ekivalendengan 1 x, 10 x dan 50 x dosis orang, pengaruhnya tidak berbedadengan kelompok kontrol yang hanya diberi akuadessaja.Pada umumnya tanaman obat yang bersifat diuretik dapatdigunakan untuk mengobati kelainan-kelainan yang disebabkanadanya pembentukan batu dalam urin. Dari kedua percobaandi atas ternyata efek infus Oxalis corniculata L. terhadappencegahan pembentukan batu kandung kemih buatanbukan karena penambahan pengeluaran air seni. Jadimekanisme terjadinya penghambatan pembentukan batu buatanini belum dapat diterangkan, mungkin akibat adanyazat yang dapat menetralkan suasana pH dalam cairan kandungkemih, atau kemungkinan-kemungkinan lain yang belumdiketahui pasti.KESIMPULANEfek menghambat pembentukan batu buatan kandungkemih pada tikus dari infus O.corniculata L. terlihat terutamapada dosis ekivalen dengan 1 x dan 10 x dosis lazim orang;dan pengurangan berat batu bukan karena urine menjadi enceratau karena diberi obat diuretik.Cermin 10 Dunia Kedokteran No.58 1989KEPUSTAKAAN1. Soerjanto Ekosapto. Penggunaan calincing untuk memerangi masalahkeracunan tempe bongkrek di daerah anyumas, dalam: HasilRumusan Seminar Tempe Bongkrek, Unsoed, Purwokerto, 1975.2. Sudarman M, Harsono R. Cabe puyang warisan nenek moyang,P.T. Karya Wreda, 1968, cetakan II.3. Adjirni, B. Wahjoedi. IT Budiarso. Daya racun daun Oxalis corniculataL. Simposium Penelitian Tumbuhan Obat V, Surabaya,1986.4. Departemen Kesehatan R.I. Farmakope Indonesia ed. III, 1979.5. Liao CS. Pharmacological studies of Herbal Medicine in Taiwan;Workshop I, Mode of action drugs used in East Asian medicine,Tokyo, 1981, P. 11.6. Turner RA. Screening methods in pharmacology. New YorkAcademic Press, 1965; p. 251-2.Cermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 11PemeriksaanToksisitas Akut, Gelagat dan Sifat DiuretikDaun Mimba (Melia azadirachta L.)Budi Nuratmi, B. Dzulkarnain, PudjiastutiPusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan R.I., JakartaABSTRAKSalah satu bentuk daun mindi (mimba) yang pernah ramai dipasarkan di Jakartasetelah dideterminasi adalah Melia azadirachta L., Toksisitas akut, pengaruh terhadapgelagat dan sifat diuretiknya ditentukan pada hewan percobaan.LD50 ekstrak air daun mindi adalah 24.010 mg/kg bb. pada tikus diberikan secaraoral. Pemeriksaan pengaruh terhadap gelagat, yang ditentukan pada mencit, menunjukkanbahwa kemungkinan ada sifat merangsang susunan saraf pusat. Bahanmempunyai sifat diuretik yang ditentukan pada tikus, meskipun tidak sekuat hidroklorotiazida.Disarankan menentukan sifat diuretik dengan dosis yang lebih besar.PENDAHULUANBeberapa waktu yang lalu masyarakat, khususnya di Jakarta,dihebohkan oleh adanya daun mindi (mimba) yang dikatakanberkhasiat bagi segala jenis penyakit. Untuk mendapatkan petunjuktentang khasiatnya, dilakukan beberapa percobaan.Pada tahap pertama bahan dideterminasi oleh HerbariumBogoriense dan hasilnya adalah bahwa yang dipasarkan mempunyainama Latin Melia azadirachta L. atau Azadirachtaindica Juss.Secara empirik bahan ini digunakan sebagai obat demam,anti malaria, eksema, obat cacing1,3,6 . Sifat astringen, insektisida,dan sifat stimulan telah pernah ditentukan2. Di sampingitu air rebusan bahan dapat menurunkan kadar SGOT tikuspada dosis tinggis . Disebut pula bahwa tanaman ini mengandungnimbidin dan natrium nimbidinat yang terhadapkatak dapat menghambat dan akhirnya menghentikan denyutjantung8.Untuk melengkapi informasi maka pada penelitian ini ditentukan: 1) toksisitas akut pada mencit, 2) pengaruh terhadapgelagat mencit, dan 3) daya diuretiknya pada tikus putih.BAHAN DAN CARABahanBahan diperoleh dari Jakarta dan dideterminasi di HerbariumBogoriense (LBN LIPI). Untuk penentuan LD50 danpercobaan terhadap gelagat digunakan mencit dengan beratDisajikan pada Kongres Nasional ISFI XII di Yogyakarta, 10 13Nopember 1986.20 25 gram dengan jenis kelamin betina dan jantan dariPusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Litbang Kesehatan,DepKes. Untuk percobaan diuretic digunakan tikus yangdiperoleh dari Puslitbang Gizi Jakarta, dengan berat antara160 dan 220 gram.Pengolahan bahanTujuh puluh gram daun segar diolah seperti yang dilakukanuntuk pengobatan. Bahan di atas direbus dengan air hingga700 ml, dan diuapkan pada suhu antara 60 dan 63C hinggamenjadi ekstrak kering dengan bobot 7,49 gram. Dosis lazimekstrak kering pada tikus secara oral adalah 0,223 mg/100 gbb. Ini diperoleh dengan memperhitungkan 1 kali dosis manusiayaitu 7 helai daun segar (kira-kira 1 gram) direbus dalam 2gelas air sampai tinggal 1 gelas dan diminum 3 kali sehari.Percobaan toksisitasPercobaan toksisitas akut dilakukan menurut cara Weil10menggunakan mencit betina dengan cara pemberian bahansecara intraperitoneal.Percobaan terhadap gelagatPercobaan untuk melihat pengaruh terhadap gelagat dilakukandengan cara Campbell dan Richter9, menggunakan mencitjantan dan betina dengan pemberian bahan secara intraperitoneal.Percobaan diuretikPercobaan diuretik dilakukan dengan cara Taylor dan Topliss7. Untuk itu tikus dibagi dalam 5 kelompok @ 3 ekor tikus.Cermin 12 Dunia Kedokteran No.58 1989Tikus selama percobaan dimasukkan ke dalam kandang metabolik.Kelompok 1 diberi air 1 mg/100 gram bb.Kelompok 2 diberikan larutan HCT 0,16 mg/100 gram bb.Kelompok 3 diberikan ekstrak 0,223 mg/100 gram bb.(1 kali dosis manusia)Kelompok 4 diberikan ekstrak 2,23 mg/100 gram bb.(10 kali dosis manusia)Kelompok 5 diberikan ekstrak 22,3 mg/100 gram bb.(100 kali dosis manusia)Setelah 4 jam volume urine diukur.HASILPercobaan toksisitas akutLD50 daun mimba adalah 3,43 (2,29 3,95) mg/10 grambb. pada mencit secara intraperitoneal. Setelah diekstrapolasidengan cara Paget dan Barnes" untuk tikus dengan pemberianbahan peroral diperoleh LD50 = 24.010 mg/kg bb. Ini masihlebih besar dari batas 15.000 mg/kg bb. per oral pada tikusseperti yang ditentukan Gleason11, dan berarti bahwa daunmimba termasuk bahan yang Practically Non Toxic.Percobaan pengaruh terhadap gelagatPada percobaan terlihat adanya piloereksi dan reaksiStraub yang memberi petunjuk bahwa ada rangsangan terhadapsusunan saraf pusat (khususnya sumsum tulang belakang)atau pembebasan adrenalin. Penurunan suhu menandakanadanya depresi pada susunan saraf, khususnya tempatpengaturan suhu. (Tabel I dan Tabel II).Percobaan pengaruh terhadap pengeluaran urinePengeluaran urine akibat daun mimba lebih besar daripada pengaruh pemberian akuades, dan melihat rata-ratapengeluaran urine pada tiap dosis maka ada hubungan dosisdan efek. Dengan demikian daun mimba mempunyai efekdiuretik. Sedangkan pengaruh clan dosis terbesar pada percobaanini belum sebesar pengaruh HCT. (Tabel III).Tabel 1. Pengaruh daun mimba terhadap gejala berkaitan dengan sarafotonom.Besar dosis dalam mg/10 gram bb.padaMencit jantan Mencit betinaGejala1 3 9 1 3 9piloereksi + + + + +salivasi lakrimasi Keterangan:+ = ada pengaruh, = tidak ada pengaruh.Piloereksi sudah terjadi pada dosis sepertiga kali LD50.PEMBAHASANAngka LD50 yang diperoleh, dibandingkan dengan batasanGleason (1969) sudah rnelewati batas tetapi tidak begitu jauh.Bahan masih dianggap sebagai bahan yang Practically NonToxic, namun karena tidak berbeda besar dengan batasanGleason (1969) sebaiknya waspada.Pada gelagat dilihat adanya piloereksi pada dosis 1, 3 danTabel 2. Pengaruh daun mimba terhadap gejala berkaitan dengansusunan saraf pusat.Besar dosis dalam mg/10 gram bb.padaMencit jantan Mencit betinaGejala1 3 9 1 3 9Ptosis Straub + + + + + +Ataksia Righting reflex Perasaan nyeri Suhu Pernafasan Keterangan:+ = ada pengaruh, = tak ada pengaruh.Tabel 3. Pengaruh daun mimba terhadap pengeluaran urine.BahanDosis dalam(mg/100 gram bb)Jumlah urine rata-rata(ml.)Ekstrak daun mimba 0,223 1,8Ekstrak daun mimba 2,23 1,9Ekstrak daun mimba 22,3 2,6Hidroklorotiazid 0,16 4,6Akuades 1 ml 1,49 mg/10 gram bb. mencit kecuali mencit betina yang menerima1 mg/10 gram bb. Midriasis terlihat pada semua mencityang menerima bahan, mulai dari yang enerima 1 mg/ 10gram bb. Piloereksi berkaitan dengan pembebasan atau adanyaadrenergik, atau rangsangan terhadap susunan saraf pusat.Gejala Straub terlihat pada semua mencit yang menerimabahan dan ini mungkin berkaitan dengan adanya piloereksidan midriasis, yang mungkin terjadi karena adanya pelepasanadrenalin. Penurunan suhu menandakan depresi pada hipotalamussebagai pusat pengatur suhu. Jadi seolah ada rangsanganpada susunan saraf pusat sekaligus depresi khususnya sumsumtulang belakang. Gejala inipun dapat terjadi karena jumlahbahan yang diberikan mencapai dosis toksik.Daya diuretik sudah terlihat pada dosis 1 kali dosis manusia.Sedangkan melihat rata-rata pengeluaran urine terlihat adanyahubungan dosis dan efek, yang berarti bahwa pengeluaranurine disebabkan karena bahan yang diberikan. Pada dosisterbesar pada percobaan ini volume urine belum sama denganpengaruh HCT. Berkaitan dengan dosis, mungkin perlu pembesarandosis pada percobaan selanjutnya, dengan risiko ketidakwajaranpada pemberian pada manusia. Sifat diuretikmungkin disebabkan oleh Na nimbidin yang menurut Batia2mempunyai sifat diuretik.KESIMPULANDaun mimba termasuk bahan yang practically non toxictetapi karena LD50 masih dekat dengan batas yang telah diCerminDunia Kedokteran No. 58 1989 13tentukan Gleason maka perlu waspada.Daun mimba berdaya diuretik. Untuk menegaskan ini perlupercobaan dengan dosis yang lebih besar.KEPUSTAKAAN1. Sofowora A. Chichester. Medicinal plants and traditional medicinein Africa:. New York, Brisbane, Toronto, Singapore: John Wiley &Sons. 1982 : p. 723 dan 1779.2. Gopalan C. Medicinal plants of India. Vol. I, 1970 : 1126.3. Dastur JF. Medicinal plant s of India and Pakistan, 3rd ed .BombayI: Taraporevala Sons & Co. Private Ltd. 1970 : 29-30.4. N Mustofa. Experimental design. Medan, Sumatera 1965.5. Efrianis. Pengaruh daun Melia azadirachta L. terhadap kadarSGOT dan jumlah eritrosit dan lekosit serta kadar hemoglobinpada tikus putih.. Skripsi sarjana Farmasi F MIPA UniversitasAndalas Padang 1986.6. Perry LM. Medicinal plants of East and South East Asia. Cambridge,Massachusetts, London. The MIT Press 1928 : 2601.7. Turner RA. Screening Methods in Pharmacology. New York andLondon. Academic Press : 1965 : 16.8. Watt MJ Medicinal and Poisonous Plants in Eastern Africa. 2nd.ed. Edinburgh, London, E&S Livingstone Ltd. 1962 : 745-6.9. Campbell, RIchter; dalam Domer: Animal Experiments in Pharmacologicalanalysis. Charles & Thompson, Springfield. 1971.10. Weil CS. Tables for convenient calculation of Median effectivedose (LDSO and ED50) and its instruction in their use. Biometrics.1971, 8 : 24963.11. Gleason MN. Clinical Toxicology of Commercial Products. William& Wilkins Co, Baltimore: 34.12. Sulistia Gan, dkk. Farmakologi dan Terapi, ediai II, Bagian Farmakologi,FKUI Jakarta, 1980.13. Paget GE, Barnes JM. dalam: Laurence DR. & Bacharach AL.Evaluation of drug activities: Pharmacometrics. Vol. I 1964.Academic Press. London, New York : 1612.UCAPAN TERIMA KASIHTerima kasih ditujukan kepada Herbarium Bogorienses (LBN,LIPI Bogor) yang telah membantu determinasi bahan daun mimba.Terima kasih juga ditujukan kepada Pusat Penelitian Penyakit Menularkarena .telah membantu menyediakan mencit dan tikus untuk percobaan.Cermin 14 Dunia Kedokteran No.58 1989Efek Infus Borreria hispida Schumterhadap Batu Kandung Kemih Buatanpada Tikus Putih (Rat)Yun Astuti, B. Wahjoedi, Lucie WidowatiPusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan R.I., JakartaABSTRAKGempur batu (Borreria hispida SCHUM) secara empiris digunakan untuk menghancurkanbatu kandung kemih.Untuk mengetahui apakah infus Gempur batu dapat menghancurkan batu kandungkemih,telah dilakukan penelitian untuk melihat efek infus Gempur batu sebagaipenghancur batu kandung kemih buatan pada tikus putih strain L.M.R.Batu kandung kemih buatan diperoleh dengan cara meletakkan benang suterauntuk operasi ke dalam kandung kemih percobaan (Cara Liao,1981). Setelah benangsutera berada dalam kandung kemih tikus selama 15 hari, bahan percobaan diberikanselama 7 hari terus menerus secara oral. Dosis percobaan ada 3 macam yaitu masingmasingekivalen dengan 1%; 10% dan 50%.Dari hasil percobaan ternyata infus dari tanaman Gempur batu (Borreria hispidaSCHUM) mempunyai efek menghancurkan batu kandung kemih buatan apabila dibandingkandengan kontrol. Semakin besar dosis makin besar pula efeknya. Olehkarena sifat diuretik tidak terlihat maka mungkin hancurnya batu bukan karenadiuresis.PENDAHULUANWHO dalam salah satu seminarnya menganjurkan untukmengadakan penelitian khasiat dari tanaman obat yang digunakanuntuk mengobati penyakit yang sampai sekarangbelum dapat diobati dengan sistem pengobatan modern, termasukdi dalamnya penyakit kencing batu2.Di Indonsia banyak tanaman atau bagian dari tanamanyang dinyatakan dapat mengobati penyakit kencing batu secaraempiris3'4'8. Salah satu tanaman dikatakan berkhasiatsebagai penghancur batu kandung kemih adalah Gempur batu(Borreria hispida SCHUM) 3'4'8. Tanaman Gempur batu daundan batangnya mempunyai kandungan kalium yang cukuptinggi4. Pada umumnya tanaman yang mempunyai kandungankalium mempunyai efek sebagai penghancur batu kandungkemih secara in vitro6, 7.Untuk membuktikan kebenarannya secara ilmiah makadilakukan penelitian untuk mengetahui efek sebagai penghancurbatu kandung kemih pada tikus percobaan dari tanamanBorreria hispida SCHUM. Penelitian ini dilakukan secaraDibacakan pada Kongres Biologi Nasional III, Oktober 1987 di Purwokertoin vivo untuk melihat pengaruh infus tanaman Borreria hispidaSCHUM terhadap pembentukan batu kandung kemih buatanpada tikus. Hasilnya diharapkan memberi indikasi yang menunjangpenggunaan bahan di atas pada pemakaian obattradisional.BAHAN DAN CARABahanTanaman Gempur batu (Borreria hispida SCHUM), familiaRubiaceae diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman ObatPuslitbang Farmasi Badan Litbangkes. Dep.Kes. R.I. Bahanpercobaan dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebihdari 50C sampai mendapatkan berat konstan. Setelah keringbahan diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakanmesh 48. Dari bahan serbuk ini dibuat infus sesuai denganpetunjuk pada Farmakope ed. III. Infus ini yang selanjutnyadipakai sebagai bahan percobaan.Hewan percobaan menggunakan tikus putih strain LMRdari Puslitbang Gizi Badan Litbangkes Dep.Kes. RI. Jakarta,Cermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 15dengan berat rata-rata 200 gram dan jenis kelamin jantan.CaraSebelum dilakukan percobaan, 30 ekor tikus diadaptasikanpada lingkungan percobaan. Kemudian dilakukan operasiterbuka untuk meletakkan benang sutera operasi panjang1 cm dari Silicone Treated steril ukuran 30, merk. DavisGeck, ke dalam kandung kemihs. Selanjutnya 15 hari setelahpenempatan benang sutera ke dalam kandung kemih, 30ekor tikus percobaan ini dibagi menjadi 5 kelompok, masingmasing6 ekor tikus.Sebelum diberi bahan percobaan semua tikus diukurjumlah urinnya.Kelompok I : diberi bahan percobaan dengan dosis 1%setara dengan 10 mg/100 gram bb. tikus.Kelompok II : s.d.a. dengan dosis 40% setara dengan100 mg/ 100 gram bb. tikus.Kelompok III : s.d.a. dengan dosis 50% setara dengan500 mg/100 gram bb. tikus.Kelompok IV : sebagai kontrol diberi aquades 1 ml/100gram bb. tikusKelompok V : tidak diberi apa-apa.Bahan percobaan dan aquades diberikan secara oral selama7 hari terus menerus dengan volume dosis sama untuk semuatikus yaitu 1 ml/100 gram bb. tikus. Pada hari ke-22 yaitusebelum dibunuh semua tikus diukur lagi jumlah pengeluaranurinnya.Pada hari ke-23 semua tikus dimatikan dengan eter, diamatikandung kemihnya, batu diambil dari kandung kemihnyalalu dikeringkan dalam oven pada suhu 40C sampaimendapatkan berat yang konstan.HASILDari hasil penelitian ternyata infus tanaman Borreriahispida SCHUM mempunyai efek menghancurkan batu kandungkemih buatan pada tikus putih dengan persentase sepertiyang terlihat pada Tabel 1.Tabel 1. Berat batu kemih yang tertinggal setelah pemberian infustanaman Borreria hispida SCHUM pada tikus putih.No. Bahan Dosis Berat batu yang tertinggal(%)1. Infus Borreria hispidaSCHUM 1 % 80,32. Innis Borreria hispidaSCHUM 10 % 51,453. Infus Borreria hispidaSCHUM 50 % 38,24. Akuades 1 ml/ 84,13100g bb.5. Kontrol 100Keterangan: % perubaha berat batu yang tertinggal = membandingkankelompok lain apabila kelompok yang tidak diberiapa-apa dianggap 100%.Dari hasil pengumpulan urin, ternyata jumlah urin rataratasebelum dan sesudah pemberian infus tanaman Borreriahispida SCHUM tidak menunjukkan perbedaan bermakna.Tabel 2. Jumlah urin rata rata sebelum dan sesudah pemberian infustanaman Borreria hispida SCHUM.KelompokBahan dan DosisJumlah urinrata-rata sebelumdiberibahan (ml)Jumlah urinrata-rata sesudahdiberibahan (ml)I Infus Borreria hispidaSCHUM Dosis 1% 2,1 2,95II InfusBorreria hispidaSCHUM Dosis 10% 2,4 1,9III Infus Borreria hispidaSCHUM Dosis 50% 2,3 2,25IV Akuades 1 ml/100 g 3,01 3,1Vbb.Kontrol 2,25 2,7Keterangan: Volume dosis untuk semua tikus adalah 1 ml/100 gram bb. Jumlah tikus setiap kelompok 6 ekor.PEMBAHASANPembuatan batu kandung kemih buatan pada tikus dilakukandengan menempatkan benang sutera operasi sebagaiinti dan batu dapat terbentuk dalam waktu satu minggus.Bahan percobaan diberikan 15 hari sesudah penempataninti, hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah infus tanamanBorreria hispida SCHUM mempunyai pengaruh terhadappenghancuran batu. Percobaan secara in vivo dengan menggunakanbahan berupa infus dan diberikan secara oral, karenacara ini yang paling mendekati pemakaian empiris yaitu beruparebusan dari tanaman.Dari hasil penelitian pada Tabel 1, ternyata 15 hari setelahpenempatan inti, infus Borreria hispida SCHUM pada dosis1%; 10%; 50% mempunyai daya menghancurkan batu kandungkemih buatan pada tikus apabila dibandingkan dengan kelompoktikus yang tidak diberi apa-apa. Apabila prosentaseberat batu yang tertinggal pada kelompok tikus yang tidakdiberi apa-apa dianggap 100%, maka daya menghancurkanpada dosis 1% adalah 80,3%; dosis 10% adalah 51,45% danpada dosis 50% adalah 38,20%.Di sini juga terlihat adanya hubungan dosis efek yaitusemakin besar dosis yang diberikan semakin besar daya menghancurkanbatu kandung kemih buatan pada tikus percobaan.Hubungan dosis efek merupakan salah satu syarat apabilabahan tersebut digunakan sebagai obat.Tanaman Borreria hispida SCHUM mempunyai kandungankalium yang cukup tinggi, yang dapat menyebabkandiuresis10. Tetapi pada Tabel 2, terlihat meskipun kadarkalium tanaman Borreria hispida SCHUM tinggi, ternyatatidak mempunyai efek diuretik pada tikus percobaan. DariTabel 2 juga terlihat bahwa sebelum dan sesudah diberi bahanpercobaan tidak terlihat perbedaan jumlah urin. Hal ini tidaksesuai dengan teori keseimbangan cairan. Sehingga berkurangnyaberat batu dalam kandung kemih bukan karena sifatdiuretik dari infus Borreria hispida SCHUM, tetapi mungkindisebabkan adanya faktor lain yang belum dapat diketahuimekanismenya, misalnya karena kepekatan urin berubah atauadanya perubahan pH yang disebabkan oleh pemberian infusCermin 16 Dunia Kedokteran No.58 1989dari tanaman Borreria hispida SCHUM atau oleh sebab lain.Untuk membuktikan kebenaran beberapa dugaan tersebutperlu dilanjutkan dengan penelitian lain.KESIMPULANInfus tanaman Borreria hispida SCHUM mempunyai efekmenghancurkan batu kandung kemih buatan pada tikus putih.Semakin besar dosis infus tanaman Borreria hispida SCHUMsemakin besar pula efeknya.Infus tanaman Borreria hispida SCHUM tidak memperlihatkanefek sebagai diuretik pada tikus putih.SARANKarena penelitian ini dalam, bentuk infus, belum dapatdiketahui zat apa yang berkhasiat sebagai penghancur batukandung kemih buatan pada tikus putih.Untuk mengetahui zat tersebut sebaiknya diadakan penelitiansecara kimiawi, untuk mengetahui komponenkomponenmana yang infus tanaman Borreria hispida SCHUMyang berkhasiat sebagai penghancur batu kandung kemih.KEPUSTAKAAN1. Sambutan Men Kes. RI pada Pembukaan Simposium & ExpoFarma Obat Tradisional Indonesia, Bandung 29 Januari 1984.Dalam buku: Himpunan Sambutan Men Kes. dan Dirjen POMdalam bidang Obat Tradisional, DirJen. POM 1984.2. WHO report on a regional meeting (SEARO): The Developmentof research protocols on priority areas in traditional medicine,1981.3. Kloppenburg Versteegh, J. : Indische planten en haargeneeskracht,edisi ulangan, 1975.4. Mardisiswojo S, Radjakmangunsudarso H. Cabe puyang warisannenek moyang, Karya Wreda, Jakarta 1975. Hal : 81.5. Liao CS. et al. Pharmacological studies of herbal medicine inTaiwan. Eighth International Congress of Pharmacology, Tokyo1981. Hal: 11.6. Kurnia E et al. Penelitian daya larut infus daun species-speciesSonchus dan empat jenis tumbuhan Keji Beling terhadap beberapabatu kalsium. Proc Simposium Penelitian Tanaman Obat I. InstitutPertanian Bogor. Bogor 1975. Hal : 169175.7. Kurnia E et al. : Penelitian beberapa data farmakognostik dandaya melarutkan infus daun Strobilanthus crispus BL hasil percobaankultivasi terhadap beberapa batu kalsium. Proc SimposiumPenelitian Tanaman Obat I. Institut Pertanian Bogor. Bogor 1975.Hal : 176190.8. Burkill IH. A dictionary of the economic product of the MalayPeninsula. London 1935. Hal : 356-8.9. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia ed. III. Jakarta1979. Hal : 12.10. Sulistia Gan dkk. Farmakologi dan Terapi ed. II. Bagian FarmakologiFKUI. Jakarta 1980. Hal : 27387.Cermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 17Pengaruh Infus Daun Keji Beling(Strobilanthus Sp) terhadap BatuKandung Kemih Buatan pada Tikus PutihB. Wahjoedi; B. Dzulkarnain; AdjirniStaf Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Departemen Kesehatan R. L, JakartaABSTRAKTelah dilakukan percobaan untuk melihat pengaruh infus daun keji beling (Strobilanthussp.) famili Acanthaceae terhadap batu kandung kemih buatan pada tikusputih. Batu kandung kemih buatan pada tikus terbentuk setelah menempatkan benangsutera dalam kandung kemih. Tikus-tikus ini diberi infus daun Keji beling ekivalendengan 1 x dan 10 x dosis lazim orang, setiap hari selama 7 hari berturut-turut danmenggunakan kelompok aquades sebagai pembanding.Hasil percobaan menunjukkan bahwa infus daun Keji beling tersebut mempunyaiefek mencegah pembentukan batu kandung kemih buatan pada tikus putih.PENDAHULUANSebagaimana diketahui pemakaian obat modern dalam pengobatanpenyakit kencing batu dan sejenisnya belum memuaskan.Oleh karena itu, pemakaian tanaman obat yangdapat membantu penanggulangan penyakit tersebut, apabilasecara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan, tidak adaburuknya untuk dicoba, seperti Keji beling (Strobilanthus sp.)yang secara empiris merupakan salah satu tanaman obat yangbanyak digunakan dalampengobatan penyakit kencing batu.1,2.Dilihat dari segi botani, tanaman ini cukup banyak tumbuh diIndonesia, sehingga kekuatiran kekurangan sebagai bahanuntuk pengobatan dapat dikurangi.Beberapa peneliti terdahulu telah meneliti tanaman inidari beberapa segi. Antara lain E. Kurnia et al (1975) mendapatkandalam percobaannya secara in vitro, bahwa infusStrobilanthus crispus BL. mempunyai daya melarutkan batusaluran kencing dari bekas operasi penderita kencing batu.Selain itu terbukti pula bahwa penanaman dengan cara pemupukanmempunyai days larut lebih besar dari pada tanpapemupukan3'4. Selanjutnya Halatoe (1974) menunjukkanadanya efek diuretik infus Strobilanthus crispus pada kelincis ,demikian juga dengan Van Steenis Kruseman6 .Percobaan ini ingin melihat pengaruh infus daun Keji beling(Strobilanthus sp.) secara in vivo terhadap batu kandungkemih buatan pada tikus putih.Disajikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional II Fitoterapi dan Fito -farmasi di Bandung, tanggal 16 18 Desember 1985..BAHAN DAN CARABahanBahan percobaan berupa serbuk daun Keji beling (Strobilanthussp.), famili Acanthaceae yang diperoleh dari pabrikobat PT. Dupa Jakarta. Dari serbuk ini dibuat infus dengankadar masing-masing ekivalen dengan 1 x dan 10 x dosis lazimorang. Infus ini yang selanjutnya dipakai sebagai bahan percobaan.Hewan percobaan: tikus putih berasal dari Unit DiponeoroPusltbang Gizi, Badan Litbangkes. DepKes. RI. di Jakarta,berat sekitar 175 200 gram. Jenis kelamin jantan.CaraSejumlah tikus putih, jantan, berat sekitar 175 200 g,dibuat menjadi tikus dengan batu kandung kemih buatandengan jalan meletakkan benang sutera operasi seberat 0,58mg ke dalam kandung kemih. Ini dilakukan dengan caraoperasi dan pembiusan memakai eter. Benang sutera ini berfungsisebagai "inti" untuk terjadinya batu kandung kemih7.Ada 2 macam percobaan yang telah dilakukan.PertamaDua minggu setelah inti diletakkan di dalam kandung kemih,tikus percobaan dibagi menjadi 4 kelompok.Kelompok I : diberi bahan percobaan, ekivalen dengandosis 1 x dosis lazim orang.Kelompok II : s.d.a. 10 x dosis lazim orang.Cermin 18 Dunia Kedokteran No.58 1989Kelompok III : diberi akuades.Kelompok IV : tidak diberi apa-apa.Volume dosis untuk semua tikus adalah 1 ml/100 g bb.,dan diberikan secara oral, selama 7 hari terus-menerus. Padahari ke-15 semua tikus dibunuh, batu dikeluarkan dari kandungkemih, kemudian dikeringkan lalu ditimbang.KeduaDua hari setelah inti diletakkan di dalam kandung kemih,tikus percobaan dibagi menjadi 4 kelompok.Kelompok I : diberi bahan percobaan, ekivalen dengandosis 1 x dosis lazim orang.Kelompok II : s.d.a. 10 x dosis lazim orang.Kelompok III : diberi akuades.Kelompok IV : tidak diberi apa-apa.Volume dosis untuk semua tikus adalah 1 ml/ 100 g bb.dan diberikan secara orang, selama 7 hari terus-menerus.Pada hari ke-8 semua tikus dibunuh, dikeluarkan batu kandungkemihnya, kemudian dikeringkan lalu ditimbang.HASILHasil percobaan untuk melihat pengaruh infus daun Kejibeling (Strobilanthus sp.) terhadap batu kandung kemihbuatan pada tikus putih dapat dilihat di dalam Daftar I dan IIdi bawah ini.Daftar I. Pengaruh infus daun Keji beling (Strobilanthus sp.) terhadapbatu kandung kemih buatan umur 14 hari pada tikus putih.No. Bahan Dosis % perubahanberat batu1. Infus Keji baling 1 x dosis orang 14252. Infus Keji baling 10 x dosis orang 16003. Akuades 1 ml/100 g bb. 274. T.a.a. 100Keterangan: T.a.a. = tidak d iber i apa-apa % perubahan berat batu, dibandingkan dengan kelompokyang tidak diberi apa-apa (dianggap 100%).Daftar II. Pengaruh infus daun Keji beling (Strobilanthus sp.) terhadapbatu kandung kemih buatan umur 2 hari pada tikus putih.No. Bahan Dosis % perubahanberat batu1. Infus Keji baling 1 x dosis orang 522. Infus Keji baling 10 x dosis orang 503. Akuades 1 ml/100 g b.b. 734. T.a.a. 100Keterangan: T.a.a. = tidak d iber i apa-apa % perubahan berat batu, dibandingkan dengan kelompokyang tidak diberi apa-apa (dianggap 100%).PEMBAHASANPembuatan batu kandung kemih buatan pada tikus dilakukandengan menempatkan benang sutera operasi sebagai intidan batu dapat terbentuk dalam waktu seminggu. Pada percobaanpertama bahan percobaan diberikan 2 minggu setelahpenempatan inti, dimaksud untuk melihat apakah bahan percobaanmempunyai pengaruh terhadap penghancuran batu.Pada percobaan kedua, bahan percobaan diberikan 2 harisetelah penempatan inti dimaksud untuk melihat apakahbahan percobaan mempunyai pengaruh terhadap pencegahanterbentuknya batu kandung kemih. Dalam hal ini diasumsikanbahwa 2 hari setelah penempatan inti, belum terjadi pembentukanbatu kandung kemih.Dari hasil percobaan Daftar I, terlihat bahwa apabila infusKeji beling diberikan setelah 2 minggu penempatan benangsutera, tidak menunjukkan adanya pengurangan berat batu,bahkan ada peningkatan berat (apabila dibandingkan dengankelompok yang tidak diberi apa-apa). Jadi dapat disimpulkanbahwa infus bahan percobaan tidak dapat menghancurkanbatu buatan yang sudah terbentuk secara in vivo pada tikussampai dosis 10 x dosis lazim orang.Dalam Daftar II terlihat bahwa bila dibandingkan dengankelompok yang tidak diberi apa-apa, ternyata 2 hari setelahpenempatan benang sutera, infus daun Keji beling baik padadosis 1 x maupun 10 x dosis lazim orang, mempunyai dayamenghambat pembentukan batu kandung kemih buatan tikus,karena tidak terlihat adanya penambahan berat batu. Dayamenghambat ini kurang lebih 52% untuk dosis 1 x dosis orangdan 50% untuk dosis 10 x dosis orang.Sebagaimana diketahui kadar kalium dan natrium dalamStrobilanthus crispus cukup besar, mungkin ini yang menyebabkantanaman tersebut bersifat sebagai diuretik. Karenamemperlancar, pengeluaran urin, kemungkinan ini yang menyebabkanpembentukan batu kandung kemih dihambat,bahkan mungkin sempat mengeluarkan batu. Sedangkanapabila batu sudah terbentuk daya diuretik kelihatannyatidak mengurangi pertambahan besar batu kandung kemihatau tidak mengurangi batu yang sudah ada; bahkan adakesan pembentukan batu lebih intensif. Mekanisme terjadinyahal-hal ini belum dapat dikemukakan.KESIMPULANInfus daun Keji beling (Strobilanthus sp.) berindikasimenghambat pembentukan batu kandung kemih pada dosis1 x dan 10 x dosis lazim orang, diberikan per oral selama7 hari terus menerus.KEPUSTAKAAN1. Sudarman M, Harsono R. Cabe puyang warisan nenek moyang,PT. Karya Wreda, cetakan IL. 1968.2. Heyne K. De nuttige planten van Nederlandsch Indie. 1927.3. Kurnia E. et al. Penelitian daya larut infus species-species Sonchusdan empat jenis tumbuhan Keji beling terhadap beberapa batukalsium. Risalah Simposium Penelitian Tumbuhan Obat, 1975.hal. 16975.4. Kurnia E. et al. Penelitian beberapa data farmakognostik dan dayamelarutkan infus daun Strobilanthus crispus BL. Hasil percobaankultivasi terhadap beberapa beta kalsium. Risalah SimposiumPenelitian Tumbuhan Obat I, 1975. hal. 17690.5. Halatoe ER. Perbandingan khasiat diuretik dart Phyllanthus niruri,Strobilanthus crispus dan Sonchus arvensis pada kelinci. Skripsisarjana farmasi Unair. 1974.6. Van Steenis Kruseman. Select Indonesian medicinal plants;Bulletin no. 18, 1953. Organization for Scientific Research inIndonesia, hal. 1011.7. Liao CS. Pharmacological studies of Herbal Medicine in Taiwan;Workshop I, Mode of action drugs used in EastAsian medicine,Tokyo, Japan, 1981. hal. 11.Ucapan terima kasih: Ditujukan kepada PT. Dupa yang telah menyediakanbahan percobaan berupa serbuk daun Strobilanthus sp.Cermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 19Tawas : Penawar Bau BadanTradisionalNani SukasediatiPusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan R.I., JakartaPENDAHULUANBau badan merupakan bagian yang khas dari seseorang.Pada hewan bau badan memang mempunyai fungsi antara lainsebagai daya tarik bagi hewan sejenisnya, sedangkan padamanusia peranan bau badan tidak begitu jelas. Bahkan seringkalijustru mengganggu orang di sekitarnya, karena bau yangterlalu menyengat. Bau badan yang kurang sedap itu biasanyabersumber pada bau keringat di daerah-daerah tertentu, sepertiketiak, leher bagian belakang dan sebagainya. Di kalangan perokok,bau badan seringkali lebih menyengat, karena asaprokok yang mengelilinginya setiap hari. Dan bau badan yangmengganggu itu kadang-kadang tidak disadari oleh yang bersangkutan.Pada sekelompok orang tertentu, bau badan begitumengganggu sehingga perlu diatasi dengan deodoran (=penawarbau badan). Di pasaran beredar sekian banyak deodoran dariberbagai bentuk dan merek dagang, yang dikonsumsi olehmasyarakat. Namun masih ada pula sebagian orang yang menggunakandeodoran "tradisional", antara lain, tawas.Berikut akan dibicarakan tentang dugaan mekanismekerja tawas sebagai deodoran yang dihubungkan dengan pembentukankeringat dan bau badan.KERINGAT, BAU BADAN DAN DEODORANKeringat dikeluarkan oleh kelenjar keringat di bawahkulit, yang berjumlah sekitar 2,5 juta. Jumlah kelenjar keringattidaklah sama rata di seluruh permukaan tubuh. Ada beberapabagian tubuh yang jumlah kelenjar keringatnya lebih banyakdari bagian lain, seperti telapak tangan, dahi dan sebagainya.Produksi keringat antara lain dipengaruhi oleh aktivitasfisik, keadaan emosi dan akibat rangsang seksual. Panas yangdihasilkan akibat gerakan otot atau aktivitas metabolik, digunakanuntuk menguapkan keringat, dan mendinginkantubuh. Pengeluaran keringat di sini dimaksudkan untuk mengatursuhu tubuh. Bersama keringat akan keluar pula beberapagaram dan sisa-sisa metabolisme protein. Jenis makanan yangdikonsumsi mungkin akan memberikan variasi sisa metabolismeprotein yang turut dikeluarkan. Variasi ini mungkinpula menyebabkan terjadinya variasi bau badan seseorang.Selain kelenjar keringat biasa, adapula kelenjar keringatyang agak luar biasa, yaitu kelenjar apokrin. Kelenjar iniumumnya bersama kelenjar rambut terdapat pada tempattertentu seperti ketiak dan daerah pubis. Kelenjar ini lebihproduktif mengeluarkan keringat daripada kelenjar keringatbiasa. Fungsi kelenjar apokrin mulai berkembang pada masapubertas dan makin menurun pada masa klimakterium padawanita. Keringat yang dihasilkan oleh kelenjar apokrin biasanyalebih pekat dan lengket, dan pada mulanya tidak berbau.Beberapa jenis mikroba yang tinggal di permukaan kulit akanmenguraikan keringat beserta zat-zat yang terkandung didalamnya. Hasil uraian keringat oleh mikroba inilah yang menimbulkanbau tidak sedap, antara lain dengan terbentuknyaasam-asam organik yang berbau khas. Dalam keadaan yangdemikian, di mana bau keringat sangat mengganggu, orangmembutuhkan deodoran.Deodoran umumnya mengandung antiseptik dan antiperspiran,di samping parfum. Antiseptik akan menghambat pertumbuhanmikroba sedangkan antiperspiran akan mengurangipengeluaran keringat. Tertahannya pertumbuhan mikrobadan berkurangnya keringat yang diproduksi, mungkin dapatmengurangi sumber bau badan. Parfum yang ditambahkanpada deodoran, akan menggantikan bau badan yang sudahdiusahakan untuk hilang.Senyawa logam seng (Zn) atau aluminium (Al) yang terkandungdalam deodoran bertindak sebagai antiperspirandan antiseptik lemah. Senyawa logam yang bersifat basa ituakan menetralkan asam-asam organik hasil uraian keringatoleh mikroba.Selain menggunakan deodoran modern dalam bentukstick atau spray, sebagian orang masih menggunakan caracaratradisional untuk menghilangkan bau keringat. Beberapacara yang masih banyak diikuti antara lain lalap (makan mentah)beberapa jenis daun, seperti beluntas ( Plucea indicaLess) dan kenikir. Beberapa tanaman lain yang dikatakandapat mengurangi produksi keringat atau mengurangi baubadan antara lain kecubung (Datum metel) dan akar rumputteki (Cyprus rotundas). Cara lain adalah dengan mengoleskanair kapur sirih (larutan Ca(OH)2) atau ramasan daun sirih(Piper betle Linn ), atau larutan tawas, setiap kali selesai mandi.Cermin 20 Dunia Kedokteran No.58 1989Larutan atau ramasan di atas, biasa dioleskan pada bagianbagianbadan yang menjadi sumber bau keringat.TAWAS, DAN DUGAAN MEKANISME KERJA SEBAGAIDEODORANTawas adalah zat kimia yang termasuk dalam kelompokgaram rangkap dengan rumus molekul K2 SO4 . Al2 (SO4)3.12H2 O. Dalam tawas ada dua unsur logam pembentuk garamyaitu kalium (K) dan aluminium (Al). Agaknya Al inilah yangmendukung tawas, sehingga dapat digunakan sebagai deodoran.Garam Al bersifat amfoter, artinya dapat bertindak sebagaiasam atau basa tergantung suasana pH di sekitarnya.Dalam pemakaian sehari-hari, tawas banyak digunakansebagai penjernih air. Tawas menggumpalkan partikel koloidyang mengeruhkan air. Partikel koloid yang sudah menggumpalakibat pemberian tawas, akan mengendap dan mudahdipisahkan dari bagian air yang jernih. Tawas juga merupakansalah satu komponen dalam obat kumur Gargarisma Khan,untuk sariawan, karena memiliki sifat adstringen. Sifat inimembantu mengerutkan luka sariawan pada, selaput lendirmulut, dengan daya menggumpalkan protein. Sifat adstringenini mungkin yang mendasari tawas sebagai antiperspiran, denganmengerutkan pori kelenjar keringat sekaligus bertindak sebagaiantiseptik lemah dengan menggumpalkan protein mikroba.Dalam suasana asam karena hasil uraian keringatoleh mikroba, Al bersifat sebagai basa, dengan demikian akanmenetralkan asam-asam yang terbentuk. Dengan dugaanmekanisme di atas, tawas akan mengurangi pengeluaran keringatdan menggumpalkan mikroba sehingga pertumbuhannyaterhambat, dan akhirnya sumber bau badan akan berkurang.KELEBIHAN TAWAS DIBANDINGKAN DENGAN DEODORANLAINMurah dan mudah diperoleh adalah kelebihan tawas yangpertama. Seperti umumnya obat tradisional ramuan, tawas diperjualbelikan di pasar atau bahkan di apotik dengan hargayang sangat murah. Cara penyiapannya pun sangat mudah.Tawas cukup dilarutkan dengan air sampai jenuh dalam wadahkecil bermulut lebar, misalnya wadah/pot plastik bekas tablet.Untuk mempermudah pemakaian tawas sehabis mandi, larutantawas sebaiknya diletakkan di kamar mandi. Tidak sepertikapur sirih yang sukar dilarutkan kembali bila sudah terlanjurkering, tawas mudah dilarutkan kembali dari bentuknya yangsudah mengkristal. Tawas juga tidak menyebabkan iritasi padakulit utuh atau membakar kulit seperti kapur sirih. Air kapursirih yang dioleskan setiap hari, akan meninggalkan bekas padakulit ketiak. Hal ini disebabkan oleh adanya kelebihan basa(air kapur). Sedangkan pada pemakaian tawas, kelebihan basapenetral asam tidak perlu dikuatirkan, mengingat sifat amfoterlogam Al. Bila asam hasil uraian keringat telah cukup dinetralkan,Al tidak akan bersifat basa lagi. Dengan demikian tidakakan terjadi kelebihan basa yang membakar kulit. Hal yangdemikian tidak terjadi pada logam Ca kapur sirih.Sebagai deodoran, tawas bekerja dalam jangka panjang.Menurut pengalaman beberapa pemakainya, tawas yang dioleskanpada pagi hari akan bertahan sampai saat mandi sorehari. Sifat long-acting ini pun dapat dijelaskan dengan sifatamfoter Al. Senyawa itu seolah-olah menjadi cadangan basayang sewaktu-waktu dapat menetralkan kelebihan asam hasiluraian keringat.Tawas akan menghilangkan bau badan yang mengganggudan menampilkan bau badan yang alamiah dan netral. Keadaanini memberi kelonggaran pada pemakainya untuk menggunakanparfum lain yang sesuai dengan selera. Pemakaian deodoranmodern yang mengandung parfum akan membatasipemakainya dalam menggunakan parfum lain secara bersamaan.Sebagai deodoran, tawas cukup dioleskan pada bagianbadan yang sering berkeringat dan menjadi sumber bau badan,seperti ketiak, atau leher bagian belakang. Tawas yang murahtelah membuktikan diri secara empiris, bahwa yang murahbelum tentu yang lebih buruk.Cermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 21Pengaruh Biji Klabet(Trigonella foenum-graecum Linn)terhadap Kadar Gula DarahLucie Widowati, B. DzulkarnainPusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan R.I., JakartaPENDAHULUANTrigonella foenum-graecum Linn. (fenugrek) di Indonesiadikenal dengan nama klabet, banyak digunakan sebagai obattradisional. Tanaman ini pertama kali ditemukan di wilayahMediteran dan banyak dikultivasi di Afrika Utara dan India.Di India, varietas kerdil ditanam untuk bumbu dapur, danyang tumbuh tinggi digunakan sebagai makanan. Bijinya berwarnakuning dan rasanya pahit.Kegunaan biji klabet ialah untuk meringankan sakit ginjal,gangguan usus, aprodisiaka, demam dan rematikl . Biji klabetini juga digunakan sebagai anti diabetes2. Sehubungan dengankegunaan sebagai anti diabetes, akan diuraikan beberapainformasi. Tidak kalah pentingnya adalah sebagai hipokolesterolemik,hipoglikemik, dan hipolipidemik yang juga akandibentangkan.Diabetes melitus disebabkan oleh turunnya pengeluaraninsulin dari sel pankreas. Komplikasi pada pembuluh darahkecil yang terlibat spesifik untuk diabetes. Hiperlipidemiajuga merupakan masalah besar, karena diperkirakan kenaikankadar lemak pada penderita diabetes kira-kira 4090%.Akibatnya pasien diabetes mengalami kenaikan kematian 23kali lipat akibat kelainan jantung bila dibandingkan psiennondiabetes. Usaha pencegahan ialah dengan menurunkankadar kolesterol dan kadar trigliserida serum. Penanganandiabetes dapat dengan pengaturan diet, diet dan penggunaanobat antidiabetik oral atau diet dengan satu atau lebih injeksiinsulin tiap hari. Dengan cara ini, komplikasi mikrovaskular(arteriosklerosis, hipertensi) tidak dapat dicegah karena insulindilaporkan menaikkan sintesa kolesterol dan sekresi VLDL.Studi epidemiologi memperlihatkan diabetes lebihrendah pada populasi yang banyak mengkonsumsi makananberserat daripada populasi orang barat yang makanannyarendah serat. Penderita diabetes melitus mungkin mendapatmanfaat dengan menambah jumlah makanan yang berserat.KANDUNGANKlabet mengandung serat mucilago dan serat total berturut-turut sebesar 20% dan 50%. Dalam biji klabet terdapatberbagai macam senyawa kimia, yaitu lendir, protein, saponin,alkoloid, flavonoid dan steroid. Ternyata kandungan bijiklabet yang mempunyai aktivitas hipoglikemik ialah alkaloid.Salah satu alkaloid yang terkandung ialah trigonelin, yangdiketahui mempunyai efek terhadap glukosuria. MulyonoMW.3 menyatakan adanya alkaloid yang dapat larut air dalambiji klabet, yang diduga suatu alkaloid pirimidin. Selain itu,Wahjo Dyatmiko dkk2 telah melakukan isolasi diosgenindari biji klabet, yang merupakan bahan baku utama dalamproduksi hormon steroid yang banyak dipakai dalam programKeluarga Berencana.KHASIAT BIJI KLABET UNTUK DIABETES MELITUSAktivitas menurunkan kolesterol darah (hipokolesterolemik)Jika tikus diberi makanan yang menaikkan kadar kolesteroldarah, kemudian diobati dengan biji klabet 60, 30 dan15%, kenaikan kadar kolesterol serum dapat dicegah. KadarLDL dan VLDL kolesterol turun, sedangkan kadar HDLkolesterol dan trigliserida tidak dipengaruhi. Perbandingankolesterol HDL terhadap kolesterol total naik secara berarti.Jadi biji klabet berefek menurunkan kolesterol hanya untukkolesterol eksogen tapi tidak untuk kolesterol endogen (lihattabel).Tabel 1. Lemak serum pada grup tikus kontrol dan grup tikus yangdiberi makanan biji klabet.Lemak serum (mg/ml)KolesteroltotalHDLkolesterolLDLkolesterolTrigliseridaKontrolKlabet2423105452662525932434635603,7* P