Takdir AL-NA‘T WA AL MAN‘UT€˜T-WA-AL-MAN‘UT.pdf · 3 A. Zakariya, Ilmu Nahwu Praktis:...
Transcript of Takdir AL-NA‘T WA AL MAN‘UT€˜T-WA-AL-MAN‘UT.pdf · 3 A. Zakariya, Ilmu Nahwu Praktis:...
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 125
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Oleh : Takdir
***
Abstrak
Bahasa Arab sebagai bahasa yang paling tua dan paling dekat dengan bahasa Semit. Eksistensi bahasa ini tidak terlepas dari mukjizat Nabi Muhammad saw yaitu Al-Qur’an yang terjaga keorisinilannya sepanjang masa. Salah satu objek kajian bahasa ini adalah pada bidang Gramatika (Nahwu) sebagai salah satu cabang kajian ilmu bahasa Arab yang membahas tentang baris akhir suatu kata dalam kalimat bahasa Arab dan perubahan-perubahan yang terjadi karena perubahan kedudukannya dalam kalimat, dengan menggunakan tanda-tanda (alamat) tertentu dengan adanya perubahan-perubahan ini. Artikel ini ini membahas tentang kaidah bahasa arab yaitu Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau pada sebutan lain Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut ini pada dasarnya adalah tergolong pada tawabi‘.
Kata Kunci: Bahasa Arab, Nahwu, Al-Na‘t wa Al-Man‘ut
A. PENDAHULUAN
ahasa Arab sebagai bahasa yang paling tua dan paling dekat dengan bahasa
Semit. Eksistensi bahasa ini tidak terlepas dari mukjizat Nabi Muhammad
saw yaitu Al-Qur’an yang terjaga keorisinilannya sepanjang masa. Di
samping itu bahasa mempunyai peranan penting sebagai media komunikasi
dalam bidang sosial, politik, dan religiuvitas khususnya agama Islam . Bahasa Arab
dan Islam adalah dua dari asumsi ini, sisi yang mustahil terpisahkan.1 Kemukjizatan
dan keistimewaan ini berimbas kepada bahasa Arab yang menjadi mediumnya
berupa kompleksnya gramatika yang dimiliki bahasa Arab, keindahan sastra dan
bahasanya serta keistimewaan-keistimewaan lainnya.
Berkaitan dengan hal itu, salah satu objek kajian bahasa ini adalah pada
bidang Gramatika (Nahwu) sebagai salah satu cabang kajian ilmu bahasa Arab yang
membahas tentang baris akhir suatu kata dalam kalimat bahasa Arab dan
perubahan-perubahan yang terjadi karena perubahan kedudukannya dalam kalimat,
dengan menggunakan tanda-tanda (alamat) tertentu dengan adanya perubahan-
perubahan ini. Dalam Ilmu Nahwu dikenal berbagai istilah, seperti marfu>‘ (yang
dibaca dengan bacaan yang sama dengan vocal /u/), mans}u>b ( yang dibaca dengan
bacaan yang sama dengan bunyi vocal /a/), majru>r (yang dibaca dengan bacaan yang
sama dengan bunyi vocal /i/) dan majzum (yang dibaca dengan bacaan-bacaan yang
Dosen Tetap Pada Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai
1 Amrah Kasim, Bahasa Arab di Tengah-Tengah Bahasa Dunia (Cet. I; Yogyakarta: Kota
Kembang, 2009), h. 1.
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 126 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
sama dengan bunyi vocal /a/i/u/). Adapun tanda-tandanya antara lain d}ammah (bunyi /u/), fath}ah} (bunyi /a/), kasrah (bunyi /i/) dan suku>n (tanda baca mati).
2
Dari beberapa istilah tersebut di atas dikenal pula dengan istilah tawa>bi‘ (yang
mengikut). Sebahagian kata di I’rab (mengalami perubahan baris akhir) karena
kedudukan asalnya dalam kalimat seperti mubtada dan fail (subjek) dalam posisi
marfu, mafaa’il (objek) dalam posisi manshub, mudhaf ilaih dalam posisi majrur dan
sebahgian kata yang lain dii’rab karena mengikut pada perubahan kata sebelumnya.
Oleh karena perubahannya bukan secara asli maka ulama nahwu menamakannya
tawabi‘ (kata-kata yang ketentuan I’rabnya tergantung I’rab kata yang diikutinya).3
Berdasarkan alasan-alasan diatas maka penulis mencoba mengurai salah satu
bentuk kalimat sederhana dalam Bahasa Arab yaitu Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau pada sebutan lain Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut ini pada dasarnya
adalah tergolong pada tawabi‘.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Na‘T Wa Al-Man‘U>T
Na’at berasal dari kata ن عت yang berarti mensifati. Sedangkan تن ع adalah isim
masdar-nya yang berarti sifat4. Namun ditinjau dari pengertian Gramatika Bahasa Arab
maka terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya sebagai
berikut:
ع1 لو.الن عتىوتبعيدل إسمق ب لىصفةف *. An-Na’at adalah isim yang mengikuti Shifat isim sebelumnya.
5
أو.2 ادلؤولبوادلبنيللفظادلتبوعوالن عتىوالتابعادلشتق*. An-Na’at adalah kata yang musytaq atau mu’awwal yang menjelaskan kata
yang diikutinya.6
أوالن عت)ويسمىالصفةأيضا(ىومايذكربعدإسمليبنيبعضاحوالو.3 أحوالمايتعلقبو
2Ainur Rofiq, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab (Cet. V; Gresik: Pustaka Al-Furqa>n,
2010), h. 1. 3 A. Zakariya, Ilmu Nahwu Praktis: Sistem Belajar 40 jam (Cet. IV; Garut: Ibnu Azka
Press), h. 173. 4 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer: Arab Indonesia (Cet. IX;
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt.), h. 1926. 5 Fuad Ni’mah, Mulakkhos Qawaid al-Lughatul ‘Arabiyah (Beirut: Darul Atssiqofah Al-
Islamiyah), h. 51. 6 Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, terj. H.M. Fadhil
Sa’id Al-Nadwi (Surabaya: Al-Hidayah, 2001), h. 304.
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 127
*An-Na’at (dan disebut juga Al-Shifah) adalah sesuatu yang disebutkan
sesudah isim untuk menjelaskan sebagian keadaannya atau keadaan yang
berkaitan dengannya.7
Pada kalimat yang tersusun dengan bentuk al-na’at wa al-man’ut ketika
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, biasanya akan terdapat kata ‚yang‛
antara na’at dan man’ut. Contoh:
الطالباجملتهدذىب .1 = Telah Pergi mahasiswa yang bersungguh-sungguh
صديقوذىب .2 اجملتهد الطالب = Telah pergi mahasiswa yang bersungguh-sungguh temannya
Na’at (اجملتهد) pada contoh pertama menjelaskan keadaan man’ut (الطالب) itu
sendiri. Sedangkan pada contoh kedua na’at (اجملتهد) tidak menjelaskan man’ut
.صديقو melainkan menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengannya yaitu (الطالب)Selanjutnya hal ini disebut Na’at Haqiqiy pada contoh pertama dan Na’at
Sababiy pada contoh kedua.
2. Pembagian Al-Na‘T
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Al-Na’t terbagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
a. Al-Na‘t Al-Haqiqi>
Na’t Haqiqi> adalah na’t yang mengikuti man’u>t dalam empat bagian.
Diantaranya i’rab, makrifah dan nakirah, mudzakkar dan mua’annats serta mufrad, tastniyah dan jamak.8
Berikut beberapa contoh: a. Dari segi I’rab (Rafa’, Nashab dan Jama’)
- Rafa’ : العاقلقامزيد
- Nashab : رأي تزيداالعاقل
- Jar : مررتبزيدالعاقل
b. Dari segi Makrifah-Nakirah
- Makrifah : كيالطالبالذق رأ
7Syaikh Mustafa Al-Ghalayany. Jami Al-Durus (Beirut: Maktabah Al-Ashriyah), h. 221.
8 Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 305.
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 128 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
- Nakirah : ذكيطالبق رأ
c. Dari segi Muzakkar-Mu’annats
- Muzakkar : كيالطالبالذق رأ
- Mu’annats : كيةالطالبةالذق رأت
d. Dari segi Mufrad, Tastniyah dan Jama’
1) Mudzakkar
- Mufrad : كيالذسلمملاق رأ
- Mutsanna : الذكيانسلمانمالق رأ
- Jama’ : األذكياءمسلمونالق رأ
2) Mu’annats
- Mufrad : ةالذكيمسلمةالق رأت
- Mutsanna : تانالذكي تانمسلمالق رأت
- Jama’ : اتالذكيمسلماتالق رأت
Beberapa ayat yang terdapat bentuk na’at-man’u>t dalam Al-Qur’an,
diantaranya adalah sebagai berikut:9
- QS. Al-Fathir[35]:10
Artinya : Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikkan-Nya. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi
mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur.
- QS. Ibrahim [14]: 24
9 Salman Harun, Pintar Bahasa Arab Al-Qur’an: Cara Cepat Belajar Bahasa Arab Agar
Paham Al-Qur’an (Cet. I; Tangerang: Lentera Hati, 2010), h. 267.
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 129
Artinya : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit.
- QS. Al-Kahfi [18]: 110
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
- QS. Al-Fath [48]: 25
Artinya : Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mukmin dan perempuan-
perempuan yang mukmin.
Dari beberapa ketentuan-ketentuan di atas, terdapat beberapa keadaan yang
membolehkan na’atnya berbeda dari man’utnya. Diantaranya:
1. Apabila man’utnya jama’ mudzakkar tidak berakal, maka na’atnya boleh
mufrad muannats atau jama’ muannats salim. Contoh:
a. Man’ut-nya jama’ sedangkan na’t-nya mufrad mua’annts
Ini adalah rumah-rumah yang tinggi : ىذهبيوتعالية -
Bintang-bintang yang berkilauan : النجومالساطعة -
b. Man’ut-nya jama’ sedangkan na’t-nya jama’ mua’annts salim
Ini adalah rumah-rumah yang tinggi : ىذهبيوتعاليات -
Bintang-bintang yang berkilauan : النجومالساطعات -
Dalam QS. Al-Baqarah [2]:80 disebutkan:
Artinya : Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh
api neraka, kecuali selama beberapa hari saja."
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 130 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
Dan pada ayat lain QS. Al-Baqarah [2]:203
Artinya : Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari
yang berbilang10
2. Dan jika man’u>t-nya tamyiz sesudah bilangan (11-99) dalam hal ini mufrad manshu>b, maka na’t-nya boleh mufrad atau jama’.
11
Contoh:
a. Na’t-nya berbentuk mufrad
.Telah sukses empat belas siswa yang rajin : جنحأربعةعشرطالباجمتهدا -
b. Na’t-nya berbentuk jama’
.Telah sukses empat belas siswa yang rajin : جنحأربعةعشرطالباجمتهدين -
3. Na’t juga tidak mengikuti man’ut-nya dari segi ‘adad dan mudzakkar-mua’annats jika na’at-nya berupa mashdar. Dalam hal ini meskipun man’ut-nya mutsanna ataupun jama’ maka na’atnya tetap mufrad. Dan meskipun
man’ut-nya mu’annats maka na’at-nya tetap mudzakkar. Tetapi pada bentuk
ini na’at yang berupa mashdar mufrad tersebut diatas masih mengikuti
man’utnya dari segi hukum i’rabnya.12
Contoh:
a. Man’utnya Mudzakkar
عدلطالبأنت انعدلطالبأنتما عدلطالبأنتم
b. Man’utnya Mu’annats
عدلطالبةأنت انعدلطالبتأنتما
10
Beberapa hari yang berbilang ialah tiga hari sesudah hari raya haji Yaitu tanggal 11, 12,
dan 13 bulan Zulhijjah. Hari-hari itu dinamakan hari-hari tasy'riq. 11
Abduh Al-Rajihi>, Tathbiqunnahwi (Beirut: Dar al-Nahd}a al-‘Arabiyah, t.th) h. 381. 12
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 306.
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 131
عدلطالباتأننت 4. Jika man’utnya berbentuk isim jama’ sesuai dengan hukumnya bisa dihukumi jama’
bisa dihukumi mufrad. Maka na’at/sifatnya juga bisa jama’ atau mufrad. Contoh:
إنبينفالنقومصاحلNa’at (صاحل) mengikuti man’utnya (قوم) dari segi mufradnya karena قوم dianggap mufrad secara lafadznya. Sedangkan
إنبينفالنقومصاحلونNa’t (صاحلون) tidak lagi mengikuti man’utnya (قوم) dari segi mufrad
lafadznya, melainkan قوم dianggap jama’ secara maknanya.
5. Apabila na’tnya berbentuk wazan-wazan berikut diantaranya:13
ف عول yang bermakna فاعل شكور:-فخور-غي ور-صب ور
Contoh:
o شكورطالب : Mahasiswa yang bersyukur
o شكورطالبة : Mahasiswi yang bersyukur, dst.
akan شاكر Tetapi bedanya adalah . شاكر sama artinya dengan شكور
berubah mengikuti manu’tnya jika digunakan dalam kalimat diatas.
Contoh:
o شاكرطالب : Mahasiswa yang bersyukur
o شاكرةطالبة : Mahasiswi yang bersyukur, dst.
فعيل yang bermakna مفعولجريح:-قطيل-خضيب
Contoh:
o جريحطالب : Mahasiswa yang terluka
o جريحطالبة : Mahasiswi yang terluka, dst.
akan جمروح Tetapi bedanya adalah . جمروح sama artinya dengan جريح
berubah mengikuti manu’tnya jika digunakan dalam kalimat diatas.
13
Syaikh Mustafa Al-Ghalayani>. Jami Al-Durus, h. 222.
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 132 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
Contoh:
o جمروحطالب : Mahasiswa yang terluka
o جمروحةطالبة : Mahasiswi yang terluka, dst.
مهذار:-مكسال-مبسام مفعال
Contoh:
o مهذارطالب : Mahasiswa yang cerewet
o مهذارطالبة : Mahasiswi yang cerewet, dst.
ر مفعيل:مسكني-معطي
Contoh:
o مسكنيطالب : Mahasiswa yang kekurangan
o مسكنيطالبة : Mahasiswi yang kekurangan, dst.
مفعل:ممغش-مهذر-مدعس
Contoh:
o مغشمطالب : Mahasiswa yang pemberani
o مغشمطالبة : Mahasiswi yang pemberani, dst.14
adalah shifat muba>laghah yang konon maknanya seorang مغشم
pemberani yang tidak ada duanya.
b. Al-Na‘t Al-Sababi>
Na’at Sababi adalah na’at yang menjelaskan suatu sifat dari sifat-sifat yang
berhubungan dengan man’ut-nya.15
Ketentuan-ketentuan yang ada pada na’at ini
adalah sebagai berikut:
a. Na’at mengikuti man’ut dalam hal i’rab (rafa’, nashab dan jar) dan makrifat-nakirah
saja. b. Sedangkan mudzakkar-mu’annats dan mufrad-tasniyah-jama’ tidak diikuti. Na’at
yang demikian diberi hukum seperti fi’il.
Dengan demikian, apabila fail naat itu mu’annats, maka naat harus muannats meskipun man’ut-nya mudzakkar. Dan sebaliknya, apabila fail naat itu mudzakkar,
14
Syaikh Musthafa al-Ghulayaini, Jamiud Durusil Arabiyah, h. 225. 15
Syaikh Musthafa al-Ghulayaini, Jamiud Durusil Arabiyah, h. 319
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 133
maka naat harus mudzakkar, meskipun man’ut-nya mu’annats. Na’at ini harus tetap
mufrad, tidak boleh di-tatsniyah-kan atau di-jama’-kan.16
القائمةوالدتوطالبالذىب : Telah telah mahasiswa yang berdiri ibunya
Keterangan:
طالبال : Man’ut
) Na’at untuk man’ut : القائمة طالبال ) dan fi’il dari fail (والدة)
(القائمة) Fa’il untuk fi’il : والدة القائموالدىاطالبةالتجاء : Telah datang mahasiswi yang berdiri bapaknya
Keterangan:
طالبةال : Man’ut
) Na’at untuk man’ut : القائم طالبةال ) dan fi’il dari fail (والد)
(القائم) Fa’il untuk fi’il : والد Selanjutnya contoh yang lebih lengkap untuk mufrad, tastniyah dan jama’
pada man’ut yang mudzakkar dan mu’annatsnya, serta nakirah dan makrifah sebagai
berikut.
a. Man’ut Marfu’-Mudzakkar-Nakirah
والدتوقائمةطالبذىب
ماوالدت هقائمةطالبانذىب موالدت هقائمةطالبذىب
b. Man’ut Mansub-Mudzakkar-Nakirah
والدتوقائمةطالبارأيت
ماوالدت هقائمةطالبنيرأيت موالدت هقائمةطالبرأيت
c. Man’ut Majrur-Mudzakkar-Nakirah
والدتوقائمةبطالبمررت
16
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 310.
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 134 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
ماوالدت هقائمةبطالبنيمررت موالدت هقائمةبطالبمررت
d. Man’ut Marfu’-Mudzakkar-Makrifah
والدتوالقائمةالطالبجاء
ماوالدت هالقائمةالطالبانجاء موالدت هالقائمةالطالبجاء
e. Man’ut Mansub-Mudzakkar-Makrifah
والدتوالقائمةالطالبرأيت
ماوالدت هالقائمةالطالبنيرأيت موالدت هالقائمةالطالبرأيت
f. Man’ut Majrur-Mudzakkar-Makrifah
والدتوقائمةبطالبمررت
ماوالدت هقائمةبطالبنيمررت موالدت هقائمةبطالبمررت
g. Man’ut Marfu’-Mu’annats-Nakirah
اىقائموالدطالبةتجاء
اهقائموالدطالبتانتجاء نىقائموالدطالباتتجاء
h. Man’ut Mansub-Mu’annats-Nakirah
اىوالداقائمرأيتطالبة
اهقائماوالدطالبتنيرأيت نىوالداقائمطالباترأيت
i. Man’ut Majrur-Mu’annats-Nakirah
اىقائموالدمررتبطالبة
اهقائموالدبطالبتنيمررت
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 135
نىقائموالدبطالباتمررت
j. Man’ut Marfu’-Mu’annats-Makrifah
اىالقائموالدالطالبةتجاء
اهالقائموالدالطالبتنيتجاء نىالقائموالدالطالباتتجاء
k. Man’ut Mansub-Mu’annats-Makrifah
اىالقائموالدرأيتالطالبة
اهالقائموالدالطالبتنيرأيت نىالقائموالدالطالباترأيت
l. Man’ut Majrur-Mu’annats-Makrifah
اىوالدقائمالطالبةلمررتب
اهوالدقائمالطالبتنيلبمررت نىوالدقائمالطالباتلبمررت
Selain itu, Ulama Sibawaih berpendapat lain17
bahwa jika isim yang yang
dirafa’kan na’at berupa jama’, maka na’at (failnya) sebaiknya dijama’kan. Contoh:
Menjama’kan isim setelah na’at pada contoh diatas lebih baik dari pada
memufradkannya. Namun selanjutnya Sibawaih mengungkapkan bahwa lebih baik
memufradkannya jika jama’ yang digunakan adalah jama’ mudzakkar salim.
Contoh:
17
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 312.
والدوىمقياممررتبطالب
والدوىمقائممررتبطالب
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 136 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
Pada sisi lain al-Na’at al-Sababi yang mengandung/memuat dhamir Man’u>t-
nya maka na’at itu mengikuti man’ut-nya dari segi mufrad, mutsanna, jama’,
mudzakkar-mu’annats sebagaimana na’at ini juga mengikuti dari segi i’rab dan
makrifah-nakirah.18
جاءالرجالنالكرميااألب جاءتادلرأتنالكرميتااألب جاءالرجالالكراماألب جاءتالنساءالكرمياتاألب
c. Syarat-syarat Al-Na’at wa Al-Man’u>t
1. Al-Na’at
Diantara yang bisa menjadi Al-Na’at adalah isim, jumlah dan syibhul jumlah. a. Isim
Jika berupa isim maka terbagi menjadi dua yaitu:
1) Isim Musytaq adalah isim yang terdiri dari:
a) Isim Fail
الطالبةالناجحة الطالبتانالناجحتان
الطالباتالناجحات
الطالبالناجحانالناجحانالطالب
ونبالناجحالالط
b) Isim Maf’u>l بوبةالطالبةاحملرأيت
حملبوبتانالطالبتانارأيت حملبوبتاالطالباترأيت
لبابادلفتوحرأيتا نيادلفتوحنيالبابرأيت ادلفتوحةاألبوابرأيت
18
Al-Ghalayany, Syaikh Mustafa. Jami Al-Durus, h. 225.
والدوىمقائممررتبطالب
والدوىمقائمنيمررتبطالب
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 137
c) Shifat Musyabbahah
Untuk Shifat Musyabbahah terdapat dua bentuk:
Mengikuti wazan "فعيل "
جلسنامعالطالبالنشيط النشيطني جلسنامعالطالب ني
جلسنامعالطالبالنشيطني
جلسناعلىالكرسيالصغريالصغريين جلسناعلىالكرسي ني
الصغرية جلسناعلىالكراسي
Mengikuti wazan "أفعل "
مذكر مؤنث جاءالرجلاألصفر جاءتادلرأةالصفراء
d) Isim Tafhdi>l
مذكر مؤنث ىوطالبأمهرمنغريه ىيطالبةأمهرمنغريىا
Dalam salah satu ayat Al-Qur’an isim tafdhil sebagai shifat:
وىوالذييبدأاخللقمثيعيدهوىوأىونعليوعليو وىوأىونعليو=وىوىني
b. Isim Jamid Muawwal bi Musytaq:
1) Isim Isyarah : سلأصدقاءكىؤالء
2) Isim Mausul pada posisi/pengganti ال : ثقأبمانتويالذيطالبال ادلوثوقأبمانتوطالبال atau صاحب صاحب
3) Dzu yang bermakna صاحب dan Dza>ta bermakna صاحبة أدبوتلكفتاةذاتعلموىذارجلذو
4) Isim-isim Nisbat مررتبرجلمصري:
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 138 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
5) Mashdar dengan bentuk mufrad muzakkar a) Man’utnya Mudzakkar
عدلجلرأنت أنتمارجالنعدل أنتمرجلعدل
b) Man’utnya Mu’annats أنتإمرأةعدل أنتماإمرأتنعدل عدلأننتنساء
6) Bilangan : كتبثالثون كتبمعدودةثالثنيعندي atau وعندي
7) Menyerupakan atau tasybih : ليسفيهمرجلأسد atau رجلشجاع
ماسأزوركيوما :yang masih memiliki makna samar ما (8
: yang bermakna kesempurnaan كل dan أي (9كلالرجل أيرجلجائينرجل dan أنترجل
Menunjukkan kesempurnaan (kelaki-lakian) yang dimiliki oleh seorang laki-
laki. c. Jumlah
Jumlah dengan syarat (mausuf/man’ut) kata yang diikutinya berupa isim nakirah. Contoh:
مذكرلغريالعاقل مؤنثلغريالعاقلكتابإشرتيناهفالسوققرأان ركبناسيارةإشرتاىااألستاذ
مذكرللعاقل مؤنثللعاقل قابلتطالباجنحفاإلمتحان قبلتطالبةجنحتفاإلمتحان
d. Syibhul Jumlah
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 139
Adapun untuk syibhul jumlah maka dapat berupa semua bentuk dzarf (keterangan)
dan jar-majrur yang menjadi shifat bagi mausuf yang ada sebelumnya yang berupa
isim nakirah. Contoh:
ىذافارسعلىفرسو
Ini adalah seorang kesatria yang berada di atas kudanya
أمامطالبوأستاذذلك
Itu seorang guru yang berada di depan siswanya
2. Al-Man’u>t (Al-Mausu>f)
Diantara yang bisa menjadi Al-Man’u>t dalam beberapa contoh sebagai berikut:
a. دمحمالناجح
b. أانالناجح c. سوالويسياجلنوبية
d. الطبيبالنشيط e. الضاربالكسالن f. الكتاباجلديد g. ىذاماأريد
h. ايمنسرققليب
i. منأانمؤمنبوحيالميوت,حيييينوسيميتينإن
j. كتابإشرتيناهفالسوق قرأان
Perbandingan antara man’u>t yang makrifah dan man’u>t yang nakirah adalah
jika man’utnya makrifah maka menggunakan isim mausul, tapi jika isim yang
diikuti (man’u>tnya) nakirah maka na’atnya berupa jumlah tanpa ada isim mausul
yang mengantarai. Contoh:
ةنكر معرفة
قابلتالطالبالذيجنحفاإلمتحان قابلتطالباجنحفاإلمتحان
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 140 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
Selain itu pada contoh dan penjelasan yang lain, jumlah juga tidak bisa menjadi
na’t jika man’utnya adalah ma’rifah, tetapi hanya berkedudukan sebagai hal Contoh:
)النعتوادلنعوت(نكرة )حال(معرفة كتارجلجاء بحيمل
Seorang laki-laki telah datang yang
membawa buku
كتادمحمجاء بحيمل Muhammad telah datang sambil membawa
buku
Hal ini sesuai dengan kaidah yang mengatakan:
حالواجلملةبعدادلعرفةصفةاجلملةبعدالنكرة
Jumlah sesudah nakirah adalah sifat sedangkan jumlah sesudah ma’rifah adalah hal
3. Fungsi Al-Na‘t Dalam Kalimat
Beberapa fungsi na’at dalam kalimat sebagai berikut:19
1. Men-takhsis kata yang diikuti (man’ut), jika man’ut berupa isim nakirah,
seperti:
اذكيطالبارأيت Telah datang seorang mahasiswa yang cerdas
اذكي menjadi na’at bagi اطالب yang berarti tidak semua orang cerdas dan orang
yang cerdas yang dimaksud dalam kalimat ini adalah اطالب 2. Menjelaskan man’ut, apabila man’utnya berupa isim makrifah
الدرسبلقلماجلديدكتبت Saya menulis pelajaran dengan pulpen yang baru
3. Memuji
بسمميحرلا نمحرلا هللا Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
4. Mencela
أعوذبهللمنالشيطانالرجيمSaya berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk
19
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 315-316.
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 141
5. Memohon belas kasih
اللهمارحمعبدكادلسكنيYa Allah, kasihanilah hamba-Mu yang miskin ini.
6. Mengukuhkan (taukid)
Artinya : Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari
yang berbilang20
4. Kedudukan Al-Na‘T Dalam Kalimat
Berikut akan dijelaskan beberapa kedudukan Al-Na‘t dalam kalimat yang
menggambarkan hubungan antara Al-Na‘t dan Al-Man‘u>t tetap terpelihara dari segi
tawabi‘-nya.
1. Na‘t bagi Mubtada’
الطالباجلديدحضرMahasiswa yang baru itu telah hadir
2. Na‘t bagi Khabar
ىذاطالبجديدIni seorang mahasiswa yang baru
3. Na‘t bagi Fa>‘il
اجلديدالطالبحضر Mahasiswa yang baru itu telah hadir
4. Na‘t bagi Maf‘u>l
اجلديدالطالبضربت Saya telah memukul mahasiswa yang baru itu
5. Na‘t bagi Isim Majru>r
اجلديدالطالبنظرتإىل Saya telah melihat mahasiswa yang baru itu21
20
QS. Al-Baqarah [2]:203
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Page 142 Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016
C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f adalah bentuk kalimat
dimana Al-Na‘t mengikuti Al-Man‘ut secara keseluruhan atau sebagian.
2. Al-Na‘t dibagi menjadi dua yaitu Al-Na‘t Al-Haqiqi> dan Al-Na‘t Al-Sababi>. 3. Al-Na‘t bisa berasal dari isim fa>>‘il, isim maf‘u>l, s}ifat musyabbah}ah, isim tafd}i>l,
isim isya>rah, isim maus}u>l, z|u> (berarti: mempunyai), isim-isim nisbat, jumlah (kalimat), mashdar, kullu-ayyu, bilangan, tasybi>h, ma> (yang masih samar),
jumlah dan syibhul jumlah. 4. Fungsi Al-Na‘t dalam kalimat, diantaranya mentakhsis man’u>t, menjelaskan,
memuji, mencela, memohon belas kasihan dan mengukuhkan. 5. Kedudukan Al-Na‘t dalam kalimat diantaranya Na‘t bagi mubtada‘, khabar, fa>‘il,
maf‘u>l dan isim majru>r.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghalayany, Syaikh Mustafa. Jami Al-Durus, Beirut: Maktabah Al-Ashriyah.
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor,. Kamus Kontemporer: Arab Indonesia, Cet.
IX; Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt. 1926.
Al-Rajihi Abduh , Tathbiqunnahwi (Beirut: Dar al-Nahd}a al-‘Arabiyah, t.th.
Al-Ra’ini Syekh Syamsuddin Muhammad, Mutammimah Al-Jurumiyyah, terj. H.M.
Fadhil Sa’id Al-Nadwi, Surabaya: Al-Hidayah, 2001.
Harun, Salman,. Pintar Bahasa Arab Al-Qur’an: Cara Cepat Belajar Bahasa Arab
Agar Paham Al-Qur’an, Cet. I; Tangerang: Lentera Hati, 2010.
Ni’mah, Fuad,. Mulakkhos Qawaid al-Lughatul ‘Arabiyah, Beirut: Darul Atssiqofah
Al-Islamiyah
Raya Ahmad Thib, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab, Jakarta: Al-Qus}wa, 1986.
Rofiq, Ainur,. Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, Cet. V; Gresik: Pustaka Al-
Furqan, 2010.
21
Ahmad Thib Raya, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab (Jakarta: Al-Qus}wa, 1986), h. 165-
169.
Takdir AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Al-Qalam Volume 8 Nomor 1, 2016 Page 143
Kasim, Amrah,. Bahasa Arab di Tengah-Tengah Bahasa Dunia, Cet. I; Yogyakarta:
Kota Kembang, 2009.
Zakariya, A., Ilmu Nahwu Praktis: Sistem Belajar 40 jam, Cet. IV; Garut: Ibnu Azka
Press.