Tak Perlu Takut Perubahan - acch.kpk.go.id · “Negeri ini bisa gagal bukan karena kurang orang...

2
PERPUSTAKAAN KPK Tak Perlu Takut Perubahan S epanjang hidupnya, manusia akan terus mengalami perubahan. Yang paling nyata saja, dapat dirasakan pada perubahan fisik. Setelah dilahirkan, seorang bayi belum dapat mandiri dan memiliki banyak keterbatasan. Kemudian tumbuh dan beranjak dewasa, hingga ia mampu mandiri. Perubahan lainnya pun turut mengikuti, seperti kepribadian, sifat, cara pandang terhadap dunia, hingga persoalan hidup pun turut ‘menyesuaikan’. Tak hanya manusia sebagai pribadi, lingkungan tempat kita hidup juga ikut berubah. Negara misalnya, akan berusaha untuk bergerak dan berubah mengikuti tantangan dan perkembangan zaman. Seperti pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. yang baru memimpin dua tahun, namun sudah melakukan hampir 10 perubahan. Sedangkan pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memimpin 10 tahun, namun hanya mampu melakukan dua perubahan. Perubahan yang dilakukan oleh Gus Dur adalah perubahan mendasar dengan mengubah cara dan kebiasaan. Pada era Gus Dur perubahan yang terjadi di antaranya menghapus dua kementerian, menghapus larangan menjalankan tradisi budaya Tiongkok, juga mengganti nama Irian menjadi Papua. Selain itu, Gus Dur juga membangun Kementerian HAM, melakukan reformasi di tubuh TNI, menggilir jabatan panglima TNI, dan menjadikan Imlek sebagai hari libur. Gus Dur juga mengusulkan hubungan diplomatik dengan negara Israel dan menghapus TAP MPRS yang melarang ajaran Marxisme-Leninisme. Sementara SBY adalah sosok yang mengalah dan kompromi. Itulah sebabnya pada masa pemerintahannya, SBY hanya dapat melakukan dua perubahan, yaitu perdamaian Aceh dan konversi minyak tanah ke LPG. Padahal, pada dua periode kepemimpinannya, SBY punya banyak kesempatan untuk melakukan perubahan, seperti pengurangan subsidi BBM, pelarangan impor pangan yang berlebihan, ancaman korupsi, konflik horizontal, dan lain-lain. Perubahan-perubahan yang dilakukan Gus Dur di atas tentu saja menimbulkan kegaduhan dan banyak perlawanan dari berbagai pihak. Meskipun begitu, Gus Dur pantang mundur atas kebijakannya. Karena salah satu syarat untuk berubah adalah keberanian yang tanpanya akan sulit untuk membangun sesuatu yang baru. Meskipun SBY lebih banyak melakukan kompromi namun dirinya mendapatkan pujian dan pengakuan dari dunia internasional. Memang, setiap pemimpin punya janji dan cara berbeda untuk memenuhi janjinya. Suatu perubahan, baik atau buruk, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau akan selalu terjadi. Tentang perubahan ini, kita perlu meresapi teori survival of the fittest yang digagas Charles Darwin bahwa, “Bukan yang terkuat yang mampu bertahan, melainkan yang paling adaptif dalam merespons perubahan.” Teori klasik tersebut rupanya diamini oleh Rhenald Kasali, seorang pakar manajemen dan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang fokus terhadap isu perubahan. Tidak hanya itu, Kasali juga berusaha untuk mengembangkan apa yang disebut dengan manajemen perubahan. Menurut Kasali, dalam hidup akan selalu muncul berbagai masalah baru yang belum tentu dapat dipecahkan dengan pola pikir dan cara pandang lama. Masalah-masalah tersebut perlu dipecahkan dengan mengubah pola pikir menjadi lebih strategis sekaligus praktis. Seandainya suatu perubahan tidak dapat memecahkan sebuah masalah, maka Pesan Kasali, jangan pernah ragu untuk memutar haluan dan mencari solusi lain. Sejauh apapun jalan yang diambil untuk menempuh solusi tersebut, sebuah perubahan harus selalu dilakukan. Inilah yang dimaksud dengan konsep manajemen perubahan. Dalam bukunya yang berjudul “Let’s Change!” Ini, Kasali berusaha mendorong semua pihak untuk berani berubah dan keluar dari jebakan zona nyaman dan pola pikir lama. Karena sejatinya, diri kita dan semua hal di sekitar kita, selalu berubah. Buku ini terdiri dari kumpulan tulisan yang pernah Rhenald Kasali tulis dan telah dipublikasikan di harian Kompas. Mengupas beragam topik mulai dari ekonomi, pendidikan, birokrasi, pariwisata, hingga organisasi maskapai penerbangan. Dengan gaya Bahasa yang khas, Kasali berupaya mengajak pembaca untuk tidak takut dengan segala perubahan yang terjadi. Pesannya, suatu perubahan harus disikapi dengan adaptasi terhadap perubahan itu, dan mengambil nilai positif untuk diterapkan dalam memecahkan masalah yang terjadi di kemudian hari. BUKU PILIHAN ¢ 7 Kebiasaan Orang yang Nyebelin Banget ¢ Gita Wirjawan: Sebuah Perjalanan ¢ Habiskan Saja Gajimu! ¢ Hiduplah Imajinasi Raya ¢ Kiparah Anak Negeri: Prasasti Pelopor ¢ Seni Mencintai Diri Sendiri ¢ Seven Heroes ¢ Steve Jobs: Stay Hungry, Stay Foolish ¢ The Life Plan Negeri ini bisa gagal bukan karena kurang orang pintar, tetapi kurang disatukan orang-orang pintar itu.” – Rhenald Kasali – E-NEWSLETTER EDISI 10 VOL.IV | OKTOBER 2018 Penulis Penerbit : Rhenald Kasali : Kompas

Transcript of Tak Perlu Takut Perubahan - acch.kpk.go.id · “Negeri ini bisa gagal bukan karena kurang orang...

PERPUSTAKAAN KPK

Tak Perlu Takut Perubahan

Sepanjang hidupnya, manusia akan terus mengalami perubahan. Yang paling nyata saja, dapat dirasakan pada perubahan fisik. Setelah

dilahirkan, seorang bayi belum dapat mandiri dan memiliki banyak keterbatasan. Kemudian tumbuh dan beranjak dewasa, hingga ia mampu mandiri. Perubahan lainnya pun turut mengikuti, seperti kepribadian, sifat, cara pandang terhadap dunia, hingga persoalan hidup pun turut ‘menyesuaikan’.

Tak hanya manusia sebagai pribadi, lingkungan tempat kita hidup juga ikut berubah. Negara misalnya, akan berusaha untuk bergerak dan berubah mengikuti tantangan dan perkembangan zaman. Seperti pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. yang baru memimpin dua tahun, namun sudah melakukan hampir 10 perubahan. Sedangkan pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memimpin 10 tahun, namun hanya mampu melakukan dua perubahan.

Perubahan yang dilakukan oleh Gus Dur adalah perubahan mendasar dengan mengubah cara dan kebiasaan. Pada era Gus Dur perubahan yang terjadi di antaranya menghapus dua kementerian, menghapus larangan menjalankan tradisi budaya Tiongkok, juga mengganti nama Irian menjadi Papua. Selain itu, Gus Dur juga membangun Kementerian HAM, melakukan reformasi di tubuh TNI, menggilir jabatan panglima TNI, dan menjadikan Imlek sebagai hari libur. Gus Dur juga mengusulkan hubungan diplomatik dengan negara Israel dan menghapus TAP MPRS yang melarang ajaran Marxisme-Leninisme.

Sementara SBY adalah sosok yang mengalah dan k o m p r o m i . I t u l a h s e b a b n y a p a d a m a s a pemerintahannya, SBY hanya dapat melakukan dua perubahan, yaitu perdamaian Aceh dan konversi minyak t a n a h k e L P G . P a d a h a l , p a d a d u a p e r i o d e kepemimpinannya, SBY punya banyak kesempatan untuk melakukan perubahan, seperti pengurangan subsidi BBM, pelarangan impor pangan yang berlebihan, ancaman korupsi, konflik horizontal, dan lain-lain.

Perubahan-perubahan yang dilakukan Gus Dur di atas tentu saja menimbulkan kegaduhan dan banyak perlawanan dari berbagai pihak. Meskipun begitu, Gus Dur pantang mundur atas kebijakannya. Karena salah satu syarat untuk berubah adalah keberanian yang tanpanya akan sulit untuk membangun sesuatu yang baru. Meskipun SBY lebih banyak melakukan kompromi namun dirinya mendapatkan pujian dan pengakuan dari dunia internasional. Memang, setiap pemimpin punya janji dan cara berbeda untuk memenuhi janjinya.

Suatu perubahan, baik atau buruk, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau akan selalu terjadi. Tentang perubahan ini, kita perlu meresapi teori survival of the fittest yang digagas Charles Darwin bahwa, “Bukan yang terkuat yang mampu bertahan, melainkan yang paling adaptif dalam merespons perubahan.” Teori klasik tersebut rupanya diamini oleh Rhenald Kasali, seorang pakar manajemen dan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang fokus terhadap isu perubahan. Tidak hanya itu, Kasali juga berusaha untuk mengembangkan apa yang disebut dengan manajemen perubahan.

Menurut Kasali, dalam hidup akan selalu muncul berbagai masalah baru yang belum tentu dapat dipecahkan dengan pola pikir dan cara pandang lama. Masalah-masalah tersebut perlu dipecahkan dengan mengubah pola pikir menjadi lebih strategis sekaligus praktis. Seandainya suatu perubahan tidak dapat memecahkan sebuah masalah, maka Pesan Kasali, jangan pernah ragu untuk memutar haluan dan mencari solusi lain. Sejauh apapun jalan yang diambil untuk menempuh solusi tersebut, sebuah perubahan harus selalu dilakukan. Inilah yang dimaksud dengan konsep manajemen perubahan.

Dalam bukunya yang berjudul “Let’s Change!” Ini, Kasali berusaha mendorong semua pihak untuk berani berubah dan keluar dari jebakan zona nyaman dan pola pikir lama. Karena sejatinya, diri kita dan semua hal di sekitar kita, selalu berubah.

Buku ini terdiri dari kumpulan tulisan yang pernah Rhenald Kasali tulis dan telah dipublikasikan di harian Kompas. Mengupas beragam topik mulai dari ekonomi, pendidikan, birokrasi, pariwisata, hingga organisasi maskapai penerbangan. Dengan gaya Bahasa yang khas, Kasali berupaya mengajak pembaca untuk tidak takut dengan segala perubahan yang terjadi. Pesannya, suatu perubahan harus disikapi dengan adaptasi terhadap perubahan itu, dan mengambil nilai positif untuk diterapkan dalam memecahkan masalah yang terjadi di kemudian hari.

BUKU PILIHAN¢ 7 Kebiasaan Orang yang Nyebelin Banget

¢ Gita Wirjawan: Sebuah Perjalanan

¢ Habiskan Saja Gajimu!

¢ Hiduplah Imajinasi Raya

¢ Kiparah Anak Negeri: Prasasti Pelopor

¢ Seni Mencintai Diri Sendiri

¢ Seven Heroes

¢ Steve Jobs: Stay Hungry, Stay Foolish

¢ The Life Plan

“Negeri ini bisa gagal bukan karena kurang orang pintar, tetapi kurang disatukan orang-orang pintar itu.”

– Rhenald Kasali –

E-NEWSLETTER EDISI 10 VOL.IV | OKTOBER 2018

PenulisPenerbit

: Rhenald Kasali: Kompas

encana alam tsunami yang melanda Aceh pada BDesember 2004, memanggil Ahmad Arif untuk

pulang. Ia tinggalkan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah,

Tangerang Selatan untuk bergabung dengan lembaga

kemanusiaan , membantu Aceh bangki t dar i

keterpurukan.

Kepeduliannya kemudian berlanjut ke bidang

literasi. Hingga pada 2013, Arif membuka perpustakaan

pertama di rumahnya bernama Rumah Baca Aneuk

Nanggroe Ramun. Sayangnya, Perpustakaan itu sepi

pengunjung. Arif menerka, mungkin warga enggan

dating karena lokasinya yang berada di dalam rumah.

Ide memindahkan Ramun ke ruang terbuka muncul

ketika Arif tengah berolah raga pagi di Lapangan Blang

Padang, Banda Aceh. Ia melihat lapangan tersebut

selalu ramai dikunjungi warga setiap akhir pekan. Jadi,

daripada orang repot mendatangkan orang ke

Perpustakaan, lebih baik membawa buku ke lapangan

yang sudah pasti ramai, begitu pikirnya.

Februari 2014, Arif mulai mengangkut sebagian

koleksi bukunya ke Lapangan Blang Padang dengan

becak. Buku-buku itu ia tata di hamparan karpet.

Sebagai penanda dan penarik perhatian, ia pasang

sebuah spanduk bertuliskan “Minggu Baca Rame-

Rame (Mibara)”. Pada masa awal misinya, belum ada

p e n g u n j u n g y a n g t e r t a r i k . M e m a s u k i d u a

pekanberikutnya, Mibara mulai diminati sebagai salah

satu titik favorit pengunjung Lapangan Blang Padang.

Hingga kini, Mibara rutin beroperasi di Lapangan

Blang Padang setiap hari Minggu. Arif dibantu empat

orang sukarelawan yang merupakan mahasiswa Aceh.

Hingga kini, Mibara telah memiliki 14 ribu koleksi,

dengan 500 judul buku.

Pernah beberapa buku t idak kembali dan

membuatnya down sehingga tidak ingin meneruskan

Mibara. Namun, suntikan semangat dari para relawan,

membuat Arif kembali melanjutkan Mibara kembali.

Siapa sangka ketika Ia sudah mengikhlaskan buku-

buku tersebut, ia malah mendapat ganti berupa

sumbangan koleksi buku dari orang lain.

Sampai saat ini, sudah terdapat 37 perpustakaan

milik sukarelawan Mibara di 9 kabupaten/kota di Aceh.

Arif berharap konsep Mibara dapat diterapkan di banyak

daerah agar gerakan ini semakin masif dan minat baca

warga Indonesia semakin meningkat. Bagi Arif,

mengatasi ketertinggalan tidak harus berlari, langkah

kecil pun tak mengapa asal tak pernah berhenti.

Inspirasi Literasi

Ü Hingga tahun 2030 mendatang, Indonesia akan didominasi oleh kalangan usia produktif. Kemajuan bangsa

Indonesia sendiri pun ditentukan dari optimisme generasi mudanya. Menurut survey yang dilakukan oleh Good

News from Indonesia (GNFI) mengenai Optimisme Generasi Muda Perkotaan terhadap Masa Depan

Indonesia yang dilakukan di 12 kota, hasilnya adalah generasi muda Indonesia cukup optimis dengan masa

depan Indonesia dengan skor 62,1 dari 100.

Ü Pemuda Pontianak memiliki tingkat optimisme tinggi dengan 75,6 dari 100. Menarik ketika posisi kedua dan

ketiga diduduki oleh pemuda Ambon dan Jayapura dibanding pemuda dari kota-kota besar di Pulau Jawa.

Ü Pemuda Indonesia sangat optimis dengan kemajuan di sektor Sains dan Teknologi dengan skor 72 dari 100.

Mirisnya, ternyata generasi muda Indonesia merasa pesimis dengan kemajuan di sektor politik dan

pemerintah dan birokrasi yang hanya memperoleh skor 32 dan 30 dari 100.

tahukah kamu?

Artikel Korupsi

Asset Recovery and Mutual Legal Assistance

Bribery

Fraud

Indeks

Persepsi

Korupsi

Pemberantasan

Korupsi

di Indonesia

Kasus Korupsi

Korupsi dan Agama

Korupsi

di Wilayah

Lain

Korupsi Khusus

Money Laundering

Novel

Korupsi Pendidikan Antikorupsi

Peradilan

Peraturan

Korupsi

Prosiding

Korupsi

Teori Korupsi

Whis

tleblo

win

g

Direktori Subjek Korupsi Perpustakaan KPK

Kunjungi dan manfaatkan koleksi Perpustakaan KPK untuk mencari referensi dan rekreasi!

perpustakaan.kpk.go.id

MIBARA Menghampiri Pembaca